tg 1

11
TUGAS PERTAMA PENGELOLAAN PENCEMARAN UDARA Dosen : DR. IR. HJ. SUMARNI HAMID ALY.M.T. OLEH : Nur Fauziah Sudirman D 121 12 270 PROGRAM STUDI S 1 TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

Transcript of tg 1

Page 1: tg 1

TUGAS PERTAMA

PENGELOLAAN PENCEMARAN UDARA

Dosen :

DR. IR. HJ. SUMARNI HAMID ALY.M.T.

OLEH :

Nur Fauziah Sudirman

D 121 12 270

PROGRAM STUDI S 1 TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

Page 2: tg 1

1. Pengertian pencemaran udara ?

Jawab :

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang - Undang Nomor 23

tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran

yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari

pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa

alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas,

dan awan panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang

Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah

masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Dari ketiga

pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran udara dapat pula

diartikan adanya bahan-bahan atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan

terjadinya perubahan komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya.

Page 3: tg 1

2. Baku mutu emisi

Jawab :

Baku mutu emisi menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup no. Kep-13/menlh/3/1995

BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)

No Sumber Parameter Batas Maksimum

(mg/m3)

1 Penanganan Bahan Baku (Raw

material Handling)

Total Partikel 600

2 Tanur Oksigen Basa (Basic oxygen

fumace)

Total Partikel 600

3 Dapur Busur Listrik (Electric art

Fumace)

Total Partikel 600

4 Dapur Pemanas (Reheating Fumace) Total Partikel 600

5 Dapur proses Pelunakan baja

(Annealing fumace)

Total Partikel 600

6 Proses celup Lapis Metal (Acid

Picking & Regeneration)

Total Partikel

Hydrochloric acid Fumes

(HCL)

600

10

7 Tenaga ketel uap (Power Boiler) Total Partikel

Sulphur Dioksida (SO2)

Nitrogen oksida (NO2)

400

1200

1400

8 Semua sumber Opasitas 40%

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2

Volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm).

Untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen.

Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel.

Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.

Page 4: tg 1

BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)

No Sumber Parameter Batas Maksimum

(mg/m3)

1

Tungku Recovery (Recovery

Furnace)

Total Partikel 400

Total Sulfur Tereduksi

(Total Reduce Sulphur –

TRS)

20

2 Tanur Putar Pembakaran Kapur

(Lime Kiln)

Total Partikel 400

Total Sulfur Tereduksi

(Total Reduce Sulphur –

TRS)

40

3 Tangki Pelarutan Lelehan

(Smelt Dissolving Tank)

Total Partikel 400

Total Sulfur Tereduksi

(Total Reduce Sulphur –

TRS)

40

4 Digester Total Sulfur Tereduksi

(Total Reduce Sulphur –

TRS)

14

5 Unit Pemutihan

(Bleach Plant)

Klorin (Cl2) 15

Klorin Dioksida (ClO2) 130

6 Tenaga Ketel Uap Total Partikel 400

Sulfur Dioksida (SO2) 1200

Nitrogen Oksida (NO2) 1400

7 Semua Sumber Opasitas 40%

Catatan:

TRS ditentukan sebagai H2S TRS meliputi senyawa Hidrogen Sulfida,

Metil Merkaptan, Dimetil Sulfida, Dimetil Disulfida

Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2

Koreksi 8% oksigen untuk Tungku Recovery

Koreksi 7% oksigen untuk Boiler

Koreksi 10% untuk sumber lain (selain Tungku Recovery dan Boiler)

Volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm).

Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel.

Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan

Page 5: tg 1

BAKU MUTU EMISI

UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR

BATU BARA

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)

No.

Parameter Batas Maksimum

1 Total Partikel 300

2 sulfur Dioksida 1500

3 Nitrogen Oksida (NO2) 1700

4 Opasitas 40%

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO 2

konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 %

volume gas dalam keadaan standar (25% dan Tekanan 1 atm)

opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel

Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan

BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)

No. Sumber Parameter Batas maksimum

(mg/m3)

1. Tanur putar

(kilns)

Total Partikel

Sulfur Dioksida (SO2)

Nitrogen Dioksida (No2)

Opasitas

150

1500

1800

35%

2. Pendingin Terak

(clinker coolers)

Total Partikel 150

3. Milling

Grinding

Alat Pengangkut (conveying)

Pengepakan (Bagging)

Total Partikel 150

4. Tenaga ketel Uap

(Power Boiler)

Total Partikel

sulfur Dioksida (SO2)

Nitrogen (NO2)

400

1200

1400

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2

Volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)

Page 6: tg 1

konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: kiln) harus

dikoreksi sampai 7 % oksigen

standar diatas berlaku untuk proses kering

Batas maksimum total partikel untuk

(I) Proses basah =250 mg/m3

(ii)shaft kiln =500 mg/m3

Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel

Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan

BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)

Parameter Batas maksimum (mg/m3)

Bukan Logam

1. Ammonia (NH3) 1

2. Gas klorin (Cl2) 15

3. Hidrogen klorida (Hcl) 10

4. Hydrogen Fluorida (HF) 20

5. Nitrogen Oksida (NO2) 1700

6. Opasitas 40%

7. Partikel 400

8. Sulfur Dioksida (SO2) 1500

9.Total Sulfur Tereduksi (H2S)

(Total Reduced Sulphur)

70

Logam

10. Air raksa (Hg) 10

11.Arsen (As) 25

12.Antimon (sb) 25

13. Kadmium (cd) 15

14. Seng (Zn) 100

15.Timah Hitam (pb) 25

Catatan:

Volume Gas dalam keadaan standar (25C dan tekanan 1 atm)

Page 7: tg 1

BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)

Sumber Parameter Batas maksimum

(mg/m3)

1. penanganan Bahan baku (Raw

Material Handling)

Total Partikel 150

2. Tanur oksigen basa (Basic oxigen

Fumace)

Total Partikel 150

3. Tanur Busur Listrik (Electric atc

Fumace)

Total Partikel 150

4. Dapur pemanas (Reheating Fumace) Total Partikel 150

5. Dapur proses pelunakan Baja

(Annealing Fumace)

total Partikel 150

6. Proses Celup Lapis Metal (Acid

picking & Regenation)

Total Partikel

(Hydrochoric acid Fumes (HCL)

150

5

7. Tenaga ketel Uap (Power Boiler) Total Partikel

Sulfur Dioksida (SO2)

Nitrogen Oksida (NO2)

230

800

1000

8. Semua sumber opasitas 20%

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2

volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)

Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% oxigen

opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total pertikel

Pemberlakuan BME untuk waktu operasi normal selama tiga bulan.

BAKU MUTU EMISI PEMBANGKIT LISRTIK TENAGA UAP

BERBAHAN BAKAR BATU BARA

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)

Parameter Batas maksimum (mg/m3)

1. Total Partikel 150

2. Sulfur Dioksida (SO2) 750

3. Nitogen Oksida (NO2) 850

4. Opasitas 20%

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2

konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2

Page 8: tg 1

volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)

opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel.

Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.

BAKU MUTU EMISI PEMBANGKIT LISRTIK TENAGA UAP

BERBAHAN BAKAR BATU BARA

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)

N

o

Parameter Batas maksimum (mg/m3)

1 Total Partikel 150

2 Sulfur Dioksida (SO2) 750

3 Nitogen Oksida (NO2) 850

4 Opasitas 20%

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2

konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2

volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)

opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel.

Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.

BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN

(BERLAKU EFFEKTIF TAHUN 2000)

Sumber Parameter Batas maksimum

(mg/m3)

1. Tanur Putar

(kilns)

Total Partikel

Sifur Dioksida (SO2)

Nitrogen Dioksida (NO2)

Opasitas

80

800

1000

20%

2. Pendingin Terak

(Clinker coolers)

Total Partikel 80

3. Milling Grinding

Alat pengangkut (Conveying)

Pengepakan (Bagging)

Total Partikel 80

4. Tenaga Ketel Uap

(Power Boiler)

Total Partikel

Sulfur Dioksida (SO2)

Nitrogen Oksida (NO2)

230

800

1000

Page 9: tg 1

Catatan:

Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2

Volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)

konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: kiln) harus

dikoreksi sampai 7 % oksigen

standar diatas berlaku untuk proses kering

Batas maksimum total partikel untuk

(I) Proses basah =250 mg/m3

(ii)shaft kiln =500 mg/m3

Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan

dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan

total partikel

Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan

BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN

(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)

Parameters Batas maksimum

(mg/m3)

Bukan Logam

1. Ammonia (NH3) 0.5

2. Gas Klorin (Cl2) 10

3. Hidrogen klorida 5

4. Hidrogen Fluorida (HF) 10

5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000

6. opasitas 35%

7. Partikel 350

8. sulfur Dioksida (SO2) 800

9. Total Sulfur Tereduksi (H2S)

(Total Reduced sulphur ) 35

Logam

10. Air raksa (Hg) 5

11. Arsen (As) 8

12. Antimon (sb) 8

13. Kadmium (cd) 8

14. Seng (Zn) 50

15. Timah Hitam (pb) 12

Catatan:

volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)

Page 10: tg 1

3. Pengertian Udara ?

Jawab :

Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan

merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk

atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi. Udara

terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali

gas metana, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida

mempunyai kadar yang berbeda - beda tergantung daerah/lokasi. Umumnya

konsentrasi metana, ammonia, hydrogen sulfida, karbon monoksida dan

nitrooksida sangat tinggi di areal rawa - rawa atau industri kimia. Unsur terpenting

dari udara untuk kehidupan adalah oksigen. Jumlah oksigen di dalam maupun di

luar ruangan tidak banyak berbeda. Kesulitan bernafas akan dialami makhluk

hidup yang membutuhkan oksigen jika konsentrasi oksigen di dalam maupun di

luar ruangan berkurang karena meningkatnya konsentrasi CO2.

Udara ambien Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999

tentang pengenalian Pencemaran udara adalah udara bebas dipermukaan bumi

pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridis Republik Indonesia

yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur

lingkungan hidup lainnya.

Page 11: tg 1

Sumber :

Anonim. 2011. PENCEMARAN UDARA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21275/3/Chapter%20II.pdf

, diakses pada hari Senin, 31/08/2015, pukul 19.00 WITA

Kamal, Nahlah Mustafa. 2015. STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA

KAWASAN MALL PANAKUKANG DI MAKASSAR. Universitas

Hasanuddin. Makassar

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 13 Tahun 1995. Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999. Pengendalian

Pencemaran Udara