TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN DI RANTAU PRAPAT...
Transcript of TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN DI RANTAU PRAPAT...
TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN DI RANTAU
PRAPAT DITINJAUAN DARI HUKUM PIDANA POSITIF
DAN HUKUM PIDANA ISLAM
(Analisis Putusan Nomor 680/Pid.Sus/2016/Pn.RAP)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat PengajuanSkripsi
Oleh:
Elah Hayati
NIM: 11140450000043
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2018M
TINDAK PIDANA PEMABAKARAN HUTAN DI RANTAU
PARAPAT DITINJAU DARI HUKUM PIDANA POSITIF DAN
HUKUM PIDANA ISLAM
(Analisis Putusan Nomor 680/pid.Sus/2016/PN.Rap)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Elah Hayati
NIM. 11140450000043
Pembimbing
Dr. Burhanudin, SH, M.Hum.
NIP. 195903191979121001
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1440 H i
ABSTRAK
Elah Hayati, NIM 11140450000043, TINDAK PIDANA PEMABAKARAN HUTAN DI RANTAU PERAPAT DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (ANALISIS PUTUSAN NOMOR 680/PID.SUS/2016/PN.RAP), Program Setudi Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Masalah utama dalam skripsi ini mengenai tindak pidana pemabakaran hutan yang terdapat dalam putusan nomor 680/Pis.Sus/2016/PN.Rap yang memvonis Ododogo dan Fikana dengan pidana penjara masing-masing 6 (enam) bulan dan dena Rp.1.000.000.00 (satu milyar rupiah). Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab kebakaran hutan dan bagaimanakah penerapan hukum dan pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Rantau Perapat terhadap pelaku tindak pidana pembakaran hutan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualtitatif normatif. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer, sekunder dan tersier. dan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian pustaka (Library Research), dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku dan yang berkaitan dengan judul skripsi.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang menjadi penyebab kebakaran hutan ialah faktor alam, faktor manusia dan faktor lainya yang mengakibatkan timbulnya pembakaran hutan. Penerapan hukum dan pertimbangan hakim pada putusan Nomor 680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap. Hukum yang diterapkan adalah Pasal 50 ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan dan pertimbangan yang dilakukan hakim telah sesuai dengan rasa keadila. Kata Kunci : Pembakaran Hutan di Rantau Perapat, Ododogo dan Fikan, Pembimbing : Dr. Burhanudin, SH, M.Hum
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tindak Pidana
Pembakaran Hutan Di Rantau Parapat Ditinjau dari Hukum Pidana Positif dan
Pidana Islam”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya kelak di hari
kebangkitan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan pentingnya orang-
orang yang telah memberikan pemikiran dan dukungan secara moril maupun
spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan. Untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Nurul Irfan, M,Ag., Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam
terima kasih banyak telah memberikan petunjuk, nasehat yang bermanfaat
bagi penulis selama perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi Strata I dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Mohamad Mujibur Rohman, MA Sekretaris Program Studi Hukum
Pidana Islam terima kasih banyak telah banyak membantu penulis untuk
melengkapi berbagai macam keperluan, dan berkas-berkas persyaratan
untuk menggapai studi Strata I dengan sebaik-sebaiknya.
4. Bapak Dr. Burhanudin, SH, M.Hum., Dosen Pembimbing terima kasih
banyak telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan waktunya
untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Strata I dengan
sebaik-baiknya.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas
memberikan ilmu-ilmunya dan motivasi dalam menyelesaikan studi di
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
v
6. Kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda H. Ratim Abdulkarim, dan
HJ.Marwiyah yang dengan ikhlas dan sabar tanpa henti mendo’akan
anaknya supaya sukses dalam menuntut ilmu. Almarhum Kakek tercinta
H. Syuhada walaupun ragamu tidak hadir saya yakin do’amu selalu hadir
untukku. Kepada kakak-kakak penulis Kosasih, Hasim Ashari, Umi Rifda
yang memberikan motivasi, bantuan dan dukungan penuh untuk
menyelesaikan studi sampai bisa menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Kepada ponakan penulis Rosmiyati, Muhamad Ridwan yang Selalu
menjadi penyemangat.
7. Segenap rekan-rekan Hukum Pidana Islam angkatan 2014 Ika, Dewi, Rere,
Khumairoh, Rita, Eva, Lilah, Anizah, Aini, Angga Praja, Defal, Murhadi,
Fikqih, Andika dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
kalian luar biasa. Seluruh rekan-rekan KKN 052 SELAPAK MEMORI
Desa Karet, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang dan keluarga
disana yang telah berbagi pengalaman mengisi hari-hari selama 30 hari
disana. Terima kasih atas semua doa dan motivasi dari rekan-rekan semua.
8. Kepada sahabat-sahabat tercinta Alliyya Magfuroh, Irna Purwati,
Nurfebyyanti, Nur Azizah. Terima kasih telah banyak memberikan cerita,
motivasi, dorongan, dan do’anya untuk penulis. Dan teman rasa saudara
Ivana Devi Kumalasari, yang memberikan semangat dan doanya. Wish u
success all...
9. Kepada Yang Trkasih Muhamad Vicky Fazriyansyah terimaksih telah
memberikan banyak cerita, pengalaman, semangat dan dorongan untuk
penulis.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah
SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan
kalian semua.
vi
Penulis menyadari ketidak sempurnaan dalam penyusunan skripsi ini,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun diperlukan dalam penyempurnaan
penulisan skripsi ini, dan semoga ini mampu menginspirasi dan memberikan
manfaat kepada pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 30 Agustus 2018
Penulis,
Elah Hayati
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................iii
ABSTRAK ........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah .....................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................7
D. Tinjauan Kajian Terdahulu .....................................................................8
E. Kerangka Teori dan Konseptual..............................................................10
F. Metode Penelitian....................................................................................10
G. Sistematika Penelitian .............................................................................13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA HUTAN
A. Tindak Pidana.........................................................................................14
1. Pengertian Tindak Pidana ...........................................................14
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana ........................................................16
3. Jenis-Jenis Tindak Pidana ...........................................................17
viii
B. Sanksi Pidana .........................................................................................18
1. Pidana Pokok ...............................................................................19
2. Pidana Tambahan ........................................................................19
C. Teori Pemidanaan...................................................................................19
1. Teori Absolut (Teori Pembalasan) ..............................................19
2. Teori Relatif (Teori Tujuan) ........................................................21
3. Teori Gabungan ...........................................................................22
D. Hutan
1. Pengertian Hutan .........................................................................24
2. Jenis-Jenis Hutan .........................................................................25
3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Hutan .................................................27
BAB III TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN MENURUT HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A. Tindak Pidana Pembakaran Hutan Persepektif Hukum Positif ......31
1. Pengertian Pembakaran Hutan ....................................................31
2. Dasar Hukum Tindak Pidana Pembakaran Hutan .......................32
3. Jenis-Jenis Pembakaran Hutan ....................................................35
4. Dampak Dari Pembakaran Hutan ................................................36
5. Sanksi Tindak Pidana Pembakaran Hutan ...................................38
B. Tindak Pidana Pembakaran Hutan Persepektif Hukum Islam ........41
1. Perlindungan Hutan .....................................................................42
2. Jenis-Jenis Jarimah ......................................................................47
ix
3. Sanksi Pembakaran Hutan dalam Islam ......................................48
4. Penerapan Hukum Hakim ...........................................................49
5. Pertimbangan Hakim ...................................................................51
6. Posisi Kasus ................................................................................55
BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR 680/PID.SUS/2016/PN.RAP
A. Faktor-Faktor Terjadinya Pembakaran Hutan .........................................60
1. Faktor Alam ................................................................................60
2. Faktor Manusia ...........................................................................60
B. Penerapan Hukum dan Pertimbangan Hakim dalam Putusan
Nomor680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap ditinjau dari hukum pidana positif
dan hukum pidana Islam .........................................................................63
1. Pertimbangan Hakim ...................................................................63
2. Analisis Penulis Terhadap Penerapan Hukum Terhadap Putusan
Nomor680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap` ...............................................67
3. Analisis Penulis Terhadap Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan
Nomor680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap ................................................68
4. Analisis Penerapan Hukum dan Pertibangan Hakim Terhadap
Putusan Nomor680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap ...................................70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................73
B. Saran .......................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................76
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutan merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugrahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai
oleh negara yang memberikan manfaat serba guna bagi umat manusia,
karenanya wajib disyukuri, dijaga kelestarianya dan dimanfaatkan secara
optimal untuk kemakmuran rakyat bagi generasi sekarang maupun yang akan
datang. Keberadan hutan ini tentunya merupakan berkah tersendiri, hutan
merupakan ekosistem alamiyah yang keanekaragaman hayatinya sangat
tinggi. Keberadan hutan di Indonesia sangat penting tak hanya untuk bangsa
Indonesia tetapi juga untuk semua makhluk hidup di bumi. Hal ini wajar
mengingat jumlah pepohonan yang ada di kawasan hutan ini bisa mendaur
ulang udara dan menghasilkan lingkungan yang lebih sehat bagi manusia.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkunganya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya”.1
Indonesia mempunyai daratan seluas 187,78 juta Ha dan lebih dari 70%
atau 137,09 Ha dinyatakan sebagai kawasan hutan oleh pemerintahan. Dari
peta padu serasi, diketahui bahwa kawasan hutan adalah 120,36 Juta Ha
(Kemenhut 2010). Kawasan hutan tersebut terdiri dari 43,8 juta Ha hutan
primer, 48,5 juta Ha hutan bekas tebang dan sisanya 40,1 juta Ha bukan
berupa hutan.2 Sedangkan luas hutan di Indonesia pada tahun 2017 seluas
93,6 juta Ha.3 Hutan mempunyai fungsi utama sebagai paru-paru dunia serta
penyeimbang iklim global. Dalam tatanan global, keanekaragaman hayati
1 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. 2 Didik Suharjito, Haryanto R. Putro, et.al, eds., Pembangunan Kehutanan Indonesia
Baru Refleksi dan Inovasi Pemikiran, Bogor, Fakultas Kehutanan Institusi Pertanian Bogor, 2013, h. 92.
3http://www.menlhk.go.id/siaran-81-pencegahan-karhutla-berhasil-tekan-angka-deforestasi.html. Diakses pada 27 April 2018, Pukul 13.08.
1
2
Indonesia menduduki posisi kedua di dunia setelah Colombia sehingga
keberadaannya harus dipertahankan. Hutan di Indonesia memiliki peranan
penting, tidak hanya sebagai pembangunan ekonomi dan sumber kehidupn
masyarakat, tetepi juga sebagai pemelihara lingkungan global.4
Nilai penting yang dimiliki hutan semakin bertambah dikarenakan hutan
merupakan hajat hidup orang banyak yang dijadikan sebagai modal dasar
dalam melakukan pembangunan nasional, baik di tinjau dari aspek ekonomi,
sosial budaya, maupun ekologi guna kemakmuran rakyat. Hal ini sesui
dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945,”Bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya di kuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat.
Akhir-akhir ini hutan di Indonesia mengalami kemunduran juga
deforestasi atau penghilangan hutan akibat dari pembukaan lahan yang cukup
besar, dan bahkan Indonesia merupakan Negara dengan tingkat deforestasi
paling parah di dunia. Salah satu kemunduran dan deforestasi hutan adalah
kebakaran hutan. Pembakaran hutan terus saja terjadi yang mengakibatkan
besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan tersebut. Negara
tetangga terusik dengan akibat dari kebakaran hutan yang menyebabkan
adanya kabut asap. Kondisi lingkungan negeri ini sudah sangat
memprihatinkan. Pencemaran air, udara, tanah dan kerusakan pembakaran
hutan telah sampai pada tahap melebihi batas-batas toleransi ekologi bangsa
dalam kontek pembangunan berkelanjutan.5
Lembaga swadaya wahana lingkungan hidup (WALHI) telah melakukan
perhitungan kerugian multidimensi dampak kebakaran hutan dan lahan serta
kabut asap, salah satu contoh yang terjadi pembakran hutan dan melakukan
perhitungan kerugian dari kebakaran hutan yaitu di provinsi Jambi. Kerugian
finensial dari indikasi kerugian lingkungan saja di Jambi di perkirakan telah
mencapai Rp. 7 Triliun samapai September 2015. Pada awal Maret tahun
2014, kebakaran hutan dan lahan gambut di provinsi Riau, melonjak hingga
4 Joni, Hukum Lingkungan Kehutanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 28. 5Suparto Wijaya, Hukum Lingkungan di antara Pemalas, (Surabaya: Airlangga Universiti
Press, 2012), h.12.
3
titik yang tidak pernah ditemukan sejak krisis kabut asap asia tenggara pada
tahun 2013. Hampir 50.000 orang mengalami masalah pernapasan akibat
kabut asap tersebut, menurut Badan Penanggulangan Bencana Indonesia
(BPBI). Pembukaan lahan untuk tujuan agrikultur menjadi pendorong utama
dari terjadinya kebakaran hutan. Seperti kebakaran-kebakran hutan yang sebe
lumnya, sekitar setengah dari kebakaran tersebut berlangsunga di lahan yang
dikelola oleh perusahaan tanaman industri, kelapa sawit, serta tanaman kayu.6
Lembaga swadaya wahana lingkungan hidup (WALHI) menyebutkan
bahwa penyebabnya adalah proses land clearing yaitu kebakaran hutan
karena pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, pembangunan industri
kayu yang tidak diikuti dengan pembangunan hutan tanaman, besarnya
kesempatan yang diberikan pemerintah kepada pengusaha untuk melakukan
konvensi lahan menjadi perkebunan monokultur sekala besar seperti
perkebunan kayu, dan perkebunan sawit serta penegakan hukum yang lamban
untuk menyikapi tindakan konvensi dan pembakaran yang dilakukan oleh
perusahaan.
Di dalam Pasal 69 Ayat 1 huruf h Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pegelolaan Lingkungan Hidup melarang
seseorang untuk membuka lahan dengan cara dibakar. Akan tetapi penegakan
hukum di Indonesia masihlah terbilang lemah.7Aturan itu misalnya tentang
hak-hak pemilikan umum dan swasta menyebabkan penggunaan api sebagai
senjata dalam konflik kepemilikan lahan.
Dari segi kebijakan, sebenarnya sudah banyak peraturan-peraturan yang
dibuat, namun sulit sekali dilaksanakan. Sikap pemerintahan terhadap
perusahan hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) maupun
perkebunan yang melakukan pembakaran secara sembarangan, yang
dilaksanakan secara tegas di kala terjadi kebakran besar, belakangan, hampir
6 Nigel Sizer, James Anderson, dkk, Kebakaran Hutan di Indonesia Mencapai Tingkat Tertinggi Sejak Kondisi Darurat Kabtut Asap Juni 2013, http://www.wri.org/blog/2014/03/kebakaran-hutan-di-indonesia-mencapai-tingkat-tertinggi-sejak-kondisi-darurar-kabut. Diakses pada Kamis 20 September 2018, Pukul 10.4.
7 Joni, Hukum Lingkungan Kehutanan…, h.160.
4
tidak terdengar lagi padahal satelit sering menunjukan sejumlah titik api di
kawasan perusahaan.
Kebakaran hutan dilakukan secara sengaja dan menjadi salah satu bagian
penting dari masalah kehutanan dan perkebunan Indonesia. Hutan di
Indonesia sebenarnya masuk dalam kategori hutan hujan basah yang
sebenarnya kecil kemungkinn terjadi kebakaran dengan sendirinya atau yang
disebabkan karena faktor alam. Faktanya kawasan yang terbakar adalah
kawasan yang telah dibersihkan melalui proses land clearing sebagai salah
satu persiapan pembangunan kawasan perkebunan. Artinya kebakaran secara
nyata di picu oleh api yang sengaja dimunculkan.
Dilihat dari faktor penyebab kebakaran hutan di Indonesia, faktor alam
nampaknya hanya memegang peran yang sangat kecil, semisal disebabkan
petir, letusan gunung merapi, atau batu bara yang terbakar. Sedangkan faktor
manusia menyebabkan hampir 100% dari kejadian kebakaran hutan, baik
disengaja maupun tidak disengaja.8
Dalam penegakan hukum pembakaran hutan terdapat praktek
diskriminasi di lapangan. Pada prakteknya UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan dan undang-undang lainya seperti Undang-undang Nomor 05
Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
dan pasal 55 ayat (1) kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) hanya
mampu menjerat pelaku pembakaran hutan tingkat bawah, sementara
pemodal dan perusahan yang mempunyai andil besar dalam praktik
pembakaran hutan tidak tersentuh oleh hukum, dan jika tersentuh itu hanya
sekedar pelanggaran administrasi. Seperti yang diuraikan di bawah ini:
Wakil Kepala Kepolisian RI (Wakapolri) Komisaris Jenderal Syafrudin
(masa jabatan Tahun 2016-2018) membantah kepolisian diskriminatif
melakukan penegakan hukum atas kasus pembakaran hutan dan lahan
(karhutla) di Sumatera dan Kalimantan pada 2016. Penilaian itu muncul
karena Kepolisian dianggap tidak bertindak tegas terhadap pelaku kebakaran
8 Lailan Syaufina, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, (Malang: Banumedia Publishing, 2008), h. 63.
5
hutan dan lahan yang melibatkan perusahaan tertentu. Terkait penerbitan
Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) tidak berkaitan dengan adanya
foto pertemuan sejumlah anggota kepolisian dengan pimpinan PT. Andika
Permata Sawit Lestari (APSL). Menurut Syafrudin, hasil investigasi Divisi
Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, pengusaha dalam foto tersebut tidak
terlibat dalam kasus kebakaran hutan.
Komisi nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyesalkan
bahwa penegakan hukum terkait kasus pembakaran hutan yang cenderung
diskriminatif. Komisioner Komnas HAM Siti Noor Laila (masa jabatan tahun
2012-2017) mengatakan kondisi tersebut dinilai telah mengabaikan hak atas
keadilan. Menurut Siti Noor Laila pada 08 september 2016 penegakan hukum
masih diskriminatif. Banyak masyarakat lokal yang menjadi tersangka yang
sebenarnya hanya pelaku di lapangan.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan di Sumatra dan Kalimantan,
Komnas HAM memperoleh fakta tindakan tegas hanya diberikan oleh aparat
penegak hukum kepada masyarakat lokal. Meskipun ada kemungkinan
masyarakat yang melakukan pembakaran hutan itu disuruh oleh pihak
perusahaan yang memegang hak konsesi pengelolaan lahan menjadi
perkebunan kelapa sawit yang mana terdapat fakta yang menegaskan bahwa
PT. Andika Permata Sawit Lestari adalah perusahan yang memeganga hak
konsesi pengelolaan lahan menjadi perkebunan kepala sawit yang terdapat
poto bersama pimpinan perusahan dan anggota kepolisian. Kemungkinan
lain, orang yang dijadikan tersangka oleh aparat merupakan masyarakat lokal
yang ingin membuka lahan pertanian tanaman lokal untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehari-hari. Selain itu, tindakan tegas terhadap pihak
perusahaan yang terlibat pembakaran hutan sudah pernah diinstruksikan oleh
presiden Joko Widodo.9
Presiden Jokowi sebelumnya telah mengeluarkan Intruksi Presiden No.
11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan
9 Nasionalkompas.com, Wakapolri Bantah Polisi Diskriminasi Tangani Kasus Kebakaran Hutan, http://nasional.kompas.com>2016/09/13. Diakses pada 18 April 2018. Pukul 19.45.
6
Lahan. Dalam Inpres tersebut secara tegas Presiden memerintahkan kepada
seluruh Kepala Daerah dan aparat penegak hukum untuk memberikan sanksi
tegas terhadap pelaku usaha pertanian yang tidak melaksanakan pengadilan
kebakaran lahan yang menjadi tanggung jawabnya.10
Masalah pemidanaan kehutanan penting sekali untuk dibahas mengingat
berbagai langkah yang telah ditempuh selama ini tidak membawa banyak
perubahan, dimana masalah degradasi kehutanan di Negara kita tetap saja
berlangsung. Faktor degradasi demikian lebih banyak bersumber dari faktor
manusia.
Semula undang-undang mengenai kehutanan diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan,
yang ternyata semakin lama dirasakan tidak banyak memuat prinsip-prinsip
yang mendorong pembinaan hutan secara baik. Sementara dalam faktor lain
diketahui bahwa faktor kehutanan menjadi wawasan global. Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan (UUK) dan UU Nomor 32 Tahun
2009 telah mencoba mengabsorbsi dan mengadopsi berbagai sitem yang
dinilai baik dan tepat dilakukan di Negara kita, termasuk elemen-elemen
mengeni penegakan hukum kehutanan.11
Dalam pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor. 45 Tahun 2004
tentang perlindungan hutan. merumuskan dari pengertian perlindungan hutan
yaitu: “usaha untuk memberantas kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan yang disebabkan oleh manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam,
hama, dan penyakit”. Kebakaran hutan telah menimbulkan dampak yang luar
biasa yang tentunya merugikan kehidupan kita sebagai bangsa,
Pertanggungjawaban pelaku pembakaran hutan harus di lakukan secara tegas.
Terkait dengan masalah pidana pembakaran hutan di Rantau parapat ini
terdapat sebuah putusan pengadilan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri
Rantau Prapat Nomor 680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap. bahwa dalam putusan ini
10 Nasionalkompas.com, Wakapolri Bantah Polisi Diskriminasi Tangani Kasus Kebakaran Hutan, http://nasional.kompas.com>2016/09/13. Diakses pada 18 April 2018. Pukul 19.45.
11 N. H. T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 373-374.
7
pengadilan negeri Rantau Prapat menjatuhkan hukuman pidana penjara dan
hukuman denda kepada terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli dan
terdakwa II. Fikana Laia alias Fikana atas tindak pidana “Secara bersama-
sama dengan sengaja membakar hutan”. Keadaan ini membuat peneliti ingin
mengkaji hal tersebut dan dituangkan dalam bentu skripsi yang berjudul “
Tindak Pidana Pembakaran Hutan di Rantau Prapat Dalam Tinjauan
Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan
Nomor 680/PID.SUS/2016/PN.RAP).
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. identifkas Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan masalah hanya pada
bagaimana penerapan hukum dan pertimbangan hakim dalam memberikan
putusan. Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus atau mempermudah
peneliti dan juga untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada
sangkut pautnya dengan masalah yang akan diteliti.
2. Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian
(research question) yaitu:
a. Apa faktor-faktor penyebab pembakaran hutan?
b. Bagaimana penerapan hukum dan pertimbangan hakim dalam
putusan Nomor 680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap ditinjau dari hokum pidana
positif dan hukum pidana Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat
diketahui bahwa tujuan umum dari peneliti ini adalah:
a. Untuk mengetahui faktor penyebab pembakaran hutan.
b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum dan pertimbangan
hakim dalam putusan Nomor 680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap
8
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi, kontribusi
pemikiran dalam menambah wawasan pengetahuan dalam lingkup
pertanggung jawaban pidana terhadap pembakaran hutan. Sehingga skripsi ini
menjadi bahan literature dalam kajian ilmiah bagi para mahasiswa hukum
maupun praktisi hukum di Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Dapat menjadi bahan pengetahuan yang dapat berguna untuk
pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi wadah pengetahuan baru
yang berguna untuk mahasiswa, praktisi hukum, maupun masyarakat secara
luas.
c. Manfaat Akademisi
Penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar sarjana hukum
dalam program studi Hukum Pidana Islam di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
tinjauan pustaka (atau juga disebut literature riview) merupakan sebuah
proses mencari literature, hasil kajian atau studi yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan.12 Adapun yang dapat dijadikan sumber
rujukan telaah pustaka tersebut adalah buku teks, disertasu, tesis, jurnal,
skripsi dan lain sebagainya yang dapat dijadikan telaah pustaka atau tinjauan
pustaka. Dalam hal ini penulis mengambil beberapa telaah pustaka yang dapat
dijadikan bahan perundingan;
No Identitas
Penulis
Judul Substansi Pembeda
1. Jeni Fitria
Mahasiswa
Sanksi
Tindak
Penulis
menjabarkan
Penulis menjabarkan
mengenai faktor
12 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.42.
9
Universitas
Islam Negeri
Raden Intan
Lampung
Pidana
Pembakaran
Hutan
Dalam
Undang-
Undang
Nomor 41
Tahun 1999
tentang
Kehutanan
Persepektif
Hukum
Islam
mengenai
sanksi tindak
pidana
pembakaran
hutan
menurut
Undang-
Undang
Nomor 41
Tahun 1999
tentang
Kehutanan
menurut
persepektif
hukum Islam.
penyebab kebaran
hutan dan bagaiamana
penerapan hukum dan
pertimbangan hakim
dalam putusan nomor
680/pid.sus/2016/pn.rap
2. Tirza Sisilia
Mukau
Jurnal
Crimen Vol.
V/No.
4/Apr-
Jun/2016
Penerapan
Sanksi
Pidana
Terhadap
Pelaku
Pembakaran
Hutan atu
Lahan
Menurut
Undang-
Undang
Nomor 32
Tahun 2009.
Penulis
menjabarkan
mengenai
sanki bagi
pelaku
Pembakaran
hutan atau
lahan
menurut
Undang-
Undang
Nomor 32
Tahun 2009.
Penulis menjabarkan
mengenai faktor
penyebab kebaran
hutan dan bagaiamana
penerapan hukum dan
pertimbangan hakim
dalam putusan nomor
680/pid.sus/2016/pn.rap
10
E. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
a. Teori Tindak Pidana
Pidana berasal dari bahasa belanda yaitu straf, yang kadang-
kadang disebut dengan istilah hukuman. Walaupun istilah pidana
lebih tepat dari istilah hukuman, karena hukumna sudah lazim
merupakan terjemahan dari recht.13 Pidana dapat dikatakan sebgai
suatu balasan akibat atas perbuatan yang telah melanggar larangan
pidana.
b. Teori pemidanaan
Pemidanan dapat diartikan dengan penghukuman. Penghukuman
yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dan dijatuhkan
pidana terhadap seseorang yang telah berkuatan hukum tetap dan
secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana.
2. Kerangka Konseptual
Konseptual dalam penelitian ini adalah pemidana. Konsep ini
menitik beratkan pemidanan yang mana stiap orang yang berbuat
kejahatan harus dipidana.
Pelanggaran yang dilakukan di dalam putusan nomor
680/pid.susu/2016/pn.rap dengan konsep pemidanan ini diharapkan agar
penegak hukum memberikan hukuman yang setimpal.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah satu teknik pemikiran yang dipergunakan
dalam penelitian tertentu untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan
dari sember-sumber primer maupun sekunder.14 Metode penelitian ini adalah
metode kepustakaan (Library Riseacrh), yaitu penelitan yang dilakukan
dengan cara menghimpun atau mengumpulkan data dari berbagai literature
13 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, (Jakarta: Grafindo Persadam, 2008), h.24.
14 Handari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta, Gadjah Mada Univercity Press, 2017), h.27
11
baik data yang ada di perpustakaan atau media informasi lainya. Agar
tercapai maksud dan tujuan pembahasan pokok-pokok masalah diatas maka
penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga dengan
penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka yang disebut juga penelitian hukum kepustakaan
(library research)yang di gunakan ialah buku-buku yaitu (Joni) hukum
lingkungan kehutanan, (Lailan Syaufina) kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia, (N.H.T. siahaan) hukum lingkungan dan ekologi pembangunan.15
Penelitian hukum normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk
menjawab permasalahn hukum yang dihadapi. Penelitian hukum normatif
dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai
preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.16
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan Putusan Pengadilan Negeri
Rantau Perapat Nomor 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap dan perundang-undangan
(Statutory Approach). Pembahsan masalah pembakaran hutan UU No. 41
Tahun 1999, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
3. Bahan Hukum Penelitian
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang isinya mempunyai
kekuatan hukum mengikat, dalam hal ini adalah norma atau kaidah
dasar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahan hukum
primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1) Putusan Pengadilan Negeri Rantau Perapat Nomor
680/Pid.Sus/2016/PN.Rap.
15 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta, Rajawali Press: 2014), h.14
16 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010), h.34
12
2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
3) Peraturan Pemerintahan Nomor 45 Tahun 2004 Perlindungan
Hutan.
4) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6) Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitanya
dengan bahan hukum primer yang dapat membantu menganalisis
serta memahami bahan hukum primer, yaitu berupa buku-buku dan
bahan pustaka lainya yang berkaitan erat dengan penelitian ini dan
putusan pengadilan.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang mendukung
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan
memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainya,
seperti kamus hukum, kamus bahasa Indonesia dan ensiklopedia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi
kepustakaan (library research), yakni studi dokumen dengan mengumpulkan
dan mempelajari buku-buku hukum, literature, karya-karya ilmiyah, peraturan
perundang-undangan. Dan dokumen yang diteliti adalah Putusan Pengadilan
Negeri Rantau Perapat Nomor 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Tujuan penelitian
studi kepustakaan (library research) ini adalah untuk memperoleh data
sekunder yang meliputi peraturan, buku, majalah, surat kabar, situs internet.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara
normatif kualitatif. Yaitu dengan menganalisis ketentuan dalam Putusan
Pengadilan Negeri Rantau Perapat Nomor 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap dan
perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan secara komprehensip.17
17 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), h.10.
13
G. Sistematika penulisan
Untuk menjelaskan permasalahan tersebut dalam bagian yang lebih
lengkap, agar lebih memperjelas penelitian ini, maka peneliti memberikan
sistematika penulisan dalam suatu kaidah garis-garis besar penulisan melalui
beberpa bab, disertai sub-sub dalam menjelaskan berbagai hal yang lebih
terperici dan membutuhkan pengetahuan yang mendalam. Adapun deskripsi
dari sistematika penulisan ini dijabarkan dalam 5 bab sebagai berikut:
Bab I Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, tinjauan pustaka
dan sistematika penulisan.
Bab II Membahas tentang landasan teori mengenai Pengertian Tindak
Pidana, Sanksi Pidana, Teori Pemidanaan dan Hutan.
Bab III Membahas tentang Tindak Pidana Pembakaran Hutan dalam
Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam, Penerapan Hukum Hakim,
Pertimbangan Hakim, Posisi Kasus.
Bab IV Membahas tentang Faktor-faktor Pembakaran hutan dan analisis
putusan Nomor 680/Pid.sus/2016/PN.Rap.
Bab V Meliputi Kesimpulan dari pembahasan serta beberapa saran-saran
berdasarkan analisis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan dari pihak-pihak yang terkait.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA HUTAN
A. Tindak Pidana
1. Pengertian tindak pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu strabaar feit. Walaupun istilah ini terdapat dalan wt
book van strafecht voor nederlan indie, akan tetapi tidak ada penjelasan
resmi tentang apa yang dimaksud dengan straftbaar feit tersebut. Karena
itu para ahli hukum memberi arti dari istilah tersebut walaupun sampai
saat ini belum ada keseragaman pendapat.18
Istilah-iatilah yang pernah dipergunakan baik dalam perundang-
undangan maupun dalam beberapa literatur hukum sebgai terjemahan
dari istilah strafbaar feit adalah: tindak pidana, peristiw a pidana, delik,
pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang
dapat dihukum, perbuatan pidana. Dari tujuh istilah yang digunakan
sebagai terjemahan dari strafbaar feit, arti kata straf diterjemahkan
dengan pidana dan hukum. Pada baar diterjemahkan dengan kata dapat
atau boleh sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak,
peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.19
Telah banyak dirumuskan oleh para ahli hukum pidana perumusan
atau definisi tentang tindak pidana tersebut, dan disamping adanya
persamaan, terdapat juga perbedaannya. Beberapa pendapat para ahli
mengenai perumusan atau definisi terhadap tindak pidana atau strafbaar
feit,:
Prof. Moeljatno memakai istilah perbuatan pidana yaitu perbuatan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum dan disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu, barang siapa yang melanggar larangan
18 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, (Jakarta: Grafindo Persadam, 2007), h. 67.
19 M Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di dalam Kitab Undang-USndang Hukum Pidana, (Bandung: Remaja Krtya, 1986), h. 1.
14
15
tersebut. Beliau mengemukakan bahwa menurut tujudnya dan sifatnya
perbuatan-perbuatan ini adalah perbuatan-perbuatan yang melawan
hukum. Perbuatan-perbuatan yang merugikan masyarakat.20
Menurut Simons strafbaar feit adalah suatu tindakan melanggar
hukum yang telah dilakukan dengan sengaja maupun tidak dengan
sengaja oleh seeorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas
tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu
tindakan yang dapat dihukum.
Dalam rumusan diatas terdapat tiga alasan mengapa pengertian
strafbaar feit dirumuskan seperti di atas:
1. Untuk adanya suatu strafbaar feit harus terdapat suatu tindakan
yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang, dimana
pelanggaran terhadap larangan da kewajiban semacam itu telah
disyaratkan sebgai suatu tindakannya melawan hukum.
2. Agar suatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan tersebut
harus memenuhi semua unsur dari delik-delik seperti yang
dirumuskan dalam undang-undang.
3. Setiap strafbaar feit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau
kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakikatnya
merupakan suatu tindakan yang melawan hukum.21
Ruslan Saleh mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian
strafbaar feit yaitu sebgai perbuatan pidana yang oleh aturan hukum
pidana dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang.
Wirjono Projodikoro mengartikan strafbaar feit ssebagai suatu
perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukum pidana.
Sutan Remy Sjahdeini mendefinisikan strafbaar feit yakni sebagai
perilaku yang oleh undang-undang pidana yang berlaku (hukum pidana
20 M Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana..., h. 2.
21 Mahrus Ali, Asas-asas Hukum Pidana Korporasi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 52-53.
16
positif) telah diskriminalisasi dan oleh karena itu dapat dijatuhi sanksi
sebgai pelaku.22
Pompe merumuskan strafbaar feit telah dirumuskan sebagai suatu
pelanggaran norma (gangguan terhadap tartib hukum) dengan sengaja
atau tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh pelaku, dimana
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut perlu demi terpeliharanya
tartib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.23
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bahwa diketahui tindak
pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana, dimana penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi
terpeliharanya tertib dan terjaminya kepentingan umum.
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Untuk mengenakan pidana itu harus dipenuhi dengan unsur-unsur
tindak pidana. Jadi sesorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan
tersebut memenuhi unsur-unsur tindak pidana (strafbaar feit). Menurut
Lamintang, bahwa setiap tindak pidana dalam KUHP pada umumnya
dapat dijabarkan unsur-unsur menjadi dua macam: yaitu unsur subjektif
dan unsur objektif. Yang dimaksud unsur subjektif adalah unsur-unsur
yang melekat pada diri sipelaku atau yang berhubungan dengan sipelaku.
Sedangakn yang dimaksud dengan unsur objektif itu adalah unsur-unsur
yang ada hubungan dengan keadaan-keadaan dimana tindakan dari
sipelaku itu harus dilakukan.24
Unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno adalah:
a. Unsur-unsur formil
1) Perbuatan manusi.
22 Sutan Remy Sjahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, (Jakarta: Grafiti Press, 2009), h. 34.
23 Mahrus Ali, Asas-asas Hukum Pidana Korporasi..., h. 52-53. 24 P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Huku Pidana di Indonesia, (Bandung: Citra Aditiya
Bakti, 1997), h. 191.
17
2) Perbuatan itu dilarang oleh suatu aturan hukum.
3) Larangn itu disertai ancaman yang berupa pidana tertentu.
4) Larangan itu dilanggar oleh manusi.
b. Unsur-unsur materil
1) Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum.
2) Dirasan oleh masyarakat.
3) Perbuatannya yang tidak boleh atau patut dilakukan.25
Menurut Simons menjelaskan beberapa unsur tindak pidana sebagai
berikut:
a. Perbuatan manusia
b. Diancam dengan pidana
c. Melawan hokum
d. Dilakukan dengan kesalahan
e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab
Simon membedakan unsur-unsur tindak pidana menjadi dua yaitu
unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif orang yang mampu
bertanggung jawab, adanya kesalahan (dolud/culpa). Sedangkan unsur
objektif perbuatan orang dan akibat yang kelihatan dari perbuatannya.26
3. Jenis-Jenis Tindak pidana
Tindak pidana memiliki beberapa jenis, yakni dikelompokkan
berdasarkan jenis dan sifatnya, yaitu:
a. Kejahatan dan Pelanggaran
Kejahatan (rechtsdelicten) ialah perbuatan yang bertentangan
dengan pengadilan, diatur dalam buku ke-II KUHP tentang
kejahatan. Sedangkan pelanggaran (wetsdelictan) ialah suatu delik
yang melanggar yang diatur dalam undang-undang, dan dalam Buku
ke-III KUHP.27
25 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 165. 26 Sudarto, Hukum Pidana, (Purwokerto Universitas Sudiman, 1990), h.50. 27 Ismu Gunandi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,
(Jakarta: Permadmedia Grup, 2014), h. 44.
18
b. Delik Fornil dan Delik Materil
Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan
kepada perbuatan yang dilarang. Misalnya: Penghasutan, Penyuapan.
Sedangkan delik materil adalah delik yang rumusannya dititik
beratkan kepada apa yang tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini
baru selesai apabila akibat yang tidak dikehendaki itu telah terjdai.
Misalnya: pembunuhan, penipuan.28
c. Delik Dolus (kesengajaan) dan Delik Culpa (kealpaan)
Delik dolus (kealpaan) adalah delik yang memuat unsur
kesengajaan. Misalnya pada Pasal 310 KUHP tentang Penghinaan.
Sedangkan delik culpa (kealpaan) delik yang mempunyai unsur
kealpaan atau kesalahan. Misalnya pada Pasal 338 KUHP tentang
Pembunuhan.29
d. Delik Aduan dan Delik Murni
Delik aduan adalah delik yang penuntutannya hanya dilakukan
apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena. Sedangkan delik
Murni adalah delik yang penuntutannya tidak perlu melakukan
pengaduan dari pihak korban.
e. Delik tunggal dan Berganda
Delik tunggal adalah delik yang dilakukan dengan perbuatan
satu kali. Sedangkan delik berganda adalah delik dengan melakukan
perbuatan dua atau lebih.30
B. Sanksi Pidana
Sanksi pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah
kasusnya dan akibat adalah hukumanya. Orang yang terkena akibat akan
memperoleh sanksi baik hukuman penjara atau hukuman kurungan dan
hukuman lainnya. Sanksi pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat
28 R. Soedarto, Ilmu Hukum, (Semarang: UNDIP, 1989), H. 35. 29 Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana, (Bulan Bintang Jakarta 1993), cet 5,
h. 20. 30 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 165.
19
nestapa yang diancamkan atau yang dikenakan terhadap perbuatan atau
pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat mengganggu atau
membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya untuk
membuat jera pelaku kejahatan.
Pidana adalah penderitaan atau nestapa atau sengaja dibebankan kepada
orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur pidana.31
Jenis-jenis pidana sebagaimana telah diatur dalam Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
1. Pidana Pokok
a. Pidana mati
b. Pidana kurungan
c. Pidana denda
d. Pidana tutupan
2. Pidana Tambahan
a. Pencabutan hak-hak tertentu
b. Perampasan barang-barang tertentu
c. Pengumuman putusan hakim32
C. Teori Pemidanaan
Mengenai teori pemidanaan pada umunya dapat dikelompokkan dalam
tiga golongan besar, yaitu teori absolut ( teori pembalasan), teori relatif (teori
tujuan), dan teori gabungan.33
1. Teori Absolut (pembalasan)
Menurut teori ini pidana dijatuhkan karena orang telah melakukan
kejahatan. Pidana sebagai akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu
pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan. Tindak pidana
tidak pernah dilaksanakan semata-mata sebagai sarana untuk
mempromosikan tujuan lain, baik bagi pelaku itu sendiri maupun dari
31 Tri Andrisma, Asas-Asas dan Dasar aturan Hukum Pidana Indonesia, (Bandar Lmpung Unila, 2009), h. 8.
32 Andi Hamzah, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014). 33 E. Utrecht, Hukum Pidana I, (Jakarta: Universitas Jakarta, 1958), h. 157.
20
masyarakat. Tapi dalam semua hal harus dikenakan karena orang yang
bersangkutan telah melakukan tindak kejahatan. Setiap orang harus
menerima ganjaran seperti perbuatannya.34
Mengenai teori pembalasan ini, Andi Hamzah mengemukakan
sebagai berikut:
Teori pembalasan menyatakan bahwa pidana tidaklah bertujuan
untuk yang praktis, seperti memperbaiki penjahat. Kejahatan itu
sendirilah yang mengandung unsur-unsur untuk dijatuhkan pidana,
pidana secara mutlak ada karena dilakukan suatu kejahatan.35
Teori pembalasan atau absolut ini terbagi atas pembalasan subjektif
dan pembalasan objektif. Pembalasan subjektif ialah pembalasan
terhadap kesalahan pelaku. Pembalasan objektif ialah pembalasan
terhadap apa yang telah diciptakan pelaku.36
Ada beberapa ciri teori absolut atau bisa disebut juga dengan
retributif yang diungkapkan oleh Karl O. Cristiansen, yaitu:
1) Tujuan pidana semata-mata untuk pembalasan;
2) Pembalasan merupakan tujuan utama, tanpa mengandung sarana-
sarana untuk tujuan lain;
3) Kesalahan merupakan salah satu syarat bagi adanya pidana;
4) Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan pembuat;
5) Pidana melihat kembali kebelakang yang merupakan pencelaan yang
murni dan tujuanya tidakn untuk memperbaiki, mendidik, atau
memasyarakatkan kembali pelanggar.37
Dalam konteks sistem hukum pidana Indonesia, karakteristik teori
pembalasan jelas tidak sesuai (bertentangan) dengan filosofi pemidanaan
berdasarkan sistem pemasyarakatan yang dianut di indonesia (UU No.12
34 Muladi, Barda Nawawi Arif, Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni, 1992), h. 11.
35 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1993), h. 26.
36 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Mati Terhadap Pembunuh Berencana,…h. 149.
37 Muladi, Barda Nawawi Arif, Teori dan Kebijakan Pidana..., h. 17.
21
Tahun 1995). Begitu juga dengan konsep yang dibandingkan dalam RUU
KUHP, yang secar tegas dalam hal tujuan pemidanaan disebutkan
“pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan manusia dan
merendahkan martabat manusia.38
2. Teori Relatif (Teori Tujuan)
Teori relatif atau teori tujuan juga disebut teori utilitarian, lahir
sebagai teori reaksi terhadap reaksi absolut. Tujuan pidana menurut teori
relatif bukanlah sekedar pembalasan, akan tetapi untuk mewujudkan
ketertiban di dalam masyarakat.
Tentang teori relatif ini Muladi dan Barda Nawawi Arif Menjelaskan
bahwa:
Pidana bukan sekedar untuk melakukan pembalasan atau
pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindakan pidana,
tetapi memiliki tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. Jadi dasar
pembenaran adanya pidana menurut teori relatif adalah terletak pada
tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan orang membuat kejahatan melainkan
supaya orang jangan melakukan kejahatan.39
Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, teori relatif ini dibagi dua
yaitu:
1) Prevensi umum
2) Prevensi Khusus
Mengenai prevensi umum dan prevensi khusus, E. Utrecht
menjelaskan sebagai berikut: prevensi umum bertujuan untuk
menghindari untuk tidak melanggar. Prevensi khusu bertujuan untuk
menghindari agar pembuat tidak melanggar.40
Prevensi umum menekankan bahwa tujuan pidana adalah untuk
mempertahankan ketertiban masyarakat dari gangguan penjahat. Dengan
38 Rancangan Undang-Undang Republik Indoensaia. Direktorat Jendral Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Tahun 2018.
39 Muladi, Barda Nawawi Arif, Teori dan Kebijakan Pidana..., h. 16. 40 E. Utrecht, Hukum Pidana I..., h. 157.
22
adanya pemidanaan terhadap pelaku kejahatan, masyarakat lain tidak
melakukan kejahatan. Sedangkan prevensi khusus menekankan bahwa
tujuan pidana itu dimaksudkan agar pelaku pidana tidak mengulangi lagi
perbuatannya. Dalam hal ini pidana itu perfungsi untuk mendidik dan
memperbaiki pelaku pidana agar menjdai lebih baik.
Karakteristik dari teori relatif atau teori tujan adalah:
a. Tujuan pidana adalah pencegahan;
b. Pencegahan bukanlah pidana akhir, tetapi merupakan sarana untuk
mencapai ketertiban umum;
c. Pelanggaran-pelanggaran hukum yang memenuhu syarat untuk
adanya pidana;
d. Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai alat untuk
pecegahan kejahatan.41
3. Teori Gabungan
Menurut teori gabungan bahwa tujuan pidana itu selain membalas
kesalahan penjahat juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat,
dengan mewujudkan ketertiban. Teori ini menggunakan kedua teori
tersebut di atas (teori absolut dan teori relatif) sebagai dasar
pemidanaan.42
Walaupun terdapat perbedaan pendapat di kalangan para sarjana
mengenai tujuan pemidanaan itu, namaun ada satu hal yang tidak dapat
dibantahkan, yaitu bahwa pidana itu merupakan salah satu sarana untuk
mencegah kejahatan serta memperbaiki pelaku tindak pidana.
Teori integratif dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Teori integratif yang menitik beratkan pembalasan, akan tetapi
tidak boleh melampai batas apa yang perlu dan cukup untuk dapat
mempertahankan tertib masyarakat.
41 Muladi, Barda Nawawi Arif, Teori dan Kebijakan Pidana..., h. 17. 42 Koeswaji, Perkembangan Macam-Macam Pidana dalam Rangka Perkembangan
Hukum Pidana, Cet, I, (Bandung: Citra Aditiya Bakti, 1995), h. 11-12.
23
2. Teori integratif yang menitik beratkan pada pertahanan tata tertib
masyarakat, tetapi tidak boleh lebih berat dari suatu penderitaan
yang beratnya sesuai dengan beratnya perbuatan yang dilakukan
oleh pelaku tindak pidana.
3. Teori integratif yang menganggap harus ada keseimbangan antara
kedua hal di atas.43
Dengan demikian pada hakikatnya pidana adalah merupakan
perlindungan terhadap masyarakat dan pembalasan terhadap perbuatan
melanggar hukum. Di samping iti Ruslan Saleh juga mengemukakan
bahwa pidana mengandung hal-hal lain, yaitu bahwa pidana adalah suatu
proses pendidikan untuk menjadikan orang dapat diterima kembali dalam
masyarakat.44
Dalam Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum
pidana tahun 2018, tujuan pemidanaan diatur dalam pasal 58, yaitu:
a. Pemidanaan bertujuan
1) Mencegah dilakukanya tindak pidana dengan menegakkan norma
hokum demi perlindungan dan pengayoman masyarakat.
2) Mememasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan dan
pembimbingan agar menjadi orang yang baik dan berguna.
3) Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan akibat tindak pidana,
memulihkan keseimbangan, serta mendatangkan rasa aman dan
damai dalam masyarakat. dan
4) Menumbuhkan rasa penyesalan dan membebaskan rasa bersalah
pada terpidana.
b. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan manusia dan
merendahkan martabat manusia.
Andi Hamzah mengemukakan tujuan pidana kedalam Reformation,
Restrain, dan Restribution serta deterrence. Reformation berarti
memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan
43 Prakoso, Nurwachid, Studi Tentang Pendapat-pendapat Mengenai Efektifitas Pidana Mati di Indonesia Dewasa Ini, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h. 24.
44 Muladi, Barda Nawawi Arif, Teori dan Kebijakan Pidana..., h. 14.
24
berguna bagi masyarakat. Restrain mengasingkan pelanggar dari
masyarakat. Restribution ialah pembalasan terhadap pelanggar hukum
karena telah melakukan kejahatan. Deterrence berarti menjera atau
mencegah sehingga penjahat jera dan menjadi pelajaran dan takut
melakukan kejahatan kembali.45
Teori gabungan pada hakikatnya lahir dari ketidak puasan gagasan
teori pembalasan maupun unsur-unsur yang positif dari kedua teori
tersebut yang kemudian menjadi titik tolak dari teori gabungan. Teori ini
berusaha menciptakan keseimbangan anatar unsur pembalasan dengan
tujuan memperbaikiti pelaku kejahatan
D. Hutan
1. Pengertian Hutan
Hutan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan
hutan adalah tanah luas yang ditumbuhi pepohonan dan tidak dipelihara
oleh orang. Hutan merupakan terjemahan dari kata bos dalam bahasa
Belanda dan Forrest dalam bahasa Inggris. Forrest merupakan dataran
tanah yang bergelombang, dan dapat dikembangkan untuk kepentingan
diluar kehutanan, seperti pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno
forrest (hutan) adalah suatu daerah tertentu yang lahannya ditumbuhi
pepohonan, tempat hidup flora dan fauna.
Menurut Dangler, yang diartikan dengan hutan, adalah: “sejumlah
pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu,
kelembapan, cahaya, angin, dan sebgainya tidak lagi menetukan lingkun
gannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan/pepohonan baru,
tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuh cukup rapat”.
Menurut Dangler yang menjadi ciri hutan adalah adanya pepohonan
yang tumbuh pada tanah yang luas, dan pepohonan tumbuh secara
berkelompok.46
45 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesiah..., h. 28. 46 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 40.
25
Pengertian hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
dijelaskan dalam Pasa 1 ayat (2) tentang Kehutanan ialah “suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pempohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang
tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya”.47
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 “hutan adalah suatu lapangan
pertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan dan yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan”.48
Menurut pendapat Bambang Pamudi, dengan merujuk kepada
Undang-Undang Kehutanan 1967 tersebut, pengertian hutan tidak dianut
pemisahan secara horizontal antar suatu lapangan (tanah) dengan yang
diatasnya. Antara suatu lapangan (tanah), tumbuh-tumbuhan alam hayati
dan lingkunganya merupakan satu kesatuan yang utuh.49
2. Jenis-Jenis Hutan
Hutan berdasarkan fungsinya adalah penggolongan hutan yang
berdasarkan kegunaannya. Hutan ini dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu hutan konservasi, hutan produksi, hutan lindung.
a. Hutan koservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdisri
atas kawasan suaka alam berupa cagar alam, dan suka marga satwa.
b. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan. Hutan produksi terdiri dari hutan
produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan produksin yang
dapat dikonservasi.
47 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967. 49 Bambang Pramudi, Hukum Kehutan dan Pembangunan Bidang Kehutanan, ( Jakarta:
Raja Grfindo, 1995), h. 34.
26
c. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai pungsi pokok
sebagai pelindung sistem penyanggah kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
laut, dan memelihara kesuburan tanah.50
Berdasarkan ekosistemnya hutan dibagai dalam beberapa kategori,
sebagai berikut:
d. Hutan hujan dataran rendang: jenis hutan ini banyak ditemukan
dibagian barat indonesia, sumatra, dan kalimantan yang dicirikan
dengan curah hujan tinggi dan dataran rendah.
e. Hutan rawa: dijumpai dekat muara sungai sering tergenang air dan
kaya bahan organik.
f. Hutan rawa gambu: jenis tanah-tanah gambut yang kaya bahan
organik.
g. Hutan mangrove atau bakau: ditemukan pada tanah aluval berpasir
ditepi pantai dan dipengaruhi oleh air laut/ payau.
h. Hutan hujan dataran tinggi; hutan yang berada di ketinggian 500-
1000 m di atas permukaan laut.51
Hutan menurut pemilikannya. Hutan ini dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
a. Hutan negara yang merupakan kawasan hutan dan hutan alam yang
tumbuh di atas tanah yang bukan hak milik. Hutan negara adalah
hutan alam atau hutan tanam di atas tanah yang diberikan kepada
Daerah Tingkat II, dan diberikan dengan hak pakai atau hak
pengelolaan.
b. Hutan milik, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah hak milik.
Hutan jenis ini disebut hutan rakyat. 52
50 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan…, h. 43. 51 Ari Wibowo, dan A. Ngakolen Gintings, Degradasi dan Upaya Pelestarian Hutan
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan), h. 69. 52 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan…, h. 42.
27
Hutan menurut peruntukanya, hutan digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu:
a. Hutan tetap, yaitu hutan, baik yang sudah ada, yang akan
ditanamni, maupun yang tumbuh secara alami di dalam kawasan
hutan.
b. Hutan cadangan, yaitu hutan yang berada dalam kawasan hutan
yang peruntukanya belum ditetapkan, dan bukan hak milik apabila
diperlukan hutan sadangan ini dapat dijadikan hutan tetap.
c. Hutan lainya, yaitu hutan yang berada di luar kawasan hutan dan
hutan cadangan, misalnya hutan yang terdapat pada tnaha milik,
atau tanah dibebani hak lainya.53
3. Jenis-jenis Tindak Pidana Hutan
Jenis tindak pidana bidang kehutanan sebagai suatu kejahatan yang
diancam hukuman penjara dan denda meliputi perbuatan sebagai
berikut:54
a. Merusak sarana dan prasarana perlindungan hutan dan kerusakan
hutan.
tindak pidana ini diatur dalam Pasal 50 ayat 1 Undang-undang
No. 41 Tahun 1999, yaitu barang siapa dengan sengaja merusak
sarana dan prasarana perlindungan hutan, dan dengan sengaja
menimbulkan kerusakan hutan. Barangsiapa dengan sengaja
melakukan perbuatan pidana tersebut maka dapat dikenakan
hukuman penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
bayak Rp.10.000.000.00,00 (sepuluh milyar). Untuk merusak sarana
dan prasarana hutan hanya dikenakan kepada orang perorangan,
sedang terhadap perbuatan yang menimbulkan kerusakan hutan
dikenakan pada orang atau badan hukum korporasi.
53 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan…,h. 43. 54 Suriyansyah Murihaini, Hukum Kehutana, (Yogyakarta: Laksbang Frafika, 2012), h.
26.
28
b. Membakar hutan
Mebakaran hutan ini merupakan bentuk perbuatan kerusakan
hutan yang paling sering kita temui. Tindak pidana membakar hutan
ini dapat terjadi karena kelalaian yang mengakibatkan kebakaran
hutan. Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 50 ayat 3 huruf d
Undang-undang No. 41 Tahun 1999, diancam hukuman penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). Sedangkan jika
kebakran hutan terjadi akibat kelalaian maka diancam hukuman
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
c. Menebang pohon dan memiliki hasil hutan secara ilegal.
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 50 ayat 3 huruf e Undang-
undang No. 41 Tahun 1999, barangsiapa melakukan perbuatan
menebang pohon, memanen atau memungut hasil hutan di dalam
hutan tanpa hak dan ijin dari pejabat yang berwenang diancam
pidana penjara 15 (lima belas tahun) tahun dan denda
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Termasuk yang diancam
dalam pasal ini adalah barang siapa menerima, membeli atau
menjual, menerima tukar atau menerima titipan atau memiliki hasil
hutan, yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan
yang diambil atau dipungut secara tidak sah.
d. Melakukan penambangan dan eksploitasi bahan tambang tanpa ijin.
Perbuatan yang tercantum dalam Pasal 50 ayat 3 huruf g
Undang-undang No.41 Tahun 1999 adalah barangsiapa melakukan
penambagan dengan pola terbuka di kawasan hutan lindung dalam
bentuk kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi
barang tambang tanpa ijin dari mentri, diancam pidana paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling bayak Rp.5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah).
29
e. Memiliki hasil hutan tanpa keterangan.
Perbuatan yang diancam dalam pasal 50 ayat 3 huruf h Undang-
undang No. 41 Tahun 1999 ini adalah barang siapa dengan sengaja
mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan yang tidak
dilengkapi dengan bersama-sama dengan suarat keterangan sahnya
hasil hutan, diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar).
f. Mengembala ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk
secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang.
Perbuatan yang diancam dengan ketentuan ini adalah
barangsiapa dengan sengaja mengembala ternak di kawasan hutan
yang tidak ditunjuj secara khusus oleh pejabat yang berwe nang
diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan dan denda
paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Pasal 50 ayat
3 huruf i Undang-undang No.41 tahun 1999.
g. Membawa alat-alat berat tanpa ijin.
Perbuatan yang diancam dalam ketentuan Pasal 50 ayat 3 huruf j
Undanag-undang No. 41 Tahun 1999 ini adalah barangsiapa dengan
sengaja membawa alat-alat berat atau alat-alat yang lainnya yang tak
lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil
hutan dalam kawasan hutan tanpa ijin pejabat yang berwenang,
diancam pidana penjara paling lama 5 (lima ) tahundan denda paling
banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliyar rupiah).
h. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keadaan atau kelangsungan fungsi
hutan ke dalam kawasan hutan.
Perbuatan ini diatur dalam Pasal 50 ayat 3 huruf l Undang-
undang No.41 Tahun 1999 adalah barangsiapa dengan sengaja
membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran,
kerusakan, atau membahayakan keberadan atau kelangsungan fungsi
30
hutan, diancam dengan hukuman penjara paling laman 3 (tiga) bulan
dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
i. Membawa satwa liar atau tumbuhan yang dilindungi.
Perbuatan pidana menurut ketentuan Pasal 50 ayat 3 huruf n
Undang-undang No.41 Tahun 1999 ini yaitu barangsiapa dengan
sengaja mengeluarkan, membawa dan mengangkut tumbuh-
tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi undang-undang tanpa ijin
pejabat yang berwenang, diancam dengan hukuman penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.3.000.000.000,00
(tiga milyar rupiah).
BAB III
TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN MENURUT HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A. Tindak Pidana Pembakaran Hutan dalam Hukum Positif
1. Pengertian Pembakaran Hutan
Pembakaran menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) ialah
suatu proses atau cara perbuatan membakar.
Pembakaran hutan menurut Bambang Hero Saharjo:
Di lingkup ilmu kehutanan sedikit perbedaan istilah kebakaran hutan
dan pembakaran hutan. Pembakaran hutan identik dengan kejadian yang
disengaja pada satu lokasi dan luasnya telah ditentukan. Guna untuk
membuka lahan, meremajakan hutan atau mengendalikan hama.
Sedangkan kebakaran hutan lebih kepada kejadian yang tidak disengaja
atau tidak terkendali. Pada praktiknya pembakaran hutan bisa menjadi
tidak terkendali dan memicu kebakaran.55 kebakaran hutan telah menjadi
masalah seriusa yang sampa saat ini masaih belum dapat diatasi dengan
baik. Statistik menunjukan bahwa masalah kebakaran hutan setiap tahun
semakin meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh meningginya
kegiatan penyimpanan lahan dalam sekala kecil maupun besar mulai dari
perladangan hingga konservasi hutan untuk pertanian dan perkebunan,
pembangunan hutan tanaman yang lebih rawan terbakar, pertambahan
jumlah penduduk dan kondisi iklim yang tidak menetu dengan
kecenderungan semakin panas.56
Kebakaran hutan menjadi penyumbang terbesar laju deforestasi.
Bahkan lebih besar dari konservasi lahan untuk petanian dan ilegal
loging.
55 https://jurnalbumi.com>Enslikopedi. Diakses tanggal 15 Aapril 2018. 56 Ari Wibowo, dan A. Ngakolen Gintings, Degradasi dan Upaya Pelestarian Hutan
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan), h. 73.
31
32
2. Dasar Hukum Tindak Pidana Pembakaran Hutan
a. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 50 ayat (3) Huruf d: “Setiap orang dilarang membakar hutan”
Pasal 78 ayat (3) :
“Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan oidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahu dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00; (lima milyar rupiah).
Pasal 78 ayat (4) :
“Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling bayak Rp.1.500.000.000,00; (satu milyar lima ratus juta rupiah).
Kebakaran hutan dapat menibulkan kerusakan hutan dan pelakunya tidak hanya orang perorangan tetapi bisa juga dilakukan oleh korporasi.
b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukanya
mahluk hidup, zat, energi, dan komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakaan lingkungan hidup.
Kebakaran hutan atau kebakaran lahan juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup dan kerusakaan lingkungan hidup sehingga dapat dikenai sanksi berdasarkan UUPPLH sebagai berikut: Pasal 69 ayat (1) huruf h UUPPLH:
“Setiap orang dilarang melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar”
Pasal 108 UUPPLH :
“Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana degan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.3.000.000.000,00; (tiga milyar rupiah) dan paling banyak Rp.10.000.000.000,00; (sepuluh milyar rupiah).
Pasal 69 ayat (2) UUPPLH:
“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan dengan sungguh sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing”
33
Penjelasan pasal 69 ayat (2):
“Kearifan lokal yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimal 2 hektar per kepala keluarga untuk ditanami tanaman jenis varietas lokal dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegahan penjalaran api ke wilayah sekeliling”.
Pasal 98 ayat (1) :
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakaan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) paling bayak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). Pasal 98 ayat (2) UUPPLH:
“Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 98 ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah) dan paling banyak Rp.12.000.000.000,00 (dua belas milyar rupiah)”.
Pasal 98 ayat (3) UUPPLH:
“Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada yata (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dengan denda paling sedikit Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah)”.
Pasal 99 ayat (1) UUPPLH:
“Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara a,niem, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku mutu kerusakaan lingkungan hidup, dipidana degan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp.3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah)”.
Pasal 99 ayat (2) UUPPLH:
“Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 99 ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) dan paling banyak Rp.6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah)”.
34
Pasal 99 ayat (3) UUPPLH: “Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada pasal 99 ayat (1)
mengakibatkan luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp.3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) dan paling banyak Rp.9.000.000.000,00 (sembilan milyar rupiah)”.
Pasal 119 UUPPLH:
“Selain pidana yang dimaksud dalam Undang-undang ini, terhadap badan usaha yang dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa: a. Perampasaan keuntungan yang diperoleh b. Penutupan seluruh atau sebagian usaha dan/atau kegiatan c. Perbaikaan akibat tindak pidana d. Wajib dikerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak dan/atau e. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga)
tahun.
c. Undang-undang No. 39 Tehun 2014 tentang Perkebunan Pasal 56 ayat (1):
“setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengelola lahan dengan cara membakar”. Pasal 108:
“Setiap pelaku usaha perkebunan yang membuka dan/atau mengelola dengan cara membakar sebagian dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)”.
d. Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) Pasal 187 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam: a. Dengan pidana penjara paling dua belas tahun, jika karena perbuatan
tersebut di atas timbul bahaya umum bagi barang; b. Dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena
perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain; c. Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahay bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang lain.
Pasal 189 KUHP
“Barang siapa pada waktut ada atau akan ada kebakaran, dengan sengaja dan melawan hukum menyembunyikan atau membikin tak dapat dipakai perkakas-perkakas atau alat-alat pemadam api atau dengan cara apa pun merintangi atau menghalang-halang pekerjaan memadamkan api, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.
35
3. Jenis-jenis Pembakaran Hutan
Dilihat dari jenisnya, kebakaran hutan dibedakan kedalam tiga macam:
a. Kebakaran permukaan (surface fire)
Kebakaran permukaan yaitu kebakaran yang membakar bahan-bahan
yang tersebar pada permukaan lantai hutan, seperti: serasah, cabang
dan ranting mati yang gugur dan tumbuhan bawah.
Bentuk api dalam kebakaran hutan ini seperti api unggun, yang mana
angin yang memainkan peran dalam penyebaran api yang
menimbulkan kebakaran hutan.
b. Kebakaran bawah ( gound fire)
Kebakarn bawah yaitu kebakaran yang terjadi pada jenis tanah yang
mempunyai lapisan bahan organik tebal. Proses kebakaran bergerak
sangat lamban sehingga membakar seluruh bahan organik yang ada
diatasnya. Pengaruh angin dan faktor luar adalah relative kecil.
Terutama pengaruh angin terhadap penjara. Bentuk penjalaran pada
kebakaran bawah adalah berupa lingkaran yang berjalar sangat
lamban.
c. Kebakaran tajuk (crown fire)
Kebakaran tajuk yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan
dengan lapisan tumbuhan bawah yang tebal dan kering, seringkali
ditambah banyaknya sisa kayu penebangan atau bahan mati lainya.
Peristiwa kebakaran tajuk merupakan peristiwa kebakaran yang
besar dan biasanya merupakan akibat dari penjalaran kebakaran
permukaan. Pengaruh angin pada kebakaran tajuk sangat berarti
dalam menentukan dalam penyebaran api. 57
57 https://www.suduthukum.com/2017/04/jenis-jenis-kebakaran-hutan.html. Di akses pada 20 April 2018. Pukul 19.20.
36
4. Dampak dari Pembakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan masalah kebijakan. Dampak kebkaran
hutan merupakan rangkaian berbagai masalah. Tanpa mengakui bahwa
masalah sebenarnya menimbulkan dua implikasi penting:
a. Ada resiko bahwa semua kebakaran hutan dianggap sebagai masalah
daripada memikirkan bagaimana api bisa menjadi alat pengelolaan
lahan yang sesuai.
b. Kebakaran hutan memiliki dampak-dampak yang berbeda sesuai
dengan lokasi dan kawasan yang terkena dampak.
Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat
kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari
kebakran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain. Emapat dampak
yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan dampak terhadap
Sosial, Budaya, Ekonomi dan Ekologi dan kerusakan lingkungan.
Kebakaran hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi yang meliputi diantaranya
meliputi:
a. Terganggunya aktivitas sehari-hari, asap yang diakibatkan oleh
kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas sehari-hari di
dalam maupun di luar ruangan.
b. Menurunya produktivitas, terganggunya aktivitas manusia akibata
kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
c. Hilanggnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan.
Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari
mengelola hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula
areka kerja.
d. Meningkatkan hama, kebakaran hutan akan memusnahkan sebagain
sepesies dan merusak keseimbangan alam sehingga sepesies-sepesies
yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu,
37
terbakarnya hutan akan membuat sebagain binatang kehilangan
habitatnya.
e. Terganggunya kesehatan, kebakaran hutan berakibat pada
pencemaran udara oleh abu yang menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan manusia, anata lain infeksi saluran pernafasan,
iritasi kult, iritasi mata, dan lain-lain.
f. Menghabiskan anggaran negara, setiap tahunnya diperlukan biaya
yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan.
Merehabilitasi hutan yang terbakar serta dampak lain seperti
kesehatan masyarakat.
g. Menurunya devisa negara. Hutan menjadi salah satu sumber debisa
negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainya,
termasuk pariwisata.58
Dampak terhadap ekologis kerusakan lingkungan. Kebakaran
memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang
diantaranya:
b. Hilangnya sejumlah sepesies, kebakaran hutan juga mengancam
kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai sepesies
(tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.
c. Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (tanah dan batuan dan
pertikel lainya), hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai
penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan
menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi.
d. Alih fungsi hutan, kawasan hutan yang terbakar membutuhkan
waktu yang lama untuk menjadi hutan.
e. Penurunan kualitas air, salah satu fungsi ekologis hutan adalh dalam
daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya
kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air.
58 https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-kebakaran-hutan. Di akses pada 20 April 2018.
38
f. Pemanasan global, kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas
lainya. Dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan
hutan sebagai penyimpan karbon. Kedunya berpengaruh terhadap
perubahan iklim dan pemanasan global.
g. Sendimentasi sungai, debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi
akan mengendap disungai dan menimbulkan pendangkalan.
h. Meningkatnya bencana alam.
Dampak terhadap hubungan anatar negara. Asap hasil kebakaran
hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja
bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malasiya,
Brunei Darussalam. Dan Dampak terhadap perhubungan dan pariwisata,
kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung
ataupun tidak langsung. 59
5. Sanksi Tindak Pidana Pembakaran Hutan
Di dalam berbagai peraturan pelaksanaa tersebut hanya memuat dua
macam sanksi: sanksi pidana dan sanksi administratif, sedangkan yang
berkaitan dengan tanggung jawab perdata belum diatur secara khusus
dalam peraturan diatas. Tetapi dalam UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan telah diatur tiga jenis sanksi yang dapat diterapkan kepada
pelaku yang melakukan tindak pidana atau perbuatan melawan hukum.
Ketiga jenis sanksi yang diatur dalam UU Nomor 41 Tahun 1999,
yaitu:
1. Sanksi administratif (Pasal 80 ayat 2 UU No 41 Tahun 1999)
2. Sanksi pidana ( Pasal 79 UU Nomor 41 Tahun 1999)
3. Tanggung jawab perdata dan ganti rugi ( Pasal 80 ayat 1 UU Nomor
41 Tahun 1999)60
59 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 117. 60 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Cet. 1…, h. 147.
39
a. Sanksi Administrasi
Penerapan sanksi administrasi merupakan salah satu cara
penegakan hukum di bidang kehutanan yang paling efektif. Karena
dalam penerapanya sanksi ini tidak melalui proses yang panjang dan
berbelit-belit, sebagimana menggunakan prosedur biasa. Pejabat
yang berwenang, seperti mentri kehutanan atau kantor wilayar
departemen kehutanan dapat menjatuhkan sanksi secara sepihak
terhadap:
1) Pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan (HPH/.HPHTI)
2) Pemegang izin usaha pemanfaatan jasa lngkungan.
3) Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan atau izin
pemungutan.
Pasal 80 ayat (2) UU Nomor 41 Tahun 1999
Ada tiga unsur yang harus ada, supaya pelanggar dapat
dikenakan sanksi administratif, yaitu (1) adanya perbuatan yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku, (2) tidak dipenuhinya
kewajiban yang ditentukan, dan (3) adanya unsur kesengajaan atau
kelalaian dari pemegan izin hph atau pemegang izin eksploitasi
hutan lainya ( Pasal 1 Keputusan Kementrian Kehutanan, omor
493/Kpts-II/1989 tentang sanksi atas pelanggaran dibidang
kehutanan).
Ada lima golongan sanksi yang dapat dikenakan kepada
pemegang izin yang melakukan pelanggaran di bidang eksploitasi
hutan:
1. Penghentian pelayanan administartif
2. Menghentikan penebangan untuk jangka waktu tertentu
3. Pengurangan target produktif
4. Pengenaan denda
40
5. Pencabutan hak penusahan hutan (PHP) atau izin eksploitasi
hutan lainya ( Pasal 2 Keputusan Mentri Kehutanan nomor
493/Ktps-II/1989).61
b. Sanksi pidana
Sanksi pidana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Pemerintahan
nomor 28 1989 dan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahaun
1990.
Ada dua macam perbuatan pidana yang diatur dalam Pasal 18
Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 1985, yaitu kejahatan dan
pelanggaran.
Perbedan anatar kejahatan dan pelaggaran dapat dapat dianalisi
dari dua segi: kaulitatif da kuantitati.
Dari segi kualitatif, kejahatan merupakan delik hukum yaitu
perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, sedangkan
pelanggaran merupakan delik undang-undang, yaitu perbuata yang
oleh umum baru disadari dapat dipidana karena udanag-undang
mengancamnya degan pidana.
Dari segi kuantitatif, didasarkan pada segi
hukumannya/ancaman pidananya. Kejahatan hukumanya lebih berat
sedangkan pelaggaran hukumannya lebih ringan.
Perbuatan pidana yang termasuk dalam kategori kejahatan diatur
dalam Pasal 28 ayat 1 ayat 2 ayat 3 Peraturan Pemerintahan Nomor
28 Tahun 1985, sedangkan pelanggaran diatur dalam Pasal 18 ayat 4
ayat 5 Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 1985.
Ada empat macam hukuman yang diatur dalam Pasal 78 UU
omor 41 Tahun 1999 dan Pasal 18 PP Nomor 28 Tahun 1985, yaitu
(1) hukuman penjara, (2) hukuman kurungan, (3) hukuman denda,
dan (4) perampasan benda yang digunakan untuk melakukan
perbuatan pidana. 62
61 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Cet, 1…, h. 147-148. 62 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Cet, 1…, h. 155-156.
41
c. Tanggungjawab Perdata
Tanggung jawab perdata/hukuman denda atau tanggung jawab
gugatan perdata tidak diatur secara khusus dalam Peraturan
Pemerintahan Nomor 28 Tahaun 1985. Namun, tanggung jawab
perdata kini telah diatur dalam Pasal 80 ayat (1) UU Nomor 41
Tahun 1999 tentang kehutanan, ialah “setiap perbuatan melanggar
hukum yang diatur dalam undang-undang ini, dengan tidak
mengurangi sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 78,
mewajibkan kepada penanggungjawab untuk membayar ganti rugi
sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang ditimbulkan
terhadap Negara, untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan,
atau tindakan lain yang diperlukan”. Pasal 1365 KUH Perdata dan
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 4 Tahaun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Lingkungan Hidup jo. Pasal 34 samapi dengan
Pasal 35 UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup.63
B. Tindak Pidana Pembakaran Hutan Perspektif Hukum Islam
Hutan salah satu bagian dari lingkungan hidup merupakan karunia Allah
SWT dan merupak salah satu kekayaan alam yang sangat penting bagi umat
manusia. Allah menciptakan hutan bukan sekedar melengkapi keindahan
buminya. Untuk itu hutan harus diurus dan dikelola, hutan harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dan dilindung.
Manusia diperbolehkan memanfaatkan apa yang merupakan karunia
Allah, namun dalam memanfaatkannya ada aturan main yang harus dipegang
oleh manusia, di antaranya adalah tidak boleh memanfaatkan dengan tanpa
batas dan tanpa aturan. Karena kerusakan lingkungan salah satunya
63 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Cet, 1…, h. 165-167.
42
disebabkan oleh gaya hidup manusia konsumtif dan eksploitatif.64 Oleh
karena itu manusia harus senantiasa menjaga dan melindungi hutan dan
lingkungan hidupnya. Beberapa cara untuk melidungi hutan menurut syariah.
1. Perlindungan hutan
a. Pengelolaan hutan hanya dilakukan oleh negara saja, bukan oleh
pihak lain (swasta atau asing)
Hutan menurut syariah hanya boleh dilakukan oleh negara, sebab
pemanfaatan atau pengelolaan hutan tidak mudah dilakukan secara
langsung oleh orang perorangan. Serta membutuhkan keahlian,
sarana, atau dana yang besar.
b. Pengelolaan hutan dari segi kebijakan politik dan keuangan bersifat
sentralilas, sedangkan dari segi administrasi (ditangani pemerintahan
propinsi/wilayah).
c. Negara memasukkan segala pendapat hasil hutan kedalam Baitul
Mal (Kas negara) dan mendistribusikan dananya sesuai
kemaslahatan rakyat dalam koridor hukum-hukum syariah.
d. Negara boleh melakukan kebijakan hima atas hutan tertentu untuk
suatu kepentingan khusus.
Hima artinya kebijakan negara memanfaatkan suatu kepemilikan
umum untuk suatu keperluan tertentu, misalnya untuk keperluan
jihad fi sabililah.
Dalil bolehnya negara melakukan hima adalah hadits bahwa
Rosullah SAW telah melakukan hima atas Naqii (nama padang
gembalaan dekat Madinah) untuk kuda-kuda milik kaum muslimin
(HR Ahmad bin Ibnu Hibba).
e. Negara wajib melakukan pengawasan terhadap hutan dan
pengelolaan hutan.
fungsi pengawasan operasional lapangan ini dijalankan oleh lembaga
peradilan yaitu Muhtasib (Qadhi Hisbah) yang tugas pokoknya
64 Aziz Gufron dan Sabarudin, Islam dan Konservasi Lingkungan (Telaah Pemikiran Fiqih Lingkungn Yusuf Al-Qaradhawi), Milah Vol. VI. No.2. h. 63. Februari 2007. Diakases pada 10 Februari 2018. Pukul 10.31.
43
menjaga terpeliharanya hak-hak masyarakat secara umum (termasuk
pengelolaan hutan). Muhtasib misalnya mengenai pencurian kayu
hutan, atau pembakaran dan perusakaan hutan.
f. Negara wajib mencegah segala bahaya (dharar) atau kerusakan
hutan.65
Dalam kaidah fikih dikatakan “adh-dlarar yuzal”, artinya segala
bentuk kemudharatan atau bahaya itu wajib dihilangkan.
Ketentuan pokok ini banyak sekali cabang-cabang peraturan teknis
yang penting. Antara lain, negara wajib mengadopsi sains dan teknologi
yang penting yang dapat menjaga kelestarian hutan. Misalnya, tebang
pilih tanam Indonesia. Negara juga wajib melakukan koservasi hutan,
menjaga keanekaragaman hayati, melakukan penelitian hutan.
Namun dalam prakteknya pengelolaan hutan kebanyakan manusia
selalu mengabaikan kelestarian lingkungan dan selalu mengedepankan
ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak ekologis yang akan terjadi.
Keserakahan manusia yang dapat mendatangkan banyak kemudaratan
bagi manusia lainya. Illegal loging, pembakaran hutan dan pengalihan
fungsi yang mengakibatkan kerusakan bumi. Banjir dan kebakaran hutan
dari ulah manusia, banjir terjadi karena air hujan yang tercurah di muka
bumi tidak bisa ditampung oleh tajuk pohon. Perbuatan merusak hutan
merupakan pebuatan maksiat, yang dapat menimbulkan banyak
kemudaratan kepada orang lain.66
Firman Allah SWT Surat Al-Baqarah ayat 205:
65 Jeni Fitria, Sanksi Tindak Pidana Pembakaran Hutan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutan Persepektif Hukum Islam, (Skripsi S1 Fakultas hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,2017), h. 62-64.
66 www.KMNU.or.id/Konten-181-larangan-merusak-hutan-dalam-islam. Diakes pada 18 Mei 2018. Pukul 13.02.
44
Artinya:”Dan apabila iya berpaling (dari mukamu), ia berjalan dibumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah SWT tidak menyukai kebinasaan”. (Qs. Al-Baqarah: 205).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya jika orang munafik ini pergi
dari hadapan Muhammad dalam keadaan marah, berbuat dimuka bumi
dengan apa yang Allah haramkan padanya. Dan berusaha berbuat
maksiat kepada Allah., merampok dan merusak jalan hamba Allah. Dari
perbuatan Al Akhnas bin Syuraiq Ats-Tsaqafi, sebagaimana yang
diriwayatkan As-Suddi bahwasanya ayat ini diturunkan kepadanya
ketika membakar tanaman kaum muslim dan menyembelih binatang
ternak mereka.
Abu Ja’far berkata: ahli tafsir berbeda pendapat tentang bentuk
kehancuran yang dilakukan oleh orang munafik ini, sebagaimana yang
disifatkan oleh Allah bahwasanya mereka menghancurkan tanaman dan
binatang ternak. Dan sebagaiman berkata bahwa ayat ini turun terhadap
perbuatan mereka membunuh ternak dan membakar tanaman kaum
muslimin.67
Firman Allah SWT Surat Al-Qashas ayat 77 :
s
Artinya” Dan cari pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepada mu (kebehagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (nikmat) duniawi atau berbuat baik lah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan jangan lah kamu
67 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir At-Thabari, (Jakarta, PUSTAKA AZAM, 2008), H. 497-501
45
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang berbuat kerusakan”. ( Qs. Al-Qashas: 77).
Dan firman Allah SWT Surat Ar-Ruum ayat 41:
Artinya:”Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”. (Qs. Ar-Ruum: ayat 41)
Manusia yang mempersekutukan Allah, dan mengabaikan tuntunan-
tuntunan agama, berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat dan
lingkungan. Ini dijelaskan oleh ayat di atas denga menyatakan: telah
nampak kerusakan di daratan seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa
aman, dan kerusakan di lautan seperti kekurangan hasil laut da sungai,
dikarenakan perbuatan tangan manusia yang durhaka, sehingga akibatnya
Allah menciptakan yakni merasakan sedikit kepada mereka sebagian dari
akibat perbuatan dosa dan pelanggaran mereka, agar mereka kembali ke
jalan yang benar.
Ayat di atas menyebutkan daratan dan laut sebagai tempat terjadinya
Fasad itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan,
misalnya dengan terjadinya pembunuhan dan perampokan di kedua
tempat itu, dan dapat juga berarti bahwa daratan dan lautan sendiri telah
mengalami kerusakan, ketidakseimbangan serta kekurangan manfaat.
Laut telah tercemar sehingga ikan mati dan hasil laut berkurang. Daratan
semakin panas sehingga terjadi kemarau panjang. Alhasil keseimbangan
lingkungan menjadi kacau.68
Islam melarang seseorang melakukan kerusakan di muka bumi tidak
lain karena sesungguhnya bumi dan seisinya diciptakan oleh Allah SWT
68 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 76-77.
46
untuk dikelola dengan baik oleh manusia. Di dalam Surat Al-Araf ayat
56 Allah telah melarang manusia untuk berbuat kerusakan.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan) sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S Al-Araf : 56). Kaidah Fiqiyah menjelaskan tidak boleh membuat kemudharatan kepada
orang lain yakni:
رارَ ضِ الَ وَ رَ رَ ضَ الَ Artinya” Tidak diperbolekan membuat kemudharatan pada diri sendiri dan kemudharatan kepada orang lain”.69
Kaidah ini menjelaskan bahwa kita mestilah menolak kerusakan, dan
sebaliknya kita mesti memelihara kelestarian umum. Demikian juga
syari’at diciptakan melainkan untuk menjaga kemaslahatan manusia
sekarang dan yang akan datang. Seandainya hutan-hutan itu ditebang dan
dibakar dengan semena-mena, dirusak dengan semaunya, maka pada
dasarnya perlakuan itu adalah pelanggaran, yaitu pelanggaran berupa
perampasan hak orang-orang lain dan generasi yang akan datang.70
69 Muchlis Usman, Kidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyyah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 132.
70Hasbi Umar, Nalar Fiqih Konteforer, (Jakarta: Gunung Persada Press, 20070, H. 215.
47
2. Jenis-jenis jarimah
Jarimah dapat dibagi beberapa macam. Berdasarkan berat ringannya
hukuman, tindak pidana terbagi menjadi tiga macam.
a. Jarimah hudud adalah semua jenis tindak pidana yang telah
ditetapkan jenis, bentuk, dan sanksinya oleh Allah SWT dalam Al-
qur’an dan oleh Nabi dalam hadis, yaitu hukuman had (hak Allah),
yang tidak bisa ditawar dengan alasan apapun, meliputi zina, qadzaf
(menuduh zina), pencurian, perampokan, pemberontakan, meminum
minuman keras, riddah (murtad).
b. Jarimah QisasDiyat adalah hukuman pembalasan yang setimpal,
sama, dan sepadan dengan perbuatan pelaku terhadap korban.
Hukumannya ditentukan oleh perorangan yaitu korban dan walinya.
Meliputi pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja,
pembunuhan keliru, penganiayaan sengaja dan penganiayaan salah.
c. Jarimah Tak’zir adalah hukuman yang bersifat mendidik atas
perbuatan dosa yang tidak disebutkan secara tegas di dalam Al-
qur’an dan Hadits, hukumannya yang ditetapkan kepada otoritas
pemerintahan di suatu instansi atau negara. Untuk menentukan jenis
dan ukuranya menjadi wewenang hakim atau penguasa setempat.
Dalam memutuskan suatu jenis dan ukuran sanksi tak’zir ini harus
tetap memperhatikan nash keagaman secara teliti, baik, dan
mendalam sebab hal ini menyangkut kemaslahatan umum.71
Berdasarkan ketentuan tindak pidana jarimah tindak pidana
pemabakaran hutan termasuk kedalam tak’zir karena perbuatan yang
tidak disebutkan secara tegas oleh Al-qur’an dan hadits, dan hukuman
diserahkan kepada hakim.
71 M Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2016), h. 30.
48
3. Sanksi pembakaran hutan dalam Islam
Perbuatan melakukan pembakaran hutan merupakan ssesuatu yang
dilarang dalam Islam. Islam melarang seseorang berbuat kerusakan di
muka bumi tidak lain karena sesungguhnya bumi dan seisinya diciptakan
oleh Allah SWT untuk dikelola dengan baik oleh manusia. Hukum
pembakaran hutan di dalam Islam belum ditetapkan secara terperinci.
Pembakaran hutan berdasarkan ketentuan tindak pidana jarimah termasuk
kedalam tak’zir karena perbuatan tersebut tidak dijelaskan dalam Al-
qur’an dan hadits. Menurut Abd Qadir Audah, jarimah tak’zir terbagi
menjadi tiga:
Pertama, jarimah hudud dan qisas diyat yang dijelaskan dalam
Al’qur’an dan hadits akan tetapi mengandung unsur subhat atau tidak
memenuhi syarat untuk dijatuhi hukuman had dan qisas, seperti
percobaan pencurian,percobaan perampokan, percobaan pembunuhan,
percobaan perzinaan.
Kedua, jarimah tak’zir yang jenisnya telah ditentukan oleh nas, tapi
sanksinya diserahkan kepada penguasa atau hakim. Seperti sumpah
palsu, saksi palsu, mengingkari janji, penipuan.
Ketiga, jarimah takzir dan jenis sanksi secara penuh menjadi
wewenang penguasa demi terealisasinya kemaslahatan umum. Misalnya
pelanggaran terhadap peraturan lingkungan hidup, pelanggaran lalulintas,
dan pelanggaran terhadap peraturan pemerintahan lainya.72
Berdasarkan pembagian tindak pidana tak’zir, maka pembakaran
hutan termasuk kepada kategori tindak pidana tak’zir yang ketiga yang
jenis kejahatan-kejahatanan dan sanksinya menjadi wewenang penuh
penguasa demi terealisainya kemaslahatan umum. Hukumannya yang
tertuang dalam Pasal 50 dan Pasal 78 dalam Undang-Undgn Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Yang mana sanksinya bisa membuat
jera para pelaku tindak pidana pembakaran hutan, degan sanksi denda
72http://asrofiblog.blog.com/2015/04/jarimah-takzir-dalam-persepektif-hukum.html?m=1. Diakses 18 juli 2018.
49
Rp. 5.000.000.000.00 (lima milyar rupiah) atau dengan sanksi penjara 15
tahun. Sanksi tak’zir yang terberat adalah hukuman mati dan sanksi
tak’zir yang ringan adalah berupa peringatan. Berat ringannya hukuman
ditentukan kemaslahatan. Dalam hal ini penguasa harus
mempertimbangkan perbuatan yang telah dilakukan dan akibat terhadap
korban yang terkena dampak dari tindak pidana pembakaran hutan.
C. Penerapan Hukum Hakim
Penerapan hukum terhadap suatu pola tindak atau peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan manusia bertujuan untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban serta mewujudkan keadilan bagi manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi untuk mewujudkan
keadilan dalam kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari pemikiran
hukum yang diterapkan dan institusi yang diberikan kewenangan untuk
melakukan penegakan hukum.73
Penerapan dan Penegakan hukum merupakan dua istilah yang
sesungguhnya tidaklah sama. Pengertian penerapan hukum adalah suatu
peraturan atau perundang-undangan yang telah disahkan selanjutnya
diundangkan dilembaran negara, posisi ini undang-undang atau peraturan
tersebut telah diterapkan. Sedangkan pengertian penegakan hukum baru
dimulai pada saat hukum yang diterpkan tersebut dilanggar, maka hukum
tersebut ditegakkan.74
Menurut Muladi (1995: 41) sebagai suatu proses yang sistematik, maka
penegakan hukum pidana menampakan diri sebagai penerapan hukum pidana
(criminal law application) penerapan hukum haruslah dipandang dari 3 (tiga)
dimensi, yaitu:
73 Achmad Ali, Keterpurukan Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2001), h.v 10.
74 http://hendriesipahutar.blogspot.com/2012/10/penegakan-hukum.html . Diakses pada 21 september 2018. Pukul 09.20.
50
1. Penerapan hukum dipandang sebagai system normative (normative
system) yaitu penerapan keseluruhan aturan hukum yang
menggambarkan nilai-nilai social yang didukung oleh sanksi pidana.
2. Penerapan hukum dipandang sebagai system adminitratif
(administrative system) yang mencakup interaksi antara berbagai
aparatur penegak hukum yang merupakan sub-sistem peradilan
diatas.
3. Penerapan hukum pidana merupakan system social (social system)
dalam arti bahwa dalam mendefinisikan tindak pidana harus pula
diperhitungkan berbagai persepektif pemikiran yang ada dalam
lapisan masyarakat. Sehubungan dengan berbagai dimensi di atas
dapat dikatakan bahwa sebenarnya hasil penerapan hukum pidana
harus menggambarkan keseluruhan hasil interaksi antara hukum,
paraktek administratif dan pelaku social.75
Penegakan hukum dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakkan hukum
terhadap setiap pelnggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh
subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun prosedur arbitrase.
Dan dalam pengertian yang lebih luas lagi, kegiatan penegakkan hukum
mencakup pula segala aktifitas yang dimaksudkan agar hukum sebagai
perangkat kaidah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar taat
terhadap hukum. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu menyangkut
kegiatan penindakaan terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan
terhadap peraturan perundang-undangan, khususnya yang lebih sempit lagi
melalui peradilan pidana yang melibatkan peran aparat kepolisian, kejaksaan,
advokat, atau pengacara dan badan-badan peradilan.
75 M. Husein Maruapey, Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara (Analisis Krisis Terhadap Penistaan Agama oleh Gubernur DKI Jakarta), Jurnal Hukum Politik, Volume VII No.1/Juni 2017, h. 24-25. Diakases pada 21 september 2018. Pukul 09.20.
51
Penegakan hukum merupakan rangkaian proses penjabaran ide dan citra
hukum yang memuat nilai-nilai moral seperti keadilan dan kebenaran
kedalam bentuk-bentuk konkrit, dalam mewujudkannya membutuhkan suatu
organisasi seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga
pemasyarakatan sebagai unsur kelasik penegakaan hukum yang dibentuk oleh
Negara, dengan kata lain penegakan hukum pada hakikatnya mengandung
supermasi nilai substansial yaitu keadilan.76
Josep Golstein (Muladi 1995: 40), membedakan penegakan hukum
pidana menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Total enforcement, penegakan hukum pidana secara total ini tidak
mungkin dilakukan sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat
oleh hukum acara pidana yang anatar lain mencakup aturan-aturan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan
pemeriksaan pendahuluan. Disamping itu, mungkin terjadi hukum
pidana subtantif sendiri memberikan batasan-batasan.
2. Full enforcement, setelah ruang lingkup penegakan hukum pidana
yang bersifat total tersebut dikurangi dalam penegakan hukum ini
para penegak hukum diharapkan penegakan hukum secara maksimal.
3. Actual enforcement, dianggap not a realistic expectation, sebab
adanya keterbatasan-keterbatasan dalam bentuk waktu, personil,
alat-alat investigasi, dana dan sebagainya.77
D. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpentingan dalam
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, disamping itu
76 M. Husein Maruapey, Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara (Analisis Krisis Terhadap Penistaan Agama oleh Gubernur DKI Jakarta), Jurnal Hukum Politik, Volume VII No.1/Juni 2017, h. 24-25. Diakases pada 21 september 2018. Pukul 09.20.
77 M. Husein Maruapey, Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara (Analisis Krisis Terhadap Penistaan Agama oleh Gubernur DKI Jakarta), Jurnal Hukum Politik, Volume VII No.1/Juni 2017, h. 24-25. Diakases pada 21 september 2018. Pukul 09.20.
52
juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat.
Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka putusan
hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh
Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.78
Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya
pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian merupakan tahap yang
paling penting dalam pemeriksaan persidangan. Pembuktian bertujuan untuk
memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa yang diajukan itu benar-benar
terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak
dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa peristiwa itu
benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenarannya, sehingga napak adanya
hubungan hukum antara para pihak.79
Pertimbangan hakim adalah argument atau alasan yang dipakai oleh
hakim sebagai pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus
kasus. Menurut Rusli Muhammad dalam melakukan pertimbangan hakim ada
dua macam yaitu perimbangan secara yuridis dan non-yuridis:
a. Pertimbangan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan
pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan oleh
Undang-Undang ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam
putusan. Hal-hal yang dimaksud tersebut anata lain:
1) Dakwaan Penuntut umum
Dakwaan merupakan dasar hukum secara pidana karena
berdasarkan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Dakwaan
selain berisikan identitas terdakwa, juga memuat uraian tindak
78 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet V, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.140.
79 79 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet V, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.141.
53
pidana itu dilakukan. Dakwaan yang dijadika pertimbanga hakim
adalah dakwaan yangtelah dibacakan di depan sidang pengadilan.
2) Keterangan terdakwa menurut Pasal 184 butir e KUHAP,
digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa
yang dinyatakan terdakwa di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahuai sendiri atau dialami sendiri.
Keterangan terdakwa sekaligus juga merupakan jawaban atas
pertanyaan hakim, penuntut umum ataupun dari penasihat hukum.
3) Keterangan saksi
Keterangan saksi dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang
keterangan itu mengenai suatu peristiwa pidana yang didengar,
dilihat, dalami sendiri, dan harus disampaikan di dalam sidang
pengadilan dengan mengangkat sumpah. Keretangan saksi menjadi
pertimbangan utama oleh hakim dalam putusan.
4) Barang-barang bukti
Pengertian barang bukti adalah semua benda yang dapat
dikenakan penyitaan dan diajukan oleh penuntut umum di depan
sidang pengadilan.
5) Pasal-pasal dalam peraturan hukum pidana
Dalam peraktek persidangan, pasal peraturan hukum pidana itu
selalu dihubungkan dengan perbuatan terdakwwa. Dalam hal ini,
penuntut umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan
memeriksa melalui alat-alat bukti tentang apakah perbuatan
terdakwa telah atau tidak memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan
dalam pasal peraturan hukum pidana.80
b. Pertimbangan non-yuridis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan sosiologis
adalah sebagai berikut:
80 Nurhafifah dan Rahmiati, Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Pidana Terkait Hal Yang Memberatkan dan menringankan putusan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 66, Th, XVII(Agustus 2015), PP,341-362. Diakses Pada Selasa 18 September 2018. Pukul 15.38.
54
1) Latar belakang terdakwa
Latar belakang terdakwa adalah setiap keadan yang
menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras pada diri
terdakwa dalam melakukan tindak pidana criminal.
2) Akibat perbuatan terdakwa
Perbuatan pidana yag dilakukan terdakwa sudah pasti membawa
korban ataupun kerugian pada pihak lainya. Bahkan akibat dari
perbuatan terdakwa dari kejahatan yang dilakukan tersebut dapat
pula berpengaruh buruk kepada masyarakat luas, paling tidak
keamanan dan ketentraman mereka senantiasa terancam.
3) Kondisi diri terdakwa
Pengertian kondisis terdakwa sebelum melakukan kejahata,
termasuk pula setatus sosial yang melekat pada terdakwa, keadaan
fisik dimaksudkan adalah usia dan tingkat kedewasaa, sementara
keadaan psikis diamksudkan adalah berkaitan dengan perasaan yang
dapat berupa: tekanan dari orang lain, pikiran sedang kacau, keadaan
marah dan lain-lain. Adapun yang dimaksud setatus sosial adalah
predikat yang dimiliki dalam masyarakat.
4) Agama terdakwa
Keterikatan para hakim terhadap ajaran agama tidak cukup bila
harus meletakaan ukuraan dari setiap tindakkan baik tindakkan para
hakim itu sendiri maupun dan terutama terhadap tindak pidana
pembuat kejahatan
Pertimbangan hakim secara non-yuridis juga disebut dengan
sosiologis. Pertimbangan hakim secara sosiologis diatur dalam Pasal
5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tantang kekuasaan
kehakiman menyataka bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan secara
55
sosiologis oleh hakim dalam menjatuhkan putusaan terhadap suatu
kasus, antara lain:
a) Memperhatikan sumber hukum yang tidak tertulis dan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.
b) Memperhatikan sifat baik dan buruk dari terdakwa serta nilai-
nilai yang meringankan maupun hal-hal yang memberatkan
terdakwa.
c) Memperhatikan ada atau tidaknya perdamaian kesalahan,
peranan korban
d) Faktor masyarakat yakini lingkungan di mana hukum tersebut
berlaku dan ditetapkan.81
E. Posisi Kasus
Terdakwa dalam kasus tindak pidana pembakaran hutan di Sumatra
adalah terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI. Lahir di Idanogawa
(Nias) umur 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, dan bertempat tinggal Barak K-
057BSBI Dusun Bagan Toreh Desa Sei meranti Kecamatan Torgamba,
Kabupaten Labuanbatu Selatan Provinsi Sumatra Utara, beragama Kristen
Protestan, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan tenaga kerja kontruksi di
PT.SBI. Dan terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA. Lahir di Kaendafo
(Nias) umur 18 tahun 3 bulan, jenia kelamin laki-laki, dan bertempat tinggal
Barak K-057BSBI Dusun Bagan Toreh Desa Sei meranti Kecamatan
Torgamba, Kabupaten Labuanbatu Selatan Provinsi Sumatra Utara, beragama
Kristen Protestan, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan tenaga kerja
kontruksi di PT.SBI. 82
Terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI dan terdakwa II.
FIKANA LAIA alias FIKANA pada hari selasa tanggal 14 Juni 2016 sekitar
81 Nurhafifah dan Rahmiati, Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Pidana Terkait Hal Yang Memberatkan dan menringankan putusan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 66, Th, XVII(Agustus 2015), PP,341-362. Diakses Pada Selasa 18 September 2018. Pukul 15.38.
82 Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses pada tanggal 1 Agustus 2018, dari putusan.mahkamahagung.go.id, h. 1.
56
pukul 19.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Juni
2016 bertempat di Blok K-057 area! Hutan Tanaman Industri Konsesi
PT.SINAR BELANTAR INDAH di Dusun Bagan Toreh Desa Sei meranti
Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuanbatu Selatan Provinsi Sumatra
Utara atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Rantau prapat, mereka telah
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan perbuatan
dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
ayat (3) huruf d yang berbunyi “setiap orang dilrang membakar hutan”.
Perbuatan mana dilakukan oleh para terdakwa dengan cara sebagai berikut:
Bahwa pada awalnya PT. Sinar belantara indah (PT.SBI), yang mendapat
ijin dari Kementrian kehutanan dengan Surat Keputusan Mentri kehutanan
Republik Indonesia nomor: 194/Kpts-i 1/1997 tanggal 4 April 1997 tentang
pemberian hak Pengusahan Hutan Tanaman Industri Pola transmigrasi atas
Areal hutan Seluas ± 6.200 (enam ribu dua ratus) Hektar di Provinsi daerah
Tingakt I Sumatra Utara PT. Sinar Belantara Indah dan Surat Keputusan
Menteri kehutanan Republik Indonesia nomor: SK/170/menhum/I/2010,
tentang penetapan batas areal batas hak pengusaha hutan tanaman industri
pola transmigrasi (HPHTI-TRANS) PT. Sinar Blantra Indah seluas 5.197,36
(limar ribu seratus sembilan puluh tujuh, tiga puluh enam perseratus) hektar
di Provinsi Sumatra Utara.
Bahwa pada hari minggu tanggal 12 Juni 2016 sekitar pukul 05.00 Wib,
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama jeli dan terdakwa II. Fikana Laia alias
Fikana pagi mencari Damar di daerah Dusun Bagan Toreh Desa Sei meranti
Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuanbatu Selatan dan selanjutnya pada
saat terdakwa I dan terdakwa II melintas di pondokan Dusun Bagan Toreh
Desa Sei meranti Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuanbatu Selatan,
kemudian Selamat (Dpo) memanggil terdakwa I dan terdakwa II untuk
singgah kepondoknya, kemudian Selamat bertanya kepada terdakwa I dan
terdakwa II “kalian tinggal di Barak K-057”, dan dijawab terdakwa I dan
57
terdakwa II “ia”, lalu Selamat bertanya “berani kalian membakar lokasi
tanaman kayu Eucaliptus yang berberada di belakang barak kalian itu, kalu
berani membakarnya akan saya berikan uang sebesar Rp. 500.000.-(lima ratus
ribu rupiah) per orang”, dan terdakwa I dan terdakwa II menyetujui dan
menjawab “ia”, lalu Selamat mengatakan “apabila kalian berani dan sudah
selesai membakarnya nanti, jumpai saya dan saya berikan uang tersebut”, dan
terdakwa I dan terdakwa II menyetujuinya, kemudian terdakwa I dan
terdakwa II pergi melanjutkan mencari damar.
Selanjutnya pada hari selasa tanggal 14 Juni 2016 sekira pukul 19.00
Wib terdakwa I dan terdakwa II berada di dalam barak dan merencanakan
pembakaran hutan tersebut, selanjutnya terdakwa I dan terdakwa II berangkat
dari barak dengan berjalan kaki ke arah belakang barak, dan terdakwa I dan
terdakwa II sudah mempersiapkan dengan membawa 1 buah mancis warna
putih dan gas warna hijau, dan sekitar ± 50 meter dari belakang barak
terdakwa I dan terdakwa II berhenti di sebuah rumah atau pondok yang
dilokasi ada tanaman kayu Eucaliptus dan selanjutnya terdakwa II meminta
mancis kepada terdakwa I untuk membakar daun kering yang
dikumpulkannya, dan setelah menyala terdakwa II memberikan mancis
kepada terdakwa I dan terdakwa I membakar daun kering yang sudah di
kumpulkan, kemudian mancis tersebut diberikan kepada terdakwa II,
selanjutnya terdakwa I dan terdakwa II melihat api ada 2 (dua) titik lalu
terdakwa I dan terdakwa II pulang ke pondok atau barak tempat tinggalnya.
Dan setelah tiba di barak terdakwa I dan terdakwa II melihat kobaran api di
lokasi yang dibakar sudah marak terbakar.
Pengambilan titik koordinat pada areal konsesi hutan tanaman industri
PT. Sinar Belantara Indah yang terdapat kebakarn di Dusun Bagan Toreh
Desa Sei meranti Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuanbatu Selatan
terdapat 4 (empat) titi koordinat yaitu:
58
1. LU (N): 01º 28’ 01,8” dan BT (E): 100º 21’ 41,8” (Lokasi lahan
terbakar).
2. LU (N): 01º 28’ 01,2” dan BT (E): 100º 21’ 40,9” (Lokasi lahan
terbakar).
3. LU (N): 01º 28’ 02,1” dan BT (E): 100º 21’ 41,8” (Lokasi lahan
terbakar).
4. LU (N): 01º 28’ 01,4” dan BT (E): 100º 21’ 41,1” (Lokasi lahan
terbakar).
Dan hasil ploting terhadap peta kawasan hutan Provinsi Sumatra Utara
(Lampiran SK Menhut Nomor: 579/II-Menhut/2014 tanggal 24 juni 2014
bahwa lokasi yang terbakar tersebut seluas lebih kurang 4 rante dan
keseluruhan berada pada kawasan hutan produksi tetap (HP) dan dalam arel
kerja HTI PT. Sinar Belantara Indah.83
Akibat dari perbuatan terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI
da terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA, jaksa penuntut umum
menuntut perbuatan terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI da
terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA dengan:
1. Menyatakan terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI da
terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana “secara bersama-sama dengan sengaja
membakar hutan” sebagaimana di atur dan diancam pidana dengan
dakwaan Pasal 78 ayat (3) jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah dan ditambah dengan UU
No. 19 Tahun 2004 tentang penetapan peraturan pengganti UU No. 1
Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Perusakan
Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1 KUHPidana.
83 Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses pada tanggal 1 Agustus 2018, dari putusan.mahkamahagung.go.id, h. 4-7.
59
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I. ODODOGO HURA alias
AMA JELI da terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA dengan
pidana penjara masing-masing selama 3 (tiga) tahun dan 6 (enam) bulan
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dan denda sebesar Rp.
1.000.000.000 (satu milyar rupiah) subsidair 6(enam) bulan kurungan.
3. Menyatakan barang bukti berupa:
a. 1 (satu) buah mancis warna putih dengan gas warna hijau;
dimusnahkan.
b. 3 (tiga potong kayu hutan jenis Eucaliptus yang sudah terbakar.
Dikembalikan kepada pihak PT. Sinar Belantara Indah Bagan Toreh
melalui saksi Robin Roni Pardede.
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara masing-
masing sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah).84
84 Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses pada tanggal 1 Agustus 2018, dari putusan.mahkamahagung.go.id, h. 3.
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN NOMOR: 680/PID.SUS/2016/PT.RAP
A. Faktor-Faktor Terjadinya Pembakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan pada umumnya diklasifikasikan menjadi
dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
1. Faktor alam
Adapun ada beberapa kejadian alam yang bisa menyebabkan
kebakaran hutan terjadi. Kebakaran hutan oleh faktor alam biasanya
tidak menimbulkan dampak luas. Dan tidak menimbulkan kerugian
besar kebakaran hutan yang disebabkan oleh kesengajaan manusia.
Berikut ini beberpa kejadian alam yang memicu kebakaran hutan.
a. Musim kemarau panjang. Musim kemarau yang berkepanjangan
dapat berakibat naiknya suhu diberbagai wilayah termasuk
hutan. Suhu yang tinggi tersebut dapat memicu kebakaran hutan.
b. Sambaran petir. Sambaran petir juga dapat berpotensi
menyebabkan kebakaran hutan.
c. Grownd fire (tanah api) merupakan kebakaran yang terjadi di
dalam lapisan tanah. Biasanya, kebakaran ini terjadi di daerah
yang memiliki lahan gambut sehingga lahan gambut tersebut
terbakar ketika suhu udara seiring kemarau panjang yang terjadi.
2. Faktor Manusia
Kebakaran yang disebabkan kesengajaan manusia. Bencana
kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan merupakan
bencana tahunan yang telah terjadi di indonesia sejak lama. Faktor
kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia.
60
61
a. Pembakaran lahan tidak terkendali akan memberikan dampak
akibat hutan gundul. Penyebab kebakaran hutan yang terjadi
akibat kesengajan manusia. Pembukaan lahan perkebunan
biasanya merupakan latar belakang dilakukan pembakaran
lahan.
b. Konflik antara perusahan dan pemilik lahan. Perusahan yang
ingin mengambil alih lahan dari masyarakat pemilik lahan
biasanya melakukan pembakaran terhadap lahan yang
disengketakan.
c. Faktor ekonomi masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang ingin
membuka lahan dan hanya memiliki sedikit biayanya melakukan
cara instan untuk pembukaan lahan. Membakar hutan untuk
membuka lahan baru. Metode pembakaran ini merupakan
metode yang paling murah, mudah dan efesien. Namun akibat
tindak terkendalinya pembakaran tersebut, api merambat
kemana-mana dan menimbulkan kebakaran.
d. Kurangnya penegakan hukum. Meskipun aturan mengenai
pembakaran hutan jelas-jelas dilarang, namun aturan yang
melanggar masih lemah, akibatnya banyak oknum yang
melanggar aturan dan membakar hutan secara besar-besaran.85
Faktor lain yang mempengaruhi kebakaran hutan.
Kejadian kebakaran hutan tidak luput dari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prilaku api. Faktor tersebut dapat mempengaruhi
kebakaran hutan secara langsung dan tidak langsung, sehingga lebih sulit
dipadamkan dan bahkan dapat terjadinya kebakran hutan kedua. Faktor
lainnya:
85 Jeni Fitria. “Sanksi Pidana Pembakaran Hutan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 19999 Tentang Kehutanan Persefektif Hukum Islam.” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).
62
1. Jenis bahan bakar
Jenis tanaman rerumputan dan semak belukar merupakan jenis bahan
bakar permukaan.
2. Topografi lahan
Kondisi topografi lahan di desa yang terjadi kebakaran, berpengaruh
besar terhadap efektifitas kegiatan pemadaman kebakaran hutan.
Factor topografi yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan
mencakup tiga hal yaitu kemiringan, arah lereng dan medan.
3. Faktor hidrologi
Keberadan mata air (sumber air) yang terbilang jauh dari tempat
kebakarn hutan.
4. Faktor cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan. Meliputi
angina, suhu, curah hujan, keadaan air tanah dan kelembaban relatif.
5. Faktor iklim
Musim kemarau yang mempengaruhi tingkat kekeringan bahan
bakar secara signifikasikan yang menyebabkan proses kebakaran
hutan semakin mudah terjadi.86
Factor lain yang mempengaruhi kerentanan terhadap bencana
kebakaran hutan yaitu,
1. Ketersedian pasokan air
Banyaknya gambut di dalam hutan yang mengalami pengeringan
yang berlebihan di musim kemarau dan mudah terbakar. Kurang nya
ketersedian pemasokan air di daerah hutan yang gambutnya
mengalami pengeringan sangat dibutuhkan dalam kegiatan
pemadaman api akibat terbakarnya gambut tersebut.
86 Irwandi, Jumandi, Ismail B, Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur, Jurnal AGRIFOR, Vol, XV Nomor 2, 13 Aspril 2018
63
2. Vegetasi gambut
Penyebab semkin hebatnya kebakaran hutan dan lahan gambut yang
menyimpan panas, dengan mudah terjadinya kebakaran hutan.
3. Vegetasi kayu
Pembalakan kayu memicu meningkatnya kerawanan kebakaran htan
dan lahan. Kegiatan memanen kayu yang tidak menerapkan asas
kelestarian juga dapat menjadi bencana kebakaran hutan dan lahan .
4. Jejaring jalan
Dengan jaringan jalan yang memadai akan memudahkan mobilisasi
peralatan dan juga tenaga untuk penanggulangan kebakaran yang
terjadi.87
B. Penerapan Hukum dan Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor:
680/PID.SUS/2016/PN.RAP
1. Pertimbangan Hakim
Dalam putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat dengan Nomor:
680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA
JELI. Lahir di Idanogawa (Nias) umur 30 tahun, jenis kelamin laki-laki,
dan bertempat tinggal Barak K-057BSBI Dusun Bagan Toreh Desa Sei
meranti Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuanbatu Selatan Provinsi
Sumatra Utara, beragama Kristen Protestan, kewarganegaraan Inonesia,
pekerjaan tenaga kerja kontruksi di PT.SBI. Dan terdakwa II. FIKANA
LAIA alias FIKANA. Lahir di Kaendafo (Nias) umur 18 tahun 3 bulan,
jenia kelamin laki-laki, dan bertempat tinggal Barak K-057BSBI Dusun
Bagan Toreh Desa Sei meranti Kecamatan Torgamba, Kabupaten
Labuanbatu Selatan Provinsi Sumatra Utara, beragama Kristen Protestan,
kewarganegaraan Inonesia, pekerjaan tenaga kerja kontruksi di PT.SBI.
87 Rosmayanai Noor Latifah dan Adjie Pamungkas, Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjar, Jurnal Teknik Pomits, h. 3. Diakases pada 22 september 2018. Pukul 14.40.
64
telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan pidana “
secara bersama-sama dengan sengaja membakar hutan” dengan hal
tersebut selanjutnya Majlis Hakim akan mempertimbangkan fakta-fakta
yang terdapat di dalam persidangan yang melanggar Pasal 78 ayat (3) jo
Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
yang sudah diubah dan ditambah dengan UU No. 19 Tahun 2004 tentang
penetapan peraturan pengganti UU No. 1 Tahun 2004 tentang perubahan
atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1
KUHPidana yangberbunyi: “setiap orang dilarang membakar hutan”.
Unsur-unsur pasal tersebut yaitu: pertama, setiap orang; maksud dari
unsur setiap orang adalah siapa saja tanpa terkecuali termasuk terdakwa
selaku subjek hukum pendukung hak dan kewajiban yang kepadanya
tidak terdapat hal tentang pengecualian dalam pertanggungjawaban suatu
perbuatan pidana yang dilakukan yang dalam hal ini terdakwa dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani serta terdakwa identitas para terdakwa
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Majlis Hakim dan
Jaksa Penuntut Umum. Kedua, dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (3) huruf d yang berbunyi
“setiap orang dilarang membakar hutan” terdakwa I dan terdakwa II
selaku pekerja di PT. Sinar Belantara Indah sadar akan perbuatnya yang
melakukan perbuatan membakar hutan dalam areal PT. Sinar Belantara
Indah yang diberikan hak pengusahaan hutan industri pola transmigrasi
atas areal hutan seluas ±6.200 hektar oleh Kementrian Kehutanan yang
terdapat kayu eucaliptus yang terdapat di belakang baraknya (pondok)
dengan 1 buah mancis berwarna putih dan gas berwarna hijau. Ketiga,
mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta
melakukan perbuatan; yang dimaksud dengan unsur mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan
perbuatan adalah seorang yang telah mewujudkan segala perbuatan
pidana tersebuat, dan orang yang menyuruh melakukan setidaknya
65
terdapat dua orang yang menyuruh dan disuruh, peran terdakwa I dan
terdakwa II dalam perbuatanya yang dengan sengaja/dikehendaki telah
membakar hutan tanaman industri areal lokasi PT. Sinar Belantara Indah
tersebuat adalah suruhan dan karena janji akan diupah oleh yang
bernaman Selamat. 88
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari dakwaan Pasal 78
ayat (3) jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan yang sudah diubah dan ditambah dengan UU No. 19 Tahun
2004 tentang penetapan peraturan pengganti UU No. 1 Tahun 2004
tentang perubahan atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU
No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Perusakan Hutan Jo Pasal 55
Ayat (1) ke1 KUHPidana tersebut telah terpenuhi dan terbukti, maka
terdakwa Ododogo Hura alias Ama Jeli dan terdakwa Fikana Laia alias
Fikana harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja melakukan kegiatan
perkebunan tanpa ijin dalam kawasan hutan” oleh karena para terdakwa
harus dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatanya.
Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan hukuman pada terdakwa
Majlis Hakim akan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan;
Hal-hal yang memberatkan:
1. Perbuatan para terdakwa merugikan PT. Sinar Belantara Indah;
2. Perbuatan para terdakwa akan membahayakan lahan yag lainya;
Hal-hal yang meringankan;
1. Para terdakwa mengakui dan menyesali perbuatanya;
2. Para terdakwa bersifat sopan di persidangan;
3. Para terdakwa memiliki keterbatasan pengetahuan untuk mengetahui
arel PT. Sinar Belanatar Indah;
88 Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses pada tanggal 1 Agustus 2018, dari putusan.mahkamahagung.go.id, h. 24-30.
66
4. Para terdakwa belum menikmati hasil kejahatanya dan belum pernah
dihukum;89
Maka berdasarkan pada keputusan Pengadilan Negeri Rantauprapat
dengan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap hakaim menyatakan:
1. Menyatakan terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI dan
terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana “ secara bersama-sama membakar hutan”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Pasal 78
ayat (3) jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan yang sudah diubah dan ditambah dengan UU No. 19
Tahun 2004 tentang penetapan peraturan pengganti UU No. 1 Tahun
2004 tentang perubahan atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Perusakan Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1 KUHPidana;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I. ODODOGO HURA alias
AMA JELI dan terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA oleh
karenanya dengan pidana penjara masing-masing selama 6 (enam)
bulan dan dihukum untuk membayar denda sebesar Rp.
1.000.000.000;- (satu milyar rupiah), dengan ketentuan apabila
denda tidak dibayar dapat diganti dengan 3 (tiga) bulan kurungan;
3. Menetapkan penahanan yang telah dijalani para terdakwa akan
dikurangkan seluruhnya hukuman pidana yang yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan afar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menyatakan barang bukti berupa:
1. 1 (satu) buah mancis warna putih dengan gas warna hijau;
dimusnajkan;
2. 3(tiga) potong kayu jenis Eucaliptus yang sudah terbakar;
Dikembalikan kepada pihak PT. Sinar Belantara Indah Bagan Toreh
melalui saksi Roni Pardede.
89 Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses pada tanggal 1 Agustus 2018, dari putusan.mahkamahagung.go.id, h. 30-31.
67
6. Menetapkan agar para terdakwa dibebani membayar perkara masing-
masingsebesar Rp. 5000;- (lima ribu rupiah);.90
2. Analisis Penulis Terhadap Penerapan Hukum terhadap Putusan
Nomor: 680/PID.SUS/2016/PN.RAP
Penerapan hukum dalam putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap
didasarkan hasil pemeriksaan. Dalam putusan ini jaksa penuntut umum
mendakwa dengan dakwaan tungggal yaitu melanggar Pasal 78 ayat (3)
jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
yang sudah diubah dan ditambah dengan UU No. 19 Tahun 2004 tentang
penetapan peraturan pengganti UU No. 1 Tahun 2004 tentang perubahan
atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1
KUHPidana; yang berbunyi: “secara bersama-sama membakar hutan”.
Dengan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Setiap orang
2. dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 50 ayat (3) huruf d yang berbunyi “setiap orang
dilarang membakar hutan”
3. unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan
turut serta melakukan perbuatan
Menurut analisis penulis penerapan hukum terhadap putusan Nomor:
680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap sudah tepat karena terdakwa I ODODOGO
HURA alias AMA JELI dan terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA
didakwa dengan menggunakan Pasal 78 ayat (3) jo Pasal 50 ayat (3)
huruf d UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah
dan ditambah dengan UU No. 19 Tahun 2004 tentang penetapan
peraturan pengganti UU No. 1 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU
No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun 2013
90 Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses pada tanggal 1 Agustus 2018, dari putusan.mahkamahagung.go.id, h. 31-33.
68
tentang Pencegahan dan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1
KUHPidana dan diancam hukuman penjara masing-masing 3 (tiga) tahun
6 (bulan) dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000, (satu milyar rupiah).
3. Analisis Penulis Terhadap Pertimbangan Hakim terhadap Putusan
Nomor: 680/PID.SUS/2016/PN.RAP
Bila meninjau dari putusan Nomor 680/Pid.Sus/2018/PN.Rap
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa hakim menyatakan
terdakwa I dan terdakwa II (SAH) telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama
membakar hutan” vonis hukuman di jatuhkan dengan memperhatikan
berbagai pertimbangan, mulai dari tuntutan, pemeriksaan di persidangan,
dan barang bukti.
Melihat kepada besarnya hukuman yang dijatuhkan yaitu 6 (enam)
bulan penjara, menurut penulis hukuman yang dijatuhkan oleh hakim
sangat ringan untuk terdakwa, menurut ketentuan pidana kehutanan
diatur dalam Pasal 78 ayat (3) jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah dan ditambah dengan
UU No. 19 Tahun 2004 tentang penetapan peraturan pengganti UU No. 1
Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Perusakan
Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1 KUHPidana; yang menyebutkan
“barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam pidana penjara
palinglama 15 (lima belas) Tahun penjara dan denda paling banyak Rp.
5000.000.000;- (lima milyar rupiah)”. Demikian pula hukuman yang di
tuntutan oleh penuntut umum 3 (tiga) tahun penjara lebih ringan dari
tuntutan maksimal dari Pasal 50 ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999.
69
Putusan Nomor 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap atas nama Ododogo Hura
alias Ama Jeli dan Fikana Laia alias Fikana, merumuskan unsur-unsusr
dalam Pasal ini, yakni:
1. Setiap orang
2. Dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf d yang berbunyi “setiap orang dilarang
membakar hutan
3. Unsur yang mereka melakukan, menyuruh melakukan, dan turut serta
melakukan perbuatanya.
Terpenuhinya unsur-unsur di atas maka bagi pelaku patut dimintakan
pertanggungjawaban. Menurut pertimbangan Majlis Hakim tindakan
pelaku tersebut telah memenuhi unsur-unsurnya sehingga bagi pelaku
patut untuk dimintakan pertanggungjawabannya berupa sanksi pidana
yang diatur dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d UU Nomor 41 Tahun 1999
tentang kehutanan.
Bila dilihat dari ketentuan yang diatur dalam pasal, pembuat undang-
undang membuat sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang
melanggarnya. Yakni berupa penjara maksimal 15 (lima belas) tahun
penjara dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000;-(lima milyar
rupiah).
Dalam putusan Nomor 680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap Majlis Hakim
menjatuhan hukuman masing-masing selama 6 (enam) bulan dan denda
masing-masing Rp.1.000.000.00;- (satu milyar rupiah) tersebut
didasarkan pada pertimbangan hal-hal yang dapat memberatkan dan
meringankan hukuman. Dalam putusannya, hakim menyebutkan hal atau
keadaan yang dapat memberatkan terdakwa yaitu bahwa “perbuatan
terdakwa mengakibatkan kerugian terhadap PT. Sinar Belantara Indah
dan membahayakan lahan yang lain yang dapat mengakibatkan
meluasnya kebakaran hutan” dan hal-hal yang meringankan terdakwa
yaitu bahwa “terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya, bersikap
sopan di depan persidangan, kurangnya pengetahun atas batasan wilayat
70
PT. Sinar Belantara Indah, belum menikmati hasil dari kejahatannya dan
belum pernah dihukum.
Padahal kalau kita melihat kepada akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan terdakwa bukan hanya saja kerugian yang akibat terjadi
kebakaran di areal PT. Sinar Belanatara Indah akan tetapai akan
terjadinya peluasan kebakaran hutan dan kabut asap yang menimbulkan
pencemaran udara yang mengganggu aktifitas masyarakat dan timbulnya
penyakit akibat asap yang dihasilkan oleh kabakaran hutan tersebut.
Kebakaran hutan bukan hanya akan menimbulkan kabut asap akan tetapi
terjadinya kerusakan alam yang lainya yaitu terjadinya banjir, longsor
yang terjadi akibat dari pohon yang terbakar tidak bisa menampung air
hujan yang turun dan terjadinya kerusakan ekosistem dan lingkungan
merupak suatu kejahatan. Demikian Analisis Putusan Nomor
680/Pid.Sus/2016/PN.Rap dalam hukum positif.
4. Analisis putusan hakim dalam persepetif hukum Islam
Perbuatan melakukan pembakaran hutan merupakan sesuatu yang
dilarang oleh Islam. Islam melarang seseorang membuat kerusakan di
muka bumi tidak lain karena sesungguhnya bumi dan seisinya di ciptakan
oleh Allah SWT untuk dikelola dengan baik oleh manusia. Di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Araf ayat 56 Allah telah melarang manusia untuk
berbuat kerusakan.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan) sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S Al-Araf : 56).
71
Dalam hukum Islam membuat kerusakan pada satu bagian
lingkungan di muka bumi semakna dengan merusak lingkungan hidup
keseluruhan. Karena sebagian kerusakan di muka bumi membuat
kerusakan yang lain dengan perbutan pembakaran hutan bukan hanya
kerusakan hutan saja akan tetapi membuat kabut asap yang berakibat
terjadinya pencemaran udara yang akan menimbulkan penyakit terhadap
masyarakat.
Dalam hukum Islam tindak pidana terbagi menjadi tiga macam yaitu:
Qishash, Hudud, Tak’zir. Jarimah Qishash merupakan hukuman bagi
tindak pidana yang berhubungan dengan badan yang bentuk hukumanya
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Sedangkan
jarimah Hudud hukuman yang sudah ditentukan besarnya oleh Allah
SWT sehingga tidak bias di kurangkan dan dilebihkan. Sedangkan
jarimah Tak’zir merupakan hukuman yang diterapkan di luar dari konteks
Qishash, Hudud, yang mana besar hukumannya tergantung dari putusan
Hakim yang menangani dan memutus perkara tersebut.91
Perbuatan membakar hutan dikategorikan sebagai tindak pidana
(Jarimah). Di dalam tindak pidana Islam (Fiqih Jinayah) suatu perbuatan
tindak pidana (Jarimah) terdapat beberapa hukum yang menyertainya.
Berkaitan dengan hukuman, sanksi, ketentuan sanksi terhadap perbuatan
pembakaran hutan dalam syariat Islam memang tidak dijelskan secara
jelas dan terperinci baik dalam Al-Qur’san dan Hadits, namun bukan
berarti pelaku pembakaran hutan lebas dari yang namanya hukuman.
Menurut penulis perbuatan membakar hutan termasuk kepada kategori
Jrimah Tak’zir karena jelas perbuatan tersebut dilarang oleh syara’.
Hukuman tak’zir dapat berupa hukuman badan (hukuman mati dan
cambuk), hukuan tak’zir yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang
(hukuman penjara dan hukuman pengasingan), hukuman tak’zir
berkaitan dengan harta (denda, penyitaan, penghancuran benda), sanksi
91 M Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, 2016), h. 30.
72
lain yang ditentukan Ulil Amri atau Hakim dalam kemaslahatan umum
(peringatan keras, dihadirkan di hadapan sidang, nasihat, celaan,
pengucilan, pemecatan dan pengumuman kesalahan secara terbuka
seperti diberitakan di media cetak atau elektronik. Akan tetapi perbuatan
pembakaran hutan tersebut tidak ditentukan sanksinya dalam Al-Qur’an
dan Hadits.92
Dalam perbuatan pembakaran hutan, untuk mentukan jenis dan
ukurannya menjadi wewenang penuh Hakim atau Penguasa. Baik yang di
jatuhkan berat atau ringanya hukuman, dan Hakim memutuskan
hukuman dengan pertimbangan yang memberatkan dan meringankan.
Dan tentunya Hakim dalam mengambil keputusan juga berpedoman
pada asas-asa hukum pidana Islam. Sehingga akan menciptakan keadilan
dalam memutuskan sebuah hukuman. Dalam hukum Islam terdapat
kesamaan dengan Hukum Positif yang bertujuan untuk memberikan efek
jera terhadap terdakwa yang melakukan tindak pidana pembakarn hutan
agar tidak melakukan kembali perbuatanya tersebut.
Demikian gambaran sanksinya yang diberikan. Terlepas dari
hukuman diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Dan pemberlakukan
hukum Islam tergantung kepada wilayah yang memberlakukan hukum
Islam.
92 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: AMZAH 2016) Cet. 1, h. 95-110.
73
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas mengenai tindak pidana
pembakaran hutan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan:
1. Pembakaran hutan yaitu suatu kejadian yang disengaja pada satu lokasi
dan luasnya ditentukan guna untuk membuka lahan atau mengendalikan
hama. Akan tetapi pembakaran hutan yang tidak sesuai dengan aturan
akan mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan. Faktor-faktor yang
mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan pada umunya diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
a. Faktor alam Kebakaran hutan oleh faktor alam biasanya tidak
menimbulkan dampak luas. Dan tidak menimbulkan kerugian besar.
Faktor alam yang mengakibatkan kebakaran hutan yaitu: musim
kemarau panjang, sambaran petir, Grownd fire (tanah api).
b. Faktor manusia, faktor kebakaran hutan oleh manusia yaitu
pembakaran yang dilakukan dengan sengaja dan mengakibatkan
kerugian yang sangat besar. Faktor-faktor yang di sebabkan oleh
manusia yaitu: pembakaran lahan tidak terkendali akan memberikan
akibat hutan gundul, konflik antara perusahan dan pemilik lahan.
Perusahan yang ingin mengambil alih lahan dari masyarakat
biasanya melakukan pembakaran lahan yang disengketakan faktor
ekonomi masyarakat, kurangnya penegakan hukum.
Faktor lain yang mempengaruhi kebakaran hutan yaitu: jenis bahan
bakar, topografi lahan, faktor hidrologi, faktor iklim, faktor cuaca,
ketersedian pasokan air, vegetasi gambut, vegetasi kayu, jejaring jalan.
2. Penerapan hukum dan pertimbangan hakim pada Putusan Nomor
680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap penulis sependapat dengan dakwaan yang
diberikan oleh jaksa penuntut umum yang menggunakan dakwaan
74
tunggal dengan Pasal 78 ayat (3) jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah dan ditambah dengan
UU No. 19 Tahun 2004 tentang penetapan peraturan pengganti UU No. 1
Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Jo UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Perusakan
Hutan Jo Pasal 55 Ayat (1) ke1 KUHPidana;. Akan tetapi penulis tidak
sependapat dengan tuntutan yang diberikan kepada terdakwa yang hanya
masing-masing di tuntut dengan tuntutan 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan
penjara dan denda Rp. 1.000.000.000, (satu milyar rupiah) karena
tuntutan yang diberika oleh jaksa penuntut umum sangat ringan dari
ketentuan pasal yaitu 15 (lima belas) tahun penjara dan denda Rp.
5.000.000.000 (lima milyar rupiah). Dan dalam putusan hakim dalam
persidangkan memutus terdakwa dengan hukuman masing-masing 6
(enam) bulan penjara dan denda Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
Di dalam putusan hakim terkait Putusan Nomor
680/Pid.Sus/2016/Pn.Rap penulis sependapat dengan hakim karena
putusan itu telah memenuhi rasa keadilan, dalam memutus hakim
menggunakan alat-alat bukti dan keyakinan.
Dalam hukum pidana Islam erbuatan membakar hutan dikategorikan
sebagai tindak pidana (Jarimah). Ketentuan sanksi terhadap perbuatan
pembakaran hutan dalam syariat Islam memang tidak dijelskan secara
jelas dan terperinci baik dalam Al-Qur’san dan Hadits, namun bukan
berarti pelaku pembakaran hutan lebas dari yang namanya hukuman.
Menurut penulis perbuatan membakar hutan termasuk kepada kategori
Jrimah Tak’zir karena jelas perbuatan tersebut dilarang oleh syara’.
75
D. Saran
Untuk mengambil manfaat dari skripsi ini, maka beberapa saran yang dapat
penyusun berikan bagi pemerintahan dan masayarakat, adalah sebagai
berikut:
1. memperbaiki kembali kinerja aparat penegak hukum di Indonesia karena
mereka adalah penegak hukum dalam menjaga keamana Negara.
2. Memberikan sanksi yang berat bagi pelaku pembakaran hutan. Maksud
dan tujuan dari pemebrian sanksi pidana yang berat adalah untuk
memberikan efek jera kepada pelanggar hukum dibidang kehutanan. Efek
jera yang dimaksud bukan hanya terhadap pelaku yang telah melakukan
tindak pidana kehutanan akan tetapai kepada seluruh masyarakat menjadi
enggan melakukan perbuatan tersebut.
3. Ditumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat bahwa lingkungan hidup
secara umum dan keadaan hutan secara khusus harus senantiasa di
slindungi dan dijaga dan tidak melakukan hal-hal yang merusaknya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.
Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. Jakarta:
Pradnya Paramita, 1993.
Wibowo, Ari, dan A. Ngakolen Gintings, Degradasi dan Upaya
Pelestarian Hutan (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan).
Muhammad, Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir At-Thabari. Jakarta,
PUSTAKA AZAM, 2008.
Qurtubi, Al, Syaikh Imam, Tafsir Al Qurthubi, Jakarta. PUSTAKA
AZAM, 2009.
Ali, Achmad, Keterpurukan Hukum Di Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2001.
Pramudi, Bambang, Hukum Kehutan dan Pembangunan Bidang
Kehutanan. Jakarta: Raja Grfindo, 1995.
Suharjito, Didik, Haryanto R. Putro, et.al, eds., Pembangunan Kehutanan
Indonesia Baru Refleksi dan Inovasi Pemikiran, Bogor, Fakultas
Kehutanan Institusi Pertanian Bogor, 2013.
Utrecht, E., Hukum Pidana I. Jakarta: Universitas Jakarta, 1958.
Umar, Hasbi, Nalar Fiqih Konteforer, Jakarta: Gunung Persada Press,
2007.
Nawawi, Handari, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta, Gadjah
Mada Univercity Press, 2017.
Gunandi, Ismu dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum
Pidana. Jakarta: Permadmedia Grup, 2014.
Joni, Hukum Lingkungan Kehutanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
77
Koeswaji, Perkembangan Macam-Macam Pidana dalam Rangka
Perkembangan Hukum Pidana. Cet, I. Bandung: Citra Aditiya
Bakti, 1995.
Syaufina, Lailan, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang:
Banumedia Publishing, 2008.
Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif
dan Empiris. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010.
Bassar, M Sudrajat, Tindak-tindak Pidana Tertentu di dalam Kitab
Undang-USndang Hukum Pidana. Bandung: Remaja Krtya, 1986.
Ali, Mahrus, Asas-asas Hukum Pidana Korporasi Jakarta: Rajawali Pres,
2013
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Muladi, Barda Nawawi Arif, Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung:
Alumni, 1992.
Usman, Muchlis, Kidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyyah. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002.
Irfan, M Nurul, Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah, 2016.
Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Cet V,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Siahaan, N. H. T., Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.
Jakarta: Erlangga, 2004.
Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis
Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010
Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Huku Pidana di Indonesia. Bandung:
Citra Aditiya Bakti, 1997.
Prakoso, Nurwachid, Studi Tentang Pendapat-pendapat Mengenai
Efektifitas Pidana Mati di Indonesia Dewasa Ini. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1984.
Soedarto, R, Ilmu Hukum. Semarang: UNDIP, 1989.
Wijaya, Suparto, Hukum Lingkungan di antara Pemalas. Surabaya:
Airlangga Universiti Press, 2012.
78
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif .
Jakarta, Rajawali Press: 2014.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta, UI Press, 2010.
Sjahdeini, Sutan Remy, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer. Jakarta:
Grafiti Press, 2009.
Sudarto, Hukum Pidana. Purwokerto: Universitas Sudiman, 1990.
Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Cet, I. Jakarta: Sinar Grafika,
2013.
Murihaini, Suriyansyah, Hukum Kehutana. Yogyakarta: Laksbang Frafika,
2012.
Andrisma, Tri, Asas-Asas dan Dasar aturan Hukum Pidana Indonesia.
Bandar Lmpung Unila, 2009.
Projodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana. Bulan Bintang Jakarta
1993.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah : Pesan Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Jurnal:
Irwandi, Jumandi, Ismail B, Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan
dan Lahan di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan
Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur, Jurnal
AGRIFOR, Vol, XV Nomor 2, 13 Aspril 2018.
Maruapey, M. Husein, Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara
(Analisis Krisis Terhadap Penistaan Agama oleh Gubernur DKI
Jakarta), Jurnal Hukum Politik, Volume VII No.1/Juni 2017, h.
24-25. Diakases pada 21 september 2018. Pukul 09.20.
Nurhafifah dan Rahmiati, Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan
Pidana Terkait Hal Yang Memberatkan dan menringankan
putusan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 66, Th, XVII(Agustus
79
2015), PP,341-362. Diakses Pada Selasa 18 September 2018.
Pukul 15.38.
Latifah, Rosmayanai Noor dan Adjie Pamungkas, Identifikasi Faktor-
Faktor Kerentanan Terhadap Bencana Kebakaran Hutan dan
Lahan di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjar, Jurnal
Teknik Pomits, h. 3. Diakases pada 22 september 2018. Pukul
14.40.
Aziz Gufron dan Sabarudin, Islam dan Konservasi Lingkungan (Telaah
Pemikiran Fiqih Lingkungn Yusuf Al-Qaradhawi), Milah Vol.
VI. No.2. h. 63. Februari 2007. Diakases pada 10 Februari 2018.
Pukul 10.31.
Internet:
http://www.menlhk.go.id/siaran-81-pencegahan-karhutla-berhasil-tekan-
angka-deforestasi.html. Diakses pada 27 April 2018, Pukul
13.08.
Nasionalkompas.com, Wakapolri Bantah Polisi Diskriminasi Tangani
Kasus Kebakaran
Hutan, http://nasional.kompas.com>2016/09/13. Diakses pada
18 April 2018. Pukul 19.45.
https://jurnalbumi.com>Enslikopedi. Diakses tanggal 15 Aapril 2018.
https://www.suduthukum.com/2017/04/jenis-jenis-kebakaran-hutan.html.
Di akses pada 20 April 2018.
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-kebakaran-hutan. Di akses
pada 20 April 2018.
http://asrofiblog.blog.com/2015/04/jarimah-takzir-dalam-persepektif-
hukum.html?m=1. Diakses 18 juli 2018.
http://hendriesipahutar.blogspot.com/2012/10/penegakan-hukum.html .
Diakses pada 21 september 2018. Pukul 09.20.
80
Nigel Sizer, James Anderson, dkk, Kebakaran Hutan di Indonesia
Mencapai Tingkat Tertinggi Sejak Kondisi Darurat Kabtut Asap
Juni 2013. Dari http://www.wri.org/blog/2014/03/kebakaran-
hutan-di-indonesia-mencapai-tingkat-tertinggi-sejak-kondisi-
darurar-kabut. Diakses pada Kamis 20 September 2018, Pukul
10.04.
www.KMNU.or.id/Konten-181-larangan-merusak-hutan-dalam-islam.
Diakes pada 18 Mei 2018. Pukul 13.02.
Skripsi/Tesis:
Fitria, Jeni. “Sanksi Pidana Pembakaran Hutan dalam Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 19999 Tentang Kehutanan Persefektif Hukum
Islam.” Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, 2017.
Undang-Undang:
Rancangan Undang-Undang Republik Indoensaia. Direktorat Jendral
Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Tahun 2018.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967.
Direktori Putusan, Putusan Nomor: 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap, diakses
pada tanggal 1 Agustus 2018, dari
putusan.mahkamahagung.go.id,
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 1
P U T U S A N
Nomor 680/Pid.Sus/2016/PN.Rap
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa pada tingkat pertama menjatuhkan Putusan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :
1. Nama lengkap : ODODOGO HURA alias AMA JELl.
Tempat lahir : Idanogawo (Nias).
Umur/tanggal lahir : 30 Tahun /07 Agustus 1986.
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Barak K-057BSBI Dusun Bagan Toreh Desa Sei
Meranti Kecamatan Torgamba, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan .
Agama : Kristen Protestan.
Pekerjaan : Tenaga Kerja Kontraktor di PT.SBI.
Pendidikan : Tidak Sekolah.
2. Nama lengkap : FIKANA LAIA Als. FIKANA
Tempat lahir : Kaendafo (Nias).
Umur/tanggal lahir : 18 Tahun 3 bulan/ 09 Maret 1998.
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Barak K-057BSBI Dusun Bagan Toreh Desa Sei
Meranti Kecamatan Torgamba, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan .
Agama : Kristen Protestan.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 2
Pekerjaan : Tenaga Kerja Kontraktor di PT.SBI.
Pendidikan : Kelas 1 SD (Tidak Tamat).
Penahanan Para Terdakwa:
- Penyidik : sejak 20 Juni 2016 s/d 09 Juli 2016;.
- Perpanjangan Penuntut Umum : sejak 10 Juli 2016 s/d 18 Agustus 2016.
- Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri : sejak 19 Agustus 2016 s/d 17
September 2016;
- Penuntut Umum : sejak 30 Agustus 2016 s/d 18 September 2016;
- Majelis Hakim : sejak 15 September 2016 s/d 14 Oktober 2016.
- Perpanjangan Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat : sejak
15 Oktober 2016 s/d 13 Desember 2016.
Setelah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat
tanggal 15 September 2016, nomor 680/Pen.Pid/2016/PN.Rap tentang
penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini ;
Setelah membaca Penetapan Mejelis Hakim tanggal 15 September 2016,
nomor 680/Pen.Pid/ 2016/ PN.Rap tentang Penetapan hari sidang ;
Setelah memberitahukan kepada Terdakwa akan haknya untuk didampingi
oleh Penasehat hukum, yang kemudian Terdakwa menyatakan tidak akan
didampingi oleh Penasehat Hukum, namun dengan demikian, berdasarkan Pasal
56 ayat 2 KUHAP Majelis Hakim tetap menunjuk Sdr.GUHFRON HARAHAP,
SH,Dkk Advokat / Penasehat Hukum dari Kantor Lebaga Bantuan Hukum Medan
Pos Labuhan Batu yang beralamat di Jln. A.Yani No.62 (Gedung Nasional)
Rantau Prapat ;
- Telah membaca berkas/ surat-surat yang berhubungan dengan perkara
ini;
- Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan Terdakwa ;
- Telah memperhatikan barang bukti yang diajukan dipersidangan ;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 3
- Telah pula mendengar tuntutan Penuntut Umum yang dibacakan di
depan persidangan pada tanggal 17 Oktober 2016 yang pada pokoknya
menuntut agar Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI dan Terdakwa II.
FIKANA LAIA alias FIKANA telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana
"secara bersama-sama dengan sengaja membakar hutan" sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Pasal 78 ayat (3) Jo Pasal 50 ayat
(3) huruf d UU Rl No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah
dan ditambah dengan UU Rl No. 19 tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pengganti UU Rl No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Rl No. 41
tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU Rl No. 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI
dan Terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA dengan pidana penjara masing-
masing selama 3 (tiga) tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama terdakwa
berada dalam tahanan dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000.-(satu milyard
rupiah) Subsidiair 6 (enam) bulan kurungan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) buah mancis warna putih dengan gas warna hijau; dimusnahkan.
- 3 (tiga) potong kayu hutan jenis Eucaliptus yang sudah terbakar;
Dikembalikan kepada pihak PT. Sinar Belantara Indah Bagan Toreh melalui
saksi Robin Roni Pardede.
4. Menetapkan agar para terdakwa dibebani membayar biaya perkara masing-
masing sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).
Menimbang, bahwa setelah mendengar pembelaan (pleidoi) dari
Terdakwa yang disampaikan secara lisan di persidangan yang pada pokoknya
memohon agar dihukum seringan-ringannya ;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 4
Menimbang, bahwa terhadap pembelaan (pleidoi) Terdakwa tersebut
Penuntut Umum menyatakan secara lisan tetap pada tuntutannya ;
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
sebagaimana dalam surat dakwaannya tertanggal 30 Agustus 2016 nomor
register Perkara: PDM-315/N.2.16/RP-RAP/Euh.2/08/2016 yang pada pokoknya
sebagai berikut :
Dakwaan .
Bahwa mereka terdakwa I ODODOGO HURA alias AMA JELl dan
terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2016
sekira pukul 19.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Juni
2016 bertempat di Blok K-057 area! Hutan Tanaman Industri Konsesi PT. SINAR
BELANTARA INDAH di Dusun Bagan Toreh Desa Sei Meranti Kecamatan
Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Rantauprapat "mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut
serta melakukan perbuatan dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d yang berbunyi "setiap orang membakar
hutan", Perbuatan mana dilakukan oleh para terdakwa dengan cara sebagai
berikut:
- Bahwa pada awalnya PT, Sinar Beiantara Indah (PT. SBI), yang mendapat ijin
dari Kementerian Kehutanan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Republtk Indonesia Nomor: 194/Kpts-i 1/1997 tanggal 4 April 1997 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi Atas
Areal Hutan Seluas + 6.200 (enam ribu dua ratus) Hektar di Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara Kepada PT. Sinar Belantara Indah dan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.170/Menhum/I/2010 tanggal 1 April 2010, tentang Penetapan Batas Areal
Kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Poia Transmigrasi (HPHTI-
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 5
TRANS) PT. Sinar Belantara Indah seluas 5.197,36 (Lima ribu seratus sembilan
puluh tujuh, tiga puluh enam perseratus) Hektar di Propinsi Sumatera Utara.
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 12 Juni 2016 sekira Pukul OS.00 Wib,
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana pergi mencari Damar di daerah Perambahan Dusun Jadi Mulia Desa Sei
Meranti Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dan
selanjutnya pada saat terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana melintas dari Pondok Perambahan Dusun
Jadi Mulia Desa Sei Meranti Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu
Selatan, kemudian Selamat (Dpo) memanggil terdakwa I. Ododogo Hura alias
Ama Jeli bersama terdakwa. II Fikana Laia alias Fikana untuk singgah ke
pondoknya, selanjutnya Selamat bertanya kepada terdakwa I. Ododogo Hura
alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana " Kalian tinggal di
Barak K-057 ", dan dijawab terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana "ia", lalu Selamat berkata "Beraninya kalian
membakar lokasi tanaman kayu Eucaliptus yang berada dibelakang barak
kalian itu, kalau kalian berani membakarnya akan saya berikan uang sebesar
Rp. 500,000.- (lima ratus ribu rupiah) per orang ", dan terdakwa I. Ododogo
Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
menyetujuinya dan menjawab "ia", Ialu Selamat mengatakan "apabila kalian
berani dan sudah selesai membakarnya nanti, jumpai saya dan akan saya
berikan uang tersebut", dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia aiias Fikana menyetujuinya, kemudian terdakwa I.
Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
pergi melanjutkan mencari Damar. Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 14
Juni 2016 sekira pukul 19.00 Wib terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana berada didalam pondok dan
merencakan pembakaran hutan tersebut dan akan mendapatkan uang yang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 6
dijanjikan oleh Selamat, selanjutnya terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana berangkat dari pondok (Barak)
dengan berjalan kaki kearah betakang pondok (Barak), dan terdakwa I.
Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
sudah mempersiapkan dengan membawa 1 (satu) buah Mancis warna putih
dan Gas warna Hijau, dan sekitar + 50 (lebih kurang lima puluh) meter dari
belakang Pondok (Barak) terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana berhenti disebuah rumah atau pondok
yang dilokasi ada tanaman Kayu Hutan Jenis Eucaliptus milik PT. Sinar
Belantara Indah Bagan Toreh yang akan dibakar, selanjutnya terdakwa I.
Ododogo Hura aiias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
mengumpulkan daun kering yang berserakan di dibawah Kayu Hutan jenis
Eucaliptus tersebut dan selanjutnya terdakwa II. Fikana Laia alias Fikana
meminta Mancis kepada terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli untuk
membakar daun kering yang dikumpulkannya, dan seteiah menyala terdakwa II.
Fikani Lia alias Fikani memberikan mancis tersebut kepada terdakwa I.
Ododogo Hura alias Ama Jeli dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
membakar daun kering yang sudah di kumpulkan, kemudian mancis tersebut
diserahkan kepada terdakwa II Fikana Laia alias Fikana, selanjutnya terdakwa
I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
melihat api ada 2 (dua) titik ialu terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana pulang ke Pondok atau Barak
tempat tinggal terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II
Fikana Laia alias Fikana, dan setelah tiba di Pondok atau Barak terdakwa I.
Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
melihat kobaran api di lokasi yang dibakar terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama
Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana sudah marak terbakar.
- Selanjutnya keesokan harinya terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 7
bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana dijemput dari tempat kerja
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana oleh saksi Sugianto, saksi Rudi dan saksi M. Aii Sulaiman Manap
Munthe, kemudian terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa
II Fikana Laia alias Fikana dibawa ke Kantor PT. Sinar Belantara Indah untuk
dilakukan pemeriksaan, dan setelah diinterogasi terdakwa I. Ododogo Hura
alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana mengakui bahwa
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana yang melakukan pembakaran kawasan hutan tersebut, selanjutnya
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana dibawa ke Polres Labuhanbatu guna proses hukum lebih lanjut.
- Bahwa berdasarkan Surat Perintah Tugss dari Kepala BPKH Wilayah I Medan
dengan Nomor : PT.186/III/BPKH i-t/6/2016 tanggal 16 Juni 2016 untuk
melaksanakan Tugas Pengambilan Titik Koordinat Pada Areal Konsesi Hutan
Tanaman Industri PT. Sinar Belantara Indah di Desa Sei Meranti Kec.
Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara, yang dibuat
dan ditanda tangani oleh M. !RPAN LUBIS dan RIDWAN pada pokoknya
menerangkan :
> Bahwa pada saat melakukan Pemeriksaan Lapangan terdapat dan
penentuan Titik Koordinat yang kami lakukan dengan mempergunakan alat
GPS Map 76 CSx Garmin dimana alat GPS tersebut merupakan Standarisasi
Departemen Kehutanan Repubik Indonesia dengan cara GPS dihidupkan
dan menghasiikan Titik Koordinat North (Utara) dan East (Timur) pada layar
GPS yang kami ambil 4 (empat) titik koordinat, dengan hasil sebagai berikut:
a. LU (N): 01D 28' 01,8" dan BT (E) : 100° 21' 41,8" (Lokasi lahan terbakar).
b. LU (N): 01° 28' 01,2" dan BT (E) : 100° 21' 40,9" (Lokasi lahan terbakar).
c. LU (N): 01° 28' 02,1" dan BT (E) : 100° 21' 41,8" (Lokasi lahan terbakar).
d. LU (N): 01° 28' 01,4" dan BT (E): 100° 21' 41,1" (Lokasi lahan terbakar).
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 8
Dan hasil ploting terhadap peta kawasan hutan propinsi Sumatera Utara
(Lampiran SK Menhut Nomor : 579/ll-Menhut/2014 tanggal 24 Juni 2014 bahwa
lokasi yang terbakar tersebut seluas lebih kurang 4 rante dan keseluruhan berada
pada kawasan hutan produksi tetap (HP) dan didalam areak kerja HTI PT. Sinar
Belantara Indah (SBI)
Perbuatan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeii bersama terdakwa II
Fikana Laia alias Fikana tersebut diatas sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 78 ayat (3) Jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU Rl No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan yang sudah diubah dan ditambah dengan UU RI No. 19 tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pengganti UU Rl No. 1 tentang Perubahan
atas UU Rl No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU Rl No. 18 Tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHPidana.
Menimbang, bahwa terhadap surat dakwaan tersebut, Terdakwa
menyatakan telah mengerti dan memahami isi surat dakwaan dan karenanya
Terdakwa tidak ada mengajukan keberatan (eksepsi);
Menimbang, bahwa untuk menguatkan hal-hal yang didalilkan dalam surat
dakwaannya, Penuntut Umum telah mengajukan para saksi ke muka persidangan
yang telah didengar keterangannya sebagai berikut;
1. Saksi Robin Roni Pardede, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
- Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
- Bahwa saksi pernah diperiksa di Kepolisian dan saksi membenarkan
keterangannya tersebut;
- Bahwa saksi menjabat sebagai Humas pada Hutan Tanaman Industri PT.
Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh dan telah mendapat Surat Kuasa
Nomor : 007 Mgr / SBJ - BT / VI / 2016 tanggal 15 Juni 2016 dan dapat saksi
perlihatkan dan berikan kepada pemeriksa saat sekarang ini.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 9
- Bahwa pembakaran kawasan hutan tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal
14 Juni 2016 sekira Puku! 21.00 Wib di Blok K- 057 areal Hutan Tanaman
Industri konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh Desa Sei
Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan.
- Bahwa yang melakukan adalah terdakwa Ododogo Hura alias Ama Jeli dan
terdakwa Fikana Laia alias Fikana.
- Bahwa pada waktu terjadinya kebakaran hutan tersebut saksi melihat dan
mengetahuinya langsung dilapangan dari anggota saksi yang berada
dilapangan
- Bahwa setelah diselidiki bersama Pam BKO, barulah saksi mengetahui pelaku
pembakaran hutan tersebut ada 2 (dua) orang yang mengaku bernama
ODODOGE HURA Als AMA JELI dan FIKANA LAIA Als FIKANA, sehingga
saksi mengamankan kedua orang terdakwa dan menyerahkannya ke Polres
Labuhanbatu ini sekaligus membuat Laporan Pengaduan untuk diproses
sesuai dengan Hukum yang berlaku di Negara Rl.
- Bahwa lokasi areal yang dibakar tersebut masuk dalam areal kerja Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri PT. Sinar Belantara Indah yang
terletak di Dusun Bagan Toreh Desa Sei Meranti Kec. Torgamba Kab.
Labuhanbatu Selatan sesuai dengan : Keputusan Menteri Kehutanan RI.
Nomor: SK.170 / Menhut - II / 2D10 Tanggal 1 April 2010, Tentang :
Penetapan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola
Transmigrasi (HPHTI - TRANS) PT. Sinar Belantara Indah seluas 5. 197,36
(Lima Ribu Seratus Sembilan Puluh Tujuh, Tiga Puluh Enam Perseratus
Hektar) Di Propinsi Sumatera Utara.
- Bahwa luas kawasan hutan yang dibakar tersebut seluas + 4 ( empat) Rante
dan jenis tanaman hutan milik PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh
yang terbakar adalah : Kayu Hutan Jenis Eucaliptus tanaman tahun 2011
(sudah mau di panen tahun 2016 ini),
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 10
- Bahwa alat yang mereka pergunakan membakar kawasan hutan areal konsesi
PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut adalah : 1 (satu) buah
Mancis warna putih dengan Gas warna Hijau.
- Bahwa cara para terdakwa melakukan pembakaran tersebut adalah :
membakar kawasan hutan Tanaman Industri areal Konsesi PT. Sinar
Belantara Indah yang sudah ada tanaman hutannya berupa Kayu Hutan Jenis
EucaSiptus tanaman tahun 2011 ( sudah siap mau di panen ), dimana mereka
terlebih dahulu mengumpulkan daun-daun kering dari kayu yang berserakan
dibawah kayu tersebut, dan setelah meiakukan pembakaran, bahwa mereka
meninggalkan kebakaran tersebut dan kembali ke Barat (Pondok), dimana
lokasi kawasan hutan yang mereka bakar tersebut berada dibelakang Barak
(pondok ) mereka yang jaraknya berkisar + 50 (lima puluh) meter.
- Bahwa para terdakwa ini tidak ada meminta ijin dan atau mendapat ijin dari
pihak PT. Sinar Belantara Indah selaku yang mendapat Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri dan atau dari Pemerintah Negara Rl dalam Hal ini
Menteri Kehutanan, sehingga mereka melakukan pembakaran kawasan hutan
konsesi PT. Sinar Belantara Indah tersebut.
- Bahwa para terdakwa melakukan pembakaran tersebut dengan sengaja,
dimana sewaktu para terdakwa tanyai, bahwa mereka mengakui sengaja
membakar kawasan hutan Tanaman Industri areal konsesi PT. Sinar
Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut atas suruhan dan yang diupah
oleh yang bernama SELAMAT, Lk, Umur + 45 tahun, Pekerjaan Petani,
Alamat : Dusun Jadi Mulia Desa Sei Meranti Kec. Torgamba Kab.
Labuhanbatu, dan juga menurut mereka bahwa mereka disuruh melakukan
pembakaran tersebut dengan imbalan Rp. 500.000.- (lima ratus ribu rupiah)
per orang.
- Bahwa akibat kejadian pembakaran tersebut, bahwa pihak PT. Sinar
Belantara Indah Bagan Toreh selaku pemegang hak Pengusahaan Hutan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 11
Tanaman Industri PT. Sinar Belantara Indah mengalami kerugian sebesar Rp.
75.000.000.- (tujuh puiuh lima juta rupiah ).
- Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkan
semua keterangan saksi.
2. Saksi Rudi, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
- Bahwa saksi bekerja sebagai Pam Swakarsa di PT. SINAR BELANTARA
INDAH Dusun Bagan Toreh sejak tahun 2012 sampai saat sekarang ini.
- Bahwa pembakaran kawasan hutan tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal
14 Juni 2016 sekira Pukul 21.00 Wib di Blok K- 057 areal Hutan Tanaman
Industri konsesi PT. SINAR BELANTARA INDAH Dusun Bagan Toreh Desa Sei
Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan.
- Bahwa pada waktu terjadinya kebakaran hutan tersebut saksi melihat dan
mengetahuinya langsung dilapangan karena para terdakwa langsung bergerak
bersama karyawan lainnya untuk memadamkan api tersebut, namun terdakwa
yang melakukan pembakaran tersebut tidak para terdakwa temukan lagi
dilapangan pada waktu itu, dan setelah para terdakwa selidiki bersama Pam
BKO, barulah para terdakwa mengetahui peiaku pembakaran hutan tersebut
ada 2 (dua) orang yang mengaku bernama ODEDEGE HURA Als AMA JELi
dan FIKANA LAIA Als FIKANA, sehingga para terdakwa mengamankan kedua
orang terdakwa dan selanjutnya ikut menyerahkannya ke Polres Labuhanbatu;
- Bahwa sepengetahuan saksi selaku Pam Swakarsa, bahwa lokasi areal yang
dibakar tersebut masuk dalam areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri PT. Sinar Belantara Indah yang terletak di Dusun Bagan Toreh Desa
Sei Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan sesuat dengan :
Keputusan Menteri Kehutanan RI. Nomor: SK.170 / Menhut - II / 2D10 Tanggal
1 April 2010, Tentang : Penetapan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri Pola Transmigrasi (HPHTI - TRANS) PT. Sinar Belantara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 12
Indah seluas 5. 197,36 (Lima Ribu Seratus Sembilan Puluh Tujuh, Tiga Puluh
Enam Perseratus Hektar) Di Propinsi Sumatera Utara.
- Bahwa luas kawasan hutan yang dibakar tersebut seluas + 4 ( empat) Rante
dan jenis tanaman hutan miiik PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh
yang terbakar adalah : Kayu Hutan Jenis Eucaliptus tanaman tahun 2011
(sudah mau siap mau di panen ).
- Bahwa alat yang mereka pergunakan membakar kawasan hutan areal konsesi
PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut adalah : 1 ( satu ) buah
Mancis warna putih dengan Gas warna Hijau.
- Bahwa para terdakwa sengaja membakar kawasan hutan Tanaman Industri
areal konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut atas
suruhan dan yang diupah oleh yang bernama SELAMAT, Lk, Umur + 45 tahun,
pekerjaan petani, alamat: Dusun Jadi Mulia Desa Sei Meranti Kec. Torgamba
Kab. Labuhanbatu, dan juga menurut mereka bahwa mereka disuruh
melakukan pembakaran tersebut dengan imbalan Rp. 500.000.- (lima ratus ribu
rupiah) per orang;
- Bahwa saksi kenal dengan yang bernama Selamat tersebut, dan
sepengetahuan saksi selaku Pam Swakarsa bahwa saudara Selamat ada
menguasai dan mengerjakan kawasan hutan Tanaman Industri areal konsesi
PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh dan membuat serta
membangun Pondok dilokasi areal dekat lokasi yang dibakar tersebut
- Bahwa akibat kejadian pembakaran tersebut pihak PT. Sinar Belantara Indah
Bagan Toreh selaku pemegang hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri PT.
Sinar Belantara Indah mengalami kerugian sebesar Rp.75.000.000.- (tujuh
puluh lima juta rupiah ).
- Bahwa yang melihat dan mengetahui kejadian pembakaran kawasan hutan
tersebut selain saksi adalah Pam Swakarsa di PT. Sinar Belantara indah yang
bernama : SUG1ANTO, ROBIN RONI PARDEDE ( selaku Humas ) dan Pam
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 13
BKO dari Anggota TNI - AU yang bernama : M. AU SULAIMAN MANAP
MUNTHE.
- Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkan
semua keterangan saksi.
3. Saksi Sugianto, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
- Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
- Bahwa saksi bekerja sebagai Pam Swakarsa di PT. SINAR BELANTARA
INDAH Dusun Bagan Toreh sejak tahun 2012 sampai saat sekarang ini.
- Bahwa pembakaran kawasan hutan tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal
14 Juni 2016 sekira Pukul 21.00 Wib di Blok K- 057 areal Hutan Tanaman
Industri konsesi PT. SINAR BELANTARA INDAH Dusun Bagan Toreh Desa Sei
Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Sefatan.
- Bahwa pada waktu terjadinya kebakaran hutan tersebut saksi melihat dan
mengetahuinya langsung dilapangan karena para terdakwa langsung bergerak
bersama karyawan lainnya untuk memadamkan api tersebut, namun terdakwa
yang melakukan pembakaran tersebut tidak para terdakwa temukan lagi
dilapangan pada waktu itu, dan setelah para terdakwa selidiki bersama Pam
BKO, barulah para terdakwa mengetahui pelaku pembakaran hutan tersebut
ada 2 ( dua ) orang yang mengaku bernama ODODOGE HURA Als AMA JELI
dan FIKANA LAIA Als FIKANA, sehingga para terdakwa mengamankan kedua
orang terdakwa dan sefanjutnya ikut menyerahkannya ke Polres Labuhanbatu;
- Bahwa sepengetahuan saksi selaku Pam Swakarsa, bahwa lokasi area! yang
dibakar tersebut masuk dalam areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri PT. Sinar Belantara Indah yang terletak di Dusun Bagan Toreh Desa
Sei Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan sesuai dengan :
Keputusan Menteri Kehutanan RI. Nomor: SK.170 / Menhut - II / 2D10 Tanggal
1 April 2010, Tentang : Penetapan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 14
Tanaman Industri Pola Transmigrasi (HPHTI - TRANS) PT. Sinar Belantara
Indah seluas 5. 197,36 (Lima Ribu Seratus Sembilan Puluh Tujuh, Tiga Puluh
Enam Perseratus Hektar) Di Propinsi Sumatera Utara;
- Bahwa luas kawasan hutan yang dibakar tersebut seiuas + 4 ( empat ) Rante
dan jenis tanaman hutan milik PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh
yang terbakar adalah : Kayu Hutan Jenis Eucaliptus tanaman tahun 2011
(sudah mau siap mau di panen )
- Bahwa alat yang mereka pergunakan membakar kawasan hutan areal konsesi
PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut adalah : 1 (satu) buah
Mancis warna putih dengan Gas warna Hijau.
- Bahwa para terdakwa sengaja membakar kawasan hutan Tanaman Industri
area! konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut atas
suruhan dan yang diupah oleh yang bernama SELAMAT, Lk, Umur + 45 tahun,
pekerjaan petani, alamat: Dusun Jadi Mulia Desa Sei Meranti Kec. Torgamba
Kab. Labuhanbatu, dan juga menurut mereka bahwa mereka disuruh
melakukan pembakaran tersebut dengan imbalan Rp. 500.000.- (lima ratus ribu
rupiah) per orang
- Bahwa saksi kenal dengan yang bernama SELAMAT tersebut, dan
sepengetahuan saksi selaku Pam Swakarsa bahwa saudara SELAMAT ada
menguasai dan mengerjakan kawasan hutan Tanaman Industri areal konsesi
PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh dan membuat serta
membangun Pondok dilokasi areal dekat lokasi yang dibakar tersebut
- Bahwa akibat kejadian pembakaran tersebut pihak PT. Sinar Belantara Indah
Bagan Toreh selaku pemegang hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri PT.
Sinar Belantara Indah mengalami kerugian sebesar Rp. 75.000.000.- {tujuh
putuh lima juta rupiah ).
- Bahwa yang melihat dan mengetahui kejadian pembakaran kawasan hutan
tersebut selain saksi adalah Pam Swakarsa di PT. Sinar Belantara Indah yang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 15
bernama : SUGIANTO, ROBIN RONI PARDEDE (selaku Humas) dan Pam
BKO dari Anggota TNI - AU yang bernama : M. ALI SULAIMAN MANAP
MUNTHE.
- Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkan
semua keterangan saksi.
Ahli M. IRPAN LUBIS, SH, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
- selaku Ahli dari Dinas Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I
Medan telah melaksanakan Peninjauan Lapangan dan menentukan titik
Kordinat Geografis dengan menggunakan Alat GPS Map 76 CSx Garmin atas
Lokasi yang terbakar tersebut, yaitu pada hari Jumat tanggal 17 Juni 2016
sejak Pukul 13.00 Wib sampai dengan Pukul 15.00 Wib dan juga didampingi
oleh Penyidik / Penyidik Pembantu dari Polres Labuhanbatu dan dari Pihak
Humas HTI. PT. Sinar Belantara Indah yang terletak di Kec. Torgamba Kab.
Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara yang bernama ROBIN RONI
PARDEDE.
- Bahwa pada saat Pemeriksaan Lapangan dan penentuan Titik Koordinat yang
dilakukan dengan mempergunakan Alat GPS Map 76 CSx Garmin dimana alat
GPS tersebut merupakan Standarisasi Departemen Kehutanan Republik
Indonesia dengan cara GPS dihidupkan dan menghasilkan Titik Koordinat
North (Utara) dan East (Timur) pada layar GPS yang di ambil pada 4 (empat)
Titik Koordinat, dengan hasil sebagai berikut:
- LU (N): 01° 28' 01,8" dan BT (E) : 100° 21' 41,8" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N): 01° 28' 01,2" dan BT (E) : 100° 21' 40,9" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N): 01° 28' 02,1" dan BT (E): 100° 21' 40,8" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N) : 01° 28' 01,4" dan BT (E): 100° 21' 41,1" (Lokasi lahan terbakar).
Dan hasil Plotting terhadap Peta Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 16
(Lampiran SK. Menhut Nomor : 579 / II -Menhut / 2014 tanggal 24 Juni 2014 ), ,
bahwa Lokasi yang terbakar tersebut seluas + 4 (empat) Rante dan
keseluruhannya berada pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dan didalam
Areal Kerja HTI PT. Sinar Belantara Indah (SBI) dan Peta Hasil Pengambilan
Titik Koordinat sudah para terdakwa serahkan kepada Penyidik Sat Reskrim
Polres Labuhanbatu.
- Bahwa pihak PT. Sinar Belantara Indah mempunyai Hak / izin yang Sah
sehingga mengusahai areal kawasan Hutan Tanaman Industri yang terletak di
Kec. Torgamba Kab. Labuhan Batu yang fuasnya + 5.197,36 Ha (lima ribu
seratus sembilan puluh tujuh, tiga puluh enam perseratus hektar), sesuai
dengan : Keputusan Menteri Kehutanan RI. Nomor: SK.170 / Menhut - II / 2D10
Tanggal 1 April 2010, Tentang : Penetapan Batas Areal Kerja Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi (HPHTI - TRANS)
PT. Sinar Belantara Indah seluas 5. 197,36 (Lima Ribu Seratus Sembilan Puluh
Tujuh, Tiga Puluh Enam Perseratus Hektar) Di Propinsi Sumatera Utara;
- Bahwa Jenis tanaman Pokok yang diusahai oleh pihak PT. Sinar Belantara
Indah seiaku Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Po!a
Transmigrasi diareal hutan sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI.
Nomor: SK.170 / Menhut - II / 2D10 Tanggal 1 April 2010, Tentang : Penetapan
Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola
Transmigrasi (HPHTI - TRANS) PT. Sinar Belantara Indah seluas 5. 197,36
(Lima Ribu Seratus Sembilan Puluh Tujuh, Tiga Puluh Enam Perseratus
Hektar) Di Propinsi Sumatera Utara, adalah : Tanaman pohon Ecaliptus, Karet
dan Tanaman Kehidupan untuk Hak Pungut warga Transmigrasi berupa
Tanaman Kefapa Sawit, dimana setiap kegiatan berupa Penanaman dan
Pemanenan seluruh yang diusahai oleh PT. Sinar Belantara Indah ini harus
mendapat izin dari Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara dan mendapat
Rekomendasi dari Dinas Kehutanan Kab. Labuhanbatu Selatan - Apabila
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 17
seseorang atau Kelompok ada yang melakukan pembakaran di kawasan hutan
sedangkan areal hutan tersebut Hak Pengusahaannya sudah dimiliki oleh PT.
Sinar Belantara Indah sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI. Nomor:
SK.170 / Menhut - II / 2D10 Tanggal 1 April 2010, Tentang : Penetapan Batas
Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi
(HPHTI - TRANS) PT. Sinar Belantara Indah seluas 5. 197,36 (Lima Ribu
Seratus Sembilan Puluh Tujuh, Tiga Puluh Enam Perseratus Hektar) Di
Propinsi Sumatera Utara, maka perbuatan seseorang atau kelompok tersebut
termasuk tidak diperbolehkan, karena Setiap orang dilarang melakukan
Pembakaran Hutan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 78 Ayat ( 4 ) Jo
Pasal 50 Ayat ( 3 ) huruf d UU Rl No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, karena
yang dibakar tersebut adalah Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) milik Negara
Repubfik Indonesia, dimana pihak PT. Sinar Belantara Indah (SBI) bukanlah
pemilik kawasan hutan tersebut melainkan hanya Pemegang Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi dan areal hutan
tersebut tetap milik Negara Republik Indonesia
Menimbang, bahwa dipersidangan telah pula diperlihatkan oleh Jaksa
Penuntut Umum alat bukti surat, antara lain:
1. 1 (satu) lembar foto copy yang telah dilegalisir Peta Areal Kerja Lampiran
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: 194/Kpts-ll/1997
tanggal 04 April 1997.
2. 1 (satu) lembar foto copy yang telah dilegalisir Peta Penetapan Areal Kerja
Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
SK,170/Menhut-ll/2010 tanggal 01 April 2010.
Menimbang, bahwa Terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMAJELI, telah
memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Bahwa terdakwa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
Bahwa saat ini terdakwa ada melakukan pembakaran hutan pada hari Selasa
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 18
tanggal 14 Juni 2016 sekira Pukul 19,00 Wib di Blok K- 057 areal Hutan
Tanaman Industri konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh Desa
Sei Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan;
Bahwa terdakwa bekerja sebagai tenaga kerja untuk Kontraktor di PT. Sinar
Belantara Indah Bagan Toreh dan tinggal di Barak Kontraktor yang terletak di
lokasi PT. Sinar Belantara Indah tersebut, dan dilokasi yang para terdakwa
bakar tersebut juga ada tanaman kayu hutan milik PT. Sinar Belantara Indah
Bagan Toreh;
Bahwa luas kawasan hutan yang para terdakwa bakar tersebut setelah
dipadamkan pihak Karyawan PT. Sinar Belantara Indah adalah seluas + 4
(empat) Rante dan jenis tanaman hutan milik PT. Sinar Belantara Indah Dusun
Bagan Toreh yang berada dilokasi yang para terdakwa bakar adalah : Kayu
Hutan Jenis Eucaliptus;
Bahwa alat yang para terdakwa pergunakan membakar kawasan hutan areal
konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut adalah : 1
(satu) buah Mancis warna putih dan Gas warna Hijau milik terdakwa sendiri
yang terdakwa bawa dari rumah terdakwa sendiri.
Bahwa terdakwa tidak ada meminta ijin dan atau mendapat ijin dari pihak PT.
Sinar Belantara Indah sehingga para terdakwa melakukan pembakaran
kawasan hutan tersebut, dimana para terdakwa hanyalah yang disuruh dan
diupah oleh Selamat daiam melakukan pembakaran kawasan hutan tersebut;
Bahwa yang menyuruh terdakwa membakar kayu hutan milik PT. Sinar
Belantara Indah adalah Selamat (Dpo) namun belum diberikan uangnya;
Bahwa Selamat menjanjikan uang kepada terdakwa sebesar Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah);
Menimbang, bahwa dipersidangan juga telah didengar keterangan
Terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA, pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 19
Bahwa terdakwa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
Bahwa saat ini terdakwa ada melakukan pembekaran hutan pada hari Selasa
tanggal 14 Juni 2016 sekira Pukul 19.00 Wib di Blok K- 057 areal Hutan
Tanaman Industri konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh Desa
Sei Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan;
Bahwa terdakwa bekerja sebagai tenaga kerja untuk Kontraktor di PT. Sinar
Belantara Indah Bagan Toreh dan tinggal di Barak Kontraktor yang terletak di
lokasi PT. Sinar Belantara Indah tersebut, dan dilokasi yang para terdakwa
bakar tersebut juga ada tanaman kayu hutan milik PT. Sinar Belantara Indah
BaganToreh;
Bahwa luas kawasan hutan yang para terdakwa bakar tersebut seteiah
dipadamkan pihak Karyawan PT. Sinar Belantara Indah adalah seluas + 4
(empat) Rante dan jenis tanaman hutan milik PT. Sinar Belantara Indah Dusun
Bagan Toreh yang berada dilokasi yang para terdakwa bakar adalah : Kayu
Hutan Jenis Eucaliptus;
Bahwa alat yang para terdakwa pergunakan membakar kawasan hutan area)
konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh tersebut adalah : 1
(satu) buah Mancis warna putih dan Gas warna Hijau milik terdakwa sendiri
yang terdakwa bawa dari rumah terdakwa sendiri.
Bahwa terdakwa tidak ada meminta ijin dan atau mendapat ijin dari pihak PT.
Sinar Belantara Indah sehingga para terdakwa melakukan pembakaran
kawasan hutan tersebut, dimana para terdakwa hanyalah yang disuruh dan
diupah dalam melakukan pembakaran kawasan hutan tersebut;
Bahwa yang menyuruh terdakwa membakar kayu hutan milik PT. Sinar
Belantara Indah adalah Selamat (Dpo) namun belum diberikan uangnya;
Bahwa Selamat menjanjikan uang kepada terdakwa sebesar Rp.500.000,- (lima
ratus ribu rupiah};
Menimbang, bahwa barang bukti yang diajukan di dalam persidangan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 20
yaitu :
- 1 (satu) buah mancis warna putih dengan gas warna hijau.
- 3 (tiga) potong kayu hutan jenis Eucaliptus yang sudah terbakar.
Menimbang, bahwa barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut
hukum, dan setelah diperlihatkan kepada saksi-saksi dan terdakwa kesemuanya
telah membenarkannya, sehingga akan dipertimbangkan dalam perkara ini ;
Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan persidangan berdasarkan
keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti yang diajukan
didepan persidangan maka, Majelis Hakim memperoleh fakta-fakta hukum
sebagai berikut:
Bahwa pada awalnya PT. Sinar Belantara Indah (PT. SBI), yang mendapat ijin
dari Kementerian Kehutanan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : 194/Kpts-11/1997 tanggal 4 April 1997 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi Atas
Areal Hutan Seluas + 6,200 (enam ribu dua ratus) Hektar di Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara Kepada PT. Sinar Belantara Indah dan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Repubiik Indonesia Nomor : SK.170/Menhut-
ll/2010 tanggal 1 April 2010, tentang Penetapan Batas Area! Kerja Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi (HPHTI-TRANS) PT.
Sinar Belantara Indah seluas 5.197,36 (Lima ribu seratus sembilan puluh tujuh,
tiga puluh enam perseratus) Hektar di Propinsi Sumatera Utara.
Bahwa pada hari Minggu tanggal 12Juni 2016 sekira Pukul 08.00 Wib,
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana pergi mencari Damar di daerah Perambahan Dusun Jadi Mulia Desa Sei
Meranti Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu, dan selanjutnya pada
saat terdakwa I, Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia
alias Fikana melintas dari Pondok Perambahan Dusun Jadi Mulia Desa Sei
Meranti Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu, kemudian Selamat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 21
(Dpo) memanggil terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa.
II Fikana Laia alias Fikana untuk singgah ke Pondoknya, selanjutnya Selamat
bertanya kepada terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II
Fikana Laia alias Fikana " Kalian tinggal di Barak K-057 ", dan dijawab
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana "ia", la!u Selamat berlata "Beraninya kalian membakar Lokasi tanaman
Kayu Eucaliptus yang berada dibelakang barak kalian itu, kalau kalian berani
membakarnya akan saya berikan uang sebesar Rp. 500.000.- (lima ratus ribu
rupiah) per orang ", dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana menyetujuinya dan menjawab "ia", laiu
Selamat mengatakan "apabila kalian berani dan sudah selesai membakarnya
nanti, jumpai saya dan akan saya berikan uang tersebut ", dan terdakwa I.
Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
menyetujuinya, kemudian terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana pergi melanjutkan mencari Damar.
Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2016 sekira pukul A 19,00 Wib
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana berada didalam pondok dan merencakan pembakaran hutan tersebut
dan akan mendapatkan uang yang dijanjikan oleh Selamat, selanjutnya
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana berangkat dari pondok (Barak) dengan berjalan kaki kearah belakang
pondok (Barak), dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana sudah mempersiapkan dengan membawa
1 (satu) buah Mancis warna putih dan Gas warna Htjau, dan sekitar + 50 (lebih
kurang lima puluh) meter dari belakang Pondok (Barak) terdakwa I. Ododogo
Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana berhenti
disebuah rumah atau pondok yang dilokasi ada tanaman Kayu Hutan Jenis
Eucaliptus milik PT. Sinar Belantara Indah Bagan Toreh yang akan dibakar,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 22
selanjutnya terdakwa i. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II
Fikana Laia alias Fikana mengumpulkan daun kering yang berserakan di
dibawah Kayu Hutan Jenis Eucaliptus tersebut dan selanjutnya terdakwa il.
Fikana Laia alias Fikana meminta Mancis kepada terdakwa I, Ododogo Hura
alias Ama Jeli untuk membakar daun kering yang dikumpulkannya, dan setelah
menyala terdakwa II. Fikani Lia alias Fikani memberikan mancis tersebut
kepada terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli dan terdakwa I. Ododogo
Hura alias Ama Jeii membakar daun kering yang sudah di kumpulkan,
kemduian mancis tersebut diserahkan kepada terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana, selanjutnya terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana A melihat api ada 2 (dua) titik lalu terdakwa
I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa Il Fikana Laia alias Fikana
puiang ke Pondok atau Barak tempat tinggai terdakwa I. Ododogo Hura alias
Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana, dan setelah tiba di
Pondok atau Barak terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana melihat kobaran api di lokasi yang dibakar
terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias
Fikana sudah marak terbakar.
Bahwa berdasarkan Surat Perintah Tugas dari Kepala BPKH Wilayah I Medan
dengan Nomor : PT.186/III/BPKH 1-1/6/2016 tanggal 16 Juni 2016 untuk
melaksanakan Tugas Pengambilan Titik Koordinat Pada Areal Konsesi Hutan
Tanaman Industri PT. Sinar Belantara Indah di Desa Sei Meranti Kec.
Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara, yang dibuat
dan ditanda tangani oleh M. IRPAN LUBIS dan RIDWAN pada pokoknya
menerangkan :
- Bahwa pada saat melakukan Pemeriksaan Lapangan terdapat dan
penentuan Titik Koordinat yang kami lakukan dengan mempergunakan alat
GPS Map 76 CSx Garmin dimana alat GPS tersebut merupakan Standarisasi
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 23
Departemen Kehutanan Republik Indonesia dengan cara GPS dihidupkan
dan menghasilkan Titik Koordinat North (Utara) dan East (Timur) pada layar
GPS yang kami ambil 4 (empat) titik koordinat, dengan hasil sebagai berikut:
- LU (N) : 010 28" 01,8" dan BT (E): 1000 21" 41,8" (Lokasi Jahan terbakar).
- LU (N) : 010 28" 01,2" dan BT (E): 1000 21" 40,9" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N) : 010 28" 02,1" dan BT (E): 1000 21" 41,8" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N) : 010 28" 01,4" dan BT (E) : 1000 21" 41,1" (Lokasi lahan terbakar).
Bahwa adapun areal PT. Sinar Belantara Indah (PT. SBI) yang terbakar akibat
perbuatan para terdakwa adalah seluas + 4 (empat) rante atau seluas + 1.600
M2 (seribu enam ratus meter persegi) dari areal lahan seluas + 6.200 (enam
ribu dua ratus) Hektar + 62.000.000 M2 (enam puluh dua juta meter persegi);
Bahwa melihat status sosial kehidupan dan status Sumber Daya Manusia
(SDM) para terdakwa (terdakwa I.Ododogo Hura alias Ama Jeli yang tidak
berpendidikan / tidak pernah bersekolah, demikian juga terdakwa II Fikana Laia
alias Fikana Kelas 1 SD (Tidak Tamat), sebagaimana dipersidangan Majelis
Hakim dapat menilai kondisi keberadaan para terdakwa tersebut.
Bahwa dengan kondisi para terdakwa yang sedemikian telah dimanfaatkan oleh
sdr.Selamat (DPO) untuk melakukan kejahatan, dengan diiming-imingi akan
dibayar masing-masing Rp.500.000.-(lima ratus ribu rupiah), yang ternyata sdr.
Selamat (DPO) tidak memberikan sesuatu apapun kepada terdakwa tersebut;
Bahwa namun demikian PT.Sinar Belantara Indonesia telah dirugikan akibat
perbuatan para terdakwa tersebut;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan meneliti dan
mempertimbangkan apakah dari fakta-fakta hukum tersebut apa yang didakwakan
kepada terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan
Penuntut Umum ataukah bukan tindak pidana;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 24
Menimbang, bahwa untuk dapat mempersalahkan seseorang telah
melakukan tindak pidana yang didakwakan haruslah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akanmempertimbangkan
dakwaan yang disusun secara Tunggal, yaitu Pasal 78 ayat (3) Jo Pasal 50 ayat
(3) huruf d UU Rl No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah dan
ditambah dengan UU RI No. 19 tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pengganti UU RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU RI No. 41 tahun
1999 tentang Kehutanan jo UU Rl No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHPidana dengan
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Setiap Orang;
2. Dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
ayat (3) huruf d yang berbunyi "setiap orang dilarang membakar hutan";
3. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta
melakukan perbuatan;
Ad. 1. Setiap Orang;
Menimbang, bahwa unsur setiap orang maksudnya adalah siapa saja tanpa
terkecuali termasuk terdakwa selaku subyek hukum pendukung hak dan
kewajiban yang kepadanya tidak terdapat hal tentang pengecualian dalam
pertanggungjawaban suatu perbuatan pidana yang dilakukannya, yang dalam hal
ini terdakwa berada dalam keadaan sehat jasmaniah dan rohani, dan
sebagaimana dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang memuat identitas
para terdakwa yaitu terdakwa I Ododogo Hura alias Ama Jeli dan Terdakwa II
Fikana Laia alias Fikana, serta ternyata terdakwa adalah mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Hakim maupun Jaksa Penuntut Umum dan
identitas terdakwa telah pula dibenarkan oleh saksi-saksi didalam persidangan ini,
sehingga unsur setiap orang telah terbukti secara sah menurut hukum ;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 25
Ad.2 Dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf d yang berbunyi "setiap orang membakar
hutan";
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Hutan menurut Pasal 1 ayat
(2) UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya
tidak dapat dipisahkan;
Menimbang, bahwa yang dimaksud kawasan hutan menurut ayat (3)
adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap;
Menimbang, bahwa pengertian hutan tanaman industri adalah hutan
tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan
produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku industri hasil hutan.
Menimbang, bahwa PT. Sinar Belantara Indah (PT. SBI), yang mendapat
ijin dari Kementerian Kehutanan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : 194/Kpts-II/1997 tanggal 4 April 1997 tentang
Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Pola Transmigrasi Atas
Areal Hutan Seluas + 6.200 (enam ribu dua ratus) Hektar di Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara Kepada PT. Sinar Belantara Indah dan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.170/Menhut-ll/2010 tanggal 1
April 2010, tentang Penetapan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri Pola Transmigrasi (HPHTI-TRANS) PT. Sinar Belantara Indah
seluas 5.197,36 (Lima ribu seratus sembilan puluh tujuh, tiga puluh enam
perseratus) Hektar di Propinsi Sumatera Utara.
Menimbang, bahwa pada hari Minggu tanggai 12 Juni 2016 sekira pukul
08.00 Wib, terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 26
Laia alias Fikana pergi mencari Damar di daerah Perambahan Dusun Jadi Mulia
Desa Sei Meranti Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu, dan
selanjutnya pada saat terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana melintas dari Pondok Perambahan Dusun
Jadi Muiia Desa Sei Meranti Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu,
kemudian Selamat (Dpo) memanggil terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
bersama terdakwa. II Fikana Laia alias Fikana untuk singgah ke pondoknya,
selanjutnya Selamat bertanya kepada terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana " Kalian tinggal di Barak K-057 ",
dan dijawab terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa lI Fikana
Laia alias Fikana "ia", lalu Selamat berkata "Beraninya kalian membakar lokasi
tanaman Kayu Eucaliptus yang berada dibelakang barak kalian itu, kalau kalian
berani membakarnya akan saya berikan uang sebesar Rp. 500.000.-(lima ratus
ribu rupiah) per orang ", dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa Il Fikana Laia alias Fikana menyetujuinya dan menjawab "ia", lalu
Selamat mengatakan "apabila kalian berani dan sudah selesai membakarnya
nanti, jumpai saya dan akan saya berikan uang tersebut ", dan terdakwa I
Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
menyetujuinya, kemudian terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa Il Fikana Laia alias Fikana pergi melanjutkan mencari Damar;
Menimbang, bahwa pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2016 sekira pukul
19.00 Wib terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana
Laia alias Fikana berada didalam pondok dan merencanakan pembakaran hutan
tersebut dan akan mendapatkan uang yang dijanjikan oleh Selamat (DPO),
selanjutnya terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeii bersama terdakwa II Fikana
Laia alias Fikana berangkat dari pondok (Barak) dengan berjalan kaki kearah
belakang pondok (Barak), dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana sudah mempersiapkan dengan membawa 1
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 27
(satu) buah Mancis warna putih dan Gas warna Hijau, dan sekitar + 50 (lebih
kurang lima puluh) meter dari belakang Pondok (Barak) terdakwa I. Ododogo Hura
alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana berhenti disebuah
rumah atau pondok yang dilokasi ada tanaman Kayu Hutan Jenis Eucaliptus milik
PT. Sinar Belantara Indah Bagan Toreh yang akan dibakar, selanjutnya terdakwa
I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana
mengumpulkan daun kering yang berserakan di dibawah Kayu Hutan Jenis
Eucaliptus tersebut dan selanjutnya terdakwa lI. Fikana Laia alias FikanaA
meminta Mancis kepada terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli untuk
membakar daun kering yang dikumpulkannya, dan setelah menyala terdakwa II.
Fikani Lia alias Fikani memberikan mancis tersebut kepada terdakwa I. Ododogo
Hura alias Ama Jeli dan terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli membakar daun
kering yang sudah di kumpulkan, kemudian mancis tersebut diserahkan kepada
terdakwa II Fikana Laia alias Fikana, selanjutnya terdakwa I. Ododogo Hura alias
Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana A melihat api ada 2 (dua)
titik lalu terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana
Lata alias Fikana pulang ke Pondok atau Barak tempat tinggal terdakwa I.
Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana, dan
setelah tiba di pondok atau barak terdakwa I. Ododogo Hura alias Ama Jeli
bersama terdakwa II Fikana Laia alias Fikana melihat kobaran api di lokasi yang
dibakar terdakwa l. Ododogo Hura alias Ama Jeli bersama terdakwa II Fikana Laia
alias Fikana sudah marak terbakar.
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian diatas, maka unsur ini telah
terbukti dan terpenuhi secara hukum;
Ad.3. Unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut
serta melakukan perbuatan;
Menimbang, bahwa orang yang melakukan (pleger), orang ini ialah
seorang yang sendirian telah berbuat mewujudkan segala anasir elemen dari
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 28
peristiwa pidana;
Menimbang, bahwa orang yang menyuruh melakukan (doen plegen),
disini sedikitnya ada dua orang yang menyuruh (doen plegen) dan yang disuruh
(plegen), jadi bukan orang itu sendiri yang melakukan peristiwa pidana akan tetapi
ia menyuruh orang lain;
Menimbang, bahwa orang yang turut melakukan (medepleger), turut
melakukan dalam arti kata bersama-sama melakukan, sedikit-dikitnya harus ada
orang, ialah orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan
(medepleger) peristiwa pidana itu.
Menimbang, bahwa adapun peranan para terdakwa dalam perbuatannya
yang dengan kesengajaan / dikehendaki telah membakar kawasan hutan
Tanaman Industri areal konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan Toreh
tersebut adalah atas suruhan dan karena janji akan diupah oleh yang bernama
SELAMAT, Lk, Umur + 45 tahun, pekerjaan petani, alamat: Dusun Jadi Mulia
Desa Sei Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu, dimana para terdakwa telah
disuruh melakukan pembakaran tersebut dengan imbalan Rp. 500.000.- (lima
ratus ribu rupiah) per orang;
Menimbang, bahwa dari fakta hukum diatas ternyata seseorang yang
bernama Selamat (DPO) telah memiliki permasalahan dengan PT.Sinar Belantara
Indonesia yaitu permasalahan atas penguasaan dan pengerjaan areal kawasan
hutan Tanaman Industri areal konsesi PT. Sinar Belantara Indah Dusun Bagan
Toreh dan membuat serta membangun Pondok dilokasi areal dekat lokasi yang
dibakar tersebut, lalu Selamat (DPO) telah memanfaatkan para terdakwa yang
keberadaannya tidak memiliki pendidikan yang memadai, serta para terdakwa
tidak mengetahui telah dimanfaatkan oleh orang yang bernama Selamat (DPO)
tersebut;
Menimbang, bahwa terlepas bahwa para terdakwa pada faktanya selain
tidak memahami areal yang dibakar masuk penguasaan Selamat (DPO) atau
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 29
areal PT.SBI, dan para terdakwa hingga tertangkap sama sekali belum mendapat
pembayaran sebagaimana yang dijanjikan orang yang bernama Selamat (DPO);
Menimbang, bahwa dengan seluruh uraian pertimbangan hukum diatas,
maka unsur inipun telah terbukti dan terpenuhi menurut hukum;
Menimbang, bahwa namun demikian Majelis Hakim tetap harus menaruh
empati kepada para terdakwa (karena keberadaannya tidak memiliki pendidikan
yang memadai atau tidak memiliki pendidikan dan atau hanya pernah duduk
dikelas 1 SD), sementara dilain pihak sangatlah ironis bahwa sebuah perusahaan
PT.Sinar Belantara Indonesia yang memiliki personil Security bahkan merekrut
personil keamanan dari BKO, tidak mampu menyeret / menjerat pelaku yang
bernama Selamat (DPO) tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena berdasarkan Surat Perintah Tugas dari
Kepala BPKH Wilayah I Medan dengan Nomor : PT.186/IH/BPKH 1-1/6/2016
tanggal 16 Juni 2016 untuk melaksanakan Tugas Pengambilan Titik Koordinat
Pada Areal Konsesi Hutan Tanaman Industri PT. Sinar Belantara lndah di Desa
Sei Meranti Kec. Torgamba Kab. Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara,
yang dibuat dan ditanda tangani oleh M. JARPAN LUBIS dan RIDWAN pada
pokoknya menerangkan :
Bahwa pada saat melakukan Pemeriksaan Lapangan terdapat dan penentuan
Titik Koordinat yang kami lakukan dengan mempergunakan alat GPS Map 76
CSx Garmin dimana alat GPS tersebut merupakan Standarisasi Departemen
Kehutanan Republik Indonesia dengan cara GPS dihidupkan dan menghastlkan
Titik Koordinat North (Utara) dan East (Timur) pada layar GPS yang kami ambil
4 (empat) titik koordinat, dengan hasil sebagai berikut:
- LU (N): 01° 28' 01,8" dan BT (E) : 100° 21' 41,8" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N): 01° 28' 01,2" dan BT (E) : 100° 21' 40,9" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N) : 01° 28' 02,1" dan BT (E): 100° 21' 40,8" (Lokasi lahan terbakar).
- LU (N) : 01° 28' 01,4" dan BT (E): 100° 21' 41,1" (Lokasi lahan terbakar).
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 30
Dan hasil ploting terhadap peta kawasan hutan propinsi Sumatera Utara
(Lampiran SK Menhut Nomor : 579/ll-Menhut/2014 tanggal 24 Juni 2014 bahwa
lokasi yang terbakar tersebut seluar lebih kurang 4 rante dan keseluruhan berada
pada kawasan hutan produksi tetap (HP) dan didaiam areal kerja HTI PT. Sinar
Belantara lndah (SBI).
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari dakwaan Pasal 78 ayat
(3) Jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang
sudah diubah dan ditambah dengan UU RI No. 19 tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pengganti UU RI No. 1 tentang Perubahan atas UU RI No. 41 tahun
1999 tentang Kehutanan Jo UU RI No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHPidana tersebut
telah terpenuhi dan terbukti, maka terdakwa ODODOGO HURA alias AMA JELI
dan Terdakwa FIKANA LAIA alias FIKANA harus dinyatakan telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "dengan sengaja
melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin menteri di dalam kawasan hutan" oleh
karena para terdakwa harus dijatuhi hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya.
Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan hukuman kepada para terdakwa,
Majelis Hakim akan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan;
Hal-hal yang memberatkan :
- Perbuatan Para terdakwa merugikan PT. Sinar Belantara lndah;
- Perbuatan Para terdakwa akan membahayakan lahan yang lainnya;
Hal-hal yang meringankan :
- Para terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya;
- Para terdakwa bersikap sopan dipersidangan;
- Para terdakwa memiliki keterbatasan pengetahuan untuk mengetahui areal PT
SBI;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 31
- Para terdakwa belum menikmati hasil kejahatannya belum pernah dihukum ;
Mengingat, dan memperhatikan ketentuan hukum yaitu Pasal 78 ayat (3)
Jo Pasal 50 ayat (3) huruf d UU Rl No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang
sudah diubah dan ditambah dengan UU RI No. 19 tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pengganti UU Rl No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Rl No.
41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU Rl No. 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana dalam perkara ini, dengan memperhatikan ketentuan Undang-undang
yang bersangkutan :
MENGADILI :
1. Menyatakan terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI dan Terdakwa
II. FIKANA LAIA alias FIKANA telah terbukti bersalah melakukan tindak
pidana "secara bersama-sama dengan sengaja membakar hutan"
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Pasal 78 ayat (3) Jo
Pasal 50 ayat (3) huruf d UU Rl No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang
sudah diubah dan ditambah dengan UU Rl No. 19 tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pengganti UU Rl No. 1 tentang Perubahan atas UU Rl
No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo UU Rl No. 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1
KUHPidana.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I. ODODOGO HURA alias AMA JELI
dan Terdakwa II. FIKANA LAIA alias FIKANA oleh karenanya dengan pidana
penjara masing-masing selama 6 (enam) bulan dan dihukum untuk membayar
denda sebesar Rp. 1.000.000.000.-(satu milyard rupiah), dengan ketentuan
apabila denda tidak dibayar dapat diganti dengan 3 (tiga) bulan kurungan;
3. Menetapkan penahanan yang telah dijalani para terdakwa akan dikurangkan
seluruhnya dari hukuman pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 32
5. Menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) buah mancis warna putih dengan gas warna hijau; Dimusnahkan.
- 3 (tiga) potong kayu hutan jenis Eucaliptus yang sudah terbakar;
Dikembalikan kepada pihak PT. Sinar Belantara Indah Bagan Toreh melalui
saksi Robin Roni Pardede.
6. Menetapkan agar para terdakwa dibebani membayar biaya perkara masing-
masing sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Rantauprapat pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016 oleh
kami DOMINGGUS SILABAN, SH.MH., sebagai Hakim Ketua, dengan
T.ALMADYAN, SH.MH., dan MINCE S.GINTING, SH.MKn., masing-masing
sebagai Hakim Anggota, Putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam
sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua tersebut dengan didampingi
para Hakim Anggota, dibantu oleh MEGAWATI SIMBOLON, sebagai Panitera
pada Pengadilan Negeri Rantauprapat serta dihadiri oleh SUSI SIHOMBING,
SH., Jaksa Penuntut Umum Pada Kejaksaaan Negeri Rantauprapat serta di
hadapan Terdakwa tanpa di hadiri oleh Penasihat Hukumnya tersebut.
Hakim-hakim Anggota, Hakim Ketua,
-dto- -dto-
T.ALMADYAN, SH.MH DOMINGGUS SILABAN, SH.,M.H.
-dto- MINCE S.GINTING, SH.MKn.
Panitera,
-dto-
MEGAWATI SIMBOLON.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Putusan perkara pidana No.680/Pid.Sus/2016/PN.Rap. Page 33
Catatan :
Dicatat disini bahwa Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan permohonan
Banding terhadap putusan Pengadilan Negeri rantau Prapat tanggal 19 Oktober
2016 Nomor 680/Pid.Sus/2016/PN-Rap, sesuai dengan Akta Pernyataan Banding
tanggal 25 Oktober 2016 Nomor 78/Akta.Pid/2016/PN Rap.
Panitera
Pengadilan Negeri Rantau Prapat,
-dto-
MEGAWATI SIMBOLON, S.H.
NIP. 19650521989032002
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33