Tindak pidana terorisme bwt ngajar
Transcript of Tindak pidana terorisme bwt ngajar
KAPITA SELEKTA HUKUM PIDANA
TINDAK PIDANATERORISMA
Oleh: YULI SUSANTI SH
Serangan
terhadap
Gedung World Trade Center
dan
Pentagon, 11 September 2001, Persoalan
terorisme
merebak menjadi isu utama INTERNASIONAL
Resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor S/Res/1368
dan S/Res/1373,
upaya memerangi terorisme
internasional perlu
melibatkan PBB
PERHATIAN
TERHADAP
TERORISME
Ada beberapa Konvensi Internasional tentang
pencegahan dan penindakan terhadap
terorisme Internasional
Indonesia baru meratifikasi 3 Konvensi berdasarkan UU No 2 Tahun 1976, dan satu konvensi pada tahun
1999
KONVENSI INTERNASIONAL
Konvensi International• Convention on offences and Certain Other Acts
Commited on Board Aircraft• Convention for the suppression of Unlawful Zeizure of
Aircraft• Convention for the Suppression of Unlawgul Acts Against
the Safety of Civil Aviation• Convention on the Prevention and Punishment of Crime
Against Internationally Protected Persons• Convention on the Physical of Nuclear Material• International Convention Against the taking of Hostages• Protocol for the Suppression of Unlawful acts of violence
at Airport Serving International Civil Aviation • Convention for the suppression of Unlawful Acts the
safety of Maritime Navigation
Latar Belakang
Aksi Terorisme
Nasionalisme yang
berlebihan
Fanatisme fundamentalisme Agama
SeparatismeAksi Kelompok
teroris profesional
FILOSOFI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
• Terorisme merupakan musuh umat manusia• Terorisme merupakan kejahatan terhadap
kemanusiaan• Terorisme merupakan kejahatan terhadap
peradaban umat manusia• Terorisme merupakan Internasional dan
Transnasional Organized Crime• Perlindungan masyarakat, bangsa dan Negara• Pembatasan HAM tersanka/terdakwa
merupakan pengecualian• Preemtif dan preventif lebih diutamakan dari
represif
Perpu No 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (UU No 15 Tahun 2003)
Perpu No 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Perpu No 1 Tahun 2002
pada persitiwa peledakan bom Bali (UU No 16 Tahun
2003)
Undang-undang Pemberantasan
Terorisme di Indonesia
Kebijakan Perpu Terorisme
• Pemberantasan tindak pidana Terorisme merupakan kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk memperkuat ketertiban masyarakat, dan keselamatan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi hukum dan hak asasi masyarakat, tidak bersifat diskriminatif, baik berdasarkan suku, agama, ras, maupun antar golongan.
Lingkup Berlakunya UU Terorisme
• Asas Teritorial• Pengakuan yuridiksi negara lain• Asas Resiprositas (pilihan)
– PASAL 3 UU No 15 Tahun 2003• Asas Personal• Ancaman terhadap Organisasi Internasional• Tidak memiliki WN tetapi bertempat tinggal di
Indonesia.– PASAL 4 UU No 15 Tahun 2003
Syarat Yuridiksi Negara Lain• Pelaku Kejahatan WN Negara tsb.• Kejahatan terhadap WN Negara tsb.• Kejahatan juga dilakukan oleh pelaku di Negara
tsb.• Kejahatan dilakukan/juga dilakukan terhadap
kepentingan/fasilitas Negara tsb.• Kejahatan dengan kekerasan/ancaman kekerasan
yg memaksa Negara tsb melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
• Kejahatan terhadap pesawat yg dioperasionalkan negara tsb.
• Kejahatan terhadap pesawat yg terdaftar/ kapal berbedera Negara tsb.– PASAL 3 ayat (2) UU 15 Tahun 2003
PARADIGMA PEMBERANTASAN
TPT
Perlindungan kedaulatan
NKRI
Perlindungan HAM Korban
dan saksi
Perlindungan HAM
Tersangka/terdakwa
FUNGSI PEMBERANTASAN Tindak Pidana Terorisme
Fungsi Preemptif (26,28)
Fungsi Preventif (2-23)
Fungsi Represif (25-27,29,32)
Fungsi Rehabilitatif (36,42)
Fungsi Integratif (4,43)
PRINSIP PEMBERANTASAN TERORISME
National Security
Balance of Justice
Safeguarding rules
Safe-harbor rules
Sunshine principle
Sunset principle
TINDAK PIDANA TERORISME
• Pasal 1 angka 1 Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pengganti Undang-undang ini.
• Unsur-unsur TP diatur dalam Pasal 6-18
Tindak Pidana Terorisme
Delik Materiel (6,8-12)
Delik Pembantuan
dan
Delik Penyertaan
(13,15
Delik Formil (7)
Delik Perencanaan
(14)
Delik Percobaan (15)
TINDAK PIDANA TERKAIT TERORISME
• Ancaman kekerasan/kekerasan/intimidasi kepada aparatur penegak hukum
• Kesaksian/alat bukti• Mempengaruhi/menyerang saksi• Memberikan identitas pelapor• Mencegah/merintangi/menggagalkan
langsung/tidak langsung penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan– PASAL 20-23 UU 15 Tahun 2003
Subjek TPT
• Setiap Orang– Perseorangan, kelompok orang sipil-militer,
militer, polisi, bertanggung jawab secara individual atau korporasi
• Korporasi– Kumpulan orang dan atau kekayaan yang
terorganisasi/ Badan Hukum dan Bukan badan Hukum
Terorisme oleh Korporasi • Korporasi melakukan terorisme, bila dilakukan
orang dalam hubungan kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi baik sendiri maupun bersama-sama
• Pertanggungjawaban pidana dilakukan terhadap: – Korporasi; – Pengurusnya;– korporasi dan pengurusnya
• Korporasi yang dituntut diwakili oleh pengurus• Tuntutan terhadap korporasi, panggilan dilakukan
kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor
Pemidanaan Korporasi
• Pidana Pokok HANYA denda paling banyak satu triliun rupiah.
• Korporasi terlibat tindak pidana terorisme dapat:– Dibekukan, atau– Dicabut izinnya
DAN– Dinyatakan sebagai korporasi terlarang
Sistem Perumusan Sanksi
• Minimal dan maksimum khusus• Rumusan Tunggal Penjara • Korporasi rumusan TUNGGAL denda• Percobaan tindak pidana terorisme
dipidana sama sebagai pelaku tindak pidana
Jenis-jenis PIDANA
• Pidana Pokok– Mati– Penjara– Denda
• Pidana Tambahan– Pencabutan hak-hak tertentu– Perampasan barang-barang tertentu– Pengumuman putusan hakim– Pembekuan korporasi– Pencabutan izin korporasi– Pelarangan korporasi
Pengaturan & Lamanya Pidana • Mati
– Pasal 6, 8, 9, 10, 14, 15 dan 16 (sama dgn pasal yang dilanggar 6-12)
• Penjara– Seumur Hidup (Pasal 6, 8, 9, 10, 14 {15 - 16})– 4 Tahun – 20 Tahun (Pasal 6, 8, 10 {15 - 16})– 3 Tahun – 20 Tahun (Pasal 9 {15 - 16})– 3 Tahun – 15 Tahun (Pasal 11, 12, 13 {15 - 16})– 15 Tahun (Pasal 7 {15 - 16})
• Denda– Khusus KORPORASI
• Ketentuan minimum khusus (6,8,9,10,11,12,13,15,16) pidana mati, SH (14) tidak berlaku bagi teroris yang berusia di bawah 18 Tahun)
HUKUM ACARA• Ketentuan Umum KUHAP• Ketentuan Khusus (Lex specialis derogat lex generali)
– Penangkapan 7 hari (28)– Penahanan maksimum 6 bulan (25 (2))– Laporan Intelijen (26)– Ketua/Wkl Ketua PN verifikasi data intel (26 (2,3,4))– Bukti Elektronik atau alat optik, sandi (27)– Penerobosan rahasia bank (30)– Membuka kiriman Pos/jasa pengiriman, dan melakukan
penyadapan utk waktu 60 hari (31)– In absentia (35)– Perlindungan Saksi, Pol, JPU, Hakim dan keluarganya (33)– Kompensasn, Restitusi dan Rehabilitasi ( 36-42)
Peradilan In Absentia• Terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut
tidak hadir di pengadilan tanpa alasan yang sah.
• Kehadiran terdakwa pada sidang berikutnya maka pemeriksaan secara inabsentia dianggap diucapkan dalam sidang.
• Putusan inabsentia diumumkan: papan pengumuman pengadilan, kantor pemerintah daerah atau diberikan pada kuasanya
• Upaya hukum putusan Inabsentia KASASI• Terdakwa meninggal dapat dirampas harta
kekayaan yang telah disita