Tgs Hiperkes 2015 - Copy

29
KUNJUNGAN HIPERKES DAN K3 TENTANG HIGIENE INDUSTRI PADA PT. KARMA MANGGALA YUDHA KELOMPOK 1 DI SUSUN OLEH : 1. dr. Agung Alit D.K. 2. dr. Andri Changat 3. dr. Genni Putrianti 4. dr. Ni Putu Indra Dewi 5. dr. Indri Septiany Utami 6. dr. Pramita Yuli Andini 7. dr. Giovanni Duandino 8. dr. Christopher R.P. Siagian 9. dr. Siti Nasirah Binti A.S. 10. dr. Ayu Ningtyas Nugroho PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA PERIODE 8 Juni 2015 - 15 Juni 2015

description

n bnhvhfchgcfghvh

Transcript of Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Page 1: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

KUNJUNGAN HIPERKES DAN K3 TENTANG HIGIENE INDUSTRI PADA PT. KARMA MANGGALA YUDHA

KELOMPOK 1

DI SUSUN OLEH :1. dr. Agung Alit D.K.2. dr. Andri Changat3. dr. Genni Putrianti4. dr. Ni Putu Indra Dewi5. dr. Indri Septiany Utami6. dr. Pramita Yuli Andini7. dr. Giovanni Duandino8. dr. Christopher R.P. Siagian9. dr. Siti Nasirah Binti A.S.10. dr. Ayu Ningtyas Nugroho

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA

PERIODE 8 Juni 2015 - 15 Juni 2015

JAKARTA

Page 2: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang

aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta

bebas dari pencemaran lingkungan yang bertujuan agar produktivitas tenaga kerja

meningkat sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa

maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu

proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya

berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata

untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja secara maksimal.

Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin pesat

sejalan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah mendorong

meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi ini telah

mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi

modern dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan

industri ini memberikan dampak yang positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan

yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses industrialisasi dengan sendirinya

akan memperbesar risiko bahaya yang terkandung dalam industri, timbulnya Penyakit

Akibat Kerja (PAK) dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.

Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam

ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja

memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun

sosial, dengan usaha-usaha promotif, preventif dan kuratif terhadap penyakit-

Page 3: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Higiene perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta

prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab

penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui

pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada

lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar

suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

Pada tanggal 11 Juni 2015, kami telah melakukan kunjungan ke PT. KARMA

MANGGALA YUDHA yang bergerak di bidang pembangunan untuk melakukan

studi banding dan pengamatan higiene industri terhadap hazard dan manajemen

higiene serta penerapannya di lingkungan kerja PT. KARMA MANGGALA

YUDHA.

1.2. DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengetahui

Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan

Kebersihan Serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

5. Permennakertrans No.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

dan Kimia di Tempat Kerja.

6. Kepmen RI No. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.

Page 4: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

7. Permen Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta

Penerangan dalam Tempat Kerja.

1.3. PROFIL PERUSAHAAN

Nama Perusahaan : PT. Karma Manggala Yudha

Awal Tahun Berdiri : 1983

Memulai Produksi : 1983

Diresmikan : 1983

Lokasi: Jl. Jendral Ahmad Yani Kav. 49 Jakarta Pusat 

Jumlah Pekerja : 600 pekerja lepas kontrak

Sektor Usaha: Sipil, arsitektur, mechanical, dan electrical serta proyek-proyek

High Rise Building seperti apartement dan lain-lain.

Jam Kerja : 08:00 – 16:00 WIB disertai waktu lembur yang dibagi 2 shift di

luar jam kerja

Asuransi Pegawai : BPJS ketenagakerjaan

Kelembagaan P2K3 : Saat ini belum ada akan tetapi hanya terdapat petugas

safety.

1.4. ALUR PRODUKSI

Penyerahan lahan

Pengukuran lahan

Penggalian dan penanaman pondasi

Pengecoran dan pembangunan struktur

Finishing dan pemasangan hydrant

Kembali ke pihak developer

Page 5: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

1.5 LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya

yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif

& kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya

dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih

lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari

akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat

kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang menjadi

ruang lingkup higiene industri diantaranya adalah:

1. Penyediaan air

2. Tempat kerja

3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan

4. Perlengkapan fasilitas sanitasi

5. Pembuangan dan pengendalian limbah

B. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA

1. Faktor Fisika

a. Suara Bising

Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan menjengkelkan maupun

merusak pendengaran dan terkadang hal ini sangat individual (Eyaanoer, 1997)

Page 6: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan intensitas

85dB, maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan dengan intensitas 88 dB

maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari dengan demikian setiap kenaikan 3 dB

maka waktu pemajanannya berkurang setengahnya. Telinga manusia hanya mampu

mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz.

Jenis-jenis kebisingan :

1) Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state, wide band noise).

Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steady state, narrow

band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.

3) Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas pesawat terbang.

4) Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan, tembakan bedil

atau meriam dan ledakan.

5) Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Akibat paparan kebisingan.

Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam seminggu

maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi pendengaran yang dapat

terjadi secara sementara atau permanen.

Page 7: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Pengukuran kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level

meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari 20-

20.000Hz.

b. Pencahayaan.

Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang

dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya

dapat diukur dengan Luxmeter.

Sifat-sifat pencahayaan

1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis pekerjaan.

2. Pencegahan kesilauan.arah sinar

3. Warna

4. Panas cahaya.

Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan

1. Iritasi, mata berair dan mata merah.

2. Penglihatan ganda

3. Sakit kepala

4. Ketajaman mata menurun.

5. Akomodasi dan konvergensi menurun.

c. Iklim dan suhu.

Page 8: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.

Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah yang

signifikan pada tenaga kerja sebelum atau sesudah terpapar panas yang memperburuk

kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus akan merespon dengan

beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi dengan

tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun

apabila paparan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kelelahan dan akan

menyebabkan timbulnya efek “heat stress” (ErwinD 2004).

Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan fisik

tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan

menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe

Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.

NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja adalah sbb:

1) Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan dalam 8

jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius dan berat 25

derajat celsius.

2) Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan dalam 8 jam

sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat celsius dan berat 27,9

derajat celsius.

3) Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan dalam 8 jam

sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat celsius dan berat 30

derajat celsius.

d. Getaran

Page 9: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran

lengan/tangan (handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui

kaki (tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat

pengangkut seperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-tangan adalah getaran

yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor tangan, dan

gergaji listrik.

Tiga aspek penting pada getaran :

a. Level (m/dr2)

b. Frekuensi (Hz)

c. Lama pemarapan (jam)

Efek getaran :

a. Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan white

finger serta kelainan otot rangka.

b. Whole body vibration menyebabkan getaran pada alat-alat dalam sehingga dapat

menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangguan penglihatan.

c. Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.

Pengukuran getaran :

Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration acceleration meter.

e. Radiasi

Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi :

1. Radiasi pengion : alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.

Page 10: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

2. Radiasi non pengion : UV, IR, ultrasound dan mikorowave.

Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:

1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung dosis.

Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.

2. Efek nonstokastik: tergantung frekuensi dan dosis. Contoh: katarak, kerusakan

nonmalignan kulit.

Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter personal.

2. Faktor Kimia

a. Bahan-bahan kimia:

Fume (asap) :

Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas yang biasanya

sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.

Gas :

Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri, melainkan mengisi

ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.

Uap:

Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat padat atau zat lain

yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.

Kabut

Debu

b. Efek-efek bahan kimia

Iritasi

Page 11: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Reaksi alergi: flour, garlic powder.

Asfiksia

Kanker

Efek sistemik: otak, peripheral nervous system, pembentukan sel darah, ginjal, paru.

Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan risiko keselamatan

kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari bahan kimia yang mudah tebakar

dan meledak seperti pelaruh organik atau gas-gas yang kontak dengan sumber api.

c. Pengukuran

Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor yang prinsip

kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-bahan kimia di udara, dan

kemudian bereraksi dengan reagen yang sudah tesedia di dalam tabung detektor

sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan kuantitas.

Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi, presipitasi,

sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut imprengen, prinsip kerjanya

adalah debu dihisap dan mengalami imprengemen dan sejumlah debu dihitung di

bawah mikroskop.

d. Nilai ambang batas.

NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997 tentang NAB

faktor kimia di udara lingkungan kerja.

Kategori nilai ambang batas:

1. NAB rata-rata selama jam kerja.

2. NAB pemaparan singkat.

3. NAB tertinggi

Page 12: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

e. Pengendalian

1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang: nama

bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek paparan, cara

penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.

2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat

oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik dan

kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap

kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan nomer

telepon pabrik pembuat atau distributor.

3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban

melakukan identifikasi bahaya, melaksanakan prosedur kerja aman, penganggulangan

keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang kimia.

3. Faktor Biologi

Potensi bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja yang disebabkan oleh

adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.

Bahaya biologi meliputi:

- Infeksi akut dan kronis

- Parasit

- Produk toksik.

- Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.

- Irritan.

Klasifikasi faktor biologi meliputi:

Page 13: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya.

2. Arthropoda. Contoh: Crustacea

3. Alergen dan toksik tanaman.

4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma.

5. Protein alergen dari hewan vertebrata.

6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melalui urin, feses, rambut dan saliva.

Cara masuk biological agent ke dalam tubuh melalui:

1. Inhalasi

2. Ingesti.

3. Kontak kulit.

4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut.

Page 14: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

Dikarenakan keterbatasan waktu dan izin untuk masuk ke area kerja maka, dalam bab ini

hasil pengamatan disusun menjadi satu kesatuan tempat kerja.

A. Faktor Fisika

1. Bising

Secara umum pada saat kunjungan dilakukan, tidak terasa adanya kebisingan yang

cukup mengganggu.

2. Penerangan

Sumber penerangan berasal dari sumber alami (matahari) dan sumber buatan

(lampu neon) yang dihidupkan sesuai kebutuhan, namun nilai intensitas

pencahayaan belum pernah diukur. Tidak ditemukan permasalahan pada

penerangan.

3. Getaran

Menurut petugas yang mengawasi pekerjaan tidak adanya permasalahan dengan

getaran, tetapi tidak dapat dilihat secara langsung dikarenakan keterbatasan izin

untuk memasuki wilayah kerja.

4. Radiasi

Menurut hasil pengamatan terdapat paparan radiasi dari cahaya matahari yang

langsung mengenai badan pekerja apabila pekerja bekerja pada pagi sampai sore

hari.

5. Iklim kerja

Page 15: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Saat dilakukannya pengamatan dilokasi kerja, pekerja terpapar oleh matahari

langsung dikarenakan bekerja pada konstruksi bangunan yang terdapat diluar

ruangan. Suhu ditempat kerja terasa sangat panas saat siang hari.

B. Faktor Kimia

Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang berkaitan

dengan faktor kimia. Pada tahap finishing, akan diadakan proses pengecatan, yang

menggunakan cat dinding yang mengandung bahan kimia.

C. Faktor Biologi

Beberapa kemungkinan terdapatnya faktor – faktor bahaya biologi yaitu :

Kemungkinan terdapatnya jentik nyamuk di beberapa tempat karena adanya genangan

air.

Pemeriksaan kesehatan hanya dilakukan pada awal masuk kerja dan tidak dibarengi

oleh pemeriksaan kesehatan secara berkala

D. Kebersihan

Daerah kerja tampak sampah yang berserakan.

Berdasarkan keterangan dari perwakilan K3 di perusahaan tersebut terdapat

bedeng pekerja yang berkapasitas 1000 orang pekerja, bedeng tersebut terdiri

dari empat bangunan, 24 MCK dan 4 kamar mandi bersama.

Sumber air yang dipakai untuk mandi berasal dari air yang digali dari kedalaman

30-40 meter dari permukaan tanah. Air tersebut dikatakan lebih bersih dari air

PAM.

Page 16: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Dalam hal sanitasi makanan tidak diketahui sumber dan cara pengolahan

makanan tersebut. Namun, menurut keterangan dari perwakilan dari K3 bagian

konsumsi pekerja dikoordinir oleh mandor pekerja masing-masing. Sedangkan

untuk air minum pekerja membeli sendiri. Berdasakan pengamatan terdapat

warung terbuka untuk pekerja, keadaan di sekelilingnya terdapat tumpukan bahan

untuk kerja dan terdapat beberapa sampah tersebar.

E. Petugas Higiene Industri

Sebagaimana disampaikan oleh pihak K3 perusahaan dalam hal petugas higiene

industri, setiap seminggu sekali dilakukan pembersihan seluruh area bedeng tempat

tinggal pekerja dan juga lokasi kerja.

Menurut laporan petugas K3 perusahaan, PT ini mempunyai petugas higiene yang

terdiri dari dua orang pada setiap unit bedeng. Bedeng tempat tinggal pekerja terdiri

dari 4 unit bedeng dan setiap harinya masing-masing petugas membersihkan bedeng

tempat tinggal. Perusahaan ini juga menyediakan MCK yang terdiri dari 24 unit.

Masing-masing unit MCK mempunyai dua petugas kebersihan. Setiap satu minggu

sekali perusahaan ini mengadakan program general cleaning yang dilakukan oleh dua

petugas harian tetap dan empat petugas tambahan dari tiap unit.

Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang berkaiatan

dengan petugas higiene industri.

F. Pengolahan Limbah

1. Limbah cair

Page 17: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

Limbah cair pada perusahaan ini merupakan limbah hasil rumah tangga, kemudian

diolah menggunakan teknologi yang disebut Biotech sehingga hasil dari limbah

tersebut tidak mencemari lingkungan.

2. Limbah padat

Perusahaan ini menghasilkan limbah padat berupa plastic, besi-besi dan kayu-kayu.

Untuk limbah plastic ada mobil yang mengangkut keluar, khusus untuk limbah besi

diolah sendiri kemudian didaur ulang kembali dengan dijual ke PT Pulogadung

Steel.

3. Limbah B3

Tidak terdapat limbah B3 pada perusahaan ini.

Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang berkaiatan

dengan pengolahan limbah.

Page 18: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

BAB III

PEMECAHAN MASALAH

Unit kerja Permasalahan Pemecahan Saran

Sanitasi perusahaan

1. Alat mandi Menyediakan alat mandi standar

Minimal sabun dan pasta gigi

2. Sumber/ hygiene makan dan minuman pekerja

Menyediakan kantin atau catering yang jelas kebersihannya

Menu standar mencukupi gizi (nasi , lauk, sayur,buah)

3. Tempat cuci tangan

Menyediakan wastafel

Ditempatkan dibeberapa tempat tiap unit wastafel

Pengecoran dan

pembangunan

struktur

Iklim Memberikan istirahat setiap 2 atau 3 jam sekali agar pekerja tidak kelelahan dan diberikan air minum pada setiap pos pekerja agar pekerja dapat asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.

Pengecoran dan

pembangunan

struktur

Radiasi Memberikan pakaian lengan panjang, helm, sarung tangan dan sepatu agar seluruh bagian tubuh pekerja tidak terpapar langsung dengan matahari.

Dipakai ketika

bekerja

Sanitasi perusahaan Jentik nyamuk Menguras penampungan air dua kali dalam seminggu

Tabel 3.1 Ringkasan Permasalahan Yang Ditemukan

Page 19: Tgs Hiperkes 2015 - Copy

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT. KARMA MANGGALA YUDHA

dari penilaian higiene belum berjalan baik.

2. Kunjungan ini dirasa sangat membantu dalam penerapan ilmu keselamatan kerja dan

kesehatan kerja yang didapat selama pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja.

B. SARAN

1. Dilakukan Pemeriksaan berkala terhadap kebisingan, iklim, radiasi, getaran, serta

memberi perhatian lebih terhadap kebersihan di tempat kerja.

2. Higiene pekerja serta tingkat kenyamanan dalam lingkungan kerja turut diperhatikan.