Timbulan Sampfah
Transcript of Timbulan Sampfah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang
dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang
buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai
sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi
di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar.
Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah
yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan
sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak
positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah,
terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang
menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).
Buangan padat atau sampah adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan
keberadaannya oleh manusia pada waktu tertentu. Pada awalnya sampah tidaklah
menjadi masalah bagi manusia dan lingkungan karena sampah yang dibuang ke
tanah karena jumlahnya yang sedikit sehingga masih dapat diolah sendiri oleh
alam, namun sekarang jumlah manusia yang membuang sampah tersebut jauh
lebih kecil dibandingkan dari luas area tanah penerimanya sehingga dibutuhkan
sebuah bentuk pengolahan oleh manusia agar tidak menimbulkan dampak
terhadap manusia dan lingkungan.
Oleh karena itu diadakanlah praktikum timbulan sampah agar praktikan dapat
mengetahui jenis-jenis sampah serta mengetahui berapa banyak timbulan sampah
yang dihasilkan suatu daerah per-harinya.
34
1.2 Tujuan Praktikum
a. Mengetahui pengertian timbulan sampah.
b. Mengetahui faktor-faktor komposisi sampah.
c. Mengetahui berat timbulan sampah per kawasan.
35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari
jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU,
2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain
peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material,
dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Timbulan sampah
biasanya dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004) :
a. Satuan berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meter-
persegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per
hari (kg/bed/h).
b. Satuan volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi
bangunan per hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (kg/bed/h).
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem
pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah
awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan
sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit
bangunan dan sebagainya. Rata-rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu
daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Damanhuri, 2004):
1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya.
2. Tingkat hidup.
3. Perbedaan musim.
4. Cara hidup dan mobilitas penduduk.
5. Iklim.
36
6. Cara penanganan makanannya.
2.2 Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen
yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk
mengevaluasi peralatan yang diperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana
manajemen persampahan suatu kota. Pengelompokkan sampah yang paling sering
dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat
atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan
dan sampah lain-lain (Damanhuri, 2004).
Semakin sederhana pola hidup masyarakat semakin banyak komponen sampah
organik (sisa makanan dll). Dan semakin besar serta beragam aktivitas suatu kota,
semakin kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.
Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut
(Tchobanoglous, 1993):
1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin
tinggi tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya
akan tetap bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena
terdekomposisi.
2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
3. Kondisi Ekonomi. Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah
dengan komponen yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu
masyarakat, produksi sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng
cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan
bersih.
37
4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban
sampahnya juga akan cukup tinggi;
5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi komposisi sampah. Negara maju seperti Amerika banyak
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang
seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.
2.3 Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisik, kimia dan
biologi. Karakteristik sampah sangat penting dalam pengembangan dan desain
sistem manajemen persampahan. Karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu pendapatan masyarakat (low, medium, dan high income),
pertumbuhan penduduk, produksi pertanian, pertumbuhan industri dan konsumsi
serta perubahan musim (Tchobanoglous, 1993).
1. Karakteristik Fisika.
a. Berat Jenis
Berat jenis merupakan berat material per unit volume (satuan lb/ft3, lb/yd3 atau
kg/m3). Data ini diperlukan untuk menghitung beban massa dan volume total
sampah yang harus dikelola. Berat jenis ini dipengaruhi oleh:
Komposisi sampah;
Musim;
Lamanya penyimpanan.
b. Kelembaban
Menentukan kelembaban dalam sampah dapat digunakan dua cara, yaitu dengan
ukuran berat basah dan berat kering. Ukuran kelembaban yang umum digunakan
dalam manajemen persampahan adalah % berat basah (wet weight). Data
kelembaban sampah berguna dalam perencanaan bahan wadah, periodisasi
38
pengumpulan, dan desain sistem pengolahan. Kelembaban sampah dipengaruhi
oleh:
Komposisi sampah.
Musim.
Kadar humus.
Curah hujan.
c. Ukuran dan distribusi partikel
Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah digunakan untuk menentukan
jenis fasilitas pengolahan sampah, terutama untuk memisahkan partikel besar
dengan partikel kecil. Ukuran komponen rata-rata yang ditemukan dalam sampah
kota berkisar antara 7 - 8 inchi.
d. Field Capacity
Field capacity adalah jumlah kelembaban yang dapat ditahan dalam sampah
akibat gaya gravitasi. Field capacity sangat penting dalam menentukan aliran
leachate dalam landfill. Biasanya field capacity sebesar 30% dari volume sampah
total.
e. Permeabilitas sampah yang dipadatkan
Permeabilitas sampah yang dipadatkan diperlukan untuk mengetahui gerakan
cairan dan gas dalam landfill.
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif suatu proses
dan sistem recovery pengolahan sampah.
a. Proximate Analysis
Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW) mudah
terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993):
C, t = 1 jam); Kelembaban (kadar air berkurang pada suhu 105oC) Volatile
combustible matter (berat sampah yang berkurang pada pemanasan 950 Fixed
carbon (sisa material setelah volatil hilang); Ash (sisa pembakaran).
39
b. Titik Lebur Abu
Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran menghasilkan abu,
berkisar antara 1100 – 1200oC (2000-2200oF).
c. Ultimate Analysis
Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen
(O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat
ditentukan rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis masing-
masing komponen dalam sampah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana
kadar karbon tertinggi dimiliki oleh komponen karet (78%), kadar hidrogen
tertinggi dimiliki oleh sampah karet (10%), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh
sampah kertas (44%), kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10%)
dan kadar sulfur tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit (0,4%).
d. Kandungan Energi Komponen Sampah
Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung dengan cara
menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan dengan perhitungan.
3. Karakteristik Biologi
Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik
sampah organik di luar plastik, karet dan kulit.
Parameter-parameter yang umumnya dianalisis untuk menentukan karakteristik
biologi sampah organik terdiri atas (Tchobanoglous, 1993):
1. Parameter yang larut dalam air terdiri atas gula, zat tepung, asam amino dan
lain-lain.
2. Hemiselulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon.
3. Selulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon.
4. Lemak, minyak, lilin.
5. Lignin yaitu senyawa polimer dengan cincin aromatic.
6. Lignoselulosa merupakan kombinasi lignin dengan selulosa
40
7. Protein terdiri atas rantai asam amino.
Parameter-parameter di atas bertujuan untuk menentukan:
a. Biodegrabilitas Komponen Organik. Fraksi biodegrabilitas dapat ditentukan
dari kandungan lignin dari sampah. Pengukuran biodegrabilitas dipengaruhi
oleh pembakaran volatile solid pada suhu 5500oC, jika nilai volatile solid
besar maka biodegrabilitas sampah tersebut kecil.
b. Bau. Bau dapat timbul jika sampah disimpan dalam jangka waktu lama di
tempat pengumpulan, transfer station dan di landfill. Bau dipengaruhi oleh
iklim panas. Bau terbentuk sebagai hasil dari proses dekomposisi senyawa
organik yang terdapat pada sampah kota secara anaerob.
c. Perkembangan Lalat. Pada musim panas, perkembangbiakan lalat perlu
mendapat perhatian yang khusus. Lalat dapat berkembang biak pada tempat
pengumpulan sampah dalam waktu kurang dari dua minggu.
41
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Timbulan Sampah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 2 Mei 2013,
pukul 08.00 - 11.00 WITA di belakang Laboratorium Rekayasa Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Stiker
2. Sarung tangan karet
3. Masker
4. Timbangan 0 – 5 kg dan 0 – 100 kg
5. Sekop atau cangkul
6. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 20 cm x 20 cm x 20
cm
7. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 100 cm x 50 cm x
100 cm
8. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 50 cm x 40 cm x 50
cm
9. Penggaris 100 cm
10. Kertas form pengisian data sampah
11. Terpal
12. Pulpen
13. Spidol
42
3.2.2 Bahan
1. Kantong plastik (volume ± 40 L)
2. Sampah Domestik 100 kg
3.3 Cara Kerja
1. Ditentukan terlebih dahulu lokasi pengambilan contoh
2. Ditentukan jumlah tenaga pelaksana atau praktikan, untuk 1 praktikan diberi
6 plastik yang akan di sebar ke 6 rumah pada lokasi yang ditentukan
3. Diberi striker terlebih dahulu pada semua kantong plastik
4. Dibagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda (stiker identitas sampel)
ke masing-masing rumah satu hari sebelum sampah dikumpulkan
5. Dicatat jumlah penghuni rumah
6. Dikumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah dari setiap rumah
selama 24 jam
7. Dikumpulkan jadi satu sampah dari setiap pengambilan, kemudian semua
kantong plastik dibawa ketempat pengukuran
8. Dikumpulkan jadi satu sampah dari setiap lokasi pengambilan, lalu
9. Dipisahkan sampah domestik terlebih dahulu, seperti sampah plastik, sampah
kaleng, sampah kaca, sampah kayu, sampah kain tekstil, sampah spons,
sampah karton, sampah kertas, sampah B3 Rumah Tangga, sampah makanan
dan sayuran dan lain sebagainya
10. Dikumpulkan jadi satu sampah-sampah yang telah digolongkan tersebut ke
dalam satu plastik, kemudian di timbang untuk mengetahui berat sampah
tersebut
11. Di catat berapa berat setiap sampah yang telah digolongkan tersebut dan
hitunglah persentase (%) komposisi tiap pengolongan sampah
12. Disesuaikan banyaknya sampah yang akan diukur berdasarkan kotak
pengukuran yang telah disediakan
13. Dituangkan atau dimasukkan secara bergiliran sampah yang telah
digolongkan tersebut ke dalam kotak pengukur
43
14. Dihentakkan sebanyak 5 kali kotak pengukur, dengan cara mengangkat kotak
setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah
15. Di ukur dan di catat volume sampah setiap komponen sampah tersebut
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengukuran Berat Sampah
No Jenis Sampah Berat (Kg)
1. Kertas 2,5
2. Karton atau Kardus 8,5
3. Plastik Total 20
4. Logam Total 0,5
5. Tekstil 3,5
6. Kaca 1,5
7. Spons 12,5
8. B3 Rumah Tangga 0,5
9. Sisa Makanan dan Sayuran 50
10. Kayu 0,5
Jumlah 100
Kelompok 1 : 36 KK = 137 jiwa
Kelompok 2 : 36 KK = 208 jiwa
Kelompok 3 : 36 KK = 169 jiwa
Kelompok 4 : 36 KK = 125 jiwa
4.1.2 Tabel pengukuran tempat sampah
No Jenis Sampah
Ukuran tempat
Panjang
(cm)
Lebar
(cm)
Tinggi
(cm)
1. Kertas 50 40 30
2. Karton atau Kardus 50 40 40
3. Plastik Total 100 50 80
45
4. Logam Total 50 40 10
5. Tekstil 20 20 30
6. Kaca 20 20 40
7. Spons 50 40 30
8. Sisa Makanan dan Sayuran (Organik) 100 50 60
9. Kayu 20 20 20
10 B3 rumah tangga 0 0 0
4.1.3 Tabel pengukuran volume sampah
No Jenis Sampah Volume (m3)
1. Kertas 0,06
2. Karton atau Kardus 0,08
3. Plastik Total 0,4
4. Logam Total 0,02
5. Tekstil 0,012
6. Kaca 0,0004
7. Spons 0,06
8. B3 Rumah Tangga 0
9. Sisa Makanan dan Sayuran 0,3
10. Kayu 0,0003
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan berat timbulan sampah
Berat timbulan sampah ¿berat komponen sampah( kg
hari)
jumlahorang ( jiwa)
a. Plastik
Berat timbulan sampah ¿
20( kghari
)
639=0,0313
46
b. Karton atau kardus
Berat timbulan sampah ¿
8,5( kghari
)
639=0,0133
c. Kertas
Berat timbulan sampah ¿
2,5( kghari
)
639=0,0039
d. Logam
Berat timbulan sampah ¿
0,5( kghari
)
639=0,0008
e. Spons
Berat timbulan sampah ¿
12,5( kghari
)
639=0,0196
f. Tekstil
Berat timbulan sampah ¿
3,5( kghari
)
639=¿
0,0055
g. Kaca
Berat timbulan sampah ¿
1,5( kghari
)
639=0,0023
h. Kayu
Berat timbulan sampah ¿
0,5( kghari
)
639=0,0008
47
i. Sampah B3
Berat timbulan sampah ¿0,5( kg
hari)
639=0,0008
j. Bahan organik
Berat timbulan sampah ¿50( kg
hari)
639=0,0782
Total Berat Timbulan Sampah ¿100 kg
639 jiwa=0,156
4.2.2 Perhitungan berat komponen sampah
% Komposisi sampah ¿berat komponen sampah( kg
hari)
berat total sampling(kg)x100 %
a. Plastik
% Komposisi sampah ¿20( kg
hari)
100(kg)x 100%=¿ 20%
b. Karton atau kardus
% Komposisi sampah ¿8,5( kg
hari)
100(kg)x 100 %=8,5 %
c. Kertas
% Komposisi sampah ¿2,5( kg
hari)
100(kg)x 100 %=2,5 %
d. Logam
48
% Komposisi sampah ¿0,5( kg
hari)
100(kg)x 100=0,5 %
e. Spons
% Komposisi sampah ¿12,5( kg
hari)
100(kg)x100 %=12,5 %
f. Tekstil
% Komposisi sampah ¿3,5( kg
hari)
100(kg)x100 %=3,5 %
g. Kaca
% Komposisi sampah ¿1,5( kg
hari)
100(kg)x100 %=1,5 %
h. Kayu
% Komposisi sampah ¿0,5( kg
hari)
100(kg)x 100 %=0,5 %
i. Sampah B3
% Komposisi sampah ¿0,5( kg
hari)
100(kg)x 100 %=0,5 %
j. Bahan organik
% Komposisi sampah ¿50( kg
hari)
100(kg)x100 %=50 %
49
4.2.3 Perhitungan Volume Timbulan Sampah
Volume timbulan sampah ¿berat timbulan sampah( kg
jiwa/hari)
berat jenis(kg
m3 )
a. Plastik
Volume timbulan sampah ¿0,0313( kg
jiwa/hari)
50 (kg
m3 )=0,000626
b. Karton atau kardus
Volume timbulan sampah ¿0,0133( kg
jiwa/hari)
106,25 (kg
m3 )=0,000125
c. Kertas
Volume timbulan sampah ¿0,0039( kg
jiwa/hari)
41,67(kg
m3 )=0,000094
d. Logam
Volume timbulan sampah ¿0,0008( kg
jiwa/hari)
25 (kg
m3 )=0,000032
e. Spons
Volume timbulan sampah ¿0,0196( kg
jiwa/hari)
208,33(kg
m3 )=0,000094
f. Tekstil
50
Volume timbulan sampah ¿0,0055( kg
jiwa/hari)
291,67 (kg
m3 )=0,000019
g. Kaca
Volume timbulan sampah ¿0,0023( kg
jiwa/hari)
375 (kg
m3 )=0,000006
h. Kayu
Volume timbulan sampah ¿0,0008( kg
jiwa/hari)
62,5 (kg
m3 )=0,000013
i. Bahan organik
Volume timbulan sampah ¿0,0008( kg
jiwahari )
166,67( kg
m3 )=0,000005
4.3 Pembahasan
Contoh timbulan sampah adalah sampah yang diambil dari lokasi pengambilan
terpilih, untuk diukur volumenya dan ditimbang beratnya dan diukur
komposisinya (SNI 19-3964-1994).
Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat. Jika
digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus
dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena
ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan.
Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai:
51
− Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya.
− Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya.
Penentuan timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah sangat penting dalam
perencanaan dan evaluasi sistem manajemen persampahan. Timbulan sampah
merupakan volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber
sampah (perumahan, komersil, perkantoran, konstruksi dan pembongkaran,
industri, dan pertanian) di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen
Pekerjaan Umum, 2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan
dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas
recovery material, dan fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah atau kota maka jumlah sampah
yang dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Secara umum komposisi
dari timbulan sampah di setiap kota bahkan negara. Berdasarkan data pada SK
SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan
sedang di Indonsia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen-komponen
sumber timbulan
52
Sumber : SNI S – 04 – 1993 – 03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota
kecil dan kota sedang.
Dalam praktikum pengukuran timbulan sampah kali ini digunakan beberapa alat
serta bahan, antara lain, stiker yang digunakan untuk identitas sampel yang
ditempelkan pada kantung plastik, sarung tangan untuk memisahkan sampah
(organik, plastik, kaca, botol, kertas, karton dan sebagainya) agar tangan terhindar
dari kuman yang terdapat pada sampah yang telah membusuk, masker agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan akibat bau yang ditimbulkan oleh
sampah, kotak pengukur volume dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 100 cm; 20 cm
x 20 cm x 20 cm; 50 cm x 40 cm x 50 cm untuk mengukur volume dari masing-
masing komponen sampah, sekop untuk memasukkan sampah ke dalam kotak
pengukur volume, serta timbangan 0 – 5 kg dan 0 – 100 kg yang berfungsi sebagai
alat untuk menimbang berat masing-masing komponen sampah, kemudian form
pengisian data sampah untuk mengetahui jumlah orang yang tinggal pada suatu
pemukiman serta untuk mengukur berapa timbulan sampah yang ada per orang
per harinya, dan penggaris 100 cm untuk mengukur volume sampah yang ada
dalam kotak dan untuk mengukur ketinggian pengangkatan kotak sebelum
dihempaskan. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sendiri
adalah sampah domestik yang dikumpulkan dari satu kawasan permukiman
dengan minimal berat totalnya 100 kg dan 36 buah kantung plastik berukuran 40
L yang berfungsi sebagai wadah komponen-komponen sampah tersebut.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu
(Departemen PU, 2004).
b. Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut
(Tchobanoglous, 1993):
1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin
tinggi tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering
lainnya akan tetap bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena
terdekomposisi.
2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung.
3. Kondisi Ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat,
produksi sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng cenderung tinggi,
sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola
hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan bersih.
4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban
sampahnya juga akan cukup tinggi.
5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi komposisi sampah.
c. Dari hasil praktikum yang dilakukan maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
54
Total Berat Timbulan Sampah ¿100 kg
639 jiwa=0,156
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pengambilan sampah dilakukan di satu lokasi atau daerah agar
praktikan mengetahui besar timbulan sampah di suatu daerah tersebut.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2004. Undang-undang Sumber Daya Air Nomor 7. Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta
2. E, Damanhuri dan Padmi, Tri, 2004. Pengelolaan Sampah. Departemen
Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Penerbit : TL- ITB.
Bandung
3. Tchobanoglous, G. 1993. Intergrated Solid Waste Management. McGraw
Hill, New York.
56