The Geology of Java

24
The Geology of Java

Transcript of The Geology of Java

Page 1: The Geology of Java

The Geology of Java

Page 2: The Geology of Java

Perbedaan utama dalam pola interaksi ini terletak pada arah mendekatnya lempeng India-Australia ke lempeng Sunda. Di Jawa, arah tersebut hadir hamir rtegak lurus.

Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara garis besar perkembangan tektonik Pulau Jawa tidak berbeda banyak dengan perkembangan Pulau Sumatra. Hal ini disebabkan disamping keduanya masih merupakan bagian dari batas tepi lempeng Mikro Sunda, jugakarena masih berada dalam sistim yang sama, yaitu interaksi konvergen antaralempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia demgam lempeng Mikro Sunda.

Page 3: The Geology of Java
Page 4: The Geology of Java

1. Jawa Barat

• Secara fisiografi, van Bemmelen (1970) telah membagi daerah Jawa bagian barat menjadi lima jalur fisiografi. Pembagian zona fisiografi daerah Jawa bagian barat tersebut yaitu :

1. Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta2. Zona Bogor3. Zona Bandung4. Zona Pegunungan Bayah5. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat

Page 5: The Geology of Java

1. Zona Jakarta (Pantai Utara)Northwestern Basinal Area

menempati bagian utara Jawa membentang barat-timur mulai dari Serang, Jakarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon. Sebagian besar tertutupi oleh endapan alluvial yang terangkut oleh sungai-sungai yang bermuara ke Laut Jawa seperti Ci Tarum, Ci Manuk, CI asem serta endapan lahar dari G.Tangkuban Perahu, G.Gede, dan G.Pangranggo menutupi zona sebagian dalam bentuk vulkanik alluvial fan (endapan kipas alluvial) khususnya yang berbatasan dengan zona Bandung.

Page 6: The Geology of Java

Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang mulai dari Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka dan Kuningan. Zona Bogor umumnya bermorfologi perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40 km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan Sanggabuana, Purwakarta. Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi perbukitannya sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.

2. Zona Bogor(Bogor Through)

Page 7: The Geology of Java
Page 8: The Geology of Java

3. Zona Bandung(Modern Volcanic Arc)

Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression). Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van Bemmelen, 1949). Contoh patahan Lembang, Kab Bandung Barat, Jabar.

Page 9: The Geology of Java

4. Zona Pegunungan Selatan(Southern Slope Regional Uplift)

Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek, (1946), menyatakan bahwa batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri, Sukabumi. Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri yang merupakan bagian dari Zona Bandung berbatasan langsung dengan dataran tinggi (pletau) Zona Pegunungan Selatan. Morfologi dataran tinggi atau plateau ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan sebagai Plateau Jampang.

Page 10: The Geology of Java

5. Zona Pegunungan Bayah(Banten Block)

5. Zona Pegunungan Bayah, zona ini terletak bagian barat daya Jawa Barat. Morfologi yang didapat dijumpai pada Zona Pegunungan Bayah berupa kubah dan punggungan yang berada pada zona depresi tengah.

Banten blok: bagian paling barat pulau Jawa yang dapat dibagi ke dalam platform Seribu karbonat di utara, Rangkas Bitung sedimen sub-DAS, dan Bayah tinggi di selatan. di barat ada minor rendah dan tertinggi disebut Ujung Kulon dan hinje kulon tinggi dan Ujung dan barat Malingping rendah.

Page 11: The Geology of Java

2. Jawa Timur 1. Lereng utara meliputi Zona Rembang dan zona transisi Randublatung

2. Zona Kendeng merupakan kemenerusan Zona Bogor di sebelah timur, yang merupakan sebuah cekungan laut dalam yang stabil.

3. Busur Vulkanik Modern4. Lereng Selatan, wilayah pengangkatan regional.

batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.

Secara umum Jawa Timur dapat dikelompokkan kedalam 4 propinsi tektonik dari utara ke selatan, yaitu (Yulihanti, dkk., 1995 dalam Darman dan Sidi, 2000):

Page 12: The Geology of Java

1. Lereng Utara (Northern Slope)

Lereng Utara meliputi Cekungan Jawa Timur Laut yang terletak di antara Craton Sunda sampai utara dan busur vulkanik ke selatan (Jawa Aksial Rentang). Cekungan dapat diklasifikasikan sebagai cekungan busur belakang klasik. Hal ini sebagian besar terdiri dari rak tanjung mencelupkan lembut selatan, yang ditutupi oleh bagian stratigrafik relatif tipis (rata-rata kurang dari 1850 meter). Sebaliknya, daerah cekungan yang dalam berisi lebih dari 9000 meter sedimen. Konfigurasi struktural dari bagian barat Cekungan Jawa darat TL subbasins incluse dengan dua orientasi yang berbeda. Kecenderungan Melalui Pati NE-SW, EW sedangkan subbasins Cepu dan Bojonegoro yang selaras. Orientasi NE-SW Palung Pati menggambarkan pengembangan struktur graben setengah assymmetrical (Yulihanto et al, 1995).

Page 13: The Geology of Java

2. Zona Kendeng(Kendeng Through)

Palung Kendeng adalah wilayah sangat dilipat dan kadang-kadang sangat menyalahkan, terletak di selatan lereng utara. Penataan yang sangat baru dan mungkin masih aktif.Sumbu Lipat berorientasi dalam timur ke arah barat; indikator bahwa rantai vulkanik yang berdekatan dan paralel, setidaknya sebagian, bertanggung jawab untuk kompresi. Zona Kendeng dapat dibagi menjadi timur dan wilayah barat, kira-kira dibagi di lokasi bagian Bengawan Solo di Ngawi tonjolan. Timur dari sini lipatan yang ketat tetapi biasanya tidak menyalahkan, setidaknya tidak di permukaan. Perhatikan bahwa ke timur dari Ngawi usia sedimen outcropping di zona ini akan terus muda. Di timur, selatan Surabaya, lipatan hampir hilang di bawah aluvium terbaru dan bahkan Pleistosen jarang tanaman keluar.Barat Ngawi, menuju Semarang, mengekspos lipatan batuan setua Miosen Awal dan banyak patahan telah dipetakan. Ini timur - barat variasi dalam penataan mencerminkan tren anomali gravitasi, dengan nilai-nilai gravitasi terendah di barat dari zona tersebut.Kompleksitas dan ketebalan sedimen Tersier di bagian barat Zona Kendeng, serta berundulasi permukaan, diakui dari seismik.

Page 14: The Geology of Java
Page 15: The Geology of Java

3. Busur Vulkanik Modern(Modern Vukcanic Arc)

Aktivitas vulkanik dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dari umur radiometrik dan posisi secara geografik (Bellon et. Al., 1990). Busur vulkanik dimungkinkan tidak terbentuk sejak pertengahan atau akhir oligicene. Aktivitas periode pertama pada 40 sampai 19 MYBP atau pada eocene tengah sampai pertengahan miocene. Fase kedua merupakan periode yang substansial dari 19 sampai 11 MYBP (Pertengahan- awal miocene samapai pertengahan miocene). Pada fase ini dimungkinkan berhubungan dengan awal adri Busur Sunda modern. Fase akhir dimulai sekitar 3 MYBP dan menerus sampai saat ini.

Page 16: The Geology of Java

4. Lereng Selatan(Southern Slope Regional Uplift)

• Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001).

Page 17: The Geology of Java

• Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, ± 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, ± 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737 m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 – 300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunungapi.

• Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah batugamping.

• Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.

Page 18: The Geology of Java

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).

Page 19: The Geology of Java

3. Cekungan Jawa Tengah-Selatan(South Central Java Basin)

• Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah dibagi menjadi 3 zona, yaitu :

• 1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan• 2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi• 3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato• Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona

Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948). Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome.

Page 20: The Geology of Java

4. Busur Magmatik(Magmatic Arc)

Pulau Jawa merupakan bagiand dari busur magmatik yang ada di Indonesia. Sehingga sepanjang Pulau Jawa terdapat gunung api aktif dan tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologinya yang berupa pegunungan dan perbukitan. Busur magmatik ini diakibatkan adanya subduksi yang memanjang dari barat Sumatera hingga selatan Jawa. Busur ini diakibatkan peleburan batuan yang berada di zona subduksi. Peleburan inilah yang mengangkat naiknya magma mendesak batuan yang ada di atasnya sehingga terbentuk gunungapi. Contoh daerah Banten.

Page 21: The Geology of Java

5. Quarternary Deposits

Batuan kuarter di Jawa dapat dikelompokkan menjadi hasil vulkanik dan tidak vulkanik. Di Jawa Barat sedimen kuarter yaitu Citalang, Tambakan dan Formation Ciherang di lingkungan lapisan non-marine. Formasi Citalang dan Tambahan persebaran pusat Jawa Barat, dan Formasi Ciherang berada di utara Jawa.

Page 22: The Geology of Java
Page 23: The Geology of Java

DAFTAR PUSTAKA• http://geologitfugm.blogspot.com/• http://anggajatiwidiatama.wordpress.com/2013/06/15/struktur-ge

ologi-regional-serayu-selatan/

• http://orion-sadewa.blogspot.com/2009/03/basin-jawa-timur.html• http://

thespymachine-rizkiboy.blogspot.com/2011/10/geologi-indonesia-jawa-laut-jawa.html

• http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/sejarah-geologi-pegunungan-selatan-jawa.html

• http://earthfactory.wordpress.com/2009/06/18/fisiografi-regional-jawa-bagian-barat-van-bemmelen/

• http://jsbudiman.wordpress.com/category/uncategorized/• Darman dan Sidi. 2000. The Geology Of Indonesia. Jakarta :IAGI

Page 24: The Geology of Java

Nama Kelompok 3:1. Utami A6101200072. Nurul Fahminingrum A6101200113. Swastika Nugraheni A6101200264. Seno W A6101200205. Hernanda A6101200046. Lail A610100041