TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

47

Transcript of TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

Page 1: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana
Page 2: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

TIM PENELITI

Ketua

Dr. Hery Sigit Cahyadi, MM.Par.

Anggota

Suteja Wirakusuma, SST.Par., MM

Agam Maulana

Page 3: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

i

K A T A

P E N G A N T A R

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, tim dapat

menyelesaikan penyusunan laporan studi ini.

Laporan berjudul “Studi Potensi Geowisata di Provinsi Kalimantan Utara”

ini merupakan bagian dari usaha untuk menyingkap potensi geowisata di

Provinsi Kalimantan Utara pada khusunya, dan di negara tercinta Republik

Indonesia ini yang memiliki kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan

untuk pembangunan berkelanjutan.

Secara keseluruhan studi potensi ini diharapkan dapat menjadi gambaran

bagi perancangan pengembangan pariwisata daerah yang komprehensif,

terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing tinggi.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerja sama

yang telah diberikan oleh semua pihak selama proses penyusunan

laporan ini.

Bandung, November 2016

Peneliti

Page 4: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

ii

D A F T A R I S I

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iv BAB I – PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan dan Sasaran 4 1.3. Sistematika Penulisan 4 BAB II – KONSEP DASAR GEOWISATA DAN KOMPONEN

PRODUK DESTINASI PARIWISATA

2.1. Geowisata 6 2.2. Komponen Produk Destinasi Pariwisata 9 BAB III – METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Yang Digunakan 12 3.2. Teknik dan Alat Kumpul Data 12 3.3. Teknik Analisis Data 13 3.4. Alur Pikir Potensi Geowisata Kalimantan Utara 13 BAB IV – GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN UTARA

4.1. Geografis 16 4.2. Klimatologi 16 4.3. Topografi 16 4.4. Kependudukan dan Kebudayaan 17 4.5. Pendapatan Daerah 19 BAB V – KONDISI POTENSI GEOWISATA PROVINSI

KALIMANTAN UTARA

5.1. Potensi Daya Tarik Geowisata 20 5.2. Kondisi Komponen Produk Wisata Provinsi 28 BAB VI – ANALISIS POTENSI GEOWISATA PROVINSI

KALIMANTAN UTARA

6.1. Analisis Potensi Geowisata 33 6.2. Identifikasi Permasalahan Komponen Produk Wisata Provinsi

35

BAB VII – KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan 36 7.2. Saran 36

Page 5: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

iii

DAFTAR PUSTAKA 38

D A F T A R T A B E L

Tabel 1.1 Luasan Batu Gamping dan Karst di Provinsi Kalimantan Utara 3 Tabel 4.1 Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan

Utara 16

Tabel 4.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara

17

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

17

Tabel 4.4 Banyaknya Perusahaan dan Tenaga Kerja pada Industri Besar dan Sedang Berdasarkan Jenis Industri Tahun 2013

18

Tabel 4.5 PDRB Provinsi Kalimantan Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014 (angka sementara)

19

Tabel 5.1 Banyaknya Akomodasi di Provinsi Kalimantan Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

28

Tabel 5.2 Panjang Jalan Negara Menurut Jenis Permukaan Jalan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

29

Tabel 5.3 Kondisi Jalan Negara Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

29

Tabel 5.4 Panjang Jalan Provinsi Menurut Jenis Permukaan Jalan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013

29

Tabel 5.5 Kondisi Jalan Provinsi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013

30

Tabel 5.6 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

30

Tabel 5.7 Kondisi Jalan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

30

Tabel 5.8 Rumah Sakit di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

31

Tabel 5.8 Puskesmas di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

31

Page 6: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

iv

D A F T A R G A M B A R

Gambar 1.1 Peta Warisan Geologi Indonesia 2 Gambar 2.1 Spektrum Geowisata 7 Gambar 2.2 Ruang Lingkup Geowisata 8 Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian 14 Gambar 4.1 Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Utara 15 Gambar 5.1 Air Panas Semolon 20 Gambar 5.2 Kondisi Akses Menuju Air Panas Semolon 21 Gambar 5.3 Air Terjun Km. 18 22 Gambar 5.4 Kondisi Jalan Setapak Menuju Air Terjun Km. 18 22 Gambar 5.5 Karst Gunung Putih 23 Gambar 5.6 Fasilitas Wisata di Gunung Putih 23 Gambar 5.7 Batu Tumpuk 24 Gambar 5.8 Salah Satu Kondisi Infrastruktur Jalan di Provinsi

Kalimantan Utara

30

Page 7: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

1

B A B I

P E N D A H U L U A N

Dinamika pembangunan pariwisata yang terus berkembang pada

dewasa ini telah menyentuh pariwisata yang berkelanjutan (Sustainable

Tourism) yang telah dianggap oleh banyak ahli sebagai pengembangan

dari konsep Sustainable Development (Pembangunan yang

Berkelanjutan) yang lebih aplikatif di bidang pariwisata. Definisi dari

Sustainable Tourism juga mengadopsi pengertian dari Sustainable

Development yang dikenalkan oleh Bruntland (dalam Farsani et al.;

2012:6), yaitu “meets the needs of the present without compromising

the ability of future generations to meet their own needs”. Dalam

pengertian bebas, Sustainable Tourism adalah pariwisata yang mampu

memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengurangi

kesempatan bagi generasi mendatang.

Dengan perkembangan industri pariwisata yang terus tumbuh,

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan pada tahun 2017

mendatang sebagai “International Year of Sustainable Tourism for

Development” dengan tujuan untuk mendukung perubahan kebijakan,

praktik bisnis, dan perilaku konsumen yang lebih berkontribusi terhadap

Sustainable Development Goals (SDGs). Lebih lanjut, UN-WTO (2016)

dalam artikel yang dipublikasikan pada 2 Maret 2016 menyebutkan “In

the context of SDGs, sustainable tourism is clearly a relevant concept

and principle seeks to consider tourism activity through the various

sustainability perspectives – economy, society, and the environment”.

Dalam konteks pembangunan/development, pariwisata merupakan

suatu sektor yang sangat diharapkan mampu meningkatkan kualitas

wilayah melalui dampak-dampak positif yang ditimbulkan, seperti

peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelestarian budaya serta

lingkungan. Di sisi lain, dampak negatif yang ditimbulkan oleh

pariwisata adalah negasi dari dampak positif yang telah disebutkan,

karena itu manajemen yang baik dari suatu pembangunan pariwisata

merupakan hal yang mutlak diperlukan.

Konsep-konsep yang berkembang dalam memanajemen suatu

destinasi pariwisata dalam meresponse Sustainable Tourism juga ikut

berkembang. Salah satunya adalah konsep Geotourism (Geowisata)

Page 8: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

2

yang berkembang pada akhir abad 20. Geowisata adalah salah satu

bentuk wisata alternatif yang fokus kepada sumber daya tarik wisata

geologi. Dowling (dalam Maulana, 2015:9) memberikan definisi

geowisata sebagai pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama

terhadap “… evolusi bumi serta fitur geologi yang mendorong

pemahaman lingkungan dan budaya, apresiasi dan konservasi, dan

menguntungkan masyarakat lokal”. Konsep geowisata yang berfokus

kepada geologi tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi

Sebagai ahli pertama yang dianggap mengenalkan istilah „geotourism‟

Hose (dalam Hose et al., 2011:339) menyebutkan geowisata pada

awalnya dikembangkan dengan tujuan utama untuk mempromosikan

dan mendanai pelestarian serta konservasi geosites dan

geomorphosites.

Dalam perkembangannya, tujuan yang dikemukakan oleh Hose

tersebut diaplikasikan ke dalam bentuk pembentukan wilayah

konservasi khusus keragaman geologi yang disebut Geopark atau

taman bumi. Geopark adalah suatu kawasan terpadu yang

mengedepankan perlindungan dan pemanfaatan warisan geologi dalam

konteks berkelanjutan dan mampu meningkatkan kesejahteraan

ekonomi masyarakat yang hidup di dalam kawasan tersebut.

Pengelolaan Geopark didasarkan pada tiga prinsip utama yang saling

berkaitan, yaitu perlindungan, edukasi, dan sustainable development

yang dapat dicapai dengan menerapkan konservasi, edukasi, serta

geowisata.

Indonesia memiliki banyak potensi keragaman geologi dan bentang

geologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan geowisata

dengan berbagai karakteristik.

Gambar 1.1

Peta Warisan Geologi Indonesia

Sumber: Oktariadi (dalam Maulana, 2015:1)

Page 9: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

3

Beberapa destinasi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia antara

lain Kaldera Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara, Lembah Harau di

Provinsi Sumatera Barat, Fosil Flora Merangin di Provinsi Jambi,

Amphiteater Ciletuh dan Kawasan Karst Cukangtaneuh di Provinsi

Jawa Barat, Karst Pegunungan Sewu yang membentang di selatan

Pulau Jawa, Kaldera Batur di Provinsi Bali, Kaldera Rinjani dan Kaldera

Tambora di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Gunung Api Kelimutu di

Provinsi Nusa Tenggara Timur, Karst Sangkulirang-Mangkalihat di

Provinsi Kalimantan Timur, Karst Maros-Pangkep di Provinsi Sulawesi

Selatan, serta Karst Raja Ampat di Provinsi Papua Barat.

Dari berbagai potensi geowisata tersebut, beberapa destinasi telah

ditetapkan oleh Pemerintah sebagai kawasan Geopark, yaitu Geopark

Kaldera Toba di Provinsi Sumatera Utara, Geopark Merangin di

Provinsi Jambi, Geopark Ciletuh di Provinsi Jawa Barat, Geopark

Gunung Sewu di selatan Pulau Jawa, Geopark Batur di Provinsi Bali,

Geopark Rinjani di Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta Geopark Raja

Ampat di Provinsi Papua Barat. Pengakuan internasional terhadap

berbagai keragaman geologi Indonesia ditunjukkan dengan masuknya

dua dari enam Geopark tersebut ke dalam Global Geopark Network

(GGN), yaitu Geopark Batur pada yang diakui pada tahun 2012, serta

Geopark Gunung Sewu pada tahun 2015.

Pengakuan yang didapat oleh dunia internasional terhadap

keragaman geologi Indonesia tersebut diresponse cukup baik oleh

berbagai daerah yang memiliki warisan geologi melalui usaha-usaha

yang ditunjukkan dalam mendapat pengakuan kawasan Geopark baik

bersifat nasional maupun internasional secara bertahap.

Provinsi Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia

yang dibentuk pada tahun 2012. Provinsi Kalimantan Utara memiliki

berbagai kawasan warisan geologi berupa kawasan karst, batu

gamping, pesisir pantai, gunung, bukit, sumber air panas dan lainnya.

Tabel 1.1 berisi luasan batu gamping dan karst sebagai gambaran

keragaman geologi yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 1.1

Luasan Batu Gamping dan Karst di Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota Kecamatan Luas (ha)

Batu Gamping Karst

Kabupaten Malinau

Kayan Hilir - 1.822,49

Longpujungan - 1.748,64

Malinau - 829,78

Malinau Barat - 7.628,17

Malinau Selatan - 14.775,24

Malinau Utara - 9.070,44

Kabupaten Bulungan

Longpeso 5.967,14 125.574,77

Sekatak - 65.987,23

Tanjungpalas 58.052,54 121.290,92

Kabupaten Tana Tidung Sesayap - 39.682,69

Page 10: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

4

Kabupaten/Kota Kecamatan Luas (ha)

Batu Gamping Karst

Kabupaten Nunukan

Lumbis - 25.027,72

Nunukan - 99.985,74

Sembayung - 22.680,05

Jumlah 64.019,68 536.103,88

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016

Selain sejarah mengenai proses pembentukan keragaman geologi

tersebut, Provinsi Kalimantan Utara juga menyimpan keragaman

budaya khas Pulau Kalimantan yang jika dikelola dengan baik dapat

membantu percepatan peningkatan pendapatan daerah dan

kesejahteraan masyarakat mengingat provinsi tersebut saat ini berada

dalam proses pembangunan.

Dari berbagai ulasan tersebut, penelitian ini mengambil judul:

Studi Potensi Geowisata Provinsi Kalimantan Utara

Tujuan dari diadakannya studi ini adalah terciptanya arahan bagi

pengembangan dan pengelolaan geowisata yang strategis dan

berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Utara

Sasaran dari studi ini adalah antara lain:

a. Teridentifikasinya komponen-komponen produk geowisata di

Provinsi Kalimantan Utara

b. Teranalisanya potensi dan permasalahan pada pengembangan

geowisata di Provinsi Kalimantan Utara

Bab I : Pendahuluan

Berisikan Latar belakang, serta tujuan dan sasaran dari

diadakannya studi.

Bab II : Konsep Dasar Geowisata dan Komponen Produk

Destinasi Pariwisata

Berisikan kajian literatur mengenai konsep-konsep yang berkaitan

dengan komponen-komponen pariwisata dan geowisata

Bab III : Metodologi Penelitian

Uraian mengenai rancangan penelitian, metode pengumpulan data,

serta teknik analisis data yang digunakan

Page 11: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

5

Bab IV : Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Utara

Berisikan profil Provinsi Kalimantan Utara sebagai lokasi penelitian

Bab V : Kondisi Potensi Geowisata Provinsi Kalimantan Utara

Membahas mengenai data-data yang telah didapat melalui

berbagai metode kumpul data

Bab VI : Analisis Potensi Geowisata Provinsi Kalimantan Utara

Berisikan analisis terhadap kondisi potensi geowisata yang dimiliki

Provinsi Kalimantan Utara

Bab VII : Kesimpulan dan Rekomendasi

Membahas kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta

rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak-pihak terkait

dalam pengelolaan geowisata di Provinsi Kalimantan Utara

Page 12: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

6

B A B I I

K O N S E P D A S A R

G E O W I S A T A D A N

K O M P O N E N

P R O D U K D E S T I N A S I

P A R I W I S A T A

Geowisata merupakan sebuah konsep yang berkembang pada

medio 1990-an dengan Thomas A. Hose sebagai ahli pertama yang

mengemukakan istilah tersebut dalam makalahnya yang berjudul

Enviromental Interpretation. Geo- pada istilah tersebut diperdebatkan

oleh beberapa ahli merujuk ke beberapa istilah, apakah geologi,

geography, ataukah geoscience.

Newsome dan Dowling (2006:3) menjelaskan bahwa geo- pada

kata geowisata merujuk pada “… geology and geomoprhology and the

natural resources of landscape, landforms, fossil beds, rocks and

minerals, with an emphasis on appreciating the processes that are

creating and created such features”. Definisi yang diberikan oleh kedua

ahli tersebut lebih menitikberatkan pada kata „geologi‟. Sementara

Tourtelott (dalam Fadhilah 2015:9) mendefinisikan geowisata sebagai

“… pariwisata yang menopang atau meningkatkan karakter geografis

tempat yang dikunjunginya lingkungan, budaya, estetika, warisan, dan

juga kesejahteraan penduduknya”. Geography merupakan istilah yang

dirujuk pada definisi tersebut.

Definisi yang dikeluarkan selanjutnya oleh Dowling (dalam

Fadhilah, 2015:9) merupakan definisi geowisata yang sudah diterima

oleh banyak ahli dan digunakan di Indonesia, yaitu “… merupakan

pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap evolusi bumi

serta fitur geologi yang mendorong pemahaman lingkungan dan

Page 13: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

7

budaya, apresiasi dan konservasi, dan menguntungkan masyarakat

lokal”.

Di dalam pengembangan geowisata, terdapat beberapa istilah yang

digunakan, antara lain:

a. Geologi - adalah studi ilmu tentang bumi.

b. Geoheritage - atribut bumi yang dinyatakan (warisan bumi).

c. Geoconservation - melestarikan fitur bumi.

d. Geosite - sebuah situs atau tempat yang diidentifikasi untuk

pengembangan ilmu kebumian ataupun sebagai daya tarik

wisata.

e. Geopark - wilayah geologi terpadu yang dikembangkan untuk

konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan.

Newsome dan Dowling memberikan ilustrasi mengenai posisi

geowisata serta geopark yang berada dalam satu payung besar

geographyc tourism.

Gambar 2.1

Spektrum Geowisata

Sumber: Newsome dan Dowling (2006:4)

Dowling (2010:2-3) memberikan prinsip geowisata, antara lain:

a. Geologically based. Geowisata berbasis pada warisan bumi

dengan fokus utama bentuk geologis dan/atau proses

pembentukannya.

b. Sustainable. Geowisata harus berorientasi pada perolehan

ekonomi yang tinggi (economic viable), peningkatan kapasitas

masyarakat (community enhancement), serta perlindungan

terhadap bentuk geologis kawasan yang menjadi daya tarik

wisata (geoconservation).

c. Geologically informative. Geowisata menarik minat wisatawan

yang ingin „berinteraksi‟ dengan lingkungan untuk meningkatkan

Page 14: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

8

pengetahuan, kesadaran, dan perasaan menghargai lingkungan

tersebut, oleh karena itu, geowisata sudah seharusnya dikelola

secara positif dengan meningkatkan kesadaran konservasi

d. Locally beneficial. Geowisata harus dapat meningkatkan

kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal dengan cara

keterlibatan mereka. Selain itu, keterlibatan juga dapat

meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan.

e. Tourist satisfaction. Geowisata harus dapat memberi kepuasan

kepada wisatawan melalui jaminan keamanan dan peningkatan

pengetahuan,

Newsome dan Dowling memberi ilustrasi ruang lingkup geowisata

seperti pada Gambar 2.2

Gambar 2.2

Ruang Lingkup Geowisata

Sumber: Newsome dan Dowling (2006:5)

Lebih lanjut, Dowling (dalam Fadhilah, 2015:10) memberikan

kategori komponen-komponen dalam geowisata, yaitu:

a. Activities

Melibatkan fitur geologi dan geomorfik yang berkontribusi dalam

pembentukan 'sense of place' untuk setiap geosite (Dowling,

2011:133). Lebih khusus lagi, fitur ini meliputi berbagai jenis

Page 15: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

9

lanskap, bentang alam, singkapan batuan, dan jenis, sedimen,

tanah, juga kristal (Dowling dan Newsome, 2006:47). Berikut

merupakan jenis aktivitas geotourism antara lain :

1. Geo-site sightseeing

Berekreasi atau bertamasya dengan menikmati landscape

dari keunikan bentukan kebumian.

2. Geo-Sport

Olahraga yang berhubungan dengan topografi bumi.

3. Geo-studi

Kegiatan studi di alam terbuka, termasuk observasi warisan

geologi, fotografi geo-lanskap, kunjungan lapangan untuk

kepentingan geologi.

4. Geo-konservasi dan geo-pendidikan

Program konservasi terhadap potensi kebumian untuk

kepentingan edukasi atau pelestarian.

5. Geo-Festival

Event yang concern terhadap keberlangsungan sumber

geologi atau wadah promosi terhadap bentuk program

konservasi.

6. Fasilitas Geo-tours

Bentuk interpretasi mandiri (peta geowisata) ataupun

fasilitas pemandu wisatawan.

7. Health and Wellness geotourism

Bentuk fasilitas kesehatan ataupun relaksasi seperti terapi

spa, terapi batu, dan terapi lumpur.

b. Interpretasi

Tilden (dalam Fadhilah, 2015:11) mendefinisikan proses

interpretasi sebagai "suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan

untuk mengungkapkan makna dan hubungan melalui

penggunaan benda-benda asli oleh pengalaman langsung, dan

media ilustrasi, bukan hanya untuk menyampaikan informasi

faktual. Interpretasi dapat memainkan peran penting dalam

meningkatkan kesadaran para wisatawan tentang nilai intrinsik

dari geoheritage dan geosites. Adapun, visitor center dapat

berkontribusi dalam meningkatkan proses interpretasi untuk

lokasi wisata geologi dan mengembangkan upaya untuk

melestarikan dan mempertahankan geoheritage. Menurut

Herbert (dalam Fadhilah, 2015:12), proses interpretasi memiliki

tiga tujuan utama: mendidik pengunjung tentang situs yang

berbeda yang mereka kunjungi; menawarkan pengalaman

wisata yang menarik dan menyenangkan bagi pengunjung; dan

Page 16: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

10

karena itu, dua tujuan tersebut berkontribusi bersama-sama

untuk meningkatkan pengunjung apresiasi, perawatan dan

menghormati warisan geologi yang ada. Dowling dan Newsome

(2006:5) menyebutkan ada tiga pilar penting dari bentuk

interpretasi yang baik dalam destinasi wisata yaitu, Visitor

Centres, Guided and Self Guide Trails, Pamphlets.

Produk wisata atau yang disebut oleh Yoeti (2008:16) sebagai

produk industri pariwisata adalah “... keseluruhan bentuk pelayanan

yang dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat kediaman

dimana biasanya ia tinggal, selama di DTW/kota yang ia kunjungi,

hingga ia kembali ke kota tempat ia tinggal semula” (Yoeti 2008:16).

Komponen penting produk wisata menurut Dickman (1999) mencakup

Attraction, Activities, Accomodation, Amenities, dan Accessibility atau

yang lebih sering disebut dengan konsep 5A. Komponen attraction dan

activities menggunakan konsep geowisata seperti yang sudah dibahas

sebelumnya, sementara pembahasan pada komponen lainnya yaitu:

a. Accomodation (Akomodasi)

Merupakan komponen yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan

saat akan berkunjung ke suatu destinasi pariwisata lebih dari

satu hari. Jenis-jenis akomodasi tersebut antara lain:

1. Hotel

2. Guest house

3. Sanotarium

4. Homestay

5. Losmen

6. Cottage

7. Camping ground

b. Amenities (Amenitas)

Amenitas pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang

disediakan pada suatu destinasi wisata untuk melayani

kebutuhan wisatawan. Amenitas terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Infrastruktur umum, merupakan infrastruktur dasar yang

disediakan untuk kepentingan masyarakat umum.

Contohnya adalah sistem penyediaan air bersih, tenaga

listrik, infrastruktur jalan, telekomunikasi, dan sebagainya

2. Infrastruktur pendukung kebutuhan hidup, merupakan

infrastruktur yang tersedia untuk masyarakat umum, namun

dapat dimanfaatkan pula oleh wisatawan. Sebagai contoh,

Page 17: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

11

kantor pos, rumah sakit, bank, apotek, pusat perbelanjaan,

SPBU, dan lain sebagainya

3. Infrastruktur khusus wisatawan, merupakan infrastruktur

yang khusus disediakan khusus untuk kegiatan pariwisata,

contohnya adalah food and beverages, agen perjalanan,

penyewaan kendaraan, toko cinderamata, dan lain

sebagainya.

c. Accessibility

Aksesibilitas merupakan semua kemudahan yang diberikan baik

kepada calon wisatawan maupun wisatawan yang sedang

berkunjung di suatu destinasi wisata. Aksesibilitas mencakup

bagaimana wisatawan menuju destinasi wisata, dan proses

yang harus dilalui wisatawan untuk menikmati daya tarik wisata

dan melakukan aktivitas wisata. Berbagai hal yang harus

dipertimbangkan dalam aspek aksesibilitas antara lain:

1. Moda transportasi yang dapat digunakan wisatawan untuk

mencapai daya tarik wisata. Terbagi ke dalam dua jenis,

yaitu moda transportasi inter dan intra kawasan. Moda

transportasi inter kawasan adalah moda transportasi yang

dapat digunakan untuk mencapai kawasan seperti pesawat,

bis antar kota, kereta api, dan sebagainya. Sementara moda

transportasi intra kawasan adalah moda transportasi yang

dapat digunakan saat berada di dalam kawasan, seperti bis

kota, angkutan kota, dan sebagainya

2. Jarak dan waktu tempuh daya tarik wisata dari fasilitas

wisata

3. Perizinan, merupakan pelayanan administrasi yang harus

ditempuh oleh wisatawan untuk menikmati daya tarik wisata

dan melakukan aktivitas wisata.

Page 18: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

12

B A B I I I

M E T O D O L O G I

P E N E L I T I A N

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Metode ini dipilih mengingat fungsinya yang

mampu mengumpulkan informasi aktual dan menggambarkan

fenomena yang sedang berlangsung, dapat mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan atau melakukan justifikasi mengenai fakta

dari kondisi-kondisi dan tindakan-tindakan yang sedang berlangsung;

dan dapat melakukan perbandingan dan evaluasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

melibatkan berbagai teknik dan alat kumpul data untuk mengakomodir

sifat data yang kuantitatif dan kualitatif.

a. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan

pengamatan langsung ke komponen produk geowisata yang

terdapat di Provinsi Kalimantan Utara

Adapun alat kumpul data yang akan digunakan dalam

pengumpulan data dengan teknik observasi ini adalah dengan

menggunakan checklist atau daftar isian atraksi wisata yang

akan memandu para peneliti dalam melakukan observasi atau

pengamatan. Di dalam daftar isian atraksi wisata sendiri sudah

terdapat berbagai aspek atau variable yang komprehensif

dalam melakukan pengamatan atau observasi.

b. Wawancara

Wawancara yang akan dilakukan adalah dengan melakukan

wawancara semi-terstruktur yang akan dilaksanakan secara

mendalam (indepth interview) kepada key-informan yaitu:

1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Provinsi Kalimantan

Utara dan Kabupaten/Kota terkait

Page 19: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

13

2. Asosiasi kepariwisataan dan yang terkait.

3. Narasumber yang memiliki kompetensi terhadap

pembangunan pariwisata di Provinsi Kalimantan Utara.

c. Studi Dokumentasi

Dalam penelitian ini dibutuhkan berbagai macam data sekunder

yang sudah dikumpulkan oleh berbagai macam stakeholder,

untuk itu metode pengumpulan data lainnya yang akan

dilakukan dalam kajian ini adalah dengan melakukan studi

dokumentasi. Studi dokumentasi ini dimaksudkan tidak hanya

untuk mengumpulkan data sekunder yang memiliki relevansi

maupun sebagai data penunjang dalam kajian ini namun juga

untuk memperoleh konsep-konsep pengembangan pariwisata

yang relevan.

Teknik analisis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk

menemukenali karakteristik potensi serta permasalahan yang ditemui

dalam pengembangan produk geowisata di Provinsi Kalimantan Utara,

meliputi analisis terhadap kondisi serta permasalahan produk-produk

geowisata.

Dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini, maka

alur pikir yang sistematis mutlak diperlukan.

Penelitian ini didasari oleh keragaman warisan geologis yang

dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Utara yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan pariwisata melalui pengembangan geowisata. Untuk dapat

menentukan arahan pengembangan geowisata tersebut, diperlukan

tahapan-tahapan seperti menemukenali kondisi komponen produk

geowisata beserta permasalahannya, kemudian dilakukan analisis

sehingga didapatkan kesenjangan dalam pengembangan geowisata di

Provinsi Kalimantan Utara.

Komponen produk geowisata yang digunakan pada penelitian ini

merupakan gabungan dua konsep geowisata yang dikemukakan oleh

Dowling (dalam Fadhilah, 2015) dan produk wisata umum yang

dicetuskan oleh Dickman (1999). Alur pikir penelitian ini selengkapnya

dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Page 20: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

14

Gambar 3.1

Alur Pikir Penelitian

Sumber: Modifikasi Peneliti (2016)

Page 21: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

15

B a b I V

G A M B A R A N U M U M

P R O V I N S I K A L I M A N T A N

U T A R A

Provinsi Kalimantan Utara adalah sebuah Provinsi yang terletak di

bagian utara Pulau Kalimantan, yang merupakan provinsi termuda setelah

dibentuk pada tahun 2012 berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun

2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi

Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur

yang terdiri dari wilayah administratif sejumlah 1 kota dan 4 kabupaten,

yaitu Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten

Tana Tidung, serta Kabupaten Nunukan. Kota/Kabupaten tersebut terdiri

dari 50 kecamatan dan 479 desa/kelurahan.

Gambar 4.1

Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Page 22: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

16

Provinsi Kalimantan Utara memiliki luas wilayah 75.467,70 km².

Luas masing-masing wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Utara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara

No. Kabupaten/Kota Luas Area (km²)

1. Kabupaten Malinau 42.620,70

2. Kabupaten Bulungan 13.925,72

3. Kabupaten Tana Tidung 4.828,58

4. Kabupaten Nunukan 13.841,90

5. Kota Tarakan 250,80

Jumlah 75.467,70 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Provinsi Kalimantan Utara Terletak antara 1°21‟36”-4°24‟55”

Lintang Utara dan 114°35‟22”-118°03‟00” Bujur Timur.

Provinsi Kalimantan Utara berbatasan langsung dengan wilayah

administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Malaysia

Sebelah Barat berbatasan dengan Negara Malaysia

Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi

Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur

Secara klimatologis, wilayah Provinsi Kalimantan Utara termasuk

kedalam iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 221,2-340,2

mm/tahun Suhu terendah yang pernah terekam di wilayah Provinsi

Kalimantan Utara adalah 23,4ºC di Kabupaten Tanjung Selor, serta

suhu tertinggi mencapai 33,1ºC di Kabupaten Tanjung Selor.

Kelembaban udara rata-rata di wilayah Provinsi Kalimantan Utara

adalah 84%.

Provinsi Kalimantan Utara berada di bagian Utara Pulau

Kalimantan dengan kontur yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter

di atas permukaan laut (mdpl) hingga 110 mdpl. Tabel 4.2 menjelaskan

secara lebih detail klasifikasi topografi lahan Provinsi Kalimantan Utara.

Page 23: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

17

Tabel 4.2

Ketinggian Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara

No. Kabupaten/Kota Ketinggian (mdpl)

1. Kabupaten Malinau 8-25

2. Kabupaten Bulungan 6-25

3. Kabupaten Tana Tidung 8-50

4. Kabupaten Nunukan 0-110

5. Kota Tarakan 0-70 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014

tercatat berjumlah 618.208 jiwa dengan pertumbuhan penduduk

pada tahun tersebut tercatat 3,93%.

Pola persebaran penduduk di Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Utara terhitung timpang, dengan persebaran penduduk

utama secara berturut-turut adalah Kota Tarakan (36,76%),

Kabupaten Nunukan (27,51%), Kabupaten Bulungan (20,40%),

Kabupaten Malinau (12,05%), dan Kabupaten Tana Tidung

(3,30%). Jumlah lengkap penduduk di setiap Kabupaten/Kota dapat

dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun

2014

No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Kabupaten Malinau 74.469

2. Kabupaten Bulungan 126.096

3. Kabupaten Tana Tidung 20.372

4. Kabupaten Nunukan 170.042

5. Kota Tarakan 227.229 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Penduduk di Provinsi Kalimantan Utara umumnya bekerja di

industri kayu, industri makanan, dan industri bahan kimia. Secara

lebih lengkap disajikan pada Tabel 4.4

Page 24: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

18

Tabel 4.4

Banyaknya Perusahaan dan Tenaga Kerja pada Industri Besar dan

Sedang Berdasarkan Jenis Industri Tahun 2013

No. Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja

1. Industri makanan 48 11.245

2. Industri minuman 4 327

3. Industri pakaian jadi 2 322

4. Industri kulit, barang dari Kulit, dan alas kaki

1 85

5. Industri kayu, barang dari kayu dan gabus (bukan furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya

25 15.833

6. Industri percetakan dan reproduksi media rekaman

4 338

7. Industri produk dari batubara dan pengilangan minyak bumi

2 348

8. Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia

11 9.057

9. Industri karet, barang dari karet dan plastik

4 357

10. Industri barang galian bukan logam

23 938

11. Industri logam dasar 1 127

12. Industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya

3 330

13. Industri alat angkutan lainnya 5 627

14. Industri pengolahan lainnya 3 343

15. Industri reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan

4 412

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Penduduk Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari berbagai macam

suku, dengan suku Jawa mendominasi sebagai dampak dari

program transmigrasi. Selain suku Jawa, terdapat pula sebagian

penduduk yang berasal dari Sulawesi Selatan. Sementara

penduduk asli Pulau Kalimantan yang terdapat di Provinsi

Kalimantan Utara terdiri dari Suku Dayak, Suku Banjar, Suku

Bulungan, Suku Tidung, Suku Kutai, dan berbagai suku lainnya.

Kebudayaan penduduk asli Pulau Kalimantan tersebut dapat dilihat

berbagai produk budaya sebagai berikut:

a. Bahasa daerah para penduduk asli beraneka jenis, seperti

Bahasa Tidung berbagai dialek, Bahasa Banjar, Bahasa Berau,

Bahasa Lundayeh, Bahasa Kutai, dan Bahasa Dayak

Page 25: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

19

b. Senjata Tradisional dari Provinsi Kalimantan Utara masih sama

dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, yaitu Mandau

c. Tarian daerah diantaranya Tari Kancet Ledo, Tari Magunatip,

Tari Jugit, Tari Blunde, Tari Jepen dan Tari Hadrah

d. Rumah adat tradisional berupa Rumah Adat Tidung

e. Cerita rakyat yang berkembang adalah Legenda Pesut

Mahakam

Sumber utama pendapatan Provinsi Kalimantan Utara pada tahun

2014 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang

menyumbang 31,53% terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Sektor lain yang tak kalah besar adalah sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan yang menyumbang 17,02% PDRB. Tabel

4.5 berisikan sumber-sumber PDRB Provinsi Kalimantan Utara atas

dasar harga berlaku menurut lapangan usaha pada tahun 2014

Tabel 4.5

PDRB Provinsi Kalimantan Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2014 (angka sementara)

No. Lapangan Usaha Jumlah (Juta Rupiah) Persentase (%)

1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan

10.058.332,8 17,02

2. Pertambangan dan penggalian 18.630.992,8 31,53

3. Industri pengolahan 18.760,1 0,03

4. Pengadaan listrik dan gas 35.871,9 0,06

5. Pengadaan air 7.036.709,6 11,91

6. Bangunan 5.876.324,4 9,95

7. Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor

3.468.881,7 5,87

8. Transportasi dan pergudangan 776.061,0 1,31

9. Penyediaan akomodasi dan makan minum

1.151.662,1 1,95

10. Informasi dan komunikasi 648.297,0 1,10

11. Jasa keuangan 493.918,0 0,84

12. Real estate 173.000,5 0,29

13. Jasa perusahaan 3.237.380,8 5,48

14. Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan

438.379,0 2,15

15. Jasa pendidikan 268.599,3 0,74

16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

10.058.332,8 17,02

17. Jasa lainnya 18.630.922,8 31,53

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Page 26: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

20

B A B V

K O N D I S I P O T E N S I

G E O W I S A T A P R O V I N S I

K A L I M A N T A N U T A R A

Provinsi Kalimantan Utara memiliki banyak potensi sumber daya

yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan geowisata. Berikut merupakan

penjelasan dari beberapa potensi geowisata tersebut

A. Air Panas Semolon

Air Panas Semolon terletak di

Desa Paking, Kecamatan

Mentarang. Daya tarik wisata di

kawasan ini berupa aliran air

panas alami dengan keunikan

aliran airnya yang mengikuti kontur

batuan yang berbentuk seperti

tangga. Sumber air panas tersebut

berasal dari pemunculan mata air

panas di hulu sungai dengan

temperatur 51,4°C-60,2°C, pH

relatif netral berkisar 6,91-7,07

serta debit air 0,1-1 liter/detik (Dahlan, 2011). Daya tarik wisata

penunjang yang terdapat di kawasan ini adalah panorama dan

hutan.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Air Panas Semolon adalah

menikmati panorama, berendam air panas, dan fotografi

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang terdapat di kawasan ini adalah

penginapan, petugas keamanan, area parkir, camping ground,

jembatan gantung, papan informasi larangan, dan jalan setapak.

Gambar 5.1

Air Panas Semolon

Sumber:

http://milkasakai.blogspot.co.id/2013

/02/air-panas-semolon.html

Page 27: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

21

3. Aksesibilitas

Untuk dapat menuju Air Panas

Semolon, wisatawan hanya dapat

menggunakan kendaraan pribadi

atau kendaraan sewaan. Waktu

yang ditempuh untuk dapat

menuju daya tarik wisata ini

berkisar ±2 jam dari Kecamatan

Malinau sebagai Ibukota

Kabupaten Malinau.

Kondisi jalan akses masih berupa

jalan non-aspal

4. Pengelolaan

Air Panas Semolon dikelola oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Malinau

5. Permasalahan

Permasalahan yang terdapat di kawasan Air Panas Semolon

adalah vandalisme oleh wisatawan terhadap sumber air panas.

Selain itu pengelolaan pariwisata masih bersifat massal.

B. Air Terjun Martin Billa

Air Terjun Martin Billa terletak di Desa Long Loreh, Kecamatan

Malinau Selatan. Daya tarik wisata yang terdapat di kawasan ini

adalah air terjun dengan tinggi ±70m dengan daya tarik wisata

penunjang berupa hutan dan panorama.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di daya tarik wisata Air

Terjun Martin Billa adalah menikmati panorama serta berenang.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini adalah

penginapan, gerbang dan jalan setapak.

3. Aksesibilitas

Untuk dapat menuju Air Terjun Martin Billa, wisatawan hanya

dapat menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan

sewaan. Jarak yang ditempuh untuk dapat menuju daya tarik

wisata ini berkisar ±30 km dari pusat Kecamatan Malinau

Selatan serta ±100 km dari Kecamatan Malinau sebagai Ibukota

Kabupaten Malinau.

Kondisi jalan akses masih berupa jalan non-aspal.

Gambar 5.2

Kondisi Akses Menuju

Air Panas Semolon

Sumber:

http://milkasakai.blogspot.co.id/2013

/02/air-panas-semolon.html

Page 28: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

22

C. Arung Jeram

Arung jeram yang terdapat di Kabupaten Malinau terdapat di

beberapa titik, di antaranya Sungai Kayan, Sungai Semuda, dan

Sungai Bahau

1. Aktivitas wisata

Selain arung jeram, wisatawan dapat menikmati panorama

sepanjang sungai saat beraktivitas wisata

2. Permasalahan

Arung jeram yang terdapat di Kabupaten Malinau belum

memiliki operator yang menjual paket wisata arung jeram. Arung

jeram di Kabupaten Malinau hanya dimanfaatkan oleh para

peneliti.

A. Air Terjun Km. 18

Air Terjun Km. 18 terletak di Desa

Jelarai, Kecamatan Tanjung Selor.

Air terjun ini memiliki ketinggian ±30

m dengan empat undakan air terjun

kecil. Daya tarik wisata utama di

kawasan ini adalah air terjun dengan

daya tarik wisata penunjang berupa

hutan, sungai, dan panorama.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata utama di kawasan

ini adalah tracking, rekreasi hutan, dan berenang. Sementara

aktivitas wisata penunjangnya adalah fotografi dan menikmati

panorama.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata utama kawasan Air Terjun km 18 antara lain

area parkir, pintu gerbang, WC umum, dan pos keamanan.

Gambar 5.3

Air Terjun Km. 18

Sumber: Survey (2016)

Page 29: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

23

3. Aksesibilitas

Untuk dapat menuju Air Terjun Km

18, wisatawan hanya dapat

menggunakan kendaraan pribadi

atau kendaraan sewaan. Waktu

yang ditempuh untuk dapat

menuju daya tarik wisata ini

berkisar ±45 menit dengan jarak

tempuh ±20 km dari Kecamatan

Tanjung Selor sebagai Ibukota

Kabupaten Bulungan.

Kondisi jalan akses dan jalan setapak masih berupa jalan non-

aspal

4. Pengelolaan

Air Terjun Km. 18 dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata,

Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bulungan

5. Permasalahan

Kondisi air terjun berwarna kekuningan akibat adanya aktivitas

wisata perkebunan sawit di hulu sungai.

B. Kawasan Karst Tanjung Palas Tengah

Luasan kawasan karst di Kabupaten Bulungan mencapai lebih dari

300.000 ha menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan geowisata, salah satunya adalah kawasan karst Tanjung

Palas Tengah.

Kawasan karst ini terdapat di dalam

wilayah administratif 14

desa/kelurahan (Abdullah dkk, 2016)

dan telah ditetapkan sebagai

kawasan lindung geologi serta 48,3

ha ditetapkan sebagai kawasan

wisata geologi di dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Bulungan karena keunikan batuan

dan bentang alamnya. Kawasan yang

dimaksud disebut dengan Kawasan Karst Gunung Putih.

Daya tarik wisata utama di kawasan ini adalah panorama, gua, dan

nilai ilmiah kawasan karst.

Gambar 5.4

Kondisi Jalan Setapak

Menuju Air Terjun Km.

18

Sumber: Survey (2016)

Gambar 5.5

Karst Gunung Putih

Sumber: Abdullah dkk

Page 30: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

24

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di

Kawasan Karst Tanjung Palas

adalah menikmati panorama,

eksplorasi gua, fotografi, dan

penelitian.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang terdapat di

kawasan ini antara lain jalan

setapak, gazebo, dan area parkir.

3. Pengelolaan

Kawasan Karst Tanjung Palas dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Bulungan.

C. Kawasan Karst Tanjung Palas Utara

Luasan kawasan karst di Kabupaten

Bulungan mencapai lebih dari

300.000 ha menyimpan potensi yang

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

geowisata, salah satunya adalah

kawasan karst Tanjung Palas Utara.

Kawasan karst ini telah ditetapkan

sebagai kawasan lindung geologi

serta 103,6 ha ditetapkan sebagai

kawasan wisata geologi di dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bulungan karena

keunikan batuan. Kawasan dimaksud adalah Batu Putih/Tumpuk.

Daya tarik wisata utama di kawasan ini adalah nilai ilmiah kawasan

karst.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Kawasan Karst Tanjung Palas

Utara adalah penelitian.

2. Fasilitas wisata

Fasilitas wisata yang terdapat di kawasan ini antara lain jalan

setapak, saung, dan area parkir

3. Pengelolaan

Kawasan Karst Tanjung Palas Utara dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Bulungan.

Gambar 5.6

Fasilitas Wisata di

Gunung Putih

Sumber: Disbudparpora

Gambar 5.7

Batu Tumpuk

Sumber: Disbudparpora

Page 31: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

25

D. Kawasan Karst Tanjung Palas Barat

Luasan kawasan karst di Kabupaten Bulungan mencapai lebih dari

300.000 ha menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan geowisata, salah satunya adalah kawasan karst Tanjung

Palas Utara.

Kawasan karst ini telah ditetapkan sebagai kawasan lindung

geologi serta ditetapkan sebagai kawasan wisata geologi di dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulungan karena

keunikan batuannya.

Daya tarik wisata utama di kawasan ini adalah nilai ilmiah kawasan

karst.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Kawasan Karst Tanjung Palas

Barat adalah penelitian.

2. Pengelolaan

Kawasan Karst Tanjung Palas Barat dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Bulungan.

E. Kawasan Karst di Kecamatan Peso

Luasan kawasan karst di Kabupaten Bulungan mencapai lebih dari

300.000 ha menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan geowisata, salah satunya adalah kawasan karst Peso.

Kawasan karst ini telah ditetapkan sebagai kawasan lindung

geologi serta ditetapkan sebagai kawasan wisata geologi di dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulungan karena

keunikan batuan, keunikan bentang alam, dan keunikan proses

geologinya.

Daya tarik wisata utama di kawasan ini adalah bentang alam dan

nilai ilmiah kawasan karst.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Kawasan Karst Peso adalah

menikmati panorama dan penelitian.

2. Pengelolaan

Kawasan Karst Peso dikelola oleh Pemerintah Kabupaten

Bulungan.

F. Kawasan Karst di Kecamatan Peso Hilir

Luasan kawasan karst di Kabupaten Bulungan mencapai lebih dari

300.000 ha menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan geowisata, salah satunya adalah kawasan karst Peso Hilir.

Page 32: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

26

Kawasan karst ini telah ditetapkan sebagai kawasan lindung

geologi serta ditetapkan sebagai kawasan wisata geologi di dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulungan karena

keunikan batuan, keunikan bentang alam, dan keunikan proses

geologinya.

Daya tarik wisata utama di kawasan ini adalah bentang alam dan

nilai ilmiah kawasan karst.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Kawasan Karst Peso Hilir

adalah menikmati panorama dan penelitian.

2. Pengelolaan

Kawasan Karst Peso Hilir dikelola oleh Pemerintah Kabupaten

Bulungan.

G. Pantai Nibung

Pantai Nibung terletak di Pulau Bunyu. Daya tarik wisata utama di

kawasan ini adalah pantai dengan pasir putih sepanjang ±500m

dengan dua tipe pantai, yaitu pantai bertebing dan pantai landai. Di

satu sisi terdapat tebing yang memiliki tebing dengan sumber air

tawar.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata utama di kawasan ini adalah bermain di tepi

pantai, piknik, dan berenang. Aktivitas wisata potensialnya

adalah menikmati panorama, berjemur matahari, dan fotografi.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata utama kawasan budaya ini antara lain WC

umum dan pondok istirahat.

3. Aksesibilitas

Untuk dapat menuju kawasan wisata ini, wisatawan hanya dapat

menggunakan speedboat sewaan dari pelabuhan Tanjung Selor

dengan waktu tempuh ±2 jam atau dari pelabuhan Tarakan

dengan waktu tempuh ±45 menit. Dari pelabuhan di pulau ini,

dilanjutkan dengan kendaraan sewaan dengan waktu tempuh

±30 menit.

4. Permasalahan

Kebersihan, minimnya fasilitas wisata, pada musim tertentu

terdapat biota laut berbahaya jenis ubur-ubur.

Page 33: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

27

A. Gunung Rian

Merupakan kawasan lindung yang terdapat di Desa Safari Rian,

Kecamatan Sesayap. Daya tarik wisata utama di kawasan ini

adalah air terjun dengan keunikan geologis berupa tingkatan air

terjun setinggi 800m yang mencapai 7 tingkatan. Daya tarik wisata

penunjangnya adalah hutan lindung dengan flora dan faunanya

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata utama di kawasan ini adalah tracking dan

menikmati panorama air terjun. Aktivitas wisata potensialnya

adalah berkemah dan penelitian flora dan fauna.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini adalah jalan

setapak

3. Aksesibilitas

4. Permasalahan

Minimnya fasilitas wisata

A. Pantai Batu Lemampu

Pantai Batu Lamampu terletak di Kecamatan Sebatik. Daya tarik

wisata di kawasan ini berupa Pantai pasir putih yang terhampar

luas. Daya tarik wisata penunjang yang terdapat di kawasan ini

adalah batu keramat/ timbul yang dipercaya oleh penduduk dengan

mengikatkan tali di akar-akar yang berada di sekitar batu timbul

dapat menemukan jodoh.

1. Aktivitas wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Pantai Batu Lamampu adalah

menikmati panorama, pasir putih, dan fotografi.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini adalah perahu,

tempat makan dan penginapan.

3. Aksesibilitas

Untuk dapat menuju Pantai Batu Lamampu, wisatawan harus

menyebrang laut dahulu ke dermaga mantikas dengan

menggunakan perahu umum atau pribadi. Kemudian

menggunakan mobil. Waktu yang ditempuh untuk dapat menuju

daya tarik wisata ini berkisar ±30 menit jam dari dermaga

Mantikas .

Kondisi jalan akses cukup baik, sedikit rusak pada saat mau ke

lokasi wisata.

Page 34: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

28

4. Pengelolaan

Pantai Batu Lamampu belum dikelola

5. Permasalahan

Permasalahan yang terdapat di kawasan Pantai Batu Lamampu

adalah sampah-sampah oleh wisatawan terhadap kawasan

pantai. Selain itu jalan menuju pantai masih rusak dan

bergelombang.

B. Air Terjun Ruab Sebiling

Air Terjun Ruab Sebiling terletak di Desa BaaeLiku hulu sungai

Krayan. Daya tarik wisata yang terdapat di kawasan ini adalah air

terjun dengan tinggi ±25m dengan daya tarik wisata penunjang

berupa hutan, panorama, dan arung jeram.

1. Aktivitas Wisata

Aktivitas wisata yang terdapat di Air Terjun Ruab Sebiling

adalah menikmati panorama, berenang, arung jeram dan

memancing.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini adalah perahu,

tempat makan dan penginapan.

3. Aksesbilitas

Untuk dapat menuju Air Terjun Ruab Sebiling, wisatawan dapat

menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan.

Kondisi jalan akses masih berupa jalan setapak non-aspal.

4. Pengelolaan

Air Terjun Ruab Sebiling belum dikelola

C. Air Terjun Binusan

Air Terjun Binusan terletak di Desa Binusan,Kecamatan Nunukan.

Daya tarik wisata yang terdapat di kawasan ini adalah air terjun

dengan daya tarik wisata penunjang berupa hutan dan panorama.

1. Aktivitas Wisata

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di daya tarik wisata Air

Terjun Binusan adalah menikmati panorama serta berenang.

2. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini adalah Papan

Informasi

3. Aksesbilitas

Untuk dapat menuju Air terjun binusan, wisatawan dapat

menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan. Jarak

Page 35: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

29

yang ditempuh untuk dapat menuju daya tarik wisata ini ±10 km

dari pusat kota Nunukan.

4. Pengelolaan

Air Terjun Binusan dikelola oleh Dinas Pariwisata Nunukan dan

Dinas kehutanan.

Akomodasi merupakan fasilitas yang khusus disediakan untuk

wisatawan yang ingin beraktivitas di suatu destinasi wisata dengan

jangka waktu lebih dari satu hari. Tabel 5.1 berisikan jumlah akomodasi

yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara

Tabel 5.1

Banyaknya akomodasi di Provinsi Kalimantan Utara

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Akomodasi Kamar Tempat Tidur

Bintang Non-Bintang

Bintang Non-Bintang

Bintang Non-Bintang

1. Kabupaten Malinau

- 10 - 207 - 328

2. Kabupaten Bulungan

- -* - 664 - 993

3. Kabupaten Tana Tidung

- 13 - 194 - 309

4. Kabupaten Nunukan

- - - - - -

5. Kota Tarakan 8 33 - - - -

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

A. Infrastruktur umum

Sebagai provinsi yang baru dibentuk 4 tahun yang lalu, infrastruktur

umum yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara masih sangat

terbatas. Berikut merupakan beberapa statistik mengenai

infrastruktur umum di Provinsi Kalimantan Utara

Tabel 5.2

Panjang Jalan Negara Menurut Jenis Permukaan Jalan

Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Jenis Permukaan Jalan dan Panjang

Jalan (km) Jumlah (km)

Page 36: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

30

Aspal Kerikil Tanah Lainnya

1. Kabupaten Malinau 15,00 - 240,00 - 255,00

2. Kabupaten Bulungan 253,34 13,53 - 266,87

3. Kabupaten Tana

Tidung

- - - - -

4. Kabupaten Nunukan 195,44 14,02 114,11 - 323,57

5. Kota Tarakan 8,33 15,92 47,86 155,92 228,03

Jumlah 485,71 29,94 175,50 155,92 847,07

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Tabel 5.3

Kondisi Jalan Negara Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota

Kondisi Jalan (km)

Baik Sedang Rusak Rusak

Berat

1. Kabupaten Malinau 15,00 240,00 - -

2. Kabupaten Bulungan 169,98 74,48 8,50 13,92

3. Kabupaten Tana

Tidung

- - - -

4. Kabupaten Nunukan 236,62 43,08 25,45 19,42

5. Kota Tarakan 186,985 33,751 7,295 -

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Tabel 5.4

Panjang Jalan Provinsi Menurut Jenis Permukaan Jalan

Kabupaten/Kota

di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013

No. Kabupaten/Kota

Jenis Permukaan Jalan dan Panjang

Jalan (km) Jumlah (km)

Aspal Kerikil Tanah Lainnya

1. Kabupaten Malinau 50,00 45,00 84,10 68,00 247,10

2. Kabupaten Bulungan 134,00 - - - 134,00

3. Kabupaten Tana

Tidung

69,50 - - - 69,50

4. Kabupaten Nunukan - - - - -

5. Kota Tarakan - - - - -

Jumlah 253,50 45,00 84,10 68,00 450,60

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Tabel 5.5

Kondisi Jalan Provinsi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2013

No. Kabupaten/Kota

Kondisi Jalan (km)

Baik Sedang Rusak Rusak

Berat

1. Kabupaten Malinau 50,00 45,00 84,10 68,00

Page 37: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

31

2. Kabupaten Bulungan 43,00 - 42,30 48,70

3. Kabupaten Tana

Tidung

60,50 3,00 6,00 -

4. Kabupaten Nunukan - - - -

5. Kota Tarakan - - - -

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Tabel 5.6

Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan

di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota

Jenis Permukaan Jalan dan Panjang

Jalan (km) Jumlah (km)

Aspal Kerikil Tanah Lainnya

1. Kabupaten Malinau 180,68 311,57 646,14 - 1.138,39

2. Kabupaten Bulungan 525,65 281,66 192,41 3,96 1.003,68

3. Kabupaten Tana

Tidung

73,55 73,20 99,84 1,50 248,09

4. Kabupaten Nunukan 230,86 314,04 390,02 - 934,92

5. Kota Tarakan 146,50 18,30 63,20 - 227,10

Jumlah 1.157,24 998,77 1.392,61 54,6 3.552,18

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Tabel 5.7

Kondisi Jalan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun

2014

No. Kabupaten/Kota

Kondisi Jalan (km)

Baik Sedang Rusak Rusak

Berat

1. Kabupaten Malinau 176,86 748,69 4,34 -

2. Kabupaten Bulungan 550,32 405,34 43,31 4,72

3. Kabupaten Tana

Tidung

214,09 10,05 23,95 -

4. Kabupaten Nunukan 570,40 266,12 37,83 60,67

5. Kota Tarakan 186,22 32,93 7,95 -

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Gambar 5.8

Salah Satu Kondisi Infrastruktur Jalan di Provinsi Kalimantan Utara

Selain infrastruktur jalan, terdapat pula infrastruktur untuk

aksesibilitas wisatawan dan masyarakat berupa Bandar Udara,

Page 38: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

32

Bandar udara yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara antara

lain Bandar Udara Internasional Juwata (Kelas I) di Kota Tarakan,

Bandar Udara Long Layu di Kabupaten Nunukan, Bandar Udara

Nunukan (Kelas III) di Kabupaten Nunukan, Bandar Udara

Seluwing/Malinau di Kabupaten Malinau, Bandar Udara Tanjung

Harapan (Kelas IV) di Kabupaten Bulungan, dan Bandara Yuvai

Semaring (Kelas III) di Kabupaten Nunukan. Sementara informasi

untuk infrastruktur aksesibilitas lainnya seperti Pelabuhan Laut,

Pelabuhan Sungai, dan Terminal dinilai sangat minim.

Informasi untuk jenis infrastruktur umum lain seperti infrastruktur air

bersih, telekomunikasi, dan lainnya juga sangat minim

B. Infrastruktur pendukung kebutuhan hidup

Sama seperti infrastruktur umum, infrastruktur jenis ini juga masih

sangat terbatas. Berikut merupakan jumlah fasilitas kesehatan

sebagai salah satu infrastruktur pendukung kebutuhan hidup di

Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2014

Tabel 5.8

Rumah Sakit di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun

2014

No. Kabupaten/Kota

Jumlah

Rumah

Sakit Tempat Tidur

1. Kabupaten Malinau 2 141

2. Kabupaten Bulungan 1 126

3. Kabupaten Tana

Tidung

- -

4. Kabupaten Nunukan 1 137

5. Kota Tarakan 3 250

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Tabel 5.8

Puskesmas di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun

2014

No. Kabupaten/Kota Jumlah Puskesmas Jumlah Puskesmas

Pembantu

1. Kabupaten Malinau 16 44

2. Kabupaten Bulungan 12 43

3. Kabupaten Tana Tidung 4 11

4. Kabupaten Nunukan 16 61

5. Kota Tarakan 7 2

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (2015)

Page 39: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

33

Selain fasilitas kesehatan, terdapat pula fasilitas lain seperti fasilitas

keuangan, fasilitas perbelanjaan, dan fasilitas transportasi, namun

informasi mengenai jumlah berbagai fasilitas tersebut sangat

minim.

C. Infrastruktur khusus wisatawan

Meskipun terdapat beberapa infrastruktur khusus wisatawan seperti

fasilitas makan minum, fasilitas operator perjalanan, fasilitas

perbelanjaan souvenir, namun informasi mengenai jumlah berbagai

fasilitas tersebut sangat minim.

Aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan pencapaian destinasi

dan fleksibilitas pergerakan wisatawan antar daya tarik wisata.

Wisatawan yang ingin berwisata ke Provinsi Kalimantan Utara dapat

menggunakan transportasi udara yang melayani penerbangan dari/ke

pelabuhan udara di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tanjung Harapan

atau ke Kota Tarakan dengan berbagai maskapai komersil yang sudah

tersedia.

Untuk aksesibilitas di dalam Provinsi Kalimantan Utara terdapat

berbagai alternatif, antara lain:

a. Moda transportasi udara, menggunakan maskapai penerbangan

perintis

b. Moda transportasi darat, menggunakan kendaraan sewaan

c. Moda transportasi sungai dan laut, menggunakan speedboat

dan/atau ketinting (perahu tradisional) sewaan.

Sementara untuk kemudahan perizinan, Provinsi Kalimantan Utara

memiliki dua kantor imigrasi Kelas II yang terdapat di Kota Tarakan dan

Kabupaten Nunukan.

Page 40: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

34

B A B V I

A N A L I S I S P O T E N S I

G E O W I S A T A P R O V I N S I

K A L I M A N T A N U T A R A

Provinsi Kalimantan Utara memiliki berbagai jenis potensi sumber

daya tarik yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan geowisata.

Analisis terhadap potensi tersebut akan dibahas pada setiap komponen

geowisata sebagai berikut:

Potensi daya tarik geowisata yang terdapat di Provinsi Kalimantan

Utara terdiri dari berbagai jenis keragaman geologi. Selain dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan, namun beberapa lokasi

tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Bentuk-

bentuk dari keragaman geologi tersebut antara lain:

a. Sumber air panas, dilihat dari adanya sumber air panas di

beberapa titik seperti di Semolon (sudah dimanfaatkan untuk

kegiatan pariwisata), Sebakis (kawasannya dimanfaatkan untuk

kegiatan pertambangan batu bara), Sajau (belum dikelola), dan

Mengkuasar (belum dikelola).

b. Air terjun, di antaranya air terjun Martin Billa, air terjun Km.18,

air terjun di Gunung Rian, air terjun Ruab Sebiling, dan air terjun

Binusan.

c. Kawasan Karst, mayoritas terdapat di Kabupaten Bulungan.

Beberapa area sudah ditetapkan sebagai area wisata geologi

oleh pemerintah daerah, seperti karst Gunung Putih (faktor

keunikan batuan dan bentang alam), karst Batu Tumpuk (faktor

keunikan batuan), karst Tanjung Palas Barat (faktor keunikan

batuan), karst Peso (faktor keunikan batuan, keunikan bentang

alam, dan keunikan proses geologi), serta karst Peso Hilir

Page 41: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

35

(faktor keunikan batuan, keunikan bentang alam, dan keunikan

proses geologi).

d. Pantai, termasuk di antaranya Pantai Nibung dan Pantai Batu

Lemampu

Dari seluruh bentuk potensi tersebut, kawasan karst merupakan

bentuk yang dinilai mempunyai peluang yang lebih besar untuk

dikembangkan, mengingat sudah adanya pengakuan dari pemerintah

daerah (yang tertuang di dalam rencana tata ruang), juga sudah

dilakukan penelitian dasar geologis di kawasan-kawasan tersebut.

Selain kawasan karst, sumber air panas merupakan bentuk

selanjutnya yang berpotensi untuk pengembangan geowisata, didukung

dengan adanya penelitian sumber air panas di lokasi-lokasi tersebut.

Aktivitas-aktivitas geowisata yang berkembang di Provinsi

Kalimantan Utara saat ini adalah:

a. Geo-site sightseeing, dimana aktivitas wisata yang ditawarkan

kepada wisatawan hanyalah menikmati bentang alam dari

keunikan bentukan kebumian seperti.

b. Geo-studi, dimana penelitian menjadi fokus utama aktivitas ini.

c. Health and wellnes geotourism, dapat dilihat dari adanya

pemanfaatan sumber air panas yang ditawarkan kepada

wisatawan untuk kesehatan

Jika dilihat dari berbagai bentuk aktivitas tersebut, aktivitas

geowisata yang berkembang di Provinsi Kalimantan Utara dinilai masih

bersifat pasif dan belum mampu mengedukasi wisatawan mengenai

keragaman geologi yang notabene merupakan fokus dari geowisata.

Interpretasi merupakan komponen penting di dalam pengembangan

geowisata. Namun interpretasi di geosite Provinsi Kalimantan Utara

dinilai jauh dari kondisi ideal, tidak ditemukan adanya interpretasi-

interpretasi yang sifatnya mengedukasi wisatawan. Hal ini patut

menjadi perhatian pemerintah daerah dalam pengembangan

geowisata.

Dalam menganalisis pengembangan potensi geowisata di Provinsi

Kalimantan Utara akan digunakan prinsip-prinsip utama pengembangan

geowisata yang dikemukakan Dowling (2010). Analisis mengenai

prinsip tersebut antara lain:

a. Sustainable. Dalam prinsip ini, hanya aspek geoconservation

yang sudah dipenuhi oleh potensi geowisata di Provinsi

Page 42: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

36

Kalimantan Utara. Hal tersebut dapat dilihat dari ditetapkannya

kawasan karst sebagai kawasan lindung (di dalam rencana tata

ruang). Yang menjadi perhatian pada aspek ini adalah belum

semua geosite terlindungi oleh hukum, dapat dilihat dari adanya

vandalisme oleh wisatawan di sumber air panas Semolon.

Hal lain yang menjadi perhatian pada prinsip ini adalah

perolehan ekonomi yang tinggi, serta peningkatan kapasitas

masyarakat yang belum secara maksimal diterapkan di geosite.

b. Geologically informative. Peningkatan pengetahuan, kesadaran,

dan perasaan menghargai lingkungan wisatawan dan

masyarakat merupakan fokus pada prinsip ini. Namun dalam

kenyataannya, prinsip ini belum diterapkan dengan baik,

mengingat belum adanya komponen interpretasi pada potensi

geowisata yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara.

c. Locally beneficial. Dalam prinsip ini yang menjadi fokus adalah

kesejahteraan masyarakat lokal melalui keterlibatan mereka di

kawasan potensi geowisata. Bentuk keterlibatan masyarakat

dalam pengembangan potensi geowisata di Provinsi Kalimantan

Utara masih dalam bentuk bekerja sebagai petugas di daya tarik

wisata, dengan catatan hanya beberapa potensi geowisata

seperti sumber air panas Semolon dan kawasan karst Gunung

Putih yang telah menerapkan hal tersebut.

Keterlibatan di dalam pembangunan pariwisata tidak hanya

sebagai petugas, namun juga dapat dilihat dari keterlibatan

masyarakat di dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan

pembangunan, hingga penerimaan dampak positif dari

pembangunan pariwisata.

d. Tourist satisfaction. Prinsip ini harus melalui kajian tersendiri,

apakah wisatawan yang datang ke potensi-potensi geowisata di

Provinsi Kalimantan Utara merupakan „geo-tourist‟ yang datang

karena bentukan alam geologi kawasan atau „general visitor‟

yang datang namun tidak peduli tentang hal tersebut.

Dari berbagai potensi daya tarik wisata yang sudah dibahas pada

bab sebelumnya, ditemukan beberapa permasalahan di dalam

pengembangan geowisata di Provinsi Kalimantan Utara sebagai

berikut:

A. Pengelolaan pariwisata yang masih bersifat massal dan belum

mengedukasi wisatawan, dapat dilihat dari pengelolaan seluruh

daya tarik wisata dan belum adanya produk berupa interpretasi.

Page 43: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

37

B. Masih sulitnya pilihan wisatawan dalam mengakses informasi

pariwisata.

C. Infrastruktur yang masih terbatas dan belum merata

D. Moda transportasi darat dan sungai yang dapat digunakan

masih terbatas, belum ada yang berjenis angkutan umum

terjadwal.

Page 44: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

38

B A B V I I

S I M P U L A N D A N S A R A N

Dari berbagai pembahasan dan analisis yang telah dilakukan,

peneliti mendapat berbagai kesimpulan sebagai berikut:

a. Provinsi Kalimantan Utara memiliki sumber daya alam yang

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan geowisata, antara lain

sumber air panas, air terjun, kawasan karst, dan pantai.

Aktivitas geowisata yang saat ini berkembang di Provinsi

Kalimantan Utara hanya sekedar geosite sightseeing, geo-studi,

dan health and wellness geotourism, masih dimungkinkan untuk

mengembangkan aktivitas geowisata lainnya di kawasan yang

sama sebagai hasil kajian dari aktivitas geo-studi yang telah

dilakukan, seperti pada Kawasan Karst yang berpotensi

dikembangkan dengan aktivitas Geo-Tours dan Geo-Festival.

b. Interpretasi dan kompetensi masyarakat sebagai pemandu,

yang merupakan komponen penting dalam pengembangan

geowisata untuk mengedukasi wisatawan masih harus

ditingkatkan baik kualitas maupun kauntitasnya. Hal ini perlu

dilakukan sebagai bagian dari peningkatan aktivitas daya tarik

wisata.

c. Pengelolaan geowisata di Provinsi Kalimantan Utara belum

memenuhi prinsip-prinsip geowisata, sehingga perbaikan dalam

sistem pengelolaan oleh berbagai pihak yang mengelola sumber

daya tarik mutlak diperlukan sehingga sesuai dengan prinsip

geowisata yaitu sustainable, geologically informative, locally

beneficial, serta tourist satisfaction.

d. Komponen-komponen dasar produk wisata di Provinsi

Kalimantan Utara masih memerlukan peningkatan yang

signifikan, hal ini dapat ditunjukan dengan infrastruktur

(amenitas) yang masih menjadi faktor penghambat wisatawan

untuk mengunjungi daya tarik tersebut, sumber informasi

mengenai daya tarik wisata yang masih sangat terbatas, dan

moda transportasi menuju daya tarik wisata yang terbatas.

Komponen-komponen tersebut merupakan komponen dasar

yang harus dimiliki oleh suatu destinasi pariwisata.

Page 45: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

39

Hasil analisis yang dilakukan menunjukan bahwa potensi geowisata

yang dimiliki Provinsi Kalimantan Utara masih dapat dikembangkan

menjadi berbagai aktivitas lainnya, seperti Geo-Tours, Geo-Sport dan

Geo-Festival, namun untuk mengembangkan potensi yang ada maka

beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Melakukan studi potensi dan pemetaan potensi sumber daya

wisata Provinsi Kalimantan Utara yang diimbangi dengan kajian

kajian kelayakan akan pengembangan daya tarik wisata

tersebut;

b. Melakukan studi kelayakan dalam rangka percepatan

pembangunan dan pemerataan infrastruktur dasar daerah

sekitar daya tarik wisata;

c. Menyusun peraturan daerah tentang rencana induk

pembangunan kepariwisataan serta menetapkan kawasan

strategis pariwisata baik di tingkat provinsi dan kabupaten

sebagai kebijakan perlindungan akan sumber daya Geowisata.

D A F T A R P U S T A K A

Page 46: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

40

Abdullah, Fuad dkk. Potensi Sumberdaya alam Kars Kecamatan Tanjung

Palas Kabupaten Bulungan. Bidang Geologi dan Sumberdaya

Mineral Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Timur

BPS Provinsi Kalimantan Utara. (2015). Kalimantan Utara Dalam Angka

2015. Diunduh pada 25 November 2016, dari website Badan Pusat

Statistik Provinsi Kalimantan Utara:

http://kaltim.bps.go.id/webbeta/website/pdf_publikasi/Kalimantan-

Utara-Dalam-Angka-Tahun-2015.pdf

Dahlan, Dikdik R., dan Edi M., 2011. Penyelidikan Pendahuluan Panas

Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten

Malinau, Provinsi Kalimantan Timur. Diunduh pada 25 November

2016, dari website resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral:

http://psdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku%201%20Ener

gi/11.Penyelidikan%20pendahuluan%20panas%20bumi%20Kabup

aten%20Nunukan,%20Bulungan,%20dan%20malinau.pdf.

Dickman, Sharron. (1999). Tourism: An Introductory Text. Victoria:

Footscray Institute of Technology Library.

Dowling, R. K. (2006). Geotourism’s Global Growth. Dari artikel

Geoheritage. London: Springer-Verlag.

Dowling, R. K., & Newsome, D. (2006). Geotourism. London: Springer-

Verlag.

Fadhilah, Dzar M. (2015). Kajian Geopark Kawasan Ciletuh Kabupaten

Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Kepariwisataan

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Farsani, N. T. (2012). Geoparks and Geotourism New Approaches to

Sustainability for the 21st Century. Florida: BrownWalker Press.

Hose, Thomas A. et al. (2011) Geotourism – A Short Introduction. Diakses

pada 25 November 2016, dari jurnal Acta Geographica Slovenica

51-2, hal. 339-342. http://ojs.zrc-

sazu.si/ags/article/download/1315/1079

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). Potret dan

Rencana Pengelolaan Ekosistem Karst Ekoregion Kalimantan.

Page 47: TIM PENELITI Anggota Agam Maulana

41

Balikpapan:Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E)

Kalimantan

Sakai, M. (2013, Februari 5). Air Panas Semolon. Diakses 25 November

2016, dari Blogspot: http://milkasakai.blogspot.co.id/2013/02/air-

panas-semolon.html

UN-WTO. (n.d.). 2017 International Year of Sustainable Tourism for

Development. Diakses pada 25 November 2016, dari UN-WTO

Official Website: http://www2.unwto.org/tourism4development2017

UN-WTO. (n.d). SDG Indicators for "Sustainable Tourism" A UNWTO

Contribution to the IAEG-SDG. Diakses pada 25 November 2016,

dari UN-WTO Official Website:

http://cf.cdn.unwto.org/sites/all/files/docpdf/unwtosdgtourismindicato

rs02032016.pdf

Yoeti, Oka A. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan

Implementasi. Jakarta: Kompas Gramedia