TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK...

72

Transcript of TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK...

Page 1: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme
Page 2: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAKMultistakeholder Forestry Programme 3

2018

LAPORANPENYUSUNAN Baseline Data Monitoring

Dampak IMPLEMENTASI SVLK

Page 3: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK iii

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan (PPHH), Tim Pendamping serta para pihak yang telah membantu kelancaran proses kegiatan dan bersedia menyediakan data yang diperlukan untuk penyusunan baseline data monitoring dampak implementasi SVLK. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Multistakeholder Forestry Program 3 (MFP-3) yang mendukung pembiayaan sepenuhnya hingga terlaksananya kegiatan ini.

Dokumen ini diterbitkan atas dukungan penuh dari MFP-3. Isi dan subtansi dalam dokumen tidak mewakili sikap dan opini dari para pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen, khususnya Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan dan MFP-3.

Dokumen publikasi ini dapat diproduksi ulang secara keseluruhan atau sebagian dan dalam bentuk apapun untuk keperluan pendidikan atau nirlaba tanpa izin khusus dari MFP-3, asalkan reproduksi tersebut memuat pemberitahuan tentang Hak Cipta. MFP-3 sangat menghargai jika menerima salinan publikasi apa pun yang menggunakan dokumen ini sebagai sumber referensi. Publikasi ini tidak untuk diperjual belikan atau untuk tujuan komersial lainnya tanpa izin tertulis dari MFP-3.

MFP-3 tidak bertanggung jawab atas informasi apapun yang dimuat di situs eksternal manapun atau dalam dokumen yang disebutkan dalam laporan ini. Materi ini hanya untuk informasi, dan tergantung pada tanggung jawab pembaca sendiri.

Ucapan Terima Kasih Tim Baseline DataMonitoring Dampak

Pemberitahuan

Tim Pendamping:Berdasarkan SK Nomor: ST.15/PPHH/SPHH/HPL.3/1/2017

1. Arbi Valentinus (wakil Uni Eropa)2. Citra Hartati (wakil LSM) 3. Dr. Agus Sarsito (wakil MFP3)4. Dr. Jansen Tangketasik (wakil MFP3)5. Suraya A (wakil MFP3) Tim Penilai:Berdasarkan SK Nomor: S.338/PPHH.SPHH/HPL.3/4/2017

1. Dr. Rahmanta Setiahadi (Ketua)2. Rudy Setyawan (Anggota)3. Hangga Prihatmaja (Anggota) Tim Pengumpul data:Berdasarkan SK Nomor: S.474/PPHH/SPHH.HPL.3/6/2017

1. Yeti Sumiyati 2. Koesno Adi Dwi Laksmono3. Bambang Setyo Mulyanto

Page 4: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLKiv v

PENGARAH :Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PEMBINA :1. Kepala Pusat Standardisasi dan Lingkungan Kehutanan, Sekretariat

Jenderal;2. Kepala Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal;3. Kepala Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal;4. Kepala Pusat Litbang Sosial Ekonomi, Kebijakan Perubahan Iklim, Badan

Penelitian dan Pengembangan Inovasi; 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. PENANGGUNG JAWAB :Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan, Direktorat JenderalPengelolaan Hutan Produksi Lestari 1. Ketua : KepalaSubDirektoratSertifikasidanPemasaranHasilHutan,Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan 2. Sekretaris : KepalaSeksiSertifikasi,DirektoratPengolahandanPemasaranHasil

Hutan 3. Anggota :

1. Kepala Bagian Program dan Anggaran, Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

2. Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut, Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim, Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi;

3. Kepala Bidang Standardisasi Pengelolaan, Pusat Standardisasi dan Lingkungan Kehutanan;

4.KepalaSubDirektoratNotifikasiEkspordanImporProduksiIndustriHasil Hutan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan;

5. Kepala Bidang Pengelolaan Data, Pusat Data dan Informasi;6. Dr. Satria Astana, Peneliti pada Pusat Litbang Sosial Ekonomi

Kebijakan dan Perubahan Iklim, Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi;

7.ElvidaYosefiSuryandariS.Hut,MSE.,PenelitipadaPusatLitbangSosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim, Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi;

8. Kepala Sub Bagian Kerjasama Dalam Negeri, Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal.

Tim Pelaksana Monitoring Dampak

Berdasarkan SK Nomor: SK.20/PHPL/SET/7/2016

Page 5: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLKvi vii

SMD : Sistem Monitoring DampakKLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananFLEGT : Forest Law Enforcement, Governance and TradeVPA : Voluntary Partnership AgreementSVLK : SistemVerifikasiLegaliasKayuPHPL : Pengelolaan Hutan Produksi LestariPPHH : Pengolahan dan Pemasaran Hasil HutanSILK : Sistem Informasi Legalitas KayuIUPHHK : Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan KayuHA : Hutan AlamHT : Hutan TanamanRE : Restorasi EkositimHTR : Hutan Tanaman RakyatHTHR : Hutan Tanaman Hasil RehabilitasiHD : Hutan DesaHKM : Hutan KemasyarakatanIUIPHHK : Ijin Usaha Industri Pengolahan Hasil Hutan KayuIPK : Ijin Pemanfaatan Kayu HGU : Hak Guna UsahaIPPKH : Ijin Pinjam Pakai Kawasan HutanL-VLK : LembagaVerifikasiLegalitasKayuLP-PHPL : Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi LestariIUI : Ijin Usaha IndustriTPT KB/KO : Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Bulat/Kayu OlahanTDI : Tanda Daftar IndustriIRT : Industri Rumah TanggaS-LK : SertifikatLegalitasKayuS-PHPL : SertifikatPengelolaanHutanProduksiLestariAMDAL : Analisa Mengenai Dampak LingkunganRKU : Rencana Kerja UsahaRKT : Rencana Kerja TahunanIHMB : Inventarisasi Hutan Menyeluruh BerkalaLHC/LHP : Laporan Hasil Cruissing/Laporan Hasil ProduksiTPK/TPN : Tempat Penumpukan Kayu/Tempat Penimbunan KayuBBS : Bahan Baku Serpih

Daftar Istilah

Ucapan Terima Kasih iiiPemberitahuan iiiTim Pelaksana Monitoring Dampak v

Daftar Istilah viDaftar Isi vii

I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 2

II. METODE PENGUMPULAN BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 5 2.1. Tahap Pelaksanaan 5 2.2. Pengumpulan Data: Tipe dan Proses 9 2.3. HasilKesepakatanIndikatordanVerifier 10 2.4. IdentifikasiSumberDatadanInformasi 13 2.5. ProsesVerifikasiandValidasiBaselineData 19 2.6. Limitasi dan Tantangan dalam Proses Pengumpulan Data 20

III. BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 23 3.1. BaselineDataEfektifitasKelembagaandanTataKelola 23 3.2. Baseline Data Pemberantasan Ilegal Loging 35 3.3. Baseline Data Kondisi Hutan 40 3.4. Baseline Data Pembangunan Ekonomi 42 3.5. Baseline Data Keberlanjutan Penghidupan dan Mata Pencaharian 43 3.6. Analisa Baseline Data 43

IV. REKOMENDASI 49 4.1. Rekomedasi Subtansi 49 4.2. Rekomendasi Mekanisme Pelaksanaan Monitoring Implementasi SVLK secara berkala 52

V. Lampiran-lampiran. 55

Daftar Isi

Page 6: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLKviii 1

Dasar pelaksanaan Monitoring Dampak Implementasi SVLK adalah tindak lanjut perjanjian FLEGT-VPA. Indonesia wajib melaksanakan kesepakatan yang tercantum dalam artikel 12 yaitu terkait dengan Social Safeguard. Kesepakatan ini mengharuskan pemerintah Indonesia melaku-kan monitoring secara berkala untuk melihat dampak perjanjian VPA terhadap lingkungan dan sosial. Khususnya dampak yang tidak diharapkan pada kehidupan dan kesejahteraan kelompok rentan dan marjinal. Antisipasi mengatasi dampak negatif yang timbul dari implementasi FLEGT-VPA (dalam konteks SVLK) perlu dipersiapkan Indonesia dan Uni Eropa. Diperlukan rekomendasi berupa solusi yang tepat dan disusun berdasarkan hasil impact monitoring (monitoring dampak).

Desain Sistem Monitoring Dampak (SMD) Implementasi SVLK telah disusun pada tahun 2016, dilakukanolehPTHatfield.PenyusunanSMDmengintegrasikanmasalahinklusisosialdangen-der dengan respon dan kemampuan adaptasi terhadap dampak SVLK. Dampak yang dimaksud adalah meliputi: dampak yang diharapkan (intended impact) dan dampak yang tidak dihara-pkan (unintended impact). Ada 5 (lima) wilayah dampak implementasi SVLK dapat berpotensi menyebabkanperubahan,baikpositifmaupunnegatif,yaitu:1)Efektifitaskelembagaandantatakelola; 2) Pemberantasan illegal logging, 3) Kondisi hutan; 4) Pembangunan perekonomian; dan; 5) Keberlanjutan penghidupan dan matapencaharian masyarakat. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mendukung dan mengadopsi SMD Guideline ini sebagai sarana untuk melihat dampak implementasi SVLK, sesuai mandat yang diatur dalam Article 12 perjanjian FLEGT-VPA.

Sebagai tindak lanjutnya, kegiatan pertama yang akan dilakukan (tahun 2017) adalah meny-iapkan baseline dan database sebagai salah satu bagian dari kegiatan pra-kondisi sebelum pelaksanaan monitoring dampak nantinya dapat dilakukan. Penyusun baseline yang terhadap dengan 5 wilayah dampak terkait dengan implementasi SVLK akan berdasarkan tiga tahun kunci yaitu: (i) Tahun 2009, setelah pertama kali Permenhut P.38/2009 dilaksanakan; (ii) Tahun 2013, yaitu tahun setelah pertama kali pemberlakuan dokumen V-Legal; dan (iii) Tahun 2016, setelah pertama kali implementasi FLEGT License. Dokumen ini adalah laporan akhir dari kegiatan penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK. Laporan ini merangkum semua data dan informasi yang dihasilkan untuk menyusun baseline di 5 wilayah dampak dalam tiga masa waktu yang ditentukan yaitu 2009, 2013, dan 2016.

1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN

i

Page 7: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK2 3

Sebagaimana yang ditetapkan dalam kerangka acuan baseline data, tujuan dari penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh konsultan Tim Baseline Data Monitoring Dampak (Tim IM) adalah :

1. MelakukanreviewindikatordanverifierdokumenSistemMonitoringDampakyangdihasilkanPTHatfield.

2. Mengembangkanindikatordanverifierpadamasing-masingwilayahdampakyangdisel-eksi oleh Tim.

3. Mengidentifikasilembagapemerintahdannonpemerintahyangberperansebagaiwalidata.

4. Melakukanverifikasidatadaninformasiyangdikumpulkansertamengelompokkandata-data tersebut berdasarkan data tahun 2009, 2013 dan 2016.

Adapun luaran laporan dari hasil kerja konsultan Tim IM adalah menghasilkan laporan yang berisi: 1. Metodologi untuk mengembangkan data dasar yang akan digunakan pemerintah untuk

memantau dampak implementasi SVLK.2. Penjabaran tentang proses penyiapan Pemantauan Dampak sebagai panduan pelaksan-

aan monitoring dampak SVLK di lapangan.3. Hasil pengumpulan data dasar yang diperlukan untuk penyusunan baseline data, teruta-

ma data sekunder.4. Rekomendasi bagi pemerintah mengenai kegiatan di masa depan untuk melakukan

rencana monitoring implementasi SVLK secara berkala.

1.2 Tujuan

Page 8: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK4 5

Sesuai hasil rekomendasi laporan Rancangan Sistem Monitoring Dampak (SMD), monitoring terhadapdampakimplementasiSVLKdilakukandi5(lima)wilayahdampak,yaitu:(1)Efektifitaskelembagaan dan tata kelola; (2) Pemberantasan illegal loging; (3) Kondisi hutan; (4) Pembangu-nan ekonomi; dan (5) Keberlanjutan penghidupan dan mata pencaharian (Livelihoods).

Perencanaan dimulai dengan rekruitmen konsultan sebagai ketua dan anggota Tim IM yang bertugas menyiapkan rencana kerja kegiatan penyusunan baseline data. Rencana Kerja yang disetujui menjadi acuan pelaksanaan penyusunan baseline data. Alur pelaksanaan kegiatan penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak SVLK dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu:

A. Tahap PersiapanB. Tahap Pengumpulan Baseline DataC. Tahap Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak.

Secara lebih lengkap dideskripsikan melalui alur proses ini yang dapat dilihat di Gambar 1. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan sebagaimana alur pada gambar 1, dijelaskan dalam uraian dibawah ini.

A. TAHAP PERSIAPAN1. Melakukan review terhadap hasil Rancangan Sistem Monitoring Dampak (SMD) yang

telahdilaksanakanolehPT.Hatfield.

• Tujuan:a. Melakukan review laporan Rancangan SMD SVLK. Mengkaji ketepatan in-

dikatordanverifieryangdapatdigunakansertaprobabilitastersedianyadatatersebut di pemerintah dan lembaga terkait.

b. Mensepakatiindikatordanverifierbaruapasajayangpentingditambahkandari apa yang sudah tersedia di laporan Rancangan SMD

• Out-put:a. Diperolehnya catatan hasil review pada 5 wilayah dampak Sistem Monitoring

Dampak SVLK.b. Kesamaanpandanganin-putbaruindikatordanverifierSistemMonitoring

Dampak SVLK.c. Kesepatan konsep baseline data dan metode pengumpulan data.d. Kesepakatan jadwal dan agenda kegiatan penyusunan baseline data.

• Langkah-Langkah:a. Pemaparan hasil review terhadap laporan Rancangan SMD untuk 5 wilayah

dampak SVLK.

2.1. Tahap Pelaksanaan

II. METODE PENGUMPULAN BASELINE DATA

i

Page 9: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK6 7

b. Diskusitentangtambahan5indikatordanverifierbarusertametodependata-annya.

c. Penyepakatan jadwal pelaksanaan serta pembagian tugas pengumpulan data.

2. Pembekalan Tim Pengumpul Data dan Informasi.• Tujuan:

a. Melakukan pembekalan terhadap tim pengumpul data.b. Membangun komitmen tim pengumpul data.

• Out-put: a. TimpengumpuldatapahamtentangindikatordanverifierSistemMonitoring

Dampak SVLK yang digunakan dan akan dikumpulkan b. Tim pengumpul data siap melakukan pengumpulan data.• Langkah-langkah: a. Penjelasanhasilreviewindikatordanverifieryangakandigunakanuntuk

menyusun baseline dan database b. Praktek atau simulasi tahapan pengumpulan data yang diperlukan. c. Pembagian tugas tim pengumpul data sesuai wilayah dampak dan sesuai

dengan pengumpulan jenis data.

B. PENGUMPULAN BASELINE DATA 1. Pengumpulan Baseline Data

• Tujuan:a. Mendapatkan data utama terkait wilayah dampak implementasi SVLK.b. Mendapatkan data yang diperlukan untuk masing-masing wilayah dampak-

sesuai rencana dan kebutuhan.• Out-put: a. TersedianyadatabaselinesesuaiindikatordanverifierSMDSVLK. b. Tersedianya dokumentasi pengumpulan data baseline monitoring dampak

implementasi SVLK. • Langkah-langkah: a. Melakukan pertemuan dengan pemegang data/wali data atau sumber data

lain yang sudah dipilih. b. Pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan, sesuai form lampiran

masing-masingindikatordanverifier. c. Merangkumsemuadatasekunderuntukverifikasidanvalidasidata.

2. VerifikasidanValidasiBaselineData• Tujuan: a. Melakukanverifikasidanvalidasibaselinedata b. Membuatrekapitulasihasilverifikasidanvalidasidata.• Out-put: a. Tersedianyarekapitulasiverfikasidanvalidasibaselinedatasekunder. b. Tersedianyahasilverifikasidanvalidasibaselinedatamonitoringdampak

implementasi SVLK pada 5 wilayah dampak.• Langkah-langkah: a. Mengumpulkandanmemilahdatamasing-masingIndikatordanVerifierSMD

implementasi SVLK. b. Melakukanklarifikasidatasekunder. c. Melakukan verifkasi dan validasi data sekunder.

d. Membuatrekapitulasihasilverifikasidanvalidasidatasekunder

C. PENYUSUNAN BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 1. Penyusunan Draft Laporan Baseline Data • Tujuan: a. Menyusun draft baseline data monitoring dampak implementasi SVLK

berdasarkanhasilverifikasidanvalidasidatasekunder. b. MenyusundraftlaporanfinalpenyusunanBaselineDataMonitoringDampak

Implementasi SVLK. • Out-put: a. Tersedianya draft Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK. b. TersedianyalaporanfinalPenyusunanBaselineDataMonitoringDampak

Implementasi SVLK. • Langkah-langkah: a. Menyusun baseline data monitoring dampak implementasi SVLK pada

masing-masing 5 wilayah dampak. b. Menyusunlaporanfinalpenyusunanbaselinedatamonitoringdampak

implementasi SVLK rekomendasinya.2. Konsultasi Publik Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi

SVLK. • Tujuan: a. Melakukan konsultasi publik draft laporan penyusunan baseline data monitoring dampak implementasi SVLK dengan parapihak di tingkat nasional. b. Memperoleh masukan dari para pihak untuk perbaikan laporan. • Out-put: a. Dokumentasi hasil konsultasi publik draft laporan penyusunan baseline data. b. Dokumentasi masukan dan saran terhadap draft baseline data. c. Skenario proses pelaksanaan monitoring dampak implementasi SVLK di lapangan. • Langkah-langkah: a. Pemaparan draft laporan penyusunan baseline data monitoring dampak

implementasi SVLK. b. Diskusimasukandanklarifikasibaselinedatamasing-masingindikatordan

verifierSMD. c. Penyepakatan draft laporan penyusunan baseline data monitoring dampak

implementasi SVLK serta rekomendasinya. d. Penyepakatan skenario pelaksanaan Sistem Monitoring Dampak untuk implementasi SVLK di daerah/lapangan.

Page 10: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK8 9

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak SVLK.

Pengumpulan data dan informasi difokuskan pada data-data sekunder yang tersedia dan diperlukan untuk penyusunan baseline data. Mengingat ini adalah kegiatan yang pertama kali dilakukan maka Tim IM diminta untuk memfokuskan pada pengumpulan data sekunder di tingkat nasional. Adapun data sekunder yang dimaksud adalah data tertulis yang telah telah atau mendapat persetujuan untuk dipublikasi oleh lembaga-lembaga pemerintah terkait, termasuk publikasi tertulis oleh pihak-pihak lain di luar pemerintah yang relevan untuk kebutuhan baseline ini. Pengumpulan data sekunder diutamakan pada dokumen data/informasi yang berasal dari laporan kegiatan, hasil penelitian, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan dampak implementasi SVLK. Sumber data dari pemerintah yang terkait dengan kebijakan dan laporan-laporan kegiatan implementasi SVLK di tingkat pusat, kegiatan pemantau independent secara reguler dan sumber data (wali data) lainnya. Data sekunder dari pemerintah ini diperoleh dari sumber data (wali data) seperti Dirjen dan Direktorat di lingkungan KLHK, Kemendag, Kemenperin, BPS, Bea Cukai dan data yang tersedia di provinsi yang mungkin diakses. Sementara sumber data sekunder dari non pemerintah diperoleh dari berbagai sumber seperti JPIK, LP-PHPL, LP-LK, lembaga riset terkait.

Untuk melengkapi data sekunder, Tim IM juga mengumpulan data primer secara terbatas dalam bentuk wawancara dengan sejumlah informan yang dipilih secara selektif untuk mendapatkan “sense” tentang bagaimana fakta tentang praktek di lapangan dan informasi yang sifatnya anecdotal terhadap sejumlah kondisi dimana tim kesulitan memperoleh data sekunder. Lokasi pengumpulan data dan informasi sebagian besar dilaksanakan di Jakarta dan sekitar Jabotabek. Mengingat banyak wali data Proses pengumpulan data dilakukan oleh Tim IM dengan pendampingan dari Tim Pendamping dari KLHK dan MFP3. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan mendatangi sumber data maupun tidak langsung dengan cara mengakses laman resmi dari sumber data yang sudah ditetapkan.

2.2. Pengumpulan Data: Tipe dan Proses

Page 11: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK10 11

HalpertamayangdilakukanolehTimIMadalahmengkajikembaliusulanindikatordariverifieryang telah disusun dalam buku Design Sistem Monitoring untuk 5 wilayah dampak Dampak Implementasi SVLK. Tim IM mengusulkan sejumlah tambahan atau perubahan indikator dan atauverifieryangdianggaplebihtepatuntukmengukurdampak.Usulaninikemudiandibahasdalam rapat dengan Tim Pendamping KLHK untuk memperoleh persetujuan. Secara ringkas proses dan hasil review dari Tim IM untuk masing-masing wilayah dampak itu dapat dilihat padalampiran1laporanini.Adapunhasilkesepatantentangindikatordanverifieryangakandigunakan oleh Tim Baseline ini disampaikan dalam tabel sebagai berikut: (hasil lengkap review ini dapat dilihat di lampiran 1)

2.3.1. IndikatorBaselinedataEfektifitasKelembagaandanTataKelola,yaitu:

1) Jumlah peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh unit usaha terkait: (a) PHPL; (b) VLK.2) Persepsi unit usaha terhadap kualitas dan kemudahan implementasi peraturan

PHPL/VLK.3) Keberadaan peraturan perundangan yang berpihak kepada isu gender, kelompok

rentan dan kaum difabel.4) JenisdanjumlahkonflikdalampengelolaanPHPLdanVLKdenganmasyarakat/

pihak lain.5) Jumlah unit usaha yang telah memiliki ijin usaha lengkap (terdaftar): (a) IUPHHK-

HA/HT/RE, (b) HTR/HTHR/HD/HKm, (c) Hutan Hak, (d) IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH), (e) IUIPHHK > 6.000 m3/thn dan IUI di atas Rp. 550 juta, (f) IUIPHHK < 6.000 m3/thn dan IUI di bawah Rp. 550 juta, (g) TDI, (h) Pengrajin/IRT, (i) TPT (KB dan KO), (j) Eksportir Non Produsen.

6) JumlahunitusahayangmelakukanSertifikasiPHPL/S-LK:(a)IUPHHK-HA/HT/RE,(b) HTR/HTHR/HD/HKm, (c) Hutan Hak, (d) IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH), (e) IUIPHHK > 6.000 m3/thn dan IUI di atas Rp. 550 juta, (f) IUIPHHK < 6.000 m3/thn dan IUI di bawah Rp. 550 juta, (g) TDI, (h) Pengrajin/IRT, (i) TPT (KB dan KO), (j) Eksportir Non Produsen.

7) Jumlah unit usaha yang telah lulus S-PHPL/S-LK: (a) IUPHHK-HA/HT/RE, (b) HTR/HTHR/HD/HKm, (c) Hutan Hak, (d) IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH), (e) IUIPHHK > 6.000 m3/thn dan IUI di atas Rp. 550 juta, (f) IUIPHHK < 6.000 m3/thn dan IUI di bawah Rp. 550 juta, (g) TDI, (h) Pengrajin/IRT, (i) TPT (KB dan KO), (j) Eksportir Non Produsen.

8) Peraturan persyaratan untuk usaha dan biaya resmi perizinan: (a) Dokumen SK IUPHHK, (b) AMDAL, (c) RKU/RKT, (d) IHMB, (e) LHC/LHP, (f) Dokumen angkutan, (g) Peralatan, (h) TPK/TPN, (i) Tata ruang, (j) Lainnya (HO, TDP, SIUP, Akta perusahaan,ETPIK),(h)Persyaratanpemenuhansertifikasi.

9) BeayapenyiapanunitusahauntukmemenuhipersyaratansertifikasiPHPL/VLK.10) Biayariilsertifikasi(penilaianawaldanpenilikan)11) Nilai kerja unit usaha berdasarakan penilaian PHPL.

2.3.2. Indikator Baseline Data Pemberantasan Illegal Logging, yaitu:

2.3. HasilKesepakatanIndikatordanVerifier 1) Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnnya di: (a) IUPHHK-HA/HT/RE, (b) Perhutani, (c) HTR/HTHR/HD/ HKm.

2) Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnnya di: (a) Taman Nasional, (b) Hutan Lindung, (c) Kawasan Konservasi, (d) Lainnya.

3) Jumlah produksi dari hutan negara: (a) BBS, (b) Kayu Bulat (kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, kel Kayu Indah).

4) Jumlah produksi kayu dari HTR/HTHR/HD/HKm5) Jumlah produksi kayu dari IPK (HGU dan IPPKH) kel Meranti, kel Kayu Campuran,

kel Kayu Indah, KBK.6) Jumlah kayu yang dijual/ ditransportasikan dari hutan negara7) Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima industri (TPT-

KB, IUIPHHK)8) Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang dibudidayakan yang diterima industri

(TPT-KB, IUIPHHK).9) Keberadaan bukti kepemilikan lahan (hutan hak) dan kesesuaiannya dengan

kondisi lapangan.10) Kesesuaiandokumenangkutandenganfisikkayuyangditerimadiindustriprimer

(IUIPHHK).11) Jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia (bulat dan olahan).12) Jumlah produksi produk kayu primer.13) Jumlah produksi produk lanjutan.14) Jumlah produk kayu yang dieksport.15) Jumlah produk kayu yang dikonsumsi dalam negeri.

2.3.3. Indikator Baseline Data Kondisi Hutan, yaitu:

1) Rencana dan realisasi produksi hasil hutan dari hutan negara (m3, ton).2) Prosentase kesesuaian AAC dengan potensi hutan.3) Data luas kawasan konservasi dan kawasan lindung.4) Jumlah unit usaha yang melakukan pengelolaan dan monitoring kawasan

konservasi dan kawasan lindung.5) Data luas tutupan hutan.6) Efektifitaspenanganandampakterhadaplingkunganakibatpemanenan.7) Efektifitasperlindungankeanekaragamanhayati.8) Jumlah IUPHHK yang kepastian kawasannya telah dikukuhkan oleh Menteri.9) Jumlah pengelola HKm-HTR-HD-HTHR yang melakukan kegiatan yang berkaitan

dengan dampak lingkungan terkait dengan penebangan.10) Jumlah pengelola HKm-HTR-HD-HTHR yang melaporkan hasil dampak

lingkungan kepada instansi terkait.11) Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami.12) Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya

dibudidayakan.

2.3.4. Indikator Baseline data Pembangunan Ekonomi, yaitu:

1) Nilai produksi kayu bulat dari hutan negara (BBS, kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, kel, Kayu Indah).

Page 12: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK12 13

2) Nilai jual kayu yang diproduksi oleh Hutan Hak yang tumbuh alami.3) Nilai jual kayu yang diproduksi oleh Hutan Hak yang dibudidayakan.4) Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan hutan (hutan negara, hutan hak yang

tumbuh alami).5) Pendapatan daerah dari sektor kehutanan.6) Jumlah industri kayu, TPT dan eksportis non produsen yang ada di daerah dari

tahun ke tahun.7) Volume ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha

lanjutan, eksportir produsen dan non produsen.8) Nilai ekspor produk industri industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha

lanjutan, eksportir produsen dan non produsen.9) Jumlah negara tujuan ekspor – eksportir produsen dan non produsen.10) Jumlah daerah dan pelabuhan muat ekspor – eksportir produsen dan non

produsen.11) VolumeproduksiindustrikehutanandariunitusahabersertifikatVLKuntukpasar

domestik (primer dan olahan).12) Volume dan nilai kayu yang ditransaksikan oleh pengelola TPT-KB dan TPT-KO.

2.3.5. Indikator Baseline Data Keberlanjutan Penghidupan dan Mata Pencaharian (Livelihoods), yaitu:

1) Kualitas penerapan program pengembangan kapasitas pekerja, jenjang karir dan kesejahteraan pekerja.

2) Jumlah pelatihan dan peningkatan kompetensi tenaga teknis kehutanan.3) Kualitas penerapan program K3 dan angka kecelakaan kerja di unit usaha

(korban meninggal, cacat berat dan cacat ringan).4) Pemenuhan hak-hak pekerja (KKB/PP, realisasi pemenuhannya).5) Jumlah dan distribusi komposisi tenaga kerja (laki dan perempuan)6) Realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (PMDH, CSR).7) Implementasikegiatanpeningkatanperandanaktifitasekonomimasyarakat.8) Persepsi unit usaha terhadap pelibatan peran laki-laki, perempuan, kelompok

rentan dan difabel dalam penyerapan tenaga kerja.9) Minat kelembagaan masyarakat/perorangan untuk mengelola areal hutan.10) Minat Industri Rumah Tangga untuk mengembangkan usaha.11) Dukungan para pihak dalam pengelolaan areal hutan/pengembangan usaha

(pengrajin/IRT).12) Tingkat pemanenan sesuai dengan daur ekonomis pohon.13) Peningkatan ases dan pendapatan pengrajindan pengelola hutan hak.14) Jumlah tenaga kerja yang diikutkan dalam mengikuti pelatihan peningkatan

kapasitas.

Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK adalah sebagai berikut :

1) Prinsip Keadilan: Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi parapihak yang mendapatkan manfaat maupun akses fungsional lainnya terhadap terhadap implementasi dan layanan kebijakan SVLK, khususnya pada kelompok rentan yang terkait dengan sumber penghidupan.

2) Prinsip Kolaborasi: Prinsip dasar kolaborasi adalah kerjasama dan kesetaraan

(esensi dasar), kebersamaan, berbagi peran, dan tanggung jawab, menentukan indikator monitoring dampak, menggali data dan informasi dalam setiap prosesnya.

3) Prinsip Akurasi dan kehati-hatian: Baseline data ini akan digunakan terus menerus sebagai alat untuk mengukur monitoring dampak SVLK, maka data-data yang diperoleh harus akurat dan valid dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara ilmiah maupun juga secara sosial.

4) Prinsip Keberlanjutan: Baseline data ini harus dapat dipergunakan secara periodik mulai dari data awal, evaluasi maupun juga paska pelaksanaan monitoring dampak, dan terutama dapat dimanfaatkan untuk pengambilan-pengambilan keputusan penting dalam peningkatan keberterimaan SVLK baik di tingkat nasional maupun di daerah.

2.4. IdentifikasiSumberDatadanInformasi

Setelahdisepakatiindikatordanverifieryangakandigunakan,langkahselanjutnyaadalahTimIM melakukan pengumpulan data dan informasi dari sejumlah pihak. Adapun tabel yang leng-kapdarijenisdatayangdikumpulkandanidentifikasidarimanasajadiharapkansumberdatatersebut diperoleh dapat dilihat dalam lampiran di bawah ini.

2.4.1. IndikatorBaselineDataEfektifitasKelembagaandanTataKelola.

No INDIKATOR SUMBER DATA

1

Jumlah peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh Unit Usaha terkait: a) PHPLb) SVLK

• Biro Hukum dan Organisasi – KLHK• Setditjen PHPL (Bagian Hukum & Kerjasama Teknik)• Annex 2 dokumen VPA untuk VLK (SVLK Online,

MFP, dan delegasi EU)

2Persepsi Unit Usaha terhadap kualitas dan kemudahan implementasi peraturan PHPL/VLK

• Anekdotal persepsi unit usaha.• Pusat Litbang Sosek KLHK• CIFOR• Berbagai hasil studi MFP (MFP2 & MFP3)• Dokumen media massa dan kajian-kajian ilmiah dr

entitias terkait.

3Keberadaan peraturan perundangan yang berpihak kepada isu gender, kelompok rentan dan kaum difabel

• Biro Hukum dan Organisasi - KLHK• Kemensos• Kemeneg PPA• Kemenaker

4JenisdanjumlahkonflikdalampengelolaanPHPL dan VLK dengan masyarakat/pihak lain

• Dit UHP, Ditjen PHPL - KLHK.• Dinas Kehutanan Provinsi.• Gakum, KLHK• Data pemantau independen

5

Jumlah Unit Usaha yang telah memiliki ijin usaha lengkap (terdaftar): a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) HTR/HTHR/HD/HKM, c) Hutan Hak, d) IPK dari HGU, e) IPK dari Pinjam Pakai, f) Kawasan Hutan, g) IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta, h) IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta, i) TDI, j) Pengrajin/IRT, k) TPT, l) Eksportir Non Produsen

• Dit UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL - KLHK.• Ditjen PSKL• APHI• BKPM, BPKMD,• BPPT Daerah• Dinas Perindustrian• Laporan LVLK/LPHPL

Page 13: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK14 15

6

Jumlah Unit Usaha yang melakukan serti-fikasiS-PHPL/S-LK:a)IUPHHK-HA/HT/RE,b)HTR/HTHR/HD/HKM, c) Hutan Hak, d) IPK dari HGU, e) IPK dari Pinjam Pakai, f) Kawa-san Hutan, g) IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta, h) IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta, i) TDI, j) Pengrajin/IRT, k) TPT, l) Eksportir Non Produsen

• Dit. UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL - KLHK.• LV-LK• LP-PHPL• SILK

7

Jumlah Unit Usaha yang telah lulus S-PHPL/S-LK : a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) HTR/HTHR/HD/HKM, c) Hutan Hak, d) IPK dari HGU, e) IPK dari Pinjam Pakai, f) Kawasan Hutan, g) IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta, h) IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta, i) TDI, j) Pengrajin/IRT, k) TPT, l) Eksportir Non Produsen

• Dit. UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK.• LV-LK• LP – PHPL• SILK

8

Peraturan persyaratan untuk Unit Usaha dan biaya resmi perizinan : a) Dokumen SK IUPH-HK, b) AMDAL, c) RKU/RKT, d) IHMB, e) LHC/LHP, f) Dokumen angkutan, g) Peralatan, h) TPK/TPN, i) Tata ruang, j) Lainnya (HO, TDP, SIUP, Akta perusahaan, ETPIK), k) Prasyarat pemenuhansertifikasi

• Dit. UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK.• Biro Hukum – KLHK• Dirjen Perdagangan Luar Negeri – Kemendag• Dinas Perzinan Daerah• RTRW/RTRWP

9 Biaya penyiapan Unit Usaha untuk memenu-hipersyaratansertifikasiPHPL/VLK.

• Jaringan pemantau independen• Litbang KPK• Anekdotal persepsi unit usaha.• Hasil kajian-kajian lembaga independen

10 Biayariilsertifikasi(penilaianawaldanpenilikan)

• Hasil studi MFP • Anekdotal persepsi Unit Usaha• Anekdotal data LP-PHPL/LV-LK

11 Nilai kinerja Unit Usaha berdasarkan penila-ian PHPL • Ditjen UHP, Ditjen PHPL – KLHK

2.4.2. Indikator Baseline Data Pemberantasan Illegal Logging.

No INDIKATOR SUMBER DATA

1

Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnya di : a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) Perhutani,c) HTR/HTHR/HD/HKM

• Gakum – KLHK• Dit. UHP, Dit IKPH, Ditjen PHPL • Ditjen PSKL – KLHK• Badan Planologi KLHK• Badan Litbang KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/BPHP• Anekdotal data media massa• Perum Perhutani• Litbang KPK• Dokumen inkuiri nasional Komnas HAM• Laporan JPIK dan NGO

2

Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnya di : a) Taman Nasional, b) Hutan Lindung, c) Kawasan Konservasi, d) Lainnya

• Gakum - KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/BPHP• Dirjen KSDAE – KLHK• Balai Taman Nasional – KLHK• Balai Konservasi• Laporan JPIK dan NGO

3Jumlah produksi dari hutan negara: a) BBS, b) Kayu Bulat (kel. Meranti, kel. Kayu Campu-ran, Kel. Kayu Indah).

• Dit. UHP, Dit. IKPHH, Ditjen PHPL, KLHK (SIPUHH, LHP)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LHP)• BPS

4 Jumlah produksi kayu dari HTR/HTHR/HD/HKM

• Ditjen PSKL• Direktorat UHP dan IKP HH, Ditjen PHH• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB)

5 Jumlah produksi kayu dari IPK (kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, Kel. Kayu Indah, KBK)

• Dit. UHP, Dit IKPHH, Ditjen PHPL - KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB)

6 Jumlah kayu yang dijual/ ditransportasikan dari hutan negara

• Dit IKPHH, Dit. UHP. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB)• Dirjen PHH – KLHK (DR/PSDH)• BPS

7Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tum-buh alami yang diterima industri (TPT-KB, IUIPHHK)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB, RPB-BI)

• LVLK/LP-PHPL

8Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang dib-udidayakan yang diterima industri (TPT-KB, IUIPHHK)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB, RPBBI, LMK)

• LVLK /LP-PHPL

9Keberadaan bukti kepemilikan lahan (hutan hak) dan kesesuaiannya dengan kondisi lapangan

• LVLK /LP-PHPL• Anekdotal persepsi unit usaha.

10Kesesuaian dokumen angkutan dengan fisikkayuyangditerimadiindustriprimer(IUIPHHK)

• LVLK /LP-PHPL• Anekdotal persepsi unit usaha.

11 Jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia (bulat dan olahan)

• LVLK /LP-PHPL• Kemendag• Bea Cukai

12 Jumlah produksi produk primer kayu (dalam m3 dan atau ton)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• LVLK /LP-PHPL

13 Jumlah produksi produk lanjutan(dalam m3 dan atau ton)

• Dirjen PHH – KLHK (SIPUHH, LMKO)• LVLK /LP-PHPL

14Jumlah produk kayu yang dieksport(dalam m3 dan atau jumlah nilai yang dieksport)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKO)

• SILK• LVLK /LP-PHPL

15 Jumlah produk kayu yang dikonsumsi dalam negeri

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK

• (SIPUHH, RPBBI, LMKB)• Dinas Kehutanan Provinsi (LMK)• LVLK /LP-PHPL

Page 14: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK16 17

2.4.3. Indikator Baseline Data Kondisi Hutan.

2.4.4. Indikator Baseline Data Pembangunan Ekonomi.

No INDIKATOR SUMBER DATA

1 Rencana dan realisasi produksi hasil hutan kayu dari hutan negara (m3, ton)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK

• (SIPUHH, RPBBI, LMKB)• LP-PHPL/LV-LK

2 Prosentase kesesuaian AAC dengan potensi hutan

• Dit IKPHH, Dit. UHP, Dit. PPHH, Dirjen PHPL – KLHK.• Sampling unit usaha/data anekdotal (RKU/RKT)• LP-PHPL / LV-LK

3 Data luas kawasan konservasi dan kawasan lindung

• Ditjen PHKA - KLHK • Baplan – KLHK

4Jumlah Unit Usaha yang melakukan pen-gelolaan dan monitoring kawasan konserva-si dan kawasan lindung

• Dit. UHP, Ditjen PHPL• Data monitoring di KLHK • Dinas Kehutanan• Laporan hasil penilaian dari LP-PHPL

5 Data luas tutupan hutan • Baplan - KLHK • Pusdatin KLHK

6 Efektifitaspenanganandampakterhadaplingkungan akibat pemanenan

• Data monitoring di Ditjen PHKA - KLHK,• Laporan hasil penilaian dari LP-PHPL

7 Efektifitasperlindungankeanekaragamanhayati

• Data monitoring di Ditjen PHKA - KLHK,• Laporan hasil penilaian dari LP-PHPL

8 Jumlah IUPHHK yang kepastian kawasannya telah dikukuhkan oleh Menteri

• Ditjen PHKA - KLHK • Baplan – KLHK

9

Jumlah pengelola HKM-HTR-HD- HTHR yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan dampak lingkungan terkait dengan penebangan

• Ditjen PSKL,• Laporan LP-PHPL/LVLK

10Jumlah pengelola HKM-HTR-HD- HTHR yang melaporkan hasil dampak lingkungan kepada instansi terkait

• Ditjen PSKL,• Laporan LP-PHPL/LVLK

11 Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami.

• Ditjen PSKL, Dit UHP, Ditjen PHPL• Laporan LP-PHPL/LVLK

12 Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan

• Ditjen PSKL, Dit UHP, Ditjen PHPL• Laporan LP-PHPL/LVLK

No INDIKATOR SUMBER DATA

1Nilai produksi kayu bulat dari hutan negara (BBS, kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, Kel. Kayu Indah)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten• Dit. IKPHH, Ditjen PHPL (DR/PSDH)• BPS• Anekdotal persepsi Unit Usaha

2 Nilai jual kayu yang diproduksi oleh Hutan Hak yang tumbuh alami

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

2.4.5. Indikator Baseline Data Keberlanjutan Penghidupan dan Mata Pencaharian (Livelihoods).

No INDIKATOR SUMBER DATA

1Kualitas penerapan program pengembangan kapasitas pekerja, jenjang karir dan kese-jahteraan pekerja

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kehutanan• LP-PHPL / LV-LK

2 Jumlah pelatihan dan peningkatan kompe-tensi tenaga teknis kehutanan

• Dit. IKPHP, Ditjen PHPL• Pusdiklat SDM LHK• BPHP• LP-PHPL / LV-LK

3Kualitas penerapan program K3 dan angka kecelakaan kerja di Unit Usaha (Korban meninggal, cacat berat, cacat ringan)

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kemenaker.• Litbang Kehutanan.• LP-PHPL / LV-LK

4 Pemenuhan hak-hak pekerja (KKB/PP, realis-asi pemenuhannya)

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kemenaker.• Litbang Kehutanan.• LP-PHPL / LV-LK

5 Jumlah dan distribusi komposisi tenaga kerja (laki dan perempuan)

• Anekdotal persepsi unit usaha.• LP-PHPL/LV-LK

3 Nilai jual kayu yang diproduksi oleh Hutan Hak yang dibudidayakan

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

4Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan hutan (Hutan Negara, Hutan Hak yang tumbuh alami)

• Dit. IKPHH, Ditjen PHPL (DR/PSDH)

5 Pendapatan daerah dari sektor kehutanan • Data dari Dispenda

6 Jumlah IUIPHHK yang ada di daerah dari tahun ke tahun

• Dit UHP Ditjen PHPL;• Dinas Kehutanan Provinsi• BPHP/KPH

7Volume ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha (lanjutan) – eksportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

8Nilai ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha – eksportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

9 Jumlah negara dan pelabuhan tujuan ekspor – eksportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

10 Jumlah daerah dan pelabuhan muat ekspor – eksportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

11Volume produk industri kehutanan dari unit usahabersertifikatVLKuntukpasardomes-tik (primer dan olahan).

• Anekdotal persepsi Unit Usaha (LMK)• LV-LK

12 Volume dan nilai kayu yang ditransaksikan oleh pengelola TPT-KB dan TPT-KO

• SIPUHH;• LMK;• Laporan hasil audit LV-LK.• Anekdotal persepsi Unit Usaha (TPT KB dan TPT-

KO)

Page 15: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK18 19

6 Realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (PMDH, CSR)

• Ditjen PHPL-KLHK.• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kehutanan• LP-PHPL/LV-LK

7 Implementasi kegiatan peningkatan peran sertadanaktifitasekonomimasyarakat

• Ditjen PHPL-KLHK • Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kehutanan• LP-PHPL/LV-LK

8Persepsi Unit Usaha terhadap pelibatan per-an laki-laki, perempuan, kelompok rentan dan difabel dalam penyerapan tenaga kerja

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

9 Minat kelembagaan masyarakat /peroran-gan untuk mengelola areal hutan

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

10 Minat IRT untuk mengembangkan usaha • Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

11Dukungan para pihak dalam pengelolaan areal hutan / pengembangan usaha (pengra-jin/IRT)

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

12 Tingkat pemanenan sesuai dengan daur ekonomis pohon

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

13 Peningkatan aset dan pendapatan • Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

14 Jumlah tenaga kerja yang diikutkan dalam mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas.

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha

2.5. ProsesVerifikasiandValidasiBaselineData

VerifikasimemastikanbahwadatasekunderdandokumenterkaitimplementasiSVLKyangdilaporkanadalahakurat,sesuaiindikatordanverifieryangditetapkan.Langkahpertamaadalah memastikan data dan informasi yang dikumpulkan sudah mendapat persetujuan teknis dan sudah diperiksa oleh wali data terkait. Setelah memastikan adanya persetujuan wali data, maka sudah dapat digunakan untuk menyusun baseline data monitoring dampak SVLK. Langkah selanjutnyaadalahmelakukanverifikasidanvalidasiuntukmemastikanbahwabaselinedatayang diperoleh dapat diandalkan untuk melihat dampak implementasi SVLK terhadap Social Safeguard. Barulah setelah itu langkah terakhir menyusun baseline data di tiap lima wilayah dampak pada tahun-tahun yang disepakati yaitu 2009, 2013, 2019.

Alurverifikasidanvalidasibaselinedata,digambarkansebagaiberikut:

Dari hasil proses verifkasi dan validasi ini terhadap data sekunder yang dikumpulkan, hasil data terkait dengan baseline data monitoring dampak implementasi SVLK masing-masing wilayah dampak, kemudian dikelompokkan menjadi 3 tipe data, yaitu :

• Data tersedia (available data), yaitu data yang sudah dipublikasikan secara resmi oleh lembaga pemerintah dan non-pemeritah.

• Data meragukan (inconsistant data), yaitu data yang bersumber dari lembaga pemerintah dan non-pemerintah, namun data tersebut tidak konsisten waktu pendataannya atau memiliki perbedaan tafsir/makna.

• Data tidak tersedia (not available data), yaitu data yang belum bisa dikumpulkan atau diakses dari lembaga pemerintah dan non-pemerintah karena memang belum ada data tersebut atau belum ada tupoksi dari lembaga terkait untuk mengelola data-data tersebut.

Klasifikasiinimenentukanhasildatayangdigunakanuntukpenyusunanbaselinedatamonitoring dampak implementasi SVLK.

Page 16: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK20 21

2.6. Limitasi dan Tantangan dalam Proses Pengumpulan Data

Terdapat sejumlah limitasi dan hambatan dalam proses pengumpulan data. Selain masalah akses data yang kadang tidak diperoleh di tingkat nasional, Tim pada umumnya kesulitan untuk mengakses data ke tingkat provinsi dan kabupaten yang tidak mudah dilakukan tanpa datang langsung ke kabupaten dan provinsi terkait. Selain itu, dengan berlakunya Undang-Undang No 23/2014 tentang otonomi daerah yang menarik kewenangan kabupaten ke provinsi, maka tidak tersedia lagi wali data terkait dengan sektor kehutanan di tingkat kabupaten. Situasi ini mengakibatkan sulit tersedia data industri di bawah 6000 m3 per tahun dan dan hutan hak yang seharusnya menjadi kewenangan kabupaten. Di sisi lainya, meskipun data industri ini tersedia di tingkat kabapten, belum tentu kabupaten melaporkannya ke provinsi. Sementara untuk data hutan hak, tidak semua kabupaten melakukan inventarisasi.

Pada saat ini KLHK khususnya Direktorat PPPH (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan) memang sedang melakukan inventarisasi data industri dengan kapasitas di bawah 6000M3 dalamrangkamelakukanfasilitasisertifikasiIKM.Namunketikalaporaninidisusun,inventarisasi ini belum selesai di lakukan.

Page 17: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK22 23

BaselineDatayangdapatdikumpulkantelahdikonfirmasipadaproseskonsultasipublikpadabulan Oktober 2017, sebagai berikut:

3.1. BaselineDataEfektifitasKelembagaandanTataKelola

III. BASELINE DATA MONITORING DAMPAK IMPLEMENTASI SVLK

Dari 11 indikator wilayah dampak Efektiftas Kelembagaan dan Tatakelola, baseline data yang tersedia jumlah peraturan yang menjadi landasan implementasi SVLK. Banyaknya peraturan terkait SVLK yang berubah dari waktu ke waktu karena Pemerintah melakukan perbaikan tata keloladalampelaksanaanseritifikasi,perubahantersebutdiantaranyaadalah:

1. Peransertaparapihakdalamprosespelaksanaansertifikasidariperencanaansampaikepadapenerbitansertifikat,termasukmekanismecomplaindanbanding;peranpemerintahdaerah(DinasProvinsi)dalammelakukanfasilitasisertifikasi.

2. Keberpihakan kepada kelompok usaha kecil dan menengah.3. Keberpihakan kepada pemilik dan pengolah hutan rakyat termasuk Industri Rumah

Tangga melalui penerbitan DKP.4. Keterbukaan informasi kepada para pihak.5. PendanaanSertifikasiyangberpihakkepadaUKMantaralainditurunkannyabiaya

sertifikasi,sertifikasikelompok,fasilitasidaripemerintahdanparapihakyangtidakmengikat.

6. Penerapan Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH) secara on line.7. Kemudahan penatausahaan hasil hutan kayu rakyat yang semula dari SKAU yang

diterbitkan oleh Kepala Desa menjadi nota angkutan yang diterbitkan oleh pemilik kayu.

8. Kemudahan pemberian IPK pada wilayah tambang yang dalam hal ini disatukan dengan ijin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) untuk eksplorasi dan eksploitasi tambang.

9. Penggunaan SILK sebagai instrument dalam penerbitan dokumen V Legal/Lisensi FLEGT

10. Memberi peluang pendanaan bagi pemantau independen.

Dampak yang ditimbulkan dari perubahan peraturan terkait SVLK dari waktu ke waktu, mulai dirasakan oleh unit usaha atau unit manajemen di dalam menjalankan usahanya. Impak yang dirasakan terhadap perbaikakan tatakelola ini lebih banyak dirasakan oleh unit usaha kecil dan menengah, antara lain:

1. Kepatuhan UM dalam pemenuhan peraturan tentang perijinan, yaitu:a. Perizinan UMKM menjadi lengkap.b. Manajemen UMKM menjadi lebih tertib.i

Page 18: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK24 25

c. UM menjadi lebih tertib melaporkan (lingkungan, K3, Ketenagakerjaan, produksi, bahan baku) kewajibannya.

d. Pembayaran pajak menjadi tertib. 2. UMKM dapat melakukan penjualan langsung ke buyer dengan ekspor tanpa melalui

perantara atau jasa pihak ketiga.

Sedangkan dampak yang dirasakan bagi pemerintah atas kepatuhan unit usaha dalam memenuhi kewajiban sesuai peraturan terkait SVLK, antara lain:

1. Adanya keterbukaan Informasi Publik terkait SVLK, yaitu: a. Data sebaran UMKM menjadi lebih jelas. b. Kinerja, data produksi dan pemasaran menjadi lebih jelas. c. Kinerja UM terpantau secara online.2. Deregulasi perizinan, sehingga proses perizinan di daerah yang telah memiliki Perbup/

Perda tentang SVLK, lebih cepat. 3. Pemegang Konsesi menjadi lebih taat membayar kewajiban ke Negara, berupa

DR/PSDH, bahkan pada tahun 2016 KemenLHK mendapat penghargaan menjadi Kementerian pembayar PNBP terbesar sepanjang tahun 2015.

4. Mengurangi ekonomi biaya tinggi, aksesibilitas terhadap informasi dan transparansi dalam pengurusan dokumen RPBBI, transportasi termasuk ekspor.

5. Keterlibatan publik dalam penyusunan regulasi.6. Menurunkan laju illegal logging (Kajian Prof. Boer, 2017), dan merubah stigma menjadi

apresiasi dalam pengelolaan dan pemasaran hasil hutan.7. Posisi Indonesia selaku Negara Produsen di pergaulan Internasional meningkat.

Secararinci,datatersediapadawilayahdampakefektifitaskelembagaandantatakelola,sebagai berikut:

3.1.1. Jumlah peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh unit usaha terkait PHPL dan SVLK. Sumber data: Biro Hukum dan Organisasi KLHK, Setditjen PHPL (Bagian Hukum dan Kerjasama Teknik), Annex 2 dokumen VPA (MFP, EU dan SVLK on-line). Data yang tersedia (sebagaimana tercantum pada lampiran 3 no. 1.1)

Bertambahnya jumlah peraturan yang terkait PHPL dan SVLK, tidak terlepas dari situasi dan dinamika implementasi peraturan di lapangan. Pada tahun 2009, diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No: P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard DanPedomanPenilaianKinerjaPengelolaanHutanProduksiLestariDanVerifikasiLegalitas Kayu Pada Pemegang Ijin Atau Pada Hutan Hak yang diundangkan pada tanggal 12 Juni 2009 dan mulai dilaksanakan mulai tanggal 1 September 2009. Permenhut P.38/2009 mengandung 2 substansi utama yaitu Standard dan Pedoman untukPengelolaanHutanProduksiLestari(PHPL)danSistemVerifikasiLegalitasKayu(SVLK). Standard dan Pedoman Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) adalah persyaratan untuk memenuhi pengelolaan hutan lestari yang memuat standard, kriteria, indikator alat penilaian, metode penilaian, dan panduan penilaian. Adapun SistemVerifikasiLegalitasKayu(SVLK)adalahpersyaratanuntukmemenuhilegalitaskayu/produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan parapihak (stakeholders) kehutananyangmemuatstandard,kriteria,indikator,verifier,metodeverifikasi,dannorma penilaian. Perangkat baru ini diharapkan memberi kontribusi pada terwujudnya tata kelola Kehutanan yang baik, penegakan hukum, dan perdagangan.

Sebagai landasan operasional dari Permenhut ini, diterbitkan pula Peraturan Direktur Jenderal (Perdirjen) Bina Produksi Kehutanan nomor : P.6/VI-Set/2009 tentang Standar danPedomanPenilaianKinerjaPengelolaanHutanProduksiLestaridanVerifikasiLegalitas Kayu. Permenhut dan Perdirjen tentang Standard dan Pedoman Penilaian KinerjaPengelolaanHutanProduksiLestari(PHPL)danSistemVerifikasiLegalitasKayu(SVLK) ini terus mengalami penyempurnaan, sampai tahun 2016. Diagram perkembang-an jumlah peraturan terkait SVLK dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram perkembangan jumlah peraturan terkait SVLK

MelihatdiagrampadaGambar1,dapatditafsirkansecarafisikdokumenbahwajumlahperaturan yang memperkuat pelaksanaan implementasi SVLK dari tahun 2009, 2013 dan 2016 terus mengalami peningkatan. Peraturan tersebut mencakup peraturan menteri, peraturan direktur jendral dan surat edaran. Perubahan dapat dikelompokkan ke dalam peraturan yang terkait langsung dengan Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja PHPL dan VLK dan peraturan yang tidak terkait langsung tetapi memiliki dampak penting terhadap implementasi SVLK. Contohnya peraturan tentang penataan hasil hutan dari hutan negara dan hutan hak. Secara umum, subtansi perubahan terhadap peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh unit usaha terkait PHPL dan SVLK, dapat dilihat pada (lampiran 2).

Berikut perkembangan perubahan peraturan terkait SVLK berupa Permenhut, Perdirjen

dan Surat Edaran.

a. Jumlah peraturan yang diterbitkan dalam kurun waktu tahun 2009, sebagaimana lampiran 3 no. 1.1.1.

b. Peraturan yang diterbitkan selama kurun waktu 2010 – 2013, sebagaimana lampiran 3 no. 1.1.2.

c. Peraturan yang diterbitkan selama kurun waktu 2014 – 2016, sebagaimana lampiran 3 no. 1.1.3.

Page 19: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK26 27

3.1.2. Keberadaan peraturan perundangan yang berpihak kepada isu gender, kelompok rentan dan kaum disabilitas.

Peraturan perundangan yang dapat dihimpun dan dianalisa, secara eksplisit belum

mengatur keberpihakan pada isu gender, kelompok rentan dan kaum disabilitas dalam implementasi SVLK. Secara umum, data yang diperoleh dari Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan tersedia, belum menjawab indikator dan verifierimplementasiSVLKyangmenunjukkankeberpihakansecaratekniskepadagender, kelompok rentan dan kaum disabilitas. Berikut jumlah peraturan terkait isu gender, kelompok rentan dan kaum disabilitas pada periode tahun 2009, 2013 dan 2016 (lampiran 3 no. 1.2.).

Rincian jumlah peraturan yang terkait dengan isu gender, kelompok rentan dan kaum

disabilitas, sebagaimana tercantum pada lampiran 3 no. 1.2.1. Diagram perkembangan jumlah peraturan terkait keberpihakan pada isu gender,

kelompok rentan dan kaum disabilitas dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Diagram jumlah peraturan terkait gender, kelompok rentan dan disabilitas

3.1.3. Jumlah unit usaha yang telah memiliki ijin usaha lengkap (terdaftar): IUPHHK-HA/HT/RE; HTR/HTHR/HD/HKM; Hutan Hak; IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH); IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta; IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta; TDI; Pengrajin/IRT; TPT (KB dan KO) dn Eksportir Non Produsen.

Data jumlah unit usaha yang mematuhi peraturan terkait implementasi SVLK dengan pemenuhan persyaratan perijinan usaha bersumber dari sumber data yang berbeda sesuai tupoksinya. Konsekuensinya bahwa masing-masing sumber data menggunakan format yang berbeda, dan beberapa data yang menyangkut obyek yang sama hasilnya berbeda/tidak konsisten. Data yang bisa dikumpulkan dibedakan sesuai jenis unit usaha, sebagai berikut:

Gambar 3. Perkembangan jumlah IUPHHK HA/HT/RE yang memiliki ijin usaha

Gambar 4. Perkembangan luas IUPHHK HA/HT/RE yang memiliki ijin usaha.

3.1.3.1. Jenis Usaha Pemegang IUPHHK. Unit usaha pemegang IUPHHK dibedakan sesuai kawasannya, yaitu IUPHHK

Hutan Alam, IUPHHK Hutan Tanaman, IUPHHK Restorasi. Pemegang IUPHHK jenis ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar. Sedangkan IUPHHK yang dimiliki kelompok masyarakat atau koperasi berupa IUPHHK Hutan Tanaman Rakyat, IUPHHK Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi, IUPHHK Hutan Desa, IUPHHK Hutan Kemasyarakatan dan IUPHHK Kemitraan. Perkembangan jumlah dan luas IUPHHK yang telah memenuhi ijin usaha sesuai peraturan terkait SVLK pada tahun 2009, 2013 dan 2016 sebagaimana lampiran 3 no. 1.3.

Diagram perkembangan jumlah dan luas pemegang IUPHHK pada Hutan Alam, Hutan Tanaman dan Restorasi Ekosistim yang memiliki pemenuhan ijin usaha, sebagai berikut:

Page 20: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK28 29

Diagram perkembangan jumlah dan luas pemegang IUPHHK pada HTR/HD/HKM dan Kemitraan yang memiliki pemenuhan ijin usaha, sebagai berikut :

Gambar 5. Perkembangan jumlah IUPHHK HTR/HD/HKM dan Kemitraan yang memiliki ijin usaha

Gambar 6. Perkembangan luas IUPHHK HTR/HD/HKM dan Kemitraan yang memiliki ijin usaha

3.1.3.2. Jenis Usaha Pemegang IUIPHHK. Unit usaha pemegang IUIPHHK dibedakan berdasarkan kapasitas produksi

(m3 per tahun), yaitu kapasitas di atas 6.000 m3/tahun dan kapasitas di bawah 6.000 m3/ tahun. Data yang dikumpulkan baru jumlah unit usaha pemegang IUIPHHK dengan kapasitas di atas 6.000 m3/tahun. Data diakses dari data RPBBI pada tahun 2009, 2013 dan 2016. Sedangkan data jumlah unit usaha pemegang IUIPHHK kapasitas di bawah 6.000 m3/tahun sulit diperoleh, karena data ini tidak tersedia di KLHK. Sebelum ada revisi UU No. Gambar7.JumlahunitusahayangtersertifikasiPHPL

23/2014 tentang Pemerintah Daerah, kewenangan pemberian ijin IUIPHHK dilaksanakan oleh Kepala Daerah Bupati/Walikota untuk industri dengan kapasitas sampai dengan 2.000 m3/tahun dan Gubernur untuk industri dengan kapasitas antara 2000 m3 sampai dengan 6.000 m3/tahun. Dengan dikembalikannya kewenangan/urusan kehutanan oleh Pusat, maka tidak ada lagi lembaga atau badan yang memiliki Tupoksi untuk melakukan monitoring dan menghimpun laporan produksi pada IUIPHHK di bawah 6.000 m3/tahun.

Perkembangan jumlah dan kapasitas pemegang IUIPHHK di atas 6.000 m3/tahun sebagaimana lampiran 3 no. 1.4.

3.1.4. JumlahunitusahayangmelakukansertifikasiS-PHPL/S-LK:IUPHHK-HA/HT/RE;HTR/HTHR/HD/HKM; Hutan Hak; IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH); IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta; IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta; TDI; Pengrajin/IRT; TPT (KB dan KO) dan Eksportir Non Produsen.

3.1.4.1. UnitUsahayangmelakukansertifikasiPHPL. UnitusahayangmelakukansertifikasiPHPLadalahjenisunitusahayangada

di Hulu pemegang IUPHHK dan Hak Pengelolaan. Data unit usaha dan luas arealkawasanhutanyangsudahtersertifikasiPHPLpadaIUPHHKHA/HT/RE dan Hak Pengelolaan (Perum Perhutani), sebagaimana tercantum pada lampiran 3 no. 1.5.

JumlahunitusahaIUPHHKHAyangmelakukansertifikasiPHPLmengalamipeningkatansecarasiginifikanmulaitahun2009sampai2016.SertifikasiPHPL di wilayah Perum Perhutani pada tahun 2013 masih berbasis KPH, sesuai aturanyangmenetapkanketentuanunitmanajemendenganmetodeN(akardari jumlah KPH). Karena ada perubahan dalam metode penentuan unit usaha pada Hak Pengelolaan, maka digunakan pendekatan kawasan Unit atau Divisi Regional Jawa Barat Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mencakup 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Diagram perkembangan jumlah unit usahayangsudahtersertifikasiPHPL,sebagaiberikut:

Page 21: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK30 31

PertambahanluasarealyangtersertifikasiPHPLsesuaidenganperkembanganjumlahunitusahayangmelakukansertififikasi.Rata-rataluasarealyangtersertifikasipadaIUPHHKHAsebesar82.729,83hektar,pada IUPHHK HT sebesar 55.830,1687 hektar. Untuk kawasan yang dikelola Perum Perhutani di Jawa, luas arealnya cenderung tetap dan bahkan mungkin mengalami penurunan karena berbagai faktor. Diagaram pertambahan luas arealyangtersertifikasiPHPL,sebagaiberikut:

Gambar8.LuasarealyangtersertifikasiPHPL.

3.1.4.2. Unitusahayangmelakukansertifikasilegalitaskayu(S-LK). JumlahunitusahadiHuludanHiliryangmelakukansertifikasiS-LK

mengalami perkembangan pesat pada tahun 2013, sejak mulai diberlakukannya SVLK sebagai mandatory (tercantum pada lampiran 3 no. 1.6).

Data di atas masih terdapat beberapa data yang meragukan dan perlu

dilakukan pengecekan ulang dari sumber data terkait, yaitu data unit usaha di Hilir seperti Pengrajin, IUIPHHK tanpa keterangan kapasitas, dan IUI. Adapun data unit usaha di Hulu tidak diperoleh data, yaitu RE/Perhutani/HTHR/HD/HKM/Hutan Hak Tumbuh Alami. Khusus pada unit usaha IUPHHK RE, dalam peraturan yang ada belum diwajibkan memiliki S-PHPL dan S-LK sampai dengan 5 tahun terhitung sejak dikeluarkannya ijin usaha. Diagram perkembanganjumlahunitusahayangmelakukansertifikasilegalitaskayuberdasarkan data yang tersedia, sebagai berikut:

Gambar 9. Jumlah unit usaha yang melakukan S-LK

3.1.5. Jumlah unit usaha yang telah lulus S-PHPL/S-LK: IUPHHK-HA/HT/RE; HTR/HTHR/HD/HKM; Hutan Hak; IPK(HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH); IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta; IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta; TDI; Pengrajin/IRT; TPT (KB dan KO) dn Eksportir Non Produsen.

3.1.5.1. Unit usaha yang telah lulus S-PHPL.

JumlahdanprosentaseunitusahayanglulussertifikasiPHPLadalahjenisunit usaha yang ada di Hulu pemegang IUPHHK dan Hak Pengelolaan. Data unitusahadanluasarealkawasanhutanyangsudahtersertifikasiPHPLpadaIUPHHK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan (Perum Perhutani), sebagaimana lampiran 3 no. 1.7.

Tingkatkelulusanunitusahamengalamipeningkatanyangsignifikandaritahun 2009 sampai tahun 2016. Data ini mengindikasikan bahwa kepatuhan pemenuhan persyaratan S-PHPL yang dilakukan oleh IUPHHK HA semakin membaik. Adapun prosentase IUPHHK HT dan Hak Pengelolaan (Perum Perhutani) dalam penyiapan pemenuhan S-PHPL dapat dikatakan lebih baik jika dibandingkan dengan IUPHHK HA. Diagram tingkat kelulusan S-PHPL pada unit usaha IUPHHK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan (Perum Perhutani) sebagai berikut:

Page 22: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK32 33

3.1.5.2. Unit usaha yang telah lulus S-LK.

JumlahdanprosentaseunitusahayangtelahlulussertifikasiLKpadaindustriHuludanHilir,menunjukkankenaikansecarasignifikanseiringdengandiberlakukannya SVLK secara mandatory dan setelah dicapainya kesepakatan memberikan hak kepada Indonesia untuk menerbitkan lisensi FLEGT bagi Indonesia. Peningkatan pada unit usaha di Hulu, seperti pada IUPHHK HT, Hutan Hak Budidaya dan IPK HGU sangat impresif sekali dengan tingkat kelulusan mencapai 100%, selain terjadi peningkatan jumlah unit usaha yang lulus S-LK dari tahun 2009 sampai 2016. S-LK bagi pemegang IUPHHK hanya berlaku selama 3 tahun, dan sesudahnya unit usaha pemegang IUPHKK harus memenuhi S-PHPL.

Peningkatan tingkat kelulusan juga terjadi pada unit usaha di Hilir, seperti IUI, industri integrasi, TDI, Pengrajin/IRT, TPT KB/KO dan Eksportir Non Produsen. Berikut data jumlah dan prosentase tingkat kelulusan S-LK pada unit usaha di Hulu dan Hilir (lampiran 3 no. 1.8.)

Diagram prosentase tingkat kelulusan VLK pada Hutan dan Industri, sebagaimana gambar berikut di bawah ini.

Gambar 10. Tingkat kelulusan S-PHPL pada unit usaha

Gambar 11. Prosentase tingkat kelulusan VLK pada Hutan

Gambar 12. Prosentase tingkat kelulusan VLK pada Industri

Page 23: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK34 35

3.1.6. Peraturan persyaratan untuk usaha dan biaya resmi perizinan: Dokumen SK IUPHHK, AMDAL, RKU/RKT, IHMB, LHC/LHP, Dokumen angkutan, Peralatan, TPK/TPN, Tata ruang, Lainnya (HO, TDP, SIUP, Akta perusahaan, ETPIK), dan Prasyarat pemenuhan sertifikasi.

Peraturan yang bisa dikumpulkan terkait dengan persyaratan untuk usaha dan biaya resmi perijinan baru sebatas data jumlah dan jenis peraturan perundangan. Perubahan jumlah peraturan dari tahun 2009 ke tahun 2013 terjadi karena ada amandemen, revisi, pencabutan dan atau penggabungan peraturan. Namun antara tahun 2014 sampai 2016, jumlah peraturan meningkat karena ada beberapa peraturan terkait SVLK yang juga dikeluarkan oleh kementrian selain KLHK. Adapun terkait data biaya resmi perijinan belum bisa didapatkan dan diperlukan pengumpulan data primer dengan menanyakan langsung kepada instansi/lembaga yang mengeluarkan ijin dan pelaku usaha. Jumlah peraturan yang terkait ijin usaha dan biaya resminya, sebagaimana lampiran 3 no. 1.9. Rincian jumlah dan jenis peraturan yang terkait dengan perijinan, dikelompokkan sebagai berikut:

Peraturan yang mengatur persyaratan perizinan unit usaha terkait dengan pemenuhan prinsip legalitas usaha dalam pemenuhan audit S-LK. Namun jumlah peraturan yang dapat dikumpulkan untuk baseline data belum bisa menjelaskan sejauh mana peraturan-peraturan ini memberikan dampak positif terhadap upaya perbaikan mekanisme pengurusan legalitas usaha bagi pelaku unit usaha. Jumlah dan jenis peraturan yang terkait perizinan unit usaha dapat dilihat pada tabel 15 dan Lampiran 3, sedangkan pengelompokan jenis peraturan sebagai berikut:

1) Peraturan Ijin Usaha (Dokumen SK IUPHHK), sebagaimana lampiran 3 no. 1.9.1 2) Peraturan AMDAL, sebagaimana lampiran 3 no. 1.9.2. 3) Peraturan RKU/RKT lampiran 3 no. 1.9.3. 4) Peraturan IHMB lampiran 3 no. 1.9.4. 5) Peraturan LHC/LHP, Dokumen Angkutan, dan TPK/TPN lampiran 3 no. 1.9.5. 6) Peraturan Peralatan lampiran 3 no. 1.9.6. 7) Peraturan Tata Ruang lampiran 3 no. 1.9.7. 8) Peraturan Legalitas Usaha, lampiran 3 no. 1.9.8. 9) Peraturan Pemenuhan Persyaratan Lainnya lampiran 3 no. 1.9.9.

Dari jumlah tersebut, peraturan yang terkait data biaya resmi perijinan belum bisa didapatkan dan diperlukan pengumpulan data primer dengan menanyakan langsung kepada instansi/lembaga yang mengeluarkan ijin dan pelaku usaha. Jumlah peraturan yang terkait ijin usaha dan biaya resminya.

Baseline data yang diperlukan dalam rangka analisis dampak SVLK terhadap keefektifan kelembagaan dan tata kelola hampir keseluruhannya tersedia, time series, sehingga layak untuk dipakai sebagai dasar analisis, walaupun beberapa indikatornya tidak kontinyu. Boleh jadi kontinuitasnya memang tidak mutlak diperlukan untuk indikator tertentu karena sifat dan kondisionalitasnya yang mungkin memang tidak memerlukan kontinuitas perubahan/penambahan seperti misal peraturan yang berpihak pada isu gender, kelompok rentan dan kaum disabilitas (lampiran 3 no. 1.2).

Dalam kaitannya dengan Jumlah Peraturan yang harus dipenuhi unit usaha terkait PHPL/SVLK (lampiran 3 no. 1.1), Konsultan berhasil melakukan inventarisasi peraturan-

peraturan beserta perubahan dan penyempurnaannya dari waktu ke waktu secara kontinyu dalam suatu daftar panjang peraturan. Apabila dibedah lebih lanjut substansi peraturan dimaksud, jelas terdapat perbaikan/penyempurnaan maupun pertimbangan keberpihakan kepada kelompok tertentu (baca: IKM) yang memberikan kemudahan terhadap compliance sehingga memberikan dampak langsung terhadap kelembagaan dan tata kelolanya.

Dalam pandangan Konsultan, indicator 2.3.1 tersebut erat kaitannya dengan indicator lain pada wilayah dampak ini, terutama lampiran 3 no. 1.3., 1.4., dan 1.5.

3.2. Baseline Data Pemberantasan Illegal Loging

Data tersedia pada wilayah dampak illegal loging, sebagai berikut:

3.2.1. Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat illegal logging setiap tahunnya di Taman Nasional, Hutan Lindung, Kawasan Konservasi, lainnya. Data yang bisa dikumpulkan adalah data illegal logging pada kawasan tersebut yang teridentifikasidandiproseshukum.Timbelumbisamendapatkanaksesdatayangbersumber dari sumber data selain dari Ditjen Gakum KLHK. Berikut ini data jumlah kejadian dan jumlah barang bukti (BB) yang tersedia, sebagaimana lampiran 3 no 2.1.

3.2.2. Jumlah produksi dari hutan negara: BBS, Kayu Bulat (kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, Kel. Kayu Indah). Data jumlah produksi dari hutan negara berasal dari 2 (dua) sumber data yang berbeda, yaitu data menurut Statistik Kehutanan dan data menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Kedua sumber data menyajikan jumlah volume kayu (m3) yang berbeda, pada tahun 2013 dan 2016. Perbedaan ini diduga bahwa sumber data yang digunakan KLHK dalam menyusun dokumen Statistik Kehutanan berasal dari dokumen laporan satuan kerja di lingkungan internal KLHK, sehingga bisa dikelompokkan volume produksi kayu berdasarkan jenis izin unit usahanya. Sedangkan data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik berasal dari berbagai sumber data yang berbeda institusinya. Data volume produksi kayu dibedakan per jenis kayu bukan per jenis izin usaha sebagaimana data pada Statistik Kehutanan. Berikut data jumlah produksi dari hutan negara yang bisa dikumpulkan, sebagaimana lampiran 3 no. 2.2.

a. Sumber data Statistik Kehutanan, lampiran 3 no. 2.2.1. Data yang dipublikasikan Pusat Data dan Informasi KLHK bisa digunakan untuk melihat perkembangan dan atau perubahan volume produksi kayu bulat yang dihasilkan oleh masing-masing pemegang izin unit usaha, kecuali yang berasal dari IUPHHK RE/HTHR/HD/HKm. Dari data di atas, gambar diagram data jumlah produksi hutan negara berupa Kayu Bulat yang bisa dibuat hanya berasal dari IUPHHK-HT, karena data time series-nya lebih valid dan reabel, sebagaimana dibawah ini.

Page 24: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK36 37

Gambar 13. Data Produksi Kayu Bulat dari IUPHHK-HT

Gambar 14. Data produksi kayu bulat menurut BPS

b. Sumber data Badan Pusat Statistik (BPS), lampiran 3 no. 2.2.2. Data volumen produksi kayu bulat yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2009 masih bisa dibedakan berdasarkan jenis izin usahanya. Akan tetapi, data yang sama untuk tahun 2013 dan 2015, BPS menyajikan data berdasarkan jenis kayu yang diproduksi. Sehingga agak sulit untuk mengetahui dari mana jenis kayu tersebut diproduksi atau dihasilkan.

Data produksi yang disajikan BPS pada tahun 2009 memiliki angka yang sama dengan data Statistik Kehutanan. Namun, pada tahun 2013 dan 2015, data yang disajikan BPS disajikan dalam angka umum (global) tanpa ada penjelasan atau penyebutan pengelompokan berdasarkan jenis kayu dan jenis ijin usaha. Pada time series ini, ada perbedaan besarnya angka produksi kayu dari kawasan hutan negara. Diagram produksi kayu bulat dari kawasan hutan negara berdasarkan BPS dapat dilihat sebagaimana gambar di bawah ini.

3.2.3. Jumlah kayu bulat dari hutan negara yang diterima industri primer. Data penerimaan bahan baku yang bisa dikumpulkan berasal dari data RPBBI pada

industri primer IUIPHHK > 6.000 m3/thn. Sedangkan data penerimaan bahan baku pada industri primer IUIPPHK < 6.000 m3/tahun tidak tersedia di Subdit Pengendalian Bahan Baku dan Produksi Industri Primer Hasil Hutan, data tersebut ada di Dinas Kehutanan daerah yang membidangi Industri Kayu. Berikut data penerimaan bahan baku yang berasal dari hutan negara pada industri primer IUIPHHK > 6.000 m3/tahun, lampiran 3 no. 2.3.1.

Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima industri primer, lampiran 3 no. 2.4.

3.2.4. Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang dibudidayakan yang diterima industri primer, lampiran 3 no. 2.5.

3.2.5. Jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia (bulat dan olahan).

Data jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia berasal dari 3 sumber yang berbeda, yaitu data Statistik Kehutanan tahun 2009 dan 2013, data Ditjen Bea Cukai dan data BPS tahun 2009, 2013, 2016. Data jumlah kayu impor yang dipublikasikan dalam Statistik Kehutanan berbeda dengan data yang dipublikasi Ditjen Bea Cukai dan BPS. Berikut ini data jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan sumber data yang berbeda. Agak sulit untuk melakukan analisis mengapa perbedaan ini bisa terjadi. Akan tetapi dengan melihat Tupoksi lembaga yang mempublikasikan data kayu impor, maka data dari Bea Cukai bisa dianggap lebih kredibel dan mendekati fakta di lapangan. Sebagai bahan perbandingan, dalam baseline data ini tetap disajikan data kayu impor yang dipublikasikan Pusat Data dan Informasi KLHK dengan data yang dipublikasikan Ditjen Bea Cukai.

a. Data Statistik Kehutanan, lampiran 3 no. 2.6.1. Data yang dipublikasikan dalam Statistik Kehutanan, kayu impor dibedakan berdasarkan jenis produk impor, seperti pada tabel 22.

b. Data Ditjen Bea Cukai dan BPS, lampiran 3 no. 2.6.2. Data yang dipublikasikan Ditjen Bea Cukai dan BPS, kayu impor dibesakan berdasarkan HS Code, seperti pada tabel 23.

Berdasarkan data Ditjen Bea Cukai dan BPS di atas, dapat dibuat diagram import kayu berdasarkan berat dan nilai uang kebutuhan import kayu untuk bahan baku, sebagaimana di bawah ini.

Page 25: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK38 39

Gambar 15. Data berat (tonase) import kayu yang masuk Indonesia

Gambar 16. Data nilai uang untuk import kayu yang masuk Indonesia

Gambar 17. Data produksi bubur kayu (pulp)

Gambar 18. Data produksi produk kayu

3.2.6. Jumlah produksi produk primer kayu. Data jumlah produksi produk primer kayu berasal dari BPS tahun 2009, 2013 dan 2016.

Berikut ini data jumlah produksi kayu primer, lampiran 3 no. 2.7. Dari data di atas, dapat dibedakan jumlah produk bubur kayu (pulp) dengan produk

kayu secara umum, sebagaimana diagram dibawah ini.

Page 26: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK40 41

3.2.7. Jumlah produk kayu yang dieksport. Data jumlah produk kayu yang dieksport berasal dari Kemendag dan dikelompokkan

berdasarkan kriteria:

a. Pelabuhan muat dalam satuan nilai uang (USD), lampiran 3 no. 2.8.1.b. Pelabuhan buat dalam satuan volume (m3), lampiran 3 no. 2.8.2.c. Negara tujuan dalam volume eksport (m3), lampiran 3 no. 2.8.3.d. Negara tujuan dalam nilai ekspor (USD), lampiran 3 no. 2.8.4.e. Volume ekspor berdasarkan HS Code (m3), lampiran 3 no. 2.8.5.f. Volume ekspor berdasarkan HS Code (USD), lampiran 3 no. 2.8.6.

Serupa dengan Wilayah Dampak Kelembagaan, data-data yang diperlukan guna menganalisis Wilayah Dampak terhadap Pemberantasan Illegal Logging kesemuanya tersedia secara time series dan layak untuk dianalisis lebih lanjut walaupun beberapa data tidak kontinyu.

Analisis yang ingin dilakukan adalah dengan membandingkan data input bahan baku (lampiran 3 no. 2.2., 2.3., 2.4., 2.5., 2.6), proses produksi (lampiran 3 no. 2.7.) dengan data pemasaran produknya (lampiran 3 no. 2.8.). Konsultan telah berhasil mengumpulkan data pamenan kayu dari hutan negara dan hutan hak, tambahan bahan baku kayu import, produksi produk primer hingga perdagangannya (ekspor). Apabila terdapat masih tingginya selisih antara total pamenan dengan total produksi keseluruhan produk, dapat dianalisis melalui pendekatan leakage dimana kemungkinan masih ada relasi langsung dengan kejadian illegal logging yang jumlah kejadian, luas dan taksiran volumenya dapat didatakan (lampiran 3 no. 2.1.). Walapun tidak kontinyu, informasi ini tentunya bermanfaat kaitannya dengan upaya penanggulangan illegal logging.

3.3. Baseline Data Kondisi Hutan

Dengan jumlah penduduk yang banyak dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka keperluan akan ruang akan meningkat. Kawasan Hutan telah didesign berdasarkan peruntukannya sesuai dengan fungsi-fungsinya. Fungsi hutan yang dapat dikonversi (HPK) dan areal untuk penggunaan lain (APL), dialokasikan untuk pembangunan di luar kehutanan. Sehingga berkurangnya kawasan hutan karena didasarkan atas design tersebut di atas. Kayu yang tumbuh alami pada kawasan areal konversi, areal penggunaan lain, hutan hak, dapat dimanfaatkan. Kawasan konservasi dan hutan lindung, diperuntukaan untuk menjaga keanekaragamanhayati, ekosistem dan perlindungan tanah dan tata air yang luas kawasannya dipertahankan. Sedangkan di Hutan Produksi, dikelola secara Lestari melalui pengaturan pemanfaatandenganRKT,tekniksilvikultur(RIL),restorasi,sertifikasidll.

Data tersedia pada wilayah dampak kondisi hutan, sebagai berikut:

3.3.1. Rencana dan realisasi produksi hasil hutan dari hutan negara (m3, ton). Data yang diperoleh belum bisa dipakai untuk membandingkan pencapaian rencana

produksi kayu bulat dibandingkan dengan realisasinya karena ketidaklengkapan data. Data rencana produksi kayu bulat dari hutan negara tidak lengkap. Data yang diperoleh hanya sebagai berikut :

a. Tahun 2009, belum diperoleh data.b. Tahun 2013 hanya diperoleh data rencana produksi kayu dari IUPHHK-HA

sejumlah 8.237.258,38 m3.c. Tahun 2016 hanya diperoleh data rencana produksi kayu bulat dari gabungan

IUPHHK-HA, IPK, IPPKH sejumlah 11.692.387,42 m3.

Sedangkan data realisasi produksi kayu bulat adalah sebagaimana lampiran 3 no. 3.1.

3.3.2. Data luas kawasan konservasi dan kawasan lindung. Data berdasarkan Statistik Kehutanan tahun 2009 dan 2013 tentang luas kawasan

konservasi dan kawasan lingung sebagai berikut. Adapun data tahun 2016 belum dipublikasikan (lampiran 3 no. 3.2).

3.3.3. Data luas tutupan hutan. a. Data luas tutupan hutan tahun 2009, lampiran 3 no. 3.3.1. b. Data luas tutupan hutan tahun 2013, lampiran 3 no. 3.3.2. c. Data luas tutupan hutan tahun 2015, lampiran 3 no. 3.3.3.

3.3.4. Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami. Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami belum

tersedia. Sebagai gambaran pembanding, berikut disajikan data kayu dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima oleh IUIPHHK dengan kapasitas > 6.000 m3/tahun sebagaimana disajikan pada lampiran 3 no. 3.4.

Data produksi kayu sebenarnya bisa dicari dari penerimaan kayu dari seluruh industri primer, namun karena data penerimaan kayu dari industri primer hanya tersedia IUIPHHK dengan kapasitas produksi > 6.000 m3/tahun saja, maka bisa dipastikan data produksi kayu yang berasal dari hutan hak yang tumbuh alami lebih besar dari yang diterima industri primer dengan kapasitas > 6.000 m3/tahun.

3.3.5. Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan. Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan

tidak tersedia. Sebagai gambaran pembanding, berikut disajikan data kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan yang diterima oleh IUIPHHK dengan kapasitas > 6.000 m3/tahun sebagaimana disajikan pada lampiran 3 no. 3.5.

Page 27: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK42 43

3.4. Baseline Data Pembangunan Ekonomi

Baseline data pembangunan ekonomi, secara tidak langsung bisa memberikan gambaran dampak implementasi SVLK terhadap pemasukan devisa negara dan menyokong perekonomian masyarakat yang terlibat dengan industri kehutanan berikut unit usaha dan atau unit manajemen yang ada di dalamnya. Dampak tersebut dapat diukur dari 2 hal, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan negara melalui iuran DR dan atau PSDH dan penerimaan devisa hasil eksport produk kehutnan; (2) penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Data tersedia pada wilayah dampak pembangunan ekonomi, sebagai berikut:

3.4.1. Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan hutan (Hutan Negara, Hutan Hak yang tumbuh alami), lihat lampiran 3 no. 4.1.

3.4.2. Pendapatan daerah dari sektor kehutanan, lihat lampiran 3 no. 4.2.

3.4.3. Volume ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha (lanjutan) – eksportir produsen dan non-produsen, lihat lampiran 3 no. 4.3.

3.4.4. Nilai ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha – eksportir produsen dan non-produsen, lihat lampiran 3 no. 4.4.

3.4.5. Jumlah negara tujuan ekspor – eksportir produsen dan non-produsen. a. Berdasarkan nilai eksport, lampiran 3 no. 4.5.1. b. Berdasarkan volume eksport, lampiran 3 no. 4.5.2.

3.4.6. Jumlah daerah dan pelabuhan muat ekspor – eksportir produsen dan non-produsen a. Berdasarkan nilai ekspor, lampiran 3 no. 4.6.1. b. Berdasarkan volume eksport, lampiran 3 no. 4.6.2

3.5. Baseline Data Sumber Penghidupan dan Mata Pencaharian (Livelihoods)

3.6. Analisa Baseline Data.

Pengumpulan baseline data pada wilayah dampak sumber penghidupan dan mata pencaharian (livelihoods), merupakan hal yang sulit dilakukan jika hanya mengandalkan pada ketersediaan datasekunder.Indikatordanverifiertidakcukupterpenuhidenganmengumpulkandatasekunder, bahkan hampir semuanya memerlukan metode pengambilan data primer di unit usaha maupun di masyarakat yang dianggap kena dampak atas implementasi SVLK. Kendala umum yang dihadapi untuk mendapatkan data mengenai dampak SVLK terhadap livelihoods, antara lain:

1) Keterbatasan akses data yang diperlukan dalam Laporan Hasil audit bagi unit usaha yang telah dilakukan audit dan data tersebut dimiliki oleh LP-PHPL dan LVLK dikarenakan berbagai faktor.

2) Data dari unit usaha yang belum memiliki S-PHPL atau S-LK, dan unit-unit usaha yang tidakberkewajibanuntukbersertifikatS-PHPL(HutanHak,IPK,IndustriPrimer,IndustriLanjutan, TPT atau ekportir non produsen) disarankan untuk dilakukan pengambilan data primer dengan wawancara atau pengiriman kuesioner pada sample unit usaha.

Secaraumum,baselinedatayangdapatdikumpulkanmemilikispesifikasiyangberbedauntukbisa dikategorikan sebagai baseline data IM implementasi SVLK. Kendala yang dijumpai Tim Pengumpul Data sangat beragam tingkat kesulitannya. Baseline data yang bisa dikumpulkan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Baseline data yang dikumpulkan dari data yang tersedia dari sumber data, menunjukkan time series dan bersifat kontinyu sehingga layak untuk dijadikan dasar analisis sesuai indikator pada wilayah dampak.

b. Baseline data yang dikumpulkan dari data yang tersedia dari sumber data, menunjukkan time series tapi tidak bersifat kontinyu sehingga hanya layak untuk melihat kecenderungan (trend) indikator pada wilayah dampak.

c. Baseline data yang dikumpulkan dari data yang tersedia dari sumber data, tidak menunjukkan time series dan tidak bersifat kontinyu sehingga tidak layak untuk analisis dan melihat kecenderungan (trend) indikator pada wilayah dampak.

Tidak semua baseline data bisa menjawab kebutuhan IM implementasi SVLK. Selain itu, ada data yang dibutuhkan akan tetapi data tersebut memang belum pernah ada. Matriks baseline data yang memenuhi kriteria point (a) dan (b), sebagaimana tabel di bawah ini.

Page 28: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK44 45

No Wilayah Dampak Data indikator yang bisa dikumpulkan Status data Keterangan

1 EfektifitasKelembagaan

dan Tata Kelola

1.1. Jumlah Peraturan yang harus dipenuhi

unit usaha terkait PHPL/SVLK

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

1.2. Keberadaan peraturan perundangan

yang berpihak kepada isu gender,

kelompok rentan dan kaum disabilitas

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

1.3. Jumlah unit usaha yang telah memiliki

ijin usaha lengkap (terdaftar):

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

1.4. Jumlah unit usaha yang melakukan

sertifikasiS-PHPL/S-LK

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

1.5. Jumlah unit usaha yang telah lulus

S-PHPL/S-LK

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

1.6. Peraturan persyaratan untuk usaha dan

biaya resmi perizinan

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

1.7. Jumlah Peraturan yang hrus dipenuhi

unit usaha terkait PHPL/SVLK

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

1.8. Nilai kinerja unit usaha berdasarkan

penilaian PHPL

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

2 Pemberantasan Illegal

Logging

2.1. Jumlah kejadian, luas areal dan

taksiran volume kayu akibat illegal logging

setiap tahunnya di Taman Nasional, Hutan

Lindung, Kawasan Konservasi, lainnya.

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

2.2. Jumlah produksi dari hutan negara:

BBS, Kayu Bulat

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

2.3. Jumlah kayu bulat dari hutan negara

yang diterima industri primer

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

2.4. Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang

tumbuh alami yang diterima industri primer

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

2.5. Jumlah kayu bulat dari hutan hak

yang dibudidayakan yang diterima industri

primer

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

2.6. Jumlah kayu impor yang masuk ke

Indonesia

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

2.7. Jumlah produksi produk primer kayu Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

2.8. Jumlah produk kayu yang diekspor Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

3 Kondisi Hutan 3.1. Rencana dan realisasi produksi hasil

hutan dari hutan negara

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

3.2. Data luas kawasan konservasi dan

kawasan lindung

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

3.3. Data luas tutupan hutan Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

3.4.Efektifitaspenanganandampak

terhadap lingkungan akibat pemanenan

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

3.5.Efektifitasperlindungan

keanekaragaman hayati

Tersedia, Time Series,

Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

4 Pembangunan Ekonomi 4.1. Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan

hutan (Hutan Negara, Hutan Hak tumbuh

alami).

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

4.2. Volume ekspor produk industri

kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha

(lanjutan) – eksportir produsen dan non-

produsen

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

4.3. Nilai ekspor produk industri kehutanan

yang dihasilkan oleh unit usaha – eksportir

produsen dan non-produsen

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

4.4. Jumlah negara tujuan ekspor –

eksportir produsen dan non-produsen

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

4.5. Jumlah daerah dan pelabuhan muat

ekspor – eksportir produsen dan non-

produsen

Tersedia, Time Series,

Kontinyu

Layak untuk analisis

baseline data

5 Livelihoods 5.1. Jumlah pelatihan dan peningkatan

kompetensi tenaga teknis kehutanan

Tersedia, Time Series, Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

5.2. Kualitas penerapan program K3 dan

angka kecelakaan kerja di unit usaha

Tersedia, Time Series, Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

5.3. Realisasi pemenuhan tanggung jawab

sosial terhadap masyarakat (PMDH, CSR)

Tersedia, Time Series, Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

5.4. Pemenuhan hak-hak pekerja (KKB/PP,

realisasi pemenuhannya)

Tersedia, Time Series, Tidak Kontinyu

Layak untuk melihat

trend baseline data

Tabel 1. Matriks Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK.

Page 29: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK46 47

Berdasarkan matrik di atas, baseline data yang tersedia pada masing-masing wilayah dampak belum sepenuhnya bisa menjawab kebutuhan monitoring dampak implementasi SVLK. Ada data penting yang diperlukan untuk menjawab kebutuhan monitoring dampak, tetapi belum bisa dikumpulkan karena keterbatasan akses Tim IM untuk memperolehnya. Analisa singkat ketersediaan baseline data dengan kebutuhan monitoring dampak implementasi SVLK, sebagai berikut:

3.6.1. WilayahdampakEfektifitasKelembagaandanTataKelola.

8 indikator yang tersedia datanya menjelaskan jumlah peraturan untuk pemenuhan persyaratan unit usaha dalam memperoleh S-PHPL dan S-LK dan jumlah unit usaha yang telah memperoleh sertifikattersebut.AkantetapibelumbisamenjelaskansubtansiimplementasiPHPLdanSVLKmemberikandampakperbaikanterhadapEfektifitasdanTataKelola.Mendasarkananalisapada Tabel 7, perubahan yang dilakukan terhadap peraturan terkait implementasi SVLK belum memberikan gambaran seutuhnya dampak positif. Apakah setelah adanya peraturan-peraturan tersebut memberikan kemudahan bagi unit usaha dalam mengurus perijinan dan pelayanan untuk mendapatkan S-PHPL dan S-LK. Apakah setelah adanya peraturan peraturan tersebut memberi kemudahan bagi unit usaha dalam mengurus perijinan atau pelayanan untuk mendapat-kan S-PHPL dan S-LK ? Apakah memberikan jaminan kepastian biaya dalam pengurusan S-PHPL dan S-LK ?

3.6.2. Wilayah dampak Pemberantasan Illegal Logging

Subtansi indikator baseline data Pemberantasan Illegal Logging adalah untuk mengetahui: (a) Apakah implementasi S-PHPL dan S-LK memberikan dampak positif terhadap pemberantasan perdagangan kayu illegal ?; (b) Apakah dokumen data tertulis tentang penurunan illegal logging akibat adanya S-PHPL dan S-LK ? Dari 8 indikator baseline data yang dikumpulkan belum menunjukkan “linkage” data satu sama lain sehingga belum bisa menjawab perbandingan atau ratio jumlah produksi kayu log dengan jumlah produksi produk kayu olahan maupun produk lanjutan. Selain itu, belum didapatkannya indikator terkait dengan pemanfaatan hasil hutan negara yang dikelola masyarakat dan hutan rakyat. Data yang diperlukan untuk menjawab masalah ini keberadaannya tersebar di provinsi dan atau kabupaten maupun di instansi pemerintah tingkat pusat/nasional.

3.6.3. Wilayah dampak Kondisi Hutan

Indikator dampak Kondisi Hutan berhubungan dengan kepastian kawasan hutan dan realisasi pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan. Dari 5 indikator baseline data yang tersedia, belum sepenuhnya bisa menjelaskan dampak S-PHPL dan S-LK dalam pengelolaan hutan lestari yang memperhatikan aspek dampak pemanenan dan kelestarian biodeiversitas.

3.6.4. Wilayah dampak Pembangunan Ekonomi.

Indikator baseline data pada wilayah dampak Pembangunan Ekonomi yang berhasil dikumpulkan secara umum belum menjawab kebutuhan IM implementasi SVLK. Apakah semua bahanbakukayuyangdiproduksiolehindustriprimerdanIKMsudahbersertifikatVLKataudokumenDKP?Apakahpeluangpasarproduk-produkbersertifikatVLKsemakinterbukabaikpasarekspormaupunpasardomestik?ApakahprodukbersertifikatVLKmendapatkanhargayang sesuai dengan nilai ke-ekonomiannya ? Apakah penerimaan devisa negara meningkat

setelahproduk-produkbersertifikatVLKditerimapasarekspor?ApakahterjadipenyalahgunaandokumenV-LegaldalamtransaksiprodukbersertifikatVLK?

3.6.5. Wilayah dampak Keberlanjutan Penghidupan dan Mata Pencaharian (livelihoods)

Penyusunan baseline data wilayah dampak Keberlanjutan Penghidupan dan Mata Pencaharian paling sulit untuk dilakukan jika hanya mengandalkan data yang bersumber dari dokumen tertulis. Keterbatasan informasi lembaga atau institusi melakukan kajian masalah ini juga sangat terbatas. Selain itu, indikator dampak livelihoods tidak bisa dikumpulkan dengan ketersediaan data yang sifatnya time series dan kontinyu.

Terkait dengan tujuan untuk membuat laporan metodologi pengembangan data dasar yang akan digunakan pemerintah untuk monitoring dampak implementasi SVLK, disimpulkan bahwa:

1) Belum semua data yang diperlukan untuk penyusunan baseline data, terutama yang bersumber dari dokumen data tertulis, memenuhi dan bisa menjawab kebutuhan sesuai indikatordanverifier.Sehinggadiperlukanupayauntukmelengkapidatapadamasing-masingwilayahdampak.Namundemikiandatayangdibutuhkansudahterindentifikasidalam laporan ini.

2) Diperlukanpengambilandataprimeruntukbeberapaindikatordanverifierpadaunitusaha untuk menjawab kebutuhan monitoring dampak implementasi SVLK. Sebagai prioritas adalah pengambilan data primer pada wilayah dampak sumber penghidupan dan mata pencaharian (livelihoods).

Page 30: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK48 49

Dari pengalaman mengumpulkan data-data dan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan Rancangan Sistem Monitoring Dampak SVLK yang telah dikembangkanolehPT.Hatfielddanbeberaparevisidanpenambahanverifieryangdilakukanoleh Tim IM, maka perlu revisi atau penyesuaian terhadap rancangan tersebut. Berdasarkan data yang tersedia, maka monitoring dampak implementasi SVLK terdapat 4 wilayah dampak dapat dikaji pada tingkat keadalam analisis berbeda-beda. Sedangkan untuk dampak ke lima tentang sosial ekonomi belum dapat dianalisis mengingkat tidak tersedia data sekunder di tingkat nasional dan perlunya impak ini dikaji berdasarkan primer di lapangan.

Rekomendasi subtansi berdasarkan jenis wilayah dampak untuk revisi atau penyesuaian Rancangan Sistem Monitoring Dampak Implementasi SVLK sebagai berikut:

4.1. Rekomendasi Subtansi.

IV. REKOMENDASI

Wilayah Dampak Indikator Verifier Metode Pengumpulan Data

1.EfektifitasKelembagaandanTata Kelola

1.1.Efektifitasdankelengkapan peraturan perundangan yang menunjang tata kelola kehutanan dengan diberlakukannya SVLK.

a. Persepsi dari para pihak dari pelaksanaan peraturan yang terkait dengan implementasi SVLK

FGD dengan tujuan untuk mengidentifikasiapakahdengandiberlakukannya SVLK peraturan perundangan yang dibuat atau direvisi terkait dengan implementasi SVLK menyebabkan tata kelola kehutanan menjadi lebih baik dan lebih transparan.

b. Kelengkapan peraturan perundangan yang menunjang tata kelola kehutanan dengan diberlakukannya SVLK.

FGD dengan tujuan untuk mengidentifikasiapakahdengandiberlakukannya SVLK peraturan perundangan yang dibuat atau direvisi menjadi lebih lengkap dan saling melengkapi dan tidak tumpang tindih atau bertentangan satu dengan yang lainnya menuju tata kelola kehutanan yang lebih baik dan transparan.

1.2. Tingkat kemudahan, biaya perijinan, dan fairness dalam melakukan usaha di bidang kehutanan dengan diberlakukannya SVLK

a. Persepsi pelaku usaha tentang tingkat kemudahan berusaha di bidang kehutanan setelah diberlakukan SVLK

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha terdampak

b. Perubahan biaya perijinan dan biaya-biaya yang timbul akibat penerapan dari peraturan perundangan setelah diberlakukannya SVLK

Data diperoleh dengan cara :• wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha terdampak, dan• kajian peraturan perundangan yang terkait dalam hal standar biaya perijinan atau kegiatan akibat penerapan dari peraturan perundangan, baik pusat maupun daerah.i

Page 31: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK50 51

Wilayah Dampak Indikator Verifier Metode Pengumpulan Data

1.3. Tingkat kepatuhan pelaku usaha dalam memenuhi peraturan perundangan yang dipersyaratkan dalam menjalankan usahanya dengan diberlakukannya SVLK

a. Tingkat pemenuhan pelaku usaha/unit management dalam memenuhi kewajiban melaksanakan aturan setelah diberlakukan SVLK

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha

b. Tingkat pemenuhan pelaku usaha/LVLK dalam memenuhi kewajiban melaksanakan aturan.

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha

2. Pemberantas-an Illegal Logging

2.1.Efektifitasperaturanperundangan terkait SVLK dalam mencegah dan mengidentifikasiterjadinyaatau produk kayu hasil illegal logging

Persepsi para pihak terkait dengan efektifitasperaturanperundangan yang diproduksi atau revisi peraturan perundangan untuk menunjang implementasi SVLK dalam mencegah danmengidentifikasiterjadinya atau produk kayu hasil pembalakan liar

FGD dengan tujuan untuk mengidentifikasitingkatefektifitasperaturan perundangan yang diproduksi atau direvisi untuk menunjang implementasi SVLK dalam mencegah danmengidentifikasiterjadinyaatauproduk kayu hasil illegal logging

2.2. Kesetimbangan bahan baku dan hasil produksi produk kayu untuk mengidentifikasikeberadaanproduk kayu hasil illegal logging

a. Jumlah produksi total kayu bulat dalam negeri dan jumlah total impor produk kayu.

Pengumpulan data dokumen tertulis dari pemangku data di pusat dan daerah

b. Jumlah bahan baku kayu yang diterima industri primer dan jumlah produksi produk kayu primer yang diproduksi.

Pengumpulan data dokumen tertulis dari pemangku data di pusat dan daerah

3. Kondisi Hutan 3.1. Kepastian kawasan hutan untuk menjamin pengelolaan hutan secara lestari

Jumlah unit manajemen dan luasan kawasan hutan yang telah memiliki kepastian kawasan yang jelas dan legal dari pemangku data

Dokumen tertulis jumlah unit managemen dan luasan kawasan hutan yang telah memiliki kepastian kawasan yang jelas dan legal dari pemangku data

3.2. Tingkat kepatuhan Unit Manajemen dalam mengelola hutan secara lestari dan ramah lingkungan setelah mengimplemantasikan SVLK

a. Tingkat kepatuhan unit manajemen dalam memanen kayu yang tidak melebihi Etat.

Dokumen tertulis dari hasil penilaian PHPL dan data penilaian lain yang dilakukan oleh KLHK.

b. Nilai kinerja unit manajemen, baik atau sedang, dalam mengelola arealnya

Dokumen tertulis dari hasil penilaian PHPL dan data penilaian lain yang dilakukan oleh KLHK.

c. Tingkat penerapan sistem silvikultur yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dokumen tertulis dari hasil penilaian PHPL dan data penilaian lain yang dilakukan oleh KLHK.

4. Pembangunan Ekonomi 4.1. Tingkat kepatuhan unit usaha mengguna-kan kayu yang diproduksi dari sumber yangbersertifikatVLK

Penggunaan bahan baku kayu yang diproduksi dari sumber yangbersertifikatVLKoleh unit usaha

Dokumen tertulis dari hasil penilaian VLK dan data penilaian lain yang dilakukan oleh LVLK.

4.2. Tingkat kepatuhan unit usaha mengguna-kan dokumen V-Legal

Dokumen V-Legal yang diterbitkan oleh LVLK atas permintaan unit usaha

Dokumen tertulis dari hasil laporan penerbitan dokumen V-Legal dan data lain yang dilakukan SILK.

4.3. Peluang pasar ekspor sebelum dan sesudah mengguna-kan dokumen V-Legal

Persepsi pelaku usaha tentang pengaruh SVLK dalam mendorong peluang pasar ekspor

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha terdampak

4.4. Kebutuhan pasar domestik terhadap produk sebelum dan sesudah bersertifikatVLK

a. Persepsi pelaku usaha tentang pengaruh SVLK dalam mendorong peluang pasar domestic

b. Aturan yang mendorong aturan tentang penggunaan kayu ber SVLK dalam negri

a. Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha terdampak

b. Tersedianya aturan

5. Livelihoods 5.1. Kesejahteraan pekerja sebelum dan sesudah bersertifikatVLK

Persepsi dari pekerja tentang pengaruh SVLK dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha

5.2. Jumlah kasus kecelakaan kerja sebelum dan sesudah bersertifikatVLK

Laporan kejadian kecelakaan kerja

a. Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel pelaku usaha atau dengan mengirimkan kuesioner kepada sampel pelaku usaha

b. Penyampaian laporan tentang kecelakaan kerja

5.3. Jumlah tenaga kerja terlatih sebelum dan sesudah bersertifikatVLK

Sertifikatkeahlianparapekerja bagi unit usaha skala menengah ke atas terkait program pelatihan yang relevan

Laporantenagakerjabersertifikat

5.4. Penyerapan tenaga kerja sebelum dan sesudah bersertifikatVLK

Laporan unit usaha terkait dengan tenaga kerja

Data laporan unit usaha sebelum dan setelahmemperolehsertifikatSVLK

Page 32: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK52 53

a. Pengembangan mekanisme dan sinergi pengumpulan data berbasis antar unit/lembaga pemerintah dan lintas sektor yang berbeda. Untuk itu pemerintah mengoptimalkan peran dan fungsi lembaga baik ditingkat pusat dan daerah untuk pengumpulan data. Dalam hal ini pemerintah telah membangun Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SI-PHPL), yang saat ini baru terkonsentrasi pada produksi kayu, pengolahan, dan pemasarannya. Sistem ini perlu dilengkapi dan atau mengintegrasikan dengan sistem lain seperti e-monev yang di dalamnya ada data sosial dan ekonomi.

b. Perlu disusun format baseline data monitoring dampak yang baku untuk melihat dampak implementasi SVLK pada masing-masing wilayah dampak.

c. Pelaksanaan monitoring dampak implementasi SVLK dapat terlaksana apabila pelayanan pemberian informasi dilakukan secara baik dan konsisten sesuai dengan peraturan dan Undang-Undang yang berlaku.

4.2. Rekomendasi Mekanisme Pelaksanaan Monitoring Dampak Implementasi SVLK secara berkala

Page 33: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK54 55

Lampiran1.ProsesReviewdanPengembanganIndikatordanVerifierdokumenSMDImplementasi SVLK.

Sebagaimana yang telah ditentukan di dalam TOR, bahwa tugas Tim IM adalah melakukan reviewdanmengembangkanIndikatordanVerifierdokumenSistemMonitoringDampakyangdihasilkanPTHatfield.Sebagaidasarawaluntukmelakukanreview,TimIMmelakukankajiandanmempelajarilaporanyangdihasilkanPTHatfield,khususnyapadasubbab3.1tentangAnalisisDampakImplementasiSVLK.Didalamsubbab3.1inidilakukanidentifikasidampakdan pengelompokannya ke dalam 5 (lima) aspek utama dampak. Pengelompokan dampak ini juga dilakukan dengan mengenali kelompok standar VLK untuk pelaku usaha hulu dan pelaku usaha hilir, sebagai berikut:

1. DampakpadaAspekEfektifitasKelembagaandanTatakelola.Indikatornyaterdiriatas:

1.1. Pelaksanaan pedoman-pedoman SVLK. Dampak implementasi pedoman-pedoman SVLK terhadap efektivitas kelembagaan dan

tatakelola di tingkat Nasional meliputi hal-hal berikut: o Peningkatan transparansi proses implementasi SVLK. Dampak ini terjadi akibat

adanya implementasi prosedur monitoring independen, penyelesaian keluhan/ banding, pelayanan informasi publik, dan pelaksanaan surveillance;

o Peningkatan partisipasi publik. Dampak ini terjadi dari pelaksanaan pelayanan informasi publik, sosialisasi SVLK, dan penyelesaian keluhan/banding;

o Peningkatan koordinasi antar instansi terkait. Dampak ini terjadi dari kegiatan pelaksanaanakreditasidanverifikasidanpenyelesaiankeluhan/banding;dan

o Terbangunnya informasi sebagai baseline data implementasi SVLK. Keseluruhan prosesimplementasiSVLK,terutamapadaprosesakreditasidanverifikasi,serta surveillance yang akan memberikan input data yang secara berkala akan sangat bermanfaat dalam upaya monitoring.

1.2. Pelaksanaan Standar VLK dan PHPL pada Unit Usaha Hulu Berskala Besar. Unit usaha hulu berskala besar termasuk IUPHHK-HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu – Hutan Alam), IUPHHK-HTI (Hutan Tanaman Industri), IUPHHK-RE (Restorasi Ekosistem), dan Hak Pengelolaan. Dampak implementasi PHPL (Pengeloaan Hutan Produksi Lestari) dan SVLK pada kelompok unit usaha ini, pada aspek tatakelola dan kelembagaan diuraikan sebagai berikut:

o Tertib administrasi usaha dan hak kepemilikan tanah/konsesi. Dampak ini terjadi daripelaksanaanakreditasidanverifikasi,prosesperizinan,danpenyiapan dokumen PUHH (Penatausahaan Hasil Hutan);

o Adanya biaya transaksi dalam proses perizinan, sebagai akibat dari kegiatan

A. ReviewIndikatordanVerifierDokumenSistem MonitoringDampakdariLaporanPT.Hatfield

V. LAMPIRAN-LAMPIRAN

i

Page 34: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK56 57

pemenuhan perizinan, pemenuhan kepastian kawasan, dan penyiapan dokumen PUHH;

o Potensikonflik.Dampakinimunculsebagaiakibatdarikegiatanpemenuhan kepastian kawasan, penataan areal kerja, pelaksanaan PADIATAPA, dan resolusi konflik;

o Pengakuan masyarakat. Dampak ini merupakan akibat dari kegiatan resolusi konflikdanpenerimaanmasyarakatatasupayaresolusiyangdilakukan. Sebaliknya,pengakuanmasyarakattidakakandidapatkanjikaresolusikonflik dirasa tidak memenuhi harapan masyarakat; dan

o Peningkatan efektivitas kinerja perusahaan. Dampak ini merupakan akibat dari pemenuhantenagakerjaprofessionaluntukmemenuhipersyaratanverifikasi.

1.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan

Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil diuraikan sebagai berikut:

o Eksistensi dan keberlanjutan pengelola hutan hak secara kolektif. Terjadi sebagai akibat penerbitan DKP pada hutan hak, dimana esensinya hanya memandang tanaman penghasil kayu sebagai milik privat dan mengesampingkan manfaat hutan bagi masyrakat secara kolektif;

o Potensikonflik.Dampakiniterjadidarikegiatankepastiankawasanpadahutan Negara yang dikelola masyarakat (HKm, HD, HTR, HTHR);

o Biaya transaksi. Dampak ini terjadi karena kegiatan pemenuhan perizinan di tingkat daerah serta kegiatan pemenuhan dokumen PUHH;

o Tertib administrasi. Penyiapan dan pemenuhan dokumen PUHH, juga berdampak positif yaitu mendorong pemenuhan tertib administrasi kayu; dan

o Doronganuntukpengelolaanhutansecaraberkelompok.Kegiatanverifikasiuntuk kelompokunitusahahuluadalahadanyamotivasiuntukpemenuhanverifikasi secaraberkelompok,untukmeringankanbebanjikaprosesverifikasidibebankan pada individu perusahaan skala menengah dan kecil.

1.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar. Unit usaha hilir berskala besar adalah industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000

m3. Pada aspek efektivitas kelembagaan dan tatakelola, dampak yang terjadi adalah: o Tertib administrasi (perizinan dan tata usaha kayu/produk kayu). Dampak ini

diakibatkan oleh pemenuhan proses perizinan dan pemenuhan dokumen PUHH; o Meningkatkankapasitasorganisasi.Kegiatanverifikasidansurveillancedalam

jangka panjang akan meningkatkan kapasitas industri untuk terus bisa taat terhadapperaturanyangterkaitdengansertifikasiSVLK;dan

o Adanya biaya transaksi dari proses pemenuhan perizinan dan pemenuhan dokumen PUHH.

1.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala

investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek efektivitas kelembagaan dan tata kelola adalah:

o Meningkatnya kapasitas organisasi dalam pengelolaan aspek sosial dan lingkungan. Kegiatan surveillance yang dilakukan secara berkala meningkatkan

kapasitas organisasi industri hilir kelompok skala menengah dan kecil; o Kesadaran untuk taat perizinan. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan perizinan

dan pemenuhan dokumen PUHH; o Biaya transaksi. Dampak ini terjadi dari proses pemenuhan perizinan dan

pemenuhan dokumen PUHH; o Tertib administrasi kayu. Proses perizinan juga dianalisis menjadi sumber tertibnya

industri terhadap pengurusan dan pemenuhan administrasi kayu; dan o Kapasitas IRT dalam pemenuhan perizinan. Secara umum, kapasitas IRT untuk

memenuhiperizinanyangdiperlukandalamprosesverifikasimasihrendahdanini menjadikendalauntukmeningkatkanperansertaIRTdalamprosesverifikasi.

1.6. Kelompok Masyarakat dan Pekerja. Kelompok masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang ada di sekitar unit

usaha hulu dan hilir, dan yang terkait dengan proses implementasi SVLK baik di unit usahahuludanhilir.Beberapadampakyangdiidentifikasiadalah:

o Peningkatan kapasitas berorganisasi dan keahlian. Adanya industri di sekitar pemukiman merangsang masyarakat dan anggota masyarakat untuk meningkatkan peluang manfaat yang bisa diterima. Motivasi untuk berorganisasi, serta peningkatan keahlian melalui training berdampak pada peningkatan kapasitas kelembagaan dan kemampuan masyarakat;

o Penguatan organisasi pekerja. Dampak ini terjadi akibat dari pemenuhan penataan organisasiunitmanajemen,danresolusikonflikantaraperusahaandanserikat pekerja; dano Kepedulian terhadap peraturan perundangan. Implementasi SVLK oleh unit

manajemen (melalui kegiatan distribusi manfaat, pelaksanaan PADIATAPA, deliniasi lahan kelola masyarakat di kelompok usaha hulu) dan sosialisasi kegiatan menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap peraturan perudangan terkait kegiatan industri di sekitarnya.

2. Dampak pada Aspek Pemberantasan Illegal logging. Indikatornya terdiri atas:

2.1. Penerbitan DKP pada Hutan Hak.o Kebocoran skema DKP pada hutan hak: Meskipun telah diantisipasi melalui

pengecekan sebelum perjanjian atau kontrak suplai kayu dari hutan hak kepada pelaku usaha berikutnya dan pengecekan berkala, namun potensi kebocoran kayu illegal melalui skema DKP pada hutan hak ini masih memungkinkan terjadi. Hal ini karena dalam pengecekan DKP tidak dilakukan pengecekan stock kayu; juga pengelola hutan hak biasanya tidak memiliki data stock hasil inventarisasi hutan berkalakecualipadahutanhakyangmengikutiskemasertifikasiPHPLvoluntarytertentu karena disyaratkan oleh standarnya.

o Ketaatan penatausahaan hasil hutan di badan usaha sebagai alat kontrol peredaran kayu dan sebagai sistem lacak balak. Sumber dampak ini adalah pemenuhansyaratPUHHdalamprosessertifikasiSVLKolehUnitManajemen.

2.2. Unit Usaha Hulu Berskala Besar Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA,

IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) adalah: o Adanya peningkatan pencegahan dan penanganan illegal logging. Dampak

ini bersumber pada kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan. Kegiatan

Page 35: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK58 59

perlindungan dan pengamanan hutan terhadap berbagai gangguan termasuk aktivitas illegal logging akan memberi dampak positif bagi pencegahan illegal logging. Keberadaan tim pengamanan hutan yang kuat dari sisi kualitas dan kuantitas memberikan kontribusi terciptanya keamanan hutan selain juga SOP pengamanan hutan yang memadai;

o Sistem kontrol produksi kayu. Sumber dampak ini adalah kegiatan pemenuhan dokumen PUHH. Pemenuhan peraturan PUHH bisa berdampak positif terhadap kontrol produksi kayu. Kayu yang keluar dari wilayah konsesi unit manajemen diharuskan memiliki dokumen PUHH dan hal ini akan mengurangi potensi penebangan liar;

o Keterlacakan sumber legal produksi kayu. Dampak ini diakibatkan oleh pemenuhan dokumen PUHH oleh unit usaha, akan memberi kepastian sumber kayu sehingga pemenuhan terhadap hal ini berdampak positif.

2.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan

Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil pada aspek pemberantasan illegal logging diuraikan sebagai berikut:

o Sistem kontrol produksi kayu. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan pemenuhan dokumen PUHH. Dampak pemenuhan peraturah tentang PUHH sebagai kontrol produksi kayu yang pada gilirannya bisa menekan illegal logging dinilai berdampak positif.

o Keterlacakan sumber legal produksi kayu. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan pemenuhan dokumen PUHH. Penegakan peraturah tentang PUHH dalam standar VLK meningkatkan kemampuan keterlacakan kayu dalam wilayah unit manajemen hutan sehingga kayu dari sumber illegal logging tidak akan bisa diterima di pasar, dan hal ini berdampak positif pada upaya pemberantasan illegal logging; dan

o Pencegahan illegal logging. Dampak ini diakibatkan oleh kegiatan pemanenan hasil hutan kayu. Kegiatan pemanenan kayu pada kelompok usaha HD, HTR, HTHR, dan HKM adalah upaya pemerintah untuk pemberantasan illegal logging. Dengan demikian penerapan SVLK justru akan memperkuat tujuan ini.

2.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar. Unit usaha hilir berskala besar adalah industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000

m3. Pada aspek pemberantasan illegal logging, dampak yang terjadi adalah:

o Perdagangan produk industri kehutanan legal. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah penyiapan dokumen PUHH (pemindahtanganan bahan baku kayu dari pemasok ke IUIPHHK, IUI dan produk olahan ke pasar, dokumen ekspor produk industri kehutanan, dan pemenuhan penggunaan tanda V-Legal); dan

o MeningkatnyajumlahpemasokyangbersertifikatS-LKdanataumelengkapipasokannya dengan Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP). Sumber dampak adalah kewajibanpembelianbahanbakukayudaripemasokyangbersertifikatS-LKuntukkayu dari hutan negara dan dilengkapi dengan DKP untuk kayu dari hutan hak/rakyat.

2.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil

Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek illegal logging adalah:

o Perdagangan produk industri kehutanan legal oleh pengusaha dengan izin TDI. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah penyiapan dokumen PUHH (Pemindahtanganan bahan baku kayu dari pemasok ke IUIPHHK, IUI dan produk olahan ke pasar, dokumen ekspor produk industri kehutanan, pemenuhan penggunaan tanda V- Legal);

o Perdagangan kayu bulat dan kayu olahan legal oleh TPT. Sumber dampak adalah kegiatan perijinan dan penyiapan dokumen PUHH (penelusuran, penjualan dan pemindahtanganan kayu bulat dan kayu olahan). Penerapan standar legalitas kayu pada TPT akan membatasi peredaran kayu bulat maupun kayu olahan illegal; dan

o MeningkatnyajumlahpemasokyangbersertifikatS-LKdanataumelengkapipasokannya dengan Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP). Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah kewajiban pembelian bahan baku kayu dari pemasok yang bersertifikatS-LKuntukkayudarihutannegaradandilengkapidenganDKPuntukkayu dari hutan hak/rakyat.

2.6. Kelompok MasyarakatDampak implementasi SVLK pada kelompok masyarakat yang terlibat adalah sebagai berikut:

o Implementasi SVLK memunculkan inisiatif-inisiatif pendampingan masyarakat untuk memenuhi persyaratan SVLK menyediakan bahan baku kayu legal. Sebagai contoh kelompok tani hutan masyarakat di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, melalui program Trees 4 Trees mengelola hutan di lahan miliknya dengan prinsip kelestarian dan memenuhi standar SVLK. Proses pendampingan petani hutan (kelompok sosial, perempuan, kelompok rentan lainnya) ini mencakup 18 desa yang memiliki lahan potensial untuk dikembangkan menjadi hutan masyarakat; dan

o Inisiatif ini berpotensi mengurangi kegiatan penebangan kayu dari hutan alam. Hal ini merupakan pergeseran budaya yang positif, meski akan memerlukan waktu yang lama.

3. Dampak pada Aspek Kondisi Hutan. Indikatornya terdiri atas:

3.1. Unit Usaha Hulu Berskala Besar. Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA,

IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) untuk aspek kondisi hutan adalah:

o Jaminan kelestarian produksi hasil hutan. Sumber dampak adalah kegiatan pemanenan, jatah tebang, dan regenerasi hutan. Pengaturan pemanenan yang sesuai riap tegakan atau sesuai dengan daur tanaman yang telah ditetapkan, pelaksanaan silvikultur sesuai prosedur yang benar dapat menjamin regenerasi hutan dan meminimalisir kerusakan akibat kegiatan pemanenan;

o Pemantapan kawasan lindung. Sumber dampak adalah kegiatan alokasi kawasan lindung. Pengalokasian kawasan lindungi mempertimbangkan tipe ekosistem hutan,kondisibiofisik,sertakondisispesifik.Denganpengalokasiankawasan

Page 36: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK60 61

lindung ini akan menyebabkan dampak positif bagi pemantapan kawasan lindung yang ada;

o Terjaganya kondisi hutan yang baik. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah perlindungan dan pengamanan hutan. Perlindungan hutan merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan untuk mengendalikan gangguan hutan, melalui kegiatan baik bersifat preemptif, preventif dan represif. Perlindungan dan pengamanan hutan akan memperbaiki kondisi hutan atau tutupan hutan;

o Efektifitaspenanganandampakterhadaplingkunganakibatpemanenan.Sumberdampak adalah kegiatan penanganan dampak kegiatan pemanfaatan hutan. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan harus mempertimbangkan penanganan dampak negatifnya terhadap tanah dan air.

o Efektivitas perlindungan keanekaragaman hayati. Sumber dampak adalah kegiatan pengelolaanflorafaunapenting.Konservasikeanekaragamanhayatidapatditempuh dengan memegang prinsip alokasi, dengan cara mempertahankan bagian tertentu dari seluruh tipe hutan di dalam hutan produksi agar tetap utuh/tidak terganggu dan prinsip implementasi teknologi yang berorientasi untuk melindungispesiesflorafaunayangtermasukkategorimelindungiciribiologiskhusus yang penting di dalam kawasan produksi efektif.

3.2. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil. Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan

Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil pada aspek kondisi tutupan hutan diuraikan sebagai berikut:

o Pengelolaan dampak lingkungan terkait dengan penebangan. Sumber kegiatan adalah kegiatan operasional pengelolaan hutan terkait dengan penebangan;

o Potensi bertambah/berkurangnya tutupan hutan. Operasional unit usaha hulu berskala menengah dan kecil (HTR, HKM, Hutan Desa, Hutan Hak, HTHR) mengusahakan lahannya dengan penanaman kayu mengikuti permintaan pasar.

4. Dampak pada Aspek Pembangunan Ekonomi. Indikatornya terdiri atas:

4.1. Skema SVLK pada Tingkat Nasional. Pada tingkat Nasional, dampak implementasi SVLK terhadap aspek pembangunan

ekonomi diuraikan sebagai berikut:

o Efisiensibiayaverifikasi.SumberdampakadalahkegiatanpenerbitanDKPhutanhak, penerbitan DKP TPT, penerbitan DKP IRT/Pengrajin, dan penerbitan DKP Importir,dampakpositifberupaefisiensibiaya;dan

o Resiko pemutusan kontrak pasokan dan proses hukum. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah: pengecekan DKP Oleh IUIPHHK atau TPT, terhadap DKP Hutan Hak; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI terhadap TPT; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI/TPT terhadap Importir; dan pengecekan DKP oleh ETPIK-Non Produsen terhadap IRT/ Pengrajin. Pelanggaran dan ketidaksesuaian DKP akan berakibat buruk bagi bagi pelaku Hutan Hak atau usaha lain yang bisa menggunakan DKP.

4.2. Unit Usaha Hulu Berskala Besar. Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA,

IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) untuk aspek pembangunan ekonomi adalah:

o Transparansi penerimaan negara. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah pembayarankewajibanfinansialperusahaan;

o Peningkatan kapasitas dan peran serta masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Sumber dampak adalah kegiatan distribusi manfaat yang adil antar pihak. Kegiatan pemegang izin seyogyanya juga meningkatkan aktivitas dan manfaat ekonomi masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat, baik kegiatan yang berbasis hutan maupun kegiatan ekonomi lain yang tumbuh bersamaan dengan kehadiran kegiatan pemegang izin. Peningkatan itu baik dalam keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan maupun pengembangan ekonomi sejalan dengan kehadiran pemegang izin.

o Kepatuhanpembayarankewajibanfinansial.Kegiatanyangmenjadisumberdampakadalahpembayarankewajibanfinansialperusahaan.PenerapaanSVLKdalam tataniaga kayu berdampak positif pada kepatuhan unit manajemen dalam memenuhikewajibanmembayarkewajibanfinansialkepadaNegara.

4.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil. Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan

Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala menengah dan kecil pada aspek perkembangan perekonomian diuraikan sebagai berikut:o Kepatuhanpembayarankewajibanfinansial.UnitusahaHD,HTR,HTHR,dan

HKM yang berkomitmen menerapkan SVLK, menerima dampak positif dari proses penerapan SVLK dengan adanya peningkatan kepedulian untuk pemenuhan kewajibanfinansial(pajak,dll).

o Biaya implementasi SVLK. Pelaksanaan SVLK diakui memberikan beban biaya tambahandiluarbiayasertifikasiyangsudahmenjadikewajibanunitusahadalammendapatkansertifikat.Biaya-biayatersebuttimbuluntukkegiatanpenyiapankondisi sesuai standar VLK, biaya pemenuhan persyaratan tambahan jika dalam prosesverifikasiternyatamasihkurang,biayasurveillancedanbiayabandingjikadiperlukan

4.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar.Unit usaha hilir berskala besar adalah industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000 m3. Pada aspek pembangunan perekonomian, dampak yang terjadi adalah:

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal IUIPHHK kapasitas >6000 m3/tahun dan modal IUI>500 juta. Sumber dampak adalah kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh IUIPHHK kapasitas >6000 m3/tahun dan modal IUI > 500 juta. Kegiatan perdagangan kayu legal memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan perekonomian. Besaran dampak tergolong tinggi terutama untuk wilayah yang mengandalkan pendapatan daerah dari sektor perkayuan (Jepara, Kalimantan Timur, dan daerah-daerah lainnya).

4.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil. Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala

investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang

Page 37: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK62 63

terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek pembangunan perekonomian adalah:

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal dengan izin TDI. Sumber dampak adalah pelaksanaan kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh perusahaan dengan izin TDI;

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal oleh TPT. Sumber dampak adalah pelaksanaan kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh perusahaan dengan izin TPT. Pertumbuhan volume permintaan kayu legal akan meningkatkan kontribusi hasil perdagangan kayu legal yang dilakukan TPT terhadap pertumbuhan ekonomi local;

o Kontribusi nilai perdagangan produk industri kehutanan legal oleh ETPIK Non Produsen. Sumber dampak adalah kegiatan perdagangan produk industri kehutanan legal oleh ETPIK Non Produsen. Penerapan SVLK dapat memberikan kepercayaan bagi pembeli tentang aspek legalitas produk sehingga menumbuhkan kontinuitas pembelian, pada akhirnya menimbulkan dampak positif bagi pelaku usaha dan ekonomi lokal di wilayahnya.

o Kontribusi ekonomi dari peningkatan nilai ekspor produk kehutanan. Dampak ini bersumber dari kegiatan Kegiatan pemenuhan dokumen ekspor. Dampak terhadap volume dan nilai ekspor produk perkayuan diperkirakan akan terus meningkat dan bisa memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal;

o Peningkatan jumlah negara tujuan ekspor. Dampak ini bersumber dari kegiatan kegiatan pemenuhan dokumen ekspor. Dampak implementasi SVLK terhadap peningkatan jumlah negara tujuan ekspor dari sektor IRT dinilai masih rendah, karena rendahnya informasi pasar dan masih sedikitnya IRT yang terjaring dalam program bantuan untuk fasilitasi ekspor; dan

o Penggunaan kayu legal untuk pasar domestik. Sumber kegiatan adalah kegiatan pemenuhan dokumen angkutan kayu domestik. SVLK mensyaratkan pemenuhan aspek legalitas kayu untuk semua kayu yang diperdagangkan baik tujuan ekspor maupun domestik.

5. Dampak pada Aspek Penghidupan dan Matapencaharian. Indikatornya terdiri atas:

5.1. Dampak implementasi panduan-panduan SVLK pada tingkat Nasional. Pada tingkat Nasional, dampak implementasi SVLK terhadap aspek penghidupan dan

matapencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) adalah:

o Adanya peningkatan kapasitas pelaku usaha hutan hak, TPT, Importir, IRT/Pengrajin dalam penghitungan volume dan administrasi kayu. Sumber dampak adalah kegiatan: pengecekan DKP Oleh IUIPHHK atau TPT, terhadap DKP Hutan Hak; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI terhadap TPT; pengecekan DKP oleh IUIPHHK, IUI/ TDI/TPT terhadap Importir; dan pengecekan DKP oleh ETPIK-Non Produsen terhadap IRT/ Pengrajin. Pemeriksaan DKP sebagai syarat legal kayu dari Hutan Hak, TPT, IRT/Pengrajin dan Importir, memberi dampak peningkatan kapasitas pelaku usaha dan pada akhirnya memberi peluang peningkatan matapencaharian. Pada pelaku usaha dimana peran perempuan dan kelompok rentan dominan, maka dampak ini akan juga positif bagi mereka.

5.2. Unit Usaha Hulu Berskala Besar. Dampak implementasi PHPL dan SVLK pada unit usaha hulu berskala besar (IUPHHK-HA,

IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan) untuk aspek penghidupan dan mata pencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) adalah:

o Kesejahteraan pekerja dan implementasi jenjang karir. Sumber dampak adalah kegiatan pemenuhan tenaga profesional, peningkatan karir, dan peningkatan kesejahteraan pekerja. Dampak positif bisa terjadi jika perusahaan memperhatikan jenjang karir dan kesejahteraan pekerjanya. Dampak negatif bisa terjadi jika kompensasi tidak diberikan secara adil atau bersifat diskriminatif terhadap kaum perempuan, difabel atau pengelompokan lainnya;

o Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah implementasi tanggungjawab sosial perusahaan. Pemberian konsesi kepada pemegang izin dari pemerintah yang terletak di kawasan hutan memberikan konsekuensi kepada pemegang izin untuk menyertakan masyarakat hukum adat dan /atau masyarakat setempat secara adil dan setara dalam pengelolaan kawasan hutan yang memperhatikan hak dan kewajiban para pihak secara proporsional dan bertanggung jawab;

o Perlindungan kesehatan, keselamatan, dan pelaksanaan hak-hak pekerja. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah: Perlindungan, Pengembangan dan Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Kerja. Pemegang izin harus memperhatikan aspek perlindungan, pengembangan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja.

o Jaminan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja (laki- laki, perempuan, dan kelompok rentan). Sumber kegiatan adalah kewajiban menerapkan K3. Pemegang izin harus memperhatikan aspek perlindungan, pengembangan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Dampak positif bisa terjadi jika perusahaan memperhatikan jenjang karir dan kesejahteraan pekerjanya. Dampak negatif bisa terjadi jika kompensasi tidak diberikan secara adil atau bersifat diskriminatif;

o Pelibatan peran laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan dalam pelaksanaan kelola sosial. Sumber dampak adalah kegiatan pelaksanaan program sosial. Kegiatan sosial yang dilakukan unit manajemen berdampak positif terhadap pelibatan masyarakat baik laki-laki, perempuan, maupun kelompok rentan;

o Penyerapan tenaga kerja lokal (laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan). Sumber dampak adalah kegiatan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan yang memberi kesempatan pada pekerja lokal baik dari kelompok laki-laki, perempuan dan kelompok rentan berdampak besar pada kesempatan bekerja pada perusahaan dan peluang untuk mendapatkan sumber kehidupan keluarga; dan

o Pelibatan terhadap kelompok masyarakat rentan dan marjinal (misal: kelompok miskin, terpencil, dan berkebutuhan khusus). Sumber dampak adalah pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Pemberian konsesi kepada pemegang izin dari pemerintah yang terletak di kawasan hutan memberikan konsekuensi kepada pemegang izin untuk menyertakan masyarakat hukum adat dan /atau masyarakat setempat secara adil dan setara dalam pengelolaan kawasan hutan yang memperhatikan hak dan kewajiban para pihak secara proporsional dan bertanggung jawab.

5.3. Unit Usaha Hulu Berskala Menengah dan Kecil. Unit usaha hulu berskala menengah dan kecil termasuk HTR, HKM, HD, HTHR, Hutan

Hak, dan IPK. Dampak implementasi SVLK pada kelompok unit usaha hulu berskala

Page 38: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK64 65

menengah dan kecil pada aspek penghidupan dan mata pencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) diuraikan sebagai berikut:

o Penyerapan tenaga kerja lokal (laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan). Sumber dampak adalah kegiatan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Unit usaha dari kelompok ini akan berpotensi menyerap banyak tenaga lokal dari masyarakat itu sendiri, karena memang kegiatan usaha ini lebih berbasis masyarakat;

o Pelibatan terhadap kelompok masyarakat rentan dan marjinal (misal: kelompok miskin, terpencil, dan berkebutuhan khusus). Sumber dampak adalah kegiatan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Unit usaha dari kelompok HD, HTR, HTHR, dan HKM ini akan berpotensi melibatkan banyak tenaga kerja lokal dari masyarakat itu sendiri (baik dari kalangan laki-laki, perempuan, atau kelompok rentan lainnya, tergantung dari nilai-nilai sosial budaya masyarakat), karena memang kegiatan usaha ini lebih berbasis masyarakat.

o Pelibatan peran laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan dalam pelaksanaan kelola sosial. Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah implementasi tanggungjawab sosial perusahaan. Kegiatan di unit usaha dari kelompok ini biasanya dijalankan dengan memberikan peran lebih besar pada sistem sosial dalam hal pengaturan pekerja, kesempatan pada kelompok perempuan atau kelompok rentan lain. Dalam hal ini, praktek kesetaraan gender sangat tergantung dari aspek sosial budaya masyarakat setempat.

o Jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan dan hak-hak pekerja termasuk upah yang sesuai (laki-laki, perempuan dan kelompok rentan). Sumber dampak adalah kegiatan Kewajiban menerapkan perlindungan hak-hak pekerja. Penegakan aturan-aturan terkait ketenagakerjaan menjamin terpenuhinya hak-hak tenaga kerja, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat kesejahteraan pekerja.

5.4. Unit Usaha Hilir Berskala Besar. Unit usaha hilir berskala besar adalah unit usaha dengan kapasitas produksi di atas 6.000

m3. Dampak pada aspek penghidupan dan mata pencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) adalah:

o Adanya jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan, dan pelaksanaan hak-hak pekerja oleh IUIPHHK kapasitas > 6000 m3, dan IUI > 500 juta. Sumber dampak adalah kegiatan implementasi K3 dan pemenuhan hak-hak pekerja. Pengusaha IUIPHHK kapasitas > 6000 m3 dan IUI> 500 juta dinilai mampu untuk menciptakan suasana kerja yang memenuhi aspek keamanan dan keselamatan pekerja, termasuk memberikan kebijakan yang positif untuk kelompok rentan (difabel, perempuan). Peluang bahwa hal ini bisa dilaksanakan oleh pengusaha IUIPHHK, IUI dan TDI termasuk tinggi.

5.5. Unit Usaha Hilir Berskala Menengah dan Kecil. Unit usaha hilir yang masuk dalam skala menengah dan kecil yaitu IUI dengan skala

investasi sampai dengan Rp 500 juta, TDI, IRT, TPT dan Pedagang Ekspor. Dampak yang terjadi dari implementasi SVLK dalam aspek penghidupan dan mata pencaharian (termasuk inklusi sosial dan gender) adalah:

o Jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan, dan pelaksanaan hak-hak pekerja

olehIUIPHHKkapasitas≤6000m3,dannilaiinvestasiIUI≤500juta.Sumberdampak adalah kegiatan implementasi K3 dan pemenuhan hak-hak pekerja; dan

o Adanya peluang bekerja dan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha, baik laki-laki dan perempuan. Sumber dampak adalah keseluruhan kegiatan pelaku usaha dan dalam rangka pemenuhan persyaratan SVLK. Peningkatan kepercayaan pasar atas legalitas produk dan kontinuitas pesanan dari pembeli akan membuka peluang kerja secara langsung pada kegiatan produksi maupun peluang kerja lain yang tumbuh akibat perbaikan ekonomi lokal.

Selanjutnya di dalam Bab 5 tentang Strategi Implementasi SMD, dijelaskan bahwa Sistem Monitoring Dampak dibangun dengan asumsi semua perangkat SVLK berjalan sesuai dengan fungsinya dan para pihak menjalankan perannya sebagaimana dirumuskan dalam regulasi terkait SVLK. Dalam hal ini, termasuk rekaman data pada proses implementasi SVLK oleh berbagaiaktorpadaseluruhrantaipasokankayu,prosesakreditasi,verifikasidanpemantauanindependen dilakukan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sering kenyataan implementasi tidak dapat dilakukan dalam kondisi ideal melainkan didasarkan pada kondisi yang ada saat ini. Untuk itu diperlukan strategi implementasi yang dapat menjembatani perbedaan dua kondisi tersebut, termasuk pentahapan yang diperlukan untuk menyesuaikan atau membangun perangkat yang diperlukan dengan mempertimbang-kan kondisi yang ada saat ini.

DatayangdiperlukanuntukmelakukanmonitoringdampakdirumuskandalamverifieruntuksetiapindikatormonitoringdampakkegiatanimplementasiverifikasilegalitaskayuolehL-VLKdan penilaian kinerja PHPL oleh LP-PHPL. Standar monitoring dampak implementasi SVLK dibedakan sbb:

1. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada penerapan standar PHPL untuk IUPHHK Hutan Alam, Hutan Tanaman Industri, Restorasi Ekosisitem, Pemegang Hak Pengelolaan (lihat lampiran 1.1 Laporan Final SMD).

2. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada IUPHHK HA/HT/RE/Pemegang Hak Pengelolaan (lihat lampiran 1.2 Laporan Final SMD).

3. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada Hutan Negara yang dikeloma masyarakat HKm, HD, HTR, HTHR (lihat lampiran 1.3 Laporan Final SMD).

4. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada Hutan Hak (lihat lampiran 1.4 Laporan Final SMD).

5. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada IPK (lihat lampiran 1.5 Laporan Final SMD).

6. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada IUIPHHK > 6000 m3 dan IUI > 500 juta (lihat lampiran 1.6 Laporan Final SMD).

7. StandarmonitoringdampakimplementasiSVLKpadaIUIPHHK≤6000m3danIUI≤500juta (lihat lampiran 1.7 Laporan Final SMD).

8. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada TDI (lihat lampiran 1.8 Laporan Final SMD).

9. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada IRT/Pengrajin dan Koperasi (lihat lampiran 1.9 Laporan Final SMD).

10. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada TPT (termasuk Importir dan yang membentuk kelompok (lihat lampiran 1.10 Laporan Final SMD).

11. Standar monitoring dampak implementasi SVLK pada ETPIK Non Produsen/SIUP/TDP (lihat lampiran 1.11 Laporan Final SMD).

12. Standar monitoring dampak aspek Prosedure SVLK (lihat lampiran 1.12 Laporan Final SMD).

Page 39: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK66 67

Tahap selanjutnya, dibuat rekomendasi Rancangan Sistem Monitoring Dampak (SMD), monitoring terhadap dampak implementasi SVLK dilakukan di 5 (lima) wilayah dampak, yaitu:

1. Efektifitaskelembagaandantatakelola;2. Pemberantasan illegal loging;3. Kondisi hutan;4. Pembangunan ekonomi; dan5. Keberlanjutan penghidupan dan mata pencaharian (Livelihoods).

Masing-masingwilayahdampakdijabarkanlebihdetaildenganindikatordanverifieryangharusdisiapkan baseline data untuk melaksanakan Sistem Monitoring Dampak (SMD) SVLK. Berikut ini baseline data yang diperlukan pada masing-masing wilayah dampak.

1. BaselinedataterkaitdenganEfektifitasKelembagaandanTataKelola,yaitu:

1.1.Kepastianusahadankonfliklahanantarapengelolahutandenganmasyarakatdan/ataupihak laina. Jumlahkonfliklahandenganmasyarakatyangsudahdiselesaikanmelalui

mekanisme PADIATAPA.b. Jumlah kasus tumpang tindih lahan dengan kegiatan pengusahaan non-kehutanan,

seperti pertambangan, perkebunan, dan lain-lain.c. Penyelesaian kasus tumpang tindih lahan melalui mekanisme pinjam pakai

kawasan hutan atau pelepasan kawasan hutan.d. Proses dan frekuensi sosialisasi yang berkesinambungan kepada pihak-pihak

terkait sehubungan dengan kegiatan unit usaha yang memiliki dampak positif maupun negatif. Kepentingan unit usaha harus mendapatkan pengakuan dari para pihak terkait.

1.2. Tertib administrasi untuk memiliki landasan legal dalam berusaha serta tertib administrasi kayu.a. Penyelesaiankewajibanlegalitas,termasukpengesahantatabatasdanfinansial

kepada Negara.b. Ketepatan tata usaha kayu pada tiap-tiap simpul pengumpulan dan pengiriman

kayu dan hasil produksinya.

1.3. Pembiayaan wajar dalam proses perijinan, administrasi kayu, dan implementasi SVLK.a. Keseimbangan perencanaan keuangan unit usaha dengan realisasi biaya yang

dikeluarkan.b. Identifikasibiayatidakresmiyangdibayarkanolehunitusaha.

1.4.Efektifitaskinerjaperusahaan.a. Kualitas anggaran keuangan unit usaha yang cenderung positif dan mampu

membiayai seluruh kegiatan usaha, termasuk dalam memenuhi persyaratan-persyaratan VLK.

1.5. Transparansi dalam proses-proses terkait pelaksanaan VLK.

a. Ringkasan laporan kegiatan usaha yang memperhatikan ketentuan yang berlaku dan unsur kerahasiaan informasi bisnis. Ringkasan laporan kegiatan

usaha harus tersedia bagi publik melalui website dan mekanisme permintaan.

2. Baseline data terkait dengan Pemberantasan Illegal Logging, yaitu:

2.1. Data Illegal Logging di areal hutan negara :a. Laju Illegal Logging di hutan negara yang telah dibebani ijin o Luas area dan taksiran volume kayu akibat Illegal Logging di IUPHHK-HA,

IUPHHK-HT, IUPHHK-RE, Perhutani, HTR, HD, HTHR.b. Laju Illegal Logging di hutan negara yang tidak dibebani ijin o Luas area dan taksiran volume kayu akibat Illegal Logging di IUPHHK-HA,

IUPHHK-HT, IUPHHK-RE, Perhutani, HTR, HD, HTHR.

2.2. Perbandingan data produksi kayu di hutan negara dengan konsumsi bahan baku kayu bulat dari hutan negara di IUIPHHK. Untuk mendapatkan perbandingan tersebut diperlukan data mentah sebagai berikut :a. Jumlah produksi kayu bulat yang berasal dari hutan negara, IPK dan hutan hak

yang pohonnya tumbuh alami,b. Jumlah kayu bulat yang dijual/ditransportasikan dari hutan negara, IPK dan

hutan hak yang pohonnya tumbuh alami ke IUIPHHK dan TPT-KB,c. Jumlah kayu bulat yang diterima oleh IUIPHHK dan TPT-KB yang berasal dari

hutan negara, IPK dan hutan hak yang pohonnya tumbuh alami,d. Jumlah kayu bulat yang dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan yang

diterima oleh IUIPHHK dan TPT-KB,e. Jumlah kayu import yang diterima oleh IUIPHHK dan TPT-KB,f. Jumlah produksi produk kayu primer (kayu gergajian, wood chips dan Veneer)

dari IUIPHHK,g. Jumlah produk kayu yang diekspor,h. Jumlah produk kayu yang dikonsumsi pasar dalam negeri

3. Baseline data terkait dengan Kondisi Hutan, yaitu:

3.1. Kepastian kawasan3.2. Rencana kelola hutan yang berkelanjutan3.3. Daya dukung hutan untuk memenuhi kebutuhan industri kayu3.4. Laju deforestasi3.5. Efektifitaspenanganandampakterhadaplingkunganakibatpemanenan3.6. Efektifitasperlindungankeanekaragamanhayati3.7. Pertumbuhan luas dan volume produksi hutan hak yang pohonnya dibudidayakan

4. Baseline data terkait dengan Pembangunan Ekonomi, yaitu:

4.1. ProduksihasilhutankayudariunitusahabersertifikatVLK. a. Unit usaha menebang kayu bulat sesuai dengan kemampuan sumber daya

hutan melakukan regenerasi. b. KayuyangdiproduksiberasaldarisumberyangbersertifikatVLK.

4.2. Volume dan nilai perdagangan produk unit usaha.a. Pasardomestikdaneksporuntukproduk-produkbersertifikatVLKsemakin

luas sejak pemberlakuan VLK.

Page 40: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK68 69

b. Hargabagiproduk-produkbersertifikatVLKpadapasardomestikdanekspordi atas nilai keekonomiannya (harga = biaya produksi + biaya pemenuhan persyaratan VLK + margin keuntungan yang diharapkan).

c. Validitas dokumen V-Legal yang diterbitkan.

4.3. JumlahpenerimaanNegaradarikewajibanfinansialunitusahasecaratransparan.a. Pembayaran kontribusi ke Negara dilakukan secara tertib administrasi sesuai

dengan nilai volume/berat kayu bulat yang diukur di tempat pengumpulan kayu di dalam hutan dan yang diukur di titik penerimaan industri.

b. Pembayaran kontribusi ke Negara dilakukan secara tertib administrasi berdasarkan total produksi riil unit usaha.

4.4. Keberterimaan pasar, resiko pemutusan kontrak pasokan, dan proses hukum.a. Produk-produkbersertifikatVLKlebihmudahditerimaolehpasardomestikdan

ekspor.b. Penurunan jumlah banding/complain/keluhan sehubungan dengan kualitas

produkbersertifikatSVLKsertaataskesesuaianimplementasisistemmanajemen dengan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan.

c. Peningkatanpermintaanproduk-produkbersertifikatVLKdaripasardomestikdan ekspor.

d. Unit usaha tidak melakukan fraud yang meliputi penerimaan bahan baku ilegal untuk kegiatan produksi, manipulasi dokumen V-Legal, manipulasi kewajiban finansialkeNegara,danmanipulasilegalitasusaha.

5. Baseline data terkait dengan Keberlanjutan penghidupan dan mata pencaharian (Livelihoods), yaitu:

5.1. Penghidupan dan matapencaharian (livelihoods)a. Kesejahteraan pekerja dan implementasi jenjang pekerjaanb. Jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan dan pelaksanaan hak-hak

pekerja.c. Penyerapan tenaga kerja lokal laki-laki, perempuan, kelompok rentan dan

marjinal (kelompok miskin, terpencil dan berkebutuhan khusus). Untuk IUI > 1M, IUPHHK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan, IUIPHHK > 6000m3.

d. Pelibatan peran laki-laki, perempuan dan kelompok rentan dalam kelola sosial. Untuk IUI > 1M, IUPHHK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan, IUIPHHK > 6000m3.

5.2. Manfaat dan Kegunaan SVLKa. Pemahaman dan ekspektasi manfaat SVLKb. Persepsi SVLK memperbaiki sistem manajemen Unit Usahac. Implementasi SVLK, Dokumen V-Legal dan FLEGT License pada Unit Usaha.d. Opini implementasi SVLK dalam 5 tahun terakhir.e. Opini implementasi SVLK pada 5 tahun ke depan.f. Opini siapa pengambil manfaat SVLK

Secararingkas,indikatordanverifieryangdipersiapkanuntukpengumpulanbaselinedataimplementasi SVLK, dapat diringkas sebagai berikut :

No Wilayah Dampak Indikator Jumlah

Indikator

1 EfektifitasKelembagaan dan Tatakelola

1.1.Kepastianusahadankonfliklahanantarapengelolahutandengan masyarakat dan/atau pihak lain.1.2. Tertib administrasi untuk memiliki landasan legal dalam berusaha serta tertib administrasi kayu.1.3. Pembiayaan wajar dalam proses perijinan, administrasi kayu, dan implementasi SVLK.1.4.Efektifitaskinerjaperusahaan.1.5. Transparansi dalam proses-proses terkait pelaksanaan VLK.

5

2 Pemberantasan Illegal Logging

2.1. Data Illegal Logging di areal hutan negara.2.2. Perbandingan data produksi kayu di hutan negara dengan konsumsi bahan baku kayu bulat dari hutan negara di IUIPHHK

2

3 Kondisi Hutan 3.1. Kepastian kawasan3.2. Rencana kelola hutan yang berkelanjutan3.3. Daya dukung hutan untuk memenuhi kebutuhan industri kayu3.4. Laju deforestasi3.5.Efektifitaspenanganandampakterhadaplingkunganakibatpemanenan3.6.Efektifitasperlindungankeanekaragamanhayati3.7. Pertumbuhan luas dan volume produksi hutan hak yang pohonnya dibudidayakan

7

4 Pembangunan Ekonomi

4.1.ProduksihasilhutankayudariunitusahabersertifikatVLK.4.2. Volume dan nilai perdagangan produk unit usaha.4.3.JumlahpenerimaanNegaradarikewajibanfinansialunitusahasecara transparan.4.4. Keberterimaan pasar, resiko pemutusan kontrak pasokan, dan proses hukum.

4

5 Livelihoods 5.1.Kesejahteraan pekerja dan implementasi kebijakan jenjang karir.5.2. Pelibatan peran laki-laki, perempuan dan kelompok rentan dalam pelaksanaan kelola sosial5.3. Jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan kerja dan hak-hak pekerja (laki-laki, perempuan dan kelompok rentan)5.4. Penyerapan tenaga kerja lokal (laki-laki, perempuan, dan kelompok rentan)

4

Page 41: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK70 71

TimIMmelakukanreviewsecaraspesifikIndikatordanVerifierpadamasing-masingwilayahdampak. Tim IM menganalisis kemungkinan ketersediaan data dan informasi yang dibutuhkan untukmenjawabstandarmonitoringyangdisebutkandiatas.HasilreviewIndikatordanVerifiermasing-masing wilayah dampak, sebagai berikut:

1.WilayahdampakEfektifitasKelembagaandanTataKelola.

i.HasilReview

TimIM

terhadaplaporanPT.Hatfield.

B. HasilReviewdanPengembanganIndikatordanVerifier oleh Tim IM

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

1.1.

Kep

astia

n us

aha

dan

konfliklahanantara

peng

elol

a hu

tan

deng

an

mas

yara

kat d

an/a

tau

piha

k la

in.

a.Terdapatdokum

entasikonflik

laha

n de

ngan

mas

yara

kat,

berik

ut

deng

an ju

mla

h da

n st

atus

pen

ye-

lesa

iann

ya d

enga

n m

engg

unak

an

pend

ekat

an P

ADIA

TAPA

.

b.Terdapatdokum

entasikonflik

tum

pang

tind

ih la

han

deng

an

kegi

atan

usa

ha n

on-k

ehut

anan

, se

pert

i per

tam

bang

an, p

erke

buna

n,

dan

lain

-lain

. Dok

umen

tasi

ters

ebut

ha

rus

mel

iput

i, jik

a ad

a, b

ukti

tem

busa

n m

enge

nai p

inja

m p

akai

ka

was

an h

utan

(unt

uk tu

mpa

ng

tindi

h de

ngan

per

tam

bang

an)

dan

ijin

pele

pasa

n ka

was

an h

utan

(u

ntuk

tum

pang

tind

ih d

enga

n pe

rkeb

unan

).

c. T

erda

pat p

rose

s ko

mun

ikas

i ya

ng b

erke

sina

mbu

ngan

ant

ara

unit

usah

a de

ngan

pih

ak-p

ihak

yangberkonflik(m

asyarakat,usaha

pert

amba

ngan

, usa

ha p

erke

buna

n,

dan

lain

-lain

).

a. L

apor

an u

nit u

saha

(RKT

da

n co

mm

unity

dev

elop

-m

ent)

.

b. L

apor

an h

asil

audi

t LVL

K/LP

HPL

.

a. L

apor

an p

enan

gana

n ko

nf-

lik te

rsed

ia d

i mas

ing-

mas

ing

unit

usah

a, n

amun

bel

um

past

i dim

iliki

sel

uruh

uni

t us

aha.

b. B

elum

ada

kom

pila

si u

ntuk

laporan-laporankonflikyang

ters

edia

pad

a tin

gkat

dae

rah

mau

pun

a. P

enyu

suna

n rin

gkas

an

publ

ik b

agi u

nit u

saha

yan

g be

lum

mem

iliki

.

b. P

embu

atan

kom

pila

si d

ata

jumlahkonflikdankelanjutan

peny

eles

aian

nya.

Tabe

l 7.1

but

ir 1.

1;Ta

bel 7

.2 b

utir

1.1.

1.2.

Ter

tib a

dmin

istr

asi u

ntuk

m

emili

ki la

ndas

an le

gal

dala

m b

erus

aha

sert

a te

rtib

ad

min

istr

asi k

ayu.

a. T

erda

pat b

ukti-

bukt

i dok

umen

-ta

si s

ahny

a ha

sil h

utan

dar

i hut

an

Neg

ara

dan

huta

n ha

k.

b. T

erda

pat d

okum

en V

-Leg

al y

ang

valid

dan

relia

ble

sesu

ai d

enga

n ju

mla

h pr

oduk

yan

g di

perd

agan

g-ka

n.

Uni

t usa

ha h

utan

KLH

K m

elal

ui a

plik

asi

SIPU

HH

, Lap

oran

RPB

BI, S

ILK

Onl

ine,

dan

Lap

oran

has

il au

dit L

VLK/

LPH

PL.

Uni

t usa

ha in

dust

riN

ota

angk

utan

uni

t usa

ha,

Din

as P

erin

dust

rian,

Din

as

Perd

agan

gan,

Bea

cuk

ai/C

us-

tom

, dan

Lap

oran

has

il au

dit

LVLK

/LPH

PL.

a. T

erse

dia

di m

asin

g-m

asin

g le

mba

ga d

an b

elum

terd

apat

ko

mpi

lasi

men

yelu

ruh

di ti

ng-

kat d

aera

h da

n/at

au n

asio

nal.

b. T

idak

ters

edia

bag

i uni

t us

aha

yang

bel

um b

erse

rti-

fikatSVLK.

a. K

ompi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran.

b. P

enge

mba

ngan

sis

tem

pe

nelu

sura

n ka

yu y

ang

men

caku

p se

luru

h tip

e un

it usaha,baikbersertifikatSVLK

maupunbelumbersertifikat

SVLK

.

Tabe

l 7.1

but

ir 1.

3;

Tabe

l 7.2

but

ir 1.

2 &

1.4;

Ta

bel 7

.3 b

utir

1.2

& 1.

4;

Tabe

l 7.4

but

ir 1.

1;

Tabe

l 7.5

but

ir 1.

2 &

1.4;

Ta

bel 7

.6 b

utir

1.2

& 1.

4;

Tabe

l 7.7

but

ir 1.

2 &

1.4;

Ta

bel 7

.8 b

utir

1.2

& 1.

4;

Tabe

l 7.9

but

ir 1.

1-1,

2-1.

3-1.

5;

Tabe

l 7.1

0 bu

tir 1

.1-

1.2-

1.5;

Ta

bel 7

.11

butir

1.2

.

Page 42: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK72 731.

3 Pe

mbi

ayaa

n w

ajar

dal

am

pros

es p

eriji

nan,

adm

inis

tras

i ka

yu, d

an im

plem

enta

si S

VLK.

a. K

esei

mba

ngan

per

enca

naan

ke-

uang

an u

nit u

saha

den

gan

real

isas

i bi

aya

yang

dik

elua

rkan

.

b. K

ecen

deru

ngan

inte

nsita

s pe

ngel

uara

n da

n ni

lai b

iaya

yan

g ha

rus

dike

luar

kan

untu

k m

embi

ayai

tr

ansa

ksi t

idak

resm

i.

c. K

esed

iaan

pem

biay

aan

untu

k prosessertifikasiSVLK,surveil-

lanc

e, d

an p

enye

lesa

ian

kelu

han

dan

band

ing

dise

suai

kan

deng

an

kete

tapa

n bi

aya

yang

ber

laku

.

a. L

apor

an u

nit u

saha

(RKT

, RK

AP, d

an la

pora

n ak

unta

n pu

blik

jika

ada

);

b. P

enga

lam

an p

elak

u us

aha.

a. L

apor

an u

nit u

saha

te

rsed

ia.

b. P

enga

lam

an p

elak

u us

aha

tidak

terd

okum

enta

si.

Pene

litia

n pe

rsep

si p

elak

u us

aha

terh

adap

bia

ya ti

dak

resm

i yan

g m

uncu

l dal

am

pros

es p

emen

uhan

per

s-ya

rata

n-pe

rsya

rata

n SV

LK.

Tabe

l 7.1

but

ir 1.

3 &

1.4;

Ta

bel 7

.2 b

utir

1.2

& 1.

3;

Tabe

l 7.3

but

ir 1.

2 &

1.3;

Ta

bel 7

.4 b

utir

1.3;

Ta

bel 7

.5 b

utir

1.2

& 1.

3;

Tabe

l 7.6

but

ir 1.

2 &

1.3;

Ta

bel 7

.7 b

utir

1.2

& 1.

3;

Tabe

l 7.8

but

ir 1.

2 &

1.3;

Ta

bel 7

.9 b

utir

1.3

& 1.

4;

Tabe

l 7.1

0 bu

tir 1

.2 &

1.

3; T

abel

7.1

1 bu

tir 1

.2

& 1.

3;

Tabe

l 7.1

2 bu

tir 4

.1.

1.4Efektifitaskinerjaperu

-sa

haan

a. D

okum

en re

ncan

a ke

rja

dan

angg

aran

(RKA

P) a

tau

doku

men

se

jeni

s m

ilik

unit

usah

a ha

rus

mel

i-pu

ti ko

mpo

nen

pem

biay

aan

kelo

la

prod

uksi

, sos

ial,

dan

lingk

unga

n ya

ng m

enun

jukk

an p

enin

gkat

an

kine

rja

keua

ngan

, ter

utam

a se

tela

h dinyatakantersertifikasiSVLK.

b. D

enga

n pe

mbi

ayaa

n ya

ng te

rcan

-tu

m d

i dal

am re

ncan

a ke

rja

dan

angg

aran

(RKA

P) a

tau

doku

men

se

jeni

s, un

it us

aha

mam

pu m

enca

-pa

i tar

get k

elol

a pr

oduk

si, k

elol

a lin

gkun

gan,

dan

kel

ola

sosi

al.

c. T

erut

ama

untu

k un

it us

aha

huta

n ha

k, m

ekan

ism

e be

rkel

ompo

k m

en-

jadi

sal

ah s

atu

solu

si p

embi

ayaa

n pe

men

uhan

per

syar

atan

-per

s-ya

rata

n SV

LK.

a. L

apor

an u

nit u

saha

(RKT

, RK

AP, k

iner

ja u

nit u

saha

),

b. L

apor

an h

asil

audi

t LVL

K/LP

HPL

)

c. L

apor

an p

enda

mpi

ngan

H

utan

Hak

, dan

d. L

apor

an d

inas

keh

utan

an

sete

mpa

t ter

kait

Hut

an H

ak.

a. L

apor

an k

euan

gan

/lap

oran

ki

nerj

a un

it us

aha

ters

edia

.

b. B

elum

ada

kom

pila

si d

ata

huta

n ha

k ya

ng m

enga

juka

n SV

LK s

ecar

a be

rkel

ompo

k.

Pene

litia

n ke

cend

erun

-ga

n ki

nerj

a ke

uang

an u

nit

usah

a da

lam

mem

enuh

i pe

rsya

rata

n-pe

rsya

rata

n SV

LK

dan

kew

ajib

an k

euan

gan

lain

nya

terh

adap

Neg

ara

Tabe

l 7.1

but

ir 1.

5; T

a-be

l 7.4

but

ir 1.

2; T

abel

7.

12 b

utir

1.1.

1.5

Tran

spar

ansi

dal

am p

ros-

es-p

rose

s te

rkai

t pel

aksa

naan

VL

K.

a. R

ingk

asan

lapo

ran

kegi

atan

usa

-ha

yan

g m

empe

rhat

ikan

ket

entu

an

yang

ber

laku

dan

uns

ur k

erah

a-si

aan

info

rmas

i bis

nis.

b. R

ingk

asan

lapo

ran

kegi

atan

us

aha

haru

s te

rsed

ia b

agi p

ublik

m

elal

ui w

ebsi

te d

an m

ekan

ism

e pe

rmin

taan

a. L

apor

an u

nit u

saha

(RKT

, RK

AP, k

iner

ja u

nit u

saha

),

b. L

apor

an h

asil

audi

t LVL

K/LP

HPL

)

a. L

apor

an k

iner

ja u

nit u

saha

te

rsed

ia.

b. B

elum

sem

ua la

pora

n au

dit S

VLK/

PHPL

bis

a di

akse

s se

cara

on

line

mel

alui

web

.

Pene

litia

n ke

cend

erun

gan

kine

rja

unit

usah

a da

lam

m

emen

uhi p

ersy

arat

an-p

ers-

yara

tan

SVLK

dan

kew

ajib

an

mem

atuh

i per

atur

an y

ang

berl

aku

Tabe

l 7.1

but

ir 1.

5; T

a-be

l 7.4

but

ir 1.

2; T

abel

7.

12 b

utir

1.1.

b. H

asil

Peng

emba

ngan

Tim

IM

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

Peng

akua

n/ke

bert

eri-m

aan

mas

yara

kat t

erha

dap

unit

usah

a.

a. U

nit u

saha

hut

an m

enso

sial

is-

asik

an k

egia

tan

usah

anya

kep

ada

para

pih

ak y

ang

mew

akili

kes

-ei

mba

ngan

pes

erta

laki

-laki

dan

pe

rem

puan

, tok

oh d

esa,

apa

rat

pem

erin

tah,

dan

lain

-lain

terk

ait

deng

an in

tens

itas

kegi

atan

sos

ialis

-as

i yan

g be

rkes

inam

bung

an.

b. U

nit u

saha

hut

an m

enaw

arka

n ke

rjas

ama

yang

ber

sifa

t pen

ing-

kata

n ta

raf h

idup

mas

yara

kat d

an

mem

berik

an k

ontr

ibus

i ter

hada

p pe

ngem

bang

an d

aera

h.

a. P

erse

psi p

elak

u us

aha.

b. P

erse

psi p

ara

piha

k

Belu

m te

rsed

iaPe

nelit

ian

pers

epsi

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHatfield

Peni

ngka

tan

kapa

sita

s or

gani

sasi

seh

ubun

gan

deng

an h

al-h

al s

ebag

ai

berik

ut:

1. P

engu

rusa

n ad

min

istr

asi

kayu

.2.

Pen

guru

san

lega

litas

usa

ha.

3. A

kses

pas

ar d

an m

odal

.4.

Aks

es p

enge

tahu

an te

knis

pe

ngel

olaa

n hu

tan

dan

tekn

olog

i.5.

Pem

enuh

an p

ersy

arat

an-

pers

yara

tan

SVLK

.

a. U

nit u

saha

mem

iliki

kem

ampu

an

dala

m m

elen

gkap

i dok

umen

-dok

u-m

en a

dmin

istr

atif

lega

litas

usa

ha.

b. U

nit u

saha

mem

iliki

kem

ampu

an

dala

m m

elen

gkap

i dok

umen

-dok

u-m

en P

UH

H d

an m

enye

imba

ngka

n ne

raca

pro

duks

i kay

u a

ntar

a re

nca-

na d

an re

alis

asi.

c. U

nit u

saha

mem

iliki

kem

ampu

an

dala

m m

enca

pai k

esep

akat

an h

ar-

ga ju

al p

rodu

k ya

ng s

esua

i den

gan

kond

isi p

asar

.

Pers

epsi

pel

aku

usah

a.Be

lum

ters

edia

Pene

litia

nBe

lum

ada

dal

am la

po-

ranHatfield

Page 43: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK74 75d.

Uni

t usa

ha m

emili

ki k

emam

puan

m

enda

patk

an d

ukun

gan

mod

al

dari

piha

k la

in u

ntuk

mem

ajuk

an

usah

anya

.

e. U

nit u

saha

mem

iliki

pen

geta

huan

pe

ngel

olaa

n hu

tan

terk

ini y

ang

bisamendukungefisiensiusaha

-ny

a, s

eper

ti m

etod

e pe

naks

iran

pote

nsi,

stan

dar k

ualit

as k

ayu,

dan

Si

lvik

ultu

r.

f. U

nit u

saha

mem

iliki

kem

ampu

an

man

diri

dala

m m

emen

uhi p

ers-

yara

tan-

pers

yara

tan

SVLK

.

2. W

ilaya

h D

ampa

k Pe

mbe

rant

asan

Ille

gal L

oggi

ng.

1.HasilReview

TimIM

terhadaplaporanPT.Hatfield

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

2.1

Dat

a Ill

egal

Log

ging

di

area

l hut

an n

egar

aLu

as a

real

dan

taks

iran

volu

me

kayu

aki

bat i

llega

l log

ging

set

iap

tahu

nnya

di :

a.

IUPH

HK-

HA,

b.

IUPH

HK-

HT,

c.

IUPH

HK-

RE,

d.

Perh

utan

i,e.

H

TR,H

THR,

HD

a. K

LHK,

b. U

nit M

anaj

emen

dan

c. L

P-PH

PL

KLH

K :

Dat

a-da

ta te

rkai

t ille

gal

logg

ing

di m

asin

g-m

asin

g di

rekt

orat

.

Uni

t Man

ajem

en :

Lapo

ran

illeg

al lo

ggin

g di

ar

eal k

erja

nya.

LP-P

HPL

:D

ata

hasi

l pen

ilaia

n la

pang

an

a. K

ompi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

n.

b. S

urve

y sa

mpl

ing

data

kas

us

illeg

al lo

ggin

g

Tabe

l 7.1

nom

or 2

.1;

Tabe

l 7.2

nom

or 2

.2

& 2.

3

2.2

Perb

andi

ngan

dat

a pr

o-du

ksi k

ayu

di h

utan

neg

ara

deng

an k

onsu

msi

bah

an b

aku

kayu

bul

at d

ari h

utan

neg

ara

di IU

IPH

HK

Jum

lah

prod

uksi

kay

u da

ri hu

tan

nega

ra, d

ari h

utan

hak

yan

g tu

m-

buh

alam

i dan

IPK

a. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i SI

PUH

H,

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PL

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PLKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Jum

lah

kayu

yan

g di

jual

/ditr

ans-

port

asik

an d

ari h

utan

neg

ara,

hut

an

hak

yang

tum

buh

alam

i dan

IPK

a. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i SI

PUH

H,

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PL

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PLKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Jum

lah

kayu

bul

at y

ang

dite

rima

indu

stri

prim

er d

an T

PT K

B ya

ng

bera

sal d

ari h

utan

neg

ara,

hut

an

hak

yang

tum

buh

alam

i dan

IPK

a.KL

HK

mel

alui

apl

ikas

i SI

PUH

H,

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

VI

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PLKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Jum

lah

kayu

bul

at y

ang

dite

rima

indu

stri

prim

er d

an T

PT K

B ya

ng

bera

sal d

ari h

utan

hak

yan

g di

bu-

dida

yaka

n

a. D

ata

RPBB

I dar

i KLH

K da

n D

inas

,

b. D

ata

hasi

l aud

it LV

LK

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LV

LKKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Jum

lah

kayu

impo

r yan

g m

asuk

ke

Indo

nesi

aa.

KLH

K m

elal

ui a

plik

asi

SILK

?

b. C

usto

m/B

ea C

ukai

a. K

LHK

b. D

ata

cust

om B

ea C

ukai

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

ran-

lapo

ran

Tabe

l 7.2

nom

or 2

.1

& 2.

2

Jum

lah

prod

uksi

pro

duk

prim

er

kayu

yan

g be

rasa

l dar

i hut

an n

ega-

ra, h

utan

hak

yan

g tu

mbu

h al

ami

dan

IPK

a. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i SIP

U-

HH

dan

RPB

BI,

b. D

inas

mel

alui

RPB

BI,

c. L

VLK

mel

alui

lapo

ran

hasi

l au

dit

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LV

LKKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Jum

lah

prod

uksi

pro

duk

prim

er

kayu

yan

g be

rasa

l dar

i hut

an h

ak

yang

tum

buh

alam

i

a. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i RP

BBI,

b. D

inas

mel

alui

RPB

BI,

c. L

VLK

mel

alui

lapo

ran

hasi

l au

dit

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LV

LKKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Jum

lah

prod

uk k

ayu

yang

die

kspo

rta.

KLH

K m

elal

ui a

plik

asi S

ILK,

b. B

ea C

ukai

mel

alui

dat

a PE

B,

c. L

VLK

mel

alui

lapo

ran

hasi

l au

dit

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LV

LKc.

Dat

a Cu

stom

Bea

Cuk

ai

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

ran-

lapo

ran

Tabe

l 7.2

nom

or 2

.1

& 2.

2

Jum

lah

prod

uk k

ayu

yang

dik

on-

sum

si d

alam

neg

eri

a. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i RP

BBI,

b. D

inas

mel

alui

lapo

ran

RPBB

I,c.

LVL

K m

elal

ui la

pora

n ha

sil

audi

t,d.

Lap

oran

lain

nya?

?

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LV

LKKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

pora

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Page 44: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK76 77Pe

rban

ding

an p

rodu

ksi k

ayu,

tr

ansa

ksi j

ual b

eli k

ayu

bula

t dan

pr

oduk

si p

rodu

k pr

imer

kay

u ya

ng

bera

sal d

ari h

utan

neg

ara,

hut

an

hak

yang

tum

buh

alam

i dan

IPK

Dat

a-da

ta s

ebag

aim

ana

yang

tersebutdiverifiersebelum

-ny

a

Ters

edia

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

Perb

andi

ngan

pro

duks

i tot

al k

ayu

bula

t dal

am n

eger

i dita

mba

h in

put

kayu

inpo

rt d

iban

ding

kan

deng

an

prod

uk k

ayu

yang

die

kspo

rt d

itam

-ba

h pr

oduk

kay

u ya

ng d

ikon

sum

si

dala

m n

eger

i.

Dat

a-da

ta s

ebag

aim

ana

yang

tersebutdiverifiersebelum

-ny

a

Ters

edia

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

2. H

asil

Peng

emba

ngan

tim

IM

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

Laju

ille

gal l

oggi

ng d

i hut

an

nega

ra y

ang

tidak

dib

eban

i iji

n (T

aman

Nas

iona

l, H

utan

Li

ndun

g, d

ll.)

Luas

are

al d

an ta

ksira

n vo

lum

e ka

yu a

kiba

t ille

gal l

oggi

ng s

etia

p ta

hunn

ya

a. K

LHK,

b. D

inas

yan

g m

embi

dang

i Ke

huta

nan

dan

c. L

apor

an in

vest

igas

i NG

O

Dat

a ill

egal

logg

ing

di h

utan

ne

gara

yan

g tid

ak d

ibeb

ani

ijin

(Tam

an N

asio

nal,

Hut

an

Lind

ung,

dll.

) yan

g di

mili

-ki

ole

h KL

HK,

Din

as y

ang

mem

bida

ngi K

ehut

anan

dan

la

pora

n in

vest

igas

i pem

anta

u in

depe

nden

keh

utan

an

FGD

pur

posi

ve s

ampl

ing

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHatfield

Jum

lah

prod

uksi

kay

u da

ri hu

tan

nega

ra, d

ari h

utan

hak

yan

g tu

m-

buh

alam

i dan

IPK

a. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i SI

PUH

Hb.

Dat

a ha

sil a

udit

LPVI

Ters

edia

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 7

.2 n

omor

2.1

&

2.2

3. W

ilaya

h D

ampa

k Ko

ndis

i Hut

an.

a.HasilTimIM

terhadaplaporanPT.Hatfield

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

3.1

Renc

ana

kelo

la h

utan

ya

ng b

erke

lanj

utan

Pros

enta

se k

eses

uaia

n AA

C ya

ng

dire

ncan

akan

den

gan

pote

nsi

huta

n.

a. D

okum

en R

KU, R

KT, I

HM

B,

b. D

ata

peng

ukur

an ri

ap y

ang

ada

di IU

PHH

K da

n

c. K

LHK.

KLH

KKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran

Tabe

l 7.1

nom

or 3

.1

3.2

Laju

def

ores

tasi

Jum

lah

luas

an h

utan

yan

g be

ruba

h fu

ngsi

men

jadi

sel

ain

huta

nKL

HK

KLH

KKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran

Tabe

l 7.1

nom

or 3

.3

3.3Efektifitaspenanganan

dam

pak

terh

adap

ling

kung

an

akib

at p

eman

enan

Jum

lah

IUPH

HK

yang

men

dapa

tkan

ni

lai "

Baik

" dal

am p

enila

ian

PHPL

da

n KL

HK

a. K

LHK

dan

b. L

apor

an h

asil

peni

laia

n LP

-PH

PL

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PLKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran

Tabe

l 7.1

nom

or 3

.4

3.4Efektifitasperlindungan

kean

ekar

agam

an h

ayat

iJu

mla

h IU

PHH

K ya

ng m

enda

patk

an

nila

i "Ba

ik" d

alam

pen

ilaia

n PH

PL

dan

KLH

K

a. K

LHK

dan

b. L

apor

an h

asil

peni

laia

n LP

-PH

PL

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PLKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran

Tabe

l 7.1

nom

or 3

.5

3.5

Pert

umbu

han

luas

dan

vo

lum

e pr

oduk

si h

utan

hak

ya

ng p

ohon

nya

dibu

dida

y-ak

an

Jum

lah

volu

me

prod

uksi

kay

u ya

ng

bera

sal d

ari h

utan

hak

yan

g po

hon-

nya

dibu

dida

yaka

n

Dat

a ba

han

baku

kay

u bu

lat

yang

dip

asok

ke

IUIP

HH

K (R

PBBI

, LM

K, L

apor

an V

LK)

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PL/

LVLK

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 7

.4 n

omor

3.1

b. H

asil

Peng

emba

ngan

tim

IM

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

Kepa

stia

n ka

was

anPr

osen

tase

jum

lah

IUPH

HK

yang

ke

past

ian

kaw

asan

nya

tela

h di

-ku

kuhk

an o

leh

Men

teri

KLH

KKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHatfield

Day

a du

kung

hut

an u

ntuk

m

emen

uhi k

ebut

uhan

indu

stri

kayu

Perb

andi

ngan

pro

duks

i les

tari

kayu

di

band

ingk

an d

enga

n ke

butu

han

indu

stri

kayu

aka

n ba

han

baku

kay

u

a. D

ata

AAC

dala

m R

KU d

an

RKT;

b. D

ata

kebu

tuha

n ba

han

baku

kay

u di

indu

stri

kayu

(R

PBBI

, LM

K)

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PLKo

mpi

lasi

dat

a da

ri la

po-

ran-

lapo

ran

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHatfield

Page 45: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK78 79

4. W

ilaya

h D

ampa

k Pe

mba

ngun

an E

kono

mi.

a.HasilTimIM

terhadaplaporanPT.Hatfield

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

4.1

Prod

uksi

has

il hu

tan

kayu

dariunitusahabersertifikat

VLK,

yai

tu:

a. IU

PHH

K-H

Ab.

IUPH

HK-

HT

c. IU

PHH

K-RE

d. IU

PHH

K-H

Pe.

HKM

-HTR

-HD

-HTH

R.f.

Hut

an H

akg.

IPK

a. U

nit u

saha

hut

an m

elak

ukan

pen

-eb

anga

n ka

yu y

ang

tidak

mel

ebih

i ke

mam

puan

per

tum

buha

n ta

na-

man

(ria

p) p

ada

peta

k te

bang

yan

g te

lah

dire

ncan

akan

dan

den

gan

volu

me

yang

ses

uai d

enga

n ya

ng

dire

ncan

akan

di d

alam

dok

umen

re

ncan

a ke

lola

pro

duks

i.

b.Untukmenjagaefisiensiproduksi

kayu

, uni

t usa

ha h

utan

har

us m

em-

inim

alka

n ka

yu y

ang

men

gala

mi

tund

a te

bang

(car

ry o

ver)

.

c. V

olum

e/be

rat k

ayu

teba

ngan

ya

ng d

ikiri

mka

n ke

indu

stri

haru

s se

suai

den

gan

yang

dite

rima

oleh

in

dust

ri.

d. U

nit u

saha

indu

stri

hany

a m

ener

i-makayuyangtelahbersertifikat

SVLKsertateridentifikasijenisdan

spes

iesn

ya.

a. L

apor

an u

nit u

saha

hut

an

(RKT

, LH

P),

b. L

apor

an n

ota

angk

utan

uni

t us

aha

indu

stri,

c. L

apor

an R

PBBI

,

d. K

LHK

mel

alui

apl

ikas

i SIP

U-

HH

, SIL

K O

nlin

e, d

an

e. L

apor

an h

asil

audi

t LVL

K/

LPH

PL.

a. K

LHK

b. D

ata

hasi

l aud

it LP

-PH

PL/

LVLK

Kom

pila

si d

ata

dari

mas

-in

g-m

asin

g la

pora

n da

n m

eli-

hat K

eses

uaia

n pr

oduk

si k

ayu

bersertifikatdannon-berser-

tifikat.

Tabe

l 7.1

but

ir 4.

1;

Tabe

l 7.2

but

ir 4.

1;

Tabe

l 7.3

but

ir 4.

1;

Tabe

l 7.4

but

ir 4.

1;

Tabe

l 7.5

but

ir 4.

1.

4.2

Volu

me

dan

nila

i per

da-

gang

an p

rodu

k un

it us

aha

Pene

rimaa

n pa

sar d

omes

tik d

an

eksp

or te

rhad

ap p

rodu

ksi k

ayu

cend

erun

g m

enin

gkat

dal

am h

al

volu

me

dan

nila

i per

daga

ngan

nya,

te

rgan

tung

dar

i jen

is p

rodu

k ya

ng

dipe

rdag

angk

an.

a. L

apor

an u

nit u

saha

(pen

-ju

alan

dal

am k

urun

12

bula

n te

rakh

ir pe

r kon

sum

en p

er

prod

uk y

ang

diha

silk

an),

b. S

ILK

Onl

ine,

LIU

(unt

uk

eksp

or),

c. D

inas

Keh

utan

an,

d. D

inas

Per

indu

stria

n, d

an

e. D

inas

Per

daga

ngan

Ters

edia

nam

un d

ata

mas

ih

ters

ebar

di m

asin

g-m

asin

g la

pora

n in

divi

du u

nit u

saha

, LI

U, d

an d

inas

-din

as te

rkai

t.

Pene

litia

n pe

ning

kata

n ni

lai

ekonom

iprodukbersertifikat

SVLK

.

Tabe

l 7.6

but

ir 4.

3; T

a-be

l 7.7

but

ir 4.

3; T

abel

7.

8 bu

tir 4

.3; T

abel

7.9

bu

tir 4

.3; T

abel

7.1

0 bu

tir 4

.1;

Tabe

l 7.1

1 bu

tir 2

.1 &

4.

3.

4.3

Jum

lah

pene

rimaa

n N

e-garadarikew

ajibanfinansial

unit

usah

a se

cara

tran

spar

an

Uni

t usa

ha m

elak

ukan

pem

baya

ran

kew

ajib

an k

epad

a N

egar

a, te

r-m

asuk

paj

ak, s

esua

i den

gan

volu

me

hasi

l pro

duks

i dan

dib

uktik

an d

en-

gan

bukt

i pem

baya

ran

yang

sah

.

a. D

ata

stat

istik

KLH

K da

n BP

S.b.

Lap

oran

uni

t usa

ha (p

em-

baya

ran

paja

k, D

R, P

SDH

, ds

b).

Ters

edia

dal

am la

pora

n in

di-

vidu

uni

t usa

ha, K

LHK,

BPS

.Ko

mpi

lasi

dan

men

gola

h da

ta

yang

ber

asal

dar

i lap

oran

uni

t us

aha,

KLH

K, d

an B

PS.

Tabe

l 7.1

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.2

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.3

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.4

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.5

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.6

but

ir 4.

4;

Tabe

l 7.7

but

ir 4.

4;

Tabe

l 7.8

but

ir 4.

4;

Tabe

l 7.9

but

ir 4.

4;

Tabe

l 7.1

0 bu

tir 4

.4;

Tabe

l 7.1

1 bu

tir 4

.4

4.4

Kebe

rter

imaa

n pa

sar,

resi

ko p

emut

usan

kon

trak

pa

soka

n, d

an p

rose

s hu

kum

a. P

enur

unan

jum

lah

band

ing/

kom

-pl

ain/

kelu

han

sehu

bung

an d

enga

n kualitasprodukbersertifikatSVLK

sert

a at

as k

eses

uaia

n im

plem

enta

si

sist

em m

anaj

emen

den

gan

prin

sip

peng

elol

aan

huta

n be

rkel

anju

tan.

b. P

enin

gkat

an p

erm

inta

an p

asok

an

produk-produkbersertifikatSVLK

dari

pasa

r dom

estik

dan

eks

por.

c. U

nit u

saha

tida

k m

elak

ukan

frau

d ya

ng m

elip

uti p

ener

imaa

n ba

han

baku

ileg

al u

ntuk

keg

iata

n pr

oduk

-si

, man

ipul

asi d

okum

en V

-Leg

al,

manipulasikew

ajibanfinansialke

Neg

ara,

dan

man

ipul

asi l

egal

itas

usah

a.

a. L

apor

an u

nit u

saha

(ban

d-in

g/ko

mpl

ain/

kelu

han,

daf

tar

pem

beli,

pen

jual

an, p

ener

-im

aan

baha

n ba

ku),

b. L

apor

an h

asil

audi

t LVL

K/LP

HPL

,

c. S

ILK

Onl

ine,

LIU

(Eks

por)

Ters

edia

sec

ara

indi

vidu

al

pada

mas

ing-

mas

ing

lapo

ran.

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

n ya

ng a

da.

Tabe

l 7.6

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.7

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.8

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.9

but

ir 4.

2;

Tabe

l 7.1

1 bu

tir 4

.2;

Tabe

l 7.1

2 bu

tir 4

.2.

b. H

asil

Peng

emba

ngan

Tim

Bas

elin

e IM

Melihathasilreview

IndikatordanVerifierpadawilayahdampakPembangunanEkonomisudahmencakupsemuaaspekdam

pakimplem

entasiSVLKyangmem

ungkinkanadanyaketerse

-diaandata,m

akaTimBaselinetidakadamelakukanpengembanganterhadapIndikatordanVerifieryangsudahada.

Page 46: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK80 81

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

5.1

Kese

jaht

eraa

n pe

kerj

a da

n im

plem

enta

si k

ebija

kan

jenj

ang

karir

SOP

rekr

uitm

en te

naga

ker

ja d

an

kont

rak

kerj

aa.

Dat

a te

naga

ker

ja d

an k

on-

trak

ker

ja y

ang

dila

pork

an

(lapo

ran

tahu

nan

Dis

nake

r)

b. L

apor

an L

-VLK

Dat

a ha

sil a

udit

LVLK

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 5

.3 d

an 5

.4

5.2

Pelib

atan

per

an la

ki-la

ki,

pere

mpu

an d

an k

elom

pok

rent

an d

alam

pel

aksa

naan

ke

lola

sos

ial

SOP

dan

mek

anis

me

kelo

la s

osia

la.

Dat

a re

ncan

a ke

rja

kelo

la

sosi

al u

nit m

anaj

emen

b. L

apor

an p

elak

sana

an u

nit

man

ajem

en

c. L

apor

an L

-VLK

Dat

a ha

sil a

udit

LVLK

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 5

.3 d

an 5

.4

5.3

Jam

inan

per

lindu

ngan

ke

seha

tan,

kes

elam

atan

ker

ja

dan

hak-

hak

peke

rja

(laki

-la-

ki, p

erem

puan

dan

kel

ompo

k re

ntan

)

SOP

dan

impl

emen

tasi

K3

a. D

ata

lapo

ran

kece

laka

an

kerj

a

b. L

apor

an L

-VLK

Dat

a ha

sil a

udit

LVLK

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 5

.3 d

an 5

.4

5.4

Peny

erap

an te

naga

ker

ja

loka

l (la

ki-la

ki, p

erem

puan

, da

n ke

lom

pok

rent

an)

Jum

lah

dan

dist

ribus

i kom

posi

si

tena

ga k

erja

a. D

ata

tena

ga k

erja

dan

kon

-tr

ak k

erja

yan

g di

lapo

rkan

(la

pora

n ta

huna

n D

isna

ker)

b. L

apor

an L

-VLK

Dat

a ha

sil a

udit

LVLK

Kom

pila

si d

ata

dari

lapo

-ra

n-la

pora

nTa

bel 5

.3 d

an 5

.4

5. W

ilaya

h D

ampa

k Li

velih

oods

.

a.HasilReview

TimIM

terhadaplaporanPT.Hatfield

b. H

asil

Peng

emba

ngan

tim

IM

Indi

kato

rVerifier

Sum

ber D

ata

Stat

us K

eter

sedi

aan

Dat

aRe

kom

enda

si M

onito

ring

Kete

rkai

tan

dgn

lapo

-ranHatfield(BukuIII)

Pelib

atan

terh

adap

kel

om-

pok

mas

yara

kat r

enta

n da

n m

arjin

al (k

elom

pok

mis

kin,

pe

rem

puan

, ter

penc

il da

n be

rkeb

utuh

an k

husu

s)

Jum

lah

kelo

mpo

k m

asya

raka

t ren

t-an

yan

g di

libat

kan

dala

m p

rose

s pr

oduk

si d

an a

tau

supp

lyer

jasa

.

Surv

eyBe

lum

ters

edia

Peng

ambi

lan

data

prim

er

purp

osiv

e sa

mpl

ing

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHartfield

Peni

ngka

tan

kapa

sita

s SD

M

tena

ga k

erja

Jum

lah

tena

ga k

erja

yan

g di

kirim

un

tuk

men

giku

ti pe

latih

an p

enin

g-ka

tan

kapa

sita

s.

Surv

eyBe

lum

ters

edia

Peng

ambi

lan

data

prim

er

purp

osiv

e sa

mpl

ing

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHartfield

Nila

i tam

bah

(bef

ore

and

afte

r) h

ak-h

ak p

eker

jaAn

alis

is v

alue

cha

in te

naga

ker

ja

dan

kelo

mpo

k re

ntan

Surv

eyBe

lum

ters

edia

Peng

ambi

lan

data

prim

er

purp

osiv

e sa

mpl

ing

Belu

m a

da d

alam

lapo

-ranHartfield

Page 47: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK82 83

Tahap berikutnya dilakukan diskusi dan kosultasi dengan Tim Pendamping dalam beberapa kalipertemuan.TujuannyauntukmencarikesepakatanpenentuanIndikatordanVerifieruntukpengumpulan baseline data monitoring dampak. Beberapa pertimbangan dalam menentukan IndikatordanVerifierpenyusunanBaselineIM,antaralain:

1. Ketersediaan sumber daya untuk pengumpulan baseline data, khususnya waktu yang disediakan sesuai dengan ToR.

2. Keterjangkauan akses dalam memperoleh data sesuai metodologi pengumpulan baseline data

3. Kesulitan pengumpulan data di tingkat Nasional yang berasal dari berbagai instansi dan wali data yang berbeda.

Denganpertimbangantersebut,IndikatordanVerifierpenyusunanBaselineDataMonitoringDampak yang disepakati dengan Tim Pendamping sebagai berikut:

1. IndikatorBaselineDataEfektifitasKelembagaandanTataKelola,yaitu:

1) Jumlah peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh unit usaha terkait: (a) PHPL; (b) VLK.

2) Persepsi unit usaha terhadap kualitas dan kemudahan implementasi peraturan PHPL/VLK.

3) Keberadaan peraturan perundangan yang berpihak kepada isu gender, kelompok rentan dan kaum difabel.

4) JenisdanjumlahkonflikdalampengelolaanPHPLdanVLKdenganmasyarakat/pihak lain.

5) Jumlah unit usaha yang telah memiliki ijin usaha lengkap (terdaftar): (a) IUPHHK-HA/HT/RE, (b) HTR/HTHR/HD/HKm, (c) Hutan Hak, (d) IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH), (e) IUIPHHK > 6.000 m3/thn dan IUI di atas Rp. 550 juta, (f) IUIPHHK < 6.000 m3/thn dan IUI di bawah Rp. 550 juta, (g) TDI, (h) Pengrajin/IRT, (i) TPT (KB dan KO), (j) Eksportir Non Produsen.

6) JumlahunitusahayangmelakukanSertifikasiPHPL/S-LK:(a)IUPHHK-HA/HT/RE,(b)HTR/HTHR/HD/HKm, (c) Hutan Hak, (d) IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH), (e) IUIPHHK > 6.000 m3/thn dan IUI di atas Rp. 550 juta, (f) IUIPHHK < 6.000 m3/thn dan IUI di bawah Rp. 550 juta, (g) TDI, (h) Pengrajin/IRT, (i) TPT (KB dan KO), (j) Eksportir Non Produsen.

7) Jumlah unit usaha yang telah lulus S-PHPL/S-LK: (a) IUPHHK-HA/HT/RE, (b) HTR/HTHR/HD/HKm, (c) Hutan Hak, (d) IPK (HGU dan Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH), (e) IUIPHHK > 6.000 m3/thn dan IUI di atas Rp. 550 juta, (f) IUIPHHK < 6.000 m3/thn dan IUI di bawah Rp. 550 juta, (g) TDI, (h) Pengrajin/IRT, (i) TPT (KB dan KO), (j) Eksportir Non Produsen.

8) Peraturan persyaratan untuk usaha dan biaya resmi perizinan: (a) Dokumen SK IUPHHK, (b) AMDAL, (c) RKU/RKT, (d) IHMB, (e) LHC/LHP, (f) Dokumen angkutan, (g) Peralatan, (h) TPK/TPN, (i) Tata ruang, (j) Lainnya (HO, TDP, SIUP, Akta perusahaan, ETPIK),(h)Persyaratanpemenuhansertifikasi.

C. KesepakatanIndikatordanVerifierPenyusunan Baseline Data Monitoring Dampak

9) BeayapenyiapanunitusahauntukmemenuhipersyaratansertifikasiPHPL/VLK.10) Biayariilsertifikasi(penilaianawaldanpenilikan)11) Nilai kerja unit usaha berdasarakan penilaian PHPL.

2. IndikatorBaselineDataPemberantasanIllegalLogging,yaitu:

1) Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat illegal logging setiap tahunnnya di: (a) IUPHHK-HA/HT/RE, (b) Perhutani, (c) HTR/HTHR/HD/ HKm.

2) Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat illegal logging setiap tahunnnya di: (a) Taman Nasional, (b) Hutan Lindung, (c) Kawasan Konservasi, (d) Lainnya.

3) Jumlah produksi dari hutan negara: (a) BBS, (b) Kayu Bulat (kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, kel Kayu Indah).

4) Jumlah produksi kayu dari HTR/HTHR/HD/HKm5) Jumlah produksi kayu dari IPK (HGU dan IPPKH) kel Meranti, kel Kayu Campuran,

kel Kayu Indah, KBK.6) Jumlah kayu yang dijual/ ditransportasikan dari hutan negara7) Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima industri (TPT-

KB, IUIPHHK)8) Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang dibudidayakan yang diterima industri (TPT-

KB, IUIPHHK).9) Keberadaan bukti kepemilikan lahan (hutan hak) dan kesesuaiannya dengan kondisi

lapangan.10) Kesesuaiandokumenangkutandenganfisikkayuyangditerimadiindustriprimer

(IUIPHHK).11) Jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia (bulat dan olahan).12) Jumlah produksi produk kayu primer.13) Jumlah produksi produk lanjutan.14) Jumlah produk kayu yang dieksport.15) Jumlah produk kayu yang dikonsumsi dalam negeri.

3. IndikatorBaselineDataKondisiHutan,yaitu:

1) Rencana dan realisasi produksi hasil hutan dari hutan negara (m3, ton).2) Prosentase kesesuaian AAC dengan potensi hutan.3) Data luas kawasan konservasi dan kawasan lindung.4) Jumlah unit usaha yang melakukan pengelolaan dan monitoring kawasan

konservasi dan kawasan lindung.5) Data luas tutupan hutan.6) Efektifitaspenanganandampakterhadaplingkunganakibatpemanenan.7) Efektifitasperlindungankeanekaragamanhayati.8) Jumlah IUPHHK yang kepastian kawasannya telah dikukuhkan oleh Menteri.9) Jumlah pengelola HKm-HTR-HD-HTHR yang melakukan kegiatan yang berkaitan

dengan dampak lingkungan terkait dengan penebangan.10) Jumlah pengelola HKm-HTR-HD-HTHR yang melaporkan hasil dampak lingkungan

kepada instansi terkait.11) Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami.12) Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan.

Page 48: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK84 85

4. IndikatorBaselinedataPembangunanEkonomi,yaitu:

1) Nilai produksi kayu bulat dari hutan negara (BBS, kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, kel, Kayu Indah).

2) Nilai jual kayu yang diproduksi oleh Hutan Hak yang tumbuh alami.3) Nilai jual kayu yang diproduksi oleh Hutan Hak yang dibudidayakan.4) Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan hutan (hutan negara, hutan hak yang tumbuh

alami).5) Pendapatan daerah dari sektor kehutanan.6) Jumlah industri kayu, TPT dan eksportis non produsen yang ada di daerah dari tahun

ke tahun.7) Volume ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha lanjutan,

eksportir produsen dan non produsen.8) Nilai ekspor produk industri industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha

lanjutan, eksportir produsen dan non produsen.9) Jumlah negara tujuan ekspor – eksportir produsen dan non produsen.10) Jumlah daerah dan pelabuhan muat ekspor – eksportir produsen dan non produsen.11) VolumeproduksiindustrikehutanandariunitusahabersertifikatVLKuntukpasar

domestik (primer dan olahan).12) Volume dan nilai kayu yang ditransaksikan oleh pengelola TPT-KB dan TPT-KO.

5. IndikatorBaselineDataKeberlanjutanpenghidupandanmatapencaharian(Livelihoods),yaitu:

1) Kualitas penerapan program pengembangan kapasitas pekerja, jenjang karir dan kesejahteraan pekerja.

2) Jumlah pelatihan dan peningkatan kompetensi tenaga teknis kehutanan.3) Kualitas penerapan program K3 dan angka kecelakaan kerja di unit usaha (korban

meninggal, cacat berat dan cacat ringan).4) Pemenuhan hak-hak pekerja (KKB/PP, realisasi pemenuhannya).5) Jumlah dan distribusi komposisi tenaga kerja (laki dan perempuan)6) Realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (PMDH, CSR).7) Implementasikegiatanpeningkatanperandanaktifitasekonomimasyarakat.8) Persepsi unit usaha terhadap pelibatan peran laki-laki, perempuan, kelompok rentan

dan difabel dalam penyerapan tenaga kerja.9) Minat kelembagaan masyarakat/perorangan untuk mengelola areal hutan.10) Minat Industri Rumah Tangga untuk mengembangkan usaha.11) Dukungan para pihak dalam pengelolaan areal hutan/pengembangan usaha

(pengrajin/IRT).12) Tingkat pemanenan sesuai dengan daur ekonomis pohon.13) Peningkatan ases dan pendapatan pengrajindan pengelola hutan hak.14) Jumlah tenaga kerja yang diikutkan dalam mengikuti pelatihan peningkatan

kapasitas.

PerubahanjumlahIndikatordanVerifierdalamlaporanPT.Hatfielddenganhasilkesepakatanpengembangan Tim IM dan Tim Pendamping, sebagai berikut:

No Wilayah DampakJumlah Indikator

Rancangan SMD Pengembangan Tim IM

1EfektifitasKelembagaandanTatakelola

5 11

2 Pemberantasan Illegal Logging 2 15

3 Kondisi Hutan 7 12

4 Pembangunan Ekonomi 4 12

5 Livelihoods 4 14

Rincian indikator dan sumber data yang diperlukan dalam penyusunan Baseline IM sesuai hasil pengembangan, sebagai berikut:

1.BaselineDataEfektifitasKelembagaandanTataKelola.

No INDIKATOR SUMBER DATA

1 Jumlah peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh Unit Usaha terkait : a) PHPLb) SVLK

• Biro Hukum dan Organisasi – KLHK• Setditjen PHPL (Bagian Hukum & Kerjasama Teknik)• Annex 2 dokumen VPA untuk VLK (SVLK Online, MFP, dan delegasi EU)

2 Persepsi Unit Usaha terhadap kualitas dan kemudahan implementasi peraturan PHPL/VLK

• Anekdotal persepsi unit usaha.• Pusat Litbang Sosek KLHK• CIFOR• Berbagai hasil studi MFP (MFP2 & MFP3)• Dokumen media massa dan kaji-an-kajian ilmiah dr entitias terkait.

3 Keberadaan peraturan perundangan yang ber-pihak kepada isu gender, kelompok rentan dan kaum difabel

• Biro Hukum dan Organisasi - KLHK• Kemensos• Kemeneg PPA• Kemenaker

4 JenisdanjumlahkonflikdalampengelolaanPHPL dan VLK dengan masyarakat/pihak lain

• Dit UHP, Ditjen PHPL - KLHK.• Dinas Kehutanan Provinsi.• Gakum, KLHK• Data pemantau independen

5 Jumlah Unit Usaha yang telah memiliki ijin usaha lengkap (terdaftar): a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) HTR/HTHR/HD/HKM, c) Hutan Hak, d) IPK dari HGU, e) IPK dari Pinjam Pakai, f) Kawasan Hutan, g) IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta, h) IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta, i) TDI, j) Pengrajin/IRT, k) TPT, l) Eksportir Non Produsen

• Dit UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL - KLHK.• Ditjen PSKL• APHI• BKPM, BPKMD,• BPPT Daerah• Dinas Perindustrian• Laporan LVLK/LPHPL

Page 49: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK86 87

6 JumlahUnitUsahayangmelakukansertifikasiS-PHPL/S-LK : a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) HTR/HTHR/HD/HKM, c) Hutan Hak, d) IPK dari HGU, e) IPK dari Pinjam Pakai, f) Kawasan Hutan, g) IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta, h) IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta, i) TDI, j) Pengrajin/IRT, k) TPT, l) Eksportir Non Produsen

• Dit. UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL - KLHK.• LV-LK• LP-PHPL• SILK

7 Jumlah Unit Usaha yang telah lulus S-PHPL/S-LK : a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) HTR/HTHR/HD/HKM, c) Hutan Hak, d) IPK dari HGU, e) IPK dari Pinjam Pakai, f) Kawasan Hutan, g) IUIPHHK > 6.000 m3/tahun dan IUI di atas Rp 500 juta, h) IUIPHHK < 6.000 m3/tahun dan IUI di bawah Rp 500 juta, i) TDI, j) Pengrajin/IRT, k) TPT, l) Ekspor-tir Non Produsen

• Dit. UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK.• LV-LK• LP – PHPL• SILK

8 Peraturan persyaratan untuk Unit Usaha dan biaya resmi perizinan : a) Dokumen SK IUPHHK, b) AMDAL, c) RKU/RKT, d) IHMB, e) LHC/LHP, f) Dokumen angkutan, g) Peralatan, h) TPK/TPN, i) Tata ruang, j) Lainnya (HO, TDP, SIUP, Akta perusahaan, ETPIK), k) Prasyarat pemenuhan sertifikasi

• Dit. UHP, Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK.• Biro Hukum – KLHK• Dirjen Perdagangan Luar Negeri – Kemendag• Dinas Perzinan Daerah• RTRW/RTRWP

9 Biaya penyiapan Unit Usaha untuk memenuhi persyaratansertifikasiPHPL/VLK.

• Jaringan pemantau independen• Litbang KPK• Anekdotal persepsi unit usaha.• Hasil kajian-kajian lembaga inde-penden

10 Biayariilsertifikasi(penilaianawaldanpenili-kan)

• Hasil studi MFP • Anekdotal persepsi Unit Usaha• Anekdotal data LP-PHPL/LV-LK

2. Baseline Data Pemberantasan Illegal Logging.

No INDIKATOR SUMBER DATA

1 Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnya di : a) IUPHHK-HA/HT/RE, b) Perhutani,c) HTR/HTHR/HD/HKM

• Gakum – KLHK• Dit. UHP, Dit IKPH, Ditjen PHPL • Ditjen PSKL – KLHK• Badan Planologi KLHK• Badan Litbang KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/BPHP• Anekdotal data media massa• Perum Perhutani• Litbang KPK• Dokumen inkuiri nasional Komnas HAM• Laporan JPIK dan NGO

2 Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnya di : a) Taman Nasional, b) Hutan Lindung, c) Kawasan Konserva-si, d) Lainnya

• Gakum - KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/BPHP• Dirjen KSDAE – KLHK• Balai Taman Nasional – KLHK• Balai Konservasi• Laporan JPIK dan NGO

3 Jumlah produksi dari hutan negara: a) BBS, b) Kayu Bulat (kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, Kel. Kayu Indah).

• Dit. UHP, Dit. IKPHH, Ditjen PHPL, KLHK (SIPUHH, LHP)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LHP)• BPS

4 Jumlah produksi kayu dari HTR/HTHR/HD/HKM

• Ditjen PSKL• Direktorat UHP dan IKP HH, Ditjen PHH• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

(LMKB)

5 Jumlah produksi kayu dari IPK (kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, Kel. Kayu Indah, KBK)

• Dit. UHP, Dit IKPHH, Ditjen PHPL - KLHK• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

(LMKB)

6 Jumlah kayu yang dijual/ ditransportasi-kan dari hutan negara

• Dit IKPHH, Dit. UHP. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB)

• Dirjen PHH – KLHK (DR/PSDH)• BPS

7 Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima industri (TPT-KB, IUIPHHK)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB, RPBBI)

• LVLK/LP-PHPL

Page 50: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK88 89

8 Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang dibudidayakan yang diterima industri (TPT-KB, IUIPHHK)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten (LMKB, RPBBI, LMK)

• LVLK /LP-PHPL

9 Keberadaan bukti kepemilikan lahan (hutan hak) dan kesesuaiannya dengan kondisi lapangan

• LVLK /LP-PHPL• Anekdotal persepsi unit usaha.

10 Kesesuaian dokumen angkutan dengan fisikkayuyangditerimadiindustriprimer (IUIPHHK)

• LVLK /LP-PHPL• Anekdotal persepsi unit usaha.

11 Jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia (bulat dan olahan)

• LVLK /LP-PHPL• Kemendag• Bea Cukai

12 Jumlah produksi produk primer kayu (dalam satuan m3 dan atau ton)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKB)

• LVLK /LP-PHPL

13 Jumlah produksi produk lanjutan(dalam satuan m3 dan atau ton)

• Dirjen PHH – KLHK (SIPUHH, LMKO)• LVLK /LP-PHPL

14 Jumlah produk kayu yang dieksport(dalam satuan m3 dan USD)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK (SIPUHH, LMKO)

• SILK• LVLK /LP-PHPL

15 Jumlah produk kayu yang dikonsumsi dalam negeri

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK

• (SIPUHH, RPBBI, LMKB)• Dinas Kehutanan Provinsi (LMK)• LVLK /LP-PHPL

3. Baseline Data Kondisi Hutan. 4. Baseline Data Pembangunan Ekonomi.

NoINDIKATOR SUMBER DATA

1 Rencana dan realisasi produksi hasil hutan kayu dari hutan negara (m3, ton)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL – KLHK

• (SIPUHH, RPBBI, LMKB)• LP-PHPL/LV-LK

2 Prosentase kesesuaian AAC dengan potensi hutan

• Dit IKPHH, Dit. UHP, Dit. PPHH, Dirjen PHPL – KLHK.

• Sampling unit usaha/data anekdotal (RKU/RKT)

• LP-PHPL / LV-LK

3 Data luas kawasan konservasi dan kawasan lindung

• Ditjen PHKA - KLHK • Baplan – KLHK

No INDIKATOR SUMBER DATA

1 Nilai produksi kayu bulat dari hutan negara (BBS, kel. Meranti, kel. Kayu Campuran, Kel. Kayu Indah)

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten• Dit. IKPHH, Ditjen PHPL (DR/PSDH)• BPS• Anekdotal persepsi Unit Usaha

2 Nilai jual kayu yang diproduksi oleh hutan hak yang tumbuh alami

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

4 Jumlah Unit Usaha yang melakukan pengelolaan dan monitoring kawasan konservasi dan kawasan lindung

• Dit. UHP, Ditjen PHPL• Data monitoring di KLHK • Dinas Kehutanan• Laporan hasil penilaian dari LP-PHPL

5 Data luas tutupan hutan • Baplan - KLHK • Pusdatin KLHK

6 Efektifitaspenanganandampakterh-adap lingkungan akibat pemanenan

• Data monitoring di Ditjen PHKA - KLHK,• Laporan hasil penilaian dari LP-PHPL

7 Efektifitasperlindungankeanekarag-aman hayati

• Data monitoring di Ditjen PHKA - KLHK,• Laporan hasil penilaian dari LP-PHPL

8 Jumlah IUPHHK yang kepastian kawa-sannya telah dikukuhkan oleh Menteri

• Baplan - KLHK • Dit. UHP, Ditjen PHPL

9 Jumlah pengelola HKM-HTR-HD- HTHR yang melakukan kegiatan yang ber-kaitan dengan dampak lingkungan terkait dengan penebangan

• Ditjen PSKL,• Laporan LP-PHPL/LVLK

10 Jumlah pengelola HKM-HTR-HD- HTHR yang melaporkan hasil dampak lingkun-gan kepada instansi terkait

• Ditjen PSKL,• Laporan LP-PHPL/LVLK

11 Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami.

• Ditjen PSKL, Dit UHP, Ditjen PHPL• Laporan LP-PHPL/LVLK

12 Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudi-dayakan

• Ditjen PSKL, Dit UHP, Ditjen PHPL• Laporan LP-PHPL/LVLK

Page 51: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK90 91

3 Nilai jual kayu yang diproduksi oleh hutan hak yang dibudidayakan

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK

• Dit IKPHH, Dit. UHP. , Dit. PPHH, Ditjen PHPL-KLHK

• Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

4 Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan hutan (Hutan Negara, Hutan Hak yang tumbuh alami)

• Dit. IKPHH, Ditjen PHPL (DR/PSDH)

5 Pendapatan daerah dari sektor ke-hutanan

• Data dari Dispenda

6 Jumlah IUIPHHK yang ada di daerah dari tahun ke tahun

• Dit UHP Ditjen PHPL;• Dinas Kehutanan Provinsi• BPHP/KPH

7 Volume ekspor produk industri kehutan-an yang dihasilkan oleh unit usaha (lanjutan) – eksportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

8 Nilai ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha – ek-sportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

9 Jumlah negara dan pelabuhan tu-juan ekspor – eksportir produsen dan non-produsen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

10 Jumlah daerah dan pelabuhan muat ek-spor – eksportir produsen dan non-pro-dusen.

• Perdagangan Luar Negeri – Kemendag;• SILK, LV-LK• Anekdotal persepsi Unit Usaha

11 Volume produk industri kehutanan dari unitusahabersertifikatVLKuntukpasardomestik (primer dan olahan).

• Anekdotal persepsi Unit Usaha (LMK)• LV-LK

12 Volume dan nilai kayu yang ditransaksi-kan oleh pengelola TPT-KB dan TPT-KO

• SIPUHH;• LMK;• Laporan hasil audit LV-LK.• Anekdotal persepsi Unit Usaha (TPT KB

dan TPT-KO)

5. Baseline Data Keberlanjutan Penghidupan dan Mata Pencaharian (Livelihoods).

No INDIKATOR SUMBER DATA

1 Kualitas penerapan program pengem-bangan kapasitas pekerja, jenjang karir dan kesejahteraan pekerja

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kehutanan• LP-PHPL / LV-LK

2 Jumlah pelatihan dan peningkatan kompetensi tenaga teknis kehutanan

• Dit. IKPHP, Ditjen PHPL• Pusdiklat SDM LHK• BPHP• LP-PHPL / LV-LK

3 Kualitas penerapan program K3 dan angka kecelakaan kerja di Unit Usaha (Korban meninggal, cacat berat, cacat ringan)

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kemenaker.• Litbang Kehutanan.• LP-PHPL / LV-LK

4 Pemenuhan hak-hak pekerja (KKB/PP, realisasi pemenuhannya)

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kemenaker.• Litbang Kehutanan.• LP-PHPL / LV-LK

5 Jumlah dan distribusi komposisi tenaga kerja (laki dan perempuan)

• Anekdotal persepsi unit usaha.• LP-PHPL/LV-LK

6 Realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (PMDH, CSR)

• Ditjen PHPL-KLHK.• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kehutanan• LP-PHPL/LV-LK

7 Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima industri (TPT-KB, IUIPHHK)

• Ditjen PHPL-KLHK • Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Litbang Kehutanan• LP-PHPL/LV-LK

8 Persepsi Unit Usaha terhadap pelibatan peran laki-laki, perempuan, kelompok rentan dan difabel dalam penyerapan tenaga kerja

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

9 Minat kelembagaan masyarakat /pero-rangan untuk mengelola areal hutan

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

10 Minat IRT untuk mengembangkan usaha • Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

11 Dukungan para pihak dalam pengelo-laan areal hutan / pengembangan usaha (pengrajin/IRT)

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

Page 52: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK92 93

12 Tingkat pemanenan sesuai dengan daur ekonomis pohon

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

13 Peningkatan aset dan pendapatan • Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

14 Jumlah tenaga kerja yang diikutkan dalam mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas.

• Hasil kajian-kajian lembaga independen.• Anekdotal persepsi unit usaha.

Lampiran 2. Subtansi Perubahan Peraturan terkait PHPL dan VLK.

No Periode Perubahan Subtansi perubahan

1 2009 – 2013 1) Perubahan penilaian kinerja PHPL dan VLK oleh LP dan VI (Penilaian kinerja atas pemegang IUPHHK-HA/HT/RE atau pe-megang hak pengelolaan dilakukan oleh LPPHPL, berdasarkan StandarPenilaianKinerjaPHPL;danVerifikasiataspemegangijin, pemegang hak pengelolaan, atau pemilik Hutan Hak dilakukanolehLVLK,berdasarkanStandarVerifikasiLegalitasKayu.

2) Perubahan kewajiban mendapatkan SPHPL bagi pemegang IUPHHK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan. Bagi yang belum wajib mendapatkan S-LK; kewajiban mendapatkan S-LK bagi IUPHHK-HKm/HTR/HD/HTHR/IPK dan pemilik Hutan Hak (ke-cualisudahmendapatkansertifikatskemavoluntary);kewajib-an mendapatkan S-LK bagi IUIPHHK, IUI/TDI meskipun sudah memilikisertifikatlacakbalakvoluntary.

3) Perubahan pengajuan S-LK secara berkelompok bagi IUPH-HK-HTR, IUPHHK-HKm, IUPHHK-HD, IUIPHHK dengan kapasi-tas sampai dengan 2000 m3 per tahun, TDI, termasuk industri rumah tangga/pengrajin dan pedagang ekspor, atau pemilik hutan hak.

4) Perubahan tata cara pengajuan penilaian SPHPL dan SLK serta tata cara pengajuan banding.

5) Perubahan masa berlaku S-PHPL bagi pemegang IUPHHK-HA/HT/RE/ pemegang Hak Pengelolaan dan masa surveilance dan tata cara penggunaan tanda V-Legal.

6) Perubahan ketentuan pelaksanaan inspeksi bagi yang belum mendapatkan S-LK.

7) Perubahan tentang Pemantau Independen.8) Perubahan tentang masa transisi berlakunya Permenhut.9) Perubahan pengertian dengan memasukan TPT.10) Perubahan tetang TPT wajib mendapatkan S-LK; IUIPHHK yang

mendapatkan bahan baku dari Hutan Hak, wajib memfasiitasi hutan hak untuk mendapatkan S-LK; dan masa berlaku S-LK menjadi 10 tahun bagi IUIPHHK dengan masa penilikan 2 tahun.

11) Perubahan tentang pengajuan S-LK secara berkelompok bagi IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, IUPHHK-HD, IUIPHHK dengan kapasitas sampai dengan 2000 m3 per tahun, TDI, IUI den-gan modal sampai dengan 500 juta, termasuk industri rumah tangga/pengrajin dan pedagang ekspor, atau pemilik hutan hak;danpembeayaansertifikatberkelompokdapatdiajukanke Kementrian Kehutanan.

12) Perubahan tentang masa berlaku SPHPL i pemegang IUPH-HK-HA/HT/RE/pemegang hak pengelolaan berlaku selama 5 tahun dengan penilikan 1 tahun; masa berlaku S-LK bagi IUPH-HK-HA/HT/ RE/Pemegang hak pengelolaan, IUPHHK-HTR/HKM/HD/HTHR/IPK, IUIPHHK, IUI dengan modal diatas 500 juta dan TPT berlaku selama 3 tahun dan penilikan 2 tahun; dan masa berlaku S-LK bagi IUI sampai dengan 500 juta, TDI dan IRT berlaku 6 tahun dengan penilikan 2 tahun.

13) Perubahan tentang batas waktu bagi IUPHHK HA/HT/RE/ pe-megang hak pengelolaan wajib memiliki SPHPL pada 30 Juni 2013 dan memiliki S-LK pada 31 Maret 2013.

14) Penetapan batas waktu bagi IUPHHK-HTR/HKM/HD/ HTHR, IUIPHHK, IUI, TDI, TPT, IRT, pedagang ekspor dan hutan hak paling lambat 31 Desember 2013.

2 2013 - 2016 1) Perubahan tentang batas waktu bagi IUPHHK HA/HT/RE/ pemegang hak pengelolaan wajib memiliki SPHPL miliki S-LK paling lambat 31 Desember 2013.

2) Perubahan dengan memasukkan pemegang IPK wajib mendapatkan S-LK.

3) PerubahandefinisiSVLK:Sistemyangmenjaminkelestarianpengelolaan hutan dan/atau legalitas kayu serta ketelusuran kayumelaluiS-PHPL(SertifikasiPHPL),S-LK(SertifikasiLegalitas Kayu), dan DKP (Deklarasi Kesesuaian Pemasok).

4) SVLK berlaku untuk seluruh pelaku bisnis hutan dan industri pengolahan kayu (industri kecil, menengah maupun besar untuk tujuan ekspor maupun pasar lokal) di Indonesia.

5) SLK untuk pemegang IUPHHK dan hak pengelolaan berlaku satu periode, selanjutnya diwajibkan melakukan penilaian PHPL.

6) Berlakunya Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP) bagi TPT, IRT/Pengrajin, Hutan Hak & Importir wajib memperoleh S-LK atau DKP.

7) Bagi pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, industri rumah tangga/pengrajin dan ETPIK Non Produsen yang belum mendapat S-LK, maka Dokumen V-Legal diterbitkan melalui inspeksi oleh LVLK selambat-lambatnya tiga bulan setelah peraturan ini diundangkan.

Page 53: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK94 95

10) Pemantauan pelaksanaan penilaian kinerja PHPL dan/atauverifikasiLKdibiayaisecaramandiriolehPemantauIndependen. Pemerintah dapat memfasilitasi PI dalam memperoleh sumber pembiayaan pelaksanaan pemantauan dan mendorong pengembangan biaya mandiri sesuai ketentuan yang berlaku.

11) Perubahan tentang ETPIK Mebel, ETPIK Kayu Olahan dan Deklarasi Ekspor (DE).

12) Perubahan terkait dengan penerbitan dan mekanisme penggunaan DKP bagi IRT, Hutan Hak IUIPHHK, IUI, TDI, TPT dan Eksportir Non Produsen.

13) Perubahan terkait dengan penggunaan Deklarasi Ekspor bagi ETPIK Mebel sampai dengan 31 Desember 2015 dan penerbitan dokumen V-Legal melalui mekanisme inspeksi bagi IUIPHHK, IUI, TDI dan ETPIK Non Produsen yang belum memiliki S-LK sampai dengan 30 Juni 2015.

14) Perubahan terakit dengan pembeayaan kegiatan Pemantau Independen.

Lampiran3.BaselineDatayangtersediapadamasing-masingWilayahDampak

1.BaselineDataEfektifitasKelembagaandanTataKelola

1.1. Data tersedia mengenai peraturan perundangan yang harus dipenuhi oleh unit usaha terkait PHPL dan SVLK.

1.1.1. Jumlah peraturan yang diterbitkan dalam kurun waktu tahun 2009

1.1.2. Jumlah peraturan yang diterbitkan dalam kurun waktu tahun 2010-2013

No LEVEL PERATURAN 2009 2013 2016

1 Peraturan Menteri 3 6 15

2 Peraturan Dirjen 1 4 10

3 Surat Edaran - - 4

Total 4 10 29

No Jenis Peraturan Nomor Peraturan Judul Peraturan

1 Permenhut P.38/Menhut-II/2009 Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pen-gelolaanHutanProduksiLestaridanVerifikasiLegalitas kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak

2 Permenhut P.8/Menhut-II/2009 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/Menhut-II/2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara

3 Permenhut P.45/Menhut-II/2009 Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara

No Jenis Peraturan Nomor Peraturan Judul Peraturan

1 Perdirjen BPK P.02/VI-BPPHH/2010 Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan VerifikasiLegalitasKayu

2 Perdirjen BPK P.06/VI-BPPHH/2010 Perubahan Peraturan Direktur Jendral Bina Produksi Kehutanan No. P.02/VI-BPPHH/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kin-erja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) danVerifikasiLegalitasKayu

3 Permenhut P.31/Menhut-II/2010 Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan HutanProduksiLestari(PHPL)danVerifikasiLegalitas Kayu atas Pemegang izin atau Pe-megang Hutan Hak

4 Perdirjen BUK P.8/VI-BPPHH/2011 Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pen-gelolaanHutanProduksiLestaridanVerifikasiLegalitas Kayu

5 Permenhut P.68/Menhut-II/2011 Perubahan atas Permenhut No. P.38/men-hut-II/2009 tentang Standar dan pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi LestaridanVerifikasiLegalitasKayupadaPe-megang izin atau Pada Hutan Hak

6 Perdirjen BUK P.08/VI-BUHT/2012 Standard Dan Pedoman Penilaian Kinerja Pen-gelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Dan VerifikasiLegalitasKayu(VLK)

7 Permenhut P.30/Menhut-II/2012 Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Hak

8 Permenhut P.45/Menhut-II/2012 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pen-gelolaanHutanProduksiLestaridanVerifikasiLegalitas kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak

9 Permenhut P.13/Menhut-II/2013 Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan HutanProduksiLestaridanVerifikasiLegalitasKayu

10 Permenhut P.18/Menhut-II/2013 InformasiVerifikasiLegalitasKayumelaluiPor-tal Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) dan Penerbitan Dokumen V-Legal

4 Perdirjen BPK P.6/VI-Set/2009 Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pen-gelolaanHutanProduksiLestaridanVerifikasiLegalitas Kayu

Page 54: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK96 97

1.1.3. Peraturan yang diterbitkan selama kurun waktu 2014 – 2016, sebagai berikut:

No Jenis Peraturan Nomor Peraturan Judul Peraturan

1 Permenhut P.41/Menhut-II/2014 Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam

2 Permenhut P.42/Menhut-II/2014 Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

3 Permenhut P.43/Menhut-II/2014 Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi LestaridanVerifikasiLegalitasKayupadaPe-megang Izin, Hak Pengelolaan atau pada Hutan Hak

4 Permenhut P.95/Menhut-II/2014 Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.43/Menhut-II/2014 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan VerifikasiLegalitasKayupadaPemegangIzin,Hak Pengelolaan atau pada Hutan Hak

5 Permenhut P.96/Menhut-II/2014 Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/Menhut-II/2013 tentang Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi LestaridanVerifikasilegalitaskayu

6 Permen LHK P.21/MenL-HK-II/2015

Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Hak

7 Permen LHK P.27/MenLHK-Set-jen/ 2015

Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.91/Menhut-II/2014 tentang Penatausa-haan Hasil Hutan Bukan Kayu yang berasal dari Hutan Negara

8 Permen LHK P.42/Menlhk-Setjen/ 2015

Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

9 Permen LHK P.43/Menlhk-Setjen/ 2015

Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam

10 Permen LHK P.45/Menlhk-Setjen/ 2015

Integrasi Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

11 Permen LHK P.85/Men.LHK/Set-jen/ Kum.1/11/2016

Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Budidaya yang berasal dari Hutan Hak

12 Permen LHK P.60/Men.LHK/Set-jen/Kum.1/7/2016

Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.43/MenLHK-Set-jen/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam

13 Permen LHK P.58/Men.LHK/Set-jen/Kum.1/7/2016

Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.42/MenLHK-Set-jen/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

14 Permen LHK P.30/Men.LHK/Set-jen/ PHPL.3/3/ 2016

Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi LestaridanVerifikasiLegalitasKayupadaPe-megang Izin, Hak Pengelolaan atau pada Hutan Hak

15 Permen LHK P.1/Menlhk/Setjen/PHPL.1/1/2016

Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Ke-hutanan No. P13/MENHUT-II/2013 tentang Stan-dar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan ProduksiLestaridanVerifikasiLegalitasKayu

16 Perdirjen BUK P.3/VI-BIKPHH/2014 Pedoman Pelaksanaan Penatausahaan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam

17 Perdirjen BUK P.4/VI-BIKPHH/2014 Pedoman Pelaksanaan Penatausahaan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

18 Perdirjen BUK P.5/VI-BPPHH/2014 Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan VerifikasiLegalitasKayu

19 Perdirjen BUK P.13/VI-BP-PHH/2014

PedomanSertifikasiLegalitasKayusecaraBerkelompok

20 Perdirjen BUK P.15/VI-BP-PHH/2014

MekanismePenetapanLembagaVerifikasiLegalitas Kayu (VLK) sebagai Penerbit Dokumen V-Legal

21 Perdirjen BUK P.1/VI-BPPHH/2015 Perubahan atas Peraturan Direktur Jendral Bina Usaha Kehutanan No. P.14/VI-BPPHH/2014 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi LestaridanVerifikasiLegalitasKayu

22 Perdirjen PHPL P.17/PHPL-SET/2015 Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Pena-tausahaan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam

23 Perdirjen PHPL P.18/PHPL-SET/2015 Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

24 Perdirjen PHPL P.14/PHPL/SET/4/2016

Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)danVerifikasiLegalitasKayu(VLK)

25 Perdirjen PHPL P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016

Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal PHPL No. P.14/PHPL/SET/4/2016 tentang Stan-dar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan VerifikasiLegalitasKayu(VLK)PerubahanatasPeraturan Direktur Jenderal PHPL No. P.14/PHPL/SET/4/2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan HutanProduksiLestari(PHPL)danVerifikasiLegalitas Kayu (VLK)

Page 55: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK98 99

26 Surat Edaran Dirjen BUK

SE.1/VI-BP-PHH/2014

Penggunaan tanda V-Legal

27 Surat Edaran Dirjen BUK

SE.8/VI-BP-PHH/2014

KewajibanpenerapanSistemVerifikasiLegalitasKayu (SVLK)

28 Surat Edaran Dirjen BUK

SE.14/VI-BP-PHH/2014

KewajibanPenerapanSistemVerifikasiLegalitasKayu (VLK) (sebagai tindak lanjut Permenhut No.P.43/Menhut-II/2014 jo PermenLHK No. P.95/Menhut-II/2014

29 Surat Edaran Dirjen BUK

SE.1/VI-BP-PHH/2015

Penjelasan Ketentuan Tambahan dalam Imple-mentasiSertifikasiLegalitasKayu(SVLK)

1.2. Berikut jumlah peraturan terkait isu gender, kelompok rentan dan kaum disabilitas pada periode tahun 2009, 2013 dan 2016.

2009 2013 2016

3 Peraturan 27 Peraturan dan 1 Buku Panduan 27 Peraturan

1.2.1. Rincian jumlah peraturan yang terkait dengan isu gender, kelompok rentan dan kaum disabilitas

No Peraturan Tentang

1 Permen LHKNo.31/MenLHK/Setjen /SET.1/5/2017

Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2 Kepmensos No. 22/HUK/2013 Pengarusutamaan Gender dalam Penyelengga-raan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial

3 Permeneg PP dan PA No. 2 Tahun 2013

Panduan Monitoring dan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender di Daerah

4 Kepmensos No. 011/HUK/2012 Tim Kelompok Kerja Data Pengarusutamaan Gen-der di Bidang Kesejahteraan Sosial

5 Permenhut No. P.65/Men-hut-II/2011

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Re-sponsif Gender Bidang Kehutanan

6 Kepmensos No. 19/HUK/2011 Tim Kelompok Kerja Monitoring Pengarusutamaan Gender di Bidang Kesejahteraan Sosial

7 Kepmensos No. 20/HUK/2011 Tim Kelompok Kerja Data Pengarusutamaan Gen-der di Bidang Kesejahteraan Sosial

8 Kepmensos No. 21/HUK/2011 Tim Kelompok Kerja Advokasi Pengarusutamaan Gender di Bidang Kesejahteraan Sosial

9 Permeneg PP dan PA No. 01 Tahun 2011

Strategi Nasional Sosial Budaya untuk Mewujud-kan Kesetaraan Gender

10 Kepmensos No. 07A/HUK/2010 Tim Kelompok Kerja Monitoring Pengarusutamaan Gender di Bidang Kesejahteraan Sosial

11 Kepmensos No. 07B/HUK/2010 Tim Kelompok Kerja Data Pengarusutamaan Gen-der di Bidang Kesejahteraan Sosial

12 Kepmensos No. 09A/HUK/2010 Tim Kelompok Kerja Advokasi Pengarusutamaan Gender di Bidang Kesejahteraan Sosial

13 Permeneg PP dan PA No. 08 Tahun 2010

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

14 Permeneg PP dan PA No. 09 Tahun 2010

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran dalam Pencegahan HIV/AIDS yang Responsif Gender

15 Permeneg PP dan PA No. 10 Tahun 2010

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Keluar-ga Berencana yang Responsif Gender

16 Permeneg PP dan PA No. 11 Tahun 2010

Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gen-der di Madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia

17 Permeneg PP dan PA No. 12 Tahun 2010

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran pada Pendidikan Islam yang Responsif Gender

18 Permeneg PP dan PA No. 16 Tahun 2010

Panduan Perencanaan Penganggaran yang Re-sponsif Gender bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

19 Permeneg PP dan PA No. 17 Tahun 2010

Panduan Perencanaan Penganggaran yang Re-sponsif Gender bidang Perdagangan

20 Permeneg PP dan PA No. 18 Tahun 2010

Panduan Perencanaan Penganggaran yang Re-sponsif Gender bidang Perindustrian

21 Permeneg PP dan PA No. 19 Tahun 2010

Model Pedoman Perencanaan Penganggaran yang Responsif Gender bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah Bidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

22 Permeneg PP dan PA No. 24 Tahun 2010

Model Perlindungan Perempuan Lanjut Usia yang Responsif Gender

23 Permeneg PP dan PA No. 15 Tahun 2010

Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender di Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

24 Permeneg PP dan PA No. 27 Tahun 2010

Panduan Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pendidikan Politik pada Pemilihan Umum

25 Permeneg PP dan PA No. 31 Tahun 2010

Pedoman Pengelolaan Penelitian Pengarusutama-an Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Per-lindungan Anak

26 Kepmensos No. 03A/HUK/2009 Tim Advokasi Pengarusutamaan Gender Bidang Kesejahteraan Sosial

27 Permeneg PP dan PA No. 06 Tahun 2009

Penyelenggaraan Data Gender dan Anak

Page 56: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK100 101

1.3. Perkembangan jumlah dan luas IUPHHK yang telah memenuhi ijin usaha sesuai peraturan terkait SVLK pada tahun 2009, 2013 dan 2016 sebaga berikut:

1.4. Perkembangan jumlah dan kapasitas pemegang IUIPHHK di atas 6.000 m3/tahun sebagai berikut:

1.5.DataunitusahadanluasarealkawasanhutanyangsudahtersertifikasiPHPLpadaIUPH-HK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan (Perum Perhutani), sebagai berikut:

1.6.JumlahunitusahadiHuludanHiliryangmelakukansertifikasiS-LKmengalamiperkem-bangan pesat pada tahun 2013 sebagai berikut:

No Jenis Unit UsahaTahun 2009 Tahun 2013 Tahun 2016

∑ Luas (Ha) ∑ Luas (Ha) ∑ Luas (Ha)

1 IUPHHK-HA 228 16.677.726,00 253 18.967.704,00 226 16.863.091,00

2 IUPHHK-HT 211 8.441.976,00 249 9.971.555,00 280 10.673.763,00

3 IUPHHK-RE* 1 52.170,00 8 345.708,00 7 225.197,00

4 Perhutani 57 2.443.642,24 57 2.443.642,24 57 2.443.642,24

5 HTR 13 32.648,64 2646 187.932,32 0 -

6 HD 1 2.356,00 33 68.047,00 0 -

7 HKM 124 24.568,42 323 89.678,62 0 -

8 Kemitraan 0 - 10 12.913,82 0 -

9 HTHR Belum ada perijinan HTHR

10 Hutan Hak Tumbuh Alami

Data ada di Dinas Provinsi/Kabupaten11 Hutan Hak Budi-

daya

Lokasi

Tahun 2009 Tahun 2013 Tahun 2016

∑Luas(Ha)/

Kap∑

Luas (Ha)/Kap

∑ Luas (Ha)/Kap.

IUPHHK HA - 4 177.496 32 1.347.737

IUPHHK HT - 55 2.717.412 44 1.120.559

HTR - - - 1 -

Hutan Hak Budidaya - 1 - 174 -

IPK-HGU - - - 81 -

IPK-IPKKH - - - 1 -

IUIPHHK > 6.000 - 40 - 317 -

IUIPHHK < 6.000 - 18 - 817 -

IUI - 545 - 1.322 -

Integrated Besar - 119 - 69 -

Integrated Kecil - 116 - 4 -

TDI - 29 - 29 -

Pengrajin - - - 4 -

TPT (KB + KO) - - - 122 -

Eksportir Non Produsen - 16 - 82 -

IUIPHHK tanpa keteran-gan kapasitas

- 2 - 81 -

IUIPHHK + IUI tanpa keterangan kapasitas

- 25 - 12 -

Unit UsahaTahun 2009 Tahun 2013 Tahun 2016

∑ Luas (Ha) ∑ Luas (Ha) ∑ Luas (Ha)

IUPHHK HA 26 1.747.407,00 49 3.675.950,00 153 12.657.665,00

IUPHHK HT - - 40 4.004.710,00 83 4.633.904,00

IUIPHHK RE - - - - - -

Hak Pengelolaan (Perhutani)

- - 8 249.227,00 3 2.443.642,24

Jenis Unit UsahaTahun 2009 Tahun 2013 Tahun 2016

∑ Kap.(m3/th) ∑ Kap.(m3/th) ∑ Kap.(m3/th)

IUIPHHK > 6.000 m3/ tahun 282 30.806.585 381 70.147.224 467 84.591.565

IUIPHHK < 6.000 m3/ tahun , IUI, TDI, IRT, TPT dan Ek-sportir Non Produsen

Data ada di Dinas Provinsi/Kabupaten

Page 57: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK102 103

1.7.DataunitusahadanluasarealkawasanhutanyangsudahtersertifikasiPHPLpadaIUPH-HK HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan (Perum Perhutani), sebagai berikut:

1.9. Jumlah peraturan yang terkait ijin usaha dan biaya resminya, sebagaimana berikut ini:

1.8. Berikut data jumlah dan prosentase tingkat kelulusan S-LK pada unit usaha di Hulu dan Hilir.

Unit Usaha2009 2013 2016

L TL % L TL % L TL %

IUPHHK HA 1 25 3,85 17 31 35,42 118 34 77,63

IUPHHK HT 1 - 100 37 - 100 86 - 100

IUIPHHK RE - - - - - - - - -

Perhutani - - - 8 - 100 3 - 100

Unit Usaha2009 2013 2016

L TL % L TL % L TL %

IUPHHK HA 1 25 3,85 17 31 35,42 118 34 77,63

IUPHHK HT 1 - 100 37 - 100 86 - 100

IUIPHHK RE - - - - - - - - -

Perhutani - - - 8 - 100 3 - 100

IUIPHHK-HA - - - - 32 1 95,65

IUIPHHK-HT - - 64 - 100 83 - 100

Hutan Hak Budi-daya

- - 1 - 100 174 - 100

IPK-HGU - - - - 81 - 100

IPK-IPPKH - - - - 1 - 100

IUIPHHK > 6.000 - - 40 1 97,56 317 21 93,79

IUIPHHK < 6.000 - - 18 2 90 817 3 99,63

IUI (> Rp. 500 dan < Rp. 500

- - 545 23 95,95 1.322 - 100

Integrated Besar - - 119 1 99,17 69 - 100

Integrated Kecil - - 116 3 97,48 4 - 100

TDI - - 29 - 100 29 - 100

Pengrajin - - - - 4 - 100

TPT (KB + KO) - - - - 122 - 100

Eksportir Non Produsen

- - 16 - 100 82 - 100

IUIPHHK tanpa keterangan kapasitas

- - 2 1 66,67 81 1 98,78

IUIPHHK + IUI tanpa keteran-gan kapasitas

- - 25 - 100 12 - 100

2009 2013 2016

54 peraturan 20 peraturan 42 peraturan

1.9.1. Peraturan Ijin Usaha (Dokumen SK IUPHHK)

No Peraturan Tentang

1 Permen LHK P.32/MenLHK/Setjen/KUM.1/5/2017

Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9/MenLHK-II/2015 ten-tang Tata Cara Pemberian, Perluasan Areal Kerja dan Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi

2 Permen LHK No. P.71/Men LHK/Setjen/HPL.3/8/2016

Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyeto-ran PSDH, DR, Ganti Rugi Tegakan, Denda Pel-anggaran Eksploitasi Hutan dan Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan

3 Permen LHK P.54/Men.LHK/Setjen/Kum.1/6/2016

Tata Cara Pemberian dan Perpanjangan Izin Usaha Pemungutan Hasil Hutan Kayu atau Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Negara

4 P.45/Men.LHK/Setjen/HPL.0/5/2016 Tata Cara Perubahan Luasan Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi

5 Permen LHK P.4/MenLHK/Setjen/PHPL.3/I/2016

Pembatasan Luasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Alam atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi

6 Permen LHK P.62/Menlhk-Set-jen/2015

Izin Pemanfaatan Kayu

7 Permen LHK P.9/Menlhk-II/2015 Tata Cara Pemberian, Perluasan Areal Kerja dan Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi

8 Permenhut No. P.76/Mehut-II/2014 Penetapan Besarnya Iuran Izin Usaha Peman-faatan Hutan

9 Permenhut No. P.62/Mehut-II/2014 Izin Pemanfaatan Kayu

10 Permenhut No. P.31/Mehut-II/2014 Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Kayu dalam Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi

Page 58: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK104 105

11 Permenhut No. P.8/Menhut-II/2014 Pembatasan Luasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dalam Hutan Alam, IUPHHK Hutan Tanaman Industri atau IUPHHK Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi

12 Permenhut No. P.31/Mehut-II/2013 Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permo-honan Izin UPHHK pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman

13 Permenhut No. P.21/Mehut-II/2013 Standar Biaya produksi Pemanfaatan kayu pada Izin Pemanfaatan Kayu

14 Permenhut No. P.29/Mehut-II/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kahutanan No. P.20/Menhut-II/2005 Tentang Ker-jasama Operasi (KSO) Pada IUPHHK Pada Hutan Tanaman

15 Permenhut No. P.26/Mehut-II/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.50/Menhut-II/2010 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Perluasan Areal Kerja IUPH-HK Dalam Hutan ALAM, RE, Atau HTI Pada Hutan Produksi

16 Permenhut No. P.1/Menhut-II/2012 Tentang Standard Biaya Produksi Pemanfaatan Kayu Pada Izin Pemanfaatan Kayu Dan/Atau Peny-iapan Lahan Dalam Rangka Pembangunan Hutan Tanaman

17 Permenhut No. P.55/Mehut-II/2011 Tata Cara Permohonan Izin UPHHK pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman

18 Permenhut No. P.14/Mehut-II/2011 Izin Pemanfaatan Kayu

19 Permenhut No. P.50/Mehut-II/2010 Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Kayu dalam Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi

20 Permenhut No. P12/Mehut-II/2010 Tata Cara Pengenaan, Penagihan dan pembayaran Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan pada Hutan produksi

21 Permenhut No. P.65/Mehut-II/2009 Standar Biaya Produksi Pemanfaatan Kayu pada Izin Pemanfaatan Kayu dan atau Penyiapan Lahan dalam Rangka Pembangunan Hutan Tanaman

22 Permenhut No. P.64/Mehut-II/2009 Tentang Standard Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat

23 Permenhut No. P.37/Mehut-II/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.20/Menhut-II/2005 Kerjasama Operasi (KSO) Pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman

24 Permenhut No. P.34/Mehut-II/2009 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemindahtan-ganan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

25 Permenhut No. P.29/Mehut-II/2009 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.52/Menhut-II/2008 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Perpanjangan Izin Usaha Peman-faatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan Hutan Produksi

26 Permenhut No. P.26/Mehut-II/2009 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-II/2007 Tentang Standard Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri Dan Hutan Tanaman Rakyat

27 Permenhut No. P.17/Mehut-II/2009 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu

28 Permenhut No. P.15/Mehut-II/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.32/Menhut-II/2007 Tentang Tata Cara Pengenaan Pemungutan Dan Pebayaran Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Pada Hutan Produksi

29 Permenhut No. P.63/Mehut-II/2008 Tata Cara Pemberian Rekomendasi Gubernur dalam rangka permohonan atau Perpanjangan IUPHHK Hutan Alam atau Hutan Tanaman

30 Permenhut No. P.61/Mehut-II/2008 Ketentuan dan Tata Cara pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Eko-sistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi melalui permohonan

31 Permenhut No. P.52/Mehut-II/2008 Tata Cara dan Persyaratan Perpanjangan Izin Us-aha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi

32 Permenhut No. P.11/Mehut-II/2008 Perubahan Kedua Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Pem-berian Izin dan Perluasan Areal Kerja UPPHK pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

Page 59: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK106 107

1.9.2. Peraturan AMDAL

1.9.3. Peraturan RKU/RKT

1.9.4. Peraturan IHMB

1.9.5. Peraturan LHC/LHP, Dokumen Angkutan, dan TPK/TPN

No Peraturan Tentang

1 Permen LHK P.65/MenLHK/Setjen /KUM.1/7/2016

StandardanSertifikasiKompetensiPenyusunAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

2 PP No. 27 Tahun 2012 Izin Lingkungan

3 PermenLH No. 15 Tahun 2010 Persyaratan dan Tata Cara Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

4 Permen LH No. 7 Tahun 2010 SertifikasiKompetensiPenyusunDokumenAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

5 UU No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

6 Permen LH No. 24 Tahun 2009 Panduan Penilaian Dokumen Amdal

7 Permen LH No. 11 Tahun 2006 Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

8 Kepmen LH No. 17 Tahun 2001 Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

9 Kepmen LH No. 2 Tahun 2000 Panduan Penilaian Dokumen Amdal

10 PP No. 27 Tahun 1999 Analis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

No Peraturan Tentang

1 P.9/VI-BUHA/2014 Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam

2 P.7/VI-BUHT/2014 Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri

3 P.2/VI-BUHA/2014 Pedoman Penyusunan Penilaian, Persetujuan dan Pelaporan Rencana Kerja Tahunan dan Bagan Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil hutan kayu dalam Hutan Alam

4 Permenhut No. P.19/Mehut-II/2012 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.62/Menhut-II/2008 Tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri Dan Hutan Tanaman Rakyat

No Peraturan Tentang

1 Permenhut No. P.66/Mehut-II/2014 Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem

2 Permenhut No. P.30/Mehut-II/2014 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala dan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri

3 Permenhut No. P.33/Mehut-II/2014 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala dan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam

4 Permenhut No. P.5/Menhut-II/2011 Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.33/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi

5 Permenhut No. P.33/Mehut-II/2009 Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi

No Peraturan Tentang

1 Permen LHK P.85/Men.LHK/Setjen /Kum.1/11/2016

Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Budidaya yang berasal dari Hutan Hak

2 Permen LHK P.60/Men.LHK/Setjen/Kum.1/7/2016

Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.43/MenLHK-Setjen/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam

5 Permenhut No. P.3/Menhut-II/2012 Rencana Kerja Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat

6 Permenhut No. P.56/men-hut-II/2009

Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem

7 Permenhut No. P.14/Men-hut-II/2009

Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.62/Menhut-II/2008 Tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat

8 Permenhut No. P.62/Men-hut-II/2008

Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat

Page 60: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK108 109

3 Permen LHK P.58/Men.LHK/Setjen Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.42/MenLHK-Setjen/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

4 PermenLHK No. P.43/Menlhk-Set-jen/2015

Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam

5 PermenLHK No. P.42/Menlhk-Set-jen/2015

Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

6 Permenhut No. P.42/Mehut-II/2014 Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi

7 Permenhut No. P.41/Mehut-II/2014 Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam

8 Permenhut No. P.30/Mehut-II/2012 Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Hak

1.9.6. Peraturan Peralatan

1.9.8. Peraturan Legalitas Usaha

1.9.7. Peraturan Tata Ruang

No Peraturan Tentang

1 Permenhut No. P.53/Men-hut-II/2009

Pemasukan Dan Penggunaan Alat Untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Atau Izin Pemanfaatan Kayu

2 Permenhut No. P.17/Men-hut-II/2008

Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.54/Menhut-II/2007 tentang Izin Peralatan untuk kegiatan IUPHHK pada Hutan Alam atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu atau Hasil Lelang

3 Permenhut No. P.54/Men-hut-II/2007

Izin Peralatan untuk kegiatan IUPHHK pada Hutan Alam atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu atau Hasil Lelang

No Peraturan Tentang

1 Permenhut No. P.53/Men-hut-II/2009

Pemasukan Dan Penggunaan Alat Untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Atau Izin Pemanfaatan Kayu

2 Permenhut No. P.17/Men-hut-II/2008

Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.54/Menhut-II/2007 tentang Izin Peralatan untuk kegiatan IUPHHK pada Hutan Alam atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu atau Hasil Lelang

3 Permenhut No. P.54/Men-hut-II/2007

Izin Peralatan untuk kegiatan IUPHHK pada Hutan Alam atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu atau Hasil Lelang

4 Permendag No. 25/M-DAG/PER/4/2016

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 89/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

5 Permen LHK P.13/Menlhk-II/2015 Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan

6 Peraturan Kepala BKPM No. 14 Tahun 2015

Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal

7 Permendag No. 89/M-DAG/PER/10/2015

Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

8 Permendag No. 66/M-DAG/PER/8/2015

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

9 Permenhut No. P.55/Men-hut-II/2014

Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan

10 Permendag No. 97/M-DAG/PER/12/2014

Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

11 Permendag No. 81/M-DAG/PER/12/2013

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 64/M-DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

12 Permendag No. No. 64/M-DAG/PER/10/2012

Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

13 PermenLH No. 13 Tahun 2010 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

14 PermenLH No. 14 Tahun 2010 Dokumen Lingkungan Hidup bagi Usaha dan atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan atau Kegiatan tetapi belum memiliki Dokumen Lingkungan Hidup

15 Permenhut No. P.24/Men-hut-II/2009

Tentang Pendaftaran Ulang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu

No Peraturan Tentang

1 PP RI No. 24 Tahun 2009 Kawasan Industri

2 PP No. 69 Tahun 1996 Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

3 Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1993

Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional

4 UU No. 24 Tahun 1992 Penataan Ruang

Page 61: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK110 111

16 Permenhut No. P.9/Menhut-II/2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.35/Menhut-II/2008 Tentang Izin Usaha Industri Primer

17 Permenhut No. P.17/Men-hut-II/2009

Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif terhadap Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu

18 Permenhut No. P.35/Men-hut-II/2008

Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan

19 Permendag No.20/M-DAG/PER/5/2008

Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

20 Permenperin No. 41/M-IND/PER/6/2008

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri

21 Permendag No. 36/M-DAG/PER/9/2007

Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan

22 Permendag No. 37/M-DAG/PER/9/2007

Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan

23 Permenhum dan HAM No. 01-HT.01.10 Tahun 2006

Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan, Penyampaian Laporan dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

24 KepmenLH No. 86 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

25 UU RI No. 6 Tahun 1983 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

1.9.9. Peraturan Pemenuhan Persyaratan Lainnya

No Peraturan Tentang

1 Permen LHK P.71/MenLHK/Setjen/HPL.3/8/2016

Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran PSDH, DR, Ganti Rugi Tegakan, Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan dan Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan

2 Permen LHK P.29/Menlhk/Setjen /PHPL.3/2/2016

Pembatalan Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penggantian Nilai Tegakan

3 Permen LHK P.44/Menlhk-Setjen /2015

Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran PSDH, DR, PNT, Ganti Rugi Tegakan dan Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan

4 Permen LHK P.32/MenLHK-Setjen /2015

Hutan Hak

5 Permen LHK No. P.12/Menlhk-II/ 2015

Pembangunan Hutan Tanaman Industri

6 Permenhut No. P.65/Men-hut-II/2014

Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi

7 Permenhut No. P.64/Mehut-II/2014 Penerapan Silvikultur dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi

8 Permenhut No. P.54/Mehut-II/2014 KompetensidanSertifikasiTenagaTeknisdanPengawas Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

9 Permenhut No. P.55/Mehut-II/2014 Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan

10 Permendag No. 97/M-DAG/PER/12/2014

Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

11 Surat Edaran No. SE.3/Menhut-VI/ BIKPHH /2014

Penetapan Harga Patokan setelah berlakunya Per-aturan Pemerintah No. 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Ke-hutanan

12 Permenhut No. P.9/Menhut-II/2012 Tentang Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri Primer Hasil Hutan Kayu

13 Permenhut No. P.58/Mehut-II/2009 Tentang Penggantian Nilai Tegakan Dari Izin Pem-anfatan Kayu Dan/Atau Dari Penyiapan Lahan Da-lam Pembangunan Hutan Tanaman

14 Permenhut No. P.49/Mehut-II/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehu-tanan No. P.4/Menhut-II/2009 Tentang Penyelesaian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Sementara

15 Permenhut No. P.43/Men-hut-II/2009

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menetri Kehu-tanan No. P.16/Menhut-II/2007 Tentang Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) Primer Hasil Hutan Kayu

16 Permenhut No. P.23/Mehut-II/2009 Tentang Tata Cara Penyerahan Kembali Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Sebelum Jangka Waktu Berakhir

17 Permenhut No. P.18/Mehut-II/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehu-tanan No. P.37/Menhut-II/2007 Tentang Hutan Kemasyarakatan

18 Permenhut No. P.11/Mehut-II/2009 Tentang Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi

19 PerdirjenBPK No. P.8/VI-SET/2009 Petunjuk Pelaksanaan Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) untuk Mempekerjakan Sarjana Kehutanan dan Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

20 Permenhut No. P.7/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman Pemenuhan Bahan Baku Kayu Untuk Kebutuhan Lokal

Page 62: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK112 113

21 Permenhut No. P.4/Menhut-II/2009 Tentang Penyelesaian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Sementara

22 Permenhut No. P.49/Mehut-II/2008 Hutan Desa

23 Permenhut No. P.58/Mehut-II/2008 KompetensidanSertifikasiTenagaTeknisPengel-olaan Hutan Produksi Lestari

24 PP No. 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

2. Baseline Data Pemberantasan Illegal Loging.

2.1. Jumlah kejadian, luas areal dan taksiran volume kayu akibat pembalakan liar setiap tahunnya di Taman Nasional, Hutan Lindung, Kawasan Konservasi, lainnya.Berikut ini data jumlah kejadian dan jumlah barang bukti (BB) yang tersedia, sebagai berikut:

2.2. Data jumlah produksi dari hutan negara yang bisa dikumpulkan, sebagai berikut:

2.2.1. Sumber data Statistik Kehutanan.

2.3. Jumlah kayu bulat dari hutan negara yang diterima industri primer.

2.3.1. Berikut data penerimaan bahan baku yang berasal dari hutan negara pada industri primer IUIPHHK > 6.000 m3/tahun:

2.2.2. Sumber data Badan Pusat Statistik (BPS)

Keterangan:

*) Data produksi kayu dikelompokkan berdasarkan jenis kayu, tidak berdasar-kan jenis izin.

Lokasi2009 20013 2016

∑ BB (m3) ∑ BB (m3) ∑ BB (m3)

Taman Nasional 79 198,68 52 41,21 8 21,12

Hutan Lindung - - - - - -

Kawasan Konservasi 29 256,26 22 39,21 13 365,09

Lainnya (Peredaran) 10 333,37 13 163,72 33 436,69

Total 118 788,31 87 244,14 54 822,90

Asal KayuVolume Produksi Kayu Bulat (m3)

2009 2013 2016

IUPHHK HA 4.857.150,16 3.672.594,25 6.299.823,90

IUPHHK HT 18.953.930,33 27.442.554,00 31.598.596,00

Perum Perhutani 87.827,81 - 548.097,00

IPK HGU 6.619.247,04 - masuk data IUPHHK HA

Hutan Hak Budidaya 3.802.380,78 - -

Total 34.320.536,12 31.115.148,25 38.446.516,90

No Asal KayuVolume (m3)

2009 2013 2016

1 IUPHHK-HA 4.642.569 5.029.627 5.349.270

2 IUPHHK-HT 18.956.868 29.668.946 32.547.580

3 IUPHHK-HT Land Clearing 6.349.279 5.672.762 263.236

4 Perum Perhutani 87.828 136.023 110.230

Sub total 30.036.544 40.507.358 38.270.316

5 IPK (HGU + IPPKH) 482.782 751.222 436.444

6 Hutan Hak Tumbuh Alami 109.931 154.483 85.631

7 Hutan Hak Budidaya 3.108.529 3.827.212 4.919.369

8Tanaman Perkebunan Karet dan Kelapa

595.461 546.002 691.709

9 Kayu Bulat Impor 12.482 164.321 891.864

Total 34.345.729 45.950.598 45.295.333

Asal KayuVolume Produksi Kayu Bulat (m3)

2009 2013 2016

IUPHHK HA 4.857.150,16

IUPHHK HT 18.953.930,33

Perum Perhutani 87.827,81

IPK HGU 6.619.247,04

Hutan Hak Budidaya 3.802.380,78

Total 34.320.536,12 47.814.982,99 43.866.227,17

Page 63: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK114 115

2.4. Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima industri primer.

2.5. Jumlah kayu bulat dari hutan hak yang dibudidayakan yang diterima industri primer.

No Asal KayuVolume (m3)

2009 2013 2016

1 Hutan Hak Tumbuh Alami 109.931 154.483 85.631

No Asal KayuVolume (m3)

2009 2013 2016

1 Hutan Hak Budidaya 3.108.529 3.827.212 4.919.369

2.6. Jumlah kayu impor yang masuk ke Indonesia (bulat dan olahan)

2.6.1. Data Statistik Kehutanan.

2.7. Data jumlah produksi produk primer kayu berasal dari BPS tahun 2009, 2013 dan 2016. Berikut ini data jumlah produksi kayu primer.

2.6.2. Data Ditjen Bea Cukai dan BPS.

No Jenis Produk Impor2009 2013 2016

Kg USD Kg USD Kg USD

1 Kayu Bulat 24.124.243 8.085.337 - - - -

2 Kayu gergajian 129.148.800 79.286.517 134.800.083 98.351.715 - -

3 Kayu lapis 36.574.812 21.364.917 92.809.016 57.340.161 - -

4 Pulp/Bubur kertas 1.080.000.313 626.926.985 3.858.359.284 1.733.162.786 - -

5 Veneer 14.824.884 19.366.517 25.277.859 36.775.441 - -

6 Papan partikel 176.542.818 41.438.965 347.644.159 86.495.555 - -

7 Papan se-rat (MDF) 95.923.083 37.835.554 237.772.152 59.958.543 - -

NoUraian Barang (HS

Code)

2009 2013 2016

Kg USD Kg USD Kg USD

1 Log (HS 4401) 15.408.453 3.368.728 11.544.060 4.303.986 10.185.328 3.024.609

2Kayu olahan (HS 4403; 4404; 4407 - 4421)

496.467.440 231.306.439 885.026.094 371.604.241 812.145.378 297.768.169

3 Pulp (HS 4701 -4705) 1.009.190,977 578.456.382 1.567.346,309 1.211.367,159 1.348.762,436 936.927.198

4Kertas (HS 4801-4823)

582.664.391 836.315.526 733.260.558 1.328.156,057 25.075.007 31.238.714

No Jenis Produk Satuan 2009 2013 2016

1 Bubur Kayu (Pulp) Ton 4.687.039,00 4.877.909,89 5.764.092,71

2 Kayu Gergajian m3 710.208,00 4.174.480,76 1.939.568,19

3 Veneer m3 687.510,00 3.498.443,20 723.621,05

4 Kayu lapis m3 3.004.950,00 2.177.798,66 1.634.162,25

5 Barecore m3 - 1.738.539,31 327.482,16

6 Chip & Partikel m3 1.612.704,00 570.688,51 8.319.701,36

7 Furnitur Kayu m3 - 334.498,03 119.917,24

8 Papan Serat m3 - 287.721,99 321.820,65

9 Papan Partikel /Chipboard

m3 - 150.114,52 -

10 Moulding/Dowel m3 - 109.643,57 209.384,68

11 Flooring/Parquet m3 19.227,00 - 79.075,21

12 Wood Working m3 1.412,00 - -

13 Blockboard m3 12.166,00 - -

14 Lainnya m3 2.926.186,00 4.083.610,68 2.267.133,16

15 Lainnya Ton - 1.815,08 87.283,46

Page 64: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK116 117

2.8. Jumlah produk kayu yang dieksport.

2.8.1. Pelabuhan muat dalam satuan nilai uang (USD). 2.8.2. Pelabuhan buat dalam satuan volume (m3).

No Propinsi 2009 2013 2016

1. ACEH 5.673 - -

2. BALI 5.416.855 5.736.111 974.611

3. BANTEN 15.100.154 3.566.561 -

4. BENGKULU - - 251.994

5. DI YOGYAKARTA 3.267 17.314 1.077

6. DKI JAKARTA 1.013.494.556 1.006.937.371 974.630.441

7. JAMBI 95.801.999 226.068.727 279.776.190

8. JAWA BARAT - 1.359.553 -

9. JAWA TENGAH 679.710.125 1.132.749.153 1.190.929.198

10. JAWA TIMUR 1.198.153.531 1.461.099.362 1.410.607.063

11. KALIMANTAN BARAT 129.077.859 170.825.939 133.352.623

12. KALIMANTAN SELATAN 142.406.338 204.055.029 222.715.979

13. KALIMANTAN TENGAH 75.184.107 89.204.031 80.009.559

14. KALIMANTAN TIMUR 207.343.761 335.663.832 299.086.657

15. KALIMANTAN UTARA 36.797.490 96.038.344 61.587.357

16. BANGKA BELITUNG 50.686 - -

17. KEPULAUAN RIAU 18.981.263 25.220.564 18.643.126

18. LAMPUNG 151.938.680 177.120.109 165.966.609

19. MALUKU - 12.712 -

20. NUSA TENGGARA TIMUR 34.029 166.280 308.813

21. PAPUA - 94.385.557 96.180.647

22. PAPUA BARAT - 3.106.000 4.960.996

23. RIAU 1.549.719.275 2.637.780.398 2.459.237.595

24. SULAWESI SELATAN 34.412.028 42.019.926 22.734.982

25. SULAWESI TENGAH 508.142 966.253 243.650

26. SULAWESI UTARA 49.902 - -

27. SUMATERA BARAT 195.357 520.162 990.104

28. SUMATERA SELATAN 11.178.147 31.069.848 66.932.277

29. SUMATERA UTARA 238.897.848 262.277.672 252.819.130

Jumlah Total 5.604.461.072 8.007.966.808 7.742.940.678

No Propinsi 2009 2013 2016

1. ACEH 394.168 - -

2. BALI 2.400.719 2.004.548 239.419

3. BANTEN 19.531.438 3.264.390 -

4. BENGKULU - - 522.886

5. DI YOGYAKARTA 2.321 3.330 189

6. DKI JAKARTA 938.179.741 830.250.543 958.152.017

7. JAMBI 165.428.956 316.261.006 448.626.859

8. JAWA BARAT - 702.943 -

9. JAWA TENGAH 434.557.874 834.022.302 969.539.052

10. JAWA TIMUR 1.005.329.778 1.077.270.048 1.195.568.039

11. KALIMANTAN BARAT 164.326.055 157.814.406 169.528.834

12. KALIMANTAN SELATAN 188.514.889 197.950.014 250.181.318

13. KALIMANTAN TENGAH 98.777.623 166.739.107 529.322.781

14. KALIMANTAN TIMUR 569.463.940 1.526.881.739 1.171.802.692

15. KALIMANTAN UTARA 97.826.982 87.696.714 65.682.009

16. BANGKA BELITUNG 40.977 - -

17. KEPULAUAN RIAU 58.357.557 71.052.368 24.779.628

18. LAMPUNG 369.403.740 334.739.850 367.621.574

19. MALUKU - 5.335 -

20. NUSA TENGGARA TIMUR 68.163 346.412 365.150

21. PAPUA - 112.635.624 144.501.047

22. PAPUA BARAT - 38.825.000 62.001.000

23. RIAU 2.938.187.290 4.650.305.739 4.473.829.170

24. SULAWESI SELATAN 40.919.981 35.681.572 20.547.495

25. SULAWESI TENGAH 333.095 535.637 173.426

26. SULAWESI UTARA 36.351 - -

27. SUMATERA BARAT 160.836 528.200 912.885

28. SUMATERA SELATAN 28.678.035 90.734.865 256.945.413

29. SUMATERA UTARA 325.508.901 322.085.860 315.339.360

Jumlah Total 7.446.429.410 10.858.337.552 11.426.182.243

Page 65: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK118 119

2.8.3. Negara tujuan dalam volume eksport (m3).

2.8.5. Volume ekspor berdasarkan HS Code (m3).

2.8.6. Volume ekspor berdasarkan HS Code (USD).

2.8.4. Negara tujuan dalam nilai ekspor (USD).

No Propinsi 2009 2013 2016

1. CHINA 1.803.671.566 4.229.320.090 4.063.437.717

2. JAPAN 1.183.297.690 1.430.931.730 1.590.457.176

3. KOREA, REPUBLIC OF 528.535.828 866.141.923 812.807.748

4. UNITED STATES 411.007.234 508.373.584 466.390.563

5. TAIWAN, PROVINCE OF CHINA 301.513.911 372.988.396 402.232.357

6. INDIA 252.793.599 338.674.509 418.646.610

7. MALAYSIA 240.530.222 316.530.652 319.955.087

8. SAUDI ARABIA 160.723.347 296.652.561 226.854.798

9. UNITED ARAB EMIRATES 252.195.715 188.768.813 150.722.296

10. BANGLADESH 55.641.139 173.013.088 327.966.854

11. VIET NAM 189.132.416 192.229.072 167.152.250

12. AUSTRALIA 144.981.500 108.006.837 152.816.024

13. PHILIPPINES 75.807.284 133.336.267 178.052.246

14. UNITED KINGDOM 103.564.622 99.786.097 156.428.359

15. IRAN,ISLAMIC REP. OF 78.905.849 75.449.308 180.527.112

16. 191 Negara Lainnya 1.664.127.488 1.528.134.625 1.811.735.053

Jumlah Total 7.446.429.410 10.858.337.552 11.426.182.250

No HS Code 2009 2013 2016

1. 4703 2.193.737.444 3.717.459.262 3.532.959.948

2. 4802 2.304.561.122 2.273.576.663 2.446.431.359

3. 4412 1.431.594.891 2.082.789.602 2.470.703.142

4. 4401 415.048.059 1.683.439.672 1.603.212.387

5. 9403 561.668.088 437.197.746 360.936.973

6. 4803 217.768.518 334.935.402 496.778.876

7. 4411 171.679.108 186.970.382 350.615.379

8. 4418 149.948.545 141.968.823 164.544.186

9. 4403 423.635 - -

Jumlah Total 7.446.429.410 10.858.337.552 11.426.182.250

No HS Code 2009 2013 2016

1. 4703 843.808.710 1.841.062.881 1.561.050.197

2. 4802 1.751.507.254 1.843.305.718 1.794.182.684

3. 4412 1.190.372.963 2.176.212.892 2.215.435.674

4. 4401 36.319.062 166.488.072 127.318.299

5. 9403 1.242.554.928 1.216.413.797 1.086.377.582

6. 4803 206.100.882 375.167.118 503.797.279

7. 4411 45.138.240 58.882.512 91.907.041

8. 4418 288.577.865 330.433.818 362.871.925

9. 4403 81.168 - -

Jumlah Total 5.604.461.072 8.007.966.808 7.742.940.681

No Propinsi 2009 2013 2016

1. CHINA 629.314.394 1.759.047.356 1.740.487.880

2. JAPAN 1.080.673.203 1.512.405.462 1.167.632.630

3. UNITED STATES 623.792.804 870.501.791 826.931.504

4. KOREA, REPUBLIC OF 297.299.544 516.300.804 498.161.213

5. TAIWAN, PROVINCE OF CHINA 170.104.922 271.119.658 276.332.266

6. MALAYSIA 186.699.992 262.488.756 248.223.003

7. INDIA 107.612.617 176.978.080 223.523.792

8. UNITED KINGDOM 131.480.117 154.260.639 210.675.485

9. SAUDI ARABIA 127.149.323 249.705.885 164.577.547

10. UNITED ARAB EMIRATES 191.601.077 158.615.926 112.144.828

11. BANGLADESH 26.503.078 85.232.531 146.226.502

12. VIET NAM 103.645.416 119.299.181 107.602.073

13. AUSTRALIA 159.184.468 158.031.395 198.425.654

14. PHILIPPINES 50.300.400 97.326.081 126.614.290

15. IRAN,ISLAMIC REP. OF 64.867.078 62.175.902 93.069.182

16. 191 Negara Lainnya 1.654.232.639 1.554.477.361 1.602.312.832

Jumlah Total 5.604.461.072 8.007.966.808 7.742.940.681

Page 66: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK120 121

3. Baseline Data Kondisi Hutan

3.1. Data realisasi produksi kayu bulat adalah sebagai berikut:

3.2. Data luas kawasan konservasi dan kawasan lindung berdasarkan statistik Kehutanan:

Asal KayuVolume Produksi Kayu Bulat (m3)

2009 2013 2016

IUPHHK HA 4.857.150,16 3.672.594,25 6.299.823,90

IUPHHK HT 18.953.930,33 27.442.554,00 31.598.596,00

Perum Perhutani 87.827,81 - 548.097,00

IPK HGU 6.619.247,04 - masuk data IUPHHK HA

Hutan Hak Budidaya 3.802.380,78 - -

Total 34.320.536,12 31.115.148,25 38.446.516,90

3.3. Data luas tutupan hutan.

3.3.1. Data luas tutupan hutan tahun 2009.

3.3.2. Data luas tutupan hutan tahun 2013.

3.3.3. Data luas tutupan hutan tahun 2015.

Page 67: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK122 123

3.4. Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang tumbuh alami, data kayu dari hutan hak yang tumbuh alami yang diterima oleh IUIPHHK dengan kapasitas > 6.000 m3/tahun sebagaimana disajikan di bawah ini.

3.5. Data luas dan volume produksi kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan, data kayu dari hutan hak yang pohonnya dibudidayakan yang diterima oleh IUIPHHK dengan kapasitas > 6.000 m3/tahun sebagaimana disajikan di bawah ini.

No Jenis PNBP 2009 (dalam IDR) 2013 (dalam IDR) 2016 (dalam IDR)

1 Dana Reboisasi (DR)1.455.081.056.972,00

1.494.703.438.606,00 1.512.977.310.005,00

2 Pengembalian Pinjaman Kredit 174.505.218.192,00 104.865.426.616,00

3 Provisi Sumber Daya Hu-tan (PSDH) 674.358.139.368,00 697.951.892.608,00 827.046.155.417,20

4 IIUPH Hutan Alam (HA)74.179.913.501,00

103.935.035.175,00 117.925.987.000,00

5 IIUPH Hutan Tanaman Industri (HTI) 1.493.329.129,00 10.742.349.935,00

6Denda Pelanggaran Ek-sploitasi Hutan (DPEH)

418.686.800,00 5.703.985.097,00 51.460.495.528,00

7 Ganti Rugi Nilai Tegakan (GRNT) - 86.967.233.559,00 42.976.109.460,00

Jumlah Total 2.204.037.796.641,00 2.565.260.132.366,00 2.667.993.833.961,20

Jenis Unit UsahaVolume Produksi Kayu Bulat (m3)

2009 2013 2016

Hutan Hak Tumbuh Alami 109.931 154.483 85.631

Hutan Hak Budidaya 3.108.529 3.827.212 4.919.369

Tanaman Perkebunan Karet dan Kelapa

595.461 546.002 691.709

4. Baseline Data Pembangunan Ekonomi

4.1. Iuran DR dan PSDH dari pengelolaan hutan (Hutan Negara, Hutan Hak yang tumbuh alami).

4.2. Pendapatan daerah dari sektor kehutanan.

No Propinsi

PDRB (dalam Rp.Milyar)

2009 2013 2016

Nilai-1 Nilai-2 Nilai-1 Nilai-2 Nilai-1 Nilai-2

1 Aceh 1.786 518 1.656 1.669 1.944 1.750

2 Sumatera Utara 2.506 1.460 4.559 3.824 5.646 4.013

3 Sumatera Barat 1.144 479 2.078 1.804 2.985 2.020

4 Riau 20.082 5.301 19.359 16.796 29.444 16.537

5 Kepulauan Riau 38 21 46 38 50 37

6 Jambi 934 264 1.555 1.373 2.266 1.657

7 Sumatera Selatan 2.740 895 5.203 4.372 6.167 4.903

8 Bangka Belitung 81 52 168 135 240 159

9 Bengkulu 264 105 314 266 352 261

10 Lampung 489 153 792 662 1.418 801

11 DKI Jakarta - - - - - -

12 Jawa Barat 799 360 1.113 908 1.263 861

13 Banten 63 36 129 110 148 112

14 Jawa Tengah 2.033 579 4.936 4.093 5.516 3.824

15 Yogjakarta 419 190 750 658 955 708

16 Jawa Timur 1.977 639 7.299 6.047 8.984 5.687

17 Bali 4 2 6 5 9 7

18 Kalimantan Barat 1.532 366 2.188 1.903 2.275 1.774

19 Kalimantan Tengah 725 377 1.234 1.044 1.868 1.190

20 Kalimantan Selatan 483 334 661 573 763 556

21 Kalimantan Timur 4717 1.899 5.776 4.898 6.800 4.673

22 Kalimantan Utara - - 2.657 2.277 3.667 2.494

23 Sulawesi Utara 89 50 453 382 504 369

24 Gorontalo 59 26 178 158 264 170

25 Sulawesi Tengah 1.371 642 1.753 1.513 2.268 1.662

26 Sulawesi Selatan 113 57 231 186 256 174

27 Sulawesi Barat 59 32 97 91 122 100

28 Sulawesi Tenggara 341 121 556 512 607 496

29 Nusa Tenggara Barat 25 13 78 76 92 80

30 Nusa Tenggara Timur 55 30 88 71 122 77

31 Maluku 137 55 162 118 209 125

32 Maluku Utara 155 56 229 202 276 202

33 Papua 1.008 481 2.050 1.727 2.901 2.026

34 Papua Barat 1.250 518 1.420 1.201 1.613 1.120

Page 68: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK124 125

4.3. Volume ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha (lanjutan) – ek-sportir produsen dan non-produsen.

4.4. Nilai ekspor produk industri kehutanan yang dihasilkan oleh unit usaha – eksportir produsen dan non-produsen.

No HS Code 2009 2013 2016

1 4703 2.193.737.444 3.717.459.262 3.532.959.948

2 4802 2.304.561.122 2.273.576.663 2.446.431.359

3 4412 1.431.594.891 2.082.789.602 2.470.703.142

4 4401 415.048.059 1.683.439.672 1.603.212.387

5 9403 561.668.088 437.197.746 360.936.973

6 4803 217.768.518 334.935.402 496.778.876

7 4411 171.679.108 186.970.382 350.615.379

8 4418 149.948.545 141.968.823 164.544.186

9 4403 423.635 - -

Jumlah Total 7.446.429.410 10.858.337.552 11.426.182.250

No HS Code 2009 2013 2016

1 4703 843.808.710 1.841.062.881 1.561.050.197

2 4802 1.751.507.254 1.843.305.718 1.794.182.684

3 4412 1.190.372.963 2.176.212.892 2.215.435.674

4 4401 36.319.062 166.488.072 127.318.299

5 9403 1.242.554.928 1.216.413.797 1.086.377.582

6 4803 206.100.882 375.167.118 503.797.279

7 4411 45.138.240 58.882.512 91.907.041

8 4418 288.577.865 330.433.818 362.871.925

9 4403 81.168 - -

Jumlah Total 5.604.461.72 8.07.966.808 7.742.940.681

4.5. Jumlah negara tujuan ekspor – eksportir produsen dan non-produsen.

4.5.1. Berdasarkan nilai eksport

No Propinsi 2009 2013 2016

1. CHINA 629.314.394 1.759.047.356 1.740.487.880

2. JAPAN 1.080.673.203 1.512.405.462 1.167.632.630

3. UNITED STATES 623.792.804 870.501.791 826.931.504

4. KOREA, REPUBLIC OF 297.299.544 516.300.804 498.161.213

5. TAIWAN 170.104.922 271.119.658 276.332.266

6. MALAYSIA 186.699.992 262.488.756 248.223.003

7. INDIA 107.612.617 176.978.080 223.523.792

8. UNITED KINGDOM 131.480.117 154.260.639 210.675.485

9. SAUDI ARABIA 127.149.323 249.705.885 164.577.547

10. UNITED ARAB EMIRATES 191.601.077 158.615.926 112.144.828

11. BANGLADESH 26.503.078 85.232.531 146.226.502

12. VIET NAM 103.645.416 119.299.181 107.602.073

13. AUSTRALIA 159.184.468 158.031.395 198.425.654

14. PHILIPPINES 50.300.400 97.326.081 126.614.290

15. IRAN,ISLAMIC REP. OF 64.867.078 62.175.902 93.069.182

16. 191 Negara Lainnya 1.654.232.639 1.554.477.361 1.602.312.832

Jumlah Total 5.604.461.072 8.007.966.808 7.742.940.678

Page 69: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK126 127

4.5.2. Berdasarkan volume eksport

No Propinsi 2009 2013 2016

1. CHINA 1.803.671.566 4.229.320.090 4.063.437.717

2. JAPAN 1.183.297.690 1.430.931.730 1.590.457.176

3. KOREA, REPUBLIC OF 528.535.828 866.141.923 812.807.748

4. UNITED STATES 411.007.234 508.373.584 466.390.563

5. TAIWAN 301.513.911 372.988.396 402.232.357

6. INDIA 252.793.599 338.674.509 418.646.610

7. MALAYSIA 240.530.222 316.530.652 319.955.087

8. SAUDI ARABIA 160.723.347 296.652.561 226.854.798

9. UNITED ARAB EMIRATES 252.195.715 188.768.813 150.722.296

10. BANGLADESH 55.641.139 173.013.088 327.966.854

11. VIET NAM 189.132.416 192.229.072 167.152.250

12. AUSTRALIA 144.981.500 108.006.837 152.816.024

13. PHILIPPINES 75.807.284 133.336.267 178.052.246

14. UNITED KINGDOM 103.564.622 99.786.097 156.428.359

15. IRAN,ISLAMIC REP. OF 78.905.849 75.449.308 180.527.112

16. 191 Negara Lainnya 1.664.127.488 1.528.134.625 1.811.735.053

Jumlah Total 7.446.429.410 10.858.337.552 11.426.182.250

4.6. Jumlah daerah dan pelabuhan muat ekspor – eksportir produsen dan non-produsen

4.6.1. Berdasarkan nilai ekspor

No Propinsi 2009 2013 2016

1. ACEH 5.673 - -

2. BALI 5.416.855 5.736.111 974.611

3. BANTEN 15.100.154 3.566.561 -

4. BENGKULU - - 251.994

5. DI YOGYAKARTA 3.267 17.314 1.077

6. DKI JAKARTA 1.013.494.556 1.006.937.371 974.630.441

7. JAMBI 95.801.999 226.068.727 279.776.190

8. JAWA BARAT - 1.359.553 -

9. JAWA TENGAH 679.710.125 1.132.749.153 1.190.929.198

10. JAWA TIMUR 1.198.153.531 1.461.099.362 1.410.607.063

11. KALIMANTAN BARAT 129.077.859 170.825.939 133.352.623

12. KALIMANTAN SELATAN 142.406.338 204.055.029 222.715.979

13. KALIMANTAN TENGAH 75.184.107 89.204.031 80.009.559

14. KALIMANTAN TIMUR 207.343.761 335.663.832 299.086.657

15. KALIMANTAN UTARA 36.797.490 96.038.344 61.587.357

16. BANGKA BELITUNG 50.686 - -

17. KEPULAUAN RIAU 18.981.263 25.220.564 18.643.126

18. LAMPUNG 151.938.680 177.120.109 165.966.609

19. MALUKU - 12.712 -

20. NUSA TENGGARA TIMUR 34.029 166.280 308.813

21. PAPUA - 94.385.557 96.180.647

22. PAPUA BARAT - 3.106.000 4.960.996

23. RIAU 1.549.719.275 2.637.780.398 2.459.237.595

24. SULAWESI SELATAN 34.412.028 42.019.926 22.734.982

25. SULAWESI TENGAH 508.142 966.253 243.650

26. SULAWESI UTARA 49.902 - -

27. SUMATERA BARAT 195.357 520.162 990.104

28. SUMATERA SELATAN 11.178.147 31.069.848 66.932.277

29. SUMATERA UTARA 238.897.848 262.277.672 252.819.130

Jumlah Total 5.604.461.072 8.07.966.808 7.742.940.678

Page 70: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

Laporan Penyusunan Baseline Data Monitoring Dampak Implementasi SVLK128 129

4.6.2. Berdasarkan volume eksport

No Propinsi 2009 2013 2016

1. ACEH 394.168 - -

2. BALI 2.400.719 2.004.548 239.419

3. BANTEN 19.531.438 3.264.390 -

4. BENGKULU - - 522.886

5. DI YOGYAKARTA 2.321 3.330 189

6. DKI JAKARTA 938.179.741 830.250.543 958.152.017

7. JAMBI 165.428.956 316.261.006 448.626.859

8. JAWA BARAT - 702.943 -

9. JAWA TENGAH 434.557.874 834.022.302 969.539.052

10. JAWA TIMUR 1.005.329.778 1.077.270.048 1.195.568.039

11. KALIMANTAN BARAT 164.326.055 157.814.406 169.528.834

12. KALIMANTAN SELATAN 188.514.889 197.950.014 250.181.318

13. KALIMANTAN TENGAH 98.777.623 166.739.107 529.322.781

14. KALIMANTAN TIMUR 569.463.940 1.526.881.739 1.171.802.692

15. KALIMANTAN UTARA 97.826.982 87.696.714 65.682.009

16. BANGKA BELITUNG 40.977 - -

17. KEPULAUAN RIAU 58.357.557 71.052.368 24.779.628

18. LAMPUNG 369.403.740 334.739.850 367.621.574

19. MALUKU - 5.335 -

20. NUSA TENGGARA TIMUR 68.163 346.412 365.150

21. PAPUA - 112.635.624 144.501.047

22. PAPUA BARAT - 38.825.000 62.001.000

23. RIAU 2.938.187.290 4.650.305.739 4.473.829.170

24. SULAWESI SELATAN 40.919.981 35.681.572 20.547.495

25. SULAWESI TENGAH 333.095 535.637 173.426

26. SULAWESI UTARA 36.351 - -

27. SUMATERA BARAT 160.836 528.200 912.885

28. SUMATERA SELATAN 28.678.035 90.734.865 256.945.413

29. SUMATERA UTARA 325.508.901 322.085.860 315.339.360

Jumlah Total 7.446.429.410 10.858.337.552 11.426.182.243

Page 71: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme
Page 72: TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK 2018silk.dephut.go.id/app/Upload/informasisvlk/20181130/3c653c2aa7d4… · TIM BASELINE DATA MONITORING DAMPAK Multistakeholder Forestry Programme

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUPDAN KEHUTANAN