TESIS KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SHORT …skripsi.narotama.ac.id/files/12105072 - RATNA FITRI...

16
1 TESIS KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SHORT MASSAGE SERVICE (SMS) DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA Diajukan sebagai Tugas Akhir Perkuliahan Untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Bidang Study Hukum Bisnis Oleh : RATNA FITRI HAPSARI NIM : 12105072 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA S U R A B A Y A 2008

Transcript of TESIS KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SHORT …skripsi.narotama.ac.id/files/12105072 - RATNA FITRI...

1

TESIS

KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SHORT MASSAGE SERVICE (SMS)

DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

Diajukan sebagai Tugas Akhir PerkuliahanUntuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum

Bidang Study Hukum Bisnis

Oleh :

RATNA FITRI HAPSARI

NIM : 12105072

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS NAROTAMA

S U R A B A Y A

2008

2

Tesis ini telah disetujuiDan telah dilakukan Revisi

Tanggal 20 M e i 2008

Pembimbing,

ARIEF DWI ATMOKO, SH. MH

3

Telah diuji pada :

Tanggal 10 Mei 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : JANI PURNAWANTY J, SH. SS. LL.M

Anggota : 1. TUTIEK RETNOWATI, SH. M. Hum

2. MARDJADI, SH. MH

Kata Pengantar

4

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan

Rahmat, taufik, Hidayah dan Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan

Tesis ini dengan judul “ Kekuatan Hukum Alat Bukti Short Massage Service

(SMS) Dalam Peradilan Pidana Di Indonesia “, sesuai dengan yang penulis

harapkan. Adapun tujuan penulisan Tesis ini dimaksudkan sebagai persyaratan

untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu Hukum bidang Hukum Bisnis di

Universitas Narotama Surabaya.

Penyusunan dan penyelesaian penulisan Tesis ini tidak lepas dari

dukungan, bantuan dan usaha dari berbagai pihak yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk serta bimbingan yang sangat berharga bagi

penulis.

Pada kesempatan yang berharga ini, penulis ingin pula menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth :

1. Bapak H.R.Djoko Soemadijo, SH, Rektor Universitas Narotama Surabaya

sekaligus penanggung jawab penyelenggara Program Magister Ilmu Hukum.

2. Bapak Prof. Dr. R.Sri Soemantri M. SH.MS., Direktur Program Pascasarjana

Universitas Narotama Surabaya.

3. Bapak Dr. Sadjiono, SH. MH., selaku Ketua Program Pascasarjana Ilmu

Hukum Universitas Narotama Surabaya.

4. Bapak Arief Dwi Atmoko, SH. MH, selaku pembimbing Tesis yang dengan

kesabaran dan ketelitiannnya telah membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini.

5

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu hukum selama masa

perkuliahan penulis.

6. Bapak dan Ibu Panitia Penguji Universitas Narotama Surabaya.

7. Segenap karyawan / karyawati dilingkungan Universitas Narotama Surabaya

yang banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

8. Suami dan dua permata hatiku tercinta yang telah memberikan dukungan

moral, do’a dan kesabarannya menanti pada penulis untuk dapat segera

menyelesaikan Strata 2 di Universitas Narotama Surabaya.

9. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Atas bantuan serta dorongan bagi semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalasnya dengan limpahan berkah

dan pahala. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan hanya milik

Allah SWT dan kekurangan serta kekhilafan adalah milik penulis.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin

menyusun dan menyelesaikan tesis ini sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa

tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat diharapkan

penulis guna kesempurnaan penulisan tesis ini dan semoga apa yang telah ditulis

ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan dan wacana untuk perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum dan dapat berguna bagi pihak-pihak

yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2008

Penulis

Ratna Fitri Hapsari

6

RINGKASAN

Perkembangan dunia teknologi informasi sekarang ini sangat pesat

terutama dalam bidang telekomunikasi. Sedemikian menjamurnya produk tersebut

mengantarkan masyarakat menuju era globalisasi yang memfokuskan diri dalam

metode kepraktisan dan efisiensi semakin meningkat.

Pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang sedemikian pesat telah

menyebabkan perubahan kehidupan dalam berbagai bidang yang secara langsung

telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.

Dalam perkembangan kemajuan teknologi tersebut apabila masyarakat

tidak mengimbangi dengan sikap ataupun tingkah laku yang mengarah pada pola

kehidupan yang membangun dan berkesinambungan. Tren kejahatan dengan

memanfaatkan teknologi telepon seluller semakin marak dilakukan. Sementara

para pakar pidana ataupun masyarakat belum juga mencapai titik temu dalam hal

penyebutan ataupun pendefisiannya sehingga terjadi ambiguitas di masyarakat.

Jenis dan modus kejahatannya sendiripun terus berkembang.

Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan informasi sebagai

komoditas ekonomi yang sangat penting dan menguntungkan. Untuk menjawab

perkembangan ini dibeberapa negara sebagai pelopor dalam pemanfaatan internet

telah mengubah paradigma ekonominya dari ekonomi yang berbasis manufaktur

menjadi ekonomi yang berbasis jasa.

7

Kondisi yang demikian pada satu pihak membawa manfaat bagi

masyarakat, karena memberikan kemudahan-kemudahan dalam melakukan

berbagai aktifitas terutama yang terkait dengan pemanfaatan infomasi. Akan

tetapi, di sisi lain, fenomena tersebut dapat memicu lahirnya berbagai bentuk

konflik di masyarakat sebagai akibat dari penggunaannya yang tidak bertanggung

jawab.

Eksistensi teknologi informasi disamping menjanjikan sejumlah harapan,

pada saat yang sama juga melahirkan kecemasan-kecemasan baru antara lain

munculnya kejahatan baru yang lebih canggih dalam bentuk cyber crime.

Disamping itu, mengingat teknologi informasi yang tidak mengenal batas-batas

teritorial dan sepenuhnya beroperasi secara maya (virtual), teknologi informasi

juga melahirkan aktivitas-aktivitas baru yang harus diatur oleh hukum yang

berlaku saat ini. Kenyataan ini telah menyadarkan masyarakat akan perlunya

regulasi yang mengatur mengenai aktivitas-aktivitas yang melibatkan teknologi

informasi.

Disisi yang lain tingkat keberhasilan pengungkapan pelaku kejahatan

dengan memanfaatkan teknologi ini bisa di bilang sangat rendah. Hal ini tentunya

sangat mengkhawatirkan masyarakat secara luas. Hingga kemudian masyarakat

menilai bahwa sampai saat ini belum ada kejelasan hukum ( legalitas ) tentang

kejahatan ini. Kerugian yang ditimbulkan akibat kejahatan ini pun tidak sedikit

sehingga atas dasar itulah, timbul kepentingan beberapa pihak, baik pemerintah

8

maupun masyarakat untuk mengatur kejahatan tersebut dalam hukum positif. Hal

ini ditempuh untuk memberi rasa aman dan tentram dimasyarakat.1

Yang menarik dan perlu untuk dicermati adalah kaitannya dengan

pembuktian oleh perundang-undangan kita, dalam hal ini adalah Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ). Perihal alat bukti dalam KUHAP

bersifat limitatif, hanya terbatas pada apa yang disebut dalam pasal 184 KUHAP,

dimana alat bukti elektronik tidak dikenal didalamnya. Namun demikian tidak

berarti bila terjadi suatu perkara tindak kejahatan dengan menggunakan media

teknologi telekomunikasi pelakunya lolos dari jeratan hukum.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam

tentang aspek-aspek hukum Acara Pidana khususnya aspek-aspek hukum seputar

penggunaan Short Massage Service (SMS) sebagai alat bukti pidana sebagaimana

dimaksudkan dalam penulisan tesis ini, dengan memperhatikan ketentuan hukum

positif yang berlaku berkaitan dengan masalah pembuktian. Dari hal tersebut

harapan selanjutnya adalah tersimpulkan sebuah pemikiran hukum dari aspek

hukum tentang pembuktian dan hukum kepidanaan berkaitan dengan persoalan

tersebut.

Istilah pembuktian sebagaimana dimaksud di atas, menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) yang diatur dalam Pasal 184 ayat ( 1)

telah disebutkan secara rinci atau “ limitative “ alat bukti yang sah menurut

undang-undang yaitu : Keterangan saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk,dan

9

Keterangan terdakwa. Bukti elektonik sebagai suatu alat bukti yang sah dan yang

berdiri sendiri ( real evidence ) tentunya harus dapat diberikan jaminan bahwa

suatu rekaman / salinan data ( data recording ) berjalan sesuai dengan prosedur

yang berlaku ( telah dikalibrasi dan di program ) sedemikian rupa sehingga hasil

print out suatu data dapat diterima dalam pembuktian suatu kasus.

Hakim telah menggunakan nalarnya untuk menggunakan bukti tersebut

(disamakan) sebagai alat bukti surat yang diatur didalam Pasal 184 KUHAP.

Bahwa terkait dengan hasil print out dari sebuah dokumen elektronik yang

dihasilkan dalam pertukaran informasi, selayaknya memiliki nilai pembuktian

yang sama seperti bukti tulisan lainnya. Jadi tidak serta merta karena tidak

ditegaskan secara spesifik, maka dokumen elektronik tidak bisa diterima sebagai

alat bukti yang sah di Pengadilan. Secara hukum, sepanjang tidak ada

penyangkalan terhadap isi dokumen, dokumen elektronik tersebut harusnya

diterima layaknya bukti tulisan konvensional. Masalah otentifikasi adalah

persoalan yang berbeda dengan pengakuan data elektronik. Jika data atau

dokumen elektronik tersebut diterima atau diakui secara hukum, dengan

sendirinya proses otentifikasi atas data tersebut akan mengikutinya.

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Makamah Konstitusi Nomor : 06

/PMK/2005 tentang pedoman beracara dalam Pengujian Undang-Undang

Makamah Konstitusi Republik Indonesia, Pasal 19 ayat 1 menyebutkan bahwa

macam-macam alat bukti yang dapat diajukan untuk diperiksa dipersidangan

sengketa Mahkamah Konstitusi adalah :

10

1. Surat atau tulisan yang harus dapat dipertanggungjawabkan cara

perolehannya, secara hukum.

2. Keterangan saksi dibawah sumpah mengenai fakta yang dilihat, didengar,

dan dialaminya sendiri.

3. Keterangan ahli dibawah sumpah sesuai dengan keahliannya.

4. Keterangan Pemohon, Presiden/Pemerintah, DPR dan / atau DPD serta

keterangan pihak yang terkait langsung.

5. Petunjuk yang diperoleh, dari rangkaian data, keterangan, perbuatan,

keadaan, dan atau peristiwa yang bersesuaian dengan alat-alat bukti lain

dan/atau

6. Alat bukti lain berupa informasi, yang diucapkan, dikirimkan, diterima,

atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan

itu.

Dalam era globalisasi informasi menempatkan negara kita Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan

adanya pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan transaksi nasional.

Dalam hal data yang berbentuk SMS yang masuk dalam kategori data

digitel yang dapat dipergunakan dalam pembuktian membutuhkan aturan yang

dapat digunakan sebagai pedoman bagi penegak hukum dimana SMS tersebut

benar-benar menjadikan alat bukti yang dapat dijadikan bukti awal untuk

dapat menjerat pelakunya.

11

Penggunaan data secara elektronik haruslah diimbangi dengan keamanan

dalam hal ini ada beberapa sistem, yaitu :

a. Authentication

b. Acces Control

c. Confidentiality

d. Integrity

e. Non Repudiation 2

Apabila kita perhatikan dari 5 sistem keamanan diatas, Short Massage

Service (SMS) dapat dijadikan alat bukti sepanjang memenuhi ketentuan

sebagaimana tersebut diatas sehingga dari bukti awal kita dapat memastikan

bahwa pelaku merupakan orang atau pihak yang benar-benar dapat dimintai

pertanggungjawaban secara hukum. Otentifikasi ini akan memastikan pada pelaku

yang sebenarnya berperan dalam penggunaan sarana handphone sebagai pelaku

tindak pidana.

Dengan disahkannya Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik agaknya dapat membuat nafas

lega karena sarana untuk dapat menjerat pelaku yang menggunakan sarana

kecanggihan teknologi yang dapat mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk

perbuatan hukum baru dapat tercover, sehingga para praktisi hukum dapat dengan

pasti mempunyai senjata andalan untuk dapat menyeret pelaku untuk dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya.

12

Dalam ketentuan Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini mengatur juga mengenai

Perbuatan yang dilarang yang diatur dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 yang

apabila dilanggar dapat berakibat hukum.

13

DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv

RINGKASAN …………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………… x

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

2. Rumusan Masalah …………………………………………… 6

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum ……………………………………………… 6

b. Tujuan Khusus …………………………………………….. 7

4. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 7

5. Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 7

6. Metode Penelitian ……………………………………………… 10

1. Pendekatan Masalah .............................................................. 10

2. Sumber Bahan Hukum ........................................................... 11

3. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum ................................... 11

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ................................. 12

7. Sistematika Penulisan …………………………………………… 12

BAB II. SHORT MASSAGE SERVICE (SMS) DAPAT DIGUNAKAN

SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM SUATU TINDAK PIDANA

14

1. Pengertian Pembuktian ………………………………… 15

2. Teori Sistem Pembuktian ……………………………….. 19

3. Sistem Pembuktian menurut KUHAP …………………... 31

4. Jenis-Jenis Alat Bukti ………………………………….. 34

5. Short Massage Service (SMS) Sebagai Alat

Bukti …………………………………………………… 47

6. Kekuatan Pembuktian ………………………………….. 49

BAB III. SHORT MASSAGE SERVICE (SMS) DAPAT DIGUNAKAN

DALAM PROSES PERSIDANGAN SEBAGAI ALAT BUKTI

TINDAK PIDANA

1. Short Massage Service (SMS) sebagai Alat Bukti

dalam Persidangan …………………………………….. 54

2. Aturan Hukum yang mengatur tentang Data Digital yang

Dapat dipergunakan dalam Pembuktian …………………… 62

3. Pembahasan Kasus yang menjadikan Short Massage

Service (SMS) sebagai Alat Bukti dalam

Persidangan ……………………………………............... 65

a. Penyidikan .................................................................... 66

b. Penuntutan ................................................................... 68

c. Pembuktian dalam persidangan .................................... 69

d. Putusan ........................................................................ 70

BAB IV. PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………. 74

2. Saran ……………………………………………………... 75

DAFTAR BACAAN

15

DAFTAR BACAAN

Buku

Abdul Mun'im Idries, dr, Pedoman Kedokteran Forensik, Edisi Pertama, Binarupa Aksara.

Atmasasmita, Romli, Sistem Peradilan Pidana, Bina Cipta, Bandung, 1996.

_____ , Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 2005.

Barkatullah,Abdul Halim et,el Bisnis E- Commerce, Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.2005.

Harahap M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, banding, Kasasi dan Peninjauan kembali, Edisi Kedua, Sinar Grafika.Jakarta. 2005.

Harahap M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan,Cetakan Keempat Sinar Grafika.Jakarta. 2006.

Hamzah,Andi, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,2001.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi Ketiga, cetakan keempat, 2005.

Loqman, Loebby, Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Acara Pidana, Datacom, Jakarta, 2002.

Makaro, Muhammad Taufik,et,el. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta.2004.

Makarim,Edmon, Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kompilasi Kajian, Raja Grafindo Persada, Jakarta.2005.

Marzuki, Piter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.2006.

Mun'im Idries Abdul, dr, Pedoman Kedokteran Forensik, Edisi Pertama, Binarupa Aksara.

Nitibaskara, Tubagus, Ketika Kejahatan Berdaulat, Peradaban, 2001.

Purbo W. Onno, Mengenal e Commerce, Elex Media Computindo, Jakarta, 2001.

R.Subekti, Hukum Pembuktian, Pratna Paramita, Cetakan Ketigabelas, 2001.

Majalah :

Ikahi, Varia Peradilan,Majalah Hukum Tahun Ke XXII No.257 April 2007.

16

Ikahi, Varia Peradilan,Majalah Hukum Tahun Ke XXII No.262 September 2007.

Peraturan Perundang-undangan :

Indonesia, Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11

Tahun 2008

Indonesia, Undang-Undang tentang Telekomunikasi No.36 tahun 1999.

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, No.8 tahun 1981

Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor : 06 /PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Pengujian Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,