tgs kendali diskrit

69
APLIKSI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI ALAT PENGHITUNG DENGAN TAMPILAN SEVEN SEGMENT PADA SISTEM PARKIR DI KOMPLEK KAMPUS DIII FT.UNDIP Makalah ini disusun sebagai tugas matakuliah Sistem Kendali Diskrit Nama : Okta Ervianto Nim : L0F007053 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

Transcript of tgs kendali diskrit

Page 1: tgs kendali diskrit

APLIKSI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI

ALAT PENGHITUNG DENGAN TAMPILAN SEVEN SEGMENT

PADA SISTEM PARKIR DI KOMPLEK KAMPUS DIII FT.UNDIP

Makalah ini disusun sebagai tugas matakuliah Sistem Kendali Diskrit

Nama : Okta Ervianto

Nim : L0F007053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2009

Page 2: tgs kendali diskrit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, karunia

dan hidayahNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan

baik.

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak, Makalah ini tentunya tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu

dalam kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

Bp.. yang telah memberikan bimbingan selama ini kepada kami.

1. Kepada seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung

kepada penulis sampai selesainya pembuatan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangannya

sehingga kami mengharapkan saran maupun kritik demi sempurnanya Makalah ini.

Semarang, Desember 2009

Penulis

Page 3: tgs kendali diskrit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini kebutuhan manusia dalam bidang keamanan meningkat tajam,

kebutuhan akan tenaga dan sistem konvensional dalam bidang keamanan telah mulai di

tinggalkan karena sistem konvensional dirasakan lebih lambat dan tidak presisi. Menanggapi

situasi kebutuhan manusia dewasa ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya dalam bidang elektronika memegang peranan yang sangat penting untuk

meringankan beban pekerjaan manusia dan juga untuk mengurangi resiko kesalahan-

kesalahan yang kemungkinan dapat timbul oleh tenaga manusia. Sehingga sistem yang

semula menggunakan sistem manual, berangsur- angsur berganti dengan sistem otomatisasi

digital.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut diatas, maka penyusun mencoba merancang

sebuah perangkat untuk menghitung jumlah kendaraan pada suatu sistem parkir, yang

bermanfaat bagi manusia dan bekerja secara semi otomatis untuk di kerjakan dalam bidang

keamanan yaitu Sistem Parkir.

Dalam pembuata perangkat penghitung kendaraan ini digunakan suatu

mikrokontroler sebagai pusat control dalam sistem ini. Mikrokontroler adalah suatu sistem

komputer yang dirancang untuk keperluan pengontrolan sistem.Mikrokontroler dilengkapi

dengan CPU (Unit Pemrosesan Pusat)

, memori dan perangkat perantara lainnya sehingga sering disebut mikrokomputer serpih

tunggal. Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program

aplikasi ( misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya ), mikrokontroler

hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja (hanya satu program saja yang bisa

disimpan).

IC AT89S51 adalah mikrokontroler dengan daya rendah, CMOS 8-bit daya kerja

tinggi dengan 4K byte In System Programmable Flash Memory. AT89S51 dibuat

mengguanakan nonvolatile teknologi memori kepadatan tinggi milik Atmel dan dapat

digabungkan dengan set instruksi dan pin out standar pabrik 80C51. Flash di dalam chip

melewatkan program memori untuk dapat diprogram ulang di dalam sistem atau oleh suatu

pemrograman memori nonvolatile konvensional.

Page 4: tgs kendali diskrit

Pada AT89S51 tersedia beberapa kelengkapan standar yaitu : flash 4 Kbyte, RAM 128

byte, 32 jalur I/O, 2 pewaktu/ penghitung 16 bit, 5 penyelaan (baris arsitektur interupsi) 2

tingkat, pintu serial 2 arah, oscillator satu serpih, dan rangkaian detak. AT89S51 juga didesain

dengan logika statistik untuk operasi turun ke frekuensi nol dan mendukung dua software

dengan model daya yang dapat dipilih. Model Idlle (daya kerja rendah), menghentikan CPU

saat melewatkan RAM, pewaktu/ couter, serial port, dan sistem interupsi kepada pemfungsian

kendali. Model daya menurun menyimpan kadar RAM tetapi mendinginkan oscillator,

menonaktifkan fungsi chip yang lain sampai interupsi eksternal selanjutanya atau reset

hardware.

Dengan aplikasi mikrokontroler tersebut maka alat penghitung kendaraan dapat

dijalankan. Kemudian proses penghitungan akan ditampilkan melalui Seven segment dan

print out. Seven segment kami pilih sebagai tamilan dengan alasan barang tersebut cukup

elegan dan bisa dilihat oleh pengguna parkir lainnya. Selain menggunkan seven segment kami

juga memakai print out sebagai tampilan, dengan pertimbangan print out sebagai tampilan,

dengan pertimbangan print out merupakan suatu bukti tertulis (nyata) dalam suatu

penghitungan pada sistem ini.

Page 5: tgs kendali diskrit

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler adalah suatu mikoprsesor yang sudah dilengkapi dengan perangkat

masukan/keluaran (I/O) dan periferal lainnya yang terintegrasi di dalam sebuah singgle chip

yang di rancang untuk keperluan pengendalian sebuah sistem.Teknologi yang sekaranga

sedang berkembang menyebabkan mikrokontroler mwmpunyai jenis yang beragam. Salah

satu diantaranya adalah mikrokontroler keluarga MCS 51, terdiri dari AT89C51, AT89C52,

AT89C55, AT89S51, AT89S53, AT89S8252, AT89C1051, AT89C2051, dan sebagainya.

AT89S51 adalah mikrokontroler CMOS 8 dengan 4 Kbyte ROM yang bertipe flash yang

dapat di program dan dihapus dihapus dengan cepat dengan tegangan rendah tanpa

dibutuhkan sinar ultraviolet untuk menghapusnya. Kombinasi CPU 8 bit dan memori flash

membuat AT89S51 dapat dioperasikan secara serpih tunggal (singgel chip) ataupun dengan

perluasan 4 buah jalur masukan / keluaran 8 bit.

Mirokontroler Atmel seri AT89S51 ini merupakan generasi terbaru dari produk terbaru

dari produk sebelumnya yaitu AT898C51, yang mengalami penyempurnaan untuk

mempermudah dalam meolakukan pengisian program ke dalam mikrokontroler. Dengan

menggunakan system ISP (In- System Programing), maka pengisian program dapat dilakukan

secara On The Fly yaitu pengisian program secara langsung pada mikrokontroler yang sedang

terpasang pada rangkaian aplikasi.

2.1.1 Fasilitas Mikrokontroler AT89S51

Beberapa fasilitas yang dimiliki mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :

1. Memiliki memori system terprogram (ISP) 4 KByete berjenis flash

2. Terdapat memori flash yang terintegrasi dalam system

3. Jangkauan operasi tegangan antara 4.0 Volt sampai 5.5 Volt

4. Beroperasi statis penuh pada frekuensi 0 sampai 33 MHz

5. Terdapat tiga kunci Memori program

6. Terdapat 128 x 8 bit RAM internal

7. Terdapat 32 Penyemat masukan /keluaran (I/O) yang dapat di program

Page 6: tgs kendali diskrit

8. Memiliki dua boleh pewaktu 16 bit timer/conter dan 6 buah sumber penyelaan

(interupsi)

9. Daya rendah saat mode menganggur (idle) dan pengaman dari tegangan jatuh ( power

Down Mode).

2.1..2 Konfigurasi Mikrokontroler

Konfigurasi penyemat mikrokontroler AT89S51 dapat diperlihatkan pada gambar 2-2 :

Fungsi masing-masing penyemat secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Penyemat 1-8 (port 1) merupakan port dua arah masukan/ keluaran 8 bit dengan pull-

up dalam. Tiap penyemat pada port 1 dapat mengendalikan 4 masukan TTL. Bila

logika 1 dikirim ke penyemat port 1, maka dapat digunakan sebagai masukan dengan

tahapan pull-up dalam. Pada mode program port 1 digunakan sebagai alamjat byte

rendah .

2. Penyemat 9 (reset) merupakan masukan reset aktif tinggi. Pulsa transisi dari rendah

ketinggi akan mereset mikrokontroler.

3. Penyemat 10-17 (penyemat 3) merupakan penyemat paralel 8 bit untuk keperluan

masukan/ keluaran namun mempunyai beberapa fungsi pengganti. Fungsi-fungsi

pengganti tersebut diuraikan dalam Table 2-1

Page 7: tgs kendali diskrit

Tabel 2-1 Fungsi Khusus Pada port 3.

Penyemat Port Fungsi Pengganti

P3.0 RXD (Receiver Data): Penyemat penerima data seri

P3.1 TXD ( Transmit Data): Penyemat pengirim data seri

P3.2 INTO (Interupt 0): Penyelaan luar no.0

P3.3 INTI (Interupt 1): Penyelaan luar no 1

P3.4 T0 ( Timer 0): Masukan luar waktu 0

P3.5 T1 (Timer 1): Masukan luar pewaktu 1

P3.6 WR (Write): Tulis memori data luar

P3.7 RD (Read): Baca memori data luar

4. Penyemat 18 (XTAL2) merupakan penyemat keluaran dari amplifier osilator internal

dengan reverensi frekwensi dari Kristal.

5. Penyemat 19 (XTALI) merupakan masuakan ke amplifier osilator internal atau dapat

dipakai untuk sumber osilator dari luar

6. Penyemat 20 (GND) merupakan hubungan untuk jalur 0 atau pentanahan.

7. Penyemat 21-28 (port 2) merupakan penyemat paralel 8 bit dua arah penyemat ini juga

menyalurkan byte alamat tinggi pada saat melakuakan akses memori luar.

8. Penyemat 29 (PSEN = Program Store Enable) merupakan sinyal pengendali yang

memperbolehkan program memori luar masuk ke dalam jalur data selama pemberian

atau pemberian instruksi.

9. Penyemat 29 (Penyemat 29 (PSEN = Program Store Enable) merupakan sinyal

pengendali yang memperbolehkan program meori masuk ke dalam jalur data selama

pemberian atau pemberian instruksi.

10. Penyemat 30 (ALE/PROG = Address Latch Enable) berfungsi untuk menahan alamat

memori alamat selama pelaksanaan instruksi. Penyemat ALE juga dipakai untuk pulsa

program selama selama proses pemrograman memori flash

11. Penyemat 31 (EA/Vpp = External Acces Enable) digunakan untuk memilih

pelaksanaan program. Bila penyemat ini diberi logika rendah mikrokontroller akan

Page 8: tgs kendali diskrit

melaksanakan seluruh instruksi dari memori program luar, sebalikanya jika diberi

logika tinggi maka mikrokontroller akan melaksanakan program pada memori dalam.

12. Penyemat 32-39 (Penyemat 0) merupakan penyemat paralel 8 bit dua arah dengan

drain terbuka. Jika melakukan pembacaan atau penulisan memori luar maka akan

memulti pleks byte rendah alamat memorid dengan data.

13. Penyemat 40 (Vcc) merupakan jalur catu daya mikrokontroler sebesar 5 Volt.

2.1.3. Organisasi Memori

Mikrokontroler AT89S51 memiliki ruang alamat memori program dan data yang

terpisah. Pemisahan memori program dan memori data memungkinkan memori data dapat

dijangkau dengan menggunakan alamat 8 bit dimana akan lebih cepat disimpan dan

dimanipulasi dengan CPU 8 bit. Meskipun demikian pengalamatan memori data 8 bit dapat

dijangkau dengan DPRT.

Memori program hanya dapat dibaca dan dapat mencapai 64 Kbyte yang dapat

dialamati secara langsung.Sinyal pembaca untuk pembacaan memori program luar yaitu

menggunakan Program Store Enable (PSEN).

Untuk memori data menempati ruang alamat yang terpisah dari memori program

dengan kapasitas mencapai 64 Kbyte. Untuk menjangkau memori data luar CPU

membangkitkan sinyal baca (RD) dan tulis (WR) selama berhubungan dengan memori data

luar. Memori program luar dan memori data luar dapat digabungkan dengan memberikan

sinyal (RD) dan (WR) ke masukan AND dan keluarannya digunakan sebagai sinyal strobe

pembacaan memori program/data luar.

Memori program dalam hanya dapat dibaca dan dapat mencapai 4 Kbyte dengan jenis

flash ISP (In-Sistem Programing) yang dapat diprogram. Kapasitas memori bagian dalam

AT89S51 sebanyak 128 byte, terdiri dari memori (RAM) dan register fungsi khusus (Special

Fungtion Register/SFR).

2.1.4. Memori Program

Page 9: tgs kendali diskrit

AT89S51 memiliki memori program dalam 4 Kbyte dengan alamat 0000H s/d FFFFH

yang dapat di aktifkan jika EA dihubungkan ke Vcc, alamat selebihnya secara otomatis di

baca dari luar, bagian terendah memori program dipakai untuk vektor penyelesaian seperti

Gambar 2.4.

Batas ruang yang diberikan dari masing-masing arah penyelaan sebesar 8 byte. Untuk

mengakses memori program luar dipakai PSEN sedangkan pada pengaksesan memori dalam

tidak digunakan. 16 buah I/0(P0 an P2) dipakai sebagai bus selama berhubungan dengan

memori program luar. P0 untuk bus data/alamat byte rendah secara bergantian (multipleks),

awalnya mengeluarkan byte rendah dari program counter sebagai alamat kemudian menjadi

ambang sambil menunggu byte kode dari memori program.

Saat byte rendah sudah siap di PO sinyal ALE akan memindahkan kode byte ke

penahan alamat (address latch). Pada saat yang sama P2 mengeluarkan Program Counter byte

tinggi, kemudian PSEN mengirim sinyal sehingga mikro membaca kode byte. Alamat

program memori yang dikeluarkan selalu 16 byte meskipun jumlah memori program yang

digunakan kurang dari 64Kbyte.

2.1.5. Memori Data

Memori data mikrokontroler AT89S51 memungkinkan memori data untuk diakses

alamat 8 bit. Sekalipun demikian, alamat data memori 16 bit dapat dihasilkan melalui register

DPTR (Data Pointer Register). Memori data terbagimenjadi dua, yaitu memori data dalam

dan memori data luar.

2.1.6. Timer/ Couter

Mikrokontroler AT89S51 memiliki dua buah timer/counter 16-bit, yaitu

Timer/Counter 0 dan Timer/counter 1 yang dapat dioperasikan sebagai waktu atau

penghitung.

Apabila timer/conter diaktifkan pada frekuensi keja 12 MHz, timer/counter akan

melakukan penghitungan waktu sekali setiap 1 µ-detik secara independen. Satu sirklus

penghitung berpadanan dengan satu sirklus pelaksanaan instruksi. Misal suatu urutan instruksi

telah selesai dalam waktu 5µ-detik.

Page 10: tgs kendali diskrit

Jika periode waktu tertentu telah dilampaui, timer/counter segera mengginterupsi

mikrokontroler untuk memberitahukan bahwa penghitungan periode waktu telah selesai

dilaksanakan.

2.1.7. Pewaktu/ Kristal

Fasilitas on-chip oscilator yang dimiliki AT89S51 digunakan sebagai sumber detak

bagi CPU. Untuk menggunkan on-chip oscilator, sebuah quarst kristal atau resonator keramik

dihubungkan ke pin XTAL1 dan XTAL2, serta menghubungkan kapasitor ke ground seperti

terlihat pada gambar 2-6a. Jika dikehendaki menggunakan esternal oscilator maka pin XTAL2

dibiarkan terbuka (NC = no conection) dan sumber external osclator dihubungkan ke pin

XTAL1.

2.1.8 Metode Pemrograman

Mikrokontroler AT89S51 mampu deprogram pada mode hight voltage (12 V) melalui

mode parallel programing, adapun mode low voltage (5V) melalui mode serial programing.

Pemrograman Flash mode serial dapat di program menggunakan antar muka ISP serial dengan

menghubungkan RST ke Vcc. Antarmuka ini terdiri dari SCK, MOSI sebagai masukan dan

MISO sebagai keluaran. Setelah RST di set tinggi, interupt pengaktifan pemrograman perlu

untuk dieksekusi sebelum operasi lain dapat dieksekusi. Frekuensi serial SCK maksimum

kurang dari1/16 dari frekuensi kristal. Apabila dekat osilator 33MHz frekuensi SCK

maksimum adalah 2 MHz. Pemrograman mode serial dapat di lihat pada gambar 2.7.

2.2. Bahasa Assembly

Bahasa assembler adalah bahasa komputer yang kedudukannya di antara bahasa mesin

dan bahasa level tinggi misalnya bahasa C atau Pascal. Bahasa asembler merupakan perangkat

lunak yang mendjadi bagian dari sistem yang berupa program yang mengatur kerja dari

mikrokontroler AT89S51 dan keseluruhan perangkat keras yang dihubungkan dengan

mikrokontroler AT89S51.

2.2.1 Format Bahasa Assembly

Page 11: tgs kendali diskrit

Program sumber dalam bahasa assembly menganut prinsip 1 baris untuk satu perintah,

setia baris perintah tersebut bisa terdiri atas beberapa bagian (field), yakni label, bagian

instruksi, bagian operand yang bisa lebih dari satu dan terakhir bagian komentar.

2.2.2. Ekspresin Assembler

Keluarga mikrokontroler MCC51 memiliki banyak sekali instruksi yang dapat

dikelompokkan menjadi bebrpa bagian yang meliputi instruksi 1 byte sampai 4 byte.

1. Instruksi Transfer Data

2. Instruksi Aritmatika

3. Instruksi Logika dan Manipulasi Bit

4. Instruksi Percabangan

5. Instruksi stack, I/0, dan control

2.2.3 Assembly Directive

Asembler Directive merupakan perintah-perintah yang hanya dikenali oleh program

pengasdembly (assembler). Asembler directive berfungsi untuk memudahkan pengembangan

program dalam bahasa assembly, sehingga proses assembl lebih mudah dan lebih cepat.

Beberapa assembler directive antara lain:

1. EQU(Equate)

2. ORG(Origine)

3. DB(Define Byte)

4. DW (Define Word)

5. END

2.2.4. Mode Pengalamatan

Data atau operasi bisa berada di tempat yang berbeda sehingga ada beberapa cara untu

mengakses data atau operasi tersebut. Proses mengakses data/operan tersebut dinamakan

mode pengalamatan (addressing mode), yang dibedakan menjadi lima mode, yaitu:

1. Mode pengalamatan segera (immediate addressing mode)

2. Mode pengalamatan langsung (direct addressing mode)

3. Mode pengalamatan tidak langsung (indirect addressing mode)

4. Mode pengalamatan register (register addressing mode)

5. Mode pengalamatan kode tidak langsung (code indirect addressing mode)

2.3. Seven Segment

Pada dasarnya seven segmen adalah tujuh buah LED yang disusun sehingga dapat

menampilkan suatu bentuk karakter tertentu misalnya suatu huruf atau angka. Untuk

mempermudah penggunaan seven segmen, maka ketujuh ruas dari peraga tersebut diberi label

Page 12: tgs kendali diskrit

a sampai g sehingga dapat dibedakan antara posisi ruas yang satu dengan ruas yang lain.

Identifikasi ruas-ruas pada seven segmen ditunjukkan pada gambar 2.8 sebagai berkut.

Masing-masing ruas atau segmen (a sampai g ) pada seven segmen berisi satu buah LED yang

akan memancarkan cahaya jika diberi tegangan. Menurut jenisnya seven segmen dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu seven segmen common anoda dan seven segmen

common katoda.

2.3.1. Seven Segmen Common Anoda

Seven Segmen Common Anoda adalah peraga seven segmen dimana semua anoda

digabungkan satu sama lainnya dan dikeluarkan sebagai hubungan tunggal (common).

Masukan pada sebelah kiri menjadi ruas-ruas dari penapil. Gambar 2.9 merupakan gambar

rangkaian peraga seven segmen common anoda.

Tabel 2.3 Masukkan Seven Segmen Common Anoda.

Tampilan a b c d e f g

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

1

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

1

0

0

1

0

0

0

1

0

1

1

1

0

1

0

1

0

1

1

1

0

0

0

1

0

0

1

1

0

0

0

0

0

1

0

0

2.3.2. Seven Segmen Common Katoda

Page 13: tgs kendali diskrit

Semua katoda pada seven segmen common katoda digabungkan satu sama lain dan

keluaran pada sisi kanan sebagai hubungan tunggal (pemakaian bersama). Masukan sisi kiri

sebagai ruas-ruas dari penampilan dan kanan sebagai katoda.

Tabel 2.4 Masukan Seven Segmen Common Katoda.

Tampilan a b c d e f g

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

1

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

1

1

0

1

1

1

0

1

0

0

0

1

0

1

0

1

0

0

0

1

1

1

0

1

1

0

0

1

1

1

1

1

0

1

1

2.4. Transistor

Pada prinsipnya transistor merupakan sambungan dari dua buah dioda, dioda yang

satu disebut dengan dioda kolektor dan dioda yang lainnya disebut dioda emitor. Berdasarkan

sambungan dari dua buah dioda tersebut, maka transistor dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu jenis PNP dan jenis NPN.

Transistor PNP dan NPN mempunyai sifat yang saling berkebalikan walaupun

sebenarnya prinsip kerja kedua jenis transistor tersebut adalah sama.Untuk transistor PNP

diperlukan arus dan tegangan yang berlwanan dengan transistor NPN. Jika pada transistor

NPN kolektornya lebih positif daripada emitor, maka transistor PNP emitornya lebih positif

dari pada kaki kolektornya.

Gambar 2.11 merupakan simbol dan konfigurasi sambungan(junction) dari transistor

jenis NPN dan PNP.

Page 14: tgs kendali diskrit

2.5. Transformator

Transformator merupaka komponen yang dapat digunakan untuk memindah daya yang

diikuti oleh perubahan arus dan tegangan. Transformator terdiri dari dua buah lilitan yaitu

lilitan primer (N1) dan lilitan sekunder(N2) yang dililitkan pada suatu inti yang saling

terisolasi atau terpisah antara satu sama lain. Besarnya tegangan pada lilitan sekunder dan

lilitan primer ini di tentukan oleh jumlah lilitan yang terdapat pada bagian primer maupun

sekundernya. Simbol dari transformator dapat dlihat pada gambar 2.12.

2.6 Catu Daya DC

Untuk dapat menggerakkan atau mengaktifkan suatu rangkaian DC diperlukan suatu

sumber daya yang dapat merubah tegangan AC menjadi DC, yaitu catu daya DC. Prinsip kerja

utama dari suatu catu daya terlihat pada gambar 2.13 dibawah ini.

Komponen utama dari rangkaian catu dya adalah transformator penurun tegangan (step

down), dioda penyearah, kapasitor penapis (filter), dan peregulasi tegangan (regulator).

2.6.1. Penyearah

Penyearah dibagi dua yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang

penuh yaitu:

1.6.1.1. Penyeara Setengah Gelombang

Penyearah setengah gelombang merupaankan suatu rangkaian yang mengubah

tegangan AC menjadi DC berdenyut. Pada setengah sirklus positif tegangan jala-jala, dioda di

bias forward. Ada setengah sirklus negatif, dibias reverse. Inilah sebabnya mengapa tegangan

pada RL merupakan sinyal setengah gelombang.

Page 15: tgs kendali diskrit

2.6.1.2. Penyearah Gelombang Penuh

Penyearah gelombang penuh ini, selama positif tegangan sekunder, dianoda sebelah

atas di bias forward dan dioda sebelum bawah di bias reserve. Oleh sebab itu, arus melalui

dioda sebelah atas, rensistor beban setengah lilitan atas. Sedangkan selama setengah sirklus

negatif, arus melalui dioda bawah, rensistor beban dan setengah lilitan bawah. Inilah sebabnya

mengapa tegangan pada RL merupakan sinyal gelombang penuh.

Tegangan bolak balik yang telah di turunkn oleh transformator kemudian dilewatkan

pada rangkaian penyearah. Fungsi penyearah adalah mengubah tegangan bolak-balik menjadi

tegangan searah.

2.6.2. Regulasi Tegangan

Rangkaian terpadu (Intergrated Circuit) jenis IC78XX adalah rangkaian terpadu

regulator yang menghasilkan tegangan konstan sebesar XX Volt. Tegangan yang akan

dimasukkan pada peregulasi melalui terminal masukan. Rangkaian dalam dari peregulasi

tegangan diperlihatkan dalam gambar 2.16

Rangkaian terpadu peregulasi seri 78XX adalah peregulasi dengan tiga terminal.

Setiap rangkaian terpadu peregulasi memiliki batas tegangan maksimal dan minimal pada

tegangan masukan untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan seri peregulasi tersebut.

Sebagai contoh, jenis rangkaian terpadu peregulasi 7812 menghasilkan tegangan

keluaran sebesar 12 Volt, dengan tegangan masukan di luar batas tegangan maksimal dan

minimal atau di luar range tegangan masukkan, rangkaian peregulasi tidak akan bekerja.

Page 16: tgs kendali diskrit

Berikut ini adalah tabel batas tegangan maksimal dan minimal (range) rangkaian terpadu

peregulasi seri 78XX.

Tabel 2.5 Batas Tegangan Maksimal dan Minimal (range) Rangkaian Terpadu Peregulasi Seri

78XX.

Tipe V Out I Out V in I in

78XXC 78LXX 78MXX Min Max

7805

7806

7808

7810

7812

7815

7818

7824

5

6

8

10

12

15

18

24

1

1

1

1

1

1

1

1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

7,5

8,6

10,6

12,7

14,8

18

21

27,3

20

21

23

25

27

30

33

38

1

1

1

1

1

1

1

1

BAB III

PERANCANGAN APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI

ALAT PENGHITUNG DENGAN TAMPILAN

SEVEN SEGMEN

3.1 Diagarm Blok Perancangan Sistem

Gambar 3.1 Diagram blok sistem menggunakan mikrokontoler AT89S51.

3.2. Cara Kerja Rangkaian Penghitung

Page 17: tgs kendali diskrit

Ketika tombol sw up ditekan maka inputan mikrokontroler pada port P#.1 mendapat

logic high kemudian akan di cacah atau dihitung dengan pada sistem mirokontroler. Setelah di

Proses oleh mikrokontroler AT89S51 kemudian mikrokontroer tersebut mengeluarkan out put

pada port 1. Output darimikrokontroler ini dibagi menjadi dua, sebuah out put akan disalurkan

ke ic decoder 74248 dan sebuah output lagi akan disalurkan ke driver seven segment.

Rangkaian sistem penghitung dapat di lihat pada gambar 3.2 sebagai berikut :

Gambar 3.2 Rangkaian sistem penghitung.

Output mikrokontroler yang akan di hubungkan ke IC dekoder 74248 berupa data

biner. Sedangkan untuk inputan yang dibutuhkan oleh seven segment adalah berupa data

desimal. Sehingga output mikrokontroler yang berupa data biner perlu di konvert menjadi dat

desimal supaya seven segmen dapat membaca data input. Dengan demikian fungsi dari IC

74248 adalah sebagai BCD to seven segmen decoder atau dapat dijelaskan lagi untuk

mengubah data biner menjadi data desimal.

Sedangkan output yang di hubungkan ke driver seven segmen berupa logic 1 atau

logic 0. Untuk mengatasi kesalahan pembacaan data oleh transistor driver, maka sebelum data

dihubungkan ke driver seven segmen terlebih dahulu masuk ke ULN 2803 untuk menguatkan

logic keluaran dari mikrokontroler, karena transistor yang digunakan untuk driver seven

segmen mempunyai tegangan kerja yaitu 5 volt. Setelah dikuatkan oleh uln 2803 maka akan

jelas mana inputan yang berlogic 1 atau 0, sehingga transistor TIP 31 akan bekerja bila

mendapatkan logic 1. Prinsip kerja transistor ini adalah jika inputan atau pada kaki basis

diberi logic 1 maka seolah-olah menswicth kolektor untuk terhubung dengan emitor. Dalam

keadaan normal kaki eitor sudah di hubungkan dengan ground, dengan demikian jika kolektor

Page 18: tgs kendali diskrit

dialiri ground yang kemudian dihubungkan dengan kutub katoda seven segmen. Dengan

demikian seven segmen dapat menyala dan printer dapat mengeluarkan print out.

Demikian juga jia tombol swicth down ditekan maka proses kerjanya sama dengan

proses kerja pada saat tombol swicth up ditekan. Tetapi yang dibedakan adalah jika tombol

swicth up di tekan, maka peghitungan akan bertambah dan menyimpan data pada memori

mikrokontroler yang kemudian untuk proses print total dari pencacah yang dilakukan. Namun

jika tombol swicth down maka pengitungan akan berkurang dan tidak menyimpan data pada

memori mikrokontroler

Sistem penghitung kendaraan bermotor ini dibuat meliputi rangkaian catu daya,

rangkaian mikrokontroler, rangkaian bcd to 7 segmen decoder dan driver seven segment.

Rangkaian mikrokontroler digunakan sebagai pengendali rangkaian driver seven segment.

Sedangkan rangkaian bcd to 7 segment decoder dan driver seven segment digunakan untuk

menampilkan hasil penghitungan kendaraan bermotor yang akan ditampilkan pada seven

segment.

Gambar 3.1 merupakan gambar diagram blok dari sistem penghitung yang masing-

masing mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Catu daya 5 volt, digunakan untuk suplai tegangan pada rangkaian mikrokontroler dan

rangkaian driver seven segment.

2. Rangkaian mikrokontroler digunakan untuk proses pencacah atau penghitung

kemudian mengeluarkan output yang akan digunakan sebagai input decoder.

3. BCD To Segment Decoder 74248 digunakan untuk mentransfer dan menkoverter data

dari mikrokontroler supaya dapat ditam pilkan pada seven segment.

4. Driver Seven Segment yang terdiri dari rangkaian multipleksing dan rangkaian driver,

digunakan untuk menampilkan angka hasil dari pencacah atau penghitung yang telah

dikendalikan oleh mikrokontroler.

3.3 Rangkaian Catu Daya

Catu daya yang digunakan dalam proyek akhir ini mempunyai tegangan keluaran + 5

volt dan 0 volt (Ground). Rangkaian catu daya ini mendapatkan tegangan masukan tegangan

bolak-balik sebesar 220 Volt dari jala-jala PLN.

Transformator yang digunakan adalah transformator step down yang digunakan untuk

mentransfer daya, sehingga setelah melewati transformator, tegangan jala-jala akan

diturunkan. Tegangan yang masih berupa tegangan bolak balik tersebut diserahkan oleh

rangkaian penyearah yang menggunakan dua buah dioda. Dari hasil penyearah masih terdapat

Page 19: tgs kendali diskrit

tegangan bolak-baliknya (tegangan riak). Untuk mengurangi tegangan riak hasil dari

penyearahan digunakan rangkaian penapis yaitu kapasitor. Semakin besar nilai kapasitor,

semakin kecil tegangan riaknya.

Untuk mendapatkan output yang diinginkan, digunakan IC regulator tegangan LM

7805 untuk tegangan 5 Volt pada keluaran dan IC tersebut dipasang transistor penguat arus

TIP 3055 yang digunakan untuk memperkuat arus keluaran. Dioda pada laki-laki IC nomor 2

dihubungkan dengan ground untuk memberkan kompensasi sebesar 0,7 Volt. Gambar 3.3

adalah rangkaian catu daya yang digunakan salam pembuatan tugas akhir ini.

Gamabar 3.3 Rangkaian catu daya yang digunakan pada sistem penghitung.

3.4. Rangakaian Mikrokontroler

Rangkaian mikrokontroler yang dipakai pada sistem penghitung ini terdiri dari sebuah

sistem minimum mikrokontroler AT89S51. Sistem minimum mikrokontroler AT89S51 terdiri

atas sebuah kristal 11,059 MHz dan dua buah kondensator 33pF untuk mendukung rangkaian

oscilator internal. Sistem minimum ini juga dilengkapi rangkaian power on reset supaya

terjadi reset terdiri atas satu buah rensistor 10kΩ dan sebuah kondensator elektrolit 10µF/16V.

Gambar 3.4 merupakan rangkaian mikrokontroler.

Port 3 dalam mikrokontroler AT89S51 ini berfungsi sebagai input rangkaian

mikrokontroler, dalam rangkaian ini inputan berupa tombol tekan. Tombol sw up untuk

menambah dan sw down untuk mengurang. Sedangkan Port 1 pada rangkaian ini sebagai

keluaran mikrokontroler yang akan dihubungkan dengan rangkaian bcd to 7 segment ecoder

74248 dan driver seven segment.

Gambar 3.4 Rangkaian mikrokontroler

3.5. BCD TO 7 SEGMENT DECODER 74248

Page 20: tgs kendali diskrit

Dalam sistem pengitung semi otomatis ini menggunakan sebuah modul penampilan

seven segment, untuk menampilkan angka hasil penghitungan yang dilakukan oleh

mikrokontroler.

Setiap penampilan seven segment memerlukan tujuh bit untuk dapat menampilkan

sebuah karakter angka dan satu bit untuk tanda titik. Untuk dapat menampilakan data biner

dari mikrokontroler ke sebuah penampilan seven segment, diperlukan sebuah IC BCD (Binary

Coded Decimal Converter) yaitu sebuah decoder yang mengubah data biner menjadi kode

desimal 0 hingga 9 dan heksadesimal A hingga F. Contoh dari IC BCD adalah tipe TTL 7448

atau 74248 yang keduanya memiliki konstruksi open analog sehingga hanya digunkan untuk

seven segmen common katoda. Konfigurasi kaki-kaki dari decoder 74248 dapat dilihat pada

gambar 3.5.

Gambar 3.5 Konfigurasi pin IC BCD Dekoder 74248

Gambar 3.6 Rangkaian BCD Dekoder 74248

Jika dilihat dari gambar 3.6 rangkaian bcd dekoder, komponen-komponen penting

pada rangkaian ini adalah driver display IC 74LS48 (BCD to 7 segment) pencacah lain,

seperti 4 bit binary counter yang bisa mencacah sampai 16, tetapi disini yang digunakan

adalah pencacah 10 (modulus 10) karena yang hendak dibuat adalah alat pencacah bilangan

desimal.

Agar mudah dimengerti kode biner ini diubah untuk men-dirve LED 7-segment

dengan menggunakan komponen IC 74LS48. Dengan demikian, rangkaian ini dapat

menampilkan angka desimal yang sesuai. Pada rangkaiana ini dipakai LED 7-segment

Common katoda, dimana sebuah kutub katoda dari masing-masing LED segment-nya

terhubng menjadi satu dan dihubungkan dengan ground. Sedangkan masing-masing kutub

anoda dihubungkan dengan out put 74248 sesuai dengan fungsi masing-masing pin.

Page 21: tgs kendali diskrit

3.6 Driver seven segment

Tampilan satu buah seven segment dengan dekoder BCD memerlukan 4 bit untuk

menyalakan satu buah karakter, jika menggunkan tiga buah seven segmen maka diperlukan 12

bit. Hal tersebut dapat diatasi dengan metode multipleksing. Karena penampilan seven

segment akan menyala secara bergantian sesuai dengan pengalaman yang dilakukan.

Pengalaman dilakukan dengan cepat sehingga seolah-oleh menyala bersamaan. Kecepatan

kedip harus di atas frame mata manusia (22Hz). Rangkaian multipleksing seven segment

ditunjukkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 rangkaian multipleksing penampilan seven segment

Sebelum masuk ke driver seven segment, input logic yang dikirim oleh mikrokontroler

terlebih dahulu masuk ke IC ULN 2803. Dimana fungsi dari ULN 2803 adalah menguatkan

logicndari mikrokontroler menuju TR driver. Transistor TIP 31 yang bertipe NPN, jika pada

basis diberi logika high maka transistor akan on dan mengakibatkan seven segment menyala.

BAB IV

PEMBUATAN BENDA KERJA

Proses pembuatan benda kerja pada Tugas akhir ini lebih dulu dmulai dengan merinci

alat dan bahan yang dibutuhkan, serta merinci proses kerja. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah dalam proses pembuatan alat dan untuk meminimalisasi apabila ada kendala-

kendala yang timbul dalam pembuatan Tugas akhir ini, sehingga apabila terjadi kesalahan

dapat diketahui dengan cepat. Proses pembuatan untuk Tugas akhir ini terdiri atas beberapa

bagian.

Bagian-bagian tersebut adalah:

1. Pembuatan bagian elektronik

2. Pembuatan bagian mekanik

3. Pembuatan program

Masing-masing bagian mempunyai tujuan yang sama yaitu agar ketiga bagian yang

merupakan satu kesatuan sistem yang akan dibuat dapat saling merupakan satu kesatuan

Page 22: tgs kendali diskrit

sistem yang akan dibuat dapat saling melengkapi satu sama lain, sehingga tercipta suatu

sistem yang handal.

4.1 Pembuatan Bagian Elektronika

4.1.1. Alat dan Bahan Dalam Pembuatan Bagian Elektronika

Pada proses pembuatan benda kerja dibutuhkan bahan-bahan dan alat kerja sebagai

berikut :

4.1.1.1. Daftar Alat Dalam Pembuatan Bagian Elektronika

Pada proses pembuatan benda kerja bagian elektronik dibutuhkan peralatan dan

bahan-bahan untuk mendukung proses tersebut. Berikut ini daftar alat yang dibutuhkan

dalam proses pembuatan benda kerja bagian elektronik.

Tabel 4.1 Daftar alat dalam Pembuatan Bagian Elektronika

No Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah

1 Alat tulis (Kertas milimeter, spidol,

penggaris, penghapus, pensil)

- 1set

2 Bak Plastik - 1 buah

3 Cutter (pisau pemotong) Kenko A-300 1 buah

4 Kikir Instrumen Pipih dan bulat 1 buah

5 Mata Bor Ø0,8 mm danØ1

mm

1 buah

6 Mesin Bor PCB Kitani Mini Drill 1 buah

7 Multimeter Digital Heles Ux-838-TR 1 buah

8 Obeng (+,-) 0,5 cm 2 buah

9 Penyedot Timah Goot GS100 1 buah

10 Paku (Penitik PCB) - 1 buah

11 Palu Besi ½ kg 1 buah

12 Solder Goot,30W,220V 1 buah

13 Tang Jepit - 1 buah

14 Lem Tembak Mini Glue Gun 1 buah

Page 23: tgs kendali diskrit

GM-160

Tabel di bawah ini menunjukakan bahan-bahan yang dipergunaka dalam proses

pembuatan bagian elektronika.

Tabel 4.2 Daftar Bahan Pembuatan Bagian Elektronik

No Bahan Spesifikasi Jumlah/Ukuran

1 Papan Tembaga (PCB) Polos - 40 cm X35 cm

2 Larutan FeCl3 - 100 gr

3 Tinner Kupu-kupu 100 ml

4 Timah Solder Well smart 2 rol

5 Mur dan Baut - 20 Buah

6 Seven Segmen Common Katoda 3 Buah

7 Komponen-komponen - Sesuai Kebutuhan

Setelah alat-alat dan bahan-bahan dalm pembuatan rangkaian elektronik telah

disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan bagian elektronika yang tahap-

tahapnya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Rangkaian

2. Percobaan Sementara

3. Pembuatab PCB (Printed Circuit Broad)

4. Pemasangan Komponen

4.1.2. Perencanaan Rangkaian

Perancangan rangkaian dilakukan untuk mendapatkan rangkaian yang sesuai dengan

kebutuhan rancangan. Hal ini dilakukan dengan mencari data-data dan prinsip dasar serta

karakteristik dari tiap-tiap komponen. Setelah itu komponen-komponen tersebut dibuat skema

terlebih dahulu, setelah itu diimpllementasikan dalam sebuah rangkaian.

Page 24: tgs kendali diskrit

Gambar 4.1. Perencanaan rangkaian

4.1.3. Percobaan Sementara

Dalam Tugas Akhir ini akan dibuat sebuah sistem yang tentunya membutuhkan

rangkaian yang benar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk itu akan dilakukan

percobaan dan penelitian agar didapatkan rangkaian sesuai yang diharapkan. Setelah skema

dari rangkaian dibuat maka akan dilakukan percobaan terhadap rangkaian untuk mengetahui

apakah rangkaian sudah bekerja sesuai yang diharapkan. Setelah skema dari rangkaian dibuat

maka akan dilakukan percobaan terhadap rangkaian untuk mengetahui apakah rangkaian

sudah bekerja sesuai dengan yang kita harapkan. Pembuatan dilakukan dengan menggunakan

papan percobaan (protoboard) terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan tujuan apabila

terjadi kesalahan dalam rangkaian tidak bekerja sesuai yang diharapkan, maka komponen

akan mudah diganti. Setelah rangkaian bekerja sesuai dengan kebutuhan rangkaian, maka

akan dilanjutkan dengan pembuatan pola PCB.

4.1.4. Pembuatan PCB (Printed Circuit Broad)

Dalam proses pembuatan PCB dilakukan beberapa langkah. Langkah-langkah

pembuatan PCB adalah sebagai berikut :

1. Proses Pembuatan Jalur PCB

2. Proses Pelarutan PCB

3. Proses Pengeboran PCB

4.1.4.1 Proses Pembuatan Jalur PCB

Dalam pembuatan Jalur PCB ada beberapa langkah yaitu :

a. Merancang jalur rangkaian menggunakan program Protel 98 . Pola hasil

rancangan kemudian dicetak di kertas transparan dengan skala

1:1 Berikut gambar tampilan program Protel 98.

Gambar 4.2 Tampilan Pembuatan Jalur PCB power suplly

Page 25: tgs kendali diskrit

Gambar 4.3. Tampilan Pembuatan Jalur PCB mikrokontroler

Gambar 4.4 Tampilan Pembuatan Jalur PCB driver seven segment

Gambar 4.5. Tampilan Pembuatan Jalur PCB Relay Driver Dengan Transistor

Gambar 4.6 Tampilan Pembuatan Jalur PCB SSR

b. Memotong papan PCB sesuai dengan kebutuhan rancangan jalur PCB dan

membersihkan permukaan dari lemak dan kotoran.

c. Memindahkan jalur PCB yang telah dicetak pada kertas transparan ke

permukaan PCB dengan menggunakan teknik sablon.

4.1..4.2. Proses Pelarutan PCB

Tahap yang harus dilakukan dalam proses pelarutan adalah sebagai berikut:

a. Melarutkan papan PCB yang telah disablon dengan larutan feeri-cloridha (FeCl3).

Pelarutan ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan tembaga yang tidak diperlukan

dengan cara menggoyang-goyangkan papan PCB yang sedang dilarutkan serta terkena

sinar matahari langsung. Untuk mempercepat proses pelarutan maka digunakan air

hangat dalam proses pelarutan dengan menggunakan larutan ferri-cloride (FeCl3) yang

mempunyai konsentrasi yang pekat.

b. Setelah lapisan tembaga yang tidak diperlukan terlarut, maka langkah selanjutnya

adalah menghilangkan sablon dari rangkaian dengan menggunakan tinner. Kemudian

mencucinya dengan air sabun dan dikeringkan. Setelah ini, PCB telah jadi dan siap

untu digunakan.

4.1.4.3. Proses Pengorbanan PCB

Titik-titik untuk lubang kaki komponen pada PCB ditandai dengan menggunakan

penitik PCB agar dalam pengeboran akan lebih mudah. Untuk pengeboran dengan diameter

0,8 mm. Untuk lobang kaki komponen yang lebih besar menggunakan mata bor dengan

Page 26: tgs kendali diskrit

diameter 1 mm atau meyesuaikan dengan besarnya kaki komponen. Sedangkan untuk obang

tepi dudukan (spacer) menggunakan mata bor dengan diameter 3 mm.

4.1.4.4. Pemasangan Komponen Pada PCB

Sebelum komponen dipasang pada papan PCB, maka terlebih dahulu perlu dilakukan

pembersihan terhadap kaki-kaki komponen agar tidak ada kotoran yang menempel. Kotoran

yang menempel dapat menunggu proses penyolderan. Jika yang bersih dan mengkilap.

Adapun urutan proses penyolderan adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa hubungan antara jalur PCB untuk memastikan bahwa semua jalur

terhubung dengan baik, tidak ada jalur yang terputus ataupun terhubung singkat.

b. Memasang dan menyolder komponen pasif, dimulai dengan komponen yang lebih

tahan panas seperti tahanan. Pemasangan komponen harus sesuai dengan posisinya

masing-masing.

c. Memasang dan menyolder komponen-komponen aktif, dimulai dengan komponen

yang lebih tahan panas seperti dioda, kemudian komponen yang kurang tahan panas

seperti transistor dan IC. Perlu diperhatikan dalam proses pemasangan komponen

kaki-kakinya tidak boleh tertukar atau salah posisi.

d. Memasang dan menyolder soket untuk komponen-komponen yang memerlukannya,

seperti rangkaian terpadu (IC).

e. Memasang terminal pada input atau output komponen yang memrlukannya sehingga

akan memudahkan dalam penyambungan kabel antar rangkaian.

f. Memotong panjangn laki-laki komponen yang tersisa dan membersihkan sisa lemak

solder dengan tiner untuk mengurangi proses korosi pada jalur PCB.

Gambar 4.7. Contoh pemasangan komponen dan hasil penyolderan

4.2. Pembuatan Bagian Mekanik

Bendan kerja mekanik adalah berupa dudukan alat penggerak pintu portal, yang

terdiri dari motor dan reducer, serta dua buah box atau otak rangkaian yaitu satu

kotak yang digunakan untuk menempatkan rangkaian power suply, mikrokontroler,

driver relay serata rangkaian driver motor dan satu kotak lagi yang digunakan untuk

tempat driver 7 segment dan tiga buah sevent segment. Penempatan dari

keseluruhannya mempertimbangkan segi kemudhan pemakaian, keamanan serta

Page 27: tgs kendali diskrit

keindahan. Dalam pembuatan benda mekanik ini membutuhkan beberapa bahan dan

peralatan untuk mendukung prosses pembuatan. Berikut ini daftar alat dan bahan

yang dibutuhkan dalam proses pembuatan benda kerja adalah

Tabel 4.3 Daftar Alat Pembuatan Benda Mekanik

No Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah/Ukuran

1 Alat tulis

(Pensil, Penghapus, Spidol)

STAEDLER 1 Set

2 Palu - 1 Buah

3 Kunci Pas Silver Swallow 1 Set

4 Tang Jepit - 1 Buah

5 Gergaji - 1 Buah

6 Mesn Las - 1 Buah

7 Amplas - 1 Buah

8 Mesin Bor Hitachi 1 Buah

9 Mata Bor Ø 8 mm dan Ø

10mm

1 Buah

10 Obeng (+/-) 0,5 cm 2 Buah

Tabel 4.4 Daftar Bahan Pembuatan Bagian Mekanik

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah/Ukuran

1 Kotak Radio FM - 1 buah

2 Mur/Baut - 8 buah

3 Triplek - 25 cm X 60 cm

4 Cat Pylox RJ London 1 buah

5 Besi siku - 5 m

6 Plat besi 1mm - 70 cm X 50 cm

Page 28: tgs kendali diskrit

7 Motor 1 phase, ¾ hP JY 2B-4 1 buah

8 Reducer 1:60 WPA 50 1 buah

9 POLLY 8” dan 3” - 1 buah

10 Fillow block 20 mm - 1 buah

11 As Baja 20 mm - 1 buah

12 Gear 3 ” dan 12” (RS 60) 1 buah

13 Rantai RS 60 1 buah

14 Vanbelt Mitsubhisi 96 cm

15 Klem Besi - 12 buah

16 Cat Besi Avian 1 kaleng

17 Tinner Kupu-kupu 1 kaleng

4.2.1. Perencanaan Benda Kerja Mekanik

Pembuatan benda kerja mekani ini Terdiri dari 3 bagian, perencanaan dudukan

Motor dan Reducer, perencanaan kotak rangkaian yang digunakan untuk

menempatkan keseluruh rangkaian dan perencanaan seven segment yang digunakan

untuk menempatkan driver segment dan tiga buah seven segment.

4.2.1.1. Perencanaan Dudukan Motor dan Reducer

Perencanaan dudukan Motor dan Reducer dilakukan dengan memperhatikan

kemudahan dalam mengoperasiannya. Perencanaan dilakukan

Gambar 4.8 Desain Dudukan Motor dan Reducer

4.2.1.2. Perencanaan Kotak Rangkaian

Perencanaan kotak rangkaian disini adalah sebuah kotak yang digunakan untuk

menempatkan beberapa rangkaian kecil, yaitu rangkaian power suply,

mikrokontroler, driver relay serta rangkaian driver motor. Untuk memudahkan dalam

Page 29: tgs kendali diskrit

pembuatan, maka dalam pembuatan kotak rangkaian ini, menggunakan kotak Radio

FM yang telah di modifikasi sedemikian rupa dengan menambahkan beberapa

variasi.

Gambar 4.9. Desain tampilan box rangkaian tampak depan

Gambar 4.10 Desain tampilan box rangkaian tampak belakang

4.2.1.3. Kotak Seven Segment

Perencanaan kotak seven segmen yang digunakan untuk mendapatkan driver

seven segment, ini dilakukan dengan memperhatikan kemudahan serta kenyamanan

dalam pemasangan dilapangan. Oleh karena itu sangat diperhatikan penempatan dari

setiap rangkaian, dengan tentu saja tidak melupakan keindahan rancangan baik ddari

dalam maupun dari luar, sehingga kemasan tugas akhir ini menjadi lebih menarik.

Gambar 4.11 Desain box seven segment

4.2.2. Pembuatan Benda Kerja Mekanik

4.2.2.1. Pembuatan Dudukan Motor dan Reducer

Setelah merancang dudukan motor dan reducer yang akan dibuat, langkah

selanjutnya adlah sebagai berikut:

1. Memotong besi siku sebagai penyangga dan memotong plat besi sebagai

penutup dalam instalasi motor dan reducer sesuai dengan ukuran dan

keperluan.

2. Menempatkan motor dan Reducer, dengan posisi sedemikian rupa karena

mempertimbangkan faktor keindahan dan alokasi ruang yang dibutuhkan, agar

tidak banyak memakan tempat.

3. Menentukan bagian yang akan dilakukan pengeboran dan pengelasan,

kemudian dilakukan pengeboran dan pengelasan.

4. Merakit atau memasang perangkat mekanik sesuai fungsi masing-masing.

Page 30: tgs kendali diskrit

Gambar 4.12. Tampilan Dudukan Motor dan Reducer

4.2.2.2. Pembuatan Kotak Rangkaian

1. Menyiapkan kotak atau box radio FM yang akan digunakan sebagai kotak

rangkaian.

2. Setelah dilakukan perancangan dan telah menentukan tata letak PCB rangkaian

kemudian mengebor atau melubangi box untuk dudukan PCB dan untuk panel

kontrol. Proses pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan mata bor.

3. Menghitung trafo dan PCB rangkaian tersebut, kemudian menyekrup bagian tepi

dari PCB tersebut. Pada saat pemasangan rangkaian, posisi PCB diatur

sedemikian rupa sehingga PCB rangkaian yang terpasang tidak mengganggu

komponen yang lain. Disamping itu kabel penghubung dan komponen pelngkap

lainnya diatur sedemikian rupa agar segi keindahan dan kerapiannya tetap terjaga.

Gambar berikut memperlihatkan bentuk kotak rangkaian :

Gambar 4.13. Tampilan Kotak Rangkaian

4.2.2.3. Pembuatan Kotak Seven Segment

1. Memotong papan kayu atau tripek sebagai bodi kotak atau box sesuai

dengan bentuk dan ukuran masing-masing.

2. Menggabungkan papan sesuai dengan perencanaan, dengan cara memaku

atau dengan memberi mur lancip dikotak bagian belakang supaya dapat

dibongkar-pasang.

3. Membuat dudukan di dalam box untuk tempat rangkaian driver seven

segment dan tiga buah seve segment.

4. Mengecat box, sebelum dilakukan pengecatan, bok dihaluskan terlebih

dahulu dengan mengamplas supaya box tampak rapi dan cat dapat merekat

sempurna. Pengectan dilakukan dua kali untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

Page 31: tgs kendali diskrit

Gambar 4.14. Tampilan Kotak Seven Segment

4.2.3. Perakitan Alat

Rangkaian-rangkaian yang telah dibuat secara terpisah, kemudian akan

dirakit secara keseluruhan pada box rangkaian. Selanjutnya yang dilakukan

adalah memasang kabel penghubung pada bagian belakang panel meja kerja,

juga kabel-kabel lain yang digunakan untuk menghubungkan tiap-tiap bagian,

yaitu bagian dudukan motor reducer, bagian kotak seven segment dan bagian

kotak rangkaian. Kabel-kabel tersebut diatur sedemikian rupa agar kerapian

serta keindahan terjaga.

Berikut ini adalah hubungan antara tiap-tiap bagian :

Gambar 4.15. Hubungan dalam satu sistem

4.2.4. Pemberian Label Fungsi

Pemberian label fungsi dilakukan agar lebih memudahkan

pengoperasian sistem. Adapun langgkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Menempelkan label fungsi dan petunjuk pada bagian panel depan kotak

rangkaian utama mengunakan huruf gosok/rogos.

2. Melapisi bagian permukaan kotak yang telah diberi label fungsi dengan

menggunakan isolasi transparan agar label atau tulisan tidak mudah

terlepas.

3. Menempelkan petunjuk teknis penggunnaan alat box atau kotak utama

yang berguna untuk menginformaasikan cara penggunaan alat dengan

baik dan benar, sehingga tidak terjadi kerusakan alat karena kesalahan

dalam prosedur pemakaian.

4.3. Pembuatan Program

Dalam pwmbuatan Tugas akhir ini penggunaan perangkat lunak sangat

penting. Mengingat perangkat lunak digunakan untuk pengaturan dari

Page 32: tgs kendali diskrit

keselururuhan kerja sistem baik perangkat keras maupun perangkat lunak itu

sendiri. Langkah-langkah pembuatan program tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat diagram alir (flow chart) dari program yang dibuat

2. Membuat program menggunakan program assembler dengan referensi

diagram alir.

3. Mengkomplikasi program yang telah dibuat sampai tidak terjadi

kesalahan.

4. Pengisian program.

4.3.1. Pembuatan Diagram Alir

Dalam penyususnan diagram alir diusahakan dapat membagi proses yang

komplek menjadi sub program yang lebih kecil, sehingga pencarian kesalahan akan

lbih mudah. Selain itu akan akan memudahkan orang lain dalam membaca alir

program yang dibuat.

4.3.2. Pembuatan Program

Penulisan program dilaksanakan setelah diagram alir selesai dirancang.

Pemilihan editor teks disesuaikan dengan kebiasaan dan kesenangan. Penulisan ini

dilakukan menggunakan software Editor Teks.

4.3.3. Asembling dan Debuging

Asembling dan debuging merupakan proses penulisan kode mesin dari

hasil asembling (berupa file berformat HEX) kedalam memori program flash

mikrokontrole. Proses ini dilakukan menggunakan perangkat programmer

(hardware) beserta software programernya, yaitu menggunakan antarmuka

ISP beserta software ISPnya.

Perangkat yang dibutuhkan dalam pengisian Flash AT89S51, adalah:

1. Catu daya 5 volt

2. Rangkaian ISP (in system programming).

3. Rangkaian mikrokontroler AT89S51

4. PC dengan sistem operasi MS Windows

5. Perangkat lunak pemrograman

6. Kabel ISP dengan konektor DB-9 untuk komunikasi PC dengan

ISP.

Urutan cara pengisian program kedalam program flash AT89S51 adalah sebagai berikut:

1. Pasang IC AT89S51 rangkaian sistem minimum.

2. Pastikan kabel ISP telah terhubung dengan PC

Page 33: tgs kendali diskrit

3. Hubungan pin-pin yang diperlukan sesuai dengan keperluan outputan dengan

rangkaian AT89S51

4. Berikan catu daya 5 volt pakai masing-masing rangkaian.

5. Siapkan program yang telah dibuat.

6. Jalankan perangkat lunak pemrograman.

Program yang dimasukan adalah:

ALL PROGRAM

Dttimer equ 1000

strobe bit P2.0

ack bit p2.1

busy bit P2.2

portData equ P0

dirmtr bit p0.0

upjummtr bit p3.0

dwnjummtr bit p3.1

upportal bit p3.2

dwnportal bit p3.3

printdt bit p3.4

pwrmtr bit p3.6

mtrdir bit p3.7

hitmsec equ 0bh

Dly equ 0ch

IdxBfrdisp equ 0dh

maxbfrd equ 0eh

temp equ 0fh

jummtr1 equ 10h

jummtr2 equ 11h

dlytmbl equ 12h

revdt bit 20h.0

strsnd bit 20h.1

keyp bit 20h.2

onrun bit 20h.3

mtrup bit 20h.4

Page 34: tgs kendali diskrit

mtrdwn bit 20h.5

Isdwn bit p2.7

Isup bit p2.6

jummtr equ 08h

Ttlmtr equ 09h

IdxScan equ 0h

jmp Main

org 0bh

jmp Tmr0Int

org 30h

Start: mov ttlmtr,#0

mov jummtr,#0

mov th0,#highndttimer

mov th0,#low dttimer

setb tr0 ;timer u scaning 7 seg dan cek Limit Sw

Main: jb upjummtr,cetmbl2 ;jika tombol up motor ditekan

Call IncjumMtr ;naikkan dng 1 variabel jum motor

setb onrun

jmp main

cetmbl2: jb dwnjummtr,cetmbl3 ;jika tombol portal up ditekan

Call DecJumMtr ;kurangi dng 1 var jum motor

clr keyp

setb onrun

jmp main

cetmbl3: jb unportal,cetmbl4 ;jika tombol portal ditekan

setb mtrdwn ;gerak turun motor

setb mtrdir

setb pwrmtr

setb onrun

jmp main

cetmbl4: jb dwnportal,cetmbl5 ;jika tombol print total ditekan

setb mtrdwn ;gerak turunkan motor

clr mtrdir

setb pwrmtr

Page 35: tgs kendali diskrit

setb onrun

jump main

cetmbl5: jb Printdt,cetmbl6 ;jika tombol print total ditekan

setb onrun

Call PrtTtlStruk ;cetak total print

Cetmbl6: jmp main

;---------------Scanning 7 segment -----------------------------------

D7seg: mov a,@r0 ;ambil data bcd di mem r0

;jz endscan

anl a,#0fh

push acc

mov a,idxscan ;idxscan idxscaning seg

anl a,#0fh

swap a

pop b

orl a,b

mov p2,a

mov R5,#06

call delay

dec idxscan

inc r0

cjne r0,#034h,D7seg

mov r0,#031h

mov idxscan,#0

endscan:

ret

;--------------------------------------------------------

Tmr0Int: mov th0,#high dttimer

Mov tl0,#low dttimer

djnz dlytmbl,wtdlytmbl

mov dlytmbl,wtdlytmbl

jnb mtrup,nowtlsup ;jika mtr gerak keatas cek posisi Isup

clr pwrmtr ;jika Isup tertekan matikan motor

Page 36: tgs kendali diskrit

clr mtrup

jmp wtdlytmbl

nowtlsup: jnb mtrdwn,nowtlsdwn ;jika motor tdk gerakturun

jb Isdwn,nowtlsdwn

clr pwrmtr

clr mtrdwn

jmp wtdlytmbl

keypressd: setb keyp

wtdlytmbl: djnz hitmsec,norstdis

clr tr0

;setb strsnd

Mov hitmsec,#02

Call D7Seg ;tampilkan 7 segment

cjne a,maxbfrd,norstdis ;sampe 3digit

mov idxscan,#04h

mov idxbfrdisp,#032h

norstdis:

setb tr0

;setb strsnd

reti

;=======================================================

IncjumMtr: mov a.jummtr1

clr c

add a,#01

da a

mov jummtr1,a

jnc extup1

mov a,jummtr2

clr c

add a,#099h

da a

mov jummtr1,a

jc extdwn1

mov a,jummtr2

Page 37: tgs kendali diskrit

clr c

add a,#099h

da a

mov jummtr2,a

extdwn1: Call SvBfrDisp

ret

;===================================================

SvBfrDisp mov a,jummtr1

anl a,#0fh

mov 34h,a

mov 33h,a

mov a,#0fh

mov 32h,a

ret ;

;===================================================

Printchar:

setb strobe

mov portData,a

setb busy

jb busy,$

mov portData,a

setb strobe

nop

nop

nop

nop

nop

nop

nop

clr strobe

nop

nop

nop

nop

Page 38: tgs kendali diskrit

nop

nop

nop

Setb strobe

nop

nop

nop

nop

nop

nop

nop

setb busy

jb busy

nop

nop

jb ack,$

jnb ack,$

mov r5,#0200

call delay

ret

;--------------------------------------

PrnStr move a,@a+dptr

jz endprnstr

call PrintChar

inc dptr

jmp prnstr

endprnstr; ret

PrnStruk: mov dptr,#dprn1

ov a,#0

call Prnstrm

mov dptr,#dprn2

mov a,#0

call Prnstr

mov a,jummtr

Page 39: tgs kendali diskrit

swap a

anl a,#0fh

Call PrintChar

mov a,jummtr

anl a,#0fh

Call PrintChar

mov dptr,#dprn4

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn5

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn6

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn7

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn8

mov a,#0

call Prnstr

ret

dprn1 : db ‘*Selamat Datang*’,0

dprn2 : db ‘Parking Area’,0

dprn3 : db ‘No:’,0

dprn4 : db ‘Struk ini sebagai tanda bukti parkir. Tunjukan struk ini pada saat anda

meninggalkan area parkir. Mohon di perhatikan.’,0

dprn5 : db ‘Terima Kasih....’,0

dprn6 : db ‘_________________________________________’,0

dprn7 : db ‘PSD III .FAKULTAS TEKNIK UNDIP SEMARANG’,0

dprn8 : db ‘Jl.Prof.Sudarto,Tembalang’,0

;---------------------------------------------

PrnTtlStruk: mov dptr,#dprn1

mov a,#0

Page 40: tgs kendali diskrit

call Prnstr

mov dptr,#dprn2

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn9

mov a,#0

call Prnstr

mov a,Ttlmtr

swap a

anl a,#0fh

Call PrintChar

mov a,Ttlmtr

anl a,#0

Call PrintChar

mov dptr,#dprn10

mov a,#

call Prnstr

mov dptr,#dprn11

mov a,#

call Prnstr

mov dptr,#dprn6

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn7

mov a,#0

call Prnstr

mov dptr,#dprn8

mov a,#0

call Prnstr

ret

dprn9: db ‘Total:’,0

dprn10: db ‘Struk ini sebagai tanda bukti parkir. Total jumlah pengguna area parkir

dalam hari ini.’,0

dprn11: db ‘Terima Kasih....’,0

Page 41: tgs kendali diskrit

;--------delay

Delay: mov r6,#0ffh

wait: djnz r6,$ ;

djnz r5,wait

ret

;--------delay

DlyR7: mov r5,#0ffh

mov r6,#0ffh

WDlyR7: dinz r6,$

djnz r5,WDlyR7

djnz r7,DlyR7

ret ;

end

BAB V

PENGUJIAN DAN PENGUKURAN

Pengujian pada Tugas Akhir ini membahas tentang tujuan, alat dan bahan yang

digunakan, proses pengujian dan pengukuran pada rangkaian sistem.

5.1 Tujuan

Page 42: tgs kendali diskrit

Pengujian alat/benda kerja bertujuan untuk mendapatkan data-data spesifikasi

dari alat yang dibuat. Sehingga pada saat terjadi kesalahan atau kerusakan dapat

ditanggulangi dengan cepat dan murah. Selain tujuan tersebut,pengujian juga

dilakukan untuk :

1. Memastikan bahwa alat tersebut dapat bekerja sebagaimana mestinya

2. Mengetahui apakah komponen – komponen bekerja sesuai dengan

fungsinya

3. Dapat menarik kesimpulan dari pengujian dan pengukuran yang

dilakukan

5.2 Alat dan Bahan yang Digunakan

Peralatan dan bahan digunakan untuk memudahkan proses pengujian guna

mendapatkan data-data spesifikasi alat. Alat dan bahan tersebut adalah sebagai

berikut

1. Multimeter analog :1 buah

2. Multimeter digital :1 buah

3. Kabel penghubung :2 meter(5x@0,5)

5.3. Proses Pengujian dan Pengukuran

5.3.1 Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pembuka pintu portal

dan sistem penghitung dapat bekerja dengan baik dan sebagaimana mestinya.

Pengujian ini dilakukan dengan memasang pada rangkaian mikro controller dan

memberi tegangan 5 volt dan melihat apakah rangkaian dapat bekerja lalu di

lakukan pencatatan.

5.2.1 Pengukuran

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa rangkaian adalah sebagai

berikut:

Page 43: tgs kendali diskrit

1. Mempersiapkan rangkaian catu daya, mikrokontroler, driver motor, driver

seven segment.

2. Mempersiapkan semua peralatan yang digunakan dan memastikan berada

dalam kondisi normal.

3. Melakukan pengujian masing masing fungsi tombol .

4. Mengukur tegangan pada titik-titik tertentu.

5. Mencatat hasil yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Pengujian dan pengukuran dilakukan secara urut dan bertahap pada semua

bagian dengan memulainya dari yang palig sederhana dengan tujuan menghindari

kesalahan sejak awal.

5.3.3 Rangkaian Pengujian dan Pengukuran

1 Rangkaian Catu Daya

Gambar 5.1 Titik pengujian pada bagian CATU DAYA

Data hasil pengukuran yan diperoleh:

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Catu daya Dengan Multimeter

No

.

Titik Pengukuran Tegangan

1 Tp 1 214

2 Tp 2 8.25

3 Tp 3 13.26

4 Tp 4 5.06

5 Tp 5 5.05

6 Tp 6 5.04

7 Tp 7 13.06

Page 44: tgs kendali diskrit

2. Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Seven Segment

Gambar 5.2 Titik pengujian pada Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Seven Segment

Pada rangkaian ini dilakukan pengujian pada saat seven segment menunjukan angka 158. Data

hasil pengukuran pada mikrokontroler adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran mikrokontroler AT 89S51 Dengan Multimeter

No.Port

AT 89S51

Pin

AT 89S51Tegangan No.

Port

AT 89S51

Pin

AT 89S51Tegangan

1 P1.0 1 3.36 21 P2.0 21 5

2 P1.1 2 0.04 22 P2.1 22 5.03

3 P1.2 3 1.69 23 P2.2 23 5.03

4 P1.3 4 1.71 24 P2.3 24 5.03

5 P1.4 5 1.25 25 P2.4 25 5.03

6 P1.5 6 1.24 26 P2.5 26 5.03

7 P1.6 7 1.25 27 P2.6 27 5.03

8 P1.7 8 0.18 28 P2.7 28 5.03

9 Reset 9 0.01 29 PSEN 29 5.05

10 P3.0 10 5.03 30 ALE 30 1.68

11 P3.1 11 5.03 31 EA/VPP 31 5.05

12 P3.2 12 5.03 32 P0.7 32 5.05

13 P3.3 13 5.03 33 P.6 33 5.05

14 P3.4 14 5.03 34 P.5 34 5.04

Page 45: tgs kendali diskrit

15 P3.5 15 5.03 35 P.4 35 5.04

16 P3.6 16 0.02 36 P.3 36 5.04

17 P3.7 17 0.44 37 P.2 37 5.04

18 XTAL2 18 2.28 38 P.1 38 5.04

19 XTAL1 19 2.10 39 P0.0 39 5.04

20 Gnd 20 0.01 40 VCC 40 5.04

Tabel 5.3 Hasil Pengukuran TIP 31 Dengan Multimeter

TR 1

(Volt)

TR2

(Volt)

TR3

(Volt)

B C E B C E B C E

Teg 15.9 7.6 13.4 13.01 7.52 13. 13.08 7.4 13.51

Tabel 5.4 Hasil Pengukuran ULN 2803 Dengan Multimeter

Pin ULN 2803Tegangan

(volt)

1 0.18

2 1.24

3 1.24

4 1.25

5 0.01

6 0.01

7 0.01

8 0.01

9 0.01

10 12.8

11 1

Page 46: tgs kendali diskrit

12 1

13 1

14 1.1

15 9.2

16 9.2

17 9.2

18 1.4

Tabel 5.5 Hasil Pengukran driver 74248 Dengan Multimeter

Input Out Put

A B C D a b c d e f g

7 1 2 6 13 12 11 10 9 15 14

Teg. 3.37 0.04 1.70 1.70 1.88 1.83 0.20 1.91 3.55 1.88 1.91

3. Ragkaian Mikrokontroler Dan Driver Motor

Gambar 5.3 Titik pengujian pada Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Motor

Tabel 5.6 Hasil Pengukuran pada Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Motor

Arah

putaran

motor

Titik pengujian

(Volt)

Daerah pengujian 1

(pin moc 3041)

(Volt)

Port Pada

AT 89S51

(Volt)

TP1 TP2 TP3 1 2 4 6 25 26

KANA 0.44 0.44 13.7 1.15 0.04 5.4 7.2 VAC H H

Page 47: tgs kendali diskrit

N

KIRI 0.44 0.0 0.0 1.15 0.04 5.5 7. VAC5 L H

Keterangan motor:

Pada saat tombol up portal ditekan maka tegangan motor adalah : 203 V, dan saat portal

menyentuh limit switch maka tegangan motor menjadi 0V. Demikian juga bila tombol down

portal ditekan maka tegangan motor adalah : 203 V, dan sat portal menyentuh limit switch

maka tegangan motor menjadi 0V.

Perhitungan kecepatan motor

Putaran motor = 1420 r.p.m

Output motor dipasang pulley 3” dan pada input gear box di pasang pulley 8”, sehingga

dapat di peroleh perbandingan 3:8, maka putaran untuk input gear box menjadi 1420 X 3/8 =

532,5 rpm. Input putaran pada gear box kemudian diperlambat dengan perbandingan 1:60,

maka output putaran dari gear box menjadi 532.5 X 1/60 = 8,875 rpm. Pada output gear box

dipasang sebuah gear 3”(12 gerigi) yang akan dihubungkan dengan gear 12” (53 gerigi) yang

terpasang pada titik tumpul pada portal,sehingga terdapat sebuah perbandingan lagi yaitu

perlambatan dari gear 3” ke gear 12” dengan perbandingan 12:53, sehingga putaran pada gear

12” menjadi 8,875 X 12/53 = 2,009 rpm. Maka dapat dibulatkan menjadi 2 putaran permenit,

jika ingin mengatur agar gerakan pintu portal hanya 60 drajjat maka dapat dihitung sebagai

berikut :

Gambar 5.4 skema lebar sudut bukaan pintu portal

5.4. Spesifikasi Benda Kerja

Spesifikasi alat dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Nama alat : Pembuka pintu portal semi otomatis dilengkapi

dengan sistem penghitung kendaraan bermotor

dengan tampilan seven segment dan print out.

2. Motor AC: Tipe JY2B-4 singg=le phase ¾ HP, 1420 rpm

Page 48: tgs kendali diskrit

3. Seven segment : Tipe katoda (ukuran 8x5 cm)

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan telah

menyelesaikan penyusunan laporan tugas ini. Dari tugas akhir yang berjudul

“APLIKASI MIKROKONTROLER AT 89S51 SEBAGAI ALAT PENGHITUNG

DENGAN TAMPILAN SEVEN SEGMENT PADA SISTEM PARKIR DI

KOMPLEK KAMPUS D III FT.UNDIP” ini dapat kita ambil kesimpulan sebagai

berikut

1.Sistem penghitungan pada tugas akhir ini menggunakan Mikrokontroler

AT89S51 sebagai pusat pencacah atau penghitung data, yang bekerja secara

semi otomatis. Dimana diperlukan seorang operator untu memasukkan data

dalam hal ini data berupa kendaraan bermotor. Operator hanya bertugas

menekan tombol sw up jika ada kendaraan yang masuk dan menekan sw down

jika ada kendaraan yang keluar, kemudian inputan dari tombol tersebut akan di

respon oleh mikrokontroler yang bertugas sebagai pencacah atau penghitung

yang kemudian hasil pencacah akan ditampilkan melalui seven segment.

2.Dengan menggunakan Mikrokontroler AT89S51 memudahkan untuk merubah

progam ataupun menambahkan progam bilaingin memodifikasi sistem

penghitung sesuai dengan kebutuhan yang kita inginkan.

6.2 Saran

Untuk melengkapi kesempurnaan alat ini maka penyusun menyarankan :

Page 49: tgs kendali diskrit

1.Sebelum menghubunkan Mikrokontroler AT 89S51 dengan inputan dan

outputnya, sebaiknya dilihat dulu spesifikasi dari Mikrokontroler AT89S51

tersebut dangan mempelajari data sheetnya. Sehingga tidak terjadi kesalahan-

kesalahan yang tidak diinginkan yang akan berakibat fatal.

2.Sebaiknya diberi tambahan berupa print out sebagai bukti pencacahan

kendaraan, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

3.Jika terjadi kerusakan atau kegagalan program pada Mikrokontroler AT89S51

akan mudah terdeteksi dengan bantuan adapter sebagai interface progam pada

komputer.

4.Sebelum mengoperasikan alat sebaiknya dilakukan pengecekan terlebih dahulu,

untuk menghindari kegagalan dalam proses pencetakan.

Dalam penyusunan tugas akhir ini masih kurang dari sempurna, untuk itu

diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Jika ada kekurangan

ataupun kesalahan ataupun kesalahan dalam penyusunan tugas akhir ini penyusunan mohon

maaf sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Budioko totok.2005. Belajar dengan mudah dan cepat pemrograman bahasa C dengan SDCC

(small device C compiler) pada mikrokonroler AT89X051/ AT89S51/52 teori simulasi dan

aplikasi. Yogyakarta: gava media

Eko Putra, agfianto.2002.Belajar mikrokontroler AT89S51/52/55 (teori dan aplikasi).

Yogyakarta: gava media

Malvino, Albert Paus. 1979.Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga

Setiawan,sulham.2006. Mudah dan menyenangkan belajar mikrokontroler.Yogyakata :ANDI

Suryono.2005. mikrokontroler oleh ISP MCS-51 generasi terbaru in-system programable

tanpa menggunakan down-loader AT89S51/52/53 dan AT89S8252. Semarang: UNDIP

Page 50: tgs kendali diskrit

Wasito.1998. Vandemekum Elektronika. Jakarta: Elek Media Komputindo

Yudiono,K S. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Ilmiah.Semarang: UNDIP

http://www.data_sheet.com