Tinea Capitis

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti yang terbagi dalam tiga genus, yaitu: Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1 Pembagian dermatofitosis yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdaraskan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk tinea capitis, tinea barbe, tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, tinea corporis. 1 Tinea capitis atau infeksi jamur kulit kepala disebabkan oleh Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera) 10 .yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala dan kulit disekitarnya Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat 1,2 Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari 1

description

dermatology

Transcript of Tinea Capitis

Page 1: Tinea Capitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh golongan jamur

dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti yang terbagi dalam tiga genus,

yaitu: Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1

Pembagian dermatofitosis yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah

yang berdaraskan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk tinea capitis, tinea barbe,

tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, tinea corporis.1

Tinea capitis atau infeksi jamur kulit kepala disebabkan oleh Microsporum gypseum

(geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes

(zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang

pengerat dan kera)10.yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala dan kulit disekitarnya

Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang

terjadi gambaran klinis yang lebih berat 1,2

Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti

Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari

25%. Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis.5

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996 -

1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan

Semarang 0,2%.5.Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya

dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin

RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak

< 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%).

Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot

tidak diketemukan. 10

1

Page 2: Tinea Capitis

Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai tiga bentuk yang jelas adalah Grey

patch ringworm, kerion, dan black dot ringworm. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis,

pemeriksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Diagnosis

laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari kikisan lesi.Infeksi pada rambut

ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan. 1 Ada beberapa penyakit pada kulit

kepala yang dapat dijadikan sebagai diagnosa banding tinea kapitis, yaitu alopesia areata

rambut bagian pinggir, dermatitis seboroik, trikotilomania.

Pengobatan standar tinea kapitis di amerika serikat masih menggunakan grisofulvin,

triazole oral (itrakonazole, flukonazol) dan terbinafin merupakan antijamur yang aman,

efektif dan memiliki keuntungan karena durasi pengobatan yang lebih pendek.3

Sering kali pada praktek di rumah sakit, manifestasi dari tinea capitis didiagnosa dengan

penyakit lain, seperti alopesia areata, dermatitis seboroik, cellulitis, furungkel, karbunkel,

folikulitis dan psoriasis. Sehingga hal ini menarik untuk dibahas lebih lanjut.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari Tinea Capitis

2. Mengetahui faktor predisposisi Tinea Capitis

3. Mengetahui klasifikasi Tinea Capitis

4. Memahami pathogenesis dari bentuk-bentuk tinea capitis

5. Dapat mendiagnosis dan mengelola tinea capitis

2

Page 3: Tinea Capitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

  Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur dermatofit

Trichophyton tonsuran dan Microsporum canis yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala

dan kulit disekitarnya. Tinea kapitis biasanya terjadi terutama pada anak – anak, meskipun ada

juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans. Tinea kapitis

juga dapat dilihat pada orang dewasa dengan AIDS. 2,3,4

2.2 Epidemiologi

Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti

Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari 25%.

Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis. Di Amerika utara dan Inggris jamur

antropolitik seperti Trichophiton tonsurans ditemukan pada 90% kasus. Jamur zoofilik seperti

Microsporum canis ditemukan di Eropa, terutama di Mediterania dan Eropa tengah.5

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996 -

1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan Semarang

0,2%.5.Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya dibandingkan

kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo

antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33%

anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering

tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. 10

2.3 Patogenesis

o Infeksi ektotrik (diluar rambut)

Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang

rambut dan dibatang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja3

3

Page 4: Tinea Capitis

sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari

kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan

dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa

pada daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan

membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada

permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana

rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia

ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,walaupun hifa intrapilari ada juga.10

o Infeksi endotrik (didalam rambut)

Kruang lebih sama dengan dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan

artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan

meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada

permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang meninggalkan titik

hitam kecil (black dot). Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap

berlangsung di fase anagen ke fase telogen. 10

2.4 Manifestasi Klinik

Ada 3 bentuk klinis tinea kapitis (Rippon, 1970 dan Conant dkk, 1971)1,6

1. Grey patch ringworm

Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan

sering ditemukan pada anak-anak.

Umumnya pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan rambut mudah patah.

Penyakit ini dimulai dengan papul merah kecil di sekitar rambut. Biasanya ada skuama,

tetapi keradangan minimal.1,10 Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi

pucat dan bersisik. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut

mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut tanpa rasa nyeri. Semua

rambut di daerah yang terserang jamur bisa membentuk alopesia setempat. Tempat-

tempat tersebut terlihat sebagai grey patch. Namun grey patch yang terlihat sebagian

tidak menunjukkan batas jelas.1 Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang

berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang.10

4

Page 5: Tinea Capitis

Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini

berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum

dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang

berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting

(pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii. 11

Gambar 1: Grey Patch Ringworm

2. Kerion

Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik

(M.gypseum). Merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa

pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat

disekitarnya. Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu

pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-

lubang folikular yang mengandung pus. 10 Bila penyebabnya Microsporum canis dan

Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lehih sering dilihat. Agak kurang bila

penyebabnya Tricophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah

Tricophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat

alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang – kadang dapat terbentuk.1

Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan

lesi tambahan pada kulit halus.10

5

Page 6: Tinea Capitis

Gambar 2: Kerion

3. Black dot ringworm

Terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Tricophyton violaceum.

Gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus Microsporum.

Rambut yang terkena infeksi mudah patah, tepat pada muara folikel dan yang tertinggal

adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut

ini member gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh

kadang – kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan

kulit untuk mendapat bahan biakan jamur.1

Biasanya disertai skuama yang difus, tetapi keradangannya bervariasi dari

minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang

terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-

jari yang membuka. Rambut-rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.10

Gambar 3: Black Dot Ringworm

4. Favus

Favus, atau nama lainnya tinea favosa, adalah suatu infeksi dermatofita kronis

yang biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang ditemukan favus yang

disebabkan oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var

quinckeanum, or Microsporum gypseum. Favus biasanya menyerang rambut di kepala

tapi juga menyerang glabella dan kuku. Causative agent dari favus yang menyerang tikus

6

Page 7: Tinea Capitis

adalah T.mentagrophytes var quinckeanum, dan juga Trichophyton quinckeanum, yang

dapat menyebabkan favus pada manusia walaupun jarang terjadi.13

Favus biasanya dimulai pada scalp, sering terjadi pada masa kanak-kanak dan

bertahan disana beberapa tahun tanpa gejala yang berupa plak berkrusta. Berdasarkan

tingkat keparahannya, favus dibagi dalam 3 stadium yaitu:

Stadium pertama: hanya tampak eritema di kulit kepala yang terlihat, biasanya

disekitar folikel rambut. Rambut tidak rontok ataupun patah.

Stadium kedua: tampak mulainya kerontokan rambut.

Stadium ketiga: stadium terparah karena melibatkan area scalp yang luas, kerontokan

rambut yang berkepanjangan, strofi dan munculnya jaringan parut. Munculnya

scutula baru pada tepi plak sering terjadi.

Bentuk khas dari scutulum adalah kerak cangkir berwarna kuning yang

mengelilingi rambut dan menembus pusat. Scutula membentuk plak padat, masing-

masing terdiri dari miselia dan puing-puing epidermis.Seringkali, infeksi bakteri

sekunder terjadi pada plak.Penghapusan Plak meninggalkan basis eritematosa

lembab.Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau banyak, dan pada pasien yang

terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala.Bau biasanya hadir. Kulit berbulu

mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.13

Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous di

mana scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea menyerupai

bentuk-bentuk tinea unguium.13

7

Page 8: Tinea Capitis

Gambar 4: favus

2.5 Diagnosa Banding

1. Diagnosis banding tinea kapitis grey patch ringworm :

o Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari

oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. 1

Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah

pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak eritema

dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus,

tidak setempat11. Distribusi umumnya di kepala, leher dan daerah-daerah

pelipatan.

Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa

skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil kemudian mengenai seluruh kulit

kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Rambut pada tempat tersebut

mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan frontal. 9 Alopesia

sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu

mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien penyakit syaraf atau

immunodefisiensi.

8

Page 9: Tinea Capitis

Gambar 5: Dermatitis Seboroik

o Alopesia areata

Rambut bagian pinggir. Kelainan mula-mula mudah dicabut dari folikel.

Tetapi pada rambut yang patah tersebut tidak tampak pangkal yang patah. Selain

itu, pada alopesia areata tidak terdapat skuama.1

Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai, misalnya berupa batang

rambut tidak berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh

lebih menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih

tipis di banding bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation mark

hairs atau exclamation point. Hal ini merupakan patognomosis pada alopesia

areata. Bentuk lain berupa rambut kurus, pendek dan berpigmen yang disebut

black dots. 7Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium

permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama

dan rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.11,12

Alopesia areata yang difus memberikan gambaran rambut yang tipis,

sehingga sulit dibedakan dengan telogen effluvium (kerontokan rambut). Seiring

pertumbuhan rambut, rambut yang tumbuh seringkali berwarna putih atau abu-

abu.7

Gambar 6: Alopesia Areata

9

Page 10: Tinea Capitis

o Trikotilomania

Merupakan kelainan rambut dimana rambut putus tidak tepat pada kulit

kepala, daerah kelainannya tidak pernah botak seluruhnya serta batas kelainan

tidak tegas.1 Trikotilomania timbul karena penderita setiap kali menarik rambut

pada salah satu area, misalnua rambut kepala,alis, kelopak mata, ketiak atau

daerah pubis. 8

Trikotilomania merupakan alopesia neurosis. Rambut ditarik berulang kali

sehingga putus. Sering terjadi pada gadis yang mengalami depresi8

Gambar 7: Trikotilomania

2. Diagnosis banding tinea capitis kerion

o Furunkel dan Karbunkel

Furunkel adalah infeksi nekrosis akut dari folikel rambut dan daerah

sekitarnya yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Jika lebih daripada

sebuah disebut furunkolisis. Karbunkel ialah kumpulan dari furunkel.

Pasien biasanya mengeluh nyeri. Kelainan berupa nodul eritematosa

berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustule, kemudian melunak menjadi

abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel.

Tempat predileksinya ialah tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan

bokong. 1,14

10

Page 11: Tinea Capitis

Gambar 8: Furunkel Gambar 9: Karbunkel

o Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut( folikel) yang

umumnya di sebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Folikulitis timbul

sebagai bintik – bintik kecil di sekeliling folikel rambut. Sebagian besar infeksi

hanya superfisial, yang hanya mempengaruhi bagian atas folikelnya. Biasanya

gatal dan jarang menimbulkan keluhan sakit. Folikulitis dapat terjadi hampir pada

seluruh tubuh dimana lebih sering terjadi pada kulit kepala, dagu, ketiak dan

extremitas. Folikulitis seringkali di awali dengan kerusakan folikel rambut

sebagai akibat dari penyumbatan folikel rambut, gesekan pakaian ataupun

bercukur. Sekali cedera folikel akan lebih mudah terinfeksi oleh bakteri, ragi,

ataupun jamur.1,15,16,17

Gambar 10: Penampang kulit yang terkena folikulitis

11

Page 12: Tinea Capitis

Folikulitis dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering di jumpai pada

anak – anak dan folikulitis juga tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin. Jadi pria

dan wanita memiliki angka resiko yang sama untuk terkena folikulitis, dan

folkulitis lebih sering timbul pada daerah panas atau beriklim tropis.1,15,16

Secara umum folikulitis menimmbulkan rasa gatal seperti terbakar pada

daerah rambut. Gejala konstitusional yang sedang juga dapat muncul pada

folikulitis seperti badan panas, malaise dan mual. Kelainan di kulitnya dapat

berupa papul atau pustul yang erimatosa yang dan di tengahnya terdapat rambut

dan biasanya multiple serta adanya krusta di sekitar daerah inflamasi. Tempat

predileksi biasanya pada tungkai bawah1,15

Gambar 11: Folikulitis

3. Diagnosis banding tinea capitis black dot

o Psoriasis

Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas

jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambut-rambut tidak

patah11. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya

menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen.

10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala6 , dan

sering lesi psoriasis anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat

membantu diagnosis psoriasis12

12

Page 13: Tinea Capitis

Gambar 12: Psoriasis

2.6 Diagnosis

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood, pemeriksaan

mikroskopik rambut langsung dengan KOH dan kultur jamur.

1. Gejala Klinis

Dipertimbangkan diagnosis tinea capitis bila:

Pasien datang dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal

posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk

pustule atau abses, dissecting cellulitis atau black dot.18

2. Pemeriksaan penunjang

o Pemeriksaan Lampu Wood

Rambut yang tampak dengan jamur M. Canis, M. audouinii dan M.

ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan

pteridin1

Jamur lain penyebab tiena capitis pada manusia yang memberikan

fluoresen negative (warnanya tetap ungu) yaitu M. gypsium dan spesies

Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa yang fluoresennya

berwarna hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif

di rambut yang terinfeksi1

13

Page 14: Tinea Capitis

Gambar 13: Pemeriksaan dengan lampu

wood pada daerag gray patch pada kulit

kepala. Pada infeksi Microsporum canis,

rambut kulit kepala memancarkan

fluoresensi hijau. Trichophyton tonsurans

tidak berpendar dengan lampu Wood

o Pemeriksaan sediaan KOH

Kepala dikerok dengan obyek glas, atau scalpel. Juga kasa basah

digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut

atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di obyek glas selain skuama18,19, KOH

20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala,

termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi

hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh

karena rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur.18 Pada

pemeriksaan mikroskop akan tambak infeksi ektotrik yaitu pecahan miselium

menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan

kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk

karena pecahan miselium di dalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula

rambut.1

o Kultur

Memakai swab kapas steril yang dibasahi aqua steril dan digosokkan diatas

kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok

rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala atau pangkal rambut yang

dicabut langsung ke media kultur. Specimen yang didapat dioleskan di media

Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar+khloramfenikol+sikloheksimid)

atau Dermatophyte Test Medium (DMT). Perlu 7-10 hari untuk mulai tumbuh

jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada

14

Page 15: Tinea Capitis

bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dermatofit

positif18,19

2.7 Komplikasi

1. Infeksi sekunder

2. Alopesia sikatrik permanen

3. Kambuh

2.8 Penatalaksanaan

Anti jamur sistemik dan topical memiliki beberapa khasiat melawan dermatopit. Infeksi

yang melibatkan rambut dan kulit memerlukan antijamur oral untuk menembus dermatofit yang

menembus folikel rambur.

1. Penatalaksanaan umum21

- Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi

pada anak-anak lain

- Mencari kontak manusia atau keluarga dan bila perlu dikultur

- Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,

sarung bantal dan lain yang dipakai di kepala.

- Anak-anak kontak di sekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter bila

anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa

dengan lampu Wood

- Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6

bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.

- Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan

pakaian pasien dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebih

baik dibuang

- Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampoo, pasien

dapat pergi ke sekolah

- Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala

15

Page 16: Tinea Capitis

2. Terapi medis

a. Terapi utama

o Tablet Griseofulvin

Sebagai Gold Standart

Dosis:

Tablet microsize (125,250,500mg)

20 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu

Tablet ultramicrosize (330mg)

15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu

Diminum bersama susu atau es krim karena absorbsinya dipercepat

dengan makanan berlemak 13

Baik untuk Microsporum maupun Trichophyton

Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan

lampu wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka

sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negative maka obat diteruskan

sampai 6 minggu. Bila hasil kultur negative, sebaiknya diteruskan 4-6

minggu. 13

Kegagalan pengobatan tonea capitis dengan griseofulvin dapat

disebabkan karena 14,16:

Dosis tidak adekuat. Maka sebaiknya dosis dinaikkan sampai 25

mg/Kg BB/hari terutama untuk kasus yang sulit sembuh. 3

Pasien tidak patuh

Gangguan absorbsi pencernaan

Interaksi obat: Phenobarbital mengurangi absorbs griseofulvin.

Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman

bermain

o Kapsul Itrakonazole (100mg)

Dosis: 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu21

Terapi denyut:

Dosis 5 mg/Kg BB/hari selama 1 minggu, istirahat 2

minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-

16

Page 17: Tinea Capitis

3siklus. Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi

fungitoksik.

Sama efektifnya untuk infeksi karena M. canis maupun Trichophyton

Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker karena

absorbsinya memerlukan suasana asam

Bila diberikan bersama phenytoin dan h2 antagonis akan

meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazole

akan lebih rendah bila diberikan bersama rifampisin, isoniasid,

phenytoin, dan karbamazepin.

Monitor fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih dari 4

minggu

o Tablet Terbinafin (tablet 250mg)21

Bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit

Dosis 3-6mg/KgBB/hari selama 4 minggu

Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi

dari pada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau

karena infeksi ektotriknya masih belum diketahui

Monitor laboratorium fungsi liver dan darah lengkap diperiksa bila

pemakaian lebih 6 minggu10

o Tablet Flukonazole 10,21

Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea capitis namun

tidak lebih ampuh daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan

untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus candidiasis

dan kriptokokosis, terutama pada pasien imunosupremais.

Flukonazol lebih cepat resisten disbanding obat jamur lain.

Sedangkan untuk tinea capitis, flukonazol tidak lebih superior

sehingga sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus selektif.

Dosis: 8 mg/Kg BB/minggu selama 8-16minggu10

Efektif untuk Microsporum maupun Trichophyton21

17

Page 18: Tinea Capitis

b. Terapi adjuvant

o Shampo10,21

Shampo berguna untuk mempercepat penyembuhan, mecegah

kekambuhan dan mencegah penularan21, serta membuang skuama

dan membasmi spora viable, diberikan sampai sembuh klinis dan

mikologis:

Shampo Selenium Sulfit 1%-1,8%

Dipakai 2-3 kali/minggu didiamkan 5 menit baru dicuci

Shampoo Ketokonazole 1%-2%

Dipakai 2-3 kali/minggu didiamkan 5 menit baru dicuci

Shampo Providine Iodine

Dipakai 2 kali/minggu selama 15 menit

Shampoo juga dipakai untuk karieer asimptomatik yaitu kontak

dekat dengan pasien, digunakan seminggu 2kali selama 4 minggu.

Karena asimptomatik lebih menyebarkan tinea capitis di sekolah

atau penitipan anak yang kontak dekat dengan karier daripada

anak-anak yang terinfeksi jelas

o Terapi kerion

Beberapa penelitian menyatakan:

Kerion lebih cepat kempes pada kelompok yang menerima

griseofulvin saja 18

Sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih dengan kelompok

yang menerima ketiga obat yaitu griseofulvin, antibiotika dan

kortikosteroid oral18

Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga

bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan. Dosis

Prednison 1mg/KgBB/pagi untuk 10-15 hari pertama terapi.10

Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila

dijumpai banyak krusta

18

Page 19: Tinea Capitis

2.9 Prognosis

Tinea capitis tipe Grey patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan

dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit itu, yaitu zoofilik (M.

canis, T.mentagrophytes dan T. verrucosum). Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan penyakit

normal tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelainan selaama waktu

infeksi.11

Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa. T.

violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vector untuk menyebarkan

penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati secara aktif untuk

mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.11

19

Page 20: Tinea Capitis

BAB III

RINGKASAN

Tinea capitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies

dermatofita, Trichophyton tonsuran dan Microsporum canis yang menyerang folikel rambut dari

kulit kepala dan kulit disekitarnya. Tinea kapitis biasanya terjadi terutama pada anak – anak,

meskipun ada juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans.

Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi

gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat

sebagai 3 bentuk yang jelas yaitu Grey patch ringworm, kerion dan black dot ringworm.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood,

pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH dan kultur jamur. Pada pemeriksaan

mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks).

Kompikasi yang mungkin dapat terjadi dalam perjalanan tinea capitis yaitu infeksi

sekunder, alopesia sikatrik yang permanen dan kambuh lagi jika pengobatan tidak tuntas atau

jika masih kontrak dengan karier.

Pengobatan tinea kapitis dengan pemberian obat anti jamur sistemik yang memiliki

beberapa khasiat melawan dermatofit. Infeksi yang melibatkan rambut dan kulit memerlukan anti

jamur oral untuk menembus dermatofit yang menembus folikel rambut. Tablet Griseofulvin

adalah pengobatan yang efektif dan aman dan obat ini merupakan gold standart. Obat lini kedua

yaitu Itrakonazole, Contoh pengobatan adjuvant yang dipakai adalah selenium sulfide, iodine,

dan ketoconazole.

Prognosis dari tinea capitis untuk tipe Grey patch sembuh sendirinya dengan waktu,

biasanya permulaan dewasa. Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan penyakit normal tanpa

pengobatan. Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa. T.

violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vector untuk menyebarkan

penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati secara aktif untuk

mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.

20

Page 21: Tinea Capitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi,dkk. Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi

keenam, hal.92-100. Badan Penerbit FK UI, Jakarta 2011

2. Higgins, E.M, Fuller, L.C, Smith, C.H. Guidelines for the Management of Tinea Capitis.

In, British Journal of Dermatology 2000. Vol 143. London, Inggris. 2000. P.53-58.

3. Verma. S, Heffernan. MP. Fungal Disease. In, Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. Ed.7th. Vol 1 & 2. New York, Amerika. 2008. P.1807-1818.

4. Hay.R.J, Ashbee.H.R . Mycology . In, Rook’s Text Book Of Dermatology. Ed.7th. Vol 1

& 4. New Salford, Manchester. P.36.25- 36.27

5. Chan. YC, Friedlander.SF. Journal of New Treatment for Tinea Capitis. [online] 2010,

[cited 2010 February 15]

6. Hermawan, A. Danny dan Wijayanto. Mengenal Penyakit Jamur Kulit yang Sering

Ditemukan di Indonesia. Meditek vol.8 no.23 september-desember 2000 hal.46-53.

7. Thomas E, Kadyan RS. Alopecia Areata an Autoimunity. Indian J Dermatol 2008;

53(2):70-73.

8. Djuanda, Adhi,dkk. Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi

keenam, hal.306&329. Badan Penerbit FK UI, Jakarta 2011

9. Djuanda, Adhi,dkk. Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi

keenam, hal.200-202. Badan Penerbit FK UI, Jakarta 2011

10. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection:Dermatophytosis,

Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen

KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 6th ed. New

York Mc Graw Hill, 2003 : p 1989-2005

11. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988

12. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children. DermatolTher

1997; 2 : 84-92

13. Szepietowski. JC, Journal of Tinea Favus Capitis. 2012

14. El-Gilany. Abdel-Hady, Risk factors of Recurrent Furunculosis,Dermatology Online

Journal 2009 15 (1): 16

21

Page 22: Tinea Capitis

15. Siregar R. S. Atlas Berwarna, Saripati Penyakit Kuli, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2005, hal 50

– 51.

16. Airlangga Universitas, ATLAS Penyakit Kulit dan Kelami, SMF Penyakit Kulit dan

Kelamin Universitas Airlangg, Surabaya, 2007, hal 30 – 33.

17. Sumaryo Sugastiasri, Pioderma, Quality for Undergraduated Education Project Bacth III

FK Universitas Dipenogor, Semarang, 2001, hal 11 – 12.

18. Hebert AA. Diagnosis and Treatment of Hair Loss Disorders in Children. Dermatol Ther

1997; 2 : 78-83

19. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby,2005.

20. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan Tinea Kapitis. Berkala I. Penyakit Kulit dan

Kelamin 2001; 13;30-5

21. Mercurio MG, Elewski B. Tinea Capitis Treatment. Dermatol Ther 1997; 3 : 79-83

22