The Truth Is Out There - Karya Tulis...

86
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena terjadi dalam proses belajar mengajar Ekonomi di sekolah SMP sekarang ini semakin jauh dari perhatian dan pengamatan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya, pembelajaran Ekonomi yang memperhatikan sejumlah variabel seperti : strategi pembelajaran yang mengacu pada belajar yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam membicarakan masalah pokok ekonomi tidaklah terlepas dari usaha manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Pada dasarnya kebutuhan masyarakat erat kaitannya dengan barang atau jasa yang diperlukan, 1

Transcript of The Truth Is Out There - Karya Tulis...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena terjadi dalam proses belajar mengajar Ekonomi di sekolah SMP

sekarang ini semakin jauh dari perhatian dan pengamatan guru. Untuk mengatasi

masalah tersebut maka perlu adanya, pembelajaran Ekonomi yang memperhatikan

sejumlah variabel seperti : strategi pembelajaran yang mengacu pada belajar yang

mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam membicarakan masalah pokok ekonomi tidaklah terlepas dari usaha

manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Pada dasarnya kebutuhan

masyarakat erat kaitannya dengan barang atau jasa yang diperlukan, serta

berkaitan pula dengan pihak-pihak yang menghasilkan barang atau jasa

(produsen). Jadi antara produsen dan pemakai barang atau jasa (konsumen)

mempunyai hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Produsen tidak

dapat memproduksi jika tidak ada konsumennya. Begitu juga sebaliknya,

konsumen tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya tanpa ada produsen.

Dari gambaran masalah-masalah yang diungkapkan di atas, terlihat

pentingnya pembelajaran dunia nyata di sekolah. Alternatif yang dimaksud yaitu

sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan berpikir

1

kritis dan kemampuan mengaplikasikan teori dan konsep-konsep yang telah

dipahami untuk memudahkan penerapan dalam dunia nyata.

Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius.

Krisis ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah

untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya

tenaga ahli, dan visi serta misi pendidikan nasional yang tidak jelas. Dalam

berbagai forum seminar muncul kritik bahwa konsep pendidikan telah tereduksi

menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas.

Sementara yang berlangsung di kelas tak lebih dari kegiatan guru mengajar

siswa dengan target kurikulum dan bagaimana mengejar NEM (Nilai Ebtanas

Murni). Silberman (1996: 8) mengatakan bahwa dunia pendidikan harus memberi

perhatian pada aspek kultural dan ekologi, bukannya terfokus pada pengajaran

kognitif dan pelatihan keterampilan teknik. Dengan ungkapan lain, salah satu

agenda penting pendidikan di masa depan adalah bagaimana mengatasi krisis

kemanusiaan termasuk persoalan krisis makna hidup. Untuk meningkatkan mutu

pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan landasan

pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada

guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih

menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap,

atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau

pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejap dan kemudian

2

kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa pembelajaran,

walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang guru adalah membuat agar

proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Selain fokus siswa

pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip

keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan

menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai.

Kegiatan belajar mengajar ada kaitannya dengan metode mengajar. Metode

mengajar merupakan suatu alat, dan cara ataupun strategi mewujudkan kegiatan

belajar mengajar. Metode dipilih dan digunakan guru sebagai alat untuk

menciptakan kegiatan belajar siswa. Di dalam proses belajar mengajar guru harus

memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena

pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah

harus menguasai teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar

(Roestiyah, 2001: 1)

Untuk, memenuhi salah satu kompetensi guru dalam sistem instruksional

yang modern, maka perlu diuraikan masing-masing teknik penyajian secara

mendalam dan terinci. Untuk mendalami dan memahami tentang teknik penyajian

pelajaran, maka perlu dijelaskan arti dari teknik penyajian itu.

Roestiyah (2001: 1) mendefinisikan teknik penyajian pelajaran adalah

suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau

instruktur. Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa teknik penyajian yang

dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di

3

dalam kelas bertujuan agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan

digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataannya metode mengajar atau

teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada

siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam

menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk

memotivasi siswa agar mampu menggunakan kemampuannya untuk memecahkan

masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda

dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dam

mengemukakan pendapatnya.

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif

sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu

proses atau peristiwa tertentu (Ibrahim dan Syaodih, 1996: 106). Metode

demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan proses terjadinya

sesuatu dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru. Dalam metode

demonstrasi ini siswa dituntut aktif melihat apa yang didemonstrasikan guru. Jadi

demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan,

memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 1000 C,

sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati maksudnya,

mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan

oleh guru tersebut (Rustiyah, 2001: 83)

Dengan demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik

4

dan sempuran. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang

diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Adapun penggunaan teknik

demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara

mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan kompor untuk

mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya membuat kertas dengan

demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda atau alat

seperti bagian tubuh manusia, atau bagian dari mesin jahit. Juga siswa dapat

menyaksikan kerjanya sesuatu alat bantu mesin seperti penggunaaan gunting dan

jalannya mesin jahit. Bila siswa melakukan sendiri demonstrasi tersebut, ia dapat

mengerti juga cara menggunakan suatu alat seperti menggunakan gunting untuk

memotong kain. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan

sesuatu alat atau perkalas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan

memperbandingkan cara yang terbaik juga mereka akan mengetahui kebenaran

dari sesuatu teori di dalam praktek, misalnya cara memasak roti yang terbaik.

Bila guru melaksanakan teknik demonstrasi dengan baik maka

pembelajaran akan efektif. Untuk mencapai hal tersebut perlu guru mampu

menyusun rumusan tujuan instruksional agar dapat memberi motivasi yang kuat

pada siswa untuk belajar. Guru mempertimbangkan baik-baik apakah pilihan

teknik tersebut menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan dan

hendaknya menentukan garis besar langkah-langkah yang telah dilakukan serta

menyediakan tempat, alat yang akan didemonstrasikan. Waktu perlu

dipertimbangkan sehingga ada ketenangan dan siswa bisa bertanya. Selama

5

demonstrasi berlangsung guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati

dengan baik dan bertanya. Setelah melakukan demonstrasi perlu mengadakan

evaluasi apakah yang dilakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa

diulang.

Penggunaan demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar di

kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah dengan demonstrasi perhatian siswa lebih

terpusat pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan yang terjadi bila

pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongkrit

sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada

jiwanya. Jadi dengan demonstrasi siswa dapat partisipasi aktif dan memperoleh

pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya. Walaupun

demikian masih terlihat juga kelemahan, bila alatnya terlalu kecil atau

penempatan kurang tepat menyebabkan demonstrasi tidak dapat dilihat dengan

jelas oleh seluruh siswa. Dalam hal ini dituntut pula seorang guru menjelaskan

proses berlangsungnya demonstrasi dengan bahasa dan suara yang dapat

ditangkap siswa.

Dalam pemakaian teknik mengajar perlu menyertakan teknik yang lain,

atau mengkombinasikan dengan yang lain, sehingga mampu mengatasi teknik inti

yang sedang dimanfaatkan itu. Quantum learning merupakan perpaduan yang

selaras dengan teknik demonstrasi karena menawarkan hal-hal yang dibutuhkan

guru, yaitu cara-cara baru memaksimalkan pengajaran melalui perkembangan

hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Quantum Learning

6

mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan belajar yang efektif, merancang

kurikulum, menyampaikan isi atau bahan ajar dan memudahkan proses belajar

mengajar.

Quantum learning menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses

belajar yang dilakukan guru lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian terarah,

apapun mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dengan menggunakan metode

quantum learning seorang guru akan dapat menggabungkan keistemewaan belajar

menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan hasil siswa. Proses

belajar mengajar adalah fenomena yang komplek. Segala sesuatunya berarti,

setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana guru

mengubah lingkungan rancangan pengajaran sejauh itu pula proses belajar

berlangsung. Pembelajaran quantum mengubah energi menjadi cahaya (De Porter

dan Reardon, 2000: 5). Quantum learning mengubah belajar yang meriah dengan

segala nuansanya dan juga menyertakan segala kaitan interaksi, dan perbedaan

yang memaksimalkan momen belajar. Quantum learning berfokus pada hubungan

dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan

kerangka untuk belajar.

Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui sejauhmana perbedaan

pembelajaran quantum learning dan demonstrasi terhadap hasil belajar ekonomi.

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

“Apakah ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi terhadap

hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II SMP

Negeri 14 Surabaya?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

“Ingin mengetahui korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi

terhadap hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II

SMP Negeri 14 Surabaya”

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Dengan mengetahui keefektifan pelaksanaan penggunaan quantum learning

dan metode demonstrasi dalam pembelajaran ekonomi pokok bahasan

bentuk-bentuk pasar, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk

pemilihan strategi pembelajaran dalam pembelajaran ekonomi.

2. Dengan mengetahui efektivitas pelaksanaan pembelajaran ekonomi dapat

digunakan sebagai pijakan guru untuk memperhatikan gaya belajar siswa

selama pembelajaran berlangsung.

8

3. Hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat digunakan dalam penelitian

lebih lanjut dan dapat memberikan masukan kepada para peneliti berikutnya

agar tergerak untuk meneliti faktor-faktor lain tentang penyempurnaan

pelaksanaan pengajaran ekonomi.

E. Hipotesis

Ho = Tidak ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi

terhadap hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa

kelas II SMP Negeri 14 Surabaya

Ha = Ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi terhadap

hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II

SMP Negeri 14 Surabaya

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Teori

1. Pengertian Model Quantum Learning

(Deporter, Resrdon, Singer-Nourie, 2000), Quantum adalah interaksi

yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Leaning dengan demikian,

adalah penggubahan (mengorkestrasi) bermacam-macam interaksi yang ada di

dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah

kemampuan dan bakat alamiah menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi

mereka sendiri dan bagi orang lain. Di dalam Quantum Leaning terdapat

beberapa hal, yaitu :

a. Asas Utama

Asas Utama dari Quantum Leaning adalah “ Bawalah Dunia

Mereka ke Dunia Kita”. Maksudnya, mengingatkan kita pada pentingnya

memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak

mengajar, pertama-tama harus membangun jembatan autentik memasuki

kehidupan siswa. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengijinkan

mengajar/melatih hanya berarti apabila memiliki wewenang untuk

mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh

siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan.

10

b. Prinsip-prinsip Quantum Leaning.

Prinsip-prinsip Quantum Leaning terdiri dari : (1) Segalanya

Berbicara. Segala lingkungan kelas sehingga bahasa tubuh, dari kertas

yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan

tentang belajar, (2) Segalanya Bertujuan. Semua yang terjadi pada

penggubahan, mempunyai tujuan, (3) Pengalaman Sebelum Pemberian

Nama. Proses belajar yang baik ketika siswa telah mengalami informasi

sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang merekapelajari, (4)

Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti

melangkah keluar dari kenyamanan.Pada saat mengambil langkah ini,

mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri

mereka, (5) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan. Perayaan

memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi

positif dengan belajar.

c. Model Quatum Leaning.

Model Quantum Leaning hampir samadengan sebuah simponi.

Jika Anda menonton sebuah simponi, ada banyak unsur yang menjadi

faktor pengalaman musik Anda. Kita dapat membagi unsur-unsur tersebut

menjadi dua kategori: yaitu Konteks dan isi. Konteks adalah latar untuk

pengalaman Anda. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra itu

sendiri (lingkungan). Semangat konduktor dan para pemain musknya

(suasana). Keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerjasama

11

(landasan). Interprestasi sang maestro terhadap lembaran musik

(rancangan). Unsur-unsur ini terpadu dan kemudian menciptakan

pengalaman bermusik yang menyeluruh. Isi berbeda namun sama

pentingnya dengan konteks. Anggaplah lembaran musik itu sendiri

sebagai isi, not-not nyata pada sebuah halaman, yang lebih dari sekedar

not-not pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap

frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang

maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan

potensi setiap instrumen.

Keajaiban pengalaman menjadi terbuka karena konteksnya tepat, dan

membuat musik menjadi hidup. Saat Anda mengubah kesuksesan siswa,

unsur-unsur yang tersusun dengan baik; suasana, lingkungan, landasan,

rancangan, penyajian dan fasilitasi.

a. Mengubah (mengorkestrasi) suasana yang menggairahkan. Meliputi : (1)

Kekuatan terpendam Niat, (2) jalinan rasa simpati dan saling pengertian,

(3) Keriangan dan ketakjuban, (4) pengambilan resiko, (5) rasa saling

memiliki, dan (6) keteladanan.

b. Mengubah (mengorkestrasi) landasan yang kukuh. Meliputi : (1) Tujuan,

(2) Prinsip-prinsip, 8 kunci keunggulan, (3) Keyakinan akan kemampuan

pelajar, belajar dan mengajar, (4) Kesepakatan, Kebijaksanaan, Prosedur

dan Peraturan, (5) Menjaga komunitas tetap berjalan dan tumbuh - mitra

dalam belajar – Penggambaran masa depan.

12

c. Menggubah (mengorkestrasi) lingkungan yang mendukung. Meliputi : (1)

Lingkungan sekeliling, (2) Alat bantu, (3) Pengaturan bangku (4)

Tumbuhan, Aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya, dan (5)

musik.

d. Mengubah (mengorkestrasi) Perancangan pengajaran yang dinamin,

Kerangka Perancangan Quantum Leaning (TANDUR), yaitu : Tumbuhan,

alami, namai demonstrasikan, ulangi, Rayakan.

2. Mengorkestrasi Lingkungan yang mendukung

a. Pengaturan Bangku

Cara mengatur bangku memainkan peran penting dalam pengorkestrasian

belajar. Di sebagian besar ruang kelas, bangku siswa dapat disusun untuk

mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang diberikan. Anda

bebas menyuruh siswa mengatur ulang bangku mereka untuk

memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Untuk prestasi siswa,

penjelasan guru, penyajian gambar di papan tulis, dan lain-lain, atur

bangku sehingga siswa menghadap ke depan untuk membantu mereka

tetap fokus ke depan. untuk kerja kelompok, bangku diputar saling

berhadapan. Tujuannya adalah fleksibelitas. Jelajahilah pilihan-pilihan

berikut ini : (1) Gunakan setengah lingkaran untuk diskusi kelompok besar

yang dipimpin fasilitator, yang menuliskan gagasan pada kertas tulis,

whithboard, atau papan tulis (2) Rapatkan bangku ke dinding jika ingin

memberikan tugas perseongan dan mengosongkan pusat ruangan untuk

13

memberi petunjuk kepada kelompok kecil atau mengadakan diskusi

kelompok besar sambil duduk di lantai, (3) Jika bisa, ganti bangku

tradsional dengan meja dan kursi lipat agar lebih fleksibel. Susunan

bangku yang dapat diubah-ubah menimbulkan sedikit tantangan. Tapi,

meskipun bangkunnya tetap tak berubah,pelajaranya tidak ! suruh mereka

membalikan badan untuk interaksi kelompok kecil,atau duduk di lantai

lorong-lorong bangku,atau di belakang,samping,atau depan ruangan.

b. Tumbuhan

Saat memikirkan tumbuh-tumbuhan, asosiasi apa yang muncul dalam

benak ?

Apakah berfikir tentang kehijauan, kehidupan, pertumbuhan, bunga,

cabang biologi dan botani mengajarkan kita bahwa tumbuh-tumbuhan

menyediakan oksigen dalam udara kita dan otak kita berkembang karena

oksigen.semakin banyak oksigen yang didapatnya,semakin baik otak

berfungsi .Gunakan defenbachias untuk memperkaya persedian oksigen

dalam kelas. Mimosa memberi efek visual yang indah dan tidak

membutuhkan perawatan oleh tangan dingin.Tetapi,mimosa tidak

menghasilkan oksigen.Namun,karena mimosa menambah keadaan

estetika, penggunaanya paling baik adalah di ruangan dengan sedikit atau

tanpa cahaya alami.

14

c. Aroma

Ah ! Wanginya kesuksesan ! Apa hubunganya sukses dengan wangi?

Banyak ! Kaitan antara kelenjar pencium dan sistem saraf otonomi cukup

kuat. Apa yang kita cium memicu respons seperti kecemasan, kelaparan,

ketenagan, defresi, dan seksualitas.seringnya,hari-hari libur memiliki

aroma khas,demikian pula berbagai tempat : rumah sakit, ruang loker, dan

pantai. Manusia dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka secara

kreatif sebanyak 30% saat diberikan wangi bunga tertentu (Hirsch, 1993).

tidak aneh ! Daerah penciuman merupakan reseptor bagi endorfin yang

menyuruh tanggapan tubuh menjadi merasa senang dan sejatera.Apa

artinya bagi kelas ? Sedikit penyemprotan aroma berikut akan

meningkatkan kewaspadaan mental: mint, kemangi, jeruk, kayu manis,

dan rosemary. Lavendel, kamamil, jeruk dan mawar memberikan

ketenangan dan relaksi (Lavabre, 1990).

d. Musik

Musik berpengaruh pada guru dan pelajar, sebagai seorang guru, dapat

menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan

mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu

pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik

merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara

kebanyakan siswa memang mencintai musik.anda mungkin bertanya,”

Mengapa musik? Sudah banyak yang harus saya

15

pikirkan”Irama,ketukan,dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi

manusia terutama gelombang otak dan detak jantung-di samping

membangkitkan perasaan dan ingatan (Lozanov, 1979). Musik dapat

membantu siswa masuk keadaan belajar optimal, Musik juga

mumungkinkan membangun hubungan dengan siswa melalui musik.

e. Poster Ikon

Ciptakan ikon atau simbol untuk setiap konsep utama yang di ajarkan dan

gambarkan di atas selembar kertas berukuran 25 x 40 cm atau lebih besar

pajang poster-poster ikon tersebut du depan kelas di atas pandangan mata,

memberikan gambaran keseluruhan,tinjauan global dari bahan

pelajaran.Untuk melihat “konsep-konsep samar” pelajar harus

mendongak. Ini akan membantu penciptaan, penyimpanan, dan pencairan

informasi secara visual. Pasang poster di tempat tersebut sampai unit

pelajaran yang bersankutan selesai lalu, pindahkan kebagian dinding yang

lain,agar tempatnya dapat digunakan untuk poster-poster unit

berikutnya.Ikon-ikon unit yang sebelumnya yang teap dipajang akan

menjadi pengingat sadar untuk informasi dari awal pelajaran hingga saat

itu.jika siswa ingin mengingat isi pelajaran, bantulah dengan cara

memasang posternya, supaya mereka dapat mengakses memori visual

mereka setiap kali mereka melihatnya setelah pelajar menjadi terbiasa

dengan konsep-konsep pokok dalam bentuk gambar, mintalah mereka

untuk membuat poster untuk unit-unit mendatang. Kita dapat mengambil

16

selangkah lebih jauh dan menggunakan poster ikon untuk mengintip

“acara yang akan datang” Tempatkan poster ikon unit selanjutnya pada

dinding sebelah kanan, tempat untuk bahan-bahan pelajaran yang akan

datang.jika materi di tampakan dengan cara demikian, minat siswa akan

terpicu: Tentang apa ya, kira-kira poster yang itu ?”

f. Poster Afirmasi

Buatlah (atau lebih baik mintalah siswa membuat) poster motivasi

afirmasi dengan pesan-pesan seperti,” Aku mampu mempelajarinya!

”dan” Aku menjadi semakin pintar dengan setiap tantangan

baru”Tempatkan poster-poster itu di dinding samping setinggi mata orang

duduk. Perhatikan bahwa poster ini setinggi telinga.pada saat siswa

memandang sekeliling ruangan, poster-poster tersebut “mengucapkan”

afirmasi seperti dialog internal, sehingga menguatkan keyakinan tentang

belajar dan isi yang diajarkan.

B. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi walaupun merupakan metode yang paling sederhana,

untuk menggunakanya seorang guru hendaknya benar-benar memahaminya

sebelum menggunakanya. Pengertian, keuntungan dan kekurangan, serta prosedur

pemakaian metode demonstrasi dapat membantu pemahaman terhadap metode

demonstrasi.

17

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Cardille (1986) mengemukakan bahwa demontasi adalah suatu

penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah

tindakan atau prosedur yang digunakan.

Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan

(oral)atau peragaan (visual) secara tepat (dalam Canei, 1986 : 38). Dari

batasan ini, nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesengajaan untuk

mempertunjukkan tindakan/atau penggunaan prosedur yang disertai

penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan maupun visual

Winarno mengemukan bahwa metode demonstrasi adalah adanya

seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu

proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980 : 87). Batasan yang dikemukakan

oleh Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan

adalah suatu proses.

Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti

dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa

metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar mengajar yang

sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur

yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian

siswa. Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan

kepada guru untuk merencanakan penerapanya, memperjelas demonstrasi

secara oral ataupun visual, dan menyediakan peralatan yang diperlukan.

18

2. Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkan keterampilan

tangan dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-gerakan dalam

memegang sesuatu benda akan dipelajari, atau pun untuk mengajar hal-hal

yang bersifat rutin. (Staton, 1978 : 91) Dengan kata lain, metode demonstrasi

bertujuan untuk mengajarkan keterampilan – keterampilan fisik daripada

keterampilan-keterampilan intelektual.

Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan untuk:

a) Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau

menggunakan suatu prosedur atau produk baru.

b) Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi

siswa melakukanya.

c) Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur (dalam

Canei, 1986 : 38).

Dari berbagai tujuan penerapan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh

Staton, Cardille, dan Winarno, dapat diindentifikasi tujuan penerapan metode

demonstrasi yang mencakup:

a) Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses, atau prosedur

keterampilan-keterampilan fisik/motorik.

b) Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan

para siswa secara bersama-sama.

c) Mengkonkretkan informasi yang disajikan.

19

3. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Dengan mempertunjukkan atau memperagakan suatu tindakan, proses, atau

prosedur, maka metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai

berikut:

a) Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya

membaca atau mendengar penjelasan saja, karena demonstrasi

memberikan gambaran kongkrit yang memperjelas perolehan belajar

siswa dari hasil pengamatanya.

b) Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan

demonstrasi, sehingga memberikan kemungkinan yang benar bagi para

siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang

keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan

kecakapanya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-

temanya.

c) Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap

penting, sehingga para siswa benar-benar memberikan perhatian khusus

kepada hal tersebut. Dengan kata lain, perhatian siswa lebih mudah

dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.

d) Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang

belum mereka ketahui selama demonstrasi berjalan, jawaban dari

pertanyaan dapat disampaikan oleh guru pada saat itu pula.

20

Selain kelebihan atau keunggulan, metode demonstrasi memiliki kekurangan-

kekurangan sebagai berikut:

a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapanya

memerlukan waktu yang lama.

b) Demonstrasi menuntut peralatan yang ukuranya yang memungkinkan

pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan.

c) Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan

oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.

d) Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu

tindakan, proses, atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

1. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi

Cardille mengutarakan bahwa suatu demonstrasi yang baik akan mencakup:

(a) Suatu penjelasan (explanation),(b)Jalinan pertanyaan-pertanyaan,

(c) Lembar-lembar instruksi, (d) Alat bantu visual, (e) Instruksi keamanan,

(f) Periode diskusi atau tanya-jawab (dalam Canei, 1986 : 39)

Hal-hal yang disebutkan oleh Cardille di atas perlu dipedulikan oleh

para guru yang akan memakai metode demonstrasi langkah-langkah yang

dapat ditempuh dalam memakai metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi :

1) Mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai

2) Analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi

21

3) Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu, dan

4) Merancang garis-garis besar demonstrasi

b. Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi :

1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk

demonstrasi,

2) Memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa

mengikuti demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan

instruksi keamanan demonstrasi,

3) Memeragakan tindakan, proses, atau prodsedur yang disertai

penjelasan, ilustrasi dan pertanyaan.

Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi :

a) Diskusi tentang tindakan, proses, atau prosedur yang baru saja

didemonstrasikan, dan

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala

hal yang telah didemonstrasikan.

2. Teknik Demonstrasi

Teknik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi.

Tetapi siswa tidak melakukan percobaan ; hanya melihat saja apa yang

dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang

instrujtur / atau tim guru meunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses

misalnya merebus sampai mendidih 100 C, sehingga seluruh siswa dalam

22

kelas dapat melihat, mengamati ; mendengar mungkin meraba-raba dan

merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

lebih berkesan secara mendalam ; sehingga membentuk pengertian dengan

baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa

yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.

Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa

mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya

penggunaan kompor untuk mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya

membuat kertas ; dengan demonteasi siswa dapat mengamatu bagian-bagian

dari sesuatu benda atau alat seperti bagian tubuh manusia ; atau bagian dari

mesin jahit. Juga siswa dapat menyaksikan kerjanya suatu alat atau mesin

seperti penggunaan gunting dan jalanya mesin jahit. Bila siswa melakukan

sendiri demonstrasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga cara menggunakan

suatu alat itu seperti menggunakan gunting untuk memotong kain. Dengan

demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan sesuatu alat atau

perkakas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan

memperbandingkan cara yang baik, juga mereka akan mengetahui kebenaran

dari sesuatu teori didalam prakek. Misalnya cara memasak roti yang terbaik.

Bila anda melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif,

maka perlu memperhatikan hal sebagai berikut:

23

a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapt

memberi motivasi yang kuat pada siswa umtuk belajar.

b. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin

tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.

c. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu

demonstrasi yang berhasil, bila tidak ada harus mengambil kebijaksanaan

lain.

d. Apaka anda telah meneliti ala-alat dan bahan yang akan digunakan

mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya. Juga anda perlu mengenal baik-

baik, atau telah mencoba terlebih dahulu ; agar demonstrasi itu berhasil

e. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan

dilakukan.

f. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi

keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.

g. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada

siswa untuk mengamati dengan baik dan bertannya.

h. Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan

itu berhasil; dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi

mengajar belajar dikelas. Keuntungan yang diperoleh ialah: dengan

demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang

sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu

24

diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongrit. Sehingga

kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada

jiwanya. Akibat selanjutnya memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar

lebih giat belajar. Jadi dengan demonstrasi itu siswa dapat partisipasi aktif,

dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan

kecakapanya walaupun demikian kita masih melihat juga kelemahan teknik

ini ialah :

Bila alatnya terlalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat,

menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh

siswa. Dalam hal ini dituntut pula guru harus mampu menjelaskan proses

berlangsungnya demonstrasi; dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap

oleh siswa. Juga bila waktu tidak tersedia dengan cukup; maka demonstrasi

akan berlangsung terputus-putus, atau tidaj dijalankan tergesa-gesa; sehingga

hasilnya memuaskan. Dalam demonstrasi bila siswa tidak diikutsertakan,

maka proses demonstrasi akan kurang dipahami oleh siswa, sehingga kurang

berhasil adanya demonstrasi itu.

Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar itu anda perlu

menyertai dengan teknik yang lain; sehingga mampu mengatasi teknik inti

yang sedang dimanfaatkan itu.

Guru dalam kegiatan belajar mengajar seringkali harus menunjukkan dan

memeragakan keterampilan fisik atau kegiatan yang. Untuk melakukan hal

tersebut, guru dapat memakai demonstrasi.

25

Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dan amat

bersahaja. Metode ini adalah metode pengajar yang pertama kali digunakan

oleh manusia sebagaimana yang dilakukan oleh manusia gua yaitu pada saat

mereka menambahkan kayu untuk memperbesar unggun api, sementara anak-

anak mereka memperhatikan dan menirukanya ( Staton, 1978 : 91).

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan

seseorang. Dlam pengertian ini hasil yang yang diperoleh adalah hasil kegiatan

dalam belajar siswa dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan

alam pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar ( guru ). Seperti yang

dikemukakan oleh sudjana ( 1989 : 45) mmemberikan pengertian, hasil belajar

adalah proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku secara fisik yang

berupa memori atau ingatan. Ia juga menambahkan hasil belajar adalah proses

hubugan guru-siswa di dalam kelas yang membawa implikasi terhadap

pengembangan diri siswa secara jelas., pembentukan memori (ingatan) pada siswa

dan pembentukan pemahaman pada siswa.

Menurut Sukmadinata (1997: 196) tutjuan utama kegiatan guru adalah

mendorong dan meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar, dengan cara itu

guru dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa. Untuk mencapai siswa

agar dapat berhasil dapat diperlukan hubungan timbal balik guru dan siswa. Guru

perlu menyenangi siswanya, bersikap menerima, mengerti dan membatu.

26

Sebaliknya siswa harus bisa menerima, menyenangi dan menghormati gurunya.

Kesukaan dan sikap positif terhadap guru akan meningkatkan hasil belajar

mereka. Hasil dan kemajuan belajar yang dicapai siswa ditentukan oeh bentuk

hubungan guru dan orang tua siswa juga hubungan guru dengan siswa juga

menjadi syarat mutlak.

Pandangan skinner dalam Dimyati (1998 : 9)Skinner berpandangan bahwa

belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responya akan

menjadi lebih, sebaliknya jika ia tidak belajar maka responya menurun.

Sedangkan menurut Gagne dalam Mudjiono (198: 10) belajar merupakan

kegiatan yang komplek, hasil belajar merupakan kapabilitas yaitu setelah belajar

orang memiliki keterampilan, pengetahuan , sikap dan nilai.

Mouli dalam Sudjana (2001: 5) belajar asalah proses perubahan tingkah

laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat serupa dikemukakan oleh

Kimble dan Garmezi dalam sudjana (2001: 5) belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif permanen, terjadi sebagi hasil dari pengalaman. Pada dasarnya

belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan-perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagi hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk, seperti berubah berpengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang

ada pada individu si belajar.

Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat

dilakukan dengan jalan membandingkan hasil tes awal yang diperoleh siswa

27

dengan tes akhir yang diperoleh siswa setelah pembelajaran selesai. Bila hasil tes

akhir skornya lebih tinggi dari skor tes awal berarti proses pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan hasil skor yang nyata sebagai akibat

pembelajaran yang terjadi karena perlakuan guru.

Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1989: 45) memberikan

pengertian hasil belajar adalah:

“Proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku secara phisik yang berupa memori atau ingatan yang bersifat mentalistik, ia juga menambahkan, hasil belajar adalah proses hubungan antara guru-siswa di dalam kelas yang membawa implikasi terhadap pengembangan diri siswa secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada siswa, dan pembentukan pemahaman pada siswa.”

Seorang akan berprestasi dalam belajar apabila ada keinginan untuk

belajar, Mouly dalam Sudjana (2001: 5) belajar adalah proses perubahan tingkah

laku seseorang berkat adanya pengalaman.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi dalam Sudjana

(2001: 5) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen terjadi dari

prestasi pengalaman.

Menurut Reigeluth dalam Degeng (1989: 14) dalam meningkatkan

prestasi belajar perlu adanya perbaikan proses pengajaran (metode pengajaran).

Jadi kondisi pengajaran akan menentukan kualitas prestasi belajar siswa. Dikelas

kondisi eksternal untuk belajar adalah strategi pembelajaran yang ditentukan oleh

guru untuk membelajarkan siswa. Siswa dikatakan belajar melalui kegiatan

pembelajaran dari guru jika belajar yang terjadi adalah lebih besar daripada yang

dapat terjadi bila guru tidak melakukan kegiatan sama sekali. Dengan demikian

28

dapat dipastikan bahwa proses pembelajaran sesungguhnya terjadi bila ada

kegiatan yang dilakukan oleh guru. Logikanya pada proses pembelajaran harus

ada nilai tambah (peningkatan) pada prestasi belajar yaitu dari prestasi proses

dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh guru. Seseorang akan berprestasi

dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Belajar adalah

proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu dengan cara

melihat, mengamati, memahami sesuatu. Hubungan antara guru dan siswa dalam

kelas membawa implikasi terhadap kadar prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Prestasi belajar tersebut sebagai akibat hubungan guru – siswa dalam

mengembangkan dirinya secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada

siswa, dan pembentukan pemahaman pada siswa.

Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang ditgurui dengan adanya

perubahan-perubahan pada diri seseorang, perubahan seperti : pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan kebiasaan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.

29

D. Hubungan Model Quantum Learning dan Demonstrasi Terhadap Hasil

Belajar Ekonomi

Quantum adalah: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Quantum Learning adalah penggubahan (mengorkestrasi) bermacam-macam

interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini

mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa yang menjadi cahaya yang akan

bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Apabila quantum learning

dikorelasikan dengan metode demonstrasi akan menggairah si belajar.

Metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang

diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno,

1980 : 87). Batasan yang dikemukakan oleh Winarno memberikan kepada kita,

bahwa untuk mendemonstrasikan adalah suatu proses.

Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan

oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi

merupakan format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau

memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau

orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan metode

demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan

penerapanya, memperjelas demonstrasi secara oral ataupun visual, dan

menyediakan peralatan yang diperlukan.

30

Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena

adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat

motivasi yang pokok (Djamarah, 1994 : 48) Proses belajar akan berjalan lancar

bila disertai minat, oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar

pelajaran yang diberikan mudah dipahami siswa, minat akan mempengaruhi hasil

belajar dari suatu proses belajar yang dilakukan seseorang. Dalam pengertian ini

hasil yang yang diperoleh adalah hasil kegiatan dalam belajar siswa dalam bentuk

pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan dalam pembelajaran yang dilakukan

oleh pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1989: 45)

memberikan pengertian, hasil belajar adalah proses verbal dari fakta ataupun

proses tingkah laku secara fisik yang berupa memori atau ingatan. Ia juga

menambahkan hasil belajar adalah proses hubugan guru-siswa di dalam kelas

yang membawa implikasi terhadap pengembangan diri siswa secara jelas.,

pembentukan memori (ingatan) pada siswa dan pembentukan pemahaman pada

siswa.

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini beberapa hal dibahas secara berurutan, yaitu rancangan

penelitian, variable dan definisi operasional variable, populasi dan sample, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

pembelajaran ekonomiyang diajar dengan pembelajaran quantum learning dengan

demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Untuk mengetahui pengaruh metode

tersebut dalam pembelajaran ekonomi, dilakukan penelitian korelasional, yaitu

studi riset dimana satu atau lebih variable bebas dimanipulasikan, dan subyek-

subyek ditentukan secara acak (random) pada kelompok-kelompok yang

32

dikenakan percobaan (manipulasi berarti memperlakukan hal-hal yang berbeda

pada kelompok-kelompok yang berlainan) (Kerlinger, 1979: 83).

Tabel 3.1. Rancangan Korelasional

X1

YX2

Keterangan: X1 = Pembelajaran Quantum Learning X2 = Pembelajaran Demonstrasi

Y = Hasil Belajar

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variable yang sengaja dimanipulasi untuk

mengetahui pengaruh terhadap variabel terikat. Variabel ini dibedakan

menjadi dua, yaitu :

a. Metode Quantum Learning

Metode Quantum Learning adalah bentuk pengajaran secara komplek,

melaui unsur seni dengan menggabungkan belajar menuju perencanaan

pengajaran yang dapat melejitkan hasil siswa.

b. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mengamati

suatu proses atau peristiwa tertentu.

2. Variabel Terikat

33

Variabel terikat adalah variable yang muncul sebagai akibat dari

pengaruh variable bebas. Dalam penelitian ini, hasil belajar bidang studi

ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar di tetapkan sebagai variable

terikat.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Suharsimi (1998: 115) menjelaskan tentang pengertian populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan Sudjana (1992: 6) memberikan

penjelasan tentang populasi lebih ditekankan pada karakteristik tertentu dari

semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-

sifatnya.

Jadi, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian

ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 2 SMP Negeri

14 Surabaya yang berjumlah 10 kelas dengan jumlah 428 siswa. lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 3.2. di bawah ini:

Tabel 3.2. Data siswa kelas 2 SMP Negeri 14 Surabaya No SMP Negeri 14 Surabaya Jumlah123456789

Kelas II-AKelas II-BKelas II-CKelas II-DKelas II-EKelas II-FKelas II-GKelas II-HKelas II-I

434740424340444240

34

10 Kelas II-J 47Jumlah 428

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi (Suharsimi, 1998: 116) hal ini

sesuai dengan pendapat Sudjana (1992: 6) yang mengatakan bahwa sampel

adalah sebagian yang diambil dari populasi. Dalam penelitian ini sampel

diambil sebagian dari populasi dengan teknik random sampling dengan cara

undian.

Dari hasil pengundian terdapat dua kelompok subyek yaitu P1 dan P2.

Kelompok P1 adalah kelompok eksperimen yang diberi pembelajaran

quantum learning. Sedangkan P2 adalah kelompok kontrol yang diberi

pembelajaran metode demonstrasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP

Negeri 14 Surabaya yang terdiri dari 2 kelas. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 3.3. berikut:

Tabel 3. 4 Sampel Penelitian

No SMP Negeri I Surabaya Jumlah Siswa

1

2

Kelas II-B

Kelas II-J

47

47

J U M L A H 94

D. Metode Pengumpulan Data

35

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Instrumen Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan data utama yang diamati, untuk mengukur hasil

belajar tersebut digunakan tes hasil belajar. Butir tes yang digunakan diperoleh

dari sumber : Susunan peneliti sendiri, mengembangkan butir-butir tes dari buku

ekonomi. Butir tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

(TPK). Evaluasi berorientasi pada tujuan. Bahan yang diujikan meliputi semua

bahan yang telah diajarkan dalam eksperimen. Agar tes yang dibuat memuat

seluruh aspek yang ada pada TPK maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal hal

ini tertuang dalam sebaran soal dalam Tabel 3.5. sebagai berikut.

Tabel 3.5. Butir Soal Hasil Belajar

POKOK BAHASAN BUTIR SOAL

1. Bentuk-bentuk pasar

a. Pengertian pasar

b. Penggolongan pasar

c. Bentuk-bentuk pasar

1, 2, 3, 4, ,5, 6, ,7,8, 9, dan10

11,12, 13, 14, 15,16,17, dan 18,

19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini 1 (satu) hipotesis utama yang diuji, mempunyai

keterkaitan dengan variabel penelitian yang diajukan yaitu: mengacu pada

pengaruh variabel bebas (pembelajaran quantum learning dan demonstrasi).

36

Untuk mengukur hasil belajar peneliti menggunakan statistik regresi sebagai

berikut:

Y = b X + a = b X + ( )

Dengan harga :

Keterangan :

= rata-rata variabel Y

= rata-rata variabel X

b = koefisien arah

a = konstanta

xi = Variabel X kelompok ke I

yi = Variabel Y kelompok ke I

37

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Penyajian Data

Analisa data merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis

data yang telah diperoleh peneliti serta untuk membuktikan hipotesa yang telah

penulis kemukakan pada Bab I di atas. Jadi metode analisis data merupakan

tindak lanjut dari pengumpulan data. Yang dimaksud dengan tehnik analisa data

adalah cara-cara yang digunakan untuk mengolah dan menganalisa data dari hasil

penelitian. Pada dasarnya ada dua macam metode analisa data dalam

penyeldidikan ilmiah yaitu analisa statistik dan analisis non statistik.

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode analisa statistik.

Metode analisis statistik adalah metode analisis yang digunakan untuk

menganalisis data-data yang bersifat kwantitatif yang artinya data yang ada

berupa angka-angka sehingga mudah dihitung secara sistematis, yaitu dengan

menggunakan analisa regresi.

38

Tabel 4.1. Analisis Frekuensi Pembelajaran Quantum Learning dan Demonstrasi

No Quantum Learning (X) No Demonstrasi (Y)123456789101112131415161718192021222324252627282930313233

607055624872637957586465606149488067636060626359815578546460616967

484950515253545556575859606162636465666768697071727374757677787980

677370655955706566838154675666918464837867706062856370695796706368

39

3435363738394041424344454647

6062596457426760697162606562

8182838485868788899091929394

5357697267615582737068626465

62,51 68,15

Keterangan:

X = Pembelajaran

Y = skor Hasil belajar dari hasil pengukuran

= rata-rata prestasi belajar perkelompok

nk = jumlah responden perkelompok

y = b x a = b x +

B. Analisis Data

Dari tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut:

40

= (5 . 47 – 4) (68.147 . 47 – 65,33) + (141 – 4)

= (62,51 . 47 – 55,33)

= (324 – 4) (32,03,00 – 65,33) + (141 – 4)

(2937,97 – 65,33)

= (231 . 3137,68) + (137 . 2873,64)

= 1.118.355,50

= {(5 . 47 – 4) (3 . 47 – 4)}2

= {(231 . 137}2

= 135.425

41

= {(68,15 . 47 – 65,33) + (62,51 . 47 – 65,33)}2

= {(3203,00 – 65,33) + (2,937,97 – 65,33)}2

= 3137,68 + 2872,64

= (6.010,32)2

= 36,123 . 934,48

y = b x + a = b x

y = 8,26 x + (65,33 – 8,26 . 4)

y = 8,26 x + 32,30

Hasil belajar (Y)

70

60

50

40

30

20

10

1 2 3 4 5 Pembelajaran (X)

Uji kebaikan suatu garis regresi

42

= 0,253 = 0,25

C. Pengujian Hipotesa

Setelah uraian di atas, maka penulis akan menyimpulkan hipotesa dari

penelitian ini, yaitu: harga 2 = 2 X/Y < 1, maka Ho: ditolak, dan Ha: diterima,

“Ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi terhadap hasil

belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II SMP Negeri

14 Surabaya”

43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai simpulan dan saran yang ditarik dari hasil

penelitian.

A. Simpulan

Penelitian berasal dari satu pemikiran bahwa dalam rangka meningkatkan

ketertipan si belajar dalam proses mengajar, berdasarkan satu asumsi nyata, telah

berakarnya kebiasaan guru yang mengajar dengan tanpa satu persiapan yang

matang, guru cenderung menggunakan metode ceramah tanpa memahami metode

yang dapat membangkitkan minat belajar siswa. Dari penelitian yang dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut : “Ada korelasi antara model quantum dengan

metode demonstrasi terhadap hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk

pasar siswa kelas II SMP Negeri 14 Surabaya”.

B. Saran

Bertitik tolak dari hasil penelitian maka dapat dikemukakan saran-saran

yang kiranya dapat dipertimbangkan :

44

1. Disarankan kepada guru-guru bidang studi ekonomi khususnya di SMP agar

menggunakan metode yang menyenangkan, aktif dan partisipatif sesuai

dengan pokok bahasan yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar yaitu

kolaborasi antara model quantum dan demonstrasi.

2. Pembelajaran ekonomi sehendaknya dilaksanakan dengan memperhatikan

karakteristik siswa seperti hasil belajar.

3. Kepada guru-guru bidang studi agar mengembangkan strategi pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Dalam melaksanakan sistem mengajar guru bidang studi benar-benar

mempunyai persiapan waktu yang cukup, sehingga dapat mencapai hasil

belajar yang maksimal.

5. Kepada peneliti lain, disarankan agar meneliti strategi-strategi pembelajaran

lain yang diprediksi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini,

bagi peneliti lanjutan disarankan agar tidak hanya meneliti pembelajaran

dengan metode quantum learning dan demonstrasi.

45

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Gunawan. 2003, Genius Learning Strategy, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Alwasilah , A. Achaedar, 2000, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.

Degeng IN.S. 2001. Revolusi Paradigma Pendidikan, Memasuki Era Kesemrawutan Global. Malang : Unievrsitas Negeri Malang.

___________. 1989. Ilmu Pengajaran : Taksonomi Variabel. Jakarta : Dep.Dikbud. Dirjen. Dikte P2LPTK.

___________. 2000, Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Teaching di Ruang-ruang Kelas, Terjemahan Bandung : Kaiva

___________. 2002, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan Bandung : Kaifa.

___________. 2002, Quantum Learning, Bandung : Kaifa.

Dimyati, 1991, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rhineka Cipta.

Djamarah, Syaiful, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya, Usaha Nasional.

Fachrurrazy, 2001, Pendekatan Konstruktivis Untu Pengajaran Reading Bahasa Inggris, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Nomor 1 Tahun 8 Oktober 2001

46

Ghazali , A. Syukur. 2001, Penerapan Paradigma Konstruktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif Dalam Pembelajaran Bahasa.

Hadi, Amirul. 2001, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hadi, Sutrisno. 2000, Metode Research, Universitas Gajah Mada.

Haris, David P. 1969, Testing english as a Second Language , New York : Mc Graw-Hill Book

____________, 1985, Membaca dan Pengajarannya, Modul Akta VUT Jakarta : Universitas Terbuka

____________, 1987, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, Jakarta Modul Universitas Terbuka.

____________, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Ibrahim. 1996, Perencanaan Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.

_______. 1999, Belajar Secara Aktif , Sumber Kajian Teori dan Aplikasi Nomo2 Tahun 6 Desember 1999

Kountur, Ronny. 2003, Metode Penelitian, Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis

M. Moeliono, Anton. 1999, Bahasa Yang Efisien dan Efektif Dalam Bidang Iptek, Penerbit ITB Bandung : ITB

Mair, Dave, 2002, The Accelerated Learning, Bandung : Kaifa

_________. 2002, The Accelerated Learning, Bandung : Kaifa

Mihardja , Agus Suria. 1997, Petunjuk Praktis Menulis, Jakarta : Depdikbud.

Natawijaya, 1979, Alat Peraga dan Komunitas Pendidikan, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.

Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

47

Roestiyah, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Semi, Atar. 1990, Menulis Efektif , Penerbit Aksara Raya, Padang

Setyosari, Puniaji. 1997, Model Belajar Konstruktivistik, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Tahun 4 Nopember 1997

Simanjuntak, 1987, Metode Mengajar Matematika, Jakarta : Rhineka Cipta

Sudjana, Nana. 2001, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

____________. 1984, Pedoman Praktisi Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo

____________. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sudjarwo. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.

Suhardjono, 1988, Teknik Penyusunan Usulan Penelitian, Depdikbud.

Sukmadinata, 2000, Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Surahmar, 1965, Evaluasi Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKn), Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Syahid, Ahmad. 2002, Komunikasi Pembelajaran, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Nomor 1 Tahun 9 September 2002

Usman, 1990, Metode Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Waji, Sholikhul. DP, 2002, Koeefektifan Metode Ceramah Yang Menggunakan Media Visual dan Metode Ceramah Murni Dalam Pembelajaran Pendidikan Nilai di Sekolah Dasar, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Nomor 1 Tahun 9 September 2002

Wanara, Satya, dkk, 2003, Kurikulum Bahasa Inggris 2004, Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Winkell, 1983, Psikologi Pengajaran , Jakarta : Gramedia

48

Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.

Yudi Cahyono, Bambang. 1996, Cara Menjadi Pembelajar Bahasa Inggris Yang Lebih Berhasil, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Tahun 3 Nopember 1996

KORELASI ANTARA MODEL QUANTUM DENGAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR

EKONOMI POKOK BAHASAN BENTUK-BENTUK PASAR SISWA KELAS II SMP NEGERI 14 SURABAYA

Karya Ilmiah

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu PersyaratanKenaikan Pangkat Jabatan Guru

Oleh :

NIP :

49

SMP NEGERI 14 SURABAYAJl. Jurang Kuping Pakal

SURABAYA2003

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah iniTelah diperiksa dan disyahkan

Untuk diajukan kepada Tim PenilaiPenetapan Angka Kredit Jabatan Guru

Disyahkan di : S U R A B A Y APada Tanggal : 200

Mengetahui,Ketua PGRI Surabaya KepalaKota Surabaya SMP Negeri 14 Surabaya

Masmuk, Sh., M.Pd. Drs. Idris, M.Pd.NAP: 130 106 0002 NIP:

50

KETERANGAN PERPUSTAKAAN Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa karya

tulis/ilmiah :

Saudara :

Judul : KORELASI ANTARA MODEL QUANTUM DENGAN METODE

DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI

POKOK BAHASAN BENTUK-BENTUK PASAR SISWA KELAS

II SMP NEGERI 14 SURABAYA

Dibuat Tahun : 200

Telah didokumentasikan di perpustakaan sekolah dengan nomor induk inventaris :

………………………………………. Dan nomor klasifikasi ………………………...

Demikian surat ini dibuat agar digunakan seperlunya.

Surabaya, 2003

Mengetahui, Pengelola PerpustakaanKepala SMP Negeri 14 Surabaya Kepala SMP Negeri 14 Surabaya

51

ii

Drs. Idris, M.Pd. Mujiati Qomariyah, S.Pd.NIP: NIP:

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulisan Karya Tulis dengan

judul : “KORELASI ANTARA MODEL QUANTUM DENGAN METODE

DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI POKOK BAHASAN

BENTUK-BENTUK PASAR SISWA KELAS II SMP NEGERI 14 SURABAYA”

ini dapat terselesaikan.

Atas terselesaikannya karya ilmiah ini penulis berterima kasih kepada :

1. Kepala SMP Negeri 14 Surabaya

2. Guru, Staf dan karyawan SMP Negeri 14 Surabaya

3. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penelitian ini

Penulis menyadari Karya Tulis ini belum memenuhi harapan dari segenap

pembaca, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan penulis sangat memerlukan

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Dukungan moral dari berbagai pihak penulis harapkan, sehingga hambatan

dan halangan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang sebanyak-

banyaknya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru yang telah

membantu pelaksanaan penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

52

iiiii

Akhirnya mudah-mudahan Karya Tulis ini ada guna dan manfaatnya bagi

perkembangan pendidikan serta kemajuan dan perkembangan masyarakat dimasa

mendatang.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii

HALAMAN KETERANGAN PERPUSTAKAAN..................................................iii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................8

C. Tujuan Penelitian..............................................................................8

D. Manfaat Penelitian............................................................................8

E. Hipotesis ...........................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori.............................................................................10

B. Metode Demonstrasi.........................................................................17

C. Hasil belajar......................................................................................26

D. Hubungan Model Quantum Learning dan Demonstrasi Terhadap

Hasil Belajar Ekonomi......................................................................29

53

iv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian........................................................................32

B. Variabel Penelitian ...........................................................................33

C. Populasi dan Sampel.........................................................................33

D. Metode Pengumpulan Data...............................................................35

E. Teknik Analisis Data.........................................................................36

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Penyajian Data....................................................................................38

B. Analisis Data.......................................................................................40

C. Pengujian Hipotesa.............................................................................43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN........................................................................................44

B. SARAN...............................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

54

v

vi

55