TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

27
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK (DOODSLAG) BERDSARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP), KONSEP KUHP NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM JURNAL KARYA ILMIAH Disusun dan Diajukan dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH: BENNI ISKANDAR NIM: 100200402 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Transcript of TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Page 1: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK (DOODSLAG)

BERDSARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP),

KONSEP KUHP NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM

JURNAL KARYA ILMIAH

Disusun dan Diajukan dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

BENNI ISKANDAR

NIM: 100200402

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 2: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

LEMBAR PENGESAHAN

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK (DOODSLAG)

BERDSARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP),

KONSEP KUHP NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM

JURNAL KARYA ILMIAH

Disusun dan Diajukan dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

BENNI ISKANDAR

100200402

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr. Muhammad Hamdan, S.H.,M.H

NIP.195703261986011001

Editor

Edi yunara, S.H., M.Hum

NIP. 196012221986031003

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 3: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA DALAM BENTUK POKOK

(DOODSLAG) BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

PIDANA (KUHP), KONSEP KUHP NASIONAL DAN HUKUM PIDANA

ISLAM.

ABSTRAKSI

Benni Iskandar1

Edi Yunara2

M. Eka Putra3

Seiring dengan perkembangan zaman, maka semakin kompleks pula tingkat

kejahataan yang terjadi di muka bumi ini. Banyak pemberitaan melaui media

elektronik dan media cetak mengenai tindak pidana pembunuhan di Indonesia,

membuat kehidupan sosial didalam masyarakat terganggu, karena pembunuhan

adalah suatu perbuatan yang asosial dalam masyarakat. Sehingga perlu kiranya untuk

dikaji mengenai pengaturan tindak pidana pembunuhan berdasarkan KUHP dengan

kajian hukum pidana Islam. Pembahasan ini secara khusus tertuju pada sanksi tindak

pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok yang diatur dalam pasal 338 KUHP.

Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu, pertama mengenai

pengaturan tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok berdasarkan

KUHP, kedua mengenai pengaturan tindak pidana pembunuhan berdasarkan hukum

pidana Islam dan yang ketiga mengenai perbandingan tindak pidana pembunuhan

biasa dalam bentuk pokok berdasarkan KUHP dan hukum pidana Islam. Penelitian ini

dilakukan secara yuridis normatif, yaitu menitikberatkan pada data sekunder dengan

spesifikasi deskriptif analitis.

Pembunuhan pokok yang dianut dalam KUHP dengan hukum pidana Islam

memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun persamaannya antara lain, yaitu sama-

sama menjadikan tindak pembunuhan biasa dalam bentuk pokok sebagai

pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja dan subyek hukum pembunuhan adalah

manusia, serta yang dijadikan objek pembunuhan juga manusia. Sedangkan

perbedaannya, yang pertama yaitu mengenai sumber hukum pidana, sumber hukum

pidana Indoensia bersumber dari KUHP dan hukum adat. Adapun hukum pidana

Islam bersumber dari Al-Qur‟an, Hadits dan Ijtihad para ulama. Kedua, yaitu

mengenai sanksi hukuman, dalam KUHP tindak pidana pembunhan sengaja hanya

menerapkan pidana penjara sebagai hukuman pokok, sedangkan dalam hukum pidana

Islam menerapkan Hukuman pokok hukuman pengganti dan hukuman pelengkap.

Kata kunci : Pembunuhan Biasa, Tindak Pidana, Hukum Pidana Islam.

1 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2 Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana, Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. 3 Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana, Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Page 4: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gustav Radbruch mengemukakan bahwa hukum memiliki tiga aspek, yakni

keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.4 Aspek keadilan menunjuk pada

kesamaan hak didepan hukum (equality before of the law). Aspek kemanfaatan,

menunjuk pada tujuan keadilan, yaitu memajukan kebaikan dalam hidup manusia,

oleh karena itu aspek ini menunjukkan isi hukum tersebut. Sedangkan kepastian

menunjuk pada jaminan bahwa hukum (yang berisi keadilan dari norma-norma yang

memajukan kebaikan), benar-benar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati. Dapat

dikatakan bahwa dua aspek yang disebut pertama merupakan kerangka ideal dari

hukum. Sedangkan aspek ketiga (kepastian) merupakan kerangka operasional

hukum.5 Jadi, antara satu aspek dengan aspek lainnya harus saling mendukung satu

sama lain.

Perlu kiranya untuk melihat konsep yang ada pada hukum Islam dalam

menanggulangi kejahatan. Islam mengajarkan agar menjaga 5 (lima) hal yang

essensial dalam kehidupan manusia, baik itu perorangan maupun kehidupan

kelompok. Jaminan keselamatan atas 5 (lima hal) tersebut dijadikan sebagai 5 (lima)

hal tujuan syari‟at Islam (maqasid asy-syari‟ah al-khams),6 yang dimaksud dengan 5

(lima) tujuan tersebut adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara harta,

memelihara akal, dan memelihara keturunan. Memelihara jiwa termasuk salah satu

tujuan syari‟at Islam, hal tersebut di maksudkan bahwa, menghormati jiwa atau darah

manusia merupakan tujuan yang penting dalam hukum Islam, karena darah manusia

di yaumil akhir nanti adalah hal yang pertama kali ditanyakan oleh Allah swt.

terhadap manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.

Banyaknya pemberitaan di media massa, baik itu media cetak maupun media

elektronik mengenai maraknya tindak pidana pembunuhan yang terjadi di Indonesia.

Hal ini menandai, bahwa hukum yang ada sekarang tidak mampu memberikan

ancaman (efek jera) bagi para pelaku pembunuhan. Sebagai contoh, yaitu tingkat

pembunuhan yang terjadi di Surabaya, berdasarkan data statistik pada tahun 2012,7

4 Bernard L. Tanya dkk., Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,

(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hal. 171.

5 Ibid.

6 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Asy Syaamil Press dan Grafika),

hal. 130. 7

http://beritajatim.com/hukum kriminal/157256/Setahun, 1.357 Kasus Pembunuhan di Jawa

Timur.html, diakses pada hari selasa,04 Maret 2014, pukul 23.10 Wib.

Page 5: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

jumlah pembunuhan di Surabaya meningkat tajam dibandingkan dengan data statistik

pada tahun 2011. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakapolda Jawa

Timur Brigjen Pol. Moechgiarto, saat konferensi pers di Mapolda Jawa Timur, Jl. A.

Yani Surabaya menyebutkan bahwa, “telah terjadi 1.357 kasus pembunuhan pada

tahun 2012. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 hanya tercatat 69 kasus

pembunuhan yang terjadi. Meskipun ada peningkatan, Polda Jawa Timur hanya

mampu mengungkap dan menyelesaikan 898 kasus atau 62,17%.”8

Menilik tindak pidana pembunuhan yang terjadi di negara Arab Saudi, pada

tahun 2012 ada 49 orang yang dihukum mati, sebagaimana yang di beritakan oleh

kantor berita Saudi Press Agency (SPA) dan dilansir oleh AFP.9 Jika dibandingkan

dengan tahun 2011, AFP melansir terjadi 76 kasus pembunuhan dan pelakunya telah

di hukum pancung. Namun, data yang dimiliki oleh organisasi HAM, Amnesty

International sedikit berbeda. Amnesty International mencatat, otoritas Saudi telah

mengeksekusi mati 79 orang sepanjang tahun 2011 lalu. Berdasarkan data tersebut

dapat diketahui bahwa, ada penurunan tindak pidana pembunuhan yang terjadi di

Arab Saudi.

Membandingkan tingkat pembunuhan yang terjadi antara negara Indonesia

dengan negara Arab Saudi, maka dapat dilihat bahwa tingkat pembunuhan di

Indonesia lebih cenderung dilakukan dari pada di Arab Saudi. Padahal, jika melihat

sampel perbandingan yang diambil, hanya pada satu kabupaten saja dari bagian

Indonesia yang dijadikan contoh, yaitu pada Provinsi Jawa Timur, sedangkan pada

Arab Saudi sampel perbandingan diambil secara keseluruhan pada negara tersebut.

Dapat dibayangkan, bahwa bagaimana seandainya jika yang diperbandingkan adalah

tingkat pembunuhan yang ada di Indonesia dengan tingkat pembunuhan yang ada di

Arab Saudi. Mungkin akan terdapat jutaan kasus pembunuhan yang terjadi di

Indonesia.

Tindak pidana pembunuhan di dalam syari‟at Islam diatur dalam kitabun

jinayah, yaitu hukum yang mengatur mengenai tindak pidana pembunuhan. Jinayah

adalah setiap tindakan yang dapat menghilangkan nyawa sepeti membunuh atau

mengancam keselamatan seperti menggugurkan kandungan dan memotong anggota

8 Ibid..

9 http://news.detik.com/read/2012/08/28/190627/2001447/1148/arab - saudi-hukum -pancung-

seorang-pria-terkait-kasus-pembunuhan, diakses pada hari Kamis, 06 Maret 2014, pukul 10.23 Wib

Page 6: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

tubuh.10

Pelarangan mengenai tindak pidana pembunuhan ini diatur dalam Al-

Qur‟an, Hadits dan Ijthad para ulama yang di dasari oleh Al-Qur‟an dan Hadits.

Adapun contoh larangan pembunuhan dalam Al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:

“dan jangalah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),

melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara

zalim, sesungguhnya kami telah memberi kuasa kepada ahli warisnya, tetapi

janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia

adalah orang yang mendapat pertolongan.” (Al-Israa‟: 33).

Pembunuhan dalam tindak pidana Islam, terkhusus dalam pembunuhan yang

dilakukan dengan sengaja terbagi dalam beberapa bagian, sama halnya dengan

pembunuhan sengaja yang diatur dalam Bab XIX Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), yang terdiri dari pasal 338 sampai dengan pasal 350 KUHP.

Walaupun memiliki kesamaan mengenai pembunuhan yang diatur dalam hukum

pidana Islam dengan KUHP, tetapi ada hal yang membedakan pembunuhan tersebut,

seperti dalam pembunuhan sengaja dalam hukum pidana Islam berlaku qishash atau

diyat, sedangkan dalam KUHP (misalnya pasal 338 KUHP) lebih mengutamakan

pidana penjara bagi pelaku pembunuhan, yang memberikan kesempatan bagi para

pelaku pembunuhan untuk dibina ke arah yang lurus, guna dapat kembali ke tengah-

tengah masyarakat.

II. PERMASALAHAN

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa pokok permasalahan

yang dapat dirumuskan, diantaranya:

1. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk

Pokok (Doodslag) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP)?

2. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk

Pokok (Doodslag) Berdasarkan Hukum Pidana Islam?

3. Bagaimana Perbandingan Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk

Pokok (Doodslag) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) dengan Hukum Pidana Islam?

10 Wahbah Zauhaili, Fiqh Imam Syafi‟i “Al-Fiqhu Asy-Syafi‟i Al-Muyassar” Jilid 3, Edisi

Indonesia, (Jakarta Timur : Almahira, 2010), hal. 151.

Page 7: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan

skripsi ini antara lain:

1. Untuk mengetahui perbandingan hukum yang digunakan mengenai tindak

pidana pembunuhan antara hukum positif Indonesia dengan Hukum pidana

Islam;

2. Untuk memahami bahwa dari perbandingan kedua hukum tersebut, kita dapat

melihat, memperhatikan dan menilai hukum manakah yang lebih efektif

dalam menangani tindak pidana pembunuhan;

3. Untuk memberikan masukan terhadap hukum positif Indenesia, terkhusus

dalam pemberantasan dan pencegahan tindak pidana pembunuhan.

III. METODE PENELITIAN

A. Spesifikasi Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif yakni merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada berbagai

peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai literatur yang berkaitan dengan

permasalahan dalam skripsi (law in book). Penelitian hukum normatif ini disebut juga

dengan penelitian doktrinal (doctrinal research) atau hukum dikonsepkan sebagai

kaedah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap

pantas.11

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

bersifat deskriptif analitis. Menurut Whitney, metode deskriftif adalah pencarian fakta

dengan interprestasi yang tepat.12

Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan

secara tepat sifat individu suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. Deskriptif

analitis berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam

konteks teori-teori dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat

tentang penggunaan peraturan perundang-undangan.

B. Sumber Data

Penelitian hukum yang normatif menggunakan data sekunder, yang terdiri atas

(1) bahan hukum primer, (2) bahan hukum sekunder, serta (3) bahan hukum tertier.13

11 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2006), hal. 118. 12

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Citra, 1999) hal, 21. 13

Muslam Abdurrahman, Sosiologi penelitian hukum Hukum, (Malang, UMM Press,2009)

hal. 27.

Page 8: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

mempunyai otoritas.14

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan

peraturan hukum lainnya;

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukuim yang terdiri atas buku-buku teks

(text books) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de herseendee

leer),15

semua publiksai tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-

dokumen resmi,16

termasuk skripsi, tesis desertasi hukum dan jurnal-jurnal

hukum;17

c. Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti

kacmus hukum, encyclopedia, dan lain-lain;18

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi

pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan objek

penelitian, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:

a. melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang

relevan dengan objek penelitian;

b. melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel-artikel media cetak

maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-

undangan.;

c. mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan;

d. menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah

yang menjadi objek penelitian.

D. Pendekatan (Approach)

Hasil suatu penelitian hukum normatif agar lebih baik nilainya atau lebih

tepatnya penelaahan dalam penelitian ini, perlu melakukan pendekatan dalam setiap

14

Peter Mahmud Marzuki, Peneliian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), halm 141. 15

Johny Ibrahim, Teori dan Metode Peneltian Hukum Normatif, (Malang: Banyu Media

Publishing, 2005) hal. 241-242. 16

Peter Mahmud Marzuki Loc. Cit. 17

Ibid, hal. 155. 18

Johny Ibrahim, Loc. Cit.

Page 9: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

analisisnya.19

Pendekatan ini akan dapat menentukan nilai dari hasil penelitian

tersebut. Jika suatu penelitian melakukan pendekatan yang salah, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan akan memiliki bobot yang rendah

dikarenakan penelitian yang dilakukan tidak akurat sehingga penelitian tersebut

sering dipertanyakan kebenarannya.

Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan antara lain sebagai berikut ini:

a) Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)

Hal ini dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-

undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.20

Pendekatan Perundang-

undangan (Statute Approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani.;21

b) Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan peraturan perundang-

undangan Indonesia dengan suatu atau beberapa peraturan perundang-

undangan negara-negara lain.22

Penelitian ini memperbandingkan antara

peraturan tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok berdasarkan

KUHP dengan tindak pidana Islam.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan.23

Data sekunder yang telah disusun secara

sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.

Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan,

sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang

berhubungan dengan topik skripsi ini.

19

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris,

(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hal. 184.

20

Ibid, hal. 185. 21

Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hal. 93.

22 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op.Cit., hal. 188.

23 Masri Singarimbun dan Sofian Efensi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia, 2008), hal. 263.

Page 10: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok Berdasarkan

KUHP

1. Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok (Doodslag)

a. Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok Berdasarkan KUHP

Pembunuhan dalam KUHP yang berlaku pada saat ini diatur dalam Bab IX

mengenai kejahatan terhadap nyawa, terdiri dari pasal 338 sampai dengan pasal 350

KUHP, adapaun jenis dari delik tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pembunuhan Biasa dalam bentuk Pokok yang diatur dalam pasal 338;

b) Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain

yang diatur dalam pasal 339;

c) Pembunuhan berencana yang diatur didalam pasal 340;

d) Pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibunya pada saat atau beberapa

waktu setelah anak dilahirkan diatur dalam pasal 341;

e) Pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibunya dengan rencana pada saat

atau beberapa waktu setelah anak dilahirkan diatur dalam pasal 342;

f) Pembunuhan atas permintaan korban sendiri daitur dalam pasal 344;

g) Pemberian bantuan untuk melakukan bunuh diri diatur dalam pasal 345;

h) Pengguguran kandungan yang diatur didalam pasal 346-348;

i) Pengguguran yang dibantu oleh bidan, dokter atau juru obat diatur dalam

pasal 349.

Tindak pidana pembunuhan dalam bentuk pokok ataupun yang oleh

pembentuk undang-undang telah disebut dengan doodslag, yang diatur dalam pasal

338 KUHP. Sesuai dengan rumusannya yang terdapat dalam bahasa Belanda

ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 338 KUHP itu berbunyi:

Hij die opzettelijk een ander van het leven berooft , wordt, als schuldig aan

doodslag, gestraft met gevangenisstraft van ten hoogste vijftien jaren.24

Atinya:

Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana

karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

perbedaan antara pembunuhan dalam bentuk pokok dengan pembunuhan tidak

dalam bentuk pokok yaitu adanya unsur lain (di luar unsur yang terdapat dalam pasal

338 KUHP) dalam melakukan tindak pidana pembunuhan, sehingga pembunuhan

tersebut tidak dikategorikan dalam pembunuhan pokok.

24 Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh

dan Kesehatan Edisi Kedua, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal. 27-28.

Page 11: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

b. Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok Berdasarkan Konsep

KUHP Nasional

Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (doodsalg) yang diatur dalam bab XII

dicantumkan dalam pasal 580 ayat (1) berdasarkan Konsep KUHP nasional (RUU

KUHP tahun 2012) yang menerapkan sanksi atau hukuman maksimum dan

minimum terhadap pelaku pembunuhan. Adapun pembunuhan sengaja berdasarkan

konsep KUHP nasional yaitu sebagai berikut:

1) Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (doodslag) yang diatur dalam pasal

580 ayat (1);

2) Pembunuhan yang dilakukan diikuti, didahului atau disertai diatur dalam pasal

580 ayat (2);

3) Pembunuhan yang dilakukan dengan rencana diatir dalam pasal 581;

4) Seorang ibu yang merampas nyawa anaknya diatur dalam pasal 582;

5) Pembunuhan yang dilakukan atas permintaan korban diatur dalam pasal 583;

6) Pembunuhan yang dilakukan oleh dokter diatur dalam pasal 584;

7) Pembantuan dalam pembunuhan daitur dalam pasal 585;

8) Pengguguran kandungan diatur dalam pasal 586-588.

2. Tujuan Tindak Pidana Pembunuhan

a. Tujuan Tindak Pidana Pembunuhan Berdasarkan KUHP

A. Fuad Usfa dan Tongat mengemukakan fungsi atau tujuan hukum pidana

menjadi 2 (dua) bagian, yaitu sebagai berikut:25

1) Fungsi umum

Fungsi umum dari hukum pidana ini berkaitan dengan fungsi hukum pada

umumnya. Oleh karena hukum pidana merupakan bagian dari hukum pada

umumnya, maka fungsi hukum pidana (secara umum) juga sama dengan

fungsi hukum pada umumnya, yaitu mengatur hidup kemasyarakatan atau

menyelenggarakan tata dalam masyarakat. Hukum hanya memperhatikan

perbuatan yang “sozialrelevant,” artinya hukum hanya mengatur segala

sesuatu yang bersangkut paut dengan masyarakat. Hukum pidana pada

dasarnya tidak mengatur sikap bathin seseorang yang bersangkutan dengan

tata susila. Sangat mungkin ada perbuatan yang secara kesusilaan sangat

tercela, tetapi hukum pidana atau negara tidak turun tangan atau campur

didalam hukum atau hukum yang benar-benar hidup dalam masyarakat.

2) Fungsi yang Khusus

25 A. Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, (Malang: UMM Press, 2004), hal. 5-6.

Page 12: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Fungsi khusus dari hukum pidana adalah melindungi kepentingan hukum

terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi yang berupa

pidana yang sifatnya tampil tajam bila dibandingkan dengan sanksi yang

terdapat pada cabang hukum yang lain. Kepentingan hukum ini baik berupa

kepentingan hukum seseorang, suatu badan atau suatu masyarakat

b. Tujuan Tindak Pidana Pembunuhan Berdasarkan Konsep KUHP

Nasional

Berdasarkan konsep KUHP nasional, tujuan pemidanaan pada dasarnya sama

dengan yang berlaku dengan KUHP yang masih berlaku pada saat ini. Didalam

naskah akademik konsep KUHP nasional menyebutkan bahwa,

“Sesuai dengan politik hukum pidana maka tujuan pemidanaan harus

diarahkan kepada perlindungan masyarakat dari kejahatan serta keseimbangan

dan keselarasan hidup dalam masyarakat dengan memperhatikan kepentingan

kepentingan masyarakat/ negara, korban dan pelaku”.

Dengan demikian, ada dua tujuan yang ingin dicapai oleh hukum pidana dan

pidana yaitu “perlindungan masyarakat” dan “kesejahteraan masyarakat”. Kedua

tujuan tersebut sebagai batu landasan (“a cornerstone”) dari hukum pidana26

dan

pembaharuan hukum pidana.

Beritik tolak dari tujuan nasional “perlindungan masyarakat” (social defence),

maka tujuan penegakan hukum pidana adalah:27

1) Perlindungan masyarakat dari perbuatan anti sosial yang merugikan dan

membahayakan masyarakat, maka tujuan pemidanaan adalah mencegah dan

menanggulangi kejahatan.

2) Perlindungan masyarakat dari sifat berbahayanya seseorang, maka

pidana/pemidanaan dalam hukum pidana bertujuan memperbaiki pelaku

kejahatan atau berusaha merubah dan mempengaruhi tingkah lakunya agar

kembali patuh pada hukum dan menjadi warga masyarakat yang baik dan

berguna.

3) Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan sanksi atau reaksi dari penegak

hukum maupun dari warga masyarakat pada umumnya, maka tujuan pidana

dirumuskan untuk mencegah terjadinya perlakuan atau tindakan sewenang-

wenang di luar hukum.

4) Perlindungan masyarakat dari gangguan keseimbangan atau keselarasan

berbagai kepentingan dan nilai akibat dari adanya kejahatan, maka penegakan

hukum pidana harus dapat menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh

26

Barda Nawawi Arief, Tujuan dan Pedoman Pemidanaan, (Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2009) hal. 45. 27

Ibid, 45-46.

Page 13: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

tindak pidana, dapat memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa

damai dalam masyarakat.

3. Unsur-Unsur Pembunuhan dalam KUHP

Menurut Adami Chazawi, Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat

dibedakan atau dikelompokkan atas 2 (dua) dasar, yaitu:28

a) Atas dasar unsur kesalahannya

Atas dasar kesalahannya dibedakan pula menjadi 2 (dua) bagian, adapun 2

(dua) bagian tersebut yaitu:

1) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus

midrijiven), adalah kejahatan yang dimuat dalam Bab XIX KUHP, pasal

338 sampai dengan pasal 350 KUHP, kejahatan ini biasanya dilakukan

dengan adanya niat, perncanaan dan adanya waktu yang cukup untuk

melakukan pembunuhan;

2) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan tidak sengaja (culpose

midrijen), dimuat dalam Bab XXI (khusus pasal 359), biasannya

kejahatan ini dilakukan tidak diiringi dengan niat, perencanaan, dan

waktu yang cukup memadai dalam melakukan suatu perbuatan.

b) Atas dasar obyeknya (nyawa).

Kejahatan terhadap nayawa atas dasar objeknya (kepentingan hukum yang

dilindungi), maka kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja dibedakan dalam

3 (tiga) macam, yakni:

1) Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, di muat dalam pasal

338, 339, 340, 344, dan 345;

2) Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah

dilahirkan, dimuat dalam pasal :341, 342, dan 343;

3) Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu

(janin), dimuat dalam pasal 346, 347, 348 dan 349.

Tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Bab XIX, merupakan tindak

pembunuhan yang dilakukan dengan keengajaan, sehingga setiap perbuatan

yang dilakukan harus memenuhi unsur kesengajaan yang terdapat dalam diri

4. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok

a. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok

Berdasarkan KUHP

28 Adami Chazawi, kejahatan terhadap tubuh dan nyawa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010), hal. 55.

Page 14: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Menurut Sudarto dalam Abul Khair dan Mohammad Eka Putra, pemidanaan

itu kerap kali sinonim dengan kata penghukuman. Penghukuman berasal dari kata

hukum, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan

tentang hukumnya (berechten).29

Penghukuman dalam perkara pidana, sinonim

dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim.

Penghukuman dalam hal ini mempunyai makna sama dengan sentence conditionally

atau voorwadelijk veroordeeld yang sama artinya dengan dihukum bersyarat atau

pidana bersyarat.30

Pasal 338 telah menyebutkan bahwa, hukuman atas tindak pidana

pembunuhan biasa dalam bentuk pokok yang dilakukan adalah dipidana paling lama

15 tahun penjara. Dalam rumusan pasal 338 tidak dikenal adanya sanksi pidana lain

selain tindak pidana pokok yaitu pidana penjara atau pidana sementara waktu.

Sehingga jelaslah hukuman yang diancamkan bagi pelaku pembunuhan dalam bentuk

pokok.

b. Sanski Tindak Pidana Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok

Berdasarkan Konsep KUHP Hukum Nasional

hukuman atau penerapan sanksi terhadap pelaku pembunuhan yang melanggar

delik 580 ayat (1) dalam konsep KUHP nasional mengenai pembunuhan pokok

(doodslag) diancam dengan dengan hukuman pidana paling singkat selama 3 (tiga)

tahun dan paling lama selama 15 (lima belas) tahun. Artinya bahwa didalam konsep

KUHP nasional telah menerapkan hukuman pidana minimum dan maksimum

terhadap pelaku pembunuhan yang melanggar delik tersebut. Hal inilah yang menjadi

pembeda antara KUHP yang berasal dari Belanda yang masih kita anut sekarang

dengan konsep KUHP yang akan kita anut pada masa mendatang.

Konsep KUHP nasional hanya menjatuhkan pidana pokok yaitu pidana

penjara sebagai hukuman bagi para pelaku yang telah melanggar pasal 580 ayat (1)

yang secara sah telah dinyatakan kesalahannya didalam persidangan. Tidak ada

hukuman tambahan bagi pelaku pembunuhan pokok (doodslag) hanya hukuman

pokoh sajalah yang ditujukan bagi pelaku pembunuhan pokok.

29

Abul Khair dan Moh. Eka Putra, Pemidanaan, Medan: USU Press, 2011), hal. 7.

30

Ibid.

Page 15: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

B. Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok Berdasarkan

Hukum Pidana Islam

1. Jenis Tindak Pidana Pembunuhan Berdasarkan Hukum Pidana Islam

Hukum pidana Islam tidak mengkategorikan pembunuhan berdasarkan

perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan, tetapi pembunuhan dibedakan

dengan niat perbuatan yang dilakukan, yaitu bedasarkan kesengajaan, atau ketidak

sengajaan. Ada 3 (tiga) jenis pembunuhan berdsarkan hukum pidana Islam, yaitu:

a) Pembunuhan sengaja (Al-„amd)

Pembunuhan sengaja (Al-„amd) yaitu tindak pidana pembunuhan terencana

yang menggunakan alat yang dapat mematikan, baik berupa benda tumpul

seperti kayu atau batu maupun benda tajam seperti pisau dan sejenisnya.31

Hukuman bagi pelaku pembunuhan sengaja terdiri dari hukuman pokok, yaitu

qishash, hukuman pengganti yaitu diyat dan ta‟zir, dan hukuman tambahahan

yaitu penghapusan hak waris dan hak wasiat.

b) Pembunuhan Pembunuhan Karena Kesalahan/Tidak Sengaja (khata‟u)

Pembunuhan tidak sengaja (khata‟u) yaitu pelaku tidak terencana melakukan

pembunuhan. Misalnya dia melempari sesuatu seperti tembok, hewan, atau

pohon, lalu lemparan itu mengenai orang atau dia terjatuh di tempat yang

tinggi dan menimpa orang dibawahnya hingga tewas. Menurut Ahmad Wardi

Muslich, hukuman untuk pembunuhan karena kesalahan sama dengan

pembunuhan semi sengaja, yaitu hukuman pokok yang terdiri dari diyat dan

kifarat serta hukuman tambahan yang berupa penghapusan hak waris dan

wasiat.32

c) Pembunuhan Semi Sengaja (Syibh „amd)

pembunuhan semi sengaja (Syibh „amd) atau sengaja tapi keliru, yaitu

berencana melakukan pembunuhan dengan alat yang tidak mematikan.

Misalnya memukul seseorang dengan tongkat yang ringan atau cambuk dan

sebagainya yang tidak mematikan, lalu dia tewas. Pembunuhan semi sengaja

dalam hukum Islam diancam dengan beberapa hukuman, sebagian hukuman

pokok dan penggganti, dan sebagian lagi hukuman tambahan.

31 Wahbah Zuhaili, Op.Cit., hal. 154.

32 Ibid, hal. 175.

Page 16: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

2. Tujuan dan Manfaat Pengaturan Tindak PidanaPembunuhan Dalam

Hukum Pidana Islam

a. Tujuan Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Hukum Islam

Pembuat hukum tidak menyusun ketentuan-ketentuan hukum dari syariah

tanpa tujuan apa-apa, melainkan disana dapat ditemukan suatu tujuan hukum yang

sangat luas. Luasnya tujuan hukum pidana Islam, tidak saja ditujukan untuk umat

Islam semata, tetapi tujuan pengaturan hukum Islam adalah untuk memberikan suatu

aturan bagi seluruh alam, karena Islam adalah agama “rahmatan lil „alamin,” yaitu

rahmat bagi seluruh alam. Sehingga dengan jelasnya tujuan dari hukum pidana Islam,

maka akan memberikan manfaat pula bagi seluruh alam.

Para ahli hukum Islam mengklasifikasi tujuan-tujuan dari syariah yaitu

sebagai berikut:33

a) Tujuan pertama

Menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan tujuan

utama dan tujuan syariah. Ini merupakan hal-hal dimana kehidupan

manusia sangat tergantung sehingga tidak dapat dipisahkan. Apabila

kebutuhan-kebutuhan ini tidak terjamin, maka akan terjadi kekacauan dan

ketidaktertiban di mana-mana. Kelima kebutuhan hidup yang primer ini

(daruriyat) dalam kepustakaan hukum Islam disebut dengan istilah al

maqasid al syari‟aj al khamsah (tujuan-tujuan syariah), antara lain yaitu:

1) Hifzh al din (memelihara agama);

2) Hifzh al nafsi (memelihara jiwa);

3) Hifzh al mal (memelihara harta);

4) Hifzh al nashli (memelhara keturunan);

5) Hifzh al aqli (memeliahara pikiran).

b) Tujuan kedua

Tujuan berikutnya adalah menjamin keperluan-keperluan hidup (keperluan

sekunder) atau disebut hajiyyat. Ini mencakup hal-hal yang penting bagi

ketentuan itu dari berbagai fasilitas untuk penduduk dan memudahkan

kerja keras dan beban tanggung jawab mereka. Ketiadaan fasilitas-fasilitas

tersebut mungkin tidak menyebabkan kekacauan dan ketidak tertiban,

akan tetapi dapat menambah kesulitan-kesulitan bagi masyarakat. Dengan

kata lain, keperluan-keperluan ini terdiri dari hal-hal menyingkirkan

kesulitan-kesulitan dari masyarakat dan membuat hidup mudah bagi

mereka.

c) Tujuan ketiga

33

Topo Santoso, Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam (Jakarat: Gema Insani. 2003),

130-131.

Page 17: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Tujuan ketiga dari perundang-undangan Islam adalah membuat perbaikan-

perbaikan, yaitu menjadikan hal-hal yang dapat mengisi kehidupan sosial

dan menjadikan manusia mampu berbuat dan urusan-urusan hidup secara

lebih baik (keperluan lebih baik) atau tahsinat. Ketiadaan perbaikan tidak

membawa kekacauan dan anarki sebagaimana dalam ketiadaan kebutuhan-

kebutuhan hidup.

Ketiga tujuan yang telah diuraikan diatas merupakan tujuan tindak pidana

Islam secara umum, sehingga dapat dijadikan sebagai tujuan dari tindak pidana

pembunuhan. Terlebih dalam tujuan pertama, yang membahas al maqasid al syari‟aj

al khamsah yang salah satu dari tujuan tersebut adalah Hifzh al nafsi (memelihara

jiwa), hal ini merupakan salah satu dari tujuan tindak pidana pembunuhan

berdasarkan hukum pidana Islam.

b. Manfaat Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Hukum Islam

Hukum pidana Islam dalam menilai dari manfaat dibentuknya pengaturan

mengenai tindak pidana pembunuhan tidak terlepas dari penerapan sanksi hukuman

kepada pelaku pembunuhan. Menurut jumhur ulama, penerapan hukum pidana Islam

memiliki beberapa manfaat, baik itu bagi pelaku pembunuhan, keluarga yang

ditinggalkan maupun bagi masyarakat luas yaitu:34

a) Mewujudkan keadilan dan menolong yang terzhalimi dengan memberikan

kemudahan bagi wali korban untuk membalas pelaku seperti yang dilakukannya

kepada korban. Hal ini telah dijelaskan Allah Azza wa Jalla berfirman dalam

surah Al-Israa‟ ayat 33.

b) Menjadi sarana taubat dan pensucian dari dosa yang telah dilanggarnya, karena

qishash menjadi kaffarah (penghapus) dosa pelakunya, Hal ini dijelaskan

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam dalam sabdanya:

Kalian harus berbai'at kepadaku untuk tidak berbuat syirik, tidak mencuri dan

tidak berzina, tidak membunuh anak kalian, tidak melakukan kedustaan dan

berbuat durhaka dalam hal yang ma`ruf. Barangsiapa di antara kalian

menunaikannya maka pahalanya ada pada Allah dan siapa yang melanggar

sebagiannya lalu dihukum di dunia, maka hukuman itu sebagai penghapus

baginya dan siapa yang melanggarnya lalu Allah tutupi; maka urusannya

diserahkan kepada Allah. Bila Ia kehendaki maka mengadzabnya dan bila Ia

menghendaki maka mengampuninya'. (Muttafaqun 'alaihi).

34 Kholid syamsudi , http://almanhaj.or.id/content/3121/slash/0/qishash/, diakses pada hari

Rabu, 26 Maret 2014, Pukul 23.11 wib.

Page 18: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

c) Hukuman yang dinamakan qishash (yang kenyataannya adalah hukuman mati),

pada hakikatnya adalah jaminan keberlangsungan hidup bagi manusia. Karena

apabila seseorang mengetahui, bahwa ia akan dibunuh secara qishash (dihukum

mati) jika melakukan pembunuhan terhadap orang lain, ia akan menahan diri

dari melakukan pembunuhan. Ia menahan diri untuk tidak bergegas/bersegera

melakukannya. Ia juga akan menahan diri agar tidak terjatuh dalam perbuatan

tersebut. Hal ini diibaratkan seperti pemberian jaminan kelangsungan hidup

bagi jiwa manusia. Jika seseorang sedang marah kemudian berkeinginan untuk

melakukan pembunuhan, ia ingat/sadar bahwa membunuh seseorang akan

mengakibatkan dirinya juga akan dibunuh. Dengan demikian, ia menjadi takut.

Akhirnya, keinginan membunuh ia tinggalkan. Dengan ini pula, menjadi

hiduplah orang yang sebelumnya ingin dia bunuh. Hidup pulalah dirinya,

karena ia tidak jadi membunuh sehingga qishash pun tidak berlaku padanya.

Oleh karena itu, pembunuhan terhadap seorang yang membunuh jiwa (sebagai

bentuk balasan yang setimpal) menjadi sebab berlangsungnya kehidupan bagi

banyak jiwa, hal ini sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah swt. Dan

dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu. (QS. Al-Baqarah:

179)

3. Unsur Pembunuhan dalam Hukum Pidana Islam

Setiap tindak pidana mempunyai unsur-unsur umum dan unsur khusus,

adapaun unsur umum yang harus dipenuhi terdiri dari 3 (tiga), yaitu sebagai

berikut:35

a) Harus ada nash yang melarang perbuatan (tindak pidana) dan mengancamkan

hukuman terhadapnya. Inilah yang dalan hukum istiah hukum konvensional

dinamakan unsur formal (arrukn asy-syar‟i);

b) Melakukan perbuatan yang membentuk tindak pidana, baik perbuatan

maupun sikap berbuat. Inilah yang dalam istilah hukum konvensional

dinamakan unsur hukum material (arrukn al-maddi); dan

c) Pelaku harus orang yang mukallaf, artinya dia bertanggung jawab atas tindak

pidananya. Inilah yang dalam hukum konvensional masa kini dinamakan

hukum moral.

Adapun unsur-unsur khusus yang terdapat dalam pembunuhan sengaja antara

lain:36

35

Abdul Qadir Audah., Esniklopedia Hukum Pidana Islam Jilid I“ At tasyri al-Jina‟i al –

Islamy Muqaranan bi Qaunil Wad‟iy,” (Bogor: PT. Kharisma Ilmu, Tahun -), hal. 129.

Page 19: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

a) Yang dibunuh adalah manusia yang diharamkan oleh Allah swt. darahnya

(ma‟sum ad-dam) atau terpelihara darahnya;

b) Perbuatan kejahatan itu membawa kepada kematian seseorang;

c) Bertujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang.

4. Sanksi Pembunuhan Berdasarkan Hukum Pidana Islam

Ulama fikih mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk hukuman yang

dikenakan kepada pelaku pembunuhan dengan sengaja, yaitu hukuman asli, hukuman

pengganti dan hukuman tambahan.37

a) Hukuman Asli

Hukuman asli dari tindak pidana adalah qishash, yang dimaksud dengan

qishash adalah memberikan perlakuan yang sama dengan kepada pelaku

pidana sebagaimana ia melakukannya (terhadap korban). Hukuman Asli ini

biasanya dikenakan terhadap pembunuhan dengan sengaja. Selain dari pada

itu hukuman asli tidak diterapkan pada jenis pembunuhan lain.

b) Hukuman Pengganti

Menurut ulama fikih, apabila hukuman qishash gugur, disebabkan hal-hal

yang mengugurkan hukuman qishash diatas, maka ada dua hukuman

penggganti lain, yaitu hukuman diyat dan hukuman ta‟zir. Hukuman ta‟zir,

menurut para ulama mazhab Maliki, dan diatas kehendak hakim menurut

jumhur ulama. Artinya jika qishash gugur, hukuman pengantinya menurut

ulama mazhab Maliki adalah hukuman ta‟zir. Menurut jumhur ulama

hukuman ta‟zir hanya boleh dikenakan apabila menurut pandangan hakim hal

itu perlu diperlukan, karenanyaa hukuman pengganti tidak berstatus sebagai

hukuman pengganti.38

c) Hukuman Pelengkap

Hukuman pelengkap adalah hukuman yang melengkapi hukuman sebelumnya,

yaitu hukuman Asli dan hukuman PenggantiHukuman pelengkap dalam

pembunuhan sengaja, menurut kesepakatan para ulama fikih adalah :39

1) Terhalang hak warisnya; dan

2) Terhalang mendapatkan wasiat korban.

36 Abdul Aziz Dahlan, Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam Jilid IV, (Jakarta:

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2006), hal 1380-1381.

37 Ibid, hal. 1381.

38 Ibid, hal. 1384.

39

Ibid, hal. 1385.

Page 20: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

C. Perbandingan Tindak Pidana Pembunuhan Biasa Dalam Bentuk Pokok

(Doodslag) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Dengan Hukum Pidana Islam

1. Pelaku Pembunuhan

dapat diketahui mengenai persamaan dan perbedaan pelaku pembunuhan yang

di anut berdasakan KUHP dan konsep KUHP nasional dengan hukum pidana Islam.

Adapun persamaan pelaku pembunuhan dalam KUHP dengan hukum pidana Islam

yaitu manusia. Didalam KUHP maupun hukum pidana Islam menjadikan manusia

(naturlijk person) sebagai subjek hukum yang dapat dimintai pertanggungjawabannya

dalam melakukan suatu tindak pidana. Sedangkan perbedaan mengenai pelaku

pembunuhan antara KUHP dengan hukum pidana Islam yaitu, sama sekali tidak

memiliki perbedaan.

2. Sumber Hukum

Sumber hukum pidana Indonesia, yaitu KUHPdan konsep KUHP nasional

didasarkan dari hasil pemikiran (ratio) manusia yang dibuat secara tertulis yang

kemudian diundangkan kedalam sebuah lembaran negara agar berlaku dan mengikat

secara umum, selain itu sumber hukum pidana Indonesia juga bersumber dari hukum

adat, dimana hukum adat tersebut berisi hukum pidana salah satunya. Sedangkan

Hukum pidana Islam bersumber dari Al-Qur‟an, Hadits, dan Ijtihad para ulama.

Hukum pidana Islam pada umumnya langsung bersumber dari Allah swt. yang

disampaikan kapada utusan-Nya Nabi Muhammad saw. Persamaan kedua sumber

hukum tersebut yaitu kedua sumber hukum tersebut telah dituliskan kedalam sebuah

buku yang dijadikan suatu pedoman bagi suatu bangsa yang menganut sumber hukum

tersebut.

3. Unsur Kesengajaan

Adapun persamaan unsur sengaja yang terdapat antara KUHP dengan hukum

pidana Islam antara lain sebagai berikut;

a. Nyawa atau kematian

Berdasarkan uraian diatas adalah yang dihilangkan adalah nyawa korban

(manusia). KUHP menjadikan nyawa manusia sebagai objek dari

perbuatan pelaku pembunuhan. Begitu juga dengan hukum pidana Islam,

yang menjadikan nyawa manusia sebagai obyek dari pembunuhan;

b. Perbuatan tersebut adalah perbuatan terlarang

Page 21: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Dapat simpulkan bahwa antara KUHP dan hukum pidana Islam memiliki

kesamaan mengenai tindak pidana pembunuhan yang berdasarkan pasal

338 KUHP, bahwa perbuatan yang dilakukan tersebut adalah benar-benar

perbuatan yang terlarang;

c. Adanya kehendak atau tujuan untuk membunuh

Adanya kehendak ataupun tujuan pelaku untuk melakukan pembunuhan

jelas terdapat dalam KUHP dan hukum pidana Islam, dimana pelaku

pembunuhan memiliki niat untuk melakukan pembunuhan.

Adapaun perbedaan antara KUHP, konsep KUHP nasional dengan hukum

pidana islam menegeni unsure kesengajaan dalam pembunuhan yaitu:

a. Alat yang digunakan

KUHP tidak menjelaskan secara detail mengenai dengan alat apa yang

digunakan dalam menghilangkan nyawa orang lain (membunuh), KUHP

hanya mengancam setiap orang yang melakukan pembunuhan dengan

sengaja, sama halnya dengan konsep KUHP nasional yang tidak

menjelaskan secara detail mengenai penggunaan alat yang digunakan

dalam melakukan pebunuhan. Sedangkan dalam hukum pidana Islam,

dijelaskan bahwa yang dapat dikategorikan sebagai pembunuhan sengaja

adalah apabila pembunuhan tersebut dilakukan dengan cara dicekik,

dibakar, dipukul sampai mati atau dengan menggunakan alat-alat yang

secara umum dapat menyebabkan kematian;

b. Perbuatan

Bahwa dalam KUHP, setiap perbuatan dijadikan sebagai unsur-unsur yang

mengarah terhadap delik, misalnya jika suatu pembunuhan dilakukan

dengan rencana (memiliki rentang waktu yang lama dengan terjadinyaa

delik), maka pembunuhan tersebut tidak dikategorikan pembunuhan biasa

seperti yang disebutkan dalam pasal 338 KUHP, melainkan telah

memenuhi unsur tindak pidana pembunuhan sebagaimana diuraikan dalam

pasal 340 KUHP, begitu juga dengan konsep KUHP nasional bahwa

anatar pembunuhan yang diatur didalam pasal 580 dengan pasal 589 atau

pasal lainnya memiliki hukuman yang berbeda hal ini dikarenan delik

setiap pasal berbeda. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, setiap

perbuatan yang dilakukan dengan adanya niat, rencana atau dengan

menggunakan alat yang dapat menimbulkan kematian, maka semua hal

tersebut dianggap sebagai pembunuhan sengaja;

c. Ancaman sanksi

Page 22: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Ancaman sanksi yang dimuat dalam KUHP, khususnya dalam pasal 338

KUHP hanya dikenakan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun, hal ini

berbeda dengan pembunuhan sengaja lainnya, seperti pasal 339, dan 340

memiliki ancaman pidana yang berbeda. Dalam konsep KUHP nasional

telah menerapkan hukuman maksimum (lima tahun) dan hukuman

minimum (tiga tahun) terhadap pelaku pembunuhan. Sedangkan dalam

hukum pidana Islam, setiap pembunuhan sengaja diancam dengan

hukuman qishash sebagai hukumann pokok dan diyat sebagai hukuman

pengganti.

4. Sanksi Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok

Memperhatikan pembahasan mengenai penerapan sanksi antara KUHP dan

konsep KUHP nasional dengan hukum pidana Islam dalam menangani tindak pidana

pembunuhan biasa dalam bentuk pokok, ditemukan adanya persamaan hukuman

dalam menangani tindak pidana permbunuhan biasa dalam bentuk pokok yaitu sama-

sama mengenakan hukuman pokok terhadap pelaku pembunuhan, disamping itu,

adanya persamaan yang terdapat antara konsep KUHP nasional dengan hukum Islam,

yaitu adanya pemaafan dari keluarga korban terhadap pelaku pembunuhan.

Sedangkan perbedaan yang terdapat dalam penerapan hukuman atau

sanksinya, yaitu KUHP hanya memberikan ancaman hukuman pokok bagi pelaku

tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok yaitu paling lama lima belas

tahun penjara dan dalam konsep KUHP nasional sudah menerapkan hukuman

minimum dan maksimum serta pemberatan hukuman bagi pelaku pembunuhan yang

melakukan pembunuhan terhadap keluarganya, sedangkan dalam tindak pidana Islam

menerapkan hukuman yang terdiri dari hukuman asli, yaitu qishash, hukuman

pengganti yaitu diyat dan ta‟zir, dan hukuman pelengkap, disamping itu.

Page 23: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam tulisan ini, penulis

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembunuhan sengaja diatur dalam Bab XIX KUHP tentang kejahatan terhadap

nyawa. Adapun tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Bab XIX

tersebut adalah: pembunuhan biasa dalam bentuk pokok pembunuhan yang

diikuti, disertai atau didahului tindak pidana lain, pembunuhan berencana,

pembunuhan bayi oleh ibunya, pembunuhan bayi dengan rencana, pembunuhan

atas permintaan korban, mendorong orang lain untuk bunuh diri, pengguguran

kandungan. Sama halnya dengan yang diatur pada Bab XII mengenai kejahatan

terhadap nyawa jenis-jenis tindak pidananya meliputi: pembunuhan pokok,

pembunuhan yang disertai, didahului atau diikuti oleh tindak pidana lain,

pembunuhan bernecana, pembunuhan bayi oleh ibunyan, pembunuhan oleh

dokter, permintaan pembunuhan, pembantuan pembunuhan dan pengguguran

kandungan.

2. Tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok dalam hukum pidana

Islam adalah tindak pidana yang dikategorikan kedalam tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja sama halnya dengan pembunhan

biasa yang terdapat dalam konsep KUHP nasional. Dasar hukum tindak pidana

pembunuhan dalam tindak pidana Islam diperoleh dari Al-Qur‟an. Hadits, dan

Ijtihad para ulama. Unsur-unsur khusus dalam tindak pidana pembunuhan

terdiri dari tiga bagian pula yaitu, yang diibunuh adalah manusia yang

diharamkan oleh Allah swt. untuk membunuhnya, perbuatan itu membawa

kematian, dan bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang lain. Sanksi

pembunuhan sengaja dalam hukum pidana Islam ada 2 (dua) yaitu, jarimah

qishash dan jarimah diyat.

3. Pembunuhan tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok yang diatur

dalam pasdal 338 KUHP dan Pembunhan berdasarkan pasal 580 ayat (1)

konsep KUHP nasional dibandingkan dengan pembunuhan sengaja menurut

kajian hukum pidana Islam dilihat dari beberapa segi, dapat disimpulkan

sebagai berikut dibawah ini:

Page 24: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

a. Pelaku pembunuhan

Ada persamaan Pelaku pembunuhan dalam KUHP, konsep KUHP

nasional dengan hukum pidana Islam yaitu pelaku pembunuhan terdiri dari

manusia, sedangkan perbedaannya tidak ada.

b. Sumber hukum

Sumber hukum tindak pidana pembunuhan dalam KUHP berasal dari

hukum pidana barat, yang dikodifikasi menjadi hukum nasional. KUHP

merupakan sumber hukum yang berasal dari pemikiran manusia dan

konsep KUHP hukum nasional berasal dari sumber hukum formil, materiil

dan hukum yang hiudp didalam masyarkat. Sedangkan sumber hukum

pembunuhan dalam hukum pidana Islam bersumber dari Al-Qur‟an,

Hadits, dan Ijtihad par ulama. Sumber hukum pidana Islam pada

umumnya berasal langsung dari Allah swt.

c. Unsur kesengajaan dalam KUHP, konsep KUHP nasional dengan hukum

pidana Islam

Adapun unsur kesengajaan dalam KUHP dan konsep KUHP nasional

meliputi, telah willens atau menghendaki melakukan tindakan yang

bersangkutan dan telah wetens atau mengetahui bahwa tindakannya itu

bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan dalam

hukum pidana Islam yaitu yang dibunuh adalah manusia yang di

haramkan oleh Allah untuk membunuhnya, Perbuatan itu membawa

kematian, dan bertujuan untuk menghilagkan nyawa orang lain.

d. Sanksi hukuman tindak pidana pembunuhan

Sanksi hukuman yang diterapkan antara KUHP, konsep KUHP nasional

dengan hukum pidana Islam memliki persamaan, yaitu sama-sama

menerapkan hukuman pokok terhadap pelaku pembunuhan, sedangkan

perbedaannya yaitu hukuman pokok dalam KUHP hanya terdiri dari

pidana penjara atau pidana sementara waktu sedangkan dalam hukum

pidana Islam, tidak saja menerapakan hukuman pokok, tetapi juga

menerapkan hukuman pengganti dan hukuman pelengkap.

Page 25: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

B. SARAN

Berdasarkan pemaparan dan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka

terdapat beberapa hal yang disarankan, yaitu:

1. Mengingat bahwa banyaknya pembunuhan yang terjadi di Indonesia, khususnya

pembunuhan yang dilakukan dengaan sengaja, maka perlu kiranya untuk

mengkaji kembali hukum positif Indonesia, apakah hukum yang kita terapkan

dalam kasus pembunuhan sudah tepat dan dapat memberikan efek jera pada

pelaku pembunuhan sengaja. Karena setiap tahunnya jumlah pembunuhan di

Indonesia terus meningkat;

2. Perlunya diterapkan konsep diyat yang dianut oleh hukum pidana Islam ke

dalam KUHP, karena setelah di kaji melalui tulisan ini, dalam penerapan

hukum diyat dalam hukum pidana Islam memakai konsep diversi dan

restorative justice system.

3. Setelah memperbandingkan antara KUHP dengan hukum pidan Islam, sangat

jelas terlihat kelemahan-kelemahan KUHP dalam menghukum terpidana

pembunuhan. Oleh karena itu, untuk melakukan pembenahan KUHP baru

nantinya, harus melibatkan beberapa ahli hukum pidana Islam dalam

merancang dan menyusun naskah KUHP selanjutnya.

Page 26: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Abdurrahman, Muslam , 2009, Sosiologi penelitian hukum Hukum, Malang, UMM

Press.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Rajawali Pers.

Aziz Dahlan, Abdul, 2006, Ensiklopedia Hukum Islam Jilid IV, Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve.

Az- Zuhaili, Wahbah , 2011, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani.

Chazawi, Adami, 2010, kejahatan terhadap tubuh dan nyawa, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Fajar dan Yulianto Achmad, Mukti, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif

Dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ibrahim, Johny, 2005, Teori dan Metode Peneltian Hukum Normatif, Malang:

Banyu Media Publishing.

Khair dan Mohammad Eka Putra, Abul, 2011, Pemidanaan, Medan: USU Press

L. Tanya dkk , Bernard, 2010, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang

dan Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing.

Lamintang dan Theo Lamintang, P.A.F, 2012, Delik-Delik Khusus Kejahatan

Terhadap Nyawa, Tubuh dan Kesehatan Edisi Kedua, Jakarta: Sinar

Grafika.

Mahmud Marzuki, Peter, 2010 Peneliian Hukum, Jakarta: Kencana.

Nawawi Arief, Barda, 2009, Tujuan dan Pedoman Pemidanaan, Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Poernomo, Bambang 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia.

R.M, Suharto, 1996 Hukum Pidana Materiil: Unsur-Unsur Objektif Sebagai Dasar

Dakwaan, Jakarta: Sinar Grafika.

Santoso, Topo, 2003, Membumikan Hukum Pidana Islam, jakarta: gema insani.

Soejono dan Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Citra.

Page 27: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM BENTUK POKOK …

Usfa dan Tongat, A, 2004, Pengantar Hukum Pidana, Malang: UMM Press.

Wardi Muslich , Ahmad, 2005, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika.

Zuhaili, Wahbah , 2010, Fiqh Imam Syafi’i “Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar”

Jilid 3, Edisi Indonesia, Jakarta Timur : Almahira, 2010.

B. UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Konsep Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Nasional.

Naskah Akademik Konsep Undang-Undang Hukum (KUHP) Nasional.

C. INTERNET

Berita Jawa Timur, http://beritajatim.com/hukum kriminal/157256/Setahun, 1.357

Kasus Pembunuhan di Jawa Timur.html. xBersama Dakwah,

http://www.bersamadakwah.com/2011/11/hadits-31-dua-muslim-yang-

saling.html.

Detik.com, http://news.detik.com/read/2012/08/28/190627/2001447/1148/arab saudi

- hukum -pancung-seorang-pria-terkait-kasus-pembunuhan.

Kholid Syamsudi, http://almanhaj.or.id/content/3121/slash/0/qishash/.

Tempo,http://www.tempo.co/read/news/2014/03/17/058563071/MassMengamuk-di-

Pengadilan-Sampangi-Polisi-Luka.

Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia. org/wiki/ Hukum _di_ Indonesia #Hukum_

pidana_Indonesia.

.