The rhetoric theory

8
THE RHETORIC Oleh : 1. Fransiska Wuri Nugrahani (0906492032) 2. Lodelvi (0906492064) 3. Indra Bayu (0906524601) Retorika merupakan suatu teori yang berhubungan dengan public speaking. Di dalam public speaking harus terdapat kemampuan yang sangat kuat untuk mempengaruhi pendengar melalui topik yang disampaikan. Kemampuan untuk mempengaruhi atau yang biasa disebut persuasi itulah yang dinamakan dengan retorika. Retorika sendiri merupakan ide yang berasal dari Aristoteles. Asumsi-asumsi dasar yang terdapat dalam teori retorika ini adalah : 1. Pembicara publik yang efektif harus memperhatikan dan memikirkan pendengarnya. Yang ditekankan di sini adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses transaksi di mana pembicara harus dapat membangun sebuah hubungan yang akrab dengan pendengarnya, sehingga proses transaksi dapat berlangsung lancar. Pembicara harus memusatkan perhatian pada pendengarnya karena para pendengar merupakan sekelompok manusia yang memiliki motivasi, keputusan, serta pilihannya masing- masing. Seorang pembicara publik yang baik akan menyatu dalam audience analysis, yang mana merupakan proses mengevaluasi atau berusaha mendalami pendengar beserta latar belakangnya, seperti usia, jenis kelamin, sehingga pendengar dapat merespons topik sesuai dengan harapan si pembicara. Pada intinya, sangat penting untuk terlebih dahulu memahami keadaan dan kondisi pendengar dalam menyampaikan topik pembicaraan. 2. Pembicara publik yang efektif akan menyertakan bukti-bukti dalam presentasinya. Hal ini menunjuk pada persiapan seorang pembicara sebelum menyampaikan topiknya. Ada tiga macam bukti yang disebutkan oleh Aristoteles, yaitu :

Transcript of The rhetoric theory

Page 1: The rhetoric theory

THE RHETORICOleh : 1. Fransiska Wuri Nugrahani (0906492032)

2. Lodelvi (0906492064)

3. Indra Bayu (0906524601)

Retorika merupakan suatu teori yang berhubungan dengan public speaking. Di dalam public speaking harus terdapat kemampuan yang sangat kuat untuk mempengaruhi pendengar melalui topik yang disampaikan. Kemampuan untuk mempengaruhi atau yang biasa disebut persuasi itulah yang dinamakan dengan retorika. Retorika sendiri merupakan ide yang berasal dari Aristoteles. Asumsi-asumsi dasar yang terdapat dalam teori retorika ini adalah :

1. Pembicara publik yang efektif harus memperhatikan dan memikirkan pendengarnya. Yang ditekankan di sini adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses transaksi di mana pembicara harus dapat membangun sebuah hubungan yang akrab dengan pendengarnya, sehingga proses transaksi dapat berlangsung lancar. Pembicara harus memusatkan perhatian pada pendengarnya karena para pendengar merupakan sekelompok manusia yang memiliki motivasi, keputusan, serta pilihannya masing-masing. Seorang pembicara publik yang baik akan menyatu dalam audience analysis, yang mana merupakan proses mengevaluasi atau berusaha mendalami pendengar beserta latar belakangnya, seperti usia, jenis kelamin, sehingga pendengar dapat merespons topik sesuai dengan harapan si pembicara. Pada intinya, sangat penting untuk terlebih dahulu memahami keadaan dan kondisi pendengar dalam menyampaikan topik pembicaraan.

2. Pembicara publik yang efektif akan menyertakan bukti-bukti dalam presentasinya.Hal ini menunjuk pada persiapan seorang pembicara sebelum menyampaikan topiknya. Ada tiga macam bukti yang disebutkan oleh Aristoteles, yaitu :

Ethos (etika), mengacu pada karakter, tingkat intelegensi, serta reputasi yang baik dari pembicara sehingga pendengar lebih mudah menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara. Dalam hal ini antara pembicara dengan pendengar dapat saling mempengaruhi. Suatu topik pembicaraan yang kebenarannya dapat dibuktikan akan lebih besar pengaruhnya terhadap pendengar dibandingkan topik yang masih dipertanyakan kebenarannya.

Logos (logika), merupakan pembuktian logis yang diberikan oleh pembicara, terkait tentang argumen, rasionalisasi ataupun keseriusan suatu topik. Termasuk juga di dalamnya intensitas latihan, beserta penggunaan pernyataan yang logis dan bahasa yang jelas, serta mudah dimengerti.

Pathos (emosi), mengacu pada emosi yang ditampilkan atau dihasilkan pendengar dalam menghadapi suatu topik pembicaraan. Pendengar juga dapat menjadi alat bukti ketika ada emosi yang menyatu antara pembicara dan pendengar yang kemudian ditampilkan oleh pendengar.

1

Page 2: The rhetoric theory

Respons pendengar tergantung dari emosi yang mempengaruhi mereka, misalnya rasa bahagia, sedih, marah, takut, dan sebagainya.

Telah disebutkan di atas bahwa logos merupakan suatu bentuk pembuktian yang logis. Salah satu bentuk dari pembuktian yang logis ini dikenal dengan silogisme. Silogisme merupakan seperangkat proposisi atau ide yang berkaitan satu sama lain yang akan menggambarkan suatu kesimpulan berdasarkan premis (pernyataan) mayor dan minor. Silogisme sendiri terdiri atas dua premis dan satu kesimpulan. Premis akan menjadi poin awal yang akan disampaikan oleh pembicara. Selain silogisme, terdapat bentuk pembuktian logis yang lain, yaitu entimem. Entimem didefinisikan sebagai silogisme yang berdasarkan pada kemungkinan-kemungkinan , pertanda, dan contoh-contoh yang berfungsi sebagai alat persuasi dalam retorika. Tiga elemen dalam entimem, yaitu :

Probabilities (kemungkinan-kemungkinan), merupakan suatu pernyataan yang pada umumnya adalah benar. Namun, kebenaran di sini merupakan kebenaran dalam bentuk suatu kemungkinan, bukan kebenaran yang absolut.

Signs (tanda-tanda), merupakan pernyataan yang mengidentifikasikan alasan dari sebuah fakta. Beberapa pertanda akan dibangun dalam suatu kepastian, sedangkan yang lain merupakan pembuktian secara ilmiah.

Examples (contoh-contoh), merupakan pernyataan yang aktual dan ditemukan oleh pembicara.

Kaitan antara entimem dengan persuasi adalah bahwa melalui entimem ini, pendengar dapat membuat suatu kesimpulan sendiri bagi dirinya tanpa harus mengarahkan ke mana mereka harus bertindak atau berpikir. Perbedaan mendasar antara silogisme dan entimem adalah bahwa silogisme didasarkan atas suatu kepastian, sedangkan entimem didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan. Contohnya:

Silogisme → Premis Mayor: Sebagian besar mahasiswa UI cerdas dan intelek.

Premis Minor: Hary adalah mahasiswa UI.

Kesimpulan: Hary cerdas dan intelek.

Entimem → Premis: Sebagian besar mahasiswa UI cerdas dan intelek.

Kesimpulan: Hary bisa jadi cerdas dan intelek.

Terdapat lima strategi atau arahan dalam melakukan public speaking yang dikenal dengan Canons of Rhetoric, yaitu :

1. Invention, merupakan usaha konstruksi atau pembangunan argumen yang relevan dengan tujuan dari topik yang disampaikan. Pada tahap ini, tingkat persuasi akan lebih tinggi bila menggunakan kelogisan dan menyertakan bukti-bukti. Sesuatu yang mendukung invention disebut topik. Topik merupakan batasan argumen yang digunakan oleh pembicara. Terkait dengan hal itu, pembicara juga memperhatikan civic spaces, yang mana merupakan ruang dan kesempatan yang dimiliki pembicara untuk mempersuasi pendengarnya.

2

Page 3: The rhetoric theory

2. Arrangement, merupakan kemampuan pembicara dalam mengorganisasi bahan bicaranya. Keserdahanaan sangat penting dalam hal ini. Pada umumnya, struktur organisasi sebuah pembicaraan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup. Pendahuluan mengacu pada langkah awal menarik perhatian pendengar, kemudian menawarkan suatu interaksi dengan pendengar, dan terakhir menyediakan pandangan menyeluruh tentang tujuan dari suatu pembicaraan. Isi meliputi semua argumen, ide pendukung, dan contoh-contoh yang diperlukan untuk menunjukkan suatu titik permasalahan. Sedangkan, kesimpulan merupakan penyatuan dari poin-poin pembicaraan disertai dengan membangkitkan emosi pendengar terhadap hal yang disampaikan.

3. Style, merupakan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan ide sesuai dengan tata cara yang berlaku. Tahap ini mengacu pada pemilihan kata. Disarankan untuk menghindari kata-kata yang terlalu sering digunakan dan yang jarang digunakan. Untuk menghindari kedua hal ini, dapat digunakan gaya metaphor, yaitu gaya bahasa yang mempermudah pemaknaan suatu bahasa.

4. Delivery, mengacu pada komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh si pembicara, misalnya kontak mata, olah vokal, pelafalan kata, pergerakan anggota tubuh, dan penampilan fisik lainnya.

5. Memory, merupakan proses penyimpanan invention, arrangement, dan style dalam benak si pembicara. Sangat penting bagi pembicara untuk mengingat dan memahami poin-poin pembicaraan beserta teknik dasar ketika berbicara.

Terdapat tiga tipe retorika, yaitu :

1. Forensic rhetoric, menunjuk pada suatu pembicaraan yang dilakukan di ruang sidang. Tipe ini menekankan pada pembicaraan yang berfokus pada argumen yang akan disampaikan kepada tim juri. Pada tipe ini perbuatan yang pernah dilakukan di masa lalu akan mempengaruhi perilaku dari seseorang, pembicara cenderung mengikuti tata cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Karakter seseorang dilihat dari status dan moralitasnya. Contohnya berbicara di depan ruang persidangan.

2. Epideictic rhetoric, biasa disebut dengan pidato upacara. Tipe ini dilakukan dalam area publik dengan tujuan untuk memuja, memperingati sesuatu hal. Contohnya upacara penganugerahan gelar Honoris Kausa kepada seseorang

3. Deliberative rhetoric, disebut juga dengan political rhetoric, yang mana berkaitan dengan masa depan; apa yang diharapkan dan diinginkan pendengar sebagai hasil dari usaha keras pembicara. Contohnya kampanye mengenai pajak, dan sebagainya.

3

Page 4: The rhetoric theory

DRAMATISM THEORYTeori dramatisme ini dicetuskan oleh Kenneth Burke. Teori ini melihat dan memahami

perilaku, serta tindakan manusia dalam hidupnya sebagai sebuah drama. Yang menjadi fokus dalam teori ini adalah bahwa kehidupan diimplikasikan menjadi suatu drama, yang mana di dalamnya terdapat peran dan lakon yang berbeda-beda yang dimainkan oleh tiap individu. Adapun asumsi-asumsi dasar dalam teori dramatisme ini adalah :

1. Manusia merupakan makhluk yang menggunakan simbol-simbol. Asumsi ini mendasarkan pada sifat alamiah manusia yang seringkali dimotivasi oleh simbol-simbol. Contohnya adalah ketika Malaysia sedang marak-maraknya mengklaim bahwa batik berasal dari negara mereka, maka rakyat Indonesia tidak terima dan beramai-ramai memakai batik dan menghidupkan kembali batik sebagai pakaian khas dari negara kita.

2. Bahasa dan simbol-simbol membentuk suatu sistem yang penting bagi manusia. Disebutkan dalam asumsi ini bahwa bahasa merupakan simbol terpenting yang digunakan oleh manusia. Tanpa ada kata-kata (bahasa), akan sangat susah mengartikan sebuah pemikiran mengenai konsep atau objek tertentu. Contohnya, Goni merasa bahwa ia sedang lapar, agar orang tuanya mengetahui bahwa ia lapar dan memerlukan makanan, Goni harus mengatakan bahwa ia lapar kepada orang tuanya.

3. Manusia merupakan pembuat pilihan/keputusan. Manusia boleh berpendapat sesuai dengan pemikirannya sendiri. Contohnya, Moni menyatakan pendapatnya mengenai pameran lukisan yang dilihatnya kemarin kepada Siti. Dalam menanggapi pendapat Moni, Siti mempunyai hak penuh untuk setuju ataupun tidak kepada pendapat Moni.

Sebagai bentuk baru dari retorika, dramatisme memiliki konsep-konsep penting, antara lain:

1. Identification and Substance. Disebutkan bahwa segala sesuatu pasti memiliki substance, yaitu kealamian yang umum dari sesuatu hal. Substance sendiri dapat dideskripsikan pada manusia dengan melihat karakteristik kependudukan seseorang beserta latar belakangnya, juga fakta-fakta yang terdapat pada orang tersebut, misalnya bakat, pekerjaan, hobi, dan lain sebagainya. Apabila terdapat tumpang tindih substance antar individu, maka mereka akan melakukan identification. Ketika tumpang tindih substance gagal dilakukan, maka akan terjadi division di antara kedua individu. Ada juga proses yang dinamakan consubstantiation, yaitu usaha untuk meningkatkan identifikasi satu sama lain.

2. The process of guilt and Redemption. Guilt merupakan hasil dari identification dan divisions. Guilt sendiri diartikan sebagai tensi, sesuatu yang memalukan, jijik, atau perasaan yang tidak nyaman.

1

Page 5: The rhetoric theory

Individu cenderung mengalami guilt terus-menerus, saat itu pulalah individu akan terus-menerus mencoba keluar dari rasa tidak nyaman tersebut. Adapun pola yang dilalui ketika merasakan guilt adalah :

Order or Hierarchy. Merupakan tingkatan dalam masyarakat disebabkan oleh kemampuan kita dalam berbahasa. Pada jenjang hierarki mana kita berada sangat mempengaruhi perasaan guilt seseorang.

The Negative. Merupakan penolakan terhadap keberadaan seseorang dalam tatanan sosial

Victimage. Merupakan cara di mana kita berusaha keluar dari perasaan guilt yang kita rasakan sebagai bagian dari kondisi individu. Terdapat dua tipe dasar, yaitu (1) mortification, metode untuk keluar dari perasaan guilt dengan menyalahkan diri sendiri (2) scapegoating, metode untuk keluar dari perasaan guilt dengan menyalahkan orang lain

Redemption, merupakan bentuk penolakan terhadap sesuatu yang tidak benar dan kembali pada tatanan yang baru setelah berhasil mengusir perasaan guilt tersebut.

3. The Pentad, merupakan metode yang digunakan untuk mengaplikasi teori dramatisme ini ke dalam pemahaman mengenai aktivitas simbolik. Terdapat lima poin dalam pentad, yaitu:

The Act, apa yang telah dilakukan oleh seseorang, contohnya Dino tidak masuk dalam mata kuliah Teori Komunikasi

The Scene, konteks di mana seseorang melakukan suatu tindakan (act), contohnya di minggu tersebut, Dino mendapat tugas yang sangat banyak

The Agent, orang yang menjadi pelaku dalam act, contohnya Dino Agency, makna yang digunakan oleh agent untuk mensukseskan sebuah act.

Bentuknya seperti strategi dalam pesan, menceritakan sesuatu, dan lain-lain, contohnya Dino menulis surat izin untuk tidak masuk kuliah Teori Komunikasi kepada dosennya

Purpose, tujuan yang ingin dicapai dari suatu act yang dilakukan, contohnya Dino tidak masuk kuliah agar ia mempunyai lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas

Attitude, tata cara di mana posisi tiap pelaku terhubung dengan orang lain, contohnya teman-teman sekelas Dino menganggapnya telah berani membolos

2