Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

24
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT PERKEBUNAN “ REVIEW JURNAL SABUN DARI MINYAK KELAPA ” oleh kelompok 8: NovidhaSatya N. 111710101026 NurKarimah 111710101038 RizkyOkkyKurnia 111710101046 KhalimatusSa’diah 111710101054 FirmanIswahyudi 111710101080 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

Transcript of Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

Page 1: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT PERKEBUNAN

“ REVIEW JURNAL SABUN DARI MINYAK KELAPA ”

oleh kelompok 8:

NovidhaSatya N. 111710101026

NurKarimah 111710101038

RizkyOkkyKurnia 111710101046

KhalimatusSa’diah 111710101054

FirmanIswahyudi 111710101080

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni. Pada waktu proses

pembuatan harus dipastikan supaya senyawa esensial pada minyak kelapa murni

masih dalam keadaan utuh sempurna, salah satu caranya yaitu dengan

penyulingan. Dengan proses ini diharapkan agar bisa menghasilkan minyak yang

berkualitas tinggi, memiliki kandungan asam lemak bebas dan kadar air yang

rendah, harum, dan berwarna jernih.

VCO yang diproduksi menggunakan bahan baku kelapa segar ini bersifat

anti bakteri, anti jamur dan antibiotik. Jadi bisa kita simpulkan bahwa manfaat

minyak kelapa murni sangatlah banyak untuk kesehatan tubuh kita. VCO ini juga

dapat dimanfaatkan dengan diolah menjadi produk sabun mandi, dimana minyak

kelapa secara individual mempunyai sifat daya bersihnya yang luar biasa,

kekerasan pembentuk sabun yang tinggi, dan pembentuk kadar busa yang tinggi.

Dalam praktikum ini, kami mencoba untuk mengetahui serta memahami

bagaimana tata cara serta berbagai macam perlakuan penerapan teknik pembuatan

sabun dengan bahan VCO.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui tatacara, alat,dan bahan pembuatan sabun VCO.

2. Memahami berbagai cara dan perlakuan yang dilakukan selama proses

pembuatan sabun VCO.

3. Memahami berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pembuatan

sabun VCO.

Page 3: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun

2.1.1 Sejarah Sabun

Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara

berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan

berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil

campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah

dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang

tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis

dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi

sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat

pembasah (wetting agent).

2.1.2 Pengertian Sabun

Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi

penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang

memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang

digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya

berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari

reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya

basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.

Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

Struktur Asam Laurat

Page 4: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun,

dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak.

Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh.

Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak

jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam

palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak

goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak

lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih

dari 6).

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia

H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and

temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena

air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh

dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya

intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:

a. Minyak kelapa sawit

Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.

b. Minyak Zaitun

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

c. Minyak Kelapa

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

2.2. Minyak Kelapa

Virgin Coconut Oil ataudalamistilah Indonesia disebut minyak kelapa

murni merupakan minyak yang diproduksimenggunakanbahanbakukelapasegar.

Pada proses pembuatannya dilakukan pemanasan secara terkendali atau juga bias

tanpa pemanasan dan tanpa bahan kimia sama sekali. Minyak kelapa murni

Page 5: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

bersifat anti bakteri, anti jamur dan antibiotik. Jadi bias disimpulkan bahwa

manfaat minyak kelapa murni sangatlah banyak untuk kesehatan tubuh kita.

Pada waktu proses pembuatan harus dipastikan supaya senyawa esensial

pada minyak kelapa murni masih dalam keadaan utuh sempurna, salah satu

caranya yaitu dengan penyulingan. Dengan proses ini diharapkan agar bisa

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, memiliki kandungan asam lemak

bebas dan kadar air yang rendah, harum mewangi, berwarna jernih dan dan bisa

bertahan lama sama 1 tahun lebih.

Beberapa keunggulan manfaat minyak kelapa murni:

1. Biaya yang diperlukan sangatlah murah dan juga bahan baku yang

diperlukan sangat mudah didapatkan.

2. Penggunaan energi yang dibutuhkan sangatlah sedikit karena tidak

menggunakan bahan bakar. Hal ini juga memungkinkan kandungan nutrisi

dalam minyak kelapa murni tetap terjaga dengan baik khususnya kadar

asam lemak.

3. Proses pengolahan yang tidak sulit dan sangat sederhana.

Minyak kelapa juga berkhasiat untuk menghilangkan infeksi bakteri dan jamur.

Selain itu juga berfungsi untuk kesehatan kulit. Inilah beberapa manfaat minyak

kelapa murni untuk kecantikan dan kesehatan kulit:

Minyak kelapa murni dapat dipakai sebagai penyembuh iritasi dan

pelembab kulit yang kering.

Berfungsi mengembalikan kesehatan rambut yang pecah-pecah dan

pelembab kulit kepala yang kering, yaitu dengan cara pijat kulit kepala

setelah keramas menggunakan minyak kelapa.

Mempersehat dan memperkuat kuku, dengan cara memijat tangan dan

kuku dengan minyak kelapa.

Berfungsi sebagai deodorant dengan cara mengoleskan pada ketiak, karena

minyak kelapa bersifat anti jamur.

Menyembuhkan jerawat, dengan cara mengoleskan pada bagian kulit yang

terkena jerawat, kemudian diamkan semalam supaya jerawat kempes.

Page 6: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

Karena jerawat sendiri disebabkan oleh infeksi bakteri dan sementara

minyak kelapa berfungsi anti bakteri.

Page 7: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. timbangan analitik

2. gelas piala

3. penangas air

4. pengaduk gelas

5. oven

6. corong pemisah

7. labu erlenmeyer

8. pendingin tegak

9. biuret

10. mikro biuret

11. tabung reaksi

12. wadah sabun

13. blender

14. botol timbang

3.1.2 Bahan

1. daging buah kelapa

2. wortel lokal

3. NaOH

4. H2SO4 20%

5. metil jingga 0,05%

6. mikro parafin

7. petroleum eter.

Page 8: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

10 butir kelapa

parut

campur dengan air panas 70 C ⁰dengan perbandingan 1:1

pemerasan

diamkan 2 jam

krim

skim

wortel

pencucian

pemotongan

penghalusan

ekstrak wortel

3.2 Skema Kerja

Skema Kerja

Pembuatan Santan

Pembuatan Ekstrak Wortel

Page 9: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

ekstrak wortel 300 mL

aduk

+ krim santan 700 mL

diamkan selama 18 jam

sentrifugasi 3000 rpm, 15 menit

ambil minyak pada lapisan atas

VCO

Pembuatan VCO Mengandung Karatenoid Wortel

Page 10: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

2,5 g VCO

refluks

+ 25 mL NaOH 0,5 M

dinginkan

titrasi dengan HCl sampai warna tetap

hilang

+ 2 tetes indikator fenolftalein

Penentuan Bilangan Penyabunan

Page 11: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

+ NaOH konsentrasi 25%, 30%, dan 35%

20 g VCO

aduk hingga mengental dan homogen

tuang dalam wadah

diamkan selama 4 minggu

sabun

Pembuatan Sabun

Page 12: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

BAB 4. PEMBAHASAN

Pada pemuatan sabun VCO perlu ditambahkan alkali yang berfungsi

membantu proses saponifikasi. Saponifikasi pada dasarnya adalah proses

pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya

trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat

(sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian

karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi

tripalmitin / trigliserida.

Reaksi Saponifikasi tripalmitin

Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty

Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),

karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.

Reaksi saponifikasi Asam lemak

Page 13: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

4.1 Karakteristik Sabun

Bilangan penyabunan dari VCO yang mengandung karotenoid wortel

diperoleh sebesar 173, 18. Ketiga sabun mandi padat yang dihasilkan dari

konsentrasi NaOH berbeda, memiliki berat rata-rata 29 gram dan berwarna jingga.

Warna jingga pada sabun merupakan warna dari VCO yang mengandung

karotenoid wortel. Sabun yang dibuat ini mengandung karotenoid yang diduga

baik untuk kulit. VCO yang dihasilkan ini direaksikan dengan NaOH pada

beberapa konsentrasi, yaitu 25%, 30%, 35%, dalam wadah berbeda. Perbandingan

massa air dan massa NaOH untuk membuat masing-masing konsentrasi larutan

NaOH.

4.2 Kualitas Sabun Mandi Padat berdasarkan Uji SNI

Tabel dibawah menyajikan data hasil uji SNI terhadap sabun mandi padat dari

VCO mengandung karotenoid wortel dan nilai SNI-nya.

4.3 Kadar Air

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kadar air untuk sabun dengan konsentrasi

NaOH 25% dan 30% sudah melampaui kadar air maksimal yang

direkomendasikan menurut SNI (Tabel). Sebaliknya pada konsentrasi NaOH 35%,

kadar air sesuai dengan standar yang ditetapkan.Hasil analisis pada Tabel

menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, maka kadar

air dalam sabun makin rendah, karena semakin sedikit air yang digunakan.

Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin

mudah menyusut saat digunakan (Spitz, 1996). Sabun yang memenuhi kriteria

sabun mandi SNI ialah pada konsentrasi NaOH 35%.

4.4 Jumlah Asam Lemak

Page 14: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

Sabun yang baik memiliki total asam lemak dengan nilai lebih besar dari 70%,

artinya bahan-bahan yang di-tambahkan sebagai bahan pengisi (bahan aditif)

dalam pembuatan sabun sebaiknya kurang dari 30%. Jumlah asam lemak untuk

sabun dengan konsentrasi NaOH 25%, 30%, 35% memenuhi kualitas menurut

SNI untuk sabun mandi padat, karena lebih besar dari 70% (Tabel ). Sabun mandi

untuk ketiga konsentrasi bisa disimpan dalam waktu yang lama serta sangat

efisien dalam membersihkan kotoran (William and Schmidt, 2002).

4.5 Alkali Bebas

Kadar alkali bebas sabun mandi padat dalam penelitian ini memenuhi

standar menurut SNI 06-3532-1994. Kadar alkali bebas tertinggi adalah 0,044%

pada sabun dengan konsentrasi NaOH 25%, tetapi masih memenuhi standar mutu

SNI, yakni kurang dari 0,1% untuk NaOH Alkali bebas adalah alkali dalam sabun

yang tidak terikat dengan asam lemak membentuk garam asam lemak (sabun).

Alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,1% untuk natrium, karena alkali

memiliki sifat yang keras dan dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Bila kadar

alkali bebas terlalu tinggi, akan menyebabkan kulit menjadi kering (Hernani et al.,

2010).

4.6 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam sabun mandi yang dibuat pada semua konsentrasi

NaOH memenuhi stadar mutu menurut SNI. Standar mutu SNI untuk kadar asam

lemak bebas sabun mandi padat adalah kurang dari 2,5% (Tabel 2).

4.7 Lemak Yang Tidak Tersabunkan

Lemak yang tidak tersabunkan pada sabun dengan konsentrasi NaOH

25% adalah 9,76%, konsentrasi 30% adalah 9,952%, dan konsentrasi 35% adalah

Page 15: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

10,278% (Tabel). Standar mutu menurut SNI untuk lemak yang tidak tersabunkan

adalah 2,5%. Sabun mandi padat untuk semua konsentrasi NaOH telah melebihi

standar mutu menurut SNI dan hasil ini menunjukan bahwa lemak netral atau

trigliserida pada sabun mandi padat yang tidak bereaksi selama proses

penyabunan relatif tinggi, sehingga tidak memenuhi SNI. Tingginya lemak yang

tidak tersabunkan dalam sabun pada penelitian ini dapat disebabkan oleh

komponen senyawa yang tak tersabunkan seperti kandungan senyawa karotenoid

yang terlarut dalam VCO yang digunakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian

Brown et al. (2011) yang melaporkan bahwa pada proses pembuatan sabun

terdapat komponen-komponen dari lemak dan minyak yang tidak dapat

tersabunkan oleh perlakuan kaustik biasa. Komponen yang tidak tersabunkan

tersebut di antaranya adalah alkohol berantai panjang, pigmen-pigmen, sterol,

minyak-minyak mineral dan hidrokarbon.

4.8 Minyak Mineral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaOH 25% dan

35% minyak mineral positif ada karena ditunjukkan dengan kekeruhan, sedangkan

untuk konsentrasi NaOH 30% negatif karena hasil setelah dititrasi dengan air

warna larutan bening (Tabel 2). Berdasarkan standar mutu menurut SNI, minyak

mineral dalam sabun mandi padat seharusnya tidak lebih dari 0,05%, yang

ditandai dengan tidak adanya kekeruhan saat dititrasi dengan air. Pada penelitian

ini, sabun mandi yang memenuhi standar menurut SNI adalah sabun dengan

konsetrasi NaOH 30% sabun dengan konsentrasi NaOH 25% dan 35% tidak

memenuhi SNI. Adanya minyak mineral diduga dapat diakibatkan dekarboksilasi

asam lemak menjadi golongan alkana. Dekarboksilasi dapat dilakukan secara

termal, fotokimia, ataupun secara katalitik dengan bantuan katalis. Baik asam

rantai terbuka dan aromatik dapat mengalami reaksi dekarboksilasi (Setiadi &

Suranto A, 2010).

Page 16: Thpb 2011 8 Sabun(Kelapa)

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa

1. VCO yang mengandung karotenoid wortel dapat digunakan dalam

pembuatan sabun mandi padat.

2. Bilangan penyabunan untuk menyabunkan 1 gram VCO yang

mengandung karotenoid wortel adalah 173,18 miligram NaOH

3. Konsentrasi NaOH yang optimal untuk menghasilkan sabun mandi padat

dari VCO mengandung karotenoid wortel belum ada yang memenuhi

standar SNI.

4. Konsentrasi NaOH yang mendekati kualitas sesuai SNI No. 06-3532-1994

adalah 30% dan 35%.