Tibua Fibula Terbuka

29
BAB I REKAM MEDIS IDENTIFIKASI Nama : Tn. H Jenis kelamin : laki-laki Umur : 25 tahun Kebangsaan : Indonesia Alamat : Luar Kota MRS : 18 Agustus 2006 ANAMNESIS (autoanamnesis) Keluhan utama: Nyeri dan sulit menggerakkan tungkai kanan setelah kecelakaan. Riwayat perjalanan penyakit: ± 10 jam SMRS, motor yang dikenda rai penderita ditabrak oleh motor dari arah yang berlawanan sehingga penderita terjatuh dan tungkai kanannya membentur aspal dan tertimpa motor. PEMERIKSAAN FISIK Survei Primer : A : Baik 1

Transcript of Tibua Fibula Terbuka

Page 1: Tibua Fibula Terbuka

BAB I

REKAM MEDIS

IDENTIFIKASI

Nama : Tn. H

Jenis kelamin : laki-laki

Umur : 25 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Luar Kota

MRS : 18 Agustus 2006

ANAMNESIS (autoanamnesis)

Keluhan utama:

Nyeri dan sulit menggerakkan tungkai kanan setelah kecelakaan.

Riwayat perjalanan penyakit:

± 10 jam SMRS, motor yang dikendarai penderita ditabrak oleh motor dari arah yang

berlawanan sehingga penderita terjatuh dan tungkai kanannya membentur aspal dan

tertimpa motor.

PEMERIKSAAN FISIK

Survei Primer :

A : Baik

B : RR : 20 x/menit

C : TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

1

Page 2: Tibua Fibula Terbuka

Survei Sekunder :

Status lokalis

Regio cruris dextra

Inspeksi : Tampak deformitas (+), luka robek ukuran 5x3 cm dan bone expose (+)

Palpasi : nyeri tekan (+), NVD baik

ROM aktif pasif terbatas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologi:

Roengent cruris dextra AP/lateral:

Fraktur tibia dextra 1/3 distal comminutive displaced + fraktur fibula dextra 1/3 distal

oblique displaced.

Pemeriksaan laboratorium (18 agustus 2006):

Hemoglobin : 9,8 gr/dl

Hematokrit : 32 vol%

Leukosit : 9300 /mm3

LED : 30 mm/jam

Hitung Jenis : 0/0/1/72/30/2

DIAGNOSA KERJA

Fraktur tibia dextra 1/3 distal comminutive displaced terbuka grade IIIA + fraktur

fibula dextra 1/3 distal oblique displaced terbuka grade IIIA.

2

Page 3: Tibua Fibula Terbuka

PENATALAKSANAAN

IVFD

Antibiotik

Analgetik

ATS

Debridement

Imobilisasi fraktur dengan log leg back slab

Terapi definitif : fiksasi eksterna

PROGNOSA

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

3

Page 4: Tibua Fibula Terbuka

BAB II

ANALISA KASUS

Seorang laki-laki berumur 25 tahun, alamat di luar kota, datang dengan keluhan

nyeri dan sulit menggerakkan tungkai kanan setelah kecelakaan lalu lintas. Dari

anamnesa didapat bahwa ± 10 jam SMRS, motor yang dikendarai penderita ditabrak

oleh motor lain dari arah yang berlawanan sehingga terjatuh dan tungkai kanan

kanan penderita membentur aspal dan tertimpa motor.

Dari riwayat perjalanan penyakit penderita tersebut memberikan gambaran

bahwa benturan yang kuat pada kaki kanan menyebabkan suatu trauma, dimana

benturan tersebut menyebabkan penekanan yang sangat kuat sehingga menyebabkan

fraktur. Pada penderita ini, proses trauma yang terjadi pada kaki kanannya adalah

trauma secara langsung.

Pada pemeriksaan survei primer didapatkan airway baik, breathing dan

circulation dalam batas normal. Dari status lokalis pada regio cruris dextra terdapat

deformitas (+), luka robek ukuran 5x3 cm dan bone expose (+), sedangkan pada

palpasi didapatkan nyeri tekan (+), NVD baik, ROM aktif pasif terbatas.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium

untuk melihat keadaan umum pasien. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

Hb : 9,8g/dl, hematokrit : 32 vol%, leukosit : 9300/mm3, LED : 30 mm/jam dan

hitung jenis : 0/0/1/72/30/2. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat hasilnya

masih dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi didapatkan hasil Roengent cruris

dextra AP/lateral, yaitu fraktur tibia dextra 1/3 distal comminutive displaced + fraktur

fibula dextra 1/3 distal oblique displaced. Pasien ini di diagnosa dengan fraktur tibia

dextra 1/3 distal comminutive displaced terbuka grade IIIA + fraktur fibula dextra 1/3

distal oblique displaced terbuka grade IIIA. Penatalaksanaan yang dilakukan pada

pasien ini adalah IVFD, ATS untuk pemberian tetanus, antibiotik untuk pencegahan

infeksi, analgetik untuk mengurangi rasa sakit, imobilisasi fraktur dengan long leg

back slab dan dilakukan debridement cito dan rencana eksternal fiksasi. Debridement

4

Page 5: Tibua Fibula Terbuka

dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi resiko infeksi, karena pada pasien ini

terdapat fraktur terbuka. Pada patah tulang terbuka, tetanus serum dan antibiotik (anti

stafilokokus) harus diberikan dan disarankan untuk dilakukan debridement dan irigasi

di ruang operasi.

Prognosis pada penderita ini adalah quo ad vitam adalah bonam dan quo ad

functionam adalah bonam.

5

Page 6: Tibua Fibula Terbuka

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

lengan bawah dapat menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula atau radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.

Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan

tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka.

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang

disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.

KLASIFIKASI PATAH TULANG

Patah tulang dapat dibagi menurut ada atau tidaknya hubungan antara patah

tulang dengan dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang

memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang

patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat

ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

Tipe/derajat patah tulang terbuka:

Tipe I : fraktur terbuka dengan ukuran luka <1 cm dan luka relatif bersih. Tulang

menembus kulit tanpa kerusakan otot yg luas. Tipe II : fraktur terbuka dengan ukuran luka >1 cm dengan kerusakan jaringan

lunak tdk luas.

6

Page 7: Tibua Fibula Terbuka

Tipe IIIA : fraktur terbuka yang biasanya disebabkan oleh trauma dengan

kecepatan tinggi, dimana jaringan lunak masih dapat menutup luka.

Tipe IIIB : fraktur terbuka akibat trauma dengan kecepatan tinggi, lebih banyak

kehilangan jaringan, bone exposure, serta luka dengan kontaminasi berat.

Tipe IIIC : fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah yang

memerlukan perbaikan.

Patah tulang juga dapat dibagi menurut garis frakturnya misalnya fisura, patah

tulang sederhana, patah tulang kominutif, patah tulang segmental, patah tulang green

stick, patah tulang impaksi, dan patah tulang patologis.

Ada jenis patah tulang yang patahnya tidak disebabkan oleh trauma tetapi

disebabkan oleh adanya proses patologis, misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis

tulang. Ini disebabkan karena kekuatan tulang berkurang, dan disebut patah tulang

patologis.

Ada juga patah tulang yang biasanya berupa fisura, yang disebabkan oleh beban

lama atau trauma ringan terus menerus yang disebut fraktur kelelahan. Ini misalnya

terjadi pada tungkai bawah di tibia atau tulang metatarsus pada tentara atau

olahragawan yang banyak berbaris dan berlari. Tetapi fisura tulang lebih banyak

disebabkan oleh cedera.

Dislokasi atau berpindahnya ujung tulang patah disebabkan oleh berbagai

kekuatan seperti cedera, tonus atau kontraksi otot, dan tarikan.

Sehubungan dengan patofisiologi dan perjalanan penyakitnya, patah tulang juga

dibagi atas dasar usia pasien, yaitu patah tulang pada anak, patah tulang pada orang

dewasa, dan patah tulang pada orang tua. Pola anatomis kejadian patah tulang dan

penanganannya pada ketiga golongan umur tersebut berbeda.

DESKRIPSI FRAKTUR

1. Letak Fraktur :

– Diafisis

– Metafisis

7

Page 8: Tibua Fibula Terbuka

– Epifisis

2. Luas Fraktur:

– Komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang

– Inkomplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti :

1. Hairline fracture (patah retak rambut)

2. Buckle fracture atau torus fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa dibawahnya). Fraktur ini umumnya terjadi

pada distal radius pada anak-anak.

3. Greenstick fracture (fraktur tangkai dahan muda). Mengenai satu korteks

dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak-

anak.

3. Konfigurasi / Garis #:

– Transverse

– Oblique

– Spiral

– Kominutif

4. Hubungan Antar Fragmen # :

– Undisplaced

– Displaced :

1. Over Riding

2. Angulasi

3. Rotasi

4. Distraksi

5. Impacted

6. Bergeser

8

Page 9: Tibua Fibula Terbuka

5. Hubungan Antara Fraktur dengan Dunia Luar :

– Fraktur Tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur

dengan udara luar atau permukaan kulit

– Fraktur Terbuka :

Bisa karena tusukan fragmen tulang ( dari dalam ke luar)

Bisa dari luar ke dalam

DIAGNOSIS PATAH TULANG

Seringkali pasien datang dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena

jelasnya keadaan tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, patah tulang tidak

di sadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan “keseleo”, terutama patah

tulang yang disertai dislokasi fragmen yang minimal. Diagnosis patah tulang juga

dimulai dengan anamnesis; adanya trauma tertentu seperti jatuh, terputar, tertumbuk,

dan berapa kuatnya trauma tersebut. Dalam persepsi penderita, trauma tersebut bisa

dirasa berat meskipun sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasa ringan meskipun

sebenarnya berat. Disamping riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri,

meskipun patah tulang yang fragmen patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan

nyeri. Banyak patah tulang yang mempunyai cedera yang khas.

9

Page 10: Tibua Fibula Terbuka

Pemeriksaan untuk patah tulang terdiri dari 4 langkah:

Tanyakan (Anamnesis)

Lihat (Look)

Raba (Feel)

Gerakkan (Move)

Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat pasien

kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat

pembengkakkan, perubahan bentuk, terputar, pemendekkan, dan juga terdapat

gerakkan yang tidak normal. Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam

anamnesis, juga didapat secara obyektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan

yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menarik atau menekan

dengan hati-hati anggota tubuh yang patah searah dengan sumbunya.

Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama. Gerakan

antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan rasa nyeri dan

mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk

dalam pemeriksaan rutin patah tulang.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pemeriksaan klinik untuk mencari

akibat trauma seperti pneumotoraks atau cedera otak, serta komplikasi vaskular dan

neurologis dari patah tulang yang bersangkutan. Hal ini penting karena komplikasi

tersebut perlu penanganan yang segera.

Pada pemeriksaan radiologi dengan pembuatan foto Roentgen dua arah 900

didapatkan gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalami dislokasi,

gambaran garis patah biasanya jelas. Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologik

tidak dimaksudkan untuk diagnostik karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi

untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan optimal.

Foto Roentgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang harus

dipertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus sebab

foto Roentgen merupakan foto gambar bayangan. Bila sinar menembus secara

10

Page 11: Tibua Fibula Terbuka

miring, gambar menjadi samar dan kurang jelas, dan lain dari kenyataan. Harus

selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus.

PENATALAKSANAAN PATAH TULANG

Pengelolaan patah tulang secara umum mengikuti prinsip pengobatan

kedokteran pada umumnya yaitu:

Pertama dan utama adalah jangan cederai pasien (primum non nocere).

Kedua, pengobatan didasari atas diagnosis yang tepat dan prognosisnya.

Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam.

Keempat, memilih pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara

individu.

Untuk patah tulangnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi

patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama

masa penyembuhan tulang (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus

mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan

untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodelling).

Kelayakan reposisi suatu dislokasi fragmen ditentukan oleh adanya dan besarnya

dislokasi ad axim, ad peripheriam, dan cum contractione, yang berupa rotasi, atau

perpendekan. Pemendekan anggota tubuh yang patah disebabkan oleh tarikan tonus

otot, sehingga fragmen patahan tulang berada sebelah menyebelah.

Penatalaksanaan dapat ditempuh dengan cara konservatif dan operatif. Tindakan

konservatif dilakukan pada fraktur tertutup yaitu reduksi fraktur dengan manipulasi

secara tertutup. Prinsip dari reposisi adalah fraktur tertutup, tidak ada angulasi dan

tidak ada rotasi. Immobilisasi dilakukan dengan gips, caranya adalah penderita tidur

terlentang diatas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90o, sedang kedua

tungkai bawah menggantung di tepi meja. Tungkai bawah yang patah ditarik ke arah

bawah. Rotasi diperbaiki, setelah tereposisi barulah dipasang gips melingkar.

11

Page 12: Tibua Fibula Terbuka

Tindakan operatif dilakukan pada fraktur terbuka, gagal dalam terapi

konservatif, fraktur yang tidak stabil dan adanya non union. Pada fraktur terbuka

penatalaksanaannya memiliki beberapa tahap, yaitu:

1. Pembersihan luka

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)

3. Pengobatan fraktur itu sendiri. Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan

suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan eksternal fiksasi. Pada

fraktur terbuka grade II dan III sebaiknya dilakukan fiksasi eksterna.

4. Penutupan kulit

5. Pemberian antibiotik

6. Pencegahan tetanus

Tindakan operatif antara lain adalah :

1. Traksi

2. Fiksasi interna

3. Fiksasi eksterna

Traksi

Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing

paling baik diatasi dengan manipulasi dibawah anestesi dan balanced skeletal traction

yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan

selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen

harus ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan. Enam belas pon biasanya

cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari

penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan

radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah beban berat tetap; bila terdapat

overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat

ditambah. Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan 2x seminggu selama 2

minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi

12

Page 13: Tibua Fibula Terbuka

dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan-lahan dan

menyatu dengan posisi yang buruk.

Fiksasi Interna

Fiksasi interna dapat dilakukan melalui tindakan operasi dengan

menggunakan alat-alat fiksasi seperti plate, screw, nail plate, wire. Operasi dipakai

berdasarkan berbagai alasan dan indikasi seperti penghindaran imobilisasi penderita

lama ditraksi. Indikasi lain ialah penderita cedera multipel dengan patah tulang. Bila

dilakukan osteosintesis pada patah tulang ekstremitasnya, penderita dapat dirawat

lebih baik untuk cedera lain seperti trauma otak, thorak dan perut.

Cara osteosintesis yang lazim dilakukan ialah cara AO, dimana dasar cara AO

adalah melakukan reposisi dislokasi tepat dan fiksasi ujung patah tulang dengan

tekanan tinggi sehingga luka patah tulang dapat sembuh per primam intentionem,

yaitu tanpa reaksi fibrosis dan tanpa penulangan melalui kalus.

Fiksasi Eksterna

Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksterna dapat mempergunakan kanselosa

screw dengan metalmetrakilat atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain misalnya

menurut AO atau inovasi sendiri dengan mempergunakan screw Schanz. Dengan

fiksator eksterna dapat juga dicapai fiksasi kuat sehingga, terutama pada patah tulang

terbuka perawatan luka mudah dilakukan dan penderita walaupun tidak dapat berdiri

di atas kaki yang bersangkutan, dapat berjalan dengan menggunakan tongkat ketiak.

Pengelolaan patah tulang terbuka perlu memperhatikan bahaya terjadinya

infeksi, baik infeksi umum (bakterimia) maupun infeksi terbatas pada tulang yang

bersangkutan (osteomyelitis). Untuk menghindarinya perlu ditekankan di sini

pentingnya pencegahan infeksi sejak awal pasien masuk rumah sakit, yaitu perlu

dilakukannya debridement yang adekuat sampai ke jaringan yang vital dan bersih.

Diberikan pula antibiotik profilaksis selain imunisasi tetanus. Selain itu lakukan

13

Page 14: Tibua Fibula Terbuka

fiksasi yang kokoh pada fragmen patahan tulang. Dalam hal ini fiksasi dengan

fiksator eksterna lebih baik daripada fiksator interna.

Tujuan dilakukannya reposisi, imobilisasi, mobilisasi penderita, dan latihan

persendiannya ialah untuk mencapai penyembuhan tulang disertai faal yang optimal.

Yang paling penting pada imobilisasi adalah latihan aktif dan penggunaan sendi yang

tidak ikut diimobilisasi.

PENYEMBUHAN PATAH TULANG

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan

terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan oleh dokter

pada patahan tulang tersebut.

Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang tersebut, yang

disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost. Fase ini

disebut fase hematoma.

Hematom tersebut kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan

fibrosis dan vaskuler sehingga hematom berubah menjadi jaringan fibrosis

dengan kapiler di dalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang

saling menempel. Fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang

menempelkan fragmen patahan tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.

14

Page 15: Tibua Fibula Terbuka

Ke dalam hematom dan jaringan fibrosis ini juga tumbuh sel jaringan mesenkim

yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang

membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan, sedangkan di

tempat yang jauh dari patahan tulang yang vaskularisasinya relatif banyak, sel ini

berubah menjadi osteoblast dan membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar

tulang. Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga

tidak terlihat pada foto Roentgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau

osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus

tulang. Pada foto Roentgen proses ini terlihat sebagai bayangan radio-opak tetapi

bayangan garis patah tulang masih terlihat. Fase ini disebut fase penyatuan klinis.

Selanjutnya terjadi penggantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel

tulang yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja

pada tulang. Akhirnya sel tulang ini mengatur diri secara lameler seperti pada sel

tulang normal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang biasa dan fase

ini disebut fase konsolidasi.

15

Page 16: Tibua Fibula Terbuka

Penyembuhan patah tulang disertai faal memadai umumnya dapat dicapai

dengan:

Imobilisasi dengan gips dan/atau traksi.

Mempertahankan penjajaran.

Pencegahan rotasi.

Latihan persendian secara aktif.

Penggunaan keempat ekstrimitas kecuali bagian yang diimobilisasi.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan patah tulang:

1. Usia

Makin muda makin cepat.

Contoh :

# femur terjadi waktu lahir à union 3 mgg

# femur pada usia 8 thn à union 8 mgg

# femur pada usia 12 thn à union 12 mgg

# femur pada usia 20 th/> à union 20 mgg

2. Letak & Konfigurasi #

# pada tulang yang dikelilingi > otot à lebih cepat union

# pada tulang kanselous à lebih cepat union dibanding tlg kortikal

# oblique/spiral à lebih cepat union dibanding # transvers

3. Displacement Awal Fraktur:

# undisplaced, periosteum intact à sembuh 2 X > cepat dibanding #

displaced

4. Suplai Darah ke Fragmen #:

Bila ke 2 fragmen punya suplai darah baik à penyembuhan cepat

16

Page 17: Tibua Fibula Terbuka

GANGGUAN PADA PENYEMBUHAN

Proses penyembuhan patah tulang dapat mengalami gangguan.

Perlambatan penyembuhan patah tulang (delayed union).

Waktu union > lama dari normal

Patah tulang tidak menyambung sama sekali meskipun ditunggu beberapa lama

(non-union).

# tidak menyambung, karena :

• Fibrous Union

• Pseudoarthrosis

Mal-union.

KOMPLIKASI PATAH TULANG

Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi

dini, komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada saat

terjadinya patah tulang atau segera sesudahnya, komplikasi dini terjadi dalam

beberapa hari setelah kejadian dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah patah

tulang. Pada ketiganya dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan komplikasi lokal.

Komplikasi segera

- Lokal

– Kulit: aberasi, laserasi, penetrasi

– Pembuluh darah: robek

– Sistem saraf: saraf tepi motorik dan sensorik

– Organ dalam: jantung, paru, hepar (pada fraktur kosta), kandung

kemih (pada fraktur pelvis)

- Sistemik

– Rudapaksa multipel

– Syok: hemoragik, neurogenik

17

Page 18: Tibua Fibula Terbuka

Komplikasi dini

- Lokal

– Nekrosis kulit, gangren, sindrom kompartemen, trombosis vena,

infeksi sendi, osteomyelitis

- Sistemik

– ARDS, emboli paru, tetanus

Komplikasi lama

- Lokal

– Sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal

– Tulang

– Otot/tendo: penulangan otot, ruptur tendon

– Saraf: kelumpuhan saraf

- Sistemik

– Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur)

PATAH TULANG TIBIA DAN FIBULA

ANATOMI

Tibia adalah tulang medial besar tungkai bawah. Tibia berartikulasi dengan

condylus femoris dan caput fibulae di atas, dan dengan talus dan ujung distal fibula di

bagian bawah. Tulang tibia memiliki batas anteromedial berupa jaringan subkutan

dan dikelilingi oleh empat kompartemen fascia.

Pada regio cruris, terdapat 4 group yang penting yaitu :

I. otot ekstensor

II. otot abduktor

III. otot triceps surae

IV. otot flexor

18

Page 19: Tibua Fibula Terbuka

Keempat group ini membentuk tiga kompartemen, yaitu :

Group I : kompartemen anterior

Group II : kompartemen lateral

Group III : kompartemen posterior yang terdiri dari kompartemen superfisial dan

kompartemen dalam.

Vaskularisasi tulang tibia terdiri atas:

Arteri nutrisi berasal dari arteri tibia posterior

Arteri tibia anterior, yang snagat rawan untuk cedera

Anostomosis periosteal yang mensuplai 1/3 distal tibia

19

Page 20: Tibua Fibula Terbuka

Fibula adalah tulang lateral langsing pada tungkai bawah. Tulang ini tidak ikut

serta berartikulasi pada sendi lutut, namun dibawah membentuk malleolus lateralis

dari articulatio talocruralis (sendi pergelangan kaki). Fibula memiliki ujung atas yang

melebar, corpus dan ujung bawah.

Patah tulang tibia dan fibula yang lazim disebut patah tulang cruris merupakan

fraktur yang sering terjadi dibandingkan fraktur tulang panjang lainnya. Periost yang

melapisi tibia agak tipis, terutama daerah anterior yang hanya dilapisi kulit, sehingga

tulang mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya bergeser. Karena berada

langsung di bawah kulit maka sering juga ditemukan fraktur terbuka.

Jika terjadi fraktur pada tulang tibia dan fibula, yang diperhatikan adalah

reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat

dan dikoreksi. Pemendekan kurang dari 1 cm tidak menjadi masalah karena akan

dikompensasi pada waktu pasien mulai berjalan. Walaupun demikian, pemendekan

sebaiknya dihindari.

20

Page 21: Tibua Fibula Terbuka

DAFTAR PUSTAKA

ADAM, 2006. Bone Fracture Repair. http://adam.about.com/encyclopedia/100077.htm

ADAM, 2006. Broken Bone. http://adam.about.com/encyclopedia/002966.htm

Dieter, G. E, 11 June 2006. Fracture. http://en.wikipedia.org/wiki/Fracture

Norvell Jeffrey G, 2006. Fractures, Tibia and Fibula. http://www.emedicine.com/cgi-bin/foxweb.exe/screen@d:/em/ga?book=emerg&authorid=11913&topicid=207

Price Sylvia, Wilson Lorraine, 1995. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4, Jakarta; EGC.

Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi, Jakarta; EGC.

Wikipedia, 8 July 2006. Bone Fracture. http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Fractures

…., 1992. Lower extremity fracture fixation in head-injured patients. http://dukehealth1.org/surgery/div_orthopaedic.asp

…..,Lower Extremity Injuries among Restrained Vehicle Occupants. University of Maryland National Study Center for Trauma/EMS. http://www.umich.edu/~ciren/newjerse.html

…., 2000. Trauma History. http://www.fpnotebook.com/ER135.htm

21