Tetanus Neonatorum

26
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DENGAN INFEKSI Keperawatan Anak

description

tetanus

Transcript of Tetanus Neonatorum

PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR DENGAN INFEKSI

Keperawatan Anak

SEPSISSEPSIS

– Sepsis Neonatorum Merupakan infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah

Patofisiologi• Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat

masuk melalui beberapa cara :• pada masa antenatal

– kuman masuk melewati plasenta dan umbilicus ibu ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah fetal

– kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta a.l virus rubella,herpes, CMV, koksakie, hepatitis, influenza, bakteri adalah malaria, sifilis, dan toksoplasma

• pada masa intranatal– terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan

servik naik mencapai korion dan amnion (amnionitis dan korionitis)

– kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi– cara lain cairan amnion yang sudah terinfeksi

dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke digestive trak. Dan respiratorius

– cara lain melalui kulit bayi atau port de entry saat bayi melewati jalan lahir

• pada masa postnatal

– terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim

– perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

– terjadinya infeksi pada luka umbilicus

Manifestasi klinis Sepsis Neonatorum

– umumnya tidak jelas dan tidak spesifik– hipertermia, hipotermia atau normal, aktifitas

lemah, tampak tidak ada yang sakit, BB menurun tiba-tiba

– dispneu, takipneu, apneu, tampak tarikan otot pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung

– hipotensi, kulit lembab dan sianosis– distensi abdomen, tidak mau minum, muntah dan

diare– reflek morro abnormal, kejang, pernafasan

irreguler– pucat, ikterus, petekie, perdarahan

•Pencegahan dan pengobatanpencegahan : penting untuk mencegah kesakitan dan kematian neonatus

» masa antenatal–pemeriksaan kesehatan ibu scr berkala–imunisasi–pengobatan thd infeksi yang diderita ibu–asupan gizi yang memadai–rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai

saat persalinan– perawatan dilakukan secara aseptic– tindakan intervensi pada bayi dan ibu

diminimalkan– awasi keadaan ibu dan janin selama

persalinan– lakukan rujukan secepatnya bila diperlukan– hindari perlukaan kulit dan selaput lendir

sesudah persalinan

– menerapkan rawat gabung bila bayi normal– pemberian ASI secepatnya– upayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih– setiap bayi gunakan peralatan sendiri– perawatan luka umbilicus secara steril– cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi– semua personel yang menangani bayi harus sehat– bayi dengan penyakit menular harus diisolasi– prinsip pengobatan adalah mempertahankan metabolisme

tubuh dan memperbaiki keadaan umum denmgan pemberian cairan IV termasuk kebutuhan nutrisi

Asuhan keperawatan

• Pengkajian– anamnesis– status sosek– riwayat antenatal– ada/tidaknya KPSW– partus lama atau partus presipitatus– riwayat persalinan– riwayat PMS– riwayat penyakit infeksi– pemeriksaan laboratorium

Diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan

– infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah melahirkan

– kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi : BBLR,premature, nilai Apgar, epidemi infeksi di bangsal, riwayat ibu

– kaji tanda-tanda infeksi : suhu, ikterus, apneu, reflek isap kurang, minum sedikit, distensi abdomen dll

– kaji hasil pemeriksaan laboratorium– berikan antibiotik sesuai dengan pesanan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d minumsedikit atau intoleransi terhadap minuman

– kaji intoleran terhadap minum– hitung kebutuhan minum bayi– ukur masukan dan keluaran– timbang BB setiap hari– berikan minum yang adekuat

gangguan pola nafas b.d apneu

– kaji perubahan pernafasan– pantau TTV– sediakan oksigen lembab– sediakan alat banntu pernafasan– isap lendir atau berikan jalan nafas secara hati-

hati– atur perawatan bayi dan cegah penangann yang

berlebihan

resti terhadap cedera b.d penularan infeksipada bayi oleh petugas

– lakukan tindakan pencegahan umum– isolasi bayi yang dating dari luar ruang sampai

hasil kultur menyatakan negatif– pisahkan bayi dari ibu yang menderita infeksi– personel semua sehat– sterilkan semua peralatan yang dipakai– laksanakan secara steril semua prosedur– cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

inefektif koping individu b.d kesalahan dankecemasan, penularan infeksi pada bayi dankonsekwensi yang serius dari infeksi

– kaji ekspresi verbal dan non verbal– Bantu orang tua mengatakan konsepnya tentang

penyakit bayi– Berikan informasi yang akurat tentang kondisi

bayi– Besarkan perasaan orang tua saat berkumjung,

beri kesemapatan untuk merawat bayi

Tetanus neonatorumTetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat.

Patogenesis Clostridium tetani masuk melelui potongan tali pusat yang dipotong tidak steril atau perawatan tali pusat yang tidak baik

ETIOLOGIETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah clostridium

tetani. Kuman ini bersifat anaerobik, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan

mengeluarkan eksotoksin yang

neurotropoik.

GAMBARAN KLINIK TNGAMBARAN KLINIK TNMasa inkubasi biasanya 3 – 10 hari. Gejala permulaan adalah bayi mendadak tidak mau atau tidak bisa menetek karena mulut tertutup (trismus), mulut mencucut seperti ikan, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang yang umum. Leher menjadi kaku dan kepala mendongak ke atas (opistotonus).

Dinding abdomen kaku, mengeras dan kalau terdapat kejang otot

pernafasan, dapat terjadi sianosis. Dahi, berkerut,

alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.

Ekstremitas biasanya terulur dan kaku, tiba-tiba

bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan

kadang-kadang menangis. Suhu dapat meningkat

sampai 390 C.

PencegahanPencegahan

Melalui pertolongan persalinan dengan prinsip tiga bersih yaitu:1.Bersih tangan2.Bersih alat3.Bersih alas

PenatalaksanaanPenatalaksanaanMedikMedik

1. Mengatasi kejang 2. Pemberian antitoksin3. Pemberian antibiotika4. Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70

% atau betadin 10 %.

ASUHAN KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIAN DATA FOKUS1. Bayi mendadak tidak mau atau tidak bisa menetek karena mulut

tertutup (trismus), 2. mulut mencucut seperti ikan, dapat terjadi spasmus otot yang

luas dan kejang yang umum. Leher menjadi kaku dan kepala mendongak ke atas (opistotonus).

3. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kalau terdapat kejang otot pernafasan, dapat terjadi sianosis. Dahi, berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.

4. Ekstremitas biasanya terulur dan kaku, tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis. Suhu dapat meningkat sampai 390 C.

5. Pemeriksaan Laboratorium Spt: Glukosa darah, elektrolit, skull ray (rontgen kepala), BUN (blood urea nitrogen), dan EEG

Nursing DiagnosisNursing Diagnosis

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang akibat adanya trismus

3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya berhubungan dengan keterbatasan informasi

Ndx 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi Ndx 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atassekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas

• Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal di bawah bahunya.

• Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).

• Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan memudahkan penghisapan lendirnya.

• Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.

• Observasi tanda vital setiap ½ jam .• Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.

• Jika bayi menderita apnea : – Hisap lendirnya sampai bersih – O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)

– Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6 x/menit.

– Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.

Ndx 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan Ndx 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang berhubungan dengan intake yang kurang

akibat adanya trismusakibat adanya trismus

Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.

Ndx 3: Kurangnya pengetahuan keluarga tentang Ndx 3: Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya berhubungan dengan penanganan penyakitnya berhubungan dengan

keterbatasan informasiketerbatasan informasi

• Berikan penjelasan tentang kondisi anak yang sebenarnya sehingga memerlukan tindakan dan pengobatan khusus

• Jelaskan tentang pentingnya imunisasi toxoid jika kelak hamil lagi

• Anjurkan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes.

• Jelasakan tentang perawatan tali pusat yang benar