tgs sepsis neonatorum.docx
-
Upload
aida-zulfa -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of tgs sepsis neonatorum.docx
BAB I
PENDAHULUAN
ALatar Belakang
Dengan meningkatnya taraf kesehatan Indonesia, dimana hal ini sangat berpengaruh
terhadap kualitas SDM anak Indonesia yang cerdas, sehat untuk masa yang akan datang maka
pemerintah bersama Dinas Kesehatan beserta jajarannya berupaya sedini mungkin untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sangat banyak terjadi di masyarakat khususnya
yang terjadi pada anak-anak.
Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi, BBLR dan
prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sepsis neonatorum merupakan
salahsatu masalah yang dapat menyebabkan kematian pada bayi dengan insiden sepsis neonatal
sangat rendah, antara 1-8 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan Meningitis sebanyak 20%-25%,
mortalitas berkisar antara 20%-30%.
Epidemiologi infeksi neonatal dapat berubah-ubah seperti halnya bayi berat lahir rendah
yang dapat bertahan hidup untuk waktu yang lebih lama. Insiden infeksi berbanding terbalik
dengan umur kelahiran dan berat badan lahir mungkin mencapai 25%-40% diantara bayi dengan
berat badan 500-1000 gr saat lahir dan 12%-40% pada bayi 1000-1500gr. Infeksi nasokomial
pada bayi berat badan lahir sangat rendah (< 1500gr ) rentan sekali menderita sepsis neonatal.
Selain perubahan-perubahan tersebut, spektrum etiologi bakteri dan mortalitas sepsis
neonatal yang berkembang. Pada tahun 1930, Steptococcus hemolitikus grup A merupakan
penyebab terbanyak infeksi neonatal dan dikendalikan dengan penisilin. Pada tahun 1940 insiden
infeksi gram negatif, khususnyan E.colli, meningkat dan pada tahun 1950-an insiden
staphilococcus penghasil penisilinase ( S.aureus ) meningkat.
Sejalan dengan berkembangnya pemahaman kolonisasi pada neonatus, praktik perawatan
kulit dan tali pusat berkembang pula. Infeksi gram negatif menonjol pada tahun 1960 dan tahun
1970 streptococcus b hemolitikus grup B yang menonjol. Pada tahun 1980-an infeksi nasokomial
merupakan masalah utama dalam bangsal perawatan intensif. Bersamaan dengan perubahan
organisme penyebab infeksi bisa terjadi menurunnya mortalitas, mungkin sebagian
1
mencerminkan besarnya organisme gram positif sebagai agen etiologi yang menonjol hingga
sekarang mortalitasnya dilaporkan sebesar 11% – 20 %.
Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam,
oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan dalam pemberian pelayanan
keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan sepsis neonatorum, sehingga dapat mengurangi
tingkat morbiditas dan mortalitas bayi, dan dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat.
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam
perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi
baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan pada
negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas
tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report :
reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru
lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum,
sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi
ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko infeksi pada masa
perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi
dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap
infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sepsis neonatorum?
2. Apa klasifikasi dari sepsis neonatorum?
3. Apa penyebab terjadinya sepsis neonatorum?
4. Bagaimana patofisiologi sepsis neonatorum?
5. Apa manifestasi klinis dari sepsis neonatorum?
6. Apa komplikasi pada sepsis neonatorum?
2
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien sepsis neonatorum?
8. Apa saja tindakan dan pencegahan yang harus dilakukan dari sepsis neonatorum?
9. Apa prognosis dari sepsis neonatorum?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien sepsis neonatorum?
Tujuan
1 Tujuan Umum
– Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis neonatorum
2 Tujuan Khusus
– Mengetahui landasan teori dari sepsis neonatorum (pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, prognosis,
komplikasi, dan penatalaksanaan)
– Mengetahui WOC sepsis neonatorum
– Mengetahui Pengkajian pada bayi dengan sepsis neonatorum
– Mengetahui Diagnosa pada sepsis neonatorum
– Mengetahui Nanda, NIC dan NOC berdasarkan pengkajian pada sepsis
neonatorum
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit
sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali tidak
terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam
24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku kedoktoran,
jakarta : EGC).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu
antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit
sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa
pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam
waktu 24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003)
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur,
dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari
pertama setelah kelahiran. (Mochtar, 2005)
Dari beberapa pengertian diatas, kami menyimpulkan bahwa sepsis neunatorum
adalah infeksi berat karena bakteri pada aliran darah bayi selama empat
minggu pertama kehidupan dan dapat menyebabkan kematian.
2. ETIOLOGI
4
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:
Ketuban pecah sebelum waktunya / ketuban pecah dini
Perdarahan atau infeksi pada ibu.
Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri,
jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu, seperti Streptococus
group B (SGB), akteri enterik dari saluran kelamin ibu, Virus herpes simplek,
Enterovirus, E. Coli, Candida, dan stafilokokus.
3. PATOFISIOLOGI
Patogenesis dapat terjadi pada antenatal, intranatal, dan pascanatal yaitu;
1. a. Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara
lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.
1. Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga
menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
1. c. Pascanatal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi
nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat, penghisap
lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi
melalui luka umbillikus.
Pohon Masalah
Zat-zat patogen (bakteri,virus,jamur)
Rangsangan endo/eksotoksin
sistem imunologi
5
aktivasi magrofag sekresi berbagai Aktivasi komplemen&
sitokinin& mediator neutrofil
disfungsi&kerusakan endotel
aktivasi sistem koagulasi&trombosit
Gangguan perfusi ke berbagai jaringan & disfungsi organ multiple
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih, sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.
Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,
muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau
darah dari pusar
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun
6
Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena
Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan
pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2).
Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.
DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan
adanya inflamasi.
6. PROGNOSIS
Pada umumnya angka kematian sepsis neonatal berkisar antara 10–40% dan
pada meningitis 15–50%. Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari
waktu timbulnya penyakit penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit
dan tempat perawatannya. Gejala sisa neurologik yang jelas nampak adalah
hidrosefalus, retardasi mental, buta, tuli dan cara bicara yang tidak normal.
Kejadian gejala sisa ini adalah sekitar 30 – 50% pada bayi yang sembuh dari
meningitis neonatal. Gejala sisa ringan seperti gangguan penglihatan,
kesukaran belajar dan kelainan tingkah laku dapat pula terjadi.
7. KOMPLIKASI
Dehidrasi
7
Asidosis metabolic
Hipoglikemia
Anemia
Hiperbilirubinemia
Meningnitis
DIC.
8. PENATALAKSANAAN
Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24
jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3 dosis), dan
Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2
dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila
diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam
pelan-pelan).
Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,
urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan
feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal
(jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP
kuantitatif).
Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka
antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari
i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi,
terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis,
8
terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi
kejang, transfusi tukar
PENCEGAHAN
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai
bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya dalam
melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik. Tindakan
intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar
diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari
perlukaan kulit dan selaput lendir.
c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap
bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus
secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data
yang benar dan baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar
bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik
secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi. (Sarwono, 2004)
9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SEPSIS NEONATORUM
A. Pengkajian
1. Biodata / identitas
Nama : Diisi sesuai nama pasien
10
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari Infeksi nasokomial pada bayi
berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali menderita sepsis neonatal.
Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau
menghisap, lemah
b. Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal), hilangnya reflek rooting, kekakuan pada
leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.apgar score, jam lahir, kesadaran
c. Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar
karena obstruksi.
d. Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9ºc), riwayat sepsis GBS pada bayi sebelumnya,
infeksi pada masa kehamilan
e. Riwayat prenatal: Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi
tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang
diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture
selaput ketuban yang lama (>18 jam), persalinan premature(<37 minggu.
f. Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau
beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb
ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis
neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
g. Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h. Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT / DT atau TT dan
kapan terakhir
2. Activity daily living
a. Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b. Eliminasi : BAB 1x/hari
c. Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
11
d. Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat sakit berkurang
e. Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum, melalui
plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena ingesti atau aspirasi
cairan amnion yang terinfeksi.
f. Psikososial : Bayi rewel
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang;
Kesadaran: normal
Vital sign: TD :
Nadi : normal (110-120 x/menit)
Suhu : Demam (Suhu >38 ºC) atau hipotermi (<36ºC)
Pernafasan : meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-60x/menit)
b. Kepala dan leher:
Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut
Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan, adanya caput, kenaikan
tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
Mata : Agak tertutup / tertutup,
Mulut : Mecucu seperti mulut ikan
Hidung : Pernafasan cuping hidung, sianosis
Telinga : Kebersihan
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe
Terdapat kaku kuduk pada leher
12
c. Dada
Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi : Jantung : Dullness
Paru : Sonor
Auskultasi : terdengar suara wheezing
d. Abdomen
Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali pusat (jika infeksi melalui tali
pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Terdengar bising usus
e. Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
f. Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia, epispadia, testis BAK
pertama kali.
g. Ekstremitas
Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, Fleksi pada tangan,
ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
6. Pemeriksaan Spefisik
a. Apgar score
b. Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
c. Sistem neurologis
13
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menghisap: kuat, lemah
f. Reflek menjejak: baik, buruk
g. koordinasi reflek menghisap dan menelan
7. Pemeriksaan laboatorium
a. sampel darah tali pusat
b. fenil ketonuria
c. hematokrit
d. Bilirubin
e. Kadar gular darah serum
f. Protein aktif C
g. Imunogloblin IgM
h. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi,
feces dan urine.
i. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah
leukosit.
B. Diagnosa keperawatan
a. Risiko infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d minum sedikit atau intoleran
terhadap minuman
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d apnea
d. Resiko syok, factor resiko sepsis
e. Hipertermi b.d
14
C. Rencana tindakan keperawatan yang lazim terjadi
a. Resiko infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran
NOC
Status imun
kontrol risiko
Kriteria Hasil:
klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
NIC
Kontrol infeksi
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
Rasional: menghindari terjadinya infeksi dari petugas kesehatan kepada pasien.
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Rasional: pasien dengan malnutrisi rentan terhadap kuman karena sistem imun yang
menurun.
Gunakan masker dan sarung tangan sebagai alat pelindung
Rasional: menghindari terjadinya infeksi dari petugas kesehatan kepada pasien dan
sebagai alat pelindung diri bagi petugas kesehatan
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Rasional : proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Rasional: untuk menghindari terjadinya infeksi yang dapat memperparah keadaan
pasien
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
Rasional: kemerahan, panas, drainase merupakan tanda-tanda infeksi yang perlu
dipantau secara berkala.
15
Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d minum sedikit atau intoleran
terhadap minuman
NOC
Status nutrisi
Status nutrisi : masukan makanan dan cairan
Status nutrisi : masukan gizi
Kontrol berat badan
Kriteria hasil:
Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi atau berkurang
NIC:
Manajemen nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Rasional: Penentuan jumlah kalori dan nutrisi penting untuk menentukan bentuk dan
jenis makanan sesuai dengan kebutuhan pasien
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional : Untuk mengetahui masukan dan keluaran dari nutrisi dari kebutuhan
pasien sesuai.
Anjurkan pasein atau keluarganya untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional: Protein dan vitamin penting bagi metbolisme tubuh dan perkembangan dan
pertumbuhan
Monitoring nutrisi
Kaji adanya alergi
16
Rasional: mencegah terjadinya alergi terhadap makanan dan terapi diet yang
diberikan
Monitor dan catat respon terhadap pemberian makan, nafsu makan klien
Rasional: respon pasien saat makan dapat mempegaruhi jumlah intake nutrisi
Monitor dan catat intake per oral
Rasional: penting untuk pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan anak
Monitor adanya penurunan berat badan
Rasional : untuk mengetahui status nutrisi anak
Kolaborasi diet dan pemberian vitamin
Rasional : memberikan nutrisi dan asupan gizi yang tepat bagi klien sesuai kebutuhan
f. Ketidakefektifan pola nafas b.d apnea
NOC
Status respirasi: ventilasi Status respirasi: kepatenan jalan nafas Status tanda-tanda vital
Kriteria Hasil:
Menunjukkan jalan nafas paten Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC
Airway management
i. Buka jalan nafas, gunakan chin lift atau jaw thrust jika perlu
Rasional: menjaga agar klien dapat bernafas dengan nyaman
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: Agar ventilasi adekuat
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Rasional: Suara tambahan nafas mengindikasikan keadaan patologis klien
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Rasional : Membantu membersihkan jalan nafas
Monitor respirasi dan status O2
17
Rasional: agar status respirasi terpantau dalam batas normal dan mencegah distress
pernapasan
Vital sign monitoring
Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Rasional : agar tanda vital terpantau dalam batas normal
Monitor kualitas nadi
Rasional : kualitas nadi mengindikasikan ada atau tidaknya gangguan pada system
kardiovaskuler
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Rasional: mencegah terjadinya distress pernapasan dan syok
Monitor suhu, warna dan kelembababn kulit
Rasional: mencegah pada keadaan distress pernnapasn
d. Resiko syok, factor resiko sepsis
NOC
Pencegahan syok
Manajemen stok
Kriteria Hasil;
Nadi dalam batas yang diharapkan
Irama jantung dalam batas yang diharapkan
Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
Irama pernasan dalambatas yang diharapkan
Hidrasi
Indikator:
Mata cekung tidak ditemukan
Demam tidak ditemukan
TD
Hematokrit dbn
NIC
Syok prevention
18
Monitor status sirkulasi, TD, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR dan ritme, nadi
perifer dan kapiler refill
Rasional: memantau agar dalam batas normal dan mencegah terjadinya syok
Monitor inadekuat oksigenasi jaringan
Rasional: mencegah terjadinya syok
Monitor tanda awal syok
Rasional: mencegah syok berlanjut
Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
Rasional : kepatenan jalan nafas penting untuk status okseigenasi
Moni
Syok management
Monitor status cairan, input output
Rasional: mengetahui status hidrasi pasien
Memonitor gejala gagal pernafasan
Rasional: menghindari terjadinya gagal nafas dan syok
Monitor nilai laboratorium
Rasional: nilai laboratorium menunjukkan keasaan klinis pasien dan untuk menegakkan
diagnose serta terapi yang tepat.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULANSepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan
sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
19
a) Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
b) Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
c) Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium
d) perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).
B. SARANa) Meningkatkan mutu pelayan kesehatan
b) Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
c) Meningkatkan pofesionalitas kerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminullah A. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: M. Sholeh Kosim, Ari Yunanto. dkk
(editor). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
2. The Merck Manuals Online Medical Library. Neonatal Sepsis (Sepsis Neonatorum).
Accessed April 2013. Available from URL:
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.html
20
3. hsiswatmo R dr, SpA(K). Tatalaksana Sepsis Neonatorum. Media Aesculapius no.6/Jan-
Feb 2007. Accessed April 2013. Available from URL
http://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-
feb07sudah%20terisi_edit4.pdf
4. Powell KR. Sepsis dan Syok. Dalam: Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (editor). Ilmu
Kesehatan Anak. Vol 2.ed 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. Hal 869 –
870
5. Rudolph AM, Julien IEH, Colin DR. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1 Edisi 2.
Jakarta: EGC, 2006.
6. Nurarif AH dan Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis
dan Nanda-NIC-NOC jilid 1 dan 2. Panduan Penyusunan Asuhan keperawatan
professional. Yogyakarta: Media Action, 2013.
7. Bulecheck, Gloria M, et al. Nursing Intervention Classifcation (NIC) Fifth Edition. USA:
Mosbie Elsevier, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
Tujuan......................................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
21
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
1. PENGERTIAN........................................................................................................................................4
2. ETIOLOGI.............................................................................................................................................4
3. PATOFISIOLOGI....................................................................................................................................5
4. MANIFESTASI KLINIS............................................................................................................................6
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................................................6
6. PROGNOSIS.........................................................................................................................................7
7. KOMPLIKASI.........................................................................................................................................7
8. PENATALAKSANAAN............................................................................................................................7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SEPSIS NEONATORUM.............................................................................10
A. Pengkajian.....................................................................................................................................10
B. Diagnosa keperawatan..................................................................................................................14
C. Rencana tindakan keperawatan yang lazim terjadi.......................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................19
KESIMPULAN.............................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN...................................................................................................................................19
B. SARAN............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, saya telah selesai mengerjakan tugas
Ilmu Keperawatan Anak 1. Pada tugas ini,saya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah di cerna dan di ambil intisari dari materi ini. Dengan
tugas ini di harapkan mampu meningkatkan pemahaman kita tentang Penyakit Sepsis
neonatorum
22
ii
Saya menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang di miliki, tugas ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu dalam
kesempurnaan.
Pariaman, Juli 2015
Penulis
23
i