Tg Dan Pptg Gkp 2007

download Tg Dan Pptg Gkp 2007

of 56

description

telkom

Transcript of Tg Dan Pptg Gkp 2007

  • 1TATA GEREJAGEREJA KRISTEN PASUNDAN

    PEMBUKAAN

    Tuhan Allah Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, telahmenyatakan kasih-Nya yang begitu besar kepada dunia ini,dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu YesusKristus, Tuhan dan Juruselamat. Melalui kehidupan,penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus keSorga, Allah melaksanakan rencana-Nya terhadap dunia,supaya kasih, sukacita, keadilan, kebenaran dan damaisejahtera berlaku dalam seluruh kehidupan ciptaan-Nya.Dengan kuasa Roh Kudus, Allah memanggil semua oranguntuk percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhandan Juruselamat serta membimbing mereka untuk hidupdalam suatu persekutuan, pelayanan dan kesaksian di tengahdunia. Dengan demikian, terbentuklah Gereja yang Esa,Kudus dan Am.

    Gereja yang dimaksud dalam Tata Gereja ini tumbuh ataskuasa Roh Kudus melalui pelayanan orang-orang percaya dankemudian berkembang melalui pekerjaan NederlanscheZendingsvereeniging (NZV) di Jawa bagian barat yangmembawa ajaran dan tradisi Calvinis. Gereja ini diresmikansebagai satu Sinode yang berdiri sendiri dalam Sidang RadAgeng tanggal 14 November 1934 di Bandung dengan namade Christelijke Kerk van West Java, yang kemudian bernamaGereja Kristen Pasundan.

  • 2Pengakuan resmi pemerintah terhadap Gereja KristenPasundan sebagai badan hukum dinyatakan denganKeputusan Pemerintah tanggal 8 April 1936 No. 15,Staatsblad 176.

    Untuk dapat melaksanakan panggilannya dengan tertib danteratur maka disusunlah Tata Gereja dan PeraturanPelaksanaan Tata Gereja Gereja Kristen Pasundan (TG danPPTG) yang berdasar pada Alkitab sebagai Firman Allah.

    BAB INAMA DAN KEDUDUKAN, WAKTU DAN WILAYAH

    Pasal 1Nama dan Kedudukan

    Gereja yang dimaksud dalam Tata Gereja ini bernama GerejaKristen Pasundan yang disingkat GKP, yang kantor Sinodenyaberkedudukan di Bandung.

    Pasal 2Waktu dan Wilayah

    1. GKP berdiri sendiri sebagai satu Sinode pada tanggal 14November 1934.

    2. GKP adalah bagian dari Gereja yang Esa, Kudus dan Am didunia, yang dipanggil untuk melaksanakan tugasnyasecara khusus di wilayah Jawa bagian barat.

    111

    3. Keputusan untuk mengubah Peraturan Pelaksanaan TataGereja diteruskan oleh Majelis Sinode denganmembentuk Panitia Revisi Tata Gereja dan PeraturanPelaksanaan Tata Gereja.

    4. Konsep perubahan ini harus sudah diterima untukdibahas dalam Rapat Kerja Sinode satu tahun dalamRapat Kerja Sinode, sebelum Sidang Sinode.

    BAB XVKETENTUAN PENUTUP

    .Pasal 98

    Waktu Pemberlakuan Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja

    Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja ini berlaku terhitung sejaktanggal disahkannya; disahkan dalam Sidang Raya SinodeXXVI Gereja Kristen Pasundan, tanggal 2-5 Juli 2007 diMajalengka.

  • 110

    BAB XIVKETENTUAN LEBIH LANJUT DAN PERUBAHAN

    PERATURAN PELAKSANAAN TATA GEREJA

    Pasal 96Ketentuan Lebih Lanjut

    1. Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pelaksanaan TataGereja yang perlu pengaturan lebih lanjut diatur dalamPeraturan Sinode, Peraturan Jemaat, Anggaran Dasar danAnggaran Rumah Tangga Badan-badan Pelayanan.

    2. Peraturan-peraturan tersebut dalam pasal 96 ayat 1 diatas, tidak boleh bertentangan dengan Tata Gereja danPedoman Pelaksanaan Tata Gereja

    Pasal 97Perubahan Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja

    1. Perubahan yang mencakup penambahan danpenghapusan atas bagian atau seluruh PeraturanPelaksanaan Tata Gereja ini hanya dapat dilakukan padaSidang Sinode yang dihadiri dan disetujui paling sedikitoleh (tiga perempat) dari jumlah jemaat-jemaat GKP.

    2. Usul untuk mengubah Peraturan Pelaksanaan Tata Gerejahanya dapat dilakukan oleh Rapat Kerja Sinode atas usulMajelis Sinode atau satu jemaat yang didukung oleh 1/5(satu perlima) dari jumlah jemaat-jemaat GKP.

    3

    BAB IIPENGAKUAN, AJARAN DAN PANGGILAN

    Pasal 3Pengakuan

    1. GKP mengaku percaya kepada Allah yang Esa, yaitu Bapayang Mahakuasa yang menciptakan langit, bumi dansegala isinya, yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus,AnakNya yang tunggal, Tuhan, Juruselamat dunia, danKepala Gereja; sumber kebenaran dan hidup, yangmenghimpun, menumbuhkan dan memelihara gerejadalam Roh Kudus, sesuai dengan Firman Allah dalamAlkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

    2. GKP menghayati dan mengikrarkan pengakuan imannyadalam persekutuan dengan Gereja dari segala abad dantempat.

    Pasal 4Ajaran

    1. GKP menerima dan menghayati ajaran dan tradisiProtestan yang dibawa oleh NederlandscheZendingsvereeniging (NZV).

    2. Bertolak dari ajaran tersebut dalam menghayatipengakuan dan melaksanakan panggilannya GKPmengembangkannya dengan memperhatikan konteksJawa bagian barat, dan Indonesia pada umumnya.

    3. Usaha pengembangan ajaran GKP dilakukan melaluikonvent yang melahirkan konvensi-konvensi GKP.

  • 4Pasal 5Panggilan

    1. Berdasarkan pengakuan dan ajarannya, GKP dipanggiluntuk :

    a. Ikut serta dalam karya Allah di dunia, denganmemberlakukan kasih, sukacita, kebenaran, keadilandan damai sejahtera sebagai perwujudan tubuhKristus yang melaksanakan Tri Tugas PanggilanGereja, yaitu bersekutu, melayani, dan bersaksidalam lingkungan gereja dan masyarakat, beralaskaniman, pengharapan dan kasih (1 Korintus 13:13).

    b. Memperlengkapi anggota-anggotanya melaluipembinaan sehingga mampu melaksanakanpanggilannya selaku orang percaya denganmemperhatikan Tri Wawasan GKP, yaitu WawasanKe-GKP-an, Wawasan Oikoumenis dan WawasanKebangsaan-Kemasyarakatan.

    c. Mengembangkan Tri Kemandirian Gereja, yaitukemandirian teologi, daya dan dana dalam konteksGKP.

    2. Dalam rangka melaksanakan panggilannya, GKPmembentuk Badan Pelayanan yang bergerak di bidangtertentu seperti di bidang sosial, pendidikan, kesehatan,dan kesejahteraan. Pengangkatan personalia BadanPelayanan diatur lebih lanjut dalam PPTG pasal 10 ayat(3).

    109

    c. Menyampaikan saran-saran dalam rangkaoptimalisasi, pengadaan, pelepasan, danpengamanan aset dan dana yang berada dalampengelolaan Majelis Sinode dan Badan Pelayanan.

    4. Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Pengawas Perbendaharaan Sinode dapatmenunjuk orang atau lembaga untuk membantupelaksanaan tugasnya atas persetujuan Majelis Sinode.

    5. Untuk ketertiban jalannya pemeriksaan, jadwalpemeriksaan Badan Pelayanan, dilakukan dalamkoordinasi dengan Majelis Sinode.

    6. Tata cara pengawasan perbendaharaan di Sinode diaturlebih lanjut dalam Peraturan Sinode tentang panduanpengawasan perbendaharaan yang ditetapkan oleh RapatKerja Sinode.

    7. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran PengawasPerbendaharaan Sinode disusun oleh PengawasPerbendaharaan Sinode dan anggarannya menjaditanggung jawab Majelis Sinode.

    8. Periode pelayanan Pengawas Perbendaharaan Sinodesama dengan masa pelayanan Majelis Sinode.

  • 108

    Pasal 95Ketentuan tentang Pengawas Perbendaharaan Sinode

    1. Ketentuan mengenai pemilihan anggota PengawasPerbendaharaan Sinode diatur dalam Peraturan Sinodetentang Pemilihan Anggota Majelis Sinode, PengawasPerbendaharaan Sinode, dan Penasihat Majelis Sinode,yang ditetapkan oleh Rapat Kerja Sinode.

    2. Pengawas Perbendaharaan Sinode terdiri atas sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, yaitu Ketua merangkapanggota, Sekretaris merangkap anggota, dan 3 (tiga)orang anggota.

    3. Tugas dan tanggung jawab Pengawas PerbendaharaanSinode adalah memeriksa dan membantu menatapengelolaan keuangan dan harta milik GKP yang beradadalam pengelolaan Majelis Sinode serta Badan-badanPelayanan dalam bentuk :

    a. Mengadakan pemeriksaan terhadappertanggungjawaban keuangan dan harta milik GKPdan usaha-usaha lain milik GKP secara berkala danatau sewaktu-waktu bila dipandang perlu.

    b. Menyampaikan koreksi dan saran-saran perbaikanatas penyelenggaraan pelayanan, dalam pertemuandengan Majelis Sinode/Badan Pelayanan.

    5

    Pasal 6Asas Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

    Di bawah terang pengakuan, ajaran dan panggilan sebagaiGereja, GKP berasaskan Pancasila dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

    BAB IIISTRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI

    Pasal 7Struktur Organisasi

    1. Struktur organisasi GKP adalah presbiterial-sinodal.2. Wujud kehadiran GKP dalam struktur tersebut ada pada :

    a. Jemaat sebagai persekutuan orang percaya yangmelaksanakan panggilan Gereja dengan tertib danteratur di suatu tempat tertentu.

    b. Sinode sebagai persekutuan orang percaya yangmelaksanakan panggilan Gereja dengan tertib danteratur dalam gerak kebersamaan seluruh bagianGereja.

    3. Untuk membina kehidupan bersinode dikembangkankerjasama antar jemaat yang berdekatan dalam suatuwadah yang disebut Klasis.

    Pasal 8Perangkat Organisasi

  • 6Perangkat organisasi terdiri atas Tata Gereja, PeraturanPelaksanaan Tata Gereja, Peraturan Sinode, PeraturanJemaat, dan peraturan-peraturan lainnya yang dibuat sesuaidengan lingkup kerja masing-masing

    BAB IVKEANGGOTAAN

    Pasal 9Anggota dan Jenis Keanggotaan

    1. Orang-orang yang sudah dibaptis dan tercatat dalamBuku Induk Jemaat GKP di salah satu jemaat disebutAnggota Jemaat.

    2. Keanggotaan Jemaat terdiri atas Anggota Baptis danAnggota Sidi.a. Anggota Baptis ialah anggota jemaat yang sudah

    menerima baptisan anakb. Anggota Sidi ialah anggota jemaat yang sudah

    menerima baptisan dewasa atau sudah menyatakanpengakuan iman / sidi.

    3 Anak anggota jemaat yang belum dibaptis dan pesertakatekisasi khusus disebut sebagai Anggota Persiapan

    Pasal 10Hak dan Kewajiban Anggota

    1. Setiap anggota jemaat wajib hidup sebagai murid TuhanYesus Kristus yang berpegang teguh pada ajaran Alkitab

    107

    c. Menyampaikan saran-saran dalam rangkaoptimalisasi, pengadaan, pelepasan, danpengamanan aset dan dana yang berada dalampengelolaan Majelis Jemaat.

    d. Menyampaikan koreksi dan saran-saran perbaikanatas penyelenggaraan keuangan dan harta milikjemaat dalam pertemuan dengan Majelis Jemaat.

    e. Menyampaikan saran-saran dalam rangkapeningkatan kemampuan keuangan jemaat.

    4. Tata cara pengawasan perbendaharaan di jemaat diaturlebih lanjut dalam Peraturan Sinode tentang pengawasanperbendaharaan yang ditetapkan oleh Rapat KerjaSinode.

    5. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran PengawasPerbendaharaan Jemaat disusun oleh PengawasPerbendaharaan Jemaat dan Anggarannya menjaditanggung jawab Majelis Jemaat.

    6. Periode pelayanan Pengawas Perbendaharaan Jemaatsama dengan periode pelayanan Majelis Jemaat.

  • 106

    BAB XIIIPENGAWAS PERBENDAHARAAN

    Pasal 94Ketentuan tentang Pengawas Perbendaharaan Jemaat

    1. Ketentuan tentang pemilihan anggota PengawasPerbendaharaan Jemaat diatur dalam Peraturan Sinodetentang Pemilihan Majelis Jemaat dan PengawasPerbendaharaan Jemaat, yang ditetapkan oleh MajelisSinode.

    2. Pengawas Perbendaharaan Jemaat sekurang-kurangnyaterdiri atas tiga orang, yaitu Ketua merangkap Anggota,Sekretaris merangkap anggota, dan seorang anggota.

    3. Tugas dan tanggung jawab Pengawas PerbendaharaanJemaat adalah memeriksa dan membantu penataanpengelolaan keuangan jemaat, dalam bentuk :

    a. Ikut serta bersama dengan Majelis Jemaat dalampenyusunan Rencana Kerja dan Anggaran TahunanJemaat.

    b. Mengadakan pemeriksaan terhadappertanggungjawaban keuangan dan harta milikJemaat secara berkala dan atau sewaktu-waktu biladipandang perlu.

    7

    dan mewujudkannya, baik dalam hidup bergerejamaupun bermasyarakat.

    2. Setiap anggota jemaat wajib menghayati danmelaksanakan tertib hidup persekutuan sebagaimanadiungkapkan dalam Tata Gereja GKP, PeraturanPelaksanaan Tata Gereja GKP dan peraturan GKP lainnya,dalam rangka terlaksananya panggilan Gereja.

    3. Setiap anggota jemaat mempunyai hak untuk melayanidan dilayani.

    BAB VPENDETA

    Pasal 11Pendeta dan Pelayanannya

    1. Pendeta adalah jabatan persekutuan yangdipercayakan oleh Gereja kepada seseorang yangmenerima dan menyambut panggilan Tuhan Yesus,Kepala Gereja, untuk melayani secara penuh waktuyang ditandai dengan penahbisan.

    2. Sehubungan dengan pelayanan pendeta, GKPmengenal:a. Pendeta Jemaat, yaitu pendeta yang melayani

    Jemaat.b. Pendeta Pelayanan Umum, yaitu pendeta yang

    melayani bidang pelayanan umum.c. Pendeta Tugas Khusus, yaitu pendeta yang

    menempuh studi lanjut secara penuh waktu ataspenugasan Majelis Sinode.

  • 8d. Pendeta Konsulen, yaitu Pendeta Jemaat yangmendapat penugasan Majelis Sinode menjadiPendeta Jemaat lainnya yang belum memilikiPendeta Jemaat.

    e. Pendeta Pembimbing, yaitu Pendeta Jemaat yangmendapat penugasan Majelis Sinode untukmembimbing Vikaris.

    f. Pendeta Emeritus, yaitu pendeta yang telahmenyelesaikan masa pelayanannya sesuaidengan ketentuan tentang emeritasi.

    Pasal 12Forum Pendeta, Pastor Pastorum, dan Konvent Pendeta

    1. Dalam rangka memperlengkapi Pendeta untukmeningkatkan kualitas pelayanannya serta membinakeluarganya, GKP membentuk Forum Pendeta dan PastorPastorum.

    2. Forum Pendeta.a. Pertemuan Pendeta, yaitu pertemuan untuk

    memperlengkapi para pendeta dalam melaksanakantugasnya.

    b. Pertemuan Pendeta dan Keluarga, yaitu pertemuanuntuk membina pendeta bersama keluarganya dalamrangka pelaksanaan jabatan kependetaan yang lebihbaik dan mengembangkan kolegialitas di antarasesama Pendeta dan keluarganya.

    3. Pastor Pastorum adalah pendeta-pendeta yang bertugasmenjalankan fungsi pastoral bagi para Pendeta dankeluarganya.

    105

    BAB XIIPENASIHAT MAJELIS SINODE

    Pasal 93Ketentuan tentang Penasihat Majelis Sinode

    1. Ketentuan tentang pemilihan anggota PenasihatMajelis Sinode diatur dalam Peraturan Sinodetentang Pemilihan Majelis Sinode, PengawasPerbendaharaan Sinode, dan Penasihat MajelisSinode, yang ditetapkan oleh Rapat Kerja Sinode.

    2. Penasihat Majelis Sinode terdiri atas lima orang,yaitu Ketua merangkap anggota, Sekretarismerangkap Anggota, dan tiga orang Anggota.

    3. Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Penasihat Majelis Sinode memberisaran, masukan, dan pertimbangan kepada MajelisSinode; dan kepada Rapat Kerja Sinode dan SidangSinode melalui Majelis Sinode.

    4. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran PenasihatMajelis Sinode menjadi tanggung jawab MajelisSinode.

    5. Periode pelayanan Penasihat Majelis Sinode samadengan periode pelayanan Majelis Sinode.

    6. Penggantian personalia Penasihat Majelis Sinodeoleh karena sebab-sebab tertentu diusulkan olehMajelis Sinode dan ditetapkan dalam Rapat KerjaSinode.

  • 104

    melaporkannya kepada Majelis Sinode satu kalidalam satu tahun.

    b. Majelis Sinode bertanggung jawab mengaturpengelolaan tanah, dan bangunan milik GKP agardapat dimanfaatkan secara optimal.

    3. Pemanfaatan tanah dan bangunan yang berada dalampengelolaan Majelis Jemaat atau Badan Pelayanandengan cara menyewakan atau mengontrakkan padapihak lain untuk waktu lebih dari satu tahun, hanya dapatdilakukan dengan seijin Majelis Sinode.

    4. Pelepasan hak atas tanah dan bangunan milik BadanPelayanan yang tidak berbadan hukum dapat dilakukanoleh Majelis Sinode berdasarkan keputusan SidangSinode atau Rapat Kerja Sinode.

    5. Pelepasan hak atas tanah dan bangunan milik BadanPelayanan yang berbadan hukum dapat dilakukan olehBadan Pelayanan tersebut berdasarkan keputusan SidangSinode atau Rapat Kerja Sinode.

    6. Dana hasil pelepasan tanah dan bangunan GKP dikelolaoleh Majelis Sinode untuk pengembangan seluruh bagianGKP, sedangkan untuk Badan Pelayanan yang berbadanhukum dikelola sesuai dengan anggaran dasar dananggaran rumah tangga masing-masing dengan mengikutiperaturan perundangan yang berlaku.

    9

    4. Konvent Pendeta yaitu Rapat Kerja Pendeta dalam rangkamerumuskan pandangan GKP yang berkaitan denganajaran dan nilai-nilai yang diberlakukan di lingkungan GKPsebagai konvensi-konvensi GKP.

    BAB VIKEPEMIMPINAN

    Pasal 13Kepemimpinan

    Kepemimpinan GKP adalah Kepemimpinan persekutuan yangbersifat kolektif dan bersumber pada kepemimpinan YesusKristus sebagai Kepala Gereja.

    Pasal 14Pemimpin Jemaat dan Pemimpin Sinode

    1. Pemimpin Jemaat adalah Majelis Jemaat (MJ).2. Majelis Jemaat terdiri atas orang-orang yang dipilih dari

    dan oleh anggota sidi jemaat, dan pendeta jemaat yangbersangkutan.

    3. Pemimpin Sinode adalah Majelis Sinode (MS).4. Majelis Sinode terdiri atas orang-orang yang dipilih dari

    anggota sidi jemaat oleh Sidang Sinode.

  • 10

    Pasal 15Kelengkapan Pelayanan di Jemaat dan di Sinode

    1. Dalam rangka melaksanakan kepemimpinannya untukmelayani dan membangun jemaat, Majelis Jemaat :a. didampingi Pengawas Perbendaharaan Jemaat (PPJ)b. menetapkan Komisi-komisi Pelayanan di Jemaat, Tim,

    dan Panitia sesuai dengan kebutuhan Jemaat.2. Dalam rangka melaksanakan kepemimpinannya untuk

    melayani dan membangun GKP secara menyeluruh,Majelis Sinode :a. didampingi Pengawas Perbendaharaan Sinode (PPS),

    dan Penasihat Majelis Sinode (PMS).b. mengangkat Komisi-komisi Pelayanan di Sinode , Tim,

    dan Panitia sesuai dengan kebutuhan Gereja.c. mengangkat personalia Badan-Badan Pelayanan.

    3. Ketentuan dan tata cara pembentukan kelengkapanpelayanan baik di Jemaat maupun di Sinode diatur lebihlanjut dalam Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja.

    Pasal 16Penanggung Jawab Pemilihan Kepemimpinan di Jemaat dan

    di Sinode

    1. Penanggung jawab proses pemilihan Majelis Jemaat danPengawas Perbendaharaan Jemaat adalah MajelisJemaat.

    2. Penanggung jawab proses pemilihan Majelis Sinode,Pengawas Perbendaharaan Sinode, dan Penasihat MajelisSinode adalah Majelis Sinode.

    103

    1. Bentuk-bentuk harta kekayaan GKP.a. Uang tunai dan kertas-kertas berharga berupa cek,

    obligasi, dan sejenisnya.b. Barang-barangc. Tanah dan bangunan

    2. Harta kekayaan yang dimiliki oleh GKP diperoleh melaluihal-hal sebagaimana tertera di bawah ini.a. Persembahan dari anggota jemaat.b. Sumbangan atau hibah.c. Pembelian atau hasil penjualan.d. Hasil-hasil pemanfaatan dan usaha-usaha yang tidak

    bertentangan dengan panggilan gereja.

    Pasal 92Pengelolaan dan Pendayagunaan Harta Kekayaan

    1. Pengelolaan dan pendayagunaan harta kekayaan berupauang tunai dan barang-barang dilakukan oleh MajelisJemaat, Majelis Sinode, dan Badan Pelayanan, masing-masing untuk melaksanakan tugas panggilannya, dengantetap memperhatikan ketentuan dan kepentinganbersama GKP.

    2. Pengelolaan dan pendayagunaan harta kekayaan berupatanah dan bangunan.a. Majelis Jemaat, Majelis Sinode, dan Badan Pelayanan

    bertanggung-jawab untuk memelihara danmemanfaatkan sebaik-baiknya tanah dan bangunanyang berada dalam pengelolaannya untukpelaksanaan tugas panggilan gereja, serta

  • 102

    f. Wakil unit Badan Pelayanan GKP di wilayah tersebut.g. Undangan-undangan.

    4. Rapat Klasis dilaksanakan dan dianggap sah jika dihadirisekurangkurangnya (tiga perempat) dari jumlahjemaat di wilayah klasis itu, dan dihadiri oleh MajelisSinode.

    5. Rapat Klasis diselenggarakan, dipimpin dan dibuka olehBadan Pelaksana Klasis.

    6. Keputusan Rapat Klasis diambil secara musyawarah.

    Pasal 90Rapat-rapat Lainnya

    1. Rapat-rapat lain yang dilakukan dalam rangka kehidupanberjemaat dilaksanakan dalam tanggung jawab MajelisJemaat.

    2. Rapat-rapat lain yang dilakukan dalam rangka kehidupanberklasis dilaksanakan dalam tanggung jawab BP Klasis.

    3. Rapat-rapat lain yang dilaksanakan dalam rangkakehidupan bersinode dilaksanakan dalam tanggung jawabMajelis Sinode.

    BAB XISARANA PENUNJANG

    Pasal 91Harta Kekayaan

    11

    BAB VIIKEBAKTIAN DAN SAKRAMEN

    Pasal 17Kebaktian

    1. Kebaktian adalah suatu aktifitas orang percaya dalamsuatu waktu dan tempat tertentu yang mencerminkanpersekutuan, pelayanan dan kesaksian yang terjadi dalamperjumpaan dengan Allah dan dengan sesama.

    2. GKP menyelenggarakan kebaktian-kebaktian yang tertibdan teratur dengan menggunakan Tata Kebaktian dalamlingkup masing-masing.

    Pasal 18Sakramen

    1. Sakramen adalah tanda dan meterai perjanjian kasihkarunia Allah dengan umat-Nya, yang dilaksanakan olehgereja berdasarkan amanat Tuhan Yesus Kristus.

    2. GKP melaksanakan dua sakramen yaitu, Baptisan Kudus(Matius 28:18-20) dan Perjamuan Kudus (1 Korintus11:23 -26).

    a. Baptisan Kudus adalah sakramen yang menunjukkepada pengampunan dosa dan keterhisabanseseorang dalam Gereja.

  • 12

    b. Perjamuan Kudus adalah sakramen yang menunjukkepada persekutuan hidup orang percaya yangdibangun berdasarkan pengorbanan Yesus, yangdilaksanakan sampai kedatangan-Nya yang keduakali.

    BAB VIIIPERNIKAHAN

    Pasal 19Pernikahan

    1. Pernikahan adalah kasih karunia Allah yang dinyatakandalam hubungan yang khas, utuh dan langgeng antaraseorang laki-laki dengan seorang perempuan dalamikatan suami istri yang disahkan menurut Undang-undangPerkawinan yang berlaku.

    2. Kebaktian Pemberkatan Pernikahan dilaksanakan sebagaibentuk pelayanan Gereja dalam rangka pengucapansyukur dan permohonan berkat atas pernikahan yangdilangsungkan.

    3. GKP mengakui sahnya perkawinan anggotanya yangdilangsungkan menurut undang-undang sebelum yangbersangkutan menjadi anggota Jemaat.

    101

    5. Rapat Kerja Sinode diselenggarakan dan dipimpin olehMajelis Sinode.

    6. Keputusan Rapat Kerja Sinode tidak boleh bertentangandengan keputusan Sidang Sinode.

    7. Acara, Tata tertib Rapat Kerja, Utusan, dan ketentuanlainnya mengenai Rapat Kerja Sinode, diatur dalamPeraturan Sinode yang ditetapkan dan disahkan olehRapat Kerja Sinode.

    Pasal 89Ketentuan tentang Rapat Klasis

    1. Tugas Rapat Klasis.a. Menetapkan rencana kerja untuk membangun

    kerjasama jemaat-jemaat dalam rangkamengembangkan hubungan dan upaya salingmembantu antarjemaat di wilayah klasis itu.

    b. Membahas pelaksanaan keputusan-keputusan SidangSinode dan Rapat Kerja Sinode di wilayah klasisnya.

    c. Memilih dan menetapkan Badan Pelaksana Klasisyang bertugas untuk memimpin pelaksanaankeputusan-keputusan Rapat Klasis.

    2. Rapat Klasis dilaksanakan dua tahun sekali.3. Peserta Rapat Klasis adalah sebagai berikut.

    a. Utusan Jemaat-jemaat di wilayah klasis itu.b. Utusan Majelis Sinode.c. Badan Pelaksana Klasis dan kelengkapannya.d. Wakil Badan Pelaksana Klasis dari wilayah lain.e. Pendeta Pelayanan Umum, Pendeta Tugas Khusus,

    dan Pendeta Emeritus di wilayah tersebut.

  • 100

    1. Tugas Rapat Kerja Sinode.a. Mengevaluasi pelaksanaan keputusan-keputusan

    Sidang Sinode, yang dilakukan oleh Majelis Sinode,maupun yang dilakukan oleh Majelis Jemaat danBadan Pelayanan.

    b. Menetapkan kebijakan-kebijakan sinodal dalamrangka pemantapan pelaksanaan keputusan-keputusan Sidang Sinode.

    c. Membina kebersamaan dan mengoordinasikankegiatan-kegiatan dalam dalam rangka pelaksanaankeputusan-keputusan Sidang Sinode.

    2. Rapat Kerja Sinode dilaksanakan setiap tahun setelahSidang Sinode, berturut-turut sampai pelaksanaan SidangSinode berikutnya.

    3. Peserta Rapat Kerja Sinode adalah sebagai berikut.a. Utusan-utusan jemaat; tiap jemaat mengutus 3 (tiga)

    orang utusannya, yakni Ketua Umum/Ketua,Sekretaris Umum/Sekretaris dan Bendahara Umum/Bendahara.

    b. Majelis Sinode, Komisi Pelayanan Sinode, dan BadanPelayanan.

    c. Penasihat Majelis Sinode.d. Pengawas Perbendaharaan Sinodee. Pastor Pastorumf. Badan Pelaksana Klasisg. Pendeta Pelayanan Umum, Pendeta Tugas Khusus,

    dan Pendeta Emeritush. Undangan-undangan

    4. Rapat Kerja Sinode dilaksanakan dan dianggap sah jikalebih dari 2/3 (dua per tiga) utusan-utusan jemaat hadir.

    13

    BAB IXPENGGEMBALAAN

    Pasal 20Penggembalaan

    1. Penggembalaan adalah upaya yang dilakukan gerejauntuk menjaga, memelihara dan membangun anggotajemaat agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan imankristen, ajaran dan pola hidup persekutuan GKP.

    2. Penggembalaan khusus adalah upaya yang dilakukanGereja untuk menyadarkan anggota jemaat yangmenyimpang dari ajaran; atau dalam perbuatan; ataumelanggar Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan TataGereja GKP.

    BAB XRAPAT/SIDANG

    Pasal 21Fungsi, Jenis Rapat dan Sidang

    1. Fungsi Rapat/Sidang dalam GKP.a. Tempat untuk bersama-sama berdoa dan mencari

    kehendak Tuhan Allah.b. Tempat untuk bermusyawarah dan mengambil

    keputusan bersama menghadapi tugas dan masalahyang timbul dalam rangka pelaksanaan panggilanGereja.

    c. Tempat untuk saling membina dan menggembalakan.

  • 14

    2. Jenis-jenis Rapat.a. Rapat Jemaat yaitu rapat yang diselenggarakan dalam

    rangka memberi kesempatan kepada seluruh anggotasidi jemaat untuk turut memikirkan dan mengambilbagian dalam pelaksanaan panggilan Gereja olehJemaat.

    b. Rapat Majelis Jemaat yaitu rapat yangdiselenggarakan dalam rangka menetapkan kebijakanpelaksanaan panggilan Gereja di lingkungan Jemaat.

    c. Rapat Kerja Sinode yaitu rapat yang diselenggarakandalam rangka evaluasi pengembangan danpemantapan pelaksanaan keputusan Sidang Sinode

    d. Rapat Majelis Sinode yaitu rapat yangdiselenggarakan dalam rangka menetapkan kebijakanMajelis Sinode untuk melaksanakan panggilan Gerejasecara menyeluruh.

    e. Rapat Klasis yaitu rapat yang diselenggarakan dalamrangka membahas pelaksanaan keputusan SidangSinode serta membahas pengembangan kerja samaJemaat-jemaat dalam lingkungan klasis.

    f. Rapat lainnya yang diselenggarakan oleh MajelisJemaat, Majelis Sinode, Badan Pelaksana Klasis,Komisi-komisi dan Badan-badan Pelayanan dilingkungan GKP.

    3. Sidang Sinode yaitu sidang yang diselenggarakan dalamrangka menetapkan kebijakan pelaksanaan panggilangereja secara menyeluruh.

    99

    a. Utusan jemaat-jemaat; tiap jemaat mengutus 3 (tiga)orang utusannya (Ketua Umum/Ketua, SekretarisUmum/Sekretaris, Bendahara Umum/Bendahara)

    b. Majelis Sinode, Komisi Pelayanan Sinode dan BadanPelayanan.

    c. Penasihat Majelis Sinode.d. Pengawas Perbendaharaan Sinode.e. Pastor Pastorum.f. Badan Pelaksana Klasis.g. Pendeta Pelayanan Umum, Pendeta Tugas Khusus,

    dan Pendeta Emeritus.h. Undangan-undangan dari lembaga oikoumenis,

    gereja mitra, dan pemerintah.5. Sidang Sinode dapat dilaksanakan dan dianggap sah jika

    lebih dari 2/3 (dua per tiga) utusan Jemaat-jemaat hadir.6. Sidang Sinode diselenggarakan dalam tanggung jawab

    Majelis Sinode. Sidang Pembukaan dipimpin oleh MajelisSinode dan sidang selanjutnya dipimpin oleh MajelisKetua yang dipilih dalam Sidang Sinode tersebut.

    7. Keputusan Sidang Sinode sedapat-dapatnya diambildengan cara musyawarah.

    8. Keputusan Sidang sinode mengikat seluruh bagian GKP.9. Acara, Tata Tertib Sidang Sinode, Utusan, dan ketentuan

    lainnya mengenai Sidang Sinode, diatur dalam PeraturanSinode yang ditetapkan dan disahkan oleh Rapat KerjaSinode.

    Pasal 88Ketentuan tentang Rapat Kerja Sinode

  • 98

    e. Menetapkan kebijakan Majelis Sinodef. Mengambil keputusan terhadap masalah yang

    mendesak dalam rangka kehidupan bersinode.5. Keputusan Rapat Majelis Sinode tidak boleh

    bertentangan dengan Tata Gereja, Peraturan PelaksanaanTata Gereja, Peraturan-peraturan GKP, dan KeputusanSidang Sinode.

    Pasal 87Ketentuan tentang Sidang Sinode

    1. Sidang Sinode adalah forum pengambil keputusan dalamhidup kebersamaan Jemaat-Jemaat GKP.

    2. Tugas Sidang Sinode.a. Mengevaluasi secara menyeluruh pelayanan GKP.b. Menetapkan arah kehidupan GKP dalam bentuk

    Rencana Kerja Dasar.c. Membahas laporan pertanggungjawaban Majelis

    Sinode.d. Menetapkan Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan

    Tata Gereja.e. Menetapkan kebijakan GKP.f. Memilih dan menetapkan personalia Majelis Sinode,

    Penasihat Majelis Sinode, dan PengawasPerbendaharaan Sinode.

    g. Menetapkan tempat Sidang Sinode berikutnya.3. Sidang Sinode diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.4. Peserta Sidang Sinode adalah sebagai berikut.

    15

    BAB XISARANA PENUNJANG

    Pasal 22Fungsi dan Status Hukum Harta Kekayaan

    1. Sarana Penunjang adalah berkat pemberian Tuhankepada gereja berupa harta kekayaan untukdipergunakan dalam rangka memenuhi tugas panggilangereja.

    2. Status hukum kepemilikan harta kekayaan dalamlingkungan GKP dan Badan-Badan Pelayanan yang tidakberbadan hukum berada pada Sinode GKP, sedangkanstatus hukum kepemilikan harta kekayaan Badan-badanPelayanan yang berbadan hukum mengikuti peraturanperundangan yang berlaku.

    Pasal 23Pengelolaan dan Pendayagunaan

    1. Pengelolaan dan pendayagunaan sarana penunjang GKPdilakukan oleh Majelis Sinode, Majelis Jemaat dan BadanPelayanan.

    2. Pengelolaan dan pendayagunaan harta kekayaan GKPberupa tanah dan bangunan dilakukan dalam koordinasiMajelis Sinode.

  • 16

    BAB XIIPENASIHAT MAJELIS SINODE

    Pasal 24Penasihat Majelis Sinode

    Penasihat Majelis Sinode dibentuk dan ditetapkan olehSidang Sinode untuk memberi saran, masukan, danpertimbangan kepada Majelis Sinode.

    BAB XIIIPENGAWAS PERBENDAHARAAN

    Pasal 25Fungsi dan Lingkup Tugas Pengawas Perbendaharaan

    1. Pengawas Perbendaharaan dibentuk dan ditetapkandalam rangka melakukan fungsi pengawasan ketertibanpengelolaan dan pendayagunaan harta kekayaan GKP.

    2. Pengawas Perbendaharaan yang ada di Jemaat disebutPengawas Perbendaharaan Jemaat dan PengawasPerbendaharaan yang ada di Sinode disebut PengawasPerbendaharaan Sinode.

    3. Pengawas Perbendaharaan Jemaat berfungsi melakukanpengawasan terhadap ketertiban pengelolaan danpendayagunaan harta kekayaan di Jemaat, dipilih daridan oleh anggota sidi Jemaat.

    97

    5. Tanggapan, pandangan, serta masukan yang disampaikananggota jemaat dalam Rapat Jemaat dirumuskan olehMajelis Jemaat dalam bentuk rekomendasi yangdiinformasikan/disebar-luaskan kepada jemaat melaluiwarta jemaat dalam dua Minggu berturut-turut, untukdiperhatikan dan ditindaklanjuti Majelis Jemaat dalammelaksanakan Rencana Kerja dan Anggaran TahunanJemaat.

    Pasal 86Ketentuan tentang Rapat Majelis Sinode

    1. Rapat Majelis Sinode dilaksanakan sekurang-kurangnya 4(empat) kali setahun.

    2. Rapat Majelis Sinode dihadiri oleh anggota Majelis Sinodedan dianggap sah jika dihadiri oleh lebih dari 2/3 (duapertiga) jumlah anggota Majelis Sinode.

    3. Rapat Majelis Sinode dipimpin oleh Ketua Umum MajelisSinode, atau yang ditugaskan untuk itu.

    4. Tugas Rapat Majelis Sinode.a. Mengevaluasi kegiatan pelayanan Majelis Sinode dan

    kegiatan-kegiatan sinodal.b. Menetapkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran

    Majelis Sinode dan Komisi Pelayanan di Sinode.c. Menyusun peraturan-peraturan Majelis Sinoded. Menetapkan dan memberhentikan Komisi-komisi

    Pelayanan di Sinode, Panitia-panitia dan PersonaliaBadan Pelayanan sesuai dengan Pedoman Kerja atauAD/ART-nya.

  • 96

    dengan Komisi-komisi sekurang-kurangnya dua kali dalamsetahun.

    Pasal 85Ketentuan tentang Rapat Jemaat

    1. Rapat Jemaat adalah forum komunikasi antara MajelisJemaat dengan anggota jemaat berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut.a. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Tahunan

    Jemaat.b. Kegiatan-kegiatan jemaatc. Masalah-masalah yang dihadapi jemaat.

    2. Rapat Jemaat dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kalisetahun, dipimpin oleh Majelis Jemaat dan diikuti olehanggota sidi jemaat.

    3. Rapat Jemaat diselenggarakan setelah memenuhiketentuan-ketentuan sebagai berikut.a. Diwartakan dalam Kebaktian Minggu, dua minggu

    berturut-turut.b. Bahan rapat telah disebar-luaskan kepada anggota

    jemaat sekurang-kurangnya 2 (dua) minggu sebelumRapat Jemaat berlangsung.

    4. Dalam Rapat Jemaat, komisi-komisi menjadi nara sumberbagi kegiatan bidang pelayanannya, dan berbicara ataspenugasan Majelis Jemaat. Tetapi sebagai anggota sidijemaat, berhak berbicara mengenai hal-hal lain di luarkegiatan komisinya, yang muncul dan berkembang dalamRapat Jemaat.

    17

    4. Pengawas Perbendaharaan Sinode berfungsi melakukanpengawasan terhadap ketertiban pengelolaan danpendayagunaan harta kekayaan di Sinode, dipilih darianggota sidi Jemaat oleh Sidang Sinode.

    BAB XIVKETENTUAN TENTANG PERUBAHAN TATA GEREJA DAN

    PERATURAN PELAKSANAAN TATA GEREJA

    Pasal 26Perubahan Tata Gereja

    1. Perubahan yang mencakup penambahan danpenghapusan atas bagian atau seluruh Tata Gereja inihanya dapat diadakan oleh Sidang Sinode yang dihadiridan disetujui oleh paling sedikit (tiga per empat) darijumlah jemaat-jemaat GKP.

    2. Usul untuk mengubah Tata Gereja hanya dapat dilakukanoleh Rapat Kerja Sinode atas usul Majelis Sinode atausatu jemaat yang didukung oleh seperlima dari jumlahjemaat-jemaat GKP.

    3. Keputusan untuk mengubah Tata Gereja diteruskan olehMajelis Sinode dengan membentuk Panitia Revisi.

    4. Konsep Revisi Tata Gereja harus sudah diterima olehJemaat-jemaat dalam Rapat Kerja Sinode, satu tahunsebelum Sidang Sinode.

  • 18

    Pasal 27Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja

    Ketentuan lebih lanjut dari Tata Gereja ini diatur dalamPeraturan Pelaksanaan Tata Gereja.

    BAB XVIKETENTUAN PENUTUP

    Pasal 28Waktu Pemberlakuan dan Sahnya Tata Gereja

    Tata Gereja ini berlaku terhitung sejak tanggal disahkan;disahkan dalam Sidang Raya Sinode XXVI Gereja KristenPasundan pada tanggal 2-5 Juli 2007 di Majalengka.

    95

    Rapat Jemaat, serta Peraturan-peraturan yangberlaku di lingkungan GKP.

    d. Membahas dan mengambil keputusan terhadapmasalah-masalah yang ada di Jemaat.

    e. Menyusun peraturan-peraturan jemaat.f. Menetapkan kebijakan jemaat.g. Membentuk dan menetapkan personalia Komisi-

    komisi.h. Membentuk Panitia-panitia, dan menetapkan

    panduan kerjanyai. Mengevaluasi kegiatan-kegiatan pelayanan di jemaat

    4. Rapat Majelis Jemaat dianggap sah jika dihadiri lebih darisetengah jumlah anggota Majelis Jemaat. AnggotaMajelis Jemaat yang tidak hadir dengan pemberitahuandianggap hadir dan dianggap menyetujui keputusanRapat. Dalam hal yang hadir pada pembukaan rapatbelum memenuhi ketentuan di atas, rapat ditunda 30menit lamanya dan dinyatakan sah.

    5. Rapat Majelis Jemaat dipimpin oleh Ketua/Ketua UmumMajelis Jemaat atau oleh Anggota Majelis Jemaat yangditugaskan untuk itu.

    6. Keputusan Rapat Majelis Jemaat diambil secaramusyawarah dengan memperhatikan masukan-masukandari anggota jemaat, dan tidak boleh bertentangandengan Tata Gereja, Pedoman Pelaksanaan Tata Gereja,Peraturan-peraturan GKP lainnya, dan keputusan SidangSinode.

    7. Dalam rangka memelihara kesearahan gerak pelayananantara Majelis Jemaat dengan Komisi-komisi Pelayanan diJemaat, Majelis Jemaat mengadakan Rapat Koordinasi

  • 94

    f. Setelah dicabut kependetaannya, yang bersangkutanmendapat Penggembalaan Khusus dari MajelisJemaat tempat yang bersangkutan menjadi anggotajemaat sesuai dengan ketentuan pasal 81 ayat (6).

    3. Selama proses Penggembalaan Khusus berlangsung,Pastor Pastorum mendampingi pendeta yangbersangkutan dengan kunjungan dan percakapanpastoral agar dapat bersikap kooperatif dalam menjalanipenggembalaan khusus, dan mendampingi Majelis Sinodedalam mengambil langkah-langkah yang bijak dan tepat.

    BAB XRAPAT/SIDANG

    Pasal 84Ketentuan tentang Rapat Majelis Jemaat

    1. Rapat Majelis Jemaat adalah forum pengambilankeputusan, yang mengikat seluruh bagian Jemaat.

    2. Rapat Majelis Jemaat diadakan sekurang-kurangnya satukali sebulan.

    3. Rapat Majelis Jemaat bertugas antara lain :a. Mengesahkan notula rapat sebelumnya dan

    mengevaluasi pelaksanaan keputusan rapat yang lalu.b. Membahas surat-surat masuk dan menginformasikan

    surat-surat keluarc. Menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan

    Jemaat dengan memperhatikan Rencana Kerja DasarGKP, hasil-hasil Rapat Kerja Sinode, Rapat Klasis dan

    19

    PERATURAN PELAKSANAAN TATA GEREJAGEREJA KRISTEN PASUNDAN

    BAB INAMA DAN KEDUDUKAN, WAKTU DAN WILAYAH

    Pasal 1Nama dan Kedudukan

    1. Nama Gereja Kristen Pasundan yang dimaksud dalamTata Gereja ini menunjuk kepada de Christelijke Kerk vanWest Java sebagaimana disebutkan dalam SuratKeputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 8 April1936 No. 15 Staatsblad 176, yang kemudian ditegaskandalam Surat Keterangan Departemen Agama RI, DirjenBimas Kristen/Protestan tanggal 30 Oktober 1970, No.DP/P/VII/72/807/70.

    2. Kantor Sinode GKP berkedudukan di Bandung denganalamat Jln. Dewi Sartika No. 119 Bandung, 40252.

    Pasal 2Waktu dan Wilayah

    1. Selaku Gereja yang berdiri sendiri sebagai satu Sinodepada tanggal 14 November 1934, GKP secara terusmenerus menunaikan panggilannya, sampai kedatanganTuhan Yesus yang kedua kalinya.

    2. GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya diwilayah Jawa bagian barat, yaitu Provinsi Jawa Barat, DKIJakarta, dan Banten.

  • 20

    3. Dalam menunaikan panggilannya sebagai bagian dariGereja yang Esa, Kudus dan Am di dunia, GKPmengembangkan kebersamaan dan bekerjasama denganGereja-gereja dan lembaga-lembaga mitra, baik di dalammaupun di luar negeri.

    BAB IIPENGAKUAN, AJARAN DAN PANGGILAN

    Pasal 3Pengakuan

    1. GKP menyatakan pengakuannya melalui anggotajemaatnya, baik sebagai persekutuan maupun pribadi.

    2. Pengakuan itu diwujudkan melalui kehidupanpersekutuan anggota jemaat dan setiap anggota jemaat.

    3. Dalam persekutuan dengan Gereja dari segala abad dantempat, GKP menghayati dan mengikrarkan PengakuanIman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel.

    4. Dalam persekutuan dengan gereja-gereja di Indonesia,GKP menerima Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK)Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

    Pasal 4Ajaran

    1. GKP hidup dan berkembang dalam ajaran dan tradisiGereja Reformasi yang diawali oleh Martin Luther,dilanjutkan dan dikembangkan oleh Johanes Calvin,selanjutnya dibawa oleh Nederlandsche

    93

    d. Apabila proses atau tahapan sampai dengan pasal 83ayat (2c) tidak membawa hasil maka Majelis Sinodemenonaktifkan pendeta tersebut danmengumumkannya kepada jemaat-jemaat sertalembaga-lembaga terkait. Pendeta tersebutselanjutnya berada dalam pembinaan dan koordinasiMajelis Sinode. Selama dalam pembinaan dankoordinasi Majelis Sinode, Penggembalaan Khusustetap dilaksanakan oleh Majelis Sinode, dan pendetatersebut tidak diperkenankan untuk berkhotbah danmemberi pengajaran katekisasi, melayani sakramen,melayani Pemberkatan Nikah, memimpin kebaktiandi lingkungan GKP dan di luar lingkungan GKP sebagaipendeta GKP. Apabila dalam tahap ini pendetatersebut menyatakan penyesalannya, yangdinyatakan secara tertulis dan di hadapan MajelisSinode serta menunjukkan sikap dan perilaku yangsesuai dengan penyesalannya, maka PenggembalaanKhusus dinyatakan berakhir dan jabatankependetaannya dipulihkan.

    e. Apabila seluruh upaya tersebut di atas telahditempuh dan tidak berhasil, maka Majelis Sinodemengambil keputusan untuk mencabut jabatankependetaannya setelah meminta pertimbanganPastor Pastorum. Keputusan pencabutankependetaan ini diumumkan oleh Majelis Sinodekepada seluruh jemaat dan instansi atau lembagayang dianggap perlu.

  • 92

    2. Penggembalaan Khusus dilakukan oleh Majelis Sinodedengan tahapan sebagai berikut.

    a. Pendeta tersebut dinasehati/diperingatkan oleh duaatau tiga orang anggota Majelis Sinode. Apabilapendeta tersebut menyesal, dan penyesalannya ituditunjukkan dengan sikap dan perbuatannya, makapenggembalaan khusus dihentikan dan dilanjutkandengan penggembalaan sesuai dengan pasal 80 ayat(4b).

    b. Apabila proses atau tahapan pada pasal 83 ayat (2a)tidak berhasil maka pendeta tersebut diundang untukpercakapan penggembalaan dalam Rapat MajelisSinode. Apabila pendeta tersebut menyesal, danpenyesalannya itu ditunjukkan dengan sikap danperbuatannya, maka penggembalaan khususdihentikan dan dilanjutkan dengan penggembalaansesuai dengan pasal 80 ayat (4b).

    c. Apabila proses atau tahapan pada pasal 83 ayat (2b)tidak berhasil maka pendeta tersebut didampingioleh Pastor Pastorum diundang kembali untukpercakapan penggembalaan dalam Rapat MajelisSinode. Apabila pendeta tersebut menyesal, danpenyesalannya itu ditunjukkan dengan sikap danperbuatannya, maka penggembalaan khususdihentikan dan dilanjutkan dengan penggembalaansesuai pasal 80 ayat (4b).

    21

    Zendingsvereeniging (NZV), karena itu GKP merupakanGereja Protestan yang bercorak Calvinis.

    2. Dalam mengembangkan ajarannya ketika berhadapandan bersentuhan dengan aliran-aliran di dalam dan disekitar gereja, perkembangan ilmu pengetahuan, agama-agama, budaya dan hal-hal lainnya, GKPmenyelenggarakan Konvent Pendeta untuk merumuskandan melahirkan konvensi-konvensi GKP, yang menjadisikap dan pandangan GKP. Mengenai pelaksanaanKonvent Pendeta, diatur lebih lanjut dalam PPTG GKPPasal 48.

    3. Ajaran GKP ini mewarnai dan memberi arah bagi GKP dansegenap bagiannya dalam melaksanakan panggilannya.

    Pasal 5Panggilan Bersekutu

    1. Seluruh dan setiap anggota jemaat dipanggil untukbersekutu dengan Tuhan dan sesama orang percaya,yaitu tindakan nyata untuk memungkinkanberlangsungnya relasi dengan Tuhan dan sesama orangpercaya dan dalam keterbukaan dengan sesama manusia.

    2. Persekutuan ini dilaksanakan antara lain melalui hal-halsebagai berikut.a. Hidup beribadah yang dilakukan dalam kehidupan

    pribadi dan kehidupan kebersamaan dalam lingkupjemaat, klasis, sinode, dan wadah-wadah oikoumenis.

    b. Hidup yang saling menghargai dan saling menerimadengan sesama manusia, baik pribadi maupunkelompok.

  • 22

    c. Keikut-sertaan dalam bentuk-bentuk kerjasama yangbertujuan untuk mendatangkan kebaikan dankebenaran bagi sesama.

    Pasal 6Panggilan Melayani

    1. Seluruh dan setiap anggota jemaat dipanggil untukmelayani Tuhan dan sesama, yaitu tindakan nyata yangmemungkinkan Kasih Kristus dialami oleh sesama, baik didalam maupun di luar lingkungan Gereja.

    2. Pelayanan ini dilaksanakan antara lain melalui hal-halsebagai berikut.a. Hidup yang saling membantu di antara sesama

    anggota jemaat, sesama jemaat GKP maupun sesamaGereja Tuhan.

    b. Berbagai tindakan yang membantu sesama manusiasebagai pribadi atau kelompok dalam memenuhikebutuhan seutuhnya yang mendatangkan damaisejahtera.

    Pasal 7Panggilan Bersaksi

    1. Seluruh dan setiap anggota jemaat dipanggil untukbersaksi di hadapan Tuhan dan sesama sebagaipenyataan iman orang percaya yang memungkinkanorang mengenal kasih dan keselamatan dalam YesusKristus yang disediakan untuk sesama manusia.

    91

    Majelis Sinode, maka Penggembalaan Khususberakhir dan jabatannya dipulihkan oleh MajelisSinode dan dilanjutkan dengan penggembalaansebagaimana disebutkan dalam pasal 80 ayat (1),(2)dan (3)

    e. Apabila proses pada pasal 82 ayat (2d) tidak berhasil,maka Majelis Jemaat mewartakannya dalam dua kalikebaktian berturut-turut dengan menyebutkannamanya dan jabatan dan status pengutusannyaditanggalkan oleh Majelis Sinode. Keputusan inidiwartakan kepada jemaat-jemaat dan lembagaterkait. Penggembalaan khusus selanjutnya dilakukanoleh Majelis Jemaat sesuai dengan ketentuanpenggembalaan khusus pada pasal 81 ayat (6).

    3. Dalam hal anggota jemaat tersebut adalah pendeta,ketentuan Penggembalaan Khusus diatur dalam pasalberikut (pasal 83).

    Pasal 83Penggembalaan Khusus bagi Pendeta

    1. Pelaksanaan Penggembalaan Khusus bagi pendetaditetapkan dalam Rapat Majelis Sinode setelah MajelisSinode mendapat kepastian bahwa pendeta tersebuttelah melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaranGKP dan atau melanggar TG dan PPTG GKP denganterlebih dahulu mendengar pertimbangan dari MajelisJemaat atau lembaga tempat pendeta tersebut melayani,dan pertimbangan dari Pastor Pastorum

  • 90

    a. Anggota jemaat tersebut dinasihati/diperingatkanoleh seorang anggota Majelis Jemaat dan atauMajelis Sinode. Apabila anggota Jemaat tersebutmenyesal, Penggembalaan Khusus dihentikan dandilanjutkan dengan penggembalaan sebagaimanadisebutkan dalam pasal 80 ayat (1), (2) dan (3).

    b. Apabila proses pada pasal 82 ayat (2a) tidak berhasil,maka anggota jemaat tersebut diperingatkan olehdua atau tiga orang anggota Majelis Jemaat dan atauanggota Majelis Sinode. Apabila anggota jemaattersebut menyesal maka Penggembalaan Khususdihentikan dan dilanjutkan dengan penggembalaansebagaimana disebutkan dalam pasal 80 ayat (1), (2)dan (3).

    c. Apabila proses pada pasal 82 ayat (2b) tidak berhasil,maka anggota jemaat tersebut diundang untukpercakapan penggembalaan dalam Rapat MajelisJemaat dan atau Rapat Majelis Sinode. Apabilaanggota jemaat tersebut menyesal makaPenggembalaan Khusus dihentikan dan dilanjutkandengan penggembalaan sebagaimana disebutkandalam pasal 80 ayat (1), (2) dan (3).

    d. Apabila proses pada pasal 82 ayat (2c) tidak berhasilmaka Majelis Jemaat mewartakannya dalam dua kaliKebaktian Minggu berturut-turut tanpa menyebutnamanya, jabatannya atau status pengutusannyauntuk sementara dibekukan oleh Majelis Sinodedengan tidak mewartakannya. Apabila dalam tahapini anggota Jemaat tersebut menyatakan penyesalandan pertobatannya di hadapan Majelis Jemaat dan

    23

    2. Kesaksian ini dilaksanakan antara lain melalui hal-halsebagai berikut.

    a. Hidup yang mencerminkan kasih Kristus, baik sebagaipribadi maupun persekutuan.

    b. Berbagai tindakan yang menyatakan kasih dankeselamatan dari Kristus dengan perkataan danperbuatan.

    Pasal 8Pembinaan

    1. Pembinaan adalah upaya berkesinambungan yangdilakukan secara terarah, terencana, dan terpadu, agarsetiap anggota Jemaat dimampukan untuk mewujudkanimannya melalui persekutuan, pelayanan dan kesaksiandalam lingkungan gereja dan masyarakat.

    2. Pembinaan dilaksanakan dengan mengembangkan TriWawasan GKP, yaitu Wawasan Ke-GKP-an, WawasanOikoumenis, Wawasan Kebangsaan-Kemasyarakatan.

    3. Pembinaan dilakukan dalam bentuk :a. Kebaktianb. Sakramenc. Penggembalaand. Katekisasie. Kegiatan lainnya sesuai dengan tujuan pembinaan

  • 24

    Pasal 9Pengembangan

    1. Dalam rangka mengembangkan Tri Kemandirian, GKPmewujudkan dan mengupayakan pembangunan jemaatdan gereja agar bertumbuh di dalam segala hal ke arahYesus Kristus, Kepala Gereja (Efesus 4:15) denganmengembangkan berbagai talenta yang telah Tuhanberikan (Matius 24:14-30) sehingga menjadi berkat bagisesama (Matius 25:31-46).

    2. Pembangunan jemaat dan gereja di bidang teologidiwujudkan dalam pengembangan ajaran, tata kebaktian,dan etika, dengan memperhatikan konteks danperkembangan zaman.

    3. Pembangunan jemaat dan gereja di bidang dayadiwujudkan dengan memperhatikan, menggali, danmengembangkan potensi segenap warga GKP sebagaiupaya mempersiapkan warga GKP, agar memilikispiritualitas yang tinggi, profesional dan menjadi berkatbagi sesama.

    4. Pembangunan Jemaat dan Gereja di bidang danadilakukan melalui pembinaan warga GKP untukmeningkatkan pemahaman yang benar mengenaipersembahan dan pengembangan ekonomi wargajemaat.

    89

    Pasal 82Penggembalaan Khusus bagi Pejabat Gereja

    1. Dalam hal anggota jemaat itu adalah anggota MajelisJemaat atau anggota Komisi Pelayanan di jemaat atauutusan jemaat pada lembaga lain, maka PenggembalaanKhusus atasnya dilakukan dengan ketentuanPenggembalaan Khusus sebagaimana disebut pada pasal81 dengan tambahan sebagai berikut.a. Jika tiba pada ketentuan pasal 81 ayat (4) maka

    jabatannya/status pengutusannya untuk sementarawaktu dibekukan tanpa diwartakan. Apabila dalamtahap ini anggota jemaat tersebut menyatakanpenyesalannya di hadapan Majelis Jemaat sertamenunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai denganpertobatannya, maka Penggembalaan Khususdinyatakan berakhir dan jabatan/statuspengutusannya dipulihkan.

    b. Jika tiba pada ketentuan pasal 81 ayat (5), makajabatan atau status pengutusannya ditanggalkandengan keputusan Majelis Jemaat. Keputusantersebut diwartakan kepada jemaat dan lembagaterkait.

    2. Dalam hal anggota Jemaat itu adalah anggota MajelisSinode atau anggota Badan Pelayanan di Sinode atauutusan GKP pada lembaga lain maka PenggembalaanKhusus atasnya ditetapkan dan dilaksanakan oleh MajelisJemaat dan atau Majelis Sinode dengan tahapan sebagaiberikut.

  • 88

    5. Apabila proses pada pasal 81 ayat (4) tidak berhasil,diwartakan dalam 2 (dua) Kebaktian Minggu berturut-turut dengan menyebut namanya, supaya jemaat turutmembantu dalam upaya penggembalaannya sambil tetapmendoakannya.

    6. Apabila proses pada pasal 81 ayat (5) tidak berhasil makaMajelis Jemaat menetapkan bahwa yang bersangkutankehilangan haknya untuk mengikuti Perjamuan Kudus,diberkati pernikahannya, menyerahkan anaknya untukdibaptis, memilih anggota Majelis Jemaat dan dipilihsebagai anggota Majelis Jemaat serta pengurus BadanPelayanan baik di Jemaat maupun Sinode. Keputusan inidiberitahukan kepada yang bersangkutan dan diwartakandalam 2 (dua) Kebaktian Minggu berturut-turut.a. Apabila dalam proses penggembalaan khusus di atas,

    anggota Jemaat tersebut menyatakan penyesalannyadi hadapan Majelis Jemaat serta menunjukkanperilaku yang sesuai dengan pertobatannya, makaPenggembalaan Khusus dinyatakan berakhir dan hak-haknya selaku anggota Jemaat dipulihkan dandiwartakan dalam Kebaktian Minggu serta diteruskandengan penggembalaan sebagaimana dimaksuddalam pasal 80 ayat (1), (2) dan (3).

    b. Apabila semua proses dan tahapan tersebut di atastelah ditempuh dan tidak membawa hasil, makaanggota jemaat tersebut kehilangan keanggotaannyaatas keputusan Majelis Jemaat dan diwartakan dalamKebaktian Minggu. Sebelum Majelis Jemaatmengambil tindakan ini, jika perlu dapat memintapertimbangan Majelis Sinode.

    25

    Pasal 10Badan Pelayanan

    1. Dalam rangka mengembangkan panggilannya sebagaiupaya membangun jemaat, Gereja dan masyarakat sertasebagai wujud keikutsertaan dalam pembangunanbangsa, GKP membentuk Badan-badan Pelayanan yangbergerak di bidang tertentu, seperti pendidikan,kesehatan, sosial, kesejahteraan, dan lain sebagainya.

    2. Sesuai dengan tuntutan pelayanannya, Badan Pelayanantersebut ada yang berbadan hukum dan ada yang tidakberbadan hukum.

    3. Personalia Badan Pelayanan diangkat oleh danbertanggung jawab kepada Majelis Sinode, denganketentuan sebagai berikut.a. Periode pelayanan personalia Badan Pelayanan

    adalah lima tahun.b. Personalia Badan Pelayanan adalah anggota sidi

    jemaat yang tidak kehilangan haknya sehubungandengan ketentuan penggembalaan khusus, yangmemiliki kesediaan dan kemampuan untuk melayanisesuai dengan bidang pelayanan tersebut.

    c. Organ dan jumlah personalia Badan Pelayanan sesuaidengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah TanggaBadan Pelayanan yang bersangkutan.

    d. Seorang tidak dapat diangkat menjadi personaliaBadan Pelayanan lebih dari dua periode pelayananberturut-turut dalam Badan Pelayanan yang sama.

  • 26

    4. Badan Pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawabsebagai berikut.a. Menyelenggarakan pelayanan GKP dalam bidang

    pelayanannya sebagai wujud panggilan GKP.b. Memelihara keterikatan kepada GKP dengan menaati

    Tata Gereja, Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja,serta berbagai ketentuan dan keputusan-keputusansinodal.

    c. Mengembangkan dukungan terhadap kehidupan GKPsecara menyeluruh, yang dinyatakan melaluitanggung jawab kebersamaan GKP, antara lainmelalui dukungan dana.

    d. Mengembangkan kerja sama dengan seluruh bagianGKP, lembaga-lembaga sejenis dalam lingkunganoikoumenis, dan masyarakat.

    e. Menyusun dan menyampaikan rencana kerja danRAPB tahunan kepada Majelis Sinode untukmendapat pengesahan, serta menyampaikan laporantahunan pada Rapat Kerja Sinode.

    5. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab,serta mewujudkan visi dan misinya, Badan Pelayananmelakukan hal-hal sebagai berikut.

    a. Mengelola keuangan dan harta milik sesuai denganketentuan Tata Gereja, Peraturan Pelaksanaan TataGereja, dan Peraturan Sinode.

    b. Membentuk unit/satuan kerja sebagai wujudpelaksanaan visi dan misi Badan Pelayanan tersebut,baik sendiri maupun bersama pihak lain.

    87

    1. Anggota Jemaat tersebut dinasehati/diperingatkan olehseorang anggota Majelis Jemaat. Apabila anggota jemaattersebut menyesal, Penggembalaan Khusus dihentikandan dilanjutkan dengan penggembalaan sebagaimanadisebutkan dalam pasal 80 ayat (1), (2) dan (3).

    2. Apabila proses pada pasal 81 ayat (1) tidak berhasil makaanggota jemaat tersebut diperingatkan oleh dua atau tigaorang anggota Majelis Jemaat. Apabila anggota Jemaattersebut menyesal maka Penggembalaan Khususdihentikan dan dilanjutkan dengan penggembalaansebagaimana disebutkan dalam pasal 80 ayat (1), (2) dan(3).

    3. Apabila proses pada pasal 81 ayat (2) tidak berhasi,l makaanggota jemaat tersebut diundang untuk percakapanpenggembalaan dalam Rapat Majelis Jemaat. Apabilaanggota jemaat tersebut menyesal, maka PenggembalaanKhusus dihentikan dan dilanjutkan denganpenggembalaan sebagaimana disebutkan dalam pasal 80ayat (1), (2) dan (3).

    4. Apabila proses pada pasal 81 ayat (3) tidak berhasil, makadengan pemberitahuan kepada yang bersangkutan,diwartakan dalam dua Kebaktian Minggu berturut-turuttanpa menyebut namanya supaya jemaat turutmendoakannya. Apabila anggota jemaat tersebutmenyesal, penyesalannya diungkapkan dalam RapatMajelis Jemaat serta diwartakan dalam 2 (dua) KebaktianMinggu berturut-turut dan dilanjutkan denganpenggembalaan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 80ayat (1),(2) dan (3).

  • 86

    4. Penggembalaan dilakukan oleh Majelis Sinodediwujudkan melalui aktifitas berikut.

    a. Perkunjungan kepada Jemaat, dan Bakal Jemaat/PosKebaktian dalam koordinasi dengan MajelisJemaatnya.

    b. Percakapan penggembalaan dalam rangka persiapanseseorang menjadi Pendeta, persiapan pernikahanvikaris/pendeta, persiapan peresmian Bakal Jemaat,serta membantu segenap bagian GKP dalammenghadapi pergumulannya, antara lain pendeta,Majelis Jemaat dan Badan-badan Pelayanan.

    c. Surat Penggembalaan untuk segenap bagian GKP.

    Pasal 81Penggembalaan Khusus bagi Anggota Jemaat

    Penggembalaan Khusus bagi seorang anggota jemaatdilaksanakan setelah Majelis Jemaat mendapat kepastianbahwa anggota jemaat tersebut telah melakukan perbuatanyang menyimpang dari ajaran GKP, dan atau melanggar TGdan PPTG GKP. Pelaksanaan Penggembalaan Khususditetapkan dalam rapat Majelis Jemaat, dengan tahapansebagai berikut.

    27

    c. Melakukan usaha penggalangan dana untukmembiayai pengembangan kegiatannya melalui cara-cara yang tidak bertentangan dengan iman kristendan perundangan yang berlaku.

    6. Evaluasi kinerja dan pemantapan visi dan misi BadanPelayanan dilakukan oleh Majelis Sinode, dan hasilnyadisampaikan kepada Rapat Kerja Sinode/Sidang Sinode.

    Pasal 11Badan Pelayanan yang Tidak Berbadan Hukum

    Badan Pelayanan yang tidak berbadan hukum diatur lebihlanjut oleh Pedoman Kerja, dengan ketentuan sebagaiberikut.

    1. Tidak bertentangan dengan Tata Gereja, PeraturanPelaksanaan Tata Gereja dan Peraturan Sinode.

    2. Penyusunan dan perubahan Pedoman Kerja dilakukanoleh Pengurus Badan Pelayanan, dan disahkan olehMajelis Sinode.

    Pasal 12Badan Pelayanan yang Berbadan Hukum

    1. Badan Pelayanan yang berbadan hukum mengikutiperaturan perundangan yang berlaku. Ketentuan lebihlanjut diatur dalam Anggaran Dasar Badan Pelayanantersebut yang disetujui oleh Majelis Sinode.

  • 28

    2. Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga Badan Pelayanan yang berbadan hukum, sertaperubahannya dilakukan oleh organ Badan Pelayanantersebut dan disetujui oleh Majelis Sinode, untukdisahkan oleh pihak yang berwenang.

    3. Badan Pelayanan yang berbadan hukum berbentukYayasan atau bentuk lainnya sesuai dengan kebutuhandan perundangan yang berlaku.

    4. Ketentuan mengenai Yayasan.a. Organ yayasan terdiri atas: Pembina, Pengurus,

    Pengawas.b. Ketentuan mengenai Pembina adalah :

    i. Personalia Pembina diangkat dan diberhentikanoleh Majelis Sinode

    ii. Majelis Sinode dapat memberhentikan personaliaPembina sewaktu-waktu apabila adapenyimpangan terhadap visi dan misi GKP,terkena penggembalaan khusus danpertimbangan-pertimbangan lainnya.

    iii. Pembina bertanggung jawab kepada MajelisSinode

    iv. Pembina memiliki tugas dan tanggung jawabuntuk menetapkan kebijakan visi dan misikegiatan usaha yayasan.

    v. Pembina mengangkat personalia Pengurus danPengawas atas persetujuan Majelis Sinode, sesuaidengan ketentuan perundangan yang berlaku.

    85

    2. Kebaktian Pemberkatan Pernikahan, sebagai KebaktianJemaat, dilaksanakan di gedung gereja atau rumahibadah.

    3. Penetapan waktu penyelenggaraan pemberkatanpernikahan dibicarakan bersama oleh calon mempelaidan Majelis Jemaat.

    BAB IXPENGGEMBALAAN

    Pasal 80Pelaksanaan Penggembalaan

    1. Penggembalaan dilakukan oleh gereja melalui setiapanggota jemaat sebagai perwujudan imamat am orangpercaya; serta oleh Majelis Jemaat dan Majelis Sinodeselaku Pejabat Gereja.

    2. Penggembalaan yang dilakukan oleh anggota jemaatdiwujudkan melalui hidup yang saling memperhatikan,mendukung, dan menasihati di antara sesama anggotajemaat.

    3. Penggembalaan dilakukan oleh Majelis Jemaatdiwujudkan melalui aktifitas berikut.a. Perkunjungan kepada anggota jemaat.b. Percakapan Penggembalaan yang dilakukan dalam

    rangka baptisan, Perjamuan Kudus, Pengakuan Iman,pernikahan, kedukaan, dan dalam rangka membantuanggota jemaat yang menghadapi pergumulan.

    c. Pelayanan-pelayanan Firman

  • 84

    2. GKP bertanggung jawab mempersiapkan danmemperlengkapi yang hendak menikah sesuai denganPeraturan Sinode tentang Panduan Pernikahan yangditetapkan oleh Majelis Sinode.

    Pasal 79Pemberkatan Pernikahan

    1. Ketentuan Pemberkatan Pernikahana. Kedua calon mempelai atau salah satunya adalah

    anggota jemaat.b. Dalam hal kedua calon mempelai atau salah

    satunya adalah anggota jemaat atau anggota gerejalain diperlukan surat permohonan pelayanan dariMajelis Jemaatnya.

    c. Rencana pemberkatan pernikahan diumumkandalam Kebaktian Minggu, dua minggu berturut-turut. Apabila sampai seminggu sebelumpelaksanaan tidak ada keberatan yang sah secaratertulis dari anggota jemaat, pemberkatanpernikahan dapat dilaksanakan.

    d. Dalam hal salah seorang calon mempelai masihdalam proses belajar untuk menjadi anggotajemaat, yang bersangkutan membuat suratpernyataan kesediaan bermeterai danditandatangani dua orang saksi.

    e. Dalam hal calon mempelai bermasalah, perludilakukan percakapan khusus dengan MajelisJemaat sebelum Kebaktian Pemberkatannyadiwartakan.

    29

    vi. Tata cara penunjukan dan pengangkatanpersonalia Pengurus dan Pengawas olehPembina, serta tata hubungan dan tata kerjayang berlaku, diatur sesuai dengan ketentuanperundangan yang berlaku dan Peraturan Sinode.

    5. Dalam hal Badan Pelayanan yang berbadan hukumbermitra dengan pihak lain, ketentuannya diaturtersendiri dalam Peraturan Sinode yang disahkan olehMajelis Sinode.

    Pasal 13Asas Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

    1. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara, GKP berasaskan Pancasila.

    2. Dengan menerima dan menghayati Pancasila, GKPmemiliki tanggung jawab :a. Melaksanakan ketentuan dan aturan-aturan yang

    dibangun atas dasar falsafah Pancasila danUndang-undang Dasar Negara Republik Indonesia1945.

    b. Berperan secara positif, kreatif, kritis, danrealistis dalam memberi landasan moral, etik danspiritual bagi pembangunan masyarakat danbangsa.

    c. Bersama dengan berbagai komponen bangsaturut menjaga dan mempertahankan agarPancasila tetap menjadi dasar negara.

  • 30

    BAB IIISTRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI

    Pasal 14Struktur Organisasi

    1. Struktur Organisasi GKP dibangun berdasar pada sistemPresbiterial Sinodal, yang mengatur hubungan antaraJemaat yang dipimpin oleh Majelis Jemaat dengan Gerejayang dipimpin oleh Majelis Sinode. Dalam ikatan sinode,jemaat-jemaat tidak berjalan sendiri-sendiri tetapibersama-sama dalam pimpinan Majelis Sinode.

    2. Majelis Jemaat sebagai Pimpinan Jemaat bertanggungjawab atas pelaksanaan panggilan gereja di lingkupJemaatnya. Majelis Sinode, sebagai Pimpinan Sinodebertanggung jawab atas pelaksanaan panggilan gereja dilingkup yang lebih luas, yaitu Sinode.

    3. Ketentuan mengenai tugas, tanggung jawab danwewenang Majelis Jemaat diatur lebih lanjut dalam PPTGpasal 56 dan 57.

    4. Ketentuan mengenai tugas, tanggung jawab danwewenang Majelis Sinode diatur lebih lanjut dalam PPTGPasal 64 dan 65.

    Pasal 15Jemaat

    Jemaat adalah wujud kehadiran GKP di suatu tempat tertentuyang memenuhi ketentuan sebagai berikut.

    83

    4. Perjamuan Kudus dirayakan dalam Kebaktian Jemaatdengan menggunakan Tata Kebaktian yang ditetapkanoleh Majelis Sinode GKP.

    5. Bagi anggota jemaat yang keadaan fisiknya tidakmemungkinkan datang ke rumah ibadah, dilakukanpelayanan Perjamuan Kudus secara khusus. Pelayanankhusus ini dilakukan segera setelah pelayanan PerjamuanKudus yang dilaksanakan di rumah ibadah.

    6. GKP terbuka untuk menerima pelayanan PerjamuanKudus yang dilayani oleh pendeta gereja lain yangseajaran dengan menggunakan Tata Kebaktian GKP dantata cara GKP.

    7. Pendeta GKP terbuka untuk melayani Perjamuan Kudus digereja lain yang seajaran.

    BAB VIIIPERNIKAHAN

    Pasal 78Pelaksanaan Pernikahan

    1. Pernikahan dilaksanakan menurut undang-undang yangberlaku. Pelaksanaannya dilakukan sesuai denganPeraturan Sinode tentang Tata Cara Pernikahan yangditetapkan oleh Majelis Sinode.

  • 82

    Pasal 77Pelaksanaan Perjamuan Kudus

    1. Perjamuan Kudus dalam lingkungan GKP dilaksanakanoleh dan berada dalam tanggung jawab Majelis Jemaat.Pelayanan Perjamuan Kudus dilayani oleh pendetadengan menggunakan roti dan air anggur atau airputih/teh bagi yang kesehatannya tidak memungkinkan.

    2. Perjamuan Kudus di jemaat dirayakan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali setahun.

    a. Perjamuan Kudus dalam rangka Jumat Agung(Maret/April)

    b. Perjamuan Kudus dalam rangka Hari Pekabaran InjilGKP (Minggu II Juli)

    c. Perjamuan Kudus dalam rangka Hari PerjamuanKudus se-Dunia dan Hari Pekabaran Injil Indonesia(Minggu I Oktober)

    d. Perjamuan Kudus dalam rangka akhir/awal tahun.

    3. Perjamuan Kudus dapat dirayakan sehubungan dengankegiatan-kegiatan khusus dalam rangka kebersamaanGKP maupun oikoumenis.

    31

    1. Sekurang-kurangnya terdiri dari 70 (tujuh puluh) anggotasidi jemaat yang tercatat dalam Buku Induk Jemaat.

    2. Adanya kemampuan sebagai Jemaat untuk melaksanakanpanggilan gereja sesuai dengan ketentuan TG dan PPTGGKP.

    3. Adanya rumah ibadah yang tetap serta pastori yangmemadai.

    4. Adanya kemampuan membiayai keperluan dankebutuhan dalam melaksanakan tugas panggilannya.

    5. Adanya Majelis Jemaat untuk melaksanakankepemimpinan jemaat.

    6. Telah diresmikan sebagai Jemaat oleh Majelis SinodeGKP.

    7. Adanya Pendeta Jemaat; dalam hal suatu jemaat belummemiliki Pendeta Jemaat, maka jemaat tersebutmendapat pelayanan Pendeta Konsulen.

    8. Dalam hal suatu persekutuan bermaksudmenggabungkan diri ke dalam lingkungan GKP makastatusnya ditetapkan oleh Majelis Sinode GKPberdasarkan ketentuan Tata Gereja dan PeraturanPelaksanaan Tata Gereja GKP setelah melalui prosespenyiapan.

    Pasal 16Pos Pelayanan

    1. Untuk melayani secara tetap dan terencana anggotajemaat yang bertempat tinggal jauh dari rumah ibadahdan dalam rangka mengembangkan pelayanannya,jemaat membentuk Pos Pelayanan. Pembentukan Pos

  • 32

    Pelayanan tersebut dilakukan dengan cara sebagaiberikut.a. Upaya Jemaat sendiri sebagai wujud panggilan untuk

    melayani anggota Jemaat yang tempat tinggalnyajauh dari gerejanya. Pos Pelayanan ini sepenuhnyadalam tanggung jawab Majelis Jemaat.

    b. Dalam kerja sama dengan fihak lain, jemaat GKP lain,jemaat gereja lain, lembaga pelayanan oikoumenis,dsb. Pos Pelayanan ini ada dalam tanggungjawab dankoordinasi bersama antara Majelis Jemaat dan pihakyang bersangkutan.

    2. Pos Pelayanan ada yang statusnya tetap sebagai PosPelayanan dan ada juga yang memungkinkanberkembang menjadi Pos Kebaktian.

    Pasal 17Pos Kebaktian

    Pos Kebaktian adalah persekutuan anggota jemaat GKP yangada di suatu tempat tertentu yang merupakan bagian dariwujud kehadiran GKP, yakni jemaat di tempat tersebut..Pembentukan Pos Kebaktian di suatu tempat tertentuditandai hal-hal sebagai berikut.1. Sekurang-kurangnya ada 20 (dua puluh) anggota sidi

    jemaat yang tercatat sebagai anggota sidi di satu jemaattertentu.

    2. Adanya kegiatan hidup bergereja yang bersifat tetapseperti Kebaktian Minggu, Kebaktian Hari Raya Gerejawi,Kebaktian Rumah Tangga, dan kegiatan lainnya dalamtanggung jawab Majelis Jemaat.

    81

    Pasal 75Persiapan Perjamuan Kudus

    1. Sebelum dilaksanakan Perjamuan Kudus, Majelis Jemaatmengumumkan waktu diselenggarakannya perayaanSakramen Perjamuan Kudus melalui warta jemaat dalamKebaktian Minggu, dua minggu berturut-turut.

    2. Majelis Jemaat mempersiapkan anggota sidi jemaatnyauntuk meneguhkan pemahaman dan penghayatan maknaPerjamuan Kudus melalui Kebaktian Rumah Tangga, danatau Kebaktian Khusus, dan atau perkunjungan(pelawatan)

    Pasal 76Peserta Perjamuan Kudus

    1. Anggota sidi GKP jemaat yang bersangkutan.

    2. Anggota sidi GKP jemaat lain atau gereja lain yangseajaran, dengan mengisi formulir yang disediakan olehMajelis Jemaat, sebelum kebaktian dimulai.

    3. Anggota Sidi yang dimaksud adalah anggota sidi yangtidak kehilangan haknya sehubungan dengan ketentuanPenggembalaan Khusus.

  • 80

    Pasal 74Katekisasi

    1. Katekisasi adalah sarana pembinaan untukmemperlengkapi seseorang dengan pengetahuan dasardan penghayatan firman Tuhan agar dapat bersikap danberkelakuan sesuai dengan iman Kristen, ajaran dan polahidup persekutuan GKP.

    2. Katekisasi diselenggarakan oleh Majelis Jemaat sesuaidengan Peraturan Sinode tentang Panduan Katekisasiyang ditetapkan Majelis Sinode.

    3. Katekisasi diselenggarakan dalam tanggung jawab MajelisJemaat dan dalam koordinasi Pendeta Jemaat

    4. Jenis-jenis katekisasi :a. Katekisasi Remaja, yaitu katekisasi yang

    diselenggarakan untuk usia remaja sebagai persiapansidi.

    b. Katekisasi Sidi, yaitu katekisasi yang diselenggarakansebagai kelanjutan Katekisasi Remaja untukmelaksanakan Pengakuan Iman/Sidi.

    c. Katekisasi Khusus, yaitu katekisasi yangdiselenggarakan bagi mereka yang membutuhkanpelayanan secara khusus.i. Yang berasal dari agama lainii. Yang berasal dari gereja tidak seajaraniii.Yang memiliki keterbatasan fisik dan mentaliv.Yang akan kembali ke persekutuan Jemaat.

    33

    3. Menyelenggarakan kegiatan administrasi pelayanan dankeuangan dalam koordinasi Majelis Jemaat.

    4. Adanya pengurus yang secara khusus mengaturpelayanan sehari-hari yang disebut Pengurus PosKebaktian. Pengurus ini ditetapkan dan bertanggungjawab kepada Majelis Jemaatnya.

    5. Telah diresmikan menjadi Pos Kebaktian dari suatuJemaat GKP. Peresmian dilakukan oleh Majelis Jemaatdalam suatu Kebaktian Khusus.

    Pasal 18Bakal Jemaat

    1. Apabila sebuah Pos Kebaktian yang dalamperkembangannya ternyata dapat memenuhi ketentuantentang Jemaat sebagaimana disebutkan dalam PPTGPasal 15, Majelis Sinode meresmikannya sebagai BakalJemaat. Bakal Jemaat adalah sebutan bagi Pos Kebaktianyang berada pada masa peralihan menjadi Jemaat yangmandiri melalui penyiapan dan pembinaan.

    2. Sebutan sebagai Bakal Jemaat berlangsung paling lama 2(dua) tahun dan setelah itu diresmikan menjadi Jemaat.Selama 2 (dua) tahun tersebut Majelis Jemaat bersamaMajelis Sinode membina, memperlengkapi danmempersiapkan Pengurus Bakal Jemaat dan anggotanyamelalui program pembinaan yang diatur dalam PeraturanSinode yang ditetapkan oleh Majelis Sinode.

  • 34

    3. Dalam hal sebuah Bakal Jemaat karena sebab-sebabtertentu tidak dapat diproses lebih lanjut untuk menjadiJemaat, maka Bakal Jemaat tersebut ditetapkan kembalimenjadi Pos Kebaktian.

    Pasal 19Peresmian Jemaat, Bakal Jemaat dan Pos Kebaktian

    Tata cara peresmian Jemaat, Bakal Jemaat, dan Pos Kebaktiandiatur dalam Peraturan Sinode yang ditetapkan oleh MajelisSinode.

    Pasal 20Sinode

    Sinode adalah bentuk kehadiran GKP yang ditandai denganadanya hal-hal sebagai berikut.

    1. Sidang Sinode yang mencerminkan kebersamaan Jemaat-Jemaat sebagai satu Sinode.

    2. Kegiatan bersama seluruh bagian GKP dalam bersekutu,melayani dan bersaksi.

    3. Kebersamaan yang diatur dalam Tata Gereja danPeraturan Pelaksanaan Tata Gereja.

    4. Lembaga kepemimpinan yang memimpin kehidupanbersinode, yaitu Majelis Sinode.

    5. Kebersamaan dalam bidang teologi, daya, dan danadalam mewujudkan persekutuan, pelayanan, dankesaksian.

    79

    Pasal 73Pengakuan Iman/Sidi

    1. Pengakuan Iman/sidi adalah keputusan yangdiambil secara sadar oleh seseorang anggotaBaptis, atau seseorang yang mengaku iman secarapribadi di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya.

    2. Dalam hal seseorang adalah anggota BaptisJemaat/Gereja lain, Pengakuan Iman/sidi dilakukanberdasarkan surat permohonan Majelis Jemaatyang bersangkutan. Status keanggotaan yangbersangkutan tetap berada di Jemaat/Gereja asal.

    3. Untuk dapat melakukan Pengakuan Iman/Sidi,seseorang harus mengikuti Katekisasi Sidi danPersiapan Sidi. Untuk dapat mengikuti KatekisasiSidi seseorang telah berusia lima belas tahun, atausudah duduk di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

    4. Pengakuan Iman/Sidi dilaksanakan dalam suatuKebaktian Minggu dengan mempergunakan TataKebaktian yang ditetapkan Majelis Sinode setelahdiwartakan dalam Kebaktian Minggu, dua mingguberturut-turut.

    5. Anggota Baptis yang sudah melakukan PengakuanIman/Sidi statusnya menjadi anggota Sidi Jemaat.

    6. Seseorang yang telah melakukan PengakuanIman/Sidi dan menerima Baptisan Dewasa,dinyatakan sebagai anggota Sidi Jemaat.

    7. GKP mengakui sahnya Pengakuan Iman/Sidi yangdilakukan Gereja yang seajaran.

  • 78

    Pasal 72Pelaksanaan Baptisan Kudus

    1. Baptisan Kudus diselenggarakan dalam tanggung jawabMajelis Jemaat dan dilayani oleh pendeta dengan tiga kalipercikan air, dalam nama Bapa, dan Anak, dan RohKudus.

    2. Baptisan Kudus dilakukan dalam Kebaktian Minggudengan mempergunakan Tata Kebaktian yang ditetapkanoleh Majelis Sinode.

    3. Bagi mereka yang keadaan fisiknya tidak memungkinkandatang ke rumah ibadah, dilayani secara khusus.Pelayanan secara khusus ini dilakukan setelah baptisanyang dilakukan dalam Kebaktian Minggu.

    4. Kepada yang dibaptis diberikan Surat Baptis.5. Dalam rangka kehidupan oikoumenis maka :

    a. GKP terbuka untuk melayani Baptisan Kudus bagianggota gereja lain yang seajaran, dengan suratpermohonan pelayanan dari gereja yangbersangkutan.

    b. GKP mengakui sahnya baptisan oleh gereja lain yangdilakukan dalam nama Bapa dan Anak dan RohKudus.

    c. GKP terbuka menerima pelayanan baptisan olehpendeta dari gereja lain yang seajaran dengan GKPdan dilakukan dengan tata cara GKP

    d. Pendeta GKP terbuka untuk melayani Baptisan Kudusdi gereja lain yang seajaran dengan tata cara gerejatersebut.

    35

    Pasal 21Klasis

    Klasis adalah bentuk kerjasama jemaat-jemaat GKP dalamsatu wilayah yang berdekatan, yang ditandai dengan adanyahal-hal sebagai berikut.1. Keputusan Sidang Sinode yang menetapkan wilayah

    kerjasama Klasis.2. Upaya saling membantu dalam mengatasi masalah

    persekutuan, pelayanan dan kesaksian.3. Hubungan kerjasama antara Jemaat-Jemaat di wilayah

    tertentu dalam rangka mengembangkan hidup bersinodedan melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Sinode.

    4. Badan Pelaksana yang berfungsi mengkoordinasikan danmelaksanakan rencana kerja bersama yang dirumuskandalam Rapat Klasis.

    Pasal 22Perangkat Organisasi

    1. Dalam rangka penatalayanan yang tertib dan teratur,maka Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan Tata Gerejamerupakan peraturan dasar kehidupan bergereja, yangditetapkan dan disahkan oleh Sidang Sinode, danmengikat seluruh bagian GKP.

    2. Untuk menata dan mengatur kehidupan berjemaat danbersinode, selain Tata Gereja dan Peraturan PelaksanaanTata Gereja, GKP mengenal peraturan-peraturan sebagaiberikut.

  • 36

    a. Peraturan Jemaat, yaitu peraturan yang mengikatseluruh bagian jemaat, ditetapkan oleh MajelisJemaat.

    b. Peraturan Sinode, yaitu peraturan-peraturan yangmengikat seluruh bagian GKP, yang ditetapkan olehMajelis Sinode, atau Rapat Kerja Sinode.

    BAB IVKEANGGOTAAN

    Pasal 23Anggota Baptis

    1. Anggota Baptis adalah anggota jemaat yang telahmenerima baptisan anak-anak.

    2. Anak anggota jemaat wajib dibaptiskan sesegeramungkin.

    3. Anak anggota jemaat yang dapat menerima Baptis Anak,yaitu bayi sampai dengan usia 15 (lima belas) tahun.Dalam hal usia anak lebih dari 15 (lima belas) tahun, anaktersebut dipersiapkan untuk mengikuti Katekisasi Sidi.

    4. Setiap anak yang dibaptis mendapat Surat Baptis, dannamanya dicatat dalam Buku Induk Jemaat GKP.

    Pasal 24Anggota Sidi

    Anggota Sidi adalah anggota Baptis yang telah mengikrarkanPengakuan Imannya atau seseorang yang telah menerimaBaptisan Dewasa

    77

    a. Percakapan Penggembalaan Bagi Calon Baptis Dewasa.i. Dasar dan makna Baptisan Dewasa serta Janji

    Baptisan.ii. Hak dan kewajiban anggota sidi.iii. Kelengkapan persyaratan Baptisan Dewasa.

    b. Percakapan Penggembalaan Bagi Orangtua.i. Dasar dan makna Baptisan Anak serta Janji

    Baptisan.ii. Tanggung jawab orangtua.

    iii. Kelengkapan persyaratan Baptisan Anak.

    c. Pertemuan untuk persiapan teknis pelaksanaanBaptisan.

    3. Nama-nama calon Baptisan Dewasa dan Baptisan Anakbeserta nama orang tuanya diwartakan dalam KebaktianMinggu, 2 (dua) minggu berturut-turut. Pewartaandilakukan untuk memberi kesempatan kepada Jemaatuntuk mendoakan dan memberi tanggapan. Apabilasampai seminggu sebelum pelaksanaan tidak adakeberatan yang sah secara tertulis dari anggota jemaat,baptisan dapat dilaksanakan.

  • 76

    4. Syarat Baptisan Anak.a. Memiliki Akta Kelahiran.b. Salah satu orang tuanya adalah anggota sidi jemaat

    yang bersangkutan dan tidak kehilangan haknyasehubungan dengan ketentuan penggembalaankhusus.

    c. Orang tuanya adalah anggota sidi dari gereja yangseajaran dengan surat permohonan pelayanan darigereja yang bersangkutan.

    d. Mengikuti persiapan yang diselenggarakan MajelisJemaat.

    Pasal 71Persiapan Penyelenggaraan Baptisan Kudus

    1. Rencana penyelenggaraan Baptisan Dewasa diumumkansesuai dengan program katekisasi; dan rencanapenyelenggaraan Baptisan Anak diumumkan sesuaidengan Program Jemaat dalam Kebaktian Minggudengan maksud diketahui secara dini guna memberikesempatan kepada orangtua untuk mendaftarkan anak-anaknya.

    2. Majelis Jemaat mengadakan percakapan dan pertemuandengan Calon Baptis Dewasa yang hendak mengikrarkanPengakuan Iman dan menerima Baptisan Dewasa danorangtua yang hendak membawa anak-anaknya untukdibaptiskan.

    37

    Pasal 25Cara Menjadi Anggota Jemaat

    1. Keputusan penerimaan seseorang menjadi anggota disatu jemaat ada pada Majelis Jemaat.

    2. Seseorang dapat menjadi anggota jemaat GKP.a. Melalui baptisanb. Melalui perpindahan anggota dari Jemaat GKP

    lainnya atau gereja lain yang seajaran dengan suratatestasi/surat pindah.

    c. Melalui permohonan tertulis yang bersangkutan.

    Pasal 26Melalui Baptisan

    1. Anak anggota jemaat menjadi anggota Baptis setelahmendapat Pelayanan Baptisan Anak.

    2. Seseorang yang telah dewasa atau berusia lebih dari 17tahun dapat menjadi anggota jemaat melalui BaptisanDewasa setelah mengikuti Katekisasi Sidi atau KatekisasiKhusus, sebagaimana diatur dalam PPTG Pasal 74 ayat(4), status keanggotaannya adalah anggota sidi jemaat.

    Pasal 27Dengan Surat Atestasi

    1. Seorang anggota jemaat GKP atau anggota gereja yangseajaran, dapat menjadi anggota jemaat GKP lainnyakarena perpindahan keanggotaan dengan suratatestasi/surat pindah dari jemaat/gereja asal.

  • 38

    2. Sebelum Majelis Jemaat menerima yang bersangkutansebagai anggota jemaatnya, Majelis Jemaat berkewajibanmelakukan pembinaan bagi yang bersangkutan.a. Untuk yang berasal dari jemaat GKP lain berisi

    pembinaan mengenai kehidupan jemaat di tempatitu.

    b. Untuk yang berasal dari gereja lain yang seajaran,pembinaannya mengenai Tata Gereja dan PeraturanPelaksanaan Tata Gereja GKP serta kehidupan jemaattersebut.

    3. Status keanggotaannya sesuai dengan suratatestasi/surat pindah.

    Pasal 28Melalui Surat Permohonan

    1. Apabila seorang anggota jemaat dari gereja lain yangseajaran tidak dapat menunjukkan surat atestasi/suratpindah dari Gereja asalnya disertai dengan alasan yangdapat dipertanggungjawabkan, yang bersangkutan dapatmenjadi anggota jemaat GKP dengan cara sebagaiberikut.a. Mengajukan permohonan tertulis untuk menjadi

    anggota jemaat GKP kepada Majelis Jemaat, denganmelampirkan foto copy KTP, foto copy Surat Baptis,Surat Pengakuan Iman, Akta Kelahiran dan AktaPernikahan bagi yang sudah menikah.

    b. Mendapat pembinaan dari Majelis Jemaatsebagaimana disebutkan dalam PPTG Pasal 27 ayat(2b).

    75

    2. Tata Kebaktian yang diperlukan dalam pelayananjemaat yang belum/tidak disiapkan oleh MajelisSinode dibuat oleh dan berada dalam tanggungjawab Majelis Jemaat.

    3. Tata Kebaktian lain yang belum/tidak disiapkanoleh Majelis Sinode atau Majelis Jemaat dibuat danberada dalam tanggung jawab penyelenggarakebaktian sesuai dengan lingkupnya masing-masing.

    Pasal 70Syarat Baptisan Kudus

    1. GKP menyelenggarakan Baptisan Kudus atas dasarperjanjian Allah di dalam Yesus Kristus, Pengakuan Imandan Janji Baptisan.

    2. GKP menyelenggarakan Baptisan Dewasa, yaitu baptisanyang diselenggarakan berdasarkan Pengakuan Iman danJanji Baptisan yang bersangkutan; serta Baptisan Anak,yang diselenggarakan berdasarkan Pengakuan Iman danJanji Baptisan orangtuanya.

    3. Syarat Baptisan Dewasa.a. Telah mengikuti katekisasi sesuai ketentuan PPTG

    Pasal 74.b. Berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuhbelas) tahun.c. Mengikuti persiapan yang dilaksanakan Majelis

    Jemaat.

  • 74

    3. Kebaktian lainnya, yaitu kebaktian yang diselenggarakanoleh pribadi, keluarga dan kelompok orang percayasebagai perwujudan tanggungjawabnya untukmemelihara iman percayanya dan mengungkapkan rasasyukurnya.

    Pasal 68Penanggung Jawab Kebaktian

    1. Tanggung jawab penyelenggaraan Kebaktian Jemaat danKebaktian Kategorial di lingkungan jemaat ada padaMajelis Jemaat.

    2. Tanggung jawab penyelenggaraan Kebaktian Khususdalam rangka kebersamaan sinodal/klasikal ada padaMajelis Jemaat dan Majelis Sinode atau Badan PelaksanaKlasis.

    3. Tanggung jawab penyelenggaraan kebaktian lain adapada pimpinan lembaga/pihak penyelenggara.

    Pasal 69Tata Kebaktian

    Dalam rangka pelaksanaan kebaktian yang tertib danteratur, GKP menggunakan Tata Kebaktian yangdisusun berdasarkan ajaran GKP, yaitu.1. Tata Kebaktian yang digunakan oleh seluruh bagian

    GKP dibuat oleh dan berada dalam tanggung jawabMajelis Sinode.

    39

    2. Bagi anggota gereja yang tidak seajaran dapat menjadianggota jemaat GKP dengan cara sebagai berikut.a. Mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis

    Jemaat dengan melampirkan foto copy KTP, SuratBaptis, Akta Kelahiran, dan Akta Pernikahan bagi yangsudah menikah.

    b. Apabila yang bersangkutan telah dibaptis dalamnama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus oleh pejabatgereja yang berwenang untuk melakukannya, yangbersangkutan tidak dibaptis lagi, tetapi harusmengikuti Katekisasi Khusus sebagaimana disebutkandalam PPTG Pasal 74 ayat (4c), kemudianmenyatakan pengakuan imannya dalam KebaktianMinggu, yang bersangkutan menjadi anggota sidijemaat.

    c. Apabila baptisan dan atau surat baptisnyameragukan, maka yang bersangkutan dibaptisdengan Tata Cara Baptisan GKP. Kepada yangbersangkutan diberikan Surat Baptis menggantikanSurat Baptis lama yang ditarik oleh Majelis Jemaat.

    3. Seseorang yang berasal dari agama dan kepercayaan laindapat menjadi anggota Jemaat dengan cara sebagaiberikut.a. Mengajukan permohonan dan pernyataan tertulis di

    atas kertas bermeterai dan ditandatangani oleh duaorang saksi.

    b. Mengikuti Katekisasi Khusus, kemudianmelaksanakan pengakuan iman (sidi) dalamKebaktian Minggu, dibaptis, dan menjadi anggota sidijemaat.

  • 40

    Pasal 29Anggota Persiapan

    1. Anak anggota jemaat yang belum dibaptiskan ada dalammasa persiapan menjadi anggota jemaat, dan secepatnyadibaptis.

    2. Dalam hal seseorang sedang mengikuti Katekisasi Khususuntuk Baptisan Dewasa atau dalam masa pembinaansebagaimana disebutkan dalam PPTG Pasal 27 ayat (2),maka yang bersangkutan disebut anggota persiapan.

    3. Sebutan sebagai anggota persiapan, berakhir setelahyang bersangkutan menjadi anggota baptis atau anggotasidi.

    Pasal 30Buku Induk Jemaat dan Buku Anggota

    1. Setiap anggota jemaat, termasuk yang ada di BakalJemaat, Pos Kebaktian dan Pos Pelayanan dicatat dalamBuku Induk Jemaat.

    2. Setiap anggota jemaat yang ada di Bakal Jemaat, PosKebaktian dan Pos Pelayanan secara khusus dicatat dalamBuku Anggota Jemaat yang ada di tempatnya masing-masing.

    73

    BAB VIIKEBAKTIAN DAN SAKRAMEN

    Pasal 67Jenis-Jenis Kebaktian

    1. Kebaktian Jemaat.a. Kebaktian Minggu, yaitu kebaktian yang

    diselenggarakan pada hari Minggu di rumah ibadah.b. Kebaktian Rumah Tangga, yaitu kebaktian yang

    bersifat pembinaan dan pendalaman iman anggotajemaat, diselenggarakan di rumah anggota jemaatsecara bergilir.

    c. Kebaktian Hari Raya Gereja, yaitu kebaktian yangdiselenggarakan dalam rangka memperingati HariRaya Gereja seperti : Natal, Jumat Agung, Paskah,Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta.

    d. Kebaktian Khusus, kebaktian yang diselenggarakandalam rangka pemberkatan pernikahan, pemakaman-penghiburan, pengucapan syukur, penahbisan,peresmian, pengutusan, emeritasi Pendeta,pembukaan dan penutupan rapat/sidang diJemaat/Sinode, peringatan HUT Jemaat/Sinode, HariRaya Nasional dan Oikoumenis dan lain-lain.

    2. Kebaktian Kategorial, yaitu kebaktian yangdiselenggarakan bagi kategori tertentu seperti: anak,remaja, pemuda, wanita, pria, lanjut usia;Pelajar/Mahasiswa; TNI-POLRI; pelayan kesehatan,pendidikan dan lain-lain.

  • 72

    Pasal 66Komisi Pelayanan di Sinode

    1. Komisi Pelayanan di Sinode diangkat danbertanggungjawab kepada Majelis Sinode

    2. Tugas dan tanggung jawab Komisi Pelayanan di Sinode.a. Menyusun dan melaksanakan Rencana Kerja dan

    Anggaran Tahunan sebagai bagian dari Rencana Kerjadan Anggaran Majelis Sinode.

    b. Membangun hubungan konsultatif antarkomisisejenis di Jemaat-jemaat dan antara KomisiPelayanan di Jemaat dengan Komisi Pelayanan diSinode.

    c. Menyampaikan laporan kegiatan kepada MajelisSinode sekurang-kurangnya satu kali setahun sebagaibagian laporan Majelis Sinode kepada jemaat, RapatKerja Sinode, dan Sidang Sinode

    3. Ketentuan tentang Komisi Pelayanan di Sinode.a. Memiliki pengalaman pelayanan di jemaat dan atau

    klasis.b. Jumlah anggota komisi sekurang-kurangnya 3 (tiga)

    orang, terdiri dari seorang ketua, sekretaris dananggota, selebihnya disesuaikan dengan kebutuhan.

    c. Periode Pelayanan Komisi Pelayanan di Sinode 5(lima) tahun sesuai dengan masa pelayanan MajelisSinode

    d. Ketentuan lebih lanjut tentang Komisi Pelayanan diSinode diatur dalam Peraturan Sinode tentangPedoman Kerja Komisi Pelayanan di Sinode yangditetapkan oleh Majelis Sinode.

    41

    Pasal 31Pindah Keanggotaan / Pindah Agama

    1. Kepada anggota sidi jemaat atau keluarga yang denganalasan yang jelas pindah ke jemaat GKP lain atau kegereja lain yang seajaran, Majelis Jemaat wajibmembuatkan Surat Atestasi bagi yang bersangkutan.

    2. Apabila pindah ke gereja yang tidak seajaran, yangbersangkutan membuat surat pernyataan pengundurandiri sebagai anggota, dan Majelis Jemaat membuat suratpernyataan bahwa yang bersangkutan bukan lagi anggotajemaat.

    3. Apabila anggota jemaat pindah agama, yangbersangkutan membuat surat pernyataan pengundurandiri sebagai anggota jemaat, dan Majelis Jemaatmembuat surat pernyataan bahwa yang bersangkutanbukan lagi anggota jemaat.

    4. Setiap perubahan status keanggotaan dicatat dalam BukuInduk Jemaat dan diwartakan dalam Warta Jemaat.

    Pasal 32Kewajiban dan Tanggung Jawab Anggota

    1. Hidup tertib sesuai dengan pengajaran Alkitab dalamhidup bergereja dan bermasyarakat.

    2. Menaati Tata Gereja, Peraturan Pelaksanaan Tata Gerejadan peraturan-peraturan lainnya yang berlaku dalamlingkungan GKP.

  • 42

    3. Membaptiskan dan mendidik anak-anaknya di dalampengenalan kepada Yesus Kristus, serta penghayatan polahidup persekutuan GKP.

    4. Mewujudkan persekutuan, pelayanan, dan kesaksiangereja dengan jalan mengambil bagian dalam kegiatanjemaat, kegiatan kebersamaan GKP, dan kegiatanoikoumenis.

    5. Mendoakan jemaat dan kegiatan jemaat sertamendukung dengan dana melalui persembahan-persembahan.

    Pasal 33Hak Anggota

    1. Setiap anggota jemaat mempunyai hak untuk melayani,yaitu hak untuk ikut serta memberikan pelayanan bagijemaat dan gereja dalam rangka mewujudkanpersekutuan, pelayanan, dan kesaksian.

    2. Hak melayani ini ada yang dilaksanakan secara langsungsebagai perwujudan dari panggilan hidup tiap-tiap orangpercaya untuk saling menolong, memperhatikan,mendukung dan menasihati sesuai dengan pengajaranAlkitab, dan ada hak melayani yang membutuhkanpengaturan lebih lanjut demi ketertiban hidup berjemaatdan bergereja sesuai dengan ketentuan PeraturanPelaksanaan Tata Gereja ini.

    3. Setiap anggota jemaat mempunyai hak untukmendapatkan pelayanan dan pembinaan dari GKP yangdilakukan oleh Majelis Jemaat.

    71

    e. Mengelola dan memanfaatkan harta milik GKP yangpengelolaannya berada dalam tanggung jawabMajelis Sinode.

    f. Menyusun laporan pertanggungjawabanpenatalayanannya dalam koordinasi PengawasPerbendaharaan Sinode dan menyampaikannyapada Sidang Sinode.

    4. Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Majelis Sinode meminta saran, masukan, danpertimbangan Penasihat Majelis Sinode.

    Pasal 65Wewenang Majelis Sinode

    1. Bertindak untuk dan atas nama Gereja Kristen Pasundandi dalam dan di luar gereja. Dalam hal ini Majelis Sinodediwakili oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum.

    2. Mengangkat dan memberhentikan personalia BadanPelayanan Sinode, Komisi Pelayanan di Sinode dankelengkapan pelayanan lainnya di Sinode sesuai denganPeraturan Sinode yang ditetapkan oleh Majelis Sinode.

    3. Meresmikan jemaat dan bakal jemaat.4. Menahbiskan pendeta.5. Meresmikan pendeta sesuai dengan statusnya.6. Meresmikan vikaris dan menetapkan masa vikariatnya.7. Mengambil tindakan terhadap pendeta yang

    menyimpang dalam hal ajaran dan perbuatan menurutketentuan Tata Gereja dan Pedoman Pelaksanaan TataGereja GKP.

  • 70

    c. Memberlakukan dan membimbing pelaksanaankeputusan-keputusan Sidang Sinode dan RapatKerja Sinode serta menyusun dan memberlakukanPeraturan Sinode.

    d. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannyakepada Rapat Kerja Sinode, PengawasPerbendaharaan Sinode dan jemaat-jemaat.

    e. Menyusun laporan pertanggungjawabanpelaksanaan kegiatan-kegiatan Majelis Sinode danmenyampaikannya pada Sidang Sinode.

    f. Menyediakan kelengkapan administrasi jemaat,seperti Buku Induk Jemaat, Buku Anggota Jemaat,Formulir Baptisan, Sidi, Pemberkatan Nikah danSurat Atestasi .

    3. Mengkoordinasikan penatalayanan, mengelola danmendayagunakan harta milik GKP dalam rangkamewujudkan panggilan gereja.a. Menyusun, menetapkan dan melaksanakan

    Rencana Anggaran Tahunan Majelis Sinode sesuaidengan Peraturan Sinode tentang PedomanPerbendaharaan GKP yang ditetapkan oleh MajelisSinode.

    b. Melaksanakan kewajiban GKP dalam membantukebersamaan jemaat-jemaat; dan dalammendukung kehidupan oikoumenis.

    c. Berperan aktif dalam pemberian kesejahteraanbagi Pendeta GKP dan keluarganya.

    d. Mengkoordinasikan pengelolaan dan pemanfaatanharta milik GKP secara menyeluruh.

    43

    4. Setiap anggota jemaat namanya berhak dicatatkan dalamBuku Induk Jemaat. Anggota jemaat yang ada di BakalJemaat, Pos Kebaktian dan Pos Pelayanan, namanyadicatat dalam Buku Anggota Jemaat yang ada di tempattersebut.

    Pasal 34Berakhirnya Keanggotaan

    1. Seorang anggota jemaat berakhir keanggotaan diJemaatnya bila yang bersangkutan pindah ke Jemaat lainatau ke Gereja lain.

    2. Seorang anggota jemaat yang aktif di Gereja lain yangsejaran atau tidak seajaran, tetapi tidak aktif diJemaatnya sendiri kehilangan keanggotaannya.

    3. Seorang anggota jemaat yang melangsungkan pernikahanmenurut tata cara agama lain, dianggap pindah agamadan kehilangan keanggotaannya.

    4. Anggota jemaat yang melangsungkan pernikahan dengananggota gereja lain yang tidak seajaran, tidak haruskehilangan keanggotaannya, kecuali yang bersangkutanmengundurkan diri sebagai anggota jemaat GKP.

    5. Seorang anggota jemaat dapat kehilangankeanggotaannya atas keputusan Majelis Jemaat sesuaidengan Tata Cara Penggembalaan Khusus yang diaturdalam PPTG Pasal 81.

    6. Keanggotaan sebagai anggota jemaat berakhir ketikayang bersangkutan meninggal dunia.

  • 44

    Pasal 35Penerimaan Kembali

    1. Seorang anggota jemaat yang kehilangankeangg