Tinea Cruris

26
TINEA CRURIS Disusun Oleh: Ade Sofyan (110.2007.003) Clara Octaveny Parhat (110.2008.060) Mahesa Bonang (110.2008.144) Rina (110.2008.215) Tri Angelia Syam (110.2008.256) Dosen Pembimbing: dr. Hedi Hendrawan R, Sp.KK, M.Kes

Transcript of Tinea Cruris

Page 1: Tinea Cruris

TINEA CRURISDisusun Oleh:Ade Sofyan (110.2007.003)Clara Octaveny Parhat (110.2008.060)Mahesa Bonang (110.2008.144)Rina (110.2008.215)Tri Angelia Syam (110.2008.256)

Dosen Pembimbing:dr. Hedi Hendrawan R, Sp.KK, M.Kes

Page 2: Tinea Cruris

 IDENTITAS PASIEN • Nama : Tn. E• Jenis Kelamin : Laki -Laki• Usia : 21 tahun• Pekerjaan : Pelajar• Suku bangsa : Sunda• Agama : Islam• Status : Belum menikah• Alamat : Panyirapan 3/2 Panyirapan• Med.Rec : 4417XX

Page 3: Tinea Cruris

ANAMNESIS(Autoanamnesis tanggal 22 Juli 2013) Keluhan Utama:Bruntus-bruntus merah yang terasa gatal pada lipatan paha kanan dan kiri sejak ±6 bulan yang lalu. Riwayat Perjalanan Penyakit:

Pasien datang ke poliklinik kulit kelamin RSUD Soreang dengan keluhan timbul bruntus merah disertai rasa gatal pada lipatan paha kanan dan kiri sejak ±6 bulan yang lalu.

Pasien mengeluh timbul gatal terutama saat berkeringat setelah berolahraga sehingga os sering menggaruknya. Awalnya bruntus merah tersebut timbul bulat sebesar koin kemudian menjadi bertambah disekitarnya.

Pasien sebelumnya pernah berobat ke dokter dan diberi obat salep dan obat minum, namun pasien tidak ingat apa nama obatnya. Setelah memakai obat tersebut, keluhan tidak berkurang. Pasien mengaku mandi dan mengganti celana dalam dua kali sehari, dan tidak pernah bergantian pakaian dengan orang lain, namun pasien sering menggunakan celana jeans yang agak ketat.

Page 4: Tinea Cruris

ANAMNESISKeluhan bruntus - bruntus kemerahan di daerah lipatan tubuh lain disangkal, keluhan bruntus-bruntus merah disertai sisik yang tebal disangkal, keluhan bruntus-bruntus kemerahan disertai panas badan disangkal. Keluhan gatal yang sangat hebat sampai panas seperti terbakar disangkal. Riwayat alergi makanan, obat-obatan, dan debu disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat pernah menderita penyakit kulit yag sama disangkal.Riwayat pernah menderita Diabetes Melitus, penyakit paru, penyakit kuning disangkal. Riwayat Penyakit dalam Keluarga:Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama seperti pasien.

Page 5: Tinea Cruris

PEMERIKSAAN FISIK Status GeneralisKeadaan umum : BaikKesadaran : Compos mentisKeadaan gizi : CukupVital signTekanan darah : Tidak diperiksa Nadi : 88 x/menitPernafasan : 20 x/menitSuhu : AfebrisKepala : NormochepalMata : Konjunctiva tidak anemis, tidak ikterikLeher : KGB tidak teraba membesarThorax : Tidak dilakukanAbdomen : Status DermatologisGenitalia :Status DermatologisEkstremitas : dalam batas normal

Page 6: Tinea Cruris

PEMERIKSAAN FISIKStatus DermatologikusDistribusi : RegionalAt Regio : Lipat paha kanan dan kiri, bawah umbilicalSifat lesi : Multipel , sebagian diskret sebagian konfluens, bentuk tidak beraturan, tepi lesi lebih menimbul dan tampak lebih aktif daripada bagian tengah lesi, berbatas tidak tegas, lesi keringEfloresensi : Papula eritema dipinggir lesi dengan makula hiperpigmentasi pada bagian tengah lesi disertai skuama halus diatasnya.

Page 7: Tinea Cruris
Page 8: Tinea Cruris

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan langsung berupa kerokan kulit dengan KOH 10 %Hasil : Preparat jamur = Negatif

Page 9: Tinea Cruris

Resume

• Seorang laki-laki 21 tahun datang ke poli kulit RSUD Soreang dengan keluhan utama bruntus merah disertai dengan rasa gatal pada lipatan paha kiri dan kanan. Keluhan tersebut muncul sekitar 6 bulan yang lalu. Keluhan gatal dirasakan terutama saat berkeringat, sehingga pasien selalu menggaruknya. Awalnya bruntus merah tersebut timbul bulat sebesar biji koin kemudian menjadi bertambah disekitarnya. Keluhan pengobatan diakui, tetapi keluhan tidak berkurang. Pasien mengaku mandi dan mengganti celana dalam dua kali sehari, dan tidak pernah bergantian pakaian dengan orang lain, namun pasien sering menggunakan celana jeans yang agak ketat.

• • Dari pemeriksaan fisik didapatkan statu generalis dalam batas normal. Pada status

dermatologikus, pada regio inguinalis sinistra dan regio inguinalis dekstra didapatkan papula eritema dipinggir lesi dengan makula hiperpigmentasi pada bagian tengah lesi disertai skuama halus diatasnya.

• Diagnosis Banding• · Tinea cruris• · Eritrasma• . Kandidiasis

Page 10: Tinea Cruris

Resume• Diagnosis Kerja• Tinea cruris• • Pemeriksaan Anjuran• Kultur dan tes resistensi anti jamur• • Penatalaksanaan• Umum:• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ini adalah penyakit yang

disebabkan oleh jamur.• Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan

tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.• Menjaga kebersihan tubuh.• Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.

Page 11: Tinea Cruris

ResumeKhusus:Sistemik :kortikosteroid oral : Methylprednisolon 8 mg 2 x 1 tabAntihistamin oral : Cetrizine 10 mg 1 x 1 tabTopikal :Antimikotik topikal : ketokonazol 2 % dioleskan pada daerah lesiKortikosteroid topikal : kloderma 10gr dioleskan pada daerah lesi PrognosisQuo ad vitam : ad bonamQuo ad functionam : ad bonamQuo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 12: Tinea Cruris

Tinea Cruris I.DEFINISI

Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumur hidup.

Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain.

Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005) II.ETIOLOGI

Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003) III EPIDEMIOLOGI

Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea cruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab (Wiederkehr, Michael. 2008)

Page 13: Tinea Cruris

PATOFISIOLOGI Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum.

Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. -> Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.

Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm).Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.

Page 14: Tinea Cruris

MANIFESTASI KLINISAnamnesisGatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus -> Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama.Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab,memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus.

Page 15: Tinea Cruris

MANIFESTASI KLINISPemeriksaan FisikEfloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula.

jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi.

Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi. Manifestasi tinea cruris : 1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis2.Daerah bersisik3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi5.Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan sedikit skuama6.Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul karena garukan8.Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler9.Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis (Wiederkehr, Michael. 2008)

Page 16: Tinea Cruris

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan dengan sediaan basahKulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir gelas → taruh di obyek glass → tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan → lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium

Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agarPemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu (Wiederkehr, Michael. 2008)

Punch biopsiDapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff, jamur akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam (Wiederkehr, Michael. 2008).Penggunaan lampu woodBisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata(Wiederkehr, Michael. 2008).

Page 17: Tinea Cruris

DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi serta pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop pada sediaan yang ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada medium Saboraud, punch biopsi, atau penggunaan lampu wood.

DIAGNOSIS BANDING-> Candidosis intertriginosa

Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.

Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, kontak dengan penderita.

Page 18: Tinea Cruris

DIAGNOSIS BANDING->ErytrasmaErytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral red) (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)

Page 19: Tinea Cruris

DIAGNOSIS BANDING-> PsoriasisPsoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,Lesi = ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering bagian di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi dapat lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi

Page 20: Tinea Cruris

DIAGNOSIS BANDING->Dermatitis Seboroik• Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang

mengenai daerah kepala dan badan. Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5% populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyakit ni dapat mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi terjadi pada usia 3 bulan sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudat dan krusta tebal

Page 21: Tinea Cruris

PENATALAKSANAANPengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam empat golongan yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros,tolnaftan, haloprogin.

Golongan azole ini akan menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana struktur tersebut merupakan komponen penting dalam dinding sel jamur. Golongan Alynamin menghambat keja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan kematian sel. Dengan penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan tinea cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:

Page 22: Tinea Cruris

PENATALAKSANAANObat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:1. Golongan Azola. Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)b. Mikonazole (icatin, Monistat-derm)c. Econazole (Spectazole) d. Ketokonazole (Nizoral)e. Oxiconazole (Oxistat)f. Sulkonazole (Exeldetm)

2. Golongan alinamina. Naftifine (Naftin)b. Terbinafin (Lamisil)

3. Golongan Benzilamina. Butenafine (mentax)

4.Golongan lainnyaa. Siklopiroks (Loprox)b. Haloprogin (halotex)c. Tolnaftate

Page 23: Tinea Cruris

• Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris:

• a. Ketokonazole• Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat

jamur oral yangberspektrum luas. Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.

Page 24: Tinea Cruris

KOMPLIKASI & PROGNOSIS

KOMPLIKASITinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit. PROGNOSISPrognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijag.

Page 25: Tinea Cruris
Page 26: Tinea Cruris