Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)
-
Upload
senja-septia -
Category
Documents
-
view
250 -
download
2
description
Transcript of Tinea Corporis ( Anis Sulala 05700101)
LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS TROSOBO
TINEA CORPORIS
Pembimbing : Atik Sri Wulandari,SKM.,M.Kes
Disusun oleh :Anis Sulala 05700101
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan home visit
ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan home visit ini sebagai bagian dari
tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, dan sebagai salah satu
syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Atas terselesaikannya laporan home visit ini, saya menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Suarabaya.
3. Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berserta staf.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf.
5. dr. B. Irawati selaku Kepala Puskesmas Trosobo Kabupaten Sidoarjo
beserta staf.
6. Atik Sri Wulandari,SKM.,M.Kes selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada saya.
7. Rekan – rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikan laporan penelitian ini.
Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat saya hargai guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Trosobo, 14 Agustus 2013
Dokter Muda Kelompok C
2
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01
Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 06313
Puskesmas Trosobo Nama KK : Tn.M
Tanggal kunjungan pertama kali 14 Agustus 2013,
Nama pembina keluarga : Anis Sulala, S.Ked
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai
satu periode pembinaan )
Tanggal TingkatPemahaman
ParafPembimbing
Paraf Keterangan
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. M
Alamat lengkap : Desa Kramat Jegu RT 02 RW 06, Kecamatan
Taman
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 2. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Kedudu
kan dalam
keluarga
L/P Umur Pendidikan
Pekerjaan
Pasien klinik (Y/T)
Ket
1. Tn.M KK L 58 thn STM KULI T2. Ny. S Istri P 52 thn TDK
SKLHIRT Y Didiagnosa Tinea
corporis3. Sdr. N Anak L 32 thn STM KULI T -4. Sdr.Y Menantu P 28 thn SMK Pegawai
PabrikT -
5. An. N Cucu P 7 thn SD - T -6. An. A Cucu P 21 bln - - T -
Sumber : Data Primer, Agustus 2013
3
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita Tinea kasus baru, berjenis kelamin perempuan dan berusia 52 tahun,
dimana penderita merupakan salah satu dari penderita Tinea yang berada di
wilayah Puskesmas Trosobo, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat
khususnya di daerah Puskesmas Trosobo Kabupaten Sidoarjo beserta
permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tinea
terutama masalah penularannya dan menjaga kebersihan. Oleh karena itu penting
kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian
bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : Tidak sekolah
Agama : Islam
Alamat : Desa Kramat Jegu RT 02 RW 06, Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 14 Agustus 2013
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Gatal- gatal pada punggung
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan 52 tahun dengan keluhan utama gatal gatal
pada punggung. Penderita mulai merasa sering gatal sejak 2 tahun yang
lalu, gatal terjadi sepanjang hari terutama saat pasien
berkeringat.penderita awalnya muncul bercak merah bulat yang sangat
4
gatal,kemudian digaruk lama lama bercak tersebut melebar hingga
kedaerah tengkuk.beraktifitas dan berkeringat.
Awalnya gatal sangat mengganggu aktifitasnya dan penderita
menggaruk memakai sisir rambut namun seiring berjalannya waktu
penderita sudah terbiasa dengan gatalnya hanya disaat
Karena gatal tak kunjung sembuh tidak kunjung sembuh penderita
pergi berobat ke Puskesmas Trosobo serta memakai obat tradisional namun
tak kunjung sembuh, penderita mempunyai kebiasaan ganti baju 2 hai sekali.
Penderita tidak ada alergi terhadap obat maupun makanan
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat alergi obat/makanan : tidak ada
- Riwayat imunisasi : tidak diketahui
- Riwayat asma : tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada
- Riwayat keluarga gatal-gatal : tidak ada
- Riwayat sakit sesak nafas : tidak ada
- Riwayat hipertensi & sakit gula : tidak ada
5. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat kebiasaan pasien ganti baju setiap dua hari sekali
- Riwayat olah raga : jarang sekali
- Riwayat pengisian waktu luang bermain dengan cucu
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang istri dari Tn. M dan seorang ibu dari 2 orang
anak, dimana 1 orang diantaranya tinggal bersama pasien, yaitu Sdr.N,
menantunya Sdr.Y, serta kedua cucunya yaitu An.N dan An.A . Penderita,
tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 6 orang (penderita,
suami,anak,menantu dan 2 orang cucu), sedangkan 1 anak pasien yang lain
bekerja dan tidak tinggal bersama penderita. Penderita bekerja sebagai
pembantu rumah tangga dengan penghasilan Rp 600.000 dan suami pasien
adalah seorang kuli serabutan yang tidak tiap hari bekerja dengan
5
penghasilan Rp50.000/hari. Dan penghasilan lain diperoleh dari anaknya,
dengan total penghasilan rata-rata sekitar Rp 2.000.000
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-harinya biasanya 3 kali dengan nasi, sepiring,
sayur bening, dan lauk pauk seperti tahu dan tempe. Penderita jarang
makan daging, ikan, dan buah.
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (+),eritema
hiperpigmentasi dengan batas tegas
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala rontok
3. Mata : penglihatan kabur (-)
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan biasa, nyeri perut (-),
BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas : dalam batas normal
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan gizi baik.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi :80 x/menit, reguler
Pernafasan :20 x/menit
6
Suhu :36,7 oC
Tensi :110/80 mmHg
Status gizi ( BMI ) :
BB : 50 kg
TB : 163 cm
BMI : BB = 50 = 18,8 ( normal )
TB2 1,632
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-)
7. Telinga
Sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra batas kiri bawah :SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
batas jantung kesan tidak melebar
A: S1S2 tunggal
- Pulmo:
7
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan ronkhi (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :peristaltik (+) normal
12. Ektremitas: dalam batas normal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH :tidak dilakukan
G. RESUME
Seorang perempuan 52 tahun dengan keluhan utama gatal gatal pada
punggung. Penderita mulai merasa sering gatal sejak 2 tahun yang lalu, gatal
terjadi sepanjang hari terutama saat pasien berkeringat.penderita awalnya
muncul bercak merah bulat yang sangat gatal,kemudian digaruk lama lama
bercak tersebut melebar hingga kedaerah tengkuk.beraktifitas dan berkeringat.
Awalnya gatal sangat mengganggu aktifitasnya dan penderita
menggaruk memakai sisir rambut namun seiring berjalannya waktu penderita
sudah terbiasa dengan gatalnya hanya disaat
Karena gatal tak kunjung sembuh tidak kunjung sembuh penderita pergi
berobat ke Puskesmas Trosobo serta memakai obat tradisional namun tak
kunjung sembuh, penderita mempunyai kebiasaan ganti baju 2 hai sekali.
Penderita tidak ada alergi terhadap obat maupun makanan
Pada pemeriksaan fisik sekarang didapatkan keadaan umum baik, compos
mentis, status gizi normal. Tanda vital T:110/80 mmHg, N: 80 x/menit, Rr: 20
x/menit, S:36,70C, BB:50 kg, TB:163 cm, status gizi baik. Pemeriksaan fisik
diketahui dalam batas normal.
8
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
Tinea corporis kasus baru
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.
2. Status ekonomi yang kurang.
3. Kurangnya pengertian tentang penyakit.
4. Kurangnya menjaga kebersihan diri
I. PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
1. Menjaga higiens tubuh
Diharapkan agar penderita menjaga kebersihan tubuhnya dengan
membiasakan ganti baju setiap hari,mengganti seprei dan mencuci
handuk minimal 1 minggu sekali serta handuk jangan dipakai secara
bergilir dengan anggota keluarga yang lain, mandi dengan air bersih.
2. Olah raga
Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan
melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan
sekitar..
3. Mengurangi stress tertentu
Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga
untuk kesembuhan.
Medikamentosa
a. Salep 2-4/3-10 sehari 2 kali
b. Ketokonazole : 1 tablet (200mg)/hari (2-3minggu)
9
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, suami, 2 orang anak, Penderita
tinggal serumah dengan suami,1 anak, menantu dan 2 orang cucu.
2. Fungsi Psikologis.
Ny.S tinggal serumah dengan suami,1 anak, menantu dan 2
orang cucu. Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab satu dengan
yang lainnya, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Penderita bekerja sebagai
pembantu rumah tangga dengan penghasilan Rp 600.000, namun penderita
mendapatkan bantuan dana dari suami dan anaknya yang tinggal serumah.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong. Penghasilan
penderita dengan bantuan dari anak-anaknya yang lain telah cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, mereka hidup bahagia dan
memasrahkan semuanya kepada Tuhan.
3. Fungsi Sosial
Dalam masyarakat penderita dan keluarganya hanya sebagai
anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu
dalam masyarakat. Dalam kesehariannya penderita seseorang yang ramah,
murah senyum dan bergaul akrab dengan masyarakat di sekitarnya seperti
halnya anggota masyarakat yang lain serta tidak segan membantu
tetangganya yang memerlukan bantuan. Apabila ada kegiatan di
lingkungannya, penderita akan ikut serta.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari penderita yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan dibantu dengan suami serta
anaknya yang telah bekerja dengan total penghasilan rata-rata sebesar Rp
2.000.000,00 perbulannya.
Penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan 6 orang
anggota rumah tersebut. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum,
10
biaya sekolah dan iuran listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak
pernah menyisihkannya uang untuk biaya-biaya mendadak (seperti biaya
pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa
air. Untuk memasak memakai kompor minyak. Makan sehari-hari dengan
lauk, tahu, tempe, jarang dengan daging, buah dan frekuensi makan 3 kali
sehari. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Penderita termasuk pribadi yang terbuka sehingga bila mengalami
masalah penderita sering bercerita kepada anggota keluarga yang lain.
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali
membicarakannya kepada suami dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan
menjadi keluhannya. Penyakitnya ini tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Dukungan dari keluarga kepadanya, sangat memberinya motivasi untuk sembuh ,
karena penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi
anjuran dokter untuk menjaga kebersihan pada dirinya.
PARTNERSHIP
Ny. S mengerti bahwa ia adalah tulang punggung keluarga karena merupakan
kepala keluarga. Selain itu keluarganya sangat mendukung dan meyakinkannya
bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan
dengan baik.
GROWTH
Ny. S sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya.
AFFECTION
Ny. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarga cukup ,.
Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
11
RESOLVE
Ny. S merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena dia harus bekerja
dari pagi sampai sore.pada malam harinya penderita selalu menyempatkan diri buat
sekedar berbincang bincang serta bercanda dengan anggota keluarganya.
APGAR Ny. S terhadap Keluarga Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ny. S bekerja sebagai pembantu ruamh tangga yang jam kerjanya
seharian penuh, tapi penderita selalu menyempatkan waktu malam hari
bersama keluarganya sehingga Ny. S tidak mengalami kesulitan untuk
bertemu maupun menghabiskan waktu bersama suami,anak,menantu dan
kedua cucunya.
APGAR Tn.M Terhadap Keluarga Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
12
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Tn.M seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai kuli
serabutan, sehingga kalau lagi tidak bekerja, punya banyak waktu untuk
berkumpul bersama keluarganya.
APGAR sdr. N Terhadap Keluarga Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
sdr. N bekerja sebagai tukang jahit dari pagi hingga sore, namun Sdr.M
sudah merasa cukup puas dengan waktu yang dihabiskan bersama
keluarganya.
APGAR Sdr. Y Terhadap Keluarga Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Sdr.Y bekerja sebagai guru dari pagi hingga siang hari, sehingga Sdr.Z
masih mempunyai cukup banyak waktu untuk dihabiskan bersama
keluarganya.
.
13
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. S adalah 56,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny. S adalah 9,33. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. S dan
keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin dengan baik.
C. SCREEMSUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga. Partisipasi mereka dalam masyarakat cukup baik.
_
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan
_
ReligiusAgama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain
Pemahaman agama cukup. Penderita dan keluarga rajin sholat lima waktu.
-
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder.
+
Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan suami masih tergolong tinggi.
+
MedicalPelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderita
Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.
_
Keterangan :
Edukasi (+) artinya keluarga Ny.S menghadapi permasalahan
dalam bidang pendidikan. Kurangnya pendidikan dan informasi
tentang kesehatan menyebabkan kurangnya kesadaran akan
kesehatan individu sehingga keluarga tersebut rawan akan
terjadinya penyakit.
14
Ekonomi (+) artinya keluarga Ny.S menghadapi permasalahan
dalam bidang perekonomian. Minimnya pendapatan keluarga yaitu
Rp.2.000.000,- /bulan yang digunakan untuk kebutuhan 6 orang
anggota rumah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas
kesehatan keluarga tersebut, yaitu misalnya rendahnya pemenuhan
kebutuhan gizi dalam keluarga tersebut. Hal ini terbukti dari
makanan sehari-hari penderita yang hanya dengan lauk tahu-
tempe-sayur.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : Desa Tanjung Sari RT 14 RW 02, Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.S
Dibuat tanggal 14 Agustus 2013
Ny. S Tn. M 52 Thn Penderita
Sumber : Data Primer, 12 Agustus 2013Keterangan : Tn. A : PenderitaSdr. F : Anak PenderitaNy. L : Istri Penderita
15
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Keterangan : : hubungan baik
: hubungan tidak baik
Hubungan antara Tn. K, istri dan anaknya baik dan dekat. Dalam keluarga ini
tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami?
Jawab :
suami merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita.
2. Ketika suami bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak?
Jawab :
Anak mendukung apa yang dilakukan oleh ibu.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Keputusan bisa diambil oleh penderita sendiri atau Tn.M sebagai
suaminya.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah suami.
5. Selanjutnya siapa?
Jawab :
Selanjutnya adalah anak penderita.
6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab :
Anak kedua, karena waktu yang dihabiskan bersama penderita sangat
sedikit.
Ny.S, 52 th
Tn. N 32 th Tn.M, 58 th
16
7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada, karena anggota keluarga yang lain akan mendukung segala
sesuatu yang terbaik buat penderita
8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
17
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
Ny.S seorang istri. Dia tinggal bersama suami dan satu orang
anak,menantu dan kedua cucunya. Penderita bekerja sebagai pembantu rumah
tangga setiap harinya. Walaupun sakit, tetapi tidak menggangu aktivitas nya
sehari-hari.
Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan dan meyakini bahwa
sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari ilmu hitam. Mereka
tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau
dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak setiap pagi dan
mengepel lantai tiap 2 hari sekali
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
prasejahtera. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yaitu dari
penderita sebagai pembantu,dari suami serta anaknya. Dari total semua
penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebutuhan
sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan.pencahayaan ruangan
kurang, dan ventilasi kurang. Rumah memiliki fasilitas jamban keluarga.
Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di depan
rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit
adalah Puskesmas Trosobo.
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
Gambaran Lingkungan
18
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6x8 m2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Terdiri
dari tiga kamar tidur, didepan ketiga kamar ada ruang tamu, dibagian belakang
terdapat dapur yang bersebelahan dengan tempat cuci baju dan kamar mandi
yang didalamnya terdapat wc. Terdapat satu Jendela,namun jarang
dibuka.terdapat dua pintu dibagian depan rumah yang selalu dibuka,namun
ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Lantai rumah terbuat dari
keramik. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit.
Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah
terbuat dari batubata namun belum di plester aci. Perabotan rumah tangga
minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan
air sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari
keluarga memasak menggunakan kompor gas jatah dari pemerintah.
19
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Tinea korporis baru
b. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
c. Pengetahuan penderita dan keluarga yang masih kurang tentang penyakitnya
2. Faktor resiko :
a. Jarangnya ganti pakaian dan pekerjaan penderita yang mengeluarkan
keringat banyak
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
20
4. Tingkat pendidikan keluarga yang masih rendah
3. jarangnya ganti pakaian
2. Prevensi untuk anggota keluarga lainnya
Ny.S 52 th
1.Lingkungan dan rumah yang tidak sehat sehatang memadai
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa
mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
21
Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah
tentang Tinea. Pasien Tinea dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,
pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah
dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling
setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh petugas Yankes.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter.
Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita
termasuk akibat penyakitnya (Tinea) terhadap hubungan dengan
keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi
penjelasan tentang pentingnya menjaga menjaga kebersihan diri,pakaian dan
lingkungan dalam rumah guna mencegah pertumbuhan jamur didalam badan
penghuni rumah.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri
pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain
itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai
kepatuhan minum obat,menjaga kebersihan badan serta bajunya..
5. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku (mengenai ganti baju setiap kali
mandi,minimal dua kali sehari), lingkungan (tempat tinggal yang tidak
boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian
genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan
rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan
daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang
teratur.
22
B. PREVENSI BEBAS TINEA UNTUK KELUARGA LAINNYA (ISTRI
DAN ANAKNYA)
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk penyakit Tinea adalah
sama dengan prevensi bebas Tinea untuk penderita, namun dalam hal ini
diutamakan untuk menjaga kebersihan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai
berikut :
1. Menjaga higiens tubuh
Pasien diharapkan agar menjaga kebersihan tubuhnya dengan mandi dan
mengganti baju minimal dua kali sehari.mengganti dan mencuci sprei
minimal 1x seminggu,tidak boleh memakai handuk secara bergilir dengan
anggota keluarga yang lain.
2. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.
3. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan
daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar
tidak tertular infeksi Tinea dari penderita.
23
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA CORPORIS
A. LATAR BELAKANG
Dermatomikosis superfisialis dapat disebabkan oleh jamur dermatofit
(dermatofitosis), spesies Candida biasanya Candida albicans (kandidiasis)
dan malassezia furfur (pitiriasis versikolor).1,2,3
Golongan penyakit ini cukup banyak diderita penduduk negara tropis.
Insidensi dermatomikosis superfisialis d Indonesia belum didapatkan angka
yang tepat. Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan
variasi yang berbeda. 1
Identifikasi mayoritas jamur-jamur patogen tersebut di atas masih sanngat
bergantung pada observasi langsung morfologi jamur. Untuk itu dibutuhkan
pengetahuan yang luas mengenai klasifikasi dan struktur jamur.1
Faktor-faktor yang memegang peranan timbunya dermatomikosis
superfisialis adalah iklim yang panas, higiene sebagian masyarakat yang
masih kurang, adanya sumber penularan sekitarnya, penggunaan obat-obatan
antibiotika, steroid, dan sitosyika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan
penyakit sistemik lainnya. 1,2
Hal ini yang perlu diperhatikan pada etiopatogenesis dermatomikosis
superfisialis adalah spesies penyebab dermatomikosis berasal dari lingkungan,
hewan, manusia, sedangkan spesies penyebab kandidiasis (Candida albicans)
dan pitiriasis versikolor (Malassezia furfur) merupakan bagian dari flora
normal pada manusia. 1,2,3
B. DEFINISI
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatophytes pada kulit halus
(glabrous skin) di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. Bentuk
klasik lesi biasanya anular, berbatas tegas dengan tepi polisiklis, biasa
didapatkan vesikule kecil-kecil, serta skuama yang halus. Didaerah sentral
biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara yang di tepi makin
meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh tetapi
tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Lesi
24
yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrat atau polisiklis.
Didaerah muka kadang-kadang disebut juga Tinea fasialis sedangkan didaerah
paha dan gluteal sering menjadi bagian dari Tinea kruris. Disamping bentuk
yang klasik, bisa didapatkan variasi seperti bentuk eksematoid, herpetiform,
dan lain-lain.2
C. EPIDEMIOLOGI
Beberapa spesies dermatofitosis dapat menyebabkan timbulnya endemik
pada area geografik tertentu, seperti T. schoenleinii yang merupakan spesies
penyebab tersering tinea favosa. Penyakit ini endemik di daerah Timur
Tengah, Medatirenia, Eropa Timur, Asia Selatan, dan beberapa negara di
Amerika Selatan, oleh karena itu sangat jarang dijumpai di Indonesia. Selain
itu, Tinea imbrikata yang disebabkan oleh T. concentricum hanya dapat
ditemukan pada daerah tertentu dinegara-negara Timur Jauh, Pasifik Selatan,
dan Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia penyakit ini banyak ditemui
di Kalimantan, Sulawesi Tengah, Kepulauan Aru dan Papua.1,4
Pada akhir abad 19 dan awal 20, M audouinii, diikuti oleh M canis
merupakan penyebab utama dermatofitosis di Negara Barat dan Eropa
Mediterania, sedangkan T schoenleinii adalah penyebab dominan di Eropa
Timur, khususnya T tonsurans yang saat ini telah muncul sebagai agen
dominan dalam banyak daerah. T tonsurans memiliki distribusi di seluruh
dunia dan menyebabkan Tinea capitis, tinea corporis dan tinea unguium. 5
D. ETIOLOGI
Jamur dermatofit berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual
maupun seksual. Secara aseksual yaitu tanpa peleburan materi nuklear
dengan struktur khusus disebut ‘konidia’ dan secara seksual yaitu terjadinya
peleburan materi nuklear dan kemudian mengalami reduksi menjadi suatu
bentuk yang disebut ‘askus’. Empat puluh tahun yang lalu, bentuk seksual ini
masih belum diketahui.1
25
Klasifikasi jamur dermatofit berdasarkan cara reproduksi yaitu
dimasukkan ke dalam kelas Deuteromycetes (fungi imperfecti), bila
berkembang biak dengan aseksual ‘konidia’, dan dimasukkan ke dalam family
Gymnoascaceae dan filum Ascomycota, bila bentuk seksual dapat
diidentifikasi dan merupakan bentuk yang sempurna. Dikenal genus
Nannizzia dan Arthroderma yang masing-masing dihubungkan dengan genus
Microsporum dan Trichophyton. 2
Cara Penularan
Dermatofitosis ditularkan melalui 3 cara, yaitu : 1,3,8
Antropofilik : transmisi dari manusia ke manusia.
Dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung, bisa melalui
lantai kolam renang dan udara sekitar rumah sakit/klinik. Spesies
antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T.
mentagrophytes var.iterdigitale) mengakibatkan radang ringan dan
kronis/kambuh-kambuhan.
Zoofilik : transmisi dari hewan ke manusia
Umumnya kelompok spesies zoofilik (M. canis,T. metagrophytes var
mentagrophytes, menimbulkan reaksi keradangan yang hebat/akut, namun
menimbulkan kesembuhan cepat dan spontan.
Dapat ditularkan secara kontak langsung atau tidak langsung melalui bulu
binatang yang terinfeksi dan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan
pada rumah/tempat tidur hewan, tempat makanan dan minuman dan
minuman hewan. Anjing,kucing, sapi, kuda, mencit merupakan sumber
penularan utama pada manusia.
Geofilik : transmisi dari tanah ke manusia
Umumnya kelompok spesies geofilik secara sporadis menginfeksi
manusia. Dan menimbulkan reaksi radang. M. Gypseum adalah spesies
geofilik yang paling banyak diisolasi pada manusia.Spesies ini
menyebabkan reaksi radang hebat/akut, sembuh, jarang kambuh..
E. PATOFISIOLOGI
26
Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi
pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik. Pada waktu menginvasi pejamu, jamur
harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa, serta menembus
jaringan pejamu.2
Dermatofitosis mempunyai beberapa sifat khusus antara lain: (1)
a) Jamur hidup di lapisan stratum korneum dan memberikan rangsangan ke
jaringan di bawahnya. Reaksi jaringan tersebut bervariasi dari deskuamasi
yang ringan sampai berat, bisa disertai hiperkeratosis ataupun timbulnya
vesikula.
Pada stratum korneum, fase pertama invasi dermatofit berupa perlekatan
artrokonidia pada keratinosit. Secara in vitro, proses ini memerlukan
waktu sekitar 2 jam sejak terjadi kontak. 1
Setelah spora melekat, perlu waktu 4-6 jam untuk germinasi dan penetrasi
ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-
cabangnya dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim
keratolitik kemudian berdifusi kedalam jaringan epidermis dan merusak
keratinosit. 1
b) Bila reaksinya hebat, yang berarti penolakan tubuh yang kuat, maka sering
terjadi penyembuhan spontan. Sebaliknya bila reaksinya ringan, penyakit
berjalan kronis.
Jamur harus mampu bertahan di dalam lingkungan pejamu dan dapat
menyesuaikan diri dengan suhu serta keadaan biokimia pejamu untuk
dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang.
Dari berbagai kemampuan tersebut, kemampuan jamur untuk
menyesuaikan diri didalam lingkungan pejamu dan kemampuan mengatasi
pertahanan seluler merupakan dua mekanisme terpenting dalam
patogenesis penyakit jamur. Selain itu, faktor lain seperti ketahanan
pejamu mempunyai peranan penting dalam menghambat kemampuan
jamur dermatofit melakukan penetrasi pada lapisan stratum korneum yang
lebih dalam. 1
c) Jamur dermatofit ini dapat tetap hidup di kulit, kuku ataupun rambut
selama jaringan ini tetap berploriferasi. Hal ini yang menerangkan
27
mengapa infeksi pada rambut dapat terus berlangsung meskipun telah
dicukur. Bagian rambut yang berploriferasi tidak pernah ikut terpotong
kecuali bila dicabut.
d) Kadang-kadang jamur ini bisa persisten tanpa menimbulkan gejala klinis
sama sekali, terutama di daerah kaki serta kuku.
Hal yang terpenting untuk pertumbuhan jamur dermatofitosis
adalah keberadaan lingkungan yang sesuai, seperti kelembaban kulit,
maserasi dan adanya trauma. Pemakaian bahan-bahan material yang
sifatnya oklusif dapat meningkatkan temperatur dan kelembaban kulit
serta mengganggu fungsi barier dari stratum korneum, misalnya
penggunaan sepatu yang tertutup menimbulkan tinea pedis dan
penggunaan pakaian yang tertutup dapat menimbulkan tinea korporis
terutama pada negara dengan iklim tropis. 1
Dua faktor yang berperan penting terhadap ukuran dan lamanya
lesi dermatofitosis akan timbul adalah tergantung pada: (1)
1. Rerata pertumbuhan jamur
2. Epidermal turnover rate
Rerata pertumbuhan jamur harus sama atau melampui Epidermal
turnover rate, bila tidak maka organisme tersebut akan dilepaskan atau
dikeluarkan secara cepat dari stratum korneum. 1
Adanya serum faktor penghambat jamur dermatofit yang memasuki
ruangan ekstravaskuler dan bersifat melindungi, sehingga jamur
dermatofit hanya tumbuh di dalam lapisan keratin (stratum korneum) dan
mencegah elemen jamur penetrasi ke lapisan yang lebih dalam.1
Suhu badan normal (37oC) akan menghambat pertumbuhan spesies
dermatofit umumnya. Suhu badan yang lebih tinggi (41oC) akan
membunuh jamur tersebut, tetapi jamur tersebut dapat dilatih pada suhu
yang lebih tinggi.1
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi timbulnya dermatofitosis ialah: (1)
Faktor usia, jenis kelamin, genetik dan ras
a) Faktor usia dan jenis kelamin
28
Terdapat perbedaan kelompok usia maupun jenis kelamin
tertentu terhadap kepekaan timbulnya dermatofitosis. 1
b) Faktor genetika
Terdapat dugaan bahwa faktor genetik berperan terhadap
timbulnya dermatofitosis, seperti tinea imbrikata yang
diturunkan secara autosomal resesif. 1
c) Faktor golongan darah
Tidak dapat dibuktikan adanya hubungan antara kepekaan
dermatofitosis dengan golongan darah tertentu. 1
d) Faktor ras
Walaupun kemungkinan ada perbedaan rasial pada orang-
orang yang peka terhadap dermatofitosis, tetapi blm dapat
dijelaskan. 1
Faktor endokrin dan metabolik
Tidak didapatkan bukti nyata bahwa penderita diabetik mempunyai
kepekaan terhadap dermatofitosis. Malnutrisi dan sindroma
Cushing dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi, akibat dari
depresi imunitas seluler. 1
Temperatur dan lingkungan mikro
Dermatofit tumbuh jelek pada suhu 37oC, kecuali spesies T.
verrucosum. Kemungkinan faktor tersebut yang menyebabkan
berkurangnya penetrasi jamur dermatofit pada lapisan epidermis
dan dermis yang lebih dalam. 1
Organisme kompetitif dan ko-patogen
Kemampuan spesies dermatofit tertentu untuk menghasilkan
penicillin like antibiotics menyebabkan jamur ini dapat meregulasi
flora bakterial. Walaupun terdapat beberapa interaksi kompetitif,
Staphylococcus aereus kadang-kadang bisa bekerja sebagai ko-
29
patogen, yang meningkatkan derajat keradangan pada infeksi
dermatofit. 1
Menurut Elewski (1996), jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup
pada keratin yang terbentuk lengkap pada bagian rambut yang sudah mati. Jamur
yang menyebabkan keratolisis karena adanya enzim keratinase, walaupun banyak
juga jamur penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis
(Epidermophton floccosum, T. concentricum dll). Penjelasan mengenai keratolisis
masih belum diketahui, sehingga pembuktian keratolisis hanya berdasarkan
pengurangan keratin secara tidak langsung. Rockman (1990) mengemukakan
bahwa insiden tinea kapitis pada anak pubertas terjadi karena menurunnya asam
lemak dalam sebum. Infeksi dimulai dengan invasi dermatofita melalui
perifolikuler stratum korneum, hifa tumbuh ke dalam folikel dan berkembang
dengan membentuk rangkaian spora dan berhenti tiba-tiba pada pertemuan antar
sel yang beinti dan yang mempunyai keratin tebal. Pada ujung hifa ditemui
Adamson’s Fringe bagian luar inrapilari hifa membelah membentuk rantai spora
ektotik. Selama pertumbuhan rambut, jamur ikut tumbuh ke arah batang rambut
yang menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia. Hifa tidak ditemukan
pada rambut yang terdapat di atas kulit
F. KLASIFIKASI TINEA
Klasifikasi spesies penyebab dermatofit berdasarkan cara penularan : (1)
Antropofilik Zoofilik Geofilik
E. floccosum M. canis M. gypseum
M. audouinii M. gallinae M. fulvum
30
T. mentagrophytes var.
Interdigitale
T. mentagrophytes var
mentagrophytes
M. nanum
T. rubrum T. verrucosum T. ajelloi
T. schoenleinii T. equinum T. terrestre
T. tonsurans M. equinum
T. violaceum
Klasifikasi spesies penyebab dermatofit berdasarkan diagnosis klinis: 1
1. Tinea kapitis, disebabkan oleh:
Microsporum (beberapa spesies)
Trichopyton (beberapa spesies kecuali T. concentricum)
2. Tinea favosa, disebabkan oleh:
T. schoenleinii
T. violaceum (jarang)
M. gypseum (jarang)
3. Tinea barbae, disebabkan oleh :
T. mentagrophytes
T. rubrum
T. violaceum
T. verrucosum
T. megninii
M.canis
4. Tinea Korporis, disebabkan oleh :
T. rubrum
T. mentagrophytes
M. Audouinii
M.canis
5. Tinea imbrikata, disebabkan oleh: T.concentricum
31
6. Tinea Kruris, disebabkan oleh :
E. Floccosum
T. rubrum
T. mentagrophytes
7. Tinea Pedis, disebabkan oleh:
T. rubrum
T. mentagrophytes
E. Floccosum
8. Tinea manuum, disebabkan oleh:
T. rubrum
E. Floccosum
T. mentagrophytes
9. Tinea unguium, disebabkan oleh:
T. rubrum
T. mentagrophytes
Rippon membagi dermatomikosis superfisialis menjadi 9 bentuk: 1,8
1. Tinea Kapitis
Sinonim : Ring worm of the scalp, trichophytosis capitis, tinea tonsuran,
herpes tonsuran. 1
2. Tinea Korporis
Disebut juga tinea sirsinata.1
3. Tinea Kruris
4. Tinea Pedis
Sinonimnya adalah Dermatofitosis, epidermophytosis dermatofitosis,
athlete’s foot, ringworm of the foot.2
5. Tinea manum
32
6. Tinea Unguium
7. Tinea imbrikata
Sinonim Tinea imbrikata, tokelau, Burmese-, Chinese-, Indian-ringworm,
lofa tokelau, tinea circinata tropical, gogo, Hanuman ringworm, Dajakse
schurf. 1,2
8. Tinea Barbae (jarang ditemukan lagi)
9. Tinea Favosa (Tidak ada di Indonesia)
G. DIAGNOSIS
1. ANAMNESA DAN GEJALA KLINIS
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatophytes pada kulit halus
(glabrous skin) di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. Bentuk
klasik lesi biasanya anular, berbatas tegas dengan tepi polisiklis, biasa
didapatkan vesikule kecil-kecil, serta skuama yang halus. Didaerah sentral
biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara yang di tepi makin
meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh
tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang
besar. Lesi yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrat atau
polisiklis. Didaerah muka kadang-kadang disebut juga Tinea fasialis
sedangkan didaerah paha dan gluteal sering menjadi bagian dari Tinea
kruris. Disamping bentuk yang klasik, bisa didapatkan variasi seperti
bentuk eksematoid, herpetiform, dan lain-lain.2
Bentuk klasik lesi biasanya anular, terdapat juga bentuk iris,
berbatas tegas dengan tepi polisiklis, aktif (meninggi, ada papul, vesikel,
meluas), serta skuama yang halus. Didaerah sentral biasanya menipis dan
terjadi penyembuhan (central healing), sementara yang di tepi makin
meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh
tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang
besar. Lesi yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrat atau
polisiklis. Didaerah muka kadang-kadang disebut juga Tinea fasialis
sedangkan didaerah paha dan gluteal sering menjadi bagian dari Tinea
33
kruris. Disamping bentuk yang klasik, bisa didapatkan variasi seperti
bentuk eksematoid, herpetiform, dan lain-lain. 1,2,3,6,7,8
Keluhan pada tinea korporis adalah gatal, terutama bila
berkeringat. Secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif
karena tanda radang lebih jelas dan polimorfi yang terdiri atas eritema,
skuama, dan kadang papul dan vesikel di tepi, penyembuhan di tengah
(central healing). 1,2,7,8,6
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Lampu Wood 1
Dilakukan pada ruang gelap. Pemeriksaan tinea pada lampu Wood
akan memberikan hasil flouresensi positif. Pada tinea capitis, M.canis,
M.audoinii, M. Distortum, M. Ferrugineum dan kadang-kadang M.
Schoenleinii memberikan flouresensi putih kebiruan, sedangkan T.
tonsurans dan T. violaseum tidak berflouresensi. 2,9
Pada Tinea barbae akan memberikan flouresensi berwarna kehijauan.9
b. Pewarnaan 1
Pewarnaan KOH dan Tinta Parker (berwarna blue-black)
Reaksi dasar pengecatan: 1
Fungsi KOH adalah melarutkan debris dan lemak. Pemanasan akan
mempercepat reaksi ini.
Pemanasan tidak boleh sampai mendidih karena akan
menyebabkan terbentuknya kristal yang akan mengganggu
pemeriksaan.
KOH 10% dapat melarutkan debris dari kerokan kulit, rambut, dan
mukosa.
Kadang-kadang digunakan KOH 20% yang merupakan pelarut
yang lebih kuat, yang dipakai untuk spesimen kuku.
Tinta Parker berwarna biru kehitaman. Penambahan tinta Parker
akan mempermudah untuk melihat jamur.
34
Pada pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku
menggunakan mikroskop dan KOH 20% tampak hifa panjang dan
atau artrospora.6
Pada Tinea Kapitis dan tinea barbae, pada infeksi ektotrik terlihat
artrospora yang kecil di sekitar batang rambut dan pada infeksi
endotrik terlihat rantai artrospora didalam batang rambut. Pada
skuama kulit kepala dijumpai hifa dan artrospora. 2
Pada Tinea Imbrikata, hifa yang tampak tidak rata, berkelok-kelok
tanpa konidia. Miselium yang bercabang menyerupai tanduk rusa,
mirip dengan miselium Trichophyton schoenleinii
Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue (LCB)
Reaksi dasar pengecatan: 1
Fenol berfungsi untuk mematikan jamur
Asam laktat berfungsi mempertinggi efek penetrasi larutan ke
dalam hifa
Gliserol mengawetkan preparat dan mencegah presipitasi dari cat.
Cotton blue berfungsi untuk mewarnai jamur menjadi biru.
Komposisi ;
Fenol 20g
Asam laktat 20ml
Gliserol 40mg
Cotton blue 0.05g
c. Pembiakan (1)
1. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) 1
Medium ini dipakai untuk menumbuhkan jamur tapi kuman
tertentu kadang juga bisa tumbuh pada medium ini sehingga perlu
ditambahkan antibiotik pada medium ini. Biasanya kloramfenikol.1
Tujuannya adalah untuk menentukan spesies dermatofita
penyebab tinea kapitis. Media kultur yang biasa dipakai adalah
agar Sabouraud;s. Jamur akan tumbuh dalam 5-14hari dan pada
media RTM pertumbuhan jamur dapat dilihat dengan adanya
35
perubahan dari kuning merah yang dimulai setelah 24-48jam, serta
jelas dibaca pada hari ke 3-7. 2
Tinea Imbrikata disebabkan oleh Trichophyton
concentricum yang merupakan dermatofita antropofilik yang
tumbuh lambat pada media agar Sabouraud dextrosa. Dermatofita
lain biasanya tumbuh kurang lebih 1 minggu, namun spesies ini
baru tumbuh 4-6 minggu, bahkan kadang sampai 8 minggu. Koloni
bermula glabrosa dan putih, kemudian menjadi krem, kuning,
coklat atau menjadi merah. Pertumbuhan miselium dapat berupa
bulu-bulu halus sampai seperti bludru. Koloni yang tumbuh lambat
ini mempunyai diameter 5-20 mm setelah 2 minggu.2
2. Dermatophyte Test Medium (DTM) 1
- Media ini untuk menumbuhkan jamur dermatofita.
- Komposisi dari nedium ini (gram/liter):
a. Peptone 10g
b. Glucose 10g
c. Cyloheximide 0.5g
d. Gentamicin sulphate 0.1g
e. Chlortetracycline 0.1g
f. Phenol red 0.2g
g. Agar-agar 17g
- Catatan: 1
Medium DTM mengandung:
1. Cyloheximide yang berfungsi sebagai anti jamur
konaminan.
2. Gentamicin dan Chlortetracycline berfungsi sebagai
anti kuman sehingga kuman tidak tumbuh.
3. Terdapat indikator PH phenol red dimana pada PH
asam, maka phenol red akan berwarna kuning, sehingga
medium berwarna kuning. Sedangkan pada PH basa,
36
phenol red akan berwarna merah, sehingga mediumnya
berwarna merah.
- DTM Positif 1
1. Jamur dermatofit akan mengubah warna DTM dari
kuning menjadi merah. Hal ini disebabkan karena jamur
dermatofit mengeluarkan metabolit yang bersifat basa
sehingga medium berwarna merah.
2. Dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi
merah (biasanya berubah dalam 3hari) diduga jamur
tersebut adalah jamur dermatofit.
3. Jamur dermatofit biasanya diidentifikasi dengan adanya
bentukan khas yaitu dengan adanya makrokonidia,
dengan wkatu kultur selama 2minggu. Dengan adanya
medium DTM, maka dapat diduga adanya jamur
dermatofit dalam waktu 3hari.
d. Histopatologi
Pewarnaan ini adalah pewarnaan yang tidak rutin dilakukan. Tapi bila
terpaksa dilakukan, maka pewarnaan sebaiknya tidak pewarnaan H&E
saja. 1
1. Pewarnaaan Haematoxylin & Eosine (H&E)
Tidak semua jamur dapat dilihat dengan pengecatan ini.
Reaksi dasar pengecetan :
Gill’s Haematoxylin mewarnai sel menjadi merah.
Ammonia water berfungsi untuk membirukan, karena
PHnya berubah sehingga inti sel tampak berwarna biru.
Eosine adalah zat yang bersifat asam (acid dye).
Keuntunganya adalah kolagen yang dihasilkan berwarna merah
muda pucat, sitoplasma otot berwarna merah muda gelap, dan
granula eosinofilik berwarna merah. 1
2. Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS)
37
- Jamur yang tidak terwarnai oleh penegcatan Haematoxyln
& Eosin, biasanya dapat diwarnai dengan pengecatan
PAS.Tetapi tidak semua jamur dapat diwarnai dengan PAS,
kadang diperlukan pengecatan Gomori Methenamine Silver.
- Reaksi dasar pengecatan:
Adanya Periodic acid, gugus-gugus hidroxil pada
polisakarida kompleks dinding sel jamur akan mengalami
oksidasi menjadi aldehida. Derajat warna yang terjadi
bergantung pada banyaknya aldehida. Aldehida bereaksi
dengan reagen Schiff sehingga jamur akan berwarna
merah/merah muda. Kebanyakan jamur yang dicat dengan
metode ini tampak tajam dan berbea menyolok dari jaringan
sekitarnya yang ercat tipis dengan counterstain Gill;s
haematoxylin. 1
3. Pewarnaan Gomori Methenaine Silver (GMS) 1
- Jamur yang tidak dapat diwarnai dengan H&E, diwarnai
dengan GMS ini.
- Prinsip dasar pengecatan:
a. Adanya Chronic acid, gugus-gugus hidroksil pada
polisakarida kompleks dinding-dinding sel jamur akan
mengalami oksidasi menjadi aldehida. Pada teknik
pengecatan GMS, aldehida mereduksi kompleks
Methenamine Silver nitrate. Silver yang tereduksi akan
mengendap dan menyebabkan warna coklat-hitam.
b. Setelah proses oksidasi, preparat ditempatkan pada
larutan sodium bisulfite, yang berfungsi untuk
menghilangkan sisa chronic acid pada jaringan.
c. Gold chloride digunakan untuk meningkatkan intensitas
warna yaitu mewarnai jaringan setelah perlakuan silver
dan menghilangkan warna coklat dari jaringan. Warna
terakhir adalah hitam.
38
d. Sodium thiosulfate membantu memfiksir reaksi silver
dalam jaringan dengan menghentikan semua reaksi
sebelumnya dan menghilangkan sisa-sisa silver nitrate.
e. Light green biasanya digunakan sebagai pewarna kedua
(counterstain) untuk mewarnai latar belakang jarinngan.
4. Pewarnaan GMS- H&E 1
- Jika dicat dengan GMS saja, maka latar belakang akan
terlihat hijau. Dengan mengganti counterstain light green
dengan pengecatan H&E, maka latar belakangnya akan
terlihat, sehingga reaksi jaringan lebih mudah untuk
diamati.
- Untuk pengecatan jamur, pengecatan ini terpenting bila
dibandingkan dengan jaringan lainnya.
- Prinsip kerjanya adalah dari pengecatan GMS – H&E sama
dengan prinsip kerja pengecatan GMS dan diberi
counterstain dengan H&E.
H. DIAGNOSA BANDING
Tinea Corporis
Diagnosa banding dari Tinea korporis, adalah: 1,2,6
Psoriasis vulgaris
Pitiriasis rosea
Morbus Hansen tipe tuberkuloid
Dermatitis kontak alergi
I. PENATALAKSANAAN
. 1. Umum
1. Lesi masih basah/infeksi sekunder 1,8
- Kompres solutio sodium chlorida 0.9% 3-5 hari.
- Antibiotika oral 5-7 hari
2. Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi
39
Terutama mengurangi atau mencegah keadaan yang mengakibatkan
lembab dan maserasi.1,8
2. Pengobatan Topikal
- Indikasi: 1,8
1. Bila lesi tidak luas (pada Tinea korporis, Tinea kruris, Tinea
manum, Tinea pedis ringan)8
2. Bila ringan
3. Onikomikosis
- Tipe SWO
- Tipe DLSO, lesi < 2/3 distal dan ≤ 3 kuku.
- Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu
sesudah KOH negatif/klinis membaik), untuk mencegah
kekambuhan pada obat anti jamur yang umunya bersifat
fungistatik.8 Untuk obat fungisidal dioleskan cukup 1-2minggu,
tanpa diteruskan 1-2 minggu sesudah klinis sembuh/KOH negatif. 1,8
- Obat Topikal yang digunakan:
a) Salep Whitfield sehari 2 kali
Berisi Acidum Salicylicum 3% + acidum benzoic 6% dalam
vaselin album. AAV II Acidum Salicylicum 6% + acidum
benzoic 12% (Full Strength Whitfield Oinment) konsentrasinya
2 kali AAV I, tidak dianjurkan dipakai. 1
- Asidum salisilikum 4%, asidum benzoikum 4% dalam
tinture.1
b) Salep 2-4/3-10 sehari 2 kali
(Acidum salisylicum 2-3% + sulfur presipitatum 4-10% dalam
vaseline album). 1,8
- Kerja asidum salisilikum sebagai keratolitik, sedang asidum
benzoikum sebagai anti jamur dan anti bakteri. Sulfur
presipitatum memberi efek sinergisme sehingga menguatkan
40
kerja asidum salisilikum sebagai keratolitik. Kedua obat di atas
hanya untuk dermatofitosis saja, sedangkan bentuk tinkture
untuk dermatofitosis dan pitiriasis versikolor.1
c) Imidazol
- Kerjanya menghambat sintesa ergosterol pada 14 alfa
dimethilasi laosterol, sehingga menghambat permeabilitas
membran sel jamur yang sensitif.
Berspektrum luas dan fungistatik terhadap kasus
dermatofitosis, kandidiasis,pitiriasis versikolor.1
- Sediaan yang ada : 1
a. Sediaan yang dioleskan 2 kali sehari
Klotrimazol 1%
Mikonazol nitrat 2%
Isokonazol nitrat 1%
Sulkonazol 1%
b. Sediaan yang dioleskan 1 kali sehari
Tiokonazol 1%
Ketokonazol 2%
Bifonazol 1%
Sertakonazol 2%
- Shampo ketokonazol 1-2% dipakai sebagai obat tambahan
untuk tinea kapitis, untuk memercepat penyembuhan,
mencegah kekambuhan, dan mencegah penularan. Dipakai
2-3kali seminggu, didiamkan selama 5 menit baru dicuci.1
d) Campuran undersilenik (krim, ointment, powder, tinkture)
41
Suatu asam lemak organikdan garamnya (asam undesilenik +
zink undesilenat) dengan konsentrasi 2-10%. Hanya untuk
dermatofitosis ringan terutama sering untuk tinea pedis. 1
e) Shampo Selenium sulfat 1.8%, Lotion Selenium Sulfat 2.5%. 1
- Untuk kasus pitiriasis versikolor, dermatitis seboroika, dan
pitiriasis kapitis.
- Shampo dioleskan dibadan atau lotion pada daerah yang
terkena, dibiarkan selama 10menit lalu dicuci. Dilakukan
selama 7 hari atau dioleskan 2kali/minggu selama 2-
4minggu atau 1kali/minggu selama 2 minggu.
- Penderita sering mengeluh bau yanng keras dan terasa
pedih pada kulit setelah diolesi.
- Shampo tersebut juga dipakai sebagai obat tambahan pada
Tinea Kapitis untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
kekambuhan, dan mencegah penularan. Dipakai 2-3kali
seminggu didiamkan selama 5 menit baru dicuci.
f) Shampo zink pirithion 1%
Mempunyai efek bakteriostatik dan fungistatik. Penggunaannya
dan cara pakainya sama dengan shampo selenium sulfide.
Dapat dioleskan 5 menit/hari setelah mandi sore kemudian
dicuci. Digunakan selama 14 hari atau selama 4 minggu. 1
g) Golongan Alilamin
Kerjanya fungisidal dengan menghambat enzim jamur. 2,3
epoksidasi Skwalene, sehingga kadar skwelene menumpuk
yang menyebabkan bersifat fungisidal primer dan kadar
ergosterol menurun. Bentuk topikal untuk dermatofitosis.
Semuanya dioleskan 1 kali sehari pada Tinea Korporis, Tinea
Kruris, selama 1-2 minggu. Pada Tinea Pedis dan Tinea
Amnuum perlu 2-4minggu, tidak perlu dilanjutkan 1-2minggu
sesudah klinis membaiak/KOH negatif oleh karena fungisidal
primer, dan obat masih bekerja 1-2 minggu sesudah tidak
memakai obat. 1
42
II.9.3. Pengobatan Oral
- Indikasi: 1,8
a. Lesi luas
b. Tinea kapitis, Tinea Imbrikata, Tinea Unguium, dan
Tinea Barbae
c. Tinea Korporis/kruris/pedis/manuum yang
berat/luas/sering kambuh/tidak sembuh dengan obat
topikal/mengenai daerah berambut.
d. Onikomikosis
- DLSO ≥ 2/3 distal atau lebih 3 kuku yang terkena.
- Mengenai lunula (bentuk PSO, TDO atau kandida
onikhia)
e. Dermatomikosis superfisialis pada penderita
imunokompromais berat.
- Cara pemberian: 8
a. Tergantung obat oral yang digunakan, lokasi dan
penyebab.
b. Lama pemberian:
- Obat fungistatik : 2-4 minggu
- Obat fungisidal : 1-2 minggu
- Jenis-jenis obat oral yang diberikan: 1,8
a. Griseofulvin
- Anak : 10mg/kgBB/hari (microsize)
5,5mg/kgBB/hari (ultra
microsize)
- Dewasa : 500-1000mg/hari
- Griseofulvin merupakan antibiotik dari Penicillium
griseofulvum. 1
43
- Mekanisme kerja Griseofulvin, belum jelas
dikatakan: 1
1. Berkaitan dengan keratin, sehingga menjadi resisten
terhadap jamur.
2. Menghambat proses mitosis jamur dan berhenti
pada metaphase hinga mempengaruhi pembelahan
sel.
3. Langsung pada dinda hife (Curling effect)
4. Vasodilator lemah dan menghambat khemotaksis
leukosit, termasuk anti keradangan dan
imunomodulator.1
b. Golongan Azol: 1
Mekanisme kerja obat-obatan golongan azol ini
adalah menghambat biosintesis ergosterol pada 14 alfa
demethil lanosterol mengakibatkan penumpukan 14
alfa methilsterol yang mempengaruhi fungsi sistem
enzim yang berhubungan dengan membran lain seperti
sintesis dinding sel yang sangat penting untuk
pertumbuhan jamur. Umumnya aktivitas anti jamurnya
berspektrum luas dan fungistik. Sterol 14 demethilasi
tergantung pada sistem enzim mikrosomal cytochrome
P-450. Potensi obat azol berikatan dengan enzim p-450
manusia, mempunyai dampak pada keamanan dan efek
samping obat azol. 1
Jenis obat-obatan yang termasuk golongan Azol:
1. Imidazol
Ketokonazole
- Anak : 3-6mg/kgBB/hari
- Dewasa : 1tablet (200mg)/hari (2-
3minggu)
44
2. Triazol
2.1 Itrakonazole
- Anak : 3-5mg/kgBB/hari
- Dewasa : 1 kapsul (100mg)/hari
- Itrakonazole digunakan untuk Pulse treatment
(pengobatan denyut) adalah pemberian obat dengan
dosis tingggi dalam waktu singkat sehingga
menimbulkan efek fungisidal sekunder oleh karena
terjadi fungitoksik sehingga penderita akan lebih
patuh dan tidak sering lupa, akibatnya kesembuhan
lebih baik dan kekambuhan jarang terjadi. 1
- Itrakonazole diminum 1 minggu, kemudian 3minggu
istirahat (1 siklus). 1
- Penatalaksanaan terapi denyut: (1)
a. Tinea korporis/kruris:
Itrakonazole 2 kapsul/hari, 1minggu.
b. Tinea pedis plantaris/manuum
Itrakonazole 2 kali 2 kapsul/hari, 1minggu.
c. Tinea Kapitis
Itrakonazole 5mg/kgBB/hari selama 1 minggu,
dapat diulang 2-3 siklus selang 3 minggu.
<10kg : 50mg/hari
10-20kg : 100mg/ alternating days
21-30kg : 100mg/hari
31-40kg : 1 kapsul/hari, alternating dengan 2
kapsul/hari
<40kg : 2 kapsul/hari
45
d. Onikomikosis
Itrakonazole 400mg/hari (2 x 2 kapsul/hari) 7
hari, istirahat 3 minggu/siklus.
Kuku tangan : 2-3 siklus
Kuku kaki : 3-4 siklus
2.2Flukonazole (50, 150mg/kapsul)
Dapat digunakan sebagai terapi denyut, namun
ikatan dengan kulit, kuku, dan rambut tidak lama
sehingga lebih baik tidak digunakan. 1
Golongan Azol ini akan diabsorpsi dengan baik
bila: 1
1. Ketokonazole diminum dengan makan tinggi
lemak, absorbsi berkurang bila akhlorhidria atau
makan tingi karbohidrat.
2. Itrakonazol diminum saat makan atau sesudah
makan, tidak larut dalam air, lipofilik, absorbsi
berkurang bila asam lambung berkurang
3. Flukonazol tidak dipengaruhi makanan ataupun
keasaman asam lambung, larut dalam air.
Pharmakokinetik obat golongan azol oral adalah: 1
Setelah minum obat, maka efek obat akan tetap ada;
1. Pada kulit:
a. Ketokonazole : sampai minimum 2 minggu
b. Itrakonazole : sampai 2-4minggu
c. Flukonazol : sampai 10 hari
2. Pada kuku:
a. Ketokonazole : tak terdeteksi
b. Itrakonazole : sampai 9 bulan
c. Flukonazol : sampai 5 bulan
46
3. Pada rambut:
Azole lebih baik untuk tinea kapitis oleh karena
infeksi spesies Trichophyton, sedang infeksi
M.canis lebih baik dengan Griseofulvin.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi
oral golongan Azol, adalah: 1
1. Ketokonazole dan Itrakonazole tidak boleh
diminum bersama antihstamin terfenadine dan
astemizole karena efek kedua antihistamin tersebut
akan meningkat menyebabkan cardiac dysrhytmia
yang dapat fatal. Namun Flukonazole tidak
mempengaruhi kedua antihistamin tersebut, namun
tetap harus berhati-hati.
2. Untuk wanita hamil, karena ketiga azol tersebut
termasuk kategori C.
c. Terbinafine 8
- Anak : 3-6mg/kgBB/hari
- 10-20-kg : 62.5 mg (1/4 tablet)/hari
- 20-40kg : 125mg (1/2 tablet)/hari
- Dewasa : 1 tablet (250mg)/hari
Diberikan hingga klinis membaik dan hasil
pemeriksaan laboraturium negatif. 6
- Terbinafin merupakan golongan alilamin, bersifat
fungisidal terhadap jamur dermatofit dan C.
Parapsilosis. 1
- Mekanisme kerjanya dengan menghambat
biosinthesis ergosterol jamur pada tingkat enzim
47
epoksidase skwalene (tahap dini). Akibat hambatan
epoksidase skwalen adalah menumpuknya skwalen
intrasekuler (ini yang menimbulkan efek fungisidal
primer dan juga defesiensi ergosterol, menyebabkan
lemahnya membran intraseluluer. Epoksidase
skwalene tidak mempengaruhi sistem cytochrome P-
450, sehingga tidak mempengaruhi biosinthesis
kholesterol atau hormon steroid. 1
- Absorbsi : tidak dipengaruhi oleh makanan. 1
- Pharmakokinetik obat oral Terbinafin
Efek pengobatan tetap berlangsung, walaupun obat
sudah dihentikan, yaitu: 1
Dikulit : sampai 6 minggu
Di kuku : sampai 6 bulan
Di rambut : lebih baik untuk tinea Kapitis
karena infeksi spesies Trichophyton dari pada karena
M.canis.
- Hal penting untuk wanita hamil : tidak berpengaruh
pada bayinya, amun sebaiknya tidak diberikan. 1
I. PENCEGAHAN 1,8
1. Infeksi jamur dipercepat karena udara panas, lembab, dan maserasi. Bila
faktor lingkungsn tidak dapat dirubah, maka kemungkinan sembuh kurang
cepat dan lebih sering kambuh.
2. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat dan sebaiknya dari bahan
katun.
3. Memakai sandal karet/plastik ditempat umum, kolam renang, kamar ganti
umum, tempat olahraga/kebugaran dan kamar hotel.
4. Mengobati atau mengurangi faktor-faktor predisposisi penyakit yang
mendasari, misalkan diabetes melitus.
5. Hewan peliharaan (kucing, anjing, dll) yang terinfeksi jamur dermatofit
harus diobati juga.
6. Minum obat sesuai aturan secara teratur.
7. Baju dan handuk sering diganti dan dicuci dengan air panas.
48
J. KEGAGALAN PENGOBATAN 1,8
Kegagalan pengobatan diperkirakan:
a. Diagnosis yang tidak tepat
b. Pemakaian obat yang tidak tepat (memilih obat, dosis, dan cara
pemakaian)
c. Pemakaian obat yang tidak teratur
d. Ada infeksi sekunder yang luput diobati.
e. Reinfeksi
f. Resistensi obat.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Ny. S (52 tahun), menderita penyakit TINEA Kasus baru.
Status gizi Ny. S berdasarkan BMI termasuk dalam kategori
normal
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. S tidak sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat
Pengetahuan akan Tinea yang masih kurang yang berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
49
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial :
Ekonomi keluarga termasuk menengah dengan begitu kebutuhan
sehari-hari primer sudah dapat tercukupi. Namun rumah belum
sesuai dengan standart kesehatan.
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. S tidak sehat.
B. SARAN
1. Untuk masalah medis (Tinea) dilakukan langkah-langkah :
Preventif : penderita hendaknya ganti baju setiap kali mandi. Harus
rajin membersihkan rumah. Rajin menjemur bantal, guling dan
kasur. Menjaga Hygiene dan sanitasi. Membuka jendela pagi hari
agar sinar matahari pagi dapat masuk terutama ke kamar tidur.
Diharapkan menggunakan genteng kaca, membersihkan rumah,
menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali.
Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai Tinea dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan menggunakan
obat mikonazole.
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Ny. S sehingga
tetap memiliki semangat untuk sembuh.
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka
jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya disapu
minimal 2x sehari (pagi dan sore).
3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Tinea, dilakukan langkah-
langkah :
50
Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota
keluarga mengenai penyakit Tinea bahwa penyakit Tinea bukan
penyakit keturunan dan merupakan penyakit yang dapat
disembuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ervianti,E, Zurkarnain,I, Kawilarang,P, Suyono,Sunarso, penyunting.
Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis Masa Kini.
Surabaya: Balai Penerbit FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo dengan
PERDOSKI; 2002.h.1-8, 17-21, 25, 28-31, 45-57.
2. Cholis,M, Nasution, M,A, Rusmawardiana. K,M, Geodadi,M, Budimulia,
U,Redjeki S, Subakir, dkk, penyunting. Dermatomikosis Superfisialis.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pedoman Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran; h.7-8, 22-25, 29-31,
34-52.
3. HO, king-man, Cheng, tin-sik. Common Superficial Fungal Infectionsa
Short Review.Medical Buletin. 2010; 15(11); 23-27.
51
4. Karakoca, Y, Endogru, E, Erdemir A,T, Kiremitchi, U, Gurel, Salih, et. al.
Generalized Inflammatory Tinea Corporis. Case Report. J Turk Acad
Dermatol. 2010; 4(4): 04402c.
5. Ameen, M. Epidemiology of Superficial Fungal Infections. Clinic in
Dermatology. 2010; 28; 97-201.
6. Sugito, TL, Hakim, L, Suseno U S, dkk, penyunting. Panduan Pelayanan
Medis Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin. Jakarta. Balai Penerbit
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2011.h. 96-
98.
7. Budimulja,U. Penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Bab Mikosis
Superfisialis. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.92-95.
8. Suyono,S, Ervianti,E, Zurkarnain,I, penyunting. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya:
RSUD Dr. Soetomo; 2005.h.59-67, 79, 81.
9. Siregar,S.R, penyunting. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-
2. Palembang: EGC; 2005.h.16-17.
LAMPIRAN FOTO
RUMAH TAMPAK DEPAN
52
RUANG TAMU
Pintu Masuk Rumah
53
Penyakit penderita
54