Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

79
LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS TROSOBO TINEA CORPORIS Pembimbing : Atik Sri Wulandari,SKM.,M.Kes Disusun oleh : Anis Sulala 05700101 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2013 1

description

tine

Transcript of Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Page 1: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS TROSOBO

TINEA CORPORIS

Pembimbing : Atik Sri Wulandari,SKM.,M.Kes

Disusun oleh :Anis Sulala 05700101

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA2013

1

Page 2: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan home visit

ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan home visit ini sebagai bagian dari

tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, dan sebagai salah satu

syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

Atas terselesaikannya laporan home visit ini, saya menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Suarabaya.

3. Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berserta staf.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf.

5. dr. B. Irawati selaku Kepala Puskesmas Trosobo Kabupaten Sidoarjo

beserta staf.

6. Atik Sri Wulandari,SKM.,M.Kes selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan kepada saya.

7. Rekan – rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu

terselesaikan laporan penelitian ini.

Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan

saran yang membangun sangat saya hargai guna penyempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Trosobo, 14 Agustus 2013

Dokter Muda Kelompok C

2

Page 3: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01

Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 06313

Puskesmas Trosobo Nama KK : Tn.M

Tanggal kunjungan pertama kali 14 Agustus 2013,

Nama pembina keluarga : Anis Sulala, S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai

satu periode pembinaan )

Tanggal TingkatPemahaman

ParafPembimbing

Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. M

Alamat lengkap : Desa Kramat Jegu RT 02 RW 06, Kecamatan

Taman

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Kedudu

kan dalam

keluarga

L/P Umur Pendidikan

Pekerjaan

Pasien klinik (Y/T)

Ket

1. Tn.M KK L 58 thn STM KULI T2. Ny. S Istri P 52 thn TDK

SKLHIRT Y Didiagnosa Tinea

corporis3. Sdr. N Anak L 32 thn STM KULI T -4. Sdr.Y Menantu P 28 thn SMK Pegawai

PabrikT -

5. An. N Cucu P 7 thn SD - T -6. An. A Cucu P 21 bln - - T -

Sumber : Data Primer, Agustus 2013

3

Page 4: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang

penderita Tinea kasus baru, berjenis kelamin perempuan dan berusia 52 tahun,

dimana penderita merupakan salah satu dari penderita Tinea yang berada di

wilayah Puskesmas Trosobo, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan

yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat

khususnya di daerah Puskesmas Trosobo Kabupaten Sidoarjo beserta

permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tinea

terutama masalah penularannya dan menjaga kebersihan. Oleh karena itu penting

kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian

bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. S

Umur : 52 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : Tidak sekolah

Agama : Islam

Alamat : Desa Kramat Jegu RT 02 RW 06, Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 14 Agustus 2013

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Gatal- gatal pada punggung

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang perempuan 52 tahun dengan keluhan utama gatal gatal

pada punggung. Penderita mulai merasa sering gatal sejak 2 tahun yang

lalu, gatal terjadi sepanjang hari terutama saat pasien

berkeringat.penderita awalnya muncul bercak merah bulat yang sangat

4

Page 5: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

gatal,kemudian digaruk lama lama bercak tersebut melebar hingga

kedaerah tengkuk.beraktifitas dan berkeringat.

Awalnya gatal sangat mengganggu aktifitasnya dan penderita

menggaruk memakai sisir rambut namun seiring berjalannya waktu

penderita sudah terbiasa dengan gatalnya hanya disaat

Karena gatal tak kunjung sembuh tidak kunjung sembuh penderita

pergi berobat ke Puskesmas Trosobo serta memakai obat tradisional namun

tak kunjung sembuh, penderita mempunyai kebiasaan ganti baju 2 hai sekali.

Penderita tidak ada alergi terhadap obat maupun makanan

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat alergi obat/makanan : tidak ada

- Riwayat imunisasi : tidak diketahui

- Riwayat asma : tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada

- Riwayat keluarga gatal-gatal : tidak ada

- Riwayat sakit sesak nafas : tidak ada

- Riwayat hipertensi & sakit gula : tidak ada

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat kebiasaan pasien ganti baju setiap dua hari sekali

- Riwayat olah raga : jarang sekali

- Riwayat pengisian waktu luang bermain dengan cucu

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang istri dari Tn. M dan seorang ibu dari 2 orang

anak, dimana 1 orang diantaranya tinggal bersama pasien, yaitu Sdr.N,

menantunya Sdr.Y, serta kedua cucunya yaitu An.N dan An.A . Penderita,

tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 6 orang (penderita,

suami,anak,menantu dan 2 orang cucu), sedangkan 1 anak pasien yang lain

bekerja dan tidak tinggal bersama penderita. Penderita bekerja sebagai

pembantu rumah tangga dengan penghasilan Rp 600.000 dan suami pasien

adalah seorang kuli serabutan yang tidak tiap hari bekerja dengan

5

Page 6: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

penghasilan Rp50.000/hari. Dan penghasilan lain diperoleh dari anaknya,

dengan total penghasilan rata-rata sekitar Rp 2.000.000

7. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-harinya biasanya 3 kali dengan nasi, sepiring,

sayur bening, dan lauk pauk seperti tahu dan tempe. Penderita jarang

makan daging, ikan, dan buah.

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (+),eritema

hiperpigmentasi dengan batas tegas

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala rontok

3. Mata : penglihatan kabur (-)

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan biasa, nyeri perut (-),

BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : dalam batas normal

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan gizi baik.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi :80 x/menit, reguler

Pernafasan :20 x/menit

6

Page 7: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Suhu :36,7 oC

Tensi :110/80 mmHg

Status gizi ( BMI ) :

BB : 50 kg

TB : 163 cm

BMI : BB = 50 = 18,8 ( normal )

TB2 1,632

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut

4. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-)

7. Telinga

Sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra batas kiri bawah :SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1S2 tunggal

- Pulmo:

7

Page 8: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan ronkhi (-/-), whezing (-/-)

11. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P :timpani seluruh lapang perut

A :peristaltik (+) normal

12. Ektremitas: dalam batas normal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan KOH :tidak dilakukan

G. RESUME

Seorang perempuan 52 tahun dengan keluhan utama gatal gatal pada

punggung. Penderita mulai merasa sering gatal sejak 2 tahun yang lalu, gatal

terjadi sepanjang hari terutama saat pasien berkeringat.penderita awalnya

muncul bercak merah bulat yang sangat gatal,kemudian digaruk lama lama

bercak tersebut melebar hingga kedaerah tengkuk.beraktifitas dan berkeringat.

Awalnya gatal sangat mengganggu aktifitasnya dan penderita

menggaruk memakai sisir rambut namun seiring berjalannya waktu penderita

sudah terbiasa dengan gatalnya hanya disaat

Karena gatal tak kunjung sembuh tidak kunjung sembuh penderita pergi

berobat ke Puskesmas Trosobo serta memakai obat tradisional namun tak

kunjung sembuh, penderita mempunyai kebiasaan ganti baju 2 hai sekali.

Penderita tidak ada alergi terhadap obat maupun makanan

Pada pemeriksaan fisik sekarang didapatkan keadaan umum baik, compos

mentis, status gizi normal. Tanda vital T:110/80 mmHg, N: 80 x/menit, Rr: 20

x/menit, S:36,70C, BB:50 kg, TB:163 cm, status gizi baik. Pemeriksaan fisik

diketahui dalam batas normal.

8

Page 9: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

Tinea corporis kasus baru

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

2. Status ekonomi yang kurang.

3. Kurangnya pengertian tentang penyakit.

4. Kurangnya menjaga kebersihan diri

I. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

1. Menjaga higiens tubuh

Diharapkan agar penderita menjaga kebersihan tubuhnya dengan

membiasakan ganti baju setiap hari,mengganti seprei dan mencuci

handuk minimal 1 minggu sekali serta handuk jangan dipakai secara

bergilir dengan anggota keluarga yang lain, mandi dengan air bersih.

2. Olah raga

Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan

melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan

sekitar..

3. Mengurangi stress tertentu

Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga

untuk kesembuhan.

Medikamentosa

a. Salep 2-4/3-10 sehari 2 kali

b. Ketokonazole : 1 tablet (200mg)/hari (2-3minggu)

9

Page 10: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari penderita, suami, 2 orang anak, Penderita

tinggal serumah dengan suami,1 anak, menantu dan 2 orang cucu.

2. Fungsi Psikologis.

Ny.S tinggal serumah dengan suami,1 anak, menantu dan 2

orang cucu. Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab satu dengan

yang lainnya, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat

diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Penderita bekerja sebagai

pembantu rumah tangga dengan penghasilan Rp 600.000, namun penderita

mendapatkan bantuan dana dari suami dan anaknya yang tinggal serumah.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara

musyawarah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong. Penghasilan

penderita dengan bantuan dari anak-anaknya yang lain telah cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, mereka hidup bahagia dan

memasrahkan semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial

Dalam masyarakat penderita dan keluarganya hanya sebagai

anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu

dalam masyarakat. Dalam kesehariannya penderita seseorang yang ramah,

murah senyum dan bergaul akrab dengan masyarakat di sekitarnya seperti

halnya anggota masyarakat yang lain serta tidak segan membantu

tetangganya yang memerlukan bantuan. Apabila ada kegiatan di

lingkungannya, penderita akan ikut serta.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari penderita yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan dibantu dengan suami serta

anaknya yang telah bekerja dengan total penghasilan rata-rata sebesar Rp

2.000.000,00 perbulannya.

Penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan 6 orang

anggota rumah tersebut. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum,

10

Page 11: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

biaya sekolah dan iuran listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak

pernah menyisihkannya uang untuk biaya-biaya mendadak (seperti biaya

pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa

air. Untuk memasak memakai kompor minyak. Makan sehari-hari dengan

lauk, tahu, tempe, jarang dengan daging, buah dan frekuensi makan 3 kali

sehari. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita termasuk pribadi yang terbuka sehingga bila mengalami

masalah penderita sering bercerita kepada anggota keluarga yang lain.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali

membicarakannya kepada suami dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan

menjadi keluhannya. Penyakitnya ini tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Dukungan dari keluarga kepadanya, sangat memberinya motivasi untuk sembuh ,

karena penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi

anjuran dokter untuk menjaga kebersihan pada dirinya.

PARTNERSHIP

Ny. S mengerti bahwa ia adalah tulang punggung keluarga karena merupakan

kepala keluarga. Selain itu keluarganya sangat mendukung dan meyakinkannya

bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan

dengan baik.

GROWTH

Ny. S sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya.

AFFECTION

Ny. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarga cukup ,.

Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.

11

Page 12: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

RESOLVE

Ny. S merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari

keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena dia harus bekerja

dari pagi sampai sore.pada malam harinya penderita selalu menyempatkan diri buat

sekedar berbincang bincang serta bercanda dengan anggota keluarganya.

APGAR Ny. S terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. S bekerja sebagai pembantu ruamh tangga yang jam kerjanya

seharian penuh, tapi penderita selalu menyempatkan waktu malam hari

bersama keluarganya sehingga Ny. S tidak mengalami kesulitan untuk

bertemu maupun menghabiskan waktu bersama suami,anak,menantu dan

kedua cucunya.

APGAR Tn.M Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

12

Page 13: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn.M seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai kuli

serabutan, sehingga kalau lagi tidak bekerja, punya banyak waktu untuk

berkumpul bersama keluarganya.

APGAR sdr. N Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

sdr. N bekerja sebagai tukang jahit dari pagi hingga sore, namun Sdr.M

sudah merasa cukup puas dengan waktu yang dihabiskan bersama

keluarganya.

APGAR Sdr. Y Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Sdr.Y bekerja sebagai guru dari pagi hingga siang hari, sehingga Sdr.Z

masih mempunyai cukup banyak waktu untuk dihabiskan bersama

keluarganya.

.

13

Page 14: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. S adalah 56,

sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny. S adalah 9,33. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. S dan

keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga

tersebut terjalin dengan baik.

C. SCREEMSUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga. Partisipasi mereka dalam masyarakat cukup baik.

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

_

ReligiusAgama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Penderita dan keluarga rajin sholat lima waktu.

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder.

+

Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan suami masih tergolong tinggi.

+

MedicalPelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderita

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

_

Keterangan :

Edukasi (+) artinya keluarga Ny.S menghadapi permasalahan

dalam bidang pendidikan. Kurangnya pendidikan dan informasi

tentang kesehatan menyebabkan kurangnya kesadaran akan

kesehatan individu sehingga keluarga tersebut rawan akan

terjadinya penyakit.

14

Page 15: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Ekonomi (+) artinya keluarga Ny.S menghadapi permasalahan

dalam bidang perekonomian. Minimnya pendapatan keluarga yaitu

Rp.2.000.000,- /bulan yang digunakan untuk kebutuhan 6 orang

anggota rumah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas

kesehatan keluarga tersebut, yaitu misalnya rendahnya pemenuhan

kebutuhan gizi dalam keluarga tersebut. Hal ini terbukti dari

makanan sehari-hari penderita yang hanya dengan lauk tahu-

tempe-sayur.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Desa Tanjung Sari RT 14 RW 02, Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.S

Dibuat tanggal 14 Agustus 2013

Ny. S Tn. M 52 Thn Penderita

Sumber : Data Primer, 12 Agustus 2013Keterangan : Tn. A : PenderitaSdr. F : Anak PenderitaNy. L : Istri Penderita

15

Page 16: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara Tn. K, istri dan anaknya baik dan dekat. Dalam keluarga ini

tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami?

Jawab :

suami merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita.

2. Ketika suami bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak?

Jawab :

Anak mendukung apa yang dilakukan oleh ibu.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Keputusan bisa diambil oleh penderita sendiri atau Tn.M sebagai

suaminya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah suami.

5. Selanjutnya siapa?

Jawab :

Selanjutnya adalah anak penderita.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Anak kedua, karena waktu yang dihabiskan bersama penderita sangat

sedikit.

Ny.S, 52 th

Tn. N 32 th Tn.M, 58 th

16

Page 17: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Tidak ada, karena anggota keluarga yang lain akan mendukung segala

sesuatu yang terbaik buat penderita

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Tidak ada

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

17

Page 18: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Ny.S seorang istri. Dia tinggal bersama suami dan satu orang

anak,menantu dan kedua cucunya. Penderita bekerja sebagai pembantu rumah

tangga setiap harinya. Walaupun sakit, tetapi tidak menggangu aktivitas nya

sehari-hari.

Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan dan meyakini bahwa

sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari ilmu hitam. Mereka

tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih

mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau

dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya

misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak setiap pagi dan

mengepel lantai tiap 2 hari sekali

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

prasejahtera. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yaitu dari

penderita sebagai pembantu,dari suami serta anaknya. Dari total semua

penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebutuhan

sekunder dan tertier.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada

kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan.pencahayaan ruangan

kurang, dan ventilasi kurang. Rumah memiliki fasilitas jamban keluarga.

Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di depan

rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit

adalah Puskesmas Trosobo.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

18

Page 19: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6x8 m2 yang

berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Terdiri

dari tiga kamar tidur, didepan ketiga kamar ada ruang tamu, dibagian belakang

terdapat dapur yang bersebelahan dengan tempat cuci baju dan kamar mandi

yang didalamnya terdapat wc. Terdapat satu Jendela,namun jarang

dibuka.terdapat dua pintu dibagian depan rumah yang selalu dibuka,namun

ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Lantai rumah terbuat dari

keramik. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit.

Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah

terbuat dari batubata namun belum di plester aci. Perabotan rumah tangga

minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan

air sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari

keluarga memasak menggunakan kompor gas jatah dari pemerintah.

19

Page 20: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Tinea korporis baru

b. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain

c. Pengetahuan penderita dan keluarga yang masih kurang tentang penyakitnya

2. Faktor resiko :

a. Jarangnya ganti pakaian dan pekerjaan penderita yang mengeluarkan

keringat banyak

b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

20

4. Tingkat pendidikan keluarga yang masih rendah

3. jarangnya ganti pakaian

2. Prevensi untuk anggota keluarga lainnya

Ny.S 52 th

1.Lingkungan dan rumah yang tidak sehat sehatang memadai

Page 21: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau

kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon

hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan

edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit

turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai

petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang

bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan

pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa

mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

21

Page 22: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah

tentang Tinea. Pasien Tinea dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,

pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah

dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling

setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter

maupun oleh petugas Yankes.

Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan

kesembuhannya melalui program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter.

Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita

termasuk akibat penyakitnya (Tinea) terhadap hubungan dengan

keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi

penjelasan tentang pentingnya menjaga menjaga kebersihan diri,pakaian dan

lingkungan dalam rumah guna mencegah pertumbuhan jamur didalam badan

penghuni rumah.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri

pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain

itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai

kepatuhan minum obat,menjaga kebersihan badan serta bajunya..

5. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera

dalam penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa perubahan tingkah laku (mengenai ganti baju setiap kali

mandi,minimal dua kali sehari), lingkungan (tempat tinggal yang tidak

boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian

genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan

rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan

daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang

teratur.

22

Page 23: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

B. PREVENSI BEBAS TINEA UNTUK KELUARGA LAINNYA (ISTRI

DAN ANAKNYA)

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk penyakit Tinea adalah

sama dengan prevensi bebas Tinea untuk penderita, namun dalam hal ini

diutamakan untuk menjaga kebersihan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai

berikut :

1. Menjaga higiens tubuh

Pasien diharapkan agar menjaga kebersihan tubuhnya dengan mandi dan

mengganti baju minimal dua kali sehari.mengganti dan mencuci sprei

minimal 1x seminggu,tidak boleh memakai handuk secara bergilir dengan

anggota keluarga yang lain.

2. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.

3. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan

daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar

tidak tertular infeksi Tinea dari penderita.

23

Page 24: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

TINEA CORPORIS

A. LATAR BELAKANG

Dermatomikosis superfisialis dapat disebabkan oleh jamur dermatofit

(dermatofitosis), spesies Candida biasanya Candida albicans (kandidiasis)

dan malassezia furfur (pitiriasis versikolor).1,2,3

Golongan penyakit ini cukup banyak diderita penduduk negara tropis.

Insidensi dermatomikosis superfisialis d Indonesia belum didapatkan angka

yang tepat. Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan

variasi yang berbeda. 1

Identifikasi mayoritas jamur-jamur patogen tersebut di atas masih sanngat

bergantung pada observasi langsung morfologi jamur. Untuk itu dibutuhkan

pengetahuan yang luas mengenai klasifikasi dan struktur jamur.1

Faktor-faktor yang memegang peranan timbunya dermatomikosis

superfisialis adalah iklim yang panas, higiene sebagian masyarakat yang

masih kurang, adanya sumber penularan sekitarnya, penggunaan obat-obatan

antibiotika, steroid, dan sitosyika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan

penyakit sistemik lainnya. 1,2

Hal ini yang perlu diperhatikan pada etiopatogenesis dermatomikosis

superfisialis adalah spesies penyebab dermatomikosis berasal dari lingkungan,

hewan, manusia, sedangkan spesies penyebab kandidiasis (Candida albicans)

dan pitiriasis versikolor (Malassezia furfur) merupakan bagian dari flora

normal pada manusia. 1,2,3

B. DEFINISI

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatophytes pada kulit halus

(glabrous skin) di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. Bentuk

klasik lesi biasanya anular, berbatas tegas dengan tepi polisiklis, biasa

didapatkan vesikule kecil-kecil, serta skuama yang halus. Didaerah sentral

biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara yang di tepi makin

meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh tetapi

tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Lesi

24

Page 25: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrat atau polisiklis.

Didaerah muka kadang-kadang disebut juga Tinea fasialis sedangkan didaerah

paha dan gluteal sering menjadi bagian dari Tinea kruris. Disamping bentuk

yang klasik, bisa didapatkan variasi seperti bentuk eksematoid, herpetiform,

dan lain-lain.2

C. EPIDEMIOLOGI

Beberapa spesies dermatofitosis dapat menyebabkan timbulnya endemik

pada area geografik tertentu, seperti T. schoenleinii yang merupakan spesies

penyebab tersering tinea favosa. Penyakit ini endemik di daerah Timur

Tengah, Medatirenia, Eropa Timur, Asia Selatan, dan beberapa negara di

Amerika Selatan, oleh karena itu sangat jarang dijumpai di Indonesia. Selain

itu, Tinea imbrikata yang disebabkan oleh T. concentricum hanya dapat

ditemukan pada daerah tertentu dinegara-negara Timur Jauh, Pasifik Selatan,

dan Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia penyakit ini banyak ditemui

di Kalimantan, Sulawesi Tengah, Kepulauan Aru dan Papua.1,4

Pada akhir abad 19 dan awal 20, M audouinii, diikuti oleh M canis

merupakan penyebab utama dermatofitosis di Negara Barat dan Eropa

Mediterania, sedangkan T schoenleinii adalah penyebab dominan di Eropa

Timur, khususnya T tonsurans yang saat ini telah muncul sebagai agen

dominan dalam banyak daerah. T tonsurans memiliki distribusi di seluruh

dunia dan menyebabkan Tinea capitis, tinea corporis dan tinea unguium. 5

D. ETIOLOGI

Jamur dermatofit berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual

maupun seksual. Secara aseksual yaitu tanpa peleburan materi nuklear

dengan struktur khusus disebut ‘konidia’ dan secara seksual yaitu terjadinya

peleburan materi nuklear dan kemudian mengalami reduksi menjadi suatu

bentuk yang disebut ‘askus’. Empat puluh tahun yang lalu, bentuk seksual ini

masih belum diketahui.1

25

Page 26: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Klasifikasi jamur dermatofit berdasarkan cara reproduksi yaitu

dimasukkan ke dalam kelas Deuteromycetes (fungi imperfecti), bila

berkembang biak dengan aseksual ‘konidia’, dan dimasukkan ke dalam family

Gymnoascaceae dan filum Ascomycota, bila bentuk seksual dapat

diidentifikasi dan merupakan bentuk yang sempurna. Dikenal genus

Nannizzia dan Arthroderma yang masing-masing dihubungkan dengan genus

Microsporum dan Trichophyton. 2

Cara Penularan

Dermatofitosis ditularkan melalui 3 cara, yaitu : 1,3,8

Antropofilik : transmisi dari manusia ke manusia.

Dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung, bisa melalui

lantai kolam renang dan udara sekitar rumah sakit/klinik. Spesies

antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T.

mentagrophytes var.iterdigitale) mengakibatkan radang ringan dan

kronis/kambuh-kambuhan.

Zoofilik : transmisi dari hewan ke manusia

Umumnya kelompok spesies zoofilik (M. canis,T. metagrophytes var

mentagrophytes, menimbulkan reaksi keradangan yang hebat/akut, namun

menimbulkan kesembuhan cepat dan spontan.

Dapat ditularkan secara kontak langsung atau tidak langsung melalui bulu

binatang yang terinfeksi dan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan

pada rumah/tempat tidur hewan, tempat makanan dan minuman dan

minuman hewan. Anjing,kucing, sapi, kuda, mencit merupakan sumber

penularan utama pada manusia.

Geofilik : transmisi dari tanah ke manusia

Umumnya kelompok spesies geofilik secara sporadis menginfeksi

manusia. Dan menimbulkan reaksi radang. M. Gypseum adalah spesies

geofilik yang paling banyak diisolasi pada manusia.Spesies ini

menyebabkan reaksi radang hebat/akut, sembuh, jarang kambuh..

E. PATOFISIOLOGI

26

Page 27: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi

pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik. Pada waktu menginvasi pejamu, jamur

harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa, serta menembus

jaringan pejamu.2

Dermatofitosis mempunyai beberapa sifat khusus antara lain: (1)

a) Jamur hidup di lapisan stratum korneum dan memberikan rangsangan ke

jaringan di bawahnya. Reaksi jaringan tersebut bervariasi dari deskuamasi

yang ringan sampai berat, bisa disertai hiperkeratosis ataupun timbulnya

vesikula.

Pada stratum korneum, fase pertama invasi dermatofit berupa perlekatan

artrokonidia pada keratinosit. Secara in vitro, proses ini memerlukan

waktu sekitar 2 jam sejak terjadi kontak. 1

Setelah spora melekat, perlu waktu 4-6 jam untuk germinasi dan penetrasi

ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-

cabangnya dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim

keratolitik kemudian berdifusi kedalam jaringan epidermis dan merusak

keratinosit. 1

b) Bila reaksinya hebat, yang berarti penolakan tubuh yang kuat, maka sering

terjadi penyembuhan spontan. Sebaliknya bila reaksinya ringan, penyakit

berjalan kronis.

Jamur harus mampu bertahan di dalam lingkungan pejamu dan dapat

menyesuaikan diri dengan suhu serta keadaan biokimia pejamu untuk

dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang.

Dari berbagai kemampuan tersebut, kemampuan jamur untuk

menyesuaikan diri didalam lingkungan pejamu dan kemampuan mengatasi

pertahanan seluler merupakan dua mekanisme terpenting dalam

patogenesis penyakit jamur. Selain itu, faktor lain seperti ketahanan

pejamu mempunyai peranan penting dalam menghambat kemampuan

jamur dermatofit melakukan penetrasi pada lapisan stratum korneum yang

lebih dalam. 1

c) Jamur dermatofit ini dapat tetap hidup di kulit, kuku ataupun rambut

selama jaringan ini tetap berploriferasi. Hal ini yang menerangkan

27

Page 28: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

mengapa infeksi pada rambut dapat terus berlangsung meskipun telah

dicukur. Bagian rambut yang berploriferasi tidak pernah ikut terpotong

kecuali bila dicabut.

d) Kadang-kadang jamur ini bisa persisten tanpa menimbulkan gejala klinis

sama sekali, terutama di daerah kaki serta kuku.

Hal yang terpenting untuk pertumbuhan jamur dermatofitosis

adalah keberadaan lingkungan yang sesuai, seperti kelembaban kulit,

maserasi dan adanya trauma. Pemakaian bahan-bahan material yang

sifatnya oklusif dapat meningkatkan temperatur dan kelembaban kulit

serta mengganggu fungsi barier dari stratum korneum, misalnya

penggunaan sepatu yang tertutup menimbulkan tinea pedis dan

penggunaan pakaian yang tertutup dapat menimbulkan tinea korporis

terutama pada negara dengan iklim tropis. 1

Dua faktor yang berperan penting terhadap ukuran dan lamanya

lesi dermatofitosis akan timbul adalah tergantung pada: (1)

1. Rerata pertumbuhan jamur

2. Epidermal turnover rate

Rerata pertumbuhan jamur harus sama atau melampui Epidermal

turnover rate, bila tidak maka organisme tersebut akan dilepaskan atau

dikeluarkan secara cepat dari stratum korneum. 1

Adanya serum faktor penghambat jamur dermatofit yang memasuki

ruangan ekstravaskuler dan bersifat melindungi, sehingga jamur

dermatofit hanya tumbuh di dalam lapisan keratin (stratum korneum) dan

mencegah elemen jamur penetrasi ke lapisan yang lebih dalam.1

Suhu badan normal (37oC) akan menghambat pertumbuhan spesies

dermatofit umumnya. Suhu badan yang lebih tinggi (41oC) akan

membunuh jamur tersebut, tetapi jamur tersebut dapat dilatih pada suhu

yang lebih tinggi.1

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi timbulnya dermatofitosis ialah: (1)

Faktor usia, jenis kelamin, genetik dan ras

a) Faktor usia dan jenis kelamin

28

Page 29: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Terdapat perbedaan kelompok usia maupun jenis kelamin

tertentu terhadap kepekaan timbulnya dermatofitosis. 1

b) Faktor genetika

Terdapat dugaan bahwa faktor genetik berperan terhadap

timbulnya dermatofitosis, seperti tinea imbrikata yang

diturunkan secara autosomal resesif. 1

c) Faktor golongan darah

Tidak dapat dibuktikan adanya hubungan antara kepekaan

dermatofitosis dengan golongan darah tertentu. 1

d) Faktor ras

Walaupun kemungkinan ada perbedaan rasial pada orang-

orang yang peka terhadap dermatofitosis, tetapi blm dapat

dijelaskan. 1

Faktor endokrin dan metabolik

Tidak didapatkan bukti nyata bahwa penderita diabetik mempunyai

kepekaan terhadap dermatofitosis. Malnutrisi dan sindroma

Cushing dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi, akibat dari

depresi imunitas seluler. 1

Temperatur dan lingkungan mikro

Dermatofit tumbuh jelek pada suhu 37oC, kecuali spesies T.

verrucosum. Kemungkinan faktor tersebut yang menyebabkan

berkurangnya penetrasi jamur dermatofit pada lapisan epidermis

dan dermis yang lebih dalam. 1

Organisme kompetitif dan ko-patogen

Kemampuan spesies dermatofit tertentu untuk menghasilkan

penicillin like antibiotics menyebabkan jamur ini dapat meregulasi

flora bakterial. Walaupun terdapat beberapa interaksi kompetitif,

Staphylococcus aereus kadang-kadang bisa bekerja sebagai ko-

29

Page 30: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

patogen, yang meningkatkan derajat keradangan pada infeksi

dermatofit. 1

Menurut Elewski (1996), jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup

pada keratin yang terbentuk lengkap pada bagian rambut yang sudah mati. Jamur

yang menyebabkan keratolisis karena adanya enzim keratinase, walaupun banyak

juga jamur penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis

(Epidermophton floccosum, T. concentricum dll). Penjelasan mengenai keratolisis

masih belum diketahui, sehingga pembuktian keratolisis hanya berdasarkan

pengurangan keratin secara tidak langsung. Rockman (1990) mengemukakan

bahwa insiden tinea kapitis pada anak pubertas terjadi karena menurunnya asam

lemak dalam sebum. Infeksi dimulai dengan invasi dermatofita melalui

perifolikuler stratum korneum, hifa tumbuh ke dalam folikel dan berkembang

dengan membentuk rangkaian spora dan berhenti tiba-tiba pada pertemuan antar

sel yang beinti dan yang mempunyai keratin tebal. Pada ujung hifa ditemui

Adamson’s Fringe bagian luar inrapilari hifa membelah membentuk rantai spora

ektotik. Selama pertumbuhan rambut, jamur ikut tumbuh ke arah batang rambut

yang menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia. Hifa tidak ditemukan

pada rambut yang terdapat di atas kulit

F. KLASIFIKASI TINEA

Klasifikasi spesies penyebab dermatofit berdasarkan cara penularan : (1)

Antropofilik Zoofilik Geofilik

E. floccosum M. canis M. gypseum

M. audouinii M. gallinae M. fulvum

30

Page 31: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

T. mentagrophytes var.

Interdigitale

T. mentagrophytes var

mentagrophytes

M. nanum

T. rubrum T. verrucosum T. ajelloi

T. schoenleinii T. equinum T. terrestre

T. tonsurans M. equinum

T. violaceum

Klasifikasi spesies penyebab dermatofit berdasarkan diagnosis klinis: 1

1. Tinea kapitis, disebabkan oleh:

Microsporum (beberapa spesies)

Trichopyton (beberapa spesies kecuali T. concentricum)

2. Tinea favosa, disebabkan oleh:

T. schoenleinii

T. violaceum (jarang)

M. gypseum (jarang)

3. Tinea barbae, disebabkan oleh :

T. mentagrophytes

T. rubrum

T. violaceum

T. verrucosum

T. megninii

M.canis

4. Tinea Korporis, disebabkan oleh :

T. rubrum

T. mentagrophytes

M. Audouinii

M.canis

5. Tinea imbrikata, disebabkan oleh: T.concentricum

31

Page 32: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

6. Tinea Kruris, disebabkan oleh :

E. Floccosum

T. rubrum

T. mentagrophytes

7. Tinea Pedis, disebabkan oleh:

T. rubrum

T. mentagrophytes

E. Floccosum

8. Tinea manuum, disebabkan oleh:

T. rubrum

E. Floccosum

T. mentagrophytes

9. Tinea unguium, disebabkan oleh:

T. rubrum

T. mentagrophytes

Rippon membagi dermatomikosis superfisialis menjadi 9 bentuk: 1,8

1. Tinea Kapitis

Sinonim : Ring worm of the scalp, trichophytosis capitis, tinea tonsuran,

herpes tonsuran. 1

2. Tinea Korporis

Disebut juga tinea sirsinata.1

3. Tinea Kruris

4. Tinea Pedis

Sinonimnya adalah Dermatofitosis, epidermophytosis dermatofitosis,

athlete’s foot, ringworm of the foot.2

5. Tinea manum

32

Page 33: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

6. Tinea Unguium

7. Tinea imbrikata

Sinonim Tinea imbrikata, tokelau, Burmese-, Chinese-, Indian-ringworm,

lofa tokelau, tinea circinata tropical, gogo, Hanuman ringworm, Dajakse

schurf. 1,2

8. Tinea Barbae (jarang ditemukan lagi)

9. Tinea Favosa (Tidak ada di Indonesia)

G. DIAGNOSIS

1. ANAMNESA DAN GEJALA KLINIS

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatophytes pada kulit halus

(glabrous skin) di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. Bentuk

klasik lesi biasanya anular, berbatas tegas dengan tepi polisiklis, biasa

didapatkan vesikule kecil-kecil, serta skuama yang halus. Didaerah sentral

biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara yang di tepi makin

meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh

tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang

besar. Lesi yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrat atau

polisiklis. Didaerah muka kadang-kadang disebut juga Tinea fasialis

sedangkan didaerah paha dan gluteal sering menjadi bagian dari Tinea

kruris. Disamping bentuk yang klasik, bisa didapatkan variasi seperti

bentuk eksematoid, herpetiform, dan lain-lain.2

Bentuk klasik lesi biasanya anular, terdapat juga bentuk iris,

berbatas tegas dengan tepi polisiklis, aktif (meninggi, ada papul, vesikel,

meluas), serta skuama yang halus. Didaerah sentral biasanya menipis dan

terjadi penyembuhan (central healing), sementara yang di tepi makin

meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh

tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang

besar. Lesi yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrat atau

polisiklis. Didaerah muka kadang-kadang disebut juga Tinea fasialis

sedangkan didaerah paha dan gluteal sering menjadi bagian dari Tinea

33

Page 34: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

kruris. Disamping bentuk yang klasik, bisa didapatkan variasi seperti

bentuk eksematoid, herpetiform, dan lain-lain. 1,2,3,6,7,8

Keluhan pada tinea korporis adalah gatal, terutama bila

berkeringat. Secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif

karena tanda radang lebih jelas dan polimorfi yang terdiri atas eritema,

skuama, dan kadang papul dan vesikel di tepi, penyembuhan di tengah

(central healing). 1,2,7,8,6

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Lampu Wood 1

Dilakukan pada ruang gelap. Pemeriksaan tinea pada lampu Wood

akan memberikan hasil flouresensi positif. Pada tinea capitis, M.canis,

M.audoinii, M. Distortum, M. Ferrugineum dan kadang-kadang M.

Schoenleinii memberikan flouresensi putih kebiruan, sedangkan T.

tonsurans dan T. violaseum tidak berflouresensi. 2,9

Pada Tinea barbae akan memberikan flouresensi berwarna kehijauan.9

b. Pewarnaan 1

Pewarnaan KOH dan Tinta Parker (berwarna blue-black)

Reaksi dasar pengecatan: 1

Fungsi KOH adalah melarutkan debris dan lemak. Pemanasan akan

mempercepat reaksi ini.

Pemanasan tidak boleh sampai mendidih karena akan

menyebabkan terbentuknya kristal yang akan mengganggu

pemeriksaan.

KOH 10% dapat melarutkan debris dari kerokan kulit, rambut, dan

mukosa.

Kadang-kadang digunakan KOH 20% yang merupakan pelarut

yang lebih kuat, yang dipakai untuk spesimen kuku.

Tinta Parker berwarna biru kehitaman. Penambahan tinta Parker

akan mempermudah untuk melihat jamur.

34

Page 35: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Pada pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku

menggunakan mikroskop dan KOH 20% tampak hifa panjang dan

atau artrospora.6

Pada Tinea Kapitis dan tinea barbae, pada infeksi ektotrik terlihat

artrospora yang kecil di sekitar batang rambut dan pada infeksi

endotrik terlihat rantai artrospora didalam batang rambut. Pada

skuama kulit kepala dijumpai hifa dan artrospora. 2

Pada Tinea Imbrikata, hifa yang tampak tidak rata, berkelok-kelok

tanpa konidia. Miselium yang bercabang menyerupai tanduk rusa,

mirip dengan miselium Trichophyton schoenleinii

Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue (LCB)

Reaksi dasar pengecatan: 1

Fenol berfungsi untuk mematikan jamur

Asam laktat berfungsi mempertinggi efek penetrasi larutan ke

dalam hifa

Gliserol mengawetkan preparat dan mencegah presipitasi dari cat.

Cotton blue berfungsi untuk mewarnai jamur menjadi biru.

Komposisi ;

Fenol 20g

Asam laktat 20ml

Gliserol 40mg

Cotton blue 0.05g

c. Pembiakan (1)

1. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) 1

Medium ini dipakai untuk menumbuhkan jamur tapi kuman

tertentu kadang juga bisa tumbuh pada medium ini sehingga perlu

ditambahkan antibiotik pada medium ini. Biasanya kloramfenikol.1

Tujuannya adalah untuk menentukan spesies dermatofita

penyebab tinea kapitis. Media kultur yang biasa dipakai adalah

agar Sabouraud;s. Jamur akan tumbuh dalam 5-14hari dan pada

media RTM pertumbuhan jamur dapat dilihat dengan adanya

35

Page 36: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

perubahan dari kuning merah yang dimulai setelah 24-48jam, serta

jelas dibaca pada hari ke 3-7. 2

Tinea Imbrikata disebabkan oleh Trichophyton

concentricum yang merupakan dermatofita antropofilik yang

tumbuh lambat pada media agar Sabouraud dextrosa. Dermatofita

lain biasanya tumbuh kurang lebih 1 minggu, namun spesies ini

baru tumbuh 4-6 minggu, bahkan kadang sampai 8 minggu. Koloni

bermula glabrosa dan putih, kemudian menjadi krem, kuning,

coklat atau menjadi merah. Pertumbuhan miselium dapat berupa

bulu-bulu halus sampai seperti bludru. Koloni yang tumbuh lambat

ini mempunyai diameter 5-20 mm setelah 2 minggu.2

2. Dermatophyte Test Medium (DTM) 1

- Media ini untuk menumbuhkan jamur dermatofita.

- Komposisi dari nedium ini (gram/liter):

a. Peptone 10g

b. Glucose 10g

c. Cyloheximide 0.5g

d. Gentamicin sulphate 0.1g

e. Chlortetracycline 0.1g

f. Phenol red 0.2g

g. Agar-agar 17g

- Catatan: 1

Medium DTM mengandung:

1. Cyloheximide yang berfungsi sebagai anti jamur

konaminan.

2. Gentamicin dan Chlortetracycline berfungsi sebagai

anti kuman sehingga kuman tidak tumbuh.

3. Terdapat indikator PH phenol red dimana pada PH

asam, maka phenol red akan berwarna kuning, sehingga

medium berwarna kuning. Sedangkan pada PH basa,

36

Page 37: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

phenol red akan berwarna merah, sehingga mediumnya

berwarna merah.

- DTM Positif 1

1. Jamur dermatofit akan mengubah warna DTM dari

kuning menjadi merah. Hal ini disebabkan karena jamur

dermatofit mengeluarkan metabolit yang bersifat basa

sehingga medium berwarna merah.

2. Dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi

merah (biasanya berubah dalam 3hari) diduga jamur

tersebut adalah jamur dermatofit.

3. Jamur dermatofit biasanya diidentifikasi dengan adanya

bentukan khas yaitu dengan adanya makrokonidia,

dengan wkatu kultur selama 2minggu. Dengan adanya

medium DTM, maka dapat diduga adanya jamur

dermatofit dalam waktu 3hari.

d. Histopatologi

Pewarnaan ini adalah pewarnaan yang tidak rutin dilakukan. Tapi bila

terpaksa dilakukan, maka pewarnaan sebaiknya tidak pewarnaan H&E

saja. 1

1. Pewarnaaan Haematoxylin & Eosine (H&E)

Tidak semua jamur dapat dilihat dengan pengecatan ini.

Reaksi dasar pengecetan :

Gill’s Haematoxylin mewarnai sel menjadi merah.

Ammonia water berfungsi untuk membirukan, karena

PHnya berubah sehingga inti sel tampak berwarna biru.

Eosine adalah zat yang bersifat asam (acid dye).

Keuntunganya adalah kolagen yang dihasilkan berwarna merah

muda pucat, sitoplasma otot berwarna merah muda gelap, dan

granula eosinofilik berwarna merah. 1

2. Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS)

37

Page 38: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

- Jamur yang tidak terwarnai oleh penegcatan Haematoxyln

& Eosin, biasanya dapat diwarnai dengan pengecatan

PAS.Tetapi tidak semua jamur dapat diwarnai dengan PAS,

kadang diperlukan pengecatan Gomori Methenamine Silver.

- Reaksi dasar pengecatan:

Adanya Periodic acid, gugus-gugus hidroxil pada

polisakarida kompleks dinding sel jamur akan mengalami

oksidasi menjadi aldehida. Derajat warna yang terjadi

bergantung pada banyaknya aldehida. Aldehida bereaksi

dengan reagen Schiff sehingga jamur akan berwarna

merah/merah muda. Kebanyakan jamur yang dicat dengan

metode ini tampak tajam dan berbea menyolok dari jaringan

sekitarnya yang ercat tipis dengan counterstain Gill;s

haematoxylin. 1

3. Pewarnaan Gomori Methenaine Silver (GMS) 1

- Jamur yang tidak dapat diwarnai dengan H&E, diwarnai

dengan GMS ini.

- Prinsip dasar pengecatan:

a. Adanya Chronic acid, gugus-gugus hidroksil pada

polisakarida kompleks dinding-dinding sel jamur akan

mengalami oksidasi menjadi aldehida. Pada teknik

pengecatan GMS, aldehida mereduksi kompleks

Methenamine Silver nitrate. Silver yang tereduksi akan

mengendap dan menyebabkan warna coklat-hitam.

b. Setelah proses oksidasi, preparat ditempatkan pada

larutan sodium bisulfite, yang berfungsi untuk

menghilangkan sisa chronic acid pada jaringan.

c. Gold chloride digunakan untuk meningkatkan intensitas

warna yaitu mewarnai jaringan setelah perlakuan silver

dan menghilangkan warna coklat dari jaringan. Warna

terakhir adalah hitam.

38

Page 39: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

d. Sodium thiosulfate membantu memfiksir reaksi silver

dalam jaringan dengan menghentikan semua reaksi

sebelumnya dan menghilangkan sisa-sisa silver nitrate.

e. Light green biasanya digunakan sebagai pewarna kedua

(counterstain) untuk mewarnai latar belakang jarinngan.

4. Pewarnaan GMS- H&E 1

- Jika dicat dengan GMS saja, maka latar belakang akan

terlihat hijau. Dengan mengganti counterstain light green

dengan pengecatan H&E, maka latar belakangnya akan

terlihat, sehingga reaksi jaringan lebih mudah untuk

diamati.

- Untuk pengecatan jamur, pengecatan ini terpenting bila

dibandingkan dengan jaringan lainnya.

- Prinsip kerjanya adalah dari pengecatan GMS – H&E sama

dengan prinsip kerja pengecatan GMS dan diberi

counterstain dengan H&E.

H. DIAGNOSA BANDING

Tinea Corporis

Diagnosa banding dari Tinea korporis, adalah: 1,2,6

Psoriasis vulgaris

Pitiriasis rosea

Morbus Hansen tipe tuberkuloid

Dermatitis kontak alergi

I. PENATALAKSANAAN

. 1. Umum

1. Lesi masih basah/infeksi sekunder 1,8

- Kompres solutio sodium chlorida 0.9% 3-5 hari.

- Antibiotika oral 5-7 hari

2. Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi

39

Page 40: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Terutama mengurangi atau mencegah keadaan yang mengakibatkan

lembab dan maserasi.1,8

2. Pengobatan Topikal

- Indikasi: 1,8

1. Bila lesi tidak luas (pada Tinea korporis, Tinea kruris, Tinea

manum, Tinea pedis ringan)8

2. Bila ringan

3. Onikomikosis

- Tipe SWO

- Tipe DLSO, lesi < 2/3 distal dan ≤ 3 kuku.

- Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu

sesudah KOH negatif/klinis membaik), untuk mencegah

kekambuhan pada obat anti jamur yang umunya bersifat

fungistatik.8 Untuk obat fungisidal dioleskan cukup 1-2minggu,

tanpa diteruskan 1-2 minggu sesudah klinis sembuh/KOH negatif. 1,8

- Obat Topikal yang digunakan:

a) Salep Whitfield sehari 2 kali

Berisi Acidum Salicylicum 3% + acidum benzoic 6% dalam

vaselin album. AAV II Acidum Salicylicum 6% + acidum

benzoic 12% (Full Strength Whitfield Oinment) konsentrasinya

2 kali AAV I, tidak dianjurkan dipakai. 1

- Asidum salisilikum 4%, asidum benzoikum 4% dalam

tinture.1

b) Salep 2-4/3-10 sehari 2 kali

(Acidum salisylicum 2-3% + sulfur presipitatum 4-10% dalam

vaseline album). 1,8

- Kerja asidum salisilikum sebagai keratolitik, sedang asidum

benzoikum sebagai anti jamur dan anti bakteri. Sulfur

presipitatum memberi efek sinergisme sehingga menguatkan

40

Page 41: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

kerja asidum salisilikum sebagai keratolitik. Kedua obat di atas

hanya untuk dermatofitosis saja, sedangkan bentuk tinkture

untuk dermatofitosis dan pitiriasis versikolor.1

c) Imidazol

- Kerjanya menghambat sintesa ergosterol pada 14 alfa

dimethilasi laosterol, sehingga menghambat permeabilitas

membran sel jamur yang sensitif.

Berspektrum luas dan fungistatik terhadap kasus

dermatofitosis, kandidiasis,pitiriasis versikolor.1

- Sediaan yang ada : 1

a. Sediaan yang dioleskan 2 kali sehari

Klotrimazol 1%

Mikonazol nitrat 2%

Isokonazol nitrat 1%

Sulkonazol 1%

b. Sediaan yang dioleskan 1 kali sehari

Tiokonazol 1%

Ketokonazol 2%

Bifonazol 1%

Sertakonazol 2%

- Shampo ketokonazol 1-2% dipakai sebagai obat tambahan

untuk tinea kapitis, untuk memercepat penyembuhan,

mencegah kekambuhan, dan mencegah penularan. Dipakai

2-3kali seminggu, didiamkan selama 5 menit baru dicuci.1

d) Campuran undersilenik (krim, ointment, powder, tinkture)

41

Page 42: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Suatu asam lemak organikdan garamnya (asam undesilenik +

zink undesilenat) dengan konsentrasi 2-10%. Hanya untuk

dermatofitosis ringan terutama sering untuk tinea pedis. 1

e) Shampo Selenium sulfat 1.8%, Lotion Selenium Sulfat 2.5%. 1

- Untuk kasus pitiriasis versikolor, dermatitis seboroika, dan

pitiriasis kapitis.

- Shampo dioleskan dibadan atau lotion pada daerah yang

terkena, dibiarkan selama 10menit lalu dicuci. Dilakukan

selama 7 hari atau dioleskan 2kali/minggu selama 2-

4minggu atau 1kali/minggu selama 2 minggu.

- Penderita sering mengeluh bau yanng keras dan terasa

pedih pada kulit setelah diolesi.

- Shampo tersebut juga dipakai sebagai obat tambahan pada

Tinea Kapitis untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

kekambuhan, dan mencegah penularan. Dipakai 2-3kali

seminggu didiamkan selama 5 menit baru dicuci.

f) Shampo zink pirithion 1%

Mempunyai efek bakteriostatik dan fungistatik. Penggunaannya

dan cara pakainya sama dengan shampo selenium sulfide.

Dapat dioleskan 5 menit/hari setelah mandi sore kemudian

dicuci. Digunakan selama 14 hari atau selama 4 minggu. 1

g) Golongan Alilamin

Kerjanya fungisidal dengan menghambat enzim jamur. 2,3

epoksidasi Skwalene, sehingga kadar skwelene menumpuk

yang menyebabkan bersifat fungisidal primer dan kadar

ergosterol menurun. Bentuk topikal untuk dermatofitosis.

Semuanya dioleskan 1 kali sehari pada Tinea Korporis, Tinea

Kruris, selama 1-2 minggu. Pada Tinea Pedis dan Tinea

Amnuum perlu 2-4minggu, tidak perlu dilanjutkan 1-2minggu

sesudah klinis membaiak/KOH negatif oleh karena fungisidal

primer, dan obat masih bekerja 1-2 minggu sesudah tidak

memakai obat. 1

42

Page 43: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

II.9.3. Pengobatan Oral

- Indikasi: 1,8

a. Lesi luas

b. Tinea kapitis, Tinea Imbrikata, Tinea Unguium, dan

Tinea Barbae

c. Tinea Korporis/kruris/pedis/manuum yang

berat/luas/sering kambuh/tidak sembuh dengan obat

topikal/mengenai daerah berambut.

d. Onikomikosis

- DLSO ≥ 2/3 distal atau lebih 3 kuku yang terkena.

- Mengenai lunula (bentuk PSO, TDO atau kandida

onikhia)

e. Dermatomikosis superfisialis pada penderita

imunokompromais berat.

- Cara pemberian: 8

a. Tergantung obat oral yang digunakan, lokasi dan

penyebab.

b. Lama pemberian:

- Obat fungistatik : 2-4 minggu

- Obat fungisidal : 1-2 minggu

- Jenis-jenis obat oral yang diberikan: 1,8

a. Griseofulvin

- Anak : 10mg/kgBB/hari (microsize)

5,5mg/kgBB/hari (ultra

microsize)

- Dewasa : 500-1000mg/hari

- Griseofulvin merupakan antibiotik dari Penicillium

griseofulvum. 1

43

Page 44: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

- Mekanisme kerja Griseofulvin, belum jelas

dikatakan: 1

1. Berkaitan dengan keratin, sehingga menjadi resisten

terhadap jamur.

2. Menghambat proses mitosis jamur dan berhenti

pada metaphase hinga mempengaruhi pembelahan

sel.

3. Langsung pada dinda hife (Curling effect)

4. Vasodilator lemah dan menghambat khemotaksis

leukosit, termasuk anti keradangan dan

imunomodulator.1

b. Golongan Azol: 1

Mekanisme kerja obat-obatan golongan azol ini

adalah menghambat biosintesis ergosterol pada 14 alfa

demethil lanosterol mengakibatkan penumpukan 14

alfa methilsterol yang mempengaruhi fungsi sistem

enzim yang berhubungan dengan membran lain seperti

sintesis dinding sel yang sangat penting untuk

pertumbuhan jamur. Umumnya aktivitas anti jamurnya

berspektrum luas dan fungistik. Sterol 14 demethilasi

tergantung pada sistem enzim mikrosomal cytochrome

P-450. Potensi obat azol berikatan dengan enzim p-450

manusia, mempunyai dampak pada keamanan dan efek

samping obat azol. 1

Jenis obat-obatan yang termasuk golongan Azol:

1. Imidazol

Ketokonazole

- Anak : 3-6mg/kgBB/hari

- Dewasa : 1tablet (200mg)/hari (2-

3minggu)

44

Page 45: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

2. Triazol

2.1 Itrakonazole

- Anak : 3-5mg/kgBB/hari

- Dewasa : 1 kapsul (100mg)/hari

- Itrakonazole digunakan untuk Pulse treatment

(pengobatan denyut) adalah pemberian obat dengan

dosis tingggi dalam waktu singkat sehingga

menimbulkan efek fungisidal sekunder oleh karena

terjadi fungitoksik sehingga penderita akan lebih

patuh dan tidak sering lupa, akibatnya kesembuhan

lebih baik dan kekambuhan jarang terjadi. 1

- Itrakonazole diminum 1 minggu, kemudian 3minggu

istirahat (1 siklus). 1

- Penatalaksanaan terapi denyut: (1)

a. Tinea korporis/kruris:

Itrakonazole 2 kapsul/hari, 1minggu.

b. Tinea pedis plantaris/manuum

Itrakonazole 2 kali 2 kapsul/hari, 1minggu.

c. Tinea Kapitis

Itrakonazole 5mg/kgBB/hari selama 1 minggu,

dapat diulang 2-3 siklus selang 3 minggu.

<10kg : 50mg/hari

10-20kg : 100mg/ alternating days

21-30kg : 100mg/hari

31-40kg : 1 kapsul/hari, alternating dengan 2

kapsul/hari

<40kg : 2 kapsul/hari

45

Page 46: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

d. Onikomikosis

Itrakonazole 400mg/hari (2 x 2 kapsul/hari) 7

hari, istirahat 3 minggu/siklus.

Kuku tangan : 2-3 siklus

Kuku kaki : 3-4 siklus

2.2Flukonazole (50, 150mg/kapsul)

Dapat digunakan sebagai terapi denyut, namun

ikatan dengan kulit, kuku, dan rambut tidak lama

sehingga lebih baik tidak digunakan. 1

Golongan Azol ini akan diabsorpsi dengan baik

bila: 1

1. Ketokonazole diminum dengan makan tinggi

lemak, absorbsi berkurang bila akhlorhidria atau

makan tingi karbohidrat.

2. Itrakonazol diminum saat makan atau sesudah

makan, tidak larut dalam air, lipofilik, absorbsi

berkurang bila asam lambung berkurang

3. Flukonazol tidak dipengaruhi makanan ataupun

keasaman asam lambung, larut dalam air.

Pharmakokinetik obat golongan azol oral adalah: 1

Setelah minum obat, maka efek obat akan tetap ada;

1. Pada kulit:

a. Ketokonazole : sampai minimum 2 minggu

b. Itrakonazole : sampai 2-4minggu

c. Flukonazol : sampai 10 hari

2. Pada kuku:

a. Ketokonazole : tak terdeteksi

b. Itrakonazole : sampai 9 bulan

c. Flukonazol : sampai 5 bulan

46

Page 47: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

3. Pada rambut:

Azole lebih baik untuk tinea kapitis oleh karena

infeksi spesies Trichophyton, sedang infeksi

M.canis lebih baik dengan Griseofulvin.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi

oral golongan Azol, adalah: 1

1. Ketokonazole dan Itrakonazole tidak boleh

diminum bersama antihstamin terfenadine dan

astemizole karena efek kedua antihistamin tersebut

akan meningkat menyebabkan cardiac dysrhytmia

yang dapat fatal. Namun Flukonazole tidak

mempengaruhi kedua antihistamin tersebut, namun

tetap harus berhati-hati.

2. Untuk wanita hamil, karena ketiga azol tersebut

termasuk kategori C.

c. Terbinafine 8

- Anak : 3-6mg/kgBB/hari

- 10-20-kg : 62.5 mg (1/4 tablet)/hari

- 20-40kg : 125mg (1/2 tablet)/hari

- Dewasa : 1 tablet (250mg)/hari

Diberikan hingga klinis membaik dan hasil

pemeriksaan laboraturium negatif. 6

- Terbinafin merupakan golongan alilamin, bersifat

fungisidal terhadap jamur dermatofit dan C.

Parapsilosis. 1

- Mekanisme kerjanya dengan menghambat

biosinthesis ergosterol jamur pada tingkat enzim

47

Page 48: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

epoksidase skwalene (tahap dini). Akibat hambatan

epoksidase skwalen adalah menumpuknya skwalen

intrasekuler (ini yang menimbulkan efek fungisidal

primer dan juga defesiensi ergosterol, menyebabkan

lemahnya membran intraseluluer. Epoksidase

skwalene tidak mempengaruhi sistem cytochrome P-

450, sehingga tidak mempengaruhi biosinthesis

kholesterol atau hormon steroid. 1

- Absorbsi : tidak dipengaruhi oleh makanan. 1

- Pharmakokinetik obat oral Terbinafin

Efek pengobatan tetap berlangsung, walaupun obat

sudah dihentikan, yaitu: 1

Dikulit : sampai 6 minggu

Di kuku : sampai 6 bulan

Di rambut : lebih baik untuk tinea Kapitis

karena infeksi spesies Trichophyton dari pada karena

M.canis.

- Hal penting untuk wanita hamil : tidak berpengaruh

pada bayinya, amun sebaiknya tidak diberikan. 1

I. PENCEGAHAN 1,8

1. Infeksi jamur dipercepat karena udara panas, lembab, dan maserasi. Bila

faktor lingkungsn tidak dapat dirubah, maka kemungkinan sembuh kurang

cepat dan lebih sering kambuh.

2. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat dan sebaiknya dari bahan

katun.

3. Memakai sandal karet/plastik ditempat umum, kolam renang, kamar ganti

umum, tempat olahraga/kebugaran dan kamar hotel.

4. Mengobati atau mengurangi faktor-faktor predisposisi penyakit yang

mendasari, misalkan diabetes melitus.

5. Hewan peliharaan (kucing, anjing, dll) yang terinfeksi jamur dermatofit

harus diobati juga.

6. Minum obat sesuai aturan secara teratur.

7. Baju dan handuk sering diganti dan dicuci dengan air panas.

48

Page 49: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

J. KEGAGALAN PENGOBATAN 1,8

Kegagalan pengobatan diperkirakan:

a. Diagnosis yang tidak tepat

b. Pemakaian obat yang tidak tepat (memilih obat, dosis, dan cara

pemakaian)

c. Pemakaian obat yang tidak teratur

d. Ada infeksi sekunder yang luput diobati.

e. Reinfeksi

f. Resistensi obat.

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

Ny. S (52 tahun), menderita penyakit TINEA Kasus baru.

Status gizi Ny. S berdasarkan BMI termasuk dalam kategori

normal

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. S tidak sehat.

2. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang

terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat

Pengetahuan akan Tinea yang masih kurang yang berhubungan

dengan tingkat pendidikan yang masih rendah

49

Page 50: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,

mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

3. Segi Sosial :

Ekonomi keluarga termasuk menengah dengan begitu kebutuhan

sehari-hari primer sudah dapat tercukupi. Namun rumah belum

sesuai dengan standart kesehatan.

4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. S tidak sehat.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis (Tinea) dilakukan langkah-langkah :

Preventif : penderita hendaknya ganti baju setiap kali mandi. Harus

rajin membersihkan rumah. Rajin menjemur bantal, guling dan

kasur. Menjaga Hygiene dan sanitasi. Membuka jendela pagi hari

agar sinar matahari pagi dapat masuk terutama ke kamar tidur.

Diharapkan menggunakan genteng kaca, membersihkan rumah,

menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali.

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai Tinea dan

pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang

menangani.

Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan menggunakan

obat mikonazole.

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Ny. S sehingga

tetap memiliki semangat untuk sembuh.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka

jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya disapu

minimal 2x sehari (pagi dan sore).

3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Tinea, dilakukan langkah-

langkah :

50

Page 51: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota

keluarga mengenai penyakit Tinea bahwa penyakit Tinea bukan

penyakit keturunan dan merupakan penyakit yang dapat

disembuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ervianti,E, Zurkarnain,I, Kawilarang,P, Suyono,Sunarso, penyunting.

Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis Masa Kini.

Surabaya: Balai Penerbit FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo dengan

PERDOSKI; 2002.h.1-8, 17-21, 25, 28-31, 45-57.

2. Cholis,M, Nasution, M,A, Rusmawardiana. K,M, Geodadi,M, Budimulia,

U,Redjeki S, Subakir, dkk, penyunting. Dermatomikosis Superfisialis.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pedoman Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran; h.7-8, 22-25, 29-31,

34-52.

3. HO, king-man, Cheng, tin-sik. Common Superficial Fungal Infectionsa

Short Review.Medical Buletin. 2010; 15(11); 23-27.

51

Page 52: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

4. Karakoca, Y, Endogru, E, Erdemir A,T, Kiremitchi, U, Gurel, Salih, et. al.

Generalized Inflammatory Tinea Corporis. Case Report. J Turk Acad

Dermatol. 2010; 4(4): 04402c.

5. Ameen, M. Epidemiology of Superficial Fungal Infections. Clinic in

Dermatology. 2010; 28; 97-201.

6. Sugito, TL, Hakim, L, Suseno U S, dkk, penyunting. Panduan Pelayanan

Medis Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin. Jakarta. Balai Penerbit

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2011.h. 96-

98.

7. Budimulja,U. Penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Bab Mikosis

Superfisialis. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.92-95.

8. Suyono,S, Ervianti,E, Zurkarnain,I, penyunting. Pedoman Diagnosis dan

Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya:

RSUD Dr. Soetomo; 2005.h.59-67, 79, 81.

9. Siregar,S.R, penyunting. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-

2. Palembang: EGC; 2005.h.16-17.

LAMPIRAN FOTO

RUMAH TAMPAK DEPAN

52

Page 53: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

RUANG TAMU

Pintu Masuk Rumah

53

Page 54: Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)

Penyakit penderita

54