Tikus

13
Analisis Perkembang Biakan Tikus Oleh: Juslam Aswad Muh. Fahmi Rustan Wahyuddin Saputra

description

makalah tentang tikus merupakan masalah untuk tingkat pertanian mengakibatkan fluktuasi yang menjadik mengakibatkan fluktuasi yang menjadik mengakibatkan fluktuasi yang menjadik mengakibatkan fluktuasi yang menjadik mengakibatkan fluktuasi yang menjadik mengakibatkan fluktuasi yang menjadika

Transcript of Tikus

Melakukan survey/kajian pustaka/mengumpulkan fakta tentang sifat-sifat tikus dan cara berkembangbiaknya

Analisis Perkembang Biakan Tikus

Oleh: Juslam AswadMuh. Fahmi RustanWahyuddin Saputra

Tikus adalah makhluk yang sangat merugikan manusia. Selain merugikan perekonomian karena menghabiskan atau merusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain harta benda, tikus dapat pula menyebarkan berbagai jenis penyakit (Manual KKP,Dit.Epid. dan Karantina, Ditjen P3M Depkes RI).Pengertian A. Sifat-sifat TikusSemua jenis tikus pada umumnya bersifat crepuscular atau nokturnal; mereka menghindari lampu terang. Waktu tidur rata-rata tikus rumah dilaporkan 12,5 jam per hari . Mereka tinggal di berbagai tempat tersembunyi di dekat sumber makanan, dan membangun sarang dari berbagai bahan yang lembut. Tikus bersifat teritorial, dan satu jantan yang dominan biasanya hidup bersama-sama dengan beberapa betina dan muda. Jantan yang dominan menghormati wilayah masing-masing dan biasanya memasuki wilayah lain hanya jika sudah tidak ditempati. Jika dua atau lebih jantan ditempatkan bersama dalam kandang, mereka sering akan menjadi agresif kecuali mereka telah dibesarkan bersama-sama sejak lahir. Tikus rumah bersifat omnivora. Mereka akan makan kotoran mereka sendiri untuk memperoleh nutrisi yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus mereka. Tikus rumah, seperti kebanyakan hewan pengerat lainnya, tidak muntah (Horn, dkk dalam Wikipedia). Tikus kecil umumnya takut sama tikus besar yang sering membunuh dan memakannya, dimana perilaku ini dikenal sebagai muricide.Karakteristik Berikut ini ada beberapa sifat-sifat tikus terkait faktor lingkungan, makanan dan kebutuhan sosial menurut Ir.Hamdan (2013) diantaranya :

1. Aktivitas HarianAktivitas tikus setiap hari dalam orientasi kawasan ditempuh dalam jarak yang relatif sama dan disebut dengan jelajah harian (home range). Selama orientasi kawasan tikus mengenali situasi lingkungan makanan yang disukai, sumber air, tempat untuk istirahat dan berlindung (Brooks, 1969). Sifat ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya menjadikan tikus mengenal benda-benda asing di sekitarnya termasuk umpan beracun atau alat pengendali lainnya.Tikus hidup berkelompok dan berdomisili di kawasan yang cukup memberi perlindungan sumber makanan. Dalam kelompok terdapat ajang kekuasaan, biasanya tikus jantan yang kuat diantara jantan dewasa adalah yang sangat berkuasa. Tikus penguasa tersebut akan melindungi seluruh anggota kelompoknya pada kawasan teritorialnya. Kawasan tersebut dipertahankan oleh anggota kelompok untuk tidak dimasuki oleh pendatang. Demikian pula tikus betina yang bunting atau yang sedang memelihara anaknya dapat bertindak sebagai pelindung sarang dan kawasan di sekitar sarang tersebut.2. Perilaku BersarangTikus sawah aktif pada malam hari (nokturnal), dan pada siang hari mereka berlindung di dalam lubang atau semak. Untuk tempat tinggal biasanya dipilih habitat yang cukup memberikan perlindungan dan aman terhadap predator, tersedia makanan, dan dekat sumber air. Lubang bagi tikus berfungsi sebagai tempat berlindung, memelihara anak dan anggota kelompok. Di dalam lubang selalu disiapkan jalan keluar yang ujungnya masih tertutup dan biasanya ditumbuhi oleh rumput-rumputan. Penutupnya masih utuh, yang tebalnya berkisar antara 1-2 cm. Jalan keluar tersebut akan dibuka pada keadaan darurat.Tikus tidak selamanya menghuni lubang, apabila kekurangan makanan atau banjir maka lubang tersebut akan ditinggalkannya. Hal ini biasanya terjadi pada saat sawah bera dan periode pengolahan tanah sampai tanam. Tikus yang meninggalkan sarang mengembara di sekitar sawah seperti tanggul irigasi, pekarangan, sekitar gudang padi, kebun tebu, rumpun bambu, semak belukar, pekuburan, atau tegalan yang permukaan tanahnya agak tinggi (Rohman dan Sukarna, 1991); sedangkan yang terjadi di lahan pasang surut, sebagian populasi masih menghuni lubang walaupun pada masa bera, karena tikus-tikus tersebut mempunyai makanan alternatif terutama ubi kayu yang ditanam petani setiap tahun, dan pada saat air pasang maka populasi tikus banyak terdapat di pematang yang lebih tinggi dan lebar. 3. Perilaku terkait MakananVariasi makanan bagi tikus sawah adalah padi, ubi-ubian, kacang-kacangan, berbagai jenis rumput dan teki, serangga, ketam, siput dan ikan kecil. Sebagai binatang pemakan segalanya (omnivora), tikus mampu memanfaatkan makanan yang berlimpah. Oleh karena itu tikus mudah beradaptasi terhadap lingkungan, namun tikus akan bertindak selektif apabila banyak jenis makanan yang tersedia. Hewan ini mampu menghabiskan beras 10 gram/hari, sedangkan ubi jalar, ubi kayu, jagung pipil, kacang tanah dan ikan teri asin dapat dihabiskan oleh tikus masing-masing 23,6 gram; 20,6 gram; 8,2 gram; 7,2 gram; dan 4,0 gram. Apabila semua jenis makanan tersebut disajikan pada saat bersamaan maka beras merupakan pilihan utama (Rochman et, al., 1983). Di lahan pasang surut, gabah dan beras adalah jenis makanan yang paling disukai oleh tikus, walaupun demikian ubi kayu dan ubi jalar dapat berperan sebagi umpan alternatif (Thamrin, et al., 1986). Kebutuhan pakan kering bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih 10 % dari bobot tubuhnya, akan tetapi jika pakan tersebut berupa pakan basah kebutuhannya bertambah kurang lebih 15 % dari bobot tubuhnya. Kebutuhan minum seekor tikus setiap hari serkisar 15 30 ml, jumlah ini dapat berkurang jika pakan yang dikonsumsi sudah mengandung banyak air.Dalam proses mengenali dan mengambil pakan yang ditemukan atau yang disediakan oleh manusia, tikus tidak langsung memakan seluruhnya, terlebih dahulu hanya dicicipi saja untuk merasakan reaksi yang terjadi didalam tubuhnya. Setelah beberapa saat tidak terjadi reaksi yang membahayakan tubuhnya, maka tikus akan memakan dalam jumlah yang lebih banyak, demikian seterusnya sampai pakan tersebut habis.Oleh karena itu, pengendalian tikus dengan umpan beracun akut (racun yang bekerja dengan cepat), perlu diawali dengan pemberian umpan yang tidak mengandung racun. Hal ini bertujuan agar tikus menjadi terbiasa dengan umpan yang diberikan sehingga pada saat diberi umpan beracun akut, tikus akan memakannya dalam jumlah yang cukup banyak sampai dosis yang mematikan. 4. Perilaku Mengerat

Daya rusak berkaitan dengan perilaku mengerat tikus sawah. Hal tersebut berdampak kerusakan tanaman padi 5 kali lipat dari kebutuhan makannya. Pada saat pesemaian, kerusakan terjadi karena benih dimakan atau dicabut. Seekor tikus sawah mampu merusak kurang lebih 283 bibit per malam (126-522 bibit berumur 2 hari). Pada stadia anakan hingga anakan maksimal, tikus merusak dengan cara memakan bagian titik tumbuh dan pangkal batang yang lunak, sedangkan bagian lain ditinggalkan. Daya rusak pada periode tersebut kurang lebih 80 batang per malam (11-176 tunas). Ketika padi bunting, tikus merusak kurang lebih 103 batang per malam (24-246 tunas).Sedangkan pada waktu padi bermalai, daya rusak kurang lebih 12 malai per malam (1-35 malai). Dari sejumlah malai yang dipotongnya, tikus hanya mengkonsumsi beberapa bulir gabah dan selebihnya dibiarkan berserakan.5. Perilaku Sosial, Kompetisi dan Dominasi

Pada kepadatan populasi yang tinggi, jantan yang kalah dalam kompetisi, akan keluar mencari wilayah itu dan membentuk kelompok baru. Perilaku tersebut menyebabkan penyebaran populasi yang merata sehingga tikus sawah mampu mengokupasi wilayah yang luas.Akan terjadi kompetisi, kompetisi dan dominasi spesies tikus jika populasi bertambah banyak. Jenis tikus yang menghuni lahan sawah irigasi terdiri atas tikus sawah (98,6 %), tikus wirok (1,0 %) dan tikus rumah (0,4 %). Dominasi tikus sawah menunjukkan bahwa spesies tersebut paling sukses beradaptasi dan menjadi ancaman utama pada lingkungan tersebut (). Kompetisi antara ketiga jenis tikus tersebut relatif kecil akibat terjadinya pembagian ruang dan waktu. Sedangkan kompetisi antar sesama tikus sawah terjadi akibat persamaan sumberdaya yang diekploitasi, terutama pakan dan tempat bersarang (betina). Kanibalisme terjadi pada saat kelangkaan pangan yang parah, tikus yang kuat memakan tikus yang lemah. Induk betina juga mema-kan tikus yang cacat, atau yang mati sejak dalam kandungan.6. Perilaku terkait Indera TikusSeperti hewan lainnya, tikus memiliki kemampuan indera yang sangat menunjang setiap aktivitas kehidupan. Diantara kelima inderanya, hanya indera penglihatan yang berkembang kurang baik, tetapi kekurangan ini ditutupi oleh keempat indera lainnya yang berkembang sangat baik.Tikus memiliki keterampilan dalam segi kelincahan bergerak, mencari makan dan pasangan, serta perlindungan untuk melepaskan diri dari bahaya musuh lainnya. Keterampilan tersebut dimungkinkan oleh adanya indera yang sangat terlatih, yaitu alat penciuman, peraba, pendengaran dan perasa/pengecap (Brooks dan Rowe,1979).Tikus sawah buta warna, tapi pengelihatannya sangat peka terhadap cahaya, hingga mampu mengenali bentuk benda dalam kegelapan malam hingga jarak 10-15 meter. Dalam kegelapan total, mobilitasnya dibantu indera penciuman, peraba dan perasa. Dalam keadaan terang tikus juga tidak dapat melihat dengan baik.Tikus mampu mendengar suara yang dapat didengar manusia yaitu frekuensi 20 Hz-20 KHz dan mendengar suara yang tidak dapat didengar manusia (ultra sonik) pada frekuensi diatas 20 KHz. Suara oleh tikus digunakan sebagai salah satu media komunikasi antar sesamanya. Misal suara tikus berkelahi, berbeda dengan tikus kawin atau tertangkap oleh predator.Indera penciuman tikus sangatlah baik. Dengan menggerakkan kepala turun-naik dan mengendus, tikus sawah mampu mengenali pakan, sesama tikus, dan predator. Ketajaman penciuman digunakan untuk mendeteksi jejak pergerakan tikus kelompoknya, sehingga tikus mampu mengetahui batas-batas teritorialnya. Tikus dapat menditeksi bekas jejak tikus lain, bau badan, air seni kotoran yang tertinggal dengan indra penciuman, juga merupakan alat komunikasi antara sesama tikus.Dalam situs Insekta (2013), dijelaskan mengenai tiga sifat ampuh tikus dalam mempertahankan kehidupannya diantaranya : Tikus memliki daya adaptasi yang sangat bagus. Kemampuan ini bisa dilihat dari perilaku tikus ketika menyesuaikan diri dengan benda-benda yang tergolong baru seperti kawat atau kabel listrik. Bahkan tikus punya kemampuan dalam memanfaatkan kawat atau kabel listrik sebagai sarana untuk menyeberang dari satu tempat ke tempat lain. Disamping mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri, tikus itu sangat penakut dan hati-hati terhadap benda baru dan perubahan keadaan lingkungan. Peilaku tikus yang seperti ini disebut dengan gejala Neofobi, yaitu takut dan hati-hati pada yang baru dilihat atau baru dikenalnya. Maka oleh karena itu, tikus selalu mengawasi atau mengamati setiap perubahan yang ditemukannya di sekitar tempat tikus bersarang. Daya survival atau daya bertahan diri tikus, sangat besar dibandingkan dengan hewan atau hama lain. Hal ini ditandainya dengan kemampuan tikus dalam bertahan di tengah-tengah lingkungan yang sudah padat dihuni oleh manusia dan kemampuan tikus dalam mencari sumber makanan yang ada. Seringkali tikus harus menyesuaikan diri untuk terbiasa memakan jenis dan bentuk makanan yang sebenarnya sudah berubah bentuk dan kemasannya dari waktu ke waktu. Namun tikus tetap bisa mencuri dan memakan makanan tersebut.

Siklus perkembangang biakan tikus

Secara umum tikus betina sudah memasuki umur dewasa seksual pada usia 3 bulan dan dapat beranak 4 kali dalam satu tahun. Masa kehamilannya hanya sekitar 21 23 hari, dengan rata-rata kelahiran anak sebanyak 6 ekor (2 s/d 18 ekor). Sehingga secara teoritis, sepasang tikus dewasa secara seksual dapat melahirkan anak rata-rata 6 ekor / kelahiran (3 jantan dan 3 betina ) maka pada bulan ke 13 akan menghasilkan sejumlah 2046 tikus. Itu baru sepasang tikus, kalau pasangannya banyak, sangat memungkinkan populasinya akan tinggi dan relative susah untuk dikendalikanSiklus Perkembang Biakan

Pada umumnya hewan pengerat (termasuk tikus sawah) mempunyai potensi perkembangbiakan yang cepat, sehingga terjadi peningkatan populasi yang cepat pula. Tikus betina bunting selama 21 hari dan menyusui anaknya selama 21 hari. Tikus mampu bunting dan menyusui anaknya dalam waktu bersamaan dan tikus betina dapat kawin lagi dalam waktu 48 jam setelah melahirkan (Southwhick 1969, Meehan 1984 dalam Sudarmaji 2007)Perkembangbiakan tikus sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama ketersediaan makanan dan tempat persembunyian yang memadai. Tikus dapat berkembang biak apabila makanannya banyak mengandung zat tepung. Pada daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang tidak banyak berbeda sepanjang tahun, faktor tersedianya makanan tidak banyak berbeda, sehingga kepadatan populasi tikus juga stabil. Untuk daerah yang mempunyai musim hujan dan musim kemarau yang berbeda jelas, maka kepadatan populasi tikus tidak stabil. Pada musim hujan, dengan persediaan makanan cukup, tikus akan berkembang biak dengan pesat. Sebaliknya di musim kemarau dengan ketersediaan air yang sangat terbatas perkembangbiakan tikus sangat terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Pada kondisi lingkungan yang baik dan pakan cukup tersedia, satu sarang dapat dihuni induk betina yang sedang bunting bersama dua generasi anak-anaknya (Lam 1983, Murakami et al 1992 dalam Sudarmaji 2007).Sekian dan Terima Kasih