The Truth Is Out There - Karya Tulis...
Transcript of The Truth Is Out There - Karya Tulis...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena terjadi dalam proses belajar mengajar Ekonomi di sekolah SMP
sekarang ini semakin jauh dari perhatian dan pengamatan guru. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka perlu adanya, pembelajaran Ekonomi yang memperhatikan
sejumlah variabel seperti : strategi pembelajaran yang mengacu pada belajar yang
mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam membicarakan masalah pokok ekonomi tidaklah terlepas dari usaha
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Pada dasarnya kebutuhan
masyarakat erat kaitannya dengan barang atau jasa yang diperlukan, serta
berkaitan pula dengan pihak-pihak yang menghasilkan barang atau jasa
(produsen). Jadi antara produsen dan pemakai barang atau jasa (konsumen)
mempunyai hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Produsen tidak
dapat memproduksi jika tidak ada konsumennya. Begitu juga sebaliknya,
konsumen tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya tanpa ada produsen.
Dari gambaran masalah-masalah yang diungkapkan di atas, terlihat
pentingnya pembelajaran dunia nyata di sekolah. Alternatif yang dimaksud yaitu
sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan berpikir
1
kritis dan kemampuan mengaplikasikan teori dan konsep-konsep yang telah
dipahami untuk memudahkan penerapan dalam dunia nyata.
Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius.
Krisis ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah
untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya
tenaga ahli, dan visi serta misi pendidikan nasional yang tidak jelas. Dalam
berbagai forum seminar muncul kritik bahwa konsep pendidikan telah tereduksi
menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas.
Sementara yang berlangsung di kelas tak lebih dari kegiatan guru mengajar
siswa dengan target kurikulum dan bagaimana mengejar NEM (Nilai Ebtanas
Murni). Silberman (1996: 8) mengatakan bahwa dunia pendidikan harus memberi
perhatian pada aspek kultural dan ekologi, bukannya terfokus pada pengajaran
kognitif dan pelatihan keterampilan teknik. Dengan ungkapan lain, salah satu
agenda penting pendidikan di masa depan adalah bagaimana mengatasi krisis
kemanusiaan termasuk persoalan krisis makna hidup. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan landasan
pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada
guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih
menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap,
atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau
pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejap dan kemudian
2
kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa pembelajaran,
walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang guru adalah membuat agar
proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Selain fokus siswa
pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip
keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan
menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai.
Kegiatan belajar mengajar ada kaitannya dengan metode mengajar. Metode
mengajar merupakan suatu alat, dan cara ataupun strategi mewujudkan kegiatan
belajar mengajar. Metode dipilih dan digunakan guru sebagai alat untuk
menciptakan kegiatan belajar siswa. Di dalam proses belajar mengajar guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena
pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
harus menguasai teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar
(Roestiyah, 2001: 1)
Untuk, memenuhi salah satu kompetensi guru dalam sistem instruksional
yang modern, maka perlu diuraikan masing-masing teknik penyajian secara
mendalam dan terinci. Untuk mendalami dan memahami tentang teknik penyajian
pelajaran, maka perlu dijelaskan arti dari teknik penyajian itu.
Roestiyah (2001: 1) mendefinisikan teknik penyajian pelajaran adalah
suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau
instruktur. Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
3
dalam kelas bertujuan agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataannya metode mengajar atau
teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada
siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam
menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk
memotivasi siswa agar mampu menggunakan kemampuannya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda
dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dam
mengemukakan pendapatnya.
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif
sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu
proses atau peristiwa tertentu (Ibrahim dan Syaodih, 1996: 106). Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan proses terjadinya
sesuatu dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru. Dalam metode
demonstrasi ini siswa dituntut aktif melihat apa yang didemonstrasikan guru. Jadi
demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan,
memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 1000 C,
sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati maksudnya,
mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan
oleh guru tersebut (Rustiyah, 2001: 83)
Dengan demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik
4
dan sempuran. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang
diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Adapun penggunaan teknik
demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara
mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan kompor untuk
mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya membuat kertas dengan
demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda atau alat
seperti bagian tubuh manusia, atau bagian dari mesin jahit. Juga siswa dapat
menyaksikan kerjanya sesuatu alat bantu mesin seperti penggunaaan gunting dan
jalannya mesin jahit. Bila siswa melakukan sendiri demonstrasi tersebut, ia dapat
mengerti juga cara menggunakan suatu alat seperti menggunakan gunting untuk
memotong kain. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan
sesuatu alat atau perkalas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan
memperbandingkan cara yang terbaik juga mereka akan mengetahui kebenaran
dari sesuatu teori di dalam praktek, misalnya cara memasak roti yang terbaik.
Bila guru melaksanakan teknik demonstrasi dengan baik maka
pembelajaran akan efektif. Untuk mencapai hal tersebut perlu guru mampu
menyusun rumusan tujuan instruksional agar dapat memberi motivasi yang kuat
pada siswa untuk belajar. Guru mempertimbangkan baik-baik apakah pilihan
teknik tersebut menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan dan
hendaknya menentukan garis besar langkah-langkah yang telah dilakukan serta
menyediakan tempat, alat yang akan didemonstrasikan. Waktu perlu
dipertimbangkan sehingga ada ketenangan dan siswa bisa bertanya. Selama
5
demonstrasi berlangsung guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati
dengan baik dan bertanya. Setelah melakukan demonstrasi perlu mengadakan
evaluasi apakah yang dilakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa
diulang.
Penggunaan demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar di
kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah dengan demonstrasi perhatian siswa lebih
terpusat pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan yang terjadi bila
pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongkrit
sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada
jiwanya. Jadi dengan demonstrasi siswa dapat partisipasi aktif dan memperoleh
pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya. Walaupun
demikian masih terlihat juga kelemahan, bila alatnya terlalu kecil atau
penempatan kurang tepat menyebabkan demonstrasi tidak dapat dilihat dengan
jelas oleh seluruh siswa. Dalam hal ini dituntut pula seorang guru menjelaskan
proses berlangsungnya demonstrasi dengan bahasa dan suara yang dapat
ditangkap siswa.
Dalam pemakaian teknik mengajar perlu menyertakan teknik yang lain,
atau mengkombinasikan dengan yang lain, sehingga mampu mengatasi teknik inti
yang sedang dimanfaatkan itu. Quantum learning merupakan perpaduan yang
selaras dengan teknik demonstrasi karena menawarkan hal-hal yang dibutuhkan
guru, yaitu cara-cara baru memaksimalkan pengajaran melalui perkembangan
hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Quantum Learning
6
mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi atau bahan ajar dan memudahkan proses belajar
mengajar.
Quantum learning menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses
belajar yang dilakukan guru lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian terarah,
apapun mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dengan menggunakan metode
quantum learning seorang guru akan dapat menggabungkan keistemewaan belajar
menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan hasil siswa. Proses
belajar mengajar adalah fenomena yang komplek. Segala sesuatunya berarti,
setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana guru
mengubah lingkungan rancangan pengajaran sejauh itu pula proses belajar
berlangsung. Pembelajaran quantum mengubah energi menjadi cahaya (De Porter
dan Reardon, 2000: 5). Quantum learning mengubah belajar yang meriah dengan
segala nuansanya dan juga menyertakan segala kaitan interaksi, dan perbedaan
yang memaksimalkan momen belajar. Quantum learning berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan
kerangka untuk belajar.
Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui sejauhmana perbedaan
pembelajaran quantum learning dan demonstrasi terhadap hasil belajar ekonomi.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
“Apakah ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi terhadap
hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II SMP
Negeri 14 Surabaya?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
“Ingin mengetahui korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi
terhadap hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II
SMP Negeri 14 Surabaya”
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Dengan mengetahui keefektifan pelaksanaan penggunaan quantum learning
dan metode demonstrasi dalam pembelajaran ekonomi pokok bahasan
bentuk-bentuk pasar, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
pemilihan strategi pembelajaran dalam pembelajaran ekonomi.
2. Dengan mengetahui efektivitas pelaksanaan pembelajaran ekonomi dapat
digunakan sebagai pijakan guru untuk memperhatikan gaya belajar siswa
selama pembelajaran berlangsung.
8
3. Hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat digunakan dalam penelitian
lebih lanjut dan dapat memberikan masukan kepada para peneliti berikutnya
agar tergerak untuk meneliti faktor-faktor lain tentang penyempurnaan
pelaksanaan pengajaran ekonomi.
E. Hipotesis
Ho = Tidak ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi
terhadap hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa
kelas II SMP Negeri 14 Surabaya
Ha = Ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi terhadap
hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II
SMP Negeri 14 Surabaya
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman Teori
1. Pengertian Model Quantum Learning
(Deporter, Resrdon, Singer-Nourie, 2000), Quantum adalah interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Leaning dengan demikian,
adalah penggubahan (mengorkestrasi) bermacam-macam interaksi yang ada di
dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah
kemampuan dan bakat alamiah menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi
mereka sendiri dan bagi orang lain. Di dalam Quantum Leaning terdapat
beberapa hal, yaitu :
a. Asas Utama
Asas Utama dari Quantum Leaning adalah “ Bawalah Dunia
Mereka ke Dunia Kita”. Maksudnya, mengingatkan kita pada pentingnya
memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak
mengajar, pertama-tama harus membangun jembatan autentik memasuki
kehidupan siswa. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengijinkan
mengajar/melatih hanya berarti apabila memiliki wewenang untuk
mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh
siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan.
10
b. Prinsip-prinsip Quantum Leaning.
Prinsip-prinsip Quantum Leaning terdiri dari : (1) Segalanya
Berbicara. Segala lingkungan kelas sehingga bahasa tubuh, dari kertas
yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan
tentang belajar, (2) Segalanya Bertujuan. Semua yang terjadi pada
penggubahan, mempunyai tujuan, (3) Pengalaman Sebelum Pemberian
Nama. Proses belajar yang baik ketika siswa telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang merekapelajari, (4)
Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti
melangkah keluar dari kenyamanan.Pada saat mengambil langkah ini,
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri
mereka, (5) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan. Perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi
positif dengan belajar.
c. Model Quatum Leaning.
Model Quantum Leaning hampir samadengan sebuah simponi.
Jika Anda menonton sebuah simponi, ada banyak unsur yang menjadi
faktor pengalaman musik Anda. Kita dapat membagi unsur-unsur tersebut
menjadi dua kategori: yaitu Konteks dan isi. Konteks adalah latar untuk
pengalaman Anda. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra itu
sendiri (lingkungan). Semangat konduktor dan para pemain musknya
(suasana). Keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerjasama
11
(landasan). Interprestasi sang maestro terhadap lembaran musik
(rancangan). Unsur-unsur ini terpadu dan kemudian menciptakan
pengalaman bermusik yang menyeluruh. Isi berbeda namun sama
pentingnya dengan konteks. Anggaplah lembaran musik itu sendiri
sebagai isi, not-not nyata pada sebuah halaman, yang lebih dari sekedar
not-not pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap
frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang
maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan
potensi setiap instrumen.
Keajaiban pengalaman menjadi terbuka karena konteksnya tepat, dan
membuat musik menjadi hidup. Saat Anda mengubah kesuksesan siswa,
unsur-unsur yang tersusun dengan baik; suasana, lingkungan, landasan,
rancangan, penyajian dan fasilitasi.
a. Mengubah (mengorkestrasi) suasana yang menggairahkan. Meliputi : (1)
Kekuatan terpendam Niat, (2) jalinan rasa simpati dan saling pengertian,
(3) Keriangan dan ketakjuban, (4) pengambilan resiko, (5) rasa saling
memiliki, dan (6) keteladanan.
b. Mengubah (mengorkestrasi) landasan yang kukuh. Meliputi : (1) Tujuan,
(2) Prinsip-prinsip, 8 kunci keunggulan, (3) Keyakinan akan kemampuan
pelajar, belajar dan mengajar, (4) Kesepakatan, Kebijaksanaan, Prosedur
dan Peraturan, (5) Menjaga komunitas tetap berjalan dan tumbuh - mitra
dalam belajar – Penggambaran masa depan.
12
c. Menggubah (mengorkestrasi) lingkungan yang mendukung. Meliputi : (1)
Lingkungan sekeliling, (2) Alat bantu, (3) Pengaturan bangku (4)
Tumbuhan, Aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya, dan (5)
musik.
d. Mengubah (mengorkestrasi) Perancangan pengajaran yang dinamin,
Kerangka Perancangan Quantum Leaning (TANDUR), yaitu : Tumbuhan,
alami, namai demonstrasikan, ulangi, Rayakan.
2. Mengorkestrasi Lingkungan yang mendukung
a. Pengaturan Bangku
Cara mengatur bangku memainkan peran penting dalam pengorkestrasian
belajar. Di sebagian besar ruang kelas, bangku siswa dapat disusun untuk
mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang diberikan. Anda
bebas menyuruh siswa mengatur ulang bangku mereka untuk
memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Untuk prestasi siswa,
penjelasan guru, penyajian gambar di papan tulis, dan lain-lain, atur
bangku sehingga siswa menghadap ke depan untuk membantu mereka
tetap fokus ke depan. untuk kerja kelompok, bangku diputar saling
berhadapan. Tujuannya adalah fleksibelitas. Jelajahilah pilihan-pilihan
berikut ini : (1) Gunakan setengah lingkaran untuk diskusi kelompok besar
yang dipimpin fasilitator, yang menuliskan gagasan pada kertas tulis,
whithboard, atau papan tulis (2) Rapatkan bangku ke dinding jika ingin
memberikan tugas perseongan dan mengosongkan pusat ruangan untuk
13
memberi petunjuk kepada kelompok kecil atau mengadakan diskusi
kelompok besar sambil duduk di lantai, (3) Jika bisa, ganti bangku
tradsional dengan meja dan kursi lipat agar lebih fleksibel. Susunan
bangku yang dapat diubah-ubah menimbulkan sedikit tantangan. Tapi,
meskipun bangkunnya tetap tak berubah,pelajaranya tidak ! suruh mereka
membalikan badan untuk interaksi kelompok kecil,atau duduk di lantai
lorong-lorong bangku,atau di belakang,samping,atau depan ruangan.
b. Tumbuhan
Saat memikirkan tumbuh-tumbuhan, asosiasi apa yang muncul dalam
benak ?
Apakah berfikir tentang kehijauan, kehidupan, pertumbuhan, bunga,
cabang biologi dan botani mengajarkan kita bahwa tumbuh-tumbuhan
menyediakan oksigen dalam udara kita dan otak kita berkembang karena
oksigen.semakin banyak oksigen yang didapatnya,semakin baik otak
berfungsi .Gunakan defenbachias untuk memperkaya persedian oksigen
dalam kelas. Mimosa memberi efek visual yang indah dan tidak
membutuhkan perawatan oleh tangan dingin.Tetapi,mimosa tidak
menghasilkan oksigen.Namun,karena mimosa menambah keadaan
estetika, penggunaanya paling baik adalah di ruangan dengan sedikit atau
tanpa cahaya alami.
14
c. Aroma
Ah ! Wanginya kesuksesan ! Apa hubunganya sukses dengan wangi?
Banyak ! Kaitan antara kelenjar pencium dan sistem saraf otonomi cukup
kuat. Apa yang kita cium memicu respons seperti kecemasan, kelaparan,
ketenagan, defresi, dan seksualitas.seringnya,hari-hari libur memiliki
aroma khas,demikian pula berbagai tempat : rumah sakit, ruang loker, dan
pantai. Manusia dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka secara
kreatif sebanyak 30% saat diberikan wangi bunga tertentu (Hirsch, 1993).
tidak aneh ! Daerah penciuman merupakan reseptor bagi endorfin yang
menyuruh tanggapan tubuh menjadi merasa senang dan sejatera.Apa
artinya bagi kelas ? Sedikit penyemprotan aroma berikut akan
meningkatkan kewaspadaan mental: mint, kemangi, jeruk, kayu manis,
dan rosemary. Lavendel, kamamil, jeruk dan mawar memberikan
ketenangan dan relaksi (Lavabre, 1990).
d. Musik
Musik berpengaruh pada guru dan pelajar, sebagai seorang guru, dapat
menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan
mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu
pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik
merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara
kebanyakan siswa memang mencintai musik.anda mungkin bertanya,”
Mengapa musik? Sudah banyak yang harus saya
15
pikirkan”Irama,ketukan,dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi
manusia terutama gelombang otak dan detak jantung-di samping
membangkitkan perasaan dan ingatan (Lozanov, 1979). Musik dapat
membantu siswa masuk keadaan belajar optimal, Musik juga
mumungkinkan membangun hubungan dengan siswa melalui musik.
e. Poster Ikon
Ciptakan ikon atau simbol untuk setiap konsep utama yang di ajarkan dan
gambarkan di atas selembar kertas berukuran 25 x 40 cm atau lebih besar
pajang poster-poster ikon tersebut du depan kelas di atas pandangan mata,
memberikan gambaran keseluruhan,tinjauan global dari bahan
pelajaran.Untuk melihat “konsep-konsep samar” pelajar harus
mendongak. Ini akan membantu penciptaan, penyimpanan, dan pencairan
informasi secara visual. Pasang poster di tempat tersebut sampai unit
pelajaran yang bersankutan selesai lalu, pindahkan kebagian dinding yang
lain,agar tempatnya dapat digunakan untuk poster-poster unit
berikutnya.Ikon-ikon unit yang sebelumnya yang teap dipajang akan
menjadi pengingat sadar untuk informasi dari awal pelajaran hingga saat
itu.jika siswa ingin mengingat isi pelajaran, bantulah dengan cara
memasang posternya, supaya mereka dapat mengakses memori visual
mereka setiap kali mereka melihatnya setelah pelajar menjadi terbiasa
dengan konsep-konsep pokok dalam bentuk gambar, mintalah mereka
untuk membuat poster untuk unit-unit mendatang. Kita dapat mengambil
16
selangkah lebih jauh dan menggunakan poster ikon untuk mengintip
“acara yang akan datang” Tempatkan poster ikon unit selanjutnya pada
dinding sebelah kanan, tempat untuk bahan-bahan pelajaran yang akan
datang.jika materi di tampakan dengan cara demikian, minat siswa akan
terpicu: Tentang apa ya, kira-kira poster yang itu ?”
f. Poster Afirmasi
Buatlah (atau lebih baik mintalah siswa membuat) poster motivasi
afirmasi dengan pesan-pesan seperti,” Aku mampu mempelajarinya!
”dan” Aku menjadi semakin pintar dengan setiap tantangan
baru”Tempatkan poster-poster itu di dinding samping setinggi mata orang
duduk. Perhatikan bahwa poster ini setinggi telinga.pada saat siswa
memandang sekeliling ruangan, poster-poster tersebut “mengucapkan”
afirmasi seperti dialog internal, sehingga menguatkan keyakinan tentang
belajar dan isi yang diajarkan.
B. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi walaupun merupakan metode yang paling sederhana,
untuk menggunakanya seorang guru hendaknya benar-benar memahaminya
sebelum menggunakanya. Pengertian, keuntungan dan kekurangan, serta prosedur
pemakaian metode demonstrasi dapat membantu pemahaman terhadap metode
demonstrasi.
17
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Cardille (1986) mengemukakan bahwa demontasi adalah suatu
penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah
tindakan atau prosedur yang digunakan.
Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan
(oral)atau peragaan (visual) secara tepat (dalam Canei, 1986 : 38). Dari
batasan ini, nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesengajaan untuk
mempertunjukkan tindakan/atau penggunaan prosedur yang disertai
penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan maupun visual
Winarno mengemukan bahwa metode demonstrasi adalah adanya
seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu
proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980 : 87). Batasan yang dikemukakan
oleh Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan
adalah suatu proses.
Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti
dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa
metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar mengajar yang
sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur
yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian
siswa. Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan
kepada guru untuk merencanakan penerapanya, memperjelas demonstrasi
secara oral ataupun visual, dan menyediakan peralatan yang diperlukan.
18
2. Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkan keterampilan
tangan dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-gerakan dalam
memegang sesuatu benda akan dipelajari, atau pun untuk mengajar hal-hal
yang bersifat rutin. (Staton, 1978 : 91) Dengan kata lain, metode demonstrasi
bertujuan untuk mengajarkan keterampilan – keterampilan fisik daripada
keterampilan-keterampilan intelektual.
Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan untuk:
a) Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau
menggunakan suatu prosedur atau produk baru.
b) Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi
siswa melakukanya.
c) Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur (dalam
Canei, 1986 : 38).
Dari berbagai tujuan penerapan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh
Staton, Cardille, dan Winarno, dapat diindentifikasi tujuan penerapan metode
demonstrasi yang mencakup:
a) Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses, atau prosedur
keterampilan-keterampilan fisik/motorik.
b) Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan
para siswa secara bersama-sama.
c) Mengkonkretkan informasi yang disajikan.
19
3. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Dengan mempertunjukkan atau memperagakan suatu tindakan, proses, atau
prosedur, maka metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai
berikut:
a) Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya
membaca atau mendengar penjelasan saja, karena demonstrasi
memberikan gambaran kongkrit yang memperjelas perolehan belajar
siswa dari hasil pengamatanya.
b) Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan
demonstrasi, sehingga memberikan kemungkinan yang benar bagi para
siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang
keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan
kecakapanya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-
temanya.
c) Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap
penting, sehingga para siswa benar-benar memberikan perhatian khusus
kepada hal tersebut. Dengan kata lain, perhatian siswa lebih mudah
dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.
d) Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
belum mereka ketahui selama demonstrasi berjalan, jawaban dari
pertanyaan dapat disampaikan oleh guru pada saat itu pula.
20
Selain kelebihan atau keunggulan, metode demonstrasi memiliki kekurangan-
kekurangan sebagai berikut:
a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapanya
memerlukan waktu yang lama.
b) Demonstrasi menuntut peralatan yang ukuranya yang memungkinkan
pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan.
c) Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan
oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
d) Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu
tindakan, proses, atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
1. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi
Cardille mengutarakan bahwa suatu demonstrasi yang baik akan mencakup:
(a) Suatu penjelasan (explanation),(b)Jalinan pertanyaan-pertanyaan,
(c) Lembar-lembar instruksi, (d) Alat bantu visual, (e) Instruksi keamanan,
(f) Periode diskusi atau tanya-jawab (dalam Canei, 1986 : 39)
Hal-hal yang disebutkan oleh Cardille di atas perlu dipedulikan oleh
para guru yang akan memakai metode demonstrasi langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam memakai metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi :
1) Mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai
2) Analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi
21
3) Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu, dan
4) Merancang garis-garis besar demonstrasi
b. Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi :
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
demonstrasi,
2) Memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa
mengikuti demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan
instruksi keamanan demonstrasi,
3) Memeragakan tindakan, proses, atau prodsedur yang disertai
penjelasan, ilustrasi dan pertanyaan.
Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi :
a) Diskusi tentang tindakan, proses, atau prosedur yang baru saja
didemonstrasikan, dan
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala
hal yang telah didemonstrasikan.
2. Teknik Demonstrasi
Teknik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi.
Tetapi siswa tidak melakukan percobaan ; hanya melihat saja apa yang
dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang
instrujtur / atau tim guru meunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses
misalnya merebus sampai mendidih 100 C, sehingga seluruh siswa dalam
22
kelas dapat melihat, mengamati ; mendengar mungkin meraba-raba dan
merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam ; sehingga membentuk pengertian dengan
baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa
yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa
mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya
penggunaan kompor untuk mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya
membuat kertas ; dengan demonteasi siswa dapat mengamatu bagian-bagian
dari sesuatu benda atau alat seperti bagian tubuh manusia ; atau bagian dari
mesin jahit. Juga siswa dapat menyaksikan kerjanya suatu alat atau mesin
seperti penggunaan gunting dan jalanya mesin jahit. Bila siswa melakukan
sendiri demonstrasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga cara menggunakan
suatu alat itu seperti menggunakan gunting untuk memotong kain. Dengan
demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan sesuatu alat atau
perkakas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan
memperbandingkan cara yang baik, juga mereka akan mengetahui kebenaran
dari sesuatu teori didalam prakek. Misalnya cara memasak roti yang terbaik.
Bila anda melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif,
maka perlu memperhatikan hal sebagai berikut:
23
a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapt
memberi motivasi yang kuat pada siswa umtuk belajar.
b. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin
tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
c. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu
demonstrasi yang berhasil, bila tidak ada harus mengambil kebijaksanaan
lain.
d. Apaka anda telah meneliti ala-alat dan bahan yang akan digunakan
mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya. Juga anda perlu mengenal baik-
baik, atau telah mencoba terlebih dahulu ; agar demonstrasi itu berhasil
e. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan
dilakukan.
f. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi
keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
g. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada
siswa untuk mengamati dengan baik dan bertannya.
h. Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan
itu berhasil; dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi
mengajar belajar dikelas. Keuntungan yang diperoleh ialah: dengan
demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang
sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu
24
diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongrit. Sehingga
kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada
jiwanya. Akibat selanjutnya memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar
lebih giat belajar. Jadi dengan demonstrasi itu siswa dapat partisipasi aktif,
dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan
kecakapanya walaupun demikian kita masih melihat juga kelemahan teknik
ini ialah :
Bila alatnya terlalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat,
menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh
siswa. Dalam hal ini dituntut pula guru harus mampu menjelaskan proses
berlangsungnya demonstrasi; dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap
oleh siswa. Juga bila waktu tidak tersedia dengan cukup; maka demonstrasi
akan berlangsung terputus-putus, atau tidaj dijalankan tergesa-gesa; sehingga
hasilnya memuaskan. Dalam demonstrasi bila siswa tidak diikutsertakan,
maka proses demonstrasi akan kurang dipahami oleh siswa, sehingga kurang
berhasil adanya demonstrasi itu.
Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar itu anda perlu
menyertai dengan teknik yang lain; sehingga mampu mengatasi teknik inti
yang sedang dimanfaatkan itu.
Guru dalam kegiatan belajar mengajar seringkali harus menunjukkan dan
memeragakan keterampilan fisik atau kegiatan yang. Untuk melakukan hal
tersebut, guru dapat memakai demonstrasi.
25
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dan amat
bersahaja. Metode ini adalah metode pengajar yang pertama kali digunakan
oleh manusia sebagaimana yang dilakukan oleh manusia gua yaitu pada saat
mereka menambahkan kayu untuk memperbesar unggun api, sementara anak-
anak mereka memperhatikan dan menirukanya ( Staton, 1978 : 91).
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan
seseorang. Dlam pengertian ini hasil yang yang diperoleh adalah hasil kegiatan
dalam belajar siswa dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan
alam pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar ( guru ). Seperti yang
dikemukakan oleh sudjana ( 1989 : 45) mmemberikan pengertian, hasil belajar
adalah proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku secara fisik yang
berupa memori atau ingatan. Ia juga menambahkan hasil belajar adalah proses
hubugan guru-siswa di dalam kelas yang membawa implikasi terhadap
pengembangan diri siswa secara jelas., pembentukan memori (ingatan) pada siswa
dan pembentukan pemahaman pada siswa.
Menurut Sukmadinata (1997: 196) tutjuan utama kegiatan guru adalah
mendorong dan meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar, dengan cara itu
guru dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa. Untuk mencapai siswa
agar dapat berhasil dapat diperlukan hubungan timbal balik guru dan siswa. Guru
perlu menyenangi siswanya, bersikap menerima, mengerti dan membatu.
26
Sebaliknya siswa harus bisa menerima, menyenangi dan menghormati gurunya.
Kesukaan dan sikap positif terhadap guru akan meningkatkan hasil belajar
mereka. Hasil dan kemajuan belajar yang dicapai siswa ditentukan oeh bentuk
hubungan guru dan orang tua siswa juga hubungan guru dengan siswa juga
menjadi syarat mutlak.
Pandangan skinner dalam Dimyati (1998 : 9)Skinner berpandangan bahwa
belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responya akan
menjadi lebih, sebaliknya jika ia tidak belajar maka responya menurun.
Sedangkan menurut Gagne dalam Mudjiono (198: 10) belajar merupakan
kegiatan yang komplek, hasil belajar merupakan kapabilitas yaitu setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan , sikap dan nilai.
Mouli dalam Sudjana (2001: 5) belajar asalah proses perubahan tingkah
laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat serupa dikemukakan oleh
Kimble dan Garmezi dalam sudjana (2001: 5) belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif permanen, terjadi sebagi hasil dari pengalaman. Pada dasarnya
belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan-perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagi hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti berubah berpengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu si belajar.
Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan jalan membandingkan hasil tes awal yang diperoleh siswa
27
dengan tes akhir yang diperoleh siswa setelah pembelajaran selesai. Bila hasil tes
akhir skornya lebih tinggi dari skor tes awal berarti proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan hasil skor yang nyata sebagai akibat
pembelajaran yang terjadi karena perlakuan guru.
Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1989: 45) memberikan
pengertian hasil belajar adalah:
“Proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku secara phisik yang berupa memori atau ingatan yang bersifat mentalistik, ia juga menambahkan, hasil belajar adalah proses hubungan antara guru-siswa di dalam kelas yang membawa implikasi terhadap pengembangan diri siswa secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada siswa, dan pembentukan pemahaman pada siswa.”
Seorang akan berprestasi dalam belajar apabila ada keinginan untuk
belajar, Mouly dalam Sudjana (2001: 5) belajar adalah proses perubahan tingkah
laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi dalam Sudjana
(2001: 5) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen terjadi dari
prestasi pengalaman.
Menurut Reigeluth dalam Degeng (1989: 14) dalam meningkatkan
prestasi belajar perlu adanya perbaikan proses pengajaran (metode pengajaran).
Jadi kondisi pengajaran akan menentukan kualitas prestasi belajar siswa. Dikelas
kondisi eksternal untuk belajar adalah strategi pembelajaran yang ditentukan oleh
guru untuk membelajarkan siswa. Siswa dikatakan belajar melalui kegiatan
pembelajaran dari guru jika belajar yang terjadi adalah lebih besar daripada yang
dapat terjadi bila guru tidak melakukan kegiatan sama sekali. Dengan demikian
28
dapat dipastikan bahwa proses pembelajaran sesungguhnya terjadi bila ada
kegiatan yang dilakukan oleh guru. Logikanya pada proses pembelajaran harus
ada nilai tambah (peningkatan) pada prestasi belajar yaitu dari prestasi proses
dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh guru. Seseorang akan berprestasi
dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Belajar adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu dengan cara
melihat, mengamati, memahami sesuatu. Hubungan antara guru dan siswa dalam
kelas membawa implikasi terhadap kadar prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Prestasi belajar tersebut sebagai akibat hubungan guru – siswa dalam
mengembangkan dirinya secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada
siswa, dan pembentukan pemahaman pada siswa.
Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang ditgurui dengan adanya
perubahan-perubahan pada diri seseorang, perubahan seperti : pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.
29
D. Hubungan Model Quantum Learning dan Demonstrasi Terhadap Hasil
Belajar Ekonomi
Quantum adalah: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum Learning adalah penggubahan (mengorkestrasi) bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini
mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa yang menjadi cahaya yang akan
bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Apabila quantum learning
dikorelasikan dengan metode demonstrasi akan menggairah si belajar.
Metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang
diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno,
1980 : 87). Batasan yang dikemukakan oleh Winarno memberikan kepada kita,
bahwa untuk mendemonstrasikan adalah suatu proses.
Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan
oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi
merupakan format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau
memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau
orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan metode
demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan
penerapanya, memperjelas demonstrasi secara oral ataupun visual, dan
menyediakan peralatan yang diperlukan.
30
Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena
adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat
motivasi yang pokok (Djamarah, 1994 : 48) Proses belajar akan berjalan lancar
bila disertai minat, oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar
pelajaran yang diberikan mudah dipahami siswa, minat akan mempengaruhi hasil
belajar dari suatu proses belajar yang dilakukan seseorang. Dalam pengertian ini
hasil yang yang diperoleh adalah hasil kegiatan dalam belajar siswa dalam bentuk
pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan dalam pembelajaran yang dilakukan
oleh pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1989: 45)
memberikan pengertian, hasil belajar adalah proses verbal dari fakta ataupun
proses tingkah laku secara fisik yang berupa memori atau ingatan. Ia juga
menambahkan hasil belajar adalah proses hubugan guru-siswa di dalam kelas
yang membawa implikasi terhadap pengembangan diri siswa secara jelas.,
pembentukan memori (ingatan) pada siswa dan pembentukan pemahaman pada
siswa.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini beberapa hal dibahas secara berurutan, yaitu rancangan
penelitian, variable dan definisi operasional variable, populasi dan sample, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
pembelajaran ekonomiyang diajar dengan pembelajaran quantum learning dengan
demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Untuk mengetahui pengaruh metode
tersebut dalam pembelajaran ekonomi, dilakukan penelitian korelasional, yaitu
studi riset dimana satu atau lebih variable bebas dimanipulasikan, dan subyek-
subyek ditentukan secara acak (random) pada kelompok-kelompok yang
32
dikenakan percobaan (manipulasi berarti memperlakukan hal-hal yang berbeda
pada kelompok-kelompok yang berlainan) (Kerlinger, 1979: 83).
Tabel 3.1. Rancangan Korelasional
X1
YX2
Keterangan: X1 = Pembelajaran Quantum Learning X2 = Pembelajaran Demonstrasi
Y = Hasil Belajar
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variable yang sengaja dimanipulasi untuk
mengetahui pengaruh terhadap variabel terikat. Variabel ini dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Metode Quantum Learning
Metode Quantum Learning adalah bentuk pengajaran secara komplek,
melaui unsur seni dengan menggabungkan belajar menuju perencanaan
pengajaran yang dapat melejitkan hasil siswa.
b. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mengamati
suatu proses atau peristiwa tertentu.
2. Variabel Terikat
33
Variabel terikat adalah variable yang muncul sebagai akibat dari
pengaruh variable bebas. Dalam penelitian ini, hasil belajar bidang studi
ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar di tetapkan sebagai variable
terikat.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi (1998: 115) menjelaskan tentang pengertian populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan Sudjana (1992: 6) memberikan
penjelasan tentang populasi lebih ditekankan pada karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya.
Jadi, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian
ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 2 SMP Negeri
14 Surabaya yang berjumlah 10 kelas dengan jumlah 428 siswa. lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.2. di bawah ini:
Tabel 3.2. Data siswa kelas 2 SMP Negeri 14 Surabaya No SMP Negeri 14 Surabaya Jumlah123456789
Kelas II-AKelas II-BKelas II-CKelas II-DKelas II-EKelas II-FKelas II-GKelas II-HKelas II-I
434740424340444240
34
10 Kelas II-J 47Jumlah 428
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi (Suharsimi, 1998: 116) hal ini
sesuai dengan pendapat Sudjana (1992: 6) yang mengatakan bahwa sampel
adalah sebagian yang diambil dari populasi. Dalam penelitian ini sampel
diambil sebagian dari populasi dengan teknik random sampling dengan cara
undian.
Dari hasil pengundian terdapat dua kelompok subyek yaitu P1 dan P2.
Kelompok P1 adalah kelompok eksperimen yang diberi pembelajaran
quantum learning. Sedangkan P2 adalah kelompok kontrol yang diberi
pembelajaran metode demonstrasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP
Negeri 14 Surabaya yang terdiri dari 2 kelas. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.3. berikut:
Tabel 3. 4 Sampel Penelitian
No SMP Negeri I Surabaya Jumlah Siswa
1
2
Kelas II-B
Kelas II-J
47
47
J U M L A H 94
D. Metode Pengumpulan Data
35
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Instrumen Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan data utama yang diamati, untuk mengukur hasil
belajar tersebut digunakan tes hasil belajar. Butir tes yang digunakan diperoleh
dari sumber : Susunan peneliti sendiri, mengembangkan butir-butir tes dari buku
ekonomi. Butir tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
(TPK). Evaluasi berorientasi pada tujuan. Bahan yang diujikan meliputi semua
bahan yang telah diajarkan dalam eksperimen. Agar tes yang dibuat memuat
seluruh aspek yang ada pada TPK maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal hal
ini tertuang dalam sebaran soal dalam Tabel 3.5. sebagai berikut.
Tabel 3.5. Butir Soal Hasil Belajar
POKOK BAHASAN BUTIR SOAL
1. Bentuk-bentuk pasar
a. Pengertian pasar
b. Penggolongan pasar
c. Bentuk-bentuk pasar
1, 2, 3, 4, ,5, 6, ,7,8, 9, dan10
11,12, 13, 14, 15,16,17, dan 18,
19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini 1 (satu) hipotesis utama yang diuji, mempunyai
keterkaitan dengan variabel penelitian yang diajukan yaitu: mengacu pada
pengaruh variabel bebas (pembelajaran quantum learning dan demonstrasi).
36
Untuk mengukur hasil belajar peneliti menggunakan statistik regresi sebagai
berikut:
Y = b X + a = b X + ( )
Dengan harga :
Keterangan :
= rata-rata variabel Y
= rata-rata variabel X
b = koefisien arah
a = konstanta
xi = Variabel X kelompok ke I
yi = Variabel Y kelompok ke I
37
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data
Analisa data merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis
data yang telah diperoleh peneliti serta untuk membuktikan hipotesa yang telah
penulis kemukakan pada Bab I di atas. Jadi metode analisis data merupakan
tindak lanjut dari pengumpulan data. Yang dimaksud dengan tehnik analisa data
adalah cara-cara yang digunakan untuk mengolah dan menganalisa data dari hasil
penelitian. Pada dasarnya ada dua macam metode analisa data dalam
penyeldidikan ilmiah yaitu analisa statistik dan analisis non statistik.
Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode analisa statistik.
Metode analisis statistik adalah metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis data-data yang bersifat kwantitatif yang artinya data yang ada
berupa angka-angka sehingga mudah dihitung secara sistematis, yaitu dengan
menggunakan analisa regresi.
38
Tabel 4.1. Analisis Frekuensi Pembelajaran Quantum Learning dan Demonstrasi
No Quantum Learning (X) No Demonstrasi (Y)123456789101112131415161718192021222324252627282930313233
607055624872637957586465606149488067636060626359815578546460616967
484950515253545556575859606162636465666768697071727374757677787980
677370655955706566838154675666918464837867706062856370695796706368
39
3435363738394041424344454647
6062596457426760697162606562
8182838485868788899091929394
5357697267615582737068626465
62,51 68,15
Keterangan:
X = Pembelajaran
Y = skor Hasil belajar dari hasil pengukuran
= rata-rata prestasi belajar perkelompok
nk = jumlah responden perkelompok
y = b x a = b x +
B. Analisis Data
Dari tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
40
= (5 . 47 – 4) (68.147 . 47 – 65,33) + (141 – 4)
= (62,51 . 47 – 55,33)
= (324 – 4) (32,03,00 – 65,33) + (141 – 4)
(2937,97 – 65,33)
= (231 . 3137,68) + (137 . 2873,64)
= 1.118.355,50
= {(5 . 47 – 4) (3 . 47 – 4)}2
= {(231 . 137}2
= 135.425
41
= {(68,15 . 47 – 65,33) + (62,51 . 47 – 65,33)}2
= {(3203,00 – 65,33) + (2,937,97 – 65,33)}2
= 3137,68 + 2872,64
= (6.010,32)2
= 36,123 . 934,48
y = b x + a = b x
y = 8,26 x + (65,33 – 8,26 . 4)
y = 8,26 x + 32,30
Hasil belajar (Y)
70
60
50
40
30
20
10
1 2 3 4 5 Pembelajaran (X)
Uji kebaikan suatu garis regresi
42
= 0,253 = 0,25
C. Pengujian Hipotesa
Setelah uraian di atas, maka penulis akan menyimpulkan hipotesa dari
penelitian ini, yaitu: harga 2 = 2 X/Y < 1, maka Ho: ditolak, dan Ha: diterima,
“Ada korelasi antara model quantum dengan metode demonstrasi terhadap hasil
belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk pasar siswa kelas II SMP Negeri
14 Surabaya”
43
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai simpulan dan saran yang ditarik dari hasil
penelitian.
A. Simpulan
Penelitian berasal dari satu pemikiran bahwa dalam rangka meningkatkan
ketertipan si belajar dalam proses mengajar, berdasarkan satu asumsi nyata, telah
berakarnya kebiasaan guru yang mengajar dengan tanpa satu persiapan yang
matang, guru cenderung menggunakan metode ceramah tanpa memahami metode
yang dapat membangkitkan minat belajar siswa. Dari penelitian yang dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut : “Ada korelasi antara model quantum dengan
metode demonstrasi terhadap hasil belajar ekonomi pokok bahasan bentuk-bentuk
pasar siswa kelas II SMP Negeri 14 Surabaya”.
B. Saran
Bertitik tolak dari hasil penelitian maka dapat dikemukakan saran-saran
yang kiranya dapat dipertimbangkan :
44
1. Disarankan kepada guru-guru bidang studi ekonomi khususnya di SMP agar
menggunakan metode yang menyenangkan, aktif dan partisipatif sesuai
dengan pokok bahasan yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar yaitu
kolaborasi antara model quantum dan demonstrasi.
2. Pembelajaran ekonomi sehendaknya dilaksanakan dengan memperhatikan
karakteristik siswa seperti hasil belajar.
3. Kepada guru-guru bidang studi agar mengembangkan strategi pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Dalam melaksanakan sistem mengajar guru bidang studi benar-benar
mempunyai persiapan waktu yang cukup, sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
5. Kepada peneliti lain, disarankan agar meneliti strategi-strategi pembelajaran
lain yang diprediksi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini,
bagi peneliti lanjutan disarankan agar tidak hanya meneliti pembelajaran
dengan metode quantum learning dan demonstrasi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Gunawan. 2003, Genius Learning Strategy, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Alwasilah , A. Achaedar, 2000, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.
Degeng IN.S. 2001. Revolusi Paradigma Pendidikan, Memasuki Era Kesemrawutan Global. Malang : Unievrsitas Negeri Malang.
___________. 1989. Ilmu Pengajaran : Taksonomi Variabel. Jakarta : Dep.Dikbud. Dirjen. Dikte P2LPTK.
___________. 2000, Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Teaching di Ruang-ruang Kelas, Terjemahan Bandung : Kaiva
___________. 2002, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan Bandung : Kaifa.
___________. 2002, Quantum Learning, Bandung : Kaifa.
Dimyati, 1991, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rhineka Cipta.
Djamarah, Syaiful, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya, Usaha Nasional.
Fachrurrazy, 2001, Pendekatan Konstruktivis Untu Pengajaran Reading Bahasa Inggris, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Nomor 1 Tahun 8 Oktober 2001
46
Ghazali , A. Syukur. 2001, Penerapan Paradigma Konstruktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif Dalam Pembelajaran Bahasa.
Hadi, Amirul. 2001, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 2000, Metode Research, Universitas Gajah Mada.
Haris, David P. 1969, Testing english as a Second Language , New York : Mc Graw-Hill Book
____________, 1985, Membaca dan Pengajarannya, Modul Akta VUT Jakarta : Universitas Terbuka
____________, 1987, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, Jakarta Modul Universitas Terbuka.
____________, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Ibrahim. 1996, Perencanaan Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
_______. 1999, Belajar Secara Aktif , Sumber Kajian Teori dan Aplikasi Nomo2 Tahun 6 Desember 1999
Kountur, Ronny. 2003, Metode Penelitian, Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis
M. Moeliono, Anton. 1999, Bahasa Yang Efisien dan Efektif Dalam Bidang Iptek, Penerbit ITB Bandung : ITB
Mair, Dave, 2002, The Accelerated Learning, Bandung : Kaifa
_________. 2002, The Accelerated Learning, Bandung : Kaifa
Mihardja , Agus Suria. 1997, Petunjuk Praktis Menulis, Jakarta : Depdikbud.
Natawijaya, 1979, Alat Peraga dan Komunitas Pendidikan, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.
Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
47
Roestiyah, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Semi, Atar. 1990, Menulis Efektif , Penerbit Aksara Raya, Padang
Setyosari, Puniaji. 1997, Model Belajar Konstruktivistik, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Tahun 4 Nopember 1997
Simanjuntak, 1987, Metode Mengajar Matematika, Jakarta : Rhineka Cipta
Sudjana, Nana. 2001, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
____________. 1984, Pedoman Praktisi Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo
____________. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sudjarwo. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Suhardjono, 1988, Teknik Penyusunan Usulan Penelitian, Depdikbud.
Sukmadinata, 2000, Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Surahmar, 1965, Evaluasi Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKn), Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Syahid, Ahmad. 2002, Komunikasi Pembelajaran, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Nomor 1 Tahun 9 September 2002
Usman, 1990, Metode Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Waji, Sholikhul. DP, 2002, Koeefektifan Metode Ceramah Yang Menggunakan Media Visual dan Metode Ceramah Murni Dalam Pembelajaran Pendidikan Nilai di Sekolah Dasar, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Nomor 1 Tahun 9 September 2002
Wanara, Satya, dkk, 2003, Kurikulum Bahasa Inggris 2004, Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Winkell, 1983, Psikologi Pengajaran , Jakarta : Gramedia
48
Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.
Yudi Cahyono, Bambang. 1996, Cara Menjadi Pembelajar Bahasa Inggris Yang Lebih Berhasil, Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi Tahun 3 Nopember 1996
KORELASI ANTARA MODEL QUANTUM DENGAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR
EKONOMI POKOK BAHASAN BENTUK-BENTUK PASAR SISWA KELAS II SMP NEGERI 14 SURABAYA
Karya Ilmiah
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu PersyaratanKenaikan Pangkat Jabatan Guru
Oleh :
NIP :
49
SMP NEGERI 14 SURABAYAJl. Jurang Kuping Pakal
SURABAYA2003
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah iniTelah diperiksa dan disyahkan
Untuk diajukan kepada Tim PenilaiPenetapan Angka Kredit Jabatan Guru
Disyahkan di : S U R A B A Y APada Tanggal : 200
Mengetahui,Ketua PGRI Surabaya KepalaKota Surabaya SMP Negeri 14 Surabaya
Masmuk, Sh., M.Pd. Drs. Idris, M.Pd.NAP: 130 106 0002 NIP:
50
KETERANGAN PERPUSTAKAAN Nomor :
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa karya
tulis/ilmiah :
Saudara :
Judul : KORELASI ANTARA MODEL QUANTUM DENGAN METODE
DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI
POKOK BAHASAN BENTUK-BENTUK PASAR SISWA KELAS
II SMP NEGERI 14 SURABAYA
Dibuat Tahun : 200
Telah didokumentasikan di perpustakaan sekolah dengan nomor induk inventaris :
………………………………………. Dan nomor klasifikasi ………………………...
Demikian surat ini dibuat agar digunakan seperlunya.
Surabaya, 2003
Mengetahui, Pengelola PerpustakaanKepala SMP Negeri 14 Surabaya Kepala SMP Negeri 14 Surabaya
51
ii
Drs. Idris, M.Pd. Mujiati Qomariyah, S.Pd.NIP: NIP:
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulisan Karya Tulis dengan
judul : “KORELASI ANTARA MODEL QUANTUM DENGAN METODE
DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI POKOK BAHASAN
BENTUK-BENTUK PASAR SISWA KELAS II SMP NEGERI 14 SURABAYA”
ini dapat terselesaikan.
Atas terselesaikannya karya ilmiah ini penulis berterima kasih kepada :
1. Kepala SMP Negeri 14 Surabaya
2. Guru, Staf dan karyawan SMP Negeri 14 Surabaya
3. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penelitian ini
Penulis menyadari Karya Tulis ini belum memenuhi harapan dari segenap
pembaca, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan penulis sangat memerlukan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dukungan moral dari berbagai pihak penulis harapkan, sehingga hambatan
dan halangan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
52
iiiii
Akhirnya mudah-mudahan Karya Tulis ini ada guna dan manfaatnya bagi
perkembangan pendidikan serta kemajuan dan perkembangan masyarakat dimasa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
HALAMAN KETERANGAN PERPUSTAKAAN..................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................8
C. Tujuan Penelitian..............................................................................8
D. Manfaat Penelitian............................................................................8
E. Hipotesis ...........................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Teori.............................................................................10
B. Metode Demonstrasi.........................................................................17
C. Hasil belajar......................................................................................26
D. Hubungan Model Quantum Learning dan Demonstrasi Terhadap
Hasil Belajar Ekonomi......................................................................29
53
iv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian........................................................................32
B. Variabel Penelitian ...........................................................................33
C. Populasi dan Sampel.........................................................................33
D. Metode Pengumpulan Data...............................................................35
E. Teknik Analisis Data.........................................................................36
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data....................................................................................38
B. Analisis Data.......................................................................................40
C. Pengujian Hipotesa.............................................................................43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN........................................................................................44
B. SARAN...............................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
54
v
vi