TINGKAT PEMENUHAN RUANG BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI SURAKARTA

27
ARTIKEL PUBLIKASI PENELITIAN TINGKAT PEMENUHAN RUANG BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI SURAKARTA Disusun Oleh : Lestari Paramitha Kasim NIM : D 300 110 041 Dosen Pembimbing : Yayi Arsandrie, ST., MT.

description

TINGKAT PEMENUHAN RUANG BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI SURAKARTA

Transcript of TINGKAT PEMENUHAN RUANG BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI PENELITIANTINGKAT PEMENUHAN RUANG BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI SURAKARTA

Disusun Oleh :Lestari Paramitha KasimNIM : D 300 110 041Dosen Pembimbing :Yayi Arsandrie, ST., MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAJANUARI 2015TINGKAT PEMENUHAN RUANG BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI SURAKARTA

Lestari Paramitha Kasim dan Yayi ArsandrieProgram Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417Email : [email protected]

ABSTRAK

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk sebagai anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan. Sekolah Luar Biasa didirikan untuk mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus agar dapat belajar dan beraktivitas didalam sekolah dengan menggunakan fasilitas yang sesuai kebutuhan. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengamatan pada empat sekolah luar biasa dengan empat kategori yang berbeda untuk mengetahui apakah ruang-ruang yang dibutuhkan di empat sekolah tersebut sudah terpenuhi dan sesuai standar yang ditentukan berdasarkan kategorinya. Metode penelitian dilakukan dengan menggambarkan kondisi lapangan yang sebenarnya kemudian dibandingkan dengan standar yang telah tersedia. Dari hasil pengamatan tingkat pemenuhan ruang bagi anak berkebutuhan khusus pada SLB di Surakarta, rata-rata ditemukan bahwa 4 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta belum memenuhi standar ruang yang telah ditetapkan.

Kata Kunci : anak berkebutuhan khusus, sekolah luar biasa, Surakarta, Standar ruangABSTRACT

Children with special needs are children with special characteristics that are different from the majority of children without merely pointed to the inability of mental, emotional or physical. They include blind, deaf, retarded, quadriplegic, learning disabilities, behavioral disorders, gifted children, and children with health problems. Extraordinary school was established to educate children with special needs in order to learn and move within the school using the facilities as needed. The four extraordinary schools which have different categories in order to determine whether the special spaces needed in those schools have met the standards. The method used is to describe the actual field conditions and comparation to the available standards. Research found degree of fulfillment of space for children with special needs in special schools in Surakarta that averagely those 4 extraordinary schools which were built for children with special needs in Surakarta have not met the standards for proper school design.

Keywords : children with special needs, special schools, Surakarta, room standard

1. PendahuluanPendidikan bagi manusia sangatlah penting. Berbagai macam bentuk perbedaan yang terjadi antar setiap manusia bukan merupakan kendala bagi seseorang untuk memperoleh pendidikan yang layak. Seperti tertuang dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini berarti suatu satuan pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan jenis kelamin, suku , ras dan kedudukan sosial serta tingkat kemampuan ekonomi, dan tidak terkecuali juga kepada para penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat disebutkan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan luar biasa yang ditempatkan di sekolah khusus yang biasanya disebut Sekolah Luar Biasa (SLB). Pendidikan luar biasa dimaksudkan untuk mendidik mereka yang menyandang kelainan fisik maupun mental.Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan wadah pendidikan yang tepat untuk menampung para penyandang cacat yang ingin belajar sebagaimana mestinya. Berdasarkan jenis-jenis cacat yang dialami oleh tiap orangnya, Sekolah Luar Biasa (SLB) terbagi menjadi 6 kategori sesuai dengan kebutuhan, yaitu SLB A untuk Tunanetra, SLB B untuk Tunarungu, SLB C untuk Tunagrahita, SLB D untuk Tunadaksa, SLB E untuk Tunalaras, dan SLB G untuk Tunaganda. Dengan adanya perbedaan kategori seperti ini, maka desain untuk setiap Sekolah Luar Biasa (SLB) dituntut berbeda dari sekolah-sekolah pada umumnya.Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh perumusan masalah sebagai berikut : 1. Aspek pemenuhan ruang seperti apa yang ada pada setiap kategori Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta ?2. Bagaimana kriteria desain pemenuhan ruang pada sebuah sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus ?3. Apakah desain Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta telah memenuhi kriteria pemenuhan ruang untuk anak-anak berkebutuhan khusus ?Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Mengidentifikasi pemenuhan ruang pada setiap kategori Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta.2. Mengidentifikasi kriteria pemenuhan ruang yang menjadi standar terhadap pengaruh aktivitas pengguna pada setiap kategori Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta.3. Menemukan standar yang sesuai untuk kriteria desain pemenuhan ruang pada Sekolah luar Biasa.4. Menemukan perbedaan desain ruang berdasarkan kebutuhan yang ada pada masing-masing Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta.

2. Tinjauan Pustaka2.1 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Sekolah Luar Biasa (SLB)Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan.Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.Macam macam Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu :a. SLB bagian A yaitu SLB khusus untuk penderita tunanetrab. SLB bagian B yaitu SLB khusus untuk penderita tunarunguc. SLB bagian C yaitu SLB khusus untuk penderita tunagrahitad. SLB bagian D yaitu SLB khusus untuk penderita tunadaksae. SLB bagian E yaitu SLB khusus untuk penderita tunalarasf. SLB bagian G yaitu SLB khusus untuk penderita tunaganda

2.2 Standar Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)Lahan

Tabel 1.Luas Lahan Minimum SDLB, SMPLB dan/atau SMALB yang Bergabung

No.Banyak rombongan belajarJenisKetunaanLuas Lahan minimum (m2)

Bangunan satu lantaiBangunan dua lantai

1.311170640

2.61-21500800

3.91-31840970

4.121-421001100

Lahan terletak di lokasi yang memungkinkan akses yang mudah ke fasilitas kesehatan. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat dengan kendaraan roda empat. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut. Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH Nomor 94/MENKLH/1992 tentang Baku Mutu Kebisingan. Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH Nomor 02/MEN KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun. Bangunan

Tabel 2. Luas Lantai Bangunan Minimum SDLB, SMPLB dan/atau SMALB yang bergabung

No.Banyak rombongan belajarJenisKetunaanLuas Lahan minimum (m2)

Bangunan satu lantaiBangunan dua lantai

1.SDLB dan SMPLB9480510

2.SDLB, SMPLB, dan SMALB12540570

3.SMPLB dan SMALB6430460

Bangunan dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran air hujan. Bangunan memenuhi persyaratan aksesibilitas berikut. Menyediakan fasilitas dan aksesibiltas yang mudah, aman, dan nyaman untuk penyandang cacat yang memiliki kesulitan mobilitas termasuk pengguna kursi roda. Dilengkapi dengan fasilitas pengarah jalan (guiding block) untuk tunanetra. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan. Bangunan dapat memiliki lebih dari satu lantai jika disediakan tangga dan ramp untuk pengguna kursi roda yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, dan keselamatan. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.

Tabel 3. Kelengkapan Sarana dan Prasarana SDLB dan SMPLBKomponen Sarana dan PrasaranaSDLBSMPLB

ABCDEABCDE

1Ruang Pembelajaran Umum

1.1Ruang Kelas

1.2Ruang Pepustakaan

2Ruang Pembelajaran khusus

2.1Ruang OM**

2.2Ruang BKPBI :

2.2.1Ruang Bina Wicara**

2.2.2Ruang Bina Persepsi Bunyi dan Irama**

2.3Ruang Bina Diri**

2.4Ruang Bina Diri dan Bina Gerak**

2.5Ruang Bina Pribadi dan Sosial**

2.6Ruang Ketrampilan*

3Ruang Penunjang

3.1Ruang Pimpinan*

3.2Ruang Guru*

3.3Ruang Tata Usaha*

3.4Tempat Beribadah*

3.5Ruang UKS*

3.6Ruang Konseling/asesmen

3.7Ruang Organisasi Kesiswaan*

3.8Jamban*

3.9Gudang*

3.10Ruang Sirkulasi*

3.11Tempat Bermain/olahraga*

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33 Tahun 2008 tanggal 23 Juni 2008

Keterangan :*) Satu ruang dapat digunakan bersama untuk lebih dari satu jenis ketunaan dan lebih dari satu jenjang pendidikan.**)Satu ruang dapat digunakan bersama untuk lebih dari satu jenjang pendidikan.

3. Metode dan Pengumpulan DataMetode penelitian yang digunakan adalah metode evaluasi purna huni dengan menggunakan analisa data kualitatif. Dimana peneliti melakukan pengumpulan data yang ditujukan untuk menghimpun data dan informasi.Evaluasi purna huni adalah adalah pengujian efektifitas sebuah lingkungan binaan bagi kebutuhan manusia.Langkah-langkah melakukan pengumpulan data yaitu:a. Studi LiteraturTeori kepustakaan yang dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara umum ataupun sebagai pertimbangan dalam menganalisa penelitian yang dilakukan.b. ObservasiMelakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek lokasi pengamatan yaitu Sekolah Luar Biasa.c. Pengukuran Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran.d. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi dari responden yang sudah ditetapkan. Wawancara ditujukan pada guru yang ada di sekolah.Analisis DataPada penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif.

Prosedur PenelitianProsedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :1. Menentukan objek penelitian.2. Mengidentifikasi objek penelitian.3. Mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek penelitian.4. Mengajukan perijinan penelitian kepada setiap Sekolah Luar Biasa yang ada di Surakarta.5. Melakukan penelitian di setiap Sekolah Luar Biasa.6. Mengumpulkan data dari setiap Sekolah Luar Biasa.7. Mengidentifikasi permasalahan yang ada di setiap Sekolah luar Biasa.8. Membandingkan hasil penelitian dan permasalahan yang ada pada obyek penelitian dengan standar yang tersedia.9. Memberikan rekomendasi dari permasalahan yang ada untuk dijadikan perbaikan agar pemenuhan aspek keamanan dan psikologis pada desain Sekolah Luar Biasa yang ada di Surakarta bisa sesuai standar.

4. Tinjauan Obyek PenelitianSLB A YKABSLB A YKAB (Yayasan Kesejahteraan Anak Buta) Surakarta merupakan Sekolah Luar Biasa khusus anak tunanetra yang terletak di Jalan Cokroaminoto No.43. Jagalan Jebres Surakarta. SLB ini terdiri dari tiga jenjang yaitu SDLB, SMPLB, dan SMALB. SLB A YKAB dibangun pada tahun 1967 dengan luas tanah sekitar . Pada dasarnya SLB ini diperuntukkan untuk tunanetra. Tetapi disisi lain, terdapat jenis ketunaan selain tunanetra yaitu anak lamban belajar.

Gambar 1. Area Pengamatan SLB AYKAB(sumber : survei,2014)

keterangan: Garis batas area pengamatan

Area yang diamati pada SLB ini meliputi SDLB, SMPLB, serta sarana dan prasarana SLB A YKAB.Adapun penjelasan pembagian setiap area pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :SDLB A YKABBangunan SDLB A YKAB terdiri dari 2 lantai dengan jumlah 6 kelas pada tiap lantainya. Untuk lantai pertama dikhususkan bagi anak-anak tunanetra, sedangkan untuk lantai kedua dikhususkan bagi anak-anak yang lamban belajar. Untuk penempatan ruang kelas SDLB ditentukan berdasarkan kemudahan aksesibilitas. Ruang kelas tunanetra sengaja diletakkan pada lantai 1 agar pencapaian murid-murid menuju kelasnya masing-masing lebih mudah.

SMPLB A YKABSMPLB A YKAB terdiri dari 4 kelas dengan masing-masing kelasnya mempunyai luas 12 m2. 3 kelas disediakan untuk siswa tunanetra, dan 1 kelas disediakan untuk siswa yang lamban belajar. Dalam setiap kelas berjumlah 5-6 siswa tunanetra. Fasilitas yang ada didalam tiap ruang kelasnya sama seperti fasilias yang ada di dalam ruang kelas SDLB. Terdiri dari meja dan kursi belajar, lemari buku, alat pembersih, tempat sampah, dan tongkat lipat untuk tunanetra. Beberapa desain bangunan terlihat berbeda dengan SDLB. Seperti desain jendela, pada SMPLB menggunakan jenis jendela yang lebih sederhana tetapi tetap memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan penggunanyaSedangkan untuk bangunan SMPLB ini tidak tersedia guiding block, sehingga sarana aksesibilitasnya dianggap belum memenuhi bagi para pengguna.

Sarana dan Prasarana SLB A YKAB SurakartaSLB A YKAB termasuk kategori lahan yang bergabung karena didalam lahan tersebut terdapat SDLB, SMPLB, dan SMALB. Oleh karena itu beberapa sarana dan prasarana digunakan untuk dua atau tiga jenjang sekaligus. Yang mencakup sarana dan prasarana di SLB A YKAB antara lain :1. Ruang pertemuan pemilik yayasan2. Ruang pimpinan/kepala sekolah3. Ruang guru4. Ruang tata usaha5. Ruang UKS6. Tempat bermain/berolahraga7. Toilet8. Dapur 9. AsramaRuang makan10. Perpustakaan dan ruang kewirausahaan11. Ruang Braillo12. Ruang ketrampilan13. Ruang karawitan14. Ruang musik15. Aula16. KoperasiSLB B YRTRW/SLB Negeri Surakarta Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Surakarta berdiri sejak tahun 1997. Gedung pertamanya terletak di Jalan RM Said, dekat pasar Nongko. Sebelumnya SLB ini bernama SLB B YRTRW (Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara) yaitu sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak tunarungu. Kemudian sekolah berubah menjadi SLB negeri Surakarta. Kini SLB negeri ini menerima beberapa ketunaan didalam sekolahnya yaitu tunarungu dan tungrahita. SLB negeri ini merupakan sekolah dengan fasilitas tunarungu yang cukup lengkap di Surakarta Saat ini pusat SLB Negeri sudah dipindah ke kawasan Serengan, sementara gedung sekolah lama di Jalan RM Said kini digunakan untuk klinik dan pendidikan pra sekolah. Gedung pusat di Serengan digunakan untuk pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas (SMALB) juga pelatihan lifes kill.Area pengamatan SLB B YRTRW/SLB Negeri terdapat di dua tempat. Dikarenakan Pusat SLB dan klinik terapinya berada di alamat yang berbeda.Area Pusat SLB berada di daerah Banjarsari, dan area klinik berada di daerah RM Said.

Gambar 2. Area Pengamatan SLB BYRTRW/SLB Negeri Surakarta (sumber : survei, 2014)

keterangan: Garis batas area pengamatan

Gambar 3. Area Pengamatan SLB BYRTRW/SLB Negeri Surakarta (sumber : survei, 2014)

keterangan: Garis batas area pengamatan

Area yang diamati pada SLB ini meliputi SDLB, SMPLB, serta sarana dan prasarana SLB B YRTRW/SLB Negeri Surakarta.Adapun penjelasan pembagian setiap area pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :SDLB B YRTRW/SLB Negeri Surakarta Bangunan SDLB negeri ini merupakan bangunan yang terletak di pusat SLB Negeri Surakarta, Serengan. Bangunan SDLB yang akan dibahas disini merupakan ruang kelas khusus anak tunarungu. Untuk ruang kelas tunarungu tersedia 3 kelas. Untuk 1 kelas biasasnya diisi oleh 2 kategori. Misalnya kelas 5 dan kelas 6 SD. 1 ruang kelas memiliki luas 24 m2 per kelas. Dengan jumlah murid didalam kelasnya yaitu 5-6 orang. Fasilitas yang tersedia didalam kelas antara lain meja dan kursi belajar, lemari, buku-buku belajar, poster-poster pengetahuan, microphone, dan cermin yang digunakan untuk mempelajari artikulasi. Desain kelas disini tidak ada yang istimewa. Ruang kelasnya terlihat seperti ruang kelas pada umumnya.Didalam ruang kelas 1 SDLB B ini terdapat kursi khusus yang membantu proses pembelajaran bagi murid-murid yang masih berada di kelas 1 dan 2 SD. Kursi tersebut didesain khusus dengan tinggi 40 cm baik untuk guru maupun muridnya. Berfungsi untuk pembelajaran bina wicara antara murid dan guru.Untuk desain lainnya dapat dilihat pada ruang kelas 5 dan 6. Disana terdapat ruangan khusus berukuran 1,4 m x 1,4 m yang dinamakan chamber room. Ruangan yang diperuntukkan untuk 1 orang ini merupakan salah satu ruang terapi guna mengetahui sejauh mana perkembangan pendengaran murid dan siswa penderita tunarungu. Terapi dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Di SLB Negeri hanya tersedia 1 chamber room yang digunakan untuk seluruh murid dan siswa tunarungu. Desain Chamber room disini seperti sebuah studio musik. Material dinding menggunakan tripleks dan dinding bagian dalam dilapisi karpet, sehingga kedap suara. Dalam ruangan juga tersedia beberapa peralatan yang mendukung terapi untuk tunarungu. Alat yang dipakai untuk mendukung terapi didalam ruangan ini adalah audiometer. Cara kerjanya adalah : dengan menggunakan audiometer yang sudah dihubungkan dengan peralatan didalam chamber room, guru berkomunikasi lewat microphone bersama muridnya. Ketika murid tersebut tidak mendengar suara guru, maka murid dapat memberikan respon lewat lampu yang ada didalam chamber room. Jika lampu menyala tandanya murid mendengar suara, tetapi jika lampu tidak menyala tandanya murid tidak mendengar suara.SMPLB B YRTRW/SLB Negeri SurakartaRuang kelas SMPLB B berada di bangunan berlantai 2, dan letaknya dilantai 2. Tersedia 2 ruang kelas SMP setiap kelas mempunyai luas 48 m2. Ruang kelas SMP sedikit lebih luas karena jumlah siswa yang ada disini lebih banyak dibanding jumlah murid SD. Untuk desain didalam ruangan tidak ada desain yang khusus. Fasilitas didalam ruangan pada umumnya sama dengan fasilitas di dalam kelas SDLB B, yaitu meja dan kursi belajar, lemari, dan buku-buku belajar. sedikit penambahan didalam kelas SMPLB ditambahkan memakai layar proyektor. Hal ini dapat membantu mempermudah proses pembelajaran anak tunarungu, dengan melihat materi pada layar proyektor dan membacanya sendiri.Sarana dan Prasarana SLB B YRTRW/SLB Negeri SurakartaSLB Negeri Surakarta termasuk kategori lahan yang bergabung karena didalam lahan tersebut terdapat SDLB, SMPLB, dan SMALB. Oleh karena itu beberapa sarana dan prasarana digunakan untuk dua atau tiga jenjang sekaligus. Disisi lain SLB negeri juga mempunyai sarana yang terpisah dengan lahan sekolahnya , yaitu bagian klinik terapi yang berada di jalan RM Said.Yang mencakup sarana dan prasarana di SLB Negeri Surakarta antara lain :1. Ruang pimpinan/kepala sekolah2. Ruang guru3. Ruang tamu4. Ruang tata usaha5. Ruang komputer6. Mushola Laboratorium 7. Aula 8. Tempat bermain/berolahraga9. Toilet10. Perpustakaan11. Ruang otomotif12. Ruang pertukangan13. Ruang tata boga14. Ruang karawitan15. Ruang musik16. Ruang elektro17. Ruang jahit18. Koperasi19. Ruang kesenianSedangkan sarana dan prasarana di SLB Negeri Surakarta jalan RM Said yaitu klinik terapi. Klinik terapi yang berada di jalan RM said ini difungsikan untuk beberapa jenis terapi ketunaan antara lain : 1. Terapi wicara2. Okupasi terapi3. Fisioterapi4. Terapi edukasi5. Sensori integrasi6. Terapi perilaku

Terapi wicara adalah terapi yang dikhususkan untuk anak tunarungu . Di klinik terapi ini terdapat dua ruang untuk terapi wicara (lihat gambar 4.34). Masing masing ruangan mempunyai luas 7,00 m2. Biasanya untuk sekali terapi ruangan ini hanya diisi oleh satu pasien saja.Ruangan didesain sederhana dan apa adanya. Material dinding sebagian terbuat dari dinding bata dan sebagiannya lagi terbuat dari tripleks. Fasilitas penunjang yang ada didalam ruangan ini adalah cermin dan audiometer.SLB C YPSLBSLB C YPSLB (Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa) merupakan sekolah yang khusus menangani anak-anak tunagrahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan dibawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Atau biasanya mereka lebih dikenal dengan sebutan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental. SLB-C YPSLB Kerten Surakarta beralamatkan di Jl. A. Yani No. 374 A Kerten, Laweyan, Surakarta. SLB-C YPSLB Kerten ini didirikan pada tahun 1977 oleh Bapak Slamet Anantoputro, SH. Sejak tahun 1977 Sekolah Luar Biasa Khusus untuk Anak lambat Belajar ini menempati 2 ruang kelas dan tanah milik PEMDA Kotamadya Surakarta seluas 3.545 m2, namun dengan bertambahnya jumlah murid dan kegigihan Pengurus Yayasan, tanah tersebut telah diberikan kepada Yayasan (Bersertifikat). Sumber dana yang didapat adalah dari sumbangan pemerintah, masyarakat, orang tua yang sifatnya mengikat. Khusus untuk gedung antara lain diperoleh dari LSM di Netherlands, Depdiknas, Gubernur dan Swadaya. SLB-C YPSLB Kerten ini terdiri dari 4 jenjang pendididkan yaitu: TKLB, SDLB, SMPLB, DAN SMALB, di mana pada masing-masing jenjang terdiri dari beberapa kelas. SDLB terdiri dari 6 kelas yaitu, keles I sampai dengan kelas VI, SMPLB terdiri dari 3 kelas yaitu kelas I sampai dengan kelas III, dan SMALB pun juga terdiri dari 3 kelas yaitu kelas I sampai dengan kelas III.

Gambar 5. Area Pengamatan SLB CSurakarta (sumber : survei, 2014)

keterangan: Garis batas area pengamatan

Area yang diamati pada SLB ini meliputi SDLB, SMPLB, serta sarana dan prasarana SLB B YRTRW/SLB Negeri Surakarta.Adapun penjelasan pembagian setiap area pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :

SDLB C YPSLBSDLB C di sekolah ini terdiri dari 6 kelas. Luas per kelasnya adalah sekitar 15 m2. Jumlah murid pada tiap kelasnya adalah 5-6 orang.Untuk bangunan SDLB sendiri tidak ada desain khusus didalamnya. Fasilitas yang ada didalam tiap kelas antara lain meja dan kursi belajar, buku cetak, dan alat pembersih.

SMPLB C YPSLBSMPLB C di sekolah ini terdiri dari 3 kelas. Luas per kelasnya adalah 18 m2 dengan jumlah murid pada tiap kelasnya adalah 5-6 orang. SMPLB ini terletak di bangunan 2 lantai. Tapi lebih tepatnya ruang kelas SMPLB B ini berada di lantai 1.Untuk bangunan SMPLB juga tidak ada desain khusus didalamnya. Fasilitas yang ada didalam tiap kelas seperti fasilitas di SDLB yaitu meja dan kursi belajar, buku cetak, dan alat pembersih.

Sarana dan Prasarana SLB C YPSLBSLB B/C YPSLB termasuk kategori lahan yang bergabung karena didalam lahan tersebut terdapat SDLB, SMPLB, dan SMALB. Oleh karena itu beberapa sarana dan prasarana digunakan untuk dua atau tiga jenjang sekaligus. Yang mencakup sarana dan prasarana di SLB B/C YPSLB antara lain :1. Ruang pimpinan/kepala sekolah2. Ruang guru3. Ruang tamu4. Ruang tata usaha5. Mushola 6. Tempat bermain/berolahraga7. Toilet8. Perpustakaan9. Dapur 10. Ruang ketrampilan11. UKS12. Ruang multifungsi

Pada SLB ini tidak terdapat ruang khusus untuk pelatihan. Pelatihan untuk terapi biasanya dilakukan langsung didalam kelas ataupun diluar kelas sesuai dengan kegiatan yang hendak dilakukan. Misalnya kegiatan menggosok gigi dilakukan dikamar mandi, kegiatan mengikat tali sepatu didalam kelas dan lain-lain.SLB D YPAC SurakartaSLB D YPAC (Yayasan Pembina Anak Cacat) Surakarta merupakan Sekolah khusus anak-anak tunadaksa yaitu anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan atau kecacatan pada fisiknya misalnya pada sistem otot, tulang dan persendian akibat dari adanya penyakit, kecelakaan, bawaan sejak lahir, dan atau kerusakan di otak.Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun Pengurus Y.P.A.T berhasil mendapatkan bantuan sebuah gedung dari Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial. Tepat pada tanggal 5 Pebruari 1954 dilaksanakan peletakan batu pertama. Enam bulan kemudian pada tanggal 8 Agustus 1954 Gedung Y.P.A.T. yang terletak di Jln. Slamet Riyadi 364 Surakarta dibuka.

Gambar 6. Area Pengamatan SLB D YPACSurakarta (sumber : dokumentasi pribadi,2014)

keterangan: Garis batas area pengamatan Area yang diamati pada SLB ini meliputi SDLB, SMPLB, serta sarana dan prasarana SLB D YPAC.Adapun penjelasan pembagian setiap area pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :

SDLB D YPACUntuk bagian SDLB D tersedia 6 ruang kelas. Masing-masing kelas diisi oleh murid sebanyak 5 orang anak dengan 1 staff pengajar. Didalam ruang kelas tersedia dua bagian meja dan kursi belajar. Untuk murid yang menggunakan kursi roda, didalam kelas disediakan meja belajar tanpa kursi (lihat gambar 4.46). Tetapi untuk murid yang menggunakan tongkat, dapat menggunakan meja dan kursi belajar seperti biasanya didalam kelas.Untuk fasilitas didalam kelas, pada umumnya terlihat sama seperti sekolah-sekolah yang lain. Meja dan kursi belajar, papan tulis, lemari, buku cetak, dan alat pembersih.Bagian papan tulis di SDLB ini letaknya dibuat agak lebih rendah dibanding peletakkan papan tulis di sekolah. Hal ini agar memudahkan pencapaian bagi murid-murid yang memakai kursi roda maupun tongkat ketika menulis didepan.Desain lain yang agak berbeda dengan sekolah lainnya yaitu lantai pada bagian pintu. Antara jarak lantai didalam kelas dengan teras terlihat ada ramp yang sangat kecil untuk memudahkan akses masuk murid yang memakai kursi roda kedalam kelas.SMPLB D YPACSMPLB D di sekolah ini terdiri dari 3 kelas. Jumlah murid pada tiap kelasnya adalah 5 orang dengan 1 staff pengajar. Ruangan SMPLB terletak dibelakang SDLB. Untuk fasilitasnya sama seperti yang ada didalam tiap kelas SDLB yaitu meja dan kursi belajar, buku cetak, dan alat pembersih. Tambahan fasilitas disini hanyalah layar proyektor.Letak bangunan SMPLB yang berada di belakang SDLB membuat bangunan ini kekurangan pencahayaan alami. Tidak hanya itu, penghawaan alami untuk mendapatkan udara segar juga tidak dapat dirasakan karena terhalang oleh bangunan SDLB. Hal ini disebabkan keterbatasan lahan yang mengharuskan penempatan SMPLB ini dibelakang SDLB. Hal-hal seperti ini bisa memberi dampak yang tidak baik bagi kesehatan siswa-siswinya.Pada bagian pintu, masih sama terlihat ramp kecil yang menghubungkan ruang kelas dan teras untuk mempermudah akses masuk bagi pengguna kursi roda. Ramp yang ada disini terlihat lebih besar daripada ramp yang ada di SDLB.

Sarana dan Prasarana SLB D YPACSLB D YPAC termasuk kategori lahan yang bergabung karena didalam lahan tersebut terdapat SDLB, SMPLB, dan SMALB. Oleh karena itu beberapa sarana dan prasarana digunakan untuk dua atau tiga jenjang sekaligus. Yang mencakup sarana dan prasarana di SLB D YPAC antara lain :1. Ruang pimpinan/kepala sekolah2. Ruang guru3. Ruang tamu4. Ruang tata usaha5. Ruang rapat pengurus6. Ruang pengurus7. Kantor 8. Perpustakaan 9. Tempat bermain/berolahraga10. Toilet11. Ruang setrika12. Ruang cucian13. Ruang jemuran14. Gudang15. Dapur16. Guest house17. Ruang ketrampilan18. Ruang musik 19. UKS20. Wartel21. Klinik22. Joglo yang digunakan sebagai ruang pertemuan23. Laboratorium 24. Ruang komputerTidak hanya itu, tetapi SLB YPAC ini juga menyediakan klinik fisioterapi, ruang terapi dan asrama bagi anak-anak tunagrahita. Untuk ruang terapi terbuka untuk umum. Sedangkan klinik fisioterapi juga diperbolehkan untuk umum tetapi hanya melayani pada saat sore hari. Karena pihak YPAC mengutamakan pelayanan bagi murid dan siswanya.Berikut ini merupakan beberapa jenis pelayanan rehabilitasi medik yang ada pada SLB YPAC :1. Fisioterapi 2. Terapi Okupasi3. Terapi Wicara4. Hidro terapi5. Pelayanan pemerikasaan dan konsultasi psikologi6. Pembuatan alat bantu 7. Operasi bila diperlukan ( dirujuk ke RSOS Prof.DR. Soeharso Surakarta )

5. Analisa dan PembahasanBerdasarkan hasil pengamatan, maka dapat dilakukan analisa pembahasan standar Sekolah Luar Biasa (SLB) yang tersedia dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33 Tahun 2008 tanggal 23 Juni 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).Berikut adalah hasil analisa tersebut antara lain : SLB A YKABLahanBerdasarkan aturan standar tentang lahan SLB, SLB A YKAB memenuhi syarat dikarenakan lokasi yang dekat dengan fasilitas kesehatan yaitu RS umum Moewardi. Tetapi jika dilihat dari letak lahan yang dekat dengan daerah daerah kebisingan yaitu jalan raya dan rel kereta api, lahan ini tidak memenuhi syarat untuk standar gangguan kenyamanan ditinjau dari tata letak lahannya yang dekat dengan sumber kebisingan.BangunanDari segi pemenuhan ruang SLB A YKAB, SLB ini memenuhi standar dan dibeberapa bagian tidak memenuhi standar. Misalnya untuk bagian yang tidak memenuhi standar, di SLB ini tidak tersedia syarat keselamatan berupa proteksi kebakaran aktif dan proteksi pasif, lalu tidak tersedia ruang khusus untuk tunanetra yaitu ruang OM. Selain itu beberapa ruang pendukung letaknya tidak strategis dan tidak dilengkapi dengan pengarah jalan (guiding block). Sehingga untuk tunanetra yang mengalami kebutaan total akan sulit beraktifitas disekitar sekolah. Sedangkan untuk pencahayaan alami, pada bagian perpustakaan belum memadai sebab letak perpustakaan yang berada di belakang SDLB dan bagian jendelanya yang tergabung dengan kelas SDLB.Sedangkan untuk bagian yang memenuhi standar yaitu, luasan kelas telah memenuhi syarat yang sesuai dengan jumlah peserta didik didalamnya. Bagian ruang penunjang telah lengkap di SLB ini.

SLB B YRTRW/SLB Negeri SurakartaLahanTata letak lahan yang jauh dari fasilitas kesehatan membuat SLB ini tidak memenuhi syarat ditinjau dari tata tletak lokasi yang memungkinkan akses yang mudah ke fasilitas kesehatan.Tetapi untuk gangguan kebisingan dan pencemaran udara, lahan ini telah memenuhi standar karena letaknya yag berada di tengah pemukiman dan jauh dari jalan raya atau sumber kebisingan lainnya.

BangunanBangunan SLB B YRTRW/SLB Negeri untuk beberapa bagian telah memenuhi syarat. Misalnya letak ruang-ruang yang strategis sehingga mudah ditemukan, luas kelas yang sesuai dengan jumlah peserta didik, dan tersedianya ruang pembelajaran khusus bagi tunarungu yaitu ruang terapi wicara.Sedangkan dibeberapa bagian juga bisa ditemukan beberapa syarat pemenuhan ruang yang belum terpenuhi misalnya setiap bangunan sekolah belum dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran aktif dan sistem proteksi kebakaran pasif, kemudian luas minimum perpustakaan yang tidak sesuai dengan luas standarnya. SLB ini memiliki lua perpustakaan 20 m2 sedangkan untuk standar luas yaitu minimum 24 m2 .

SLB C YPSLBLahan Ditinjau dari tata tletak lokasi yang memungkinkan akses yang mudah ke fasilitas kesehatan lahan SLC C YPSLB ini telah memenuhi standar karena letak lahan yang dekat dengan RS Panti Waluyo. Tetapi untuk bagian gangguan terhadap kenyaman disekolah , lahan ini dekat dengan sumber kebisingan yang dihasilkan dari suara pabrik yang berada dekat dengan lahan SLB. Sehingga untuk bagian syarat lahan terhindar dari gangguan kebisingan belum memenuhi standar.

Bangunan Sama seperti dua bangunan sebelumnya, pada bagian SLB C YPSLB ditemukan dua bagian yaitu bagian yang memenuhi standar dan bagian yang tidak memenuhi standar. Misalnya untuk bagian yang memenuhi standar, penataan area SLB yang diatur sedemikian rupa sehingga semua letak menjadi strategis dan mudaah dicapi oleh penggunanya. Lalu luas kelas yang sesuai dengan jumlah peserta didik. Serta kelengkpan semua ruang penunjang telah terpenuhi. Sedangkan bebarapa bagian yang tidak memenuhi syarat misalnya bangunan SLB C YPSLB tidak dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif, SLB ini tidak mempunyai peringatan bahaya bagi pengguna, lalu SLB ini tidak mempunyai penunjuk arah untuk evakuasi, serta tidak tersedia ruang khusus pembelajaran untuk anak tunagrahita yaitu ruang bina diri.

SLB D YPACLahanLetak lahan yang dekat dengan sumber kebisingan yaitu jalan raya membuat lahan ini tidak memenuhi standar ditinjau dari letak lahan terhindar dari gangguan kebisingan dan pencemaran udara. Kemudian lahan ini juga tidak dekat dengan fasilitas kesehatan sehingga tidak memenuhi standar.

Bangunan Sama seperti bangunan-bangunan sebelumnya, bangunan SLB ini tidak dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif sehingga dianggap belum memenuhi persyaratan keselamatan. Hal lainnya yang belum memenuhi standar yaitu kelandain ramp yang agak curam sehingga membayahakan keselamatan pengguna kursi roda. Untuk bebrapa bagian yang dianggap sudah memenuhi standar yaitu kelengkapan ruang-ruang penunjang yang sudah sesuai dengan standar, lalu bagian pencahayaan dan penghawaan yang sudah memadai, serta luas ruangannya yang sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan.

Penilaian terhadap keempat SLB yang ada di Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :SLB A YKAB Surakarta

SLB A YKAB dinilai berdasarkan 61 aspek. 61 aspek tersebut meliputi: 4 aspek lahan, 11 aspek bangunan, 15 aspek kelengkapan sarana dan prasarana SLB A, 4 aspek ruang pembelajaran umum, 4 aspek ruang perpustakaan, 3 aspek ruang ketrampilan, 15 aspek ruang sirkulasi, dan 5aspek tempat bermain/olahraga. Dari 61 aspek ditemukan 37 aspek yang sesuai standar. Untuk itu dibuat analisa melalui perhitungan agar mengetahui seberapa besar persentase pemenuhan ruang SLB ini yang sesuai dengan standar.

Aspek yang sesuai standar Jumlah aspek 32 61X 100 %

X 100 % = 60,6 % sesuai dengan standar

SLB B YRTRW/SLB Negeri SurakartaSLB B YRTRW/SLB Negeri Surakarta dinilai berdasarkan 62 aspek. 62 aspek tersebut meliputi: 4 aspek lahan, 11 aspek bangunan, 16 aspek kelengkapan sarana dan prasarana SLB B, 4 aspek ruang pembelajaran umum, 4 aspek ruang perpustakaan, 3 aspek ruang ketrampilan, 15 aspek ruang sirkulasi, dan 5 aspek tempat bermain/olahraga. Dari 62 aspek ditemukan 45 aspek sesuai standar. Untuk itu dibuat analisa melalui perhitungan agar mengetahui seberapa besar persentase pemenuhan ruang SLB ini yang sesuai dengan standar.

Aspek yang sesuai standar Jumlah aspek 45 62X 100 % = 72,5 % sesuai dengan standar

SLB C YPSLB Surakarta

SLB C YPSLB SurakartaSLB C YPSLB Surakarta dinilai berdasarkan 60 aspek. 60 aspek tersebut meliputi: 4 aspek lahan, 11 aspek bangunan, 15 aspek kelengkapan sarana dan prasarana SLB B, 4 aspek ruang pembelajaran umum, 4 aspek ruang perpustakaan, 3 aspek ruang ketrampilan, 15 aspek ruang sirkulasi, dan 4 aspek tempat bermain/olahraga. Dari 60 aspek ditemukan 41 aspek sesuai standar. Untuk itu dibuat analisa melalui perhitungan agar mengetahui seberapa besar persentase pemenuhan ruang SLB ini yang sesuai dengan standar.

Aspek yang sesuai standar Jumlah aspek 41 60X 100 % = 68,3 % sesuai dengan standar

SLB D YPAC SurakartaSLB D YPAC Surakarta dinilai berdasarkan 60 aspek. 60 aspek tersebut meliputi: 4 aspek lahan, 11 aspek bangunan, 15 aspek kelengkapan sarana dan prasarana SLB B, 4 aspek ruang pembelajaran umum, 4 aspek ruang perpustakaan, 3 aspek ruang ketrampilan, 15 aspek ruang sirkulasi, dan 4 aspek tempat bermain/olahraga. Dari 60 aspek ditemukan 44 aspek sesuai standar. Untuk itu dibuat analisa melalui perhitungan agar mengetahui seberapa besar persentase pemenuhan ruang SLB ini yang sesuai dengan standar.

Aspek yang sesuai standar Jumlah aspek 44 60X 100 % = 73,3 % sesuai dengan standar

Selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk diagram, yaitu :

60,6 %68,3 %73,3 %72,5 %Gambar 7. Diagram Persentase SLB tertinggi(sumber : analisa pribadi, 2014)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemenuhan ruang pada SLB D YPAC Surakarta adalah yang paling mendekati kesesuaian dengan standard. Sedangkan desain SLB yang paling jauh dari standar adalah SLB A YKAB Surakarta.6. KesimpulanPenelitian menghasilkan temuan bahwa secara umum Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Surakarta meliputi SLB A YKAB, SLB B YRTRW/SLB Negeri, SLB C YPSLB, dan SLB D YPAC semuanya belum memenuhi standar pemenuhan ruang yang baik, yang dapat dilihat dari luasan ruang yang telah ditentukan, lahan yang ditempati, serta fasilitas sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya terpenuhi.Kesimpulan harus bisa menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut :(seperti yang sudah ditulis pada bab perumusan masalah di Bab I)1. Aspek pemenuhan ruang seperti apa yang ada pada setiap kategori Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta ?2. Bagaimana kriteria desain pemenuhan ruang pada sebuah sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus ?3. Apakah desain Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta telah memenuhi kriteria pemenuhan ruang untuk anak-anak berkebutuhan khusus ?

Oleh sebab itu, dari hasil penelitian ini dapat diberi rekomendasi sebagai berikut :1. Pemenuhan ruang pada SLB (Sekolah Luar Biasa) harus lebih diperhatikan. Sebab di sekolah ini penggunanya membutuhkan perhatian khusus agar membuat mereka lebih nyaman dan lebih mudah dalam beraktivitas. Semua area bangunan baik yang mencakp ruang dalam maupun ruang luar haruslah didesain sesuai dengan standar yang ditentukan sehingga tidak membahayakan keselamatan penggunanya.

2. Pihak Sekolah Luar Biasa harus sering memantau dan mengecek bagian-bagian bangunan yang belum sesuai standar. Dan harus sering melapor kepada pihak yang bertanggung jawab, dibagian pemerintahan atau yayasan yangbersangkutan agar pihak yang bersangkutan dapat memperbaiki atau menambahi bagian yang kurang pada Sekolah Luar Biasa.

3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta mengungkap tentang pemenuhan ruang pada bangunan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang belum terpenuhi sepenuhnya. Rekomendasi untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menekankan pada keterkaitan penataan ruang-ruang tersebut dengan psikologis penggunanya.DAFTAR PUSTAKANeufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006. Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33 Tahun 2008 tanggal 23 Juni 2008. Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Rimadhani, F.A., 2014. The Inclusion Kindergarten School of Surakarta, Tugas Akhir Program Studi S1 Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Anonim. 2014. Lokasi SLB A YKAB Surakarta (online), (http://www.google.com/maps/place/SLB+A+YKAB/@-7.565002,110.847871,15z/data=!4m2!3m1!1s0x0:0x70bd51f595eaa648, diakses tanggal 8 oktober 2014).

Anonim. 2014. Lokasi SLB B YRTRW Surakarta (online), (http://www.google.com/maps/place/SLB+B+YRTRW/@-7.556379,110.82698,17z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!1s0x2e7a16926aaaaaab:0xe340cdc00d3059cf, diakses tanggal 8 oktober 2014).

Anonim. 2014. Lokasi SLB C YPSLB Surakarta (online), (http://www.google.com/maps/place/SLB+-+C+YPSLB+Kerten/@-7.554377,110.798321,17z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!1s0x2e7a1424869949d7:0x6edcdae07a51ffb7, diakses tanggal 8 oktober 2014).

Anonim. 2014. Lokasi SLB D YPAC Surakarta (online), (http://google.com/maps/place/SLB+D+Ypac+Semarang/@- 7.564749,110.806942,17z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!1s0x2e7a142a0de6dd4d:0xb91a7b7d537b1da2, diakses tanggal 8 oktober 2014).

Anonim. 2014. Jenis-jenis SLB (online), (http://12035dp.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-slb.html, diakses tanggal 8 oktober 2014).

Anonim. 2014. macam-macam SLB (online), (http://hambolot.blogspot.com/2013/10/macam-macam-slb-sekolah-luar-biasa.html, diakses tanggal 8 oktober 2014).

Anonim. 2014. Sekolah Luar Biasa di Surakarta (online), (http://www.bpdiksus.org/sekolah-luar-biasa.htm, diakses tanggal 8 oktober 2014).