Tiket Masuk Dummy 2

38
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................ 1 Daftar Tabel .............................................. 2 Daftar Gambar ............................................. 3 I. Pendahuluan ............................................ 4 1.1 Latar Belakang.....................................5 1.2 Tujuan............................................. 6 II. Tinjauan Pustaka.......................................12 2.1.................................................... Ana lisis Korelasi....................................... 12 4.1.................................................... Uji Normalitas........................................... 13 4.2.................................................... Reg resi Linier.......................................... 14 4.3.................................................... Reg resi Non Linier...................................... 16 IV Kesimpulan .............................................18 Daftar Pustaka ............................................19 Lampiran ..................................................20 1

description

dummy

Transcript of Tiket Masuk Dummy 2

Page 1: Tiket Masuk Dummy 2

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................................. 1

Daftar Tabel ........................................................................................................................ 2

Daftar Gambar .................................................................................................................... 3

I. Pendahuluan .................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................5

1.2 Tujuan....................................................................................................................6

II. Tinjauan Pustaka.............................................................................................................12

2.1 Analisis Korelasi....................................................................................................12

4.1 Uji Normalitas........................................................................................................13

4.2 Regresi Linier.........................................................................................................14

4.3 Regresi Non Linier.................................................................................................16

IV Kesimpulan ....................................................................................................................18

Daftar Pustaka .....................................................................................................................19

Lampiran .............................................................................................................................20

1

Page 2: Tiket Masuk Dummy 2

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Luas Lahan dan Produksi Beras....................................................................12

Tabel 2. Uji Korelasi...........................................................................................................12

Tabel 3. Model Summary Regresi Linier............................................................................14

Tabel 4. Uji F Regresi Linier...............................................................................................15

Tabel 5. Uji T Regresi Linier...............................................................................................15

Tabel 6. Model Summary Regresi Non Linier....................................................................16

Tabel 7. Uji F Regresi Non Linier.......................................................................................16

Tabel 8. Uji T Regresi Non Linier.......................................................................................17

2

Page 3: Tiket Masuk Dummy 2

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Keeratan Hubungan Korelasi..............................................................6

Gambar 2. Langkah ke-5 Korelasi.......................................................................................8

Gambar 3. Langkah ke-6 Korelasi.......................................................................................8

Gambar 4. Langkah Perhiungan Normalitas.......................................................................9

Gambar 5. Langkah-Langkah Regresi Linier......................................................................10

Gambar 6. Hasil Data Non Linier........................................................................................11

Gambar 7. Hasil Uji Normalitas Berdasar Grafik Q-Q Plot of PROD................................13

Gambar 8. Hasil Uji Normalitas Berdasar Grafik Q-Q Plot of Lahan.................................14

3

Page 4: Tiket Masuk Dummy 2

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini

hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-

rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1

tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.

Rata-rata produktivitas tebu pada tahun 1990-an mencapai 7 t hablur/ha, namun

setelah itu hanya mencapai sekitar 5 t hablur/ha. Rendemen gula sebagai salah satu

indikator produktivitas juga mengalami penurunan sekitar -1,3%/tahun dalam periode

1990-2010 dan mencapai titik terendah pada tahun 1998 (5,49%) dengan produktivitas

hablur hanya mendekati 4 t /ha. Kondisi ini berubah setelah tahun 2005 di mana

rendemen gula mulai meningkat dan mencapai 7,67% pada tahun 2005. Pada tahun 2010

produktivitas mencapai 6,3 t hablur/ha, namun masih tetap di bawah produktivitas yang

pernah dicapai pada tahun 1990an (7 t/ha). Laju peningkatan produktivitas tebu dan

hablur selama kurun waktu lima tahun terakhir masih jauh lebih rendah dari yang pernah

dicapai pada kurun waktu 1930an. Pada saat itu, produktivitas tebu hampir mendekati 140

t/ha dan produktivitas hablur mendekati 18 t/ha, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

produktivitas tebu dan hablur saat ini yang hanya sekitar 78 t tebu/ha dan 6 t hablur/ha

(Deptan, 2013).

Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi

rendahnya produksi tebu yang berpengaruh pada produksi gula di Indonesia.

Permasalahan produksi tersebut dapat diperbaiki dengan penerapan teknologi, pupuk dan

benih yang digunakan dalam budidaya tebu. Pupuk, benih dan penerapan teknologi dapat

membuat rendemen dalam tebu dan produksi tebu menjadi tinggi.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh teknologi, benih

berkualitas dan penambahan pupuk terhadap produksi tebu dengan menggunakan model

variabel dummy yang terbaik dan dapat menjelaskan model secara signifikan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknologi terhadap produksi tebu.

4

Page 5: Tiket Masuk Dummy 2

2. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan pupuk terhadap peningkatan produksi tebu.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh peningkatan kualitas benih terhadap produksi

tebu.

4. Untuk mengetahui model terbaik dari model dummy yang dapat menjelaskan model

secara signifikan.

5

Page 6: Tiket Masuk Dummy 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tebu

Tebu merupakan jenis tanaman perdu, yang termasuk dalam golongan rumput-

rumputan dengan nama lain Saccharum officinarum. Tanah yang paling cocok untuk jenis

tanaman perdu adalah daerah dataran yang tingginya kurang dari 500 meter di atas

permukaan laut. Curah hujan yang cocok untuk tanaman tebu mempunyai curah hujan

tidak kurang dari 2000 mm per tahunnya. Keadaan iklim yang baik yaitu keadaan iklim

yang bergantian antara kemarau dan penghujan. Jadi tanah yang cocok untuk budidaya

tanam tebu adalah tanah yang memiliki sifat kering-kering basah. Iklim panas yang

lembab dengan suhu antara 25ºC-28ºC. Curah hujan kurang dari 100 mm/tahun. Tanah

tidak terlalu masam, pH diatas 6,4 dan ketinggian kurang dari 500 m dpl. Agar tanaman

tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Pada

waktu masih muda tanaman tebu memerlukan banyak air dan ketika mulai tua

memerlukan musim kemarau yang panjang. Daerah penghasil tebu terutama di Jawa,

Sumatera Selatan, Sumateran Barat, Lampung, dan, NusaTenggara(Deptan, 2014).

2.2 Pengembangbiakan Tanaman Tebu

Untuk mengembangbiakan tanaman tebu ada dua macam cara yaitu yang pertama

adalah cara generative, khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa

dipakai untuk mendapatkan jenis tebu baru yang mempunyai kadar gula lebih tinggi.

Kemudian cara berikutnya ialah cara vegetative untuk mendapatkan bibit-bibit yang kita

perlukan untuk ditanam.

1. Generative

Dengan cara mengawinkan bunga tebu secara silang, dan kemudian menanam biji dari

hasil perkawinan silang tersebut. Perkawinan jenis unggul akan menghasilkan jenis

tebu baru yang unggul.

2. Vegetative

Dilakukan dengan penyetekan. Caranya dengan mengumpulkan pucuk-pucuk pohon

tebu kurang lebih 3-4 ruas, kemudian bdaun-daun yang menutupi ruas-ruas tersebut

kita hilangkan. Karena pucuk ini biasanya masih tertutup daun dan masih agak muda,

untuk menghilangkan atau mencegah adanya  hama yang nantinya menyerang,

6

Page 7: Tiket Masuk Dummy 2

sebelum kita tanam kita harus member racun anti hama. Untuk bibit-bibit seperti ini

sering dipakai trusi yang dioles-oleskan pada batang tebu yang akan ditanam sebagai

bibit. Bibit stek pucuk merupakan dengan bibit stek pucuk ini adalah bibit yamg kita

ambil dari pucuk tebangan tebu. Bibit rayungan adalah bibit tebu yang telah tumbuh.

3. Cara yang baik untuk menanam bibit ini adalah sebagai berikut:

Dari pinggir 1,30 m. Lebar parit keliling 0,70 m, dengan dalam juga 0,70 m. Panjang

parit malang 100 m, lebar 0,50 m, demikian juga dengan kedalamannya 0,50 m.

Kemudian lebar parit mujur 0,70 m, dengan dalasm 0,70 m. Dengan demikian, maka

setiap kotakan ini luasnya 0,10 Ha dengan perincian 100 x 10 m² = 1.000 m².

Kemudian untuk parit yang malang itu dengan panjang 100 m kita bagi lagi sebagai

berikut:

a. Untuk membuat parit 1 x 0,70 m = 0,70 m.

b. Jalan dan  tempat pembuangan tanah dari hasil galian membuat parit tersebut kita

ambil 1,30 m.

c. Tempat guludan/galengan 0,58 x 100 m = 58 m.

d. Seperti juga jenis bibit yang lain-lain, lubang tanaman kita buat dalamnya 0,35 m.

e. Dengan demikian pada setiap lubang yang panjangnya 10 m ini memerlukan 20

bibit, dan tentu saja masih ditambah dengan dengan bibit sumpingan untuk

cadangan sebagai penyulam kalau ada bibit yang tidak baik.

f. Bibit Bonggol

Bibit ini kita ambil daribbagian bawah tebu yang habis ditebang. Biasanya berupa

batang yang masih  terpendam di dalam tanah, untuk bibit bonggol ini, biasanya

mempunyai mata 2 atau 3, cara  penanaman bibit jenis ini dilakukan dengan agak

miring sedikit.(Agriculture, 2013)

2.3 Budidaya Tanaman Tebu

1. Pembukaan Lahan

Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari

jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar; Got keliling/mujur lebar 60 cm;

dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got

diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah

7

Page 8: Tiket Masuk Dummy 2

buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol

tanaman. Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got – got

malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran

standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk

tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek

kedua serta rapi. Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5

bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring

nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

2. Persiapan Tanam

a. Lakukan seleksi bibit di luar kebun

b. Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan

semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.

c. Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA

dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.

d. Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran

hancur dan halus.

4. Cara Tanam

a. Bibit Bagal atau Generasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat

yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas

garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun

dengan tanah.

b. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)

Jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap

ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua;

batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1

cm. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam

petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.

8

Page 9: Tiket Masuk Dummy 2

5. Waktu Tanam

Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing

masa giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

6. Penyiraman

Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah

satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

7. Penyulaman

a. Sulam sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan

bermata satu.

b. Sulaman ke – 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 – 4 helai. Bibit

dari rayungan bermata dua atau pembibitan.

c. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur + 1 bulan.

d. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan

pemberian air ke – 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan.

e. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2

6. Pemupukan

a. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha.

b. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas

juringan dosis ± 1 – 2 botol/1000 m² dengan cara :Alternatif 1 : 1 botol

SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian

setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram juringan.

Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan

SUPERNASA untuk menyiram 5 – 10 meter juringan.

c. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha.

Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu.

d. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 – 1 kw/ha dan

KCl sebanyak 1-2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.

5. Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA

9

Page 10: Tiket Masuk Dummy 2

dosis 4 – 6 tutup dicampur HORMONIK 1 – 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan

3 bulan

7. Pemanenan

Pelaksanaan panen pada tanaman tebu meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu

taksasi hasil perencanaan tebang berdasarkan analisis pendahuluan kemasakan tebu

dan tebang angkut(Agriculture, 2013).

10

Page 11: Tiket Masuk Dummy 2

III.METODE

3.1 Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Keterangan:

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2 = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)(Duwi,

2011)

3.2 Variabel Dummy

Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan

variabel yang bersifat kualitatif (contoh: jenis kelamin, ras, agama, perubahan kebijakan

pemerintah, perbedaan situasi dan lain-lain). Variabel dummy merupakan variabel yang

bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat

kontinue. Variabel dummy hanya mempunyai 2 (dua) nilai yaitu 1 dan nilai 0, serta diberi

simbol D. Variabel dummy (D) dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

perubahan dalam intersep, slope atau keduanya, dalam dua atau lebih situasi yang berbeda

sperti keadaan damai dan perang(Mareta, 2011).

Analisis regresi dapat menggunakan data ratio maupun data yang bersifat

nominal. Data nominal merupakan tingkat data yang paling rendah dan keberadaannya

dalam analisis regresi merupakan penanda dari sesuatu yang bersifat dikotomi, variabel

ini disebut variable boneka atau variable dikotomi atau variable dummy. Berikut ini

gambaran perubahan intersep dan slope dalam persamaan regresi dummy variable:

11

Page 12: Tiket Masuk Dummy 2

Analisis Dummy sebagai Dependent Variable

Binomial (or binary) logistic regression adalah bentuk regresi dimana digunakan ketika

dependen adalah variable dikotomi. Multinomial logistic regression merupakan

pengembangan dari binomial logit dengan menjelaskan kasus dependent variable lebih

dari dua criteria. Ketika criteria-kriteria dalam dependent variable dapat dirangking maka

kemudian digunakanlah ordinal logistic regression. Variabel yang kontinyu tidak

digunakan dalam dependent variable model logistic regression.

Logistic regression menerapkan pendugaan maximum likelihood. Dalam hal ini,

pendugaan logistic regression menunjukkan probablitas suatu event tertentu terjadi.

Sebagai catatan, dalam analisis logit perubahan sebaga efek dari perubahan independent

dilihat dari log odds – nya, bukan sebagaimana perubahan dalam intrepretasi yang

dilakukan dalam estimasi menggunakan OLS.

Model:

ln[p/(1-p)] = a + bX + ea. p adalah probabilitas terjadinya suatu yang diamati

b. p/(1-p) adalah "odds ratio"

c. ln[p/(1-p)] adalah log odds ratio, atau "logit"

Berikut adalah langkah-langkah pengaplikasian variabel dummy pada SPSS:

1. Dummy Intersep

Langkah-langkah model dummy intersep pada regresi linear berganda:

1. Menggunakan data pupuk, produksi dan benih pada excel serta dummy penerapan

teknologi.

12

Page 13: Tiket Masuk Dummy 2

2. Kemudian copy data dan paste pada tabel SPSS

3. Klik Analize => regresi => linear.

4. Masukkan variabel produksi pada kolom dependent dan variabel benih, pupuk,

dan Di pada kolom independent.

5. Klik Ok

6. Data akan muncul pada document output SPSS

7. Analisis model dummy intersep

2. Dummy Slope

1. Menggunakan data pupuk, produksi dan benih pada excel serta dummy penerapan

teknologi yang sama.

2. Klik transform => compute variable, kemudian akan muncul tampilan compute

variable

3. Tulis pada target variable dengan nama DiX( X=pupuk atau benih)

4. Tulis Di * X( X= benih atau pupuk) pada kolom numeric expression

5. Klik Ok

6. Kemudian akan muncul data baru yaitu DiX pada tabel SPSS

7. Klik Analize => regresi => linear.

8. Masukkan variabel produksi pada kolom dependent dan variabel benih, pupuk,

dan DiX pada kolom independent.

9. Klik Ok

10. Data akan muncul pada document output SPSS

11. Analisis model dummy intersep

3. Dummy Kombinasi

1. Menggunakan data tabel yang sama serta hasil dari transform data pada tabel SPSS

2. Klik Analize => regresi => linear.

3. Masukkan variabel produksi pada kolom dependent dan variabel benih, pupuk, Di,

dan DiX pada kolom independent.

4. Klik Ok

5. Data akan muncul pada document output SPSS

6. Analisis model dummy intersep

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Page 14: Tiket Masuk Dummy 2

Produksi (kg) Benih (kg)Pupuk (kg)

Di Tekhnologi (1=menerapkan; 0=tidak

menerapkan)4800 40 250 12500 20 250 11500 9 150 01300 10 100 01400 10 20 03500 50 50 1900 6 50 02500 25 150 11000 7 150 06000 27 250 16200 30 325 11500 10 100 05400 40 225 16000 30 100 13000 20 100 1400 3 25 0400 3 25 0400 3 20 01300 7 150 01000 5 130 01200 5 100 05000 20 300 14900 20 300 13000 15 200 12000 10 125 01000 7 100 06500 40 450 16200 40 450 11250 10 150 02500 12 150 12800 10 150 11500 9 100 0

Tabel 1. Data Produksi, Benih, dan Pupuk

Ln PROD

Ln Benih

Ln Pupuk

8.48 3.69 5.52

14

Page 15: Tiket Masuk Dummy 2

7.82 3.00 5.527.31 2.20 5.017.17 2.30 4.617.24 2.30 3.008.16 3.91 3.916.80 1.79 3.917.82 3.22 5.016.91 1.95 5.018.70 3.30 5.528.73 3.40 5.787.31 2.30 4.618.59 3.69 5.428.70 3.40 4.618.01 3.00 4.615.99 1.10 3.225.99 1.10 3.225.99 1.10 3.007.17 1.95 5.016.91 1.61 4.877.09 1.61 4.618.52 3.00 5.708.50 3.00 5.708.01 2.71 5.307.60 2.30 4.836.91 1.95 4.618.78 3.69 6.118.73 3.69 6.117.13 2.30 5.017.82 2.48 5.017.94 2.30 5.017.31 2.20 4.61

Tabel 2. Data Produksi, Benih, dan Pupuk SPSS

Pada data tabel 2 merupakan hasil Ln dari data tabel 1. Hal tersebut dikarenakan

agar data dapat terdistribusi normal, dan pada uji normalitas sebaran data mendekati garis

diagonal, sehingga sebaran datanya hampir sesuai dengan teori yang diminta. Dapat pula

dikatakan sebaran data tersebut normal.

15

Page 16: Tiket Masuk Dummy 2

Gambar 1. Uji Normalitas

4.1 Dummy Intersep

1. Uji R

Tabel 3. Uji R Model Dummy Intersep

Uji Adj R2= 0,926

2. Uji F

16

Page 17: Tiket Masuk Dummy 2

Tabel 4. Uji F Model Dummy Intersep

Uji F=130,673

Dari hasil uji F diatas didapatkan Fhitung = 130,673, sedangkan Ftabel = 2.21. Dari

hasil tersebut menunjukkan jika Fhitung > Ftabel. Maka kesimpulan yang didapat adalah

terima H1, tolak H0 yang artinya penerapan teknologi berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi tebu. Dengan demikian model tersebut dapat diterima sebagai

penduga yang baik dan layak untuk digunakan.

3. Uji T

Tabel 5. Uji T Model Dummy Intersep

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + c Di

Y = 4,652 + 0,618benih + 0,258pupuk + 0,323 Di

Untuk Di = 0

Y = 4,652 + 0,618benih + 0,258pupuk + 0,323(0)

Y = 4,652 + 0,618benih + 0,258pupuk

Untuk Di= 1

Y = 4,652 + 0,618benih + 0,258pupuk + 0,323(1)

Y = 4,652 + 0,618benih + 0,258pupuk + 0,323

Y = 4,975 + 0,618benih + 0,258pupuk

Pada model dummy intersep tersebut memiliki hasil perhitungan yaitu dengan

adanya petani tebu yang menerapkan teknologi (Di), maka dapat menghasilkan

produksi hingga 4,975, sedangkan yang tidak menerapkan teknologi atau D0

menghasilkan produksi sebesar 4,652, sehingga memiliki selisih 0,323.

Secara logika ekonomi, peningkatan produksi hingga 4,975 dapat diterima

karena penerapan teknologi pada usahatani tebu dapat meningkatkan produksi yang

17

Page 18: Tiket Masuk Dummy 2

peningkatannya tidak terlalu besar yaitu 32,3 %. Jadi model dummy intersep dapat

menjadi pertimbangan sebagai model yang baik dan rasional serta dapat menjelaskan

model secara signifikan.

4.2 Dummy Slope Bibit

1. Uji R

Tabel 6. Uji R Slope Benih

Uji Adj R2= 0,920

2. Uji F

Tabel 7. Uji F Slope Benih

Dari hasil uji F diatas didapatkan Fhitung = 120,296, sedangkan Ftabel = 2.21. Dari

hasil tersebut menunjukkan jika Fhitung > Ftabel. Maka kesimpulan yang didapat adalah

terima H1, tolak H0 yang artinya peningkatan kualitas dan kuantitas benih berpengaruh

secara signifikan terhadap produksi tebu. Dengan demikian model tersebut dapat

diterima sebagai penduga yang baik dan layak untuk digunakan.

18

Page 19: Tiket Masuk Dummy 2

3. Uji T

Tabel 8. Uji T Slope Benih

Uji t hitung benih= 4,925

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + c Di

Y = 4,611 + 0,612benih + 0,274pupuk + 0,089 DiBenih

Untuk Di = 0

Y = 4,611 + 0,612benih + 0,274pupuk + 0,089(0)Benih

Y = 4,611 + 0,612benih + 0,274pupuk

Untuk Di= 1

Y = 4,611 + 0,612benih + 0,274pupuk + 0,089(1)Benih

Y = 4,611 + 0,612benih + 0,274pupuk + 0,089benih

Y = 4,611 + 0,701benih + 0,274pupuk

Pada model dummy slope benih tersebut memiliki hasil perhitungan yaitu

dengan adanya petani tebu yang menerapkan teknologi (Di), maka dapat

meningkatkan benih menjadi 0,701, sehingga produksi ikut meningkat. Petani tebu

yang tidak menerapkan atau D0 menghasilkan benih 0,612, sehingga memiliki selisih

0,089.

Secara logika ekonomi, peningkatan produksi dengan adanya peningkatan

benih menjadi 0,701 dapat diterima karena penerapan teknologi pada usahatani tebu

dapat meningkatkan produksi, serta peningkatannya tidak terlalu besar atau sebesar

8,9 %. Benih untuk tumbuh menjadi bibit dan sampai panen memerlukan waktu yang

lama, dan belum tentu semua benih dapat tumbuh dengan adanya penerapan

teknologi, sehingga peningkatan benih pada peningkatan produksi tidak terlalu jauh.

Jadi model dummy slope benih dapat menjadi pertimbangan sebagai model yang baik

dan rasional serta dapat menjelaskan model secara signifikan. secara signifikan.

19

Page 20: Tiket Masuk Dummy 2

4.3 Dummy Slope Pupuk

1. Uji R

Tabel 9. Uji R Slope Pupuk

Uji Adj R2= 0,926

2. Uji F

Tabel 10. Uji F Slope Pupuk

Uji F=130,993

Dari hasil uji F diatas didapatkan Fhitung = 130,993, sedangkan Ftabel = 2.21. Dari

hasil tersebut menunjukkan jika Fhitung > Ftabel. Maka kesimpulan yang didapat adalah

terima H1, tolak H0 yang artinya peningkatan penggunaan pupuk berpengaruh secara

signifikan terhadap produksi tebu. Dengan demikian model tersebut dapat diterima

sebagai penduga yang baik dan layak untuk digunakan.

3. Uji T

Tabel 11. Uji T Slope Pupuk

20

Page 21: Tiket Masuk Dummy 2

Uji t hitung pupuk = 3,475

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + c DiX1

Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk + 0,062DiPupuk

Untuk Di = 0

Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk + 0,062(0)Pupuk

Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk

Untuk Di= 1

Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk + 0,062(1)Pupuk

Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk + 0,062pupuk

Y = 4,611 + 0,631benih + 0,295pupuk

Pada model dummy slope pupuk tersebut memiliki hasil perhitungan yaitu

dengan adanya petani tebu yang menerapkan teknologi (Di), maka petani

meningkatkan pupuk yang digunakan menjadi 0,233, sehingga produksi ikut

meningkat. Petani tebu yang tidak menerapkan teknologi atau D0 tidak meningkatkan

penggunaan pupuk yaitu hanya sebesar 0,295, sehingga memiliki selisih 0,062.

Secara logika ekonomi, peningkatan produksi dengan adanya peningkatan

penggunaan pupuk menjadi 0,233 dapat diterima karena penerapan teknologi pada

usahatani tebu dapat meningkatkan produksi, seiring dengan ditambahnya

penggunaan pupuk. Peningkatannya tidak terlalu besar atau sebesar 6,2 %. Jadi model

dummy slope pupuk dapat menjadi pertimbangan sebagai model yang baik dan

rasional serta dapat menjelaskan model secara signifikan. secara signifikan.

4.4 Dummy Kombinasi Intersep dengan Slope Pupuk

1. Uji R

Tabel 11. Uji R Kombinasi Intersep dan Slope Pupuk

Adj R2 = 0,924

21

Page 22: Tiket Masuk Dummy 2

2. Uji F

Tabel 12. Uji F Kombinasi Intersep dan Slope Pupuk

Dari hasil uji F diatas didapatkan Fhitung = 94,849, sedangkan Ftabel = 2.21. Dari

hasil tersebut menunjukkan jika Fhitung > Ftabel. Maka kesimpulan yang didapat adalah

terima H1, tolak H0 yang artinya peningkatan penggunaan pupuk dan penerapan

teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tebu. Dengan demikian

model tersebut dapat diterima sebagai penduga yang baik dan layak untuk digunakan.

3. Uji T

Tabel 13. Uji T Kombinasi Intersep dan Slope Pupuk

Uji t hitung pupuk= 2,846

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + c DiX1 + dD1

Y = 4,709 + 0,625benih + 0,242pupuk + 0,04DiPupuk + 0,12Di

Untuk Di = 0

Y = 4,709 + 0,625benih + 0,242pupuk + 0,04(0)Pupuk + 0,12(0)

Y = 4,709 + 0,625benih + 0,242pupuk

Untuk Di= 1

Y = 4,709 + 0,625benih + 0,242pupuk + 0,04(1)Pupuk + 0,12(1)

Y = 4,709 + 0,625benih + 0,242pupuk + 0,04Pupuk + 0,12

Y = 4,829 + 0,625benih + 0,282pupuk

22

Page 23: Tiket Masuk Dummy 2

Pada model dummy kombinasi, mempertimbangkan kombinasi antara model

intersep dengan model slope pupuk. Hal tersebut dikarenakan nilai Adj R2 pada slope

pupuk yaitu 0,926. Nilai tersebut lebih besar daripada model dummy slope benih.

Hasil perhitungan dari model dummy kombinasi tersebut yaitu dengan adanya petani

tebu yang menerapkan teknologi (Di), maka petani meningkatkan pupuk yang

digunakan menjadi 0,282 serta produksi bertambah menjadilebih besar dari 4,829

karena penambahan pupuk dan ditambah penerapan teknologi yang dilakukan. Petani

tebu yang tidak menerapkan teknologi atau D0 dan tidak meningkatkan penggunaan

pupuk yaitu hanya sebesar 0,242, sehingga memiliki selisih 0,04 serta produksi

memiliki selisih 0,12.

Secara logika ekonomi, peningkatan produksi dengan adanya peningkatan

penggunaan pupuk dan penerapan teknologi dapat diterima karena penerapan

teknologi dan pupuk pada usahatani tebu dapat meningkatkan produksi, seiring

dengan ditambahnya penggunaan pupuk. Peningkatannya tidak terlalu besar atau

sebesar 4% pada pupuk dan produksi sebesar 12%. Jadi model dummy kombinasi

intersep dengan slope pupuk dapat menjadi pertimbangan sebagai model yang baik

dan rasional serta dapat menjelaskan model secara signifikan. secara signifikan.

No Penentuan

model

Adj

R2

F Teori

ekonomi

Persamaan

1 Intersep 0,926 130,67

3

Diterima Di=0

Y = 4,652 + 0,618benih + 0,258pupuk

Di=1

Y = 4,975 + 0,618benih + 0,258pupuk

2 Slope Benih 0,920 120,29

6

Diterima Di=0

Y = 4,611 + 0,612benih + 0,274pupuk

Di=1

Y = 4,611 + 0,701benih + 0,274pupuk

3 Slope

Pupuk

0,926 130,993

Diterima Di=0

Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk

Di=1

Y = 4,611 + 0,631benih + 0,295pupuk

4 Kombinasi

Intersep

0,924 94,849 Diterima Di=0

23

Page 24: Tiket Masuk Dummy 2

dengan

Slope

Pupuk

Y = 4,709 + 0,625benih + 0,242pupuk

Di=1

Y = 4,829 + 0,625benih + 0,282pupuk

Tabel 11. Model Dummy

Pada tabel tersebut merupakan hasil keseluruhan model dummy untuk menentukan

model yang terbaik dan dapat menjelaskan model. Jadi model terbaik dari model dummy

tersebut adalah model dummy slope pupuk. Karena model dummy slope pupuk mempunyai

nilai uji Adj R2 tertinggi yaitu 0,926. Dari hasil uji F diatas didapatkan Fhitung = 130,993,

sedangkan Ftabel = 2.21. Dari hasil tersebut menunjukkan jika Fhitung > Ftabel. Maka kesimpulan

yang didapat adalah terima H1, tolak H0 yang artinya peningkatan penggunaan pupuk

berkualitas berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tebu. Dengan demikian model

tersebut dapat diterima sebagai penduga yang baik dan layak untuk digunakan.

Sehingga penerapan teknologi dengan meningkatkan pupuk pada usahatani tebu dapat

meningkatkan produksi tebu. Karena pupuk memiliki peranan penting dalam meningkatkan

produksi yang tinggi dan rendeman. Sebagai contoh yaitu pupuk Super NASA.

24

Page 25: Tiket Masuk Dummy 2

BAB V

KESIMPULAN

Dalam analisis regresi linier berganda dilakukan dengan variabel dummy intersep,

slope benih dan bibit serta variabel dummy kombinasi intersep dengan slope pupuk. Dalam

berbagai uji diatas dihasilkan suatu hasil model dummy yang dapat menjelaskan suatu model

dengan signifikan yaitu model dummy slope pupuk. Model dummy slope pupuk mempunyai

nilai uji Adj R2 tertinggi yaitu 0,926, secara teori ekonomi dapat diterima dan rasional. Pada

Di=0 diperoleh persamaan Y = 4,735 + 0,631benih + 0,233pupuk, sedangkan Di=1

diperoleh persamaan Y = 4,611 + 0,631benih + 0,295pupuk. Sehingga penerapan teknologi

dengan meningkatkan pupuk pada usahatani tebu dapat meningkatkan produksi tebu.

25

Page 26: Tiket Masuk Dummy 2

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture. 2013. Jenis-Jenis Tebu. http://jambangofagriculture.wordpress.com/tag/jenis-

jenis-tebu/

Deptan, 2013. Produksi Tebu di Indonesia. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp-

content/uploads/2013/04/perkebunan_jurnal-littri_Vol18412_5_SriHS.pdf. Diakses

tanggal 31 Maret 2014.

Deptan. 2014. Budidaya Tebu. http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-tebu-7825.

Diakses tanggal 31 Maret 2014.

Duwi, 2011. Analisis Regresi Linier Berganda.

http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/analisis-regresi-linier-berganda.html.

Diakses tanggal 31 Maret 2014.

26

Page 27: Tiket Masuk Dummy 2

LAMPIRAN

1. Uji Normalitas

2. Analisis Model Dummy Intersep

27

Page 28: Tiket Masuk Dummy 2

3. Analisis Slope Bibit

4. Analisis Slope Pupuk

28

Page 29: Tiket Masuk Dummy 2

5. Kombinasi Intersep dengan Slope Pupuk

29