TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

132
TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI JABODETABEK TESIS Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Master Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh RATIH RUSLIA NIM: 21140850100021 MAGISTER PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Transcript of TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

Page 1: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA

BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI JABODETABEK

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Master Ekonomi

(M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh

RATIH RUSLIA

NIM: 21140850100021

MAGISTER PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...
Page 3: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...
Page 4: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...
Page 5: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan penulis

kesehatan dan keselamatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul “Tingkat Kesehatan dan Efisiensi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) Di Jabodetabek” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Program Pascasarjana (S2) Jurusan Magister Perbankan Syariah Konsentrasi

Keuangan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Besar Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa Sallam sebagai pembawa risalah,

penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia serta para sahabat,

keluarga, dan orang-orang sholeh maupun sholehah yang diridhoi Allah Azza Wa

Jalla.

Dalam penyusunan tesis ini banyak pihak yang memberi bantuan,

motivasi, dan do‟a kepada penulis. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada banyak pihak. Yang paling utama penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada kedua orangtua penulis, ayahanda Drs. Rusli Hasan dan

ibunda Siti Hanifah, orangtua paling luar biasa yang telah membimbing penulis

dengan penuh kasih sayang yang tulus serta atas segala doa, kesabaran, jerih

payah, pengorbanan, nasihat yang senantiasa memberikan semangat tanpa jemu

hingga Ananda bisa melakukan penelitian ini. Tiada kata yang pantas selain

ucapan doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan.

Page 6: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

v

Terimakasih untuk Suami ku tercinta Muhamad Nur Ali yang selalu sabar

mendengarkan keluh kesah dari penulis dalam penyusunan penelitian ini,

terimakasih atas segala pengertian, perhatian, cinta, doa, waktu, nasihat, bantuan

dan motivasinya yang luar biasa hingga mendorong penulis untuk semangat dalam

menyelesaikan penelitian ini. Dan Anandaku tercinta Muhammad Rafli Al Farizi,

berkah kehadiran kamu, celotehan dan tawa kamu menjadi obat penawar lelah

yang ada dan menjadi semangat dalam melakukan penelitian agar bisa menjadi

seorang ibu yang cerdas dan bisa memberikan ilmu yang bermanfaat kelak.

Keluarga yang penulis cintai dan sayangi, Ayahanda mertua Sanun dan

Ibunda Mertua Suadah, kakanda Kiki Fahlevi, Feby Aprilia, Taufan Anop, Asti

Widyastuti, Yeni, Meli dan ke tiga adik penulis Anggy Masyyta, Agun dan Icha,

serta kelima keponakan penulis, Edelweis, Jibril, Widfan, Faqih, Putri, Adam dan

Bagus yang telah memberi keceriaan, semangat dan do‟a kepada penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

penyusunan tesis ini:

1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., BKP selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA selaku Wakil

Dekan III Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan masukan kepada

penulis dalam mengerjakan tesis ini.

Page 7: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

vi

3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku Ketua Prodi Magister Perbankan

Syariah dan Bapak Ade Suherlan, SE, MM., MBA selaku Sekretaris Prodi

Magister Perbankan Syariah dan jajaran staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis

yang telah memberikan masukan, semangat dan membantu dalam proses

administrasi.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing I yang

dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan, ilmu yang bermanfaat, motivasi seta masukan yang sangat berarti

selama mengerjakan tesis ini. Tiada kata yang pantas selain ucapan doa dari

penulis atas apa yang telah diberikan.

5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing II dengan

kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan, ilmu yang bermanfaat, motivasi serta masukan yang sangat

berarti selama mengerjakan tesis ini. Tiada kata yang pantas selain ucapan

doa dari penulis atas apa yang telah diberikan.

6. Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis baik pimpinan maupun staf UIN

Syarif Hidayatullah yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

yang mana telah memberikan semangat, arahan serta sharing kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di Magister Perbankan Syariah

Angkatan II (dua), Mba Rini, Mba Sri, Cece, Fitri, Alfian, Erwin, Frizan,

Brian dan Syauzi yang memberi keceriaan, motivasi, dan sharing kepada

penulis.

Page 8: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

vii

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak lepas dari kekurangan dan

keterbatasan, semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak,

khususnya dalam bidang perbankan syariah.

Jakarta, 30 Juli 2018

Ratih Ruslia, SE

Page 9: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xiii

ABSTRAK ................................................................................................................................ xiv

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 7

1.3 Batasan Penelitian ................................................................................................ 8

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................ 9

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 9

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 12

2.1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ....................................................... 12

2.1.1 Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ........................... 12

2.1.2 Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................................ 15

2.1.3 Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................... 16

2.2 Penilaian Kesehatan Bank ................................................................................. 17

Page 10: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

ix

2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank ..................................................................... 17

2.2.2 Penilaian tingkat kesehatan BPRS dengan CAMEL ............................... 18

2.3 Konsep Efisiensi ................................................................................................ 22

2.3.1 Pengertian Efisiensi ...................................................................................... 22

2.3.2 Pengukuran Efisiensi .................................................................................... 23

2.3.3 Konsep Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA) .................... 25

2.3.4 Penentuan Variabel Input-Output ................................................................. 27

2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 28

2.5 Kerangka Berfikir .............................................................................................. 48

2.6 Hipotesis ............................................................................................................ 50

BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................................................... 51

3.1 Sifat dan Jenis Penelitian ................................................................................... 51

3.2 Sumber Data ...................................................................................................... 51

3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 52

3.4 Populasi dan Sampel .......................................................................................... 53

3.5 Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 54

3.6 Metode Analisis Data ........................................................................................ 59

3.6.1 Kesehatan Bank ....................................................................................... 59

3.6.2 Efisiensi Bank ......................................................................................... 61

3.6.2.1 Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment

Analysis (DEA) ........................................................................... 62

3.6.2.2 Model Pengukuran Efisiensi ....................................................... 63

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 65

Page 11: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

x

4.1 Deskripsi Data ..................................................................................................... 65

4.2 Hasil Analisis Data Kesehatan BPRS ................................................................. 65

4.3 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi BPRS .................................... 74

BAB V : SIMPULAN DAN IMPLIKASI .......................................................................... 104

5.1 Simpulan ........................................................................................................... 104

5.2 Implikasi ........................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 107

LAMPIRAN ........................................................................................................................... 112

Page 12: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Syariah ......................................... 1

Tabel 1.2 : Jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Berdasarkan Total Aset ....................... 3

Tabel 2.1 : Perbedaan Antara BPR Konvensional dan BPR Syariah ......................................... 12

Tabel 2.2 : Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ............................................................................. 14

Tabel 2.3 : Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank .............................................................. 21

Tabel 2.4 : Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank Pada Penelitian ..................................... 22

Tabel 2.5 : Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................................. 41

Tabel 3.1 : Tingkat Kesehatan Bank ......................................................................................... 54

Tabel 4.1 : Ringkasan Pengolahan Kasus .................................................................................. 66

Tabel 4.2 : Dependent Variabel Encoding ................................................................................. 66

Tabel 4.3 : Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat .................................................................. 67

Tabel 4.4 : Hasil Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat ........................................................ 67

Tabel 4.5 : Omnibus Test Of Model Cefficients ........................................................................ 69

Tabel 4.6 : Hosmer and Lemeshow Test .................................................................................... 70

Tabel 4.7 : Uji Koefisien Cox and Snell R Square dan Nagelkerke‟s R2 .................................. 70

Tabel 4.8 : Koefisien Regresi Logistik ...................................................................................... 71

Tabel 4.9 : Koefisien Regresi Logistik dan Tingkat Signifikansi Variabel

Independen .............................................................................................................. 72

Tabel 4.10 : Tingkat Efisiensi BPRS di Wilayah Jabodetabek .................................................. 74

Tabel 4.11 : Tingkat Efisiensi BPRS “CA” di Wilayah Jakarta ................................................ 78

Tabel 4.12 : Tingkat Efisiensi BPRS “AU” di Wilayah Bogor ................................................. 80

Page 13: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

xii

Tabel 4.13 : Tingkat Efisiensi BPRS “IC” di Wilayah Bogor ................................................... 82

Tabel 4.14 : Tingkat Efisiensi BPRS “AB” di Wilayah Depok ................................................. 84

Tabel 4.15 : Tingkat Efisiensi BPRS “AH” di Wilayah Depok ................................................. 86

Tabel 4.16 : Tingkat Efisiensi BPRS “BR” di Wilayah Tangerang ........................................... 88

Tabel 4.17 : Tingkat Efisiensi BPRS “MBA” di Wilayah Tangerang ........................................ 90

Tabel 4.18 : Tingkat Efisiensi BPRS “HIKT” di Wilayah Tangerang ...................................... 92

Tabel 4.19 : Tingkat Efisiensi BPRS “MU” di Wilayah Tangerang .......................................... 94

Tabel 4.20 : Tingkat Efisiensi BPRS “AI” di Wilayah Bekasi .................................................. 96

Tabel 4.21 : Tingkat Efisiensi BPRS “HIKB” di Wilayah Bekasi ............................................ 98

Tabel 4.22 : Tingkat Efisiensi BPRS “HIKC” di Wilayah Bekasi ........................................... 100

Tabel 4.23 : Tingkat Efisiensi BPRS “PAT” di Wilayah Bekasi .............................................. 102

Page 14: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 49

Page 15: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

xiv

ABSTRACT

This study aims to analyze financial ratios with CAMEL approach in measuring

BPRS health level and To analyze the efficiency level of BPRS in Jabodetabek by

Data Envelopment Analysis (DEA) method. The data used is secunder data for the

period of 2015-2017, which is sourced from the publication report of Sharia

Banking Statistics. This study used a sample of 39 samples. Data analysis method

used in this research is Binary Logistic Regression and Data Envelopment

Analysis (DEA).

The results of this study indicate that in assessing the level of health of BPRS

using financial ratios with CAMEL method (CAR, NPF, NPM, ROA and FDR)

overall accuracy of BPRS health prediction in this study is 94%. The result of

determination coefficient test in this research shows the effect of CAR, NPF,

NPM, ROA and FDR variables on the BPRS health level is 86%. While the test

results for each CAMEL ratio show that the NPF and FDR ratios have a large

influence on the soundness of the BPRS.

From the results of efficiency data, there are 4 BPRS with 100% efficiency level

that is BPRS "AB" from Depok area, BPRS "BR" and BPRS "HIKT" from

Tangerang area, and BPRS "HIKC" from Bekasi area. Of the 4 BPRS that have

the best efficient level is the BPRS "HIKC" from Bekasi area because the BPRS

occurs the smallest inefficiency in 2016 by 0.30%, while in 2015 and 2017 has

reached 100% efficient.

Keywords: BPRS, Health, Efficiency, CAMEL and Data Envelopment Analysis

(DEA).

Page 16: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

xv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio-rasio keuangan dengan

pendekatan CAMEL dalam mengukur tingkat kesehatan BPRS dan Untuk

menganalisis tingkat efisiensi BPRS di Jabodetabek dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan adalah data sekunder periode

tahun 2015-2017, yang bersumber dari laporan publikasi Statistik Perbankan

Syariah. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 39 sampel. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Binary Logistic Regression dan Data Envelopment Analysis (DEA).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam menilai tingkat kesehatan BPRS

yang menggunaan rasio keuangan dengan metode CAMEL (CAR, NPF, NPM,

ROA dan FDR) secara keseluruhan ketepatan dari prediksi kesehatan BPRS pada

penelitian ini sebesar 94%. Hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini

menunjukan pengaruh variabel CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR terhadap tingkat

kesehatan BPRS adalah sebesar 86%. Sedangkan hasil pengujian atas masing-

masing rasio CAMEL menunjukkan bahwa rasio NPF dan FDR memiliki

pengaruh yang besar terhadap tingkat kesehatan BPRS.

Dari hasil olah data efisiensi terdapat 4 BPRS yang tingkat efisiensinya 100%

yaitu BPRS “AB” dari wilayah Depok, BPRS “BR” dan BPRS “HIKT” dari

wilayah Tangerang, serta BPRS “HIKC” dari wilayah Bekasi. Dari ke 4 BPRS

tersebut yang memiliki tingkat efisien paling baik adalah BPRS “HIKC” dari

wilayah bekasi karena BPRS tersebut terjadi inefisien paling kecil yaitu pada

tahun 2016 sebesar 0,30%, sedangkan pada tahun 2015 dan tahun 2017 telah

mencapai efisien 100%.

Kata Kunci : BPRS, Kesehatan, Efisiensi, CAMEL dan Data Envelopment

Analysis (DEA).

Page 17: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan operasional perbankan, penerapan sistem bunga telah

digunakan dalam beberapa abad silam. Untuk mengatasi sistem bunga yang dapat

menimbulkan eksploitasi dan kezaliman, maka para intelektual muslim berusaha

menggali kembali sumber-sumber hukum Islam. Dengan mengembangkan sistem

ekonomi Islam sebagai instrumen untuk menghilangkan transaksi ribawi dan

menghadirkan nilai serta etika yang sesuai dengan syariah dalam menjalankan

kegiatan ekonomi (Rodoni: 2009).

Keberadaan bank syariah di Indonesia telah diakui secara formal semenjak

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, dan

kemudian disempurnakan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 10 tahun

1998 tentang perbankan. Adapun data perkembangan jumlah bank dan kantor

bank syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Syariah

Indikator 2014 2015 2016 2017 April

2018

Bank Umum Syariah (BUS)

-

Jumlah Bank

12

12

13

13

13

-

Jumlah Kantor

2,163

1,990

1,869

1,825

1,822

Page 18: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

2

Unit Usaha Syariah (UUS)

-

Jumlah Bank Umum

Konvensional yang memiliki

UUS

22

22

21

21

21

-

Jumlah Kantor UUS

320

311

332

344

348

Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS)

-

Jumlah Bank

163

163

166

167

168

-

Jumlah Kantor

439

446

453

441

458

Sumber :OJK, Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut terlihat bahwa pada jumlah kantor BUS dari

tahun 2014 sampai dengan April 2018 mengalami penurunan, dimana pada tahun

2014 jumlah kantor BUS sebanyak 2.163 kantor dan untuk tahun 2018 terjadi

penurunan sebanyak 341 kantor yaitu menjadi 1.822 kantor BUS. Untuk UUS

pada tahun 2015 jumlah kantor sempat mengalami penurunan 9 kantor dimana di

tahun 2014 jumlahnya 320 kantor dan di 2015 menjadi 311 kantor. Akan tetapi

pada tahun 2016 sampai dengan April 2018 jumlah kantor UUS terus meningkat,

dari 332 pada tahun 2016 kemudian meningkat menjadi 348 pada April 2018.

Jumlah jaringan kantor perbankan mengalami tren penurunan sejalan

dengan dorongan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan efisiensi,

dalam meningkatkan efisiensi ada beberapa bank melakukan pengurangan jumlah

kantor cabang (finansial.bisnis.com: 2016). Sedangkan untuk BPRS setiap tahun

jumlah kantornya terus mengalami penambahan, rata-rata terjadi penambahan

sebanyak 7 kantor di setiap tahunnya selama 2014 sampai dengan 2016. Dan pada

tahun 2017 sampai dengan April 2018 penambahan jumlah kantor BPRS cukup

Page 19: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

3

signifikan yaitu 29 kantor BPRS sehingga pada April 2018 jumlah kantor BPRS

menjadi 458 kantor. Penambahan jumlah kantor seiring dengan komitmen

pemerintah untuk memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah dengan

mempermudah pembukaan kantor cabang BPR maupun BPRS, dan memfasilitasi

pembentukan fasilitas jasa bersama untuk BPR dan BPRS (BI, 2004).

Peran BPRS sebagai salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

financial intermediary idealnya dituntut untuk mampu mendayagunakan potensi

pembiayaan yang ada khususnya kepada UMKM. Menurut lisubisnis.com (2017)

UMKM mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi

nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga

kerja, UMKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan.

Jika BPRS tidak mampu untuk mengelola dananya dengan baik, maka

bukan hanya BPRS tersebut yang terancam tidak dapat beroperasi kembali. Akan

tetapi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPRS pun akan menurun dan

akan menghambat perkembangan UMKM yang mana disebabkan oleh

keterbatasannya modal yang dimiliki, dampak lebih lanjutnya dapat

mempengaruhi perkembangan sektor riil. Data jumlah BPRS berdasarkan total

aset dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Berdasarkan Total Aset

Total Aset (Rp) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 April

2018

< 1 Miliar

6

4

1

1

2

2

1

Page 20: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

4

1 s.d. 5 Miliar

17

19

11

8

7

6

6

> 5 s.d. 10 Miliar

36

30

34

29

19

18

19

> 10 Miliar

99

110

117

125

138

141

142

Total 158 163 163 163 166 167 168

Sumber :OJK, Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.2 jumlah aset BPRS setiap tahunnya terus mengalami

peningkatan, dimana BPRS yang total asetnya lebih dari 10 miliar pada tahun

2012 berjumlah 99 BPRS, dan pada April 2018 terjadi peningkatan menjadi 142

BPRS. Meningkatnya aset BPRS sejalan dengan data OJK, yang mana

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di BPRS mencatatkan pertumbuhan

BPRS setiap tahunnya terus meningkat. DPK di BPRS naik dari Rp 5,82 triliun

pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 menjadi Rp 6,98 triliun dan pada April

2018 naik menjadi Rp 7,27 triliun. Berdasarkan data BI total pembiayaan BPR

dan BPRS terhadap UMKM pada tahun 2014 sebesar Rp 35,741 triliun, dan

sampai dengan Juni 2017 menjadi Rp 46,916 triliun.

Pada mulanya pemberian kredit mikro identik dilakukan oleh BPR. Akan

tetapi seiring dengan perkembangan usaha mikro yang berpotensi untuk

mendapatkan pembiayaan, serta margin dari segmen mikro yang lebih tinggi

daripada sektor lainnya, mendorong bank umum untuk membiayai usaha di sektor

mikro. Hal ini menyebabkan persaingan pembiayaan di segmen mikro menjadi

semakin meningkat.

Dengan semakin meningkatnya persaingan pembiayaan kepada UMKM

maka BPRS harus mampu menjaga kinerjanya agar dapat berjalan dengan baik,

Page 21: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

5

sehat dan efisien. Kinerja merupakan hal penting yang perlu dicapai oleh setiap

perusahaan. Dianggap penting karena bisnis BPRS adalah bisnis yang berdasarkan

atas kepercayaan, oleh karena itu BPRS harus mampu menunjukan kredibilitasnya

sehingga semakin banyak masyarakat yang mau menggunakan jasa BPRS.

Bank Indonesia menjelaskan bahwa dalam mendorong peraktik perbankan

syariah yang kuat dan sehat secara finansial dan senantiasa mengacu kepada

prinsip-prinsip syariah, maka bank syariah diharapkan dapat melaksanakan

prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) berupa transparansi,

akuntabilitas, tanggung jawab, kebebasan, kewajaran dan kepatuhan terhadap

prinsip-prinsip syariah (shariah compliance). Dalam shariah compliance inilah

yang menjadi pembeda utama antara bank syariah dengan bank konvensional

(Mulazid, 2016).

Pengaturan dan pengawasan keuangan yang efektif sangat diperlukan bagi

keamanan dan kesehatan lembaga keuangan (Mulazid, 2016). Menurut

Nadratuzzaman dan Rafika (2014) dengan memiliki tingkat efisiensi dan

kesehatan yang baik diharapkan agar BPRS dapat bersaing dalam industri

perbankan. Untuk itu, perlu adanya pengukuran kinerja pada BPRS, agar

diketahui tingkat kesehatan dan efisiensi bank.

Dalam menilai kesehatan bank didasarkan pada perhitungan kuantitatif

sesuai dengan prinsip-prinsip perhitungan menurut BIS (Bank for Internasional

Settlement). Perhitungan kuantitatif memerlukan indikator-indikator yang berupa

rasio-rasio atau perbandingan yang ada dalam laporan neraca dan laporan rugi-

laba yang bersangkutan. Adapun indikator-indikator tersebut meliputi; Analisis

Page 22: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

6

Rasio Capital Adequecy, Assets Quality, Management of Risk, Earning Ability,

Liquidity Sufficiency. Analisis rasio tersebut dikenal dengan nama CAMEL Rating

System (Hartiwi dan Mohamad, 2012).

Selain kesehatan BPRS, tingkat efisiensi yang dicapai BPRS juga

merupakan cermin dari kualitas kinerja yang baik. Efisiensi merupakan gambaran

kinerja suatu perusahaan sekaligus menjadi faktor yang harus diperhatikan BPRS

untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi

dalam menjalankan kegiatan operasinya. Analisis mengenai efisiensi BPRS

menjadi topik yang menarik untuk diteliti karena penghimpunan dan penyaluran

pembiayaan yang ekspansif tanpa memperhatikan faktor efisiensi akan

berpengaruh pada profitabilitas bank bersangkutan (Muharam dan Pusvitasari,

2007).

Efisiensi merupakan pengukuran seberapa baik organisasi mengelola input

menjadi output atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang

dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien apabila : (1)

menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan output yang

sama, (2) menggunakan jumlah input yang sama tetapi dapat menghasilkan

jumlah output yang lebih besar (Muharam dan Pusvitasari, 2007).

Menurut Berger dan Humprey (1992) dalam Nadratuzzaman dan Rafika

(2014) untuk mengukur kinerja efisiensi dalam industri perbankan, dikenal dua

pendekatan yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan

frontier (frontier approach). Pendekatan tradisional merupakan pendekatan yang

Page 23: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

7

membandingkan rasio-rasio keuangan yang ada pada bank. Pendekatan ini

merupakan pendekatan parsial yang digunakan dalam metode CAMEL.

Sedangkan frontier approach/ frontier efficiency merupakan pendekatan yang

menggunakan kombinasi aset (input-output) dalam sebuah standar ukuran

tertentu.

Beberapa tahun belakangan, populasi penduduk dengan usia produktif

lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja yang tersedia. Kawasan

Jabodetabek merupakan wilayah yang paling mendapat tekanan karena proses

urbanisasai dan perkembangan perkotaan yang sangat cepat. Selain itu

Jabodetabek merupakan kawasan yang sangat strategis di Indonesia, dimana

merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional. Dari urbanisasi tersebut maka

terbentuklah peluang bisnis yang mana berdampak terhadap tersedianya lapangan

kerja baru. Sebagian besar usaha bisnis yang ada bergerak di sektor industri usaha

mikro kecil dan menengah (UMKM) (Pravitasari, 2014).

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dipandang penting

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kesehatan dan efisiensi

BPRS agar dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui kinerja

BPRS. Maka penulis melakukan penelitian mengenai “Tingkat Kesehatan dan

Efisiensi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jabodetabek”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dalam pembahasan dari latar belakang mengenai kesehatan dan efisiensi

BPRS, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul yang akan

Page 24: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

8

diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti. Masalah yang diidentifikasi

dari penelitian ini adalah:

1. BPRS dituntut untuk menghasilkan sistem perbankan yang sehat, efisien,

kuat dan stabil agar dapat menjalankan fungsi financial intermediary

dengan optimal.

2. Tingginya tingkat persaingan antara BPRS dengan Bank Umum dalam hal

pembiayaan terhadap UMKM maka BPRS harus mampu menunjukan

kredibilitasnya sehingga semakin banyak masyarakat yang mau

menggunakan jasa BPRS.

3. BPRS perlu melakukan evaluasi yang tepat untuk meningkatkan kinerja

dan meningkatkan daya saing dengan bank lainnya.

1.3. Batasan Penelitian

Agar pembahasan tidak terlalu luas dan lebih fokus, maka penelitian ini

dibatasi pada objek penelitian yang mana objek dalam penelitian ini adalah Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). BPRS diluar wilayah Jabodetabek tidak

termasuk didalamnya.

Adapun Alasan memilih objek penelitian BPRS dikarenakan pertumbuhan

unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan objek pembiayaan

BPRS untuk menggerakan perekonomian sektor rill. Pembiayaan yang diberikan

oleh BPRS adalah salah satu sumber modal bagi UMKM, dimana UMKM telah

memberikan kontribusi pada Produk Domestik bruto (PDB) sebesar 57-60% dan

Page 25: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

9

tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 97% dari seluruh tenaga kerja nasional

(Profil Bisnis UMKM oleh LPPI dan BI, 2015). UMKM memiliki proporsi

sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak

56,54 juta unit (www.lisubisnis.com, 2016)

Pertumbuhan BPRS dari segi aset atau jumlahnya tentunya mempengaruhi

perkembangan UMKM yang masih menjadi unit usaha penyerap tenaga kerja

terbanyak di Indonesia. Dengan demikian, kinerja BPRS perlu diperhatikan dan

ditingkatkan untuk mendukung perkembangan ekonomi sektor riil melalui

UMKM (Ahmad Fauzi, 2014).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah rasio-rasio keuangan dengan pendekatan CAMEL dapat mengukur

tingkat kesehatan BPRS?

2. Bagaimana tingkat efisiensi BPRS di Jabodetabek selama periode 2015-2017?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pada penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis rasio-rasio keuangan dengan pendekatan CAMEL dalam

mengukur tingkat kesehatan BPRS.

2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi BPRS di Jabodetabek dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA).

Page 26: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

10

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang berkaitan

dengan penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan agar penulis mampu menambah wawasan serta

lebih mengerti dan memahami teori-teori terkait tingkat kesehatan dan

efisiensi pada BPRS.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah ilmu pengetahuan di

bidang ekonomi syariah khususnya mengenai penilaian kesehatan BPRS

yaitu dengan menggunakan pendekatan CAMEL dan penilaian efisiensi

BPRS dengan Data Envelopment Analysis (DEA).

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa sebagai wahana tambahan referensi dan

bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan

penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi akademisi

Penelitian yang akan dilakukan ini bisa memberikan bukti empiris

mengenai analisis tingkat kesehatan dan efisiensi Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS).

Page 27: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

11

b. Bagi Nasabah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan nasabah

dalam memilih BPRS yang sehat dan efisien. Dengan memilih BPRS yang

sehat dan efisien diharapkan nasabah dapat mengantisipasi risiko-risiko

yang sering dihadapi oleh lembaga keuangan.

c. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan investor yang

akan menanamkan dananya pada BPRS. Dengan memilih BPRS yang

sehat dan efisien diharapkan dana yang di investasikan digunakan dengan

baik.

d. Bagi Manajemen BPRS

Penelitian ini diharapkan menjadi early warning system untuk perusahaan

BPRS dalam meningkatkan kinerjanya sehingga memperoleh predikat

sehat dan efisien. Dengan begitu akan selalu menjadi pilihan para investor

dan nasabah dalam menanamkan dananya.

e. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana bagi pemerintah dalam

mengevaluasi tingkat kesehatan dan efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) di wilayah Jabodetabek.

Page 28: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

2.1.1 Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah diatur

oleh Surat Keputusan Direktur bank Indonesia No.32/36/KEP/DIR/1999 tanggal

12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan prinsip syariah.

Dalam hal ini, secara teknis BPRS bisa diartikan sebagai lembaga keuangan

sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip

syariah (Heri, 2015).

Menurut Perwataatmadja (1996) dalam Wida (2003) perbedaan antara

BPR konvensional dan BPR syariah seperti pada table 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Antara BPR Konvensional dan BPR Syariah

Uraian BPR Konvensional BPR Syariah

1 Biaya uang Ditetapkan dimuka

dalam porsentase

terhadap pinjaman dan

sisa pinjaman disebut

bunga.

Ditetapkan sekali

dalam jumlah

nominal terhadap

pinjaman sebesar

biaya yang

dikeluarkan, disebut

biaya administrasi.

2 Biaya uang kredit

pemilik barang

Ditetapkan dimuka

dalam porsentase

terhadap sisa kredit,

disebut bunga .

Ditetapkan dimuka

dalam jumlah

nominal dari

keuntungan yang

Page 29: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

13

disepakati disebut

marjin laba (mark

up).

3

Keuntungan atau

kerugian nasabah

Persen tertentu dari

simpanan secara tetap

dan pasti, disebut bunga.

Besaran tertentu dari

jumlah keuntungan

atau kerugian bank

sesuai dengan

keadaan, disebut bagi

hasil (profit and loss

sharing).

4 Bentuk pinjaman Uang tunai. Barang yang

dibelikan untuk

nasabah.

5 Jaminan pinjaman atau

hutang

Disyaratkan. Tidak disyaratkan.

6 Pergerakan dan

penyaluran dana

Tidak ada dewan

semacam ini

Harus melalui dewan

pengawas syariah

7 Hubungan dengan

nasabah

Dalam bentuk kreditur

debitur.

Dalam bentuk

komitmen.

Sumber: Perwataatmadja (1996) dalam Wida (2003)

Berdasarkan tabel 2.1 tersebut, perbedaan utama antara kegiatan BPR yang

menerapkan prinsip syariah dengan BPR konvensional terletak pada sistem

pemberian imbalan atau jasa dari dana BPR, BPR konvensional masih

menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya. Menurut Budisantoso dan

Triandaru (2006), bank berdasarkan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga untuk menentukan imbalan atas

dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak melainkan menggunakan

sistem bagi hasil. Berikut ini perbedaan sistem bunga dan bagi hasil:

Page 30: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

14

Tabel 2.2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1 Penentuan bunga dibuat pada waktu

akad dengan asumsi harus selalu

untung.

Penentuan besarnya nisbah bagi

hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada ke-

mungkinan untung rugi.

2 Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang (modal) di-

pinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil adalah

berdasarkan nisbah terhadap

besarnya keuntungan yang di-

peroleh.

3

Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa pertimbangan apa-

kah proyek yang dijalankan oleh

nasabah untung atau rugi.

Besarannya bagi hasil bergan-

tung pada keuntungan proyek

atau usaha yang dijalankan. Bila

usaha merugi, kerugian akan

ditanggung bersama oleh kedua

pihak.

4 jumlah pembayaran bunga tidak me-

ningkat sekalipun jumlah keuntungan

berlipat atau keadaan ekonomi

sedang meledak (booming).

Jumlah pembagian laba me-

ningkat sesuai dengan pening-

katan jumlah pendapatan.

5 Eksistensi bunga diragukan (kalau

tidak dikecam) oleh semua agama

termasuk Islam.

Tidak ada yang meragukan

keabsahan bagi hasil.

Sumber: Rustam (2013)

Tabel 2.2 tersebut menunjukkan bahwa Islam mengharamkan bunga (riba)

dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki

perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan

pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko,

dan hal itu mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang

Page 31: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

15

adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga

tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.

2.1.2 Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Menurut (Sudarsono, 2003) ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari

pendirian BPRS, yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat

golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.

b. Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat

mengurangi arus urbanisasi.

c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam

rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang

memadai.

Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPRS tersebut, maka diperlukan

strategi operasional sebagai berikut:

a. BPRS tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas,

melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi atau penelitian

kepada usaha-usaha yang bersekala kecil yang perlu dibantu tambahan

modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.

b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek

dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.

c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat

kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.

Page 32: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

16

2.1.3 Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Pada dasarnya sebagai lembaga keuangan syariah BPRS dapat

memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-bank umum syariah.

Kegiatan usaha BPRS meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

1) Simpanan amanah, disebut dengan simpanan amanah sebab dalam hal

bank penerima titipan amanah (trustee account) dari nasabah. Disebut

dengan titipan amanah karena bentuk perjanjian adalah wadiah, yaitu

titipan yang tidak menanggung risiko. Namun demikian, bank akan

memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh bank

melalui pembiayaan kepada nasabahnya.

2) Tabungan wadiah, dalam tabungan ini bank menerima tabungan dari

nasabah dalam bentuk tabungan bebas. Sedangkan akad yang diikat

oleh bank dengan nasabah adalah dalam bentuk wadiah. Titipan

nasabah tersebut tidak menanggung risiko kerugian, dan bank

memberikan bonus kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi

hasil dan kegiatan pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya. Bonus

tabungan wadiah itu dapat diperhitungkan secara harian dan

dibayarkan kepada nasabah pada setiap bulannya.

3) Deposito wadiah mudharabah, dalam produk ini bank menerima

deposito berjangka (time and investment account) dari nasabahnya.

Akad yang dilakukan dalam bentuk wadiah dan dapat pula berbentuk

mudharabah. Lazimnya jangka waktu deposito adalah 1, 2, 6, 12

Page 33: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

17

bulan dan seterusnya sebagai bentuk penyertaan modal (sementara).

Maka nasabah deposan mendapat bonus keuntungan dari bagi hasil

yang diperoleh bank dari pembiayaan yang dilakukannya kepada

nasabah-nasabah lainnya.

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

1) Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah,

salam,dan jual beli lainnya.

2) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah.

3) Pembiayaan lain berdasarkan prinsip rhan dan qardh.

c. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPRS sepanjang disetujui

oleh Dewan Syariah Nasional.

2.2 Penilaian Kesehatan Bank

2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Indonesia meliputi berbagai

aspek kegiatan antara lain kemampuan bank dalam menghimpun dana,

kemampuan bank dalam mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan dana ke

masyarakat, kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain dan

pemenuhan peraturan yang berlaku (Mulatsih, 2014).

Page 34: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

18

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi

semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku (Budisantoso dan Triandaru, 2006).

2.2.2 Penilaian tingkat kesehatan BPRS dengan CAMEL

Menilai kesehatan di sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek.

Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi

yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia

sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana

bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya

(Martono, 2010).

Ukuran dalam melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh

Bank Indonesia. Bank-bank diharuskan membuat laporan, baik yang bersifat rutin

ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode

tertentu. Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, untuk mengetahui

apakah ada peningkatan atau penurunan tingkat kesehatan bank. Bagi bank yang

kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan

dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank yang terus

menerus tidak sehat, maka harus mendapat pengarahan atau sangsi dari Bank

Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank (Kasmir, 2009).

Menurut zahara (2013), dalam menilai tingkat kesehatan bank mencakup

penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :

Page 35: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

19

a. Permodalan (capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai

berikut:

1) Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum

(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

2) Komposisi permodalan.

3) Tren kedepan atau proyeksi KPMM.

4) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank.

5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang

berasal dari keuntungan (laba ditahan).

6) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.

7) Akses kepada sumber permodalan.

8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.

b. Kualitas Asset (Asset quality)

Kualitas asset ini dilakukan penilaian terhadap komponen-komponen

sebagai berikut:

1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva

produktif.

2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total

kredit.

3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)

dibandingkan aktiva produktif.

Page 36: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

20

4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva

produktif (PPAP).

5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.

6) Sistem kaji ulang internal terhadap aktiva produktif.

7) Dokumentasi aktiva produktif.

8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

c. Manajemen (management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1) Manajemen umum.

2) Penerapan sistem manajemen risiko.

3) Keputusan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen

kepada bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

d. Rentabilitas (earnings)

Penilaian terhadap faktor kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen yaitu :

1) Pengembalian atas aktiva (return on asset-ROA).

2) Pengembalian atas sekuritas (return on equity-ROE).

3) Margin bunga bersih (Net Interest Margin-NIM).

4) Biaya operasioal terhadap pendapatan operasional (BOPO).

5) Pertumbuhan laba operasional.

6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.

7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.

Page 37: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

21

8) Prospek laba operasional.

e. Likuiditas (liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain

dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen yaitu ;

1) Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan passiva likuid

kurang dari satu bulan.

2) Rasio pinjaman tehadap dana pihak ketiga.

3) Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang.

4) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti.

5) Kebijakan dan pengelolaan likuiditas.

6) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar

modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya.

7) Stabilitas dana pihak ketiga

Tingkat kesehatan BPRS digolongkan dalam empat kategori yaitu: Sehat,

Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat. Penggolongan tingkat kesehatan

tersebut didasarkan atas pencapaian nilai kredit sebagaimana tampak pada tabel

2.3 berikut ini:

Tabel 2.3

Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81 - 100 Sehat

66 - <81 Cukup Sehat

51 - <66 Kurang Sehat

0 - 51 Tidak Sehat

Page 38: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

22

Penggolongan tingkat kesehatan dalam penelitian ini terbagi dalam dua

kategori yaitu : Sehat dan Tidak Sehat. Penggolongan tingkat tersebut didasarkan

atas pencapaian nilai kredit sebagaimana dalam tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4

Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank Pada Penelitian

Nilai Kredit Predikat

66 - 100 Sehat

0 - <66 Tidak Sehat

2.3 Konsep Efisiensi

2.3.1 Pengertian Efisiensi

Efisiensi diartikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai

perhitungan rasio output dan atau input atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari

suatu masukan yang digunakan (Muharam dan Pusvitasari, 2007). Suatu

perusahaan dikatakan efisiensi apabila:

1. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan

dengan jurnlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan

menghasilkan jumlah output yang sama

2. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah

output yang lebih besar.

Konsep pengukuran efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel

(1957) pada saat melakukan pengukuran empirik. Menurut Farrel (1957) dalam

Tian (2015), efisiensi suatu perusahaan terdiri dari dua komponen yaitu efisiensi

Page 39: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

23

teknik dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknik menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan output dengan memanfaatkan jumlah input yang

ada. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi

produksinya. Hampir sama dengan perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga

merupakan suatu tolak ukur dalam mengukur kinerja bank dimana efisiensi

merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran

kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun total efisiensi (Muharam

dan Pusvitasari, 2007).

2.3.2 Pengukuran Efisiensi

Menurut (Muharam dan Pusvitasari, 2007) pengukuran efisiensi dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Rasio

Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara

menghitung perbandingan output dan input yang digunakan . Pendekatan

ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat

menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang

seminimal mungkin.

Efisiensi = Output

Input

Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak input dan

banyak output yang dihitung, jika diperhitungkan serempak maka akan

Page 40: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

24

menimbulkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi

yang tidak tegas (Muharam dan Purvitasari, 2007).

2. Pendekatan Regresi

Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari

tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.

Fungsi regresi adalah sebagai berikut:

Y= f (X1, X2, X3, X4, .....,…..,….. Xn)

Dimana: Y = Output

X = Input

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat

digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat

dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada

output hasil estimasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah

ketidakmampuannya dalam menampung banyak output, karena dalam

sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator output.

Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator

maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Muharam dan

Purvitasari, 2007).

3. Pendekatan Frontier

Menurut Muharam dan Purvitasari (2007), pendekatan frontier dalam

mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier

parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya

Page 41: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

25

menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang

merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik

adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai

parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya.

Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik

parametrik seperti menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis

(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan

frontier non parametrik dapat diukur dengan tes statistik non parametrik

dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dalam

penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah tes non parametrik

dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

2.3.3 Konsep Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah tekhnik pemrograman

linier yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu organisasi dengan

menggunakan sejumlah input dan output sebagai alat evaluasi dan sebagai tolak

ukur dalam membuat suatu keputusan. DEA dikembangkan pertama kali oleh

Farrell tahun 1957 yang mengukur efisiensi teknis satu input dan satu output

menjadi multi input dan multi output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif

sebagai rasio input (single virtual input) dengan output (single virtual output)

(Adrian dan Etty, 2009).

Sedangkan menurut Yudistira (2004) dalam Muhari dan Hosen (2014)

menyatakan bahwa DEA merupakan teknik pemrograman linier untuk mengukur

Page 42: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

26

bagaimana Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) beroperasi relatif terhadap bank-bank

lain dalam sampel. Teknik ini membuat garis frontier yang ditetapkan oleh bank

efisien dan dibandingkan dengan bank yang inefisien untuk menghasilkan nilai

efisiensi. Selanjutnya, skor efisiensi bank berkisar antara 0 sampai dengan 1,

dimana 1 merupakan nilai yang paling efisien. Dalam analisis DEA, bank yang

paling efisien (dengan nilai efisiensi 1) tidak perlu menghasilkan tingkat output

maksimal dari input yang ada. Lebih lanjut, bank ini merupakan bank dengan

tingkat output best practice dibandingkan dengan bank lain dalam sampel.

DEA mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat menggunakan data yang

lebih sedikit, lebih sedikit asumsi yang diperlukan, dan sampel yang lebih sedikit

dapat digunakan. Namun demikian, kesimpulan secara statistika tidak dapat

diambil jika menggunakan metode non parametrik. Pendekatan DEA tidak

menggunakan rendom error, oleh karena itu hasil ketidak efisienan hanya

dijadikan faktor inefisiensi secara umum oleh sebuah Decision Making Unit

(DMU). Pendekatan non parametrik dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi

secara lebih umum (Hadad, dkk, 2003).

Keuntungan menggunakan DEA adalah kemampuan DEA

mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai refrensi yang dapat membantu

menentukan penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan

keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat menggunakan banyak

input dan output serta tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi antara variabel

input dan output tersebut. DEA juga tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap

Page 43: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

27

dari bentuk fungsi yang menunjukan hubungan produksi dan distribusi dari

observasi (Fethi dan Pasiouras, 2010).

2.3.4 Penentuan Variabel Input-Output

Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007) terdapat 3 pendekatan yang

lazim digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis

(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametrik Data

Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output

dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu :

1. Pendekatan Aset ( The asset Approach)

Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan

sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output

benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk aset.

2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari

akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu

mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal

pada aset-aset tetap dan material lainya.

3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)

Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai

intermediator, yaitu merubah dan mentrasfer aset-aset finansial dari unit-

unit surplus menjual unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input

institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembiayaan bunga pada

Page 44: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

28

deposit, lalu dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman

(loans) dan investasi finansial (financilal investment). Akhirnya

pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai

pencipta kredit pinjaman (loans).

Konsekuensi dari adanya tiga pendekatan ini, yaitu terdapatnya perbedaan

dalam menentukan variabel input dan output, khususnya pada pendekatan

produksi dan pendekatan intermediasi dalam memperlakukan simpanan. Dalam

pendekatan produksi, simpanan diperlakukan sebagai output, karena simpanan

merupakan jasa yang dihasilkan melalui kegiatan bank. Sedangkan dalam

pendekatan intermediasi simpanan ditempatkan sebagai input, karena simpanan

yang dihimpun bank akan mentransformasikanya ke dalam bentuk aset yang

menghasilkan, terutama pinjaman yang diberikan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti melakukan penelitian tentang efisiensi dan kesehatan

bank baik itu bank konvensional maupun bank syariah. Hasil dari beberapa

peneliti tersebut akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam

penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Hamim S. Ahmad Mokhtar, Naziruddin Abdullah, Syed M. Al-Habshi

(2006)

Penelitian ini meneliti tentang efisiensi bank syariah di Malaysia

dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Approach. Periode yang

Page 45: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

29

diteliti yaitu tahun 1997 sampai 2003. Hasil penelitian menunjukan bahwa

rata-rata efisiensi teknis dan biaya bank umum konvensional lebih tinggi

dari bank syariah. Namun dari segi tren, menunjukan bahwa rata-rata

Efisiensi teknis dan efisiensi biaya bank syariah cenderung meningkat dari

tujuh periode. Sedangkan efisiensi bank konvensional tidak banyak

berubah selama periode yang sama. Penelitian ini juga meneliti efisiensi

berdasarkan tipe bank, hasilnya bank umum syariah secara signifikan lebih

efisiensi daripada unit usaha syariah. Serta rata-rata efisiensi bank menurut

status kepemilikannya, diketahui bahwa unit usaha syariah asing lebih

efisien daripada unit usaha syariah bank domestik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi. Pada penelitian

sebelumya menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA)

sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment

Analysis (DEA). Selain itu perbedaan juga terdapat pada sampel dan

periode penelitian. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS

diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian tahun 2015-2017.

Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu adalah bank syariah di

Malaysia dan periode yang diteliti adalah 1997-2003. Selain itu penelitian

ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan pedekatan CAMEL

dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.

Page 46: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

30

2. Moh. Sochih (2008)

Penelitian ini mengukur tingkat kesehatan BPRS yang ditinjau dari

CAMEL studi kasusnya pada PT BPRS Margi Rizki Bahagia daerah

Yogyakarta. Rasio yang digunakan adalah CAR, PPAP, ROA, BOPO, CR

dan LDR. Pada penelitiannya dalam perhitungan kesehatan BPRS

menggunakan nilai bobot dan nilai kredit untuk BPRS. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa kondisi perusahaan secara keseluruhan

dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 adalah sehat, karena total nila 1

kredit hasil analisis laporan keuangan dan manajemen berdasarkan

CAMEL, masing-masing 93, 91.42, dan 97.8. Total nilai tersebut sesuai

dengan ketetapan Bank Indonesia, yaitu BPR dikatakan sehat jika nilai

kreditnya adalah 81 sampai dengan 100.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

metode yang digunakan dalam mengukur tingkat Kesehatan. Pada

penelitian sebelumya hanya menggunakan nilai bobot dan nilai kredit,

sedangkan pada penelitian ini selain menggunakan nilai bobot dan nilai

kredit penelitian ini juga menggunakan metode Binary Logistic. Selain itu

perbedaan juga terdapat pada sampel, periode dan rasio penelitian. Pada

penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek

dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian

terdahulu adalah 1 BPRS di wilayah Yogyakarta dan periode yang diteliti

adalah 1998-2000. Sedangkan rasio yang digunakan pada penelitian ini

adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR, sedangkan penelitian

Page 47: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

31

sebelumnya rasio yang digunakan adalah CAR, PPAP, ROA, BOPO, CR

dan LDR. Selain itu penelitian ini juga mengukur tingkat efisiensi BPRS

dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

3. Deni Kusumawardani, Tri Haryanto, dan Wisnu Wibowo (2008)

Penelitian ini mengukur tingkat kesehatan dan efisiensi Bank

Perkreditan Rakyat di Jawa Timur. Rasio yang digunakan adalah CAR,

PAQ, ROA, BOPO, CR dan LDR. Dalam perhitungan tingkat

kesehatannya menggunakan nilai bobot dan nilai kredit untuk BPRS,

sedangkan untuk menilai tingkat efisiensi menggunakan DEA. Dari

penelitian ini menunjukan bahwa Indikator kinerja keuangan yang

menyangkut aspek permodalan, kualitas asset, rentabilitas dan likuiditas,

menunjukkan bahwa BPR Jatim termasuk dalam kategori sehat. Demikian

juga, capaian kinerja pada kantor cabang BPR Jatim bila dibandingkan

dengan standar yang ditetapkan oleh BI menunjukkan performa baik.

Analisis menggunakan Model DEA menunjukkan bahwa pada umumnya

kantor cabang kurang efisiensi. Untuk meningkatkan tingkat efisiensi,

BPR sebagai lembaga intermediasi harus meningkatkan penyaluran dana

kepada masyarakat dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Hasil

pengujian korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara tingkat kesehatan bank dengan skor efisiensi DEA.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

metode yang digunakan dalam mengukur tingkat Kesehatan. Pada

penelitian sebelumya hanya menggunakan nilai bobot dan nilai kredit,

Page 48: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

32

sedangkan pada penelitian ini selain menggunakan nilai bobot dan nilai

kredit penelitian ini juga menggunakan metode Binary Logistic. Selain itu

perbedaan juga terdapat pada sampel, periode dan rasio penelitian. Pada

penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek

dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian

terdahulu adalah BPRS di wilayah Jawa Timur dan periode yang diteliti

adalah 1998-2000. Sedangkan rasio yang digunakan pada penelitian ini

adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR, sedangkan penelitian

sebelumnya rasio yang digunakan adalah CAR, PAQ, ROA, BOPO, CR

dan LDR.

4. Diah Arianti, dan Nur Iriawan (2013)

Penelitian ini mengukur tingkat kesehatan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) di Indonesia dengan pendekatan model regresi logistik.

Penelitian ini melibatkan 8 variabel indikator keuangannya yaitu CAR,

KAP, PPAP, ROA, BOPO, CR, LDR, dan Managemen. Hasil penelitian

ini menunjukkan pemodelan yang menyatakan bahwa CAR, KAP, BOPO

dan CR memiliki pengaruh yang signifikan atas penentuan predikat

kesehatan BPR. Dan pemodelan telah menunjukkan adanya pengaruh

CAR, KAP dan BOPO yang besar atas kesehatan BPR. Uji ketepatan

model prediksi menunjukkan hasil 93,5% akurat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

sampel, periode dan rasio penelitian. Pada penelitian ini sampel yang

diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian

Page 49: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

33

tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian terdahulu adalah 31 BPR di

Indonesia dan periode yang diteliti adalah 2007-2009. Sedangkan rasio

yang digunakan pada penelitian ini adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan

FDR, sedangkan penelitian sebelumnya rasio yang digunakan adalah

CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, CR, LDR, dan Managemen. Selain itu

penelitian ini juga mengukur tingkat efisiensi BPRS dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA).

5. Syafaat Muhari dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen (2014)

Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi BPRS di Indonesia

dengan membandingankan metode SFA dengan DEA dan hubungannya

dengan CAMEL. Objek penelitiannya adalah BPRS yang tercata selama

periode Juni 2011-Maret 2013 dengan jumlah 159 BPRS. Secara statistik

rata-rata tingkat efisiensi BPRS berdasarkan pendekatan parametric SFA

lebih tinggi dari tingkat efisiensi berdasarkan pendekatan non parametrik

DEA. Berdasarkan korelasi spearman, bahwa tingkat efisiensi BPRS

dengan menggunakan metode SFA tidak mempunyai hubungan yang nyata

dengan analisis kesehatan bank CAMEL. Sedangkan tingkat efisiensi

BPRS dengan menggunakan metode DEA mempunyai keterkaitan yang

lemah dan nyata dengan analisis kesehatan bank CAMEL.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi. Pada penelitian

sebelumya menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA)

dan Data Envelopment Analysis (DEA), sedangkan pada penelitian ini

Page 50: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

34

hanya menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Selain itu

perbedaan juga terdapat pada sampel dan periode penelitian. Pada

penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek

dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada

penelitian terdahulu adalah 159 BPRS dan periode yang diteliti adalah Juni

2011-Maret 2013. Selain itu penelitian ini juga mengukur tingkat

kesehatan BPRS dengan pedekatan CAMEL dan metode yang digunakan

adalah Binary Logistic.

6. Shafitranata dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen (2014)

Penelitian ini mengukur efisiensi teknis pada 3 Bank Syariah yaitu

Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah

selama periode 2007 sampai dengan tahun 2010. Variabel inputnya adalah

biaya operasional, biaya tenaga kerja dan jasa bank. Untuk variabel

outputya adalah total simpanan dan deposito. Hasil pada penelitian ini

menunjukan bahwa rata-rata Bank Syariah yang memiliki tingkat efisiensi

yang paling baik adalah Bank Muamalat Indonesia, selanjutnya Bank

Syariah Mandiri dan terakhir adalah Bank Mega Syariah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini sampel yang

diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian

tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu adalah 3

Bank Syriah dan periode yang diteliti adalah 2007-2010. Selain itu

Page 51: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

35

penelitian ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan pedekatan

CAMEL dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.

7. Suliyanto dan Dian Purnomo jati (2014)

Penelitian ini menguji perbedaan tingkat efisiensi BPR dengan

bank umum. Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan Data

Envelopment Analysis (DEA) bahwa tingkat efisiensi bank umum maupun

BPR belum mencapai efisiensi sempurna (100%), dengan rata-rata tingkat

efisiensi bank umum selama periode penelitian (tahun 2009 Sampai

dengan 2011) adalah sebesar 86%, sedangkan rata-rata tingkat efisiensi

BPR adalah sebesar 87%. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa

inefisiensi yang dialami bank umum maupun BPR salah satunya

disebabkan oleh pengeluaran pada variabel input berupa personal expenses

(biaya tenaga kerja) yang berlebihan atau melebihi target optimal. Selain

belum optimalnya pengelolaan biaya tenaga kerja, BPR juga mengalami

permasalahan terkait iddle fund (dana menganggur). Berdasarkan hasil

analisis uji beda rata-rata sampel bebas diperoleh hasil bahwa tidak

terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara bank umum dengan bank BPR.

Hal ini disebabkan karena baik bank umum maupun BPR memiliki

problem yang sama, yaitu pengelolaan personal expenses yang belum

optimal sehingga bank menjadi belum efisien.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini sampel yang

diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian

Page 52: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

36

tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu adalah

BPR dan Bank Umum dan periode yang diteliti adalah 2009-2011. Selain

itu penelitian ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan

pedekatan CAMEL dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.

8. Fekri Ali Shawtari dan Mohamed Ariff Shaikh Hamzah Abdul Razak

(2015)

Penelitian ini menguji efisiensi industri perbankan di Yaman

dengan menggunakan Data Envelopment Analysis. Sektor perbankan di

Yaman terkena beberapa kendala yang menghambat kemajuan seluruh

indsutri, termasuk sirkulasi kas keluar dari sistem moneter salah satunya

adalah tingginya kredit macet. Pemerintah atas saran IMF dalam sebuah

upaya untuk memperbaiki masalah seperti itu merekomendasikan

pengenalan ekonomi reformasi yang sebagian fokus pada sistem keuangan.

sistem Ini telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi

sektor perbankan sehingga sesuai dengan standar internasional. Studi ini

memberikan bukti bahwa reformasi sektor perbankan tidak berhasil dalam

mencapai harapan. Jelaslah bahwa skor efisiensi sangat rendah dan ada

kebutuhan mendesak untuk peningkatan skor efisiensi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, bank Islam telah mengungguli bank

konvensional. Meskipun relatif stabil, bank konvensional mengalami

tingkat efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank Islam.

Untuk itu diperlukan langkah dan kebijakan untuk lebih meningkatkan

industri perbankan.

Page 53: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

37

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

pada sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah

BPRS diwilayah Jabodetabek. Sedangkan sampel pada penelitian

terdahulu adalah Bank Syraiah dan Bank Konvensional di Yaman. Selain

itu penelitian ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan

pedekatan CAMEL dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.

9. Yekti Rahajeng (2016)

Penelitian ini menguji tingkat kesehatan bank menggunakan

metode CAMELS, sampel penelitiannya adalah Bank Syariah Mandiri,

Tbk. Berdasarkan hasil analisis penilaian tingkat kesehatan bank PT BSM,

Tbk untuk faktor keuangan dari tahun 2009-2011 mendapatkan peringkat 2

dengan predikat baik. Untuk perkembangan faktor manajemen PT BSM,

Tbk mendapat peringkat 1 dengan predikat sangat baik pada tahun 2009-

2010. Penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode CAMELS yang

telah dilakukan, medapatkan hasil bahwa PT BSM, Tbk tahun 2009-2011

mendapatkan nilai tingkat komposit 2, yang mencerminkan tingkat

kesehatannya tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif

kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki

kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

metode penilaian tingkat kesehatan bank. Pada penelitian sebelunya dalam

menilai tingkat kesehatan bank menggunakan nilai komposit sedangkan

pada penilitian ini metode yang digunakan adalah Binary Logistic. Selain

Page 54: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

38

itu terdapat perbedaan pada sampel, periode dan rasio penelitian. Pada

penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek

dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian

terdahulu adalah Bank Syariah Mandiri, Tbk dan periode yang diteliti

adalah 2009-2011. Sedangkan rasio yang digunakan pada penelitian ini

adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR, sedangkan penelitian

sebelumnya rasio yang digunakan adalah CAR, KAP, GCG, NOM, STM

(Short Term Mismatch) dan MR (Market Risk). Selain itu penelitian ini

juga mengukur tingkat efisiensi BPRS dengan metode Data Envelopment

Analysis (DEA).

10. Fakarudin Kamarudin, Zack Hue Chiun, Fadzlan Sufian, Nazratul Aina,

Mohamad Anwar (2017)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas bank-bank

Islam apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Metode yang

digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA) dan indeks

Malmquist untuk mengukur produktivitas. Sampel dalam penelitian ini

adalah bank syariah yang beroperasi di Brunei, Indonesi dan Malaysia

selama periode 2006 hingga 2014. Temuan empiris menunjukkan bahwa

bank syariah domestik dan asing memiliki kemajuan, kedua bank yang

dimiliki telah menjadi manajerial yang efisien dalam mengendalikan biaya

operasi mereka tetapi telah beroperasi pada skala operasi yang salah.

Hasilnya tampak menunjukkan bahwa bank-bank asing memiliki sedikit

lebih banyak produktif dibandingkan dengan rekan bank domestik mereka,

Page 55: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

39

yang dikaitkan dengan yang lebih tinggi perubahan efisiensinya. Namun,

peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik antara

efisiensi dan produktivitas bank Islam asing dan domestik yang dimiliki.

Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan secara statistik antara efisiensi dan produktivitas milik asing

dibandingkan dengan bank syariah domestic. Selanjutnya, kapitalisasi,

likuiditas dan faktor penentu krisis keuangan dunia secara signifikan

mempengaruhi tingkat produktivitas bank syariah yang beroperasi di

Brunei, Indonesia dan Malaysia selama periode yang diteliti.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

penelitian sebelumya menggunakan indeks Malmquist untuk mengukur

produktivitas, sedangkan pada penelitian ini tidak mengukur produktivitas

melainkan kesehatan bank dengan Binary Logistic. Selain itu perbedaan

juga terdapat pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini

sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode

penelitian tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu

adalah bank syariah yang beroperasi di Brunei, Indonesi dan Malaysia

selama periode 2006 hingga 2014.

11. Ahmad Rodoni, M. Arskal Salim, Euis Amalia, Rezki Syahri Rakhmadi

(2017)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi dan

profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia, Malaysia dan

Pakistan. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah Data

Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur efisiensi dan indeks

Page 56: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

40

Malmquist untuk mengukur produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa industri perbankan syariah di Indonesia cenderung kurang efisien,

hal ini diperlihatkan oleh data rata-rata lima tahun terakhir yang tidak

mampu mencapai tingkat efisiensi 100%. Tingkat efisiensi Bank Syariah

Indonesia berada pada kisaran 75%. Malaysia turut pula menghadapi

permasalahan inefisiensi, namun kondisi ini lebih baik dibandingkan

Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, tingkat efisiensi industri perbankan

syariah di Malaysia tidak mencapai tingkat efisiensi 100%. Kondisi

efisiensi malaysia terletak dikisaran 90%. Pakistan merupakan salah satu

Negara yang hampir mencapai tingkat efisiensi pada industri perbankan

syariahnya. Pakistan mendekati tingkat efisiensi rata-rata 100%.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada

penelitian sebelumya menggunakan indeks Malmquist untuk mengukur

produktivitas, sedangkan pada penelitian ini tidak mengukur produktivitas

melainkan kesehatan bank dengan Binary Logistic. Selain itu perbedaan

juga terdapat pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini

sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode

penelitian tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu

adalah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, Malaysia dan Pakistan

dengan periode penelitian 2009-2013.

Penelitian-penelitian terdahulu tersebut di ringkas sebagaimana dalam

Tabel 2.4 berikut ini:

Page 57: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

41

Tabel 2.5

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Hasil Temuan

1 Hamim S.

Ahmad

Mokhtar,

Naziruddin

Abdullah, Syed

M. Al-Habshi

(2006)

Journal of

Economic

Cooperation

Malaysia 2006

Eficiency of

Islamic banking

in Malaysia : A

Stochastic

Frontier

Approach

Mengukur tingkat

efisiensi bank

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan dan

efisiensi

Penelitian

Terdahulu:

Mengukur tingkat

efisiensi

Sampel:

Penelitian ini:

mengukur tingkat

kesehatan BPRS di

wilayah

Jabodetabek.

Penelitian terdahulu:

BUK, BUS dan Unit

Usaha di Malaysia.

Metode Penelitian

Penelitian ini :

Efisiensi: DEA

Kesehatan: Regresi

Logistik

Penelitian terdahulu:

meneliti efisiensi

dengan SFA.

Rata-rata efisiensi

teknis dan biaya bank

umum konvensional

lebih tinggi dari bank

syariah. Efisiensi tek-

nis dan biaya rata-rata

untuk bank syariah

masing-masing 80,1%

dan 86%, sedangkan

bank konvensional

menunjukan efisiensi

teknis dan biaya

adalah 83,5% dan

87,6%. Namun dari

segi tren, menunjukan

bahwa rata-rata Efi-

siensi teknis dan

efisiensi biaya bank

syariah cenderung

meningkat dari tujuh

periode. Sedangkan

efisiensi bank kon-

vensional tidak banyak

berubah selama pe-

riode yang sama.

Penelitian ini juga

meneliti efisiensi ber-

dasarkan tipe bank.

Hasilnya bank umum

syariah secara signifi-

kan lebih efisiensi

daripada unit usaha

syariah. Serta rata-rata

efisiensi bank menurut

status kepemilikannya,

Page 58: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

42

diketahui bahwa unit

usaha syariah asing

lebih efisien daripada

unit usaha syariah

bank domestik.

2 Moh. Sochih

(2008)

Jurnal

Pendidikan

Akuntansi

Indonesia

Vol. VI. No. 2 –

Tahun 2008

Analisis Tingkat

Kesehatan Bank

Ditinjau Dari

CAMELUntuk

Mengukur

Keberhasilan

Manajemen

Pada PT BPRS

Margirizki ,

Banguntapan,

Bantul,

Yogyakarta

(Studi Kasus

Pada PT BPRS

Margi Rizki

Bahagia)

Mengukur tingkat

tingkat kesehatan

BPRS.

Memakai metode

CAMEL.

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan dan

efisiensi

Penelitian

Terdahulu:

Mengukur tingkat

kesehatan

Sampel:

Penelitian ini:

mengukur tingkat

kesehatan BPRS di

wilayah

Jabodetabek.

Penelitian terdahulu:

1 BPRS wilayah

Yogyakarta.

Metode Penelitian

Penelitian ini :

Efisiensi: DEA

Kesehatan: Regresi

Logistik

Penelitian terdahulu:

meneliti dengan nilai

bobot dan nilai

kredit BPRS.

Kondisi perusahaan

secara keseluruhan dari

tahun 1998 sampai

dengan tahun 2000

sehat, karena total nila1

kredit hasil analisis

laporan keuangan dan

manajemen berdasarkan

CAMEL,masing-masing

93, 91.42, dan 97.8.

Total nilai tersebut

cukup meyakinkan

karena ketetapan Bank

Indonesia, BPR dikata-

kan sehat jika nilai

kredit 81 sampai dengan

100.

3 Deni

Kusumawardani

, Tri Haryanto,

dan Wisnu

Wibowo(2008)

Majalah

Ekonomi Tahun

XVIII, No. 2

Agustus 2008

Tingkat

Kesehatan Dan

Efisiensi

Bank

Perkreditan

Rakyat Jawa

Timur

Mengukur tingkat

efisiensi.

Mengukur tingkat

kesehatan

Sampel :

Penelitian ini :BPRS

Penelitian terdahulu:

BPR

Metode Penelitian

:

Penelitian ini:

Efisiensi: DEA

Kesehatan: Regresi

Indikator kinerja ke-

uangan yang me-

nyangkut aspek per-

modalan, kualitas asset,

rentabilitas dan

likuiditas, menunjukkan

bahwa BPR Jatim

termasuk dalam kategori

sehat. Demikian juga,

capaian kinerja pada

Page 59: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

43

Logistik

Penelitian terdahulu:

DEA

Nilai Bobot dan

Nilai Kredit

kantor cabang BPR

Jatim bila dibandingkan

dengan standar yang

ditetapkan oleh BI

menunjukkan performa

baik. Analisis meng-

gunakan Model DEA

menunjukkan bahwa

pada umumnya kantor

cabang kurang efisiensi.

Untuk meningkatkan

tingkat efisiensi, BPR

sebagai lembaga

intermediasi harus me-

ningkatkan penyaluran

dana kepada masyarakat

dengan tetap menjaga

prinsip kehati-hatian.

Hasil pengujian korelasi

spearman menunjukkan

bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat

kesehatan bank dengan

skor efisiensi DEA.

4 Diah Arianti,

dan Nur

Iriawan

Prosiding

Seminar

Nasional

Manajemen

Teknologi XVII

Program Studi

MMT-ITS,

Surabaya 2

Februari 2013

Early Warning

System (Ews)

Untuk Prediksi

Kesehatan

Bank

Perkreditan

Rakyat (Bpr)

Di Indonesia:

Pendekatan

Model Regresi

Logistik

Menilai Tingkat

Kesehatan BPR

dengan CAMEL.

Mengukur

Pengaruh Rasio-

Rasio Keuangan

Terhadap

Kesehatan Bank

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan dan

Efisiensi BPRS

Penelitian terdahulu:

Mengukur Pengaruh

Rasio-Rasio

Keuangan Terhadap

Kesehatan Bank

Dengan regresi

logistik.

Sampel:

Penelitian ini: BPRS

Penelitian terdahulu:

BPR

Metode Penelitian

:

Penelitian ini mengukur

kesehatan BPR yang

melibatkan 8 variabel

indikator keuangannya

yaitu CAR, KAP, PPAP,

ROA, BOPO, CR, LDR,

dan Managemen.

Diperoleh hasil per-

modelan yang menyata-

kan bahwa CAR, KAP,

BOPO dan CR memiliki

pengaruh yang sig-

nifikan atas penentuan

predikat kesehatan BPR.

Dan pemodelan telah

menunjukkan adanya

pengaruh CAR, KAP

dan BOPO yang besar

atas kesehatan BPR. Uji

ketepatan model prediksi

Page 60: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

44

Penelitian ini:

Efisiensi: DEA

Kesehatan: Regresi

Logistik

Penelitian terdahulu:

Regresi logistik

menunjukkan hasil

93,5% akurat.

5 Syafaat Muhari

dan Muhamad

Nadratuzzaman

Hosen(2014)

Jurnal Keuangan

dan Perbankan,

Vol.18, No.2

Mei 2014, hlm.

307–328

Tingkat

Efisiensi BPRS

Di Indonesia:

Perbandingan

Metode SFA

Dengan DEA

Dan

Hubungannya

Dengan

CAMEL

Mengukur Tingkat

Efisiensi BPRS.

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan Bank

dengan CAMEL dan

tingkat efisiensi

dengan DEA.

Penelitian terdahulu:

mengukur hubungan

efisiensi dengan

CAMEL.

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

SFA

DEA

Secara statistik rata-rata

tingkat efisiensi BPRS

berdasarkan pendekatan

parametrik SFA lebih

tinggi dari tingkat

efisiensi berdasarkan

pendekatan non-

parametrik DEA.

Berdasarkan korelasi

Spearman, tingkat

efisiensi BPRS dengan

menggunakan metode

SFA tidak mempunyai

hubungan yang nyata

dengan analisis ke-

sehatan bank CAMEL.

Sedangkan tingkat

efisiensi BPRS dengan

menggunakan metode

DEA mempunyai ke-

terkaitan yang lemah dan

nyata dengan analisis

kesehatan bank CAMEL

6 Shafitranata dan

Muhamad

Nadratuzzaman

Hosen (2014)

International

Journal of

Academic

Research in

Economic and

Management

Science, Vol. 3.

2014

Efficiency of

Islamic Bank

Using Data

Envelopment

Analysis (DEA)

in Indonesia,

2007-2010.

Mengukur Tingkat

Efisiensi Dengan

DEA.

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan Bank

dengan CAMEL.

Penelitian terdahulu:

mengukur tingkat

efisiensi dengan

DEA.

Sampel:

Penelitian ini adalah

BPRS

Penelitian terdahulu

adalah Bank Syariah

Hasil pada penelitian ini

menunjukan bahwa rata-

rata Bank Syariah yang

memiliki tingkat

efisiensi yang paling

baik adalah Bank

Muamalat Indonesia,

selanjutnya Bank

Syariah Mandiri dan

terakhir adalah Bank

Mega Syariah.

Page 61: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

45

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

DEA

7 Suliyanto dan

Dian Purnomo

Jati (2014)

Jurnal keuangan

dan perbankan,

Vol. 18, No.2,

Mei 2014.

Perbandingan

Efisiensi Bank

Perkreditan

Rakyat dan

Bank Umum

dengan

Pendekatan

Data

Envelopment

Analysis

Mengukur dan

membandingkan

tingkat efisiensi

BPR dan Bank

Umum dengan

DEA.

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan Bank

dengan CAMEL.

Penelitian terdahulu:

hanya mengukur

tingkat efisiensi

dengan DEA.

Sampel:

Penelitian ini adalah

BPRS

Penelitian terdahulu

adalah BPR dan

Bank Umum

Konvensional

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

DEA

Penelitian ini menguji

perbedaan tingkat

efisiensi BPR dengan

bank umum. Ber-

dasarkan hasil analisis

dengan pendekatan

Data Envelopment

Analysis (DEA) bahwa

tingkat efisiensi bank

umum maupun BPR

belum mencapai

efisiensi sempurna

(100%), dengan rata-

rata tingkat efisiensi

bank umum selama

periode penelitian

(tahun 2009 Sampai

dengan 2011) adalah

sebesar 86%, sedang-

kan rata-rata tingkat

efisiensi BPR adalah

sebesar 87%.

8 Fekri Ali

Shawtari dan

Mohamed Ariff

Shaikh Hamzah

Abdul Razak

(2015)

Emerald:

Benchmarking:

An International

Journal, Vol. 22

Iss 6 pp. 1115 –

1140

Efficiency

Assessment Of

Banking Sector

In Yemen Using

Data

Envelopment

Window

Analysis

Megukur Tingkat

Efisiensi Bank

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan Bank

dengan CAMEL.

Penelitian terdahulu:

hanya mengukur

tingkat efisiensi

dengan DEA.

Sampel:

Penelitian ini adalah

BPRS

Penelitian terdahulu

adalah Bank Syariah

dan Bank

Skor efisiensi per-

bankan di Yaman

sangat rendah dan ada

kebutuhan mendesak

untuk peningkatan

skor efisiensi tersebut.

Berdasarkan hasil

penelitian, bank Islam

dilaporkan telah

mengungguli bank

konvensional.

Meskipun relatif

stabil, bank kon-

vensional mengalami

tingkat efisiensi yang

lebih rendah di-

Page 62: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

46

Konvensional

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

DEA

bandingkan dengan

bank-bank Islam.

Untuk itu diperlukan

langkah dan kebijakan

untuk lebih me-

ningkatkan industri

perbankan.

9 Yekti

Rahajeng

(2016)

Jurnal

ECOBUSS

Vol.4 No.1,

Maret 2016

Analisis

Penilaian

Tingkat

Kesehatan Bank

Menggunakan

Metode

CAMELS Pada

Bank Syariah

Mandiri, Tbk.

Mengukur Tingkat

Kesehatan Bank

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

Efisiensi Bank.

Penelitian terdahulu:

hanya mengukur

tingkat Kesehatan

Bank dengan

CAMELS.

Sampel:

Penelitian ini adalah

BPRS

Penelitian terdahulu

adalah Bank

Syariah Mandiri,

Tbk.

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

Peringkat Komposit

Berdasarkan hasil

analisis penilaian

tingkat kesehatan bank

PT BSM, Tbk untuk

faktor keuangan dari

tahun 2009-2011

mendapatkan pe-

ringkat 2 dengan

predikat baik. Untuk

perkembangan faktor

manajemen PT BSM,

Tbk mendapat pe-

ringkat 1 dengan

predikat sangat baik

pada tahun 2009-2010.

Penilaian tingkat

kesehatan bank

dengan metode

CAMELS yang telah

dilakukan, medapat-

kan hasil bahwa PT

BSM, Tbk tahun

2009-2011 mendapat-

kan nilai tingkat

komposit 2, yang

mencerminkan tingkat

kesehatannya ter-

golong baik dan

mampu mengatasi

pengaruh negatif

kondisi perekonomian

dan industri keuangan. 10 Fakarudin

Kamarudin,

Zack Hue

Chiun, Fadzlan

Sufian,

Does

productivity of

Islamic banks

endure progress

of regress?

Menilai Tingkat

Efisiensi Bank

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

Kesehatan Bank.

Penelitian terdahulu:

Mengukur tingkat

Bank-bank asing

memiliki sedikit lebih

banyak produktif

dibandingkan dengan

rekan bank domestik

mereka, yang dikaitkan

Page 63: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

47

Nazratul Aina,

Mohamad

Anwar (2017)

Emerald:

Humanomics,

Vol. 33 Iss 1 pp.

Empirical

evidence using

Data

Envelopment

Analysis based

Malmquist

Productivity

Index

Efisiensi dan

Produktivitas Bank

Sampel:

Penelitian ini adalah

BPRS

Penelitian terdahulu

adalah Bank

Syariah di Brunia,

Indonesia dan

Malaysia

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

DEA

Malmquist

Productivity Index

dengan yang lebih

tinggi perubahan

efisiensinya. Namun,

peneliti tidak

menemukan perbedaan

yang signifikan secara

statistik antara efisiensi

dan produktivitas bank

Islam asing dan

domestik yang dimiliki.

Oleh karena itu peneliti

menyimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan

yang signifikan secara

statistik antara efisiensi

dan produktivitas milik

asing dibandingkan

dengan bank syariah

domestic. Selanjutnya,

kapitalisasi, likuiditas

dan faktor penentu

krisis keuangan dunia

secara signifikan

mempengaruhi tingkat

produktivitas bank

syariah yang beroperasi

di Brunei, Indonesia

dan Malaysia selama

periode yang diteliti.

11 Ahmad Rodoni,

M. Arskal

Salim, Euis

Amalia, Rezki

Syahri

Rakhmadi

(2017)

Al-Iqtishad:

Jurnal Ilmu

Ekonomi

Syariah (Journal

of Islamic

Economics)

Vol.9, No.2,

July 2017

Comparing

Efficiency And

Productivity In

Islamic

Banking: Case

Study In

Indonesia,

Malaysia And

Pakistan

Mengukur tingkat

Efisiensi Bank

Penelitian ini:

Mengukur tingkat

kesehatan Bank.

Penelitian terdahulu:

mengukur tingkat

efisiensi dan

produktivitas Bank.

Sampel:

Penelitian ini adalah

BPRS

Penelitian terdahulu

adalah Bank

Syariah di

Indonesia,

Malaysia dan

Pakistan.

Tujuan dari penelitian

ini ialah untuk meng-

analisis efisiensi dan

profitabilitas industri

perbankan syariah di

Indonesia. Teknik yang

dipergunakan dalam

penelitian ini ialah data

envelopment analysis

(DEA) untuk mengukur

efisiensi dan indeks

Malmquist untuk meng-

ukur produktivitas. Hasil

penelitian menunjukkan

bahwa industri per-

bankan syariah

cenderung kurang

efisien, hal ini di-

perlihatkan oleh data

rata-rata lima tahun

Page 64: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

48

Metode Penelitian:

Penelitian ini:

Regresi Logistik

DEA

Penelitian terdahulu:

DEA

Malmquist

Productivity Index

terakhir yang tidak

mampu mencapai

tingkat efisiensi 100%.

Malaysia turut pula

menghadapi per-

masalahan inefisiensi,

namun kondisi ini lebih

baik dibandingkan

Indonesia. Dalam lima

tahun terakhir, tingkat

efisiensi industri per-

bankan syariah di

Malaysia tidak mencapai

tingkat efisiensi 100%.

Pakistan merupakan

salah satu Negara yang

hampir mencapai tingkat

efisiensi pada industri

perbankan syariahnya.

Pakistan mendekati

tingkat efisiensi rata-rata

100%.

2.5 Kerangka Berfikir

Kerangka penelitian ini dibuat untuk mempermudah dalam memahami

hubungan antara rasio keuangan dengan kesehatan BPRS dan variabel input

dengan variabel output. Dalam menilai tingkat kesehatan BPRS penelitian ini

menggunakan CAMEL dan untuk mengukur tingkat kesehatan bank

menggunakan Binary logistic regresion. Sedangkan untuk tingkat efisiensi bank

penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan

pendekatan intermediasi mengingat peranan vital bank sebagai lembaga

intermediasi yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya

kepada deficit unit sebagai penentu variabel input dan output.

Pengukuran tingkat efisiensi dalam penelitian ini menghubungkan efisiensi

terhadap tingkat intermediasi. Analisis ini kemudian akan menghasilkan

Page 65: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

49

perumusan interaksi antar input dalam mempengaruhi jumlah output yang

dihasilkan. Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan

menentukan nilai efisiensi, sehingga akan dapat dilihat perbedaan efisiensi BPRS

yang satu dengan BPRS yang lainnya. Pengolahan data untuk menilai tingkat

kesehatan bank menggunakan program SPSS dan untuk efisiensi menggunakan

program DEAWIN. Kerangka pemikiran pada penelitian ini terdapat dalam

gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Data Envelopment Analysis (DEA)

BPRS di Jabodetabek

Input Output

Laporan Keuangan

Tahun 2015 - 2017

CAMEL:

1. CAR 4. ROA

2. NPF 5. FDR

3. NPM

B. Operasional

Binary Logistic Regression

Total Aset

Hasil dan Pembahasan

Kesehatan BPRS Efisiensi BPRS

Total Pembiayaan

Pendapatan

Operasional

Kesimpulan dan Implikasi

Page 66: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

50

BPRS yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah BPRS di

wilayah Jabodetabek yang memiliki laporan keuangan dari tahun 2015-2017.

Penilaian tingkat kesehatan BPRS dilakukan dengan rasio CAMEL, kemudian

diuji dengan alat analisis Binary Logistic Regession. Selain menilai tingkat

kesehatan BPRS, penelitian ini juga mengukur apakah rasio-rasio tersebut

berpengaruh dalam menilai tingkat kesehatan BPRS. Software yang digunakan

adalah SPSS.

Dalam menilai tingkat efisiensi BPRS, variabel input adalah total asset dan

beban operasional, sedangkan untuk outputnya adalah pendapatan operasional dan

total pembiayaan. Dalam penelitian ini menggunakan Data Envelopment Analysis

(DEA) untuk mengetahui tingkat efisiensi pada Bank BPRS. Software yang

digunakan dalam menilai tingkat efisiensi BPRS adalah dengan DEAWIN.

2.6 Hipotesis

Menurut Tanjung dan Devi (2013:97) hipotesis adalah kesimpulan atau

jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang akan dibuktikan dengan

data empiris. Hipotesis yang dirumuskan penulis pada penelitiannya kali ini

adalah:

Adanya pengaruh rasio CAMEL terhadap tingkat kesehatan BPRS

Page 67: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sifat dan Jenis Penelitian

Dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif

dengan deskriptif asosiatif. Tanjung dan Devi (2013) menyatakan bahwa

penelitian kuantitatif adalah data dalam angka dan lambang matematik atau

dengan kata lain dapat diukur dengan skala numerik. Sugiyono (2003)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel

yang lain. Asosiatif adalah Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian studi kasus. Menurut Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011) studi

kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara

integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang

individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya

dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data

yang diperoleh dari hasil publikasi laporan keuangan tahunan Bank Pembiayaan

Page 68: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

52

Rakyat Syariah (BPRS) wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

(Jabodetabek).

Peneliti mengkaji kawasan Jabodetabek karena merupakan wilayah

metropolitan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional, selain itu

jabodetabek merupakan wilayah yang paling mendapat tekanan karena proses

urbanisasi dan perkembangan perkotaan yang sangat cepat.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan

tahunan yang dimulai pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Laporan keuangan

tahunan tersebut didapat melalui website OJK, serta data lain yang diperoleh dari

berbagai literatur, seperti : buku, jurnal, dan lain sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan data-data antara lain:

1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data pokok secara

tertulis dengan cara melihat catatan atau arsip yang ada pada perusahaan.

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan melihat dan mencatat data

yang bersumber dari laporan publikasi BPRS di internet.

2. Teknik Pustaka

Teknik pustaka ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dasar-dasar teoritis ini diperoleh

dari literatur-literatur, majalah-majalah maupun tulisan-tulisan lainnya yang

berhubungan dengan tingkat kesehatan dan efisiensi BPRS.

Page 69: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

53

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Tanjung dan Devi (2013) bahwa Populasi adalah sekumpulan

individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian (pengamatan). Penelitian ini menggunakan laporan keuangan BPRS

tahunan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.

2. Sampel

Tanjung dan Devi (2013) bahwa sampel adalah bagian kecil dari

anggota populasi yang diambil berdasarkan teknik tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan

menggunakan teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive

sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria

yang ditentukan (Sugiyono,2010) . Kriteria sampel yang akan digunakan yaitu :

1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdaftar di Bank Indonesia

dan sudah beroperasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.

2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang mempublikasikan atau

memiliki laporan keuangan tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang mempublikasikan biaya

oprasional, total asset, pendapatan operasional dan total pembiayaan selama

tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang berada di wilayah

Jabodetabek.

Page 70: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

54

Dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria sampel ada 13 Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) dari wilayah Jabodetabek.

3.5 Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

A. Tingkat Kesehatan

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan

Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Menurut Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat, menyatakan

bahwa tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi

laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan

standar Bank Indonesia (Nurfitriana, 2016).

Dalam penelitian ini tingkat kesehatan bank dibagi menjadi dua

kategori, jika nilai kredit 66 maka dikategorikan sehat dan diberi kode 1,

jika nilai kreditnya <66 maka dikategorikan kurang sehat dan diberikan

kode 0.

Tabel 3.1

Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

66 Sehat

< 66 Kurang Sehat

Sumber : Bank Indonesia

Page 71: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

55

B. Efisiensi

Variabel dependen untuk tingkat efisiensi BPRS atau dalam hal

tingkat efisiensi disebut variable input. Variable input adalah variabel

yang mempengaruhi variabel output. Variabel input yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 2 variabel.

a. Aset

Aset (P1) adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa

mendatang atau akan dikuasai oleh bank sebagai hasil dari transaksi

atau kejadian (Hanafi dan Halim dalam Rakhmat, 2011).

b. Biaya operasional

Biaya operasional (P2) merupakan biaya langsung yang berhubungan

dengan kegiatan operasional usaha bank. Semakin baik bank dalam

mengelola beban operasional maka semakin efisien bank tersebut (Rivai

, 2007).

2. Variabel Independen

A. Tingkat kesehatan

Variabel independen dalam menilai tingkat kesehatan BPRS terdiri

dari beberapa rasio perbankan yang termasuk dalam Rasio CAMEL.

Masing-masing variabel independen dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Capital (Rasio Permodalan)

Kecukupan modal menunjukkan kemampuan bank dalam

mempertahankan modal yang tercukupi dan kemampuan manajemen

Page 72: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

56

bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol

resiko – resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya

modal bank. Rasio Kecukupan modal diproksikan pada Capital

Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau

merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk

menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau didalam

perdagangan surat berharga (Adhistya, 2013).

CAR menunjukan seberapa besar modal bank telah memadai

untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar menilai prospek

kelanjutan usaha bank yang bersangkutan. (Dendawijaya, 2005). Rasio

ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Anie, 2015) :

CAR : Modal Bank 𝑥 100%

ATMR

b. Asset (Rasio Kualitas Aset Produktif)

Kualitas aset produktif dapat diwakilkan oleh rasio Non

Performing Financing (NPF) yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan

bermasalah yang diberikan. Semakin tinggi rasio ini maka akan

semakin buruk kualitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. Rasio

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPF :Pembiayaan bermasalah 𝑥 100%

Total Pembiayaan

Page 73: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

57

c. Management (Manajemen)

Rasio Net Profit Margin ini digunakan dalam penilaian terhadap

kemampuan manajerial dalam mengurus bank untuk menjalankan

usaha. Perolehan laba suatu bank itu merupakan refleksi dari aspek

manajemen (Wahyudi, Siswatini). Aspek ini diwakili oleh variabel

rasio :

NPM: Laba Bersih 𝑥 100%

Pend.Operasional

d. Earnings (Rentabilitas)

Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam meningkatkan laba atau keuntungan. Aspek ini juga dapat

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh

bank yang bersangkutan. Aspek ini diwakili oleh variabel rasio Return

on Asset (ROA).

Return on Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya

(Shandy, 2014). Perhitungan ROA adalah sebagai berikut:

ROA : Laba Sebelum Pajak 𝑥 100% Rata-rata Total Aset

e. Liquidity (Likuiditas)

Aspek likuiditas diwakili oleh rasio Financing to Deposit Ratio

(FDR) yang merupakan rasio yang digunakan untuk menilai tingkat

Page 74: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

58

likuiditas suatu bank, dengan cara membandingkan antara pembiayaan

yang disalurkan dengan dana yang dihimpun dari masyarakat sehingga

dapat diketahui kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka

pendeknya. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 24/ DPNP

tanggal 25 Oktober 2011 pengukuran FDR menggunakan :

FDR : Pembiayaan yang diberikan 𝑥 100%

Dana Pihak Ketiga

B. Efisiensi

Variabel Independen dalam menilai tingkat efisiensi menggunakan

variable output.Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat

perhatian, dalam penelitian ini yang digunakan adalah:

a. Total pembiayaan (Q1) merupakan produk utama bank sebagai lembaga

intermediasi yang menghubungkan antara surplus unit dan deficit unit.

Total pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam menghasilkan produk utama berupa kredit/ pembiayaan

sebagai salah satu cara dalam meningkatkan keuntungan (laba

operasional). Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam total kredit

adalah kredit dalam bentuk mata uang Rupiah dan dalam bentuk valas

(foreign exchange). Sedangkan yang termasuk pembiayaan adalah

pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, salam, istishna,

rahn, dan lain-lain (Maflachatun dalam Rakhmat 2011).

Page 75: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

59

b. Pendapatan operasional (Q2) merupakan pendapatan dari kegiatan

operasional BPRS yang meliputi pendapatan dari penyaluran dana,

pendapatan operasional lainnya dan pendapatan non operasional.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis yang dipilih untuk

menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan

diteliti. Penelitian ini dalam melakukan analisis data menggunakan pendekatan

ilmu statistik.

3.6.1 Kesehatan Bank

Menilai tingkat kesehatan bank dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi logistik. Dalam penelitian ini untuk memprediksi tingkat kesehatan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), model regresi yang digunakan adalah model

binary logistic regression yaitu model yang variabel dependennya berupa data

kategori, dimana bank yang tidak sehat diberi kode 0 dan bank yang sehat diberi

kode 1.

Menurut Nurfitriana (2016) ada beberapa alasan mengapa regresi

logistik merupakan sebuah alternatif yang atraktif untuk analisis diskriminan di

mana variabel dependen hanya mempunyai dua kategori:

a. Regresi logistik dipengaruhi lebih sedikit dibandingkan analisis

diskriminan oleh ketidaksamaan variance/ covariance dalam kelompok,

sebuah asumsi dasar dari analisis diskriminan.

Page 76: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

60

b. Regresi logistik dapat menghandel variabel independent categorical secara

mudah di mana pada analisis diskriminan penggunaan variabel dummy

menimbulkan masalah dengan kesamaan variance/covariance.

c. Regresi logistik menghasilkan persamaan regresi berganda berkenaan

interpretasi dan pengukuran diagnosis casewise yang tersedia untuk

residual yang diuji.

Persamaan uji regresi Logistik adalah sebagai berikut (Ghozali, 2007):

Y = β0-β1 CAR +β2 NPF + β3 ROA-β4 ROE +β5FDR +e

Langkah-langkah analisis dalam regresi logistik menurut Ghazali (2007)

dalam Nurfitriana (2016):

a. Menilai Model Fit

Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L

dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan

menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L

ditransformasikan menjadi -2Log L. Cox dan Snell’s R Squre merupakan

ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang

didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang

dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square

merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell’s R2 dengan nilai

maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti R2

pada multiple regression. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Page 77: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

61

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model.

Jika nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih

besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model

mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

b. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Untuk menilai hasil analisis regresi kita menggunakan model persamaan

kedua yang memasukkan semua komponen dari variabel independen, yang

dapat dilihat dari Variabel in The Equation (Ghozali, 2006 dalam

Nurfitriana, 2016:60). Wald statistic untuk menguji signifikansi koefisien

regresi logistik masing-masing prediktor, dengan formulasi hipotesis

statistik sebagai berikut:

H0 : r = 0

H1 : r ≠ 0 dimana r = 1, 2, 3, …, n

Kriteria:

Jika Sig. >α, maka H0 diterima

Jika Sig.<α, maka H0 ditolak

3.6.2 Efisiensi Bank

Secara konseptual terdapat dua metodologi umum untuk mengukur batas

efisiensi; pendekatan parametrik menggunakan teknik ekonometrika, dan

pendekatan non parametrik yang memanfaatkan metode program linear.

Perbedaan utama kedua pendekatan tersebut adalah bagaimana menangani galat

Page 78: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

62

acak dan asumsi yang membuat bentuk batas efisiensi. Hampir secara luas

penggunaan metode parametrik menggunakan Stochastic Frontier Analysis

(SFA), Distribution-Free Analysis (DFA), dan Thick Frontier Analysis (TFA).

Sebaliknya penggunaan metode non parametrik pada umumnya menggunakan

Free Disposal Hull Analysis (FDH) dan Data Envelopment Analysis (DEA)

(Teuku 2015).

3.6.2.1 Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan prosedur yang dirancang

khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)

yang menggunakan banyak input dan juga banyak output, dimana penggabungan

input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relatif suatu UKE

adalah efisiensi suatu UKE dibandingkan dengan UKE lain dalam sampel

(sekelompok UKE yang saling dibandingkan) dengan menggunakan jenis input

dan output yang sama (Muharam dan Pusvitasari, 2007).

Dalam DEA, efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total

output tertimbang dibagi total input tertimbangnya (total weighted output / total

weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot atau timbangan untuk

setiap input dan output UKE. Bobot tersebut harus memiliki sifat :

a. Tidak bernilai negatif

b. Bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat

menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi

rasionya (total weighted output / total weighted input) dan rasio

tersebut tidak boleh lebih dari 1 (Muharam dan Pusvitasari, 2007).

Page 79: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

63

Jadi suatu UKE dikatakan efisien jika hasil rasionya sama dengan 1

atau sama dengan nilai efisiensi 100%, sebaliknya jika hasil dari suatu

UKE kurang dari 1 atau kurang dari 100% maka UKE tersebut tidak

efisien.

3.6.2.3 Model Pengukuran Efisiensi

DEA akan menghitung bank menggunakan input untuk menghasilkan

output yang berbeda yaitu:

.............................................(3.1)

Dimana:

hs = Efisiensi bank s

m = Output Bank

n = Input bank s yang diamati

yis = Jumlah output I yang diproduksi oleh bank s

Xjs = Jumlah input j yang digunakan oleh bank s

ui = Bobot output i yang dihasilkan oleh bank s

vj = Bobot input j yang diberikan oleh bank s dan I dihitung dari 1 ke m

serta j hitung dari 1 ke n

Menurut Sutawijaya dan Letari, 2009 dalam Fitri, 2017 bahwa

penggunaan satu variabel input dan satu output ditujukkan dalam persamaan 3.1

rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut:

Page 80: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

64

....................(3.2)

Dimana dan Vj 0 ....................................................................(3.3)

Persamaan tersebut menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam sampel

dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian.

Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya risiko untuk UKE lain tidak

lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif).

Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien,

apabila memiliki angka rasio mendakati 1 atau 100%, sebaliknya apabila

mendekati 0 menunjukan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap

bank dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa

pembobotan yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik

(Sutawijaya dan Lestari, 2009).

Page 81: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

65

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Sampel pada penelitian ini ada 13 BPRS dari wilayah

Jabodetabek, sampel tersebut terpilih karena menyediakan data laporan keuangan

selama tahun 2015 sampai dengan 2017. Adapun sampel tersebut yaitu 1 BPRS di

wilayah Jakarta, 2 BPRS di wilayah Bogor, 2 BPRS di wilayah Depok, 4 BPRS

di wilayah Tangerang dan 4 BPRS di wilayah Bekasi. Pada penelitian ini akan

mengukur tingkat kesehatan dengan metode Binary logistic dan efisiensi BPRS

dengan metode DEA.

4.2 Hasil Analisis Data Kesehatan BPRS

Dalam mengelola data kesehatan BPRS pada penelitian ini menggunakan

progam SPSS 22. Variabel dalam menilai tingkat kesehatan BPRS yang

digunakan terdiri dari variabel dependen (Y) yaitu kesehatan BPRS serta variabel

independent (X) yaitu CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR. Hasil dari pengolahan

data tingkat kesehatan BPRS adalah:

1. Ringkasan Kasus dan Pengkodean variabel Dependen

Ringkasan pengolahan kasus (case processing summary) terdapat dalam

Tabel 4.1 berikut ini:

Page 82: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

66

Tabel 4.1

Ringkasan Pengolahan Kasus

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 39 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 39 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 39 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dalam Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa jumlah sampel yang diteliti

sebanyak 39 sampel, dimana 39 sampel tersebut terdiri dari 13 BPRS dari

wilayah Jabodetabek dan data yang digunakan adalah 3 periode yakni dari

tahun 2015, 2016 dan tahun 2017.

Tabel 4.2

Dependent Variabel Encoding

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa variabel dependen (Y) dalam penelitian

ini terdiri dari dua kategori, yaitu: 0 = tidak sehat, dan 1= sehat. Jika suatu

BPRS memiliki nilai kredit 66 atau lebih maka dikategorikan sebagai BPRS

yang sehat dan diberi kode 1, namun jika nilai kreditnya kurang dari 66 maka

BPRS tersebut dikategorikan kurang sehat dan diberikan kode 0.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

TIDAK SEHAT 0

SEHAT 1

Page 83: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

67

2. Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat

Klasifikasi bank sehat dan tidak sehat bertujuan untuk mengetahui

berapa besar persentase ketepatan dalam penelitian ini. Klasifikasi bank sehat

dan tidak sehat tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat

Classification Tablea,b

Observed Predicted

KESEHATAN Percentage

Correct TIDAK SEHAT SEHAT

Step 0 KESEHATAN TIDAK SEHAT 0 12 ,0

SEHAT 0 27 100,0

Overall Percentage 69,2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Tabel 4.3 menunjukan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 39 sampel yang terdiri dari 12 BPRS tidak sehat dan 27 BPRS

sehat. Klasifikasi prediksi menunjukan ketepatan prediksi antara sampel bank

sehat dan tidak sehat sebesar 69,2%. Untuk hasil klasifikasi bank sehat dan

tidak sehat dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat

Classification Tablea

\Observed Predicted

KESEHATAN Percentage

Correct TIDAK SEHAT SEHAT

Step 1 KESEHATAN TIDAK SEHAT 11 1 91,7

SEHAT 1 26 96,3

Overall Percentage 94,9

a. The cut value is ,500

Page 84: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

68

Dalam Tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 12 sampel BPRS yang

tidak sehat ternyata ada 1 BPRS yang masih dapat diprediksi sebagai BPRS

yang sehat, sedangkan 11 sampel lainnya dalam kondisi tidak sehat. Dari 27

sampel yang diprediksi sehat masih terdapat 1 BPRS yang di prediksi sebagai

BPRS yang tidak sehat, sedangkan 26 sampel lainnya dalam kondisi sehat.

Secara keseluruhan ketepatan dari prediksi kesehatan BPRS pada penelitian

ini sebesar 94,9%.

3. Uji Signifikan Simultan

Uji signifikan simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel dependen dengan variabel independen secara simultan dengan

signifikansi 0,05. Pada uji signifikan simultan ini terbagi menjadi dua hasil,

yakni:

a. Jika nilai signifikan <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti

semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

b. Jika nilai signifikan >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, ini berarti

menyatakan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

Page 85: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

69

Tabel 4.5

Omnibus Tests Of Model Coefficients

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh hasil omnibus dimana nilai Chi

Square sebesar 37,054 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 hal ini

menunjukan bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR dapat memprediksi

tingkat kesehatan BPRS.

4. Uji Kelayakan Model

Hosmer and Lemeshow Test digunakan untuk menguji kesesuaian

model (goodness of fit), atau dengan kata lain digunakan untuk menguji

apakah model yang kita gunakan sudah sesuai dengan data empiris atau tidak.

Hipotesis untuk menilai model ini adalah:

H0 = Tidak ada perbedaan antara model dengan data

H1 = Ada perbedaan antara model dengan data

Dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau alpha 0,05.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 37,054 5 ,000

Block 37,054 5 ,000

Model 37,054 5 ,000

Page 86: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

70

Tabel 4.6

Hosmer and Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 4,762 8 ,783

Dari tabel 4.6 terlihat nilai statistik Hosmer and Lemeshow Test 4,762

dengan probabilitas signifikansi 0,783. Nilai signifikansi ini jauh diatas 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima.

5. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Nagelkerke’s R2) untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai Nagelkerke’s R2

yang

kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen adalah terbatas. Akan tetapi jika nilai mendekati satu berarti

variabel-variabel independen hampir semua memberikan informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Untuk

mengetahui hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut

ini:

Tabel 4.7

Uji Koefisien Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R2

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 11,091a ,613 ,865

a. Estimation terminated at iteration number 8 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Page 87: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

71

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.7 menunjukan besarnya

Nagelkerke’s R2

= 0,865. Dengan demikian besarnya pengaruh variabel

CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR terhadap tingkat kesehatan BPRS adalah

sebesar 86,5%. Adapun sisanya sebesar 13,5% dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini, faktor lain itu bisa berupa KAP,

PPAP, ROE, BOPO, CR.

6. Uji Wald

Uji wald digunakan untuk menguji kemaknaan prediktor secara parsial.

Berikut ini adalah hasil koefisien regresi logistik yang terdapat pada tabel 4.8:

Tabel 4.8

Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a CAR ,051 ,146 ,123 1 ,726 1,052

NPF -,419 ,212 3,919 1 ,048 ,657

NPM -,132 ,193 ,466 1 ,495 ,876

ROA 1,660 1,124 2,181 1 ,140 5,261

FDR -,128 ,057 5,068 1 ,024 ,880

Constant 16,409 6,897 5,661 1 ,017

13375700,84

4

a. Variable(s) entered on step 1: CAR, NPF, NPM, ROA, FDR.

Berdasarkan tabel 4.8 bahwa koefisien untuk persamaan regresi dalam

penelitian ini, dapat disusun dalam persamaan matematis sebagai berikut:

Y= 16,409 – 0,051 CAR – 0,419 NPF – 0,132 NPM + 1,660 ROA – 0,128

FDR

Page 88: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

72

Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio CAR, NPF, NPM,

ROA dan FDR dapat dijelaskan pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Koefisien Regresi Logistik dan Tingkat Signifikansi Variabel

Independen

Keterangan Sig Keterangan H0

CAR 0,726 > 0,05 Diterima

NPF 0,048 < 0,05 Ditolak

NPM 0,495 > 0,05 Diterima

ROA 0,140 > 0,05 Diterima

FDR 0,024 < 0,05 Ditolak

Berdasarkan Tabel 4.8 dan 4.9 mengenai koefisien regresi logistik dan tingkat

signifikansi variabel dimana untuk menguji kemaknaan prediktor secara

parsial dapat dijelaskan bahwa:

a. Rasio CAR mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini

maka semakin besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah.

Rasio CAR mempunyai signifikansi 0,726 dimana nilai signifikansinya

lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Pengaruh rasio CAR

terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS adalah tidak signifikan

atau tidak mampu memprediksi kesehatan BPRS.

b. Rasio NPF mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini

kemungkinan akan semakin kecil suatu BPRS mengalami kondisi

bermasalah. Rasio NPF mempunyai signifikansi 0,048 dimana nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti H0 ditolak. Dari nilai

Page 89: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

73

signifikansi ini dapat dikatakan bahwa rasio NPF mampu memprediksi

kesehatan BPRS.

c. Rasio NPM mempunyai pengaruh yang positif artinya semakin tinggi

rasio ini maka akan semakin kecil BPRS yang mengalami kondisi

bermasalah. Rasio NPM ini mempunyai signifikansi 0,495 dimana nilai

signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Pengaruh

rasio NPM terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS adalah tidak

signifikan atau tidak mampu memprediksi kesehatan BPRS.

d. Rasio ROA mempunyai pengaruh yang positif artinya semakin tinggi

rasio ini maka semakin kecil kemungkinan suatu BPRS dalam kondisi

bermasalah. Rasio ROA mempunyai signifikansi sebesar 0,140 dimana

nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima.

Pengaruh rasio ROA terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS

adalah tidak signifikan atau tidak mampu memprediksi kesehatan BPRS.

e. Rasio FDR mempunyai pengaruh yang positif artinya semakin tinggi

rasio ini maka semakin besar kemungkinan suatu BPRS dalam kondisi

bermasalah. Rasio FDR ini mempunyai niali signifikansi sebesar 0,024

dimana nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti H0 ditolak.

Pengaruh rasio FDR terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS

adalah signifikan atau mampu memprediksi kesehatan BPRS.

Page 90: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

74

4.3 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi BPRS

Dalam menilai efisiensi BPRS ini terdiri dari empat variabel yaitu total

aset dan biaya operasional sebagai variabel input, sedangkan total pembiayaan dan

pendapatan operasional sebagai variabel output. Perhitungan Data Envelopment

Analysis (DEA) pada penelitian ini menggunakan software DEAWIN.

Hipotesis diterima atau ditolak pada penelitian ini yaitu apabila efisiensi

BPRS bernilai 100% maka BPRS tersebut dinyatakan efisien, sedangkan jika hasil

efisiensi BPRS bernilai 0% sampai dengan 99% maka dinyatakan inefisieni.

Disamping itu juga dari hasil pengolahan data akan terdapat angka aktual dan

angka target, angka aktual adalah angka input dan output yang dimiliki sedangkan

angka target adalah angka yang disarankan oleh perhitungan DEA agar input dan

output tersebut menjadi efisien. Selain itu terdapat To Gain dan Achieved yaitu

persentase dalam penambahan target agar mencapai target yang dihasilkan oleh

perhitungan DEA. Adapun Hasil dari pengolahan data tingkat efisiensi BPRS

dengan metode DEA pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Tingkat Efisiensi BPRS di Wilayah Jabodetabek

WILAYAH BPRS THN

2015 2016 2017

Jakarta CA 87,97% 90,59% 77,86%

Bogor

AU 66,77% 64,55% 63,23%

IC 73,43% 60,07% 73,24%

Depok

AB 91,61% 97,68% 100%

AH 69,84% 76,35% 75,27%

Page 91: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

75

Tangerang

BR 87,61% 94,11% 100%

MBA 74,78% 85,80% 89%

HIKT 100% 92,15% 100%

MU 86,46% 61,76% 84,36%

Bekasi

AI 95,34% 83,90% 75,65%

HIKB 93,47% 93,33% 85,76%

HIKC 100% 99,70% 100%

PAT 63,96% 66,50% 72,89%

Sumber: Data diolah menggunakan DEAWIN

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 menunjukan tingkat efisiensi pada 13

BPRS, berdasarkan hasil DEA nilai efisiensi untuk BPRS “CA” pada tahun 2015

inefisien sebesar 12,03%, di tahun 2016 nilai inefisien menurun menjadi 9,41%,

akan tetapi pada tahun 2017 terjadi kenaikan inefisensi yang cukup tinggi sebesar

22,14%. BPRS “AU” pada tahun 2015 terjadi inefisiensi sebesar 33,23% , di

tahun 2016 nilai inefisiensi terus meningkat menjadi 35,45% yaitu di tahun 2015

nilai efisien 66,77% di tahun 2016 menjadi 64,55% , pada tahun 2017 terus terjadi

kenaikan inefisien sebesar 36,77% sehingga efisiensi BPRS “AU” pada tahun

2017 menjadi 63,23%. BPRS “IC” pada tahun 2015 tingkat inefisien sebear

26,57%, pada tahun 2016 terjadi inefisien yang cukup tinggi yaitu sebesar

39,93% yang mana di tahun 2015 nilai efisiensi 73,43% menjadi 60,07% dan pada

tahun 2017 terdapat penurunan inefisien sebesar 26,76% sehingga efisiensi BPRS

“IC” pada tahun 2017 mencapai 73,24%.

BPRS “AB” pada tahun 2015 terjadi inefisien sebesar 8,39%, dan pada

tahun 2016 terdapat penurunan inefisiensi sebesar 2,32% yaitu di tahun 2015 nilai

Page 92: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

76

efisiensi 91,61% menjadi 97,68%, dan pada tahun 2017 BPRS “AB” menjadi

efisien 100%. BPRS “AH” pada tahun 2015 tingkat inefisien sangat tinggi sebesar

30,16%, dan pada tahun 2016 terjadi penurunan inefisien sebesar 23,65% yaitu di

tahun 2015 nilai efisiensi 69,84% menjadi 76,35%, dan pada tahun 2017 terjadi

kenaikan inefisiensi kembali sebesar 24,73% sehingga efisiensi BPRS “AH” pada

tahun 2017 menjadi 75,27%.

BPRS “BR” pada tahun 2015 tingkat inefisien sebesar 12,39%, dan pada

tahun 2016 terdapat penurunan inefisien sebesar 5,89% yaitu di tahun 2015 nilai

efisiensi 87,61% menjadi 94,11%, dan pada tahun 2017 efisiensi BPRS “BR”

pada tahun 2017 mencapai 100%. BPRS “MBA” pada tahun 2015 terjadi inefisien

sebesar 25,22% dan pada tahun 2016 tingkat inefisien menurun menjadi 14,20%

yaitu di tahun 2015 nilai efisiensi 74,78% menjadi 85,80%, dan pada tahun 2017

terus terjadi penurunan inefisien sebesar 11% sehingga efisiensi BPRS “MBA”

pada tahun 2017 mencapai 89%.

BPRS “HIKT” pada tahun 2015 sudah mencapai tingkat efisien sebesar

100% akan tetapi pada tahun 2016 terjadi inefisiensi sebesar 7,85% yang mana di

tahun 2015 nilai efisiensi 100% menjadi 92,15% dan pada tahun 2017 BPRS

“HIKT” kembali efisien mencapai 100%. BPRS “MU” pada tahun 2015 terjadi

inefisien sebesar 13,54% dan pada tahun 2016 tingkat inefisien meningkat

sebesar 38,24% yang mana di tahun 2015 nilai efisiensi 86,46% menjadi 61,76%

dan pada tahun 2017 tingkat inefisien menurun sebesar 15,64% sehingga efisiensi

BPRS “MU” pada tahun 2017 mencapai 84,36%.

Page 93: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

77

BPRS “AI” pada tahun 2015 tingkat inefisien sebesar 4,66%, dan pada

tahun 2016 terjadi kenaikan inefisiensi sebesar 16,10% yang mana di tahun 2015

nilai efisiensi 95,34% menjadi 83,90% dan pada tahun 2017 terus mengalami

inefisiensi sebesar 24,35% sehingga efisiensi BPRS “AI” pada tahun 2017

menjadi 75,65%. BPRS “HIKB” pada tahun 2015 tingkat inefisiensi sebesar

6,53%, dan pada tahun 2016 tetap terjadi inefisiensi sebesar 6,67% yang mana di

tahun 2015 nilai efisiensi 93,47% menjadi 93,33% dan pada tahun 2017 terus

mengalami kenaikan inefisiensi sebesar 14,24% sehingga efisiensi BPRS “HIKB”

pada tahun 2017 menjadi 85,76%.

BPRS “HIKC” pada tahun 2015 telah mencapai efisiensi sebesar 100%,

dan pada tahun 2016 terjadi inefisiensi sebesar 0,30% yang mana di tahun 2015

nilai efisiensi 100% menjadi 99,70% dan pada tahun 2017 efisiensi BPRS

“HIKC” kembali mencapai 100%. BPRS “PAT” pada tahun 2015 tingkat inefisien

cukup tinggi sebesar 36,04%, dan pada tahun 2016 tingkat inefisiensi tetap cukup

tinggi yaitu sebesar 33,50% yang mana di tahun 2015 nilai efisiensi 63,96%

menjadi 66,50% dan pada tahun 2017 tingkat inefisiensi menurun menjadi

27,11% sehingga efisiensi BPRS “PAT” pada tahun 2017 mencapai 72,89%.

Dari uraian data diatas terdapat 3 BPRS yang terus terjadi penurunan

efisiensi disetiap tahunnya, yaitu BPRS “AU” dari wilayah Bogor, BPRS “AI”

dan BPRS “HIKB” dari wilayah Bekasi. Dari 3 BPRS tersebut yang penurunan

tingkat efisiensinya cukup signifikan adalah BPRS “AI” dari wilayah Bekasi.

BPRS yang tingkat efisiensinya konsisten naik setiap tahun ada 4 BPRS, yaitu

BPRS “AB” dari wilayah Depok, BPRS “BR” dan BPRS “MBA” dari wilayah

Page 94: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

78

Tangerang, serta BPRS “PAT” dari wilayah Bekasi. BPRS yang tingkat

efisiensinya paling baik yaitu BPRS “HIKC” dari wilayah Bekasi karena BPRS

tersebut terjadi inefisiensi paling kecil yaitu pada tahun 2016 sebesar 0,30%.

1. Tingkat Efisiensi BPRS “CA” Wilayah Jakarta

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS CA di wilayah Jakarta selama tahun

2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.11 yaitu:

Tabel 4.11

Tingkat Efisiensi BPRS “CA” Wilayah Jakarta

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEV

ED

JAK

AR

TA

CA

2015

87,97%

Total Aset 16970807 14928775 12% 88%

Biaya Operasional 1012401 890583 12% 88%

Total Pembiayaan 2592556 2591363 0% 100%

Pendapatan Operasional

2192556 2192556 0% 100%

2016

90,59%

Total Aset 17299591 15671860 9.4% 90.6%

Biaya Operasional 1147948 1039936 9.4% 90.6%

Total Pembiayaan 2910037 2910037 0% 100%

Pendapatan Operasional

2363166 2363166 0% 100%

2017

77,86%

Total Aset 20913501 16282768 22.1% 77.9%

Biaya Operasional 1436763 1118630 22.1% 77.9%

Total Pembiayaan 2470438 2470438 0% 100%

Pendapatan Operasional

2544516 2544516 0% 100%

Sumber : Data diolah dengan DEAWIN

Page 95: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

79

Pada tabel 4.11 memperlihatkan bahwa BPRS “CA” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2016 yaitu 90,59%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2017 yaitu 77,86%. Pada tahun 2015 BPRS “CA” dapat

mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp14.928.775 atau

mengurangi 12% dari realisasi total aset sebesar Rp 16.970.807. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

890.583 atau mengurangi 12% dari realisasi sebesar Rp 1.012.401.

Pada tahun 2016 BPRS “CA” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 15.671.860 atau mengurangi 9,4% dari realisasi

total aset sebesar Rp 17.299.591. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 1.039.936 atau mengurangi

9,4% dari realisasi sebesar Rp 1.147.948. Pada tahun 2017 BPRS “CA” dapat

meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar

Rp16.282.768 atau mengurangi 22,1% dari realisasi total aset Rp 20.913.501

selain itu biaya operasional BPRS “CA” pada tahun 2017 perlu mencapai

target sebesar Rp 1.118.630 atau mengurangi 22,1% dari realisasi biaya

operasional sebesar Rp1.436.763.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS CA di wilayah Jakarta

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS CA di wilayah jakarta sebesar 85,47%. Tingkat

efisiensi BPRS CA yang mendekati efisiensi 100% adalah pada tahun 2016

yaitu 90,59%.

Page 96: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

80

2. Tingkat Efisiensi BPRS “AU” Wilayah Bogor

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “AU” dengan

metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.12 yaitu:

Tabel 4.12

Tingkat Efisiensi BPRS “AU” Wilayah Bogor

(dalam ribuan rupiah)

Sumber: Data diolah dengan DEAWIN

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

BO

GO

R

AU

2015

66,77%

Total Aset 168372715 112420922 33.2% 66.8%

Biaya Operasional 9592633 6404913 33.2% 66.8%

Total Pembiayaan 4243936 4243936 0% 100%

Pendapatan Operasional

17362438 17362438 0% 100%

2016

64,55%

Total Aset 190190680 122777306 35.4% 64.6%

Biaya Operasional 10418674 6725759 35.4% 64.6%

Total Pembiayaan 5769583 576983 0% 100%

Pendapatan Operasional

18589241 18589241 0% 100%

2017

63,23%

Total Aset 225690608 142702562 36.8% 63.2%

Biaya Operasional 10898933 6891317 36.8% 63.2%

Total Pembiayaan 9021593 9021593 0% 100%

Pendapatan Operasional

20439666 20439666 0% 100%

Page 97: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

81

Pada tabel 4.12 memperlihatkan bahwa BPRS “AU” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2015 yaitu 66,77%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2017 yaitu 63,23%. Pada tahun 2015 BPRS “AU” dapat

mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp112.420.922 atau

mengurangi 33,2% dari realisasi total aset sebesar Rp 168.372.715.

Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus

dicapai sebesar Rp 6.404.913 atau mengurangi 33,2% dari realisasi sebesar

Rp 9.592.633.

Pada tahun 2016 BPRS “AU” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 122.777.306 atau mengurangi 35,4% dari realisasi

total aset sebesar Rp 190.190.680. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 6.725.759 atau mengurangi

35,4% dari realisasi sebesar Rp 10.418.674. Pada tahun 2017 BPRS “AU”

dapat meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset

sebesar Rp142.702.562 atau mengurangi 36,8% dari realisasi total aset

Rp225.690.608 selain itu biaya operasional BPRS “AU” pada tahun 2017

harus mencapai target sebesar Rp 10.898.933 atau mengurangi 36,8% dari

realisasi biaya operasional sebesar Rp 6.891.317 .

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AU di wilayah Bogor

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS AU di wilayah Bogor sebesar 64,85%. Tingkat

efisiensi BPRS AU masih jauh mendekati efisiensi 100%.

Page 98: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

82

3. Tingkat Efisiensi BPRS “IC” Wilayah Bogor

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS IC di wilayah Bogor selama tahun

2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.13 yaitu:

Tabel 4.13

Tingkat Efisiensi BPRS “IC” Wilayah Bogor

(dalam ribuan rupiah)

Sumber: Data diolah dengan DEAWIN

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

BO

GO

R

IC

2015

73,43%

Total Aset 17141997 12587518 26.6% 73.4%

Biaya Operasional 1332273 913725 31.4% 68.6%

Total Pembiayaan 1249126 1249126 0% 100%

Pendapatan Operasional

207628 2076288 0% 100%

2016

60,07%

Total Aset 19045611 11440254 39.9% 60.1%

Biaya Operasional 1518212 832225 45.2% 54.8%

Total Pembiayaan 1198789 1198789 0% 100%

Pendapatan Operasional

1881605 1881605 0% 100%

2017

73,24%

Total Aset 32789321 24014059 26.8% 73.2%

Biaya Operasional 1640330 1201335 26.8% 73.2%

Total Pembiayaan 2110498 2110498 0% 100%

Pendapatan Operasional

3441409 3441409 0% 100%

Page 99: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

83

Pada tabel 4.13 memperlihatkan bahwa BPRS “IC” memiliki efisiensi

tertinggi pada tahun 2015 yaitu 73,43%, sedangkan tingkat efisiensi terendah

pada tahun 2016 yaitu 60,07%. Pada tahun 2015 BPRS “IC” dapat mencapai

efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 12.587.518 atau

mengurangi 26,6% dari realisasi total aset sebesar Rp 17.141.997. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

913.725 atau mengurangi 31,4% dari realisasi sebesar Rp 1.332.273.

Pada tahun 2016 BPRS “IC” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 11.440.254 atau mengurangi 39,9% dari realisasi

total aset sebesar Rp 19.045.611. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 832.225 atau mengurangi

45,2% dari realisasi sebesar Rp 1.518.212. Pada tahun 2017 BPRS “IC” dapat

meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar

Rp 24.014.059 atau mengurangi 26,8% dari realisasi total aset Rp 32.789.321

selain itu biaya operasional BPRS “IC” pada tahun 2017 harus mencapai

target sebesar Rp1.201.335 atau mengurangi 26,8% dari realisasi biaya

operasional sebesar Rp1.640.330 .

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS IC di wilayah Bogor

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS IC di wilayah Bogor sebesar 68,91%. Tingkat efisiensi

BPRS IC masih jauh mendekati efisiensi 100%.

Page 100: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

84

4. Tingkat Efisiensi BPRS “AB” Wilayah Depok

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “AB” dengan

metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.14 yaitu:

Tabel 4.14

Tingkat Efisiensi BPRS “AB” Wilayah Depok

(dalam ribuan rupiah)

Sumber : Data diolah dengan DEAWIN

Pada tabel 4.14 memperlihatkan bahwa BPRS “AB” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2015 yaitu 91,61%. Pada tahun 2015 BPRS “AB” dapat

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

DEP

OK

AB

2015

91,61%

Total Aset 13564950 12427048 8.4% 91.6%

Biaya Operasional 923114 845678 8.4% 91.6%

Total Pembiayaan 485279 606509 25% 80%

Pendapatan Operasional

2057582 2057582 0% 100%

2016

97,68%

Total Aset 13707084 13389155 2.3% 97.7%

Biaya Operasional 1346737 955822 29% 71%

Total Pembiayaan 531050 754336 42% 70.4%

Pendapatan Operasional

2257746 2257746 0% 100%

2017

100%

Total Aset 14687771 14687771 0% 100%

Biaya Operasional 1048528 1048528 0% 100%

Total Pembiayaan 827500 827500 0% 100%

Pendapatan Operasional

2476725 2476725 0% 100%

Page 101: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

85

mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 12.427.048 atau

mengurangi 8,4% dari realisasi total aset sebesar Rp 13.564.950. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

845.678 atau mengurangi 8,4% dari realisasi sebesar Rp 923.114.

Pada tahun 2016 BPRS “AB” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 13.389.155 atau mengurangi 2,3% dari realisasi

total aset sebesar Rp 13.707.084. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 955.822 atau mengurangi

29% dari realisasi sebesar Rp 1346737. Pada tahun 2017 BPRS “AB” telah

mencapai efisiensi 100% dengan total aset sebesar Rp 14.687.771 dan biaya

operasional sebesar Rp1.048.528.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AB di wilayah Depok

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS AB di wilayah Depok sebesar 96,43%. Tingkat

efisiensi BPRS AB pada tahun 2017 mencapai efisiensi 100%.

5. Tingkat Efisiensi BPRS “AH” Wilayah Depok

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS AH di wilayah Depok selama tahun

2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.15 yaitu:

Page 102: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

86

Tabel 4.15

Tingkat Efisiensi BPRS “AH” Wilayah Depok

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

DEP

OK

AH

2015

69,84%

Total Aset 9320247 6509533 30.2% 69.8%

Biaya Operasional 664823 464330 30.2% 69.8%

Total Pembiayaan 189734 365927 92.9% 51.9%

Pendapatan Operasional

1097325 1097329 0% 100%

2016

76,35%

Total Aset 12552511 9584337 23.6% 76.4%

Biaya Operasional 877256 669819 23.6% 76.4%

Total Pembiayaan 273880 507492 85.3% 54%

Pendapatan Operasional

1602999 1602999 0% 100%

2017

75,27%

Total Aset 16243093 12225806 24.7% 75.3%

Biaya Operasional 1030519 775648 24.7% 75.3%

Total Pembiayaan 433341 469480 0% 100%

Pendapatan Operasional

1972727 1972727 0% 100%

Sumber: Data diolah dengan DEAWIN

Pada tabel 4.15 memperlihatkan bahwa BPRS “AH” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2016 yaitu 76,35%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2015 yaitu 69,84%. Pada tahun 2015 BPRS “AH” dapat

mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 6.509.533 atau

Page 103: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

87

mengurangi 30,2% dari realisasi total aset sebesar Rp 6.509.533. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

464.330 atau mengurangi 30,2% dari realisasi sebesar Rp 664.823. Untuk

total pembiayaan target yang harus dicapai sebesar Rp 365.927 atau menaikan

sebesar 92,9% dari total realisasi sebesar Rp 189.734.

Pada tahun 2016 BPRS “AH” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 9.584.337 atau mengurangi 23,6% dari realisasi

total aset sebesar Rp 12.552.511. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 669.819 atau mengurangi

23,6% dari realisasi sebesar Rp 877.256. Untuk total pembiayaan target yang

harus dicapai sebesar Rp 507.492 atau menaikan sebesar 85,3% dari total

realisasi sebesar Rp273.880.

Pada tahun 2017 BPRS “AH” dapat meningkatkan efisiensinya

sampai dengan 100% jika target total aset sebesar Rp 12.225.806 atau

mengurangi 24,7% dari realisasi total aset Rp 16.243.093 selain itu biaya

operasional BPRS “AH” pada tahun 2017 harus mencapai target sebesar Rp

775.648 atau mengurangi 24,7% dari realisasi biaya operasional sebesar Rp

1.030.519 .

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AH di wilayah Depok

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS AH di wilayah Depok sebesar 73,82%. Tingkat

efisiensi BPRS AH di tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mendekati efisiensi

100%.

Page 104: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

88

6. Tingkat Efisiensi BPRS “BR” Wilayah Tangerang

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “BR” di wilayah Tangerang selama

tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.16 yaitu:

Tabel 4.16

Tingkat Efisiensi BPRS “BR” Wilayah Tangerang

(dalam ribuan rupiah)

Sumber: Data diolah dengan DEAWIN

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

TAN

GER

AN

G

BR

2015

87,61%

Total Aset 62169831 54465002 12.4% 87.6%

Biaya Operasional

3984514 3490705 12.4% 87.6%

Total Pembiayaan

18946656 18946656 0% 100%

Pendapatan Operasional

7166465 7166465 0% 100%

2016

94,11%

Total Aset 83219113 78314699 5.9% 94.1%

Biaya Operasional

4904019 4615006 5.9% 94.1%

Total Pembiayaan

39431769 39431769 0% 100%

Pendapatan Operasional

8161601 8212505 0.6% 99.4%

2017

100%

Total Aset 95956217 95956217 0% 100%

Biaya Operasional

8450549 8450549 0% 100%

Total Pembiayaan

62521676 62521676 0% 100%

Pendapatan Operasional

11284958 11284958 0% 100%

Page 105: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

89

Pada tabel 4.16 memperlihatkan bahwa BPRS “BR” memiliki efisiensi

tertinggi pada tahun 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat efisiensi terendah

pada tahun 2015 yaitu 87,61%. Pada tahun 2015 BPRS “BR” dapat mencapai

efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 54.465.002 atau

mengurangi 12,4% dari realisasi total aset sebesar Rp 62.169.831. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

3.490.705 atau mengurangi 12,4% dari realisasi sebesar Rp 3.984.514.

Pada tahun 2016 BPRS “BR” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 78.314.699 atau mengurangi 5,9% dari realisasi

total aset sebesar Rp 83.219.113. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 4.615.006 atau mengurangi

5,9% dari realisasi sebesar Rp 4.904.019. Untuk pendapatan operasional

target yang harus dicapai sebesar RP 8.212.505 atau menaikan 0,6% dari

realisasi sebesar Rp8.161.601, sedangkan pada tahun 2017 BPRS “BR” telah

mencapai efisiensi 100% .

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS BR di wilayah

Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%,

rata-rata tingkat efisiensi BPRS BR di wilayah Tangerang sebesar 93,91%.

Tingkat efisiensi BPRS BR pada tahun 2017 mencapai efisiensi 100%.

Page 106: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

90

7. Tingkat Efisiensi BPRS “MBA” Wilayah Tangerang

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “MBA” dengan

metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.17 yaitu:

Tabel 4.17

Tingkat Efisiensi BPRS “MBA” Wilayah Tangerang

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

TAN

GER

AN

G

MBA

2015

74,78%

Total Aset 22117491 16540288 25.2% 74.8%

Biaya Operasional

1152862 862153 25.2% 74.8%

Total Pembiayaan

566601 566601 0% 100%

Pendapatan Operasional

2472285 2472285 0% 100%

2016

85,80%

Total Aset 51316780 44030235 14.2% 85.8%

Biaya Operasional

2050614 1759444 14.2% 85.8%

Total Pembiayaan

26498751 10961269 1131.7% 8.1%

Pendapatan Operasional

30825392 30825392 0% 100%

2017

89%

Total Aset 79407939 70671820 11% 89%

Biaya Operasional

3214440 2860801 11% 89%

Total Pembiayaan

440816 16748077 3699.3% 2.6%

Pendapatan Operasional

8634254 8634254 0% 100%

Sumber: Data diolah dengan DEAWIN

Page 107: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

91

Pada tabel 4.17 memperlihatkan bahwa BPRS “MBA” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2017 yaitu 89%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2015 yaitu 74,78%. Pada tahun 2015 BPRS “MBA”

dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 16.540.288

atau mengurangi 25,2% dari realisasi total aset sebesar Rp 22.117.491.

Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus

dicapai sebesar Rp 862.153 atau mengurangi 25,2% dari realisasi sebesar Rp

1.152.862.

Pada tahun 2016 BPRS “MBA” dapat mencapai efisiensi 100%

apabila target total aset sebesar Rp 44.030.235 atau mengurangi 14,2% dari

realisasi total aset sebesar Rp 51.316.780. Sedangkan untuk biaya operasional

pada tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 1.759.444 atau

mengurangi 14,2% dari realisasi sebesar Rp 2.050.614. Untuk total

pembiayaan pada BPRS “MBA” target yang harus dicapai sebesar Rp

10.961.269 atau mengurangi 1131% dari total realisasi Rp 26.498.751.

Pada tahun 2017 BPRS “MBA” dapat meningkatkan efisiensinya

sampai dengan 100% jika target total aset sebesar Rp70.671.820 atau

mengurangi 11% dari realisasi total aset Rp 79.407.939 selain itu biaya

operasional BPRS “MBA” pada tahun 2017 harus mencapai target sebesar Rp

2.860.801 atau mengurangi 11% dari realisasi biaya operasional sebesar Rp

3.214.440. Untuk total pembiayaan pada BPRS “MBA” target yang harus

dicapai sebesar Rp 16.748.077 atau menaikan 3699,3 % dari total realisasi

Rp 440.816.

Page 108: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

92

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS MBA di wilayah

Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%,

rata-rata tingkat efisiensi BPRS MBA di wilayah Tangerang sebesar 83,19%.

Tingkat efisiensi BPRS MBA belum mencapai efisiensi 100%.

8. Tingkat Efisiensi BPRS “HIKT” Wilayah Tangerang

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “HIKT” dengan

metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.18 yaitu:

Tabel 4.18

Tingkat Efisiensi BPRS “HIKT” Wilayah Tangerang

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

TAN

GER

AN

G

HIKT

2015

100%

Total Aset 442348018 442348018 0% 100%

Biaya Operasional

15332437 15332437 0% 100%

Total Pembiayaan

164032459 164032459 0% 100%

Pendapatan Operasional

46962865 46962865 0% 100%

2016

92,15%

Total Aset 486990522 448742402 7.9% 92.1%

Biaya Operasional

25793186 23767395 7.9% 92.1%

Total Pembiayaan

199931667 199931667 0% 100%

Pendapatan Operasional

50438568 50438568 0% 100%

2017

100%

Total Aset 486356301 486356301 0% 100%

Biaya Operasional

19064897 19064897 0% 100%

Page 109: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

93

Total Pembiayaan

196123271 196123271 0% 100%

Pendapatan Operasional

46806501 46806501 0% 100%

Sumber : Data di olah dengan DEAWIN

Pada tabel 4.18 memperlihatkan bahwa BPRS “HIKT” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2015 dan 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat

efisiensi terendah pada tahun 2016 yaitu 92,15%. Pada tahun 2016 BPRS

“HIKT” dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp

448.742.402 atau mengurangi 7,9% dari realisasi total aset sebesar Rp

486.990.522. Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2016 target yang

harus dicapai sebesar Rp23.767.395 atau mengurangi 7,9% dari realisasi

sebesar Rp 25.793.186.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS “HIKT” di wilayah

Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%,

rata-rata tingkat efisiensi BPRS “HIKT” di wilayah Tangerang sebesar

97,38%. Tingkat efisiensi BPRS “HIKT” pada tahun 2015 dan tahun 2017

telah mencapai efisiensi 100%.

9. Tingkat Efisiensi BPRS “MU” Wilayah Tangerang

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “MU” di wilayah Tangerang selama

tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.19 yaitu:

Page 110: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

94

Tabel 4.19

Tingkat Efisiensi BPRS “MU” Wilayah Tangerang

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

TAN

GER

AN

G

MU

2015

86,46%

Total Aset 6203154 5363406 13.5% 86.5%

Biaya Operasional 658814 406124 38.4% 61.6%

Total Pembiayaan 1131645 1131645 0% 100%

Pendapatan Operasional

833306 833306 0% 100%

2016

61,76%

Total Aset 6425691 3968747 38.2% 61.8%

Biaya Operasional 870686 290290 66.7% 33.3%

Total Pembiayaan 472350 472350 0% 100%

Pendapatan Operasional

647908 647908 0% 100%

2017

84,36%

Total Aset 7404535 6246239 15.6% 84.4%

Biaya Operasional 801176 445905 44.3% 55.7%

Total Pembiayaan 334100 351909 5.3% 94.9%

Pendapatan Operasional

1053272 1053272 0% 100%

Sumber : Data diolah dengan DEAWIN

Pada tabel 4.19 memperlihatkan bahwa BPRS “MU” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2015 yaitu 86,46%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2016 yaitu 61,76%. Pada tahun 2015 BPRS “MBA”

Page 111: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

95

dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 5.363.406

atau mengurangi 13,5% dari realisasi total aset sebesar Rp 6.203.154.

Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus

dicapai sebesar Rp 406.124 atau mengurangi 38,4 % dari realisasi sebesar Rp

658.814.

Pada tahun 2016 BPRS “MU” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 3.968.747 atau mengurangi 38,2% dari realisasi

total aset sebesar Rp 6.425.691. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 290.290 atau mengurangi

66,7% dari realisasi sebesar Rp 870.686. Pada tahun 2017 BPRS “MU” dapat

meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar

Rp 6.246.239 atau mengurangi 15,6% dari realisasi total aset Rp 7.404.535

selain itu biaya operasional BPRS “MU” pada tahun 2017 harus mencapai

target sebesar Rp 445.905 atau mengurangi 44,3 % dari realisasi biaya

operasional sebesar Rp 801.176. Untuk total pembiayaan pada BPRS “MU”

target yang harus dicapai sebesar Rp 351.909 atau menaikan 5,3 % dari total

realisasi Rp 334.100.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS MU di wilayah

Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mendekati efisiensi

100%, rata-rata tingkat efisiensi BPRS MU di wilayah Tangerang sebesar

77,53%. Tingkat efisiensi BPRS MU belum mencapai efisiensi 100%.

Page 112: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

96

10. Tingkat Efisiensi BPRS “AI” Wilayah Bekasi

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “AI” di wilayah Bekasi selama tahun

2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.20 yaitu:

Tabel 4.20

Tingkat Efisiensi BPRS “AI” Wilayah Bekasi

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

BEK

ASI

AI

2015

95,34%

Total Aset 72032587 68676352 4.7% 95.3%

Biaya Operasional

3976253 3790986 4.7% 95.3%

Total Pembiayaan

33277767 33277767 0% 100%

Pendapatan Operasional

6486115 7089827 9.3% 91.5%

2016

83,90%

Total Aset 78086470 65513195 16.1% 83.9%

Biaya Operasional

5461649 4582228 16.1% 83.9%

Total Pembiayaan

29862980 29862980 0% 100%

Pendapatan Operasional

8158331 8158331 0% 100%

2017

75,65%

Total Aset 82587650 624755402 24.4% 75.6%

Biaya Operasional

5660378 4281928 24.4% 75.6%

Total Pembiayaan

23192173 23192173 0% 100%

Pendapatan Operasional

8280139 8280139 0% 100%

Sumber : Data diolah dengan DEAWIN

Page 113: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

97

Pada tabel 4.20 memperlihatkan bahwa BPRS “AI” memiliki efisiensi

tertinggi pada tahun 2015 yaitu 95,34%, sedangkan tingkat efisiensi terendah

pada tahun 2017 yaitu 75,65%. Pada tahun 2015 BPRS “AI” dapat mencapai

efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 68.676.352 atau

mengurangi 4,7% dari realisasi total aset sebesar Rp 72.032.587. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

3.790.986 atau mengurangi 4,7 % dari realisasi sebesar Rp 3.976.253. Dalam

pendapatan operasional di tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

7.089.827 atau menaiki 9,3 % dari realisasi sebesar Rp 6.486.115.

Pada tahun 2016 BPRS “AI” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 65.513.195 atau mengurangi 16,1% dari realisasi

total aset sebesar Rp 78.086.470. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 4.582.228 atau mengurangi

16,1% dari realisasi sebesar Rp 5.461.649. Pada tahun 2017 BPRS “AI” dapat

meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar

Rp 624.755.402 atau mengurangi 24,4% dari realisasi total aset Rp

82.587.650 selain itu biaya operasional BPRS “AI” pada tahun 2017 harus

mencapai target sebesar Rp 4.281.928 atau mengurangi 24,4% dari realisasi

biaya operasional sebesar Rp 5.660.378.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AI di wilayah Bekasi

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS AI di wilayah Bekasi sebesar 84,96%. Tingkat

Page 114: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

98

efisiensi BPRS AI pada tahun 2016 mendekati efisiensi 100% yaitu sebesar

95,34%.

11. Tingkat Efisiensi BPRS “HIKB” Wilayah Bekasi

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “HIKB” di wilayah Bekasi selama

tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.21 yaitu:

Tabel 4.21

Tingkat Efisiensi BPRS “HIKB” Wilayah Bekasi

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

BEK

ASI

HIKB

2015

93,47%

Total Aset 163357135 152683552 6.5% 93.3%

Biaya Operasional

7333112 6853974 6.5% 93.3%

Total Pembiayaan

37545292 37545292 0% 100%

Pendapatan Operasional

19280567 19280567 0% 100%

2016

93,33%

Total Aset 287168723 268001994 6.7% 93.3%

Biaya Operasional

16324807 15235227 6.7% 93.3%

Total Pembiayaan

51729794 51729794 0% 100%

Pendapatan Operasional

38213830 38213830 0% 100%

2017 85,76%

Page 115: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

99

Total Aset 236599274 202903853 14.2% 85.8%

Biaya Operasional

14409133 12357048 14.2% 85.8%

Total Pembiayaan

26498751 26498751 0% 100%

Pendapatan Operasional

30825392 30825392 0% 100%

Sumber : Data diolah dengan DEAWIN

Pada tabel 4.21 memperlihatkan bahwa BPRS “HIKB” memiliki efisiensi

tertinggi pada tahun 2015 yaitu 93,47%, sedangkan tingkat efisiensi terendah pada

tahun 2017 yaitu 85,76%. Pada tahun 2015 BPRS “HIKB” dapat mencapai

efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 152.683.552 atau mengurangi

6,5% dari realisasi total aset sebesar Rp 163.357.135. Sedangkan untuk biaya

operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp 6.853.974 atau

mengurangi 6,5 % dari realisasi sebesar Rp 7.333.112.

Pada tahun 2016 BPRS “HIKB” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 268.001.994 atau mengurangi 6,7% dari realisasi total

aset sebesar Rp 287.168.723. Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2016

target yang harus dicapai sebesar Rp 15.235.227 atau mengurangi 6,7% dari

realisasi sebesar Rp 16.324.807. Pada tahun 2017 BPRS “HIKB” dapat

meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar Rp

202.903.853 atau mengurangi 14,2% dari realisasi total aset Rp 236.599.274

selain itu biaya operasional BPRS “HIKB” pada tahun 2017 harus mencapai target

sebesar Rp12.357.048 atau mengurangi 14,2% dari realisasi biaya operasional

sebesar Rp14.409.133.

Page 116: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

100

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS “HIKB” di wilayah

Bekasi selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%, rata-

rata tingkat efisiensi BPRS “HIKB” di wilayah Bekasi sebesar 90,85%.

Tingkat efisiensi BPRS “HIKB” pada tahun 2016 mendekati efisiensi 100%

yaitu sebesar 93,47%.

12. Tingkat Efisiensi BPRS “HIKC” Wilayah Bekasi

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN, maka hasil

tingkat efisiensi dari BPRS “HIKC” di wilayah Bekasi selama tahun 2015, 2016

dan 2017 terdapat pada tabel 4.22 yaitu:

Tabel 4.22

Tingkat Efisiensi BPRS “HIKC” Wilayah Bekasi

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

BEK

ASI

HIKC

2015

100%

Total Aset 1123332278 1123332278 0% 100%

Biaya Operasional

5655217 5655217 0% 100%

Total Pembiayaan

1135000 1135000 0% 100%

Pendapatan Operasional

16772122 16772122 0% 100%

2016

99,70%

Total Aset 178142881 177600488 0.3% 99.7%

Biaya Operasional

9317139 9288771 0.3% 99.7%

Page 117: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

101

Total Pembiayaan

162500 2370093 1358.5% 6.9%

Pendapatan Operasional

26846040 26846040 0% 100%

2017

100%

Total Aset 253635833 253635833 0% 100%

Biaya Operasional

13309076 13309076 0% 100%

Total Pembiayaan

3456875 3456875 0% 100%

Pendapatan Operasional

38380701 38380701 0% 100%

Sumber : data diolah dengan DEAWIN

Pada tabel 4.22 memperlihatkan bahwa BPRS “HIKC” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2015 dan 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat

efisiensi terendah pada tahun 2016 yaitu 99,70%. Pada tahun 2016 BPRS

“HIKC” dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp

177.600.488 atau mengurangi 0,3% dari realisasi total aset sebesar Rp

178.142.881. Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2016 target yang

harus dicapai sebesar Rp9.288.771 atau mengurangi 0,3% dari realisasi

sebesar Rp 9.317.139. Untuk total pembiayaan pada tahun 2016 target yang

harus dicapai sebesar Rp2.370.093 atau menambah 1358,5% dari realisasi

sebesar Rp 162.500.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS “HIKC” di wilayah

Bekasi selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%, rata-

rata tingkat efisiensi BPRS “HIKC” di wilayah Bekasi sebesar 99,90%.

Tingkat efisiensi BPRS “HIKC” pada tahun 2016 dan 2017 mencapai

efisiensi 100%.

Page 118: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

102

13. Tingkat Efisiensi BPRS “PAT” Wilayah Bekasi

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,

maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “PAT” di wilayah Bekasi selama

tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.23 yaitu:

Tabel 4.23

Tingkat Efisiensi BPRS “PAT” Wilayah Bekasi

(dalam ribuan rupiah)

WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI

ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

BEK

ASI

PAT

2015

63,96%

Total Aset 55320286 35382721 36% 64%

Biaya Operasional

2593312 1658676 36% 64%

Total Pembiayaan

4033331 4033331 0% 100%

Pendapatan Operasional

4883387 4883387 0% 100%

2016

66,50%

Total Aset 89868880 59759625 33.5% 66.5%

Biaya Operasional

4055768 2696942 33.5% 66.5%

Total Pembiayaan

7976299 7976299 0% 100%

Pendapatan Operasional

8050506 8050506 0% 100%

2017

72,89%

Total Aset 121499893 88564926 27.1% 72.9%

Biaya Operasional

5627939 4102374 27.1% 72.9%

Total Pembiayaan

15760955 15760955 0% 100%

Pendapatan Operasional

11758057 11758057 0% 100%

Sumber : Data diolah dengan DEAWIN

Page 119: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

103

Pada tabel 4.22 memperlihatkan bahwa BPRS “PAT” memiliki

efisiensi tertinggi pada tahun 2017 yaitu 72,89%, sedangkan tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2016 yaitu 63,96%. Pada tahun 2015 BPRS “PAT” dapat

mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 35.382.721 atau

mengurangi 36% dari realisasi total aset sebesar Rp 55.320.286. Sedangkan

untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp

1.658.676 atau mengurangi 36 % dari realisasi sebesar Rp 2.593.312.

Pada tahun 2016 BPRS “PAT” dapat mencapai efisiensi 100% apabila

target total aset sebesar Rp 59.759.625 atau mengurangi 33,5% dari realisasi

total aset sebesar Rp 89.868.880. Sedangkan untuk biaya operasional pada

tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 2.696.942 atau mengurangi

33,5% dari realisasi sebesar Rp 4.055.768. Pada tahun 2017 BPRS “PAT”

dapat meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset

sebesar Rp 88.564.926 atau mengurangi 27,1% dari realisasi total aset Rp

121.499.893 selain itu biaya operasional BPRS “PAT” pada tahun 2017 harus

mencapai target sebesar Rp4.102.374 atau mengurangi 27,1% dari realisasi

biaya operasional sebesar Rp5.627.939.

Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS PAT di wilayah Bekasi

selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata

tingkat efisiensi BPRS PAT di wilayah Bekasi sebesar 67,78%.

Page 120: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

104

BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menilai tingkat kesehatan

BPRS yang menggunakan rasio keuangan dengan metode CAMEL (CAR, NPF,

NPM, ROA dan FDR) dimana peneliti menggunakan pengujian statistik dengan

model binary logistic regression terbukti akurat dalam memprediksi kesehatan

BPRS.

Secara keseluruhan ketepatan dari prediksi kesehatan BPRS pada penelitian

ini sebesar 94,9% dan besarnya pengaruh variabel CAR, NPF, NPM, ROA dan

FDR terhadap tingkat kesehatan BPRS adalah sebesar 86,5%. Sedangkan hasil

pengujian atas masing-masing rasio CAMEL menunjukkan adanya pengaruh NPF

dan FDR yang besar terhadap tingkat kesehatan BPRS.

Hasil penelitian tingkat kesehatan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Diah Arianti dan Nur Iriawan dalam Prosiding Seminar Nasional

Manajemen Teknologi XVII tahun 2013, yang mana pada penelitiannya ketepatan

model prediksi menunjukkan hasil 93,5% akurat.

Dari hasil olah data efisiensi dengan metode DEA terdapat 4 BPRS yang

tingkat efisiensinya 100% yaitu BPRS “AB” dari wilayah Depok, BPRS “BR”

dan BPRS “HIKT” dari wilayah Tangerang, serta BPRS “HIKC” dari wilayah

Bekasi. Dari ke 4 BPRS tersebut yang memiliki tingkat efisien paling baik adalah

Page 121: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

105

BPRS “HIKC” dari wilayah bekasi karena BPRS tersebut terjadi inefisien paling

kecil yaitu pada tahun 2016 sebesar 0,30%, sedangkan pada tahun 2015 dan tahun

2017 telah mencapai efisien 100%.

5.2 Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah:

1. Bagi manajemen BPRS dapat meningkatkan kinerja keuangannya dengan

menggunakan variabel-variabel yang sesuai dengan penelitian ini, agar

dapat menjadi early warning system dalam meningkatkan tingkat

kesehatan dan efisiensi BPRS. Peningkatan kesehaan BPRS dapat

dilakukan dengan menaikan atau menurunkan bobot nilai rasio CAMEL

agar mencapai tingkat kredit kesehatan BPRS dan dapat mempertahankan

tingkat kesehatan BPRS disetiap tahunnya. Pada peningkatan efisiensi

dapat dilakukan dengan cara meningkatkan atau mengurangi besaran input

atau output BPRS agar sesuai dengan target input dan output berdasarkan

hasil dari penelitian ini serta BPRS dapat mempertahankan tingkat

efisiensi 100% disetiap tahunnya.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam jumlah sampel yang dipilih,

variabel rasio CAMEL dan beberapa variabel input dan output saja.

Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang

lebih banyak lagi, menggunakan variabel CAMEL dan variabel input dan

output yang belum terdapat dalam penelitian ini.

Page 122: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

106

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari (2009). Efisiensi Tekhnik Perbankan

Indonesia Pasca Krisis Ekonomi : Sebuah Studi Empiris Penerapan Model

DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No.1.

Ade Sofyan Mulazid (2016). Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank

Syariah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri). Jurnal Madania

Vol.20, No 1, Juni 2016.

Page 123: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

107

Ahmad Rodoni, M. Arskal Salim, Euis Amalia, Rezki Syahri Rakhmadi, (2017).

Comparing Efficiency And Productivity In Islamic Banking: Case Study

In Indonesia, Malaysia And Pakistan. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi

Syariah (Journal of Islamic Economics) Vol.9, No.2, July 2017.

Ahmad Rodoni., (2009). Investasi Syariah. Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

Aigner DJ, Lovell CAK. (1976). Formulatian and Estimation of Stochastic

Frontier Production Function Models. California (US): The Rand

Corporation. P-5649.

Angrawit Kusumawardani. (2014). Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan

Bank Dengan Menggunakan Metode CAMELS Dan RGEC Pada PT.

Bank XXX Periode 2008-2011. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 19 No. 3,

Desember 2014.

Bambang Rianto Rustam. (2013). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di

Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.

Diah Arianti, dan Nur Iriawan. (2013). Early Warning System (EWS) Untuk

Prediksi Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Indonesia:

Pendekatan Model Regresi Logistik.Prosiding Seminar Nasional Manajemen

Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013.

Fakarudin Kamarudin, Zack Hue Chiun, Fadzlan Sufian, Nazratul Aina,

Mohamad Anwar., (2017). Does productivity of Islamic banks endure

progress of regress? Empirical evidence using Data Envelopment Analysis

based Malmquist Productivity Index. Emerald: Humanomics, Vol. 33 Iss 1

pp.

Fekri Ali Shawtari dan Mohamed Ariff Shaikh Hamzah Abdul Razak., (2015).

Efficiency Assessment Of Banking Sector In Yemen Using Data

Envelopment Window Analysis. Emerald: Benchmarking: An

International Journal, Vol. 22 Iss 6 pp. 1115 – 1140

Harjum Muharam, Rizki Pusvitasari. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi

Bank Syariah di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment

Page 124: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

108

AnalysisPeriode Tahun 2005.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam ,Vol.

II.No. 3. pp. 80-166. Desember 2007.

Hendri Tanjung, Abrista Devi. (2013). Metodologi Penelitian Ekonomi

Islam.Jakarta: Gramata Publishing.

Hening Asih Widyaningrum, Suhadak, dan Topi Wijono. (2014). Analisis Tingkat

Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating

(RBBR) (Studi pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam

IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012).Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)

Vol. 9 No. 2 April 2014.

Heri Sudarsono. (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Deskriptif dan

Ilustrasi.Yogyakarta: Ekonisia.

I Jamric dan Vujcic B. Eficiency of Bank in Croatia: A DEA Approach.

Comparative Economic Studies, XLIV.

Izah, Haron. (2008). Technical Efficiency Of The Malaysian Commercial Banks:

A Stochastic Frontier Approach. Banks and Bank Systems. Volume 3,

Issue 4. 2008.

Kasmir. (2009). Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.

Kasmir. (2014). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.

Komang Mahendra Pramana dan Luh Gede Sri Artini. (2016). Analisis Tingkat

Kesehatan Bank (Pendekatan RGEC) Pada PT. Bank Danamon Indonesia

TBK.E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 6, 2016.

Martono. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Yogyakarta: Ekonisia.

Merwan Engineer. Comment On Did Risk-Based Capital Allocate Bank Credit

And Cause A Credit Crunch In The United State. Journal of Money, Credit

and Banking, Vol. 26, No. 3, Part 2: Federal Credit. Jstor

Metalia Permatasari ,Nengah Sudjana dan Muhammad Saifi. (2015). Penggunaan

Metode Risk-Based Bank Rating Untuk Menganalisis Tingkat Kesehatan

Bank (Studi Pada Bank Yang Terdaftar Dalam Papan Pengembangan

Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis

(JAB), Vol. 22 No. 1 Mei 2015.

Page 125: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

109

M. Nur Rianto, Yuke rahmawati. (2015). Manajemen Risiko Perbankan

Syariah.Jakarta: UIN Press.

Muhamad Nadratuzzaman Hosen & Syafaat Muhari. (2014). Analysis of The

Efficiency Levels of The Sharia Rural Banks in Indonesia Using the

Method of Data Envelopment Analysis(DEA) and Its Correlation with

Camel. Journal of Islamic Banking and Finance Vol . 31 Oct – Dec 2014

No.4.

Muchlis Yahya. (2012). Menakar Efisiensi Bprs Sebagai Bank Pembiayaan

Rakyat Berbasis Bagi Hasil. Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18,

Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76.

Mukhammad Khasanudin Masykur. (2011). Aplikasi Multinomial Logistic

Regression Dalam Analisis Pengaruh Keputusan Pemilihan Provider

Seluler Gsm Di Kota Jember.

Mokhtar, Hamim S. Ahmad, dkk. (2006). Eficiency of Islamic banking in Malaysia :

A Stochastic Frontier Approach. Journal of Economic Cooperation Malaysia

27 Februari 2006.

Mualiman D Hadad., dkk. (2003). Analisis Efisiensi Industri Perbankan

Indonesia: Penggunaan Metode Non Parametrik Data Envelopment

Analysis (DEA). Workong Paper Series Bank Indonesia.

Mulatsih. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan TerhadapTingkat Kinerja Pada

Bank Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (ETIKOM).Vol.

13 No. 2, Oktober 2014.

Ni Kadek, Ita Purnamasari dan Ni Putu Sri Harta Mimba. (2014). Penilaian

Tingkat Kesehatan PT. BPD Bali Berdasarkan Risk Profile, GCG,

Earning, Capital.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3 (2014).

Nurfitriana Kusumah. (2016). Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Tingkat

Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Jawa Barat Periode 2013–

2015.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Paul S. Calem a, Michael LaCour-Little.(2004). Risk-Based Capital

RequirementsFor Mortgage Loans.Journal of Banking & Finance

28(2004) 647–672. Elsevier.

Pravitasari (2014). Detection of Spatial Clusters of Flood and Landslide Prone

Areas Using Loca Moran Index in Jabodetabek Metropolitan Area,

Page 126: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

110

Indonesia. Jurnal of Ecology and Envyrontmental Science, Vol 40,

Desember 2014.

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes.

Kudus: Nora Media Enterprise.

Rakhmat Purwanto. (2011). Analisis perbandingan Efisiensi Bank Umum

Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia

Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Periode 2006-2010.

Skripsi.

Rino Adi Nugroho. (2011). Analisis Perbandingan EfisiensiBank Umum Syariah

(BUS) DanUnit Usaha Syariah (UUS) DenganMetode Stochastic Frontier

Analysis (Periode 2005-2009).

Sandhy Dharmapermata Susanti. (2015). Analisis Tingkat Kesehatan Bank

Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating (RBBR).

Shafitranata dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen. (2014). Efficiency of Islamic

Bank Using Data Envelopment Analysis (DEA) in Indonesia, 2007-2010.

International Journal of Academic Research in Economic and Management

Science, Vol. 3. 2014.

Sochih. (2008). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Ditinjau Dari CAMEL Untuk

Mengukur Keberhasilan Manajemen Pada PT BPRS Margirizki ,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta (Studi Kasus Pada PT BPRS Margi

Rizki Bahagia). Jurnal Pendidikan Akuntansi IndonesiaVol. VI. No. 2 –

Tahun 2008.

Sugiyono.(2003). Metode Penelitian Bisnis.Bandung. Pusat bahasa Depdiknas.

Sugiono. (2012). Statistik Untuk Penelitian.Bandung : ALFABETA.

Syofian Siregar. (2010). Statistika Deskriptif untuk Penelitian.Jakarta:PT

Rajagrafindo Persada.

Totok Budisantoso, Sigit Triandaru. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya.Jakarta: Salemba Empat.

Wahyudi Dan Tri Siswantini. (2014). Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Melalui

Analisis Rasio Keuangan Dengan Menggunakan Metode Ordinal Logistic

Page 127: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

111

Regression. Jurnal Dan Prosiding Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Unsoed.Vol 4, No 1 (2014).

Widiya Ratnaputri. (2013). The Analysis Of Islamic Bank Financial Performance

By Using Camel, Shariah Conformity And Profitability (SCnP). Jurnal

Dinamika Manajemen (JDM), Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 220-232.

Widiya Ratnaputri. (2013). The Analysis Of Islamic Bank Financial Performance

By Using Camel, Shariah Conformity And Profitability(SCnP). Jurnal

Dinamika Manajemen (JDM), Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 220-232.

Yekti Rahajeng., (2016). Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan

Metode CAMELS Pada Bank Syariah Mandiri, Tbk. Jurnal ECOBUSS Vol.4

No.1, Maret 2016

Yenni Agustina,Hendriyanto Budiman. (2011) . Analisis Performa Keuangan Bpr

Konvensional (Studi Kasus: BPR Di Jawa Dan Sumatra).Jurnal Akuntansi

dan Keuangan, Vol. 16 No. 1, Januari- Juni 2011.

Zahara. (2013). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Dengan Metode CAMEL. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2

Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75.

www.bi.go.id

www.ojk.go.id

www.finansial.bisnis.com

www.lisubisnis.com

Page 128: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

112

LAMPIRAN

1. Data Kesehatan BPRS

NO WILAYAH BPRS THN

RASIO

C A M E L

CAR NPF NPM ROA FDR

1 JAKARTA CA 2015 23,25 9,77 17,5 2,25 94,75

2 2016 20,75 11,86 17 2,25 94

3 2017 19 12,94 0 0,00 72,5

4 BOGOR AU 2015 14,25 1,49 25,75 4 85

5 2016 15 1,63 23,25 4 80

6 2017 15,5 2,87 23,75 3,5 78,25

Page 129: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

113

7 BOGOR IC 2015 35 27,04 16,25 0 82,25

8 2016 26 20,99 0 0 84,25

9 2017 19,75 9,45 21,5 1,00 78,75

10 DEPOK AB 2015 28,5 12,02 20 3 59,25

11 2016 35,75 13,95 0 3,75 72,75

12 2017 20 14,73 19,5 4 78

13 DEPOK AH 2015 31 22,15 10,75 0 88

14 2016 26,5 16,45 12,25 0 84,5

15 2017 24,25 13,44 13,25 2,5 83,75

16 TANGERANG BR 2015 8,75 4,12 12,5 1,25 78,75

17 2016 9 2,97 9 1,00 82,5

18 2017 6,75 13,96 0 0 94,75

19 TANGERANG MBA 2015 15 10,14 10 0 83,5

20 2016 14,25 6,54 20,75 1,5 96,75

21 2017 8,75 3,45 12,75 2,75 71,25

22 TANGERANG HI 2015 15,25 5,64 19,5 4 102,75

23 2016 15,5 16,2 4,75 0 97

24 2017 16,25 26,36 12,25 0 89,25

25 TANGERANG MU 2015 38 43,94 0 0,00 66,25

26 2016 34,25 32,52 0 0 82

27 2017 10,5 20,54 0 0 92,25

28 BEKASI AI 2015 22 8,46 11,75 1,33 79,5

29 2016 22 9,47 7,25 1 76,25

30 2017 22,25 11,99 8 1,00 84,25

31 BEKASI HIB 2015 14,5 5,43 13,5 3 91,75

32 2016 15 12,83 17 4 96,67

33 2017 16,75 22,93 13,5 3 98,25

34 BEKASI HIC 2015 26,75 2,46 29,75 6,5 204,25

35 2016 27,75 2,93 34 8,5 97,25

36 2017 18,25 2,33 33,25 8 98

37 BEKASI PAT 2015 61,25 10,90 25,25 3,75 59,5

38 2016 44,75 6,50 20 2,5 53,5

39 2017 31,5 3,18 16,75 2,5 87,25

Page 130: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

114

2. Data Efisiensi

WILAYAH BPRS THN

EFISIENSI

Input Output

Total Aset B. Operasional T. Pembiayaan Pend.

Operasional

JAK

AR

TA

CA

2015 16970807 1012401 2591363 2192556

2016 17299591 1147948 2910037 2363166

2017 20913501 1436763 2470438 2544516

Page 131: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

115

BO

GO

R

AU

2015 168372715 9592633 4243936 17362438

2016 190190680 10418674 5769583 18589241

2017 225690608 10898933 9021593 20439666

BO

GO

R

IC

2015 17141997 1332273 1249126 2076288

2016 19045611 1518212 1198789 1881605

2017 32789321 1640330 2110498 3441409

DEP

OK

AB

2015 13564950 923114 485279 2057582

2016 13707084 1346737 531050 2257746

2017 14687771 1048528 827500 2476725

DEP

OK

AH

2015 9320247 664823 189734 1097325

2016 12552511 877256 273880 1602999

2017 16243093 1030519 433341 1972727

TAN

GER

AN

G

BR

2015 62169831 3984514 18946656 7166465

2016 83219113 4904019 39431769 8161601

2017 95956217 8450549 62521676 11284958

TAN

GER

AN

G

MBA

2015 22117491 1152862 566601 2472285

2016 51316780 2050614 889927 5316341

2017 79407939 3214440 440816 8634254

TAN

GER

AN

G

HI

2015 442348018 15332437 164032459 46962865

2016 486990522 25793186 199931667 50438568

2017 486356301 19064897 196123271 46806501

TAN

GER

AN

G

MU

2015 6203154 658814 1131645 833306

2016 6425691 870686 472350 647908

2017 7404535 801176 334100 1053272

BEK

A

SI AI 2015 72032587 3976253 33277767 6486115

Page 132: TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA BANK PEMBIAYAAN ...

116

2016 78086470 5461649 29862980 8158331

2017 82587650 5660378 23192173 8280139

BEK

ASI

HIB

2015 163357135 7333112 37545292 19280567

2016 287168723 16324807 51729794 38213830

2017 236599274 14409133 26498751 30825392

BEK

ASI

HIC

2015 112332278 5655217 1135000 16772122

2016 178142881 9317139 162500 26846040

2017 253635833 13309076 3456875 38380701

BEK

ASI

PAT

2015 55320286 2593312 4033331 4883387

2016 89868880 4055768 7976299 8050506

2017 121499893 5627939 15760955 11758057