TIDE POOL
description
Transcript of TIDE POOL
Makalah Ekologi Laut
TIDE POOL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Laut
Dosen Pengampu : Dr. rer. Nat. Tri Dewi K.P, M.Si
Disusun oleh :
Kelompok 3
Arinasti Dian 140410120053
Sairandri Dyah Harjanti 140410120070
Devina Octovinata 140410120092
Bella Maudina Audia 140410130020
Dzulismi Ayuninda S 140410130116
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................3
2.1 Tide Pool ..................................................................................3
2.2 Faktor Fisik Tide Pool ..............................................................5
2.3 Flora dan Fauna ........................................................................6
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Komunitas Flora dan
Fauna Tide Pool ........................................................................7
2.5 Pertahanan Diri di Tide Pool ....................................................9
BAB III KESIMPULAN...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Tingkatan
organisasi ini dikatakan sebagai suatu sistem karena memiliki komponen-
komponen dengan fungsi berbeda yang terkoordinasi secara baik sehingga
masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik
terwujudkan dalam rantai makanan dan jaring makanan yang pada setiap proses
ini terjadi aliran energi dan siklus materi (Soemarwoto, 1983).
Wilayah pesisir atau coastal adalah salah satu sistem lingkungan yang
ada, dimana zona intertidal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut dengan luas area yang sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut
terendah. Zona intertidal dapat juga diartikan sebagai bagian laut yang paling
banyak dikenal serta terdiri dari daerah pantai berbatu, pantai berpasir, dan pantai
berlumpur serta memiliki keragaman faktor lingkungan. Hanya zona inilah tempat
penelitian terhadap organism perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama
periode air surut tanpa memerlukan peralatan khusus. Salah satu ekosistem yang
terbentuk di daerah pesisir ini adalah tide pool (kolam pasang) (Nybaken, 1992).
Tide pool (kolam pasang) atau kolam batu adalah kolam berbatu di tepi laut
yang diisi dengan air laut. Sebagian besar dari kolam ini merupakan kolam
terpisah hanya pada saat air laut surut. Banyak dari tide pool merupakan habitat
beberapa hewan yang telah menarik perhatian para peneliti dan ahli biologi
kelautan (NPCA, 2008).
Tide pool ini berada pada zona intertidal, dimana tide pool ini ini
memiliki kondisi yang sangat berfluktuasi. Zona ini terendam saat air laut pasang
maupun selama badai. Selain itu zona ini dapat mengalami perubahan suhu yang
cukup ekstrim. Suhu pada wilayah ini dapat berubah akibat paparan sinar matahari
ataupun terkena angin dingin. Akibat kondisi ini, tide pool memiliki kondisi yang
1
sangat berfluktuasi dan menciptakan ekosistem tersendiri. Populasi dalam tide
pool mampu bertahan dalam lingkungan yang ekstrim sehingga membentuk
suksesi. (Johnson, 2000 dalam Chao,et al., 2013)
Ekosistem tide pool ini dapat dikatakan cukup unik, karena jenis
makhluk hidup dalam tide pool dapat berubah-ubah ketika pasang-surut air laut
terjadi. Sulit untuk mengetahui jumlah dari makhluk hidup yang berada pada
ekosistem ini dari waktu ke waktu terutama ketika perubahan tersebut sangat
bertahap.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil identifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan tide pool
2. Jenis-jenis biota apa sajakah yang terdapat pada tide pool
3. Bagaimana kehidupan organisme (biota) yang terdapat pada tide pool
1.3 Tujuan
Memberikan informasi mengenai ekosistem tide pool yan terletak di
daerah pesisir serta untuk memahami bagaimana kondisi dan jenis biota yang
berada pada ekosistem tide pool.
2
BAB II
ISI
2.1 Tide Pool
Tide pool (kolam pasang) atau kolam batu adalah kolam berbatu di tepi
laut yang diisi dengan air laut. Sebagian besar dari kolam ini merupakan kolam
terpisah hanya pada saat air laut surut. Banyak dari tide pool merupakan habitat
beberapa hewan yang telah menarik perhatian para peneliti dan ahli biologi
kelautan (NPCA, 2008).
Kolam pasang surut ini berada pada zona intertidal laut. Zona ini
terendam laut di pasang tinggi dan selama badai, juga hempasan gelombang laut.
Di lain waktu, zona ini dapat mengalami kondisi ekstrim lain, yaitu terkena
paparan sinar 15 matahari atau terkena angin dingin. Beberapa organisme dapat
bertahan hidup dalam kondisi tersebut (NPCA, 2008).
Zona intertidal merupakan zona yang umum terdapat di seluruh dunia.
Karena adanya isolasi dan pencampuran yang disebabkan oleh pasang surut,
menyebabkan tide pool memiliki kondisi yang sangat berfluktuasi dan
menciptakan ekosistem tersendiri. Populasi dalam tide pool mampu bertahan
dalam lingkungan yang ekstrim sehingga membentuk suksesi. Kemudahan dalam
pengambilan sampel dan investigasi menyebabkan tide pool sering dijadikan
sebuah sistem model untuk studi populasi (Yasuda, 2007).
Menurut (Soemarwoto, 1983), tide pool dapat dibagi menjadi empat zona
sebagai berikut:
1. Splash Zone
Splash Zone merupakan daerah di atas batas pasang tertinggi dan terutama
berada pada daerah percikan air laut. Karakteristik dari jenis dalam zona ini
adalah teritip acorn kecil (Cthamalus dalli), selada laut (Ulva sp.), dan siput
periwinkle (Littorina sp.). Semua jenis ini dapat beradaptasi dan menahan
paparan dalam jangka panjang.
3
2. High Zone
Zona pasang tinggi adalah daerah yang terkena banjir selama pasang laut.
Organisme harus bertahan dari hempasan gelombang, arus, dan paparan sinar
matahari. Zona ini didominasi oleh rumput laut dan invertebrata, seperti
anemon laut, bintang laut, Chiton, kepiting, ganggang hijau, dan kerang.
Ganggang laut memberikan perlindungan bagi nudibranch dan umang-umang.
Gelombang yang sama dan arus menjadikan zona pasang sulit membawa
makanan bagi organisme filter feeder dan organisme intertidal lainnya.
3. Mid Zone
Pada Mid Zone, ditandai dengan jenis yang sangat dikenali, seperti bintang laut
(Pisaster sp.), kerang (Mytilus californianus), dan teritip gooseneck (Pollicipes
polymerus).
4. Low Zone
Disebut juga Zona Litoral Bawah. Pada daerah ini biasanya hanya terkena
ketika air pasang sangat rendah. Sub wilayah ini sebagian besar terendam,
tetapi terkena hanya saat air surut dan sering penuh dengan kehidupan dan
memiliki lebih banyak vegetasi laut, khususnya rumput laut. Terdapat
keanekaragaman hayati yang lebih besar. Organisme dalam zona ini tidak
memiliki kemampuan adaptasi yang baik dengan kekeringan dan suhu ekstrem.
Organisme pada zona surut termasuk abalone, anemon, rumput laut coklat,
Chiton, kepiting, ganggang hijau, Hidroid, Isopoda, keong dan kerang.
Makhluk-makhluk ini bisa tumbuh hingga ukuran yang lebih besar karena
tersedia banyak energi dan cakupan air yang lebih baik. Air cukup dangkal
untuk memungkinkan lebih banyak sinar matahari untuk kegiatan fotosintesis
dan salinitas hampir pada tingkat normal. Daerah ini juga relatif terlindungi
dari predator besar karena gelombang dan air dangkal.
4
3
2.2 Faktor Fisik Tide Pool
Tide pool memiliki ukuran serta volume air yang bervariasi. Air
merupakan peredam bagi kondisi fisik yang keras. Oleh sebab itu, maka semakin
besar volume air, semakin kecil fluktuasi faktor fisiknya (Nybakken, 1992).
Menurut Nybakken (1992), terdapat tiga fakto fisik utama yang dapat berubah-
ubah dalam tide pool, yaitu suhu, salinitas, dan konsentrasi oksigen.
1. Suhu
Tide pool yang dangkal, terbuka terhadap sinar matahari pada hari-hari panas,
sehingga dapat dengan cepat mencapai suhu letal atau mendekati letal. Pada
daerah sedang-dingin atau pada wilayah subkutub, tide pool memiliki suhu
dalam kisaran yang membekukan pada waktu musim dingin. Tide pool dapat
berubah menjadi panas atau dingin hanya dalam beberapa jam ketika terbuka di
udara, tetapi ketika pasang naik kembali, tide pool akan dibanjiri oleh air laut
dengan suhu yang sangat berbeda di beberapa tempat. Hal ini akan megubah
suhu seluruh tide pool secara tiba-tiba. Oleh sebab itu, seluruh organisme yang
hidup pada tide pool harus dapat beradaptasi dengan fluktuasi suhu yang terjadi
secara tiba-tiba.
2. Salinitas
Selama terbuka pada saat surut, tide pool menjadi panas. Ketika hal tersebut
berlangsung, terjadi penguapan dan salinitas meningkat. Di bawah kondisi
tropik yang panas, peningkatan salinitas dapat mencapai titik pengendapan
garam. Keadaan yang berlawanan terjadi ketika hujan lebat turun pada saat
surut dan membajiri tide pool dengan air tawar, maka akan menyebabkan
salinitas menurun. Seluruh organisme yang hidup pada tide pool harus dapat
beradaptasi dengan fluktuasi salinitas yang terjadi secara tiba-tiba karena
ketika pasang, tide pool akan dibanjiri oleh air laut dan akan terjadi perubahan
salinitas ke kondisi normal.
5
3. Konsentrasi Oksigen
Salah satu fungsi suhu yaitu sebagai penahan jumlah oksigen dalam air laut.
Oleh karena itu, suhu tide pool yang menjadi panas selama terbuka di udara
akan menyebabkan tide pool kehilangan oksigen. Pada kondisi normal, hal ini
tidak akan menyebabkan tekanan oksigen yanng cukup serius, tetapi jika tide
pool penuh dengan dengan organisme maka akan terjadi suatu keadaan yang
menekan. Sebagai contoh, satu genangan yang berisi alga yang terbuka pada
malam hari akan menghasilkan satu keadaan di mana fotosintesis berkurang
dan respirasi tinggi, sehingga mengurangi tingkat okesigen secara nyata.
Penurunan oksigen pada tide pool tropik hanya 18% dari kejenuhan.
2.3 Flora dan Fauna
Metaxas dan Lewis (1992) dalam Metaxas dan Robert (1993)
menyatakan bahwa tipe organisme yang terdapat pada tide pool diantaranya
berbagai macam diatom laut. tanaman vascular, bryophyta, dan invertebrate serta
ikan. Hasil penelitian di beberapa daerah di Amerika Serikat menunjukkan berapa
diatom yang terdapat di tide pool adalah diatom dari genus Ceramium,
Spongomorpha, Corallina, Rhizoclonium, Prionitis, serta Fucus distichus.
Umumnya makroalga lebih banyak terdapat pada zona intertidal, namun ada
makroalga yang terdapat di tide pool diantaranya Ascophyllum nodosum,
Scytosiphon, dan Ulva. Makroalga Enteromorpha, Cladophora, dan
Chaetomorpha biasanya mendominasi zona tide pool, sedangkan Fucus,
Laminaria, dan Scytosiphon jumlahnya lebih rendah. Selain itu fitoplankton,
zooplankton, dan ikan juga dapat ditemukan sepanjang waktu (Thompson &
Lenner, 1976).
Menurut Oregon State Parks (2012), tide pool adalah sebuah ekosistem
yang hidup, walaupun terdapat banyak bebatuan, tetapi tide pool banyak dijadikan
sebagai tempat wisata karena keanekaragaman flora dan faunanya. Tide pool
dibagi menjadi beberapa Zona, dan masing-masing zona memiliki flora dan fauna
khas. Berikut ini adalah tabel keanekaragaman flora-fauna pada setiap zona tide
pool.
6
Tabel 2.2 Keanekaragaman Flora dan Fauna Tide pool (Oregon State Parks,
2012)
Zona Flora Fauna
Spray ZoneAcorn barnackle, Ribbed limpet
(siput air)
High Tide Zone RockweedPurple shore crab, black turban
snail
Mid-Tide Zone Surfgrass
Ochrea sea star, hermit crab, black
leather chiton, gooseneck
barnackle, green anemone, rough
keyhole limpet, mussel
Low Tide ZoneFeather boa kelp,
sea palms
Red sea cucumber, blue top snail,
sea urchin, giant pacific chiton,
sunflower sea star, nudibranch
Selain flora-fauna didalam air, terdapat juga beberapa burung sering
ditemukan di tide pool. Burung-burung tersebut diantaranya Alap-alap kawah,
camar laut, merpati guillemot, dan Black oystercatcher (Oregon State Parks,
2012).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Komunitas Flora dan Fauna Tide
Pool
Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur komunitas flora dan fauna
pada tide pool dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Herbivor
Banyak peneliti yang mengatakan bahwa hewan pemakan rumput seperti
keong akan membatasi distribusi dan kelimpahan ganggang laut di substrat
pantai berbatu. Paine dan Vadas (1969) dalam Metaxas dan Robert (1993)
menunjukkan bahwa penghilangan bulu babi akan meningkatkan kelimpahan
dan keragaman alga di tide pool dangkal di Washington. Selain itu, adanya
7
Littorina spp. akan memiliki efek negatif terhadap keberadaan makroalga hijau
dan merah, seperti Cobsiella tuberculata, Rhodomela larix, dan alga diatom.
2. Predasi
Pada daerah pantai berbatu, predator seperti bintang laut akan membatasi
kelimpahan teritip dan kerang. Selain itu kepiting juga akan mengendalikan
populasi littorinid. Keberadaan ikan dan anemon laut akan mengurangi
kelimpahan copepoda (Metaxas dan Robert, 1993).
3. Kompetisi
Kompetisi pada substrat pantai berbatu menjadi salah satu faktor penting bagi
kelimpahan penjajah ruang seperti teritip, kerang, dan makroalga, sehingga
hierarki kompetitif akan bervariasi dengan ketinggian dari zona intertidal.
Umumnya kompetisi terjadi pada makroalga. Adanya dominasi kompetitif
akan mengakibatkan pertumbuhan berlebih, seperti ditandai dengan
meningkatnya alga bercabang kasar (Gelidium pulchellum) atau alga bercabang
halus (Padina pavonica). Selain itu terdapat pula korelasi negatif antara
kelimpahan bintang laut Patinella dan siput air Cellana (Metaxas dan Robert,
1993).
4. Faktor Fisik
Distribusi spesies flora dan fauna ditentukan oleh berbagai faktor fisik seperti
fluktuasi suhu, keadaan substrat, dan kedalaman. Biomassa, jumlah spesies dan
kelimpahan ikan akan bergantung pada kedalaman. Substrat yang heterogen
akan berpengaruh terhadap kelimpahan copepoda. Gelombang juga akan
menentukan keberadaan serta kelimpahan alga dan ikan, hal ini dikarenakan
beberapa ikan mampu beradaptasi dengan turbulensi yang tinggi (Metaxas dan
Robert, 1993).
8
5. Gangguan Fisik
Gangguan fisika akan sangat mempengaruhi komposisi dan kekayaan spesies.
Pembekuan dan stress karena panas adalah salah satu gangguan fisik untuk
surfgrass jenis Phyllospadix scouleri. Pukulan atau lemparan dari batu dan
kayu adalah gangguan untuk kerang, anemon, dan Cladophora spp. Pemulihan
dari gangguan bervariasi, bergantung kepada masing-masing spesies dan
besarnya gangguan tersebut (Metaxas dan Robert, 1993).
2.5 Pertahanan Diri di Tide pool
Beberapa bentuk pertahanan diri flora dan fauna tide pool dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pertahanan dari Gelombang
Di zona manapun flora-fauna tersebut hidup, mereka akan terus menerus
terkena ombak. Untuk memproteksi diri, beberapa hewan seperti barnakel dan
remis membutuhkan cangkang yang keras dan mungkin menempel pada
permukaan batu yang kuat. Hewan seperti kepiting menjejalkan dirinya ke
sela-sela bebatuan untuk melindungi dirinya (Yasuda, 2007).
2. Perlindungan dari Udara Kering
Flora dan fauna yang hidup di zona ini akan terkena paparan matahari dan
angin selama laut surut dan harus melindungi dirinya dari kekeringan. Teritip
akan mundur masuk kedalam cangkang, keong akan berlindung di tempat yang
pas untuk mereka periwinkles akan menutup pintu masuk ke cangkang mereka,
dan untuk perlindungan ekstra, periwinkles akan menambahkan sejenis lem ke
tepi cangkangnya dimana ia bertemu dengan batu dan berfungsi untuk
melindungi diri dari pasang laut (Yasuda, 2007).
3. Menemukan Tempat Untuk Bertahan Hidup
Bagi hewan-hewan laut, keadaan laut yang pasang menawarkan banyak
makanan segar, tempat tinggal, serta oksigen, sedangkan untuk tanaman
keadaan laut yang pasang menawarkan nutrisi kimia yang kaya dan sinar
9
matahari. Tetapi laut yang pasang dengan semua celahnya memiliki jumlah
yang terbatas ruang bagi penghuninya. Setiap hewan melakukan kompetisi
untuk mendapatkan ruang kosong untuk tempat mereka tinggal, dan masing-
masing akan mempertahankan wilayahnya agar tidak diambil oleh hewan lain
(Yasuda, 2007).
10
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas mengenai tide pool, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Tide pool adalah sebuah ekosistem yang hidup, walaupun terdapat banyak
bebatuan, tetapi tide pool banyak dijadikan sebagai tempat wisata karena
keanekaragaman flora dan faunanya. Tide pool memiliki faktor fisik seperti
suhu, salinitas, dan konsentrasi oksigen yang fluktiatif.
2. Jenis biota yang terdapat pada tide pool antara lain yaitu rumput laut,
invertebrata, seperti anemon laut, bintang laut, Chiton, kepiting, ganggang
hijau, dan kerang.
3. Biota pada tide pool dapat beradaptasi dengan cara menemukan tempat untuk
bertahan hidup, mempertahankan diri dari gelombang, dan juga perlindungan
dari udara kering.
11
DAFTAR PUSTAKA
Chao, C., Bo-Wei W., Chao-Hsiung C., dan Kuo-Ping C. 2013. The Diel
Dynamics of Ciliate Community in a Tide-pool. Journal of Marine
Science and Technology Vol. 21: 216-222.
Metaxas, A. and Robert E.S. 1993. Community Structure and Organization of
Tide pools. Marine Ecology Progress Series. Vol. 98 : 187 – 198.
National Parks Conservation Association. 2008. Tide Pools. http://www.npca.org/
marine_and_coastal/beaches/tide_pools.html. (Diakses pada tanggal 29
November 2015 pukul 12.10)
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta.
Oregon State Parks. 2012. Tide pools are Alive. http://www.oregonstateparks.org/
(Diaksespada tanggal 28 November 2015 pukul 12.30).
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit
Djambatan. Jakarta.
Yasuda, Memorie. 2007. Tide Pools : A Rocky Life at the Edge of the Sea.
Voyager.
12