Thalassemia SHT

37
Tugas Thalassemia BLOK V Biologi Sel dan Genetika Disusun oleh : Kelompok 7 Lia Damayanti 04101001063 Aulia Noza 04101001064 Yuliana Muharammi 04101001065 Inta Angela 04101001066 Tri Aprianti 04101001067 Helda sasti Dian Pertiwi 04101001068 Gebina Wahyu Ardina 04101001069 Nazlia Larashita 04101001070 Eugenia Jeniffer J. 04101001071 Pradina Enggalia Vandho 04101001072 PENDIDIKAN DOKTER UMUM

Transcript of Thalassemia SHT

Page 1: Thalassemia SHT

Tugas Thalassemia

BLOK V Biologi Sel dan Genetika

Disusun oleh :

Kelompok 7

Lia Damayanti 04101001063

Aulia Noza 04101001064

Yuliana Muharammi 04101001065

Inta Angela 04101001066

Tri Aprianti 04101001067

Helda sasti Dian Pertiwi 04101001068

Gebina Wahyu Ardina 04101001069

Nazlia Larashita 04101001070

Eugenia Jeniffer J. 04101001071

Pradina Enggalia Vandho 04101001072

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

Page 2: Thalassemia SHT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas ridho dan karunia-Nya

laporan tugas Blok V tentang Thalassemia ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang merupakan bagian dari

sistem pemelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.

Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik

pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun

lakukan.

Tim Penyusun

Page 3: Thalassemia SHT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. DEFINISI

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi

sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal

(120 hari). Hal ini muncul karena menurunnya kecepatan atau kemampuan

produksi rantai globin tertentu (misalnya,rantai atau rantai akibat mutasi

pada gen yang mengatur pembentukan hemoglobin. Sehingga, struktur sel darah

merah menjadi tidak stabil dan mudah rusak. Akibatnya penderita thalasemia juga

akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering

lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang, selain gejala lain

yang memang spesifik untuk thalasemia.

Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang merupakan autosomal

resesif. Penyakit ini baru muncul pada seseorang apabila ia memiliki dua gen yang

thalasemia yang berasal dari kedua orang tuanya, satu dari ayah dan satu dari ibu.

Secara umum ada dua jenis thalsemia, yaitu thalsemia dan thalsemia . Pada

thalsemia yang mengalami mutasi adalah gen globin , sehinggga produksi

rantai globin jenis ini menjadi berkurang. Sementara itu, pada thalasemia justru

gen globin lah yang mengami mutasi dan menyebabkan produksi rantai globin

berkurang.

Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi.

Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih

Page 4: Thalassemia SHT

berat, misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka

terbuka di kulit (ulkus) , borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum

tulang yang terlalu aktif menbentuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel

darah merah yang terlalu cepat rusak, dapat menyebabkan penebalan dan

pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang

menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalasemia akan

tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak

lainnya yang normal.

1.2. SEJARAH

Thalasemia sangat umum ditemukan di kalangan orang-orang Mediterania,

sehingga kaitan geografis inilah yang menjadi sejarah penamaan penyakit ini.

Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Thalassa (θάλασσα) yang

berarti laut dan Haema (αἷμα) yang berarti darah. Sehingga, sekilas thalasemia

seperti berarti penyakit kelainan darah yang ditemukan pada orang-orang yang

tinggal di dekat laut (dalam hal ini Mediterania).

Umumnya, thalasemia adalah lazim dalam populasi yang berevolusi pada

iklim lembab di mana penyakit malaria merupakan endemik. Mutasi dari gen-gen

pembentuk rantai Hb pada populasi di tempat tersebut mungkin bertujuan untuk

melindungi diri dari malaria yang menjadi pembunuh paling ganas saat itu,

apalagi obat-obatan untuk malaria belum ditemukan. Pada faktanya carrier/

individu heterozigot thalasemia terbukti memiliki resistensi terhadap Plasmodium,

parasit penyebab malaria. Sehingga individu-individu ini dapat tetap bertahan

hidup dan memiliki keturunan meskipun terinfeksi malaria sehingga gen-gen

“menguntungkan” yang dapat membuat mereka dapat bertahan hidup inilah, yang

mereka turunkan pada keturunan mereka. Meskipun, di sisi lain individu

homozigot resesif akan menderita thalasemia yang malah sangat berbahaya bagi

kesehatan dan kelangsungan hidup mereka.

Di Eropa, konsentrasi tertinggi penyakit ini ditemukan di Yunani dan di

bagian Italia, khususnya, Italia Selatan dan bagian bawah lembah Po. Pulau-pulau

Page 5: Thalassemia SHT

Mediterania utama (kecuali Balearik) seperti Sisilia, Sardinia, Malta, Korsika,

Siprus dan Kreta adalah yang yang paling banyak ditemukan penyakit thalasemia.

Orang-orang Mediterania lain, dan juga orang-orang di sekitar Mediterania, juga

memiliki tingkat penderita thalasemia yang tinggi, termasuk Timur Tengah dan

Afrika Utara. Jauh dari Mediterania, Asia Selatan juga cukup banyak

penderitanya, dengan konsentrasi carrier tertinggi di dunia (18% dari populasi)

berada di Maladewa. Sementara itu, di Indonesia , Palembang sendiri memiliki

prevalensi thalasemia yang cukup tinggi yaitu sekitar 15% dan menempati urutan

kedua tertinggi di Indonesia, setelah Nusa Tenggara.

Page 6: Thalassemia SHT

Bab II

Pembahasan

2.1. Gamabaran Umum Thalassemia

Talasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetic pada sintesis

Hb yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin. Pada

talasemia-α, sintesis rantai α-globin berkurang, sedangkan pada talasemia-β,

sintesis rantai β-globin tidak ada (diberi nama talasemia β ) atau sangat berkurang⁰

(talasemia β ). Tidak seperti hemogloninopati, yang mencerminkan kelainan⁺

kualitatif sintesis rantai globin. Konsekuensi berkurangnya sintesis satu rantai

globin berasal tidak saja dari kadar Hb intrasel yang rendah, tetapi juga dari

kelebihan relative rantai globin yang lain, seperti akan dibahas kemudian.

Talasemia diwariskan sebagai sifat kodominan atosomal. Bentuk

heterozigot (talasemia minor atau sifat talasemia) mungkin asimtomatik atau

bergejala ringan. Bentuk homozigot, talasemia mayor, berkaitan dengan anemia

hemolitik yang berat. Gen mutan sering ditemukan pada populasi Mediteranea,

Afrika, dan Asia.

Thalassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) yang paling

sering dan akan merupakan kelainan genetik utama yang timbul setelah penyakit

infeksi dan gangguan gizi teratasi di Indonesia. Menyambut paradigma Indonesia

Sehat 2010 yang baru dicanangkan, kualitas sumber daya manusia tentu saja

merupakan faktor yang utama dan keberadaan thalassemia tentu saja akan

menurunkan kualitas kesehatan masyarakat.

Page 7: Thalassemia SHT

Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang

dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini

pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali

ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley

pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita anemia dengan

pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan

anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley

sesuai dengan nama penemunya.

2.2. Gambaran Klinis pada anak-anak

Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang

telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan

pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat

hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid, frontal bossing, mulut

tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi.

Karakteristik wajah anak dengan Thalassemia

2.3. Penyebaran Thalassemia

Pada tahun 1955, Lie-Injo Luan Eng dan Yo Kian Tjai, telah melaporkan

adanya 3 orang anak menderita thalassemia mayor dan 4 tahun kemudian

ditemukan 23 orang anak dengan penyakit yang serupa di Indonesia. Dalam kurun

waktu 17 tahun, yaitu dari tahun 1961 hingga tahun 1978 telah menemukan tidak

kurang dari 300 penderita dengan sindrom thalassemia ini. Kasus-kasus yang

serupa telah banyak pula dilaporkan oleh berbagai rumah sakit di Indonesia, di

Page 8: Thalassemia SHT

antaranya Manurung (1978) dari bagian Ilmu Kesehatan Anak F.K. Universitas

Sumatera Utara Medan telah melaporkan 13 kasus, Sumantri (1978) dari bagian

Kesehatan Anak F.K. Universitas Diponegoro Semarang, Untario (1978) dari

bagian Ilmu Kesehatan Anak F.K. Airlangga, Sunarto (1978) dari bagian Ilmu

Kesehatan Anak F.K. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Demikian pula telah

dilaporkan kasus-kasus yang serupa dari F.K. Universitas Hasanuddin Ujung

Pandang (Wahidayat, 1979). Vella (1958), Li-Injo & Chin (1964) dan Wong

(1966). Demikian juga di Malaysia dengan kasus yang serupa dilaporkan.

Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi

penyakit tersebut menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Public Health).

Pada umumnya anak dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai

usia produktif bahkan mati di dalam kandungan atau mati setelah lahir seperti

pada thalassemia-α Hb bart’s hydrop fetalis. Keadaan ini sangat memperihatinkan

jika anak-anak yang lahir tidak akan mencapai usia dewasa, maka generasi

berikutnya akan semakin berkurang bahkan akan lenyap setelah beribu-ribu tahun.

2.4. Etiologi

Talasemia diakibatkan adanya variasi atau hilangnya gen ditubuh yang

membuat hemoglobin. Hemoglobin adalah protein sel darah merah (SDM) yang

membawa oksigen. Orang dengan talasemia memiliki hemoglobin yang kurang

dan SDM yang lebih sedikit dari orang normal.yang akan menghasilkan suatu

keadaan anemia ringan sampai berat

Ada banyak kombinasi genetik yang mungkin menyebabkan berbagai

variasi dari talasemia. Talasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan dari

orang tua kepada anaknya. Penderita dengan keadaan talasemia sedang sampai

berat menerima variasi gen ini dari kedua orang tuannya. Seseorang yang

mewarisi gen talasemia dari salah satu orangtua dan gen normal dari orangtua

yang lain adalah seorang pembawa (carriers). Seorang pembawa sering tidak

punya tanda keluhan selain dari anemia ringan, tetapi mereka dapat menurunkan

varian gen ini kepada anak-anak mereka

Page 9: Thalassemia SHT

Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen yang

bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam sel tubuh kita. Setiap gen selalu

berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Di

antara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang

mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel darah merah. Gen

tersebut dinamakan gen globin. Gen – gen tersebut terdapat di dalam

kromosom.

Rantai Hb merupakan heme yang bergabung dengan rantai polipeptida

yang panjang/ globin. Pada darah orang dewasa normal biasanya hanya terdapat

Hb A yang terdiri dari 2 ikatan alfa dan 2 ikatan beta yang memiliki gugus

prostetik heme yang mengandung satu atom besi yang memungkinkan atom

ini dapat berikatan longgar dengan 1 molekul oksigen sehingga Hb dapat

mengangkut 4 molekul oksigen yang nantinya akan diangkut ke jaringan dan

dilepaskan ke dalam cairan jaringan dalam bentuk molekul

Perlu diketahui karena kelainan gen itu menyebabkan adanya kelainan

dalam pembentukan ikatan rantai polipeptida baik alfa atau beta yang berperan

dalam pembentukan Hb. Sehingga rantai yang terbentuk tidak alfa 2 beta 2 dan

tergantung dari delesi atau mutasi yang terjadi yang pada kasus Unyil ini tidak

terbentuknya ikatan beta yang menjadikan ikatan rantai alfa membentuk

tetramer sehingga masing-masing menempel di dinding eritrosit dan ada Hb yang

terkumpul ditengah dan terlihat sebagai inti sehingga menyebabkan eritrosit tidak

bersifat flexibel dan mudah pecah sehingga kemampuan Hb untuk mengikat

oksigen pun berkurang dan eritrosit yang dihasilkan juga berbentuk kecil

kecil(mikrositik)

Sebagai contohnya penyakit yang diderita oleh Unyil ini merupakan

thalasemia beta dan penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen

globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu

ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah

satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang

mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia beta. Seorang pembawa

sifat thalassemia tampak normal / sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen

Page 10: Thalassemia SHT

dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat

thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi

pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (homosigot /

Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua

yang masing-masing membawa sifat thalassemia.

Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta

dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-

masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat

beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapat gen globin yang

berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya, maka anak akan menderita

thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari

ibu atau ayah, maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lalin

adalah anak mendapatkan gen globin normal dari kedua orang tuanya.

2.5. Klasifikasi

Secara molekuler thalassemia dibedakan atas thalasemia alfa dan beta,

sedangkan secara klinis dibedakan atas thalasemia mayor dan minor

Hemoglobin terdiri dari dua jenis rantai protein rantai alfa globin dan

rantai beta globin. Jika masalah ada pada alfa globin dari hemoglobin, hal ini

disebut thalassemia alfa. Jika masalah ada pada beta globin hal ini disebut

thalassemia beta. kedua bentuk alfa dan beta mempunyai bentuk dari ringan atau

berat. Bentuk berat dari Beta thalassemia sering disebut anemia Cooley’S

Macam- macam Thalasemia:

1. Thalassemia alfa merupakan penyakit yang timbul karena penderitanya tidak

memiliki cukup rantai alfa dalam hemoglobinnya, dimana produksi rantai alfa

Page 11: Thalassemia SHT

dalam hemoglobin diatur oleh autosom 16 dan terdiri dari 2 gen globin alfa

(terdiri dari 4 lokus). Thalassemia alfa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

tipe delesi dan tipe nondelesi

A. Thalassemia Alfa Tipe Delesi

Ditandai oleh delesi pada lokus yang berada pada gen globin alfa. Semakin

banyak lokus yang rusak, maka semakin banyak gejala yang timbul.

Delesi pada 1 lokus (silent carriers), tidak ada gejala

Delesi pada 2 lokus (trait alfa thalassemia), mengalami anemia ringan

Delesi pada 3 lokus (Penyakit Hb H/thalassemia alfa mayor), terdapat Hb

Barts (rantai tetramic gamma) dan Hb H (rantai tetramic beta), anemia berat

dan splenomegali

Delesi pada 4 lokus (hydrops fetalis), mati beberapa saat setelah dilahirkan

B. Thalassemia Alfa Tipe Nondelesi

Pada bentuk ini tidak dijumpai delesi gen alfa, namun terjadi mutasi pada

gen tersebut sehingga menyebabkan gangguan pada rantai globin alfa.

Pada β-thalasemia sintesis tantai β berkurang atau tidak ada sama sekali,

karena terdapat gangguan pada mRNA. Hb terdiri dari HbA2 dan HbF,

dan jika masih terdapat sintesis rantai β, maka masih terdapat HbA

Jika kedua orang menderita alfa thalassemia trait ( carriers) memiliki

seorang anak, bayi bisa mempunyai suatu bentuk alfa thalassemia atau bisa sehat

Page 12: Thalassemia SHT

2. Thalasemia beta- merupakan penyakit thalasemia yang timbul karena

penderitanya tidak cukup memiliki rantai beta dalam Hbnya dan sering dijumpai

terjadinya anemia

A. Thalasemia beta mayor(homozigot β0_, β0 /β0, β+ /β+)

Hb sama sekali tidak diproduksi. Bentuk homozigot merupakan anemia

hipokrom mikrositik yang berat dengan hemolisis di dalam sumsum tulang

dimulai pada tahun pertama kehidupan. Kedua orang tua merupakan pembawa

“ciri”/ sifat thalassemia.

Gejala – gejala bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah

yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium,

ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan hepatosplenomegali.

B. Thalasemia intermedia(β0 /β, β+ /β+)

Penderita ini secara genetik bersifat heterogen.Penyakit ini berat tetapi

tidak perlu transfusi darah terarur.

C. Thalasemia minor tampak kelainan eritrosit (β0 /β, β+ /β)

a. Adanya 1 gen normal pad individu heterozigot memungkinkan sintesis

rantai β-globin yang memadai sehingga penderita biasanya asimtomatik

dengan anemia ringan.

b. Apus darah tepi yakni abnormalitas minor termasuk hipokromia,

mikrositosis, basophilic strippling,dan sel target (sel yang

mengindinkasikan thalasemia).

c. Tanda khasnya ialah meningkatnya HbA2 sebesar 4%-8% dari Hb total.

Page 13: Thalassemia SHT

Melibatkan dua gen didalam membuat beta globin yang merupakan bagian

dari hemoglobin, masing-masing satu dari setiap orangtua. Beta thalassemia

terjadi ketika satu atau kedua gen mengalami variasi. Jika salah satu gen

dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita anemia ringan.

Kondisi ini disebut thallasemia trait/beta thalassemia minor,Jika kedua gen

dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang (thalassemia beta

intermedia atau anemia Cooley’s yang ringan) atau anemia yang berat ( beta

thalassemia utama, atau anemia Cooley’s).

Anemia Cooley’s, atau beta thalassemia mayor jarang terjadi. Suatu survei

tahun 1993 ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat.

Kebanyakan dari mereka mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi mungkin

kebanyakan dari mereka tidak terdiagnosis .

Jika dua orang tua dengan beta thalassemia trait (carriers) mempunyai

seorang bayi, salah satu dari tiga hal dapat terjadi: .

a. Bayi bisa menerima dua gen normal ( satu dari masing-masing

orangtua) dan mempunyai darah normal ( 25 %).

b. Bayi bisa menerima satu gen normal dan satu varian gen dari

orangtua yang thalassemia trait ( 50 persen).

c. Bayi bisa menerima dua gen thalassemia ( satu dari masing-masing

orangtua) dan menderita penyakit bentuk sedang sampai berat (25

persen)

Thalasemia Beta

Page 15: Thalassemia SHT

Thalasemia F terjadi penekanan produksi rantai o pada thalasemia beta,HbA sdikit

byk Hb F,pada homozigot hanya ditemukan HbF saja—anemia agak berat

2.6. Mutasi Gen dalam Thalassemia

Beberapa contoh ilustratif mengenai mutasi serta efeknya pada sintesis β-

globin:

- Region promoter mengendalikan insisasi dan kecepatan transkripsi,

sehingga mutasi yang mempengaruhi sekuensi promoter biasanya

menyebabkan penurunan transkripsi gen globin. Karena sedikit banyak

masih melakukan sintesis β-globin, pasien mengalami talasemia β⁺.

- Mutasi di sekuensi pengkode biasanya menimbulkan konsenkuensi yang

serius. Sebagai contoh, pada sebagian kasus perubahan satu nukleotida di

salah satu ekson menyebabkan terbentuknya kodon terminasi, atau kodon

“stop” yang mengehntikan translasi RNA messenger (mRNA) β-globin.

Terminasi premature menghasilkan bentuk β-globin yang punting dan

nonfungsional dan menyebabkan talasemia β⁰.

- Mutasi yang menyebabkan kelainan pemrosesan mRNA merupakan

penyebab tersering talasemia β. Sebagian besar mutasi ini mengenai

intron, tetapi mutasi mengubah splice junction normal, tidak terjadi

penyambungan dan semua mRNA yang tidak tersambung diuraikan di

dalam inti sel dan terjadi talasemia β⁰. Namun, sebagian mutasi mengenai

intron di lokasi yang jauh dari splice junction intron-ekson normal. Mutasi

ini menciptakan tempat baru yang menjadi substrat bagi enzim

penyambung di lokasi abnormal-di dalam sebuah intron, misalnya. Karena

tempat penyambungan normal utuh, terjadi penyambungan normal dan

abnormal sehingga terbentuk mRNA β-globin yang normal dan abnormal.

Para pasien ini menderita talasemia β⁺.

2.7. Gejala Klinis Thalasemia

Page 16: Thalassemia SHT

Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur

kurang dari 1 tahun, yaitu Lemah,pucat,prkmbngn fisik tdk sesuai dgn umur,brat

bdan krg,tidak dapat hidup tanpa transfuse

Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk

heterozigot.

Thalasemia minor / thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia

berat, bentuk homozigot.

Pada anak yang besar sering dijumpai adanya :Gizi buruk,perut buncit

karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba, Hepatosplenomegali

mudah ruptur karena trauma ringan saja.

Gejala khas adalah :Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa

pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga

lebar.,Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi

kelabu karena penimbunan besi.

Page 17: Thalassemia SHT

2.7. Orang-orang yang beresiko menderita thalasemia:

a. Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia

b. Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama

c. Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry

(Yunani, Italia, Ketimuran Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika

Pendaratan.

d. Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India,

Cina, atau orang Philipina.

2.8. Patofisiologi Thalasemia

Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang

tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler

Pnybab skunder adl krn defisiensi asam folat,ber+nya volume plasma

intravaskuler yg mngakibatkan hemodilusi, & destruksi eritrosit oleh system

retikuloendotelial dalam limfa & hati.

Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen

sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. 5

Molekul globin terdiri atas sepasang rantai-a dan sepasang rantai lain yang

menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A

(merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai-a dan 2 rantai-b = a2b2),

Hb F(< 2% = a2g2) dan HbA2 (< 3% = a2d2). Kelainan produksi dapat terjadi

pada ranta-a (a-thalassemia), rantai-b (b-thalassemia), rantai-g (g-thalassemia),

rantai-d (d-thalassemia), maupun kombinasi kelainan rantai-d dan rantai-b (bd-

thalassemia)

Pada thalassemia-b, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan

kekurangan pembentukan a2b2 (Hb A); kelebihan rantai-a akan berikatan dengan

rantai-g yang secara kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar

diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit

mudah rusak (ineffective erythropoesis

Page 18: Thalassemia SHT

2.9. Diagnosis

I. Anamnesis

Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan

tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada

umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan

II. Pemeriksaan fisis

o Pucat

o Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)

o Dapat ditemukan ikterus

o Gangguan pertumbuhan

o Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar

III. Pemeriksaan penunjang

1. Darah tepi :

o Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

o Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis

berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling,

benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.

o Retikulosit meningkat.

Gambar 5. Sedimen Darah Tepi dari Penderita Thalassemia Trait dan Orang

Normal.

Page 19: Thalassemia SHT

Variasi bentuk eritrosit (sel darah merah) pada sedimen darah tepi

dilihat dengan mikroskop dari penderita thalassemia: a = hipokrom,

b = teardrop, c = target cell, d = basophilic stipling dengan pewarnaan giemsa

Bentuk eritrosit (sel darah merah) pada orang normal dengan pewarnaan giemsa

2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :

o Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

o Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.

3. Pemeriksaan khusus :

o Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

o Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.

o Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan

trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).

4. Pemeriksaan lain :

o Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar

dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

o Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga

trabekula tampak jelas.

Diagnosis banding

Thalasemia minor :

o Anemia kurang besi

o Anemia karena infeksi menahun

o Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)

Page 20: Thalassemia SHT

o Anemia sideroblastik

2.10. Penatalaksanaan

Medikamentosa

-Pemberian iron chelating agent (deferoxamine):

Diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau

saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.

Deferoxamine diberikan dengan dosis 25-50 mg/kgBB/hari diberikan subkutan

melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam selama 5-7 hari selama seminggu

dengan menggunakan pompa portable. Lokasi umumnya di daerah abdomen,

namun daerah deltoid maupun paha lateral menjadi alternatif bagi pasien. Adapun

efek samping dari pemakaian deferoxamine jarang terjadi apabila digunakan pada

dosis tepat. Toksisitas yang mungkin abisa berupa toksisitas retina,

pendengaran,gangguan tulang dan pertumbuhan, reaksi lokal dan infeksi.

Gambar 6. Lokasi untuk menggunakan pompa portable deferoksamin

Selain itu bisa juga digunakan Deferipron yang merupakan satu-satunya

kelasi besi oral yang telah disetujui pemakaiannya. Terapi standar biasanya

memakai dosis 75 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis. Saat ini deferidon

terutama banyak dgunakan pada pasien-pasien dengan kepatuhan rendah terhadap

deferoxamine. Kelebihan deferipron dibanding deferoksamin adalah efek

proteksinya terhadap jantung. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain :

atropati, neutropenia/agranulositosis, gangguan pencernaan, kelainan imunologis,

defisiensi seng, dan fibrosis hati.

- Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan

efek kelasi besi.

Page 21: Thalassemia SHT

- Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

- Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang

umur sel darah merah

Bedah

Splenektomi, dengan indikasi:

Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan

peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur

Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau

kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu

tahun.

Suportif

Transfusi darah :

Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan

ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat

akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan

penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB

untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

Thalassaemia Diet

Diet Talasemia disiapkan oleh Departemen diet, Di Rumah sakit umum

Sarawak pasien dinasehati untuk menghindari makanan yang kaya akan zat besi,

seperti daging berwarna merah, hati, ginjal, sayur-mayur bewarna hijau, sebagian

dari sarapan yang mengandung gandum, semua bentuk roti dan alkohol.

Tabel 1. Daftar makanan dan kandungan zat besi 8

FOODVOID TO A

Foods with high content of Iron Iron Content

Organ meat (liver, kidney, spleen) 5 – 14 mg / 100 g

Beef 2.2 mg / 100 g

Chicken gizzard and liver 2 – 10mg / 100 g

Ikan pusu (with head and entrails) 5.3 mg / 100 g

Cockles (kerang) 13.2 mg / 100 g

Hen eggs 2.4 mg / whole egg

Page 22: Thalassemia SHT

Duck eggs 3.7 mg / whole egg

Dried prunes / raisins, Peanuts (without shell),

other nuts 2.9 mg / 100 g

Dried beans (red, green, black, chickpeas, dhal) 4 – 8 mg / 100 g

Baked beans 1.9 mg / 100 g

Dried seaweed 21.7 mg / 100 g

Dark green leafy vegetables – bayam, spinach,

kailan, cangkok manis, kangkung, sweet potato

shoots, ulam leaves, soya bean sprouts, bitter

gourd, paku, midi, parsley,

> 3 mg 1 100 g

Food Allowed

Foods with moderate content of Iron

Chicken, pork allow one small serving a day (= 2

matchbox size)

Soya bean curd (towkwa, towhoo,

hookee)

allow one serving only (= one piece)

Light coloured vegetables (sawi,

cabbage, long beans and other

beans, ketola, lady’s fingers)

1 -2 servings a day (= 1/2 cup)

Ikan pusu head and entrails removed

Onions use moderately

Oats

Foods with small amount of Iron

Rice and Noodles

Bread, biscuits

Starchy Root vegetables ( carrot, yam,

tapioca, pumpkin, bangkwang, lobak)

Fish (all varieties)

Fruits (all varieties except dried fruits)

Milk, cheese

Page 23: Thalassemia SHT

Oils and Fats

Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)

Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi

PEMANTAUAN

I. Terapi

Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi

sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang.

Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal,

sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

II. Tumbuh Kembang

Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya

diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

III. Gangguan jantung, hepar dan endokrin

Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi

jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes

melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis.

Page 24: Thalassemia SHT

Bab III

Penutup

3.1. Kesimpulan

Thalassemia merupakan suatu penyakit herediter yang cukup banyak di

Indonesia. Khususnya di Palembang (Sumatera Selatan), menempati urutan kedua

tertinggi di Indonesia. Penyakit ini menurun secara autosomal resesif, sehingga

akan manifes secara berat jika muncul bersama-sama (dengan kata lain masing-

masing ayah dan ibu menyumbangkan satu mutagen).

Di daerah Sum-sel, banyak masyarakat merupakan carier (pembawa sifat)

Thalassemia yang asimtomatik. Thalassemia akan bermanifestasi jika carier ini

menikah dengan carier lainnya (25% anaknya Thalassemia, 50% carier, dan 25%

normal). Maka perlu dihindari pernikahan sesama suku dan keluarga dekat.

Thalassemia sendiri terbagi menjadi Thalassemia α dan Thalassemia β,

didasarkan pada rantai mana yang sintesisnya terganggu. Masing-masing

Thalassemia tersebut memiliki tingkat pembagian lebih lanjut berdasarkan

banyaknya rantai yang hilang.

3.2. Saran

Page 25: Thalassemia SHT

Dari pembahasan mengenai Thalassemia ini, ada beberapa saran yang perlu kami

sampaikan bagi pembaca :

a. Sebaiknya menghindari pernikahan keluarga dekat, karena suku melayu

banyak yang merupakan carier Thalassemia.

b. Perlunya pemeriksaan jika memiliki gejala carier agar bisa lebih hati-hati.

c. Perlu dilakukan konseling genetik sebelum menikah / memiliki anak.

d. Penting dilakukan diagnosis prenatal agar bisa mengetahui keadaan anak.

Daftar Pustaka

1. Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia . Sari Pustaka. 2006

2. Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

3. Bakta, I Made, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid

II. Jakarta : FKUI

4. Guyton AC, Hall JE. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

5. Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25.

Jakarta : EGC

6. Muray, Robetr. K. 2003. Biokimia Harper. Jakarta : EG

7. Stanley L. Robbins. 2007. Patologi Anatomi. Jakarta : EGC

8. Ganie RA. Thalassemia : permasalahan dan penanganannya . dalam Pidato

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada

Fakultas Kedokteran, Diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas

Sumatera Utara .2005

Page 26: Thalassemia SHT

9. Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin.

In: Hoffbrand AV and Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology.

3th ed. 5: 85-98. London: Mosby

10. Weatherall D.J. (1965). Historical Introduction. In: Weatherall DJ (ed).

The Thalassaemia Syndromes. Blackwell Scientific Publ. Oxford. 1: 1-5.

11. Permono B, Ugrasena IDG , A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan

Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya www.Pediatrik.com [diakses

3 Desember 2007]

12. Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wahyu IW dan setiowulan W. Kapita

Selekta Kedokteran, Jilid 2 Edisi 3, Jakarta: Media aesculapius, 2001. 497-

498