Thala Semi A
-
Upload
ariesyunanda -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Thala Semi A
THALASSEMIA PADA ANAK
Oleh Alif Alfiansyah, S.Ked
PENDAHULUAN
Thalassemia merupakan sekelompok heterogen anemia hipokromik herediter dengan
berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau parsial
gen rantai globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai perubahan
ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin atau
pembentukan mRNA yang cacat secara fungsional.1
Di Amerika Serikat thalassemia merupakan kelompok penyakit yang relatif jarang,
tetapi umum di daerah Mediterania dan Asia Selatan serta Asia Tenggara. Di seluruh dunia,
ada 350.000 kelahiran per tahun dengan hemoglobinopathies serius. Namun, akibat dari
konsekuensi dari adanya pola imigrasi, sehingga gangguan thalassemia ini menjadi meningkat
di Amerika.2
Sindrom thalassemia diwarisi penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi alpha atau
beta globin gen, yang mengakibatkan dalam sintesis hemoglobin abnormal.3 Kelainan genotip
thalassemia memberikan fenotip yang khusus, bervariasi, dan tidak jarang tidak sesuai dengan
yang di perkirakan.4
Pengobatan untuk thalassemia secara dramatis telah meningkat. Pasien harus hidup
lama dengan karier dan anak-anak mereka. Sayangnya, banyak pasien meninggal prematur
atau terjadinya komplikasi yang seharusnya dapat dicegah.2
Sintesis hemoglobin yang abnormal mempengaruhi beberapa organ dan diasosiasikan-
diciptakan dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup, oleh karena itu diperlukan
penatalaksanaan seumur hidup pada kasus ini, serta pengeluaran keuangan untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat dan subtansial.5
1
DEFINISI
Thalassemia merupakan suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang
diturunkan secara autosomal resesif, yaitu terjadi defek pada sintesis rantai polipeptida yang
menyusun molekul globin dalam hemoglobin (hb).6
EPIDEMIOLOGI
Thalasemia menempati kelainan genetik yang paling umum di seluruh dunia. Sebanyak
4,83 % dari populasi dunia membawa globin varian, termasuk didalamnya 1,67 % populasi
heterozygous untuk α thalasemia danβ thalasemia .7 Gen thalassemia sangat luas tersebar, dan
kelainan ini di yakini merupakan penyakit genetik manusia yang paling prevalen.1
Distribusi utama meliputi daerah-daerah perbatasan laut mediterania, sebagian besar
Afrika, Timur Tengah, subbenua India, dan Asia Tenggara. Dari 3% sampai 8% orang
Amerika keturunan Itali atau Yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika membawa gen untuk
thalassemia β. Dibeberapa daerah Asia Tenggara sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu
atau lebih gen thalassemia.1
Prevalensi penyakit thalassemia di Indonesia pada tahun 1997 sekitar 5% yang artinya
setiap 100 orang terdapat 5 pasien thalassemia.6 Hingga saat ini tercatat 3653 pasien di
Indonesia. Akibat gejala yang menetap, pengobatan yang lama, dan keterbatasan aktivitas,
pasien rentan mengalami gangguan psikososial.8
PATOFISIOLOGI
Kelainan klinis yang disebabkan oleh abnormalitas gen globin merupakan kelompok
berbagai penyakit darah. Hb normal adalah molekul tetramer yang mengandung sepasang sub
unit heme-globin α atau mirip -α dan β atau mirip - β.1
Kelainan Hb dibagi menjadi tiga kelompok besar. Abnormalitas struktural, termasuk
hemoglobinopati, disebabkan oleh perubahan dalam urutan asam amino rantai globin.
Umumnya mempunyai substitusi satu asam amino tunggal. Pada yang lain, lebih komplek,
perubahan struktural mungkin ada.1 Pada thalassemia, pasien memiliki cacat baik α atau β
2
rantai globin (seperti penyakit sel sabit, yang menghasilkan bentuk mutan spesifik β globin),
menyebabkan produksi sel darah merah yang abnormal.8
KLASIFIKASI
Berdasarkan rantai yang terganggu, dikenal beberapa jenis thalassemia dan yang
penting yaitu Thalassemia α dan Thalassemia β. Di Indonesia yang paling sering ditemukan
adalah thalassemia β. Berdasarkan berat ringan nya gejala klinik, thalassemia diklasifikasikan
menjadi :1
Thalasemia mayor, thalassemia ini sangat tergantung pada transfusi
Thalasemia minor/karier, pada umumnya tanpa gejala, dan
Thalassemia intermedia.
DIAGNOSA
THALASSEMIA-β
Thalasemia β dibagi 3 sindrom klinik ditambah satu sindrom yang baru ditentukan,
yaitu:4
Thalasemia β minor (trait)/heterozigot : Anemia hemolitik mikrositik hipokrom
Thalasemia β mayor / homozigot : Anemia berat yang bergantung pada transfusi
darah.
Thalasemia β intermedia : Gejala di antara thalasemia β mayor dan minor
Pembawa sifat tersembunyi Thalasemia β (silent carrier)
Thalasemia β minor (trait)/ heterozigot
Tampilan klinis tanpak normal, Hepatomegali dan splenomegali ditemukan sedikit
pada penderita. Pada penderita Thalasemia β minor biasanya ditemukan anemia hemolitik
ringan dan tidak bergejala (asimtomatik). Kadar hemoglobin terentang antara 10-13 gr/dl
dengan jumlah eritrosit normal atau sedikit tinggi. Darah tepi menunjukkan gambaran
mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target dan eliptosit, temasuk kemungkinan
ditemukannya peningkatan eritrosit stippled.4
3
Thalasemia β Mayor/Homozigot
Thalasemia β mayor biasanya ditemukan pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 2
tahun dengan klinis anemia berat.4 Transfusi darah regular diperlukan pada penderita ini untuk
mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang disebabkan oleh anemia. Pada
kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima transfusi pada waktu
anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik di sumsum tulang maupun diluar sumsum
tulang.Pasien tampak pucat, hemosiderosis, dan ikterus bersama-sama memberi kesan coklat-
kuning. Limpa dan hati membesar karena hemapoiesis ekstra medular dan hemosiderosis.1
Gambaran radiologis menunjukkan gambaran khas “hair on end”.Tulang panjang
menjadi tipis akibat ekspansi sumsum tulang yang dapat berakibat fraktur patologis. Wajah
menjadi khas, berupa menonjolnya dahi, tulang pipi, dan dagu atas.1,4 Pertumbuhan terganggu
pada anak yang lebih tua, pubertas terlambat dan tidak terjadi oleh akibat kelainan endokrin
sekunder.1
Dalam hal indeks sel darah merah yang abnormal, eritrosit talasemia menunjukkan
karakteristik sebagai MCV rendah, KIA rendah, MCHC rendah, tapi tinggi RDW. Selain itu,
untuk diagnosis penyakit hemoglobin H, uji tubuh inklusi bisa menemukan hasil yang positif.
Dalam rangka untuk membuat diagnosis yang jelas status individu, tes darah laboratorium
penting untuk analisis hemoglobin akan dilakukan, termasuk hemoglobin elektroforesis atau
saat ini diperbarui teknik otomatis per- tinggi Formance kromatografi cair (HPLC).3
Inklusi intraeritrositik yang merupakan presipitasi dari kelebihan rantai α, juga terlihat
pasca splenektomi.Kadar Hb turun secara cepat menjadi kurang dari 5 g/dl kecuali jika
transfusi diberikan. Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar Hb F yang sangat
tinggi dalam eritrosit.1
Thalasemia β Intermedia
Thalasemia β intermedia adalah penderita thalassemia yang dapat mempertahankan
hemoglobin minimum ± 7 g/dl atau lebih tinggi tanpa mendapat transfuse. Gambaran klinik
4
yang bervariasi dari bentuk ringan, walaupun dengan anemia sedang, sampai dengan anemia
berat yang tidak dapat mentoleransi aktivitas berat dan fraktur patologi.4
Muatan besi berlebih dapat dijumpai, walaupun tidak mendapatkan transfusin
darah.Eritropoiesis nyata meningkat, namun tidak efektif, sehingga menyebabkan peningkatan
turnover besi dalam plasma, kemudian merangsang penyerapan besi via saluran cerna.
Komplikasi jantung dan endokrin muncul 10-20 tahun kemudian pada penderita thalassemia
intermedia yang tidak mendapat transfusi darah.4
Pembawa Sifat Tersembunyi Thalasemia β (Silent Carrier)
Pembawa sifat tersembunyi tersembunyi merupakan penderitathalassemia dengan
variasi mutasi β yang heterogen, dimana hanya sedikit terjadi gangguan produksi rantai –β,
sehingga dihasilkan rasio yang hamper normal antara rantai globin β dan α, tanpa
menyebabkan kelainan hematologis.4
Tampilan klinis normal dengan kadar hemoglobin normal, kadar HbA2 normal dan
kemungkinan adanya mikrositosis yang sangat ringan. Adanya pembawa sifat tersembunyi
diketahui saat dilakukan studi keluarga pada anak dengan sindroma thalassemia β yang lebih
berat dari pada kedua orang tuanya yang menunjukkan thalassemia β trait.4
THALASSEMIA α
Thalassemia –α memiliki empat sindrom klinik yang bergantung pada nomor gen dan
pasangan cis atau trans dan jumlah rantai –α yang diproduksi.4
Pembawa Sifat Tersembunyi Thalassemia –α (Silent Carrier)
Delesi gen globin-α tunggal menghasilkan menghasilkan pengidap tenang fenotipe
thalassemia –α (silent carrier). Biasanya tidak ada abnormalitas hematologi yang nyata,
kecuali mikrositosis ringan. Kira-kira 25 % orang amerika-afrika mempunyai bentuk
thalassemia-α ini.1
5
Thalassemia –α Trait (Minor)
Sindrom ini menunjukkan tampilan klinis normal, anemia ringan dengan peningkatan
eritrosit yang mikrositik hipokrom.Pada saat dilahirkan Hb Bart’s dalam rentangan 2 – 10 %.
Biasanya pada penderita dewasa tidak ditemukan HbH.4
HbH Disease
Penderita mengalami anemia hemolitik kronik ringan sampai dengan sedang, dengan
kadar Hb terentang antara 7-10 gr/dl dan retikulosit antara 5-10%. Limpa biasanya membesar
dan sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid.Krisis hemolitik dapat terjadi bila
penderita mengalami infeksi, hamil atau terpapar obat-obatan oksidatif. Krisis hemolitik dapat
menjadi penyebab terdeteksinya kelainan ini, karena HbH disease ini biasanya menunjukkan
gambaran klinik normal.4
Anemia mikrositik pada keadaan ini disertai dengan morfologi eritrosit yang abnormal,
dengan inklusi nyata intraseluler tampak dalam eritrosit setelah pengecatan supravital. HbH
sangat tidak stabil, HbH dengan mudah di identifikasi elektroforesis, tetapi jika tidak diambil
perhatian khusus untuk mencegah presipitasi selama pengerjaan sampel, mungkin ia tidak
dapat dideteksi.1
Hidrops Fetalis –α
Hidrops Fetalis merupakan bentuk thalassemia-α yang paling berat, disebabkan oleh
delesi semua gen globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai α sama sekali.1
Hemoglobin didominasi oleh Hb Bart’s bersama dengan Hb Porland 5-20%, dan sedikit HbH.
Hb Bart’s mempunyai afinitas oksigen yang tinggi, sehingga tidak dapat membawa oksigen ke
jaringan. Fetus dapat bertahan hidup karena adanya Hb Porland, tetapi Hb jenis ini tidak dapat
mendukung tahap berikutnya pertumbuhan fetus.4 Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati,
dan kebanyakan dari bayi yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam.1
Fetus menunjukkan anemia, edema anasarka berat, asites, hepatosplenomegali berat
dan kardiomegali.1,4 Pada saat lahir bayi menunjukkan anemia mikrositik hipokrom. Rongga
sumsum tulang melebar dengan hyperplasia eritroid yang nyata.Hal ini menunjukkan
6
eritropoiesis ekstramedular. Kehamilan dengan hidrops fetalis berbahaya bagi si ibu, karena
dapat menyebabkan toksemia dan perdarahan berat pasca partus.4
Tabel. 1 Gambaran Klinis dan Hematologis Bentuk Utama Thalassemia.1
Tipe Thalasemia Ekspresi Gen-Globin
Gambaran Hematologis
Ekspresi Klinis
Temuan Hemoglobin
Thalasemia-βHomozigot βo
Homozigot β+
Heterozigot βo
Heterozigot β+
Penyandang tenang β, heterozigot
Heterozigot δ β
Heterozigot γ δ β
βo/ βo
β+/ β+
β/ βo
β/ β+
β/ β+
δ β/( δ β)o
γδβ / (γδβ)0
Anemia berat; normoblastemia
Anisositosis, poikilositosis; anemia sedang berat
Mikrositosis, hipokromia, anemia ringan-sedang
Mikrositosis, hipokromia, anemia ringan
Normal
Mikrositosis, hipokromia, anemia ringan
Bayi baru lahir : anemia hemolitik mikrositosis normoblastemia
Dewasa : serupa dengan heterozigot δβ
Anemia Cooley
Thalassemia intermedia
Mungkin splenomegali, icterus
Normal
Normal
Biasanya normal
Bayi baru lahir: Anemia hemolitik dengan splenomegaliDewasa : serupa dengan heterozigot δβ
HbF > 90%Tidak ada HbAHb A2 meningkat
Hb A: 20-40%Hb F : 60-80%
Peningkatan HbA2
dan Hb F
Peningkatan HbA2
dan Hb F
Normal
Hb F : 5-20%Hb A2: Normal atau rendah
Normal
Thalassemia α Penyandang tenang α
Thalasemia –α trait
α/ α, α
α/-,α atau
Mikrositosis ringan atau normalMikrositosis,
Normal
Biasanya
Normal
Bayi baru lahir:
7
Penyakit Hb H
Hidrops fetalis α
-,-/ α,α
-, α/-,-
-,-/-,-
hipokromia, anemia ringan
Mikrositosis, benda inkulsi dengan pengecatan supravital; Anemia sedang berat
Anisositosis, poikilositosis; anemia berat
Normal
Thalassemia intermedia
Hidrops fetalis; biasanya lahir mati atau kematian neonates
Hb Barts (γ4), 5-10%Anak atau dewasa: normal
Bayi baru lahir: Hb Bart’s (γ4) 20-30%Anak atau dewasa: Hb H (β4) 4-20%
Hb Barts (γ4) 80-90%; tidak ada Hb A atau Hb F
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Darah lengkap
- Analisis hemoglobin:
Elektroforesis Hemoglobin atau Metoda HPLC (Beta short varian Biorad).4
Radio Imaging (tentative)
- MRI : untuk melihat hematopoiesis ekstramedular
- MRI T2 : untuk melihat iron overload pada jantung.4
Pemeriksaaan komplikasi Penyakit Thalasemia
- Splenomegali : pemeriksaan fisik atau USG
- Kolelitiasis : USG/CT scan
- Hemopoiesis ekstramedular : Foto Rontgen
- Kelainan tulang : X Ray/ MRI
- Trombosis : USG Duplex, angiografi, hemostasis
- Kelainan Jantung : EKG atau T2 MRI
8
- Kelainan hati : LIC/ Liver Iron concentration.4
Riwayat penyakit
(Ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)
Pemeriksaan Fisik
(Pucat, Ikterus, splenomegaly, deformitas skeletal, pegmentasi)
Laboratorium darah sediaan apus
(Hb, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah tepi/termasuk badan inklusi dalam eritosit dah tepi atau sumsum tulang, dan presipitasi HbH)
Elektrofosresis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada PH 6-7 untuk HbH dan H Barts)
Penemuan HbA2 dan HbF
(Untuk memastikan thalassemia-β)
Distribusi HbF intraselular Sintesis rantai globin Analisis struktural Hb
Varian (Misal : Hb Lepore)
Gambar 1. Algoritma Pendekatan Diagnosis Thalasemia.4
PENATALAKSANAAN
9
Transfusi
Transfusi darah adalah andalan utama untuk penatalaksanaan thalassemia mayor dan
banyak dengan intermedia. Tujuan dari transfusi ada dua: untuk meningkatkan hemoglobin
agar tidak terjadi anemia dan untuk menekan eritropoiesis yang tidak efektif. Anemia dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup atau morbiditas pasien. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan termasuk: pertumbuhan yang buruk; ketidakmampuan untuk
mempertahankan rutinitas sehari-hari dan kegiatan seperti pergi ke sekolah dan bekerja; bukti
disfungsi organ; bukti penyakit jantung; hipertensi pulmonal; dan perubahan dimorfik tulang.2
Terapi diberikan secara teraturuntuk mempertahankan kadar Hb di atas 10 g/dl.
Regimen hipertransfusi ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata, ia memungkinkan
aktivitas normal dengan nyaman, mencegah ekspansi sumsum tulangdan masalah kosmetik
progresif yang terkait dengan perubahan tulang-tulang muka, meminimalkan dilatasi jantung
dan osteoporosis.1
Keputusan untuk memulai transfusi teratur adalah jelas ketika awal tingkat hemoglobin
di bawah 6 g / dL. Jumlah darah yang diterima pada hari transfusi ditentukan oleh
kadarhemoglobin pre-transfusi. Targetnya adalah untuk mempertahankan tingkat hemoglobin
pre transfusi antara 9 dan 10 g / dL.Upaya untuk mempertahankan pra-transfusi hemoglobin di
atas 10 g /dl peningkatan kebutuhan transfusi dan tingkat pembebanan besi.2
Darah lengkap yang akan diberikan, dapat dihitung dosis/jumlahnya dengan
menggunakan rumus empiris berikut ini:10
BB (Kg) x 6 x (Hb di inginkan – Hb yang didapatkan)
Bila yang digunakan packet red cells, maka kebutuhannya menjadi 2/3 dari darah lengkap,
atau dalam rumus menjadi :
BB (Kg) x 4 x (Hb di inginkan – Hb yang didapatkan)
Bila penggunaan packet red cells untuk anemia, maka tabel dibawah ini dapat menjadi
rujukan.10
Tabel 2. Jumlah volume packet red cells diberikan menurut kadar Hb10
10
Hb Penderita (g/dl) Jumlah SDMP/SDMM diberikan dalam 3-4 jam7-10 10 ml/KgBb*
5-7 5 ml/KgBb**
<5, tanpa payah jantung 3 ml/KgBb**
<5, dengan kemungkinan payah jantung 3 ml/KgBb** + Furosemide<5, dengan payah jantung Transfuse tukar, parsial atau lengkapKeterangan: * Dosis untuk 24 jam
** Dosis yang sama dapat diulang dengan selang waktu 6-12 jam.
Splenektomi
Penggunaan splenektomi di thalassemia telah menurun dalam beberapa tahun
terakhir.Hal ini sebagian disebabkan oleh prevalensi penurunan hipersplenismepada pasien
yang ditransfusi memadai.Secara umum, splenektomi harus dihindari kecualibenar-benar
ditunjukkan.Seringkali, hipersplenisme berkembang karena hemoglobin pre-transfusi
rendah.Meningkatkan pre-transfusi hemoglobin menjadi antara 9,5 dan 10 dapat membalikkan
hipersplenisme.2
Iron Overload dan Chelation Terapi
Besi yang berlebihan adalah penyebab utama morbiditas untuk pasien thalassemia.2
Simpanan besi yang berlebihan, terutama dalam bentuk hemosiderin dalm sel parenkim, dapat
menghasilkan gangguan struktur dan fungsi hati, jantung, gonad, kulit dan sendi.1 Kelebihan
zat besi merupakan penyebab utama kematian dan cedera organ. Iron overload terjadi sangat
cepat pada pasien yang berada di kronis program transfusi.2
Memulai rejimen sehari-hari terapi khelasi, baik secara oral atau parenteral, merupakan
komitmen penting dan gangguan gaya hidup. Sebelum dimulainya khelasi, pasien dan
keluarga harus diajarkan tentang alasan untuk pengobatan, serta bagaimana mempersiapkan
dan minum obat.Kepatuhan terhadap terapi khelasi adalah faktor penting dalam mengobati
kelebihan zat besi.2
Di Amerika Serikat, FDA menyetujui 3 chelators besi: deferoxamine (Desferal),
deferasirox (Exjade), dan deferiprone (L1).2
Tabel. 3. Iron chelator Properti2
11
Agent Route Half-Life of
drug (hours)
Schedule Clearance Side effect and
toxicity
Deferoxamine(Desferal
Infus pelan : I.V atau subkutan
0,5 8 – 24 jam/hari, 5-7 hari/minggu
Ginjal, hati Kulit, penglihatan, Pendengaran
Deferasirox(Exjade)
Oral 12 sampai 16 Sekali sehari Hepatobilliary Saluran pencernaan, ginjal, hati
Deferiprone(L1)
Oral 2 sampai 3 Tiga kali sehari
Ginjal, Jantung
Hematologi (neutropenia, Agranulositosis, arthropatik)
KOMPLIKASI
Iron Overload
Orang dengan thalassemia bisa mendapatkankelebihan zat besi dalam tubuh mereka,
baik daripenyakit itu sendiri atau dari seringnya darahtransfusi. Terlalu banyak zat besi dapat
mengakibatkankerusakan pada jantung, hati dan endokrin sistem,yang meliputi kelenjar yang
menghasilkan hormone yang mengatur proses di seluruh tubuh.9
Infeksi
Orang dengan talasemia memiliki peningkatan risiko infeksi. Hal ini terutama bila
limpa telah diangkat.9
Deformitas tulang
Thalassemia bisa membuat sumsum tulang berkembang, yang menyebabkan tulang
melebar. Hal ini dapat mengakibatkan tidak normalnya struktur tulang di wajah dan
tengkorak. Sumsum tulang ekspansi juga membuat tulang tipis dan rapuh, meningkatkan
risiko patah tulang.9
Splenomegali
Limpa membantu dalam mencegah infeksi dan filter bahan yang tidak
diinginkan. Thalassemia sering disertai dengan perusakansejumlah besar sel darah merah dan
tugas menghilangkan sel-sel ini menyebabkan limpa menjadi membesar.9
Masalah Jantung
12
Gagal jantung kongestif dan gangguan irama jantung(Aritmia), mungkin berhubungan
dengan thalassemia berat.9
Gangguan Pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan umum dithalassemia mayor. Pola pertumbuhan yangrelatif
normal sampai usia 9-10 tahunketika kecepatan pertumbuhan mulai melambat. Kunci faktor
yang berkontribusi terhadap pertumbuhan terhambat padapasien dengan thalassemia dapat
mencakupanemia kronis, kelebihan zat besi transfusional,hipersplenisme dan chelation
toksisitas.Faktor laintermasuk hipotiroidisme, hipogonadisme, Kekurangan hormon
pertumbuhan / insufisiensi, kekurangan zinc, penyakit hati kronis, gizi yang rendah, dan stress
psikososial.11
KESIMPULAN
Thalassemia merupakan suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang
diturunkan secara autosomal resesif, yaitu terjadi defek pada sintesis rantai polipeptidayang
menyusun molekul globin dalam hemoglobin (hb).Hingga saat ini tercatat 3653 pasien di
Indonesia.Akibat gejala yang menetap, pengobatan yang lama, dan keterbatasan aktivitas,
pasien rentan mengalami gangguan psikososial.
Anamnesa riwayat keluarga dapat menjadikan salah satu sumber penegakan diagnose
pada thalassemia. Pada pemeriksaan fisik didapakan pucat, Ikterus, splenomegaly, deformitas
skeletal, pigmentasi. Penatalaksanaan utama pada pasien thalassemia adalah dengan transfusi
dan mempertahankan Hb > 10, transfusi bukan bertujuan untuk menyembuhkan penyakit,
akan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pasien dengan thalassemia dapat terjadi kelebihan zat besi bila tidak diberikan terapi
kelasi, mudah terinfeksi, deformitas tulang, spleenomegali, gagal jantung dan gangguan irama
jantung, serta pertumbuhan yang dapat terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Honig GR. Kelainan Hemoglobin. Dalam : Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM,
Penyunting, Wahab AS, Penyunting Bahasa Indonesia. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak
(Nelson Textbook of Pediatrics). Volume 2. Edisi 15. Jakarta: EGC;2000.h. 1708-
1712.
2. Vichinsky E, Levine L, Penyunting. Standards of Care Guidelines for Thalassemia
2012. Oakland: Children’s Hospital & Center Oakland;2012
3. Vanichsetakul P. Thalassemia : Detection, Management, Prevention & Curative
Treatment. The Bangkok Medical Journal : 2011. h. 113-118
4. Atmakusuma D. Thalassemia : Manifestasi Klinis, Pendekatan Diagnosis, dan
Thalassemia Intermedia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, Penyunting.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta : InternaPublishing; 2009. h.
1387-1393.
5. Rund D. Rachmilewitz E. Medical Progress β – Thalassemia.The New England Journal
of Medicine : 2005. h. 1135 - 1146
6. Ratih DP, Susanto R, Sudarmanto B. Pengaruh Deferasirox Terhadap T4 dan TSH
pada β-Thalassemia Mayor dengan Kadar Ferritin Tinggi. Sari Pediatri. Volume 12.
No 6. April 2011; hal 433-438
7. Hapsari AT, Rujito L. Uji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier
Talasemia pada Pendonor Darah di Banyumas. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
Vololume 28. No 3. Februari 2015; hal 233-237
8. Adriani N, Rusmil K, Hilmanto D. Faktor Risiko Masalah Psikososial Pasien
Thalassemia Mayor. Journal Indonesia Medical Association. Volume 62, Nomor 2.
Februari 2012; hal 56-59
9. Talluri SB, Datta V, Guttula SGB. An Overview on Thalassemia. International
Research Journal Inventions in Pharmaceutical Sciences. Volume 1. Issue 1. Juli 2013;
hal 1-12. Didapat dari URL : http://www.irjips.com/vol-1-issue-1-july-2013
14
10. Ramelan S, Gatot D. Tranfusi Darah Pada Bayi dan Anak. Dalam : Tridjaja B, Trihono
PP, Ifran EB, Penyunting. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (Continuing Medical
Education) IDAI Jaya 2005, Pediatrics Update 2005. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia;2005. h. 21-30
11. Cappelini MD, Cohen A, Eletheriou A, dkk, penyunting. Guidelines For The Clinical
Management of Thalassemia, Edisi ke 2. Nicosia: Thalassaemia International
Federation; 2008. h. 64
15