The role of ferry in developing multimodal transportation
-
Upload
indonesia-infrastructure-initiative -
Category
Government & Nonprofit
-
view
61 -
download
3
Transcript of The role of ferry in developing multimodal transportation
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN
Jakarta, Februari 2013
Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2
(dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen
angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan
multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima
barang angkutan multimoda.
Peraturan Pemerintah tentang multimoda ini tertuang juga dalam :
1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. Undang-Undang Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
3. Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
4. Undang-Undang Nomor : 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
ANGKUTAN MULTIMODA
(PERATURAN PEMERINTAH NO 8 TAHUN 2011)
Multimoda KM. 15 Tahun 2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antar,moda/Multimoda Tahun 2010-2030
VISI
• mendukung kelancaran arus barang dan mobilitas orang, sehingga tercapai EFISIENSI dan EFEKTIFITAS dalam kegiatan ekonomi dan masyarakat
MISI • Mewujudkan kelancaran arus barang • Mewujudkan kelancaran Mobilitas orang
TUJUAN
• Menekan waktu pelayanan pada simpul moda transport
• Menurunkan biaya pelayanan transportasi pada simpul moda transport
• Meningkatkan kelancaran arus barang dan mobilitas orang pada kota metropolitan
• Meningkatkan aksesibilitas masyarakat dari dan ke daerah tertinggal
UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008
yang mengatur multimoda
• Pasal 2 butir (g) : pelayaran diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan;
• Pasal 9 ayat 4 butir d : jaringan trayek dan teratur angkutan laut dalam negeri disusun dengan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi
• Pasal 22 ayat 2 butir t : penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut sehingga mencapai optimalisasi keterpaduan angkutan antar dan intramoda
• Pasal 50-55 : angkutan perairan dapat merupakan bagian dari angkutan multimoda, dan dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang dilaksanakan antara penyedia jasa angkutan perairan dan badan usaha angkutan multimoda dan penyedia jasa moda lainnya
• Pasal 68 butir c : pelabuhan memiliki peran sebagai tempat kegiatan alih moda transportasi
• Pasal 96 ayat 2 : pembangunan pelabuhan laut harus memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan dan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi
Posisi ASDP di Multimoda
sesuai UU No. 17 Tahun 2008 dan PP 20 Tahun 2010
Merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta isinya
Penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut sehingga mencapai optimalisasi keterpaduan angkutan antar dan intramoda
Pelabuhan memiliki peran sebagai tempat kegiatan alih moda transportasi
PERAN & FUNGSI ANGKUTAN PENYEBERANGAN
(Ferry Transport) DALAM SISTEM TRANSPORTASI
Sebagai bagian dari subsistem transportasi darat dalam Sistranas
Mendukung pertumbuhan dan pelayanan sektor lainnya (promoting and servicing sector), berfungsi multiplier effect
Mendukung pembangunan daerah maupun pembangunan nasional secara keseluruhan
SERVICING
CARGO / PAX. MARKET
PROMOTING
JALAN
REL
SUNGAI
DAN
DANAU
UDARA LAUT
LAIN LAINNYA
LAYANAN YANG DISEDIAKAN DALAM MENDUKUNG
KEBIJAKAN MULTIMODA
Keselamatan
keamanan
kenyamanan
Kemudahan
Tarif
Tepat waktu
SELAMA DI PELABUHAN DAN KAPAL
Ketersediaan moda transportasi lain (delivery transport) : Bus, KA, Pesawat
KEBIJAKAN UMUM DI BIDANG
PENYEBERANGAN Mengembangkan dan memantapkan angkutan
penyeberangan di sabuk Utara, Tengah dan Selatan serta penghubung sabuk (pembangunan sarana dan prasarana AP);
Mendukung keterkaitan/keterpaduan antar moda transportasi;
Membuka keterisoliran suatu daerah yang terpencil, untuk mendukung pertumbuhan kegiatan perekonomian disekitarnya;
Kebijakan pentarifan dan subsidi;
Menetapkan dan mengawasi persyaratan pelayanan minimal;
Mendorong peran serta pengusaha swasta.
Keunggulan Angkutan Penyeberangan
Pelayanan yang berkelanjutan
Door to Door Service
Sistem Tiket Terpadu
Kepastian Jadwal
Meningkatkan Aksesibilitas suatu Daerah serta Membuka Keterisoliran Daerah
STRATEGI
Meningkatkan kualitas pelayanan angkutan penyeberangan
Ketersediaan kapal disetiap lintasan
Pelaksanaan subsidi perintis
Kontinuitas pemeriksaan fasilitas pelayanan kapal secara berkala
Meningkatkan kemampuan sarana (kapal penyeberangan)
Membangun fasilitas sarana bantu navigasi di daerah-daerah yang rawan bagi keselamatan pelayaran
Mengupayakan peremajaan kapal penyeberangan
Pemantapan simpul pelabuhan sebagai simpul multimoda
First In First Out (FIFO)
No Waiting Time
Sistem pemuatan Roll On – Roll Off (Ro-Ro)
Short Port Time
KONSEP PELAYANAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN
PETA JARINGAN LINTAS PENYEBERANGAN (KM No.6 Tahun 2010)
JALUR SABUK LINTAS PENYEBERANGAN SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN MULTIMODA
SABUK UTARA merupakan lintas-lintas yang berfungsi menghubungkan
jalur utara wilayah Indonesia seperti: lintas penyeberangan dari Sabang-
Ulee Lheue, Mengkapan-TB. Karimun-Telaga Pungkur-Tanjung Uban-
Tambelan-Sintete, Ancam-Tarakan-Tolitoli-Amurang, Bitung-Ternate-Rum-
Soasiu-Sofifi-Patani-Gebe-Sorong, Manokwari-Numfor-Mokmer-Kabuena-
Sarmi-Jayapura;
SABUK TENGAH merupakan lintas-lintas yang berfungsi menghubungkan
jalur tengah wilayah Indonesia seperti: lintas penyeberangan dari
Palembang-Muntok, Sadai-Tanjung Ru, Manggar-Ketapang, Batulicin-
Garongkong, Kariangau-Taipa, Luwuk-Salakan-Banggai-Taliabu-Sanana-
Namlea-Hunimua-Waipirit-Wahai-Fakfak
SABUK SELATAN merupakan lintas-lintas yang berfungsi menghubungkan
jalur selatan wilayah Indonesia seperti: Sabang – Ulee Lheu, Bakauheni-
Merak,Ketapang-Gilimanuk, Padangbai-Lembar,Kayangan-Pototano, Sape-
Labuhan Bajo, Larantuka- Waiwerang-Lewoleba-Baranusa-Kalabahi-Ilwaki-
Kisar-Letti-Moa-Lakor-Tepa-Saumlaki-Larat-Tual-Dobo-Pomako-Merauke.
Jenis Lintasan Jumlah Lintasan
Komersil 42
Perintis 137
Jumlah Total 179
Jml Kapal = 267 Komersil = 205
Perintis = 62
Jml Pelab = 149
KONDISI EKSISTING PENYEBERANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN (FERRY TRANSPORT) TAHUN 2010 – 2014
DALAM RANGKA MENDUKUNG PENGEMBANGAN MULTIMODA
Program Aksi Pengembangan Jaringan Pelayanan Penyeberangan
Program Aksi Pengembangan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan
Program Aksi Pengembangan Sarana Penyeberangan
Rencana Program Aksi Rencana
(2010 – 2014) Realisasi
(2010 – 2012) Program
(2013 – 2014)
Lintas Penyeberangan 37 Lintas 25 Lintas
12 Lintas
Pelabuhan Penyeberangan 20 Pelabuhan Baru dan 33 Penyelesaian Konstruksi
43 Dermaga 10 Dermaga
Sarana Penyeberangan
90 Kapal
68 Kapal
22 Kapal
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MULTIMODA
Salah satu bentuk dukungan pengembangan multimoda dalam penyelenggaraan angkutan penyeberangan adalah melakukan kegiatan angkutan penyeberangan perintis, dengan pertimbangan bahwa : 1. Adanya daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil yang menjadi
kewajiban pemerintah dan/atau pemerintah daerah untuk menyediakan pelayanan.
2. Biaya untuk pelaksanaan angkutan penyeberangan perintis disediakan oleh pemerintah dan/atau pmerintah daerah
Pada tahun 2012 Jumlah lintas yang ditetapkan sebagai lintas penyeberangan perintis sebanyak : 135 lintas, yaitu :
1. 109 lintasan dioperasikan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) = 51 unit kapal
2. 24 lintasan dioperasikan BUMD = 10 unit kapal
3. 2 lintasan dioperasikan swasta (dengan proses lelang) = 1 unit kapal
PROGRAM AKSI DALAM RANGKA PENINGKATAN
KINERJA PELABUHAN SEBAGAI SIMPUL MULTIMODA
1. Peningkatan kapasitas pelabuhan secara bertahap
2. Pembangunan Break Water/ Penahan Gelombang
3. Pemisahan Antara Regulator dan Operator (Usulan
Pembentukan Otoritas Pelabuhan)
4. Pengawasan Norma Standar dan Prosedur di Pelabuhan
Penyeberangan
5. Koordinasi antar instansi yang terkait dengan
penyelenggaraan pelabuhan
6. Kerja sama Pemerintah dan Swasta) dalam pembangunan
dan peningkatan pelabuhan penyeberangan.
7. Peningkaatan fasilitas pelabuhan dalam menghadapi
cuaca ekstrim
RENCANA PENINGKATAN
KAPASITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN
• Perawatan
• Pemeliharaan
Rehabilitasi
Pembangunan
Dalam rangka peningkatan kapasitas pelabuhan penyeberangan,
dilakukan upaya-upaya melalui program aksi, meliputi :
Kebijakan Coastal Shipping di PANTURA Jalur Jalan Pantai Utara atau 'Jalur Pantura‘ adalah ruas jalan yang berada sejajar dengan garis pantai dibagian Utara Pulau Jawa menghubungkan kota-kota di 4 provinsi (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) mulai dari kota Merak (Provinsi Banten) hingga kota Banyuwangi (Provinsi Jawa Timur) sepanjang total 1.161,47Km.
Dengan kondisi Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) mencapai 33.000Kendaraan/Hari, terjadi Kecelakaan, kemacetan lalu lintas dan kerusakan konstruksi jalan serta kepadatan jalur transportasi darat.
Untuk itu perlu dibuat pengalihan moda transportasi jalan ke moda transportasi kereta api atau moda transportasi laut/penyeberangan
(Coastal Shipping)
TUJUAN ADANYA COASTAL SHIPPING
• Alternatif Distribusi Logistik
• Mengurangi kelebihan beban jalan (Pantura)
• Menghemat BIAYA :
- PEMELIHARAAN JALAN
- BBM
• Memperkecil jumlah kecelakaan
• Mengurangi emisi gas buang
Titik Potensial Untuk Pengembangan
Coastal Shipping di Pantai Utara Pulau Jawa
Terkait dengan sentra-sentra asal barang regional di pantai utara pulau jawa dengan kawasan industri dipulau Jawa terdapat titik-titik potensial terminal penyeberangan adalah pada lokasi klaster kawasan industri sebagai berikut:
1. Cilegon, Serang, Tangerang (Titik potensial di Serang/Tangerang)
2. Karawang, Purwakarta, Subang, Sumedang (Titik Potensial di Karawang)
3. Semarang (Titik Potensial di Batang/Kendal)
4. Lamongan, Gresik, Mojokerto, Surabaya (Titik Potensial di Lamongan)
Sumber : Laporan Akhir Studi Kajian Transportasi Penyeberangan Pesisir (Coastal Transport) di Pantai Utara Pulau Jawa, Direktorat LLASDP Tahun 2008
PETA TITIK POTENSIAL UNTUK PENGEMBANGAN
COASTAL SHIPPING DI PANTURA
1
Serang/Tangerang
2
Karawang
3
Kendal *
4
Paciran *
Sumber : Laporan Akhir Studi Kajian Transportasi Penyeberangan Pesisir (Coastal Transport) di Pantai Utara Pulau Jawa, Direktorat LLASDP Tahun 2008
• * : siap beroperasi
Pelabuhan dan Lintas Penyeberangan
di Pesisir Utara Jawa
No Lokasi Pelabuhan Penyeberangan
Lintasan Penyeberangan
1, Merak Merak – Bakauheni
2. Jakarta, Marina Ancol -
3. Kendal Kendal – Kumai
4. Jepara Jepara – Karimun Jawa
5. Paciran Paciran – Garongkong
6. Jangkar Jangkar - Kalianget
2
5 4 3
6
1
PELABUHAN PENYEBERANGAN
DI PESISIR UTARA PULAU JAWA
No
Nama Pelabuhan Penyeberangan
Lintas yang dilayani Status Operasi
1. Merak Merak - Bakauheni Beroperasi
2. Pantai Marina, Jakarta - Tidak Beroperasi
3. Kendal
Kendal – Kumai Beroperasi
4. Jepara Jepara - Karimun Jawa Beroperasi
5. Paciran, Lamongan
Paciran – Garongkong Beroperasi
6. Jangkar Jangkar – Kalianget Beroperasi
1. Lay Out Pelabuhan Kendal
PELABUHAN PENYEBERANGAN
DI PANTAI UTARA PULAU JAWA
1. Dermaga Penyeberangan Kendal 1. Kapasitas Dermaga = 5.000 GT
2. Panjang dermaga = 110 m’
3. Kedalaman kolam Pelabuhan =
-5 LWS
4. Luas Areal parkir = + 20.000 m2
5. Kondisi Dermaga saat ini yang
belum diselesaikan sampai akhir
tahun 2012
• Breakwater = 190 m’
• Pengerukan = 310.000 m3
• Jalan Masuk ke Dermaga
(perkerasan/Overlay) sepanjang
4,3 km dan lebar 14 m
6. Fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang yang sudah tersedia :
a. Fasilitas Laut
- Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
berupa Rambu Suar Laut 2 buah
(merah dan hijau) dan rambu suar
darat;
b. Fasilitas Darat
- Gedung Terminal Penumpang;
- Gedung Kantor Operasi;
- Jalan lingkungan;
- Lapangan parkir;
- Gapura dan pagar keliling;
- Rumah dan genset;
- Menara Air;
- Instalasi air bersih dan
penerangan lingkungan.
Dermaga dapat disandari oleh kapal Ro-Ro dengan pintu haluan, buritan dan
pintu samping.
2. Lay Out Pelabuhan Lamongan
2. Dermaga Penyeberangan Lamongan
1. Kapasitas Dermaga = 5.000 GT
2. Panjang dermaga = 135 m ’
3. Kedalaman kolam Pelabuhan =
-7,5 LWS
4.Fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang yang sudah tersedia :
• a. Fasilitas Laut
- Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
berupa Rambu Suar Laut 2 buah
(merah dan hijau) dan rambu suar
darat;
4. b. Fasilitas Darat
- Gedung Terminal Penumpang;
- Gedung Kantor Operasi;
- Jalan lingkungan;
- Lapangan parkir;
- Gapura dan pagar keliling;
- Rumah dan genset;
- Menara Air;
- Instalasi air bersih dan
penerangan lingkungan.
Dermaga dapat disandari oleh kapal Ro-Ro dengan pintu haluan, buritan dan
pintu samping.
YANG PERLU DILAKUKAN
1. Equal Treatment :
- Memberi insentif dan kemudahan ;
- Penyediaan BBM bersubsidi ;
2. Dukungan kebijakan pemerintah ;
2. Law enforcement
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110