TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan...

181
T KONSEP KESATUAN TEMA A Q Diajukan untuk Memenuhi P Siti M NIM: 10.2.0 Pemb Dr. Muchlis Magister Pe Konsentrasi Tafsi Sekolah Pascasarjana Un Syarif Hiday 2 TESIS AL-QUR’AN MENURUT SAYYID QUT{ B Persyaratan Ujian Promosi Tesis Mulazamah 00.1.09.08.0065 mbimbing M. Hanafi, MA engkajian Islam ir dan Ilmu al-Qur’an niversitas Islam Negeri (UIN) yatullah Jakarta 2014

Transcript of TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan...

Page 1: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

TESIS

KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’AN MENURUT SAYYIDQUT{B

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Promosi Tesis

Siti Mulazamah

NIM: 10.2.00.1.09.08.0065

Pembimbing

Dr. Muchlis M. Hanafi, MA

Magister Pengkajian Islam

Konsentrasi Tafsir dan Ilmu al-Qur’an

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014

TESIS

KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’AN MENURUT SAYYIDQUT{B

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Promosi Tesis

Siti Mulazamah

NIM: 10.2.00.1.09.08.0065

Pembimbing

Dr. Muchlis M. Hanafi, MA

Magister Pengkajian Islam

Konsentrasi Tafsir dan Ilmu al-Qur’an

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014

TESIS

KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’AN MENURUT SAYYIDQUT{B

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Promosi Tesis

Siti Mulazamah

NIM: 10.2.00.1.09.08.0065

Pembimbing

Dr. Muchlis M. Hanafi, MA

Magister Pengkajian Islam

Konsentrasi Tafsir dan Ilmu al-Qur’an

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

2014

Page 2: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi
Page 3: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

iii

KATA PENGANTAR

Kepada Allah, puji syukur penulis haturkan, Tuhan yang MahaPengasih dan Maha Penyayang. Atas rahmat dan pertolongan-Nya,penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Kepada Rasulullah,penulis haturkan salawat dan salam. Atas perjuangan beliau, penulisdapat merasakan spirit dari cahaya al-Qur’an.

Penulisan tesis ini bermula dari kegelisahan akademik penulisterhadap problem parsialitas dalam pembacaan al-Qur’an. Kesatuantema al-Qur’an adalah sebuah tawaran metodologis untuk memahamial-Qur’an secara komprehensif. Pembacaan al-Qur’an secarakomprehensif akan mempersempit ruang subyektivitas yang dampakterbesarnya adalah sebuah legitimasi terhadap sikap keberagamaantertentu dengan dalih didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an. Misalnya,aksi kekerasan yang mengatas namakan agama sebagai justifikasi. Darititik poin ini, penulis melihat dan menganalisa konsep kesatuan temaal-Qur’an yang ditawarkan oleh Sayyid Qut}b sehingga lahir sebuahtulisan yang berjudul “Konsep Kesatuan Tema al-Qur’an MenurutSayyid Qut}b.”

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkankepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukunganatas terselesaikannya tesis ini. Kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta beserta jajarannya. Kepada para pendidik Sekolah PascasarjanaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA.,Prof. Dr. Suwito, MA., dan Dr. Yusuf Rahman, MA., atas bimbingandan arahan serta memotivasi penulis untuk terus belajar. Kepadapembimbing penulis, Dr. Muchlis M. Hanafi, MA., yang selalumemberikan arahan dan berbagi ilmu kepada penulis selama prosespenulisan hingga dapat menyelesaiakan kajian ini.

Kepada dosen-dosen Sekolah Pascasarjana UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Dr. Fuad Jabali, MA., Prof. Dr. M Yunan Yusuf,MA., Prof. Dr. Sukran Kamil, MA., Prof. Dr. Abuddin Nata, MA.,Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA., Prof.Dr. Ir. Hadi S. Ali Kodra, Prof. Dr. MK. Tajuddin, Dr. Asep SaepudinJahar, MA., Dr. Muhbib, MA., Dr. Arif Sumantri, SKM,M.Kes., Dr.Ahmad Lutfi Fathullah, MA., Dr. Muhaimin AG, Dr. OmanFathurrahman, M.Hum., dan Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA., yangtelah berbagi ilmu, memberikan saran dan meluangkan waktu untuk

Page 4: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

iv

berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi hinggaanalisis data yang sangat membantu penulis. Ucapan terima kasih danpenghormatan setinggi-tingginya juga penulis haturkan pada semuadosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yangtelah mewarnai proses belajar penulis selama di Sekolah PascasarjanaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah membalas amal baikmereka.

Kepada seluruh civitas akademik Sekolah Pascasarjana UINSyarif Hidayatullah Jakarta, Kak Ima, Mas Adam, Pak Singgih, PakSahmi, Mbak Vhemmy, Mbak Lola, Mbak Windi, Kak Liza, PakHenda, Pak Radian, Pak Anen dan lainnya atas kemudahan dankelancaran proses administrasi dan studi penulis. Kepada kepala danstaff perpustakaan Riset Pascasarjana dan Perpustakaan Umum UINSyarif Hidayatullah Jakarta penulis haturkan terima kasih sebesar-besarnya atas semua bantuan dalam mempermudah pencarian literaturkajian ini.

Kepada Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat JenderalPendidikan Agama Islam, yang telah memberikan beasiswa selama 2tahun, hingga menghasilkan sebuah karya yang semoga dapatbermanfaat. Kepada Teman-teman BS (Beasiswa Studi) 2010, teman-teman lintas konsentrasi dan angkatan, Mbak Nisa, Mas Ubed, Fahmi,Mas Ajad, Pak Mudarip, Pak Afif, Pak Alwi, Pak Auladi, Mas Toto,Pak Novi, Pak Rohmat, Mas Agus, Pak Amin, Pak Didin, Pak Feddy,Kak Ilham, Pak Hadi, Pak Mustaqim, Mbak Ummu, Mbak Marlin,Rifatul, Mbak Ina, Mbak Hikmah, Kak Inda, Kak Wenda, MasGhufron, Mas Nafi’ dan teman-teman yang tidak disebutkan satupersatu yang telah memberi motivasi tersendiri kepada penulis demiterselesaikannya tesis ini, penuliskan haturkan terima kasih sebesar-besarnya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan segalapenghormatan juga penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis,Ayahanda H. Sumindar dan Ibunda Hj. Sri Sudarti yang selalumemberi do’a restu kepada penulis, juga kepada adinda FaiqatulMukhayyarah. Do’a kedua orang tua merupakan sumber kekuatanyang luar biasa bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini, semogaAllah senantisa menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangipenulis semasa kecil. Hasil tesis ini khusus penulis persembahkankepada kedua orang tua penulis.

Page 5: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

v

Kepada guru-guru penulis, khususnya KH. Muharrar Ali besertakeluarga, KH. Warson Munawwir (alm) beserta keluarga dan mbah‘Abdullah ‘Athiyyah Bayumi, penulis haturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya. Kepada Ketua STAI Khozinatul UlumBlora beserta jajarannya, Pak Ihsan, Pak Fatah, Pak Yunus, PakAtabik, Pak Dimyati, Mas Imam, Mas Fakhruddin, Kak Aziz, DekAfifah dan lain-lain, penulis sangat berterima kasih karena penulistelah diberikan kesempatan untuk belajar dan belajar. Semoga Allahmembalas amal baik mereka semua dan senantiasa mendapatkanrahmat dan ampunan dari Allah. Tak lupa penulis haturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga besar CBS, khususnyaKak Igma dan Pak Maman. Mereka adalah teman-teman yang luarbiasa. Terima kasih atas pembelajaran yang sangat berharga.

Penulis berharap tesis ini dapat memberikan kontribusi nyatadalam kajian tafsir. Sebagai sumber inspirasi, khususnya bagi pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan tafsir dan ilmu-ilmu al-Qur’andan umumnya kepada semua pihak yang berminat dalam kajian al-Qur’an dan ilmu-ilmu al-Qur’an agar menyajikan tafsir yang praktisdan mudah dipahami. Juga diharapkan menjadi bahan kajian oleh parapeminat kajian al-Qur’an agar tidak menafsirkan al-Qur’an secaraparsial. Atas kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaantesis ini, penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirkata, penulis memohon maaf apabila dalam penyelesaian tesis ini adabanyak kekurangan dan keterbatasan.

Page 6: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi
Page 7: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

vii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti MulazamahNIM : 10.2.00.1.09.08.0065Tempat/Tgl. Lahir : Blora, 13 April 1985Alamat : Purworejo Nglego Rt/Rw 01/05 Kec. Blora

Kab. Blora Jawa Tengah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:“Konsep Kesatuan Tema al-Qur’an Menurut Sayyid Qut}b” adalahbenar merupakan karya asli penulis, kecuali kutipan yang disebutkansumber rujukannya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan didalamnya, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab penulis.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Ciputat, 5 Januari 2014

Siti Mulazamah

Page 8: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi
Page 9: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis berjudul “Konsep Kesatuan Tema al-Qur’an Menurut SayyidQut}b” yang disusun oleh Siti Mulazamah dengna NIM:10.2.00.1.09.08.0065, dinyatakan LULUS dalam Ujian PendahuluanTesis pada 17 Januari 2014 dan telah selesai diperbaiki sesuai dengansaran dan rekomendasi dari Tim Penguji Ujian Pendahuluan Tesis,serta disetujui untuk diajukan pada Ujian Promosi Magister.

Ciputat, 28 Januari 2014Pembimbing

Dr. Muchlis M. Hanafi, MA

Page 10: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi
Page 11: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xi

PERSETUJUAN PENGUJI

Tesis berjudul “Konsep Kesatuan Tema al-Qur’an Menurut SayyidQut}b” yang disusun oleh Siti Mulazamah dengan NIM:10.2.00.1.09.08.0065, dinyatakan LULUS dalam Ujian PendahuluanTesis pada 17 Januari 2014 dan telah selesai diperbaiki sesuai dengansaran dan rekomendasi dari Tim Penguji Ujian Pendahuluan Tesis,serta disetujui untuk diajukan pada Ujian Promosi Magister.

TIM PENGUJI

No Nama Penguji Keterangan/Tandatangan1 Dr. Yusuf Rahman, MA

Ketua Sidang/Merangkap Penguji

......./ 2 /2014

2 Dr. Muchlis M. Hanafi, MAPembimbing/Merangkap Penguji

......./ 2 /2014

3 Prof. Dr. H M Yunan Yusuf, MAPenguji

......./ 2 /2014

4 Prof. Dr. Hamdani Anwar, MAPenguji

......./ 2 /2014

Page 12: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi
Page 13: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xiii

ABSTRAK

Tesis ini menyimpulkan bahwa semakin komprehensifpembacaan seseorang terhadap al-Qur’an, maka pemahamannya akansemakin obyektif. Tesis ini membuktikan bahwa Sayyid Qut}b adalahsalah seorang mufassir yang melakukan pembacaan al-Qur’an dengancara pandang komprehensif. Konsep yang ditawarkan Sayyid Qut}badalah kesatuan tema al-Qur’an.

Tesis ini sependapat dengan Muh}ammad Mah}mu>d H{ija>zi>> (w.1972), al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah fi> al-Qur’a>n; Muh}ammad ‘AbdAlla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m (1977); Rif‘at Fawzi> ‘Abd al-Mut}t}alib,al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah li al-Su>rah al-Qur’a>niyyah (1986); NealRobinson, Discovering the Qur’an: A Contemporary Approach to aVeiled Text (1996); A.H. Mathias Zahniser, “Major Transitions andThematic Borders in Two Long Su>ras: al-Baqara and al-Nisa>’,” dalamLiterary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J.Boullata (2000); David E. Smith, “The Structure of al-Baqarah,” TheMuslim World 91, no 1/2 (2001); Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The Muslim World 100, no. 1 (2010);Michel Cuypers, “Semitic Retoric as a Key to the Question of theNaz}m of the Qur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13, no.1(2011). Kelompok ini mengakui ada kesesuaian, keharmonisan,koherensi dan kesatuan tema al-Qur’an.

Tesis ini berbeda pendapat dengan kalangan kedua yangmeragukan dan menolak ada kesesuaian, keharmonisan, koherensi dankesatuan tema al-Qur’an. Kelompok ini diwakili oleh ‘Izzuddin ibn‘Abd al-Sala>m, al-Shauka>ni>(1173-1250 H), Richard Bell (1876-1952M), S{ubh}i> al-S{a>lih}, Gerhard Endress, Angelika Neuwirth, ThomasCarlyle dan Salwa M.S. El-Awa. Misalnya Salwa M.S. El-Awa, dalamTextual Relations in the Qur’an: Relevance, Coherence and Structure(2005) dengan pendekatan kesusastraan dan linguistik. Iamenyimpulkan kompleksitas tematik menyebabkan sejumlah masalahtekstual surah yang membingungkan.

Tesis ini menunjukkan bahwa Sayyid Qut}b menerapkan konsepkesatuan tema dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Penafsiran Sayyid Qut}bberbasis kesatuan tema dalam surah, juz dan al-Qur’an secarakeseluruhan. Tesis ini juga menunjukkan bahwa Sayyid Qut}bmenggunakan metode tunggal dalam pengungkapan al-Qur’an, yaitudengan jalan imajinasi dan personifikasi.

Page 14: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xiv

Sumber utama tesis adalah Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n karya SayyidQut}b dan karyanya yang lain misalnya, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n,Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n. Juga data-data tambahan yangdiambil dari berbagai rujukan yang berkaitan dengan pokokpermasalahan yang diteliti, meliputi buku-buku tafsir, ‘ulu>m al-Qur’a>ndan lain-lain. Adapun penelitian ini adalah kualitatif, denganpendekatan interpretasi (interpretative approach) dan pendekatansejarah (historical approach). Sedangkan untuk analisa datamenggunakan metode deskriptif analitis. Maksudnya, data yangterkumpul dideskripsikan dan dianalisa berdasarkan data-datakualitatif. Untuk menganalisa data, digunakan analisis kebahasaan,analisis komparatif dan analisis isi.

Page 15: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xv

ABSTRACT

This thesis concludes that the more comprehensive a personreads the Qur’an, the more objective his understanding of it. Thethesis proves that Sayyid Qut}b was an exegesis expert who did acomprehensive perspective-reading Qur’an in that he proposed aconcept of the unity of the Qur’anic themes.

The thesis supports Muh}ammad Mah}mu>d H{ija>zi> (d. 1972), al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah fi> al-Qur’a>n; Muh}ammad ‘Abd Alla>h Dira>z,al-Naba>’ al-‘Az}i>m (1977); Rif‘at Fawzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah}dahal-Maud}u>‘iyyah li al-Su>rah al-Qur’a>niyyah (1986); Neal Robinson,Discovering the Qur’an: A Contemporary Approach to a Veiled Text(1996); A.H. Mathias Zahniser, “Major Transitions and ThematicBorders in Two Long Su>ras: al-Baqara and al-Nisa>’,” in LiteraryStructures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata(2000); David E. Smith, “The Structure of al-Baqarah,” The MuslimWorld 91, no. 1/2 (2001); Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: AStructural Analysis,” The Muslim World 100, no. 1 (2010); MichelCuypers, “Semitic Retoric as a Key to the Question of the Naz}m of theQur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13, no.1 (2011). This firstgroup acknowledges the existence of conformity, harmony, coherenceand unity of the Qur’anic themes.

This thesis opposes the second group questions and turns downthe conformity, harmony, coherence and the unity of the Qur’anicthemes. The group is represented by ‘Izzuddin ibn ‘Abd al-Sala>m, al-Shauka>ni> (1173-1250 H), Richard Bell (1876-1952 M), S{ubh}i> al-S{a>lih},Gerhard Endress, Angelika Neuwirth, Thomas Carlyle and Salwa M.S.El-Awa. For instance, in Salwa M.S. El-Awa in her prominent book,Textual Relations in the Qur’an: Relevance, Coherence and Structure(2005) which is written using linguistic and literary approach, sheconcludes that thematic complexities result in verse textual problemsthat are confusing.

This thesis points out that Sayyid Qut}b explored the concept ofthe unity of themes in Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Sayyid Qut}b’s exegesis wasin verse based-the unity of themes, juz and the Qur’an altogether. Thethesis also exhibits that Sayyid Qut}b used mono method in unveilingthe Qur’an which is imagination path and personification.

The primary source of the thesis is Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, al-Tas}wi>ral-Fanni> fi> al-Qur’a>n and Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n. Also,

Page 16: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xvi

additional data obtained from various references related to formulationof the research problems including exegesis books such as ‘ulu>m al-Qur’a>n. The research is a qualitative with interpretative and historicalapproach. In order to analyze data, the research uses analyticdescriptive method; in other words, the data collected are describedand analyzed based on qualitative data. In addition to that, linguisticsanalysis, comparative analysis and content analysis are used to analyzedata.

Page 17: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xvii

ملخص البحث

آن الكرمي، ازدادت موضوعيته تلخص هذه الرسالة كلما ازدادت مشولية قراءة أحد للقر والفكرة اليت طرحها قطب هي . وتثبت الرسالة أن سيد قطب مفسر قرأ القرآن قراءة شاملة. لفهمه

.وحدة موضوعية للقرآن، ودمحم ة يف القرآنوحدة موضوعي، )1972. ت(توافق الرسالة رأي دمحم حممود حجازي

الوحدة املوضوعية للسورة القرآنية، ورفعت فوزي عبد املطلب، )1977(النبأ العظيمعبد الدراز، Discovering the Qur’an: A Contemporary Approach، ونيل روبنسون)1986(

to Veiled Tex)هـ.، وأ)1996) (مدخل معاصر إىل النص احملجب: اكتشاف القرآن .Major Transition and Thematic Borders in Two Long“اس زهنيسار،ماتي

Suras: al-Baqara and al-Nisa>’”)تني السور يفاملوضوعية الرئيسية واحلدود التحوالتLiterary Structures of Religious، يف كتاب بعنوان )البقرة والنساء: الطويلتني

Meaning in the Qur’an)حققه عيسى ج) ة للداللة الدينية يف القرآن الكرميالبنية األدبي .) بنيوية سورة البقرة(The Structure of al-Baqarahمسيث، . ، ودافد إي)2000(بوال

-Surat al“فارين، . ، وراميون ك)2001(½ رقم 91للعدد The Muslim Worldيف دورية

Baqara: A Structural Analysis”)يف دورية ) ل بنيويحتلي: سورة البقرةThe Muslim

World وميشال تشايربز، ،)2010(1رقم 100للعدد“Semitic Rhetoric as a Key

to the Question of the Naz}m of the Qur’anic Text”) البالغة السامية كمفتاحلفئة تعرتف وهذه ا). 2011(1رقم 13، يف دورية الدراسات القرآنية "ملسألة النظم للنص القرآين

.ن هناك تناسبا وانسجاما ومتاسكا ووحدة موضوعية للقرآنوختتلف الرسالة عن الفئة الثانية اليت ترفض وتشكك يف تناسب وانسجام وتسابك

، )هـ1250-1173(الدين عبد السالم، والشوكاين وهذه الفئة ميثلها عز. ووحدة موضوعية للقرآنصبحي الصاحل، وجرهارد إندريس، وأجنليكا نيويرث، وطوماس ، و )م1952- 1876(وريتشارد بل

:Textual Relation in the Qur’anالعوي، يف كتاب. س.كاراليل، وسلوى م

Relevance, Coherence and Structure)التناسب والتسابك : العالقة النصية يف القرآن

Page 18: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xviii

ن التعقد املوضوعي يؤدي إىل وخلص. معتمدا على املدخل األديب واللغوي) 2005(والبنيوية .ظهور عدة مشاكل نصية للسورة وحمرية

يف ظالل وتدل الرسالة على أن سيد قطب طبق فكرة وحدة وموضوعية يف تفسريه كما تدل. وإن تفسريه مبين على وحدة موضوعية يف السورة واجلزء والقرآن بشكل كلي. القرآن

ي طريقة التصوير التشخيصي رآن، وهتعبري القيف حدةطريقة مو الرسالة على أن سيد قطب اتبع .بواسطة التخييل والتجسيم

التصوير الفين يف القرآن، مشاهد ، ويف ظالل القرآنواملصادر األوالية للرسالة هي تفسري وتعتمد الرسالة على مصادر أخرى مأخوذة من مراجع مرتبطة . لسيد قطبالقيامة يف القرآن

وهذا البحث حبث كيفي . ما أشبه ذلكو كتب التفاسري، وعلوم القرآن، مبوضوع البحث، تشمل ت منهجا وصفيا حتليليا حبيث .والتارخييينتهج املدخل التفسريي وتتبع الباحثة يف حتليل البيا

ت الكيفية ت اليت مت مجعها وحتليلها بناء على البيا ت . قامت بوصف البيا وتتبع يف حتليل البيا، وحتليل احملتوىحتليال لغو لصواب. ، ومقار .وهللا أعلم

Page 19: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi Arab - Latin yang digunakan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Konsonanb = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{{{{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s} = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

‘ = ع

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

B. Vokal

1. Vokal TunggalTanda Nama Huruf Latin Nama

◌ fathah A A ◌◌ Kasrah I I ◌ dhammah U U

2. Vokal RangkapTanda Nama Gabungan Huruf Nama

ى... fathah dan ya Ai a dan iو... fathah dan

wauAu a dan w

Page 20: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xx

Contoh:حسین : H{usain حول : h{aul

C. MaddahTanda Nama Huruf Latin Nama

ــــا fathah dan alif a> a dan garis di atasــــي kasrah dan ya i> i dan garis di atasــــو dhammah dan

wauŪ u dan garis di atas

D. Ta’ marbutah (ة)Transliterasi ta’ marbutah ditulis dengan “h” baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak, contoh kata mar’ah (مرأة)madrasah (مدرسة)Contoh:

المنورةة المدین : al-Madi>nah al-Munawwarah

E. ShaddahShaddah/tasydi>d di transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bersaddah itu.Contoh:ربـنا : rabbana> نزل : nazzal

F. Kata SandangKata sandang “الـ” ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan

kata penghubung “-“, baik ketika bertemu dengan huruf Qamariyyahmaupun huruf Shamsiyyah.Contoh:الشمس : al-Shams القلم : al-Qalam

G. Pengecualian TransliterasiAdalah kata-kata bahasa arab yang telah lazim digunakan di

dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia,seperti lafal asma>’ al-husna> dan ibn, kecuali menghadirkannya ,هللاdalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalampenulisan.

Page 21: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xxi

DAFTAR ISI

Halaman JudulKata Pengantar - iiiPernyataan Bebas Plagiasi - viiPersetujuan Pembimbing - ixPersetujuan Penguji - xiAbstrak Bahasa Indonesia, Inggris, Arab - xiiiPedoman Transliterasi Arab-Latin - xixDaftar Isi - xxi

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah - 1B. Permasalahan - 8C. Penelitian Terdahulu yang Relevan - 9D. Tujuan Penelitian - 14E. Manfaat/Signifikansi Penelitian -14F. Metodologi Penelitian - 15G. Sistematika Penelitian - 19

BAB II DISKURSUS KESATUAN TEMA AL-QUR’ANA. Naz}m, Siya>q, Muna>sabah dan Kesatuan Tema al-

Qur’an: Sejarah Awal dan Perkembangan - 22B. Kesatuan Tema: Arah Baru dalam Kajian al-Qur’an -

29C. Kesatuan Tema dalam Perdebatan: Penolak dan

Pendukung - 34

BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS PANDANGANSAYYID QUT}B TENTANG KESATUAN TEMA AL-QUR’AN DALAM KARYANYAA. Sayyid Qut}b dan Proyek Maktabah al-Jadi>dah - 52B. Metode Sayyid Qut}b dalam Melacak Kesatuan Tema

al-Qur’an - 60C. Urgensi, Fungsi Memahami Kesatuan Tema al-

Qur’an dan Upaya Pengembangannya - 74D. Karakteristik Kesatuan Tema al-Qur’an dalam Fi>

Z{ila>l al-Qur’a>n - 88

Page 22: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

xxii

BAB IV APLIKASI KONSEP KESATUAN AL-QUR’ANSAYYID QUT}B DALAM KARYANYAA. Kesatuan Metode dalam Pengungkapan al-Qur’an -

96B. Penafsiran Berbasis Kesatuan Tema dalam Surah -

1041. Al-Baqarah: Pilar Penyiapan Khali>fah al-Ard} dan

Kisah Bani> Isra>’i>l - 1042. Al-Shu‘ara>’: Pembahasan Akidah yang Tersaji

dalam Kisah-kisah Nabi - 126C. Penafsiran Berbasis Kesatuan Tema dalam Satu Juz -

133D. Penafsiran Berbasis Kesatuan Tema dalam al-Qur’an

Keseluruhan - 135

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan - 139B. Saran - 141

Daftar Pustaka - 143Glosari - 151Indeks - 155Biografi Penulis - 159

Page 23: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahBanyak yang menyatakan kekacauan dan ketidak-teraturan

susunan al-Qur’an—terutama dalam surah yang panjang.1 Misalnya,Richard Bell (1876-1952 M) menyatakan bahwa al-Qur’anmembutuhkan pendalaman yang serius, karena sama sekali bukanmerupakan buku yang mudah dipahami. Dia mengatakan:

“A book thus held in reverence by over four hundred milions of our fellowman is worthy of attention. It also demands serious study; for it is by no means aneasy book to understand.”2

Salwa. M.S. El-Awa menyatakan tidak adanya keterkaitanantara bagian-bagian yang berbeda dalam surah panjang dan terkadangjuga dalam surah pendek.3

Bandingkan pernyataan-pernyataan di atas dengan Wahbah al-Zuh}aili>dalam al-Tafsi>r al-Muni>r, bahwa salah satu metodenya dalampenafsiran adalah kesatuan tematik al-Qur’an.4 Raymond K. Farrin,hasil penelitiannya menyimpulkan adanya kesesuaian bagian-bagianyang panjang dalam al-Qur’an.5 Senada dengan Farrin, Michel Cuypershasil penelitiannya menyatakan adanya koherensi dalam al-Qur’an.6

Pembacaan sejarah sejak masa klasik hingga modern,7 tentangsusunan,8 koherensi, dan kesatuan tema al-Qur’an menjadi bahan

1Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The MuslimWorld 100, no. 1 (2010): 17.

2W. Montgomery Watt & Richard Bell, Introduction to the Qur’an(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1994), Xi.

3Salwa. M.S. El-Awa, “Linguistic Structure,” dalam The BlackwellCompanion to the Qur’a>n, ed. Andrew Rippin (West Sussex, Chichester: John Wileyand Sons Ltd, 2009), 53.

4Wahbah al-Zuh}aili>, al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj (Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir, 1998), 9.

5Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The MuslimWorld 100, no. 1 (2010): 17-32.

6Michel Chuypers, “Semitic Retoric as a Key to the Question of the Naz}mof the Qur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13, no.1 (2011): 1-24.

7Menurut Harun Nasution pengistilahan klasik yaitu periode antara tahun650-1250 M. Masa ini meliputi tiga bagian yaitu masa kemajuan Islam I, termasukmasa Khulafa>’ al-Ra>shidi>n, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan masa disintegrasitahun 1000-1250 M. Selanjutnya periode pertengahan, yang masuk kategori dalam

Page 24: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

2

perdebatan di kalangan sarjana dengan argumennya masing-masing.9

Hal tersebut telah mendorong para sarjana muslim untuk melakukankajian mendalam, sehingga muncul pokok bahasan tentang naz}m al-Qur’a>n dalam karya-karya mereka. Misalnya, Al-Ja>h}iz}(780-869 M)menulis karya Naz}m al-Qur’a>n, sebuah buku yang telah hilang. Al-Ba>qilla>ni (950-1013 M) menulis I‘ja>z al-Qur’a>n, al-Jurja>ni> (w. 1078M) menulis Dala>il al-I‘ja>z dan al-Biqa>‘i> (w. 1480 M) menulis Naz}m al-Durar fi> Tana>subi al-A<ya>t wa al-Suwar.

Pada akhir abad ke dua puluh, penelitian tentang koherensi danstruktur teks al-Qur’an dihidupkan kembali. Misalnya, oleh MustansirMir (1986), Neal Robinson (1996), A.H. Mathias Zahniser (2000),David E. Smith (2001), Salwa M. S. El-Awa (2006), Raymond K.Farrin (2010), Michel Cuypers (2011) dan lain-lain.10

Studi ini menyajikan dua kutub yang saling berseberangan.Pertama, kelompok yang tidak mengakui adanya koherensi dan

periode ini adalah masa kemunduran I tahun 1250-1500 M, masa tiga kerajaan besartahun 1500-1700 M, fase kemajuan tahun 1500-1800 M. Dan terakhir adalah periodemodern tahun 1800 M. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek(Jakarta: UI Press, 1985), 56-89.

8Susunan al-Qur’an yang unik telah mengundang adanya perdebatan. Adayang berpendapat bahwa susunan al-Qur’an itu mengandung kemungkinan adanyaintervensi manusia dalam penyusunannya. Hal tersebut memungkinkan persangkaanbahwa al-Qur’an adalah hasil kreasi manusia, dalam hal ini Nabi Muhammad.Banyak yang percaya bahwa susunan ayat-ayat dalam surah dan surah-surah dalammus}haf itu disusun oleh Nabi sendiri dengan dibantu Jibril sebelum Nabi wafat.Akan tetapi, jika al-Qur’an adalah hasil kreasi manusia maka al-Qur’an tentu tidakakan relevan untuk setiap waktu dan tempat. Lihat Muh{ammad Shah}ru>r, al-Kita>b waal-Qur’a>n Qira>’ah Mu‘a>s}irah (Kairo: Si>na li al-Nashr wa al-Aha>li>, 1992), 32.

9Lihat lebih lanjut dalam bab II, dalam sub bab C.10Lihat Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n: A Study of Is}la>h}i>’s

Concept of Naz}m in Tadabbur-i Qur’a>n (Washington: American Trust Publication,1986); Neal Robinson, Discovering the Qur’an: A Contemporary Approach to aVeiled Text (London: SCM Press Ltd, 1996); A.H. Mathias Zahniser, “MajorTransitions and Thematic Borders in Two Long Su>ras: al-Baqara and al-Nisa>’,”dalam Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata(Richmond Surrey: Curzon Press, 2000); David E. Smith, “The Structure of al-Baqarah,” The Muslim World 91, no 1/2 (2001): 121-136; Salwa M.S. El-Awa,Textual Relations in the Qur’an: Relevance, Coherence and Structure (London andNew York: Routledge Taylor & Francis Group, 2006); Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The Muslim World 100, no. 1 (2010): 17-32; MichelChuypers, “Semitic Retoric as a Key to the Question of the Naz}m of the Qur’anicText,” Journal of Qur’anic Studies 13, no.1 (2011): 1-24.

Page 25: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

3

kesatuan tema al-Qur’an. Kedua, kelompok yang menyatakan adanyakoherensi dan kesatuan tema al-Qur’an.

Kelompok pertama banyak mempertanyakan dan meragukansusunan al-Qur’an. Mereka menyatakan kekacauan, ketidak-logisan,bahkan menganggap adanya kontradiksi dalam ayat-ayat al-Qur’an.Mereka adalah kelompok yang tidak mengakui adanya koherensi dankesatuan tema al-Qur’an. Kelompok ini didukung oleh, misalnya‘Izzudin ibn ‘Abd al-Sala>m,11 S{ubh}i> al-S{a>lih},12 Angelika Neuwirth,13

Thomas Carlyle,14 Salwa M. S. El-Awa,15 dan lain-lain.Kelompok kedua diwakili oleh M ‘Abduh (1849-1905 M),16

Sayyid Qut}b (1906-66 M),17 Nas}r H{a>mid Abu> Zaid (w. 2010),18

Raymond K. Farrin (2010),19 Islam Dayeh (2011).20 Kelompok inimenyatakan adanya koherensi dan kesatuan tema al-Qur’an.

Kegelisahan akademik penulis muncul ketika menemukanpernyataan dua kubu yang saling berseberangan. Kegelisahan tersebutmenjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian. Yaitu untukmembuktikan koherensi dan ada atau tidaknya kesatuan tema dalamal-Qur’an. Di samping itu, banyak yang meragukan, mempertanyakandan menyatakan kekacauan, kerumitan, tidak adanya koherensi dan

11M. Badr al-Di>n al-Zarkashi>, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: ‘I<sa> al-ba>by> al-h{alaby>, tt), jilid I, 37.

12S{ubh}i> al-S}a>lih}, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Bairut: Da>r al-‘Ilm li al-Mala>yi>n, 1977), 151-152.

13Jane Dammen, ed. The Cambridge Companion to the Qur’an (New York:Cambridge University Press, 2006), 97.

14Dikutip dari Nevin Reda El-Tahry, “Textual Integrity and Coherence inthe Qur’an: Repetition and Narrative Structure in Surat al-Baqara,” Disertasi diUniversity of Toronto, 2010.

15Salwa. M. S. El-Awa, Textual Relations in the Qur’a>n, 160-163. LihatSalwa M. S. El-Awa, “Linguistic Structure,” dalam The Blackwell Companion to theQur’a>n, ed. Andrew Rippin, 70.

16‘Abd Alla>h Mah{mu>d Shah{a>tah, Manhaj al-Ima>m Muh{ammad ‘Abduh fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo: Nashr al-Rasa>’il al-Jami‘iyyah, 1963), 35.

17Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 65-67.18Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m al-Nas}s}(Kairo: al-Hai’ah al-Mas{riyyah al-

‘A<mmah li al-Kita>b, 1993), 179.19Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The

Muslim World 100, no. 1 (2010): 17-32.20Islam Dayeh, “Al-H{awa>mi>m: Intertextuality and Coherence in Meccan

Surahs,” dalam The Qur’a>n in Context, eds. Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai andMichael Marx (Leiden: Brill, 2011), 461-498.

Page 26: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

4

kesatuan tema dalam al-Quran. Hal ini pula yang membuat tema inipenting untuk dikaji.

Memahami pesan al-Qur’an melalui pengungkapan rahasiasistematikanya sangat penting. Sebab, seseorang yang tidak mampumemahami rahasia sistematikanya akan memandang bahwa di dalamal-Qur’an selalu ada yang kontradiktif atau tidak sesuai dengansusunannya. Oleh karena itu, penelitian tentang kesatuan tema al-Qur’an dirasa sangat penting. Hal tersebut untuk menghasilkanpemahaman pesan al-Qur’an secara komprehensif dan bukanpemahaman secara parsial. Pembacaan al-Qur’an secara komprehensifakan mempersempit ruang subyektivitas yang dampak terbesarnyaadalah sebuah legitimasi terhadap sikap keberagamaan tertentu dengandalih didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an. Misalnya, aksi kekerasanyang mengatas namakan agama sebagai justifikasi.21 Oleh karena itutema ini sangat penting untuk dikaji.

Memang benar, secara sepintas jika diamati urut-urutan teks al-Qur’an mengesankan al-Qur’an memberikan informasi yang tidaksistematis dan melompat-lompat. Satu sisi realitas teks inimenyulitkan pembacaan secara utuh dan memuaskan, tetapisebagaimana telah disinggung oleh Abu> Zaid, realitas itu menunjukkanstilistika22 yang merupakan bagian dari i‘ja>z al-Qur’a>n, aspekkesusasteraan dan gaya bahasa.23

21Islam tidak disebarkan dengan pedang sebagaimana yang dimaksudkanmusuh-musuh Islam yang melontarkan tuduhan demikian. Islam hanyamensyariatkan jihad untuk menegakkan peraturan yang memberi rasa aman, yangdibawah naungannya pemeluk akidah-akidah lain merasa aman, dan hidup di dalambingkainya dengan tunduk dan patuh meskipun tidak memeluk akidah Islam. Lihatselengkapnya dalam Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1978),1/347. Lihat juga dalam http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/berita/372-pemahaman-al-quran-secara-parsial-picu-terorisme.html, diakses 13 Juni 2013.

22Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalamkarya sastra. Dengan demikian stilistika al-Qur’an adalah ilmu yang menyelidikibahasa yang dipergunakan dalam sastra al-Qur’an. aspek-aspek yang diteliti dandikaji dalam stilistika al-Qur’an adalah aspek fonologi (bunyi bahasa), leksikal(diksi, penggunaan kelas kata tertentu), sintaksis (tipe struktur kalimat), retorika(gaya retoris, kiasan, dan pencitraan) dan kohesi. Lihat Syihabuddin Qalyubi,Stilistika al-Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim (Yogyakarta: LKiS, 2008), 23.Lihat Hossein Vahid Dastjerdi dan Elaheh Jamshidian, “A Sacramental Wordplay:An Investigation of Pun Translatability in the Two English of the Quran,” AsianSocial Science 7, no. 1 (2011): 133.

23Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m al-Nas}s}, 179.

Page 27: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

5

Gaya bahasa (uslu>b) al-Qur’an terdiri atas uslu>b-uslu>bbaya>niyyah, ma‘a>niyyah dan badi>‘iyyah.24 Shihabuddin menjelaskanbahwa pemilihan huruf dalam dan penggabungannya antara konsonandan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam pengucapannya.Lebih lanjut, Shihabuddin menjelaskan—dengan mengutip al-Zarqa>ni>—keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun, mad,dan ghunnah. Dari paduan bacaan al-Qur’an akan menyerupai suatualunan musik atau irama lagu yang mengagumkan.25

Alasan lain yang menguatkan penelitian ini adalah adanyaindikasi yang ditunjukkan oleh al-Qur’an sendiri bahwa al-Qur’anadalah satu kesatuan yang memiliki keserasian. Sebagaimanadijelaskan oleh dalam Qs. al-Nisa>’ (4): 82, Hu>d (11): 1, dan al-Zumar(39): 23.26

Langkah-langkah untuk menampakkan kesatuan tema—sebuahrespons kreatif terhadap tantangan kekinian—berusaha diaplikasikanoleh para penggiat kajian ini, tidak terkecuali oleh Sayyid Qut}b. Iaadalah salah seorang mufassir abad kedua puluh yang berusahamenambahkan perspektif baru tentang koherensi struktur dan tematikal-Qur’an. Oleh Mir,27 Rif‘at Fauzi> ‘Abd al-Mut}t}alib,28 al-Ru>mi>,29

‘Adna>n Zurzur,30 dan al-Kha>lidi>,31 Sayyid Qut}b disebut sebagaimufassir yang mengembangkan ide kesatuan tema dan berkeyakinanbahwa setiap surah memiliki tema sentral yang disebutnya mih}war.

Sayyid Qut}b adalah seorang penulis produktif, baik di bidangsastra maupun keislaman, tokoh pemikiran Islam terkemuka danideolog perjuangan muslim terdepan abad ke-20.32 Hal ini pula yangmenjadi alasan kenapa penulis memilih Sayyid Qut}b sebagai obyek

24Ahmad Thib Raya, Rasionalitas Bahasa al-Qur’an (Jakarta: FikraPublishing, 2006), 2.

25Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an, 24.26Penjelasan selengkapnya hal. 85-86.27Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 65-67.28Rif‘at Fauzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah{dah al-Maud{u>‘iyyah li al-Su>rah al-

Qur’a>niyyah (Kairo:Da>r al-Sala>m, 1986), 31.29Fahd ibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sulaima>n al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-

Qarn al-Ra>bi‘ ‘Ashar (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1997), 1039-1040.30‘Adna>n Muh}ammad Zurzur, Madkhal ila> Tafsi>r al-Qur’a>n wa ‘Ulu>mih

(Damaskus: Da>r Qalam, 1998), 267.31S}ala>h Abdul Fatta>h} al-Kha>lidi>, Pengantar Memahami Tafsir Fi> Z{ila>l al-

Qur’a>n, trj. Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Intermedia, 2001), 147-148.32Sayed Khatab, “Arabism and Islamism in Sayyid Qut}b’s Thought on

Nasionalism,” The Muslim World 94, no 2 (2004): 217.

Page 28: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

6

dalam penelitian ini. Dengan demikian Sayyid Qut}b dan karya-karyanya akan selalu aktual untuk diteliti sebagai bahan kajian ilmu-ilmu sastra, tafsir dan pemikiran Islam.

Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Sayyid Qut}bmenjadi penting untuk dikaji, diantaranya: Pertama, setelah sekianlama sengkarut dunia intelektual menyelimuti Mesir—terutama kaumsekular yang berlangsung selama pertengahan Perang Dunia Kedua—Sayyid Qut}b datang untuk merekonstruksi sebuah sistem ajaran yangrumit lagi komprehensif dari sudut pandang Islam mengenai berbagaimacam isu dan problem yang menggelayuti dunia Arab danmasyarakat Muslim. Kedua, tema-tema yang menjadi bahan pemikirandibangun oleh Sayyid Qut}b telah dan masih menjadi kajian aktual bagikaum intelektual kontemporer. Ketiga, isu-isu yang dibahas SayyidQut}b dalam ajarannya menjadi inspirasi bagi banyak kelompok muslimradikal, terutama di Mesir tahun 70-an. Singkatnya, formulasi teoritisatas problema filosofis, sosial, ekonomis, dan religius dengan settingmasyarakat Mesir khususnya dan masyarakat muslim pada umumnyamerupakan inti dari organisasi dan pemikiran para pemikir Islamkontemporer. Pemikiran, aktivitas, dan kematiannya di tianggantungan menjadi simbol sejati seorang ideolog muslim dan menjadicita-cita bagi banyak umat muslim di berbagai belahan dunia.33

Oleh karena itu, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n yang merupakan karyaterbesarnya dengan kekentalan nuansa ideologisnya seakan-akan hanyacocok dibaca oleh kalangan tertentu, tepatnya kalangan aktivispergerakan Islam yang seringkali dikaitkan dengan kelompok gariskeras. Ini karena di dalamnya dikobarkan semangat in group feelingdan out group feeling—ini kelompokku dan itu bukan kelompokku—yang membuatnya dicap makar oleh pemerintah Mesir. Semangat inidalam konteks masyarakat multikultural Indonesia akan menjadihambatan serius bagi terjalinnya silaturrahim antar berbagai kalangandan tentu saja yang diperlukan dalam konteks masyarakat seperti iniadalah penafsiran yang luwes, bernuansa silaturrahim, mengayomi,saling menghargai, toleran, dan seterusnya.34

33Lihat Abdul Muid, “Teologi Pembebasan Islam Sayyid Quthb,” Tesis diSekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, 16. Lihat juga dalamSayed Khatab, “Arabism and Islamism in Sayyid Qut}b’s Thought on Nasionalism,”The Muslim World 94, no. 2 (2004): 217.

34Nurul Huda Ma’arif, “Ash-Shahi>d dan Nuansa Ideologis-Harakis Fi> Z{ila>lal-Qur’a>n,” dalam makalah Tafsir Timur Tengah, 21 Maret 2011.

Page 29: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

7

Lain halnya dengan pendapat di atas, Adnan Zurzurberpendapat bahwa tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah tafsir yang cocokdan dapat dibaca oleh semua kalangan aktivis Islam kontemporer. Haltersebut karena tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n telah memenuhi syarat-syaratsebagai tafsir yang dapat diterima dan mempunyai banyakkeistimewaan.35 Bahkan S}ala>h Abdul Fatta>h al-Kha>li>di menyebut Fi>Z{ila>l al-Qur’a>n merupakan langkah jauh yang baru dalam tafsir,36 danAl-Ru>mi>menyebut Sayyid Qut}b mempunyai madrasah khusus danmetode khusus dalam penafsiran.37

Mengingat Sayyid Qut}b adalah tokoh fenomenal seperti yangdisebutkan di atas, maka dianggap penting untuk meneliti kesatuantema menurut Sayyid Qut}b. Kesatuan tema adalah sebuah tawaranmetodologis untuk membaca al-Qur’an secara komprehensif. Haltersebut untuk membuktikan ada atau tidaknya kesatuan tema dalamkarya-karyanya seperti yang dijelaskan oleh Sayyid Qut}b. Selain itu,belum ada penelitian yang secara khusus membahas kesatuan tema al-Qur’an menurut Sayyid Qut}b dalam karya-karyanya.

35Al-Kha>lidi>, Pengantar Memahami Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 304-306.36Disebut sebagai langkah baru dalam tafsir, karena menurut pembacaan al-

Kha>lidi> disebabkan ada keistimewaan-keistimewaan khusus serta hal-hal unik yangmenjadikannya sebagai sebuah tafsir yang khas, yang penulisnya langsungmengambil dari sumber al-Qur’an, serta menyingkap perbendaharaan-perbendaharaan yang tersimpan dalam al-Qur’an. Diantara hal-hal yangmengindikasika hal tersebut adalah kesuksesan Sayyid Qut}b dalam menampilkankesatuan tema al-Qur’an, dan menerapkannya pada surah-surah al-Qur’an dan ayat-ayatnya, serta menjelaskan keterpaduan tema-tema surah dan keselarasan seni dalamgaya dan diksinya. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan dan memberi pengantarsurah-surah al-Qur’an dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n edisi revisi sangat indah. Pengantaryang disampaikan oleh Sayyid Qut}b ini dapat disebut sebagai penjelasan mengenaiharmoni, keselarasan dan kesatuan tema. Demikian juga Sayyid Qut}b sangat bagusdalam membagi-bagi surat menjadi beberapa ‘ibrah (pelajaran) dan penggalan;membagi beberapa penggalan menjadi beberapa tema; membagi tema menjadibeberapa sub tema; dan sub tema ini memuat ayat-ayat. Terkadang Sayyid Qut}bmembagi ayat menjadi beberapa bagian yang selaras. Tidaklah seseorang selesai darimembaca tafsir suatu surah—dengan pembagian seperti ini—melainkan akan terlihatjelas olehnya kesatuan tema yang selaras yang mempunyai kepribadian tersendiriyang unik, seakan-akan ia benar-benar hidup, selaras, dan indah mempesona. Lihatal-Kha>lidi>, Pengantar Memahami Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 320-345.

37Al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 988.

Page 30: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

8

B. Permasalahan1. Identifikasi masalah

Ide tentang rethinking of al-Qur’an saat ini menjadi sangatpenting. Hal tersebut sebagai jawaban atas tantangan kekinian agar al-Qur’an kompatibel dengan modernitas yang semakin maju ke depan.Untuk itu lahir upaya-upaya kreatif-inovatif untuk menjawabproblematika kehidupan, terutama dalam bidang sosial. Salah satuupaya kreatif tersebut adalah dengan mengembangkan konsepkesatuan tema al-Qur’an.

Dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas, untuk memfokuskan penelitian, maka diperlukanpengidentifikasian mengenai beberapa permasalahan yang akanmuncul sebagai berikut:1. Rumusan dasar konsep kesatuan tema merupakan sebuah upaya

untuk menghindari pembacaan al-Qur’an secara parsial.Pemahaman secara parsial akan membuat seakan-akan al-Qur’ansaling kontradiktif.

2. Dalam mengungkap kesatuan tema, para penggiat kajian kesatuantema mempunyai metode dan karakteristik yang berbeda.

3. Modernitas mendorong para pengkaji al-Qur’an untuk terusmengembangkan teori-teori baru yang kreatif-inovatif sebagaiupaya menjawab tantangan zaman. Seperti, teori yang dibangunatas paradigma hida>’i>oleh ‘Abduh, teori literasi oleh al-Khu>li>,Khalafullah dalam al-Fann al-Qas}as}i, dan kesatuan tema yangditawarkan oleh Sayyid Qut}b.

4. Prinsip kesatuan tema yang diusung oleh para penggiatnya berbeda-beda. Apakah kesatuan tema berbasis surah, kesatuan tema berbasissatu juz atau kesatuan tema al-Qur’an secara keseluruhan.

5. Konsep kesatuan tema ditawarkan oleh Sayyid Qut}b yangmerupakan ahli sastra juga aktivis pergerakan. Apakah konsep yangdibangun Sayyid Qut}b mencerminkan ranah kesusasteraan,pergerakan, atau keduanya.

2. Pembatasan MasalahMemperhatikan latar belakang di atas, penulis berusaha

mengungkap dan membuktikan kesesuaian, koherensi, dan kesatuantema al-Qur’an. Penulis akan membatasi penelitian pada Tafsi>r fi> Z{ila>lal-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b dan karyanya yang lain misalnya, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n dan Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n.

Page 31: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

9

Mengambil sampel dua surah terpanjang kategori Makkiyyah danMadaniyyah, serta surah-surah yang lain sebagai penunjang penelitian.Pemilihan surah terpanjang berlandaskan pada argumen para penolakkesatuan tema al-Qur’an yang menyatakan bahwa susunan al-Qur’an—khususnya surah yang panjang—tidak saling berkaitan, tidaksistematis dan bahkan saling bertentangan. Surah tersebut adalahsurah al-Baqarah dan al-Shu‘ara>’, dua surah tersebut denganidentifikasi fisik yang berbeda. Al-Baqarah surah terpanjang kategoriMakkiyyah tersusun dari ayat-ayat yang panjang dan al-Shu’ara>’ surahterpanjang kategori Madaniyyah dengan struktur ayat-ayat yangpendek.

3. Perumusan MasalahSebagaimana pembatasan masalah di atas, maka dituangkan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana metode SayyidQut}b dalam menjelaskan konsep kesatuan tema al-Qur’an? Bagaimanapenafsiran Sayyid Qut}b dalam mengaplikasikan konsep kesatuan temaal-Qur'an?

C. Penelitian Terdahulu yang RelevanPembahasan dalam kajian ini dibagi menjadi dua. Pertama,

pembahasan dan penelitian mengenai koherensi dan kesatuan tema al-Qur’an. Kedua, kajian terhadap Sayyid Qut}b dan peta pemikirannya.Kedua hal tersebut menunjukkan perbedaan penelitian ini dengankajian pustaka terdahulu. Sedangkan fokus dari penelitian ini adalahkesatuan tema menurut Sayyid Qut}b yang tidak ditemukan persamaandengan penelitian-penelitian di bawah ini:

1. Koherensi Struktur al-Qur’an dan Kesatuan Tema al-Qur’anKoherensi struktur al-Qur’an dan kesatuan tema al-Qur’an

adalah sebuah kajian yang debatable. Hal tersebut terlihat daripenelitian-penelitian yang mempunyai hasil penelitian beragam. Diantara penelitian tentang koherensi struktur dan kesatuan tema al-Qur’an adalah:

1. Penelitian Michel Cuypers dalam “Semitic Rhetoric as a Key tothe Question of the Naz}m of the Qur’anic Text,” (2011). Iamenemukan pola pokok yang mendasari diskursus bahasa Semitatau berpidato. Dia mengilustrasikan kesatuan tematik, misalnyadalam surah al-Ma>’idah. Model pendekatan yang dipakai ini

Page 32: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

10

membuktikan perspektif baru yaitu kesatuan tema dalam al-Qur’an.38

2. Raymond K. Farrin dalam “Surat al-Baqarah: A StructuralAnalisys,” (2010) mengambil al-Baqarah sebagai sampel.Sebelumnya ia me-review beberapa penelitian tentanginterpretasi struktur al-Baqarah yang menggunakan pendekatansastra. Ia menggunakan struktur cincin (a ring structure).Kesimpulannya adalah ada kesesuaian dalam bagian-bagian yangpanjang.39

3. Amir Faishol Fath dalam The Unity of Al-Qur’an, (2010)menyimpulkan bahwa al-Qur’an adalah satu kesatuan, bagaikansatu struktur bangunan yang kokoh tak terpisahkan, salingberhubungan antara ayat ke ayat dan antara satu surah ke surah.Tidak ada pertentangan di dalamnya bagaikan satu tubuh, dimana tidak mungkin dipahami tanpa melihatnya secara utuh dankomprehensif. Ia membahas kesatuan tema dari ulama klasikhingga modern secara umum.40

4. Muhammad Nur Fuad dalam “Kesatuan Tema dalam Surah Al-Qur’an Menurut Muhammad ‘Abduh dalam Tafsir Al-Mana>r danJuz ‘Amma,” (2009). Dari penelitian yang dilakukan penulisditemukan adanya pemahaman baru dalam penerapan kesatuantema-tema dalam surah al-Qur’an pada penafsiran Muhammad‘Abduh. Penerapan konsep kesatuan tema ‘Abduh memilikiperbedaan dengan mufassir sebelumnya. Perbedaan ini terletakpada dua hal: Pertama, ‘Abduh menjadikan konsep kesatuantema dalam surah menjadi asas dalam memahami danmenafsirkan ayat. Kedua, ‘Abduh menolak penafsiran yangbertentangan dengan kesatuan tema.41

38A.H. Johns, “A Humanistic Approach to i’ja>z in the Qur’an: TheTransfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011), 82-83.Lihat lebih lanjut dalam Michel Cuypers, “Semitic Rhetoric as a Key to the Questionof the Naz}m of the Qur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 1-24.

39Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” TheMuslim World 100, no. 1 (2010): 17-32.

40Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’a>n, terj. Nasiruddin Abbas(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010).

41Nur Fuad, “Kesatuan Tema dalam Surah al-Qur’an Menurut Muhammad‘Abduh dalam Tafsi>r Al-Mana>r dan Juz ‘Amma,” Tesis di SPs UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2009.

Page 33: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

11

5. Salwa M.S. El-Awa dalam Textual Relations in the Qur’an:Relevance, Coherence and Structure (2006) dengan pendekatankesusastraan dan linguistik. Ia menguji coba dua sampel surahpanjang al-Ah}zab (33) dari kelompok Madaniyyah dan al-Qiyamah (75) dari kelompok Makkiyyah. Kesimpulannya,kompleksitas tematik dari keduanya menyebabkan sejumlahmasalah tekstual surah yang membingungkan. Menurutnya, adaketidak tepatan metodologi dalam kajian tersebut. Para sarjanaterdahulu cenderung menggunakan basic intuisi dalammenentukan hubungan dalam surah.42

6. Muh}ammad Mah}mu>d H{ija>zi>dalam al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah fi>al-Qur’a>n al-Kari>m. Ia mengatakan bahwa semua surah-surahdalam al-Qur’an mengandung banyak makna, sebagiannyaberkaitan dengan sebagian yang lain dalam satu kesatuan karenadipandang sebagai satu persoalan yang turun untuk satu tujuan.Maka suatu keharusan bagi orang yang ingin memahaminyauntuk mengembalikan akhir pembicaraan pada awalnya dan awalpembicaraan pada akhirnya.43

7. Islahuddin dalam “Teori al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah li al-Qur’a>nal-Kari>m dalam Penafsiran Sa‘i>d H{awwa>(Studi Atas PenafsiranSurat al-Fa>tih}ah dan al-Sab‘ al-T{iwa>l),” (2008). Tesistersebutmenyimpulkan bahwa teori al-wah}dah al-maud}u>‘iyyah lial-Qur’a>n al-kari>m merupakan suatu rumusan teori yangdikemukakan oleh para mufassir al-Qur’an guna menampakkansisi keharmonisan dan keserasian komponen al-Qur’an.Formulasi teori ini dimantapkan oleh Sa‘i>d H{awwa> denganmenampilkan kesatuan tema-tema al-Qur’an sebagai bentukkeharmonisan dan relasi positif antara unit-unit yang ada dalamal-Qur’an berdasarkan paradigma yang komprehensif danintegral.44

8. David E. Smith dalam “The Structure of al-Baqarah,” (2001).Penelitiannya terhadap surah al-Baqarah adalah dalam rangka

42Salwa M.S. El-Awa, Textual Relations in the Qur’an: Relevance,Coherence and Structure (London and New York: Routledge Taylor & FrancisGroup, 2006).

43Muh}ammad Mah}mu>d H{ija>zi>, al-Wah{dah al-Maud{u>‘iyyah fi al-Qur’a>n al-Kari>m (Zaqa>ziq: Da>r al-Tafsi>r, 2004), 48.

44Islahuddin, “Teori al-Wah}dah al-Maud}u>’iyyah li al-Qur’a>n al-Kari>mDalam Penafsiran Sa‘i>d H{awwa>(Studi Atas Penafsiran Surat al-Fa>tih}ah dan al-Sab‘al-T{iwa>l),” Tesis di SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Page 34: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

12

menguji koherensinya. Ia menegaskan bahwa al-Baqarahterstruktur secara tematik sebagai otoritas wahyu yang dibawaoleh Nabi. Penelitiannya dalam surah al-Baqarah memberiparadigma struktural untuk seluruh al-Qur’an.45

9. Issa J. Boullata dalam “Sayyid Qutb’s Literary Appreciation ofthe Qur’a>n,” (2000). Ia berkesimpulan bahwa Sayyid Qut}bberpandangan bahwa setiap surah punya satu tema (maud}u>‘) ataubeberapa tema namun tema-tema tersebut akan kembali padatema sentral yang disebut mihwar. Ia juga menyebut hadafsebagai tema al-Qur’an secara keseluruhan.46 Pada penelitiantersebut Boullata tidak melakukan penelitian secara aplikatifterhadap karya Sayyid Qut}b.

10. Mustansir Mir dalam Coherence in the Qur’a>n (1986). Menulisdalam Bab IV dengan judul “The Su>rah as a Unity” bahwaSayyid Qut}b dalam tafsirnya sering mendiskusikan adanya temasentral dan dia menyebutnya dengan mih}war. Dia menulis:“Sayyid Qut}b firmly believes that each Qur’a>nic su>rah is a unity,and he repeats the idea a number of times in Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n.47

11. Sa‘i>d H{awwa>, dalam pendahuluan al-Asa>s fi> al-Tafsi>r, diamengatakan bahwa setelah melakukan berbagai pembahasan danpengkajian terhadap al-Qur’an, ia menemukan kunci atau rahasiakesatuan al-Qur’an, dan terbuka cakrawala-cakrawalapemahaman terhadap berbagai persoalan yang berhubungandengan al-Qur’an, khususnya tentang konteks umum dan khususal-Qur’an dalam surah yang sama.48 Pendapat adanya kesatuantema dalam surah-surah al-Qur’an tersebut bergulir danberkembang sehingga lahir pada perkembangan berikutnyapendapat adanya kesatuan tema dalam seluruh al-Qur’ansebagaimana yang dikembangkan oleh Sa’i>d H{awwa>. Ia sampaipada kesimpulan bahwa al-Qur’an adalah satu kesatuan yangtidak terbagi-bagi.

Penelitian-penelitian di atas merupakan penelitian tentangkoherensi struktur dan kesatuan tema al-Qur’an. Dengan demikian

45Lihat lebih lanjut dalam David E. Smith, “The Structure of al-Baqarah,”The Muslim World 91, no. ½ (2001): 121-136.

46Issa J. Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appreciation of the Qur’an,”dalam Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata(Richmond Surrey: Curzon Press, 2000), 362.

47Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 64.48Sa‘i>d H{awwa>, al-Asa>s fi> al-Tafsi>r (Kairo: Da>r al-Sala>m, 1993), Jilid 1, 21.

Page 35: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

13

telah dilakukan penelitian-penelitian lain yang berfokus pada kajiankesatuan tema. Akan tetapi fokus penelitian-penelitian tersebut tidakberfokus pada kesatuan tema menurut Sayyid Qut}b. Kalaupun ada,penelitian kesatuan tema menurut Sayyid Qut}b tidak dilakukan secarakomprehensif.

2. Sayyid Qut}b dan Peta PemikirannyaSebagai seorang ilmuwan, Sayyid Qut}b telah melahirkan

berbagai macam karya dalam berbagai disiplin ilmu.49 Magnetpemikiran Qut}b lewat karya-karyanya menjadi daya tarik tersendiribagi banyak kalangan di dunia Islam. Bruce B. Lawrence melukiskanbahwa Sayyid Qut}b seorang ahli ideologi islam ekstrimis ataufundamentalis yang paling banyak dikutip.50 Telah banyak penelitianyang telah dilakukan dalam rangka memahami peta pemikiran SayyidQut}b. Diantaranya:

1. S}ala>h Abdul Fatta>h} al-Kha>lidi>, dalam buku PengantarMemahami Tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n Sayyid Qut}b membahastentang Sayyid Qut}b dan tafsir Fi> Zila>l al-Qur’a>n dari segitujuan-tujuan Fi Z}ila>l al-Qur’a>n, sumber-sumber, sarana-saranayang digunakan Sayyid Qut}b dalam Fi Z{ila>l al-Qur’a>n.51

2. Jahiliah dalam al-Qur’an (Kajian atas Penafsiran Sayyid Quthbdalam Tafsir Fi> Zhila>l al-Qur’a>n). Tesis ini menjelaskanbeberapa pandangan Sayyid Qut}b terhadap kata jahiliah,menurutnya kata jahiliah dalam al-Qur’an bukan suatu masayang telah lewat dan tidak dapat terulang lagi. Menurutnya,jahiliah adalah sebuah kondisi di mana masyarakat tidakmenerapkan peraturan dan hukum Tuhan serta menganut danmengambil hukum manusia.52

49Diantara karya-karya Sayyid Qut}b: al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iyyah fi> al-Isla>m,Ma‘rakah al-Isla>m wa al-Ra’suma>liyyah, al-Sala>m al-‘A<lami>wa al-Isla>m, al-Tas}wi>ral-Fanni> fi> al-Qur’a>n, Ashwa>k, T{ifl min al-Qaryah, dll. Lihat selengkapnya dalamS{ala>h} ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n(Damaskus: Da>r al-Qalam, tt) 600.

50Bruce B. Lawrence, Islam Tidak Tunggal (Jakarta: Serambi, 2004), 40.51S}ala>h Abdul Fatta>h al-Kha>lidi>, Pengantar Memahami Tafsir Fi> Z{ila>l al-

Qur’a>n, trj. Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Intermedia, 2001)52Abdul Bari, “Jahiliah dalam al-Qur’an (Kajian atas Penafsiran Sayyid

Quthb dalam Tafsir Fi> Zhila>l al-Qur’a>n),” Tesis di SPs UIN Syarif HidayatullahJakarta, 2005.

Page 36: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

14

3. Teologi Pembebasan Islam Sayyid Quthb. Penelitian yangdilakukan oleh Abdul Muid ini bertujuan memahami teologipembebasan versi Sayyid Qut}b dan menguak genealogipemikirannya serta lingkup sosial politik yang membidanikelahirannya. Harapan dari penelitian ini adalah pengenalansebuah model pembebasan atas teologi untuk dirinya sendiri danuntuk masyarakat penganutnya agar tidak beku sebagaimanateologi setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga pra IbnuTaimiyah.53

Data-data dari penelitian di atas hanya sebagian kecil daribeberapa penelitian yang telah dilakukan, karena banyaknya penelitianyang telah dilakukan untuk memetakan ranah pemikiran Sayyid Qut}b.

Dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, studikoherensi dan kesatuan tema telah banyak dilakukan, baik mendukungatau menolak. Begitu juga penelitian tentang peta pemikiran SayyidQut}b. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalahpenelitian ini berfokus pada kesatuan tema al-Qur’an menurut SayyidQut}b dalam karya-karyanya. Sedangkan penelitian-penelitian di atasberfokus pada tokoh-tokoh selain Sayyid Qut}b, atau juga mengkajitentang Sayyid Qut}b akan tetapi tidak dilakukan secara detail danaplikatif.

D. Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini

bertujuan:1. Mengungkap metode Sayyid Qut}b dalam menjelaskan konsep

kesatuan tema al-Qur’an.2. Membedah penafsiran Sayyid Qut}b dalam mengaplikasikan konsep

kesatuan tema al-Qur’a>n dalam tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dan karya-karyanya yang lain.

E. Manfaat/Signifikansi PenelitianAdapun manfaat penelitian ini sebagai kontribusi positif,

antara lain sebagai berikut:1. Menambahkan khazanah keilmuan bagi masyarakat akademik dan

non akademik.

53Abdul Muid, “Teologi Pembebasan Islam Sayyid Quthb,” Tesis di SPsUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Page 37: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

15

2. Dalam bidang akademik, mengenalkan wacana baru reinterpretationkajian al-Qur’an. Sebagai respons kreatif tantangan kekinian,terutama ranah humaniora.

3. Membantu memberi kemudahan kepada pembaca tafsir Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n dalam memahami penafsiran Sayyid Qut}b.

4. Sebagai sumber inspirasi, khususnya kepada pihak yang terkaitpendidikan tafsir dan ilmu-ilmu al-Qur’an dan umumnya kepadapihak-pihak yang berminat dalam kajian al-Qur’an dan‘ulum al-Qur’a>n untuk menyajikan tafsir yang praktis dan mudah dipahami.

5. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajiandan rujukan para peminat kajian al-Qur’an agar tidak menafsirkanal-Qur’an secara terpotong-potong yang digunakan untukmelegitimasi sebuah wacana keagamaan. Banyak kasus kekerasanyang mengatas namakan agama. Oleh karena itu, terutama parapemimpin organisasi Islam, agar tidak menafsirkan al-Qur’an secaraparsial hingga menimbulkan sebuah pemahaman yang salah dandiserap secara mentah-mentah oleh pengikutnya.

F. Metodologi Penelitian1. Jenis Penelitian

Memperhatikan bahwa penelitian ini berpusat pada pandangan-pandangan seorang tokoh yang masa hidupnya sudah berlalu makapenelitian ini sepenuhnya adalah riset kepustakaan (library research).Maksudnya data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian diambildari bahan-bahan kepustakaan baik berupa buku, jurnal, danperpustakaan elektronik dengan obyek kajian Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n danbeberapa karya Sayyid Qut}b yang lain.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodekualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yangdapat diamati.54

Penelitian ini adalah penelitian keagamaan. Menurut JohnMiddleton—sebagaimana dikutip dalam Metodologi Penelitian AgamaTeori dan Praktik—penelitian keagamaan lebih menekankan agamasebagai sistem.55 Sasaran penelitian keagamaan adalah agama sebagai

54Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: RemajaRosda Karya, 2004), 4.

55Maman Kh, dkk. Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2006), 10.

Page 38: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

16

gejala sosial. Menurut Atho Mudzhar penelitian keagamaan yangsasarannya agama sebagai gejala sosial, tidak perlu membuatmetodologi sendiri. Penelitian ini cukup meminjam metodologipenelitian sosial yang telah ada.56

2. Sumber Data PenelitianSebagai sebuah penelitian kepustakaan, data permasalahan

dicari dan diteliti langsung dari sumber utamanya yaitu berupa karya-karya Sayyid Qut}b utamanya tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n,57 al-Tas}wi>r al-Fanni fi>> al-Qur’a>n,58 Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n59 dan beberapakarya Sayyid Qut}b yang lain. Di samping sumber utama, data jugaakan dilengkapi dengan data-data lainnya yang berupa pandangan-pandangan tokoh lain yang mengkaji tema penelitian ini. Dengan katalain, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa:a. Data Primer (primary sources) ini berupa karya-karya Sayyid Qut}b

terutama Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n,Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n dan beberapa karya Sayyid Qut}byang lain.

b. Data sekunder (secondary sources) yaitu berupa karya-karya atautulisan-tulisan seputar tema penelitian yang menunjang.

56Lihat selengkapnya dalam M Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islamdalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 37, dan Maman Kh,dkk. Metodologi Penelitian Agama, 11.

57Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n yang digunakan dalam penelitian ini adalah cetakan Da>ral-Shuru>q, terbitan tahun 1978, cetakan ke-7 terdiri dari 6 jilid. Mengingatperbedaan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n edisi sebelum dan setelah revisi, maka dianggap pentinguntuk dijelaskan cetakan mana yang digunakan. Cetakan Da>r al-Shuru>q mempunyaibeberapa keistemewaan: Pertama, merupakan cetakan legal pertama setelah SayyidQut}b wafat dan setelah Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n beredar lama dengan cetakan ilegal.Kedua, ditambah tafsir revisi surat al-H{ijr, juz 14, yang pada cetakan Lebanon tafsirini merupakan edisi pertama sebelum direvisi. Ketiga, terdapat penomoran ayat, baikpenggalan maupun ‘ibrah-nya. Juga telah menggunakan pungtuasi, berupa tandakoma, titik, tanda tanya, tanda seru dan lain sebagainya. Lihat Al-Kha>lidi>, PengantarMemahami Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 71.

58Al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n yang digunakan adalah terbitan Da>r al-Shuru>q, 2002, cetakan ke-16.

59Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n yang digunakan adalah terbitan Da>r al-Ma‘a>rif, 1966.

Page 39: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

17

3. Pendekatan dalam PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan interpretasi

(interpretative approach) dan pendekatan sejarah (historical approach).Pendekatan interpretasi yaitu menyelami pemikiran seorang tokohyang tertuang dalam karya-karyanya guna menangkap nuansa maknadan pengertian yang dimaksud secara khas hingga tercapai satupemahaman yang benar.60 Sedangkan pendekatan sejarah,61

dimaksudkan untuk mengungkap hubungan seorang tokoh denganmasyarakat, sifat, watak pemikiran dan ide seorang tokoh.62 Dengankata lain, pendekatan ini berupaya memahami al-Qur’an dalamkonteks kesejarahan dan harfiyah, lalu memproyeksikannya kepadasituasi masa kini kemudian membawa fenomena-fenomena sosial kedalam naungan tujuan-tujuan al-Qur’an.63

4. Teknik Pengumpulan DataDalam pengumpulan data, teknik yang dipakai penulis adalah

survey kepustakaan dan studi literatur. Survey kepustakaan yaitu,menghimpun data yang berupa sejumlah literatur yang diperoleh dariperpustakaan atau sumber lain ke dalam sebuah daftar bahan-bahanpustaka. Sedangkan studi literatur adalah mempelajari, mengkaji,menelaah bahan pustaka yang berkaitan dengan obyek penelitian.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis DataSetelah data-data penelitian terkumpul, tahap selanjutnya

adalah tahap pengolahan dan analisa data. Data yang telah terkumpulkemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif-analitis.64

60Anton Bakker dan Achmad Charris Zubeir, Metodologi Penelitian Filsafat(Yogyakarta: Kanisius, 1990), 63.

61Pendekatan sejarah dalam memahami agama termasuk didalamnya al-Qur’an bertolak dari prinsip bahwa agama memiliki perjalanannya sejak ia dilahirkansampai perkembangannya sekarang. Dari sejarah dapat dilihat orisinalitasnya, danterhindar dari terjadinya penyelewengan-penyelewengan terhadap agama. LihatSyahrin Harahap, Penuntun Penulisan Karya Ilmiah Studi Tokoh Dalam BidangPemikiran Islam (Medan: IAIN Press, 1995), 18, Didin Saefuddin Buchori,Metodologi Studi Islam (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), 118, Maman Kh,dkk. Metodologi Penelitian Agama, 149-153.

62M. Nizar, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 62.63M. Alfatih Suryadilaga, dkk, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras,

2005), 142.64Menurut Hadari Nawawi, deskriptif analitis yakni penelitian yang

berusaha menuturkan pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

Page 40: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

18

Maksudnya, data yang terkumpul dideskripsikan dan dianalisaberdasarkan data-data kualitatif65 Sayyid Qut}b dan karya-karyanya.Data dianalisa dari sudut bagaimana Sayyid Qut}b menjelaskan konsepkesatuan tema al-Qur’an.

Sedangkan untuk menganalisis data akan digunakan analisislinguistik/kebahasaan, analisis komparatif66 dan analisis isi. Analisislinguistik dilakukan dengan memperhatikan struktur dan gaya bahasamengenai ayat-ayat yang mengindikasikan kesatuan tema al-Qur’an.Sementara analisis komparatif dilakukan dengan membandingkanpandangan Sayyid Qut}b dengan mufassir lain yang intens dengankonsep kesatuan tema al-Qur’an dari segi struktur dan gaya bahasamaupun muatan makna yang tersirat dan implikasi-implikasinya.Sedangkan analisis isi (content analysis), menurut B. Berelson—dikutip oleh Hasan Sadily—adalah suatu teknik penyelidikan yangberusaha untuk menguraikan secara objektif, sistematis, dankuantitatif isi yang termanifestasikan dalam suatu komunikasi.67

Analisis isi juga merupakan analisis tentang isi pesan suatukomunikasi dan mengolahnya,68 dalam artian menangkap pesan yangtersirat dari satu atau beberapa pernyataannya. Secara teknis analisisini mencakup upaya sebagai berikut: klasifikasi tanda-tanda yangdipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai pembuat

keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain),pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.Sedangkan menurut Anton Bakker dan Achmad Charris Zubeir deskriptif analitisdapat juga dalam pengertian historis dan filosofis. Sebagai suatu analisis filosofisterhadap seorang tokoh yang hidup pada suatu zaman yang telah lalu. Lebih lanjutlihat Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press, 2003), 63 dan Anton Bakker dan Achmad Charris Zubeir,Metodologi Penelitian Filsafat, 61.

65Kualitatif dimaksudkan mengkualifikasikan data-data dengan analisis danpenafsiran data tanpa hitungan atau angka. Lihat Sugiyono, Metode PenelitianKuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, ev, 2009), 7. Lihat Maman Kh,dkk. Metodologi Penelitian Agama, 24-25.

66Seperti yang diungkapkan oleh Atho Mudzhar yang menyatakan bahwaanalisis komparatif adalah analisis setiap datum atau kategori yang muncul selaludilakukan dengan cara membandingkannya satu sama lain. Lihat M Atho Mudzhar,Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, 51.

67Hasan Sadily, Ensiklopedia (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeva, 1980), 20668Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian-Sosial-Agama

(Bandung: Remaja Rosda Karya, tt), 71.

Page 41: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

19

prediksi, dan menggunakan teknis analisis tertentu sebagai pembuatprediksi.69

G. Sistematika PenulisanDalam sistematika penulisan ini, penulis membagi dalam lima

bab, hal ini guna mendapatkan bentuk karya tulis yang sistematis,gambaran yang jelas, terarah, logis, dan saling berhubungan antarasatu bab dengan bab yang lain. Berikut sistematika penulisan dalampenelitian ini: Bab pertama adalah pendahuluan, di dalamnyadipaparkan latar belakang masalah yang merupakan kegelisahanakademik penulis terhadap sebuah permasalahan sehingga tema inilayak untuk diteliti. Selanjutnya ditentukan permasalahan yang terdiridari identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusanmasalah. Dari permasalahan berlanjut pada penelitian-penelitianterdahulu yang relevan dengan fokus penelitian ini. Setelah inidipaparkan tujuan penelitian dan manfaat atau signifikansi penelitiandari segi akademik dan praktis. Selain itu, dalam bab ini dikemukakanmetode penelitian yang menjadi acuan penulis dalam melakukanpenelitian. Metode penelitian tersebut terdiri dari jenis penelitian,sumber data, pendekatan, teknik pengumpulan data dan teknikpengolahan dan analisis data. Terakhir, dalam bab ini disajikansistematika penulisan.

Bab kedua berisi kerangka teoritis dan diskursus kesatuan temaal-Qur’an. Pada bab ini berisi beberapa sub bab. Pertama, naz}m,muna>sabah dan kesatuan tema al-Qur’an: sejarah awal danperkembangan. Kedua, kesatuan tema al-Qur’an: arah baru dalamkajian al-Qur’an. Ketiga, kesatuan tema dalam perdebatan: penolakdan pendukung.

Bab ketiga adalah bab inti yang menyajikan gagasan kesatuantema Sayyid Qut}b yang berada di bawah payung besar judul dalam babini. Yaitu, metodologi dan analisis pandangan Sayyid Qut}b tentangkesatuan tema al-Qur’an dalam karyanya. Bab ketiga ini terdiri daribeberapa sub bab. Pertama, Sayyid Qut}b dan proyek maktabah al-Qur’a>n al-jadi>dah. Kedua, metode melacak kesatuan tema al-Qur’an.Ketiga, urgensi, fungsi memahami konsep kesatuan tema al-Qur’andan upaya pengembangannya. Keempat, karakteristik kesatuan temaal-Qur’an dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n.

69Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: YakeSarasin, 1996), 49.

Page 42: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

20

Bab keempat juga masih merupakan bab inti. Pada bab iniadalah aplikasi dari gagasan-gagasan yang dikemukakan Sayyid Qut}btentang kesatuan tema dalam tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Pembahasandalam bab ini meliputi: Pertama, kesatuan metode pengungkapan al-Qur’an dengan menggunakan penggambaran diagnostik dengan jalanpersonifikasi. Kedua penafsiran berbasis kesatuan tema dalam surah.Dalam penelitian ini menggunakan sampel dua surah terpanjang darikelompok Madaniyyah dan Makkiyyah, yaitu al-Baqarah dan al-Shu‘ara>’. Ketiga, penafsiran berbasis kesatuan tema dalam juz, SayyidQut}b menggunakan gagasan tersebut ketika menafsirkan juz terakhirdari al-Qur’an. Keempat, penafsiran berbasis kesatuan tema dalam al-Qur’an keseluruhan.

Bab kelima sebagai bab penutup berisi kesimpulan daripenelitian ini dan saran.

Page 43: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

21

BAB IIDISKURSUS KESATUAN TEMA AL-QUR’AN

Al-Qur’an sebagai teks,1 merupakan korpus terbuka yangmemiliki potensi tinggi untuk menerima segala bentuk eksploitasi,mulai dari pembacaan, penerjemahan, penafsiran, hinggapengambilannya sebagai sumber rujukan.2 Perlakuan sebagai teksadalah konsekuensi yang menempatkan wahyu sebagai hasilkomunikasi Tuhan-manusia.3 Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwaayat-ayatnya tidak akan pernah berhenti ditulis dan ditafsirkan4 olehpara hamba-Nya. Bahkan jika lautan dijadikan tinta niscaya kekayaanmutiara maknanya tetap tidak akan habis hingga lautan tinta itukering.5 Untuk mengungkap semua itu, dibutuhkan kemampuan

1Meminjam istilah Abu> Zaid dalam Mafhu>m al-Nas{s{, yang dimaksud teksadalah al-Qur’an itu sendiri baik secara keseluruhan ataupun unit terkecil dari al-Qur’an. Pemilihan kata teks yang merujuk pada al-Qur’an untuk menggugahkesadaran ilmiah terhadap tradisi intelektual Arab-Islam. Al-Qur’an sebelum disebutsebagai al-Qur’an dengan pengertian sucinya, diperlakukan sebagai teks tanpaatribut apa pun sebagaimana teks-teks yang lain. Hal tersebut dimaksudkan untukmelihat al-Qur’an secara polos tanpa harus dimasuki bias-bias ideologis. MenurutAbu> Zaid, kajian konsep teks adalah kajian tentang hakikat dan sifat al-Qur’ansebagai teks bahasa. Ini berarti bahwa kajian ini memperlakukan al-Qur’an sebagaiKitab Agung berbahasa Arab. Kajian ini membicarakan pengaruh kesusastraannya.Menurut Abu> Zaid kajian sastra—dengan “teks” sebagai konsep sentralnya—akanmenjamin terwujudnya “kesadaran ilmiah” yang dapat digunakan untuk mengatasidominasi “kepentingan ideologis”. Namun demikian, menurut Abu> Zaid kajiantentang konsep tersebut dapat dirumuskan apabila ada pembacaan ulang denganpembacaan baru dan serius terhadap “ilmu-ilmu al-Qur’an”. Lihat Nas}r Hamid AbuZaid, Mafhu>m al-Nas}s}: Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: al-Hai’ah al-Mis}riyah al-A<mmah li al-Kita>b, 1993), 12-13.

2Muh{ammad Shah{ru>r, al-Kita>b wa al-Qur’a>n: Qira>’ah Mu‘a>s}irah (Kairo:Si>na li al-Nashr wa al-Aha>li>, 1992), 37.

3M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta:eLSAQ Press, 2005), 53.

4Tafsir sering didefinisikan sebagai penjelasan tentang arti atau maksud-maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia. Lihat Muh{ammadH{usain al-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-Kutub al-H{adi>th,1961), 59 dan Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>‘i>(Damaskus: Da>r al-Qalam, 1997), 15.

5Qs. al-Kahf (18): 109.

Page 44: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

22

memahami dan mengungkap isi serta mengetahui prinsip-prinsip yangdikandungnya, kemampuan seperti inilah yang diberikan tafsir.Tidaklah cukup jika seseorang hanya mampu membaca danmelagukannya dengan baik.6

Sepanjang sejarah Islam, pengembangan teori-teori penafsirandengan pembacaan baru yang relatif kompatibel akan terus berlanjut.Teori kesatuan tema adalah salah satu produk dari pembaharuantersebut. Untuk melacak akar dari kesatuan tema dalam bab ini akandisajikan beberapa pembahasan. Pertama, naz}m, muna>sabah dankesatuan tema al-Qur’an. Bagian ini menyajikan kajian awal seputarkemunculan kajian tentang susunan tekstual al-Qur’an dan dalamperkembangannya lahir kesatuan tema. Kedua, kesatuan tema al-Qur’an sebuah arah baru dalam kajian al-Qur’an. Point daripembahasan tersebut adalah bahwa konsep kesatuan tema adalahsebuah tawaran kreatif dalam rangka rethinking of al-Qur’an. Ketiga,kesatuan tema dalam perdebatan, baik yang mendukung maupun yangmenolak. Bagian ini menyajikan dua kubu yang berseberangan dalammerespons kesatuan tema.

A. Naz}m, Siya>q, Muna>sabah dan Kesatuan Tema al-Qur’an: SejarahAwal dan Perkembangan

Al-Qur’an diturunkan dalam rentang waktu kurang lebih 23tahun secara berangsur-angsur. Susunan al-Qur’an diyakini bersifattawqi>fi>(petunjuk langsung dari Allah), selain diyakini juga bersifatijtiha>di>(hasil sebuah ijtihad). Ijtiha>di>mengandung kemungkinanadanya intervensi manusia dalam penyusunannya—terbantah oleh Qs.al-Nisa>’ (4): 82. Hal tersebut menjadi senjata bagi yang menyatakanbahwa al-Qur’an adalah kitab yang kacau, tidak sistematis dankontradiktif. Oleh karena itu, tentang susunan al-Qur’an menggiatkanpara sarjana muslim untuk melakukan kajian mendalam.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai(penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyakitu (pula).”

6M. Yunan Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an Abad XX”, Jurnal ‘Ulumal-Qur’an 3. no. 4 (1992): 50.

Page 45: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

23

Kajian awal tentang susunan atau koherensi tekstual al-Qur’anadalah menggunakan istilah naz}m7 dan muna>sabah. Akan tetapi istilahnaz}m lebih dahulu digunakan. Hal tersebut diketahui dengan adanyaNaz}m al-Qur’a>n karya al-Ja>h}iz} (w. 225/869) dan belakangan terdapatmonografi al-Burha>n fi> Muna>sabati Tartibi Suwari al-Qur’a>n karya Ibnal-Zubair (w. 708/1308). Meskipun untuk muna>sabah diketahui bahwapenggagasnya adalah Abu> Bakr al-Naisa>bu>ri> (w. 324/936) akan tetapiia tidak memiliki monografi pada subjek tersebut.

Al-Naisa>bu>ri>adalah seorang yang tertarik terhadap bidangshari>‘ah dan sastra, ketika dibacakan kepadanya ayat-ayat al-Qur’an iamempertanyakan secara kritis penempatan ayat dan surat, “Kenapasebuah ayat diletakkan sebelum atau setelah ayat ini? Apa hikmah aturahasia peletakan sebuah surah yang diletakkan sebelum atau sesudahsurah ini?”. Pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut beliau lontarkankepada ulama-ulama Baghdad. Beliau mengkritik secara tajam ulama-ulama Baghdad yang tidak mengetahui bentuk hubungan kesesuaianantar ayat-ayat al-Qur’an.8

Naz}m,9 sebagaimana diungkapkan oleh al-Jurja>ni> adalahketerkaitan antar kata yang satu dengan yang lain dan pembagiankalam ada tiga, yaitu isim, fi‘il dan h{arf.10 Menurutnya, naz}m adalahmeletakkan kalam pada tempat yang sesuai dan tunduk pada aturan-aturan ilmu nahwu.11 Dalam teori naz}m, lafaz} mengikuti makna,artinya lafaz} adalah sarana yang membantu memperoleh makna. Olehkarena itu lafaz} akan mengikuti makna pada posisinya masing-masing.Dengan kata lain, teori naz}m ini menegaskan bahwa perbedaanstruktur kalimat akan membawa perubahan makna.12

7Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an: A Study of Isla>h}i>’s Concept ofNaz}m in Tadabbur-i Qur’a>n (Washington: American Trust Publication, 1986), 10.

8Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Abi> Bakr al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: al-Maktabah al-‘As}riyyah, 2006), 724. Lihat juga, Ahmad H{asanFarah{a>t, Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n ‘Ard} wa Naqd wa Tah}qi>q (‘Amma>n: Da>r ‘Amma>r li al-Nashri wa al-Tawzi>‘, 2001), 73. Lihat ‘Abd al-Muta‘a>l al-S}a‘i>di>, al-Naz}m al-Fanni> fi>al-Qur’a>n al-Kari>m, (Kairo: Maktabah al-Ada>b, 1992), 5.

9Naz}m yang dimaksud di sini adalah naz}m dalam kaitannya dengan strukturkalimat, bukan naz}m yang berarti puisi yang bahasanya terikat pada pola rima dansajak.

10Ima>m Abi> Bakr ‘Abd al-Qa>hir ibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad al-Jurja>ni>, Dala>’il al-I‘ja>z (Kairo: Maktabah al-Kha>nji>, 1984), 52.

11Al-Jurja>ni>, Dala>’il al-I‘ja>z, 81.12Al-Jurja>ni>, Dala>’il al-I‘ja>z, 87. Lihat Muh}ammad Shah}ru>r, al-Kita>b wa al-

Qur’a>n: Qira>’ah Mu‘a>s}irah, 196.

Page 46: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

24

Teori naz}m yang dikembangkan oleh al-Jurja>ni> mempunyaipersamaan dengan teori strukturalisme yang dikembangkan olehFerdinand de Saussure (1857-1913 M).13 Hal tersebut tampak padakonsep tentang dikotomi relasi sintagmatis (siya>q al-kala>m) dan relasiparadigmatis (asosiatif) yang merupakan karakter dari strukturalisme.Asumsinya, makna sebuah kata tidaklah berdiri sendiri melainkanterkait dengan kata-kata lain yang ada di sekelilingnya baik secarasintagmatis maupun paradigmatis. Analisis hubungan sintagmatisadalah analisis pemenggalan, sedangkan analisis hubunganparadigmatis adalah analisis klasifikasi.14

Setelah dikemukakan tentang naz}m, hal penting lain yangterkait dengan konsep kesatuan tema adalah konsep siya>q. Siya>qadalah sebuah sarana optimal untuk melihat sebuah makna,membangun semantik dan mencegah ta’wil yang melenceng. Dengankata lain, siya>q adalah sebuah neraca yang mencocokkan antara nas}s}dan maksudnya sehingga mendapatkan sebuah makna yang jelas.Adapun istilah-istilah lain yang digunakan dengan maksud yang samadengan siya>q meliputi Qari>nah, Dala>lah al-H{a>l, Muqtad}aya>t al-Ah}wa>l,al-Maqa>m, al-Masa>q. Siya>q dalam ‘Ulu>m al-Qur’a>n meliputi: Pertama,al-siya>q al-maqa>mi>(kondisi eksternal). Kedua, al-siya>q al-lughawi>(hubungan internal sebuah nas}s}). Al-siya>q al-maqa>mi> meliputi sebab-sebab turunnya sebuah ayat (Asba>b al-Nuzu>l), turunnya al-Qur’ansecara berangsur-angsur, Makkiyyah dan Madaniyyah, al-Na>sikh waal-Mansu>kh. Sedangkan al-siya>q al-lughawi> meliputi muna>sabahdalam satu ayat, muna>sabah antar ayat, muna>sabah antar surah,muna>sabah antara awal dan akhir surah, muna>sabah antara surah danhuruf-huruf yang membangunnya, muna>sabah antara nama surah danmaksudnya.15

13Ferdinand de Saussure adalah “Bapak Strukturalisme” dan sekaligus“Bapak Linguistik Modern”. Strukturalisme Linguistik lahir pada abad XX, tepatnya1916 dengan terbitnya sebuah buku Cours de Linguistique Generale (PengantarLinguistik Umum). Buku tersebut berisi pokok-pokok teori struktural yang jugamerupakan prinsip dari linguistik modern. Lihat Ahmad Zaki Mubarak, PendekatanStrukturalisme Linguistik dalam Tafsir al-Qur’an Kontemporer “ala” M. Syahrur(Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), 1.

14Ahmad Zaki Mubarak, Pendekatan Strukturalisme Linguistik dalam Tafsiral-Qur’an Kontemporer “ala” M. Syahrur, 97-98.

15Lihat Qut}b al-Raisu>ni>, al-Nas}s} al-Qur’a>ni> min Taha>fut al-Qira>’ah ila> Afaqal-Tadabbur (Tt: Wiza>rah al-Auqa>f wa al-Shu’u>n al-Isla>miyah al-Mamlakah al-Maghribiyyah), 83-94.

Page 47: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

25

Sedangkan Muna>sabah memperoleh status ilmu yangindependen terutama atas upaya al-Zarkashi> (w. 794/1391).16 Dengandemikian, istilah naz}m dan muna>sabah, keduanya digunakan dalamkaitannya tentang susunan dan koherensi yang bersifat linier-atomistikdan kesatuan dalam unit surah.

Sedangkan pintu masuk kajian konsep kesatuan tema al-Qur’anbaik persoalan hubungan antara satu ayat dengan ayat lain, kesatuantema dalam surah-surah al-Qur’an dan kesatuan tema al-Qur’an secarakeseluruhan tidak lepas dari diskursus ilmu muna>sabah dalam ranah‘ulu>m al-Qur’a>n. Muna>sabah menurut Ah}mad Fa>ris dalam Mu‘jamMaqa>yis al-Lughah, bahwa yang tersusun dari huruf-huruf nu>n-si>n danba>adalah ittis}alu shai’ bi shai’ (bersambungnya sesuatu dengansesuatu yang lain).17 Muna>sabah juga berarti al-musha>kalah(keserupaan) dan al-muqa>rabah (kedekatan). Sedangkan untuk konteksayat dan sejenisnya adalah adanya ra>bit} (keterkaitan) misalnya sebabakibat.18 Sementara itu, dalam konteks ‘ulu>m al-Qur’a>n, muna>sabahberarti bentuk keterkaitan antara satu kalimat dengan kalimat yanglain dalam satu ayat atau antara satu ayat dengan ayat lain dalambanyak ayat atau keterkaitan antara satu surah dengan surah yang lain.Selanjutnya ia mengatakan bahwa faedah mengetahui muna>sabahadalah mengetahui alur makna, kemukjizatan al-Qur’an secarabalaghah, kekuatan penjelasan, keteraturan kalam, dan keindahanuslub-nya.19

Mengenai keterkaitan kesatuan tema dan muna>sabahsetidaknya ada dua hal. Pertama, bahwa persoalan yang membahashubungan bagian-bagian dalam al-Qur’an misalnya hubungan antarasatu ayat dengan ayat yang lain, hubungan surah dengan surah sebelumdan sesudahnya adalah objek kajian muna>sabah. Kemudian dalamperkembangannya muna>sabah melahirkan ide kesatuan tema, ataudengan kata lain muna>sabah lahir terlebih dahulu kemudian sejalandengan perkembangannya lahirlah kesatuan tema. Atas dasar itulahantara muna>sabah dan kesatuan tema mempunyai hubungan yangsaling terkait. Perbedaan dari keduanya, muna>sabah membahas

16Lihat dalam Nevin Reda El-Tahry, “Textual Integrity and Coherence inthe Qur’an: Repetition and Narrative Srructure in Surat al-Baqara” Disertasi diUniversitas Toronto, 2010.

17Ahmad H{asan Farah{a>t, Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n ‘Ard} wa Naqd wa Tah}qi>q, 70.18Al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 725.19Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Riya>d}: Manshu>ra>t al-

‘As}r al-H{adi>th, tt), 97.

Page 48: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

26

hubungan bagian-bagian al-Qur’an secara parsial tidak terikat dalamkesatuan makna dan tema. Sedangkan kesatuan tema membahasbagian-bagian tersebut secara utuh terikat dalam kesatuan makna dantema.20

Kedua, teori kesatuan tema merupakan upaya untuk mencarikesatuan tema al-Qur’an sebagai bentuk penyempurnaan metodologisdari apa yang disebut dengan al-tafsi>r al-maud{u>‘i>(tafsir tematik).21

Dengan kata lain ide al-tafsi>r al-maud{u>‘i>muncul dari konsep al-wah{dah al-maud}u>‘iyyah (kesatuan tema).22

20Lihat Mohamad Nur Fuad, “Kesatuan Tema dalam Surah al-Qur’an;Menurut Muh}ammad ‘Abduh dalam Tafsi>r al-Mana>r dan Juz ‘Amma,” Tesis diSekolah Pascasarjana UIN Jakarta, 2008. Bandingkan dengan Fara>h}i—seperti dikutipMir—muna>sabah adalah bagian dari naz}m. Logikanya, muna>sabah antar ayat-ayattidak akan tampak jika sebuah kalam berdiri sendiri. Oleh karena itu untukmenampakkan keterkaitan harus tersusun dengan yang lain. Fara>h}i> menyimpulkanbahwa naz}m adalah sesuatu yang melebihi dan di atas muna>sabah dan tarti>b. Iamenyebut “sesuatu yang melebihi dan di atas” tersebut dengan wah}da>niyyah(kesatuan). Kemudian ia berkomentar bahwa elemen dari naz}m adalah tartib,muna>sabah dan wah}da>niyyah. Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an, 32-33. Lihatjuga H{a>mid al-Di>n Farahi>, Exordium to Coherence in the Qur’a>n, translated by.Tariq Mahmood Hashmi (Lahore: Tp, 2008), 14.

21Menurut al-Farma>wi mengutip dari ulama kontemporer, al-tafsi>r al-maud{u>‘i>secara terminologi didefinisikan, “Menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yangmemiliki tujuan dan tema yang sama. Setelah itu—kalau mungkin—disusunberdasarkan kronologis turunnya dengan memperhatikan sebab-sebab turunnya.Selanjutnya menjelaskannya dengan menggali segala aspek. Menimbangnya denganneraca teori yang akurat sehingga si mufassir dapat ‘menghidangkan’ sebuah temadengan utuh dan sempurna. Dan juga dikemukakan tujuannya yang menyeluruhdengan bahasa yang mudah dipahami sehingga lebih mudah menyelami bagian-bagian yang terdalam sekalipun. Ibn Kathi>r dalam pendahuluan tafsirnyamengatakan: ”Jika seorang bertanya, metode apa yang paling baik dalammenafsirkan al-Qur’an? maka jawabnya adalah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri, ayat yang bersifat global akan dijelaskan oleh ayat yang lain”.Senada dengan yang diungkapkan Ibn Kathi>r, al-Suyu>t}i>, Ibnu Taimiyyah jugamengungkapkan hal yang sama dalam kitab karangan mereka. Lihat ‘Abd H{ayy al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>‘i>(Kairo: al-H{ad}a>rah al-‘Arabiyyah,1977), 52. Lihat ‘Imad al-Di>n Abu> al-Fida>’ Isma>‘i>l ibn Kathi>r, Tafsi<r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m (Mesir: Maktabah Mas{r, tt ), 3. Lihat Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah{ma>n ibn Abi>Bakr al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2000),351. Lihat Taqiy> al-Di>n Ah{mad ibn ‘Abd al-H{ali>m ibn Taimiyyah, Muqaddimah fi>Us}u>l al-Tafsi>r (Beirut: Da>r Ibn H{azm), 84.

22Ziya>d Khali>l Muh}ammad al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{th (‘Amma>n:Da>r al-Bashi>r, 1995), 15.

Page 49: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

27

Al-Dagha>mi>n memberikan dua catatan terkait tentang ide al-tafsi>r al-maud{u>‘i>(tafsir tematik). Pertama, sebagian dari mufassirmengabaikan bagian terpenting dari tafsir tematik yang berkaitandengan konsep kesatuan tema dalam surah, karena merekamenganggap bagian tersebut bukan termasuk dalam cakupan tafsirtematik. Hal ini mengindikasikan perbedaan perspektif dalammendefinisikan tafsir tematik. Kedua, ada perbedaan dalam konsepide, tafsir tematik hanya dipahami sebagai usaha pengumpulan ayat-ayat, padahal jelas diketahui bahwa tidak semua usaha pengumpulanayat-ayat itu termasuk dalam ranah tafsir tematik.23

Al-Qur’an itu mengandung tema-tema, baik yang letaknyaterpisah-pisah dalam berbagai surah atau terkumpul dalam sebuahsurah. Setiap tema dari tema-tema tersebut merupakan deskripsi darikonsep al-Qur’an. Inti dari kajian tafsir tematik adalah pemaparantema, penyelaman secara mendalam unsur-unsurnya, penjelasanhubungan-hubungan antar unsur dan juga pemahaman bagaimana al-Qur’an menjadi problem solving. Hal tersebut terbukti dengan usahakeras para pakar tafsir dengan menerapkan metode tematik, dandengan berpegang pada prinsip bahwa tujuan al-Qur’an diturunkanadalah sebagai kitab petunjuk, mukjizat dan pedoman hidup manusiadalam segala masa.24

Menurut Mus}t}afa> al-S}a>wi> al-Juwaini, tokoh pertama yangterindikasi menerapkan metode tematik dalam tafsir al-Qur’an adalah‘Amr ibn Bah}r al-Ja>h}iz} (W. 255 H). Hal itu tertuang dalam buku-bukunya yang memandang al-Qur’an dengan perspektif komprehensifdan investigasi parsial terhadap ayat-ayat dan tema-tema al-Qur’an.25

Ia mengatakan, walaupun al-Ja>h{iz} dipandang sebagai pencetus idebahwa mih}war (poros) dalam penafsiran adalah tema-tema al-Qur’an,yaitu menghimpun tema-tema dalam sebuah kesatuan yang sempurna,tapi masih jauh dari menerapkan apa yang pada masa ini disebut tafsirtematik.26 Dalam hal tersebut al-Dagha>mi>n sekata dengan al-Juwaini>bahwa al-Ja>h}iz} yang memprakarsai metode tematik penafsiran al-Qur’an. Akan tetapi menurutnya al-Ja>h}iz} hanya ingin menampakkan

23Al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 15.24Al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 8.25Mus}t}afa> al-S{a>wi> al-Juwaini>, Mana>hij fi al-Tafsi>r (Iskandariyyah:

Mansha’ah al-Ma‘a>rif, tt), 158.26Al-Juwaini>, Mana>hij fi al-Tafsi>r, 160.

Page 50: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

28

sisi kemukjizatan al-Qur’an jika dipandang dari sudut kajian sastramasa kini.27

Senada dengan al-Ja>h}iz{, Muh}ammad ibn Abi> Bakr yangterkenal dengan Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w. 751H) jugamencurahkan perhatian yang intens terhadap metode tematik. Al-Tibya>n fi> Aqsa>m al-Qur’a>n adalah karyanya yang bercorak tematik.28

Beberapa peneliti berpendapat bahwa sejarah munculnya tafsirtematik dimulai dari abad kedua hijriyah,29 dan Qata>dah ibn Di’a>mah(w. 118 H) adalah orang pertama yang menulis bukunya al-Na>sikh waal-Mansu>kh dengan metode tematik.30 Seiring perkembangan zaman,

27Al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 17-18.28Kitab itu terdiri dari biografi pengarang, mukaddimah dan berisi 151 fas{l.

Kitab ini berbicara tentang sumpah dalam al-Qur’an yang didalamnya dipaparkansecara sistematis pandangan-pandangan umum al-Qur’an terkait sumpah, tetapidalam penyajiannya tidak diimbangi dengan pandangan-pandangan dari tafsirpembanding yang bertujuan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih integral.Lihat Shams al-Di>n Muh{ammad ibn Abi> Bakr ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Tibya>n fi>Aqsa>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r Kutub al-‘Ilmiyah, 2001).

29Bandingkan dengan apa yang dikemukakan Mus}t}afa> Muslim, bahwaistilah al-tafsi>r al-maud{u>’i> belum dikenal kecuali pada abad ke empat belas hijriyyah,yaitu ketika materi al-tafsi>r al-maud{u>‘i>dimasukkan dalam kurikulum pembelajaranFakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar. Lihat Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsir al-Maud{u>‘i>, 17-22.

30Pendapat tersebut dikritik oleh al-Dagha>mi>n, bahwa kemunculan karya-karya tersebut dengan segala kelebihan dan kepentingannya, dalam perspektif sejarahbukan awal dari kemunculan pembahasan cakupan al-tafsi>r al-maud{u>‘i>. Alasannyaadalah, meskipun disajikan dalam model tematik akan tetapi tema-tema tersebuttidak dimaksudkan dengan tafsir. Hal tersebut hanya dimaksudkan sebagai kajian-kajian seputar al-Qur’an al-Karim. Dan oleh karena itu al-Ja>h{iz{ adalah orang yangpaling mendekati layak disebut sebagai penemu konsep al-tafsir al-maud{u>‘i>meskipun belum sempurna. Meskipun demikian, penemuan tersebut memberikandampak yang signifikan yaitu mendorong pentingnya pengkajian tafsir al-Qur’andengan perspektif komprehensif dengan penekanan metode tematik. Adapunpenyebab kurang diperhatikannya al-tafsi>r al-maud{u>‘i> pada zaman dahulu,setidaknya ada dua hal seperti yang ditulis oleh al-Farma>wi>. Pertama, pada awalnyaal-tafsi>r al-maud{u>‘i>sebagai sebuah metode penafsiran, hanya merupakan trend danmotif perseorangan yang ingin mengkaji satu tema al-Qur’an. Trend dan motifperseorangan ini kemudian diikuti orang lain dan seterusnya sampai sekarang.Adapun mufassir dahulu tidak mempunyai trend dan motif penafsiran seperti ini.Kedua, kebutuhan terhadap al-Qur’an tidak menyentuh upaya untuk menelaah tema-temanya. Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman maka dibutuhkan metodetematik yang lebih praktis untuk memecahkan masalah dan menangkap kesatuantema al-Qur’an. Dengan metode ini mereka akan melihat kesatuan tema yang saling

Page 51: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

29

upaya penafsiran yang mengarah bercorak tematik semakinbermunculan, tapi upaya tersebut belum sempurna baik dari segimetodologi maupun aplikasinya. Meskipun demikian para mufassirsepakat akan pentingnya ranah penelitian ini.

Mengenai pentingnya ranah ini, Ah{mad al-Sharba>s}i—dikutipal-Dagha>mi>n—berkata: “Apa yang terkandung dalam tema-tema al-Qur’an merupakan tiang yang kokoh dalam pembentukan dankebangkitan umat, manusia akan merasa tenang karena al-Qur’andekat dengan kehidupan, pemikiran, dan juga kesulitan-kesulitan hidupyang datang pada mereka setiap saat. Hal tersebut dikarenakan al-Qur’an bukan hanya kitab yang menjelaskan tata cara beribadahkepada Allah saja tapi juga merupakan tuntunan hidup (the way oflife).31

Dalam konteks ke-Indonesia-an, dalam rangka ikutmembumikan al-Qur’an—meminjam istilah Quraish Shihab—kementerian Agama RI dalam hal ini Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat menerbitkan tafsir al-Qur’antematik dengan editor Muchlis M. Hanafi, et. al. Diantaranya; Kerjadan Ketenaga kerjaan, seri 2 (2010), Keniscayaan Hari Akhir, seri 3(2010), Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia, seri 5 (2010), danlain-lain.32

B. Kesatuan Tema al-Qur’an: Arah Baru dalam Kajian al-Qur’anPembaharuan dalam ranah kajian Islam akan terus berjalan, hal

tersebut senada dengan pernyataan Stefan Wild bahwa tidak adatrendsetter dalam bidang kajian Islam dan bidang-bidang yang lain.33

Hal tersebut bermaksud akan selalu ada pembaharuan yang mengikutikebutuhan zaman. Dan kesatuan tema al-Qur’an adalah salah satu dariproduk pembaharuan tersebut.

Sayyid Qut}b menjelaskan bahwa kesatuan al-Qur’an adalahmanifestasi dari dari keteraturan alam. Alam semesta berjalan menurutundang-undang alam yang sudah pasti terdapat kehendak yangmengatur. Allah yang yang mengatur dan menciptakan apa yang

melengkapi. Lihat al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah}th, 18-19 dan al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>‘i>, 57-59.

31Al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 21.32Penyusunan tafsir tematik oleh Kementerian Agama telah dilakukan sejak

tahun 2007-2012 dan telah menghasilkan 26 judul buku tafsir tematik. Tema yangdikaji berkaitan dengan tema sosial dan keagamaan.

33Stefan Wild (ed.), The Qur’an as Text (Leiden: Brill, 1996), ix.

Page 52: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

30

dikehendaki-Nya. Manhaj ilahi dibuat untuk bekerja pada setiaplingkungan, pada setiap perkembangan manusia, dan pada setiapkeadaan yang terjadi pada manusia. Manusia adalah suatu makhlukdengan eksistensinya, fitrahnya, dan berbagai macam kecenderungan.Manusia menjalankan manhaj ilahi untuk meningkatkan kualitasnyadan memuliakan dirinya dan fitrahnya. Oleh karena itu manhaj ilahidibuat untuk masa yang panjang, tidak tergesa-gesa untukmewujudkan tujuan-tujuan yang luhur dalam manhaj ini. Hanya adasatu jalan bentuk kembali kepada Allah, yaitu mengembalikan semuakehidupan kepada manhaj Allah yang telah ditulisnya di dalam kitab-Nya yang mulia bagi kemanusiaan. Caranya dengan menjadikan kitabini sebagai pengatur di dalam kehidupan dan berhukum kepadanya didalam semua urusan. Kalau tidak begitu, kerusakanlah yang akanterjadi di muka bumi, kesengsaraan, dan terbenam ke dalamkejahiliyahan yang menyembah hawa nafsu. Begitulah Sayyid Qut}bmenggambarkan orientasi yang jelas dalam hidup ini, selalu bernaungdalam lindungan Allah dan al-Qur’an.34

Masa persahabatan Sayyid Qut}b yang panjang dengan al-Qur’an yang penuh mukjizat mengantarkannya pada sebuahkesimpulan bahwa setiap surah mencerminkan kesatuan tema yangpadu, dan bahwa sekalipun maknanya bermacam-macam, temanyabanyak, namun sebuah surah memiliki kepribadian yang menyeluruhdan mempunyai ciri-ciri yang istimewa.35 Berkawan dengan surah-surah al-Qur’an dari awal sampai akhir adalah sebuah perjalanan yangistimewa dengan rambu-rambu dalam setiap surahnya, perjalanandengan berbagai setting tempat dan panorama, dan penuh inspirasi.Menyelam dalam kedalam lautan maknanya adalah nyata dan pasti.36

‘Abduh (1849-1905 M), menurut Shah}atah, salah satu metode‘Abduh dalam tafsirnya adalah memandang sebuah surah sebagai satukesatuan yang serasi.37

Di lain pihak, banyak yang meragukan, mempertanyakan danmenyatakan kekacauan, kerumitan, tidak adanya koherensi dankesatuan tema dalam al-Quran. Tema penelitian ini menjadi penting

34Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1996) 1/14.35S}ala>h} ‘Abdul Fatta>h}al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil

Quran, terj. Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Intermedia, 2001), 149.36Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 3/124337‘Abd Alla>h Mah}mu>d Shah}atah, Manhaj al-Ima>m Muh}ammad ‘Abduh fi>

Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo: Nashr al-Rasa>’il al-Jami‘iyyah, 1963), 35.

Page 53: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

31

untuk dikaji untuk melihat sejauh mana tudingan para penolak danbagaimana argumen para pendebatnya hingga dapat dibuktikankoherensi dan kesatuan tema al-Qur’an. Misalnya, Montgomery Watt,menarik kesimpulan bahwa susunan al-Qur’an tidak sistematis dankekurangan al-Qur’an adalah susunannya yang sangat panjang.38 Halserupa juga diungkap oleh Gerhard Endress menyatakan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang sulit dipelajari dan dikaji, susunannya t idakteratur dan tidak sesuai dengan susunan ketika diturunkannya.39

Thomas Carlyle secara terang-terangan menguraikan bahwa al-Qur’an adalah sebuah bacaan yang melelahkan, menjemukan dan halyang membingungkan karena campur aduk.40 Angelika Neuwirthberpendapat bahwa al-Qur’an bukanlah sebuah buku yang bertaliansecara logis.41 Salwa M. S. El-Awa, ia meragukan kesatuan temakarena menurutnya ada ketidak-tepatan metodologi dalam kajiantersebut.42

Menurut Ma’ruf Dualibi—dikutip oleh Muhammad Chirzin—al-Qur’an dalam berbagai ayat hanya mengungkapkan hal-hal yangbersifat prinsip (mabda’) dan norma umum (qa>‘idah) saja. Dengandemikian tidak pada tempatnya bila orang bersikeras harus ada kaitanantar ayat-ayat yang bersifat tafs}i>l (terperinci).43 Pendapat beliau iniditampung oleh al-Sha>t}ibi> dalam Muwa>faqa>t.44

38Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 2.39Gerhard Endress, an Introduction to Islam (Edinburgh: Edinburgh

University Press, 1994), 23.40Dikutip dari Nevin Reda El-Tahry, “Textual Integrity and Coherence in

the Qur’an: Repetition and Narrative Srructure in Surat al-Baqara,” Disertasi diUniversity of Toronto, 2010.

41Jane Dammen, ed. The Cambridge Companion to the Qur’an (New York:Cambridge University Press, 2006), 97.

42Salwa. M. S. El-Awa, Textual Relations in the Qur’a>n: Relevance,Coherence and Structure (London: Routledge, 2006), 160-163. Lihat juga Salwa M.S. El-Awa, “Linguistic Structure,” dalam The Blackwell Companion to the Qur’a>n,ed. Andrew Rippin, 70. Lihat Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A StructuralAnalysis,” The Muslim World 100, no. 1 (2010): 17. Lihat Michel Chuypers,“Semitic Rhetoric as a Key to the Question of the Naz{m of the Qur’anic Text,”Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011), 1. Lihat A.H. Johns, “A HumanisticApproach to I’ja>z in the Qur’an: The Transfiguration of Language,” Journal ofQur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 82.

43Muhammad Chirzin, al-Qur’an dan ‘Ulumul Qur’an (Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), 62-66.

44Al-Sha>t}ibi>, al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-Shari>‘ah (Kairo: al-Rah}ma>niyyah, tt)420-422.

Page 54: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

32

Wild, menyebut beberapa sarjana yang menurutnya melakukanpembaharuan dalam kajian Islam, Ami>n al-Khu>li>(w. 1967) denganteori literasinya, Sayyid Qut}b, Nas}r Ha>mid Abu> Zaid, ‘Aisha‘Abdarrahma>n, Angelika Neuwirth dan lain-lain.45

Tawaran ide tema sentral yang juga merupakan sebuah langkahbaru pembaruan dalam kajian Qur’an juga mengambil posisinya. Mir,menyebutkan beberapa mufassir yang dianggap berupaya melakukanpembaruan-pembaruan dengan tawaran ide tema sentral, yaitu denganmembagi surah menjadi beberapa bagian kemudian membangunhubungan antar bagian-bagian tersebut. Misalnya, Fara>hi> (w.1349/1930)46 dan Is}la>h}i (w. 1997)47 menyebut ide tema sentral dengan‘amu>d,48 Sayyid Qut}b (w. 1966)49 menyebutnya mih}war danT{aba>’t}aba>’i> (w. 1402/1981)50 menyebutnya gharad}.

Cikal bakal dari kajian tema sentral sebenarnya sudahbermunculan sejak masa klasik. Misalnya, al-Baqilla>ni>, pada abad ke-5ia telah menggulirkan ide-ide kesatuan tema. Dia mengatakan,“Lihatlah dengan kedalaman pemikiranmu, ketika kamu menelitikalimat demi kalimat yang tersusun rapi, kisah-kisah, surah, bahkanketika meneliti al-Qur’an dengan susunannya, maka yang ditemukanadalah al-Qur’an yang komprehensif”. Pandangan al-Ba>qilla>ni>terhadap al-Qur’an yang memandang al-Qur’an secara menyeluruhsangat menakjubkan, dia melampaui pemikiran ulama pada masanyayang hanya memberikan komentar dari segi sastra secara umum.Pandangan al-Baqilla>ni> terhadap al-Qur’an berpijak pada apa yangdisebutnya dengan kesatuan sempurna dari berbagai aspek (wah{dahmutaka>milah al-h{alaqa>t muttas}ilah al-jawa>nib). Dia menerapkan dalamdua surat al-Naml dan Gha>fir, yaitu memandang kesatuan tema dalamkedua surah tersebut meskipun dia tidak menjelaskan secara terperincimengenai metodologinya. Menurut al-Dagha>mi>n, al-Baqilla>ni> adalahorang yang pertama kali menampakkan sisi keserasian yangmengagumkan dalam al-Qur’an.51

45Stefan Wild (ed.), The Qur’an as Text, ix.46Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an, 34.47Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an, 38.48Fara>h}i>, Exordium to Coherence in the Qur’a>n, translated by. Tariq

Mahmood Hashmi, 5.49Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an, 65-66.50Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an, 64-65.51Abi> Bakr Muh}ammad ibn al-T{ayyib al-Ba>qilla>ni>, I’ja>z al-Qur’a>n (Beirut:

Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996), 26-27. Lihat al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-

Page 55: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

33

Al-Zamakhshari>, ia menyakini adanya al-wah{dah al-fanniyyahfi> al-surah. Hal tersebut dibuktikannya ketika menafsirkan Qs. Al-Baqarah (2): 23 dia mengatakan: “Salah satu faedah merinci al-Qur’andan memotongnya dalam surah-surah adalah bahwa terperinci adalahsebab mencari bentuk dan fitur yang saling melengkapi sebagian untuksebagian yang lain.52

Begitu juga al-Biqa>‘i>, ulama abad ke-9, telah terindikasimempunyai ide kesatuan tema. Hal tersebut telihat dalam pembukaankitab monumentalnyanya: “Sungguh jelas bagiku tiap nama darisebuah surah itu menerjemahkan apa yg dimaksudkan dari surahtersebut, karena nama sangat berhubungan dengan apa yang dinamai,nama adalah petunjuk global atas apa yang akan dijelaskan secararinci. Dia menetapkan bahwa mengetahui muna>sabah dalam ayat-ayatal-Qur’an sangat terkait dengan pengetahuan tentang tujuan-tujuanyang diusung oleh surah. Contoh penamaan al-Fa>tih}ah karena surah al-Fa>tih}ah adalah surah pembuka dalam al-Qur’an. Begitu juga penamaansurah al-Fa>tih}ah dengan nama yang lain, hal tersebut karena adanyahubungan dengan makna yang terkandung didalamnya. Seperti ummal-Kita>b, al-Asa>s, al-Matha>ni>, al-Kanzu, al-Sha>fiyyah, al-Ka>fiyyah, al-Wa>fiyyah, al-Wa>qiyyah, al-Raqiyyah, al-H{amd, al-Shukru, al-Du‘a>’,al-S{ala>h. Muara dari maksud nama-nama tersebut adalah sesuatu yangabstrak mencakup segala makna yaitu al-mura>qabah (takut). Jika al-Fa>tih}ah dimaksudkan sebagai pengukuhan bahwa hanya Allah yangberhak atas segala puji, segala kesempurnaan, pemilik tunggal duniaakhirat, paling berhak disembah dan dimintai pertolongan, penyelamatdari jalan orang-orang yang rusak, maka maksud inti dari nama-namasurah al-Fa>tih}ah tersebut di atas adalah takutnya seorang hambakepada Tuhannya dengan cara beribadah. Kemudian dijelaskan bahwaakhir dari surah al-Fa>tih}ah itu sangat berhubungan denganpermulaannya dan juga tujuannya.53

Dengan begitu, cikal bakal kesatuan tema telah lama menjadiperhatian para penggiat kajian al-Qur’an. Meskipun, pada awalnyahanya sebuah ide-ide yang tercecer dalam karangan-karangan yang

Bah{thi, 96-97. Lihat Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 12-14. Lihat AmirFaishol Fath, The Unity of al-Qur’an, terj. Nasiruddin Abbas (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010), 34.

52Abi> al-Qa>sim Ja>r Alla>h Mah}mu>d bin ‘Umar bin Muh}ammad al-Zamakhshari>, al-Kashsha>f (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995), 103-104.

53Burha>n al-Di>n Abi> al-H{asan Ibra>hi>m ibn ‘Umar al-Biqa>’i>, Naz{m al-Durarfi> Tana>subi al-A<ya>ti wa al-Suwar (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiah, 1995), Juz 1, 5-7.

Page 56: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

34

beragam dan belum terfokus menjadi sebuah disiplin keilmuan yangmapan.

C. Kesatuan Tema dalam Perdebatan: Penolak dan PendukungTerdapat dua kubu dalam hal kesesuaian, keharmonisan,

koherensi dan kesatuan tema al-Qur’an. Dalam hal ini ada duakelompok yang berseberangan dengan argumennya masing-masing.Pertama, kelompok yang meyakini adanya kesatuan tema al-Qur’an.kedua, kelompok yang menolak adanya kesatuan tema al-Qur’an.

Sebagaimana telah disinggung, bahwa konsep kesatuan temaal-Qur’an sangat erat kaitannya dengan ilmu muna>sabah dan orangyang pertama kali memperkenalkan ilmu muna>sabah adalah Abu> Bakral-Naisa>bu>ri> (w. 324 H).54 Sedangkan menurut Ziya>d Khali>lMuh}ammad al-Dagha>mi>n, ulama pertama yang menampakkan sisikeserasian yang mengagumkan dalam al-Qur’an adalah al-Baqilla>ni>(w. 403 H).55 Pandangan di atas berbeda dengan yang dikemukakanoleh Amir Faishol Fath yang menyatakan bahwa di akhir abad ke 2sudah terdapat karya yang ditulis oleh Abu>Ubaidah Muammar bin al-Muthanna>(w. 204 H) yang berusaha membahas susunan dan berbagaibentuk bayani ayat-ayat al-Qur’an.56 Menurut Quraish Shiha>bperdebatan tentang ilmu muna>sabah sudah bergulir sejak abad ke 4Hijriyah. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya buku yangditulis oleh al-Khat}t}abi> (319-388 H) dengan judul Baya>n I‘ja>z al-Qur’a>n. Quraish Shiha>b menguraikan secara singkat pendapat al-Khat}t}a>bi> bahwa beragamnya persoalan dalam satu surah untukmemudahkan pembaca mendapatkan banyak petunjuk.57

54Jala>l al-Di>n Abd al-Rah}ma>n al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 724.Lihat Ahmad H{asan Farah{a>t, Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n ‘Ard} wa Naqd wa Tah}qi>q, 73. Lihat‘Abd al-Muta’a>l al-S}a’i>di>, al-Naz}m al-Fanni> fi> al-Qur’a>n al-Kari>m, 5.

55Al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 96.56Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 29-30.57M. Quraish Shiha>b, Tafsir al-Mis}ba>h, (Ciputat: Penerbit Lentera Hati,

2000), volume I, xix. Bandingkan dengan apa yang dikemukakan Amir Faishol Fathdalam disertasi Ph.D-nya yang menyatakan bahwa ada banyak kitab yang ditulis olehulama-ulama terdahulu yang fokus mengkaji hubungan antar kata, kalimat, ayat, dansurah dalam al-Qur’an. Semua itu menjadi bukti adanya kesatuan dalam al-Qur’an.Contohnya adalah karya yang membahas kemukjizatan dalam susunan al-Qur’an,serta membahas hubungan antara berbagai ayat dan surah dalam al-Qur’an, danberbagai tema lainnya. Dan hal itu sudah dimulai sejak akhir abad ke-2 hijriyah olehAbu Ubaidah Muammar bin al-Muthanna (w. 203 H) yang menulis Maja>z al-Qur’a>n(sastra al-Qur’a>n). Ini merupakan karya pertama yang ditulis untuk mengkaji

Page 57: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

35

Bagi ulama dan sarjana yang meyakini adanya kesatuan temaal-Qur’an langkah-langkah untuk menampakkan kesatuan tema al-Qur’an sudah ditempuh sejak masa ulama klasik. Dalam hal ini,mereka belum menjadikan konsep kesatuan tema al-Qur’an sebagaibagian dari langkah metodologis dalam penafsiran mereka. Hinggapada masa peralihan abad 19 ke 20, langkah tersebut baru menemukanbentuknya yang permanen selaku sebuah konsep penafsiran yaitudimulai dari masa ‘Abduh yang berusaha melakukan pembaharuandalam penafsiran al-Qur’an. Di bawah ini akan dikemukakan beberapatokoh yang berbicara mengenai kesatuan tema berdasarkan urutanwafatnya.

Pada awal abad ke-3 H diantaranya adalah Abu> ‘UbaidahMu‘ammar ibn al-Muthanna> (w. 203 H) menulis Maja>z al-Qur’a>nmembahas susunan dan berbagai bentuk baya>ni>ayat-ayat al-Qur’an. 58

Al-Farra’ (w. 207 H) menulis Ma‘a>ni> al-Qura>n yang membahaspenggunaan kata-kata asing dalam al-Qur’an, membahas aspek sastra,aspek bunyi, nada, dan ritme susunan al-Qur’an.59 Abu> ‘Ubaid al-Qa>sim ibn Salla>m (w. 224 H) mengarang kitab al-Na>sikh wa al-Mansu>kh.60 Al-Ja>h{iz{ (163-225 H/780-869 M) menulis buku Naz{m al-Qur’an, dan buku ini telah hilang.61 Ali> ibn al-Madi>ni>(w. 234 H)adalah guru dari imam Bukha>ri>, kitab karangannya adalah Asba>b al-

kesatuan al-Qur’an. Pengarang kitab tersebut berusaha membahas susunan danberbagai bentuk bayani ayat-ayat al-Qur’an. Ia juga menjelaskan rahasia gaya narasi,model redaksi, serta menerangkan kedalaman dan kecermatan ungkapan al-Qur’an,kemudian dibandingkan dengan narasi dan seni pengungkapan kalimat yangdiciptakan dan digunakan oleh bangsa Arab. Penting untuk dicatat bahwa ulamajarang sekali membicarakan masalah kemukjizatan al-Qur’an pada abad ke 1&2,tidak pernah ditemukan dalam bahasa mereka kata mukjizat atau i’ja>z. Lihat AmirFaishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 29-30.

58Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 29-30. Lihat juga dalam Fahdibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sulayma>n al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘‘Ashar (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1997), 873.

59Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 30. Lihat juga al-Ru>mi>,Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 873.

60Mus}t}afa>Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>, 21.61Al-Ja>h}iz}adalah seorang orator terkenal dari golongan mu‘tazilah. Lihat

juga al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 873-874. LihatMustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 10. Lihat Abi> Bakr Muh}ammad ibn al-T{ayyib al-Ba>qilla>ni>, I’ja>z al-Qur’a>n, 6-7. Lihat Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 30.

Page 58: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

36

Nuzu>l.62 Ibn Qutaibah (w. 276 H) mengarang kitab Ta’wi>l Mushki>l al-Qur’a>n.63

Abad ke-4 H diantaranya al-Jas}s}a>s} (w. 370 H) menuangkan idekesatuan tema dalam kitab karangannya yang berjudul Ah{ka>m al-Qur’a>n.64 Al-Ruma>ni>(w. 386 H) seorang sastrawan mu‘tazilah menulisal-Nakt fi> I‘ja>z al-Qur’a>n, kitab tersebut membahas mukjizat secaraumum.65 Abu> Sulayma>n H{amd ibn Muh{ammad al-Khat}t}a>bi> (319-388H/931-998 M), dia menyatakan dalam Baya>n I‘ja>z al-Qur’a>n bahwanaz{m adalah bentuk dari kemukjizatan al-Qur’an. Dan kunci darikemukjizatan al-Qur’an terletak pada kata yang fasih, dirangkai dalamsusunan yang terbaik dan mengandung arti yang paling tepat.66

Abad ke-5 H diantaranya Abu> Bakr Muh{ammad ibn al-T{ayyibal-Ba>qilla>ni> (338-403 H/950-1013 M), karyanya adalah I‘ja>z al-Qur’a>n.67

Al-Jurja>ni>(w. 471 H/1078 M), dia adalah ‘Abd al-Rah{ma>n al-Jurja>ni, menulis karya yang berjudul Dala>il al-I‘ja>z. Mengenai naz{mdia menyatakan, naz{m adalah hubungan antara satu kata dengan katayang lain dengan hubungan sebab akibat. Dalam bahasa Arab,hubungan antar kata yang satu dengan yang lain ada tiga yaitu katabenda ke kata benda, kata benda ke kata kerja, h{arf (partikel) ke katabenda dan kata kerja.68

Abad ke-6 H diantaranya Ilkiya> al-Hara>si> (w. 504 H). Ilkiya al-Hara>si> al-Sha>fi‘i> melakukan kajian ayat-ayat al-Qur’an yangmenyatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an saling terkait dalam kesatuantema. Kitab karangannya adalah Ah{ka>m al-Qur’a>n.69

62Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>, 21.63Ibn Qutaibah adalah seorang orator dari kelompok ahlu sunnah. Lihat al-

Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 874. Lihat juga Mus}t}afa>Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>, 21.

64Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>, 21.65Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 32. Lihat juga al-Ru>mi>,

Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 874.66Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 11. Lihat Amir Faishol Fath, The

Unity of al-Qur’an, 32.67Al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 87468Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 14-15. Lihat Amir Faishol Fath,

The Unity of al-Qur’an, 34-35. Lihat Issa J. Boullata, “Sayyid Qut}b LiteraryAppreciation of the Qur’an,” dalam Literary Stuctures of Religious Meaning in theQur’a>n, ed. Issa J. Boullata (Richmond, Surrey: Curzon, 2000), 355. Lihat juga al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 874

69Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>, 21.

Page 59: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

37

Al-Zamakhshari>(w. 538 H) menulis kitab al-Kashsha>f yangmembahas kepaduan dan keserasian kata-kata dalam al-Qur’an denganmakna yang dikandungnya, kitab tafsir tersebut merupakan kitab yangbelum pernah ditulis oleh ulama sebelumnya, di dalamnya terdapatpembahasan yang lengkap seputar bentuk-bentuk kemukjizatan ayat-ayat al-Quran, keindahan dan susunan narasi al-Qur’an, serta sastradalam kalimat-kalimatnya. Ia menyakini adanya kesatuan tema dalamsurah, akan tetapi secara aplikatif al-Zamakhshari>—seperti yang kitaketahui bersama—tidak menerapkannya. Tidak ditemukan dalampembicaraannya secara jelas membahas kesatuan tema dalam surah,hanya saja dia menyebut bahwa ayat-ayat dari sebuah surah itu salingterkait, lafaz{-lafaz{ dan maknanya serasi. Pada masa itu meskipunsudah ada pembahasan tentang i‘ja>z yang menampakkan sisi kesatuansurah—dalam hal ini istilah yang dipakainya wah{dah al-su>rah al-fanniyyah—akan tetapi belum dibahas secara independen.Pembahasannya hanya secara teoritis dan kalaupun sudahdiaplikasikan akan tetapi belum sempurna rukun dan metodologinya.70

Ibn ‘Arabi>(w. 543 H) juga salah satu ulama yang menyakiniadanya kesatuan tema, hal tersebut tertuang dalam kitab karangannyayaitu Ah{ka>m al-Qur’a>n.71

Abad ke-7 H diantaranya al-Ra>zi> (w. 606 H). Dia adalahgolongan pertama dari kelompok ulama terdahulu yang membicarakankesatuan tema dalam surah-surah al-Qur’an, dia berpendapat bahwasurah Fus{s{ilat (41) mempunyai satu tujuan. Dia menyatakan: “Telahjelas apa maksud dari penafsiranku terhadap surah Fus}s}ilat ini, yaitumenjadi sebuah jawaban dari perkataan mereka dalam ayat 5, yaitu:

Artinya: “Dan mereka berkata, “Hati kami sudah tertutup dariapa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudahtersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, karen aitulakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan(sesuai kehendak kami).”

70Al-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, 433. Lihat al-Dagha>mi>n,Manhajiyyah al-Bah{th, 97. Lihat Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 15-16.

71Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>, 21.

Page 60: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

38

Kemudian dia menjelaskan firman Allah dibawah ini,

Artinya: “Katakanlah, “Al-Qur’an adalah petunjuk danpenyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yangtidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (al-Qur’an) itumerupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orangyang dipanggil dari tempat yang jauh.” ”

Ayat 44 tersebut sangat berhubungan dengan surah Fus}s}ilatayat 5 di atas. Al-Ra>zi>ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an makaakan tampak dari awal sampai akhir, maka al-Qur’an merupakansusunan kata dan kalimat yang mempunyai satu tujuan. Meskipundemikian langkah yang ditempuh al-Ra>zi> dalam menampakkankesatuan tema hanya terbatas pada teori dan belum diaplikasikansecara mapan.72

Abad ke-8 H diantaranya Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H),kitab karangannya yang berkaitan dengan ide kesatuan temanya adalahAqsa>m al-Qur’a>n dan Amtha>l al-Qur’a>n.73 Al-Sha>t}ibi>(w. 790 H), diamenyatakan dalam kitab karangannya al-Muwa>faqa>t, “Ayat-ayat al-Qur’an adakalanya diturunkan dalam satu isu atau tema, baik panjangatau pendek. Misalnya, kebanyakan dari surat-surat al-mufas}s}al.Adapula ayat-ayat yang diturunkan dalam beberapa isu seperti, al-Baqarah, A<li ‘Imra>n, al-Nisa>’. Ayat-ayat tersebut diturunkan secaraberangsur-angsur tidak dalam satu masa turun”.

Mengenai al-Sha>t}ibi> dapat diambil kesimpulan bahwa, (1) Al-Sha>t}ibi>menetapkan setiap surah itu adalah kesatuan. Hal tersebutberhubungan dengan susunan yang merupakan isu krusial dalam i‘ja>zal-Qur’an (2) Al-Sha>t}ibi> menetapkan bahwa sebagian surah al-Qur’anterdiri dari banyak tema, oleh karena itu tidak mengandung kesatuantema (3) Al-Sha>t}ibi> menetapkan bahwa kebanyakan surah al-Mufas{s}alterdiri dari kesatuan tema, misalnya surah al-Kauthar itu turun dalam

72Al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 99. Lihat Mustansir Mir, Coherencein the Qur’a>n, 17. Lihat Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 36-37. Lihat A.H. Johns, “A Humanistic Approach to I‘ja>z in the Qur’an: The Transfiguration ofLanguage,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 82.

73Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 37.

Page 61: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

39

satu isu (qad{iyyah), sedangkan surah al-‘Alaq turun dalam dua isu (1-5), (6-19).

Al-Dagha>mi>n memberi komentar tentang pernyataan al-Sha>t}ibi>terkait pembagiannya bahwa surah sebagian ada yang terdiri dari satutema dan sebagian yang lain terdiri dari tema-tema yang banyak ituadalah perkara yang membingungkan. Karena pada hakekatnya setiapsurah terdiri dari susunan yang mengagumkan baik secara lahir danyang terkandung. Secara lahir semua surah adalah berupa kesatuandalam hal ini diistilahkan al-wah{dah al-fanniyyah. Sedangkan dari sisikandungan ayat adalah kesatuan tema, dalam hal ini diistilahkandengan al-wah{dah al-maud{u>‘iyyah. Hal tersebut berlaku pada semuasurah baik itu surah al-Kauthar, al-Ikhla>s}, al-Baqarah, A<li ‘Imra>n danlain sebagainya.74

Badr al-Di>n Muh{ammad ibn ‘Abd Alla>h al-Zarkashi (745-794H/1344-1391 M). Dia menulis kitab al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n.Membahas hubungan timbal balik antara ayat-ayat al-Qur’an.75

Abad ke-9 H diantaranya al-Biqa>‘i>. Nama lengkapnya adalahBurha>n al-Di>n al-Biqa>‘i> (w. 885 H/1480 M), menulis Naz}m al-Durar fi>Tana>subi al-A<ya>ti wa al-Suwar yang membahas kesatuan al-Qur’a>nsecara komprehensif, yaitu melaui pembahasan terhadap hubunganantara ayat-ayat dan surah-surahnya, yang dimulai dari surah al-Fa>tih}ah dan berakhir di surah al-Na>s. 76

Abad ke-10 H diantanya al-Suyu>t}i> (w. 911 H) menulis Tana>suqal-Durar fi> Tana>subi al-Suwar,77 yang membahas hubungan surah-surah al-Qur’a>n secara umum. Kemudian dia menjelaskan dalamkitabnya yang lain bahwa surah-surah yang ada dalam al-Qur’an itumempunyai satu tujuan dengan menukil perkataan sebagian ulamamasa kini. Bahwa, hal terpenting untuk mengetahui hubungan ayat-ayat dalam al-Qur’an adalah dengan melihat tujuan yang terkandungdalam surah, melihat seberapa butuh tujuan tersebut padapendahuluan-pendahuluan, kemudian melihat tingkatan-tingkatanpendahuluan tersebut secara tekstual dan kontekstual, dan melihatseberapa berpengaruh pendahuluan tersebut dalam hati pendengar.Hal-hal tersebut merupakan aspek penting untuk mengetahui

74Al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 100-101.75Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 17. Lihat Amir Faishol Fath, The

Unity of al-Qur’an, 37.76Al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 875.77Al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 875.

Page 62: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

40

hubungan dalam al-Qur’an secara keseluruhan. Dan jika diteliti secaramendalam maka akan tampaklah keteraturan, keterikatan antar ayatdalam setiap surah. Hubungan awal dan akhir sebuah surah misalnya,hal ini tampak jelas sekali dalam surah al-Mu’minu>n yang di dalamnyabercerita tentang orang-orang mukmin yang beruntung dalampermulaan ayatnya, dan pada akhir surah diceritakan bahwa orang-orang kafir tidak termasuk orang-orang yang beruntung. 78

Abad ke-13 H diantaranya al-Alu>si> (1217-1270 H/1802-1854M) menulis Ru>h} al-Ma‘a>ni> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab‘u al-Matha>ni>. Kitab itu membahas keterkaitan ayat-ayat dan surah-surahal-Qur’an,79 bahkan disebut sebagai perpanjangan dari al-Kashsha>fyang intens dalam bidang bala>ghah dan nah}wu.80

Abad ke-14 H/abad 19 M sampai sekarang diantanyaMuh{ammad ‘Abduh (1849-1908 M). ‘Abduh dianggap sebagai pionerulama modern yang intens dalam mengkaji kesatuan tema. Haltersebut tercermin dalam karya-karyanya seperti tafsir juz ‘Amma danal-Mana>r. Menurut Shah{a>tah, salah satu metode yang digunakan‘Abduh dalam menafsirkan al-Qur’an adalah menganggap sebuahsurah satu kesatuan.81 Rashi>d Rid{a>(w. 1354 H) adalah murid danpendukung utama pemikiran ‘Abduh. Dialah yang menulis tafsir al-Mana>r yang merupakan pemikiran sang guru. Dia menyatakan dalamal-Mana>r bahwa sistematika surah al-Qur’an dalam mus}h}afmengandung nilai filosofis. Susunan surah-surah al-Qur’an sangatmenjaga keharmonisan antara makna dan panjang-pendeknya sebuahsurah.82

78Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-Fikr, tt),juz 2, 108-114.

79Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 18. Lihat Amir Faishol Fath, TheUnity of al-Qur’an, 38.

80Al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 875.81‘Abdulla>h Mah}mu>d Shah}atah, Mana>hij al-Ima>m Muh}ammad ‘Abduh fi

Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo: al-Majlis al-A’la>, 1960), 35. Lihat al-Dagha>mi>n,Manhajiyyah al-Bah{thi, 105. Lihat Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 214.Lihat juga Abdullah Saeed, ed. Review dari “Approaches to the Qur’an inContemporary Indonesia,” oleh Carool Kersten, Qur’anic Studies Series No. 2(2005): 499.

82Muh}ammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Mana>r (Kairo: Da>r al-Mana>r, 1367 H),juz 7, 287. Lihat juga al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 105. Lihat Saeed, ed.Review dari “Approaches to the Qur’an,” oleh Carool Kersten, Qur’anic StudiesSeries No. 2, (2005): 499. Lihat Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 214-227.

Page 63: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

41

Al-Fara>hi>(1280-1349 H/1863-1930 M), dia adalah H{ami>d al-Di>n ‘Abd al-H{ami>d al-Fara>hi, menulis tafsir al-Qur’an yang diberinama Niz{a>m al-Qur’a>n bukan sebuah kitab tafsir yang utuh, hanyaberkisar sepuluh surah yang merupakan pendahuluan dari Dala>il al-Niz{{a>m. Maksud dari niza>m{ adalah mengetahui keterkaitan dansusunan bagian-bagiannya, kecocokan bagian-bagiannya, baik dalamsatu kalimat atau dalam beberapa kalimat. Al-Fara>hi> membedakanantara niz{a>m dan muna>sabah, menurutnya muna>sabah adalah bagiandari niz{a>m. Karena kecocokan antar ayat tidak menjamin kalimat itumenjadi sesuatu yang independen. Adakalanya muna>sabah digunakandan adakalanya ditinggalkan.83

Mus}t}afa> S{a>diq al-Ra>fi’i> (w. 1937 M), dia menyatakan,“Susunan al-Qur’an sangat kokoh dan sempurna, seperti kesatuananggota tubuh. Tidak ada satu huruf atau harakat pun dalam al-Qur’anyang tidak dipilih dan dan ditempatkan dengan cara yangmenakjubkan”.84

Al-Mara>ghi>(w. 1952 M), menulis Tafsi>r al-Mara>ghi>. Dalamtafsir tersebut oleh penulisnya diberikan perhatian yang besar terhadappembahasan hubungan antara ayat-ayat dan surah-surah dalam al-Qur’an. Hal tersebut menjadi bukti adanya kesatuan al-Qur’an.85

Mah{mu>d Shaltu>t (w. 1963 M),86 Sayyid Qut}b (1324-1386 H/1906-1966 M) adalah seorang sarjana dari Mesir. Dia sangat berkeyakinanbahwa setiap surah al-Qur’an adalah satu kesatuan, dan diamengaplikasikannya dalam kitab tafsirnya Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n.87 Konsep

83Al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 105-106. Bandingkan denganpernyataan Mus}t}afa> Muslim yang menyatakan bahwa pembahasan al-Fara>h}i> terbataspada muna>sabah saja. Meskipun al-Fara>h}i> memberikan kontribusi dalam metodepenelitian kesatuan tema dalam surah. Menurutnya setiap surah mempunyai temasentral yang disebutnya ”amu>d”. Lihat Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsir al-Maud{u>’i, 29. Lihat H{ami>d al-Di>n al-Farahi>, Exordium to Coherence in the Qur’a>n,translated by Tariq Mahmood Hashmi, 9. Lihat A. H. Johns, “A HumanisticApproach to I‘ja>z in the Qur’an: The Transfiguration of Language,” Journal ofQur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 82. Lihat Sahiron Syamsuddin, An Examinationof Bint al-Sha>t}i’’s Method of Interpreting the Qur’an (Yogyakarta: Titian IlahiPress, 1999), 66.

84Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 39. Lihat Mus}t}afa> S{a>diq al-Ra>fi’i>, I’ja>z al-Qur’a>n (Bairut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1990), 226-229.

85Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 228-240.86Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 39.87Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 65-66. Lihat Amir Faishol Fath,

The Unity of al-Qur’an, 242-259. Lihat A. H. Johns, “A Humanistic Approach to

Page 64: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

42

kesatuan tema Sayyid Qut}b ini yang menjadi fokus dalam penelitianini.

Muh{ammad Mah{mu>d H{ija>zi>(w. 1972 M) dalam al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah fi> al-Qur’a>n meneguhkan adanya kesatuan tematikdalam al-Qur’an yang diistilahkan dengan “Kesatuan dalam teori danpraktik.” Setiap tema yang terdapat dalam berbagai surah pastimembentuk satu kesatuan yang sempurna dan saling berkaitan antarasatu dengan yang lain. Setiap surah merupakan satu kesatuan yangbagian-bagiannya saling mengikat dan bertautan. Pengulangan dankeberagaman tema merupakan salah satu mukjizat al-Qur’an.

Ia mengisyaratkan tentang kesatuan tema tersebut denganperkataannya, bahwa jika kamu membaca sebuah surah maka kamujangan merasa bahwa surah tersebut tidak serasi, tidak selaras,terpotong dan terpisah, tapi kamu akan menemukan surah tersebutbagaikan sebuah pemandangan yang bagus dan enak dipandang ataubagaikan sebuah bangunan sempurna yang tidak ada kekurangan ataupun lelebihan. Atau dengan kata lain segala sesuatunya pas sesuaiukuran.

Kemudian dalam penutup kitabnya dia menyimpulkan aspek-aspek dalam kesatuan tema, yaitu: Pertama, sebuah surah itu adalahsurah yang sempurna yang mempunya satu tujuan walaupun kadang-kadang diikuti beberapa tujuan yang berbeda. Kedua, sebuah surah itumempunya ciri khusus dalam kata, konteks, fa>s}ilah, dan penutup ayat.Untuk sampai pada tujuan surah tersebut mempunyai cara-cara yangkhusus pula. Ketiga, setiap tema dalam surah—berbentuk cerita atauyang lain—itu terdapat hubungan. Setiap surah itu terdapat hubungan,tidak bisa tidak. Keempat, ketika sebuah tema berulang-ulang dalamsurah yang berbeda, maka dalam setiap surah tersebut terdapathubungan baik secara bentuk atau tema. Kelima, sebuah cerita tidakakan pernah berulang dalam sebuah surah. Bahwa kesatuan tema ataujuga diistilahkan kesatuan tujuan, maka surah al-Nisa>’ bertujuanmenetapkan amannya sebuah negara dengan meletakkan dasar-dasardan penyangga yang tepat.88

I‘ja>z in the Qur’an: The Transfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies13, no. 1 (2011): 82-85. Lihat al-Dagha>mi>n, Manhajiyyah al-Bah{th, 105. LihatBoullata, “Sayyid Qut}b Literary Appreciation of the Qur’an,” dalam LiteraryStuctures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata, 355-356.

88Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 40. Lihat Rif’at Fauzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah{dah al-Maud{u>’iyyah li al-Su>rah al-Qur’a>niyyah (Kairo: Da>r al-Salam, 1986), 29- 31. Lihat Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 21-22.

Page 65: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

43

Abu> Zuhrah (w. 1974 M) menulis kitab al-Mu‘jizah al-Kubra>.89

Sayyid Muh{ammad H{usayn al-T{aba>t}aba>’i> (1312-1402 H/1903-1981),dia adalah seorang pemikir dari Iran, mengarang al-Mi>za>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n. dia adalah salah satu sarjana abad 20 yang intens terhadapkajian kesatuan al-Qur’an. Menurutnya setiap surah mempunyai tujuandan dia menyebutnya dengan gharad{.90

Sa‘i>d H{awwa>(w. 1989 M) menulis al-Asa>s fi> al-Tafsi>r dan didalamnya terjawab sebuah pertanyaan penting, kenapa sebuah tema ituberulang-ulang dalam beberapa surah yang berbeda? Jawabannyaadalah jikalau al-Qur’an adalah satu kesatuan maka surah-surahnyaakan saling membantu dan melengkapi dalam kelompok-kelompok danporos-poros. Dia menulis dalam pendahuluan kitab tafsirnya: “Denganpertolongan Allah saya dapat membuktikan bahwa sesungguhnyakesempurnaan al-Qur’an terdapat dalam kesatuan ayat-ayatnya dalamsurah dan kesempurnaannya berada dalam satu kesatuan yangmenghimpun antara surah-surahnya dan ayat-ayatnya dengan sebuahcara yang tidak ada bandingannya serta belum terbersit dalam hatimanusia”.91

Ma>lik bin Nabi>, Salah satu pemikir Muslim kontemporer yangmenilai bahwa wahyu pada prinsipnya terpisah-pisah, meskipundemikian ia tetap satu kesatuan. Dia menyebutnya dengan al-wah}dahal-kammiyyah.92

Is}la>h}i>(1906-1997 M), dia adalah Ami>n Ah}san Is}la>h}i> seorangpemikir Pakistan, dia menolak pandangan beberapa sarjana Barat yangmenyatakan bahwa al-Qur’an tidak ada hubungan antara satu ayat atausurah dengan ayat atau surah yang lain. Pandangannya tersebutdituangkan dalam delapan volume kajian Qur’annya Tadabbur-iQur’a>n (Reflection on the Qur’a>n). Isla>h}i meminjam kerangka teoridari gurunya al-Farah{i> yang telah lebih dahulu meletakkan pondasiterhadap kajian ini. Istilah yang digunakan Is{la>h{i>>—sebagaimanagurunya juga menggunakannya—dalam menggambarkan hubunganpertalian dalam al-Qur’an adalah naz}m. Dalam pendahuluan

89Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 39.90Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 64.91Rif’at Fauzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah{dah al-Maud{u>iyyah li al-Surah al-

Qur’a>niyyah, 37. Lihat Sa’i>d H{awwa>, al-Asa>s fi> al-Tafsi>r (Kairo: Da>r al-Sala>m,1993), Jilid I, 27. Lihat Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 260-273.

92Ma>lik bin Nabi>, al-Z{a>hirah al-Qur’a>niyyah, trj. ‘Abd al-S{abu>r Sha>hi>n(Damaskus: Da>r al-Fikr, 1987), 182-183.

Page 66: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

44

Tadabbur, dia menyajikan ringkasan pemikiran al-Fara>hi> tentang teorinaz{m dengan menyebutkan teori yang telah dimodifikasinya.93

Nas}r Ha>mid Abu>Zaid (1943-2010 M), dalam Mafhu>m al-Na>s:Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n dan dalam versi Indonesia setelahditerjemahkan dengan judul Tekstualitas al-Qur’an Kritik terhadap‘Ulum al-Qur’an. Dalam buku tersebut Abu> Zaid membagi tulisannyadalam tiga bagian dan dalam bagian kedua pada bab ke dua, diamembahas kajian muna>sabah antar ayat dan surah. Dia menyatakanbahwa dasar dari muna>sabah antar ayat dan surah adalah bahwa teksmerupakan kesatuan struktur yang bagian-bagiannya saling berkaitan.Dan tugas mufassir adalah berusaha menemukan hubungan-hubungantersebut.94

Amir Faishol Fath, buku The Unity of al-Qur’an adalah karyadisertasinya untuk mendapatkan gelar Ph.D dibidang tafsir dan ‘Ulumal-Qur’an di International Islamic University Islamabad. Judul aslinyaadalah Naz{ariyyah al-Wih{dah al-Qur’a>niyyah ‘inda ‘Ulama> al-Muslimi>n wa Dawruha> fi> al-Fikr al-Islami>. Buku tersebut berupakajian terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh ulama tafsir dalammembuktikan keyakinan mereka dalam hakikat kesatuan al-Qur’an.95

Termasuk yang meyakini adanya kesatuan tema peneliti danpenggiat kajian Qur’an masa kini Neal Robinson,96 Raymond K.Farrin, Michel Cuypers,97 dan lain sebagainya.

93Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 3-5. Lihat Raymond K. Farrin,“Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The Muslim World 100, no. 1 (2010): 17.Lihat A.H. Johns, “A Humanistic Approach to I‘ja>z in the Qur’an: TheTransfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 82.Lihat Amin Ah}san Is}la>h}i>, review dari Tadabbure-e-Qur’an: Pondering Over theQur’an, Volume One; Tafsir of Su>rahal-Fa>tih}ah and Surah al-Baqarah, trj.Mohammad Saleem Kayani, oleh Shehzad Saleem, Islamic Studies 48, no. 1 (2009):119-122.

94Nas}r H{a>mid Abu>Zaid, Mafhu>m al-Nas}s, 179-197.95Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 1.96Neal Robinson, review dari Discovering the Qur’an: A Comtemporary

Approach to a Veiled Text, oleh David Waines, British Journal of Middle EasternStudies (1998): 327-328.

97A. H. Johns, “A Humanistic Approach to I‘ja>z in the Qur’an: TheTransfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011 ): 82.Lihat selengkapnya dalam Michel Chuypers, “Semitic Rhetoric as a Key to theQuestion of the naz{m of the Qur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1(2011): 1-24.

Page 67: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

45

Di bawah ini akan disajikan tokoh-tokoh yang terindikasimengkaji kesatuan tema sesuai dengan urutan abad dan urutanwafatnya dalam bentuk tabel, antara lain sebagai berikut:

Abad Nama Tokoh Tahun Wafat Karya

III

Abu> ‘UbaidahMu‘ammar ibn al-Muthanna>

203 H Maja>z al-Qur’a>n

Al-Farra>’ 207 H Ma‘a>ni> al-Qur’a>nAbu> ‘Ubaid al-Qa>simibn Salla>m

224 H al-Na>sikh wa al-Mansu>kh

Al-Ja>h{iz} 225 H/869 M Naz{m al-Qur’anAli> ibn al-Madi>ni> 234 H Asba>b al-Nuzu>lIbn Qutaibah 276 H Ta’wi>l Mushki>l al-

Qur’a>n

IV

Al-Jas}s}a>s} 370 H Ah{ka>m al-Qur’a>nAl-Ruma>ni> 386 H al-Nakt fi> I‘ja>z al-

Qur’a>nAl-Khat}t}a>bi> 388 H/998 M Baya>n I‘ja>z al-

Qur’a>nV Al-Ba>qilla>ni> 403 H/1013 M I‘ja>z al-Qur’a>n

Al-Jurja>ni> 471 H/1078 M Dala>il al-I‘ja>z

VIIlkiya> al-Hara>si> 504 H Ah{ka>m al-Qur’a>nAl-Zamakhshari> 538 H al-Kashsha>fIbn ‘Arabi> 543 H Ah{ka>m al-Qur’a>n

VII Al-Ra>zi> 606 H Mafa>tih} al-Ghaib

VIII

Ibn Qayyim al-Jauziyyah

751 H Aqsa>m al-Qur’a>nAmtha>l al-Qur’a>n

Al-Sha>t}ibi> 790 H al-Muwa>faqa>tAl-Zarkashi> 794 H/1391 M al-Burha>n fi> ‘Ulu>m

al-Qur’a>nIX Al-Biqa>‘i> 885 H/1480 M Naz}m al-Durar fi>

Tana>subi al-A<ya>tiwa al-Suwar

X Al-Suyu>t}i> 911 H Tana>suq al-Durar fi>Tana>subi al-Suwar

XIII Al-Alu>si> 1270 H/1854M

Ru>h} al-Ma‘a>ni> fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-

Page 68: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

46

Abad Nama Tokoh Tahun Wafat Karya‘Az}i>m wa al-Sab‘ual-Matha>ni>

XIV

Muh{ammad ‘Abduh 1323 H/1908M

Tafsi>r juz ‘Ammaal-Mana>r

Rashi>d Rid{a> 1354 H Al-Mana>rAl-Fara>hi> 1349 H/1930

MNiz{a>m al-Qur’a>n

Mus}t}afa> S{a>diq al-Ra>fi’i>

1937 M I‘ja>z al-Qur’a>n

Al-Mara>ghi> 1952 M Tafsi>r al-Mara>ghi>Mah}mu>d Shaltu>t 1963 M Ila> al-Qur’a>n al-

Kari>mSayyid Qut}b 1386 H/1966

MFi> Z{ila>l al-Qur’a>n

Muh}ammad Mah}mu>dHija>zi>

1972 M al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah fi> al-Qur’a>n

Abu> Zuhrah 1974 M al-Mu‘jizah al-Kubra>

Al-T{aba>t}aba>’i> 1402 H/1981M

al-Mi>za>n fi> Tafsi>ral-Qur’a>n

Sa‘i>d H{awwa> 1989 M al-Asa>s fi> al-Tafsi>rMa>lik bin Nabi> - al-Z{a>hirah al-

Qur’a>niyyahIs}la>h}i> 1997 M Tadabbur-i Qur’a>nNas}r H{a>mid Abu> Zaid 2010 M Mafhu>m al-Nas}s}Amir Faishol Fath - The Unity of al-

Qur’anNeal Robinson - Discovering the

Qur’an: AContemporaryApproach to aVeiled Text (1996)

Raymond K. Farrin - “Surat al-Baqara: AStructuralAnalysis,” TheMuslim World 100,no 1 (2010)

Page 69: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

47

Abad Nama Tokoh Tahun Wafat KaryaMichel Cuypers - “Semitic Retoric as

a Key to theQuestion of theNaz}m of theQur’anic Text,”Journal of Qur’anicStudies 13, no. 1(2011)

Jika para tokoh yang telah disebutkan di atas adalah parapendukung adanya koherensi struktur dan kesatuan tema al-Qur’an,maka dibawah ini akan disebutkan beberapa tokoh yang menolakadanya koherensi struktur al-Qur’an dan kesatuan tema al-Qur’an.Misalnya ‘Izz al-Di>n ‘Abd al-Sala>m, berpandangan bahwa tidak semuaurutan ayat dan surah dalam al-Qur’an mengandung muna>sabah.Kriteria yang dia ajukan mengenai urutan ayat atau surah itumengandung muna>sabah, apabila ada persesuaian hubungan kalimatdalam kesatuan antara bagian awal dengan bagian akhirnya salingterkait, sedangkan yang tidak menunjukkan itu merupakan sebuahpemaksaan. Ia mengatakan “Orang yang mengaitkan itu berartimemaksakan sesuatu yang di luar jangkauan kemampuannya.”98

Senada dengan ‘Izz al-Di>n ‘Abd al-Sala>m, al-Shauka>ni>jugamerupakan tokoh yang menolak adanya kesatuan tema dalam al-Qur’an. Seperti yang dijelaskan Amir Faishol Fath, bahwa al-Shauka>ni>menyatakan bahwa mayoritas ahli tafsir menekuni dan mendalamiilmu yang rumit, seakan menenggelamkan diri ke laut yang dalamyang tidak bias direnangi. Mereka menghabiskan waktu untukkegiatan yang tidak bermafaat, bahkan mereka membicarakan al-Qur’an berdasarkan pemikiran dan pendapat yang dilarang Islam. Paraulama tafsir tersebut berusaha menemukan hubungan antara ayat-ayatal-Qur’an yang tersusun secara berurutan, sehingga mereka terceburdalam berbagai kesulitan dan penyimpangan yang tidak mungkindilakukan oleh orang yang jujur dan adil. Al-Shauka>ni>menjelaskanjika al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, terpisah-pisah,sebab yang beragam, diliputi konteks yang berbeda, maka bagaimanamungkin terdapat hubungan antar ayat-ayat dan surah-surah? Oleh

98M. Badr al-Di>n al-Zarkashi>, Al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: ‘I<sa> al-ba>by> al-h{alaby>, tt), jilid I, 37.

Page 70: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

48

sebab itu, bagaimana mungkin orang yang berakal tidak menyadarikerumitan itu. Bahkan hal tersebut adalah fakta-fakta yang ditemukanpara pakar sastra. Jadi penelitian terhadap hubungan antar ayat dansurah adalah pekerjaan yang rumit dan sia-sia.99

Begitu juga dengan S{ubh}i> al-S{a>lih, ia berpendapat meskipunada kesatu paduan dalam tiap-tiap surah itu, tidaklah berarti adakesatuan atau ada persamaan pada semua surah dalam al-Qur’an,karena itu adalah sebuah ta’assuf wa takalluf (penyelewengan danpemaksaan). Ulama tafsir tidak sampai membuat kesimpulan sejauhitu, mereka hanya menunjukkan antara ayat terakhir dengan ayatpertama surat berikutnya. Dia membenarkan bahwa muna>sabah adalahsesuatu yang rasional ketika akal bisa menerimanya.100 Selain tokohyang disebutkan diatas masih ada beberapa sarjana yang jugamempunyai pandangan serupa dengan mereka. Misalnya Richard Belldan W. Montgomery Watt,101 Gerhard Endress,102 Thomas Carlyle,103

Angelika Neuwirth,104 John Esposito,105 Salwa M.S. El-Awa,106 danlain-lain.107

99Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur’an, 118-119.100S{ubh{i> al-S{a>lih{ Lihat S{ubh{i> al-S{a>lih{, Maba>h{ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 151-

152.101W. Montgomery Watt and Richard Bell, Introduction to the Qur’an

(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1994), Xi.102Gerhard Endress, an Introduction to Islam (Edinburgh: Edinburgh

University Press, 1994), 23.103Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 2.104Raymond K. Farrin menyatakan dalam sebuah tulisannya, “During the

last quarter century or so, compositional studies have come to the fore in Qur’anicScholarship beginning with Angelika Neuwirth’s ‘Studien zur Komposition dermekkunischen Suren’ (Berlin: Walter de Gruyter, 1981)..”. Lihat Raymond K. Farrin,“Surat al-Baqara: A Structural Analysis”, The Muslim World 100, no. 1 (2010): 17.Lihat Jane Dammen (ed), The Cambridge Companion to the Qur’a>n (New York:Cambridge University Press, 2006), 97.

105David E. Smith, “The Structure of al-Baqarah,” Muslim World 91, no.1/2 (2001): 121.

106Salwa M. S. El-Awa dalam Textual Relations in the Qur’an: Relevance,Coherence and Structure (2005) dengan pendekatan kesusastraan dan linguistik. Iamenguji coba dua sampel surah panjang al-Ah}zab (33) dari kelompok madaniyyahdan al-Qiyamah (75) dari kelompok makkiyyah. Kesimpulannya, kompleksitastematik dari keduanya menyebabkan sejumlah masalah tekstual surah yangmembingungkan. Menurutnya ada ketidak tepatan metodologi dalam kajian tersebut,para sarjana terdahulu cenderung menggunakan basic intuisi dalam menentukanhubungan dalam surah. Lihat selengkapnya dalam Salwa. M. S. El-Awa, TextualRelations in the Qur’a>n,160-163. Lihat Michel Chuypers, “Semitic Rhetoric as a Key

Page 71: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

49

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah naz}m danmuna>sabah, keduanya digunakan dalam kaitannya tentang susunan dankoherensi yang bersifat linier-atomistik dan kesatuan dalam unit surah.Dalam perkembangannya muncul ide kesatuan tema. Selain kedua haltersebut, terdapat satu hal penting lain yang terkait dengan konsepkesatuan tema, yaitu konsep siya>q. Siya>q adalah neraca untuk melihatsebuah makna, mencocokkan nas}s} dengan apa yang dimaksudnyasehingga diperoleh sebuah makna yang jelas. Selanjutnya tentangkesesuaian, keharmonisan, koherensi dan kesatuan tema al-Qur’an jugamenjadi bahan perdebatan. Dalam hal ini ada dua kubu denganargumennya masing-masing sebagaimana uraian di atas. Kelompokpertama meyakini adanya kesatuan tema al-Qur’an dan kelompokkedua menolak adanya kesatuan tema al-Qur’an.

to the Question of the naz{m of the Qur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13,no. 1 (2011): 1. Lihat A. H. Johns, “A Humanistic Approach to I‘ja>z in the Qur’an:The Transfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 82.Lihat Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The MuslimWorld 100, no. 1 (2010): 17.

107Statemen para penolak ini, sebelumnya telah dibahas pada Bab I, hal 30-31.

Page 72: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

50

Page 73: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

51

BAB IIIMETODOLOGI DAN ANALISIS PANDANGAN SAYYID QUT{B

TENTANG KESATUAN TEMA AL-QUR’AN DALAMKARYANYA

Kesatuan tema al-Qur’an adalah salah satu dari tawaran idepembaharuan dalam rangka menjadikan al-Qur’an kompatibel.Kesatuan tema atau al-wah}dah al-maud}u>‘iyyah adalah menyatukantema-tema yang dikemukakan secara berserakan dan menunjukkanbahwa diantara tema-tema tersebut tidak saling bertentangan, namunmembentuk satu kesatuan tema yang padu, koheren, integral, dankomprehensif.

Sedangkan yang dimaksud kesatuan tema dalam konteks al-Qur’an adalah pembahasan tentang item-item persoalan tertentu yangdikemukakan dalam berbagai surah al-Qur’an, demi terkuaknyaberbagai makna tertentu yang berhubungan dengan tema umum yangdibahas guna mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Dengan katalain, memandang suatu surah tertentu selaku suatu kesatuan strukturalyang bagian-bagiannya saling berkaitan, makna-maknanya salingterikat dalam satu konteks yang mengusung satu kesatuan tema yangsaling tidak kontradiktif.1

Jika kita perhatikan sebuah ayat atau kumpulan ayatditurunkan dengan sebab-sebab atau fenomena yang berbeda-beda,kemudian ayat atau kumpulan ayat itu diletakkan dalam sebuah surah.Rentang waktu peletakan antara satu ayat dengan ayat yang lainberbeda, ada yang rentang waktunya hanya beberapa hari, tapi adapula yang panjang bahkan bertahun-tahun. Meskipun demikian, ketikakita membacanya kita akan menemukan kesatuan tema sebagai titiktemunya.2 Sebagaimana yang dipaparkan al-Zarkashi> bahwa al-Qur’anbukanlah kalam yang diturunkan secara tidak sengaja, kebetulan, tanpasasaran, dan tujuan tertentu. Dengan demikian, setiap penggunaan dansusunan kata, konstruksi ayat dan surah serta peralihan tema yang

1Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, trj. Nasiruddin Abbas (Jakarta:Pustaka al-Kautsar, 2010), 44-46.

2Mus}t}afa> Muslim, Maba>h{ith fi> al-Tafsir al-Maud{u>‘i>(Damaskus: Da>r al-Qalam, 1997), 57.

Page 74: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

52

terdapat di dalamnya memiliki kekuatan konsep sebagai suatu kalamyang utuh dan padu.3

Lebih lanjut dalam bab ini akan dibicarakan beberapa hal.Pertama, Sayyid Qut}b dan proyek maktabah al-Qur’a>n al-Jadi>dah.Bagian ini menyajikan biografi singkat Sayyid Qut}b dankecenderungan awalnya sebagai ahli sastra dan kritik sastra. Kedua,metode melacak kesatuan tema al-Qur’an. Bagian ini membicarakanbagaimana metode Sayyid Qut}b dalam melacak kesatuan tema.Ketiga, urgensi, fungsi memahami kesatuan tema al-Qur’an dan upayapengembangannya. Keempat, karakteristik kesatuan tema al-Qur’andalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Sub bab ini membahas karakter khususkesatuan tema dalam karya Sayyid Qut}b.

A. Sayyid Qut}b dan Proyek Maktabah al-Qur’a>n al-Jadi>dahSayyid Qut}b adalah salah seorang aktivis berpengaruh, pemikir

dan ideolog kebangkitan Islam paling produktif dalam pertengahanabad kedua puluh.4 Ia menulis beberapa literatur pada tahun 1930 dan1940, ia menjanjikan masa depan yang gemilang dalam bidang yangditulisnya.5 Ia juga seorang tokoh pemikiran Islam kontemporerterdepan dan seorang mufassir handal.6

Sayyid Qut}b lahir di Desa Mu>shah, Provinsi Asyu>t pada 9Oktober 1906 M. Masa pendidikan dasar diperoleh Sayyid Qut}b kecildi desanya, selanjutnya melanjutkan ke Universitas Da>r al-‘Ulu>mKairo, lulus 1933. Gelar Licence bidang sastra dan diploma bidangpendidikan diraihnya di Universitas yang sama pada usia 27 tahun.7

Masa mudanya ia habiskan pada bidang-bidang sastra dan kritik sastra.Wild, menyebutnya tokoh Mesir pertama yang mengkampanyekanpendekatan kesusasteraan pada teks al-Qur’an.8 Ia adalah murid

3M. Burha>n al-Di>n al-Zarkashi>, al-Burha>n fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Da>rIh}ya>’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1957), jilid I, 36-37.

4Lihat dalam Sayed Khatab, “Arabism and Islamism in Sayyid Qut}b’sThought on Nasionalism,” The Muslim World 94, no. 2 (2004): 217.

5Issa J. Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appeciation of the Qur’an,”dalam Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata(Richmond Surrey: Curzon Press, 2000), 354.

6S{ala>h} ‘Abd Fatta>h} al-Kha>lidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n(Damaskus: Da>r al-Qalam, tt), 596.

7Fahd ibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sulayma>n al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1997), 990.

8Stefan Wild, ed. The Qur’an as Text (Leiden: Brill, 1996), ix.

Page 75: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

53

‘Abbas al-‘Aqqa>d dalam bidang sastra.9 Berasal dari keluarga yangtaat, ayahnya, Sayyid bin Ibra>hi>m adalah seorang politisi tulen yangtergabung dalam Partai Nasional yang dipimpin Mus}t}afa> kama>l.Ibunya berasal dari keluarga kaya dan berpendidikan. Bahkan saudara-saudara ibunya adalah alumnus Universitas al-Azhar.

Latar belakang keluarga tersebut membentuk karakter kuatdalam diri Sayyid Qut}b. Perpaduan antara politik, akademik dan jugaketaatan dalam beragama ia peroleh dari darah orang tuanya. Maka takheran jika sejak kecil Sayyid Qut}b secara tidak langsung telah akrabdengan dunia aktivisme, baik akademik maupun politik.10

Sayyid Qut}b memulai karirnya sebagai guru sekolah selama 6tahun. Pada 1948, ia diangkat sebagai penilik di KementerianPendidikan dan akhirnya mengundurkan diri pada tahun 1952. Padatahun 1948-1950, Sayyid Qut}b tinggal di Amerika Serikat untukmempelajari sistem dan organisasi pendidikan.11 Tinggal di sanapemikiran Sayyid Qut}b terbuka, bukannya menjadi penggemarAmerika, Sayyid Qut}b semakin kuat berpegang pada agamanya. Iajustru menelanjangi Amerika dengan segala peradabannya,membongkar kebobrokannya yang menurutnya mengarahkan manusiapada kerusakan spiritual, sosial dan ekonomi.12

Awalnya, Sayyid Qut}b sangat mengagumi peradaban Barat,karena identik dengan kemajuan. Tapi akhirnya malah berbalik sangatmemusuhi Barat, tepatnya setelah Barat terlibat pendirian NegaraIsrael di Palestina. Menurutnya itulah penjajahan manusia atasmanusia. Ia bertekad untuk melawan ketidak adilan dengan bergabungdengan kelompok Ikhwa>n al-Muslimi>n (IM) pada tahun 1953 yangdipimpin H{asan al-Banna> yang menurutnya masih setia mengawalkeadilan dan keislaman.

Pada tahun yang sama ia diangkat menjadi penanggung jawabseksi dakwah dan penerbitan Ikhwa>n al-Muslimi>n. Atas pilihannya itu,pada November 1954, ia ditangkap sebagai bagian dari penangkapanbesar-besaran tokoh IM dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Belumtuntas masa tahanannya ia kemudian dibebaskan pada 1964. Belum

9Al-Kha>lidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 597.10Nurul Huda Ma’arif, “Ash-Shahi>d dan Nuansa Ideologis-Harakis Fi> Z{ila>l

al-Qur’a>n,” dalam makalah Tafsir Timur Tengah, 21 Maret 2011.11Al-Kha>lidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 597.12S{ala>h} ‘Abd Fatta>h} al-Kha>lidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil

Quran, terj. Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Intermedia, 2001), 30-31.

Page 76: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

54

lama menghirup udara bebas, 1965 Sayyid Qut}b kembali ditahandengan tuduhan melakukan kekacauan dan akan melakukan kudetasehingga ia divonis dengan hukuman mati di tiang gantungan. Pada 21Agustus 1966, Sayyid Qut}b bersama ‘Abd al-Fatta>h} Isma>‘i>l danmantan teman satu selnya, Muh}ammad Yusu>f H{awwa>s, dinyatakanbersalah dan divonis mati. Maka pada hari senin, 13 Juma>da> al-U<la>1386 H yang bertepatan 29 Agustus 1966, Sayyid Qut}b dan duatemannya dieksekusi gantung.13

Al-Khalidi membagi kehidupan islami Sayyid Qut}b dalamempat fase:14 Pertama, fase keislaman yang bernuansa seni. Bermulapada 1940an, kira-kira saat Sayyid Qut}b mengkaji al-Qur’an denganmaksud merenunginya dari aspek seni serta meresapi keindahannya.Sayyid Qut}b berniat menulis beberapa buku dalam proyek Maktabahal-Qur’a>n al-Jadi>dah yang bernuansa seni. Pada fase ini Sayyid Qut}bmenulis dua buku, yaitu al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n (IlustrasiArtistik dalam al-Qur’an) (1945) dan Masha>hid Qiya>mah fi> al-Qur’a>n(Bukti-bukti Kiyamat dalam al-Qur’an) (1947).

Dalam fase ini, Sayyid Qut}b menceritakan bagaimanainteraksinya dengan al-Qur’an. Ketika masih kecil bahkan sampai iamenemukan sebuah metode dalam pengungkapan al-Quran, nalarnyadipenuhi dengan imajinasi. Imajinasinya sesuai dengan tingkatpemahaman yang dimilikinya akan tetapi al-Qur’an akan tetapmenyihir bagi setiap pembaca dan pendengarnya. Ia menulis, “Laqadwajadtu al-Qur’a>n”, aku telah menemukan al-Qur’a>n.15

Kedua, fase keislaman umum. Di mulai pada seperempat abadterakhir dari tahun empat puluhan, ketika Sayyid Qut}b mengkaji al-Qur’an dengan tujuan studi-studi pemikiran dan pandangan reformasiyang mendalam. Sayyid Qut}b berusaha memahami dasar-dasarreformasi sosial dan prinsip-prinsip solidaritas sosial dalam Islam.Karyanya yang mencerminkan fase tersebut adalah al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iyyah fi> al-Isla>m (Keadilan Sosial dalam Islam).

Ketiga, fase amal islami yang terorganisasi. Fase ini adalahketika Sayyid Qut}b berkenalan dan kemudian bergabung dengankelompok Ikhwanul Muslimin dan memahami Islam secaramenyeluruh. Pemahaman yang menyeluruh dimaksudkan pemikiran

13Al-Kha>lidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 598.14Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 39-40.15Sayyyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Shuru>q,

2002), 7-8.

Page 77: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

55

dan amalan, akidah dan perilaku, serta wawasan jihad. Fase ini adalahsekembalinya Sayyid Qut}b dari Amerika sampai ketika dia bersamasahabat-sahabatnya dimasukkan dalam penjara pada penghujung tahun1954. Buku-buku yang mencerminkan fase ini adalah Ma‘rakah al-Islam wa al-Ra’samaliyah, Al-Sala>m al-‘Ala>mi wa al-Isla>m, dan Fi>Z{ila>l al-Qur’a>n pada juz-juz pertama.

Keempat, fase jihad dan gerakan. Fase Sayyid Qut}b tenggelamdalam konflik pemikiran dan praktik nyata dengan kejahiliyahan.Sayyid Qut}b melaluinya dengan praktik jihad yang nyata, melalui halini maka tersingkaplah metode pergerakan bagi agama ini dan rambu-rambu yang jelas di jalan menuju Allah. Fase ini di mulai saat SayyidQut}b di penjara pada akhir tahun 1954 dan mendarah daging sampai1950an, lalu menjadi matang pada tahun 1960an. Buku yang yangmenandai fase ini adalah Hadha al-Di>n, yang terpenting adalah Fi> Z{ila>lal-Qur’a>n edisi revisi, dan yang paling matang adalah Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q.

Sayyid Qut}b dalam fase ini benar-benar mengukuhkan dirinyahidup dalam naungan al-Qur’an, setelah sebelumnya dalam fasekeislaman bernuansa seni ia menyebutkan dirinya telah menemukan al-Qur’an. Ia menegaskan dalam pembukaan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n edisirevisi, “’Ishtu fi> z}ila>l al-Qur’a>n”, aku telah hidup dalam naungan al-Qur’an. Ia menyebutkan penegasannya sebanyak enam kali disertaidengan penjelasan-penjelasan panjang lebar bagaimana gambarankehidupan dalam naungan al-Qur’an.16 Demikian, perjalanan hidupnyatelah mengantarkan dirinya menjadi seorang yang matang dalambidang-bidang yang digelutinya.

Sayyid Qut}b adalah sarjana yang banyak menghasilkan karya,baik karya dibidang sastra maupun karya dibidang keislaman. Banyakkarya-karya yang ditulisnya, di antaranya berbicara mengenai sastraseperti Muhimmatu al-Sha>‘ir fi> al-H{aya>h (1933), al-Sha>t}i’ al-Majhu>lberisi kumpulan sajak Sayyid Qut}b satu-satunya (1935), al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n (1945), T{ifl min al-Qaryah berisi gambaran desanyaserta catatan masa kecilnya di desa (1946), ashwa>k (1947), Masha>hidal-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n (1947). Sedangkan al-‘Adalah al-Ijtima>‘iyyahfi> al-Isla>m merupakan buku pertama Qut}b dalam bidang pemikiranIslam (1949). Ma‘alim fi> al-T{ari>q merupakan ringkasan pemikiran

16Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (Kairo: da>r al-Shuru>q, 1978), cet ke-7,1/11-18.

Page 78: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

56

gerakan Sayyid Qut}b dan juga penyebab penulisnya dijatuhi hukumangantung dan lain sebagainya.17

Buku pertama Sayyid Qut}b dalam proyek Maktabah al-Qur’a>nal-Jadi>dah (Pustaka Baru al-Qur’an) adalah al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n terbit bulan April 1945.18 Buku itu merupakan episodepertama. Buku kedua dari proyek tersebut adalah Masha>hid al-Qiya>mah fi>al-Qur’a>n.19 Buku pertama berisi penggambaran keindahandalam al-Qur’an, yaitu teori ilustrasi artistik. Ia menjadikan bukupertamanya sebagai pijakan dasar dalam proyek Maktabah al-Qur’a>nal-Jadi>dah-nya.20 Sedangkan buku kedua adalah menjelaskan metodeekspresi dalam al-Qur’an secara umum.21

Teori-teori keartistikan tersebut termanifestasi dalam al-Qur’an dengan penjelasan-penjelasan yang mengagumkan bahkan olehsastrawan. Analisa penggambaran keindahan al-Qur’an dengan teoriini belum dilakukan oleh siapapun sebelum Sayyid Qut}b. Menurutnya,al-Qur’an mempunyai kekhususan yang berserikat, jalan yang samadalam menjelaskan tujuan-tujuan, baik bertujuan memberikan kabargembira atau sebuah peringatan, cerita yang sudah terjadi ataukejadian yang akan terjadi. Metode yang sama tersebut adalah sebuahkaidah yang terkandung dalam al-Qur’an yaitu al-tas}wi>r al-fanni>. Olehkarena itu dia merupakan pioner dalam mengetahui kunci estetika (al-miftah} al-jama>li>) yang merupakan pembuka lumbung-lumbungkeindahan dalam al-Qur’an, yaitu dengan al-tas}wi>r al-fanni>.22

Sayyid Qut}b mendefinisikan al-tas}wi>r al-fanni> (ilustrasiartistik) sebagai berikut: “Ia adalah sebuah instrumen terpilih dalamgaya al-Qur’an yang memberikan uraian dengan sebuah gambaranyang dapat dirasakan dan dikhayalkan mengenai konsep akal pikiran,kondisi kejiwaan, peristiwa nyata, adegan yang dapat ditonton, tipemanusia, dan juga tabiat manusia. Kemudian ia meningkat dengangambaran yang dilukiskan, hal tersebut untuk memberikan kehidupanyang menjelma atau aktivitas (gerak) yang progesif. Dengan demikian

17Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 600. Lihat juga al-Khalidi Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 41-43.

18Al-Khalidi Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 41.19Sayyid Qut}b, Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif,

1966), 720Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 601.21Sayyid Qut}b, Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n, 7.22Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 601. Lihat juga Al-

Khalidi Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 49.

Page 79: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

57

tiba-tiba konsepsi akal pikiran itu muncul dalam sebuah format ataugerak; kondisi kejiwaan tiba-tiba menjadi sebuah layar ataupertunjukan; model atau tipe manusia tiba-tiba menjadi sesuatu yangmenjelma dan hidup; dan tabiat manusia seketika menjadi dapatterbentuk dan terlihat nyata. Berbagai peristiwa, adegan, kisah, danperspektif ditampilkan dalam sebuah wujud yang muncul. Di dalamnyaterdapat kehidupan dan juga gerak. Jika ditambahkan lagi dengansebuah dialog, maka menjadi lengkaplah semua unsur imajinasi itu.23

Tujuan Sayyid Qut}b dalam menyusun Maktabah al-Qur’a>n al-Jadi>dah (Pustaka Baru al-Qur’an) adalah tujuan sastra dan seni.Metode yang digunakan dalam melakukan studi adalah metodeestetika dan perasaan (dhauq). Dalam studi ini, Sayyid Qut}b berfokuspada prinsip-prinsip dan syariat yang diajarkan oleh al-Qur’an, danjuga pada nilai-nilai untuk menegakkan kehidupan yang mulia danmembangun masyarakat beriman.24

Mengenai metode yang ditempuh untuk menampakkan ilustrasiartistik, Sayyid Qut}b menjelaskan: “Referensi utamanya adalahmus}h}af, mengumpulkan ilustrasi-ilustrasi artistik al-Qur’an,mempresentasikannya dengan menampakkan keserasian ilustrasinya,serta menyelamatkannya dari kumpulan penafsiran yang bersifatbahasa, nahwu, fikih, sejarah dan lain sebagainya.25 Mengilustrasikansebuah makna dalam bentuk lukisan perasaan, kemudian setelah itumelukiskannya dalam bentuk yang hidup.”26

Setelah episode pertama dari proyek Maktabah al-Qur’a>n al-Jadi>dah diluncurkan, Sayyid Qut}b berpindah haluan meninggalkan ide-ide untuk Maktabah al-Qur’a>n al-Jadi>dah. Perhatiannya berpindahpada obyek keislaman secara umum. Pada kondisi ini Sayyid Qut}bmengkaji al-Qur’an pada aspek pemikiran, karena dorongan yangbersifat kemasyarakatan dan reformasi. Buku pertamanya, al-‘Adalahal-Ijtima>‘iyyah lahir sebelum Sayyid Qut}b berangkat ke Amerika(1950).27 Sebuah buku yang mengundang pro-kontra dari berbagaikalangan. Motivasi pendalaman tentang keadilan sosial berawal darikondisi Mesir yang saat itu sedang dalam kondisi sulit setelah Perang

23Sayyyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n, 36. Lihat juga SayyidQut}b, Masha>hid al-Qiya>mah, 7-8

24Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 51.25Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 9.26Sayyid Qut}b, Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n, 827Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 600-601.

Page 80: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

58

Dunia II. Atas dasar latar belakang bangsa yang sedang goncang, Qut}bingin menjelaskan bahwa keadilan sosial yang diharapkan bangsanyayang sedang menderita hanya ada dalam al-Qur’an.28

Tidak berhenti sampai di situ, pembacaan Sayyid Qut}bterhadap al-Qur’an terus berlanjut. Salah satu harapan Sayyid Qut}b—setelah ia menemukan teori ilustrasi artistik dalam al-Qur’an—adalahhendak menampilkan isi al-Qur’an secara keseluruhan atas dasar teoriyang digaungkannya. Harapan Sayyid Qut}b terwujud dengan tafsiryang ditulisnya Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n (Di Bawah Naungan al-Qur’an).29

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n ditulis dalam beberapa tahapan seperti yangdikemukan oleh al-Khalidi dalam Pengantar Memahami Tafsir FiZhilalil Qur’an Sayid Qutub.30 Pertama, Fi> Z{ila>l AL-Qur’a>n dalammajalah al-Muslimun. Majalah itu adalah kumpulan tulisan dari parapemikir di dunia Islam termasuk Sayyid Qut}b. Sayyid Qut}bmenafsirkan al-Qur’an dengan judul yang unik dan sensasional, yaituFi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Tulisan Sayyid Qut}b pertama kali dimuat dalamedisi ketiga yang terbit pada Februari 1952. Penafsirannya runutdimulai dari al-Fa>tih}ah, dilanjutkan al-Baqarah dalam edisi-edisiselanjutnya. Sayyid Qut}b menulis dalam tujuh episode.

Kedua, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n menjelang ditangkapnya SayyidQut}b. Setelah dipublikasikannya episode ketujuh ia mengumumkanbahwa episode ketujuh adalah tulisan terakhirnya di majalah.Selanjutnya Sayyid Qut}b akan menulis tafsir al-Qur’an secara utuhdalam sebuah kitab tafsir secara tersendiri. Ia akan meluncurkan dalamjuz-juz secara bersambung. Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n akan dipublikasikanpada awal setiap dua bulan. Juz pertama dari Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n terbitpada Oktober 1952. Antara Oktober 1952 dan Januari 1954, telahdiluncurkan enam belas juz dari Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Penulisan Fi> Z{ila>lal-Qur’a>n tidak dilakukan dengan mengasingkan diri, akan tetapipenyusunan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dimaksudkan sebuah interaksi—dengangerak positif—dengan Islam sebagai praktik pengamalan dakwah yangnyata. Oleh karena itu selain menulis Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, Sayyid Qut}bjuga menulis tema-tema lain dalam berbagai majalah dan artikel.

Ketiga, Sayyid Qut}b menyempurnakan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>ndalam penjara. Enam belas juz pertama, Sayyid Qut{b menulisnya

28Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 52-53.29Al-Khalidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 602. Lihat juga Al-

Khalidi Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 54.30Al-Khalidi Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 54-65.

Page 81: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

59

sebelum dipenjara. Kemudian untuk pertama kalinya Sayyid Qut}bdijebloskan dalam penjara selama tiga bulan, januari sampai maret1954. Di dalam penjara Sayyid Qut}b menerbitkan dua juz, juz tujuhbelas dan delapan belas. Setelah keluar dari penjara, Sayyid Qut}bbelum sempat meluncurkan juz-juz berikutnya hingga akhirnya iadijebloskan ke dalam penjara lagi pada November 1954. Awal masukpenjara lagi Sayyid Qut}b belum sempat menerbitkan juz-juz baru dariFi> Z{ila>l al-Qur’a>n, ia dijatuhi berbagai macam siksaan. Setelahdihadapkan ke pengadilan ia dijatuhi hukuman selama lima belas tahunpenjara. Di dalam penjara Sayyid Qut}b kembali berkonsentrasi dalamusaha penyelesaian tafsirnya. Peraturan penjara sebenarnya telahmenetapkan bahwa seorang nara pidana dilarang menulis. Bilaketahuan maka sang nara pidana akan disiksa lebih keras lagi. Akantetapi Allah sudah berkehendak Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n berhasil ditulis—didalam penjara—maka Allah lenyapkan segala rintangan hingga bisadiselesaikan dan dipublikasikan.

Menurut penulisnya, pemilihan nama Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dipilihkarena judul tersebut mencerminkan suatu hakikat yang dialaminyabersama al-Qur’an. Dalam pendahuluan tafsinya Sayyid Qut}bmenyatakan, hidup dalam naungan al-Qur’an adalah hakikat hidupyang pernah dialaminya. Setiap saat jiwa mempunyai keinginantersembunyi untuk suatu masa bisa hidup di bawah naungan al-Qur’an.Kehidupan yang damai, tenteram, hidup di dalam bayang-bayangAllah dalam setiap kejadian dan peristiwa.31

Meskipun Sayyid Qut}b tidak memutlakkan judul tersebut padatafsirnya tapi secara langsung Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n terikat denganpenulisnya yang hidup dengan al-Qur’an. Hal tersebut tercermin padacatatan yang dia hasilkan mengenai berbagai pemikiran seputar nas}s}-nas}s} al-Qur’an. Sayyid Qut}b menganggap hidup di bawah naungan al-Qur’an sebagai suatu kenikmatan, ia memuji Allah yang telahmemberi nikmat hidup di bawah naungan al-Qur’an.32

Terdapat berbagai macam metode33 dan corak34 penafsiranyang dikembangkan dalam dirkursus studi al-Qur’an. Hal tersebut

31Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/13. Lihat juga Al-Khalidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 610.

32Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/11.33Metode penafsiran atas menurut al-Farma>wi> adalah: Metode analitis

(tah}li>li>), global (ijma>li>), komparatif (muqa>ran) dan tematik (maud{u>’i>). Lihat ‘AbdH{ayy al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i> (Kairo: al-H{ad}arah al-‘Arabiyyah, 1977), 23-24.

Page 82: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

60

merupakan respons positif atas tantangan kekinian agar pembacaanterhadap al-Qur’an lebih kompatibel. Sayyid Qut}b seorang mufassiryang memiliki corak penafsiran yang berbeda dibandingkan denganmufassir yang lain.

Menurut S{alah} ‘Abd al-Fatta>h} al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b dalammenulis tafsirnya menggunakan corak yang relatif baru (lawn jadi>d fi>al-tafsi>r) yaitu, al-tafsi>r al-h}araki> al-da‘awi> al-tarbawi>. H{araki>, karenapenulisnya mengajak atau menyeru kaum muslim untuk terusmelakukan perbaikan pemahaman dan perenungan al-Qur’an, lalumelakukan gerakan implementatif dalam realitas kekinian, dan tidakcukup mengkajinya dengan kajian teoritis. Da’awi>, tergambar dariajakan Sayyid Qut}b untuk menjadikan al-Qur’an sebagai landasanpacu dakwah kepada Allah dan memahami hakikat konsep dakwah al-Qur’an, dan caranya berkonfrontasi dengan para musuh. Sedangtarbawi>, tergambar dari harapannya kepada kaum muslim untukmenanamkan ruh pendidikan al-Qur’an dalam dirinya, berakhlakdengan al-Qur’an, dan selalu berpegang teguh pada al-Qur’an,sehingga al-Qur’an akan selalu menjadi penuntun dalam setiap sendikehidupan.35

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dengan segala keterbatasan ruang gerakpenulisnya berhasil ditulis dan diterbitkan oleh berbagai penerbit dibelahan dunia ini,36 dicetak berbahasa Arab asli maupun berupaterjemahan—versi Inggris, Prancis, Turky, Urdun dan Indonesia.37 Diindonesia penerbit Gema Insani Press (GIP) berhasil menerbitkannyadengan berbahasa Indonesia. Secara substansi sama dengan versiArabnya, perbedaan hanya dalam bentuk cetakan, cover dan halaman.

B. Metode Sayyid Qut}b dalam Melacak Kesatuan Tema al-Qur’anBeberapa sarjana berpendapat bahwa setiap surah memiliki

tema sentral meskipun terdiri dari berbagai macam tema. Tema-tema

34Corak-corak yang dikembangkan dalam penafsiran terbentang dari fikih,filsafat, sastra dan sosial kemasyarakatan, tasawuf hingga sains. Lihat MuhammadH{usain al-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-Kutub al-H{adi>thah,1976), juz II, 496.

35Al-Kha>lidi>, Ta‘ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 606. Lihat al-Ru>mi>,Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 1011. Lihat juga Nurul Huda Ma’arif,“Ash-Shahi>d dan Nuansa Ideologis-Harakis Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n” dalam makalah yangdipresentasikan pada Mata Kuliah “Tafsir Timur Tengah”, 21 Maret 2011.

36Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 603.37Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 605.

Page 83: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

61

yang beragam dalam satu surah digunakan untuk menguraikan satu idesentral tersebut sehingga sebuah surah menjadi satu kesatuan. Idetersebut diusung para sarjana semisal Sayyid Qut}b, Amin Ah}san Is}la>hi>,Dira>z, dan Neal Robinson. Hal tersebut menjadi bukti bahwa struktural-Qur’an adalah koheren dan tidak seperti yang dituduhkan beberapasarjana. Misalnya, Salwa. M.S. El-Awa yang menyatakan tidak adanyaketerkaitan antara bagian-bagian yang berbeda dalam surah panjangdan terkadang juga dalam surah pendek.38

Sayyid Qut}b adalah salah seorang mufassir abad kedua puluhyang berusaha menambahkan perspektif baru tentang koherensistruktur dan tematik al-Qur’an. Sayyid Qut{b berusaha melakukanpembacaan ulang terhadap teks kitab suci dan dibarengi upaya inovatifuntuk merekonstruksi perangkat metodologisnya. Hasil dari upayakreatif tersebut di antaranya dengan hadirnya teori baru dalammetodologi penafsiran al-Qur’an, seperti yang ditawarkan oleh SayyidQut}b dalam bentuk formulasi konsep kesatuan tema al-Qur’an yangtertuang dalam kitab tafsirnya Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dan juga karya-karyanya yang lain.39 Sayyid Qut}b berpandangan bahwa al-Qur’anadalah satu kesatuan yang komprehensif, di mana masing-masingbagian mempunyai keterkaitan dan kesesuaian, menekankan pesan-pesan pokok al-Qur’an dalam memahaminya.

Rif’at Fauzi> ‘Abd al-Mut}t}alib dalam al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah li al-Su>rah al-Qur’a>niyyah menyebutkan bahwa SayyidQut}b adalah salah satu pakar yang berpendapat bahwa setiap surah ituterdapat satu tema. Hal tersebut tertuang dalam karya fenomenalnyaFi> Z{ila>l al-Qur’a>n.40 Dia menyatakan bahwa setiap surah terdapat satutema atau beberapa tema tapi tema-tema tersebut diikat dalam satuporos (mih{war). Dia mencontohkan surah al-Baqarah dengan

38Salwa. M.S. El-Awa, “Linguistic Structure,” dalam The BlackwellCompanion to the Qur’a>n, ed. Andrew Rippin (West Sussex, Chichester: John Wileyand Sons Ltd, 2009), 53.

39Lihat Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Asra>ru Tarti>bi al-Qur’a>n, tah{qi>q ‘Abd al-Qa>dir Ah}mad ‘At}o> (Kairo: Da>r al-I’tis}o>m 1978), 17, Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n,Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Riya>d}: Manshu>ra>t al-‘As}r al-H{adi>th, tt), 374,‘Abdullah Mah{mu>d Shah{a>tah, Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>si}duha> fi> al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo: al-Haiah al-‘A<mmah lilkita>b, 1986), 5 dan Ah}mad H{asan Farh}a>t, Fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n ‘Ard} wa Naqd wa Tah{qi>q (‘Amma>n: Da>r ‘Amma>r li al-Nashri waal-Tawzi>’, 2001), 90.

40Rif‘at Fauzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah{dah al-Maud{u>‘iyyah li al-Surah al-Qur’a>niyyah (Kairo:Da>r al-Sala>m, 1986), 31.

Page 84: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

62

pernyataannya, “Dalam surah ini terdapat beberapa tema, akan tetapiporos yang mengikatnya tetap satu”.41

Oleh Mir,42 Issa J. Boullata43 dan Salwa M.S. El-Awa,44 SayyidQut}b disebut sebagai mufassir yang mempunyai keyakinan bahwasetiap surah memiliki tema sentral yang disebutnya mih}war.45 SalwaM.S. El-Awa menyimpulkan, Sayyid Qut}b menolak pandangan bahwaal-Qur’an tidak memiliki koherensi. Hal tersebut terbukti denganminat besar Sayyid Qut}b dalam hubungan antara ayat-ayat al-Qur’an.46 Bahkan dalam kesempatan yang lain, Sayyid Qut}bmenentang para mufassir pendahulunya, juga para ahli bahasa yangdianggapnya tidak sesuai dengan metode. Menurutnya, mereka hanyamelihat setiap teks ayat al-Qur’an secara terpisah-pisah, tidak melihatsecara utuh. Mereka tidak mempunyai alat analisa yang sempurna,berhenti pada perbedaan persepsi dalam keindahan al-Qur’an.47

Penelitian tentang kesatuan tema membutuhkan metode yangtepat untuk mengungkap pemahaman yang benar. Akan tetapisependek pengamatan penulis, tentang metodologi kesatuan temasecara umum tidak ada pakem metodologi sehingga kajian ini menjadisulit. Hal tersebut terlihat dari beragamnya metode yang disajikan parapenggiat kajian ini.48 Misalnya Sayyid Qut}b, ia mempunyai gagasantentang mih}war untuk tema sentral sebuah surah dan hadaf untuk temasentral al-Qur’an secara keseluruhan. Dalam penilaian subyektifpenulis, Sayyid Qut}b tidak menyebutkan bagaimana sebuah tematerpilih menjadi sebuah mih}war, apa kriterianya, apa spesifikasinya

41 Sayyid Qut}b, Fi Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/28.42Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n: A Study of Is}la>h}i> Concept of

Naz}m in Tadabbur-i Qur’a>n (Washington: American Trust Publications, 1986), 65-67.

43Boullata, ed. Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’an, 363.44Salwa. M.S. El-Awa, Textual Relations in the Qur’a>n: Relevance,

coherence and structure (London: Routledge, 2006), 20.45Ide tema sentral juga diusung oleh beberapa sarjana selain Qut}b, hanya

saja istilah yang digunakan berbeda-beda. Misalnya Fara>hi> dan Is}la>h}i> menyebut temasentral dengan ‘amu>d dan T{aba>t}aba>’i> menyebutnya dengan gharad}. Lihatselengkapnya dalam Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n, 38-65.

46Salwa. M.S. El-Awa, Textual Relations in the Qur’a>n, 20-21.47Boullata, ed. Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’an, 356.48Beragamnya metodologi yang ditawarkan para penggiat kajian kesatuan

tema terlihat dari beragamnya interpretasi struktur sebuah surah. Selanjutnya akandibahas pada Bab IV.

Page 85: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

63

sehingga sebuah tema layak menjadi sebuah mih}war. Begitu jugatentang hadaf yang dipilihnya.

Misalnya surah al-Baqarah, Sayyid Qut}b menyebutkan bahwasurah al-Baqarah mempunyai dua mih}war. Pertama, persiapan yangharus dilakukan oleh kaum muslim dalam rangka memikul tugassebagai khalifah di muka bumi. Kedua, sikap Bani Israil terhadapdakwah Islamiyyah di Madinah, tanggapan dan sikap mereka terhadapRasulullah.49 Mengenai pemilihan dua hal tersebut sebagai mih}warSayyid Qut}b tidak menjelaskan secara detail bagaimana kedua haltersebut terpilih menjadi mih}war surah al-Baqarah.

Untuk surah A<li ‘Imra>n, Sayyid Qut}b menyebutkan bahwasurah tersebut berbicara tentang bagian-bagian kehidupan umat Islamdi Madinah pada tahun ke-2 H sampai tahun ke-3 H—setelah perangBadar sampai setelah perang Uh}ud. Menurutnya, surah inimenceritakan nuansa kehidupan pada saat kedua perang tersebutberlangsung. Menggiring pembaca seakan-akan masuk dalam setiapperistiwa yang terjadi pada masa itu.50 Sebagaimana halnya dalamsurah al-Baqarah, dalam surah ini Sayyid Qut}b kembali tidakmenjelaskan kenapa sebuah tema terpilih menjadi sebuah mih}war.

Sedangkan untuk surah al-Nisa>’, Sayyid Qut}b menjelaskan—sebagaimana surah al-Baqarah—meskipun mengandung beberapapokok pikiran akan tetapi bermuara pada mih}war yang menjadipengikatnya. Ia berkata, “Telah kita ketahui sebelum ini—dalam al-Baqarah dan A<li ‘Imra>n—bahwa al-Qur’an menyuguhkan situasi yangmeliputi perkembangan umat Islam di Madinah, menjelaskan karaktermetode yang digunakan untuk membangun sebuah komunitas,menampakkan tugas yang harus dipikul dalam rangka sebagai khalifah,dan lain sebagainya. Begitu juga al-Qur’an dalam surah ini—al-Nisa>’—juga menampilkan kondisi-kondisi, akan tetapi bahwa setiapsurah mempunyai kepribadian yang khusus, nuansa yang istemewa danmih}war yang menjadi pengikat topik-topiknya.51 Lagi, Sayyid Qut}bkembali tidak menjelaskan secara jelas bagaimana sebuah tema terpilihmenjadi sebuah mih}war dalam surah ini.

Di bawah ini akan disajikan metode yang ditempuh SayyidQut}b dalam menafsirkan al-Qur’an yang dibangun atas konsepkesatuan tema yang dikembangkannya, yaitu sebagai berikut:

49Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/28.50Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/349-350.51Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/555.

Page 86: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

64

Pertama, secara umum dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’anSayyid Qut}b mengikuti penggambaran hati dan khayalan-khayalanjiwa, menampakkan dalam penggambaran indrawi, menggunakanmetode penggambaran tanda-tanda alam, kejadian-kejadian yang telahlampau, menghadirkan cerita-cerita seakan-akan cerita hidup yangsedang berlangsung. Metode yang dimaksudnya adalah penggambarandiagnostik dengan jalan imajinasi dan personifikasi,52 yaitu denganmenonjolkan tujuan-tujuan dan tema-tema.53 Menurutnya metode inilebih utama dibandingkan metode lain yang menghadirkanpengekspresian dengan kata-kata. Metode pertama sasarannya adalahhati, sedangkan metode kedua sasarannya adalah berdialog denganindra kemudian diteruskan ke hati.54

Al-Qur’an—seperti yang dilihat oleh Sayyid Qut}b, dansebagaimana yang diinspirasikan oleh nas}s}-nas}s-}nya yang mengandungmukjizat—memiliki roh (nyawa) serta memiliki sifat-sifat hidup yangmenyentuhmu dan engkau pun bisa menyentuhnya ketika engkaumemperdengarkan hati dan rohmu kepadanya. Dan sungguh engkauakan dapat melihat rahasia-rahasia darinya manakala engkau membukahatimu untuknya dan engkau memurnikan rohmu untuknya.Sesungguhnya engkau akan tertarik kepadanya tentang ciri-ciri dansifat-sifatnya, sebagaimana engkau tertarik kepada ciri-ciri dan sifat-sifat teman dekatmu, manakala sesaat engkau menemaninya,bersahabat dengannya serta berteduh di bawah naungannya.55

Misalnya saat menafsirkan surah al-A‘ra>f (7): 40. Ayat tersebutmenjelaskan bahwa orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allahtidak akan diterima di sisi Allah dan tidak akan masuk surga. Iniadalah penggambaran hati yang ditampakkan dalam bentuk indrawi.Seseorang akan dihadapkan pada gambaran bagaimana pintu-pintu

52Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifatkemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus darimetafora, yang mengiaskan pada benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicaraseperti manusia. Lihat Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2009), 140.

53Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 239.54Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 241-242.55Sayyid Qut}b, Fi Z{ila>l al-Qur’a>n, 5/2958. Lihat juga 5/3176.

Page 87: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

65

langit dibuka dan bagaimana seekor unta masuk ke dalam lubangjarum. Sungguh suatu hal yang tidak mungkin.56

Kedua, Sayyid Qut}b menulis tafsirnya—seperti penulisan kitabtafsir pada umumnya—sebagai hasil dari interaksinya dengan al-Qur’an dimulai dengan mukaddimah yang panjang. Mukaddimah berisipokok gagasannya dalam menafsirkan al-Qur’an. Dia merasakansimfoni yang indah antara gerak kehidupan manusia yang dikehendakiAllah dan gerak alam semesta yang diciptakan-Nya. Kemudian diamemperhatikan kehidupan jahiliyyah yang tampak olehnya, kejatuhanyang dialami manusia karena menyimpang dari sunnah kauniyyah,serta adanya benturan antara ajaran yang rusak serta jahat dan fitrahyang diciptakan Allah untuk manusia. Betapa ruginya manusia jikamereka lebih memilih untuk jalan yang menuju neraka.57

Ketiga, Sayyid Qut}b meletakkan pondasi tafsirnya yang iabangun berbasis kesatuan tema surah, kesatuan tema juz dan kesatuantema al-Qur’an secara keseluruhan. Keterangan lebih lanjut akandijelaskan pada bab empat.

Keempat, Sayyid Qut}b sangat concern terhadap aspekkeserasian. Misalnya, keserasian akhir ayat melebihi keindahan puisi,hal ini dikarenakan al-Qur’an mempunyai purwakanti beragamsehingga tidak menjemukan. Misalnya surah al-Najm (53): 1-22diakhiri dengan rima sama yang berbeda dengan kaidah puisi Arab,58

sehingga tidak aneh kalo masyarakat Arab terenyuh dan mengiraMuhammad berpuisi. Namun wali>d bin al-Mughi>rah membantah,karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu ia menuduhucapan Muhammad adalah sihir karena mirip mantra yang prosais danpuitis.59

Menurutnya, keserasian adalah salah satu point penting yangbanyak terlupakan oleh para sarjana yang konsen pada bidang ke-bala>ghah-an al-Qur’an. T{a>ha> H{usain seperti yang dikutip Boullatamenyatakan bahwa al-Qur’an bukan sebuah prosa.60 Menurutnya,keserasian mempunyai beberapa corak dan tingkatan, yaitu:61

56Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 3/1291. Lihat juga Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>, 38.

57Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/11.58Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qura>n, 103-104.59Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 13.60Menurut T{a>ha>H{usain al-Qur’an bukan sebuah prosa karena al-Qur’an

terikat oleh ikatan khas sendiri yang tidak ditemukan di tempat lain, hal tersebutterkait ujung ayat dan irama musikal khas yang hanya dimiliki al-Qur’an. hal

Page 88: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

66

1. Keserasian dalam menyusun gaya bahasa; hal tersebut bisadilakukan dengan pemilihan kata yang tepat untuk disusun dalamsebuah rangkaian yang mencapai tingkatan sempurna.

2. Keserasian dalam irama musikal yang berasal dari pemilihan katadan menyusunnya dalam sebuah rangkaian tertentu. Hal tersebutsangat jelas pada susunan al-Qur’an.

3. Keserasian dalam ke-bala>ghah-an al-Qur’an yang berkaitan denganhubungan kalimat. Misalnya, ayat wa huwa ‘ala> kulli shai’in qadi>rsetelah sebelumnya membicarakan kekuasaan Allah.

4. Keserasian mata rantai maknawi antara beberapa tujuan dalam ayatdan keserasian perpindahan dari satu tujuan ke tujuan yang lainsehingga tercapai sebuah harmoni.

5. Keserasian internal antara nas}s} dan penjelasan-penjelasan yangmendukungnya. Seperti yang dilakukan oleh al-Zamakhshari> dalamsurah al-Fa>tih}ah, yaitu dalam bab “kaifa fahm al-Qur’a>n”. SayyidQut}b sendiri memberikan contoh ketika menjelaskan surah al-‘Alaqdengan penjelasan pendukung dalam bab “manba‘ al-sih}r fi> al-Qur’a>n”.

M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa para ulama al-Qur’an mengemukakan keserasian hubungan bagian-bagian al-Qur’a>npaling tidak dalam enam hal: Pertama, keserasian kata demi katadalam satu surah. Kedua, keserasian kandungan ayat dengan fa>s}ilatyakni penutup ayat. Ketiga, keserasian hubungan ayat dengan ayatberikutnya. Keempat, keserasian uraian awal (mukaddimah) satu surahdengan penutupnya. Kelima, keserasian penutup surah dengan uraianawal (mukaddimah) surah sesudahnya. Keenam, keserasian tema surahdengan nama surah.62

Kelima, setelah memberikan pendahuluan tafsirnya, SayyidQut}b menguraikan penjelasannya atas al-Qur’an ayat demi ayat,kadang beberapa ayat sekaligus. Untuk surah al-Fa>tih}ah misalnya,

tersebut menunjukkan keunikan karakter al-Qur’an. Menurut T{a>ha> H{usain keunikanal-Qur’an tersebut berasal dari dua hal. Pertama, struktur sastranya, dan kedua,sumbernya. Keeunikan struktur al-Qur’an terkait rima ujung-ujung ayatnya danbunyi musikal khas susunannya. Seperti di kutip oleh Boullata dalam kuliah umumyang disampaikan T{a>ha> H{usain di Kairo pada tahun 1930an. Boullata, ed. LiteraryStructures of Religion Meaning in the Qur’an, ix.

61Sayyyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n, 87-89.62M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), xxiii.

Page 89: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

67

Sayyid Qut}b memberi komentar tentang al-Fa>tih}ah dengan penjalasanyang dikuatkan hadi>th dan ayat-ayat lain. Dalam al-Fa>tih}ah, SayyidQut}b menjelaskan ayat demi ayat, kecuali pada ayat 6-7 digabungkandalam penjelasannya.63

Keenam, sebelum memulai menafsirkan sebuah surah, SayyidQut}b membaca sebuah surah secara utuh berulang-ulang. Bahkanpembacaannya itu dilakukannya dari hari ke hari sehingga iamendapatkan petunjuk mengenai tema mendasarnya serta poros pusat(mih}war) yang seluruh tema yang bersifat cabang bersandar padanya.64

Ketujuh, dalam menafsirkan terkadang Sayyid Qut}bmemberikan pendahuluan sebelum masuk dalam penjelasan surah demisurah, dan memberi penutup dalam sebuah tema tertentu. Misalnya al-Baqarah, sebelum memberi uraian panjang lebar pada ayat-ayatnya,Sayyid Qut}b memberi pendahuluan mengenai karakter umum surah.Pendahuluan tersebut terkait seputar keberadaan surah dan surah-surahlainnya dalam al-Qur’an, membuat tema pokok surah. Setelahmemberikan pendahuluan, Sayyid Qut}b mulai menjelaskan ayat demiayat dengan pengklasifikasian secara tematis. Misalnya surah al-Baqarah, dalam menafsirkan surah ini, dia membaginya menjadibeberapa kelompok ayat. Kelompok ayat-ayat tersebut kemudian iabagi lagi menjadi beberapa topik. Meskipun demikian Sayyid Qut}btetap berpegang pada apa yang menjadi keyakinannya, bahwa semuabagian-bagian dari beberapa kelompok ayat tersebut bermuara padamih}war yang telah lebih dahulu ia tentukan.65

Kedelapan, Sayyid Qut}b dalam menafsirkan ayat per ayatmenggunakan pendekatan muna>sabah. Sayyid Qut}b menampakkanketerpaduan dan kesatuan tema surah dengan menjelaskan bentukharmoni sebagai berikut:66

1. Harmoni antara kosakata ayat dan bagian-bagiannya, khususnyapada ayat yang panjang, semisal ayat hutang.

2. Harmoni antara ayat-ayat satu penggalan yang menghimpun satuhimpunan dari ayat-ayat yang ada.

3. Harmoni antara beberapa penggalan satu ‘ibrah (pelajaran) yangterdiri dari beberapa penggalan yang selaras.

63Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/21-26.64Adnan Zurzur , Madkhal ila> Tafsi>r al-Qur’a>n wa ‘Ulu>mihi (Damaskus: Da>r

al-Qalam, 1998), 269.65Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/27-28.66Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 151-152.

Page 90: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

68

4. Harmoni antara beberapa ‘ibrah dalam satu surah yang mencakupbeberapa penggalan dalam bagian tematis yang selaras.

Demikian, metode yang digunakan Sayyid Qut}b dalammenampakkan kesatuan tema. Akan tetapi perlu untuk melihat sejauhmana konsistensi Sayyid Qut}b dalam mengaplikasikan ide kesatuantema yang dikembangkannya. Dalam hal ini kita akan menelaahbeberapa penafsiran Sayyid Qut}b dalam beberapa ayat.

Dalam surah al-Ma>’idah (5): 44, 45, dan 47.

Artinya: “Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.”

Artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa

yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang zalim.”

Artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa

yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang fasik.”

Sebelum melihat penafsiran ayat-ayat tersebut secara rinci,terlebih dahulu kita akan menjumpai bahwa Sayyid Qut}b sebelummasuk dalam penafsiran ayat per ayat atau beberapa ayat sekaligus,terlebih dahulu Sayyid Qut}b membahas surah al-Ma>’idah dalamperspektif komprehensif. Sayyid Qut}b menjelaskan bahwa surah al-Ma>’idah mengandung bermacam-macam tema. Perekat antara tema-temanya secara keseluruhan adalah tujuan utama al-Qur’anditurunkan, meliputi pembinaan komunitas, konsep negara, mengaturmasyarakat berdasarkan konsep dan gambaran tertentu, serta denganstruktur yang baru. Semua hal tersebut bermuara pada satu tujuan,yaitu mengesakan Allah. Istilah yang digunakan Sayyid Qut}b dalamhal ini adalah hadaf.67 Artinya, Sayyid Qut}b berusaha untuk konsistendengan pandangannya tentang kesatuan tema, dalam hal ini kesatuantema al-Qur’an secara keseluruhan.

Menurut Sayyid Qut}b, ayat-ayat di atas berisi tentangpengakuan atau penolakan ke-ulu>hiyyah-an Allah dan

67Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/825.

Page 91: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

69

kepengurusannya atas manusia. Dari sana muncul masalah kafir atauiman, jahiliyyah atau Islam. Iman adalah mengakui Allah dengansegala ke-Maha-annya yang tidak ada sekutu baginya. Islam adalahtunduk dan patuh pada segala kekuasaan baik ketetapan maupunshari‘at-Nya. Maksud dari tunduk pada shari‘at adalah mengakuiulu>hiyyah dan kekuasaan-Nya. Sedangkan tidak tunduk pada shari>‘atdan mengambil shari>‘at lain itu artinya menolak mengakui ulu>hiyyahdan kekuasaan Allah. Patuh atau menolak dengan perkataan atauperbuatan adalah sama. Dari titik itulah muncul teks ayat-ayattersebut di atas.68

Shari>‘at Allah, menurutnya adalah metode yang komprehensifyang mengatur, mengarahkan dan mengembangkan semua aspekkehidupan manusia. Sebuah metode yang adil seadil-adilnya, berbedadengan metode yang dibuat oleh manusia yang mempunyaikesenangan dan kecondongan. Juga metode yang membebaskanmanusia dari penyembahan kepada manusia. Islam ketika menjadikanshari>‘at Allah sebagai metode, membebaskan manusia dari manusiayang lain, menuju penyembahan kepada Allah semata. Dalam kondisimenyembah Allah manusia sama dan merdeka. Menurutnya, semuametode yang dibuat oleh manusia berarti penyembahan manusia atasmanusia yang lain.69 Mengenai hal ini, ia menyebutnya sebagaimasyarakat jahiliyyah. Hal tersebut karena mereka tidak hanyamenyembah Allah saja, mereka juga berhukum pada selain Allah.Mereka mengikuti paraturan-peraturan yang cenderung mengikutihawa nafsu manusia, tidak pada metode dan shari>‘at yang telahditetapkan Allah.70

Untuk penafsiran surah al-Ma>’idah (5): 44, menurut SayyidQut}b adalah sebuah ketetapan yang pasti. Lafaz} “man” mengandungketetapan umum, siapa saja, yang terkandung dalam isim shart} danjumlah jawa>b shart}. Hal tersebut menunjukkan berlakunya melampauibatas-batas lingkungan, kondisi, masa dan tempat. Hukumnya berlakusecara umum atas semua orang yang tidak memutuskan perkaradengan apa yang diturunkan Allah, pada generasi dan bangsa manapun.Alasannya, bahwa orang yang tidak berhukum pada apa yangditurunkan Allah adalah menolak ulu>hiyyah Allah yang telahmenetapkan shari>‘at dan peraturan bagi hamba-hamba-Nya. Orang

68Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/889.69Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/890-891.70Sayyyid Qut}b, Ma’a>lim fi> al-T{ari>q (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1979), 91-92.

Page 92: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

70

yang tidak berhukum pada apa yang diturunkan Allah, menolakulu>hiyyah Allah di satu sisi, di sisi lain dia mengukuhkan dirinyasebagai orang yang berhak dengan ke-ulu>hiyyah-an. Dan oleh karenaitu dia disebut kafir.71

Penafsiran Qs. al-Ma>’idah (5): 45, adalah sebuah ungkapanumum, akan tetapi dengan penyebutan sifat baru yaitu zalim. Sifatbaru tersebut bukan berarti kondisi lain selain sifat kufur, akan tetapimenambahkan sifat lain bagi orang yang tidak memutuskan denganapa yang diturunkan Allah. Maka orang tersebut kafir karena menolakulu>hiyyah dan mengaku memiliki hak ulu>hiyyah dengan mengakumemiliki hak membuat shari>‘at dan hukum manusia. Orang yangdemikian adalah zalim, sebab membawa manusia pada selain shari‘atAllah.72

Sedangkan penafsiran Qs. Māidah (5): 47, bagi orang yangtidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah adalah fasik. Inijuga merupakan sifat tambahan bagi sifat kufur dan zalim sebelumnya.Kafir karena menolak ulu>hiyyah Allah tercermin dalam penolakanterhadap shari>‘at-Nya. Zalim karena membawa manusia kepada selainshari>‘at Allah. Fasik karena keluar dari manhaj Allah dan mengikutiselain jalan-Nya.73

Dari paparan di atas, Sayyid Qut}b tidak menjelaskan secararinci bagaimana mengaplikasikan penafsirannya di atas. Apakahseorang pemimpin yang melaksanakan suatu hukum undang-undangatau kebijakan yang esensinya tidak keluar dari shari>‘at Allah jugadikatagorikan kafir, zalim dan fasik? Penulis tidak menemukanpembahasan secara gamblang mengenai hal tersebut. Penafsiran yangdilakukan Sayyid Qut}b bersifat umum dan berpegang pada asaskesatuan tema yang dikembangkannya.

Demikian contoh penafsiran Sayyid Qut}b, ia berusahamembangun penafsirannya pada teori kesatuan yangdikembangkannya.

Kajian tentang stuktur sastra al-Qur’an merupakan lahan kajianyang luas, mencakup diksi,74 fonologi,75 morfologi,76 sintaksis,77 ritme,

71Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/898.72Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/900.73Sayyyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/901.74Keraf mengemukakan kesimpulan utama mengenai diksi, yaitu: Pertama,

diksi (pemilihan kata) mencakup pengertian kata-kata mana yang paling tepatdipakai dalam menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana

Page 93: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

71

retorika, komposisi, gaya, dan juga hal-hal yang berkaitan denganintertekstual, intratekstual dan dan aspek sastra lainnya.78 Oleh karenaitu, berbagai tokoh—sebelum atau sesudah—Sayyid Qut}b jugaberupaya melakukan kajian al-Qur’an berbasis sastra.

Kajian al-Qur’an dengan pendekatan sastra juga sudahdilakukan oleh pendahulu Sayyid Qut}b, misalnya, Ami>n al-Khu>li>.Akan tetapi tidak jelas apakah Sayyid Qut}b terinspirasi atau bahkanmengadopsi metode yang dikembangkan oleh al-Khu>li>, sebagaimanaBint Sha>t}i’. Bint Sha>t}i’ yang tidak lain adalah nama samaran dari‘Aishah ‘Abd al-Rah}ma>n menyatakan, “Di universitas, saya telahmeninggalkan lumbung yang begitu berharga, yaitu kajian tafsirdengan pendekatan sastra. Hingga datanglah guru saya—al-Khu>li>—memperkenalkan sebuah pendekatan sastra kepada murid-muridnyadan saya termasuk di dalamnya”.79

Ami>n al-Khu>li>(1895-1967 M), adalah salah satu dari parapembaharu yang memberikan sumbangan pemikiran interpretasi kajiansastra al-Qur’an.80 Al-Khu>li> mengembangkan tren interpretasifilologik dan sastra.81 Salah satu tesisnya menyatakan bahwa al-

yang paling baik digunakan dalam sebuah situasi. Kedua, diksi adalahkemamampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yangingin disampaikan dan kemampuan untuk mememukan bentuk yang paling sesuaidengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat pendengar.Ketiga, diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaanperbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan perbendaharaan kata bahasadimaksudkan keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Lihat Gorys Keraf,Diksi dan Gaya Bahasa, 24.

75Fonologi dalam bahasa ‘arab adalah ‘ilm as}wa>t.76Marfologi dalam bahasa Arab di sebut dengan ‘ilm s}arf. Morfologi adalah

bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk belukbentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.Lihat dalam M. Ramlan, Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif (Yogyakarta: CvKaryono, 2001), 21.

77Sintaksis (dalam bahasa Arab disebut ‘ilm nah}w) adalah bagian ataucabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa danfrase. M. Ramlan, 2001.

78Boullata, ed. Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’an, x.79‘Aishah ‘Abd al-Rah}ma>n, al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo:

Da>r al-Ma’a>rif, 1977), jilid 1, 13.80J. J. G. Jansen, The Interpretation of the Koran in Modern Egypt (Leiden:

E, J. Brill, 1980), 65.81Stefan Wild, ed. The Qur’an as Text, ix. Lihat juga J. J. G. Jansen,

Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern, terj. Hairussalim, Syarif Hidayatullah(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997), xiv.

Page 94: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

72

Qur’an adalah karya kesusastraan Arab yang terbesar (Kita>b al-‘arabiyyah al-akbar). Baginya, al-Qur’an adalah kitab sastra Arab yangteragung yang bisa didekati oleh siapa saja.82

Al-Khu>li>—ditulis dalam serial essay qur’anic studies yangdirilis oleh Institute of Ismaili Studies—adalah sarjana berkebangsaanMesir yang menggunakan tren modern dalam menafsirkan al-Qur’anyaitu menafsirkan al-Qur’an secara kontekstual dan menggunakanpendekatan tematik.83 Ia menerapkan kesatuan tema dalam beberapakarangannya seperti Min Huda> al-Qur’a>n. Dia menekankan aspekrelevansi al-Qur’an dalam menjawab tantangan kekinian. Iamempelopori pengembangan corak baru dalam penafsiran yaitu, adabi>ijtima>‘i>. Tren interpretasi yang dimotori al-Khu>li> ini kemudian denganpiawai diaplikasikan oleh murid sekaligus istrinya, Bint Sha>t}i’ dalamal-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’a>n al-Kari>m.84

Selanjutnya menurut al-Khu>li>, menafsirkan al-Qur’an berdasarurutan surah-surahnya tidak mampu memenuhi kebutuhan pemahamanmufassir. Oleh karena itu dibutuhkan penafsiran dengan perspektifbaru yaitu penafsiran berdasarkan tema tertentu yang diharapkanmampu membuka pemahaman yang benar dan dalam.85

Apa yang dikampanyekan al-Khu>li> yang tertuang dalamMana>hij Tajdi>d mengenai prinsip-prinsip kesusastraan dalampenafsiran diringkas dalam pembukaan al-Tafsi>r al-Baya>ni> dalambeberapa poin: 86

Pertama, prinsip utama metode ini adalah memahami al-Qur’ansecara tematis, yaitu mengumpulkan surah atau ayat dalam tema yangakan dibahas.

Kedua, tentang pemahaman teks. Ayat-ayat disusunberdasarkan pada urutan turunnya untuk mengetahui situasi dankondisi yang meliputi. Riwayat yang menyangkut asba>b nuzu>ldiperlukan dengan tidak mengesampingkan kaidah bahwa yang

82M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta:eLSAQ Press, 2005), 65.

83Lihat Abdullah Saeed, ed. Review dari “Approaches to the Qur’an inContemporary Indonesia,” oleh Carool Kersten, Qur’anic Studies Series 2, (2005):499.

84Ami>n al-Khu>li>, Min Huda> al-Qur’a>n (Kairo: al-Haiah al-Mis}riyyah al-‘A<mma>h li al-Kita>b, 1987), 11.

85Al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{thi (‘Amma>n: Da>r al-Bashi>r, 1995), 23.86‘Aishah ‘Abd al-Rah}ma>n, al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’a>n al-Kari>m, jilid 1,

10-11.

Page 95: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

73

dijadikan pijakan adalah lafalnya yang umum bukan sebabnya yangkhusus.

Ketiga, tentang pemahaman konotasi kata (lafaz}). Untukmemahami makna suatu kata harus ditelusuri penggunaan katatersebut dalam penggunaanya majaz (kiasan) atau hakiki, jugapenggunaannya dalam al-Qur’an.

Keempat, mengetahui konteks yang tersirat dan tersurat dariayat yang sedang dikaji dengan hanya didukung oleh pendapat-pendapat mufassir yang sesuai.

Perhatian al-Khu>li> terhadap kajian teks al-Qur’an disebabkankepiawaiannya mengkaji teks-teks sastra dengan dua metode kritikyang ia kembangkan. Kritik tersebut adalah kritik ekstrinsik (naqd al-kha>riji>) dan kritik intrinsik (naqd al-da>khili>). Kritik yang pertamamenyasar pada kritik sumber, kajian holistik faktor-faktor eksternalmunculnya sebuah karya—sosial-geografis, religio-kultural maupunpolitis—untuk dapat memetakan karya sastra dalam konteksnya secaraproporsional. Sedangkan kritik yang kedua mengarah pada teks sastraitu sendiri dengan analisis linguistik yang dalam sehingga mampumenampakkan makna yang dikehendaki dari sebuah teks.87

Menurut al-Khu>li>—dikutip oleh J. J. G. Jansen—idealnyasebuah kajian al-Qur’an berpegang pada dua hal:88

Pertama, kajian seputar al-Qur’an (dira>sah h}awl al-Qur’a>n al-Kari>m). Lahan dari kajian ini adalah aspek sosio-historis, kultural,geografis. Kajian seputar al-Qur’an ini meliputi ilmu-ilmu yangberkaitan dengan al-Qur’an dan hal-hal pokok untuk memahami al-Qur’an. Misalnya, turunnya al-Qur’an, kodifikasi, lingkungan turunnyaal-Qur’an, dan lain-lain.

Kedua, kajian al-Qur’an itu sendiri (dira>sah fi> al-Qur’a>nnafsihi). Kajian ini dimaksudkan pengamatan terhadap kosa-kata al-Qur’an yang meliputi maksud lafaz}-lafaz}, implikasi serta makna yangdigunakan. Setelah kosa kata, seorang mufassir kemudianmencurahkan perhatian terhadap kata yang tersusun, yaitu denganbantuan ilmu-ilmu alat (nah{w dan s}arf), dan juga dengan bantuan ilmubala>ghah. Dengan kata lain, pelacakan kosa-kata al-Qur’an sejakditurunkan hingga pemakaiannya dalam al-Qur’an.

87J. J. G. Jansen, Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern, terj. Hairussalim,Syarif Hidayatullah, xiv-xv.

88J. J. G. Jansen, The Interpretation of the Koran in Modern Egypt, 65.Lihat juga al-Daghami>n, Manhajiyyah al-Bah{thi, 22.

Page 96: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

74

Dengan demikian, mengenai kedua hal tersebut menurut Ami>nal-Khu>li> adalah sama pentingnya. Oleh karena itu, al-Khu>li>mempunyai beberapa pandangan: Pertama, ia mendorong sarjana yangingin menulis tafsir al-Qur’an agar memperhatikan semua ayat dimana al-Qur’an membicarakan sebuah subyek, dan tidak membatasimereka pada penafsiran satu bagian saja dengan mengabaikanpernyataan-pernyataan lain al-Qur’an terhadap topik yang sama.Kedua, al-Khu>li> menekankan perlunya studi yang cermat atas setiaplafaz} al-Qur’an, tidak hanya dengan bantuan kamus-kamus klasiktetapi juga merujuk pada al-Qur’an itu sendiri dari lafaz} yang sama.Ketiga, mufassir al-Qur’an hendaknya menganalisa bagaimana al-Qur’an menggabungkan lafaz}-lafaz} ke dalam kalimat.89

Setelah membaca dan menganalisa penafsiran Sayyid Qut}bsangat jelas bahwa Sayyid Qut}b sangat intens dalam kajian kesatuantema. Sebagaimana yang dikemukakan al-Kha>lidi> bahwa salah satutujuan fundamental dan metode yang digunakan dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah menjelaskan kesatuan tema al-Qur’an.

C. Urgensi, Fungsi Memahami Kesatuan Tema al-Qur’an dan UpayaPengembangannya

Muh}ammad ‘Abd Alla>h Dira>z menyatakan bahwa kesalahanbesar yang dilakukan para orientalis terlebih ulama muslim adalahmelupakan poin penting yaitu kesatuan tema al-Qur’an. Al-Qur’an,jika diamati secara sekilas susunannya tidak saling terkait, tidakteratur, berisi pemikiran-pemikiran yang bertentangan. Merekamelupakan bahkan tidak tahu bahwa al-wah}dah al-adabiyyah—istilahyang dipakai Dira>z dalam kesatuan al-Qur’an—adalah jawabanterhadap apa yang mereka tuduhkan. Bahkan ada yang berpendapatbahwa kekacauan susunan al-Qur’an bermuara pada kesalahan sahabatpada saat pengumpulan al-Qur’an. Maka jawaban untuk tuduhan iniadalah bahwa hadi>th dan athar sepakat bahwa surah-surah yang adadan kita baca sampai saat ini adalah sama seperti yang ada dan dibacapada masa nabi hidup. Dira>z menambahkan bahwa dirinya telahmelakukan percobaan khusus mengenai hal ini semasa studi diUniversitas al-Azhar. Dia mengambil sampel secara acak pada salahsatu surah Madaniyyah yaitu al-Baqarah dan dua surah Makkiyyah

89J. J. G. Jansen, The Interpretation of the Koran in Modern Egypt, 67.

Page 97: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

75

yaitu Yunu>s dan Hu>d. Akhir dari penelitian itu membuktikan bahwasetiap surah saling terkait dan serasi.90

Dari segi kebahasaan dan sastranya al-Qur’an mempunyai gayabahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakatArab, baik dari pemilihan huruf dan kalimat yang keduanyamempunyai makna yang dalam. Uthma>n bin Jinni> (932-1002) seorangpakar bahasa Arab—sebagaimana disebutkan Quraish Shihab—mengatakan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab bukanlahsuatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah bahasa yangtinggi.91

Menurut Philip K. Hitti, gaya bahasa al-Qur’an adalah gayabahasa terbaik, tidak tertandingi, dan tidak bisa ditiru. Gaya bahasa iniyang disebut Hitti dengan kemukjizatan al-Qur’an.92

Susunan al-Qur’an adalah sebuah susunan yang unik. Al-Ra>fi‘i>dalam bukunya mengajak kita untuk mencermati sebuah ayat darisurah al-A‘ra>f (7): 133.

...

Artinya: “Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang,

kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagaibukti-bukti yang jelas, ...”

Ayat diatas terdiri dari lima nama, diantaranya yang palingringan pengucapannya adalah al-T{u>fa>n, al-Jara>d, al-Da>m. sedangkankata yang paling susah diucapkan adalah al-Qummal dan al-D{afa>d}i‘.

90Muh}ammad ‘Abd Alla>h Dira>z, Madkhal ila> al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo:Da>r al-Qalam, 2003), 127-128.

91M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek KebahasaanIsyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1998), 90.

92Dalam bukunya dia menyatakan, “The style of the Koran is God’s style. Itis different— incomparable and inimitable. This is basically what constitutes the“miraculous character” (i’jaz) of the Koran. Of all miracles it is greatest: if all menand jinn were to collaborate, they could not produce Its like (17:88). The Prophetwas authorized to challenge his critics to produce something comparable (10:38).The challenge was taken up by more than one stylist in Arabic literature –whit apredictable conclusion. The revelance of Muhammad’s “illiteracy” to this argumentbecomes obvious. Lihat Philip K. Hitti, Islam A Way of Life (T.tp: University ofMinnesota, 1970), 27-28.

Page 98: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

76

Urutan telah disesuaikan berdasarkan tingkat kesulitan dalampengucapan, dari yang paling ringan ke yang paling berat. Tujuanpengurutan adalah untuk memudahkan pengucapan. Ketika kitacermati secara mendalam, misalnya kita ubah susunan dari kelimanama tersebut, kita tukar posisi depan atau belakangnya, maka kitatidak akan bisa membuat susunan yang lebih baik dari format susunandi atas.93

Begitu indah susunan al-Qur’an yang telah disusun sedemikianrupa oleh Penciptanya. Uraian di atas adalah salah satu contoh bahwasusunan al-Qur’an adalah sebuah mukjizat. Kemukjizatan susunan al-Qur’an meliputi huruf, kalimat dan paragraf.94

Mukjizat sebagai bukti bahwa wahyu tidak menyimpang darikonteks kebudayaan di mana wahyu tersebut diturunkan. Abu> Zaydmenjelaskan—dengan mengutip perkataan al-Zarkashi>—alasanmengapa mukjizat Nabi Muhammad berupa teks bahasa. Pada masaNabi Muhammad yang hidup di Arab, oleh karena bangsa Arab dimana al-Qur’an diturunkan memiliki keunggulan dalam bidang sastra,puisi, maka mukjizat yang diberikan berupa teks bahasa yang agungtersebut. Begitu juga mukjizat Nabi Isa adalah menyembuhkanpenyakit dan menghidupkan kembali orang yang telah meninggalkarena karakteristik kebudayaan pada masa Nabi Isa unggul dalambidang kedokteran. Nabi Musa, kaumnya sangat pandai dalam bidangsihir, maka mukjizat Nabi Musa adalah sejenisnya, tongkatnyaberubah menjadi ular.95

Al-Qur’an disusun berdasarkan petunjuk langsung dari nabiatau bersifat tawqi>fi>.96 Al-Qur’an diturunkan dalam rentang waktukurang lebih 23 tahun mulai 611 M secara berangsur-angsur.97 Ketikasebuah ayat turun maka Nabi atas bimbingan Jibril langsung akanmemberi petunjuk bahwa ayat tersebut terletak sesudah ayat tertentudan dalam surah tertentu. Rentang waktu yang lama dan susunanmus}ha}f (tarti>b mus}h}afi>) yang tidak sesuai dengan urutan turun (tarti>b

93Mus}t}afa> S{a>diq al-Ra>fi‘i>, I‘ja>z al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>,1990), 235.

94Al-Ra>fi‘i>, I‘ja>z al-Qur’a>n, 212-248.95Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhu>m al-Nas}s}: Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n

(Kairo: al-Hai’ah al-Mis}riyyah al-‘Amma>h li al-Kita>b, 1993), 156.96Al-Suyu>t}i>, Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n, 68.97Diantara hikmah diturunkan secara berangsur-angsur adalah dalam rangka

mempersiapkan hati orang Arab untuk bisa menerima secara perlahan perintah danlarangan. Lihat al-Ra>fi‘i>, I‘ja>z al-Qur’a>n, 34.

Page 99: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

77

nuzu>li>) memberi persangkaan dan perdebatan seputar susunan al-Qur’an tersebut. Ada tiga kelompok dengan pendapat berbedamengenai seputar susunan al-Qur’an:98

Pertama, kelompok yang percaya dan menyatakan bahwasusunan al-Qur’an adalah tawqi>fi>(petunjuk Nabi atas dasar wahyu).Kedua, kelompok yang percaya dan mengatakan bahwa susunan al-Qur’an adalah ijtiha>di>(hasil dari ijtihad). Ketiga, kelompok yangmenyatakan bahwa semua susunan al-Qur’an adalah tawqi>fi>, kecualisurah al-Anfa>l dan al-Taubah. Pendapat yang paling sahih dan terkuatadalah pendapat yang pertama.

Adapun mengungkap rahasia dibalik pentingnya kesatuan temaal-Qur’an adalah sebagai berikut:

Pertama, menampakkan sisi kemukjizatan al-Qur’an.99 Halyang disangkakan kelompok penentang kesatuan tema, bahwa al-

98Baca selengkapnya dalam S{ubh}i> al-S{a>lih}, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n(Beirut: Da>r al-‘Ilm li al-Mala>yi>n, 1977), 71-73.

99Para ulama sepakat akan kemukjizatan al-Qur’an. Namun demikian, adasegelintir orang yang masih menyoal akan kemukjizatan al-Qur’an di antaranya Abu>Ish}a>q Ibrahi>m al-Naz}z}a>m (w. 321 H/933 M), guru al-Ja>h}iz}, salah seorang tokohMu‘tazilah dan al-Murtad{a> (436 H/1297M) dari kelompok Shi>‘ah. Keduanyaberpendapat bahwa kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara s}irfah (pemalingan).Arti s}irfah dalam pandangan al-Naz}z}am adalah Allah memalingkan orang-orangArab untuk menantang al-Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampumenghadapinya. Maka s}irfah-lah yang mukjizat. Sedangkan s}irfah dalam pandanganal-Murtad}a> adalah bahwa Allah telah mencabut pengetahuan dan rasa bahasa yangmereka miliki dan yang diperlukan guna lahirnya satu susunan kalimat seperti al-Qur’an. pendapat tersebut menunjukkan kelemahan pemiliknya. Maka tidak akandikatakan orang yang telah dihilangkan kemampuannya untuk melakukan sesuatu,bahwa sesuatu itu telah membuatnya lemah, selama ia masih sanggup untukmelakukannya pada suatu waktu. Akan tetapi yang melemahkan (mu’jiz) adalahkekuasaan Allah, bukan al-Qur’an yang mu’jiz. Sedangkan obyek pembahasan kitaadalah kemukjizatan al-Qur’an, bukan kemukjizatan Allah. Al-Baqilla>ni>menolaks}irfah, penjelasannya adalah, bahwa satu hal yang membatalkan s}irfah adalah jikamenandingi al-Qur’an itu suatu yang mungkin tapi mereka terhalang oleh s}irfah,maka kalam Allah itu tidak mukjizat, melainkan s}irfah-lah yang muukjizat. Dengandemikian kalam tersebut tidak memiliki kelebihan apa pun atas yang lain. Begitujuga Quraish Shihab menanggapi kedua tokoh ini dengan mengatakan bahwapendapat keduanya tidak berlandas pada fakta sejarah. Ini terbukti dalam beberapaayat yang menantang untuk mendatangkan teks yang serupa al-Qur’an. Ia mengutippendapat Gibb seorang orientalis “Tidak ada seorangpun dalam seribu lima ratustahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu sertaberani dan sedemikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dibacaoleh Muh}ammad SAW, yakni al-Qur’an. Selengkapnya lihat Mus}t}afa> Sa>diq al-Ra>fi‘i>,

Page 100: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

78

Qur’an adalah saling kontradiktif adalah tidak benar. Oleh kelompokpendukung, ayat-ayat yang kelihatannya saling bertentangan jikadielaborasi secara mendalam akan ditemukan titik temu. Bahwa ayat-ayat tersebut pada akhirnya akan saling menguatkan antara satu samalain. Hal tersebut adalah bukti kemukjizatan al-Qur’an.

Sayyid Qut}b menerapkan kesatuan tema al-Qur’an dalamtafsirnya. Dengan semangat tersebut ia berusaha menyelesaikanberbagai persoalan seputar akidah. Menurutnya, ayat-ayat al-Qur’anitu berporos pada satu tema sentral yaitu ketuhanan. Adapun hal-hallain yang terkandung dalam al-Qur’an dimaksudkan sebagai penjelastema besar tersebut, mempertajam maksudnya, memperluas alasannya,serta menerangkan penerapannya dalam kehidupan manusia, baikdalam segi akidah, ibadah, maupun kehidupan sosial mereka.100

Rif‘at Fawzi> ‘Abd al-Mut}t}alib menyatakan bahwa al-Qur’anmemiliki kemukjizatan berupa keterkaitan antara bagian-bagiannya.Setiap surah selalu berkaitan dengan surah sebelum atau sesudahnya,demikian pula setiap ayat berkaitan denga sebelum atau sesudahnya.Keterkaitan itu merupakan sebuah penyempurnaan antara yang satudengan yang lain. Hal tersebut terjadi lebih dari satu tema, dalam satuayat atau satu surah, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Nisa>’ (4): 82.101

‘Abd Alla>h Dira>z menyimpulkan bahwa segala sesuatu yangada dan terkandung dalam al-Qur’an merupakan bentuk kemukjizatan.Ke-balaghah-an, pola-pola pendidikan, kebenaran informasi, syariatyang abadi, segala sesuatu yang menunjang pengungkapan hakekatilmu baik nafsiyah maupun kauniyah, sistematika ayat-ayatnya adalahmukjizat di atas mukjizat. Ibn Qutaibah—seperti yang ditulisRahman—juga melihat bukti i‘jaz dalam komposisi susunan al-Qur’andan bahkan membandingkan dengan bahasa seorang orator ulung yangberorasi dengan sangat baik, melihat siapa pendengarnya, di manatempatnya, dan kesempatannya. Maka bahasa al-Qur’an telahmelampaui itu, bahasa al-Qur’an lebih luas dari metode berbicara yang

I‘ja>z al-Qur’a>n (Bairu>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1990), 144, Manna>‘ al-Qat}ta}a>n,Maba>h}it fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Tt: Manshu>ra>t al-‘As}r al-H{adi>th, 1990), 261, M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiahdan Pemberitaan Gaib, 155-156 dan Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an: Kajian atas Tafsir A l-Mis}ba>h (Ciputat: Puspita Press, 2011), 5-6.

100Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 3/1753.101Rif’at Fawzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah}dah al-Maud}u>’iyyah li al-Su>rah al-

Qur’a>niyyah, 5-6.

Page 101: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

79

tersedia untuk setiap manusia. Dia menuangkan pemikirannya tersebutdalam kitab ta’wi>l mushkil al-Qur’a>n.102

Aspek kemukjizatan al-Qur’an terdapat pada tiga hal: Pertama,tantangan untuk menciptakan kata atau kalimat yang sama dan senadadengan al-Qur’an (al-tah}addi>). kedua, keselarasan mukjizat dengankemampuan lawan bicara (mula>’amat al-mu‘jizah li tabi>‘at al-mukha>t}abi>n). ketiga, sasaran mukjizat yang tidak dibatasi oleh ruangdan waktu.103

Bukti dari kemukjizatan al-Qur’an adalah tidak seorang punbisa membuat semacam al-Qur’an. Al-Qur’an digunakan Nabi untukmenantang orang-orang Arab tapi mereka tidak sanggupmenghadapinya, padahal mereka sangat tinggi tingkat fas}ah}ah danbalaghah-nya. Al-Qur’an menantang para penentangnya denganmeminta mereka mendatangkan gubahan tutur kata yang semisal al-Qur’an. Qs. al-T{u>r (52): 34.

Artinya: “Maka cobalah mereka membuat yang semisal

dengannya (al-Qur’an) jika mereka orang-orang yang benar.”

Kemudian menantang mereka lagi untuk mendatangkansepuluh surah semisal dengan mempersilahkan meminta bantuankepada siapa saja selain Allah yang mereka anggap mampu. Qs. Hu>d(11): 13.

102Lihat Muh}ammad ‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m (kuwait: Da>rQalam, 1977), 211, Yusuf Rahman, “Ellipsis in the Qur’a>n: A Study of IbnQutayba’s Ta’wi>l Mushkil al-Qur’a>n,” dalam Literary Structures of ReligiousMeaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata (Richmond Surrey: Curzon Press, 2000),278 dan lihat A.H. Johns, “A Humanistic Approach to I’ja>z in the Qur’an: TheTransfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies 13, no. 1 (2011): 81.

103Iffat al-Sharqa>wi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi Mis}r fi ‘As}r al-Hadi>th (Kairo: tp,1972), 269-270. Bandingkan dengan H}ifni> Muh}ammad Sharaf, ia menyatakan aspekkemukjizatan ada tujuh, diantaranya; s}irfah, bala>ghah, kebenaran berita perkara yangakan datang, dan lain-lain. Lihat selengkapnya dalam H}ifni> Muh}ammad Sharaf, I’ja>zal-Qur’a>n al-Baya>ni> baina al Naz}ariyyah wa al-Tat}bi>q (Tt: al-Majlis al-A’la> li al-Shu’u>n al-Isla>miyyah, 1970), 37.

Page 102: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

80

Artinya: “Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad)telah membuat-buat al-Qur’an itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian),datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (al-Qur’an) yangdibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggupsekain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Di lain ayat bahkan menantang mereka untuk membuat satusurah al-Qur’an dengan mempersilahkan lagi untuk meminta bantuankepada siapa saja selain Allah untuk membatu mereka. Qs. Yunu>s (10):38.

Artinya: “Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad)yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surahyang semisal dengan surah (al-Qur’an), dan ajaklah siapa saja di antarakamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Selanjutnya dalam ayat yang lain dinyatakan dengan penuhpercaya diri dan yakin terhadap kebenaran bahwa seandainya manusiadan jin bersatu padu untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an,niscaya mereka tidak akan mampu. Qs. al-Isra>’ (17): 88.

Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jinberkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) al-Qur’an ini, merekatidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun merekasaling membantu satu sama lain.”

Tantangan yang nyata dan tegas ini tidak ditemukan seorangpun yang bisa menjawab dan berhasil membuat yang serupa dengan al-Qur’an. Bahkan oleh bangsa Arab yang terkenal dengankepiawaiannya dalam bidang sastra. Ketidak mampuan tersebut adalahbukti nyata atas kenabian dan al-Qur’an adalah wahyu Allah.Sebagaimana kita ketahui cerita masuk Islamnya ‘Umar adalah karena

Page 103: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

81

mendengar bacaan al-Qur’an yang dilantunkan oleh adiknya. Ayat-ayat al-Qur’an itu begitu indah didengar dan seakan menyihirnya, dariyang semula orang yang terdepan menentang Islam menjadi luluh hatidan memeluk Islam.104

Al-Qur’an yang tidak tertandingi oleh orang Arab sebenarnyatidak keluar dari aturan-aturan kalam Arab, baik lafaz}, huruf maupunredaksinya. Al-Qur’an memiliki jalinan huruf-huruf yang serasi,ungkapannya indah, redaksinya simpatik, ayat-ayatnya teratur, sertamemperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macampenjelasannya, al-Qur’an telah mencapai puncak tertinggi yang tidakada kesanggupan bahasa manusia untuk menandinginya.

Issa J. Boullata, seorang ilmuan Katolik menulis Al-Qur’anY ang Menakjubkan, berisi perkembangan gagasan i‘ja>z al-Qur’a>n darimasa klasik hingga modern. Buku tersebut berisi ulasan para pakaryang dianggapnya penting dalam bidang i‘ja>z al-Qur’an. Di mulai darial-Ja>h}iz} hingga Sayyid Qut}b. Bahwa aspek keistimewaan yangterdapat dalam al-Qur’an adalah aspek bahasanya. Mencakuppemilihan kosa kata, kesesuaian nada kalimatnya ke telinga pembacadan pendengarnya, serta kedalaman pesan yang dikandungnya. Al-Qur’an mempunyai pengaruh kuat terhadap orang Arab yangmendengar al-Qur’an dibacakan pada mereka untuk pertama kali.Mereka tahu bahwa al-Qur’an bukan tutur kata biasa, mengunggulisegala tutur yang pernah mereka dengar dari para pujangga bahasa.Dari titik tersebut, sebagian ada yang beriman dan sebagian ada yangmenolaknya.105

Alasan penolakan yang dikemukakan macam-macam, bahkanmereka menyatakan bahwa al-Qur’an hanyalah sihir yang dipelajariNabi dari pendahulunya atau tidak lebih dari perkataan manusia biasa.Qs. al-Muddaththir (74): 24-25.

Artinya: “Lalu dia berkata, “(al-Qur’an) ini hanyalah sihir yang

dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini hanyalah perkataan manusia.””

104Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 11.105Issa J. Boullata, Al-Qur’an Y ang Menakjubkan, trj. Bachrum B. dkk

(Jakarta: Lentera Hati, 2008) 1-2.

Page 104: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

82

Al-Qat}t}a>n mengutip h}adi>th dari Ibnu ‘Abba>s: al-Wali>d bin al-Mughi>rah datang kepada nabi kemudian nabi membacakan al-Qur’ankepadanya, maka hati Wali>d menjadi lunak karenanya. Berita inisampai pada Abu Jahal. Lalu ia mendatanginya seraya berkata, “Wahaipamanku, Walid. Sesungguhnya kaummu hendak mengumpulkan hartabenda untuk diberikan kepadamu, tetapi kamu malah datang kepadaMuhammad untuk mendapatkan anugerahnya.” Walid menjawab,“Sesunguhnya kaum Quraisy telah mengetahui bahwa aku adalahorang yang paling banyak hartanya.” Abu Jahal berkata, “Kalau begitukatakanlah tentang dia, kata-kata yang akan kau sampaikan kepadakaummu bahwa kamu mengingkari dan membenci Muhammad.” Walidmenjawab, “Apa yang harus aku katakan? Demi Allah di antara kamutidak ada seorang pun yang lebih tahu tentang syair, rajaz dan tentangsyair-syair jin. Demi Allah apa yang dikatakan Muhammad itusedikitpun tidak serupa dengan syair-syiar tersebut. Demi Allah kata-kata yang diucapkannya sungguh manis, bagian atasnya berbuah danbagian bawahnya mengalirkan air yang segar. Ucapannya itu sungguhtinggi, tidak dapat diungguli, bahkan dapat menghancurkan apa yangada dibawahnya.” Abu Jahal menimpali, “Demi Allah kaummu tidakakan senang sampai kamu mengatakan sesuatu tentang dia.” Walidmenjawab, “Biarkan aku berfikir sebentar.” Maka setelah berfikir iaberkata, “Ini adalah sihir yang di pelajari. Ia mempelajarinya dariorang lain.” Lalu turunlah firman Allah al-Muddaththir: 11. (HR. Al-H{a>kim dan al-Baihaqi> dalam al-Dala>il).106

Fa>s}ilah (penghujung ayat) yang seperti sajak mereka serupakankata-kata penyair dan mantra para dukun. Mereka menuduh Nabisebagai seorang penyair. Qs. al-Anbiya>’ (21): 5.

Artinya: “Bahkan mereka mengatakan, “(al-Qur’an itu buah)mimpi-mimpi yang kacau, atau hasil rekayasanya (Muhammad), ataubahkan dia hanya seorang penyair, cobalah dia datangakan kepada kitasuatu tanda (bukti), seperti halnya rasul-rasul yang diutus terdahulu.” ”

106Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 266-267.

Page 105: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

83

Lebih dari itu Nabi dituduh sebagai orang gila yang dirasukijin. Qs. al-H{ijr (15): 6.

Artinya: “Dan mereka berkata, “Wahai orang yang kepadanya

diturunkan al-Qur’an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benarorang gila.”

Pada intinya mereka ingin menegaskan bahwa Muh}ammadbukan seorang yang nabi yang pantas mereka ikuti denganmeninggalkan tuhan-tuhan mereka.

Pada awal turunnya, al-Qur’an dengan keindahan gayabahasanya telah mampu menyihir semua orang, keindahan artistik al-Qur’an seringkali dianggap sebagai syair dan bahkan disebut sebagaisihir. Hal tersebut berdampak pada keimanan dan kekafiran bangsaArab. Orang yang beriman tersihir, kemudian mengimani al-Qur’an,sedangkan orang kafir tersihir, kemudian mereka ingkar. Sebagaimanakisah keimanan ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b dan kafirnya al-Wali>d ibn al-Mughi>rah. Begitulah, pada masa-masa awal al-Qur’an diturunkansangat menonjol dalam hal keindahan kosa-kata dan susunan al-Qur’an.107 Al-Qur’an memiliki daya pikat yang efektif dan kuat dalammenarik hati para pembacanya. Rahasia kehebatan al-Qur’an tersebuttersembunyi di balik kata-kata yang dipakainya.108

Setelah melewati masa al-Qur’an diturunkan, para sahabatmulai ada sedikit aktifitas dalam usaha menafsirkan al-Qur’an denganberpegang teguh sebagaimana nabi Muhammad menjelaskan al-Qur’an. Pada masa ini para sahabat cenderung menjauhi dan takutdalam mentakwilkan al-Qur’an.

Pada masa tabi‘in, geliat dan aktifitas penafsiran mulaiberkembang meskipun penafsiran baru sebatas penafsiran kebahasaan.Kemudian barulah pada akhir abad ke-2 penafsiran mulai tumbuh danberkembang. Pada masa ini fokus tafsir lebih pada pembahasan fiqih,nah}wu, s}arf, filsafat, sejarah, dan akhlak. Hal tersebut menggantikanperhatian dalam sisi keindahan artistik al-Qur’an. Pada masa ini,

107Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appeciation of the Qur’an,” dalamLiterary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata, 357.Lihat juga Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 11-13.

108Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni,Sastra, dan Moralitas dalam Kisah-Kisah al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 2002), 12.

Page 106: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

84

seakan terlupakan untuk melihat dan meneliti sisi keindahan artistikal-Qur’an.109 Tujuan mereka adalah mendidik orang muslim denganmemberikan bekal ilmiah yang luas dan menyeluruh mengenaiberbagai tema keislaman yang bemacam-macam. Oleh karena itu,tafsir-tafsir yang ditulis secara bertahap semakin menjauh dari tujuan-tujuan mendasar al-Qur’an menuju sekedar pemberian wawasan danilmu.110

Peta perkembangan tentang kesatuan tema al-Qur’an—sebagaimana dijelaskan dalam bab 2—sudah dimulai sejak awal abadke 3 hingga sekarang. Kesatuan tema al-Qur’an merupakan celah vitaluntuk menampakkan kemukjizatan al-Qur’an. Tentang kemukjizatanal-Qur’an, telah banyak para pakar yang membicarakannya, contohnyaal-Ja>h}iz} (w. 255 H/ 869 M). Pada 1933, Abdul Alim, seorang ilmuanIndia memaparkan buku-buku primer yang membahas i‘ja>z dalamsebuah makalah berbahasa Inggris yang dipublikasikan di India. Naimal-Himshi, ilmuan Suriah juga mengemukakan bahasan i‘ja>z dalammakalah berbahasa Arab. Pada perkembangannya muncul ilmuwanMesir, Abdul Karim al-Khathib dalam buku besar yang terbagi dalamdua jilid.111 Dengan kata lain penelitian-penelitian tentang kesatuantema al-Qur’an telah menyebar ke berbagai belahan dunia, takterkecuali di Indonesia.

Kedua, dalam al-Qur’an sendiri, ada beberapa indikasi yangmempunyai sinyal kuat yang menunjukkan bahwa al-Qur’an adalahsatu kesatuan yang memiliki keserasian. Hal tersebut seperti yangdijelaskan oleh al-Qur’an sendiri pada Qs. al-Nisa>’ (4):82, Hu>d (11):1,al-Zumar (39):23.112

Al-Qurt}u>bi> dalam menafsirkan al-Nisa>’ ayat 82 tersebutmenjelaskan bahwa salah satu mukjizat al-Qur’an adalah dari sisihubungan antara ayat-ayat dan surah-surahnya yang tanpa adasedikitpun pertentangan.113 Ia menjelaskan 10 (sepuluh) macammukjizat al-Qur’an, dan bentuk yang terakhir dijelaskan di pengantartafsirnya yang menyatakan bahwa bagian ke-10 dari mukjizat al-Qur’an adalah adanya hubungan antara ayat-ayat dan surah-surahnya,

109Sayyid Qu}tb, al-Tas}wir al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 27.110Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 302.111Boullata, Al-Qur’an Y ang Menakjubkan, 6-7.112Hasani Ahmad Said, Diskursus Muna>sabah Al-Qur’a>n, 1-2.113Abi> ‘Abdillah al-Qurt}ubi>, al-Ja>mi‘ li Ah{ka>m al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-

Kutub al-Mis}riyah, 1967), 290.

Page 107: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

85

tanpa ada sedikitpun pertentangan. Senada dengan yang diungkapkanal-Qurt}ubi>, ‘Abduh dalam al-Mana>r juga menyatakan bahwa diantarakeistimewaan al-Qur’an adalah tidak ada pertentangan, urutan danpenyusunannya sangat mengagumkan.114

Al-Mara>ghi>memberikan penjelasan surah Hu>d ayat 1 bahwa al-Qur’an adalah kitab yang agung yang penyusunan ayat-ayatnya teraturdengan perumpamaan seperti benteng yang kokoh yang jauh dariketidak teraturan.115 Sedangkan surah al-Zumar ayat 23 bagi al-Mara>ghi> dipahami bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik dari al-Qur’an. Al-Ra>zi> mengatakan yang dimaksud dengan sebaik-baikperkataan adalah dari segi lafaz}-nya yang bernilai sastra tinggi danketeraturan uslu>b-nya.116 Uslu>b (style atau gaya) mencakup kajiantentang unsur-unsur dan sifat-sifatnya, kata, kalimat, paragraf,ungkapan, dan seni penggambaran.117

Maksud dari ayat tersebut adalah sangat kokoh sepertibangunan yang saling mendukung, tidak ada kontradiksi di dalamnya.Maka apakah mereka tidak melakukan tadabbur terhadap al-Qur’an?Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah merekamendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. Berdasar keduaayat ini tampak bahwa al-Qur’an adalah satu kesatuan yang salingterkait yaitu melalui penghayatan secara intens.118

Ketiga, menampakkan hakikat kesatuan al-Qur’an adalah salahsatu manifestasi sunnatullah. Bahwa Allah menciptakan alam, tubuhmanusia, dan al-Qur’an di atas pondasi kesatuan struktur yang kokoh,saling menguatkan.119

Hal tersebut sebagaimana penjelasan Sayyid Qut}b dalammukaddimah tafsirnya, ia menjelaskan bahwa di alam semesta initidak ada sesuatu pun yang terjadi secara, tiba-tiba, kebetulan danketidaktahuan. Alam semesta ini tidaklah dibiarkan menurut sistemdan mekanisme yang tuli dan buta. Oleh karena itu, di belakangundang-undang alam ini pasti terdapat kehendak yang mengatur dan

114Muh}ammad ‘Abduh, Tafsi>r al-Mana>r (Bairu>t: Da>r al-Ma’rifah, 1973),jilid 5, 292.

115Ah}mad Must}afa> al-Mara>ghi>, Tafsi>r al-Mara>ghi>(Kairo: Maktabah wamat}ba’ah Must}afa> al-ba>by> al-H{alaby>, 1970), 168.

116Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>, Mafa>tih al-Ghaib (Beirutt: Da>r al-Fikr, 1985), 268.117Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim

(Yogyakarta: LKiS, 2008), 19. Lihat Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 112.118Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 1-2.119Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 8.

Page 108: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

86

kehendak mutlak Allahlah yang menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. 120

Sai>d H{awwa> mengungkapkan bahwa kesempurnaan danketeraturan alam semesta membuktikan adanya kesatuan. Demikianjuga keteraturan al-Qur’an juga membuktikan adanya kesatuan didalamnya. Kesatuan alam semesta tidak berarti meniadakan kesatuanunit-unit yang beragam, dari yang terkecil sampai yang terbesar.Kesatuan dalam keragaman juga tidak meniadakan kesatuan yangindependen dalam kesatuan universal. Demikian juga dalam al-Qur’an,bahwa kesatuan universal di dalamnya tidak meniadakan kesatuandalam bagian-bagiannya yang merupakan hal penting dalampembentukan kesatuan universal.121

Keempat, dengan bimbingan wahyu Rasul sangat perhatianterhadap susunan al-Qur’an. Setiap ayat turun, Rasul selalu memberiinstruksi untuk meletakkan ayat tersebut setelah ayat tertentu dandalam surah tertentu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa susunantersebut adalah sebuah susunan yang kokoh, bagaikan satu tubuh.122

Hal itu pula yang mengundang persangkaan bahwa susunan al-Qur’anadalah hasil kreasi manusia dalam hal ini Nabi dengan dibantu Jibril.123

Jika benar demikian maka al-Qur’an tidak akan relevan untuk setiapmasa. Dengan sangat jelas al-Qur’an membantah persangkaan tersebutdengan dengan surah al-Nisa>’ (4): 82.

Kelima, sepanjang sejarah perhatian para ulama sangat intensterhadap pembahasan mengenai rahasia susunan al-Qur’an, yang manadengan mengetahui rahasia susunan al-Qur’an akan membuktikanbahwa semua bagian dalam al-Qur’an satu kesatuan.124

Al-Zamakhshari>, seorang ahli tafsir modern, berusahamenampakkan sisi keindahan artistik dalam al-Qur’an.125 Hal tersebuttelah dilakukan oleh pendulunya, ‘Abd al-Qa>hir al-Jurja>ni>, ia intensdalam bidang balaghah dan i’ja>z.126 Artinya, perhatian terhadap

120Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/12-13.121Sa>’id H{awwa>, al-Asa>s fi> al-Tafsi>r (Kairo: Da>r al-Sala>m, 1989), Jilid 8,

4156-4157.122Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 2.123Muh}ammad Shah}ru>r, al-Kita>b wa al-Qur’a>n Qira’ah Mu‘a>s}irah (Kairo:

Si>na li al-Nashr wa al-Aha>li>, 1992), 32.124Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 2.125Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 28.126Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 31.

Page 109: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

87

struktur teks al-Qur’an tetap hangat dari masa ke masa, bahkan sampaisekarang.

Keenam, para orientalis yang tidak pantang menyerah dalammenanamkan keraguan terhadap al-Qur’an. Mereka selalumenggambarkan bahwa al-Qur’an seakan-akan saling kontradiktifantara bagian-bagiannya. Maka pembahasan kajian ini merupakanbantahan terhadap keragu-raguan yang dihembuskan oleh paraorientalis.127 Sebagaimana Gerhard Endress yang menyatakan bahwaal-Qur’an adalah kitab yang susunannya tidak teratur dan tidak samadengan susunan ketika diturunkan.128

Ketujuh, para ulama sepakat atas urgensi memahami ilmumuna>sabah, yaitu sebuah disiplin ilmu yang membahas keserasian danketerkaitan antar ayat dan antar surah, dengannya akanmenghantarkan pemahaman yang komporehensif dan menghindarkandari pemahaman yang parsial. Memahami ayat berdasarkan titikparsial tersebut tanpa melihat ayat sebelum atau sesudahnya.Akibatnya, kesimpulan yang diambil bertentangan dengan spirit al-Qur’an secara umum. Bahkan akibat terfatalnya adalah, membuat al-Qur’an seakan bertentangan antara satu ayat dengan ayat yang lain.Urgensi kajian kesatuan tema al-Qur’an tersebut seperti dijelaskanoleh Amir Faishol Fath dalam pendahuluan bukunya.129

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Fishol Fath terdapat bukti-bukti kesatuan al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:130

1. Setiap huruf berada pada posisi yang tepat.2. Setiap kata digunakan dengan tepat.3. Hubungan antar kata dan kalimat dalam satu ayat.4. Hubungan antara ayat.5. Hubungan antara frase ayat dalam satu surah.6. Hubungan antara pembuka dan penutup surah.7. kesatuan tematik dalam satu surah.8. Hubungan antara surah-surah al-Qur’an.9. Hubungan ayat bertema sama namun terletak dalam surah yang

berbeda.

127Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 2.128Gerhard Endress, an Introduction to Islam (Edinburgh: Edinburgh

University Press, 1994), 23.129Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 1-2.130Lihat selengkapnya dalam Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an,

75-113.

Page 110: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

88

10. Hubungan ayat bertema sama namun terletak dalam surah yangberbeda.

11. Kesatuan tematik dalam keseluruhan al-Qur’an.12. Kesatuan al-Qur’an secara komprehensif.

Susunan al-Qur’an yang unik adalah sebuah mukjizat.Kemukjizatan al-Qur’an akan selalu ada dalam posisi tantangan yangtegar dan akan tetap berlaku di sepanjang zaman. Rahasia-rahasia alamyang diungkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebuahfenomena dari hakikat tinggi yang terkandung dalam rahasia yangmerupakan bukti dari eksistensi Pencipta dan Perencananya.Demikian, al-Qur’an merupakan mukjizat bagi seluruh manusia.131

D. Karakteristik Kesatuan Tema al-Qur’an dalam Fi> Zila>l al-Qur’a>nApresiasi Sayyid Qut}b terhadap sastra al-Qur’an terbukti

dalam karyanya semisal al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n, Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n, dan karya terpanjangnya dalam bidang tafsir Fi>Zila>l al-Qur’a>n. Karya-karya tersebut merupakan kajian yangmendalam tentang hubungan antar ayat-ayat al-Qur’an yang ditulispada masa modern. Ada banyak asumsi keagaamaan dan ideologis didalam pikirannya, bahwa studi sastra dari kitab suci tidak hanyamenjelaskan sifat agama di hati para pengikutnya, tetapi jugamenjelaskan pada bahasa agama132 itu sendiri dan hal-hal yangmerupakan sebuah penggambaran atau ilustrasi.133

Boullata menyatakan bahwa Sayyid Qut}b sangatmemperhatikan konsep ilustrasi artistik dan juga intensmemperkenalkan sebuah konsep baru yaitu keserasian setiap surah al-Qur’an dan al-Qur’an secara keseluruhan.134

131Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 260.132Bahasa agama, menurut Komaruddin Hidayat, mencakup tiga hal.

Pertama, ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan obyek pemikiranyang bersifat metafisis, terutama tentang Tuhan. Kedua, kitab suci, terutama bahasaal-Qur’an. Ketiga, ritual keagamaan. Lihat selengkapnya dalam KomaruddinHidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik (Jakarta:Paramadina, 1996), 5-6.

133Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appeciation of the Qur’an,” dalamLiterary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata, 367-368.

134Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appeciation of the Qur’an,” dalamLiterary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata, 362.

Page 111: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

89

Sayyid Qut}b menyatakan, “Dengan demikian maka orang yanghidup di bawah naungan al-Qur’an dapat mengetahui bahwa setiapsurah al-Qur’an memiliki kepribadian tersendiri. Kepribadian yangmemiliki ruh dan hatinya hidup bersamanya, sebagaimana ia hidupbersama ruh yang hidup dengan keistimewaan bentuk, sifat, dannafasnya. Dan, surah itu memiliki tema sentral atau beberapa temasentral yang digiring kepada titik pusat yang khusus. Ia juga memilikinuansa khusus yang membayangi semua temanya, dan paparannyameliputi tema-tema itu dari segi-segi tertentu. Sehingga tampaklahkeserasiannya dengan nuansa ini. Dan, ia mempunyai irama musikaltertentu. Apabila terjadi perubahan irama di tengah-tengahpemaparannya, maka perubahan itu hanyalah karena menyesuaikandengan tema-tema khususnya. Demikian, menurutnya, karakter umumsemua surah al-Qur’an, tidaklah menyimpang dari kaidah ini surah-surah yang panjang.135

Setiap penggiat kajian kesatuan tema mempunyai karakteristikyang berbeda-beda dalam mengungkap kesatuan tema. Begitu pulaSayyid Qut}b dalam Fi Zila>l al-Qur’a>n-nya, ia mempunyai karakteristikyang berbeda dengan yang lain. Ia membuat kaidah umum untuksemua surah dan menyatakan bahwa penafsirannya terhadap surah-surah al-Qur’an tidak menyimpang dari kaidah tersebut. Di antarakarakteristik kesatuan tema yang dimiliki Sayyid Qut}b adalah: 136

Pertama, Sayyid Qut}b menggunakan istilah tema sentraldengan kata mih}war yang berarti poros. Setiap surah memiliki temasentral atau beberapa tema sentral. Sebuah surah mungkin memilikisatu topik (maud}u>‘) yang kemudian akan menjadi lokus tema ataumungkin mempunyai beberapa topik utama (maud}u>‘a>t) yang terikaterat dengan tema.

Kedua, Sayyid Qut}b merumuskan bahwa setiap surahmempunyai suasana khusus (jaww) yang menaungi semua temanyadan membantu mengintegrasikan topik yang harmonis dan memilikiirama musik (i>qa>’ mu>si>qi>) yang terkait dengan topik dan akan berubahhanya ketika ada perubahan topik.

Ketiga, semua hal-hal yang terkait pemersatu mengantarkansetiap surah dengan apa yang Sayyid Qut}b sebut dengan kepribadian(shakhs}iyyah) yang hidup dan membuat pembaca merasa itu adalah

135Sayyid Qut}b, Fi>Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/ 34.136Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/28.

Page 112: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

90

makhluk hidup. Metode tunggal yang digunakan al-Qur’an,menurutnya, adalah ilustrasi artistik.

Apresiasi Sayyid Qut}b terhadap kesatuan surah al-Qur’ansangat besar. Hal tersebut terlihat dengan penekanannya terhadappentingnya gagasan kesatuan puisi Arab modern, sebagaimana yangdilakukan oleh ‘Abba>s Mah}mu>d al-‘Aqqa>d dalam kritikannya terhadappara penyair Arab neo-klasik semisal Ah}mad Shauqi>. Di bawahgagasan kesatuan puisi Arab tersebut, perhatian Sayyid Qut}b terhadapkesatuan surah al-Qur’an semakin kuat. Perhatian tersebutsebagaimana dilakukan oleh beberapa pakar yang mencobamenganalisa keterkaitan teks al-Qur’an.137 Hasil penemuan-penemuanSayyid Qut}b sebagai seorang pemerhati sastra menuntunnya untukpercaya bahwa setiap surah al-Qur’an mempunyai satu tema yangbiasanya ia sebut mih}war, bahkan seluruh al-Qur’an mempunyai satutujuan yang koheren, biasanya ia menyebutnya hadaf.138

Keempat, Sayyid Qut}b menyatakan bahwa setiap surahmencerminkan kesatuan tema yang padu, sekalipun maknanyabermacam-macam, temanya banyak, begitu juga bagian-bagiannya,namun ia memiliki kepribadian yang menyatu serta ciri-ciri yangistimewa. Menurutnya setiap surah memiliki kepribadian khusus,memiliki ciri-ciri dan poros, metode pemaparan mengenai temamendasarnya, efek-efek pemberi inspirasi yang menyertai pemaparanitu, ilustrasi dan bayangan serta nuansa yang menaunginya, dan jugaungkapan-ungkapan khusus yang berulang-ulang di dalamnya.139

Kelima, Sayyid Qut}b intens dalam ranah sastra, ia telahmenemukan ide-ide mengenai isyarat sastra dalam al-Qur’an denganteori ilustrasi artistik-nya. Cita-citanya yang agung adalahkeinginannya menafsirkan al-Qur’an dengan teori tersebut.140 Salahsatu karya fenomenalnya adalah kitab tafsir yang merupakan karyaterpanjangnya, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Ketika Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>nmenjelaskan kunci estetika yang digunakan Sayyid Qut}b untukmembongkar lumbung-lumbung keindahan dalam al-Qur’an, maka Fi>Z{ila>l al-Qur’a>n adalah sebuah kunci dari pergerakan yang digunakan

137Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appeciation of the Qur’an,” dalamLiterary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata, 362-363.

138Mustansir Mir, Coherence in the Qur’an, 69.139Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/1015140Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 602.

Page 113: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

91

Sayyid Qut}b untuk membongkar lumbung-lumbung da’wahpergerakan.141

Keenam, Sayyid Qut}b menulis kitab tafsirnya denganperspektif baru yang segar, yaitu relevansinya dengan permasalahanIslam kekinian. Gaya penulisan Sayyid Qut}b yang berkomitmenmelihat Islam tanpa kompromi. Ia melihat adanya ke-jahiliyah-andalam banyak lembaga modern. Pemikirannya adalah menjadikanIslam sebagai kekuatan sosial politik yang dominan dalam masyarakatIslam. Tafsir karya Sayyid Qut}b sangat berbeda dengan tradisipenafsiran standar, di dalamnya lebih banyak ide yang mengalir bebasdalam di seluruh teks. Tentunya ini sangat menarik untuk kontekskekinian. Seperti judulnya “Di Bawah Naungan al-Qur’an”, berusahamenemukan relevansi permasalahan dalam pribadi muslim maupunkolektif dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.142

Hal-hal yang ditegaskan Sayyid Qut}b dalam penafsirannyamerupakan bukti-bukti kesatuan al-Qur’an. Salah satu dari tujuan Fi>Z}ila>l al-Qur’a>n adalah menjelaskan kesatuan tema al-Qur’an.143

Bahkan Sayyid Qut}b dalam setiap komentarnya pada setiap surahselalu menghubungkan dengan isi pesan kesatuan al-Qur’an, bukanhanya untuk menunjukkan koherensi sastra al-Qur’an secarakeseluruhan, tetapi untuk menekankan tujuan agama. Hal tersebutsesuai dengan komentarnya dalam surah al-Ma>’idah.144

Amir Faishol Fath menjelaskan beberapa poin penegasanSayyid Qut}b yang berhubungan dengan prinsip kesatuan al-Qur’an.Point-point tersebut adalah bahwa setiap kalimat berada dalam posisiyang tepat, hubungan antara kalimat dalam satu ayat, hubunganberbagai frase ayat dan frase surah, struktur dan redaksi suatu surahsangat kokoh, hubungan antara awal dan akhir surah, kesatuan tematikdalam satu surah, hubungan antara surah-surah al-Qur’an, kesatuantematik dalam satu juz, dan kesatuan tematik dalam keseluruhan al-Qur’an. Dalam bukunya Amir Faishol Fath menjelaskan dengansingkat disertai dengan contoh-contoh penafsiran Sayyid Qut}b.145

141Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 604.142Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a contemporary

Approach (Kanada: Routledge, 2006),18.143Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 147.144Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/825.145Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 246-260.

Page 114: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

92

Menurut al-Khalidi, bahwa salah satu tujuan-tujuanfundamental dan metode dari Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah menjelaskankesatuan tema al-Qur’an.146 Menurutnya, Sayyid Qut}b sangatmemperhatikan kesatuan tema al-Qur’an, mengungkapkannya, sertasangat bersemangat dalam menuangkannya dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n.Menurut Sayyid Qut}b, setiap surah mencerminkan kesatuan yangpadu, dan al-Qur’an mencerminkan kesatuan yang padu pula. PembacaFi> Z{ila>l al-Qur’a>n akan berkesimpulan—setelah membaca denganseksama—bahwa Sayyid Qut}b memiliki bakat dalam menampakkankesatuan tema al-Qur’an. Bakat yang dimiliki Sayyid Qut}b antara laindalam berpendapat bahwa al-Qur’an adalah satu kesatuan, bahwasetiap surah mempunyai satu kepribadian, serta dalam menjelaskanketerpaduan yang terdapat dalam ayat-ayat surah itu seluruhnya.147

Senada dengan al-Kha>lidi>, menurut Fahd al-Ru>mi>, tujuanutama kitab tersebut adalah membuktikan kesatuan al-Qur’an,diantaranya dengan mengkaji dan menjelaskan hubungan antara surahdengan surah setelahnya, hubungan antara berbagai frase, hubunganantara kalimat-kalimat dalam satu ayat.148

Al-Khalidi sependapat dengan Adnan Zurzur yang menyatakanbahwa Sayyid Qut}b adalah mufassir pertama dalam sejarah al-Qur’anyang menjelaskan kesatuan tema dalam surah al-Qur’an, panjang ataupendek. Menurutnya, Sayyid Qut}b telah memperoleh petunjuk untukmengungkap kesatuan tema dalam al-Qur’an serta menjelaskannya.Sayyid Qut}b benar-benar memperhatikan tujuan al-Qur’an yangmendasar, tujuan amaliah yang bersifat gerakan dan fungsi yangfundamental. Menurutnya bangunan inti dari al-Qur’an adalahpemikiran dan akidah, dan bahwa perbuatan manusia adalah inspirasidari pemikiran dan akidah.149 Sayyid Qut}b juga berpandangan bahwaal-Qur’an adalah inspirator, motivator dalam kehidupan nyata. Itulahsebabnya jika salah satu dari corak tafsirnya adalah h}araki>. H{araki>dimaksudkan sebagai sarana dalam mewujudkan masyarakat yangideal, bukan hanya sebagai kajian tafsir teoritis.150

146Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 608-609.147Al-Khalidi Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 147-148.148Al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar, 1039-1040.149Adnan Zurzur, Madkhal ila> Tafsi>r al-Qur’a>n wa ‘Ulu>mihi (Damaskus: Da>r

al-Qalam, 1998), 267.150Al-Kha>lidi>, Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 606.

Page 115: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

93

Mengenai referensi, dalam penulisan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, SayyidQut}b selalu berusaha kembali kepada referensi dan mengambil sumber.Ketika selesai menafsirkan sebuah ayat, Sayyid Qut}b selalu merujukpada referensi, untuk memperkuat kebenaran penafsirannya,meluruskan ketika salah penafsiran atau pun mengambil ide pemikiransebagai dasar hukum.151 Pengambilan sumber dilakukan Sayyid Qut}bdalam dua bentuk. Pertama, mengambil pemikiran-pemikiran secaraumum, tidak mengutip perkataan tertentu, cukup dengan menunjukkanreferensi kepada pembaca. Kedua, mengambil perkataan untukdijadikan argumentasi atau bukti. Dalam hal ini Sayyid Qut}bmengutipnya dan seringnya menggunakan tanda kutip, terkadangmenunjukkan rujukan dan halaman pada catatan kaki. Hal tersebutsesuai dengan kriteria metodologi ilmiah.152 Dengan segalaketerbatasan kondisi yang dialami Sayyid Qut}b ketika menulis Fi> Z{ila>lal-Qur’a>n yang ditulis dalam penjara, Sayyid Qut}b berusaha merujukpada referensi-referensi. Hal tersebut adalah bukti bahwa Sayyid Qut}bberusaha memenuhi syarat metodologi dalam hal studi dan menulis.

Dari paparan di atas, disimpulkan peta intelektual Sayyid Qut}bdimulai dari dunia sastra dan kritik sastra. Selanjutnya, ia tertarikmendalami dunia pemikiran Islam secara umum. Ide kesatuan temayang ia tawarkan tertuang dalam karya terbesarnya Fi>Z{ila>l al-Qur’a>n.Sayyid Qut}b sebagai seorang pemerhati sastra mengantarkannyauntuk berkesimpulan bahwa setiap surah al-Qur’an mempunyai satutema yang biasanya ia sebut mih}war, bahkan seluruh al-Qur’anmempunyai satu tujuan yang koheren, biasanya ia menyebutnya hadaf.Ide kesatuan tema yang ia tawarkan tertuang dalam karya terbesarnyaFi> Z{ila>l al-Qur’a>n.

151Beberapa sumber dan referensi yang digunakan Sayyid Qut}b dalampenulisan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n diantaranya, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, al-Ja>mi’ liAh}ka>m al-Qur’a>n, Ja>mi’ al-Baya>n, al-Kashsha>f, Ru>h} al-Ma’a>ni>, al-Mana>r, al-Tafsi>ral-H{adi>th li Muh}ammad Izzah Darwazah, dan buku-buku lain. Lihat Al-Kha>lidi>,Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n, 613.

152Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Quran, 177.

Page 116: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

94

Page 117: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

95

BAB IVAPLIKASI KONSEP KESATUAN AL-QUR’AN SAYYID

QUT}B DALAM KARYANYA

Sayyid Qut}b, sebagaimana kita ketahui, sebelum konsenmenulis karya-karya yang sifatnya pemikiran, sosial, dan politik,perhatiannya banyak tercurah pada bidang-bidang sastra dan kritiksastra. Dia adalah murid dari ‘Abbas al-‘Aqqa>d dalam bidang sastra,hingga akhirnya dia memilih secara bertahap untuk keluar darimadhhab al-‘Aqqa>d dan berdiri sendiri dalam paham yang diyakininya.Perspektifnya adalah filsafat, nuansa sajak yang ditulisnya sentimentalemosional, juga karakter esainya yang khas kritik yang tajam. Haltersebut bisa kita ketahui dari karya-karyanya yang tersebar dalamberbagai koran dan majalah, seperti al-Risa>lah dan al-Thaqa>fah.1

Sedangkan karya-karya Sayyid Qut}b pada fase pemikiranbanyak membidik tema-tema sosial kemasyarakatan yang merupakansebuah respons dari problem-problem sosial yang muncul padazamannya. Telah banyak kita jumpai riset-riset yang berusahamengungkap arah peta pemikiran Sayyid Qut}b dalam obyek kajiankeislaman secara umum. Misalnya, konsep jihad Sayyid Qut}b, keadilansosial dalam pandangan Sayyid Qut}b, jahiliyyah dalam pandanganSayyid Qut}b dan lain sebagainya yang disajikan dengan metode tafsirtematik. Dalam bab ini penulis akan berusaha mengupas kedekatanSayyid Qut}b dalam bidang sastra, di mana Sayyid Qut}bmengembangkan sebuah teori kesatuan tema.2 Teori kesatuan tematersebut sekaligus sebuah counter untuk beberapa pernyataan sarjanaBarat yang menyatakan kekacauan susunan al-Qur’an—terutamadalam surah panjang.

Pernyataan para sarjana Barat tentang kekacauan dan ketidaklogisan al-Qur’an karena terkesan tidak sistematis dalam penyampaianpesan-pesannya telah direspon dengan sedemikian baik oleh parasarjana muslim. Respon tersebut berupa pemikiran dan ide-ide yangmereka tuangkan dalam paper atau buku yang mereka tulis tentangkoherensi al-Qur’an. Misalnya Islam Dayeh dalam tulisannya yangberjudul “Al-H{awa>mi>m: Intertextuality and Coherence in Meccan

1S{ala>h ‘Abdul Fatta>h}al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi ZhilalilQuran, trj. Salafuddin Abu Sayyid (Surakarta: Era Intermedia, 2001), 29.

2Fahd ibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sulaima>n al-Ru>mi>, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ ‘Ashar (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1997), 1039.

Page 118: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

96

Surahs” (2011). Ia mengambil objek kajian surah-surah H{awa>mi>m,yaitu surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf terpisah h}a>mi>matau h}a>mi>m ‘ai>n si>n qa>f. Surah-surah tersebut adalah surah 40(Gha>fir), 41 (Fus}s}ilat), 42 (al-Shu>ra>), 43 (al-Zukhruf), 44 (al-Dukha>n),45 (al-Ja>thiyah), 46 (al-Ah}qa>f). Kesimpulan dari penelitiannya adalahsurah-surah itu saling berhubungan dengan memperhatikan kronologi.Ia menulis: “I have argued that the surahs are interconnected”.3

Penelitian tentang koherensi, struktur teks dan kesatuan temaal-Qur’an dimunculkan kembali pada akhir abad ke dua puluh.Misalnya oleh Angelika Neuwirth, Mustansir Mir, Issa J. Boullata, danSalwa M.S. El-Awa, Raymond K. Farrin dan lain sebagainya. Dalambab ini berisi aplikasi ide-ide pemikiran Sayyid Qut}b dalam kesatuanal-Qur’an. Pembahasan dalam bab ini adalah: Pertama, kesatuanmetode pengungkapan al-Qur’an dengan menggunakan penggambarandiagnostik dengan jalan personifikasi. Kedua penafsiran berbasiskesatuan tema dalam surah. Penelitian ini menggunakan sampel duasurah terpanjang dari kelompok Madaniyyah dan Makkiyyah, yaitu al-Baqarah dan al-Shu‘ara>’. Ketiga, penafsiran berbasis kesatuan temadalam juz, Sayyid Qut}b menggunakan gagasan tersebut ketikamenafsirkan juz terakhir dari al-Qur’an. Keempat, penafsiran berbasiskesatuan tema dalam al-Qur’an keseluruhan.

A. Kesatuan Metode dalam Pengungkapan al-Qur’anSayyid Qut}b mengatakan bahwa sejak awal turunnya al-Qur’an

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, karena metodebertuturnya. Hal tersebut karena uslub-nya dipaparkan dalam ilustrasiartistik. Menurutnya, lebih dari tiga perempat kandungan al-Qur’anmenggunakan penggambaran. Hanya ayat-ayat hukum yangmerupakan bagian kecil dari al-Qur’an yang tidak menggunakanpenggambaran. Selanjutnya, dalam berbagai bentuk ilustrasi artistikmerupakan kaidah besar yang digunakan al-Quran sebagai pola dankarakteristik yang integral.4 Artinya, penggambaran (ilustrasi) dalamal-Qur’an membentuk kesatuan. Setiap bagian kata menggambarkanketerkaitan ilustratif antara yang satu dengan yang lain untuk

3Baca lebih lanjut dalam Islam Dayeh, “Al-H{awa>mi>m: Intertextuality andCoherence in Meccan Surahs,” dalam The Qur’a>n in Context, ed. AngelikaNeuwirth, Nicolai Sinai dan Michael Marx (Leiden: Brill 2011), 461-498.

4Issa J. Boullata, Al-Qur’an yang Menakjubkan, trj. Bachrum B. dkk(Ciputat: Lentera Hati, 2008), 19-20.

Page 119: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

97

menampakkan cakrawala umum yang sesuai dengan tema yangdigambarkan.5

Menurutnya, kesatuan tidak hanya dalam konteks hubunganayat dan surahnya. Akan tetapi juga dalam konteks gaya tuturnya,dalam hal ini adalah keteraturan dalam metode pengungkapan.6 Iamenyatakan bahwa al-Qur’an mempunyai kesatuan metode dalampengungkapan. Yaitu sebuah metode yang digunakan dalam seluruhtema yang disampaikan.7 Ia mengupas secara rinci metode tersebutdalam dua bukunya al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n dan Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n.8

Metode yang dimaksud adalah penggambaran diagnostikdengan jalan imajinasi dan personifikasi melalui pembayangan danvisualisasi.9 Selanjutnya metode tersebut ia terapkan dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n sembari menambahkan gagasan baru bahwasanya setiap surahdalam al-Qur’an membentuk sebuah kesatuan yang padu, berputarpada sebuah poros, memiliki sebuah atmosfer dalam menjelaskansebuah tema atau beberapa tema yang koheren dan serasi.10 Sepertiyang dikatakannya, bahwa satu surah memiliki kepribadian yangkhusus dan memiliki jiwa yang membuat pembacanya merasakanbahwa surah itu adalah seperti makhluk yang hidup.11

Ilustrasi adalah sarana favorit dalam gaya bahasa al-Qur’an. al-Qur’an melukiskan makna abstrak, suasana jiwa, peristiwa yang kasatmata, pemandangan yang terlihat, model dan tabiat manusia denganlukisan indrawi yang terbayangkan. Lukisan tersebut kemudiandiberinya denyut kehidupan atau gerakan yang yang kontinyu. Maka,makna abstrak pun menjadi sebuah bangun atau gerakan, suasana jiwamenjadi lukisan atau adegan, model manusia menjadi pribadi yanghidup, tabiat manusia menjadi bertubuh dan terlihat. Adapunperistiwa, adegan, kisah dan pemandangan-pemandangan, di dalamnyaada kehidupan dan gerak. Apabila disandarkan padanya dialog makatelah sempurna semua unsur imajinasi. Sebuah pementasan dimulai,

5Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, terj. Nasiruddin Abbas(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010), 416.

6Amir Faishol Fath, The Unity of A l-Qur’an, 414.7Boullata, Al-Qur’an yang Menakjubkan, 390.8Boullata, Al-Qur’an yang Menakjubkan, 20.9Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2002),

239.10Boullata, Al-Qur’an yang Menakjubkan, 21.11Sayyid Qut}b, Fi Z{ila>l al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1978), 1/28

Page 120: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

98

para pendengar diubahnya menjadi kaca mata, digiring menuju tempatkejadian utama. Adegan-adegan muncul sambung-menyambung,gerakan-gerakan muncul silih berganti, dan pendengar lupa bahwayang ada di hadapannya hanya kata-kata yang dibacakan, danperumpamaan-perumpaan, bukan sebuah pemandangan yang benar-benar terjadi. Pendengar merasa bahwa semua itu bena-benar terjadi,tokoh-tokoh bermunculan dan melintas di atas panggung, emosi-emosimuncul sejalan dengan peristiwa yang sedang terjadi, kata-kataterucap dari gerakan lidah. Terungkap perasaan yang tersembunyi. Itusemua adalah kehidupan, bukan cerita tentang kehidupan.12

Di bawah ini kita lihat contoh-contohnya, kita mulai denganmakna abstrak yang ditampilkan dalam pelukisan indrawi, misalnyasebgai berikut:1. Al-Qur’an ingin menjelaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan

memperoleh perkenan dari Allah dan tidak akan masuk surga.Karena dua hal tersebut adalah perkara yang mustahil bagi mereka.Gaya pelukisan tersebut dalam surah al-A‘ra>f (7): 40 sepertiberikut:13

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akandibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akanmasuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuatjahat.”

Selanjutnya, pembaca akan dibiarkan untuk berimajinasi,bagaimana proses terbukanya pintu-pintu langit dan masuknya benangtebal ke dalam lubang jarum. Benang tebal dalam ayat tersebut disebutseekor unta. Perasaan dibiarkan terkesan melalui imajinasi dua haltersebut, sejauh mana kesan tersebut diserap. Supaya pada akhirnya,

12Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n, 36.13Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n, 38.

Page 121: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

99

makna perkenan dan kemustahilan tersebut tertancap dalam relungjiwa. Sebuah pelukisan yang terjadi pada pembaca, dari mata danmedia lain dengan imajinasi secara pelan-pelan, bukan hanya melaluijalur nalar dengan kecepatan abstraknya.2. Al-Qur’an ingin menjelaskan pada manusia bahwa sedekah yang

disertai riya (pamer) dan diikuti oleh sikap menyebut-nyebut dankata-kata menyakitkan, tidak akan menghasilkan dan menyisakanapa-apa. Al-Qur’an melukiskan makna abstrak ini kepada merekadalam bentuk lukisan indrawi imajinatif dalam surah al-Baqarah(2): 264 seperti berikut:14

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamumerusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti(perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanyakarena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allahdan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licinyang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatuapa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberipetunjuk kepada orang-orang kafir.”

Al-Qur’an membiarkan pembaca membayangkan kondisi batuyang keras dan datar, permukaannya diselimuti debu tipis hinggadisangkakan sebagai tempat yang subur. Akan tetapi tiba-tiba turunhujan dengan deras. Hujan disangkakan akan menambah subur batuberselimut debu yang seakan-akan mengandung kesuburan layaknyatanah yang akan bertambah subur karena mendapat guyuran hujan.Debu tipis yang menyelimuti malah hilang, hanyut terbawa air.

Kemudian pelukisan dilanjutkan untuk menampakkan maknayang berlawanan dengan makna riya dan makna hilangnya sedekah

14Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n, 39.

Page 122: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

100

yang diikuti sikap menyebut-nyebut dan menyakiti. Tersebut dalamsurah al-Baqarah (2): 265.

Artinya: “Dan perumpamaan orang yang menginfakkanhartanya untuk mencari rida Allah dan untuk memperteguh jiwamereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yangdisiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahandua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (punmemadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Di sini halaman lain dalam lukisan, halaman yang berlawanandengan halaman pertama tersebut di atas. Sedekah yang diinfakkanuntuk mengharap rida Allah, dalam lukisan kedua ini, diibaratkankebun, bukan segenggam debu. Jika di lukisan pertama segenggamdebu di atas permukaan batu, maka kebun di lukisan kedua, berada diatas tanah yang tinggi. Lalu, hujan yang sama mengguyur keduanya.Pada kondisi pertama, menghapus dan menghilangkan, sedangkan padakondisi kedua menumbuhkan dan menyuburkan. Pada kondisi pertamamengenai batu licin, terlihat gersang, seperti sikap menyakiti.Sedangkan pada kondisi kedua, mengenai kebun, bercampur dengantanah dan menghasilkan buah. Seandainya hujan itu tidak turun diatasnya, maka di dalamnya telah ada potensi subur dan menghasilkanbuah, meskipun hanya disirami oleh gerimis. “Jika hujan lebat tidakmenyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai).”3. Al-Qur’an kembali menyuguhkan hal senada di atas dalam

kesempatan lain. Makna abstrak yang disajikan dalam lukisanindrawi sebagaimana dalam surah A<li ‘Imra>n (3): 117 adalahsebagai berikut:15

15Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n, 40-41.

Page 123: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

101

Artinya: “Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalamkehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangatdingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimidiri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka,tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.”

Maka disajikan pelukisan sawah yang diterpa angin yangmerusak tanaman dan buah-buahan, pemiliknya tidak mendapatkanapa yang didambakan setelah bekerja dengan keras. Seperti halnyaorang yang meginfakkan hartanya sedangkan dia kafir, ia berharapkebaikan dari apa yang disedekahkan, tetapi kekafirannyamelenyapkan apa yang ia harapkan.

Tidak ketinggalan membahas bunyi kata “s}irr” dalammengilustrasikan makna yang ditunjukkannya. Bunyi itu seumpamagranat-granat kecil yang meluncur di atas permukaan sawah danmemporak-porandakannya. Hal tersebut adalah salah satu warnakeserasian.

Demikian contoh-contoh ilustrasi artistik, makna abstrak yangdisajikan dalam lukisan indrawi khayali. Selanjutnya, selain pelukisan-pelukisan di atas, al-Qur’an juga melukiskan suasana jiwa dan mental.Misalnya digambarkan seperti contoh-contoh di bawah ini:1. Al-Qur’an ingin menampakkan kebingungan orang yang

menyekutukan Tuhan setelah mengimani keesaan-Nya, orang yangterbagi hatinya antara Tuhan yang Esa dengan tuhan yang berbilangdan perasaannya terbagi antara petunjuk dan kesesatan. Tersebutdalam surah al-An‘a>m (6): 71.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Apakah kita akanmemohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberimanfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan(apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberipetunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan dibumi, dalam keadaan kebingungan.” Kawan-kawannya mengajaknyake jalan yang lurus (dengan mengatakan), “Ikutilah kami.”

Page 124: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

102

Sebuah gambaran makhluk merana yang disesatkan oleh setandi muka bumi terpampang di depan mata. Penyesatan dipaparkandengan sebuah kata yang sesuia dengan maknanya, yaitu istahwa.Seandainya dia mengikuti jalan penyesatan itu sepanjang jalan, makaakan tenang dalam satu tujuan, meskipun di jalan yang sesat. Akantetapi, dari arah lain, sebagian temannya mengajak pada petunjuk danmenyerunya, “Mari ikut dengan kami!” Dia bingung di antarapenyesatan dan ajakan, dilema. Dia tidak tahu mana yang harus diikutidan jalan mana yang harus ditempuh, sementara dia hanya berdiri,termenung menoleh ke sana kemari.16

2. Al-Qur’an ingin menjelaskan kegoncangan akidah. Seseorang tidakkukuh dalam keyakinan, tidak tahan menghadapi kesulitan hidupdengan hati yang kuat, tidak menjauhkan keyakinannya darikepentingan-kepentingan hidup, untung dan rugi. Al-Qur’anmelukiskan kegoncangan tersebut dengan penggambaran yanggontai, terengah-engah dan hampir roboh. Tersaji dalam surah al-H{ajj (22): 11.17

Artinya: “Di antara manusia ada yang menyembah Allah diatas tepian. Maka jika ia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalamkeadaan itu. Namun jika ia ditimpa suatu bencana, berbaliklah ia kebelakang. Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalahkerugian yang nyata”.

Di sini, imajinasi bekerja. Imajinasi seakan menunjukkansebuah tepian, di mana sebagian manusia menyembah Allah. Begitujuga membayangkan kekacauan indrawi yang menimpa mereka,terombang-ambing antara menetap dan berbalik arah. Benar, lukisanitu mampu mengilustrasikan keconcangan lebih jelas dari pada katakegoncangan itu sendiri, karena tercetak dalam indra dan tertancapdalam jiwa.

Bandingkan, pelukisan ayat ini ketika Sayyid Qut}b masih kecildengan pelukisan yang sekarang. Ia menyatakan bahwapenggambarannya sewaktu kecil dengan penggambaran yang sekarang

16Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n, 44.17Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n, 45-46.

Page 125: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

103

tidak jauh beda. Menurutnya, perbedaan hanya terletak padapengetahuannya saat ini yang menyatakan bahwa hal tersebut adalahperumpamaan yang diibaratkan, bukan hakikat yang disaksikan.Dengan kata lain pengilustrasian ditangkap oleh tingkat pemahamanyang berbeda.

Sayyid Qut}b menceritakan interaksinya dengan al-Qur’an padamasa kanan-kanaknya dalam pembukaan al-Tas}wi>r al-Fanni fi> al-Qur’a>n. Dia berkata: “Aku membaca al-Qur’an dan usiaku pada saatitu masih kanak-kanak. Pemahamanku belum bisa menangkapkedalaman akan makna-maknanya, dan juga belum bisa memahamitujuan-tujuannya yang mulia. Akan tetapi aku menemukan sesuatudalam jiwaku dari al-Qur’an. Khayalanku yang sederhanamengantarkanku pada penggambaran yang diungkapkan oleh al-Qur’an. Penggambaran yang sederhana, akan tetapi mampu membuatjiwaku rindu dan perasaanku nyaman. Aku menghabiskan banyakwaktu dengan al-Qur’an pada masa kanak-kanakku, aku senang, danaku giat mempelajarinya”.18

Gambaran sederhana yang membekas di hati Sayyid Qut}b kecilketika membaca ayat di atas adalah tidak ada seorang pun yangtertawa. Dalam khayalannya seorang laki-laki berdiri tegak salat ditepi sungai yang kering, dia terayun-ayun dalam setiap gerakannyadalam salat, ia mengira ia akan jatuh, Sayyid Qut}b mengikutigerakannya dengan bersemangat dan terkagum-kagum.19 Begitulahhari-hari Sayyid Qut}b kecil berlalu dengan penggambaran al-Qur’anyang sederhana dan lugu hingga akhirnya Sayyid Qut}b masuk kelembaga pendidikan formal.

Ketika belajar di lembaga pendidikan formal, Sayyid Qut}bmembaca buku-buku tafsir, mendengarkan penjelasan guru, akan tetapiia tidak mendapati kepuasan sebagaimana ia mendapati kepuasansemasa kanak-kanak dalam belajar al-Qur’an. Oleh karena itu, iamempelajari al-Qur’an dari membaca mus}h}af al-Qur’an langsung danbukan dari buku-buku tafsir. Ia mendapati kepuasan ketika membacamus}h}af sebagaimana pada masa kecilnya. Berbeda dari apa yangdidapatinya semasa kecil, pemahamannya tidak lagi sederhana danlugu, akan tetapi ia bisa mengungkap rahasia kedalaman dan tujuan

18Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 7.19Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 7.

Page 126: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

104

tersembunyi dari al-Qur’an. Sungguh mengagumkan, dia berkata:“Telah ku temukan al-Qur’an.”20

Demikian, telah dijelaskan pengungkapan al-Qur’an dengansebuah metode pelukisan dengan jalan imajinasi dan personifikasi.Sebuah metode yang digunakan al-Quran sebagai pola dankarakteristik yang integral. Dengan kata lain, pelukisan (ilustrasi)dalam al-Qur’an membentuk kesatuan. Artinya, setiap bagian katamenggambarkan keterkaitan ilustratif antara yang satu dengan yanglain untuk menampakkan cakrawala umum yang sesuai dengan temayang digambarkan.

B. Penafsiran Berbasis Kesatuan Tema dalam Surah1. Al-Baqarah: Pilar Penyiapan Khali>fah al-’Ard} dan Kisah Bani

Isra>’i>lSurah al-Baqarah adalah surah terpanjang dalam al-Qur’an,

terdiri dari 286 ayat dan 6121 kata,21 diturunkan dengan berangsur-angsur selama kurang lebih 9 tahun sesuai situasi dan sebab-sebabketerkaitan.22 Termasuk kelompok surah pertama yang turun setelahhijrah atau disebut kelompok Madaniyyah.23 Perlu ditegaskan bahwaSapi—dalam bahasa Arab al-Baqarah—bukan merupakan tema bab.Nama al-Baqarah berasal dari peristiwa yang disebutkan dalam ayat67-71, ayat yang menceritakan instruksi yang diberikan kepada anak-anak Israel untuk menyembelih sapi. Episode tersebut bukan pokokutama dalam surah al-Baqarah, hanya saja kata sapi disebutkan empatkali dalam ayat-ayat yang menceritakan perintah penyembelihan sapi.Kisah sapi betina merefleksikan kesalahan Bani Israil yang mendasardan pokok. Kisah ini diambil agar kaum muslimin yang diberi amanahmemimpin dapat mengingatnya dan menghindari kesalahan serupa.24

Oleh karena itu al-Baqarah terpilih menjadi nama surah.25

20Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni>fi> al-Qur’a>n, 8.21‘Abd Allah Mah}mu>d Shah{a>tah, Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>s{iduha> fi al-

Qur’a>n al-Kari>m (Kairo: al-Haiah al-Mis}riyyah, al-‘Amma>h li al-Kita>b, 1986), 11.22H}ifni> Muh}ammad Sharaf, I’ja>z al-Qur’a>n al-Baya>ni> baina al Naz}ariyyah

wa al-Tat}bi>q, (Tt: al-Majlis al-A’la> li al-Shu’u>n al-Isla>miyyah, 1970), 264.23Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1978), 1/27.24Amru Khalid, Khowatir Qur’aniyyah: Nazharat fi Ahdafi Suwaril Qur’an,

trj. Khozin Abu Faqih, dkk (Jakarta: Al-I’tishom, 2011), 23-24.25Neal Robinson, Discovering the Qur’an: A Contemporary Approach to a

Veiled Text (London: SCM Press Ltd, 1996), 201.

Page 127: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

105

Al-Biqa>‘i>memberi komentar tentang surah al-Baqarah, iamenjelaskan bahwa tujuan dari surah al-Baqarah adalah menunjukkanbahwa al-Qur’an adalah petunjuk supaya diikuti apa yangdikandungnya. Urusan terbesar tentang petunjuk adalah iman terhadapperkara ghaib.26

Sebelum mengelaborasi secara mendalam kesatuan temamenurut Sayyid Qut}b dalam surah al-Baqarah, kita akan me-reviewpenelitian serupa yang telah dilakukan oleh beberapa sarjana.Misalnya, Neal Robinson, David E. Smith, ‘Abd Alla>h Dira>z danRaymond K. Farrin. Penelitian mereka muncul dalam Discovering theQur’an: A Contemporary Approach to a Veiled Text (1996), “TheStructure of al-Baqarah” (2001), al-Naba>’ al-‘Az}i>m, dan “Surat al-Baqara: A Structure Analysis” (2010). Terlebih dahulu kita akanmelihat dan membandingkan interpretasi struktur al-Baqarah oleh parasarjana tersebut.

Robinson membuat struktur al-Baqarah sebagai berikut:27

Prolog (1-39), kritik terhadap anak-anak Israel (40-121), keturunanIbrahim (122-152), undang-undang negara baru (153-242), perjuanganpembebasan ka’bah (243-283) dan epilog (284-286). Robinson dalampenelitiannya berusaha menampakkan bahwa surah al-Baqarah adalahsebuah struktur yang koheren.

Pembacaan Smith terhadap al-Baqarah setelah ayat pertamaalif la>m mi>m adalah sebagai berikut:28 Pembentukan otoritas al-Qur’andan Muhammad (2-39), kegagalan anak-anak Isrel (40-118), penegasankembali otoritas al-Qur’an dan Muhammad (119-167), undang-undangdasar Islam (168-284) dan penegasan kembali otoritas Muhammad dando’a penutup (285-286).

Sedangkan menurut Dira>z, interpretasi struktur al-Baqarahadalah sebagai berikut: Mukaddimah (ayat 1-20), bagian isi yangmemuat empat tujuan pokok (maqa>s}id) (ayat 21-284) dan penutup(ayat 285-286).29

26Burha>n al-Di>n Abi> al-H{>asan Ibrahi>m ibn ‘Umar al-Biqa>‘i>, Naz}m al-Durarfi> Tana>subi al-A<ya>t wa al-Suwar (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995), 1/ 24.

27Neal Robinson, Discovering the Qur’an: A Contemporary Approach to aVeiled Text, 201-223.

28David E. Smith, “The Structure of al-Baqarah,” The Muslim World 91, no.½ (2001): 121-136.

29‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m (Kuwait: Da>r al-Qalam, 1977), 163-211.

Page 128: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

106

Untuk lebih detailnya interpretasi Dira>z terhadap struktursurah al-Baqarah adalah: Mukaddimah (1-20), tujuan pokok pertama(21-39), tujuan pokok kedua (40-177), tujuan pokok ketiga (178-283),tujuan pokok keempat (284) dan penutup (285-286).30

Mukaddimah (ayat 1-20) berbicara tentang al-Qur’an danpetunjuk di dalamnya. Dalam mukaddimah dinyatakan bahwa al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya adalah petunjuk bagiorang-orang yang bertakwa. Isi mukaddimah adalah sebagai berikut:31

(1) Permulaan surah adalah tiga huruf muqat{t}a‘ah32 yaitu alif-la>m-mi>m. Rahasia dari penyajian huruf muqat}t}a‘ah di awal adalahmerangsang pendengaran dan hati untuk perhatian pada gaya bahasayang aneh tersebut.

(2)Tiga huruf tersebut mengandung tiga hal. Pertamamenginformasikan pada pendengar bahwa apa yang akan dibaca adalahKitab terbaik yang sepanjang sejarah tidak ada yang layakmenyamainya. Kedua dan ketiga adalah bagaimana keutamaan dankesempurnaan Kitab. Kitab yang berisi kebenaran dan Kitab tersebutadalah al-Qur’an.

(3) Apa yang dirasakan hati setelah mendengar sifat-sifat al-Qur’an dan petunjuk yang dibawanya. Dalam hal penerimaan seruanal-Qur’an manusia terbagi menjadi tiga golongan: Golongan yang

30Bandingkan dengan kajian aplikatif surah al-Baqarah yang dikemukakanoleh Is}la>h}i>, Neal Robinson, A. H. Mathias Zahniser, David E. Smith. Lihat RaymondK. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis”, The Muslim World 100, no. 1(2010): 17-18.

31‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m, 164-174.32Huruf muqat}t}a‘ah adalah huruf-huruf yang terpisah, karena posisi huruf

tersebut cenderung menyendiri dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secarakebahasaan. Dari segi pembacaannya tidaklah berbeda dari lafaz} yang diucapkanpada huruf hijaiyah. Pembahasan huruf muqat}t}a‘ah masuk dalam pembahasanfawatih} al-suwar. Ada beberapa kategori dari penggambaran fawatih} al-suwar yangada di dalam al-Qur’an, yaitu: (1) pujian terhadap Allah yang dimaksudkan kepadasifat-sifat kesempurnaan Tuhan (2) Dengan menggunakan huruf-huruf hijaiyah yaituterdapat pada 29 surah (3) Menggunakan kata seru (ah}ruf al-nida>’) dalam 10 surah.Lima ditujukan pada Rasul, lima ditujukan pada umat (4) Kalimat berita (jumlahkhabariyah) dalam 23 surah (5) Bentuk sumpah (al-aqsa>m) dalam 15 surah.Sedangkan pendapat mengenai huruf-huruf pembuka tersebut diantaranya adalahbahwa huruf tersebut hanya Allah yang tahu artinya, nama untuk surah-surah,merupakan qasam (sumpah), merupakan sifat-sifat Allah, dan lain-lain. LihatMuhammad Chirzin, al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: PT Dana BhaktiPrima Yasa, 1998), 62-66.

Page 129: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

107

beriman, kafir, dan peragu. Sasaran yang akan diceritakan al-Qur’anadalah golongan pertama yang akan dibahas tuntas.

(4) Petunjuk al-Qur’an—yang tidak ada keraguan padanya—hanya terbatas pada satu golongan. Ini mengejutkan mengingatpertanyaan tentang efek al-Qur’an pada hati setiap pendengarnya,sementara tugas seorang Rasul adalah menyeru umatnya. Seruan inihanya bisa diterima oleh orang-orang yang bertakwa meskipun seorangRasul mempertanyakan kepada Tuhan-nya, mengapa tidak semuamanusia mendapatkan petunjuk. Sebagaimana manfaat cahayamatahari bagi orang buta, begitu pula manfaat seruan bagi orang kafiryang manfaatnya sama. Mereka diberi seruan atau tidak, mereka tidakakan beriman.

(5) Pembicaraan berlanjut mengenai golongan yangmengatakan beriman akan tetapi hatinya tidak.

(6) Menceritakan tingkatan ketiga golongan di atas: Pertama,mereka yang sampai pada keutamaan takwa. Penyebabnya adalahkarena mereka berpegang teguh pada petunjuk dan mereka mendapatpertolongan dari Allah. Hasil dari ketakwaan mereka adalahkebahagiaan. Kedua, mereka yang tidak berpegang pada asas takwayaitu iman dan mereka tidak peduli pada peringatan. Penyebabnya,mereka tidak memanfaatkan ilmu yang diberikan Allah, hati merekakeras, penglihatan mereka buta, dan pendengaran mereka tuli. Akibatdari perbuatan mereka adalah siksa. Ketiga, mereka yang bermuka dua,hati dan yang tampak tidak sama. Bibir mereka mengatakan iman,akan tetapi hatinya tidak. Masing-masing dari dua sifat yangbertentangan itu ada sebab dan balasannya. Adapun sebab merekamengaku iman adalah bertujuan menipu dan balasannya akan kembalipada mereka. Adapun rahasia hati mereka ingkar adalah hati merekasakit. sedangkan balasan dari perbuatan mereka adalah bertambahparahnya penyakit mereka dan siksa yang pedih.

(7) Sifat-sifat dua golongan terakhir terlihat mengherankan.Perbedaan pendeskripsian al-Qur’an dalam hal ini adalah sesuatu halyang tidak biasa. Oleh karena itu, diperlukan sifat-sifat perumpamaanyang lebih mendekati pemahaman. Perumpamaan orang yang hatinyaterkunci adalah seperti orang yang berjalan pada kegelapan malam,kemudian datang seorang yang membawa obor untuk memberikancahaya. Ketika cahaya obor ada di dekat mereka, sebagian dari merekatidak membuka mata mereka. Seperti ini cahaya Muhammad yang

Page 130: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

108

datang pada umat yang ummi. Mereka yang sombong tidak maumenerima dan tetap hidup dalam kejahiliahan.

Demikian mukaddimah membahas ketiga macam golongandengan segala sifat dan balasan-balasan dari perbuatan mereka. Ketigamacam golongan itu adalah orang yang bertakwa, orang yang kafir,dan orang yang menipu (munafik). Ketiga macam golongan besertakarakter mereka dihadirkan seakan-akan mereka benar-benar nyata.Hal ini untuk menyeru mereka supaya mereka berlaku pada jalan yangbenar.

Adapun pembahasan tentang empat tujuan pokok terdapatdalam ayat 21-284. Tujuan pokok pertama terbagi (ayat 21-25), (ayat26-39), menyeru seluruh manusia untuk memeluk Islam.33

Ayat 21-25, berisi tiga seruan keras yaitu untuk tidakmenyembah selain Allah dan tidak menyekutukan dengan apa pun,beriman kepada Kitab yang diturunkan pada hamba-Nya, takut padasiksa-Nya dan berharap pada pahala-Nya. Tiga hal tersebut adalahrukun dari akidah Islam yang disajikan secara urut.

Ayat 26-39, ayat ini berbicara tentang kehidayahan al-Qur’ansecara global. Ayat ini kembali membahas tujuan pertama dengan tigarukunnya tersebut di atas, tetapi dengan wajah baru. Rukun yangpertama, berisi perintah menyembah Allah dan larangan ingkarkepada-Nya. Rukun kedua, menceritakan kenabian Nabi terakhir,begitu juga Nabi yang pertama yaitu Adam. Hal ini dimaksudkanbahwa sebelum Nabi kita diutus telah diutus Nabi-nabi yang lain padamasanya. Rukun ketiga, menceritakan surga dan neraka beserta sifat-sifatnya.

Tujuan pokok kedua terbagi (ayat 40-162), (ayat 163-177),menyeru ahli kitab untuk meninggalkan kebatilan mereka dan menyerumereka untuk masuk agama yang benar.34

Ayat 40, meskipun kalimatnya sedikit tetapi mengandungtujuan yang menyeluruh. Ayat 41-46 menceritakan kembali tujuan-tujuan tersebut yang disajikan secara terperinci. Ayat 47 menceritakannikmat yang dijanjikan dan ayat 48 menceritakan kadar dari ketakutanmereka. Kemudian pembicaraan dibagi menjadi empat bagian.Pertama, ayat 49-74 menceritakan Yahudi terdahulu sejak diutusnyaMusa. Kedua, ayat 75-121 menceritakan Yahudi sekarang masakenabian Muhammad. Ketiga, ayat 122-134 menceritakan muslim

33‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m, 174-177.34‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m, 178-195.

Page 131: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

109

terdahulu sejak masa Ibrahim. Keempat, ayat 135-162 menceritakanmuslim sekarang masa kenabian.

Selanjutnya madkhal (pintu masuk) pada tujuan pokok ketiga(ayat 163-177) berisi tiga langkah. Pertama, menetapkan kesatuanPencipta yang disembah. Kedua, menetapkan kesatuan sang Pemberiperintah yang ditaati. Ketiga, daftar perintah-perintah dan ketaatansecara global.

Tujuan pokok ketiga (ayat 178-283), mempresentasikansyariat-syariat agama secara terperinci.35 Ayat 178-179 membicarakanhukum qis}as}, ayat 180-182 tentang wasiat, ayat 183-187 tentangpuasa, ayat 188 tentang menjauhi dari segala hal yang haram, ayat189-203 tentang haji dan umrah, dan ayat 204-207 tentang sikap duakelompok besar manusia.

Ayat 208-214 berisi tentang penekanan orang mukmin supayatidak menuruti hawa nafsu dan melakukan perintah-perintah Allah.Ayat 215-218 tentang infak dan jihad, ayat 219 tentang minumankeras dan perjudian, dan ayat 220-222 tentang mencampuri anak-anakyatim, syarat-syarat besan, hal-hal yang dilarang ketika bersenggama.

Ayat 223-237 tentang undang-undang pernikahan danperceraian yang meliputi masa ‘iddah, ruju’, khulu’, persusuan,khitbah, mahar, nikah mut’ah, dan lain-lain. Ayat 238-274 tentangsalat dan berkaitan dengan jihad yang sudah dibicarakan terlebihdahulu. Dinyatakan dalam ayat ini bahwa tidak boleh meninggalkansalat meskipun dalam keadaan perang. Ayat 275-279 terkaitmu’amalah seperti riba, ayat 280-281 tentang menunggu kemudahan,dan ayat 282-283 tentang hutang piutang. Ayat ini adalah ayatterpanjang dalam al-Qur’an.

Tujuan pokok keempat (ayat 284), setelah mendefinisikan imandan Islam di ayat-ayat sebelum ini. Maka penyempurna dari kedua haltersebut adalah ihsan. Sebagaimana didefinisikan ihsan adalahseseorang merasa Allah senantiasa mengawasi dalam setiapkesempatan, senantiasa merasa melihat Allah dalam dalam setiapsaat.36

Penutup (ayat 285-286), mendefinisikan orang-orang yangmenjawab seruan-seruan yang termanifestasi dalam keempat tujuanpokok di atas dan pengharapan-pengharapan mereka di dunia danakhirat. Selain itu dibahas rukun-rukun agama yang telah sempurna

35‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m, 195-209.36‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m, 209.

Page 132: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

110

yaitu iman, Islam, dan ihsan. Ayat ini juga menceritakan keberhasilanseruan para Rasul kepada umat, menepati janjinya bagi siapa saja yangmencurahkan kemampuannya dalam mengikuti seruan Rasul akanmendapatkan balasan yang setimpal, terbukanya hati orang-orang yangmendapat petunjuk yang senantiasa menyebut dan memintapertolongan dari Tuhan.37

Dalam keragaman temanya ini, terdapat kesatuan tema dalamsurah al-Baqarah. Sedemikian rapi, dan teratur. Inilah kemukjizatan al-Qur’an.

Perbandingan struktur interpretasi antara tiga sarjana tersebutdalam tabel adalah sebagai berikut:

NamaTokoh

Ayat

Robinson 1-39 40-121 122-152

153-242

243-283

284-286

Smith 2-39 40-118 119-167

168-284

285-286

Dira>z 1-20 21-39 40-177 178-283

284 285-286

Sedangkan Raymond K. Farrin melakukakn uji sampelserupa,38 yaitu dengan membagi al-Baqarah menjadi sembilan bagian.Raymond membuat sembilan bagian dengan membuat title A (1-20), B(21-39), C (40-103), D (104-141), E (142-152), D' (153-177), C' (178-253), B' (254-284), A' (285-286). Title A, E, dan A' adalah pembukaan,pertengahan, dan penutup. Kemudian Raymond menjelaskan tiap titledengan rinci. Secara sederhana interpretasi Raymond terhadap al-Baqarah adalah sebuah struktur lingkaran (ring structure).

Raymond membuat struktur al-Baqarah dengan membuatbagian dan sub-sub bagian hingga pada penghujung surah dengankesimpulan yang menunjukkan kesesuaian (ditunjukkan secarahorizontal), yaitu sebagai berikut:

37‘Abd Alla>h Dira>z, al-Naba>’ al-‘Az}i>m, 209-211.38Raymond K. Farrin, “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” The

Muslim World 100, no. 1 (2010): 17-32.

Page 133: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

111

Struktur surah al-Baqarah menurut Raymond K. FarrinJudul Ayat Tema Judul Ayat Tema

A 1-5 Orang-orang yangberiman

A' 285 Orang-orang yangberiman

6-20 Orang-orang kafir 286 Orang-orang kafirB 28 Janji Allah:

menghidupkan danmemberi kematian,menghidupkankembali yangsudah mati

B' 258-260

Janji Allah:menghidupkan danmemberi kematian,menghidupkankembali yangsudah mati

29-30,32-33

Allah MahaMengetahui

255-256,261,268,270-271,273,282-284

Allah MahaMengetahui

C 43,87

Allah menurunkanKitab pada Musa

C' 178,180,183,216

Kutiba a’laikum(diwajibkan ataskamu)

102 Sulaiman (anaklaki-laki Dawud)

251 Dawud (AyahSulaiman)

102-103

Keterkaitan antarbagian

243-253

Keterkaitanseluruh bagian

D 124 Ibrahim diuji olehTuhannya

D' 155 Allah akanmemberi cobaanpada orang-orangIslam

127 Ibrahim dan IsmailmembangunKa’bah

158 Ziarah ke Ka’bah;antara S{afa> danMina>

140 Menyembunyikankesaksian

159,174

Menyembunyikantanda-tanda yangjelas, wahyu Allah

111, Perkataan orang- 167, Perkataan orang-

Page 134: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

112

Struktur surah al-Baqarah menurut Raymond K. FarrinJudul Ayat Tema Judul Ayat Tema

113,116,118,135

orang yahudi danNasrani (dantanggapan muslim)

170 orang Musyrik(dan tanggapanmuslim)

Interpretasi struktur al-Baqarah di atas jelas berbeda.Perbedaan tersebut disebabkan karena pengungkapan kesatuan temaadalah ijtiha>di>.39 Misalnya Rabinson membagi al-Baqarah menjadienam dengan prolog (1-39), kritik terhadap anak-anak Israel (40-121),keturunan Ibrahim (122-152), Undang-undang negara baru (153-242),perjuangan pembebasan ka’bah (243-283), epilog (284-286).Sedangkan Dira>z membagi surah al-Baqarah menjadi tiga bagiandengan perincian mukaddimah (1-20), isi (terdiri dari empat tujuanpokok yaitu; 21-39, 40-177, 178-283, 284) dan penutup (285-286).

Untuk penginterpretasian yang dibuat Smith berbeda dengankedua sarjana di atas, akan tetapi terdapat persamaan dalaminterpretasi yang dikemukakan oleh Smith dan Dira>z. Letak persamaanadalah dalam hal pengklasifikasian ayat yang disebutnya sebagaipenutup (285-286). Sedangkan persamaan antara Smith dan Robinsonterdapat dalam tema Israel dan penutup, hanya saja menurut Smithtema Israel pada ayat 40-118 dan menurut Robinson pada ayat 40-121Sedangkan penutup menurut Smith pada ayat 285-286 dan menurutRobinson pada ayat 284-286. Sedangkan struktur surah al-Baqarahyang dijelaskan oleh Raymond langsung pada pembagian surahmenjadi sembilan bagian. Letak keharmonisan ayat dalam surah al-Baqarah dapat dilihat pada tabel di atas.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para sarjana di atasadalah upaya yang dilakukan untuk membuktikan koherensi al-Qur’andan adanya kesatuan tema al-Qur’an, sekaligus membantah pernyataanpara penentang kesatuan tema—semisal Richard Bell, GerhardEndress, Angelika Neuwirth, dan Salwa M.S. El-Awa. Selanjutnyapenelitian dalam tesis ini mengambil sampel penafsiran Sayyid Qut}bdalam rangka mendukung dan memperkuat pendapat yang menerimaadanya kesatuan tema.

39Rif‘at Fawzi> ‘Abd al-Mut}t}alib, al-Wah}dah al-Maud}u>‘iyyah li al-Surah al-Qur’a>niyyah (Kairo: Da>r al-Sala>m, 1986), 42-43.

Page 135: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

113

Sayyid Qut}b—sebagaimana disebutkan pada babsebelumnya—adalah seorang mufassir yang mempunyai keyakinanbahwa setiap surah memiliki tema sentral yang disebutnya mih}war.40

Hal tersebut ia aplikasikan dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Misalnya ketikamenafsirkan surah al-Baqarah, sebelum menafsirkan ayat-ayat secararinci, ia terlebih dahulu menjelaskan tema pokok dari surah al-Baqarah.

Menurutnya, surah al-Baqarah mengandung beberapa pokokpikiran. Akan tetapi, muaranya satu yang menyatukan dua tema pokok(mih}war) yang saling terikat dengan kuat. Dengan begitu, menurutnya,surah al-Baqarah mempunyai dua mih}war.41 Mih}war tersebut yangmenjadi pijakan dasar pembahasan keseluruhan ayat dalam surah al-Baqarah. Kedua mih}war tersebut adalah hal-hal yang berkenaandengan sikap kaum muslim pada masa awal dan persiapannya memikulamanah sebagai khalifah di muka bumi dan sikap Bani Israil terhadapdakwak Islamiyyah di Madinah, tanggapan, dan sikap mereka terhadapRasulullah. Mih}war tersebut sebagai pijakan penafsiran Sayyid Qut}bdalam surah al-Baqarah.42 Akan tetapi penilaian subyektif penulis,Sayyid Qut}b tidak menjelaskan alasan kenapa dua hal tersebut terpilihsebagai mih}war.

Sayyid Qut}b membagi surah al-Baqarah menjadi 21 kelompokayat secara urut, yaitu:

Kelompok ayat ke-1 (1-29) merupakan segmen pertama dalamsurah ini. Semua hal difokuskan pada masalah keimanan dan seruanuntuk memilih rombongan orang-orang yang beriman dan bertakwa.43

Kelompok ayat ini kemudian dibagi lagi menjadi beberapa kelompokayat berdasarkan topiknya. Kelompok ayat pertama ini dibagi menjadibeberapa topik yang meliputi; keunikan al-Qur’an (1-2), ciri-ciri

40Mustansir Mir, Coherence in the Qur’a>n: A Study of Is}la>h}i> Concept ofNaz}m in Tadabbur-i Qur’a>n (Washington: American Trust Publications, 1986), 65-67, lihat juga dalam Issa J. Boullata (ed), Literary Structures of Religion Meaning inthe Qur’an (Richmond: Curzon Press, 2000), 363 dan Salwa. M.S. El-Awa, TextualRelations in the Qur’a>n: Relevance, coherence and structure (London: Routledge,2006), 20.

41Bandingkan dengan Shah}a>tah yang menyatakan, surah al-Baqarahmempunyai beberapa tujuan utama, yaitu: Pertama, menjelaskan pokok akidah,tauhid, dan penciptaan manusia. kedua, menjelaskan jenis-jenis golongan, responsterhadap al-Qur’an. Ketiga, kisah panjang kaum yahudi. Lihat selengkapnya dalamShah{a>tah, Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>s{iduha> fi al-Qur’a>n al-Kari>m, 13.

42Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/28.43Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/54.

Page 136: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

114

golongan yang bertakwa (3-5), golongan orang-orang kafir (6-7),golongan orang-orang munafik (8-20), seruan umum kepada semuamanusia (21-22), tantangan terhadap orang-orang yang meragukankebenaran Islam (23-25), urgensi perumpamaan yang dibuat oleh Allah(26-27), kehidupan dan kematian serta kenikmatan yang diberikanAllah kepada manusia (28-29).

Kelompok ayat ke-2 (30-39) tentang metode penceritaan dalamal-Qur’an yang berisi kisah Nabi Adam dan pelajaran penting darinya.Kisah-kisah dalam al-Qur’an dipaparkan dalam tempat dan situasiyang relevan. Banyak orang menyangka bahwa telah terjadi banyakpengulangan dalam kisah-kisah al-Qur’an—karena sebuah kisahkadang-kadang diulang penyajiannya dalam bermacam-macam surah,jika dipandang dengan jeli dan teliti, maka akan didapatkankesimpulan tidak ada satu kisah pun yang diulang dalam bentuk yangsama—baik dalam segi kapasitasnya maupun metodepenyampaiannya. Oleh karena itu, jika terjadi perulangan kisah, pastiada hal baru yang menghilangkan hakikat pengulangan itu. Ada pulayang mengira bahwa pengulangan tersebut hanya dimaksudkan sebagaibagian dari sastra—dengan maksud hanya mempercantik susunan dantidak berkaitan dengan realitas. Hal tersebut tidaklah demikian,hubungan temanyalah yang menentukan disajikannya sebuah kisahpada tempat-tempat yang sesuai.44

Kelompok ayat ke-3 (40-74) merupakan bagian pertama dariperjalanan panjang bersama Bani Israel. Bagian ini dimulai dengankhita}b-nya kepada Bani Israel. Potongan surah ini akan banyakmenceritakan perjalanan Bani Israel dalam sejarah mereka yang penuhkekafiran, pendustaan, kerewelan, pembangkangan, tipu daya,kecurangan, kekerasan, pelanggaran, dan kedurhakaan.45 Kelompokayat ini terdiri dari beberapa topik yaitu, beberapa peringatan danpengarahan kepada Bani Israel (40-46), pertanggung jawaban individu(47-48), nikmat-nikmat yang diberikan kepada Bani Israel (49-50),menyembah patung anak sapi (51-54), pembangkangan-pembangkangan Bani Israel lagi (55-61), seruan masuk Islam bagipemeluk agama lain (62), kembali kepada Bani Israel (63-66), kisahsapi betina (al-Baqarah) (67-74).

44Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/55. Lihat selengkapnya dalam SayyidQut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n, 143- 215.

45Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/80-81.

Page 137: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

115

Kelompok ayat ke-4 (75-103) menceritakan Bani Israel dengansegala tipu daya dan fitnahnya. Dalam bagian ini khit}a>b-nya adalahkaum muslimin, diceritakan pada mereka tentang Bani Israel, metodedan sarana yang dipergunakan untuk melakukan tipu daya dan fitnah.Hal tersebut agar kaum muslimin tidak terperdaya.46 Kelompok ayatini dibagi menjadi beberapa topik yaitu, sulitnya mengharapkankeimanan kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad (75-82), BaniIsrael mengingkari janjinya pada Allah (83-86), sikap Bani Israel(Yahudi) terhadap para Rasul dan Kitab-kitab yang diturunkan Allah(87), sikap Bani Israel (Yahudi) terhadap risalah dan Nabi yang baru(88-96), kebiadaban kaum Yahudi yang luar biasa lagi (97-98),kefasikan menyebabkan Bani Israel mengingkari al-Qur’an (99-101),setelah itu apa lagi? (102-103). Setelah menjelaskan topik terakhirpada bagian ini, Sayyid Qut}b memberi komentar pada sihir, telepati,magnetisme, Harut dan Marut.

Kelompok ayat ke-5 (104-123) berbicara tentang makar, tipudaya kaum Yahudi terhadap Islam dan kaum muslimin dan peringatankepada kaum muslimin agar waspada terhadap mereka.47 Pada bagianini dijelaskan topik-topik sebagai berikut; ketidak sopanan kaumYahudi terhadap Nabi dan rencana jahat mereka (104-110),mematahkan anggapan bohong Ahi Kitab (111-113), melarangmenyebut nama Allah di masjid-masjid dan berusaha merobohkannya(114-115), kesesatan persepsi mereka tentang hakikat ketuhanan (116-118), tugas Rasul dan ketidak senangan ahli kitab kepada beliau (119-123).

Kelompok ayat ke-6 (124-141) ditonjolkan ketetapan bahwaIslam—dalam arti tunduk dan patuh kepada Allah—adalah risalahyang pertama dan terakhir. Demikian akidah yang dipilih oleh Ibrahimdan anak cucunya dan berlanjut pada pewaris agama Ibrahim yaitukaum muslimin. Sekaligus membantah pengakuan Yahudi dan Nasranibahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah.48 Dalam kelompokayat ini dibagi menjadi beberapa topik, yaitu; Nabi Ibrahim, ujiannya,kepemimpinannya dan perhatiannya terhadap agama, umat, dannegerinya (124-132), wasiat Nabi Ya’qub kepada putra-putranya(133), jangan hanya mengandalkan kebaikan dan perjuangan nenek

46Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/83.47Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/99.48Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/111.

Page 138: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

116

moyang, tetapi berbuatlah untuk dirimu sendiri (134), menjawabtantangan (135-141).

Kelompok ayat ke-7 (142-152). Materi asasinya adalahberkaitan dengan pemberian mandat kepada kaum muslimin khususnyadan spesifikasi sebagai umat terpilih untuk memimpin bumi dan umatyang mempunyai kepribadian mandiri yang terwujud dengan adanyakiblat.49 Kelompok ayat ini sebagai permulaan pada juz ke-2 dari al-Qur’an yang jumlahnya 30 juz. Topik-topik pada bagian ini meliputi;pemindahan kiblat dan reaksi orang-orang yang bodoh, umat Islamsebagai ummatan wasathan (umat pertengahan) (142-143), kembalikepada masalah pemindahan kiblat (143-150), diutusnya Muhammadsebagai perwujudan do’a Ibrahim (151), ingatlah kepada-Ku niscayaKuingat kamu (152).

Kelompok ayat ke-8 (153-157) berisi tentang perjuangan dankesabaran. Setelah menjelaskan penentuan kiblat, posisi umat Islamsebagai umat pertengahan yang menjadi saksi atas manusia, makadilanjutkan penjelasan kepada umat Islam agar memohon pertolongankepada Allah dengan sabar dan salat sehingga manusia mampumenerima beban yang besar.50

Kelompok ayat ke-9 (158-177) berisi pelajaran mengenaiperjuangan umat Islam dalam medan kehidupan, terutama menghadapiserangan-serangan musuh Islam. Berisi pula tentang beberapa hukumseperti sa’i, hukum makanan halal dan haram dan lai-lain. Hal tersebutadalah berkaitan sebagai persiapan umat Islam untuk menunaikantugas yang diamanatkan Allah pada mereka.51 Sedangkan topik-topikyang terkandung dalam bagian ini adalah; manasik haji (158), laknatterhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah danorang-orang kafir (159-162), tauhid, syirik dan taklid (163-167),makanan yang halal dan haram beserta sikap kaum Yahudi seputarhalal dan haram (168-176), pokok-pokok kebajikan (177).

Kelompok ayat ke-10 (178-188) tentang aspek tatanan sosialbagi masyarakat muslim yang hidup di Madinah pertama kali dantentang ibadah yang diwajibkan. Dua hal tersebut adalah sebuah ikatanmenuju ketakwaan.52 Dalam bagian ini dibicarakan topik-topik sebagaiberikut; hukum qis}a>s} (178-179), hukum-hukum wasiat (180-182),

49Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/123.50Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/141.51Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/148.52Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/163.

Page 139: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

117

hukum-hukum puasa (183-187), jangan mengambil hak orang lainsecara batil (188).

Kelompok ayat ke-11 (189-203) tentang kewajiban dan tugasumat, tata kehidupannya, hukum syari’at dalam hubungan internalantara sesama mereka dan eksternal dengan orang lain di sekitarmereka.53 Pelajaran dalam pembahasan ini adalah seputar topik-topiksebagai berikut; bulan sabit dan arti pentingnya bagi kehidupanmanusia (189), etika perang dan dananya (190-195), haji dan umrah,berdagang dan berusaha pada masa haji, dua golongan manusia danarahan akhir untuk berzikir (196-203).

Kelompok ayat ke-12 (204-214) berisi metode Tuhan (manhajRabba>ni>) dalam mendidik dan mempersiapkan kaum muslimin denganmemberinya arahan dan harapan yang mengesankan, di sela-selapengarahan dan pensyariatan berbagai aturan yang menjadi unsurtatanan Ilahi yang sempurna bagi kehidupan manusia. Dalam bagianini akan tampak beberapa tipe manusia.54 Untuk lebih lengkapnyabagian ini mempunyai beberpa topik yaitu; tipe orang munafik (204-207), masuk Islam-lah secara total (208-209), akibat keenggananmasuk Islam dan mengikuti langkah setan (210-211), sikap orang kafirterhadap orang mukmin (212), perselisihan antar manusia (213),apakah kamu akan masuk surga? (214).

Kelompok ayat ke-13 (215-220). Berisi tentang fenomenapertanyaan tentang hukum-hukum. Hal tersebut menunjukkankeinginan kaum muslimin untuk mengetahui hukum dalam setiapurusan kehidupan mereka. Supaya terjadi keserasian antara tindakandan hukum yang ada. Inilah pertanda orang muslim, memilih hukumIslam untuk setiap urusan hidupnya, besar atau kecil.55 Adapun bagianini dibagi menjadi beberapa topik yaitu; infak, sasarannya dan jenisbarang yang diinfakkan (215), yang disukai belum tentu baik dan yangdibenci belum tentu jelek (216), beberapa petunjuk dan pelajaran bagikaum muslimin dalam persoalan perang (217-218), minuman keras danjudi (219), apakah yang harus diinfakkan? (219-220), tentang anak-anak yatim (220).

Kelompok ayat ke-14 (221-242) berisi dustur keluarga (hukumdan peraturan asasi kekeluargaan) dalam Islam. Yaitu, suatu tatananbagi sebuah fondasi tempat berdirinya kaum muslimin dan masyarakat

53Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/178.54Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/204.55Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/220.

Page 140: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

118

Islam. dalam bagian ini setidaknya disebutkan dua belas hukum—semuanya adalah tentang hukum keluarga.56 Bagian ini dibagi menjadibeberapa topik yaitu sebagai berikut; hukum perkawinan dengan non-Islam (221), hukum menggauli wanita pada saat haid (222-223),hukum i>la’> (bersumpah tidak akan melakukan hubungan intimdengannya) (224-227), talak dan permasalahannya (228), bilangantalak (229-232), masalah penyusuan anak setelah terjadinya talak(233), iddah wanita karena ditinggal mati suami, lamaran setelah habismasa iddah dan lamaran dengan sindiran sebelum habis masa iddah(234-235), hukum wanita yang ditalak sebelum dicampuri (236-237),menunaikan shalat terutama shalat wustha (pendapat yang paling kuatadalah shalat‘as}ar (238-239), hak istri yang ditinggal mati suami danyang ditalak (240-242).

Kelompok ayat ke-15 (243-252) berisi tentang pengalamankelompok-kelompok dan bangsa-bangsa terdahulu, ketika kitahadirkan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang hidup bagi umat Islam.57

Topik-topik yang disajikan pada bagian ini meliputi; orang-orang yanghendak pergi menjauhi kematian (243-245), kisah bani Israel sesudahzaman Nabi Musa as. (246), T{alu>t, kapabilitas dan profesionalitaspemimpin dan kisahnya (247-252).

Kelompok ayat ke-16 (253-257), bagian ini adalah permualanjuz ketiga yang berisi khusus tentang rasul-rasul. Yaitu mereka adalahsuatu jamaah khusus, meskipun mereka manusia biasa.58 Sedangkantopik-topik pembahasan pada bagian ini meliputi; tentang para Rasul(253-254), ayat kursi dan kandungan maknanya (255), tidak adapaksaan untuk memeluk Islam, kebebasan beragama dan kewajibanjihad dalam Islam (256-257).

Kelompok ayat ke-17 (258-260) berisi tentang rahasiakehidupan dan kematian serta hakikat kehidupan dan kematian.Kelompok ayat ini menceritakan sebuah tema yaitu menghidupkankembali orang-orang yang telah mati. Ayat-ayat ini mengandungsebuah tema, yaitu tentang rahasia kehidupan dan kematian sertahakikatnya.59

Kelompok ayat ke-18 (261-274) konteksnya membicarakanpenegakan kaidah-kaidah perekonomian dan kemasyarakatan yang

56Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/234.57Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/260-261.58Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/278.59Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/296.

Page 141: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

119

dikehendaki Islam sebagai acuan pijakan dan pembangunanmasyarakat muslim.60 Ayat-ayat ini mempunyai beberapa tema yaitu;infak, pahalanya, etikanya dan gangguan-gangguannya (261-266), jenisbarang yang disedekahkan dan cara bersedekah (267-274).

Kelompok ayat ke-19 (275-281), kelompok ayat ini tentangriba yang menjadi kebalikan dari sedekah yang sudah dipaparkansebelumnya.61 Kelompok ayat ini dibagi menjadi beberapapembahasan yaitu; kecaman keras terhadap pemakan riba (275-276),zakat sebagai antitesis riba (277), tinggalkan riba atau perangmelawan Allah dan Rasul-Nya (278-279), tenggang rasa kepadapengutang yang sedang kesulitan (280-281).

Kelompok ayat ke-20 (282-284), bagian ini menceritakan tataaturan mengenai hutang piutang dan jual beli. Dalam hal ini hukum-hukum khusus mengenai hutang piutang, perdagangan dan gadai. Padabagian ini dibahas hutang piutang tanpa riba dan transaksiperdagangan yang bebas dari riba.62

Kelompok ayat ke-21 (285-286), bagian ini merupakan penutupsurah al-Baqarah. Penutup surah ini sangat serasi denganpermulaannya seakan-akan keduanya merupakan dua sisi kitab.Permulaan surah (1-4) terdapat hakikat iman kepada semua Rasul,pada penutup surah ditutup pula dengan pembicaraan tentang Rasulyang merupakan potret orang-orang yang beriman (285). Selanjutnya,surah ini ditutup dengan do’a orang muslim kepada Allah, menetapkanposisi seorang muslim dan Tuhannya dan juga terdapat isyaratmengenai sesuatu tentang Bani Irael.63

Adapun kelompok ayat dan topik yang dikandungnya lihatdalam tabel sebagai berikut:

Kelompok Ayat Ayat1 [1-29]

1-2, 3-5, 6-7, 8-20, 21-22, 23-25, 26-27,28-29

2 30-393 [40-74]

60Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/304.61Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/318.62Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/334.63Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/339.

Page 142: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

120

40-46, 47-48, 49-50, 51-54, 55-61, 62,63-66, 67-74

4 [75-103]75-82, 83-86, 87, 88-96, 97-98, 99-101,102-103

5 [104-123]104-110, 111-113, 114-115, 116-118,119-123

6 [124-141]124-132, 133, 134, 135-141

7 [142-152]142-143, 143-150, 151, 152

8 153-1579 [158-177]

158, 159-162, 163-167, 168-176, 17710 [178-188]

178-179, 180-182, 183-187, 18811 [189-203]

189, 190-195, 196-20312 [204-214]

204-207, 208-209, 210-211, 212, 213,214

13 [215-220]215, 216, 217-218, 219, 219-220, 220

14 [221-242]221, 222-223, 224-227, 228, 229-232,233, 234-235, 236-237, 238-239, 240-242

15 [243-252]243-245, 246, 247-252

16 [253-257]253-254, 255, 256-257

17 258-26018 [261-274]

261-266, 267-27419 [275-281]

275-276, 277, 278-279, 280-28120 281-28421 285-286

Page 143: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

121

Untuk lebih jelasnya, hubungan poros (mih}war) surah al-Baqarah dengan topik-topiknya menurut Sayyid Qut}b akan tergambardalam tabel di bawah ini:

Mihwar Kel.Ayat

Ayat Tema

* 1 1-2 Keunikan al-Qur’an3-5 Ciri-ciri golongan muttaqin6-7 Golongan kafirin

8-20 Golongan Munafik21-22

Seruan umum kepada semua manusia

23-25

Tantangan terhadap orang-orang yangmeragukan kebenaran risalah Islam

26-27

Urgensi perumpamaan yang dibuat oleh Allah

28-29

Kehidupan dan kematian serta kenikmatan yangdiberikan Allah kepada Manusia

* 2 30-39

Tentang metode penceritaan dalam al-Qur’anyang berisi kisah Nabi Adam dan pelajaranpenting darinya

** 3 40-46

Beberapa peringatan dan pengarahan kepadaBani Israel

47-48

Pertanggung jawaban individu

49-50

Beberapa macam nikmat yang diberikan kepadaBani Israel

51-54

Menyembah patung anak sapi

55-61

Beberapa pembangkangan Bani Israel lagi

62 Seruan masuk Islam bagi pemeluk agama lain63-66

Kembali kepada Bani Israel

67-74

Kisah sapi betina al-Baqarah

** 4 75-82

Sulitnya mengharapkan keimanan kaum Yahudipada masa Nabi saw

Page 144: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

122

Mihwar Kel.Ayat

Ayat Tema

83-86

Bani Israel mengingkari janjinya pada Allah

87 Sikap Bani Israel (Yahudi) terhadap para rasuldan kitab-kitab yang diturunkan Allah

88-96

Sikap kaum Yahudi (Bani Israel) terhadaprisalah dan nabi yang baru

97-98

Kebiadaban kaum Yahudi yang luar biasa lagi

99-101

Kefasikan menyebabkan Bani Israelmengingkari al-Qur’an

102-103

Setelah itu apa lagi? (Orang yahudimelemparkan Kitab Allah ke belakangpunggung mereka yaitu mengikuti kebatilanyang tercela dan orang-orang yang belajar sihirdari dua malaikat pada negeri Babil)

** 5 104-110

Ketidak sopanan kaum Yahudi terhadap Islamdan rencana jahat mereka

111-113

Mematahkan anggapan bohong ahli kitab

114-115

Melarang menyebut nama Allah di masjid-masjid dan berusaha merobohkannya

116-118

Kesesatan persepsi mereka tentang hakikatketuhanan

119-123

Tugas rasul dan ketidak senangan ahli kitabkepada beliau

* 6 124-132

Nabi Ibrahim as, ujiannya, kepemimpinannya,dan perhatiannya terhadap agama, umat dannegerinya

133 Wasiat Nabi Ya’qub as kepada putra-putranya134 Jangan hanya mengandalkan kebaikan dan

perjuangan nenek moyang, tetapi berbuatlahuntuk dirimu sendiri

135-141

Menjawab tantangan (mengenai kisah perjanjiandengan Ibrahim, kisah ka’bah, hakikatkewarisan dan hakikat agama)

* 7 142-143

Pemindahan kiblat dan reaksi orang-orang yang bodoh.

Page 145: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

123

Mihwar Kel.Ayat

Ayat Tema

Umat Islam sebagai ummatan wasat}an(pertengahan)

143-150

Kembali pada masalah pemindahan kiblat

151 Diutusnya Nabi Muhammad saw sebagaiperwujudan do’a Nabi Ibrahim as

152 Ingatlah kepada-Ku, Niscaya Kuingat kamu* 8 153-

157Tentang perjuangan dan kesabaran

* 9 158 Manasik haji159-162

Laknat terhadap orang-orang yangmenyembunyikan ayat-ayat Allah dan orang-orang kafir

163-167

Tauhid, syirik, dan taklid

168-176

Makanan yang halal dan yang haram Sikap kaum Yahudi mengenai masalah

halal dan haram tersebut177 Pokok-pokok kebajikan

* 10 178-179

Hukum Qishash

180-182

Hukum-hukum wasiat

183-187

Hukum-hukum puasa

188 Jangan mengambil hak orang lain secara batil* 11 189 Bulan sabit dan arti pentingnya bagi manusia

190-195

Etika perang dan dananya (kaum muslimin diMadinah dalam menghadapi kaum musyrikQuraisy yang telah menyakiti mereka)

196-203

Haji dan umrah Berdagang dan berusaha pada masa haji Dua golongan manusia Arahan akhir

* 12 204-207

Tipe orang munafik

Page 146: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

124

Mihwar Kel.Ayat

Ayat Tema

208-209

Masuklah ke dalam surga secara total

210-211

Akibat keenganan masuk Islam dan mengikutilangkah setan

212 Sikap orang-orang kafir terhadap orang-orangmukmin

213 Perselisihan antar manusia214 Apakah kamu akan masuk surga?

* 13 215 Infak, sasarannya, dan jenis barang yangdiinfakkan

216 Yang disukai belum tentu baik dan yang dibencibelum tentu jelek

217-218

Beberapa petunjuk dan pengajaran bagi kaummuslimin dalam persoalan perang

219 Minuman keras dan judi219-220

Apakah yang harus diinfakkan?

220 Tentang anak-anak yatim* 14 221 Hukum perkawinan dengan orang non-Islam

222-223

Hukum mencampuri wanita pada waktu haid

224-227

Hukum i>la>’

228 Talak dan permasalahannya229-232

Bilangan talak

233 Masalah penyusuan anak setelah terjadinyatalak

234-235

Iddah wanita karena kematian suami, lamaransetelah habis iddah, dan lamaran dengansindiran sebelum habis iddah

236-237

Hukum wanita yang ditalak sebelum dicampuri

238-239

Menegakkan shalat terutama shalat wustha

240-242

Hak istri yang kematian suami dan yang ditalak

Page 147: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

125

Mihwar Kel.Ayat

Ayat Tema

* 15 243-245

Orang-orang yang hendak pergi menjauhikematian

246 Sebuah kisah Bani Israel sesudah zaman nabiMusa as

247-252

T{alut, kapabilitas dan profesionalitas pemimpinndan kisahnya

* 16 253-254

Rasul-rasul itu

255 Ayat kursi dan kandungan maknanya256-257

Tidak ada paksaan untuk memelukagama

Kebebasan beragama dan kewajibanjihad dalam Islam

* 17 258-260

Menghidupkan kembali orang-orang yang telahmati

* 18 261-266

Infak, pahalanya, etikanya, dan gangguan-gangguannya

267-274

Jenis barang yang disedekahkan dan carabersedekah

* 19 275-276

Kecaman keras terhadap pemakan riba

277 Zakat sebagai antitesis riba278-279

Tinggalkan riba atau perang melawan Allah danrasul-Nya

280-281

Tenggang rasa terhadap orang yang berhutangketika sedang kesulitan

* 20 282-284

Tata aturan mengenai masalah utang-piutangdan jual beli

* 21 285-286

Potret kehidupan orang-orang beriman

Keterangan:* Mih{war 1 adalah sikap kaum muslim pada masa awal danpersiapannya memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi.** Mih{war 2 adalah sikap Bani Israil terhadap dakwak Islamiyyah diMadinah, tanggapan, dan sikap mereka terhadap Rasulullah.

Page 148: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

126

Demikian interpretasi Sayyid Qut}b dalam surah al-Baqarah. Iakonsisten dengan pendapatnya—setiap surah mempunyai mih}war—dan menerapkannya dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Dengan demikian,meskipun surah al-Baqarah meliputi banyak tema dan tujuan, akantetapi tetap terlihat satu kesatuan yang mengikat sebagian dengansebagian yang lain, menjadikannya seperti sebuah bangunan yangkokoh. Inilah yang dimaksud kesatuan tema al-Qur’an (al-wah}dah al-maud}u>‘iyyah).64

2. Al-Shu‘ara>’: Pembahasan Akidah yang Tersaji dalam Kisah-kisahNabi

Surah al-Shu‘ara>’ adalah surah yang ke-26 dalam tartibmus}h}afi, terdiri dari 227 ayat dan termasuk dalam kelompokMakkiyyah. Seperti surah al-Baqarah, Sayyid Qut}b konsistenmenetapkan adanya tema pokok (mih}war) dalam surah ini.Menurutnya tema besar dari surah ini adalah seputar akidah—sebagaimana seluruh surah Makkiyah—berporos pada tema pokokini.65 Secara ringkas unsur-unsur dari mih}war tersebut adalah tentangmengesakan Allah, takut pada akhirat, membenarkan wahyu yangditurunkan pada Nabi Muhammad, memberi peringatan akibatkebohongan, menguatkan Rasul dan memberi peringatan buat orang-orang musyrik. Mih}war ini yang menjadi pijakan dasar untukpembahasan keseluruhan ayat-ayat pada surah al-Shu‘ara>’. Akantetapi, Sayyid Qut}b kembali tidak menjelaskan bagaimana sebuahtema terpilih menjadi sebuah mih}war. Selanjutnya Sayyid Qut}bmembagi surah menjadi sembilan kelompok ayat.

Bentuk fisik surah ini berupa kisah-kisah dalam beberapakelompok ayatnya. Kisah-kisah yang ada dalam surah ini sebanyak 180ayat dari keseluruhan ayat-ayatnya.66 Dalam surah ini kisah-kisahtersebut disertai pembukaan (muqaddimah) dan komentar (ta’qi>b).Komentar dalam surah ini berupa dua ayat إن في ذلك آلیة وما كان أكثرھممؤمنین dan حیم وإن ربك لھو العزیز الر yang selalu menjadi penutup darisebuah pembukaan kisah. Kesemuanya unsur-unsur tersebut adalah

64Dalam kesempatan yang lain disebut wah}dah fanniyyah. Lihat H}ifni>Muh}ammad Sharaf, I’ja>z al-Qur’a>n al-Baya>ni> baina al Naz}ariyyah wa al-Tat}bi>q, 264.

65Bandingkan dengan Shah{a>tah, Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>s{iduha> fi al-Qur’a>n al-Kari>m, 266.

66Shah{a>tah, Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>s{iduha> fi al-Qur’a>n al-Kari>m, 267.Lihat Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 5/2583.

Page 149: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

127

sebuah kesatuan yang mempunyai satu tujuan. Tema-tema dalamsurah ini ditampilkan dalam gaya berbeda yang tersaji dalam setiapkisah.67

Khalafullah yang intens membicarakan kisah-kisah dalam al-Qur’an dalam kitabnya al-Fann al-Qas}as}i fi> al-Qur’a>n al-Kari>mditerjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Al-Qur’an BukanKitab Sejarah menyatakan bahwa kesatuan kisah al-Qur’an disusunbukan berdasarkan kesamaan nama para tokoh-tokoh kisahnya tapiberdasarkan kesamaan maksud, tujuan, dan problematika yangdiangkat. Kesatuan semacam ini berulang-ulang ditegaskan al-Qur’andalam beberapa ayat-ayatnya. Untuk itu, menurut Khalafullah, sangatpenting memperhatikan kesatuan semacam ini atau kita akankehilangan jejak maksud sebenarnya kisah-kisah al-Qur’an, yaitutujuan-tujuan keagamaan. Bahkan dampak terbesarnya adalah kitaakan kehilangan dimensi sastra, kemukjizatan, keagamaan, dan moralyang menjadi tujuan akhir al-Qur’an itu sendiri. Sebab, kesatuan kisahini yang nantinya akan menjelaskan pada kita unsur pengulangankisah-kisah yang sering menjebak para mufassir terdahulu yangmenyimpulkan bahwa pengulangan dari kisah-kisah adalah salingmenyerupai atau tasha>buh.68

Kisah-kisah yang disajikan dalam al-Qur’an memilikikarakteristik yang khas. Penyajian kisah dalam al-Qur’an, selayaknyadilihat dalam perspektif khusus, yaitu memiliki misi religi. Haltersebut berbeda dengan pemaparan kisah pada umumnya, kisah padaal-Qur’an tidak semata-mata untuk kepuasan imajinasi.69 Yang perludipelajari dan dihayati dari sebuah kisah adalah pelajaran, hikmah,petunjuk dan pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya.70

Karakteristik gaya pemaparan kisah pada al-Qur’an, padaumumnya mengikuti pola sebagai berikut: Pertama, kisah diawalidengan kesimpulan lalu diikuti dengan uraian kisah. Misalnya, kisahtentang as}h}a>b al-kahfi pada Qs. al-Kahfi (18). Dimulai dari kesimpulanbahwa as}h}a>b al-kahfi termasuk tanda-tanda kekeasaan Allah (9),setelah itu kisah disajika secara rinci (10-22). Kedua, diawali dengan

67Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 5/2583.68Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra

dan Moralitas dalam Kisah-Kisah al-Qur’an, trj. Zuhairi Mishrawi dan AnisMaftuhin (Jakarta: Paramadina, 2002), 321-327.

69Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim(Yogyakarta: LKiS, 2009), 25.

70Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah, 52-53.

Page 150: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

128

klimaks sebuah peristiwa, kemudian dikisahkan rinciannya dari awalhingga akhir, misalnya kisah Musa dengan Fir’aun dalam Qs. al-Qas}as}(28). Dimulai dengan keganasan Fir’aun (3-5), setelah itu barudikisahkan secara rinci Musa dilahirkan, dibesarkan dan mendapatwahyu Taurat (7-43). Ketiga, kisah tanpa dimulai denganpendahuluan, namun langsung pada rincian kisah. Dalam kisah sepertiini dijumpai banyak kejutan-kejutan dari adegan kisah, misalnya kisahMusa dengan H{id}ir dalam Qs. al-Kahfi (18): 60-82. Keempat, kisahdisusun seperti adegan-adegan dalam drama, misalnya kisah Nuhdalam Qs. Hu>d (11): 25-49.71

Surah al-Shu‘ara>’, sebagaimana surah-surah Makkiyyah secaraumum bertemakan tentang masalah akidah.72 Surah ini dibagi menjadi9 kelompok ayat sesuai dengan urutan ayat-ayatnya. Sebagian besarkelompok ayat (2-7) adalah berisi kisah. Kelompok ayat tersebutadalah sebagai berikut:

Kelompok ayat-1 adalah (1-9). Kelompok ayat ini dibagimenjadi beberapa topik yang meliputi: Al-Qur’an yang agung (1-2),kemu’jizatan al-Qur’an (3-4), kasih sayang Allah dan orang-orangmusyrik berpaling (5-6), pelajaran berharga dari alam semesta (7),komentar (8-9).73

Kelompok ayat ke-2 (10-68). Kelompok ayat ini adalah kisahNabi Musa yang bertujuan menjelaskan akibat perbuatan orang-orangyang ingkar terhadap Rasul, menenangkan Nabi Muhammad atasberpalingnya orang-orang musyrik, pertolongan Allah atas dakwahNabi dan orang-orang yang beriman. Kisah-kisah adalah salah satusarana pendidikan Qur’ani>dalam al-Qur’an.74

Pengulangan kisah dalam al-Qur’an dipaparkan dalam tempatdan situasi yang relevan.75 Sebuah kisah kadang-kadang diulangpenyajiannya dalam bermacam-macam surah. Misalnya, kisah Musabanyak disebut dalam surah-surah lain—al-Baqarah, al-Ma>idah, al-A‘ra>f, Yu>nus, al-Isra>’, al-Kahf, T}a>ha> dan lain sebagainya.76 Akantetapi, jika dicermati dan diteliti, maka akan didapatkan kesimpulantidak ada satu kisah pun yang diulang dalam bentuk yang sama—baik

71Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an, 25-27.72Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 5/2583.73Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 5/2583-2586.74Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 5/2587.75Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 1/55.76Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2588.

Page 151: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

129

dalam segi kapasitasnya maupun metode penyampaiannya. Olehkarena itu, jika terjadi perulangan kisah, sejatinya ada hal baru yangmenghilangkan hakikat pengulangan itu. Kisah merupakan saranapendidikan, jika pengulangan tersebut dikira hanya sebagai bagian darisastra—dengan maksud hanya mempercantik susunan dan tidakberkaitan dengan realitas—maka tidaklah demikian, hubungantemanyalah yang menentukan disajikannya sebuah kisah pada tempat-tempat yang sesuai.77

Kelompok ayat ini dibagi menjadi beberapa topik yaitu; Musadan Tuhannya (10-17), Musa berhadapan dengan Fir’aun (18-37),mengumpulkan para tukang sihir (38-40), para tukang sihir dan janjiimbalan besar Fir’aun (41), pertunjukan, berimannya para tukangsihir, dan ancaman Fir’aun (42-51), dua segemen dalam cerita (Wahyuuntuk Musa agar pergi pada malam hari dan Fir’aun menyiapkanpasukannya) (52-59), pertemuan di tepi laut dan tenggelamya Fir’aundan bala tentara (60-66), komentar (ta’qi>b) (67-68).

Kelompok ayat ke-3 (69-104) tentang kisah Ibrahim. KisahIbrahim dalam surat ini berbeda dengan kisah Ibrahim dalam surah al-A’ra>f. Kisah Ibrahim dalam surah al-A’ra>f sesuai dengan kronologisejarah, karena tujuannya adalah menceritakan alur dari sejak manusia(Adam) keluar dari surga dan memulai kehidupan sebagai manusia dibumi. Sedangkan kisah Nabi Ibrahim dalam surah ini bertujuan supayabisa diambil hikmah atau pelajaran dari jalan cerita. Bagian dalamkisah ini menceritakan Ibrahim diutus kepada kaum Thamu>d, dialog

77Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 1/55. Lihat Sayyid Qut}b, al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n, 143- 215. Bandingkan dengan pernyataan Khalafullah,menurutnya kondisi membingungkan seputar pengulangan sebuah kisah tidak akanterjadi dalam pemahaman Islam, bila para penafsirnya tidak hanya memahami kisah-kisah tersebut dengan pendekatan sejarah. Menurutnya penggunaan metodologipendekatan sejarah ternyata tidak bisa membantu penafsir memahami rahasia-rahasiapengulangan kisah. Ia memberikan alternatif metodologi yaitu melalui pendekatansastra ditinjau dari retorika dan seni estetika. Menurutnya, al-Qur’an tidak pernahmenjadikan bermaksud menjadikan unsur-unsur sejarah sebagai tujuan pokok. Unsur-unsur sejarah tersebut hanya sebuah elemen yang digunaka untuk mengkontruksisebuah kisah. Tujuan dari sebuah kisah, menurutnya, agar para pendengarnyamenangkap esensi cerita yang penuh hikmah, nasihat, pelajaran, bahkan ancaman dankabar gembira. Karena nasihat, hikmah, pelajaran, ancaman dan kabar gembiratersebut disampaikan berbentuk kisah dalam beberapa tempat berbeda-beda, makasastra dan retorika yang digunaan untuk menyampaikan kisah itu pun berbeda.Muhammd A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah, 32-34.

Page 152: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

130

ketuhanan, Ibrahim mengingkari tuhan mereka dan menyerumenyembah Allah.

Kisah Ibrahim juga disajikan dalam surah-surah yang lain—misalnya al-Baqarah, al-An’a>m, Hu>d, Ibra>hi>m, al-H{ijr, Maryam, al-Anbiya>’ dan al-H{ajj. Tentunya hal tersebut bukan berarti adanyapengulangan, akan tetapi setiap kisah dalam surah-surah yang berbedatersebut disajikan sesuai dengan keterkaitan tema yang sedangdisajikan. Dalam al-Baqarah misalnya, kisah Ibrahim disebutkan dalamkaitannya dengan pembangunan Ka’bah yang dibangunnya bersamaIsma’il, do’anya kepada Allah agar menjadikan Tanah Haram sebagainegeri yang aman, pemberitahuannya bahwa pewaris Ka’bah danpewarisnya adalah kaum muslim, dan lain sebagainya. Sedangkandalam surah al-An‘a>m, kisah Ibrahim disajikan dalam sebuah kisahpencarian Tuhan, setelah sekian lama ia merenung dan mengirabintang-bintang, bulan, matahari dan fenomena alam sebagai tuhan.Akan tetapi semua bukan jawaban dari pencariannya.78 Kelompok ayatini dibagi menjadi beberapa topik: Ibrahim dan kaumnya (69-89),tanda hari kiamat (90-102), komentar (103-104).

Kelompok ayat ke-4 (105-122) berisi kisah Nuh, kisah dalamsurah ini bukan dimaksudkan dalam bingkai sejarah, akan tetapi kisahini bertujuan supaya diambil pelajaran dari kisah yang terjadi yaituakibat dari menyekutukan Allah dan ingkar.79 Sebagaimana kisahMusa dan Ibrahim, kisah Nuh juga disajikan dalam beberapa surah laindalam al-Qur’an. Misalnya, al-A’ra>f, Yu>nus, Hu>d, al-Mu’minu>n. Kisahini biasanya disajikan dalam rangkaian kisah kaum ‘A<d, Thamu>d,kaum Lut dan Ahl Madyan.80 Kisah-kisah tersebut bertujuan untukmenyeru kaum agar supaya menyembah Allah. Kelompok ayat dalambagian ini terdiri dari penggalan yaitu: Seruan Nuh dan pengingkarankaumnya (105-120) serta komentar (121-122).

Kelompok ayat ke-5 (123-140) adalah tentang kisah tentangkaum Hud. mereka bertempat tinggal di Ah}qa>f, pegununganRamaliyyah berdekatan dengan Had}ra Maut dari arah Yaman. Merekaadalah orang-orang yang tertutup hatinya setelah peristiwa topan yangmembersihkan bumi dari para pendosa.81 Kisah ini juga disajikandalam surah-surah lain, yaitu al-A’ra>f, Hu>d dan al-Mu’minu>n. bagian

78Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2600-2601.79Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2606.80Shah{a>tah, Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>s{iduha> fi al-Qur’a>n al-Kari>m, 268.81Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2609.

Page 153: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

131

ini berisi kisah Nabi Hud dan berujung ingkarnya kaum ‘A<d (123-138)dan komentar (139-140).

Kelompok ayat ke-6 (141-159) tentang kisah kaum Thamu>d,mereka tinggal di daerah yang terletak antara Sha>m dan H{ija>z—Muhammad dan sahabatnya pernah melewatinya ketika perang tabu>k.Kisah ini menceritakan keingkaran mereka setelah nikmat-nikmatyang besar diberikan kepada mereka.82 Kelompok ayat ini berupaseruan Nabi Saleh dan kaumnya yang ingkar (141-157) serta komentar(158-159)

Kelompok ayat ke-7 (160-175) berisi kisah Lut, penyajiankisah ini adalah kronologis bersama kisah Ibrahim. Akan tetapi yangditonjolkan bukan kesejarahannya melainkan kerisalahan dan akibatorang-orang yang ingkar. Kisah ini diawali dengan ingkarnya kaumLut seperti kisah-kisah kaum Nuh, Hud dan Saleh.83 Kelompok ayatini berisi kisah Nabi Lut dan pengingkaran kaumnya (160-173) dankomentar (174-175)

Kelompok ayat ke-8 (176-191) berisi kisah Shu’aib—kisahkronologisnya sebelum kisah Musa—yang disajikan dalam rangka agarsupaya diambil pelajaran darinya. Kaum Shu’aib adalah As}h}a>b al-Aikah, kebanyakan dari mereka adalah penduduk Madyan—antaraHija>z dan Palestina sekitar teluk ‘Aqabah. Kisah ini—seperti kisah-kisah lain antara Rasul dan kaumnya—di awali dengan penjelasanpokok-pokok akidah.84 Bagian ini berisi kisah kaum Shu’aib danberakhir dengan ingkarnya kaumnya (176-189) dan komentar (190-191).

Kelompok ayat ke-9 (192-227) adalah kisah Nabi Muh}ammaddan kuam musyrik Quraish.85 Kisah ini dibagi dalam beberapakelompok: Tentang al-Qur’an (192-209), tentang al-Qur’an (210-212),seruan untuk menjauhi syirik (213-220), tentang seputar al-Qur’an lagi(221-227).

Struktur al-Shu’ara’ menurut Sayyid Qut}b dalam tabel, adalahsebagai berikut:

Mih}war dalam surah ini adalah konsep akidahKelompok ayat Ayat Tema

1 1-2 Al-Qur’an yang agung

82Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2611.83Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2613.84Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2615.85Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’an, 5/2617.

Page 154: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

132

Mih}war dalam surah ini adalah konsep akidahKelompok ayat Ayat Tema

3-4 Kemu’jizatan al-Qur’an5-6 Kasih sayang Allah dan orang-orang

musyrik berpaling7 Pelajaran berharga dari alam semesta

8-9 Komentar2 10-17 Musa dan Tuhannya

18-37 Musa berhadapan dengan Fir’aun38-40 Mengumpulkan para tukang sihir

41 Para tukang sihir dan janji imbalan besarFir’aun

42-51 Pertunjukan, berimannya para tukangsihir, dan ancaman Fir’aun

52-59 Dua segemen dalam cerita (Wahyu untukMusa agar pergi pada malam hari danFir’aun menyiapkan pasukannya)

60-66 Pertemuan di tepi laut dan tenggelamyaFir’aun dan bala tentara

67-68 Komentar3 69-89 Ibrahim dan kaumnya

90-102 Tanda hari kiamat103-104 Komentar

4 105-120 Seruan Nabi Nuh dan pengingkarankaumnya

121-122 Komentar5 123-138 kisah Nabi Hud dan berujung ingkarnya

kaum ‘A<d139-140 Komentar

6 141-157 Seruan Nabi Salih dan kaumnya yangingkar

158-159 Komentar7 160-173 Kisah Nabi Lut dan pengingkaran

kaumnya174-175 Komentar

8 176-189 Kisah kaum Shu’aib dan berakhir denganingkarnya kaumnya

190-191 Komentar

Page 155: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

133

Mih}war dalam surah ini adalah konsep akidahKelompok ayat Ayat Tema

9 192-209 Tentang al-Qur’an210-212 Tentang al-Qur’an213-220 Seruan untuk tidak berlaku syirik221-227 Tentang al-Qur’an lagi

Demikianlah interpretasi Sayyid Qut}b dalam surah al-Baqarahdan al-Shu‘ara>’, surah terpanjang dari kelompok Madaniyyah danMakkiyah. Melalui teori kesatuan tema yang diusungnya nampak jelaskeserasian, keharmonisan dan kelogisan susunan al-Qur’an. Meskipundalam sebuah surah terdapat beberapa tema yang berbeda akan tetapitema-tema tersebut disatukan oleh sebuah tema sentral yangdisebutnya sebagai mih}war. Mih}war inilah yang menjadi landasanpokok dalam penafsiran sehingga tampak satu kesatuan dalam sebuahsurah. Oleh karena itu terbantahlah pernyataan kelompok yangmenyatakan kekacauan, keruwetan dan ketidak logisan al-Qur’an.

C. Penafsiran Berbasis Kesatuan Tema dalam Satu JuzSayyid Qut}b sebagai penggiat kajian kesatuan tema, selain

mengungkap kesatuan tema berbasis surah, ia juga mengemukakankesatuan tema berbasis juz. Hal tersebut ia jelaskan saat menafsirkanjuz terakhir. Ia berkata: “Juz ini, mempunyai sebuah karakter khusus.Semua surahnya termasuk katagori Makkiyyah, kecuali surah al-Bayyinah dan al-Nas}r. Surah-surah dalam juz ini termasuk dalam surahpendek dengan kadar yang berbeda. Menurutnya, hal terpentingnyaadalah karakter yang khusus tersebut membentuk sebuah kesatuandalam tema-temanya, tujuan, ritme, ilustrasi, naungan dan gayabahasanya secara umum.”86

Demikian, sungguh indah irama dan ketukan-ketukan yangsambung-menyambung yang terdapat dalam surah ini, satu irama.Dalam menafsirkan juz terakhir dari al-Qur’an ini Sayyid Qut}b tidakmembahasa mih}war secara panjang lebar sebagaimana ketika iamenafsirkan pada surah-surah panjang. Bahkan ia tidak menyebutmih}war-nya secara gamblang. Ia hanya menyebut juz terakhir tersebutmempunyai karakter khusus yang menyatukan tema-temanya. Hematpenulis, Sayyid Qut}b sudah menganggap para pembaca sudah paham

86Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3800.

Page 156: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

134

bahwa semua surah-surah Makkiyyah mih}war-nya adalah seputarakidah—seperti yang dijelaskan dalam surah-surah awal. Untuk itu,dirasa tidak perlu mengulang-ulang kembali dan membahas secarapanjang lebar.

Dalam juz ini menceritakan perkembangan generasi manusiapertama di muka bumi, selain menceritakan juga tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pelajaran tentang alam semesta dan tanda-tandakekuasaan Allah dalam alam semesta. Pembahasan tentang tanda-tanda kiamat yang sangat menakutkan, tentang hari perhitungan amal,pembalasan yang berupa nikmat dan siksa dalam bentuk yang luarbiasa mencengangkan. Hal-hal tersebut adalah tanda-tanda dan buktikepada manusia tentang kehidupan lain setelah hari kiamat danmenjadi peringatan yang di dalamnya terdapat ancaman dan teguran.Penceritaan seperti ini kadang-kadang digunakan untuk menjelaskanperselisihan antara orang yang ingkar dan berdusta. Model penjelasanseperti ini menjadi karakter dalam semua surah dalam juz ini.87

Penafsiran berbasis kesatuan dalam satu juz ini dikemukakanSayyid Qut}b dalam juz 30, dimulai dari surah al-Naba>’ sampai al-Na>s.Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa juz ini berfokus padaperkembangan generasi manusia pertama di muka bumi, tentangtumbuhan, hewan, fenomena alam, tanda-tanda kiamat dan lainsebagainya seperti yang dijelaskan di atas, maka misalnya al-Naba>’adalah contoh yang sempurna untuk fokus tersebut.88 Begitu juga al-Na>zi‘a>t, merupakan sebuah contoh untuk mengingatkan hati tentangkehidupan akhirat.89 ‘Abasa>, berbicara tentang seorang buta bernamaIbn Ummu Maktu>m yang datang pada Nabi. Ia meminta pada Nabiuntuk mengajarkan Islam dan nabi mengacuhkannya. Maka turunlahayat ini sebagia sebuah teguran pada Nabi. Sebuah isyarat untukdakwah menyeluruh.90 Dalam al-Takwi>r, menceritakan ilustrasibagaimana jagad raya terbalik pada hari kiamat dan hakikat wahyu.91

Begitu juga al-Infit}a>r92 dan al-Inshiqa>q93 mempresentasikan tanda-tanda alam disertai tanda-tanda nikmat dan siksa. Demikian, dalam juz

87Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3801.88Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3801.89Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3811.90Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3821-3822.91Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3836.92Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3845.93Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3864.

Page 157: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

135

ini, model penjelasan seperti ini menjadi karakter dalam semua surahdalam juz.

Dalam penafsiran juz ini juga terdapat model penyampaianyang jelas, disertai dengan gambaran yang indah dan mempunyaiirama musikal tertentu. Misalnya menggambarkan malam dengankegelapan, waktu pagi dengan kehidupan yang bercahaya, dan lainsebagainya.94

D. Penafsiran Berbasis Kesatuan Tema dalam al-Qur’an KeseluruhanSebagaimana yang telah dipaparkan, bahwa Sayyid Qut}b

membangun pondasi tafsirnya atas paradigma kesatuan tema.Kesatuan tersebut ia aplikasikan secara baik dalam tafsirnya, baikkesatuan tema berbasis surah, juz bahkan al-Qur’an secarakeseluruhan. Sayyid Qut}b dalam setiap komentarnya pada setiap surahselalu menghubungkan dengan isi pesan kesatuan al-Qur’an, bukanhanya untuk menunjukkan koherensi sastra al-Qur’an secarakeseluruhan, tetapi untuk menekankan tujuan agama.

Menurutnya, al-Qur’an mempunyai satu tujuan yang koheren,biasanya ia menyebutnya hadaf (tujuan).95 Hadaf tersebut adalahperekat antara surah-surah, di mana seluruh surah akan bermuara padahadaf yang diusung al-Qur’an tersebut. Ia menyatakan bahwa hadaf al-Qur’an dengan seluruh surah-surahnya adalah konsep ketauhidan.Sebuah konsep yang dijelaskannya secara detail, meliputi konseppembinaan komunitas, konsep negara, mengatur masyarakatberdasarkan konsep tertentu dan struktur yang baru. Masyarakat yangberimanan kepada Allah, beribadah hanya kepada-Nya, menaatihukum-hukum-Nya, dan diakhiri dengan tercapainya keselarasandengan kehendak Ilahi dalam alam dan kehidupan.96 Sedangkan tema-tema lain hanya sebagai pendukung tema utama.97

Sebagaimana penilaian subyektif penulis dalam penentuansebuah mih}war, Sayyid Qut}b juga tidak menjelaskan bagaimanasebuah tema terpilih menjadi sebuah hadaf. Hal tersebut terlihat saatSayyid Qut}b menafsirkan surah al-Ma>’idah.

94Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur’a>n, 6/3802.95Boullata, “Sayyid Qutb’s Literary Appeciation of the Qur’an,” dalam

Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata, 363.96Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/825. Lihat juga Boullata, Al-Qur’an

yang Menakjubkan, terj, Bachrum B, dkk, 21.97Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 3/1753.

Page 158: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

136

Al-Maidah, menurutnya, walaupun tergolong dalam kelompokMadaniyyah yang biasanya mengandung tema-tema hukum dan sosialkemasyarakatan, ia menyebutkan hadaf (tujuan) pokok al-Qur’anditurunkan, yaitu masalah akidah—sebagaimana surah kelompokMakkiyyah. Komentarnya dalam surah al-Ma>’idah, “Maka akan kitatemukan dalam surah ini—sebagaimana yang telah kita temukandalam tiga surah panjang sebelumnya—adanya hubungan denganberbagai topik. Hubungan antara kesemuanya adalah hadaf (tujuan)yang juga menjadi tujuan al-Qur’an diturunkan.98 Sayyid Qut}b tidakmenjelaskan mengenai pemilihan sebuah tema menjadi hadaf.Misalnya, apa yang menjadi kriteria sebuah tema terpilih sebagaihadaf, apa syarat dan ketentuan dan lain sebagainya.

Kesimpulan dari pembahasan terakhir ini adalah Sayyid Qut}bdengan segala kemampuannya mengaplikasikan gagasan-gagasanpembaruan kesatuan tema yang ia bangun dalam Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n.Dalam paparan di atas konsep kesatuan terlihat dalam empat poinbesar gagasan Sayyid Qut}b. Pertama, ide kesatuan metodepengungkapan al-Qur’an. Menurutnya, al-Qur’an mempunyai metodetunggal dalam melukiskan makna ayat-ayatnya. Yaitu ilustrasi artistikdengan jalan imajinasi dan personifikasi. Ilustrasi artistik merupakankaidah besar yang digunakan al-Quran sebagai pola dan karakteristikyang integral. Hal tersebut berarti bahwa penggambaran (ilustrasi)dalam al-Qur’an membentuk kesatuan. Setiap bagian katamenggambarkan keterkaitan ilustratif antara yang satu dengan yanglain untuk menampakkan cakrawala umum yang sesuai dengan temayang digambarkan. Kedua, kesatuan berbasis surah. Bagian inimenyajikan dua surah sebagai sampel, al-Baqarah dan al-Shu‘ara>’.Kajian berbasis surah tersebut menyimpulkan bahwa al-Baqarah yangterdiri dari bermacam-macam topik tetap bermuara pada dua mih}waryang telah dipilih Sayyid Qut}b. Mih}war tersebut adalah al-Baqarahsebagai pilar penyiapan khali>fah al-ard} dan kisah Bani Isra>’il. Begitujuga dalam al-Shu‘ara>’, mih}war surah terpanjang kategori Makkiyyahtersebut seputar akidah. Ketiga, kesatuan tema berbasis satu juz,terlihat dalam juz terakhir dari al-Qur’an. Keempat, kesatuan tema al-Qur’an secara keseluruhan. Sayyid Qut}b menyebutnya dengan hadafyang merupakan titik temu dari keseluruhan tema-tema dalam al-Qur’an. Hadaf tersebut adalah konsep ketauhidan, sedangkan tema

98Sayyid Qut}b, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, 2/825.

Page 159: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

137

yang bermacam-macam yang tersaji dalam al-Qur’an dimaksudkanuntuk mendukung tema utama.

Page 160: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

138

Page 161: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

139

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanKesimpulan dari tesis ini adalah, semakin komprehenshif

pembacaan seseorang terhadap al-Qur’an, pemahamannya akansemakin obyektif. Memahami pesan al-Qur’an melalui pengungkapanrahasia sistematikanya sangat penting. Sebab, seseorang yang tidakmampu memahami rahasia tersebut akan memandang bahwa di dalamal-Qur’an selalu ada yang kontradiktif. Pembacaan al-Qur’an secarakomprehensif akan mempersempit ruang subyektivitas yangberdampak negatif. Sebagai contoh, adanya legitimasi terhadap sikapkeberagamaan tertentu dengan dukungan atau dalih dari ayat-ayat al-Qur’an. Misalnya, aksi kekerasan yang mengatas namakan agamasebagai justifikasi. Pemahaman al-Qur’an secara parsial akan berakibatmunculnya sebuah pemahaman bahwa al-Qur’an adalah kacau,membingungkan, tidak sistematis dan bahkan berkesimpulan bahwaayat-ayatnya saling bertentangan dan tidak bertalian secara logis.

Berdasarkan hasil penelitian kajian ini, tesis ini membuktikanbahwa Sayyid Qut}b adalah salah seorang mufassir yang berusahamelakukan pembacaan al-Qur’an dengan cara pandang yangkomprehensif. Konsep yang ditawarkan Sayyid Qut}b adalah kesatuantema al-Qur’an. Hal tersebut ia tuangkan dalam karyanya al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n, Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n dan Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n.

Dari penelitian ini ditemukan beberapa hal terkait konsepkesatuan tema yang ditawarkan oleh Sayyid Qut}b, yaitu:1. Sayyid Qut}b menafsirkan al-Qur’an dalam perspektif yang

komprehensif. Ia menawarkan konsep kesatuan yang meliputikesatuan metode pengungkapan al-Qur’an, kesatuan tema berbasissurah, juz dan al-Qur’an secara keseluruhan. Ia menyebut mih}warsebagai tema pokok sebuah surah dan hadaf untuk al-Qur’ansecara keseluruhan.

2. Metode pengungkapan al-Qur’an yang digunakan Sayyid Qut}badalah sebuah metode tunggal, yaitu ilustrasi artistik dengan jalanimajinasi dan personifikasi.

3. Untuk kesatuan tema berbasis surah, Sayyid Qut}b mempunyaibeberapa dasar pijakan. Pertama, setiap surah adalah sebuahkesatuan yang padu meskipun maknanya bermacam-macam.

Page 162: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

140

Kedua, mempunyai nuansa khusus (jaww) yang menaungi semuatemanya untuk membantu mengintegrasikan topik yang harmonis.Ketiga, mempunyai irama musikal tertentu. Apabila terjadiperubahan irama di tengah pemaparannya, maka perubahan ituhanyalah karena menyesuaikan tema-tema khususnya.

4. Sayyid Qut}b menulis tafsirnya dengan perspektif baru yang segar,yaitu aspek relevansinya dengan permasalahan Islam kekinian.

5. Penafsiran Sayyid Qut}b telah melampaui para mufassirpendahulunya yang cenderung menafsirkan al-Qur’an yangbersifat linear-atomistik menjadi integral-holistik.

Melalui konsep kesatuan tema yang diusung oleh Sayyid Qut}bnampak jelas keserasian, keharmonisan antara ayat-ayatnya, surahyang satu dengan yang lain dan bagian-bagian al-Qur’an secarakeseluruhan. Hal tersebut sekaligus sebagai bantahan terhadapsarjana—semisal Angelika N, Salwa M.S. El-Awa dan lainsebagainya—yang meragukan ketidak logisan, bahkan menyatakankerancuan dan kekacauan susunan al-Qur’an.

Teori kesatuan tema al-Qur’an—yang dalam perjalanannyaadalah perkembangan dari teori naz}m, muna>sabah dan juga berkaitandengan Siya>q—berusaha mengungkap hubungan kata perkata, antarayat dengan ayat, ayat dalam sebuah surah dan bahkan ayat dalam al-Qur’an secara keseluruhan. Betapa indah dan bernilai sastra tinggisusunan al-Qur’an, sehingga tidak ada seorang pun yang bisamenandingi keindahan sastra al-Qur’an bahkan oleh para pakar sastrasekalipun. Susunan al-Qur’an yang demikian unik berbeda dengansusunan tuturan orang Arab yang diketahui sangat mahir dalam halsastra. Al-Quran punya gaya tersendiri yang lebih istimewa dari apayang dikenal oleh orang Arab dan hal tersebut termasuk unsurkemukjizatan al-Qur’an.

Mengutip apa yang dikatakan Wild, bahwa Sayyid Qut}b adalahsalah satu dari pemikir pembaharu asal Mesir yang menggunakanpendekatan sastra dalam menafsirkan al-Qur’an, meskipun selanjutnyalebih terkenal sebagai aktivis pergerakan. Ia menafsirkan al-Qur’anatas landasan membangun koherensi antara ayat atau kelompok ayatdalam surah dan al-Qur’an secara keseluruhan.

Demikian sumbangan pemikiran pembaharuan yang diberikanSayyid Qut}b terhadap khazanah kajian Qur’an. Akan tetapi sebagaipeneliti, penulis mempunyai penilaian subyektif terhadap sumbangan

Page 163: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

141

pemikiran Sayyid Qut}b yang berupa teori kesatuan tema yang iaaplikasikan dalam tafsirnya, yaitu:1. Dalam teori surah as unity-nya, penilaian subyektif penulis adalah

Sayyid Qut}b tidak menjelaskan bagaimana mekanismepengelompokan ayat-ayat dalam sebuah surah. penulis hanyamenangkap pengelompokan ayat-ayat dalam sebuah surah tersebutbersifat intuitif. Sayyid Qut}b tidak menampakkan dengan jelasbagaimana proses dan metodenya dalam membagi sebuah surah—misalnya al-Baqarah dibaginya menjadi 21 bagian.

2. Sayyid Qut}b menentukan mih}war dalam setiap surah terlebihdahulu sebelum menafsirkan surah secara keseluruhan. Ataspembacaan subyektif penulis, Sayyid Qut}b tidak menyebutkanbagaimana sebuah tema terpilih menjadi sebuah mih}war. Apaspesifikasinya, kriteria dan hal-hal lain yang berkenaan dengansebuah pemilihan. Begitu juga dengan penentuan sebuah hadaf,Sayyid Qut}b juga tidak menjelaskan hal-hal yang berkaitandengan pemilihan.

3. Untuk metodologi kesatuan tema secara umum tidak ada pakemmetodologi sehingga kajian ini menjadi sulit. Hal tersebut terbuktidengan beragamnya metode yang disajikan para penggiat kajianini.

Demikianlah pembacaan subyektif penulis tentang metodeSayyid Qut}b dengan konsep kesatuan temanya. Terlepas darikelebihan dan kekurangan, Sayyid Qut}b adalah seorang mufassir yangtelah menyumbangkan ide-ide pembaharuannya yang sangatbermanfaat dalam proses pendewasaan intelektual kajian al-Qur’anyang harus kita apresiasi.

B. SaranKesatuan tema al-Qur’an secara keseluruhan, berbasis juz, dan

berbasis surah adalah sebuah pembaharuan dalam ranah kajian al-Qur’an. Teori kesatuan tema yang ditawarkan Sayyid Qut}b adalahsalah satu upaya untuk meminimalisir kesalahan dalam memahamiwacana keagamaan yang disebabkan pemahaman al-Qur’an secaraparsial. Oleh karena itu kajian ini merekomendasikan para pemimpinorganisasi Islam dan para penggiat kajian al-Qur’an, baik secaraakademik maupun non akademik untuk menafsirkan al-Qur’an dengan

Page 164: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

142

perspektif komprehensif. Dengan kata lain, konsep kesatuan temamenjadi tawaran alternatif dalam metode penafsiran.

Akhir kata, Dalam kajian ini penulis sadar sepenuhnya bahwakajian dalam penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Kajianintensif dalam tema ini masih akan tetap aktual demi penyempurnaan.Sebagai kontribusi akademik, kajian ini diharapkan dapat memberikaninspirasi bagi kalangan akedemisi khususnya dan masyarakat padaumumnya untuk menelaah kajian ini lebih lanjut. Misalnya, munculnyakajian tafsir tematik surah al-Qur’an, bagaimana rumusan metodologikonsep kesatuan tema al-Qur’an. Dengan demikian diharapkan fungsial-Qur’an sebagai petunjuk bisa langsung dirasakan dalam kehidupansosial.

Page 165: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

143

DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Mut}t}alib, Rif‘at Fauzi>. al-Wah{dah al-Maud{u>‘iyyah li al-Surahal-Qur’a>niyyah. Kairo: Da>r al-Sala>m, 1986.

‘Abd al-Rah}ma>n, ‘A<ishah. al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’a>n al-Kari>m.Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1977.

‘Abduh, Muh}ammad. Tafsi>r al-Mana>r. Bairu>t: Da>r al-Ma’rifah, 1973.Abdul Bari. “Jahiliyah Dalam al-Qur’a>n: Kajian Atas Penafsiran

Sayyid Qut}ub Dalam Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n,” Tesis di SPsUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Abdul Muid. “Teologi Pembebasan Islam Sayyid Quthb,” Tesis di SPsUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid. Mafhu>m al-Nas}s}. Kairo: al-Haiah al-Mas{riyyah al-‘A<mmah li al-Kita>b, 1993.

Ahmad Thib Raya, Rasionalitas Bahasa al-Qur’an. Jakarta: FikraPublishing, 2006.

Aunur Rafiq. “Konsep Universalisme al-Qur’a>n Menurut Sayyid Qut}bDalam Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n,” Tesis di SPs UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2005.

Ba>qilla>ni>, Abi> Bakr Muh}ammad ibn al-T{ayyib al. I’ja>z al-Qur’a>n.Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1996.

Bakker, Anton dan Zubeir, Achmad Charris. Metodologi PenelitianFilsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Bin Nabi>, Ma>lik. al-Z{a>hirah al-Qur’a>niyyah, trj. ‘Abd al-S{abu>r Sha>hi>n.Damaskus: Da>r al-Fikr, 1987.

Biqa>’i>, Burha>n al-Di>n Abi> al-H{asan Ibra>hi>m ibn ‘Umar al. Naz{m al-Durar fi> Tana>subi al-A<ya>ti wa al-Suwar. Beirut: Da>r al-Kutubal-‘Ilmiah, 1995. Juz 1.

Boullata, Issa J. “ Sayyid Qutb’s Literary Appreciation of the Qur’an,”dalam Literary Structures of Religious Meaning in the Qur’a>n,ed. Issa J. Boullata. Richmond Surrey: Curzon Press, 2000.

Boullata, Issa J. Al-Qur’an Y ang Menakjubkan, trj. Bachrum B. dkk.Jakarta: Lentera Hati, 2008.

Buchori, Didin Saefuddin. Metodologi Studi Islam. Bogor: GranadaSarana Pustaka, 2005.

Chirzin, Muhammad. al-Qur’an dan ‘Ulumul Qur’an. Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.

Page 166: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

144

Cuypers, Michel. “Semitic Rhetoric as a Key to the Question of theNazm of the Qur’anic Text,” Journal of Qur’anic Studies 13,no. 1 (2011)

Dagha>mi>n, Ziya>d Khali>l Muh{ammad al. Manhajiyyah al-Bahthi.Amma>n: Da>r al-Bashi>r, 1995.

Dammen, Jane. ed. The Cambridge Companion to the Qur’an. NewYork: Cambridge University Press, 2006.

Dastjerdi, Hossein Vahid. dan Jamshidian, Elaheh. “A SacramentalWordplay: An Investigation of Pun Translatability in the TwoEnglish of the Quran,” Asian Social Science 7, no. 1 (2011)

Dayeh, Islam. “Al-H{awa>mi>m: Intertextuality and Coherence inMeccan Surahs,” dalam The Qur’a>n in Context, eds. AngelikaNeuwirth, Nicolai Sinai dan Michael Marx. Leiden: Brill 2011.

Dhahabi, Muhammad H{usain al. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Kairo:Da>r al-Kutub al-H{adi>thah, 1976.

Dira>z, Muh}ammad ‘Abd Alla>h. al-Naba>’ al-‘Az}i>m. Kuwait: Da>rQalam, 1977.

Dira>z, Muh}ammad ‘Abd Alla>h. Madkhal ila> al-Qur’a>n al-Kari>m. Kairo:Da>r al-Qalam, 2003.

El-Awa, Salwa M. S. “Linguistic Structure,” dalam The BlackwellCompanion to the Qur’a>n, ed. Andrew Rippin. West Sussex,Chichester: John Wiley and Sons Ltd, 2009.

El-Awa, Salwa. M.S. Textual Relations in the Qur’a>n: Relevance,coherence and structure. London: Routledge, 2006.

El-Tahry, Nevin Reda. “Textual Integrity and Coherence in theQur’an: Repetition and Narrative Srructure in Surat al-Baqara,” Disertasi di University of Toronto, 2010.

Endress, Gerhard. an Introduction to Islam. Edinburgh: EdinburghUniversity Press, 1994.

Farah}a>t, Ahmad H{asan. Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n ‘Ard} wa Naqd wa Tah}qi>q.‘Amma>n: Da>r ‘Amma>r li al-Nashri wa al-Tawzi>’, 2001.

Farahi>, H{ami>d al-Di>n, al. Exordium to Coherence in the Qur’a>n,translated by Tariq Mahmood Hashmi. Lahore: Tp, 2008.

Farma>wi>, ‘Abd H{ayy al. al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>. Kairo: al-H{ad{a>rah al-‘Arabiyah, 1977.

Farrin, Raymond K. “Surat al-Baqara: A Structural Analysis,” TheMuslim World 100, no. 1 (2010)

Fath, Amir Faishol. The Unity of Al-Qur’an, trj. Nasiruddin Abbas.Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.

Page 167: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

145

Fuad, Nur. “Kesatuan Tema dalam Surah al-Qur’an MenurutMuhammad ‘Abduh dalam Tafsi>r Al-Mana>r dan Juz ‘Amma,”Tesis di SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

H{awwa>, Sa’i>d. al-Asa>s fi> al-Tafsi>r. Kairo: Da>r al-Sala>m, 1993.H{ija>zi>, Muh}ammad Mah}mu>d. al-Wah}dah al-Maud{u>iyyah fi> al-Qur’a>n

al-Kari>m. Zaqa>ziq: Da>r al-Tafsi>r, 2004.H}ifni> Muh}ammad Sharaf, I’ja>z al-Qur’a>n al-Baya>ni> baina al

Naz}ariyyah wa al-Tat}bi>q, (Tt: al-Majlis al-A’la> li al-Shu’u>n al-Isla>miyyah, 1970), 264.

Harahap, Syahrin. Penuntun Penulisan Karya Ilmiah Studi TokohDalam Bidang Pemikiran Islam. Medan: IAIN Press, 1995.

Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah KajianHermeneutik. Jakarta: Paramadina, 1996.

Hitti, Philip K. Islam A Way of Life. T.tp: University of Minnesota,1970.

Ibn Kathi>r, ‘Imad al-Di>n Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l. Tafsi<r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m. Mesir: Maktabah Mas{r, tt.

Ibn Taimiyyah, Taqiy> al-Di>n Ah{mad ibn ‘Abd al-H{ali>m. Muqaddimahfi>Us}u>l al-Tafsi>r. Beirut: Da>r Ibn H{azm, tt.

Is}la>h}i, Amin Ah}san. Review dari Tadabbure-e-Qur’an: Pondering Overthe Qur’an, Volume One; Tafsir of Su>rahal-Fa>tih}ah and Surahal-Baqarah. Terjemahan Mohammad Saleem Kayani, olehShehzad Saleem, Islamic Studies 48, no. 1 (2009): 119-122.

Is}la>h}i>, Amin Ah}san. review dari Tadabbure-e-Qur’an: Pondering Overthe Qur’an, Volume One; Tafsir of Su>rahal-Fa>tih}ah and Surahal-Baqarah, trj. Mohammad Saleem Kayani, oleh ShehzadSaleem, Islamic Studies 48, no. 1 (2009)

Islahuddin. “Teori al-Wah}dah al-Maud}u>’iyyah li al-Qur’a>n al-Kari>mDalam Penafsiran Sa’i>d H{awwa>(Studi Atas Penafsiran Suratal-Fa>tih}ah dan al-Sab’ al-T{iwa>l),” Tesis di SPs UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

Jansen, J. J. G. Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern, terj. Hairussalim,Syarif Hidayatullah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997.

Jansen, J. J. G. The Interpretation of the Koran in Modern Egypt.Leiden: E, J. Brill, 1980.

Jauziyyah, Shams al-Di>n Muh{ammad ibn Abi> Bakr ibn Qayyim al. al-Tibya>n fi> Aqsa>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r Kutub al-‘Ilmiyah,2001.

Page 168: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

146

Johns, A. H. “A Humanistic Approach to i’ja>z in the Qur’an: TheTransfiguration of Language,” Journal of Qur’anic Studies 13,no. 1 (2011)

Jurja>ni>, Ima>m Abi> Bakr ‘Abd al-Qa>hir ibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibnMuh}ammad al. Dala>’il al-I‘ja>z. Kairo: Maktabah al-Kha>nji>,1984.

Juwaini>, Mus}t}afa> al-S{a>wi> al. Mana>hij fi al-Tafsi>r. Iskandariyyah:Mansha’ah al-Ma‘a>rif, tt.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 2008.

Kh, Maman, dkk. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada, 2006.

Kha>lidi, S}ala>h ‘Abdul Fatta>h}al. Pengantar Memahami Tafsir Fi> Z{ila>lal-Qur’a>n, trj. Salafuddin Abu Sayyid. Surakarta: EraIntermedia, 2001.

Kha>lidi>, S{ala>h} ‘Abd al-Fatta>h{ al. Ta’ri>f al-Da>risi>n bi Mana>hij al-Mufassiri>n. Damaskus: Da>r al-Qalam, 2002.

Khalafullah, Muhammad A. Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah, trj.Zuhairi Mishrawi dan Anis Maftuhin. Jakarta: Paramadina,2002.

Khalid, Amru. Khowatir Qur’aniyyah: Nazharat fi Ahdafi SuwarilQur’an, trj. Khozin Abu Faqih, dkk. Jakarta: Al-I’tishom, 2011.

Khatab, Sayed. “Arabism and Islamism in Sayyid Qut}b’s Thought onNasionalism,” The Muslim World 94, no. 2 (2004)

Kholis, Nur. Pengantar Studi al-Qur’an dan al-Hadist. Yogyakarta:Teras, 2008.

Khu>li>, Ami>n al. Min Huda> al-Qur’a>n. Kairo: al-Haiah al-Mis}riyyah al-‘A<mma>h li al-Kita>b, 1987.

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama, 1997.

Kusnadi. “Al-Wah}dah al-Qur’a>niyyah Dalam Tafsir al-Asa>s (StudiAtas Muna>sabah al-Qur’a>n Menurut Sa’i>d H{awwa),” Disertasidi SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Lawrence, Bruce B. Islam Tidak Tunggal. Jakarta: Serambi, 2004.Ma’arif, Nurul Huda. “Ash-Shahi>d dan Nuansa Ideologis-Harakis Fi>

Z{ila>l al-Qur’a>n” dalam makalah yang dipresentasikan padaMata Kuliah “Tafsir Timur Tengah”, 21 Maret 2011.

Mara>ghi>, Ah}mad Must}afa> al. Tafsi>r al-Mara>ghi>. Kairo: Maktabah waMat}ba’ah Mus}t}afa> al-Babi> al-Halabi>, 1970.

Page 169: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

147

Mir, Mustansir. Coherence in the Qur’a>n: A Study of Is}la>h}i> Concept ofNaz}m in Tadabbur-i Qur’a>n. Washington: American TrustPublications, 1986.

Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosda Karya, 2004.

Mudzhar, M Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: YakeSarasin, 1996.

Muslim, Mus}t}afa>. Maba>h{ith fi> al-Tafsi>r al-Maud{u>’i>. Damaskus; Da>r al-Qalam, 1997.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek. Jakarta: UIPess, 1985.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GajahMada University Press, 2003.

Nizar, M. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.Qalyubi, Syihabuddin. Stilistika al-Qur’an: Makna di Balik Kisah

Ibrahim. Yogyakarta: LKiS, 2008.Qat}t}a>n, Manna>’ Khali>l al. Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Riya>d}}:

Manshu>ra>t al-‘As}r al-H{adi>th, tt.Qurt}ubi>, Abi> Abdillah al. al-Ja>mi’ li Ah{ka>m al-Qur’a>n. Kairo: Da>r al-

Kutub al-Mis}riyah, 1967.Qut}b, Sayyid. al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n. Kairo: Da>r al-Shuru>q,

2002.Qut}b, Sayyid. Fi Z{ila>l al-Qur’a>n. Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1978. Cet. Ke-

7Qut}b, Sayyid. Fi> Z{ila>l al-Qur’an. Kairo: Da>r Ih}ya>’ al-Kutub al-

‘Arabiyyah, tt.Qut}b, Sayyyid. Ma’a>lim fi> al-T{ari>q. Kairo: Da>r al-Shuru>q, 1979.Qutb, Sayyid. Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n. Kairo: Da>r al-

Ma‘a>rif, 1966.Ra>fi’i,> Mus}t}afa> Sa>diq al. I’ja>z al-Qur’a>n. Bairu>t: Da>r al-Kita>b al-

‘Arabi>, 1990.Ra>zi>, Fakhr al-Di>n al. Mafa>tih} al-Ghaib. Beirut: da>r al-Fikr, 1985.Rahman, Yusuf. “Ellipsis in the Qur’a>n: A Study of Ibn Qutayba’s

Ta’wi>l Mushkil al-Qur’a>n,” dalam Literary Structures ofReligious Meaning in the Qur’a>n, ed. Issa J. Boullata.Richmond Surrey: Curzon Press, 2000.

Page 170: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

148

Raisu>ni>, Qut}b al. al-Nas}s} al-Qur’a>ni> min Taha>fut al-Qira>’ah ila> Afaqal-Tadabbur . Tt: Wiza>rah al-Auqa>f wa al-Shu’u>n al-Isla>miyahal-Mamlakah al-Maghribiyyah.

Ramlan, M. Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CvKaryono, 2001.

Rid}a>, Muh}ammad Rashi>d. Tafsi>r al-Mana>r. Kairo: Da>r al-Mana>r, 1367H. Juz 7.

Robinson, Neal. Discovering the Qur’an: A Contemporary Approachto a Veiled Text. London: SCM Press Ltd, 1996.

Robinson, Neal. review dari Discovering the Qur’an: A ComtemporaryApproach to a Veiled Text, oleh David Waines, British Journalof Middle Eastern Studies (1998)

Ru>mi>, Fahd ibn ‘Abd al-Rahma>n ibn Sulayma>n al. Ittija>ha>t al-Tafsi>r fial-Qarn al-Ra>bi‘ ‘Ashar. Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1997.

S{a>lih}, S{ubh}i> al. Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. (Bairut: Da>r al-‘Ilm lial-Mala>yi>n, 1977.

S}a’i>di>, ‘Abd al-Muta’a>l al. al-Naz}m al-Fanni> fi> al-Qur’a>n al-Kari>m.Kairo: Maktabah al-Ada>b, 1992.

Sadily, Hasan. Ensiklopedia. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeva, 1980.Saeed, Abdullah. ed. Review dari “Approaches to the Qur’an in

Contemporary Indonesia,” oleh Carool Kersten, Qur’anicStudies Series 2, (2005).

Saeed, Abdullah. Interpreting the Qur’an: Towards a contemporaryApproach. Canada: Routledge, 2006.

Said, Hasani Ahmad. Diskursus Munasabah Al-Qur’an: Kajian atasTafsir Al-Mis}ba>h. Ciputat: Puspita Press, 2011.

Setiawan, M. Nur Kholis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar.Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.

Sha>t}ibi> al. al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-Shari>’ah. Kairo: al-Rah}ma>niyyah,tt.

Shah{a>tah, ‘Abd alla>h Mah{mu>d. Manhaj al-Ima>m Muh{ammad ‘Abduhfi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m. Kairo: Nasyru al-Rasa>il al-Jami’iyyah, 1963.

Shah{a>tah, ‘Abd Allah Mah}mu>d. Ahda>fu Kulli Su>rah wa Maqa>s{iduha> fial-Qur’a>n al-Kari>m. Kairo: al-Haiah al-Mis}riyyah, al-‘Amma>hli al-Kita>b, 1986.

Shah{ru>r, Muh{ammad. al-Kita>b wa al-Qur’a>n Qira>’ah Mu’a>s}irah. Kairo:Si>na li al-Nashr wa al-Aha>li>, 1992.

Page 171: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

149

Sharqa>wi>, Iffat al. Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi Mis}r fi ‘As}r al-Hadi>th. Kairo:tp, 1972.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994.Shihab, M. Quraish. Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek

Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung:Mizan, 1998.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Smith, David E. “The Structure of al-Baqarah,” The Muslim World91, no. ½ (2001)

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta, ev, 2009.

Suprayogo, Imam. dan Tobroni. Metode Penelitian-Sosial-Agama.Bandung: Remaja Rosda Karya, tt.

Suryadilaga, M. Alfatih dkk. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Teras, 2005.

Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah{ma>n ibn Abi> Bakr al. al-Itqa>n fi> ‘Ulu>mal-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2000.

Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n. ‘Abd al-Rah{ma>n ibn Abi> Bakr al. Asra>ru Tarti>bial-Qur’a>n, tah{qi>q. ‘Abd al-Qa>dir Ah}mad ‘At}o>. Kairo: Da>r al-I’tis}o>m 1978.

Syamsuddin, Sahiron. An Examination of Bint al-Sha>t}i’’s Method ofInterpreting the Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999.

Watt, W. Montgomory and Bell, Richard. Introduction to the Qur’a>n.Edinburgh: Edinburgh University Press, 1994.

Wild, Stefan. ed. The Qur’an as Text. Leiden: Brill, 1996.Yusuf, M. Yunan. “Karakteristik Tafsir al-Qur’an Abad XX”, Jurnal

‘Ulum al-Qur’an 3. no. 4 (1992).Zaki Mubarak, Ahmad. Pendekatan Strukturalisme Linguistik dalam

Tafsir al-Qur’an Kontemporer “ala” M. Syahrur. Yogyakarta:Elsaq Press, 2007.

Zamakhshari>, Abi> al-Qa>sim Ja>r Alla>h Mah}mu>d bin ‘Umar binMuh}ammad al. al-Kashsha>f. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,1995.

Zarkashi>, M. Burha>n al-Di>n al. al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Kairo:Da>r Ih{ya> al-Kutub al-‘Arabiyah, 1957.

Zuh}aili>, Wahbah al. al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah waal-Manhaj. Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir, 1998.

Page 172: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

150

Zurzur, ‘Adna>n Muh}ammad. Madkhal ila Tafsi>r al-Qur’a>n wa‘Ulu>mihi. Damaskus: Da>r al-Qalam, 1998.

http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/berita/372-pemahaman-al-quran-secara-parsial-picu-terorisme.html, diakses 13 Juni 2013.

Page 173: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

151

GLOSARI

Kesatuan Tema Menyatukan tema-tema yangdikemukakan secara berserakan danmenunjukkan bahwa di antara tema-tematersebut tidak saling bertentangan,namun membentuk satu kesatuan temayang padu, koheren, integral dankomprehensif.

Kesatuan Tema al-Qur’an Pembahasan tentang item-item persoalantertentu yang dikemukakan dalamberbagai surah al-Qur’an, demiterkuaknya berbagai makna tertentuyang berhubungan dengan tema umumyang dibahas guna mewujudkan tujuanyang ingin dicapai. Dengan kata lain,memandang suatu surah tertentu selakusuatu kesatuan struktural yang bagian-bagiannya saling berkaitan, makna-maknanya saling terikat dalam konteksyang mengusung satu kesatuan temayang saling tidak kontradiktif.

Tafsir Tematik Menghimpun seluruh ayat al-Qur’anyang memiliki tujuan dan tema yangsama. Setelah itu—kalau mungkin—disusun berdasarkan kronologis turunnyadengan memperhatikan sebab-sebabturunnya. Selanjutnya menjelaskannyadengan menggali segala aspek danmenimbangnya dengan neraca teori yangakurat sehingga si mufassir dapat‘menghidangkan’ sebuah tema denganutuh dan sempurna.

Naz}m Bentuk keterkaitan sebuah ungkapan danstruktur yang menyusun bagian-bagiannya.

Page 174: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

152

Muna>sabah Bentuk keterkaitan antara satu kalimatdengan kalimat yang lain dalam satu ayatatau antara satu ayat dengan ayat yanglain atau keterkaitan antara satu surahdengan surah yang lain.

Al-Tas}wi>r al-Fanni> Sebuah instrumen terpilih dalam gaya al-Qur’an yang memberikan uraian dengansebuah gambaran yang dapat dirasakandan dikhayalkan mengenai konsep akalpikiran, kondisi kejiwaan, peristiwanyata, adegan yang dapat ditonton, tipemanusia, dan juga tabiat manusia.Lukisan tersebut kemudian diberinyadenyut kehidupan yang menjelma atauaktivitas (gerak) yang progesif. Maka,konsepsi akal pikiran itu muncul dalamsebuah format atau gerak, kondisikejiwaan tiba-tiba menjadi sebuah layaratau pertunjukan, model atau tipemanusia tiba-tiba menjadi sesuatu yangmenjelma dan hidup dan tabiat manusiaseketika menjadi dapat terbentuk danterlihat nyata. Berbagai peristiwa,adegan, kisah, dan perspektifditampilkan dalam sebuah wujud yangmuncul. Di dalamnya terdapat kehidupandan juga gerak. Jika ditambahkan lagidengan sebuah dialog, maka menjadilengkaplah semua unsur imajinasi itu.

Personifikasi gaya bahasa kiasan yangmenggambarkan benda-benda mati ataubarang-barang yang tidak bernyawaseolah-olah memiliki sifat-sifatkemanusiaan. Personifikasi(penginsanan) merupakan suatu corakkhusus dari metafora, yang mengiaskan

Page 175: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

153

pada benda-benda mati bertindak,berbuat, berbicara seperti manusia.

Gaya Bahasa Bagian dari diksi atau pilihan kata yangmempersoalkan cocok tidaknyapemakaian kata, frasa, atau klausatertentu untuk mengadapi situasitertentu.

Diksi Diksi (pemilihan kata) mencakuppengertian kata-kata mana yang palingtepat dipakai dalam menyampaikangagasan, bagaimana membentukpengelompokan kata-kata yang tepatatau menggunakan ungkapan-ungkapanyang tepat dan gaya mana yang palingbaik digunakan dalam sebuah situasi.

Stilistika Ilmu yang menyelidiki bahasa yangdipergunakan dalam karya sastra.Dengan demikian stilistika al-Qur’anadalah ilmu yang menyelidiki bahasayang dipergunakan dalam sastra al-Qur’an. aspek-aspek yang diteliti dandikaji dalam stilistika al-Qur’an adalahaspek fonologi (bunyi bahasa), leksikal(diksi, penggunaan kelas kata tertentu),sintaksis (tipe struktur kalimat), retorika(gaya retoris, kiasan, dan pencitraan) dankohesi.

Obyektif Mengenai keadaan yang sebenarnyatanpa dipengaruhi pendapat ataupandangan pribadi.

Linear-Atomistik Menguraikan secara runut hingga kedetail-detailnya.

Page 176: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

154

Integral-Holistik Secara terpadu dan menyeluruh meliputiseluruh bagian yang diperlukan untukmenjadikan lengkap.

Page 177: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

155

INDEKS

A

‘Abd al-Mut}t}alib, Rif‘at Fauzi> ·5, 61

‘Abduh, Muh}ammad · 26, 30,40, 85

A<li ‘Imra>n · 38, 39, 63, 100Abdul Muid · 6, 14Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid · 3, 4,

44, 46Abu> Zuhrah · 43, 46Al-Alu>si> · 45Al-Baqarah · 9, 33, 104Al-Baqilla>ni> · 77Al-Biqa>‘i> · 45, 105Al-Dagha>mi>n, Ziya>d Khali>l

Muh}ammad · 34Al-Fara>hi> · 41, 46Al-Farra>’ · 45Al-Ja>h}iz} · 2, 35Al-Jas}s}a>s} · 45Al-Jauziyyah, ibn Qayyim · 28,

38, 45Al-Jurja>ni> · 23, 36, 45Al-Kha>lidi>· 7, 16, 56, 57, 60,

90, 91, 92, 93Al-Khu>li>, Ami>n · 32, 71, 72, 74Al-Mara>ghi> · 41, 46, 85Al-Naisa>bu>ri> · 23Al-Ra>fi‘i>, Mus}t}afa> S{a>diq · 76Al-Ra>zi> · 38, 45, 85

Al-Ru>mi> · 7, 36, 39, 40, 92Al-Ruma>ni> · 36, 45Al-S{a>lih,} S{ubh}i> · 3, 77Al-Sha>t}ibi> · 31, 38, 45Al-Shauka>ni> · 47Al-Shu‘ara>’ · 126Al-Suyu>t}i> · 25, 45, 76Al-T{aba>t}aba>’i> · 46Al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur’a>n

· 16Al-Zamakhshari> · 33, 37, 45, 86Al-Zarkashi> · 45Al-Zuh}aili>, Wahbah · 1

B

Bell, Richard · 1, 48, 112Boullata, Issa J. · 2, 12, 36, 42,

52, 62, 79, 81, 83, 88, 90,96, 97, 113, 135

C

Carlyle, Thomas · 3, 31, 48Cuypers, Michel · 1, 2, 9, 10,

44, 47

D

Dayeh, Islam · 3, 95, 96

Page 178: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

156

E

El-Awa, Salwa. M.S. · 1, 61,62, 113

Endress, Gerhard · 31, 48, 87,112

F

Farrin, Raymond K. · 1, 2, 3,10, 31, 44, 46, 48, 49, 96,105, 106, 110, 111

Fath, Amir Faishol · 10, 33, 34,35, 36, 38, 39, 40, 41, 42,43, 44, 46, 47, 48, 51, 85,86, 87, 91, 97

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n · 4, 5, 6, 7,12, 13, 14, 15, 16, 20, 30,41, 46, 52, 53, 55, 58, 59,60, 61, 63, 65, 67, 68, 69,70, 74, 78, 86, 89, 90, 91,92, 93, 97, 113, 126, 128,135, 136, 137

G

Gaya Bahasa · 64, 71, 85

H

H{awwa>, Sa‘i>d · 11, 12, 43, 46H{ija>zi> Muh{ammad Mah{mu>d ·

42

H{usain, T{a>ha> · 65Hadaf · 135, 136Hanafi, Muchlis M. · 29Hitti, Philip K. · 75

I

Ibn ‘Arabi> · 37, 45Ibn al-Madi>ni>, Ali> · 35, 45Ibn al-Zubair · 23Ibn Qutaibah · 36, 45, 78Ikhwa>n al-Muslimi>n · 53Isla>h}i> · 23Islahuddin · 11

K

Kesatuan Tema al-Qur’an · 9,22, 29, 60, 74, 88

Khalafullah, Muhammad A.127Koherensi · 9

M

Maktabah al-Qur’a>n al-Jadi>dah· 52, 54, 56, 57

Masha>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n · 8, 16, 55, 56, 57,88, 97, 137

Mih}war · 113, 126, 131, 133,136

Page 179: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

157

Mir, Mustansir · 2, 3, 5, 12, 23,26, 31, 32, 33, 35, 36, 37,38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,48, 62, 90, 96, 113

Mudzhar, M Atho · 16, 18Muna>sabah · 22, 25, 84

N

Nur Fuad, Muhammad · 10Neuwirth, Angelika · 3, 31, 32,

48, 96, 112Naz}m · 1, 2, 9, 10, 22, 23, 34,

39, 45, 47, 62, 105, 113

Q

Qut}b, Sayyid · 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,12, 13, 14, 15, 16, 18, 19,20, 29, 30, 32, 36, 41, 42,46, 52, 53, 54, 55, 56, 57,58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,65, 66, 67, 68, 69, 70, 71,74, 78, 81, 83, 85, 86, 88,89, 90, 91, 92, 93, 95, 96,97, 98, 99, 100, 102, 103,104, 112, 113, 114, 115,116, 117, 118, 119, 121,126, 128, 129, 130, 131,133, 134, 135, 137, 138, 139

R

Rid{a>, Rashi>d · 40, 46

Robinson, Neal · 2, 44, 46, 61,104, 105, 106

S

Shaltu>t, Mah}mu>d · 46Shihab, Quraish · 29, 66, 75, 77Smith, David E. · 2, 11, 12, 48,

105, 106Stilistika · 4, 5, 85, 127, 128Siya>q · 22, 24, 49, 138

W

Watt, W. Montgomery · 1, 48Wild, Stefan · 29, 32, 52, 71

Z

Zurzur, Adnan . 7, 92

Page 180: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

158

Page 181: TESIS KONSEP KESATUAN TEMA AL-QUR’A QUTB Diajukan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41656/1/... · iv berdiskusi memberikan perspektif kajian teori, metodologi

159

BIOGRAFI PENULIS

Penulis menyelesaikan program Magister Pengkajian Islam

Konsentrasi Tafsir dan Ilmu al-Qur’an ini, di Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Sebelumnya,

penulis kelahiran Blora ini menyelesaikan studi S1 konsentrasi Tafsir

dan ‘Ulum al-Qur’an di al-Azhar Kairo Mesir. Sejak 2009, pernah aktif

mengajar, penelitian, bekerja sebagai karyawan dan freelance.

Pengalaman yang sangat berharga tersebut penulis dapatkan di STAI

Khozinatul Ulum Blora, di Penerbit al-Qur’an PT. Kalim Jakarta, di

Penerbit Cipta Bagus Segara Jakarta, Penelitian Kementerian

Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan sebagai tim

pelaksana kegiatan pengumpulan data dalam rangka evaluasi kesiapan

sekolah dalam pelaksanaan pendidikan Karakter bangsa (SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA dan SMK), dan dalam program Pemutakhiran

Data dan Uji Petik Lembaga Penyelenggara Paket B tahun 2013 oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar.