TESIS - digilib.uns.ac.id file“Sebelum BERTINDAK Senantiasa MERENUNG dan BERPIKIR” “TEGUH...
Transcript of TESIS - digilib.uns.ac.id file“Sebelum BERTINDAK Senantiasa MERENUNG dan BERPIKIR” “TEGUH...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN SEBAGAI SALAH SATU PROGRAM PENINGKATAN DERAJAT
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN NGAWI
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan
Oleh :
SANTOSO WIBOWO NIM. S. 4210048
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Padamu “NEGERIKU INDONESIA “
Almamaterku MESP Universitas Surakarta
Orang Tuaku, Istri dan Anak terkaming
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MoTTO :
“Sebelum BERTINDAK Senantiasa MERENUNG dan BERPIKIR”
“TEGUH dengan PRINSIP, LUNAK dalam BERTINDAK”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul :
KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN SEBAGAI
SALAH SATU PROGRAM PENINGKATAN DERAJAT KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN NGAWI .
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari
kendala-kendala yang dihadapi, namun demikian dengan ketulusan hati dari berbagai
pihak yang banyak membantu memberi bimbingan, spirit moril dan bantuan, baik
saran, pendapat, jasa, informasi, sangat-sangat memberi arti pada penulisan ini.
Selanjutnya dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Am. Susilo, M.S. selaku Direktur Program Studi Magister Ekonomi
dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr.Ir. Kusnandar, M.Si, selaku Pembimbing I pada Program Studi
Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Suryanto, S.E.,M.Si, selaku Pembimbing II pada Program Studi Magister
Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Bupati Ngawi yang berkenan memberi izin guna mengikuti pendidikan
5. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi
yang berkenan memberi waktu guna mengikuti pendidikan
6. Bapak Drs. Siswadi, M.Si, selaku Kepala Dinas Sosial Tenaga kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Ngawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Bapak Bonadi, S.Sos, MM, selaku Kasi Perencanaan Program dan Kegiatan pada
Dinas Sosial Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi.
8. Bapak dan Ibu UPPKH selaku Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Ngawi.
9. Dosen Pengajar Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Orang Tuaku, Istriku tercinta dan Putriku tersayang yang telah memberikan
dorongan dan semangat dalam penyelesaian tesis ini.
11. Segenap karyawan dan karyawati Program Studi Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
12. Teman-teman angkatan XIII yang selalu memberi spirit, selalu menjaga
kekompakkan baik dalam studi maupun dalam bekerja.
13. Semua pihak yang telah memberi informasi berharga, sehingga bisa selesai tepat
pada waktunya.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran, pendapat, koreksi
positif dan membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi
pembaca.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
SANTOSO WIBOWO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
INTISARI
Kajian ini merupakan implementasi atas Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah digulirkan oleh Pemerintah sebagai salah satu program peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Ngawi. Tujuan dari penelitian mendiskripsi dan menganalisa dampak Program Keluarga Harapan terhadap peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Ngawi Dalam penyusunan kajian ini saya menggunakan metode diskriptif kuantitatif dengan menggali data primer yaitu; dengan penyebaran kuisioner pada responden secara acak, wawancara dan observasi lapangan. Sebagai data pendukung saya menampilkan data skunder yaitu; data yang bersumber dari dokumen, buku pedoman dan laporan tertulis. Analisa dampak implementasi Program Keluarga Harapan, terhadap Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) ada 3 bidang sasaran yaitu; Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Penghasilan diukur dengan variabel. Hasil penelitian pada kajian implementasi program menunjukkan bahwa implementasi Program Keluarga Harapan mampu memberi kontribusi yang serius dan signifikan dalam upaya membantu penduduk sangat miskin, dengan adanya Program Keluarga Harapan masalah pendidikan dasar, kesehatan dasar, bahkan tingkat penghasilan keluarga dapat diperhatikan. Apresiasi yang tinggi layak diberikan kepada pemerintah karena begitu besar kepeduliannya dalam mempreoritaskan arah dan sasaran pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan, untuk itu Program Keluarga Harapan (PKH) layak untuk berkelanjutan dan berkesinambungan sesuai target yang telah ditentukan, dengan harapan bahwa cita-cita luhur bangsa yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dapat terwujud. Kata Kunci : Kemiskinan, Program Keluarga Harapan, Kabupaten Ngawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRACT
This study is an implementation of, Hopeful Family Programme which has been rolled out by the Government as one of the programs increased the degree of poor welfare in the Ngawi regency.
The purpose of the research, describe and analyze the impact of the Hopeful Family Programme to increase the degree of poor welfare in the Ngawi regency.
In preparing this study used a quantitative descriptive method, by digging the primary data that is: by distributing questionnaires to the respondents at random, interviews and field observations. As supporting data, we show the secondary data that is: data sourced from documents, manuals and written reports.
Analysis of the impact of the implementation of the Hopeful Family Programme, to the Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM, Very Poor Households) there are three target areas that is: Education, Health and Income is measured with a variable.
Results of research on program implementation study, showed that the implementation of the Family Hope Program member capable of serious and significant contribution in helping the population is very poor, with the, Hopeful Family Programme issue of basic education, basic health, family income levels can even be considered. Deserves high appreciation to the government, because so much concern in prioritizing the direction and targets for poverty reduction, to the Hopeful Family Programme feasible for sustained and sustainable according to predetermined targets, in the hope that the noble ideals of the nation that is protect the whole Indonesian nation, promote the general welfare and join the intellectual life of the nation and participate in the establishment of world order based on freedom, abiding peace and social justice can be realized.
Keywords: Poorness, Hopeful Family Programme, Ngawi Regency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN................................................................................................ v
MOTTO............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
INTISARI ................................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………… 7
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….... 7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian............................. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori............................................................................ 9
2.1.1 Teori Kemiskinan...................................................................... 9
2.1.2 Teori Slum Area...................................................................... 13
2.1.3 Teori Kebijakan Publik........................................................... 13
2.1.4 Dimensi Kemiskinan................................................................... 15
2.1.5 Penanggulangan Kemiskinan...................................................... 20
2.1.6 Strategi dan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan............... 23
2.1.7 Kesejahteraan Ekonomi.............................................................. 27
2.1.8 Program Keluarga Harapan (PKH)............................................. 28
2.1.9 PKH dan Kemiskinan................................................................. 31
2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................. 32
2.3 Kerangka Pikir........................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian...................................................................... 38
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 38
3.3 Pengumpulan Data................................................................... 40
3.4 Analisis Data............................................................................ 41
3.5 Definisi Operasional................................................................ 44
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Kabupaten Ngawi.......................................................... 45
4.2 Sebaran Kemiskinan................................................................ 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4.3 Gambaran Umum PKH Kabupaten Ngawi............................. 53
4.4 Hasil Pengumpulan Data............................................................. 57
4.5 Analisa Data dan Pembahasan.................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................. 73
5.2 Saran........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Hal.
2.1. Variabel Kemiskinan Versi BPS (PSE’05) .................................................. 19
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................ 34
4.1. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera ............................. 50
4.2. Kenaikan dan Penurunan Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera dalam
Empat Tahun Terakhir................................................................................ 51
4.3. Jumlah Rumah Tangga Miskin................................................................... 51
4.4. Kecamatan Lokasi PKH Kabupaten Ngawi............................................... 55
4.5. Realisasi Penerima Manfaat PKH Kabupaten Ngawi................................ 56
4.6. Realisasi Pencairan Dana Tahun 2008, 2009, 2010................................... 56
4.7. Jumlah Operator......................................................................................... 56
4.8. Jumlah Pendamping.................................................................................... 57
4.9. Skenario Bantuan........................................................................................ 57
4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................... . 58
4.11. Data Responden Berdasarkan Umur.......................................................... 59
4.12. Data Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga............................... 60
4.13. Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan.................................. ........ 61
4.14. Data Responden Berdasar Kondisi Pendidikan........................................ . 61
4.15. Data Responden Berdasar Kualitas Kesehatan........................................... 62
4.16. Data Responden Berdasar Penghasilan Rata-rata Per-bulan..................... . 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Jenis Kelamin......................... . 64
4.18. Data Responden Berdasar Umur............................................................... . 64
4.19. Data Responden Berdasar Tanggungan Keluarga..................................... . 65
4.20. Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan......................................... . 66
4.21. Data Responden Berdasar Kualitas Pendidikan......................................... 67
4.22. Data Responden Berdasar Kualitas Kesehatan........................................... 67
4.23. Data Responden Bedasar Penghasilan Rata-rata Per-bulan....................... 68
4.24. Hasil Uji t tes (beda rata-rata) dengan SPSS.............................................. 70
4.25. Hasil Signifikansi uji beda rata-rata .............................................. ............. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Hal.
2.1. Diagram Kebutuhan Dasar ............................................................................ 10
2.2. Program Infrastruktur Kabupaten Ngawi .................................................... 27
2.3. Program Pendidikan dan Kesehatan ............................................................. 29
2.4. Lingkaran Perangkap Kemiskinan ................................................................ 32
2.5. Alur/Diagram Rasionalitas PKH di Kabupaten Ngawi............................... 37
4.1. Profil Kabupaten Ngawi ........................................................................ .... 45
4.2. Peta Kemiskinan Kabupaten Ngawi........................................................... 49
4.3. Potret PKH Kabupaten Ngawi.................................................................... 53
4.4. Aktivitas PKH........................................................................................... . 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia didirikan menempatkan ideologi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia sebagai tujuan akhir dari proses pembangunan.
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan penting pembangunan di negara
manapun, sedangkan kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama
pembangunan yang sifatnya kompleks dan multidimensional yang dialami
oleh hampir seluruh negara maupun daerah. Strategi dan kebijakan
pembangunan ekonomi yang dipilih menuju pada kemaslahatan bersama,
diharapkan tidak ada satu kelompok masyarakat yang lebih sejahtera secara
mencolok dibanding dengan kelompok masyarakat yang lain. Pijakan ini
bukan saja hanya karena keadilan sosial merupakan prasyarat untuk sebuah
keutuhan tetapi juga realitas bahwa bumi Indonesia didiami oleh bermacam
kultur, adat, agama, ras dan etnis yang beragam, sehingga tanpa tali keadilan
niscaya keberagaman tersebut berpotensi menyulut konflik, dengan begitu
pilihan keadilan sosial sebagai salah satu tiang negara merupakan pilihan
cerdas dari founding fathers dalam melihat karakter rakyat Indonesia.
Keadilan sosial merupakan cita-cita luhur bangsa, namun dalam
perjalanannya banyak permasalahan-permasalahan dan dampak serius akan
sebuah proses, diantaranya peningkatan jumlah penduduk, jumlah
pengangguran, penduduk miskin meningkat dan lain sebagainya. Kassum
memberi tanggapan, cost yang sangat mahal bagi perekonomian yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengganggu upaya Indonesia membangun kembali perekonomiannya ke jalur
pertumbuhan dan mengurangi angka kemiskinan. Asumsi Kassum mungkin
tidak salah, tetapi mungkin juga tidak sepenuhnya benar, mengingat parameter
yang dipakai untuk kategori kemiskinan adalah mereka yang menyandarkan
hidup dengan pendapatan kurang dari dua dolar per hari, sementara
pemerintah Indonesia sendiri mengambil ukuran kurang dari satu dolar per
hari dengan kurs sepuluh ribu rupiah.
Kemiskinan sebenarnya tidak hanya menyangkut aspek ekonomi saja,
tetapi juga menyangkut aspek lain seperti; aspek kesehatan, pendidikan, sosial
dan psikologis. Kemiskinan dan ekonomi mempunyai kaitan yang sangat erat,
hubungan yang erat juga terjadi antara kemiskinan dan masalah pangan.
Penduduk miskin biasanya diukur dari banyaknya penduduk yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan. Penyebab kemiskinan dapat berbeda di setiap
wilayah. Masalah kemiskinan di pedesaan nampaknya erat kaitannya dengan
masalah sektor pertanian, sedang di perkotaan, kemiskinan hampir terjadi di
semua sektor dan lebih kompleks. Bagi petani, tanah merupakan earning
assets yang akan menghasilkan pendapatan, secara umum sebagian besar
petani kita merupakan petani tanaman pangan, maka kemiskinan di pedesaan
biasanya dialami oleh petani komoditas pangan, khususnya padi. Term of
trade hasil - hasil pertanian pangan yang kurang menguntungkan dan
bargaining position petani yang lemah dalam melakukan penjualan hasil
pertanian, tingginya operational cost, serangan hama dan penyakit, rendahnya
tingkat produksi dan pasca produksi adalah faktor - faktor utama penyebab
kemiskinan. Petani gurem, petani tanpa tanah dan petani penggarap adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bagian dari masyarakat pedesaan yang termiskin. Soetomo (2003) petani
sebagai manusia yang selalu kalah, pertama kekalahan yang datang dari alam,
ini sesuatu yang sangat ironis bila mengingat pada awalnya kultur bercocok
tanam lahir berkat anugerah kekayaan alam, kedua terbentuknya masyarakat
dan lembaga beserta sistem kekuasaan dan politik yang ada di dalamnya.
Kelembagaan petani modern telah membuka babak baru dimana buruh tani
bergantung pada majikannya, pemasaran produksi pertanian dibawah
legistimasi need and demand, bahkan harga jual produksi terancam oleh
rekayasa praktek ekonomi makro, ketiga ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diangankan bisa mengatasi tradisionalitas ternyata tidak tercapai, justru
sebaliknya, ilmu pengetahuan dan teknologi berubah menjadi bentuk-bentuk
dominasi baru yang sangat menindas. Kemiskinan di kota terjadi karena
tenaga kerja yang sangat melimpah dengan peluang kesempatan kerja yang
terbatas, serta rendahnya tingkat sallary pada kegiatan-kegiatan marginal,
disamping faktor sosial, budaya. Kemiskinan di perkotaan juga sangat
berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di pedesaan, karena kemiskinan di
pedesaan akan mendorong migrasi penduduk miskin ke perkotaan. Secara
umum masalah kemiskinan di perkotaan ini erat kaitannya dengan masalah
tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Tingkat pendidikan akan
menentukan beban keluarga dan masalah kemiskinan erat kaitannya dengan
masalah ketimpangan dan kesenjangan sosial, dapat terjadi antar sektor,
terutama sektor pertanian dan industri, antar golongan pendapatan dan antar
daerah. Masyarakat miskin selalu menempati posisi paling rentan jika terjadi
gejolak dalam ekonomi. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, di samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ekonomi juga mencakup masalah pendidikan dan kesehatan. Program
mengatasi kemiskinan akan menjadi sia-sia jika dilakukan secara parsial,
mengingat perbaikan ekonomi harus paralel dengan perbaikan mutu
pendidikan, kesehatan serta pranata sosial. Penanggulangan kemiskinan
adalah kewajiban pemerintah yang harus dilakukan sebagai wujud dari amanat
konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional seperti yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:
............Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...........
Penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan mandat Undang –
Undang Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal; pasal 27 ayat (2)
" Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan ", pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2) Setiap orang
mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Ayat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Pasal 34
menyebutkan " Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Pasal tersebut yang semula ayat tunggal, pada amandemen keempat UUD ’45
hal tersebut dipertegas lagi dengan menambah ayat-ayat baru, sehingga pasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
34 menjadi empat ayat. Ayat (2) berbunyi "Negara mengembangkan sistem
jaminan bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan".
Perangkap kemiskinan yang membelenggu penduduk miskin sebagai
akar segala ketidakberdayaan telah menggugah perhatian masyarakat dunia,
sehingga isu kemiskinan menjadi salah satu isu sentral. Kemiskinan diyakini
sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya keadilan,
belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi dan
terjadinya degradasi lingkungan, Faturochman, dkk.(2007:23).
Tahun 2007 Pemerintah Indonesia melaksanakan Program Keluarga
Harapan (PKH), tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok
masyarakat sangat miskin. PKH bukan kelanjutan dari Subsidi Langsung
Tunai (SLT) yang merupakan salah satu “crash program” untuk mengatasi
dampak akibat kebijakan kenaikan harga BBM yang dirancang hanya untuk
satu tahun. Program Keluarga Harapan merupakan salah satu strategi
penanggulangan kemiskinan yang dirancang untuk membantu rumah tangga
sangat miskin (RTSM) pada sisi beban pengeluaran, khususnya terkait dengan
upaya peningkatan SDM untuk jangka pendek. PKH memperbaiki pola pikir
serta merubah perilaku RTSM ke depan, dengan harapan dapat memutus mata
rantai kemiskinan untuk jangka panjang (antar generasi). PKH prinsip
dasarnya merupakan program yang memberikan bantuan kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM) sepanjang penerima mematuhi ketentuan dan
persyaratan yang ditetapkan Pedoman Operasional Kelembagaan PKH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
(2008:12). PKH sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) khususnya bidang pendidikan dan kesehatan berharap penerima
bantuan tunai memperhatikan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan
sebagai konsekuensi program, antara lain; untuk menyekolahkan anaknya,
melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil dan
perbaikan gizi. Pengalaman negara-negara yang telah mengadopsi program
serupa conditional cassh transfers menujukkan bahwa program ini
memberikan manfaat besar bagi keluarga yang sulit keluar dari kemiskinan
dan menghadapi banyak masalah dalam membesarkan anak-anak mereka
seiring tuntutan perekonomian dan perkembangan zaman. Pelaksanaan PKH
di suatu negara diharapkan akan membantu penduduk sangat miskin.
Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau MDGs).
Program Keluarga Harapan ada 5 komponen MDGs yang sangat potensial
dapat dicapai yaitu; pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan
dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita,
pengurangan kematian ibu melahirkan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasar pada latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana dampak Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap peningkatan
derajat kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Ngawi ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 Tujuan penelitian:
Mendiskripsi dan menganalisa dampak Program Keluarga Harapan
terhadap peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat miskin di
Kabupaten Ngawi.
1.3.2 Manfaat Penelitian:
Hasil dari riset ini diekspektasikan bisa memberikan kontribusi
setidaknya dalam dua aspek, yaitu:
1) Aspek Akademis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman
dan menambah daya kritis peneliti pada proses pengembangan diri
dalam menempuh studi ekonomi dan pembangunan. Semoga hasil riset
ini juga bisa memberi manfaat dan membantu bagi penelitian-
penelitian dengan topik serupa atau mirip yang akan dilakukan di
kemudian hari.
2) Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan kritik untuk
pemerintah terutama pemerintah daerah dan institusi lain yang
berhubungan, sehingga Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai
Program Perlindungan Sosial dengan bantuan tunai bersyaratnya
mampu memutus mata rantai kemiskinan esok hari, dengan kata lain
“saya miskin, tapi anak saya tidak boleh miskin”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1.4 RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Kajian penelitian ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan ruang
lingkup baik subyek, obyek, keterbatasan waktu, lokasi dan alokasi. Kritik,
saran, pendapat sangat diharapkan, sehingga hasil penelitian ini bisa
disempurnakan pada kajian penelitian lebih lanjut.
Kaji ulang Kebijakan (Poverty and Sosial Impact Assesment), hal ini
bisa dilakukan melalui laporan dalam bentuk isu-isu sektoral pembangunan
dengan mempermudah pencarian tema dan desain PSIA (Kaji Ulang
Kebijakan). Kaji ulang secara teknis dilakukan dua level yakni melalui studi
akademik untuk mencari jawaban problem di tingkat teori dan manajemen,
serta dampak yang ditimbulkan dalam kerangka ilmiah. Tingkatan lain adalah
review berdasarkan persepsi dan komunitas miskin secara partisipatif. Persepsi
dan pengalaman ketika berhadapan secara diametral dengan kebijakan atau
program pembangunan dan atau program penanggulangan kemiskinan,
kontinyuitas, kesinambungan mempunyai arti penting dalam melihat tingkat
efisiensi, efektivitas atas kebijakan dan program yang digulirkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Teori merupakan pijakan utama dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan tiga teori utama yang menjadi pilar.
Ketiga teori tersebut sangat membantu saya dalam mengkaji sebuah tema yang
diangkat yaitu; Teori Kemiskinan, Teori Slum Area dan Teori Kebijakan
Publik. Semua teori itu ditujukan sebagai pendukung dalam pembahasan dan
merangkai sebuah kerangka pikir.
2.1.1 Teori Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama
diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan upaya penanganannya. Berbagai kajian dalam ilmu
sosial dan ekonomi banyak dilakukan khususnya untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep kemiskinan dan
berusaha mencari kebijakan yang benar-benar efektif dan efisien untuk
mengatasi masalah kemiskinan.
Kemiskinan pada umumnya identik dengan masalah kemiskinan
yang berpengaruh dalam bentuk hierarkhi dalam masyarakat, dimana
pada hakekatnya pengklasifikasian masyarakat kepada hierarkhi tersebut
dideferensiasikan berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan status sosial
lainnya, Richard J DeMaria, “Poverty as the Embrace of Insecurity”,
Reviev for Religious (Missouri, USA: 434). Golongan orang miskin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
biasanya identik dengan pekerja kasar atau budak, sedangkan yang kaya
identik dengan bangsawan, pemimpin agama atau seorang saudagar
masyur. Kemiskinan diasumsikan membawa implikasi negatif untuk
masyarakat, seperti munculnya penyakit, keterbelakangan mental,
malnutrisi, bahkan stimulus terjadinya konflik. Abraham K.C “Mission
in the Context of Endemic Poverty and affluence” dalam L.A Yuzon,
(Singapore: CCA,1983: 4). Kemiskinan adalah ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.
Konsep kemiskinan dalam versi BPS, bahwa kemiskinan adalah
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach)
“Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur
dari sisi pengeluaran)”. Penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki pengeluaran per kapita perbulan lebih kecil dari garis
kemiskinan. diagram gambar 2.1 dibawah ini:
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2005
Gambar 2.1 Diagram Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Dasar Makanan
Kebutuhan Dasar Bukan Makanan
Setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori 2100 kalori per orang perbulan
Kebutuhan minimum untuk perumahan pendidikan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Ambar (2004: 27) mengemukakan bahwa kemiskinan bersifat
multidimensional, oleh karenanya cara pandang yang dipergunakan
untuk memecahkan persoalan kemiskinan hendaknya juga meliputi
beberapa aspek dari kemiskinan. Kemiskinan tidak hanya menyangkut
kesejahteraan (welfare) semata, tetapi menyangkut persoalan kerentanan
(vulnerability), ketidakberdayaan (powerless), tertutupnya akses kepada
berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar penghasilannya
untuk kebutuhan konsumsi, angka ketergantungan yang tinggi,
rendahnya akses terhadap pasar dan kemiskinan terefleksi dalam budaya
kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
De wit (1996: 35) tertarik mengadakan penelitian tentang
kemiskinan perkotaan di India mengatakan bahwa selama ini studi yang
membahas masalah kemiskinan hanya lebih membicarakan mengenai
pendapatan dan tingkat konsumsi oleh penduduk miskin. Secara
lengkapnya dikatakan :
“From…general studi of the poverty problem it has been observed that… a substantial reduction in poverty can be achieved only if there is a dtermined effort at a significant redistribution of income and consumption in favour of the pooere sections of the population (government of India Planning Comission, 1982: 21)”
Sumodiningrat (1999:3) mengemukakan klasifikasi kemiskinan
dengan melihat pola waktu seseorang atau keluarga menjadi miskin
yakni : Pertama Kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun
(persistent poverty). Kedua kemiskinan yang mengikuti pola siklus
ekonomi secara keseluruhan (cyclical poverty). Ketiga kemiskinan
musiman seperti dijumpai pada kasus-kasus nelayan dan petani tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pangan (seasonal poverty), Keempat kemiskinan yang disebabkan oleh
adanya bencana alam, atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang
menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan (accidental poverty).
Dari berbagai pengertian tentang kemiskinan dapat disimpulkan
tiga kelompok kemiskinan yaitu: kemiskinan natural (alamiah),
kemiskinan struktural, dan kemiskinan kultural.
1) Kemiskinan Natural
Kemiskinan natural adalah keadaan miskin, karena dari asalnya
memang miskin. Kelompok masyarakat ini miskin karena tidak
memiliki sumber daya yang memadai, baik sumber daya alam,
sumber daya manusia maupun sumber daya pembangunan lainnya,
sehingga mereka tidak dapat ikut serta dalam pembangunan, mereka
hanya mendapatkan imbalan pendapatan yang rendah.
2) Kemiskinan Struktural
Penyebab struktural berada di lingkungan yang tak memungkinkan
keluar, tak punya pendidikan dan tak punya daya ekonomi untuk
mendapatkan pendidikan, informasi dan akses ke berbagai hal.
3) Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan
budaya, dimana mereka sudah merasa kekurangan atau bisa juga
kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijaksanaan dalam
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2.2.2 Teori Slum Area
Teori ini menyatakan bahwa adanya jurang pemisah antara orang
kaya dan orang miskin. Pada kota-kota besar tidak jarang kita melihat
fenomena dimana golongan masyarakat tertentu dengan status ekonomi
yang hampir sama akan menempati permukiman yang secara geografis
sama, namun aneh bila dalam kehidupan kesehariannya terdapat
“permukiman kumuh” dan adanya sebuah “rumah gedongan” atau area
perumahan elit. Segregasi permukiman kaya dan miskin diatas pada
dasarnya merupakan suatu fenomena sosial yang tentunya perlu
dipelajari, guna memahami mekanisme alamiah dan faktor kausalitas
tentang munculnya hal tersebut Banerjee (1995).
2.2.3.Teori Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan fenomena kompleks yamg
mungkin bisa dipahami sebagai proses, keluaran (output), maupun
sebagai hasil (outcame) Lester & Stewart (2000). Proses implementasi
dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi
kebijakan Bardach (1991: 3) dalam buku dasar-dasar kebijakan publik
karangan Agustino (2008) yaitu:
“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskan dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk yang mereka anggap klien.”
Meter dan Horn (1975), mendefinisikan implementasi kebijakan dalam
buku Agustino (2008: 139) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.” Implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu:
- Adanya tujuan atau sasaran kebijakan
- Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan
- Adanya hasil kegiatan
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari
proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu: tercapai atau
tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Grindle (1980) mengutarakan
sebagai berikut:
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.”
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam
keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses
kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan
atau tidaknya pencapaian tujuan. Chief J.O.Udoji (1981) mengatakan
bahwa:
“Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.”
Meter dan Horn (1975) dalam sebuah buku Memahami Dasar-Dasar
Kebijakan Publik Agustino (2008: 142) lebih jauh memberikan batasan
yang mungkin cukup berpengaruh terhadap institusi dalam
mengimplementasikan sebuah kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Meter dan Horn (1975) mengamati, unsur-unsur yang mungkin cukup
berpengaruh terhadap institusi dalam mengimplementasikan kebijakan,
yaitu:
1) Faktor Kebijakan
2) Faktor Organisasi
3) Faktor Hubungan antar organisasi
4) Faktor Lingkungan implementasi kebijakan
Memahami implementasi kebijakan perlu penyederhanaan dan
penjelasan mengenai implementasi dalam komponen utama.
Implementasi dari tiap-tiap kebijakan menjadi suatu proses yang dinamis
dan mencakup banyak interaksi berbagai variabel. Proses implementasi
perlu menjelaskan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel yang
lain dan bagaimana variabel ini berpengaruh pada proses implementasi
kebijakan.
2.2.4 Dimensi Kemiskinan
Seorang pakar kemiskinan David Cox dalam buku Suharto
(2005:132), Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat
membagi kemiskinan ke dalam berbagai dimensi, yakni :
1. Kemiskinan akibat globalisasi
Globalisasi telah melahirkan menang dan kalah, yang pemenang
adalah negara-negara maju, sedangkan negara-negara berkembang
atau dunia ketiga tidak jarang semakin tersisihkan oleh persaingan
dan pasar bebas yang menjadi syarat globalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan
Kemiskinan subsistem (kemiskinan karena rendahnya
pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan karena
marginalisasi warga di daerah rural pada proses pembangunan),
kemiskinan urban (kemiskinan yang diakibatkan oleh hakekat dan
akselerasi pertumbuhan kota).
3. Kemiskinan Sosial
Kemiskinan yang dialami oleh kaum wanita, anak-anak dan
kelompok marjinal
4. Kemiskinan konsekuensial
Kemiskinan yang terjadi akibat faktor-faktor eksternal di luar kaum
miskin, misalnya; tingginya jumlah penduduk, konflik, bencana alam
dan terdapat kerusakan lingkungan.
Suharto (2005), kemiskinan merupakan fenomena yang berwajah
wayuh dan bermatra multidemensional memiliki beberapa ciri yang
antara lain:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,
sandang dan papan)
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi)
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
masal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber
daya alam
6. Tidak dilibatkanya dalam kegiatan sosial masyarakat
7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian
yang berkesinambungan
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar,
wanita korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin,
kelompok marjinal dan terpencil).
Ada lima macam jenis kemiskinan yang umum dikenal, menurut Kim
Byong-suh Singapore CCA (1983: 45) dan Sharir (1987: 175) antara lain
sebagai berikut :
1. Kemiskinan absolut
Konsep kemiskinan pada biasanya selalu dihubungkan dengan
pendapatan dan kebutuhan. Kebutuhan tersebut hanya terbatas pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic needs). Jadi
kemiskinan absolut merupakan kemiskinan berdasarkan
kesejahteraan minimal.
2. Kemiskinan relatif
Byong-suh berpendapat, semakin tinggi kesenjangan antara tingkat
hidup orang kaya dan miskin maka semakin tinggi pula jumlah
penduduk yang selalu miskin. Model kemiskinan ini memandang
kondisi kemiskinan yang diukur dari distribusi penduduk
berlandaskan standar kesejahteraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Kemiskinan potensial
Kemiskinan model ini beranggapan lingkungan dan karakteristik
penduduklah yang menjadikan penduduk memiliki potensi untuk
mengalami kemiskinan.
4. Kemiskinan sementara
Kemiskinan ini diakibatkan oleh adanya transformasi eksternal
seperti krisis finansial global dan lain-lain.
5. Kemiskinan kronis
Kemiskinan ini adalah kemiskinan yang sudah berlangsung cukup
lama, mengakar secara keturunan dan sulit sekali diubah pola pikir
warganya.
Teorisasi kemiskinan yang bersifat kompleks ini kiranya lebih tepat jika
digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan, serta
merumuskan kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan
dipandang sebagai seorang atau kelompok laki-laki dan perempuan tidak dapat
memenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menjalani dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat Strategi Nasional
Penanggulangan Kemiskinan (SNPK, 2005). Perlu di ketahui bahwa dalam
dimensi kemiskinan setidaknya ada dua macam perspektif yang lazim
dipergunakan untuk mendekati masalah kemiskinan, antara lain :
1. Persepektif kultural (Cultural perspektive)
2. Perspektif struktural atau situasional (Situational perspektive)
Terkait terminologi kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS, 2005)
melakukan Pendataan Sosial Ekonomi (PSE, 2005) dengan menggunakan 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
variabel kemiskinan, dimana variabel ini memiliki hubungan yang sangat erat
dengan kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non
makanan, adapun variabel dimaksud Tabel 2.1 dibawah:
Tabel 2.1 Variabel Kemiskinan Versi BPS (PSE’05)
No. Variabel Kemiskinan Kriteria
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Luas lantai per anggota rumah tangga Jenis lantai rumah Jenis dinding rumah Fasilitas tempat buang air besar Sumber air minum Penerangan yang digunakan Bahan bakar yang digunakan Frekuensi makan dalam sehari Kemampuan membeli daging/ayam/susu Kemampuan membeli pakaian baru bagi setiap anggota ART Kemampuan berobat ke puskemas atau Poliklinik Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga Pendidikan kepala rumah tangga Kepemilikan aset/barang berharga minimal Rp.500.000,-
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
<8m2 Tanah/papan/kualitas rendah Bambu, papankualitas rendah Tidak punya Bukan air bersih Bukan listrik Kayu/arang Kurang dari 2 kali sehari Tidak dalam seminggu Tidak setiap ART Tidak Petani gurem, nelayan, kebun Belum pernah sekolah/tidak Tidak ada
Kategori : RTSM = 14, RTM = (12-13), RTHM = (10-11) dan RTTM = (0-9)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2.2.5 Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan diberbagai negara berkembang sekarang ini
secara umum telah mengakui adanya paradigma baru. Bukti empiris di
negara berkembang telah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
masyarakat miskin jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi tidak
dengan sendirinya mengalir ke seluruh lapisan rakyat, jika semua orang
tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam memiliki akses ke sumber
daya kunci. Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak
dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang
sistematik, terpadu dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban,
memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak untuk menempuh dan
mengembangkan kehidupan bermartabat Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2009. Koordinasi yang meliputi sinkronisasi,
harmonisasi dan integritas berbagai program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan perlu dilakukan serta penguatan kelembagaan baik di tingkat
pusat maupun daerah. Program Penanggulangan Kemiskinan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha
serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
melalui; bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat serta pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil (Perpres RI. No.13 Tahun 2009). Setiap
program penangggulangan kemiskinan merupakan penjabaran dari arah
kebijakan penanggulangan kemiskinan, bahwa arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) sedangkan arah kebijakan
penanggulangan kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Kebijakan pengentasan
atau penanggulangan kemiskinan menurut (Sumodiningrat: 1998) dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu :
1.Kebijakan langsung yang mencakup;
a. Pengembangan data dasar (base data) dalam menentukan kelompok
sasaran
b. Penyediaan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan)
c. Penciptaan kesempatan kerja
d. Program pembangunan wilayah
e. Pelayanan perkreditan
2.Kebijakan tidak langsung meliputi;
a. Upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial
dan politik
b. Mengendalikan jumlah penduduk
c. Melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat
miskin melalui kegiatan pelatihan.
Mawardi dan Sumarto (2003) dalam Lembaga Penelitian SMERU
(Maret: 2003), bahwa dalam mendukung sebuah program kegiatan, kebijakan
anggaran yang memihak kepada orang miskin sebenarnya hanyalah salah satu
dari sekian banyak kebijakan yang diperlukan untuk menanggulangi
kemiskinan secara komprehensif. Kebijakan propoor budget merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kebijakan yang bersifat teknis operasional, maka supaya Pemerintah Daerah
mau menerapkan kebijakan demikian diperlukan adanya beberapa pra-syarat
kebijakan, antara lain:
a. Kehendak Politik
1) Adanya komitmen kuat dan tekad keras pihak-pihak yang secara
langsung mempunyai kewenangan dan bertanggungjawab dalam
penanggulangan kemiskinan;
2) Agenda pembangunan daerah menempatkan upaya dan program
penanggulangan kemiskinan pada skala prioritas utama;
3) Kemauan untuk secara jujur dan terbuka mengakui kelemahan dan
kegagalan program penanggulangan kemiskinan di masa lalu dan
bertekad untuk memperbaikinya, baik pada waktu sekarang maupun di
masa mendatang.
b. Iklim yang Mendukung
1) Ada kesadaran kolektif untuk menempatkan kemiskinan sebagai musuh
bersama yang harus diperangi, kemudian diikuti dengan langkah-
langkah kampanye sosial melalui berbagai saluran informasi untuk lebih
meningkatkan kepedulian, kepekaan dan partisipasi masyarakat.
2) Ada peraturan dan kebijakan daerah (Perda) yang mendukung
penanggulangan kemiskinan, misalnya yang berkaitan dengan usaha
kecil, akses terhadap kredit, pedagang kaki lima, penghapusan pungutan
terhadap hasil-hasil pertanian dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c.Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Kemiskinan bersifat multidimensi, maka penanggulangannya tidak cukup
hanya dengan mengandalkan pendekatan ekonomi, melainkan memerlukan
pula kebijakan dan program di bidang sosial, politik, hukum dan
kelembagaan. Tata pemerintahan yang baik (good governance) dari
lembaga-lembaga pemerintahan, terutama birokrasi pemerintahan, legislatif,
lembaga hukum dan pelayanan umum, hal ini ditandai dengan adanya
keterbukaan, pertanggungjawaban publik, penegakan hukum, penghapusan
birokrasi yang menyulitkan, pemberantasan korupsi dan koordinasi lintas
lembaga dan lintas pelaku yang baik. Turkewitz (2001) melalui studi
empirisnya di beberapa negara menyimpulkan adanya hubungan yang kuat
antara karakter suatu rezim pemerintahan dengan capaian berbagai indikator
pembangunan.
Kebijakan pro-poor budget diperlukan adanya kebijakan awal seperti
pro-poor policy (kebijakan umum yang memihak pada orang miskin), pro-
poor institutions (adanya institusi-institusi khususnya institusi pemerintah
yang memihak orang miskin) dan yang lebih penting lagi adalah adanya pro-
poor government (pemerintahan yang memihak orang miskin).
2.2.6 Strategi dan Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Tujuan akhir kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan adalah
membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan mengangkat harkat dan
martabat mereka agar menjadi warga negara dengan seluruh hak dan
kewajibannya. Salah satu strategi mendasar yang patut ditempuh adalah
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi orang miskin untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembangunan ekonomi. Pemerintah
harus menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi yang dapat
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, termasuk penduduk miskin (pro-
poor growth). Kebijakan dan program pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan oleh pemerintah seharusnya dititik-beratkan pada sektor
ekonomi riil yang secara langsung maupun tidak langsung menyentuh
kehidupan sebagian besar orang miskin, seperti pertanian, perikanan, usaha
kecil menengah, dan sektor informal. Landasan paradigma kebijakan
pembangunan yang selama ini lebih banyak menciptakan konglomerasi,
perlu dirubah menjadi paradigma kebijakan yang lebih memihak kepada
kelompok masyarakat “pinggiran”. Pemberdayaan perekonomian rakyat,
pencabutan berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah (daerah) yang
mempersempit akses ekonomi masyarakat miskin, penghentian pungutan-
pungutan terhadap petani, nelayan, peternak dan sebagainya adalah beberapa
contoh kebijakan yang berdampak positif terhadap masyarakat miskin.
Pemberian prioritas bagi pembangunan sarana sosial dan fisik penting bagi
masyarakat miskin seperti jalan desa, irigasi, sekolah, air bersih, sanitasi,
pemukiman, puskesmas, merupakan katalisator untuk mengangkat tingkat
kesejahteraan mereka. Kebijakan-kebijakan sektoral maupun lintas sektoral
menjadi kurang efektif dan efisien jika tidak dilandasi oleh kebijakan makro
ekonomi yang mampu menciptakan perekonomian yang stabil, sehingga laju
inflasi rendah, dan iklim usaha menjadi semakin kondusif.
Perpres RI. No.15 Tahun 2010 bahwa strategi percepatan
penanggulangan kemiskinan dilakukan, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin
2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil
4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Strategi penanggulangan kemiskinan harus dapat memperkuat peran dan
posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian baik skala nasional
maupun daerah sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi
pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber
daya manusia yang berkualitas. Program percepatan penanggulangan
kemiskinan terdiri dari:
1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan
untuk melakukan pemenuhan kebutuhan hak dasar, pengurangan beban
hidup dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin, seperti; Bantuan
Beras Miskin (RASKIN), Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Jaminan Kesehatan Daerah
(JAMKESDA), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pendidikan Non
Formal, RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), Beasiswa Bagi Siswa
Miskin.
2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam
pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan
masyarakat, antara lain; Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-
Mandiri Pedesaan (PNPM-MP), Program Nasional Pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Masyarakat-Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PNPM-
PPIP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program
Agrobisnis Pertanian (PNPM-PUAP), Gerakan Peduli Pengentasan
Kemiskinan (GERDU TASKIN), Badan Usaha Milik Desa (BUMDES),
TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), Agropolitan, Intensifikasi
Kakao, Lumbung Pangan, Pengeloalaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM).
3. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil, misal;
Lembaga Keuangan Masyarakat Koperasi Wanita (LKM Kopwan),
Kredit Usaha Rakyat (KUR), Gerdu Taskin/PPKM sektor Koperasi,
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan-Simpan Pinjam
(PNPM-MP-SPP) dan lain-lain.
4. Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak
langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat miskin, seperti; Infrastruktur Perdesaan, Dana Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (DPPIP), Jaringan Irigasi Desa
(JIDES), Jaringan Infrastruktur Usaha Tani (JITUT) dan lain sebagainya.
Berikut aktivitas warga dalam pembangunan infrastruktur sebagai
sharing penunjang program seperti dalam gambar 2.2 dibawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 2.2
Program Infrastruktur Kabupaten Ngawi
2.2.7 Kesejahteraan ekonomi
Pendekatan economic welfare memiliki dasar bahwa tujuan dari aktivitas
ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan individu-individu yang
membentuk masyarakat. Setiap individu tersebut merupakan penilai terbaik
mengenai berapa jauh mereka membaik dalam suatu kondisi. Kesejahteraan
setiap individu tidak hanya tergantung pada konsumsi barang dan jasa yang
tersedia, namun juga tergantung pada kuantitas dan kualitas yang diterima
dari barang dan jasa nonmarket dari sistem SDA dan lingkungan, misalnya;
kesehatan, pemandangan indah dan rekreasi luar ruang Freedman (1993).
Sen dalam buku social welfare problem and social work in indonesia,
Suharto Edi (2004) mengatakan bahwa welfare economics merupakan suatu
proses rasional ke arah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk
memperoleh kemajuan. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-
ukuran seperti tingkat kehidupan (levels of living), pemenuhan kebutuhan
pokok (basic needs fulfillment), kualitas hidup (quality of live) dan
pembangunan manusia (human development).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Nicholson (1992) mengemukakan prinsip mengenai kesejahteraan sosial
yaitu keadaan kesejahteraan sosial maksimum tercapai bila tidak ada
seorangpun yang dirugikan. Borstein dalam Swasono (2004: 71)
mengajukan “performance criteria” untuk sosial welfare dengan batasan-
batasan yang meliputi; output, growth, effisiency, stability, security,
inequality dan freedom yang harus dikaitkan dengan suatu sosial preference.
Kedudukan individu dalam masyarakat adalah sebagai makhluk sosial yang
harus ditonjolkan dalam ilmu ekonomi utamanya dalam pembangunan
ekonomi yang bertujuan menuju kesejahteraan masyarakat.
2.2.8 Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebuah program
penanggulangan kemiskinan melalui pemberian bantuan tunai kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajiban Pedoman
Umum PKH (2008). Bantuan PKH difokuskan pada dua elemen yaitu
pendidikan dan kesehatan melalui;
1. Pemberian bantuan tunai untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan
kesehatan anak dari RTSM
2. Peningkatan kesadaran kesehatan dengan pembebanan tanggung jawab
untuk memeriksakan kesehatan
3. Peningkatan kualitas pendidikan anak RTSM dengan penekanan
tanggung jawab kehadiran dalam kelas.
Rumah Tangga Sangat Miskin juga mendapat kemudahan dengan
memperoleh Jamkesmas untuk meringankan biaya berobat dan BOS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(Bantuan Operasional Sekolah) untuk meringankan biaya pendidikan.
Peserta PKH adalah ibu rumah tangga dari keluarga yang terpilih melalui
mekaniskme pemilihan oleh BPS sesuai kriteria yang ditetapkan (ibu
hamil/nifas, memiliki bayi sampai dengan usia pra-sekolah dan anak sekolah
dasar sampai dengan SMP).
Adapun hak peserta PKH antara lain :
1. Hak menerima bantuan tunai
2. Mempunyai hak menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di
puskesmas, Posyandu, Polindes, dan lain-lain.
3. Menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar pendidikan
9 tahun. Sasaran PKH nampak seperti Gambar 2.3 dibawah ini.
• Gizi buruk TIDAK TERJADI secara tiba-tiba
• Selalu diawali dengan tanda-tanda :
BERAT BADAN NAIK TIDAK CUKUP
•Jika anak ditimbang
•Di monitor pada KMS (Kartu Menuju Sehat)
Gambar 2.3 Program Pendidikan & Kesehatan
Sedangkan kewajiban antara lain :
1. Ibu hamil memeriksakan kehamilan setidaknya 4 kali selama masa
kehamilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Ibu melahirkan dalam proses kelahirannya bayi ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih
3. Ibu nifas, ibu yang telah melahirkan harus memeriksakan kesehatannya
minimal 2 kali sebelum bayi mencapai usia 28 hari.
4. Anak dibawah usia 1 tahun harus di imunisasi lengkap dan ditimbang
secara rutin setiap bulan.
5. Bayi usia 6-11 bulan harus mendapat suplemen vitamin A dua kali
dalam setahun.
6. Anak usia 1-5 tahun mendapatkan imunisasi dan pemantauan tumbuh
kembang setiap tiga bulan.
7. Anak usia 5-6 tahun (pra-sekolah) mendapat pemantauan tumbuh
kembang.
8. Untuk anak usia 6-15 tahun terdaftar di SD/MI/SDLB dan
SMP/MTS/SMPLB dengan kehadiran 85% hari sekolah dalam sebulan
selama tahun ajaran berlangsung
9. Untuk anak usia 15-18 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan
dasar dapat menerima bantuan apabila anak tersebut bersekolah atau
mengikuti pendidikan kesetaraan dan memenuhi ketentuan yang berlaku
Pedoman Umum PKH (2007).
Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki tujuan untuk mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya generasi penerus
(keturunan) Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), dapat dijabarkan terdiri
atas:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;
2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;
3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di
bawah 6 tahun dari RTSM;
4. Mengurangi angka kematian bayi yang baru lahir;
5. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi RTSM. Lebih jauh lagi kekuatan program ini
mempunyai maksud :
1) Menurunkan angka kematian Ibu dan Anak
2) Menurunkan angka putus sekolah, pekerja anak, anak jalanan, dsb.
seraya meningkatkan angka partisipasi sekolah
3) Mendorong integrasi berbagai program penanganan kemiskinan
seperti Jamkesmas, Bea Siswa Miskin
4) Mendorong daerah menyiapkan fasilitas pendukung khususnya
service providers kesehatan dan pendidikan
5) Mendorong daerah membantu secara intensif penanganan
kemiskinan termasuk memiliki data base penduduk sangat miskin.
2.2.9 PKH dan Kemiskinan
PKH mensyaratkan dua bidang yaitu; Pendidikan dan Kesehatan.
Keduanya dengan kemiskinan memiliki hubungan yang sangat erat dan
saling berpengaruh. Kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan
sosial suatu negara, terganggunya kesehatan dapat berdampak pada
pengurangan penghasilan keluarga, misalnya karena hilangnya penghasilan
akibat sakit, Jika sektor kesehatan dan pendidikan terganggu maka akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mengakibatkan terganggunya tingkat pendapatan suatu rumah tangga yang
pada akhirnya mereka bisa menjadi miskin. Gambar 2.4 siklus lingkaran
perangkap kemiskinan:
Sumber : Pedoman Umum PKH (2008)
Gambar 2.4 Lingkaran Perangkap Kemiskinan
Peserta PKH pada fase satu, diharapkan bisa memanfaatkan pelayanan
kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak (seperti: imunisasi bayi,
pemeriksaan kandungan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan
pasca salin, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan) maka akan
meningkatkan taraf kesehatan secara optimal. Pada fase dua, anak siap
memasuki pendidikan (seperti; menyekolahkan anak sampai minimal lulus
sekolah setara SMP), sehingga PKH akan merubah kebiasaan RTSM ke arah
perbaikan kualitas SDM dalam jangka panjang, lebih dari itu program ini
diharapkan akan memutus mata rantai kemiskinan pada generasi berikutnya.
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
Kerangka acuan mempermudah berfikir baik akademis maupun rasional
tidak lepas dari hasil penelitian terdahulu, hasil penelitian terdahulu yang
Pendapatan Riel Rendah
Produktivitas Rendah
Kesehatan Rendah
Pendidikan Rendah
Lingkaran Perangkap Kemiskinan (The Vicious Circle)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berkaitan dengan tema penelitian antara lain; oleh Tri Ramadhan (2010)
tentang Implementasi Program Keluarga Harapan sebagai Kebijakan
Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya
Jakarta Utara. Dari hasil penelitian sudah menyentuh pada substansi tentang
implementasi Program Keluarga Harapan secara komprehensif, namun
demikian pada penelitian ini berupaya menambah dan menyempurnakan,
bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) dimaksud bukanlah program
pemberdayaan, tapi lebih menekankan pada sebuah program penanggulangan
kemiskinan berbasis pada Perlindungan Sosial atau program Bantuan Sosial
Terpadu Keluarga melalui pemberian Bantuan Tunai kepada Rumah Tangga
Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah
ditetapkan dengan melaksanakan kewajiban. Kajian faktor-faktor yang
berdampak langsung terhadap proses implementasi PKH belum membahas
tentang kinerja pelaksana program dan mengaju pada sebuah Teori
Implementasi Kebijakan. Tibyan (2010) tentang Analisis Program
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen. Marno (2010) tentang
Analisis Pengaruh Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten
Sragen.
Kedua penelitian tersebut mendiskripsi dan manganalisa dari segi
produktifitas, tenaga kerja, keuntungan atas pelaksanaan program. Penelitian
menggunakan analisa diskriptif kuantitatif yaitu; mencoba menguji data-data
yang diperoleh untuk mengetahui kebenaran atas asumsi-asumsi yang
dimunculkan di awal bahasan, dengan menggunakan model uji beda mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
rata-rata. Hasil analisa hipotesis tersebut bisa di uji tingkat keberhasilan
sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Kerangka kerja acuan atas
penelitian terdahulu dalam Tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti (Tahun)
Tujuan Analisa/Alat ukur
Kesimpulan
1.Ramadhan (2010)
2.Tibyan (2010)
1.1Memperoleh informasi tentang gambaran umum implementasi dan menguraikan indikator kinerja PKH yang dilaksanakan di Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara 1.2 Mendapatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berdampak langsung terhadap proses implementasi PKH di Kec. Gading, Kotamadya Jakarta Utara. 2.1 Tujuan umum: melihat bagaimana keterkaitan kebijakan
1.1 Analisa Quetion Research/Diskriptif kualitatif, dengan memaparkan teks narasi 1.2 Analisa Quetion Research/Diskriptif kualitatif, dengan memaparkan teks narasi
2.1 Research Hipotesis atau Diskriptif Kuantitatif
1.1Indikator kinerja PKH sebagai Kebijakan publik, diambil 3 poin menilainya; tepat waktu, tepat guna, tepat sasaran. Indikator kinerja PKH sebagai Kebijakan Pemberdayaan; pemberdayaan dengan perencanaan, pemberdayaan sosial politik, pemberdayaan pendidikan dan penyadartahuan. 1.2 Faktor –faktor yang berdampak langsung antara lain; faktor dana, Faktor PT.Pos Faktor UPPKH, kebijakan, faktor komitmen pelaksana implementasi. 2.1 P2KP dapat meningkatkan Produktivitas,penyerapan Tenaga Kerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3.Marno (2010)
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah telah memberi dampak menurunkan angka kemiskinan dan perubahan kualitas hidup penduduk miskin di kabupaten Sragen. Tujuan khusus: mengetahui pengaruh program kemiskinan (P2KP) terhadap peningkatan Produktivitas, Peningkatan Tenaga Kerja, Peningkatan Keuntungan Kelompok Swadana Mandiri (KSM) penerima bantuan kredit usaha ekonomi produktif di Kota Sragen 3.1 Mengetahui Profile anggota kelompok UPPKS sebelum dan sesudah menerima dana PNPM
dengan menggunakan Uji beda Mean Produktivitas, Tenaga Kerja dan Keuntungan yang diperoleh anggota Kelompok Swadana Mandiri (KSM) Sebelum dan Sesudah pelaksanaan program P2KP.
3.1 Research Hipotesis atau Diskriptif Kuantitatif dengan menggunakan Uji beda Mean Produktivitas, Tenaga Kerja dan Penghasilan yang diperoleh anggota Kelompok UPPKS Sebelum dan Sesudah pelaksanaan
Peningkatan Keuntungan Kelompok Swadana Mandiri (KSM) penerima bantuan kredit usaha ekonomi produktif di Kota Sragen 3.1 Profile anggota kelompok UPPKS peneriman dana PNPM sebagai berikut: - Penelitian
dilakukan 12 kelompok terdistribusi 4 wilayah
- Penerima dana mayoritas perempuan - Umur anggota kelompok didominasi 25- 29 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2.3 Kerangka pikir
Kerangka berpikir (framework) yang peneliti jalankan pada penelitian ini
dapat dijabarkan melalui skema gambar 2.5 di bawah ini:
3.2 Mengetahui dampak Program PNPM terhadap peningkatan produktivitas, peningkatan tenaga kerja, peningkatan penghasilan anggota kelompok UPPKS
program PNPM.
3.2 Research Hipotesis atau Diskriptif Kuantitatif
- Tanggungan keluarga mayoritas 3 orang - Tenaga kerja anggota kelompok masih banyak menggunakan 1 orang - Dana PNPM digunakan tambahan modal - Rata-rata penghasilan naik 65% dari sebelum adanya PNPM. 3.2 Pinjaman dana PNPM dapat meningkat kan Produktivitas usaha 71%, penyerapan Tenaga Kerja 13%, Peningk. Penghasilan UPPKS 65% dari penerimaan bantuan kredit usaha ekonomi produktif di Kota Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
SEBELUM PROGRAM SESUDAH PROGRAM
UJI BEDA RATA-RATA
Gambar 2.5 Alur/Diagram Rasionalitas
Program Keluarga Harapan di Kab. Ngawi
INPUT (MASUKAN) HUB. ANTAR
ORGANISASI
ORGANISASI KEBIJAKAN
LINGKUNGAN IMPLEMENTASI
TANTANGAN PROSES Implementasi
PKH di Kabupaten
Ngawi
OUTPUT
(KELUARAN)
PENGHASILAN
KARAKTERISTIK
KELEMAHAN
KESEHATAN PENDIDIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak dalam suatu wilayah, yaitu Implementasi
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Ngawi Propinsi
Jawa Timur. Penelitian di Kabupaten Ngawi, dikarenakan letak geografis,
bahwa wilayah Ngawi memiliki wilayah yang strategis pada jalur perkotaan
merupakan kota penghubung baik antar kota maupun antar propinsi. Ngawi
mudah untuk dijangkau dengan sarana dan prasarana pendukung.
Karakteristik, saya sadari dengan berdomisili tetap di Ngawi yang sudah
sekian tahun memudahkan saya dalam berkomunikasi utamanya terkait
dengan upaya penggalian data. Efektivitas dan efisiensi, dengan keterbatasan
waktu yang saya miliki untuk dapat melaksanakan penelitian, dikarenakan
keseharian saya bekerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi, maka
“setali tiga uang” berinisiatif untuk mendiskripsikan tentang Implementasi
PKH, yang mana program tersebut merupakan bagian dari Tugas Pokok dan
Fungsi (Tupoksi) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam
kaitan perencanaan dan penganggaran program kegiatan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Menurut waktu pengumpulannya, jenis data yang hendak digunakan
adalah data cross section yakni data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu
yang berguna untuk memberikan gambaran perkembangan suatu keadaan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
waktu kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) digulirkan dalam
masyarakat.
Sumber data diperoleh dengan cara pengumpulan data primer dan data
sekunder. Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah responden,
dengan mencantumkan identitas, kondisi sebelum mendapat bantuan dan
kondisi sesudah mendapat bantuan dalam bidang pendidikan, bidang
kesehatan. Untuk menentukan responden dipergunakan teknik pengambilan
sampel non probabilitas, yaitu dengan teknik purposive sampling (sampel)
yakni suatu teknik pengambilan sampel dimana peneliti menentukan sendiri
responden penelitiannya dengan anggapan bahwa responden yang dipilih
dianggap mampu memberikan data yang dibutuhkan. Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,
(2003: 114).
Adapun data primer dimaksud diperoleh melalui :
1. Wawancara terdiri :
a. Kepala Seksi Perencanaan Program Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
b.Kepala Sub Bagian Keuangan pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi;
c. UPPKH selaku pengelola dan penerima pengaduan masyarakat;
d.Staf operator administrasi UPPKH;
e.RTSM sudah menerima bantuan;
f.RTSM belum menerima bantuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Kuisioner pada responden secara acak
3.Observasi dengan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Data sekunder di dapat dari : Buku Pedoman Ngawi dalam Angka 2009 antara
lain; jumlah keluarga menurut tahapan keluarga sejahtera, kenaikan dan
penurunan jumlah tahapan keluarga sejahtera. Laporan tertulis dari Unit
Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) pada Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi antara lain; Kecamatan lokasi PKH Kabupaten Ngawi,
data realisasi penerima manfaat PKH, realisasi pencairan dana, jumlah
operator, jumlah pendamping, skenario pemberian bantuan. Bappeda antara
lain; RPJMD, RKPD, buku pedomaan umum pelaksanaan PKH, Badan Pusat
Statistik (BPS) antara lain; data jumlah rumah tangga miskin, variabel
kemiskinan.
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data perlu diperhitungkan, mengingat tuntutan kecukupan
data yang dibutuhkan. Data yang diperlukan harus bersifat akurat, reliabel,
valid dan bisa dipertanggungjawabkan sumbernya. Populasi dalam penelitian
ini adalah 170 Desa di 13 Kecamatan penerima bantuan PKH di Kabupaten
Ngawi. Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya dapat
diselidiki dan dianggap mampu mewakili keseluruhan populasi, sampel dalam
penelitian ini 5% dari populasi kelompok, (Singaribun, 1995). Kajian ini
mengambil sampel 8 desa (5% X 170) dengan masing-masing desa diambil 6
orang dapat mewakili kultur masyarakat yang majemuk, maka sampel dalam
penelitian sebesar 48 ( 8X6 ) responden yang sudah menerima bantuan tunai
PKH, sebagai pembanding sampel sebesar 48 (8X6) yaitu diambil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
responden yang belum menerima bantuan tunai PKH secara acak, sehingga
jumlah sampel dinilai telah mewakili jumlah populasi penelitian ( Singaribun
dkk, 1995). Jogiyanto 2008, bahwa pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik kuota sampling yaitu dengan cara pengambilan sampel
dari populasi berdasarkan jumlah masing-masing populasi pada setiap
wilayah.
3.4 Analisa Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisis data dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. Analisa data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis Diskriptif Kuantitatif dengan logika
berpikir deduktif yaitu mencari, menjelaskan dan memahami prinsip-prinsip
umum yang berlaku dalam suatu kehidupan masyarakat dengan memulai dari
teori menuju pada kenyataan. Dengan cara membandingkan persamaan dan
perbedaan tentang gejala, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan
klasifikasi tentang gejala, menilai gejala, menetapkan hubungan antar gejala
atau bisa dilakukan dengan teknik penafsiran atau interpretasi secara teoritis
logis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab permasalahan.
Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif kuantitatif
dikarenakan beberapa argumen yaitu:
1. PKH merupakan program penanggulangan kemiskinan yang berbasis
perlindungan sosial keluarga, maka perlu diukur tingkat keberhasilannya,
karena program ini bersifat kontinyu tahunan, target diperkirakan sampai
Tahun 2015.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Data yang ada bersifat dinamis, sewaktu-waktu bisa berubah diperlukan
alat ukur atas implementasi program.
3. Alat ukur atau variabel yang dijadikan pendataan Rumah Tangga Miskin
(RTM) antara teori dengan praktek di lapangan banyak dijumpai
kerancuan (inclussion eror), meski demikian data yang valid dan
terpercaya oleh pusat adalah data yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS).
Analisa data yang diuji dalam penelitian ini meliputi; Uji beda rata-rata
Pendidikan, Kesehatan, Penghasilan. Uji beda rata-rata digunakan untuk
mengetahui perbedaan rata-rata Kualitas Pendidikan, Kualitas Kesehatan,
Tingkat Penghasilan penerima bantuan tunai bersyarat, sebelum dan sesudah
implementasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) digulirkan.
t =
÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ-+
-
2
2
1
1
1
22
1
21
21
2n
S
n
Sr
nS
nS
XX
Keterangan :
X1 = Rata-rata Pendidikan, Kesehatan dan Penghasilan responden yang belum
menerima bantuan Program Keluarga Harapan.
X2 = Rata-rata Pendidikan, Kesehatan dan Penghasilan responden yang sudah
menerima bantuan Program Keluarga Harapan.
n1 = Banyaknya sampel responden yang belum mendapatkan bantuan PKH
n2 = Banyaknya sampel responden yang sudah mendapatkan bantuan PKH
S1 = Standard deviasi dari kelompok responden yang belum menerima
bantuan PKH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
S2 = Standard deviasi dari kelompok responden yang belum menerima
bantuan PKH
Prosedur :
a. Hipotesis
Ho : b1 = 0 : Tingkat Penghasilan sebelum dan sesudah
Program Keluarga Harapan adalah sama.
H1 : b1 ≠ 0 : Tingkat Penghasilan sebelum dan sesudah
Program Keluarga Harapan adalah tidak sama.
b. Tingkat signifikansi : α = 0,05
c. Kriteria pengujian :
ditolak diterima ditolak
_______________________________
-t (α,n-1) 0 t(α,n-1)
d. Kriteria rumus :
thitung =
÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ-+
-
2
2
1
1
1
22
1
21
21
2n
S
n
Sr
nS
nS
XX
Hasil perhitungan t hitung dibandingkan dengan t tabel pada taraf
signifikasi 5%
e. Kesimpulan :
Ho diterima jika t hitung < t tabel
Ho ditolak jika t hitung > t tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan relevansi dari kisi-kisi operasional
terhadap variabel-variabel yang dipakai acuan dalam melaksanakan penelitian,
sinkron dengan apa tersaji dalam kerangka pikir.
Tujuan yaitu mendiskripsi dan menganalisa dampak program,
sejauhmana PKH mampu memberi kontribusi terhadap peningkatan derajat
kesejahteraan masyarakat miskin. Bidang Pendidikan dengan mengukur
variabel antara lain; angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi
sekolah, jumlah absensi, angka putus sekolah, angka melanjutkan sekolah.
Bidang Kesehatan dapat dilihat dengan mengukur variabel antara lain; taraf
kesehatan, angka usia harapan hidup dengan pemeriksaan bumil, balita gizi
buruk dengan imunisasi bayi. Tingkat Penghasilan dengan melihat antara lain;
jenis kelamin, usia, jumlah tanggungan, pendidikan terakhir, jenis usaha,
besaran dana yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Kabupaten Ngawi
1. Geografis
Gambar 4.1 Profil Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang
berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah
keseluruhan 1.298,58 km2, di mana sekitar 39 persen atau sekitar 504,8 km
2
berupa lahan sawah. Kabupaten Ngawi secara administratif kewilayahan
terbagi ke dalam 19 kecamatan, terdiri dari 213 Desa dan 4 kelurahan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Ngawi memiliki topografi datar sampai
landai, hanya sebagian kecil di lereng Gunung Lawu yang memiliki
topografi berbukit-bukit dan curam. Tercatat ada empat Kecamatan yaitu
Sine, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal Wilayah kemiringan 0 – 15 %
118.791 Ha (91,67 %), kemiringan 15 – 40 % : 4.307 Ha (3,32 %),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kemiringan di atas 40 % : 6.500 Ha ( 5,01 %). Luas wilayah keseluruhan
1.298,58 km2, di mana sekitar 39 persen atau sekitar 504,8 km
2 berupa lahan
sawah.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi mendasar Ngawi Dalam Angka
pada akhir Tahun 2009 adalah 892.051 jiwa, terdiri dari 438.223 penduduk
laki-laki dan 453.828 penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin/sex
ratio sebesar 96 artinya bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar
96 penduduk laki-laki. Bila dibandingkan dengan tahun 2008 jumlah
penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar 2.827 jiwa atau meningkat
sebesar 0,32% selama setahun. Kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar adalah Paron dengan 89.366 jiwa, sedangkan kecamatan dengan
jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Kasreman yaitu 24.019 jiwa.
Kepadatan penduduk menunjukkan rasio antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2009
adalah 688 jiwa/km2, naik sekitar 5 jiwa untuk setiap kilometer persegi dari
tahun sebelumnya. Tingkat kepadatan per kecamatan tertinggi di Kecamatan
Ngawi (1.196 jiwa/km2) dan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan
Karanganyar (228 jiwa/km2).
3. Sosial
Mayoritas penduduk Kabupaten Ngawi beragama Islam dengan
persentase sekitar 99 persen. Jumlah penduduk menurut agama yang dipeluk
kondisi akhir 2009 adalah Islam 893.334 jiwa, Katolik 5.130 jiwa, Kristen
4.840 jiwa, Hindu 48 jiwa, Budha 142 jiwa dan lainnya 28 jiwa. Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tempat ibadah terdiri dari masjid 1.382 bangunan, mushola 3.960 bangunan,
gereja 77 bangunan, kuil 1 bangunan dan vihara 2 bangunan. Jumlah jamaah
haji Kabupaten Ngawi tahun 2009 adalah 203 orang, di mana 110
diantaranya calon jamaah wanita. Jumlah pondok pesantren di Kabupaten
Ngawi mencapai 130 pesantren, dengan jumlah santri mencapai 13.290
santri. Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi 2009 menunjukkan
bahwa jumlah TK sebanyak 456 lembaga dengan jumlah murid 11.770
siswa, dengan rasio murid-sekolah 26. Jumlah SD 685 lembaga, mempunyai
murid 22.148 siswa dengan rasio murid-sekolah 32. Jumlah murid SMP
sebanyak 36.810 siswa, yang tersebar di 111 sekolah dengan rasio murid
sekolah 332. Jumlah murid SMU/SMK 23.378 siswa yang tersebar di 67
sekolah, dengan rasio murid-sekolah 349. Beberapa sarana kesehatan pada
Tahun 2009 yang jumlahnya antara lain: Pustu dari 63 menjadi 64, praktek
dokter dari 80 menjadi 120, tempat praktek bidan dari 267 menjadi 274,
apotik dari 38 menjadi 42 dan Posyandu dari 1.164 menjadi 1.168. Pada
Tahun 2010 Pustu sejumlah 62, Dokter Umum 82, Dokter Spesialis 11 dan
25 Dokter Gigi. Jumlah kelahiran pada tahun 2008 tercatat sebanyak 13.242,
dimana 13.220 persalinan ditolong oleh dokter/bidan, 22 persalinan ditolong
oleh dukun. Walaupun masih ada persalinan yang ditolong dukun, namun
dari tahun ke tahun jumlahnya menurun. Angka tersebut mengindikasikan
bahwa pola pikir para orang tua telah bergeser ke arah yang modern dan
lebih mengutamakan keselamatan. Peserta KB Aktif Tahun 2009 naik 1,9 %
dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 131.655 naik menjadi 134.222 orang
peserta KB Aktif, sekitar 55,2 % diantaranya menggunakan KB suntik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
22,07 % menggunakan IUD. Angka Prevalensi KB juga turun sekitar 0,21%
yaitu dari 70,38 % tahun 2008 menjadi 70,18% pada Tahun 2009.
Menurut laporan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada
Tahun 2009, sejumlah 27.829 penduduk Kabupaten Ngawi tercatat sebagai
pencari kerja. Sedangkan lowongan kerja yang tersedia sebanyak 1.769
orang dan jumlah penempatan kerja hanya untuk 1.153 orang.
4. Pertanian
Luas lahan pertanian Tahun 2008 mencapai 84,7 % dari luas wilayah
Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan
sektor andalan bagi penduduk Ngawi. Seperti tahun sebelumnya, produksi
padi Tahun 2009 mengalami kenaikan dari 673.869 ton pada Tahun 2008
menjadi 719.385 ton. Diharapkan kenaikan tersebut berlanjut dan predikat
sebagai lumbung padi Jawa Timur dapat dipertahankan.
5. Industri
Sektor industri di Kabupaten Ngawi berjalan lambat namun terus
meningkat baik jumlah usaha maupun nilai produksinya. Jumlah industri
kecil/kerajinan rumahtangga naik dari 14.685 Tahun 2008 menjadi 15.075
pada Tahun 2009. Nilai produksi dari usaha di atas juga meningkat dari
90.75 milyar rupiah pada Tahun 2008 menjadi 99.82 milyar rupiah pada
Tahun 2009. Jumlah pelanggan lsitrik dari PLN pada tahun 2008 mencapai
119.549 pelanggan, meningkat sekitar 2,15 % dari Tahun 2007 yang
mencapai 116.979 pelanggan. Nilai penjualan sektor ini meningkat sekitar
9,06 % dari sekitar 55,9 milyar rupiah pada Tahun 2008 menjadi 61,5 milyar
rupiah pada Tahun 2008. Jumlah pelanggan PDAM mengalami peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dari 17.263 pada Tahun 2008 menjadi 17.754 pelanggan pada Tahun 2009.
Total produksi air minum pada Tahun 2009 adalah 4.137 juta m3, meningkat
sekitar 2,13% dari Tahun 2008 yang hanya mencapai 4,049 juta m3.
6. Keuangan Daerah
Total penerimaan daerah pada Tahun 2009 sebesar 797.745 milyar
rupiah, meningkat sekitar 11,75% dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 610,883 milyar rupiah. Total realisasi belanja Kabupaten
Ngawi Tahun 2009 mencapai 803,673 milyar rupiah, meningkat sekitar
5,69% dari Tahun 2008 yang hanya mencapai 760,350 milyar rupiah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2009 hanya menyumbang Rp. 25.894
milyar atau 3,2% dari total Pendapatan. Dana Alokasi Umum (DAU) masih
menjadi penyokong terbesar bagi pendapatan daerah. Pada Tahun 2009
Kabupaten Ngawi memperoleh Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp.
555.625 milyar atau 69,65% dari total pendapatan daerah.
4.2 Sebaran Kemiskinan
PetaPeta KemiskinanKemiskinan KabupatenKabupaten NgawiNgawiBerdasarkanBerdasarkan KecamatanKecamatan
Gambar 4.2
Peta Kemiskinan Kabupaten Ngawi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sebaran kemiskinan di Kabupaten Ngawi seperti dalam Gambar 4.2
yang mana terbagi dalam 3 klaster; sangat miskin, miskin, hampir miskin
dengan pemetaan wilayah berdasarkan kecamatan. Sedangkan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) tahapan keluarga sejahtera di Kabupaten Ngawi berdasarkan
data Ngawi Dalam Angka Tahun 2010, Keluarga Pra sejahtera dengan alasan
Ekonomi di Kabupaten Ngawi Tahun 2009 sebesar 145.613 KK dari 267.881
Kepala Keluarga untuk lebih lengkapnya sebagaimana tercantum dalam Tabel
4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera
Sumber Kab. Ngawi dalam Angka 2009
No Kecamatan Jumlah KK
Keluarga Pra Sejahtera
Alasan Ekonomi
Alasan Non
Ekonomi Total
1. Ngawi 23 .901 9 839 - 9839 2. Geneng 16 670 5 231 - 5 231 3. Widodaren 20 010 14 492 - 14 492 4. Jogorogo 12 466 7 241 - 7 241 5. Karangjati 15 985 13 502 - 13 502 6. Kedunggalar 21 110 13 675 - 13 675 7. Kendal 15 175 8 113 - 8 113 8. Kwadungan 8 813 3 508 - 3 508 9. Mantingan 11 982 6 342 - 6 342 10. Karang Anyar 9 110 7 215 - 7 215 11. Ngrambe 12 687 7 177 - 7 177 12. Padas 11 302 9 446 - 9 446 13. Paron 28 208 1 443 - 1 443 14. Sine 12 595 6 354 - 6 354 15. Pangkur 10 358 8 398 - 8 398
16. Bringin 9 891 8 451 - 8 451 17. Pitu 8 787 5 848 - 5 848 18. Kasreman 7 712 6 599 - 6 599 19. Gerih 11 119 2 739 - 2 739 Total 267 881 145 613 - 145 613
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.2 Kenaikan dan Penurunan Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera
Dalam Empat Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah KK Alasan Ekonomi
Alasan Non
Ekonomi
Total KK
Miskin
Naik / Turun
1 2005 258 377 74 641 93 370 168 011 2 2006 259 472 157 862 - 157 862 3 2007 265 232 159 300 - 159 300 4 2008 267 881 145 613 - 145 613
Sumber Kab. Ngawi dalam Angka 2009 setelah diolah
Pada Tabel 4.2 menggambarkan terjadi penurunan jumlah KK Pra
sejahtera alasan ekonomi pada tahapan keluarga sejahtera di Kabupaten
Ngawi dari tahun ke tahun, namun demikian jumlah angka KK Pra
Sejahtaera Tahun 2008 masih sangat memprihatinkan.
Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Ngawi berdasarkan data
BPS hasil PPLS’08, yang sudah diverifikasi Tahun 2009 terbagi dalam tiga
kategori : Sangat Miskin sejumlah 16.409 KK, Miskin sejumlah 33.209 KK,
dan Hampir Miskin 40.500 KK jumlah total 90.118 KK selengkapnya
sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga Miskin
Kabupaten Ngawi
Kecamatan Sangat Miskin
Miskin
Hampir Miskin
Persen (%)
1 2 3 4 5 [ 010 ] SINE 581 1,488 2,022 4,091 [ 020 ] NGRAMBE 911 1,971 1,664 4,546 [ 030 ] JOGOROGO 269 895 2,553 3,717 [ 040 ] KENDAL 873 1,846 2,429 5,148 [ 050 ] GENENG 763 1,520 1,399 3,682 [ 051 ] GERIH 531 1,575 1,927 4,033 [ 060 ] KWADUNGAN 397 1,079 1,496 2,972 [ 070 ] PANGKUR 144 594 2,213 2,951 [ 080 ] KARANGJATI 286 814 2,722 3,822
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
[ 090 ] BRINGIN 755 1,883 3,078 5,716 [ 100 ] PADAS 418 1,472 3,033 4,923 [ 101 ] KASREMAN 1,203 1,520 641 3,364 [ 110 ] NGAWI 1,410 2,023 1,905 5,338 [ 120 ] PARON 2,462 4,605 3,639 10,706 [ 130 ] KEDUNGGALAR 1,344 2,863 1,681 5,888 [ 140 ] PITU 806 993 477 2,276 [ 150 ] WIDODAREN 2,312 3,681 2,745 8,738 [ 160 ] MANTINGAN 525 1,318 2,139 3,982 [ 170 ] KARANGANYAR 419 1,069 2,737 4,225
JUMLAH 16,409 33,209 40,500 90,118 Sumber data : Data PPLS’08 Badan Pusat Statistik (BPS)
Data Kemiskinan yang dipakai sebagai acuan Pemerintah, Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penanganan Kemiskinan
menggunakan Data kemiskinan dari BPS hasil PPLS’08 yang sudah
diklasifikasikan sampai pada tingkat nama dan alamat, dimana jumlah
penduduk miskin Kabupaten Ngawi masih terdapat 90.118 Rumah Tangga
Miskin, yang dirinci selengkapnya sebagaimana pada Tabel 4.3 dan data ini
merupakan Titik Nol dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten
Ngawi. Perbedaan antara Tabel 4.1 dengan Tabel 4.3 disebabkan adanya
perbedaan cara perhitungan, pada Tabel 4.1 dihitung berdasar Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sementara pada Tabel 4.3 dihitung berdasarkan Jumlah
Kepala Rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4.3 Gambaran Umum Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Ngawi
Berikut Gambar 4.3 dibawah ini merupakan aktivitas masyarakat
dalam antrian menerima bantuan tunai bersyarat.
Gambar 4.3.
Potret PKH Kabupaten Ngawi
Pada Tahun 2010 ini Program Keluarga Harapan (PKH) memasuki tahun
yang ketiga, selama tiga tahun pelaksanaan di 21 Kabupaten di Jawa Timur
salah satunya Kabupaten Ngawi, tentu saja banyak sekali permasalahan yang
kita temui di lapangan, namun demikian permasalahan yang ada tersebut
janganlah dijadikan hambatan bagi jalannya program ini, tetapi justru
dijadikan pengalaman yang berharga untuk meraih kesuksesan di Tahun 2010
hingga 2015 nanti. Selain itu, banyak perkembangan yang terjadi dari tahun
pertama PKH di Kabupaten Ngawi hingga tahun ketiga ini, khususnya pada
wilayah yang mendapatkan alokasi PKH. Pada Tahun 2007 dan 2008 jumlah
Kecamatan penerima manfaat PKH sebanyak 9 Kecamatan, kemudian pada
Tahun 2009 berkembang menjadi 13 Kecamatan 96 Desa. Jumlah RTSM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
7.273 Tahun 2007 menjadi 7.081 Tahun 2008 lanjut pada Tahun 2009
sejumlah 9.549 dan 9.193 Tahun 2010. Perkembangan ini selain mempunyai
dampak positif bagi PKH di Ngawi, tentunya juga menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta para
stake holder untuk mensukseskannya.
Mari bersama-sama kita optimalkan berbagai program pengentasan
kemisikinan yang sudah ada, agar hasilnya nampak nyata pada Tahun 2015
yaitu batas akhir MDG’s, dimana Kabupaten Ngawi minimal telah berhasil
mengurangi jumlah telapak tangan, namun perlu upaya keras untuk
mewujudkannya, dengan tetap memperhatikan peraturan-peraturan yang ada
serta tetap melakukan pemberdayaan masyarakat dan transparansi kepada
masyarakat.
Koordinasi PKH, komitmen kelembagaan baik pusat, propinsi dan
daerah untuk mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral guna meningkatkan
hasil kinerja program sangat dibutuhkan. Koordinasi sangatlah penting di
dalam suatu program yang melibatkan beberapa sektor, dengan koordinasi
yang baik maka optimalisasi kinerja program akan tercapai. Seyogyanya
masing-masing pihak bersedia melaksanakan komitmen dan tanggung jawab
bersama-sama dan memandang ke depan menuju tujuan akhir dari program ini
yaitu memutus rantai kemiskinan agar tujuan negara untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berikut Gambar 4.4 potret aktivitas posyandu yang merupakan bagian dari
Program Keluarga Harapan.
Gambar 4.4 Aktivitas Posyandu PKH di Ds.Gerih, Kec.Gerih, 8 Juli 2008
Adapun lokasi PKH di Kabupaten Ngawi yang dimaksud diatas meliputi :
13 Kecamatan 96 Desa. Kecamatan dimaksud adalah; Jogorogo, Gerih,
Kwadungan, Karangjati, Kasreman, Ngawi, Pitu, Mantingan, Karanganyar,
Kedunggalar, Geneng, Bringin Dan Sine, sebagaimana dalam Tabel 4.4
dibawah.
Tabel 4.4 Kecamatan Lokasi PKH Kab.Ngawi
No.
Kecamatan
Fasilitas
Pendidikan
Fasilitas
Kesehatan
1 Jogorogo 66 65
2 Gerih 29 42
3 Kwadungan 29 43
4 Karangjati 52 56
5 Kasreman 25 35
6 Ngawi 65 98
7 Pitu 28 54
8 Mantingan 38 54
9 Karanganyar 31 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
10 Kedunggalar 89 95
11 Geneng 37 36
12 Bringin 37 26
13 Sine 61 53
Jumlah 521 717
Sumber data: Data UPPKH pada Dinas Sosial, Naker & Trans.
Tabel 4.5 Realisasi Penerima Manfaat PKH Kabupaten Ngawi
TH. 2007 TH. 2008 TH. 2009 TH. 2010
Thp. I : 7.273 Thp.II : 7.220 Thp.III: 7.220
Thp. I : 7.081 Thp.II : 6.841 Thp.III: 6.786
Thp.I : 9.549 Thp.II : 9.546 Thp.III : 9.279
Thp. I : 9.193 Thp. II : 9.169 Thp. III: 8.824 Thp. IV: -
Sumber data: Data UPPKH pada Dinas Sosial, Naker & Trans.
Tabel 4.6 Realisasi Pencairan Dana Tahun 2008, 2009, 2010
Tahun Tahap I Tahap II Tahap III
2008 2.750.512.000 2.938.732.000 2.943.418.000 2009 2.790.698.000 2.643.702.000 2.613.452.000
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV 2010 2.621.450.000
2.634.500.000 2.511.350.000 -
Sumber data: Data UPPKH pada Dinas Sosial, Naker & Trans.
Tabel 4.7 Jumlah Operator
No. Uraian Jumlah Keterangan
1 Operator Tetap 4 Orang 2 Operator Tidak Tetap 2 Orang
Sumber data: Data UPPKH pada Dinas Sosial, Naker & Trans.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.8 Jumlah Pendamping
No. Kecamatan Jml No. Kecamatan Jml
1 Jogorogo 4 8 Mantingan 2 2 Gerih 2 9 Karanganyar 4 3 Kwadungan 2 10 Kedunggalar 5 4 Karangjati 3 11 Geneng 2 5 Kasreman 2 12 Bringin 3 6 Ngawi 5 13 Sine 4 7 Pitu 2 Jumlah 40
Sumber data: Data UPPKH pada Dinas Sosial, Naker & Trans. Tabel 4.9
Skenario Bantuan
Skenario Bantuan
Bantuan Per RTM Per Th. ( RP )
Bantuan tetap 200.000 Bantuan pendidikan:
a. SD/MI b. SMP/MTS
400.000 800.000
Bantuan kesehatan: a. Balita b. Bumil/ menyusui
800.000
Rata – rata bantuan per RTSM 1.390.000 Bantuan minimum per RSTM 600.000 Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000
Sumber data: Data UPPKH pada Dinas Sosial, Naker & Trans.
4.4 Hasil Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, Populasi yang menjadi sampel atau obyek
penelitian adalah 170 Desa 13 Kecamatan penerima bantuan PKH di
Kabupaten Ngawi. Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya
dapat diselidiki dan dianggap mampu mewakili keseluruhan populasi, sampel
dalam penelitian ini 5% dari populasi kelompok, yaitu 8 desa (5% X 170)
dengan masing-masing desa diambil 6 orang, sehingga sampel dalam
penelitian sebesar 48 ( 8X6 ) responden penerima bantuan tunai PKH,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
sedangkan sebagai pembanding dalam penelitian ini sampel sebesar 48 ( 8X6 )
yaitu diambil dari responden yang belum dapat bantuan tunai PKH diambil
secara acak.
Pada penelitian ini, data demografi sampel yang diukur adalah jenis
kelamin, usia, tanggungan keluarga, pendidikan terakhir, jenis usaha, besaran
dana yang diterima.
1. Karakteristik Responden yang Belum Menerima Bantuan
a. Jenis kelamin
Hasil pengumpulan kuisioner sebanyak 48 orang responden
yang belum menerima bantuan, distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin ditunjukan pada Tabel 4.10 Berdasarkan tabel tersebut
sebanyak 33 orang (68,8% ) responden adalah laki-laki dan 15 orang
(31,2%) berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 33 68,8
Perempuan 15 31,2
Total 48 100
Sumber : data primer diolah (2011)
b. Umur
Distribusi responden yang belum menerima bantuan menurut
umur dibagi dalam klasifikasi dengan empat (4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kategori seperti ditunjukkan pada Tabel 4.11 rata-rata umur responden
adalah 47,5 tahun.
Tabel 4.11 Data Responden Berdasar Umur
Umur Frekuensi Persentase
30-39 Tahun 6 12,5
40-49 Tahun 23 47,9
50-59 Tahun 11 22,9
≥ 60 Tahun 8 16,7
Total 48 100
Rata-rata usia 46,6 tahun
Minimal 37 tahun
Makimal ≥60 tahun
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sampel responden yang
belum menerima bantuan dalam penelitian yang memiliki umur 30-39
tahun sebanyak 6 (12,5%) responden, umur 40-49 tahun sebanyak 23
(47,9%) responden, 50-59 tahun sebanyak 11 (22,9%) responden dan
≥60 tahun sebanyak 8 (16,7%) responden. Sehingga dalam hal ini bisa
dihitung bahwa rata-rata berusia kurang produktif dan layak untuk
mendapatkan bantuan tunai dalam upaya meringankan beban
kebutuhan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 4.12 Data Responden Berdasar Tanggungan Keluarga
Jml. Tanggungan Keluarga Frekuensi Persentase
2 orang 8 16,7
3 orang 11 22,9
4 orang 11 22,9
5 orang 9 18,8
6 orang 9 18,8
Total 48 100
Rata-rata 4 orang
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.12 dapat diketahui sampel responden yang belum
menerima bantuan dalam penelitian yang memiliki tanggungan
keluarga 2 orang adalah sebanyak 8 responden (16,7%), yang memiliki
tanggungan keluarga 3 orang adalah sebanyak 11 (22,9 %), yang
memiliki tanggungan keluarga 4 orang adalah sebanyak 11 (22,9%),
yang memiliki tanggungan keluarga 5 orang adalah sebanyak 9 (18,8
%), yang memiliki tanggungan keluarga 6 orang adalah sebanyak 9
(18,8 %). Sehingga dalam hal ini bisa dihitung bahwa rata-rata
tanggungan keluarga adalah sebanyak 3 orang dan layak untuk
mendapatkan bantuan tunai dalam upaya meringankan beban
kebutuhan hidup.
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan distribusi responden yang belum
menerima bantuan dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.13 Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan
Sumber : data primer diolah (2011)
Distribusi tingkat pendidikan dapat disimpulkan bahwa
pendidikan responden dalam kategori memiliki tingkat pendidikan
rendah, sehingga akan berpengaruh pada pola pikir dan tingkat
penghasilan.
e. Kualitas Pendidikan
Distribusi responden yang belum menerima bantuan
berdasarkan kondisi pendidikan keluarga dapat diketahui pada Tabel
4.14 dibawah ini.
Tabel 4.14 Data Responden Berdasar Kondisi Pendidikan
Kondisi Pendidikan Frekuensi Persentase
Baik 31 64,6
Tidak Baik 17 35,4
Total 48 100
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.14 dapat dilihat kondisi pendidikan keluarga
responden yang tidak menerima bantuan sebagian besar memiliki
kualitas pendidikan yang baik yaitu sebanyak 31 (93,8%) dalam
kondisi baik dan sebagian kecil yang tidak baik yaitu sebanyak 17
Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak sekolah 9 18,8
SD 18 37,5
SLTP 16 33,3
SLTA 5 10,4
Total 48 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(62%) dalam kualitas tidak baik. Berdasarkan data di atas
kualitaspendidikan yang tidak baik pada responden yang belum
mendapat bantuan masih cukup tinggi dan masih perlu untuk
ditingkatkan.
f. Kualitas Kesehatan
Distribusi responden yang tidak menerima bantuan
berdasarkan kualitas kesehatan keluarga dapat diketahui pada Tabel
4.15 dibawah ini.
Tabel 4.15 Data Responden Berdasar Kualitas Kesehatan
Kondisi Kesehatan Frekuensi Persentase
Baik 33 68,8
Tidak Baik 15 31,2
Total 48 100
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.15 dapat dilihat kualitas pendidikan keluarga
responden yang tidak menerima bantuan sebagian besar atau sebanyak
33 responden (68,8%) dalam kondisi baik dan sebagian kecil atau
sebanyak 15 responden (31,2%) dalam kondisi tidak baik. Walaupun
begitu hal ini kondisi kesehatan keluarga responden yang tidak
menerima bantuan masih perlu untuk ditingkatkan lagi.
g. Penghasilan rata-rata per-bulan
Responden yang belum menerima bantuan dapat diketahui
besaran penghasilan yang mereka terima dengan hitungan rata-rata
per-bulan dengan merujuk atas status pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.16 Data Responden Berdasar Penghasilan Rata-Rata Per-bulan
Jumlah Dana Frekuensi Persentase
200 ribu 11 22,9
300 ribu 16 33,3
400 ribu 20 41,7
> 500 ribu 1 2,1
Total 48 100
Rata-rata 400 ribu
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.16 dapat dilihat penghasilan rata-rata perbulan
responden yang tidak menerima bantuan sebanyak 20 responden
(41,7%) berpenghasilan 400 rb/bln, sebanyak 16 responden (33,3%)
berpenghasilan 300 rb/bln, responden yang berpenghasilan 200 rb/bln
sebanyak 11 responden (22,9%) dan sebanyak 1 responden (2,1%)
berpenghasilan ≥ 500 rb/bln. Dari data tersebut terlihat penghasilan
rata-rata per bulan responden yang tidak menerima bantuan masih
tergolong rendah.
2. Karakteristik Responden yang Sudah Menerima Bantuan
a. Jenis kelamin
Hasil pengumpulan kuisioner sebanyak 48 orang responden
yang sudah menerima bantuan, distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin ditunjukan pada Tabel 4.17. Tabel tersebut sebanyak 36 orang
(75%) responden adalah laki-laki dan 12 orang (25%) berjenis kelamin
perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 36 75
Perempuan 12 25
Total 48 100
Sumber : data primer diolah (2011)
b. Umur
Distribusi responden yang sudah menerima bantuan menurut
umur dibagi dalam klasifikasi dengan empat (4) kategori seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.18 rata-rata umur responden adalah 47,2
tahun.
Tabel 4.18 Data Responden Berdasar Umur
Umur Frekuensi Persentase
30-39 Tahun 5 10,4
40-49 Tahun 23 47,9
50-59 Tahun 13 27,1
≥ 60 Tahun 7 14,6
Total 48 100
Rata-rata usia 47,2 tahun
Minimal 38 tahun
Makimal ≥60 tahun
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa sampel responden yang
sudah menerima bantuan dalam penelitian yang memiliki umur 30-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
tahun sebanyak 5 (10,4%) responden, umur 40-49 tahun sebanyak 23
(47,9%) responden, 50-59 tahun sebanyak 13 (27,1%) responden dan
≥60 tahun sebanyak 7 (14,6%) responden. Sehingga dalam hal ini bisa
dihitung bahwa rata-rata berusia kurang produktif dan layak untuk
mendapatkan bantuan tunai dalam upaya meringankan beban
kebutuhan hidup.
c. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 4.19 Data Responden Berdasar Tanggungan Keluarga
Jml. Tanggungan Keluarga Frekuensi Persentase
2 orang 7 14,6
3 orang 12 25,0
4 orang 10 20,8
5 orang 10 20,8
6 orang 9 18,8
Total 48 100
Rata-rata 5 orang
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa sampel responden yang
sudah menerima bantuan dalam penelitian yang memiliki tanggungan
keluarga 2 orang adalah sebanyak 7 responden (14,6%), yang memiliki
tanggungan keluarga 3 orang adalah sebanyak 12 (25,0%), yang
memiliki tanggungan keluarga 4 orang adalah sebanyak 10 (20,8%),
yang memiliki tanggungan keluarga 5 orang adalah sebanyak 10
(20,8%), yang memiliki tanggungan keluarga 6 orang adalah sebanyak
9 (18,8 %). Sehingga dalam hal ini bisa dihitung bahwa rata-rata
tanggungan keluarga adalah sebanyak 5 orang dan layak untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mendapatkan bantuan tunai dalam upaya meringankan beban
kebutuhan hidup.
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan distribusi responden yang sudah menerima
bantuan dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut.
Tabel 4.20 Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan
Sumber : data primer diolah (2011)
Pada distribusi tingkat pendidikan dapat disimpulkan bahwa
pendidikan responden dalam kategori memiliki tingkat pendidikan
rendah, sehingga akan berpengaruh pada pola pikir dan tingkat
penghasilan.
e. Kualitas Pendidikan
Distribusi responden yang sudah menerima bantuan
berdasarkan kualitas pendidikan keluarga dapat diketahui pada Tabel
4.21 dibawah ini.
Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak sekolah 10 20,8
SD 18 37,5
SLTP 15 31,2
SLTA 5 10,4
Total 48 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.21 Data Responden Berdasar Kualitas Pendidikan
Kondisi Pendidikan Frekuensi Persentase
Baik 46 95,8
Tidak Baik 2 4,2
Total 48 100
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.21 dapat dilihat kualitas pendidikan keluarga
responden yang menerima bantuan sebagian besar memiliki kondisi
pendidikan baik yaitu sebanyak 46 (95,8%) dan sebagian kecil
2 (4,2%) dalam kondisi tidak baik. Berdasarkan data di atas kondisi
pendidikan yang baik pada responden merupakan wujud kesejahteraan
dari responden.
f. Kondisi Kesehatan
Distribusi responden yang sudah menerima bantuan
berdasarkan kualitas kesehatan keluarga dapat diketahui pada Tabel
4.22 dibawah ini.
Tabel 4.22 Data Responden Berdasar Kualitas Kesehatan
Kondisi Kesehatan Frekuensi Persentase
Baik 46 95,8
Tidak Baik 2 31,2
Total 48 100
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.22 dapat dilihat kualitas pendidikan keluarga
responden yang sudah menerima bantuan sebagian besar atau sebanyak
46 responden (95,8%) dalam kondisi baik dan sebagian kecil atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sebanyak 2 responden (4,2%) dalam kondisi tidak baik. Berdasarkan
data di atas kondisi kesehatan yang baik pada responden merupakan
wujud kesejahteraan dari responden yang mendapatkan bantuan.
g. Penghasilan Rata-rata Per-Bulan
Masing-masing responden yang sudah menerima bantuan dapat
diketahui besaran penghasilan yang mereka terima dengan hitungan
rata-rata per-bulan dengan merujuk atas status pekerjaan.
Tabel 4.23 Data Responden Berdasar Penghasilan Rata-Rata Per-bulan
Jumlah Dana Frekuensi Persentase
200 ribu 5 10,4
300 ribu 16 33,3
400 ribu 16 33,3
≥ 500 ribu 11 22,9
Total 48 100
Rata-rata 400 ribu
Sumber : data primer diolah (2011)
Tabel 4.23 dapat dilihat penghasilan rata-rata perbulan
responden yang sudah menerima bantuan sebagian besar sebanyak 16
responden (33,3%) berpenghasilan 300-400 rb/bln, sebanyak 11
responden (22,9%) berpenghasilan ≥ 500 rb/bln, dan sebagian kecil
responden yang berpenghasilan 200 rb/bln sebanyak 5 responden
(10,4%). Penghasilan rata-rata per bulan responden yang sudah
menerima bantuan ada peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4.5 Analisa Data dan Pembahasan
Analisa data dan pembahasan dalam kajian program ada proses yang
dilalui. Pada kajian ini ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dan
tantangan yang perlu mendapat perhatian sehingga langkah kedepan ada
perbaikan dan penyempurnaan.
o Pendataan RTSM calon peserta PKH dilakukan oleh BPS, namun data
tersebut banyak yang terbukti tidak valid meski setelah dilakukan
pemutakhiran oleh UPPKH Kabupaten yaitu perbaikan dan perubahan data
dengan yang eligible namun ketika dikirimkan kembali ke UPPKH Pusat
ternyata data yang terolah masih data lama. Kekeliruan ini berlangsung
terus menerus dan mengganggu kelancaran pelaksanaan PKH, karena data
peserta PKH tidak bersifat konstan dan selalu mengalami perubahan.
o Pendamping selalu mengadakan pertemuan rutin dengan para peserta PKH
yang didampingi, namun pendamping merasa agak terbebani apabila ada
dana yang harus dikeluarkan ketika pelaksanaan pertemuan tersebut
(kondisional, keperluan antara lain makanan ringan, transportasi dan
sebagainya).
o Sebagian besar UPPKH Kabupaten mengaku adanya koordinasi yang
kondusif dengan dinasi-dinas terkait lainnya seperti PT Pos, faskes, fasdik,
dinkes dan dispendik namun beberapa UPPKH Kabupaten masih ada yang
mengalami kesulitan untuk berkoordinasi. Sulitnya berkoordinasi akan
sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan PKH. Untuk itu,
permasalahan kerja sama ini perlu mendapat perhatian serius.
o Permasalahan umum kurang sosialisasi ttg PKH ke seluruh lapisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
o Masih ada kartu PKH belum berfunsgsi sbg kartu PKH
o Data nama dalam kartu tidak sesui dengan penerima layanan sudah
Analisa dampak Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap
Pendidikan, Kesehatan, Penghasilan dalam upaya peningkatan derajat
kesejahteraan masyarakat miskin saya gunakan uji beda rata-rata, yaitu
mengetahui perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
Analisa data yang diuji dalam penelitian ini meliputi; Uji beda rata-rata
Kualitas Pendidikan, Kualitas Kesehatan, Tingkat Penghasilan penerima
bantuan tunai bersyarat, sebelum dan sesudah implementasi pelaksanaan
Program Keluarga Harapan, ditunjukkan pada Tabel 4.24 berikut:
Tabel 4.24
Hasil Uji t tes (beda rata-rata) dengan SPSS
Uji statistic
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Penghas. Perbulan Tanpa Bantuan -
Pengahs. Perbulan Dengan Bantuan
Pendidikan Tanpa Bantuan -
Pendidikan Dengan Bantuan
Kesehatan Tanpa
Bantuan - Kesehatan
Dengan Bantuan
Paired Differences
Mean -47916.667 .312 .271
Std. Deviation 77155.779 .468 .449
Std. Error Mean 11136.477 .068 .065
95% Confidence Interval of the Difference
Lower -70320.369 .176 .140
Upper -25512.964 .449 .401
T -4.303 4.622 4.178
Df 47 47 47
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 Sedangkan jika diterapkan ke dalam rumus adalah sebagai berikut:
Penghasilan per bulan
Perbandingan penghasilan rata-rata perbulan antara kelompok responden yang
belum menerima bantuan dan yang sudah menerima bantuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.25 Hasil Signifikansi uji Beda Rata-rata
Variabel
Uji Beda Sebelum dan Sesudah Program
Kesimpulan
t hitung Signifikansi Pendidikan 4,622 0,00 Signifikan Kesehatan 4,178 0,00 Signifikan Penghasilan -4,303 0,00 Signifikan
Tabel 4.24 dapatlah diketahui bahwa terdapat beda rata-rata yang
signifikan antara Kualitas Pendidikan responden yang belum diberi bantuan
dengan yang sudah diberi bantuan. Hal ini diperlihatkan pada nilai t hitung > t
tabel (4,622 > 2,012) dan signifikansi 0,00 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan
95%. Kondisi Kesehatan responden yang belum diberi bantuan dengan yang
sudah diberi bantuan. Diperlihatkan pada nilai t hitung > t tabel (4,178 >
2,012) dan signifikansi 0,00 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Penghasilan responden yang belum diberi bantuan dengan yang sudah diberi
bantuan. Diperlihatkan pada nilai -t hitung < -t tabel (-4,303 < -2,012) dan
signifikansi 0,00 < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
PKH sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
khususnya bidang pendidikan dan kesehatan berharap penerima bantuan tunai
memperhatikan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan sebagai
konsekuensi program, antara lain; untuk menyekolahkan anaknya, melakukan
imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil dan perbaikan gizi.
Program ini memberikan manfaat besar bagi keluarga yang sulit keluar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kemiskinan dan menghadapi banyak masalah dalam membesarkan anak-anak
mereka seiring tuntutan perekonomian dan perkembangan zaman.
Hasil olah data dapat diketahui bahwa implementasi PKH mampu
memberi kontribusi yang serius dan signifikan dalam upaya membantu
penduduk sangat miskin, dengan adanya Program Keluarga Harapan masalah
pendidikan dasar, kesehatan dasar, bahkan tingkat penghasilan keluarga dapat
diperhatikan. Apresiasi yang tinggi layak diberikan kepada pemerintah karena
begitu besar kepeduliannya dalam mempreoritaskan arah dan sasaran
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan. Program Keluarga Harapan
layak untuk berkelanjutan dan berkesinambungan sesuai target yang telah
ditentukan, dengan harapan bahwa cita-cita luhur bangsa yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dapat
terwujud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Implementasi Program Keluarga Harapan diperlukan sinergi,
sinkronisasi dan koordinasi dari berbagai pihak, komitmen kelembagaan baik
ditingkat pusat, propinsi maupun daerah guna mengoptimalkan koordinasi
lintas sektoral dalam meningkatkan hasil kinerja program sangat dibutuhkan.
Program Keluarga Harapan juga harus melibatkan beberapa sektor dan
partisipasi aktif masyarakat, faktor kebijakan, faktor karakteristik, faktor
organisasi, faktor hubungan antar organisasi serta faktor lingkungan
implementasi kebijakan merupakan penentu kesuksesan program. Dampak
yang dihasilkan atas implementasi Program Keluarga Harapan terhadap
peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Ngawi
sebagaimana hasil olah data dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Adanya bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) mampu meningkatkan
prosentase taraf pendidikan anak kelompok rumah tangga sangat miskin
sebesar 31,2%.
2. Adanya bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) mampu meningkatkan
prosentase kualitas kesehatan kelompok keluarga yang mendapat bantuan
PKH sebesar 27%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3. Adanya bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) mampu meningkatkan
pendapatan rata-rata perbulan. Pendapatan rata-rata perbulan kelompok
keluarga yang tidak mendapat bantuan PKH sebesar adalah 300 rb/bulan,
sedangkan pendapatan rata-rata perbulan kelompok keluarga yang
mendapat bantuan PKH yaitu 400 rb/bulan.
5.2 Saran
1. Pendamping beserta para RTSM peserta PKH senantiasa belum aktif
melakukan program bersama, salah satunya dengan mengadakan kegiatan
bersama sehingga kegiatan ini terbukti memiliki kontribusi positif karena
mampu memupuk kedekatan, pemecahan masalah bersama, dan proses
pengawasan antar peserta PKH dengan pendamping.
2. Bantuan PKH harus melalui survei yang mendalam agar bantuan lebih
tepat sasaran sehingga dapat membantu keluarga yang benar-benar
membutuhkan peningkatan kesejahteraan utamanya pendidikan dan
kesehatan.
3. UPPKH Kabupaten selain melaksanakan program sesuai dengan ketentuan
hendaknya mempunyai berbagai kegiatan inovatif lain untuk mendukung
pelaksanaan PKH, sebagai contoh menciptakan program-program yang
antara lain: perlombaan, bantuan informasi bagi penyandang cacat,
beasiswa.
4. Sosialisasi sebagai kiat menciptakan kesadaran masyarakat dan merubah
pola pikir perlu terus diintensifkan.