TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

34
TINDAK PIDANA KOROPSI MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kewirausahaan yang dibimbing oleh Rokiyah, SH, MH Oleh Kelas 2E/(12) Lusi Niyaga (1431120116)

Transcript of TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Page 1: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

TINDAK PIDANA KOROPSI

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kewirausahaan

yang dibimbing oleh Rokiyah, SH, MH

Oleh

Kelas 2E/(12)

Lusi Niyaga (1431120116)

POLITEKNIK NEGERI MALANGJURUSAN TEKNIK ELEKTRO

D3 TEKNIK LISTRIKNovember 2015

Page 2: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan

tindak pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat

dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan dapat

menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana

ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan

pembangunan sosial ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai– nilai demokrasi

dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Korupsi

merupakan ancaman terhadap cita- cita menuju masyarakat adil dan makmur.

Pembicaraan tentang korupsi seakan tidak ada putus-putusnya. Fenomena ini memang

sangat menarik untuk dikaji, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini, dimana ada

indikasi yang mencerminkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Tuntutan

akan pemerintahan yang bersih semakin keras, menyusul krisisi ekonomi akhir-akhir ini.

Hal ini sungguh masuk akal, sebab kekacauan ekonomi saat ini merupakan ekses dari

buruknya kinerja pemerintahan di Indonesia dan praktik korupsi inilah yang menjadi akar

masalah.

Masalah korupsi bukan lagi masalah baru dalam persoalan hukum dan ekonomi bagi

suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, baik di

negara maju maupun di negara berkembang termasuk juga di Indonesia. Korupsi telah

merayap dan meyelinap dalam berbagai bentuk, atau modus operandi sehingga

menggerogoti keuangan negara, perekonomian negara dan merugikan kepentingan

masyarakat.

Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Baik dari

jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian keuangan negara. Kualitas tindak

pidana korupsi yang dilakukan juga semakin sistematis dengan lingkup yang memasuki

seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor utama

penghambat keberhasilan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan

makmur sebagaiman diamanatkan oleh Undang-Undang dalam memberantas korupsi.

Korupsi juga semakin memperburuk citra pemerintah di mata masyarakat yang tercermin

dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum, bila

Page 3: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut sangat membahayakan

kelangsungan hidup bangsa.

Salah satu agenda reformasi yang dicanangkan oleh para reformis adalah

memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pada waktu digulirkannya

reformasi ada suatu keyakinan bahwa peraturan perundangan yang dijadikan

landasanlandasan untuk memberantas korupsi dipandang tidak sesuai lagi dengan

kebutuhan masyarakat. Hal ini tersebut dapat di lihat dalam Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/ MPR / 1998 Tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VIII / MPR/

2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijaksanaan Pemberantasaan dan Pencegahan

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan butir c konsideran Undang – undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dinyatakan sebagai

berikut : “Bahwa undang – undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam

masyarakat, karena itu perlu diganti dengan Undang – undang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegah dan

memberantas tindak pidana korupsi”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana koropsi ?

2. Apa faktor penyebab tindak pidana koropsi ?

3. Bagaiman pencegahan dan strategi pemberantasa koropsi ?

4. Apa saja jenis dan sanksi dalam undang-undang ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui makna dan definisi dari tindak pidana koropsi.

2. Agar dapat mengetahui apa saja penyebab dan faktor terjadinya tindak pidana

koropsi.

3. Agar dapat memahami bagaimana pencegahan dari tindak pidana koropsi.

4. Agar dapat mengetahui jenis dan sanksi dalam undang-undang.

Page 4: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tindak Pidana Koropsi

Koropsi atau rasuah ( bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok ) adalah tindakan

pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam

tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan

publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dalam arti luas koropsi atau koropsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi

untuk keuntungan pribadi. Menurut beberapa para ahli koropsi didefinisakan bermacam-

macam pengertian. Menurut  Suyatno tindak pidana korupsi dapat didefiniskan ke

dalam 4 jenis yaitu :

1. Discritionery corruption adalah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan

dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah

praktik-praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi.

2. Illegal corruption merupakan jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa

atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu.

3. Mercenry corruption adalah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk

memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

4. Ideological corruption yaitu suatu jenis korupsi illegal maupundiscretionery yang

dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.

Dalam realitas raung lingkup prototype atau bentuk  dan jenis korupsi begitu luas

sehingga tidak mudah dihadapi sarana hukum semata. Menurut Prof Dr Syet Husein

Alatas, guru besar Universitas Singapurayang banyak menulis dan pakar perihal korupsi

menyebutkan terdapat 7 (tujuh) tipologi atau bentuk dan jenis korupsi yaitu :

1. Korupsi Transaktif (transactive corruption), jenis korupsi yang menunjuk adannya

kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan

kepda kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan

Page 5: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

kepada kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan yang

biasnnya melibatkan  dunia usaha atau bisnis dengan pemerintah.

2. Orupsi perkerabatan (nepotistic corruption)yang menyangkut penyalahgunaan

kekuasaan dan wewenang untuk berbagai keuntungan bagi teman atau sanak saudara

dan krooni-kroninya.

3. Korupsi yang memeras (extortive corruption) adalah korupsi yang dipaksakan

kepada suatu pihak yang biasannya disertai ancaman, terror, penekanan (presur)

terhadap kepentingan orang-orang dan hal-hal yang dimilikinya.

4. Korupsi Investif (investive corruption), adalah memberikan suatu jasa atau barang

tertentu kepada pihaklain demi keuntungan dimasa depan.

5.  Korupsi defensive (devensive corruption), adalah pihak yang akan dirugikan

terpaksa ikut terlibat didalamnya atau bentuk ini membuat terjebak bahkan menjadi

korban perbuatan korupsi.

6. Korupsi Otegenik (outogenic corruption),  adalah korupsi yang dilakukan seorang

diri (single fighter), tidak ada orang lain atau pihak lain yang terlibat.

7. Korupsi Suportif (supportive corruption), adalah korupsi dukungan (support) dan

taka da orang atau pihak lain yang terlibat.

Jenis Praktik bisnis pada korupsi transaktif yaitu :

a) Korupsi epidemic (epidemic corruption). Jenis korupsi konvensional yang lebih

popular dengan korupsi public (public corruption) dan dengan cepat mewabah atau

“epidemic” yang pelaku biasanya masyarakat  atau berbagai tingkat bawah dengan

pungutan “tidak resmi” atau pungutan liar, suap menyuap untuk urusan administrasi,

surat ijin atau lisensi, layanan dari pemerintah masih ada tambahan biaya petugas

pajak yang curang, tagihan rekening listrik, telepon yang merugikan masyarakat,

jadi benar-benar merupakan bentuk korupsi yang hamper sehari-hari terjadi pada

masyarakat.

b) Korupsi endemic (endemic corruption),  merupakan bentuk korupsi antara kalangan

bisnis, pelaku bisnis dengan tindakan kolusi pada birokrat  artinya krakter suap

antara kontraktor dengan aparat birokrat, sehingga jatah proyek pada yang tidak

berhak, komisi untuk pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, melakukan

ruislag tukar guling dengan keputusan dipengaruhi unsur korupsi,  menyalahgunakan

APBN dan berbagai bentuk penyelengan keunagan Negara dalam pengelolaan

keuangan  dengan alas an kepentingan tugas padahal relative dan meragukan tapi

Page 6: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

menguntungkan diri sendiri atau korupsi ditempuh dengan cara sistematis dengan

memanfaatkan peluang transaksi dalam dunia bisnis mulai proses perencanan atau

korupsiberencana, selanjutnya sejak awal kontraktor berusaha memperoleh proyek

melalui piminan proyek (pimpro) dan bekerja sama dengan rekanan pemborong atau

kontraktor, kerja sama dengan rekanan pemborong atau kontraktor, kerjasama  dapat

terjadi mulai menyusun Rancangan Rencana Kerja  dan Anggaran

(RENJA),  Rencana Kerja  Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL) menjadi

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Biaya (RAB) suatu proyek pembnagunan dan

perencanan yang lain bahkan ikut menyusun memperjuangkan proyek tersebut agar

terbit DIPA, sedangkan rencana tentang pembagian keuntungan atau komisi telah

disusun rapi sejak awal. Modus korupsi sistematik melalui perencanaan  sering

membuat biaya operasional proyek menjadi kecil misalnya pajak PPn PPh 12,5%,

Cost fee pemborong 10%, komisi pimpro 10%, beban servis pejabat 2,5%,

rendawals 4%, cadangan sussut/hangus sampai 6% sisanya antara 55% sampai 60 %

dan kualitas proyek menjadi buruk diluar spektek, bestek sehingga menjadi

bermasalah.

c) Korupsi transnasional (transnasional corruption), adalah bentuk korupsi dilakukan

oleh pelaku bisnis atau para elite birokrat dengan cara professional dengan

memanfaatkan hi-tech dan bentuk kejahatan dimensi baru (new dimention crime)

bahkan melibatkan investor asing, kontraktor asing dan oleh badan-badan usaha

besar yang berbentuk multi nasional corporation yang melakukan korupsi, serta

lebih popular disebut konglomerat hitam karena korupsi jenis ini langsung

berpengaruh kepada besar kecilnya APBN. Praktik jenis korupsi transnasional

misalnya dalam bentuk mark-up proyek pertambanagn emas, tembaga, minyak,

eksplorasi uap, batu bara dan lain-lain, manipulasi pengelolaan hutan disertai illegal

loging, komisi dalam jumlah besar pada proyek-proyek pemerintah, manipulasi

perpajakan dan manipulasi proyek-proyek pembangunan lainnya serta kerugian yang

ditimbulkan mencapai miliaran dolar atau triliun rupiah.

Jenis dan tipologi korupsi menurut bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang

dibuat dalam pasal-pasal UU Nomor 31 tahun 1999 yang diubah dengan Undang-

undang nomor 20 tahun 2001 sebagai berikut :

a) Tindak pidana korupsi dengan memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu

korporasi (pasal 2)

Page 7: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

b) Tindak pidana korupsi dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan,

sarana jabatan atau kedudukan (pasal 3)

c) Tindak pidana korupsi Suap dengan memberikan atau menjanjikan sesuatu

(pasal 5)

d) Tindak pidana korupsi dengan suap pada hakim dan advokad (pasal 6)

e) Tindak pidana korupsi dalam  hal membuat bangunan dan menjual bahan

bangunan dan korupsi dalam hal menyerahkan alat keperluan TNI  dan KNRI

(pasal 7)

f) Tindak pidana korupsi oleh Pegawai negeri mengelapkan uang dan surat

berharga (pasal 8)

g) Tindak pidana korupsi  pegawai negeri memalsu buku-buku dan daftar-daftar

(pasal 9)

h) Tindak pidana korupsi Pegawai negeri merusakan barang, akta, surat atau

daftar (pasal 10)

i) Tindak pidana korupsi oleh Pegawai Negeri menerima hadiah atau janji yang

berhubungan dengan kewenangan jabatan (pasal 11)

j) Tindak pidana korupsi oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara atau

hakim dan advokat menerima hadiah atau janji; pegawai negeri memaksa

membayar, memotong pembayaran, meminta pekerjaan, menggunakan tanah

Negara dan turut serta dalam pemborongan (pasal 12)

k) Tindak pidana korupsi Suap Pegawai Negeri menerima gratifikasi (pasal 12b)

l) Tindak pidana korupsi suap  pada pegawai negeri dengan mengingat

kekuasaan jabatan (pasal13)

m) Tindak pidana korupsi yang berhubungan dengan hukum acara pemberantasan

korupsi

n) Tindak pidana pelanggaran terhdapa pasal 220, 231, 421, 429 dan 430 KUHP

(pasal 23).

2.1.1 Ciri-ciri Tindak Pidana Koropsi

Berbicara mengenai Ciri ciri korupsi, Syed Hussein Alatas memberikan ciri-ciri

korupsi, sebagai berikut :

1. Ciri korupsi selalu melibatkan lebih dari dari satu orang. Inilah yang membedakan

antara korupsi dengan pencurian atau penggelapan.

Page 8: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

2. Ciri korupsi pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang

melatarbelakangi perbuan korupsi tersebut.

3. Ciri korupsi yaitu melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.

Kewajiban dan keuntungan tersebut tidaklah selalu berbentuk uang.

4. Ciri korupsi yaitu berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran hukum.

5. Ciri korupsi yaitu mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki

kekuasaan atau wewenang serta mempengaruhi keputusan-keputusan itu.

6. Ciri korupsi yaitu pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan

publik atau pada masyarakat umum.

7. Ciri korupsi yaitu setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari

mereka yang melakukan tindakan tersebut.

8. Ciri korupsi yaitu dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk menempatkan

kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi.

2.2 Faktor Penyebab Tindak Pidana Koropsi

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana

Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiaporang yang dikategorikan

melawanan hukum, melakukan perbuatan memperkayadiri sendiri, menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatukorporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Berdasarkan Gone Theory yang dikemukakan oleh jeck bologne, ada beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya korupsi, yaitu :

1. Greeds (keserakahan)

2. Opportunities (kesempatan melakukan kecurangan)

3. Needs (kebutuhan hidup yang sangat banyak)

4. Exposures (pengungkapan) : tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku

kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan tidak begitu jelas.

Indonesia sendiri, korupsi dapat dengan mudah terjadi karena penegakan hukumnya yang

tidak konsisten. hukum yang ada hanya bersifat sementara dan selalu berubah tiap pergantian

pemerintahan. Hal ini membuat orang berani untuk melakukan tindak korupsi karena

konsekuensi bila ditangkap lebih rendah dari pada keuntungan korupsi. Saat tertangkap pun

Page 9: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan

hukumannya.

Agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena

perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama

hanya berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama nyaris tidak

berfungsi dalam memainkan peransosial.

Sejak jaman penjajahan dulu, indonesia sudah terbiasa untuk memberi upeti, imbalan jasa

dan hadiah. Budaya ini terus dijalankan hingga sekarang sehingga suap menyuap bukan hal

yang aneh lagi. Selain itu, budaya serba membolehkan dan tidak mau tahu membuat orang

beranggapan bahwa korupsi adalah hal biasa karena sering ter!adi, bahkan sudah

membudaya.

Di dalam dunia politik, seseorang bisa dengan mudah terpengaruh untuk melakukan

tindak korupsi karena langkanya lingkungan yang antikorup. Sistem dan pedoman anti

korupsi hanya dilakukan sebatas formalitas. Ada juga yang takut dianggap bodoh bila tidak

menggunakan kesempatan untuk menyalahgunakan dan kekuasaan yang ada. Apalagi dengan

rendahnya pendapatan negara, korupsi semakin menjadi-jadi. Pedapatan yang diperoleh tidak

mampu memenuh ikebutuhan penyelenggara negara, tidak mampu mendorong penyelenggara

negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Kemiskinan membuat seseorang melakukan tindak korupsi dengan dalih mengalami

kesulitan dalam hal ekonomi. Keluarga yang terus-menerus mendesaknya untuk

menghasilkan uang lebih banyak, membuatnya gelap mata dan tidak takut lagi dengan dosa.

Namun, secara tidak sadar korupsi telah menyebabkan kemiskinan meningkat karena hal

tersebut membawa dampak buruk pada pembangunan sosial dan ekonomi.

Bukan hanya orang tidak mampu, orang yang sudah kaya raya pun memiliki

kecenderungan untuk melakukan tindak korupsi. Hal ini berkaitan dengan adanya perilaku

serakah yang ada di dalam setiap orang. Mereka orang yang tidak pernah puas dengan apa

yang dimiliki dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Jadi, korupsi

tidak hanya disebabkan oleh sifat koruptor itu sendiri, tetapi lingkungan dimana mereka

tinggal yang dapat mempengaruhi terbentuknya sifat individu di dalam diri manusia.

Menurut Syed Hussein sebab-sebab terjadiny koropsi sebagai berikut :

Page 10: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

1. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi

2. Kemiskinan

3. Kurangnya pendidikan

4. Tiadanya tindak hukum yang tegas

5. Struktur pemerintahan.

6. Perubahan radikal

7. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika

8. Keadaan masyarakat.

Dampak terjadinya koropsi ada beberapa faktor yang mempengarui

1.      Bidang Kehidupan

a) Hukum

Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan hukum

Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.

Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat

Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan uang

Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama rakyat miskin

Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele karena disalahgunakan oleh

aparat penegak hukum.

b) Politik

Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat)

Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat.

Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara Negara

Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia indonesia.

Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak percaya terhadap pemerintah

Diabaikannya pembangunan nasional karena penyelenggara negara disibukkan

dengan membuat kebijakan popilis bukan realistis.

c) Ekonomi

Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada di lingkaran

kekuasaan.

Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah bukan

berdasarkan kemandirian.

Page 11: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan didasarkan

pada kondisi sebenarnya

Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi kerakyatan.

Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara keseluruhan

Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni diterapkannya sistem ekonomi

kapitalis yang sangat merugikan pengusaha menengah dan kecil.

Terjadinya tindak pencucian uang 

d) Sosial Budaya

Hilangnya nilai-nilai moral social

Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara

Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum, berkurangnya kepedulian dan

kesetiakawanan

Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

2.3 Pencegah Dan Strategi Pemberantasan Koropsi

Menurut Andi Hamzah (2005:249), strategi pemberantasan korupsi bisa disusundalam

tigas tindakan terprogram, yaitu Prevention , Public Education dan Punishment. Prevention

ialah pencerahan untuk pencegahan. Publik Education yaitu pendidikan masyarakat untuk

menjauhi korupsi. Punishment adalah pemidanaan atas pelanggaran tindak pidana korupsi.

Strategi Preventif

Strategi Preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengancara

menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya

korupsi. Konvensi PBB Anti Korupsi, Uneted NationsConvention Against Corruption

(UNCAC), menyepakati langkah-langkahuntuk mencegah terjadinya korupsi. Masing-

masing negara setuju untuk: “...mengembangkan dan menjalankan kebijaksanaan anti-

korupsi terkoordinasi dengan mempromosikan partisipasi masyarakat danmenunjukkan

prinsip-prinsip supremasi hukum, manajemen urusan publik dan properti publik dengan

baik, integritas, transparan, dan akuntable, ...saling bekerjasama untuk mengembangkan

langkah-langkah yang efektif untuk pemberantasan korupsi”.

Public Education

Page 12: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Public Education atau pendidikan anti korupsi untuk rakyat perludigalakkan untuk

membangun mental anti-korupsi. Pendidikan anti-korupsi ini bisa dilakukan melalui

berbagai pendekatan, seperti pendekatan agama, budaya, sosioal, ekonomi, etika, dsb.

Adapun sasaran pendidikan anti-korupsi secara garis besar bisadikelompokkan menjadi

dua:

a) Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah dan calon aparatur pemerintah.

b) Public education anti korupsi bagi masyarakat luas melalui lembaga-lembaga

keagamaan, dan tokoh-tokoh masyarakat. Semua itu dilakukanuntuk meningkatkan

moral anti korupsi. Publik perlu mendapatsosialisasi konsep-konsep seperti kantor

publik dan pelayanan publik berikut dengan konsekuensi-konsekuensi tentang biaya-

biaya sosial,ekonomi, politik, moral, dan agama yang diakibatkan korupsi.

Strategi Punishment

Strategi Punishment adalah tindakan memberi hukuman terhadap pelakutindak pidana

korupsi. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesiamemiliki dasar hukum

pemberantasan korupsi paling banyak, mulai dari peraturan perundang-undangan yang

lahir sebelum era eformasi sampaidengan produk hukum era reformasi, tetapi

pelaksanaannya kurangkonsisten sehingga korupsi tetap subur di negeri ini.

Dari sekian banyak peraturan perundang-undangan anti-korupsi yang ada,salah satu

yang paling populer barangkali UU Nomor 30/2002 tentangKPK. KPK adalah lembaga

negara yang bersifat independen yang dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya

bebas dari kekuasaan manapun.

Tugas-tugas KPK adalah sebagai berikut:

a) Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasantindak

pidana korupsi,

b) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasantindak

pidana korupsi,

c) Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana

korupsi,

d) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, danmelakukan

monitor terhadap penyelengaraan pemerintahan negara.

Upaya yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah :

Page 13: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi

Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi

Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka

Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk memantau

kinerja para penyelenggara Negara

Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai.

Cara yang kedua yang ditempuh untuk menindak lanjuti korupsi adalah :

Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor

Penndakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang bersikap

tidak tegas dan meloloskan koruptor dari jerat hokum

Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku terhadap para pelaku korupsi

Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak

hukum untuk segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.

Salah satu langkah nyata dalam upaya pemberantasan korupsi secara represif adalah

dengan ditetapkannya UU No. 46 Tahun 2003 tentang Pengendalian Tindak Pidana

Korupsi.Hakim dalam pengadilan tindak Pidana Korupsi terdiri dari hakim ad hoc yang

persyaratan dan pemilihan serta pengangkatannya berbeda dengan hakim pada umumnya.

Keberadaan hakim ad hoc diperlukan karena keahliannya sejalan dengan kompleksitas

perkara tindak pidana korupsi, baik yang menyangkut modus operandi, pembuktian, maupun

luasnya cakupan tindak pidana korupsi yang antara lain di bidang keuangan dan perbankan,

perpajakan, pasar modal , pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2.4 Jenis dan Sanksi dalam UU No 20 Tahun 2001

Dalam Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi Jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi, pertanggung jawaban pidana pada perkara tindak pidana korupsi yaitu:

a) Korporasi  adalah  kumpulan  orang  dan  atau  kekayaan  yang  terorganisasi  baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

b) Pegawai Negeri adalah meliputi :

pegawai      negeri      sebagaimana        dimaksud      dalam      Undang-undang

tentang Kepegawaian;

Page 14: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

pegawai  negeri  sebagaimana  dimaksud  dalam  Kitab  Undang-undang  Hukum

Pidana;

orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;

orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan

dari keuangan negara atau daerah; atau

orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan

modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

c) Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.

 PENJATUHAN PIDANA PADA PERKARA TINDAK PIDANA PADA PERKARA

TINDAK PIDANA KORUPSI

Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo undang-undang

nomor 20 tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap

terdakwa tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut.

 Terhadap Orang yang melakukan Tindak Pidana Korupsi

1. Pidana Mati

Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang nomor

20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang dilakukan dalam

keadaan tertentu.

2. Pidana Penjara

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi

setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara

atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1)

Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun

dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling

banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan

Page 15: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian

Negara (Pasal 3)

Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun

dan/atau denda paling sedikitRp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan

sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak

langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap

tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21)

Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun

dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi setiap orang

sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.

 

3. Pidana Tambahan

Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang

tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,

termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu

pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut.

Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan

harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau

sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada

terpidana.

Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)

bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang

pengganti tersebut.

Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar

uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak

memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan undang-

Page 16: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

undang nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan

dalam putusan pengadilan.

 Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan Oleh atau Atas Nama Suatu Korporasi

Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan maksimal

ditambah 1/3 (sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui procedural ketentuan pasal 20 ayat

(1)-(5) undang-undang 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah

sebagai berikut:

1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka

tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan/atau

pengurusnya.

2) Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut

dilakukan oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan

hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun

bersama-sama.

3) Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi

tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat diwakilkan kepada

orang lain.

4) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di

pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya penguruh tersebut dibawa ke siding

pengadilan.

5) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk

menghadap dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus

di tempat tinggal pengurus atau ditempat pengurus berkantor.

Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 20

tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah

a) Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;

b) Perbuatan melawan hukum;

c) Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;

d) Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena

jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

2.4.1 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Page 17: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat

mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp

1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim

Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang

dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi

Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib),

namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga

Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak

dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara

mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya

menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru

menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &

Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor

IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara

yang Bersih & Bebas dari KKN.

Persepsi Masyarakat tentang Korupsi

Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan

sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh.Namun yang paling menyedihkan adalah sikap

rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa

oknum pejabat lokal, maupun nasional.

Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan de-

monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.

Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor.

Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas

terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin

berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan

secara  menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

Fenomena Korupsi di Indonesia

Page 18: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

a) Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada

lembaga-lembaga politik yang ada.

b) Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num”

lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan,

kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.

c) Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak

di antara mereka yang tidak mampu.

d) Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih

“kepentingan rakyat”.

Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-

upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas

korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para

pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good

governance.

Membangun kepercayaan masyarakat.

Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.

Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-

sia, antara lain sebagai berikut :

1. Upaya Pencegahan (Preventif)

Page 19: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada

bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.

Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung

jawab yang tinggi.

Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa

tua.

Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi

dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui

penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2. Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan

dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana.

3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait

dengan kepentingan publik.

Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga

ke tingkat pusat/nasional.

Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-

rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam

setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-

awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari

sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui

usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di

Page 20: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki

pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.

 Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan

memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-

karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang

demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global.

Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004

menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya,

Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di

posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan

Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik

dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &

Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

Page 21: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari teori yang telah disajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan

sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).

2. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi.

3. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelom-pok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pri-badinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.

4. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korup-si.

5. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dlam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain :upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM (Lembaga Swada-ya Masyarakat).

3.2 Saran

Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indo-nesia

agar mendapat informasi yang lebih akurat.

Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasi-kannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Page 22: TINDAK PIDANA KOROPSI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Adenrabani. Pengertian Tindak Pidana Koropsi, (online),

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32981/4/Chapter%20I.pdf), diakses 17 Novembar 2015.

Sulisani. Pengertian Tindak Pidana Koropsi Menurut Pakar,(online),

(http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-tindak-pidana-korupsi.html#_), diakses 17 Novembar 2015.

Madiningrum. Tipologi Koropsi, (online),

(http://parismanalush.blogspot.co.id/2014/09/tipologi-korupsi.html), diakses 17 Novembar 2015.

Jur. Andi Hamzah, 2007. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Penerbit PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Tofiq Mohammad. Faktor Penyebab Tindak Pidana Koropsi, (online),

(http://www.academia.edu/7174050/FAKTORFAKTOR_PENYEBAB_TINDAK_KORUPSI) ), diakses 17 Novembar 2015.

Safira Mirani.Koropsi, (online),

(http://kumpulanmakalahku12.blogspot.co.id/2013/11/korupsi.html), diakses 17 Novembar 2015.

Nurinsany. Strategi Pemberantasan Koropsi Di Indonesia,(online),

(http://www.academia.edu/3097181/STRATEGI_PEMBERANTASAN_KORUPSI_DI_INDONESIA), diakses 17 Novembar

2015.

Kazarana. Tindak-Pidana-Korupsi-Di-Indonesia-Tinjauan-Uu-No-31-Tahun-1999-Jo-Uu-No-20-Tahun-2001-Tentang-Pemberantasan-Tindak-Pidana-Korupsi, (online),

(https://agusthutabarat.wordpress.com/2009/11/06/tindak-pidana-korupsi-di-indonesia-tinjauan-uu-no-31-tahun-1999-jo-uu-no-20-tahun-2001-tentang-pemberantasan-tindak-

pidana-korupsi/), diakses 17 Novembar 2015.