Tesis Indah Survei
-
Upload
yuli-wahyuni -
Category
Documents
-
view
236 -
download
19
Transcript of Tesis Indah Survei
PENGARUH KONSEP DIRI DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI SEMESTER GANJIL KELAS VIII PADA SMPN KECAMATAN MAKASAR
JAKARTA TIMUR
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai
Gelar Magister
Nama : Indah Noor Saktiningsih
NPM : 2010727111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2012
i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS
NAMA : Indah Noor Saktiningsih NPM : 2010727111 Program Pascasarjana : Universitas Indraprasta PGRI Program Studi : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Judul Tesis : Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal...............
Pembimbing I
Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc
Pembimbing II
Dr. Sartini, MM
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini adalah karya saya
sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini
bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 bab IV Pasal 25 tentang System Pendidikan
Nasional.
Jakarta, Desember 2012
Indah Noor Saktiningsih
iv
ABSTRAK
A. Indah Noor Saktiningsih. NPM: 2010727111
B. Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur
C. XVII + 5 Bab + 106 Halaman D. Kata Kunci : Konsep Diri, Minat Belajar, Hasil Belajar Matematika E. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis
mengenai pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika.
F. Hipotesis penelitian yang diuji meliputi: Terdapat pengaruh konsep diri dan
minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika .
G. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi ganda.
H. Hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri dan minat belajar secara
bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai Fo=455,08 dan Sig.=0,000 < 0,05
2. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=2,770 dan Sig.=0,010 < 0,05
3. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=3,171 dan Sig.=0,004 < 0,05
I. Daftar Pustaka
1. Buku 15 Buah 2. 3 Internet
J. Pembimbing :
1. Dr. Suparman Abdullah, M.Sc 2. Dr. Sartini, MM
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah swt yang telah memberi
penulis kekuatan dan kesempatan dalam menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan study pada Program Magister Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta.
Berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulis
dapat menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa terirna kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc., pembimbing I dan sekaligus
Direktur Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
ketekunan dan kesabaran di tengah-tengah kesibukan tugas yang ada.
2. Dr. Sartini, MM. , pembimbing II yang telah meluangkan waktu dengan penuh
kesabaran dan ketekunan memberikan arahan dan bimbingan di sela-sela
kesibukan tugas yang ada.
3. Prof. Dr. Sumaryoto, SE, MM., Rektor Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
4. Drs. Dudung Alahudin, Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta.
5. Seluruh dosen pada Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta,
khususnya dosen pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuaan Alam yang telah membina dan membantu penulis selama
kuliah.
ix
6. Teman-teman pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta. khususnya angkatan I Reguler
atas segala partisipasi, kebersamaan, kekompakan dan dorongannya.
7. Ibunda, Suami tercinta, serta anak-anak yang telah membantu baik secara
moril maupun materil dalam penulisan tesisi ini.
Untuk semua ini, penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali ucapan
terima kasih yang sangat mendalam dan semoga budi baik yang telah diberikan
dicatat sebagai amal ibadah yang diridoi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap,
mudah-mudahan karya sederhana ini dapat bermanfaat dan sebagai sumbang
pikiran yang dapat penulis berikan dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran matematika. Amin.
Jakarta, Desember 2012
Penulis
Indah Noor Saktianingsih
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 10
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 11
D. Perumusan Masalah ............................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 12
F. Kegunaan Penelitian ............................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 13
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 15
A. Landasan Teori ....................................................................... 15
1. Hasil Belajar Matematika ................................................. 15
2. Konsep Diri ...................................................................... 23
3. Minat Belajar Siswa ......................................................... 28
B. Kerangka Berpikir .................................................................. 68
1. Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Siswa Terhadap
Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa
Kelas VIII ......................................................................... 68
xi
2. Pengaruh Konsep Diri terhadap Hasil Belajar
Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII ....... 73
3. Pengaruh Minat Belajar Matematika Terhadap Hasil
Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Pada Siswa
Kelas VIII ....................................................................... 39
C. Pengajuan Hipotesis .............................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 42
B. Metode Penelitian ................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 44
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 48
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 49
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 70
BAB IV HASIL ANALISIS ....................................................................... 77
A. Deskripsi Data ........................................................................ 77
B. Uji Persyaratan Analisis Regresi ........................................... 80
C. Pengujian Hipotesis ............................................................... 85
D. Diskusi Hasil ......................................................................... 87
BAB V SIMPULAN dan SARAN ........................................................... 95
A. Simpulan ................................................................................ 95
B. Saran ....................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 96
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 42
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika .......................... 52
Tabel 3.3. Validitas Butir Hasil Belajar Matematika Fisika ........................ 55
Tabel 3.4 Reliabiliy Instrumen Hasil Belajar Matematika ........................ 56
Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri ............................................... 59
Tabel 3.6. Validitas Konsep Diri ................................................................. 61
Tabel 3.7 Reliabiliy Konsep Diri ............................................................. 63
Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar i .......................................... 66
Tabel 3.9. Validitas Minat Belajar ............................................................. 68
Tabel 3.10 Reliabiliy Minat Belajar ......................................................... 70
Tabel 4.1. Deskripsi Statstk Variabel Konsep Diri, Minat Belajar, dan
Hasil Belajar ............................................................................... 77
Tabel 4.2. Uji Multikoliniaritas TOL dan VIF ........................................... 81
Tabel 4.3 Uji Normalitas Galat ............................................................... 83
Tabel 4.4. Rata rata dan Standar Deviasi Galat ........................................ 84
Tabel 4.5. Model Summary d .................................................................... 85
Tabel 4.6. Analysis of Variance Signifikansi, Pengaruh Variabel
Independen secara bersama sama terhadap Variabel Y ............ 85
Tabel 4.7. Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi secara Parsial .............. 85
Tabel 4.8. Korelasi Zero Order dan Parsial ............................................. 92
Tabel 4.9. Koefisien Penentu dan Total ..................................................... 93
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan
Variabel Terikat Y . .................................................................. 44
Gambar 4.1 Diagram Pencar Z-Resid (Y) dan Z-Pred (X ) . ....................... 82
Gambar 4.2 Histogram dan Kurva Normal Galat . ...................................... 83
Gambar 4.3 P-P Plot Kumulatif Galat. . ...................................................... 84
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Minat Belajar ....................................................... 96
Lampiran 2. Instrumen Konsep Diri .......................................................... xxx
Lampiran 3. Instrumen tes Hasil Belajar Matematika ............................... xxx
Lampiran 4. Data Variabel Penelitian ....................................................... xxx
Lampiran 5. Hasil SPSS ............................................................................ xxx
Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup .......................................................... xxx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan
manusia atau memberdayakan manusia agar terbentuk budi pekerti yang
mulia berakhlaqul karimah, pendidikan merupakan suatu sarana yang
sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan
guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, perilaku yang baik, serta keterampilan yang
diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, memiliki
konsep diri, minat yang besar dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
2
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai
pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan
sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada (1)
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan
dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber
daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Siswa merupakan
salah satu faktor penentu akan keberhasilan dalam suatu pendidikan
karena tinggi rendahnya nilai hasil pendidikan mempunyai pengaruh yang
strategis sebagai usaha guru untuk meningkatan kualitas peserta didiknya,
sehingga keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran matematika
tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah tersebut dalam
3
mengemas suatu proses pembelajaran. Mutu proses pendidikan sangat
diperlukan sebab hal tersebut berkorelasi positif dengan upaya
memberikan suatu perhatian yang besar kepada peningkatan pemahaman
siswa tersebut untuk memahami materi yang sedang dan akan dipelajari,
begitu juga demikian dengan guru diarahkan untuk dapat memahami dan
mengasai materi-materi pelajaran tersebut sehingga kualitas pembelajaran
meningkat begitu pula mutunya pun meningkat sehingga akan tercapainya
keberhasilan belajar .
Siswa adalah salah satu komponen penting dalam proses
pembelajaran yang perlu akan ilmu pengetahuan, arahan, pemahaman dan
latihan-latihan dari para guru, karena guru merupakan sebagai manusia
yang mentrasfer ilmu tersebut kepada siswanya dan sebagai sumber yang
menempati posisi dan memegang peran penting dalam membentuk konsep
diri siwa sesrta budi pekertinya dalam pendidikan. Ketika semua orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan keberadaan siswa mesti terlibat
dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan
pendidikan formal di sekolah. Peserta didik atau siswa merupakan aset
bangsa yang memiliki tugas menerima pelajaran, mematuhi tata tertib
sekolah dan mengaplikasikan bakat serta minatnya didalam proses
pembelajaran, mendapat nilai hasil pembelajaran, mendapatkan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan percobaan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi para peserta didik pada
program eksakta. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga
pendidikan formal sangat berkaitan erat dengan keberadaan peserta didik.
4
Pesera didik yang berkualitas dan memiliki konsep diri yang baik sebagai
besar waktunya mereka habiskan di sekolah, sisanya ada di rumah dan di
lingkungan (Djamarah, 2000).
Siswa merupakan suatu komponen dalam dunia pendidikan yang
sangat harus diperhatikan dan arahan sebab keberadaan siswa tersebut
merupakan salah satu faktor dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Siswa merupakan
sebuah unsur terkecil yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan
pendidikan selain unsur guru dan sarana prasarana dalam pendidikan
lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
kesiapan guru dan siswa dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui
kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis siswa tersebut
untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.
Siswa merupakan salah satu komponen dalam pendidikan dan
penerus bangsa ini karena secara tidak langsung siswa tersebut
mempengaruhi mutu lulusan, meningkatkan minat peserta didik yang lain
dan mensinergiskan tujuan lembaga pendidikan tersebut, sebagai
komponen dalam proses pendidikan, sisws dituntut untuk memiliki
kemampuan dasar yang berupa membaca, menulis dan berhitung yang
diperlukan sebagai peserta didik pendidik, memiliki konsep diri dan minat
belajar yang tinggi serta kemampuan lainnya tersebut tercermin pada hasil
belajar peserta didik tersebut. Berkualitas tidaknya suatu lembaga
5
pendidikan sangat tergantung pada konsep diri yang dimiliki siswa dan
minat belajarnya serta kreativitas dan inovasi yang dimiliki oleh para
pendidik. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa siswa merupakan salah
satu subjek dari suatu perencanaan pendidikan, pelaksana sekaligus
sebagai parameter evaluator pembelajaran di kelas, karena peserta didik
merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Kehadiran siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap
memegang peranan yang penting karena dengan kehadiran siswa tersebut
di kelas dan memiliki jiwa disiplin akan mudah guru tersebut mentransfer
ilmu-ilmu Matematika tersebut dengan mudah. Peran tersebut belum dapat
diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih
banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain.
Siswa merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya setelah guru karena bagi siswa guru
sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.
(Wijaya dan Rusyan, 1994).
Siswa dituntut memiliki kemauan dan minat belajar tinggi yang
mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua
pihak terutama kedua orang tuanya dan masyarakat umumnya yang telah
banyak mengeluarkan biaya besar untuk putra puterinya serta yang sudah
mempercayai sekolah dan guru dalam untuk membina putera puterinya.
Meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kemauan
belajar siswa yang tinggi dengan arahan bapak dan ibu guru di sekolah,
6
oleh karena itu lembanga pendidikan di harapkan memiliki kinerja para
pendidiknya yaitu guru yang berkualitas dan menguasai berbagai materi
pelajaran yang akan di berikan oleh siswa tersebut dengan cara
melaksanakan tugasnya sehingga kualitas proses pembelajaran yang di
berikan oleh guru kepada peserta didik menjadi tuntutan penting untuk
mencapai keberhasilan pendidikan. Pada umum mutu pendidikan yang
baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam memahami dan
menerapkan ilmu yang di dapatnya dalam proses pembelajaran
disekolah.
Siswa sebagai penuntut ilmu harus memiliki kemampuan yang
meliputi giat mempelajari materi pelajaran, menyelesaikan tugas dengan
cara-cara yang jujur serta profesional, menjawab soal dengan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya,
disamping itu siswa harus memiliki pribadi yang berkembang dan bersifat
dinamis, dengan hal-hal tersebut maka sebagai seorang guru sudah
seharusnya dapat memupuk dan menanamkan sisfat tersebut. Hal ini
sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga
kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
(3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya
7
perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai
sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam
kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan
ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya
terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan konsep diri peserta didik dalam proses pembelajaran
serta meningkatkan minat belajar siswa.
Dalam kegiatan proses penbelajaran dibatasi beberapa hal antara
lain kurangnya kosep diri dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa
sehingga hasil belajar siswa tersebut belum memenuhi harapan.
Kurangnya konsep diri dan minat belajar tersebut maka siswa kurang
dapat menguasai materi matematika yang diberrikan oleh guru.
Walau secara umum siswa kurang memiliki minat terhadap
pelajaran matematika, namun masih ada siswa yang sangat antusias
mengikuti dan menekuni Matematika, alasannya apabila nanti melanjutkan
ke sekolah yang lebih tinggi yaitu SMU ( Sekolah Menengah Umum)
jurusan Matematika dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi teknik
Matematika yang sangat berhubungan dengan ilmu Matematika pada
sekolah SD, SMP, dan SMU. Adanya dorongan oleh minat inilah sehingga
siswa memliki keinginan untuk dapat memahami dan menguasai semua
materi pelajaran Matematika.
8
Kosep diri dan minat belajar biasanya berasal dari diri siswa itu
sendiri dengan belajar di rumah atau les privat dan belajar di sekolah yang
di pandu oleh guru. Siswa tersebut di beri arahan, semangat, dan
menanamkan rasa kepercayaan dirinya agar mereka berprestasi sehingga
hasil belajar Matematikanya meningkat.
Konsesp diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan
memiliki konsep diri negatif jika ia menyakini dan memandang bahwa
dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten,
gagal, malang, tidak menarik, tidak di sukai dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan
cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapinya. Orang tersebut tidak melihat tantangan sebagai kesempatan,
namun lebih sebagai halngan. Seseorang dengan konsep diri negatif, akan
mudah menyerah sebelum melaksakannya, sehingga jika gagal akan ada
dua pihak yang disalahkan, baik menyalahkan dirinya sendiri bahkan
menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat
lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap
segala sesuatu, demikian juga terhadap kegagalan yang dialaminya.
Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih
menjadikannya sebagai penemuan dan pelajarn berharga untuk melangkah
ke depan. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan mampu
9
menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif untuk dilakukannya
demi keberhasilan dimasa yang akan datang.
Sementara minat sering diartikan suatu dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak
atau bertindak. Sedangkan minat belajar ialah suatu keinginan yang
menyebabkan seseorang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak
disini artinya adalah memulai berbuat dengan berusaha.Sering kali kita
merasa malas sebelum melakukan dan mencobanya. Cobalah
abailkananggapan tersebut dengan mulailah bekerja. Karena bisa jadi
setelah kita lakukan dan mencobanya dapat menemukan ritme minat yang
asyik dalam kegiatan tersebut. Apabila sudah mendapati dan menyadari
potensi-potensi yang kita miliki maka keadaan tersebut akan berubah
menjadi suatu yang menyenangkan dan mengasyikan, sehingga kita
terlarut dalam aktivitas (http : // patriot proklamasi. blogspot. com/
2006/03/ minat berkeinginan.html).
Dengan demikian konsep diri dan minat belajar siswa akan
berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika materi semester ganjil
kelas VIII. Dengan demikian konsep diri dan minat belajar Matematika
diharapkan dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara aktif dan
kreatif karena dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, gembira dan berbobot
serta dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
10
B. Identifikasi Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini bersifat asosiatif yaitu
suatu perumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sugiono: 2007), dengan bentuk hubungan kausal atau
sebab-akibat. Terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel independent
(bebas) yang mempengaruhi dan variabel dependen (terikat) yang
dipengaruhi. Berdasarkan latar belakang
penelitian diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?
2. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?
3. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
Matematika?
4. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar?
5. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar
Matematika?
6. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
Matematika?
7. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
Matematika?
8. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
Matematika?
9. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?
10. Seberapa besar konsep diri terhadap minat belajar?
11
11. Adakah pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar Matematika?
12. Seberapa besar pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa
terhadap prestasi belajar Matematika?
13. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar
Matematika?
14. Seberapa besar pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri
belajar Matematika?
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan adanya berbagai keterbatasan yang ada pada
penulis, seperti keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka tidak semua
variabel yang disebutkan pada identifikasi masalah akan diteliti. Agar
penelitian ini lebih fokus dan hasilnya nyata, maka penelitian ini dibatasi
kepada masalah konsep diri siswa di sekolah, minat belajar siswa dan hasil
belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII. Konsep diri sebagai
variabel bebas satu ( X1 ), Minat belajar siswa sebagai variabel bebas
dua( X2 ) dan prestasi belajar Matematika materi semester ganjil kelas
VIII sebagai variabel terikat ( Y ) yang semuanya itu diteliti pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar penelitian ini
lebih fokus, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
12
1. Apakah ada pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester
ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
2. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika
materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
3. Apakah ada pengruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh
konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika,
melalui data empiris di laoangan. Pengumpulkan data mengenai konsep
diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar matematika materi semester
ganjil pada siswa SMPN kelas VIII dilakukan guna mengkaji dalam
penelitian ini. . Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara
bersama sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester
ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
2. Mengetahui pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika
materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
3. Mengetahui pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar
Matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
13
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang bisa
didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis :
a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar
Matematika.
b. Dapat dijadikan acuan, wawasan dan tolok ukur untuk melakukan
penelitian lain yang terkait dengan judul atau topik penelitian ini.
2. Secara praktis :
a. Dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang
berkaitan dengan judul atau topik penelitian.
b. Dapat memberikan kontribusi atau pemikiran dan masukan kepada
pihak sekolah agar lebih memperhatikan peserta didik dengan
memberikan pendidikan yang optimal kepada peserta didiknya
agar menjadi manusia yang kaya akan IPTEK dan IMTAQ
sebagai penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia (
Insan kamil ).
c. Dapat membangun persepsi dan kesadaran semua pihak bahwa
konsep diri dan minat belajar siswa dapat meningkatkan prestasi
belajar Matematika.
G. Sistematika Penulisan Tesis
Tesis ini ditulis dalam 5 bab dengan rincian sebagai berikut :
14
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, kerangka berpikir dan hipotesis, bab ini berisi
landasan teori, konsep diri, minat belajar siswa, prestasi
belajar, karakteristik Matematika, kerangka berpikir, dan hasil
penelitian yang relevan.
Bab III Metodologi Penelitian, bab ini memuat tempat dan waktu
penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen penelitian,
dan teknik analisa data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi deskripsi data,
pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan saran, bab ini terdiri atas kesimpulan
dan saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Kelas Pada Siswa Kelas
VIII
a. Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat
ekslisit maupun implicit. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari
kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan
komprehensif integral. Dalam iplementasinya belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan,prilaku dan ketrampilan dengan
cara mengolah bahan belajar.Belajar suatu proses yang kompleks,
Sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne ( 1970 : 17 ) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa
kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1). Stimulasi yang
berasal dari lingkungan, dan (2). Proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar. Sadiman (1996:20) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Hal senada juga dikemukakan oleh
soejanto (1981:23 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang berlansung
secara terus menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia akan
mengalami proses belajar, sedangkan salah satu definisi modern
16
tentang tentang belajar menyatakan bahwa belajar adalah “Pengalaman
terencana yang membawa perubahan tingkah laku “
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
itu atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan
dalam dirinya
Dengan memperhatikan beberapa pengertian diatas tentang
belajar maka hakikat belajar apabila diintepretasikan mengandung
pengertian bahwa setelah belajar siswa yang pada mulanya tidak
mengerti menjadi mengerti. Siswa yang pada mulanya tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan sesuatu menjadi mampu
melakukannya, siswa yang semula belum terampil menjadi terampil
dan siswa yang tidak memiliki sikap menjadi bersikap. Dengan
demikian maka pada diri siswa akan terjadi perubahan-perubahan
yang sifatnya relatif permanen.
Berdasarkan pembahasan beberapa teori tersebut, maka yang
dimaksud dengan belajar adalah suatu kegiatan individu yang
berproses secara terencana, terus menerus atau kontinu atau
berkesinambungan untuk memperoleh kemampuan tertentu sehingga
mengalami perubahan sikap dan tingkah laku yang positip dan lebih
baik dari sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar
makin banyak pula mengalami peningkatan pemahaman
pengetahuan dan ketrampilan pada diri peserta didik.
17
b. Hasil Belajar.
Sudjana, N (1990:24) yang dimaksud dengan hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya adapun
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh berdasarkan proses
belajar. Ada 5 katagori tentang kemampuan yang dihasilkan
berdasarkan proses belajar, yaitu; (1) Kecakapan untuk
mengkomunikasikan pengetahuan secara verbal, yang dikatagorikan
sebagai informasi verbal, (2) Kecakapan dalam bertindak melalui
penilaian terhadap suatu stimulus dikatagorikan sebagai sikap, (3)
Kecakapan membedakan, memahami konsep maupun aturan serta
dapat memecahkan masalah, dikatakan sebagai keterampilan
intelektual, (4) Kecakapan mengelola dan mengembangkan proses
berpikir melalui pemahaman, analisis dan sintesis, dikatagorikan
sebagai keterampilan strategi kognitif, (5) Kecakapan yang
diperlihatkan secara tepat, tepat dan lancar melalui gerakan anggota
tubuh, ini dikatagorikan sebagai keterampilan motorik.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka perilaku yang
diharapkan harus dituliskan pada tujuan pembelajaran sebagai hasil
belajar yang diharapkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa,
apakah seorang siswa hasil belajarnya baik atau tidak, maka perlu
dilakukan suatu penilaian atau pengukuran terhadap kegiatan proses
belajar tersebut, hasil dari penilaian inilah yang akan disebut sebagai
18
hasil belajar. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar maka dapat
diukur atau dinilai dengan ujian tertulis maupun dengan ujian lisan,
ataupun gabungan antara tertulis dan lisan atau disebut tes dan non
tes. Tes dan non tes adalah suatu alat ukur yang dapat dipergunakan
oleh guru dalam melakukan pengukuran.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu
atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh siswa, hal, atau
objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Lebih lanjut
dikatakan bahwa guru dapat mengukur penguasaan peserta
pendidikan dalam suatu mata pelajaran atau kemampuan dalam
melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih, tetapi
tidaklah mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan
salah satu pekerjaan profesional guru, instruktur atau dosen.
Dari berbagai teori yang diuraikan tersebu, maka yang
dimaksud hasil belajar adalah hasil dari suatu penilaian atau
pengukuran terhadap peserta didik dengan menggunakan alat
penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran secara terencana
baik materi maupun waktunya serta hasil belajar yang diinginkan
disesuaikan dengan jenis dan fungsinya dalam penilaian atau
pengukuran, misalnya penilaian ulangan harian, ulangan blok, mid
test, ujian sekolah dan ujian nasional.
c. Matematika.
Mata pelajaran matematika sebagaimana mata pelajaran lain
merupakan bidang ilmu yang mempelajari banyak hal yang berkaitan
19
dengan kehidupan manusia sehari-hari, misalnya dalam mata
pelajaran hampir selalu disebut istilah-istilah lebih kecil, lebih
besar, atau sama dengan. Luas bangunan rumah Pak Setyo lebih
besar dibanding dengan luas bangunan rumah Pak Latief atau jumlah
air didalam gelas merah sama dengan jumlah air di dalam gelas
berwarna biru atau juga bentuk lingkaran A sama dengan bentuk
lingkaran B, banyak air dalam bentuk lingkaran A dan B merupakan
perwujudan alamiah yang dapat diukur atau diraba secara nyata
ataupun dapat dilihat dengan mata serta dapat diwujudkan dengan
simbol-simbol.
Banyak rumusan tentang matematika yang telah dikemukan
oleh para ahli, Hudojo,H (1998;36) mengemukan bahwa matematika
adalah berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Lebih lanjut
Hudojo, H (1998 : 32) mengemukakan bahwa matematika adalah
sebagai abstraksi yang merupakan proses untuk menyimpulkan hal-
hal yang sama dari sejumlah objek atau situasi yang berbeda. Apabila
abstraksi tersebut dituliskan, maka dapat terwujud suatu yang disebut
pola. Hudojo juga menyebutkan bahwa pola adalah suatu sistem
mengenai hubungan-hubungan diantara perwujudan alamiah.
Perwujudan alamiah tampak rumit, seringkali dengan abstraksi
didalam pikiran, biasanya dapat diketemukan pola. Dengan demikian
menjadi tugas matematikalah untuk mmenemukan hubungan-
hubungan di alam ini dan menganalisis pola-polanya sehingga pola-
20
pola itu dapat dikenal bila muncul, sedangkan Rusfendi (1991 : 54),
mengemukan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
berhubungan dengan penelahaan bentuk-bentuk atau struktur-struktur
abstrak yang berhubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami
struktur - struktur serta hubungan - hubungannya yang diperlukan
pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika
itu. Ini mengisyaratkan bahwa belajar matematika adalah belajar
tentang konsep-konsep dan struktur-struktur serta mencari hubungan
antara konsep-konsep dan struktrur-struktur tersebut. Lebih lanjut
Rusfendi menyebutkan bahwa belajar matematika adalah belajar
tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam
bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut, disebutkan pula,
matematika mengelompokkan perwujudan alamiah menjadi pola-
pola atau bentuk-bentuk tertentu. Selain menghubungkan matematika
melakukan penelaahan pola atau bentuk didalam matematika berarti
mewujudkan struktur-struktur. Adapun hubungan-hubungan pola di
dalam matematika dapat membentuk rumus, teorema atau dalil
matematika.
Pada bagian lain Rusfendi mengemukanan bahwa matematika
adalah ilmu pengetahuan yang termasuk kedalam atau mungkin yang
paling padat dan tidak mendua arti. Lebih lanjut disebutkan bahwa
tujuan pengajaran matematika (modern) adalah untuk meluruskan
21
dan mempermudah siswa belajar berhitung dan cabang–cabang
lainnya, bukan untuk mempersulit.
Setelah menelaah berbagai pendapat tersebut di atas, maka
matematika adalah mata pelajaran yang memuat ide – ide, konsep –
konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan terpola menjadi
rumus, teorema atau dalil yang dapat dipergunakan secara patent
untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika itu
sendiri maupun untuk aplikasi dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Hasil belajar matematika
Sementara itu Atkitson, R.C (1999 : 67) mengemukakan
bahwa ada 4 cara yang strategis untuk meningkatkan hasil yang
maksimal di dalam belajar matematika, yaitu; (1) memaksimalkan
hasil rata-rata yang ada di dalam kelas, (2) perkecil perbedaan-
perbedaan hasil yang diperoleh oleh siswa dalam satu kelas, (3)
maksimalkan hasil yang diperoleh siswa pada level-level tertentu,
dan (4) maksimalkan kemampuan rata-rata pada setiap individu atau
siswa. Selain itu Atkitson juga menunjukkan bahwa ada 2 alternatif
di dalam belajar matematika, yaitu; (1) untuk mengembangkan
strategi pelajaran yang optimal pada individu-individu tertentu
dimungkinkan jika ada model proses pembelajaran secara terperinci,
dan (2) untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal pada setiap
individu dapat memberikan waktu belajar yang cukup.
22
Schoenfeld (2000 : 27) mengemukakan bahwa ada 4
pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan dalam
meningkatkan belajar agar berhasil, yaitu; (1) Sumberdaya–dalil dan
prosedur pengetahuan matematika, (2) Heuristik strategi dan teknik
untuk memecahkan masalah-masalah, seperti mengulang pelajaran,
(3) Pengawasan–pengambilan keputusan tentang apa dan sumberdaya
apa, dan strategi apa yang akan dipergunakan, (4) Kepercayaan–
pandangan seseorang tentang matematika untuk melakukan
pendekatan di dalam memecahkan masalah.
Hudoyo (1988 : 44) pada bagian menjelaskan bahwa apabila
matematika dipandang sebagai suatu struktur dari hubungan–
hubungan, maka simbol–simbol formal diperlukan untuk menyertai
himpunan benda–benda atau hal–hal. Simbul–simbul ini sangat
penting didalam membantu manipulasi aturan–aturan yang beroperasi
didalam struktur. Pemahaman terhadap struktur–struktur dan proses
simbolisasi masing masing merupakan stimulus yang satu terhadap
yang lain. Simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi, yang dari
komunikasi ini kita mendapatkan sejumlah besar informasi. Simbul
merupakan lambang yg memiliki arti dan bersifat pasti atau tetap.
Berdasarkan teori dan pendapat dari para ahli dapat dikatakan
bahwa pada hakikatnya mempelajari matematika adalah mempelajari
ide-ide abstrak yang diberi simbul-simbul yang perlu diketahui
tentang pemahaman konsep-konsep. Hubungan-hubungannya
sebagian besar berkenaan dengan perhitungan. Jadi dapat pula
23
dikatakan bahwa matematika adalah ilmu aksiometris, perjanjian,
dalil-dalil, perhitungan dan lain-lain sesuai dengan bentuk yang
menjadi sasaran atau objek pembahasan.
Setelah menelaah uraian dari berbagai teori di atas, maka
hasil belajar matematika adalah hasil penilaian yang dilakukan secara
terencana dengan terlebih dahulu melakukan upaya maksimal dalam
proses pembelajaran, kemudian untuk meningkatkan hasil belajar
matematika adalah dengan memaksimalkan strategi, menggunakan
stimulus untuk mempermudah pemahaman konsep – konsep dan
memperhatikan tingkat kemampuan baik secara individu, kelompok
atau klasikal
2. Konsep diri
a. Konsep
Konsep diri merupakan hal ayang sering serta dianggap besar
pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Konsep diri adalah
persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian tersebut
merupakan keyakinan seseorang mengenai dirinya yang meliputi
gambaran mengenai fisiknya, psikis, dan minatnya. Gambaran ini
terbentuk berdasarkan persepsi orang lain terhadap dirinya atau dapat
juga berdasarkan internalisasi, pandangan dan penerimaan orang lain
terhadap dirinya. (Gunarsih, 2003) selain itu konsep diri juga terbentuk
berdasarkan pemikiran, perasaan dan pengalaman emosisonal, individu
24
mengenai dirinya sendiri. Menurut cagawas seperti yang dikutip oleh
Pudjijongyanti (1991), konsep mencakup seluruh pandangan individu
akan dimensi fisiknya, karakteristik kepribadiannya, motivasi,
kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya dan sebagainya.
Menerut Shavelson dan Bolus seperti yang dikutip Marsh dan Holmes
(1990), konsep diri pada seseoranmg individu didasarkan atas
pengalaman dan interaksi dengan orang-orang yan berpengaruh dalam
hidupnya seperti orang tua, teman-teman dan guru.
Shavelson membagi struktur konsep diri secara hirarkhi atas
empat peringkat. Peringkat pertama terletak konsep diri umum yaitu
cara individu memahami dan menilai dirinya sendiri secara
keseluruhan. Peringkat kedua yaitu konsep diri akademis dan konsep
diri non akademis. Peringkat ketiga merupakan sub area konsep diri
akademis dan sub area konsep diri non akademis. Peringkat keempat
merupakan penilaian tingkah laku dalam situasi yang lebih spesifik
pada masing-masing sub area dari konsep diri. Menurut Leonetti
(2002), membagi konsep diri dalam dua bagian yaitu percaya diri (self
confidence) dan harga diri (self esteem). Percaya diri adalah
kepercayaan seseorang dalam kesanggupannya untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan. Harga diri adalah bagaimana baiknya seseorang
menginginkan dirinya. Konsep diri mempunyai peranan dalam
menentukan tingkah laku seseorang.
Konsep diri yang dimiliki seseorang akan turut menentukan
bagaimana ia menerima, merasakan dan merespon lingkungannya. Jika
25
seseorang berfikir dirinya kurang baik maka ia akan menganggap
remeh dirinya dan selalu membayangkan kegagalan di setiap usaha
yang dilakukannya, sehingga ia enggan untuk mencoba mengatasi
kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. Keyakinan tersebut mencerminkan
sikap dan pandangan negatif pada dirinya sendiri. Sebaliknya bila
seorang tersebut memiliki pola pikir yang positif maka ia akan
melakukannya dengan sungguh-sungguh yaitu dengan mengatasi
kesulitan yang dihadapi untuk mencapai kesuksesan.
Menurut Brooks and Emmerst dalam ( Jalaluddin, 2005) ada
lima tanda orang yang memiliki konsep diri tinggi yaitu: (a) ia yakin
akan kemampuannya mengatasi masalah, (b) ia merasa setara dengan
orang lain, (c) ia menerima pujian tanpa rasa malu, (d) ia menyadari,
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak selurunya disetujui masyarakat, (e) ia mampu
memperbaiki dirinya dan sanggup menggungkapkan pribadi yang
tidak disenanginy adan berusaha mengubahnya. Sedangkan orang yang
memiliki konsep diri rendah diantaranya : (a) ia peka pada keritik dan
cenderung tidak mampu menerima kritikan dan mudah marah, (b)
cenderung menghidari dialog terbuka dan bersikeras mempertahankan
pendapatnya, (c) bersikap hiperkritis terhadap orang lain sering
mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapa pun, (d)
cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan merasa tidak
diperhatikan, (e) selalu bersikap pesimis terhadap kompetisi untuk
bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
26
b. Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa.
Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.
Sikap atau respon orangtua dan lingkungannya akan menjadi bahan
informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Oleh sebab itu, serngkali anak-anak yang tumbuh dan
dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif. Hal ini
disebabkan sikap orang tua misalnya : suka memukul,
mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina,
bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut dianggap sebagai hukuman akibat
kekurangan, kesalahan ataupun kebodohan dirinya. Dengan
demikian anak menilai dirinya berdasarkan apa yang beliau alami
dan dapatkan dari lingkungannya. Bila lingkungan memberikan
sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup
berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis,
artinya tidak luput dari perubahan. Aspek-aspek yang bisa bertahan
dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali
berubah sesuai dengan situasi sesaat, contohnya, seorang merasa
dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun
27
suatu ketika ia mendapat angka merah, bisa saja saat itu ia merasa
“bodoh”, namun karena keyakinan yang positif ia berusaha
memperbaiki nilai.
c. Faktor yang mempengaruhi konsep diri
Berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
konsep diri seseorang, seperti :
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi konsep diri yang
terbentuk , sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan
pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri,
sedangkan sikap positif orang tua akan mengundang pertanyaan
pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup
berharga untuk dikasihi dan disayangi.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus seringkali menimbulkan pertanyaan
pada diri sendiri yang berakhir dengan kesimpulan bahwa semua
penyebabnya terletak pada kelemahan diri.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran
yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala
sesuatunya. Orang yang depresi sulit melihat dirinya mampu
menjalani kehidupan selanjutnya dan cenderung mudah tersenyum.
28
4. Kritik internal
Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau
rambu-rambu dalam bertindak dan berprilaku agar keberadaan kita
diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
3. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Definisi minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati. Muhibbin Syah
(2008:136) mengatakan bahwa, ”secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu”. Sementara itu, Slameto (2003:180)
mengatakan:
”Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”. Slameto (2003:180) menambahkan, minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan
hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
29
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajarinya.
Menurut The Liang Gie (2000:57):
“Suatu pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si pelajar dapat memusatkan seluruh perhatian dan konsentrasinya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi tersebut”.
Minat juga merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak
disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang
tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan
suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami,
sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan
kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif,
psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka
proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa
dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.
Minat merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan pendidikan. Dampak dari adanya minat belajar dapat
menumbuhkan metode baru dalam belajar siswa. Belajar dikatakan
berhasil jika dapat menumbuhkan sikap, tingkah laku dan cara
berfikir dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Seorang siswa akan berhasil dalam pelajarannya apabila
dalam diri siswa itu ada keinginan untuk belajar. Minat akan
30
terbentuk jika ada usaha dari dalam dirinya dan juga ada dorongan
dari luar baik dari guru, keluarga maupun lingkungnnya untuk
menyukai dan memperhatikan pelajaran fisika dan terminat
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Wayan Nurkancana(1983:224)
menyatakan bahwa, ”Minat adalah gejala psikis yang berkaitan
dengan objek atau aktivitas yang stimulir, perasaan senang pada
individu”. Dan definisi minat menurut Kurt Singer (1991:78) adalah
”suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu
proses”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang
yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang
terhadap sesuatu.
Kecenderungan dari manusia ialah ia akan optimal dalam
melakukan pebelajaraanya ketika ia memang menyukai pebelajaran
yang digelutinya. Dengan kata lain dorongan akan pengerjaan dan
hasil yang lebih baik akan lebih terlihat jika ia memang benar
melakukan pebelajaran yang ia minati dibandingkan dengan yang
tidak diminatinya. Demikian pula dalam hal belajar. Siswa akan
terpacu minatnya untuk giat belajar ketika ia measa nyaman dan
mempunyai minat yang tiggi terhadap satu mata pelajaran. Dari sini
akan timbul satu dorongan yang menyebabkan ia akan lebih giat
belajar guna mendapakan hasl belajar yang baik terhadap mata
pelajaran tersebut.
31
Minat ini biasanya dipengaruhi dorongan dari dalam diri
siswa berupa kesadaran bahwa dia akan lebih menikmati atau lebih
bisa dengan salah satu pelajaran. Kecenderugannya, faktor dari
dalam ini berupa kemampuan atau lebih kepada bakat yang ia bawa
sejak lahir. Jika bakat tersebut sudah terlihat, maka dengan polesan
pendidikan yang baik maka akan menghasilkan seorang yang
unggul, profesional. Sedangkan dari faktor luar dapat berupa
lecutan minat dan lingkungan yang menyebabkan dirinya juga
merasa nyaman terhadap satu pelajaran. Lecutan minat tersebut
dapat berupa guru yang mengajar menarik perhatiannya, misalnya
mengajarnya enak dan cepat ditangkap oleh siswa tersebut sehingga
tumbuh minatnya untuk lebih giat belajar dalam pelajaran tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, minat adalah suatu
sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian,
kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu. Minat didasarkan
atas kesukaan individu atas apa yang diinginkannya. Minat berasal
dari dalam diri siswa dan akan sangat berpengaruh terhadap apa
yang akan dilakukan seseorang.
b. Minat Belajar Matematika
Minat belajar adalah perasaan senang, suka dan perhatian
terhadap usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan
belajar, siswa di sekolah mempalajari berbagai ilmu pengetahuan
dan diusahakan agar semua siswa mendapatkan nilai yang bagus
32
yang tentunya dapat dicapai dengan memiliki minat belajar yang
tinggi.
Slameto (2003:180) menegaskan bahwa:
”Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya”. Jelas kiranya bahwa minat merupakan tenaga penggerak
yang dipercaya ampuh dalam proses belajar. Oleh sebab itu, sudah
semestinya pengajaran memberi peluang yang lebih besar bagi
perkembangan minat seorang siswa. Minat erat sekali hubunganya
dengan perasaan suka dan tidak suka, tertarik atau tidak tertarik.
Setelah mulai belajar, hendaknya setiap siswa menaruh
minat belajar yang besar terhadap pelajaran yang diikuti. Suatu mata
pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan
perhatian terhadap mata pelajaran tersebut. Dan minat merupakan
salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi itu. Dengan minat
belajar yang tinggi siswa, maka hasil akhir dari proses belajar
mengajar tentunya akan menjadi baik.
Dalam kaitannya dengan minat belajar Matematika, mata
pelajaran Matematika tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan.
Apalagi kurangnya pendidik yang menerapkan konsep Matematika.
Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran Matematika serta
kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak
sekolah dan peserta didik.
33
Minat belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Totok
Santoso (1998:11) mengemukakan faktor-faktor minat belajar siswa
antara lain:
1) Minat dan cita-cita
Cita-cita merupakan satu titik tujuan yang hendak dicapai
oleh seseorang. Agar cita-cita dapat tercapa maka perlu adanya
usaha dan dorongan dari dalam diri seseorang tersebut yang
kemudian dinamakan minat untuk konsisten dalam usahanya
tersebut. Minat sama halnya dengan minat merupakan dorongan
dari dalam diri untuk berbuat secara maksimal guna mencapai satu
tujuan yang dikehendaki. Minat yang tinggi dari seseorang akan
membangkitkan semangat dan gairah dalam melakukan belajar dan
usaha. Demikian pula dengan belajar, seseorang yang bercita-cita
telah terminat belajarnya untuk mencapai satu tujuan belajar
berupa nilai yang bagus, sikap yang bagus dan berketerampilan.
2) Sikap terhadap guru atau pelajaran
Sikap positif dan perasaan senang terhadap guru atau pelajaran
tertentu akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa.
Sebaliknya jika membenci guru dan memandang mata pelajaran
terlalu sukar akan memperlemah minat belajar siswa. Ini
merupakan tugas seorang guru untuk memberikan kenyamanan
siswanya dalam belajar. Siswa biasanya ingin diperhatikan,
diberikan kasih sayang, dan belajar dengan santai tanpa dibebani
berbagai macam tugas yang memusingkan. Untuk itu sikap guru di
34
dalam maupun di luar kelas hendaknya memberi kenyaman
siswanya dalam berinteraksi dan menjalin komunikasi, sehingga
persoalan-persoalan yang ada dalam diri siswa terkait dengan
proses belajarnya dapat teridentifikasi untuk nantinya terpecahkan
satu solusi jika siswa tersebut mengalami penurunan dalam
belajarnya.
3) Keluarga
Dengan adanya perhatian, dukungan dan bimbingan dari orang
tua akan mendorong siswa untuk lebih bersemangat dan menyukai
belajar. Keluarga merupakan tempat dimana pendidikan pertama
diperoleh oleh seorang anak. Keluarga yang baik akan selalu
mendukung anak-anaknya dalam memeperoleh pendidikan yang
optimal. Fungsi keluarga bukan hanya sebagai tempat berlindung
dan memeberikan fasi-litas berupa materiil saja, akan tetapi
dukungan moril akan lebih efektif dan efisien demi tercapainya
cita-cita dan hasil yang baik dalam belajar. Per-hatian dan
bimbingan orangtua mutlak diperlukan dalam pendidikan anak.
4) Guru dan fasilitas sekolah
Cara guru menyajikan materi pelajaran di kelas, penugasan
yang tidak baik membuat minat belajar siswa rendah. Untuk itu,
guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan satu metode
belajar saja. Metode mengajar akan mempengaruhi minat siswa
dalam belajarnya. Guru yang monoton biasanya akan menjemukan
35
siswa. Misalnya dengan ceramah terus-menerus sehingga siswa
kecenderungannya mengalami kebosanan dan pada akhirnya
melakukan hal-hal negatif. Demikian juga sarana dan fasilitas
sekolah yang kurang memadai dapat memperlemah minat belajar.
Fasilitas yang ada di sekolah akan memancing siswa betah berada
di sekolah. Tentunya, ketika itu terjadi dapat terlihat aktivitasnya
dan jika ia berminat terhadap salah satu pelajaran atau pun
kegiatan yang ada akan mengasah kemampuannya.
5) Teman pergaulan
Sesuai dengan masa perkembangan siswa, apabila teman
belajar mempunyai minat yang besar dalam belajar, maka timbul
dalam kelompok pergaulan itu kecenderungan untuk mengikuti
dan memiliki minat belajar. Dan sebaliknya apabila teman
pergaulan tidak memiliki minat untuk belajar maka siswa akan
malas atau minat belajar berkurang.
6) Media massa
Dengan adanya media masa dapat mempengaruhi minat belajar
siswa. Jika berminat untuk menggunakan media tersebut untuk
membantu, maka minat belajar siswa berkembang. (Totok Santoso,
1998: 11)
Dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa cara yang
paling efektif adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang
telah ada. Di samping memanfaatkan minat, Tanner&Tanner yang
dikutip Slameto (2003:181) menyarankan:
36
”Pengaajar hendaknya juga berusaha untuk membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dilakukan dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang”. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan minat belajar
adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk
mendapat ilmu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan minat belajar
Matematika maka dapat disimpulkan minat belajar Matematika
siswa adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dalam hal ini adalah
Matematika.
B. Kerangka Berpikir
Keramgka berpikir dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Untuk dapat
belajar dengan baik harus mengetahui lebih dahulu metode, teknik,
kemahiran atau cara-cara belajar yang efesien dan dipraktekkan
sehari-hari oleh siswa sampai menjadi suatu kebiasaan.
Matematika merupakan suatu pelajaran yang tidak dapat
dipelajari secara langsung dari lingkungan hidup sehari-hari, tetapi
dapat secara tidak langsung dari ahli matematika. Salah satu
kekhususan matematika yang juga merupakan kekuatan metematika
adalah sifat abstraknya. Oleh sebab itu ada berbagai aktivitas yang
37
dibutuhkan dalam mempelajari matematika, seperti mengabstraksi
dan mengklasifikasi. Untuk belajar matematika diperlukan
kemampuan mengklasifikasi struktur-struktur dan mengidentifikasi
hubungan-hubungan.
Materi yang dipelajari secara sistematik akan lebih baik
dan tahan lama pada materi yang dipelajari secara hafalan. Agar
konsep matematika dapat terbentuk dengan lebih baik dalam diri
siswa, maka siswa perlu belajar sistematik dan meninggalkan
belajar hafalan. Oleh karena itu perlu adanya kebiasaan belajar guna
menekankan pada konsep matematika.
Bila kebiasaan–kebiasaan belajar yang baik selalu
dilakukan oleh semua siswa, maka tidak tertutup kemungkinan
semua siswa dapat memperoleh nilai yang tinggi pada hasil
belajarnya. Kebiasaan belajar dapat direncanakan membuat jadwal
belajar. Kebiasaan belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan
menggunakan cara–cara yang efektif, misalnya dengan
membiasakan diri untuk mengulang pelajaran dan membuat catatan,
membiasakan diri mengerjakan soal–soal latihan maupun
pekerjaan rumah, dengan demikian mereka akan terbiasa
menghadapai dan mengerjakan soal–soal yang diberikan padanya
pada saat belajar di sekolah. Siswa yang terbiasa membuat jadwal
belajar dan selalu melaksanakan dengan baik, maka dengan
sendirinya dia akan tahu apa, bagaimana dan untuk apa materi
pelajaran dipelajari. Hal ini secara tidak langsung akan tercipta
38
disiplin pada diri siswa dan siswa akan berusaha untuk memahami
materi pelajaran yang dipelajarinya
.
2. Pengaruh Konsep Diri terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII
Berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam suatu
pelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar tersebut
ditentukan oleh beberapa faktor, baik dalam dirinya maupun dari
luar dirinya. Salah satu faktor dari dalam diri adalah Konsep diri.
Konsep diri berlaku untuk semua kegiatan dan semua bidang.
Konsep diri secara naluri terkandung pada setiap orang walaupun
dengan derajat yang berbeda–beda. Tinggi rendahnya konsep diri
berbeda beda untuk setiap orang dan setiap bidang yang
dihadapinya dan dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan
iyang dimiliki.
Adapun ciri kreativitas antara lain; mempunyai inisiatif,
percaya pada diri sendiri, keinginan untuk mendapatkan
pengalaman baru dan berani menanggung risiko. Inisiatif dapat
menyebabkan siswa mampu untuk mencipakan hal–hal yang bar
yang merupakan hasil dari pikiran, baik berupa ide, gagasan
maupun diwujudkan dalam benda konkret. Keberhasilan dalam
menciptakan hal–hal baru tersebut tidak terlepas dari sifat manusia
yang ingin mengaktualisasi dirinya, sehingga akan menimbulkan
kepuasan dan kepercayaan pada diri sendiri.
39
Matematika sebagai salah satu pelajaran di sekolah juga
melibatkan konsep diri siswa dalam proses pembelajarannya, baik
berupa teoritik maupun dalam obyek yang nyata. Adanya konsep
diri dalam mempelajari metematika akan menimbulkan inisiatif
dan pengalaman baru yang tidak akan terlupakan dalam suatu
konsep matematika sehingga akan menghasilkan hasil belajar
matematika yang tinggi. Berdasarkan uraian di muka maka diduga
terdapat pengaruh positif antara kreativitas dengan hasil belajar
matematika.
3. Pengaruh Minat Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan,
dalam bergaul dengan orang lain, dan dalam memegang benda.
Namun tidak berarti berada ditengah lingkungan menkreativitas
yang menjamin adanya proses belajar. Oleh karena itu orang
tersebut harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala
pemikiran, kemauan dengan perasaannya, atau lebih jauh lagi
dalam belajar diperlukan adanya kreativitas. Dengan adanya
kreativitas maka terjadi interaksi aktif dengan lingkungan yang
dalam hal ini ditekankan pada lingkungan sekolah yang dikaitkan
dengan proses belajar.
Selain kreativitas yang dimiliki oleh siswa, maka siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungan diperlukan adanya
40
kebiasaan belajar. Tanpa adanya kebiasaan belajar maka proses
belajar yang terdapat pada diri siswa tidak akan menjadi kontinu,
sehingga interaksi dengan lingkungan dalam proses belajar tidak
berjalan dengan baik. Dengan demikian kreativitas dan kebiasaan
belajar merupakan hal-hal yang saling mendukung guna
tercapainya prose belajar.
Hasil dari proses belajar adalah hasil belajar. Oleh karena
itu apabila dalam proses belajar terjadi suatu kebiasaan belajar
yang baik dan adanya kreativitas yang baik, maka dengan sendiri
akan mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan kepada uraian di atas, diperkirakan hasil
belajar siswa dapat ditentukan oleh kebiasaan belajar yang baik
dan teratur yang akan dapat mengembangkan daya kreativitas
siswa dalam mendukung proses belajarnya. Dengan demikian
diduga terdapat pengaruh yang positif antara kebiasaan belajar
dan kreativitas siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar
matematika.
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta
dengan mempertimbangkan konsep-konsep pokok penelitian yang
lain, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika
41
2. Terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajarr
matematika
3. Terdapat pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar
matematika
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri
di Kecamatan Makassar Jakarta Timur tahun pembelajaran 2011/2012.
Sedangkan obyek penelitiannya adalah para siswa kelas VIII SMP N di
Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dijadwalkan dengan limit waktu tiga bulan
terhitung mulai persetujuan proposal, diperkirakan dimulai bulan April
2012.
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian
No KEGIATAN April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Pendahuluan 2 Proposal 3 Surat izin 4 UjiInstrumen 5 Menjaring data 6 Val-Rel &Analisis 7 Laporan
B. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam bentuk penelitian lapangan sedang
metode yang digunakan adalah deskriptif analistis. Metode survey
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari
43
suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden
dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian
hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan
dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini
(Effendi, 2003: 3).
Metode penelitian survey adalah usaha pengamatan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah
tertentu dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk suatu tindakan
yang sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung suatu
fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran yang akan diukur adalah fakta
yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi (Ali, 2007:
5).
Berkaitan dengan pengertian metode deskriptif menjelaskan
bahwa: “Penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan saat terjadinya,
maka penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan
variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi), adalah penelitian
deskriptif (to deseribe), menggambarkan atau membeberkan (Arikunto,
1999: 10). Hal ini sejalan yang dikemukakan bahwa metode deskriptif
adalah: “Suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia suatu
obyek, suatu set kondisi, suatu sistem penelitian ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
44
dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki (Nazir, 2008: 63).
Berdasarkan pengertian para pakar diatas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa metode survey deskriptif cocok untuk digunakan dalam
penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari penelitian, yaitu untuk
memperoleh gambaran Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar
Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika materi semester ganjil
pada siswa SMP Negeri kelas VIII di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
Sebelum melakukan analisis data tentang pengaruh variabel data
kemudian teknik analisis data dengan menggunakan statistik inferensial
korelasi sederhana dan korelasi ganda, korelasi parsial, serta regresi
sederhana dan regresi ganda. Korelasi memerlukan minimal dua variabel,
sedangkan korelasi ganda memerlukan tiga variabel. Pada penelitian ini,
variabel bebas adalah konsep diri (X1), minat belajar siswa (X2) dan
variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika (Y) tergambar sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan Variabel Terikat
Y
Konsep diri (X1)
Minat Belajar Siswa (X2)
Hasil Belajar Matematika (Y)
45
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 54) mengatakan bahwa “populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Nawawi (dalam Riduwan 2004: 54) menyebutkan bahwa “
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung
atau pengukuran kuantitatif pada karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan obyek yang lengkap”.
Riduwan mengatakan bahwa “ populasi adalah keseluruhan dari
karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah para
peserta didik yang bersekolah di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta
Timur.
Jumlah siswa di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur
berjumlah lima ratus delapan belas orang peserta didik. Populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta
Timur, dengan memiliki batasan penelitian dua sekolah negeri yaitu
SMPN 128 dan SMP N 80 yang kedua sekolah tersebut memiliki
46
karakteristik sekolah sama yaitu siswa-siswa kelas VIII Sekolah Standar
Nasional (SSN).
2. Sampel
Arikunto (dalam Riduwan 2004: 5) mengatakan bahwa, “Sampel
adalah bagian dari populasi (sebagaian atau wakil populasi yang diteliti).
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat meakili seluruh populasi”.
Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 5) memberikan pengertian bahwa, “Sampel adalah sebagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
“sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti.”
Pengambilan sampel menurut S. Nasution (dalam Riduwan 2004:
56) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel yang diambil
maka sampel sekurang-kurangnya semakin baik. Akan tetapi merupakan
suatu kelaziman bahwa jumlah tiga puluh satuan.
Sedangkan Arikunto (1999) mengemukakan bahwa: untuk
penelitian deskriptif disarankan menggunakan besaran sampel antara 10%
sampai 25% dari populasi terjangkau. Surahmad (2004: 64) berpendapat
bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka
pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi dan
apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1.000, maka ukuran
sampelnya diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.
Selain yang telah disebutkan di atas, banyaknya sampel tergantung dari
sifat-sifat atau ciri-ciri subyek penelitian dalam populasi, di antaranya
47
homogenitas dalam populasi: juga oleh sempit dan luasnya pengamatan
dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak tidaknya data; dan
besar kecilnya risiko yang ditanggung peneliti.
Penyusun berupaya agar ukuran sampel yang ditetapkan bisa
merepresentasikan populasi, dan dengan sampel yang representative maka
generalisasi hasil penelitian bisa dilakukan. S. Nasution, menulis tidak ada
aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan dalam
penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas
apa yang dimaksud dengan sampel besar dan sampel kecil (S. Nasution;
2007). Selanjutnya dia menulis, mengenai jumlah sampel yang sesuai
sering juga disebut aturan sepersepuluh. Jadi 10 % dari jumlah populasi
(S. Nasution: 2007). Sementara itu Sugiono berpendapat, bila dalam
penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
lipat dari jumlah variabel yang diteliti (Sugiono: 2008).
Dengan maksud untuk mendapatkan data-data tentang variabel
penelitian yang lebih lengkap dan akurat, penulis menetapkan ukuran atas
jumlah sampel yaitu sebesar 10 % dari seluruh populasi dengan
menggunakan teknik Multi stage sampling. Selanjutnya sampel diberikan
ke tiap kepala sekolah yang ada di Kecamatan Pasar Minggu dengan
perincian sebagai berikut: Sekolah SMPN 128 dengan jumlah siswa
N1=164 dpilih sampel 10 persen, maka sampel terpili n1=16 siswa.
Kemudian SMPN 80 dengan jumalh murid N1 = 80 sehingga data sampel
48
terpilih sebanyak n1=16. Jadi total mahasiswa N=308 dan total sampel
terpilih n=30.
Dari data tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa sampel yang
akan diteliti sebanyak 30 siswa dengan jumlah populasi sebanyak 308
siswa dari dua SMP N SSN di kecamatan Makasar Jakarta Timur dengan
perinciannya 164 siswa SMP N 128 dan 144 siswa SMP N 80 sehingga
jumlahnya sebanyak 308 siswa. Pada data tersebut dapat diketahui jumlah
sampel di SMP N 128 sebanyak 16 siswa, sedangkan di SMP N 80
sebanyak 14 siswa dari perhitungan jumlah siswa di SMP N 128 atau SMP
N 80 : jumlah total siswa pada SMP N 128 dan SMP N 80 dikalikan
jumlah sampel, hal tersebut didasarkan atas perbandingan kedua sekolah
tersebut.
Dengan ketentuan tersebut, jumlah sampel telah memenuhi syarat
untuk mewakili populasi.
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2001:
135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh
besarnya sampel, tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan tujuan
penelitian dan variabel yang telah disebutkan diatas ada tiga sumber yang
akan dijaring untuk keperluan penelitian ini, yaitu data tentang hasil
belajar Matematika (Y) sebagai variabel terikat yang diberikan kepada
49
siswa kelas VIII setiap SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur
berupa tes akademik dengan menggunakan instrumen tes berupa isian
singkat dari soal pelajaran Matematika kelas VIII, konsep diri (X1)
diberikan kepada siswa kelas VIII dengan mengisi angket (kuesioner)
dengan menggunakan instrumen kuesioner, dan minat belajar Matematika
(X2) yang diberikan kepada siswa kelas VIII dengan cara mengisi angket
(kuesioner) dengan menggunakan instrumen kuesioner yang keduanya
adalah sebagai variabel bebas.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
a. Definisi konseptual
Hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII
adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang berupa fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan Ilmu murni yang didasarkan pada
bahan kajian Matematika”.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar Matematika dalam penelitian ini, merupakan
perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh
dari responden, suatu tingkat keberhasilan peserta didik di dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas. Terdapat beberapa indikator
prestasi belajar yang dijadikan ukuran dalam penelitian ini
sebagaimana tergambar pada format penilaian prestasi belajar
50
Matematika. Indikator dari test Matematika tersebut meliputi: 1)
Faktorisasi suku Aljabar; 2) Fungsi dan grafik fungsi; 3)
Persamaan garis lurus; 4) Sistem persamaan linear dua variabel;
5) Garis-garis pada segitiga; 6) Lingkaran; 7) Garis singgung
lingkaran
Fokus yang dinilai dalam indikator test hasil belajar
Matematika peserta didik SMP Negeri sebagaimana disebutkan di atas,
adalah:
1) Faktorisari suku Aljabar, difokuskan untuk mengetahui seberapa
tinggi kemampuan memahami soal faktorisasi susku Aljabar dalam
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru. Semakin
tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi pula prestasi
belajarnya.
2) Fungsi dan grafik fungsi, difokuskan untuk mengetahui seberapa
tinggi kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan
tentang fungsi dan grafik fungsi. Semakin tinggi skor yang didapat
maka semakin tinggi pula nilainya.
3) Persamaan garis lurus, difokuskan untuk mengetahui seberapa
tinggi kemampuan peserta didik di dalam menjawab pertanyaan
atau soal tentang persamaan garis lurus. Semakin tinggi skor yang
diperoleh maka semakin tinggi pula nilai yang didapatnya.
4) Sistem persamaan linear dua variabel, difokuskan untuk
mengetahui seberapa tinggi kemampuan peserta didik di dalam
menjawab soal tentang sistem persamaan linear dua variabel.
51
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula
nilainya..
5) Garis-garis pada segitiga, difokuskan untuk mengetahui seberapa
besar daya serap peserta didik didalam menjawab soal tentang
garis-garis pada segitiga. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka
semakin besar pula nilainya.
6) Lingkaran, difokuskan untuk mengetahui seberapa besar dalam
menjawa soal tentang lingkaran. Semakin tinggi skor yang
didapatkan maka semakin tinggi pula nilainya.
c. Kisi-kisi instrument Hasil Belajar Matematika
Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun
berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang
telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap hasil belajar
Matematika yang diukur dengan menggunakan skala Likert,
kemungkinan jawaban dibagi menjadi 5 rentangan masing-masing
rentangan mempunyai skor seperti ditampilkan pada tabel pemberian
skor tiap indikator di bawah ini. Masing-masing butir mempunyai satu
jawaban. Berikut ini peneliti menyajikan tabel kisi-kisi instrument
hasil belajar Matematika:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika
No Materi Indikator Nomor Butir Tes Jml
1 Faktorisasi suku Aljabar
a. Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk Aljabar
b. Menyelesaikan operasi
1,2,3 4
3 1
52
No Materi Indikator Nomor Butir Tes Jml
kali, bagi dan pangkat pada bentuk Aljabar
2 Fungsi dan grafik fungsi
a. Menyelesaikan dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi
b. Menghitung nilai fungsi
5,6,7,13, 14 8
5 1
3 Persamaan garis lurus
a. Mengenal pengertian dan menentukan gradien dalam berbagai bentuk
b. Menentukan persamaan garis lurus yang melalui dua titik, melalui satu titik dengan gradient tertentu
Menggambar grafik garis lurus
9,11
10,16
18,20, 21
2 2 3
4 Sistem persamaan linear dua variabel
a. Mengenal SPLDV b. Menentukan akar
SPLDV dengan subtitusi dan eliminasi
12, 22
23
2 1
5 Garis – garis pada segitiga
a. Menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku
b. Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku (30◦, 45, 60)
c. Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa
25
24
26,27
1 1 2
6 Lingkaran a. Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran
b. Menghitung keliling dan luas lingkaran
28
29,30
1 2
7 Garis singgung lingkaran
a. Mengenali garis singgung persekutuan
15,17
2
53
No Materi Indikator Nomor Butir Tes Jml
dalam dan persekutuan luar dua lingkaran
b. Menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dan persekutuan luar
19
1
Jumlah 30
d. Kalibrasi Instrumen Hasil Belajar Matematika (Y)
Khusus untuk instrument hasil belajar Matematika materi
semester ganjil kelas VIII (Y) tidak dilakukan kalibrasi, karena
menggunakan instrument yang sudah dibakukan dalam format
penilaian hasil belajar matematika.
Kalibrasi instrumen prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam
bagi siswa yang menjawab pertanyaan dari pilihan ganda akan
mendapatkan nilai 1 (satu):
Benar diberi nilai satu
Dan begitu pun sebaliknya apabila menjawab pertanyaan salah
maka mendapatkan nilai 0 (nol):
Salah diberi nilai nol
1) Validitas Butir
Instrumen Hasil Belajar Matematika berupa tes isian yang
terdiri dari 30 butir tes. Dengan demikian, rentang skor teoretik
antara 10 sampai dengan 30. Validitas butir instrumen ditentukan
54
dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan
harga kritis r Pearson’s Product Moment pada n = 30. Jika r hitung
> r tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan
digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r
tabel, maka butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak
digunakan dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r tabel
Pearson’s Product Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan
α = 0,05. Uji validitas instrumen hasil belajar Matematika
dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan
validitas instrumen hasil belajar Matematika materi semester ganjil
kelas VIII diketahui dari 30 butir tes semua butir pertanyaan adalah
valid karena nilainya lebih besar dari 0,361. Jumlah butir yang
valid dan digunakan sebagai alat pengambil data penelitian
sebanyak 30 butir tes. Dengan demikian, rentang skor teoretik
antara 10 sampai dengan 30.
Tabel 3.3 Validitas Butir Hasil Belajar Matematika
Item-Total Statistics
Item Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Item1 14.5000 18.328 0,416 Valid Item2 14.4667 18.878 0,389 valid Item3 14.5000 18.466 0,383 valid
Item4 14.5000 18.879 0,387 Valid
55
Item-Total Statistics Item
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Item5 14.5000 18.328 0,416 Valid
Item6 14.5000 18.397 0,399 Valid
Item7 14.5000 18.466 0,583 Valid
Item8 14.5333 18.395 0,398 Valid
Item9 14.4667 18.051 0,487 Valid
Item10 14.4667 18.189 0,653 Valid
Item11 14.4667 17.223 0,494 Valid
Item12 14.5000 17.224 0,486 Valid
Item13 14.5000 16.672 0,628 Valid
Item14 14.5000 18.121 0,365 Valid
Item15 14.4667 16.947 0,565 Valid
Item16 14.4667 17.016 0,547 Valid
Item17 14.5667 16.599 0,641 Valid
Item18 14.5667 17.357 0,448 Valid
Item19 14.5667 17.426 0,430 Valid
Item20 14.6333 17.275 0,474 Valid
Item21 14.6000 17.559 0,399 Valid
Item22 14.7333 18.823 0,411 Valid
Item23 14.7333 18.616 0,561 Valid
Item24 14.6667 19.057 0,448 Valid
Item25 14.6667 19.885 0,440 Valid
Item26 14.7000 20.562 0,790 Valid
Item27 14.7000 20.010 0,768 Valid
Item28 14.6667 20.989 0,378 Valid
Item29 14.6000 21.145 0,405 Valid
Item30 14.7000 20.976 0,379 Valid
Dari output diatas dapat dilihat bahwa 30 butir tes
dinyatakan valid karena rhitung > rtabel.
56
2) Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen Hasil belajar
Matematika yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach.
Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah
butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga
tidak diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17
Penghitungan reliabilitas instrumen variabel Hasil belajar
Matematika sebanyak 30 butir menghasilkan rii = 0,837
Tabel 3.4 Reliability Instrumen
Hasil Belajar Matematika
Dari hasil di atas, ternyata (0,837 > 0,7) maka disimpulkan
Instrumen prestasi belajar (Y) reliabel
2. Kreatifitas Siswa (X1)
a. Definisi Konseptual
Berdasarkan paparan tentang kreatifitas siswa pada Bab II
disimpulkan sebagai konseptual, “Konsep diri adalah suatu keadaan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.837 30
57
yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang
melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.”
Konsep diri bukanlah sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh
dan dibentuk oleh lingkungan. Perkembangan konsep diri adalah
dibentuk dan salah satu landasan esensial yang mendorong manusia
untuk tumbuh, berkembang, dan maju mencapai sesuatu.
Sejak pertumbuhannya, telah tampak betapa besarnya pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan intelektualnya. Sistem
persekolahan dan juga banyak kehidupan rumah tangga sering ditandai
oleh ambisi mewujudkan hasil belajar matematika peserta didik yang
optimal.
b. Definisi Operasional
Konsep diri siswa dalam penelitian ini, merupakan perwujudan
dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh dari responden,
mengenai keinginan dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawab sebagai peserta didik . Konsep diri siswa dalam penelitian ini
meliputi:
1) Percaya diri; 2) Harga diri; 3) Kompeten; 4) Daya tarik; 5)
Semangat; 6) berprestasi; 7) Keyakinan.
Fokus yang dinilai dalam indikator kreatifitas siswa
sebagaimana disebutkan di atas adalah:
1) Percaya diri, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi
keinginan peserta didik untuk memiliki kepercayaan diri. Semakin
tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep dirinya dalam
58
belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula
konsep diri belajarnya.
2) Harga diri, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi
keinginan peserta didik untuk menuangkan harga diri. Semakin
tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa
dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah
pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.
3) Kompeten, difokuskan untuk mengetahui seberapa jauh hal-hal
yang belum di ketahui peserta didik untuk memiliki rasa kompeten.
Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri
siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin
rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.
4) Daya tarik, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi
keinginan peserta didik untuk memiliki daya ketertarikan pada
matematika. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula
konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang
didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam
belajarnya.
5) Semangat, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi semangat
peserta didik dalam belajar matematika . Semakin tinggi skor yang
didapat, semakin tinggi pula konsep siswa dalam belajar. Semakin
rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa
tersebut dalam belajarnya.
59
6) Berprestasi, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi
keinginan peserta didik untuk memahami hubungan baru. Semakin
tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa
dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah
pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.
7) Keyakinan, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi
keinginan peserta didik memiliki suatu keyakinan mampu
memahami matematika. Semakin tinggi skor yang didapat,
semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar matematika.
Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep
diri siswa tersebut dalam belajarnya.
c. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun
berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang
telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap kreatifitas siswa
peserta didik diukur menggunakan skala Likert, dengan kemungkinan
jawaban dibagi menjadi 5 rentangan. Masing-masing rentangan
mempunyai pengertian selalu/sering sekali, sering, kadang-kadang,
sangat jarang, dan tidak pernah. Berikut ini kisi-kisi instrument
kreatifitas peserta didik.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Konsep diri(X1)
Indikator Kreatifitas Siwa Nomor Butir Jumlah Positif (+) Negatif (-) 1 Percaya diri 1, 2 3 3 2 Harga dri 4, 5 6, 8 4 3 Kompeten 9, 10, 16 17, 20, 22 6 4 Daya tarik 11, 12, 13 14, 21 5
60
Indikator Kreatifitas Siwa Nomor Butir Jumlah Positif (+) Negatif (-) 5 Semangat 15, 18 25 3 6 Berprestasi 23, 26, 27 28, 29, 30 6 7 Keyakinan 7, 29 24 3
Jumlah 17 13 30 d. Kalibrasi Instrumen Prestasi Belajar (Y)
Instrumen kreatifitas siswa (X1) dikembangkan dalam bentuk
penyataan. Apabila pernyataan tersebut bersifat positif maka
penilaiannya adalah sebagai berikut:
Selalu diberi bobot 5
Sering diberi bobot 4
Kadang-kadang diberi bobot 3
Sangat jarang diberi bobot 2
Tidak pernah diberi bobot 1
Apabila penyataan tersebut bersifat negatif, maka penilaiannya adalah
sebagai berikut:
Tidak pernah diberi bobot 5
Sangat jarang diberi bobot 4
Kadang-kadang diberi bobot 3
Sering diberi bobot 2
Selalu diberi bobot 1
1) Validitas Butir
Instrumen kreatifitas siswa berupa pernyataan terdiri dari
30 butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoritik antara
61
30 sampai dengan 150. Valitidas butir instrumen ditentukan
dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan
harga kritis r Pearson’s Product Moment pada n = 30. Jika r hitung
> r tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan
digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r
tabel, maka butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak
digunakan dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r tabel
Pearson’s Product Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan
α = 0,05. Uji validitas instrumen konsep diri dilakukan dengan
bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas
instrumen konsep diri diketahui dari 30 butir pernyataan semua
butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari
0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat
pengambil data penelitian sebanyak 30 butir pernyataan. Dengan
demikian, rentang skor teoretik antara 30 sampai dengan 150.
Tabel 3.6 Validitas Butir
Item-Total Statistics
Item Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Item1 112.6333 356.447 0,379 valid Item2 112.5333 348.809 0,569 valid Item3 112.5333 352.051 0,521 valid
62
Item-Total Statistics Item Scale
Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Item4 112.6000 346.662 0,594 Valid Item5 112.3667 344.102 0,713 Valid Item6 112.3333 342.713 0,739 Valid Item7 112.4333 341.220 0,773 Valid Item8 112.5000 339.914 0,758 Valid
Item9 112.2667 344.340 0,762 Valid
Item10 112.2667 345.789 0,755 Valid Item11 112.5000 344.741 0,674 Valid Item12 112.3000 345.183 0,752 Valid Item13 112.2667 344.340 0,691 Valid
Item14 112.3333 351.126 0,602 Valid
Item15 112.2333 353.978 0,521 Valid
Item16 112.2333 348.737 0,675 Valid
Item17 112.1333 343.499 0,772 Valid
Item18 112.2333 345.978 0,659 Valid
Item19 112.4000 343.352 0,756 Valid Item20 112.4667 339.154 0,761 Valid Item21 112.4667 340.326 0,729 Valid
Item22 112.7333 338.823 0,774 Valid
Item23 112.4667 342.809 0,636 Valid
Item24 112.5667 336.047 0,821 Valid
Item25 112.5667 339.082 0,738 Valid
Item26 112.7000 339.803 0,812 Valid
Item27 112.6333 339.551 0,739 Valid Item28 112.7667 344.047 0,651 Valid Item29 112.6333 348.102 0,571 Valid Item30 112.5667 350.254 0,494 Valid
63
Dari output diatas dapat dilihat bahwa 30 butir pernyataan
dinyatakan valid karena rhitung > rtabel.
2) Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen minat belajar
siswa yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach.
Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah
butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga
tidak diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.
Penghitungan reliabilitas instrumen variabel konsep diri sebanyak
30 butir pernyataan menghasilkan rii = 0,965
Tabel 3.7
Reliability Instrumen Konsep Diri
Dari hasil di atas, ternyata (0,965 > 0,7) maka disimpulkan
instrumen konsep diri (X1) reliabel
3. Minat Belajar Siswa (X2)
a. Definisi Konseptual
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.965 30
64
Berdasarkan paparan tentang minat belajar siswa pada bab II
dapat disimpulkan secara konseptual minat belajar siswa adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
Kurangnya minat belajar adalah salah satu akar penyebab
kurangnya kemauan siswa untuk mempelajari materi yang diterima
secara berkesinambungan. Orang-orang dengan minat belajar yang
rendah cenderung lemah, tidak berdaya, gagal dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Oleh karena itu, mereka yang minat belajarnya
yang rendah menjadi ancaman bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
karena anak itu memiliki minat belajar yang kurang untuk berlaku
sebaliknya.
b. Definisi Operasional
Minat belajar siswa dalam penelitian ini, merupakan
perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh
dari responden mengenai minat belajar siswa. Minat belajar siswa
dalam penelitian ini meliputi:
1) sosialisai dengan teman; 2) sopan santun; 3) memahami perasan
orang lain; 4) belajar mempercayai; 5) bekerjasama dengan teman-
teman; 6) belajar menyelesaikan masalah; 7) mengungkapkan rasa
kasih sayang.
Fokus yang dinilai dalam indikator kecerdasan interpersonal
sebagaimana disebutkan di atas adalah:
65
1) Sosialisasi dengan teman, difokuskan untuk mengetahui seberapa
kondusif sosialisasi dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor
yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor
yang didapat, semakin kurang minat belajar.
2) Sopan santun, difokuskan untuk mengetahui seberapa kondusif
sopan santun dengan teman dan guru di sekolah. Semakin tinggi
skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah
skor yang didapat, semakin kurang minat belajar.
3) Memahami perasaan orang lain, difokuskan untuk mengetahui
seberapa kondusif dalam memahami perasaan orang lain dengan
teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat
minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang
minat belajar.
4) Belajar mempercayai, difokuskan untuk mengetahui seberapa
kondusif dalam belajar mempercayai dengan teman di sekolah.
Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar.
Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar.
5) Bekerjasama dengan teman, difokuskan untuk mengetahui
seberapa kondusif bekerjasama dengan teman di sekolah. Semakin
tinggi skor yang didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin
rendah skor yang didapat, semakin kurang minat belajar.
6) Belajar menyelesaikan masalah, difokuskan untuk mengetahui
seberapa kondusif dalam belajar menyelesaikan masalah dengan
teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin kuat
66
minat belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin kurang
minat belajar.
7) Mengungkapkan rasa kasih sayang, difokuskan untuk
mengetahui seberapa kondusif dalam mengungkapkan rasa kasih
sayang dengan teman di sekolah. Semakin tinggi skor yang
didapat, semakin kuat minat belajar. Semakin rendah skor yang
didapat, semakin kurang minat belajar.
c. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun
berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang
telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap minat belajar diukur
menggunakan skala Likert, dengan kemungkinan jawaban dibagi
menjadi 5 rentangan. Masing-masing rentangan mempunyai
pengertian selalu, sering, kadang-kadang, sangat jarang dan tidak
pernah. Berikut ini kisi-kisi instrumen minat belajar:
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar
No Indikator Minat Belajar Nomor Butir Jumlah Positif (+) Negatif (-) 1 Sosialisasi dengan teman 4, 15 16, 17 4 2 Sopan santun 8, 9, 20 23 4 3 Memahami perasaan orang lain 5, 6, 7 11 4 4 Belajar mempercayai 1, 2, 3 24, 25 5 5 Bekerjasama dengan teman 10, 14 18 3 6 Belajar menyelesaikan
masalah 22, 26, 27, 28 29, 30 6
7 Mengungkapkan rasa kasih sayang
12, 13, 19 21 4
Jumlah 20 10 30
67
d. Kalibrasi Instrumen Minat Belajar
Instrumen Minat Belajar (X2) dikembangkan dalam bentuk
penyataan. Apabila pernyataan tersebut bersifat positif maka
penilaiannya adalah sebagai berikut:
Selalu diberi bobot 5
Sering diberi bobot 4
Kadang-kadang diberi bobot 3
Sangat jarang diberi bobot 2
Tidak pernah diberi bobot 1
Apabila penyataan tersebut bersifat negatif, maka penilaiannya
adalah sebagai berikut:
Tidak pernah diberi bobot 5
Sangat jarang diberi bobot 4
Kadang-kadang diberi bobot 3
Sering diberi bobot 2
Selalu diberi bobot 1
1) Validitas Butir
Instrumen minat belajar berupa pernyataan terdiri dari 30
butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoritik antara 30
sampai dengan 150. Valitidas butir instrumen ditentukan dengan
membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan harga
kritis r Pearson’s Product Moment pada N = 30. Jika r hitung > r
68
tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan
digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r
tabel, maka butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak
digunakan dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r tabel
Pearson’s Product Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan
α = 0,05. Uji validitas instrumen minat belajar dilakukan dengan
bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas
instrumen minat belajar diketahui dari 30 butir pernyataan semua
butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari
0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat
pengambil data penelitian sebanyak 30 butir pernyataan. Dengan
demikian, rentang skor teoretik antara 30 sampai dengan 150.
Tabel 3.9 Validitas Butir Minat Belajar
Item-Total Statistics
Item Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Item1 111.8333 320.144 0,491 Valid Item2 111.6000 319.490 0,436 Valid Item3 111.4000 317.352 0,462 Valid
Item4 111.4667 312.189 0,614 Valid Item5 111.4333 312.254 0,601 Valid
Item6 111.6000 305.628 0,735 Valid Item7 111.6333 307.964 0,684 Valid
Item8 111.5667 310.806 0,701 Valid
Item9 111.6000 310.248 0,677 Valid
69
Item-Total Statistics Item
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
Item10 111.5667 305.013 0,790 Valid
Item11 111.5333 311.430 0,637 Valid
Item12 111.6000 311.145 0,677 Valid
Item13 111.7333 313.513 0,651 Valid
Item14 111.8000 315.062 0,616 Valid Item15 111.8333 311.040 0,790 Valid
Item16 111.8333 310.902 0,717 Valid Item17 111.8667 312.947 0,715 Valid
Item18 111.9000 313.955 0,715 Valid
Item19 111.8333 310.144 0,780 Valid Item20 111.8667 307.913 0,812 Valid
Item21 111.8667 308.257 0,800 Valid
Item22 111.6000 310.938 0,656 Valid
Item23 111.5333 312.257 0,668 Valid
Item24 111.4333 314.323 0,616 Valid Item25 111.5333 313.637 0,623 Valid
Item26 111.5000 318.190 0,486 Valid
Item27 111.6333 312.240 0,730 Valid Item28 111.6333 315.413 0,586 Valid
Item29 111.6000 315.972 0,611 Valid Item30 111.6667 317.195 0,544 Valid
2) Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen minat belajar
yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Penghitungan
koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah butir yang tidak
valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga tidak
70
diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan bantuan program SPSS 17. Penghitungan
reliabilitas instrumen variabel kecerdasan interpersonal sebanyak
30 butir pernyataan menghasilkan rii = 0,960
Tabel 3.10 Reliabilitas Instrumen Minat Belajar
Dari hasil di atas, ternyata (0,960 > 0,7) maka disimpulkan
instrumen minat belajar (X2) reliabel
F. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Data
Teknik analisis deskriptif adalah suatu metode-metode yang
berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga
memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif merupakan suatu
analisis yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan
tidak sama sekali menarik kesimpulan (inferensial) apapun tentang gugus
data induknya yang lebih besar.
Menurut Supardi (2012:31), Statistik deskriptif adalah statistik
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan suatu gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.960 30
71
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku umum.
Teknik analisis deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
menggambarkan obyek penelitian secara sistematis dan akurat apa adanya
tanpa melakukan manipulasi terhadap fakta yang ada, hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Yatim Riyanto bahwa penelitian deskriptif adalah:
“Penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.”
Data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan, dianalisis
dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui harga
skor minimum, jangkauan (range), mean, median, modus, standar deviasi
dan varian dari masing-masing variabel. Selanjutnya hasil perhitungan
tersebut dideskriptifkan dalam daftar frekuensi masing-masing variabel
yang kemudian divisualkan dalam bentuk histogram. Sedangkan analisis
statistik inferensial dibutuhkan untuk pengujian hipotesis dan generalisasi
penelitian.
Demikaian juga menurut Supardi (2012:31), menyatakan bahwa
dalam statistika deskriptif dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan
tabel biasa, tabel kontigensi maupun distribusi frekuensi, grafik garis
maupun batang,penjelasan kelompok melalui ukuran letak berupa nilai
modus, median, mean, dan variasi kelompok melalui rentang, variansi dan
simpangan baku.
72
2. Analisis Regresi Ganda
Model Analisis Regresi adalah salah satu model kausal yang
menganalisis suatu fenomena adanya hubungan kausal minimal antar dua
variable X dan Y, dimana X memberikan pengaruh kepada Y melalui
persamaan Y=a + b.X + e. Hal ini dapat juga dikaji dari berbagai definisi atau
pengertian yang ditulis oleh berbagai makalah dan rujukan sebagai berikut.
Regression is used to relate several explanatory variables (X's) to a response variable (Y) Statistical tool used in predicting future values of a target (dependent) variable on the basis of the behavior of a set of explanatory factors (independent variables). A type of regression analysis model, it assumes that the target variable is not chaotic or random and, hence, predictable. Statistical model that relates the dependent variable (sales, for example) to one or more independent variables (advertising and income, for example).
Regresi merupakan hubungan kausal beberapa variabel independen
(X’s) yang menjelaskan ke satu variabel dependen (Y). Bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan bahwa hubungan pengaruh beberapa variabel independen
(X’s) terhadap satu variabel independen (Y). Model regresai dapat
dipergumakan untuk prediksi kedepan misalnya hasil penjualan sebagai Y
dapat diprediksi kedepan bedasarkan biaya iklan (X1) dan pendapatan (X2)
masyarakat.
Analisis regresi yang mempunyai dua independen variable atau lebih
disebut analisis regresi ganda. Kerangka analisis ini biasanya dituliskan
sebagai berikut Y = b₀ + b₁X₁ + b₂X₂ + . . . + bkXk + Ɛ. Berbagai asumsi
biasanya diikutsertakan dalam analisis regresi ini, bahkan acapkali di
73
pergunakan sebagai persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan ini banyak
silang pendapat, diantaranya sebagaimana diuraikan dibawah ini.
Asumsi yang diajukan oleh Gorard yang dikutip oleh Cohen2007 dkk
mencakup butir butir sebagai berikut.
1) Semua data berasal dari sampel yang dipilih secara random; 2) Paling tidak variabel independen merupakan angka riil; 3) Tak ada outlier; 4) Semua variabel diukur dengan benar tanpa ada kesalahan; 5) Ada hubungan linear antara variabel dependen dengan variabel-
variabel inde[endennya; 6) Variabel dependen mengikuti distribusi normal, atau minimal
terpenuhi asumsi berkut; 7) Galat mengikuti distribusi normal; 8) Varians setiap variabel konsisten vs variabel lainnya, atau minimal
terpenuhi asumsi berikut; 9) Galat dari variabel dependen terkait dengan setiap variabel
independen mempunyai varians yang konstan; 10) Galat tidak berkorelasi dengan variabel variabel independen nya; 11) Galat mempunyai rata rata nol dan berkorelasi secara linear
dengan variabel dependennya; 12) Tak ada sutupun variabel independen kolinear dengan variabel-
variabel independen lainnya; 13) Korelasi antar galat sama dengan nol.
Selanjutnya dari 13 butir asumsi di atas, kemudian dipadatkan menjadi
tujuh butir berikut ini sebagaimana pada Cohen dkk.
1) Data berasal dari sampel yang dipilih secara random; 2) Data mempunyai skala interval atau rasio; 3) Tak ada outlier; 4) Hubungan linear antara variabel dependen dengan variabel-variabel
independen; 5) Variabel dependen mengikuti distribusi normal, atau minimal asumsi
berikut terpenuhi; 6) Galat mengikuti distribusi normal; dan 7) Tak ada kolinearitas.
74
Lebih lanjut Gujarati dalam karangan bukunya yang berjudul
Essentials of Econometrics menyebutkan bahwa persyaratan dalamregresi
ganda adalah (1) semua variabel independen non stochastik (2). Rata rata galat
sama dengan nol dg variance konstan, dan mengikuti distribusi normal yang
dapat dituliskan sebagai berikut ei≈N(µ¸σ²) (3).Homoscedasticity (4).No exact
multicollinearity. Hal serupa Intrilgator. M. D. dalam bukunya yang berjudul
Econometric Models, Techniques, and Applications. Menuliskan bahwa
asumsi atau persyaratan dalam regresi ganda (1).multikolinearitas, (2).heteros-
cedastisiti, (3). Galat atau e mengikuti ditribusi normal dengan rata rata nol
dan simpangan baku sigma (σ).
Dalam penelitian ini akan dilakukan uji persyaratan sebagai
pemenuhan asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi ganda pada hal
yang sangat penting secara praktis sebagaimana diutarakan pada ringkasan
Cohen, Gujarati dan Intriligator. Uji persyaratan yang dimaksud adalah uji
(1). normalitas galat, (2) uji persyaratan multikolineariti, (3) uji persyaratan
heteroskedastisiti.
Jadi penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Variabel
dependen adalah prestasi belajar matematika (Y), dan variabel independen ada
dua ialah konsep diri (X1) dan minat belajat (X2). Sebelum analisis regresi
diaplikasikan, uji persyaratan dilakukan terlebih dahulu. Uji tersebut
mencakup:
(i) uji homogenitas varian atau tak ada heteroskedastisitas, (ii) uji multikolineariti antar variabel independen, (iii) uji normalitas galat taksiran regresi e≈N(µ,σ),
75
Uji homoskedastisitas atau data tidak menggerombol-gerombol dengan
metode pola grafik. Dalam pola grafik, disajikan grafik Z-resid sebagai sumbu
Y dan Z-Pred sebagai sumbu X. Data homoskedastis jika grafik menunjukkan
tak ada pola yang sistimatis. Uji multikolineariti dengan uji tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kolinieritas tidak ada jika nilai Variance
Inflation Factor (VIF) > 10 , atau TOL < 0,1. Hal ini berarti dilai
Beberapa indikator adanya multikolinearitas ntr variabel independen
dalam suatu model regresi ganda dpat dilihat pada butr butr berikut, yng
disarikan dari berbagai buku ekonometri pada dtr pustkan tesis ini. Datar
indikator ini adalah sebagai berikut.
1. Large changes in the estimated regression coefficients when a predictor variable is added or deleted
2. Insignificant regression coefficients for the affected variables in the multiple regression, but a rejection of the joint hypothesis that those coefficients are all zero (using an F-test)
3. Some authors have suggested a formal detection-tolerance or the Condition Number Test: The standard measure of ill-conditioning in a matrix is the condition index. It will indicate that the inversion of the matrix is numerically unstable with finite-precision numbers ( standard computer floats and doubles ). This indicates the potential sensitivity of the computed inverse to small changes in the original matrix. The Condition Number is computed by finding the square root of (the maximum eigenvalue divided by the minimum eigenvalue). If the Condition Number is above 30, the regression is said to have significant multicollinearity.
4. Farrar-Glauber Test:[2] If the variables are found to be orthogonal, there is no multicollinearity; if the variables are not orthogonal, then multicollinearity is present.
76
5. Construction of a pair-wise correlation matrix will yield indications as to the likelihood that any given couplet of right-hand-side variables are multi-collinear. Correlation values .4 and higher can indicate a multicollinierity issue, but sometimes variables may be correlated as high as .8 without causing such issues.
Allison membuat kriteria praktis yang biasa disebut rule of thumb yang
dituliskan bahwa VIF lebih besar dari 10 dengan Tol kurang daro 0,10
merupakan acuan sempurna atau acuan ideal. Tetapi aturan rule of thumb
yang diajukan oleh Allison bahwa VIF lebih besar dari 2,5 dan Tol kurang
dari 0,40 dapat digunakan secarap raktis. Penelitian ini menggunakan criteria
yang dajukan oleh Allison (2003) tersebut.
77
BAB IV
HASIL ANALISIS
A. Diskripsi Data
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang responden yang digunakan
untuk mengukur tiga variabel, yaitu konsep diri (X1) dan minat belajar (X2)
sebagai variabel bebas, serta prestasi belajar Matematika materi semester
ganjil kelas VIII (Y) sebagai variabel terikat, dengan kompilasi data dapat
dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini. Deskripsi data dari tiap-tiap variabel
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Deskripsi Statstik Variabel Konsep Diri, Minat Belajar, dan Hasil Belajar
Statistics X1 X2 Y N Valid 30 30 30 Mean 117.13 114.17 19.03 Median 120.00 115.00 19.00 Mode 102a 110a 19 Std. Deviation 18.20 16.97 4.63 KV 15.54 14.87 24.35 Skewness -.490 .097 .289 Kurtosis .160 -.190 .156 Range 80 70 20 Minimum 70 80 10 Maximum 150 150 30
X1 Konsep Diri X2 Minat Belajar Y Belajar Matematika
78
Berdasarkan data statistik pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketiga
variable penelitian X1 adalah konsep diri , X2 adalah minat belajar siswa, dan
Y adalah hasil belajarmata pelajaran maematika. Penelitian ini memilih
sampel dari dua sekolah sebanyak n = 30 siswa. Kemudian berdasarkan
jumlah skor masing masing jawaban dari tiga variable tersebut menunjukkan
angka angka statistik yang dapat di narasikan sebagai berikut. Ketiga variabel
secara berurutan dari variable konsep diri (X1), variable minat belajar (X2),
dan variable prestasi belajar matematika (Y) mempunyai jumlah skor jawaban
minimum 70, 80, dan 10. Selanjutnya secara berurutan pula mempunya
jumlah skor jawaban maximum 150, 150, dan 30. Sehingga masing masing
mempunyai nilai beda maksimum dan minimum atau biasa disebut range atau
jangkauan secara berurutan adalah 80, 70, dan 20.
Ketiga variabel ini secara berurutan pula mempunyai nilai rata rata
sebesar 117,13 untuk konsep diri (X1), 114,17 untuk minat belajar (X2), dn
19,03 untuk prestasi belajar matematika (Y). Kemudian secara berurutan
pula mempunyai nilai median, yang merupakan nilai tengah setelah data
diurutkan, ialah 120 untuk variabel konsep diri, 115 untk variabel minat
belajar, dan 19 untuk vriabel prestasi belajar matematika. Angka ini
menunjukkan bahwa 50 persen siswa mempunyai jawaban kurang dari nilai
79
median tersebut, untuk masing masing variabel yang bersangkutan. Menurut
statistik modus, menunjukkan bahwa mayoritas siswa mempunyai jumlah
skore jawaban pada konsep diri sebesar 102, kemudian mayoritas jawaban
siswa pada minat belajar sama dengan 110, dan mayoritas nilai prestasi belajar
matematika sebesar 19.
Menurut ukuran dispersi dengan ukuran standar deviasi menunjukkan
bahwa secara berurutan variabel konsep diri mempunyai standar deviasi
sebesar 18,20 , variabel konsep diri mempunyai standar deviasi 16,97 , dan
variabel pertasi belajar mempunyai standar deviasi sebesar 4,63. Selanjutnya
untuk membanding variabel mana yang lebih heterogen dengan menggunakan
angka statistic koefisien variasi ialah dihitung berdasarkan rasio antara standar
deviasi dengan rata ratanya, kemudian dikalikan 100 persen. Dari ketiga
variabel penelitin ini menunjukkan bahwa variabel prestasi belajar matematika
paling heterogen dengan koefisien variasi sebesar 24,35 persen, dibanding
dengan variabel konsep diri yang mempunyai koefies variasi sebesar 15,54
persen, reatif hampir sama dengan heterogenitas variabel minat belajar
matematika dengan angka koefisien variasi sebesar 14,87 persen.
Kemudian jika dilihat dari distribusi menunjukkanbahwa variabel
konsep diri mempunyai distribusi menceng kekiri, yang ditandai dengan
angka statistik skewness masing masing negative ialah -0.49 dan -0,709.
Variabel minat belajat dan variabel prestasi belajar cenderung menceng
kekanan dengan nilai skewness positive, masing masing adalah 0,097 dan
0,389. Jika dilihat keruncingannya atau kurtosisnya, menunjukkan bahwa
variabel konsep diri cenderung meruncing, ditandai nila kurtosisnya positive
80
ialah 0,160. Variabel minat belajar menunjukkan pola distribusi yang
mendatar, hal ini ditandai nilai kurtosis negative, ialah sama dengan -0,190.
Sedangkan variabel prestasi belajar matematikan mempunyai pola yang
meruncing, ditandai dengan nilai kurtosis positive, ialah sama dengan 0,156.
B. Uji Persayaratan Analisis Regresi
Persamaan regresi ganda diselaraskan pada data yang ada dengan
menggunakan program SPSS menghasilkan berbagai table. Table-tabel
tersebut terdiri dari tabel pokok maupun tabel penunjang. Tabel pokok terdiri
dari tiga table, ialah (i).Table Summary yang berisi R dan R2 (ii).Table
ANOVA untuk menguji pengaruh variabel variabel independen terhadap
variabel dependennya. Juga untuk menguji tuna cocok, dan menguji
signifikansi R dan R2 (iii).Tabel koefisien regresi ganda yang terdiri dari
koefisien regresi unstandardized maupun standardized, standar error, nilai uji
t, dan nilai Sig.
Adapun table penunjang yang dapat dipergunakan untuk pengujian
asumsi maupun persyaratan dalam analisis regresi ganda. Selanjutnya table
penunjang atau option yang terpenting adalah (i).tabel descriptive statistics,
(ii). tolerance, dan VIF, (iii).tes multikoleniariti, (iv).uji normalitas galat.
1. Uji Multikolineariti.
Variabel independen yang terdiri dari variable pengetahuan,
variable gaya hidup, dan variable motivasi pada analisis regresi
disyaratkan tidak ada multikolinearitas. Berdasarkan criteria statistik
81
tolerance yang menyatakan bahwa variabel bebas dinyatakan tidak
multikolinieritas apabila nilai TOL lebih kecil dari 0,1. Hal yang sama
juga dikatakan bahwa kolinieritas tidak ada jika nilai VIF lebih besar
dari 10. Bahkan dengan criteria Allison (2003) hanya disyaratkan VIF
> 2,5 dan TOL < 0,40. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kedua
variabel independen ternyata tidak terdapat multikolinier, karena
tolerance maupun VIF relative memenuhi kriteria diatas. Jadi kedua
variabel konsep diri dan vaeriabel minat belajar tidak ada
multikolinear. Sehingga analisis regresi dapat dipergunakan dalam
peneltian ini.
Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas TOL dan VIF
Variablet
Independen Collinearity Statistics
Tolerance VIF X1 0.11 9.05 X2 0.11 9.05
2. Uji heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi heteroskedastisiti dengan cara Pola Grafik
dengan menggambarkan diagram pencar antara galat yang
distandardkan (Z-RESID) sebagai sumbu Y dengan nilai prediksinya
atau Y topi yang distandarkan (Y-Pred) sebagai sumbu X. Gambar
menunjukkan tak ada pola yang sistematis, dari nilay Z-RESID
berapapun nilai Z_PRED. Berdasarkan analisis ini menunjukkan
82
bahwa data adalah homoskedastis. Sehingga aplikasi analisis regresi
ganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pola heteroskedastisitas
dalam aplikasi ini, sehingga asumsi data homogen dapat dipenuhi.
Gambar 4.1 Diagram Pencar Z-Resid (Y) dan Z-Pred (X )
3. Uji Normalitas Galat
Uji normalitas galat dapat dilihat dari Tabel 4.3 tang
menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa galat
mengikuti distribusi normal ternyata dapat diterima. Nilai tes statistik
Kolmogirov-Smirnov sama dengan KS=0,622 dan nilai Sig. (P-
Value)=0,833 > 0,05 yang berarti Ho diterima. Hal yang sama dapat
juga secara visual dapat dilihat pada Gambar 4.3 yang menunjukkan
bahwa gambar histogram data galat selaras dengan garis kurva
83
normalnya lihat Gambar 4.2 dan juga pada gambar P-P plot dimana
titik titik data mengikuti garis diagonalnya lihat pada Gambar 4.3 .
Tabel 4.3 Uji Normalitas Galat
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted
Value N 30 Normal Parametersa,b Mean
19.03 Std. Deviation
4.45 Most Extreme Differences
Absolute .114 Positive .067 Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z .622 Asymp. Sig. (2-tailed) .833 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Gambar 4.2 Histogram dan Kurva Normal Galat
84
Gambar 4.3 P-P Plot Kumulatif Galat.
Jadi galat normal regresi ganda mengikuti distribusi normal
dengan rata-rata 0 dan standar deviasi 1,31 atau dapat dituliskan
bahwa galat mengikuti distribusi N(0, 1,31). Selanjutnya galat yang
distandardkan mempunyai rata rata sama dengan nol dan standar
deviasinya sama dengan satu. Oleh karenanya analisis berikutnya
dapat dilanjutkan. Analisis berikutnya adalah pengujian hipotesis
penelitian yang mencakup tiga hipotesis.
Tabel 4. 4 Rata rata dan Standar Deviasi Galat
Statistics Unstandardized
Residual Standardized
Residual n 30 30 Mean 0.00 0.00 Std. Deviation
1.31 1,00
85
C. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan seperti ketentuan yang tertulis pada
akhir Bab III. Hasil perhitungan dan pengujian bisa dilihat pada Tabel 4.4,
Tabel 4.5, dan Tabel 4.6.
Tabel 4.5 Model Summary: R, dan R Squared (Koefisien Penentu)
Model Summary Mode
l R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .959a .920 .914 1.359 a. Predictors: (Constant), X2, X1
Tabel 4.6 Analysis of Variance Signifikansi Pengaruh Variabel Independen
secara bersama sama terhadap Variabel Dependen Y ANOVAa
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Regression 573.079 2 286.540 155.080 .000b Residual 49.888 27 1.848
Total 622.967 29
a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1
Tabel 4.7 Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi secara Parsial
Variabel Independen
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -10.690 1.717 -6.225 .000 X1 .116 .042 .454 2.770 .010 X2 .142 .045 .519 3.171 .004
a. Dependent Variable: Y
86
1. Pengaruh Konsep Diri (X1), dan Minat Belajar (X2) secara bersama-
sama terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y) Hipotesis pengaruh ini adalah :
H0 : βy1 = βy2 = 0
H1 : βy1 ≠ 0 dan βy2 ≠ 0 dan ;
artinya :
H0: tidak terdapat pengaruh Konsep Diri (X1), dan Minat Belajar (X2) secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y)
H1: terdapat pengaruh Konsep Diri (X1), dan Minat Belajar (X2)
secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y)
Berdasarkan angka angka statistic pada Tabel 4.5 menunjukkan
bahwa nilai Fo = 155,08 dan Sig. =0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa Ho tidak dapat diterima, berarti H1 diterima. Artinya hipotesis
penelitian dapat diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan
konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar
matematika .
2. Pengaruh Konsep Diri (X1) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y)
Hipotesis pengaruh ini adalah :
H0 : βy1 = 0 H1 : βy1 ≠ 0 ;
artinya :
H0 : tidak terdapat pengaruh Konsep Diri (X1) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y).
H1 : terdapat pengaruh Konsep Diri (X1) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y).
87
Berdasarkan angka angka statistic pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa
nilai to = 2,770 dan Sig. =0,010 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho tidak
dapat diterima, berarti H1 diterima. Artinya hipotesis penelitian dapat
diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap
hasil belajar matematika .
3. Pengaruh Minat Belajar (X2) terhadap Prestasi Belajar Matematika (Y)
Hipotesis pengaruh ini adalah :
H0 : βy2 = 0 H1 : βy2 ≠ 0 ;
artinya :
H0 : tidak terdapat pengaruh Minat Belajar (X2) terhadap Prestasi
Belajar Matematika (Y) H1 : terdapat pengaruh Minat Belajar (X2) terhadap Prestasi
Belajar Matematika (Y)
Berdasarkan angka angka statistic pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa
nilai to = 3,171 dan Sig. =0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho tidak
dapat diterima, berarti H1 diterima. Artinya hipotesis penelitian dapat
diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap
hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=2,581 dan
Sig.=0,012 < 0,05
88
D. Diskusi Hasil
1. Hipotesis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh konsep diri dan
minat belajar baik secara parsial/ individu mauun secara bersama sama
terhadap prestasi belajar matematka. Jika dilihat dari nilat to statistic
menunjukkan bahwa variabel konsep diri dengan nilai to = 2,770 dan Sig.
=0,010 < 0,05 sedangkan variabel minat belajar mempunyai to = 3,171 dan
Sig. =0,004 < 0,05. to = 3,171 dan Sig. =0,004 < 0,05. Ini menunjukkan
bahwa variabel minat belajar mempunyai nilai to lebih besar dibandingkan
dengan nilai to konsep diri. Atau sebailknya variabel minat belajar
mempunyai nilai Sig. lebih kecil dibandingkan dengan nilai Sig. konsep diri.
Maka mempunyi makna bahwa variabel minat belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar matematik lebih signifikan dibandingkan pengaruh variabel
konsep diri terhadap restasi belajar matematika.
2. Persamaan Regresi
Selanjutnya jika dikaji lebih lanjut berdasarkan koefisien partial
correlation (korelasi parsial) yang menunjukkan bahwa korelasi antara
dependen dengan salah satu variabel independen setelah dihilangkan pengaruh
korelasi variabel independen lainnya. Atau korelasi antara variabel dependen
dengan salah satu variabel independen, setelah pengaruh hubungan linear
variabel-variabel
Selanjutnya persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut.
89
i). Ŷ = -10,69 + 0.116 X1 + 0,142 X2
ii). Ŷ* = 0,454 X*1 + 0,519 X*
2 ;
dimana
x
*
y
*
SXXXdan
SYYY −
=−
=
Persamaan yang pertama i). adalah persamaa dari data mentah, atau
data X1, X2, dan Y dari sata lapangan. Adapun persamaan yang kedua ii)
adalah persamaan dimana semua variabel sudah ditransformasi ke data
standar, ialah masing masing data disetiap variabel dikurangi rata ratanya dan
kemudian dibagi dengan standar deviasinya.
Berdasarkan persamaan pertama dapat dinarasikan sebagai berikut.
Setiap kenaikan satu unit total skore konsep diri (X1) akan berpengaruh kepda
kenaikan prestasi belajar (Y) sebesar 0.116 unit total skore prestasi, ceteris
paribus. Artinya variabel minat belajar (X2) tetap tidak berubah. Hal yang
sama juga, setiap kenaikan satu unit total skore minat belajar (X2) akan
berpengaruh kepada kenaikan prestasi belajar (Y) sebesar 0.142 unit total
skore prestasi, ceteris paribus. Artinya variabel konsep diri (X1) tetap tidak
berubah. Disini tidak dapat secara langsung dinyatakan bahwa pengaruh
minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh konsep diri,
walaupun nilai B variabel X2 lebih besar dibandingkan dengan nilai B pada
variabel X1.
90
Berdasarkn persamaan kedua dapat dinarasikan sebagai berikut.
Setiap kenaikan satu unit total skore yang sudah distandarkan konsep diri (X1)
akan berpengaruh kepada kenaikan prestasi belajar yang distandarkan (Y)
sebesar 0.454 unit total skore prestasi yang distandarkan, ceteris paribus.
Artinya variabel minat belajar yang distandarkan (X2) tetap tidak berubah.
Hal yang sama juga, setiap kenaikan satu unit total skore minat belajar yang
distandarkan (X2) akan berpengaruh kepada kenaikan prestasi belajar yang
distandarkan (Y) sebesar 0.519 unit total skore prestasi yang distandarkan,
ceteris paribus. Artinya variabel konsep diri yang distandarkan (X1) tetap
tidak berubah. Disini dapat secara langsung dinyatakan bahwa pengaruh
minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh konsep diri. Hal in
dapat dibuktikan bahwa nilai Beta variabel X2 yang distandarkan lebih besar
dibandingkan dengan nilai Beta pada variabel X1 yang distandarkan. Ialah
Beta=0,519 lebih besar dbandingan nila Beta =0,454.
Dari ahasan 1. dan 2. diatas menunjukkan bahwa variabel minat
belajar lebih signifikanpengaruhnya terhadap prestasi belajar, dibandingkan
dengan variabel konsep diri (hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai to minat
belajar lebih besar dibandingkan dengan to konsep diri, atau Sig. minat
belajar alebih kecil dibandingkan dengan tonkonsep diri). Kemudian variabel
minat belajar juga pengaruhnya lebih besar dibandingkan variabel konsep diri
hal ini data dilihat bahwa nilai Beta variabel minat belajar lebih besar
dibandingkan dengan nilai beta konsep diri.
91
3. Korelasi dan Koefisien Determinasi
3.1 Koefisien Korelasi
Selanjutnya jika dikaji lebih lanjut berdasarkan koefisien partial
correlation (korelasi parsial) yang menunjukkan bahwa korelasi antara
dependen dengan salah satu variabel independen setelah dihilangkan pengaruh
korelasi variabel independen lainnya. Atau korelasi antara variabel dependen
dengan salah satu variabel independen, setelah pengaruh hubungan linear
variabel-variabel independen lainnya telah dihilangkan dari keduanya.
Selanjutnya part correlation, juga dihitung untuk menunjukkan bahwa korelasi
antara variabel dependen dengan salah satu variabel independen, setelah
pengaruh hubungan linear variabel-variabel independen lainnya telah
dihilangkan dari variabel independen tersebut. Part correlation juga disebut
semipartial correlation.
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa korelasi antara konsep diri
(X1) dengan prestasi belajar matematika (Y) sama dengan 0,943 yang
menunjukkan tingkat korelasi sangat kuat. Selanjutnya jika dilihat dari
koefisien korelasi parsial menunjukkan angka yang lebih kecil ialah sama
dengan 0,470. Angka ini adalah angka koefisen korelasi setelah pengaruh
variabel minat belajar (X2) dihilangkan dari hubungan linear antara variabel
prestasi belajar matematika (Y) dan variabel konsep diri (X1). Angka ini
menunjukkan angka koefisien korelasi yang sebenarnya dalam keterkaitan
hubungan antara variabel dependen prestasi belajar matematika (Y) dengan
variabel variabel independen konsep diri (X1) dan minat beljar (X2).
92
Selanjutnya jika part correlation antara variabel konsep diri (X1) dengan
prestasi belajar matematika (Y) sama dengan 0,151, setelah pengaruh variabel
minat belajar (X2) dihilangkan dari variabel konsep diri (X1) tersebut.
Tabel 4.8 Krelasi: Zero Order dan Parsial
Variabel
independen
Correlations Zero-order Partial Part
X1 .943 .470 .151 X2 .947 .521 .173
Berdasarkan tabel diatas juga menunjukkan bahwa korelasi antara
minat belajar (X2) dengan prestasi belajar matematika (Y) sama dengan
0,947 yang menunjukkan tingkat korelasi sangat kuat. Selanjutnya jika dilihat
dari koefisien korelasi parsial menunjukkan angka yang lebih kecil ialah sama
dengan 0,521. Angka ini adalah angka koefisen korelasi setelah pengaruh
variabel konsep diri (X1) dihilangkan dari hubungan linear antara variabel
prestasi belajar matematika (Y) dan variabel minat belajar (X2). Angka ini
menunjukkan angka koefisien korelasi yang sebenarnya dalam keterkaitan
hubungan antara variabel dependen prestasi belajar matematika (Y) dengan
variabel variabel independen konsep diri (X1) dan minat beljar (X2).
Selanjutnya jika part correlation antara variabel minat belajar (X2) dengan
prestasi belajar matematika (Y) sama dengan 0,173, setelah pengaruh variabel
konsep diri (X1) dihilangkan dari variabel minat belajar (X2) tersebut.
Jadi berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa memang kedua
variabel independen tersebut berpengaruh semuanya secara signifikan.
93
Kemudian secara konsisten dengan analisis regresi menunjukkan pula bahwa
secara berurutan dari yang paling besar adalah variabel minat belajar (X2),
kemudian variabel konsep diri (X1). Hal ini dapat dilihat angka statistik
partial correlation maupun part correlation nya, bahwa variabel mint belajar
(X2) mempunyai ngka angka yng lebih besar dibandingkan vaeiabel konsep
diri (X1).
3.2 Koefisien Determiasi (Sumbangan)
Variabel konsep diri (X1) dan variabel minat belajar (X2) dapat
menentukan atau dapat menjelaskan variabel prestasi belajar matematika
sebesar 92,0 persen (R2 =0.92). Koefisien penentu ini ternyata terdiri dari
sumbangan variabel konsep diri (X1) dan minat belajar (X2). Besarnya
sumbangan ini dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.
0.49 = 0.95 x 0.52 X Y korelasi.koef x BetaR
0.43 = 0.94 x 0.45 X Y korelasi.koef x BetaR
22X.Y
11X.Y
...
2
1
2121
==
==
+= XYXYXXY RRR
Penghitungan ini dapat disajikan pada Tabel 4.9 dibawah ini. Total
sumbangan mutlak adalah nilai koef. Penentu atau R2 (R Square) pada analisis
regresi ganda (lihat Tabel 4.5). Sumbangan mutlak variabel konsep diri (X1)
sama dengan koef. Beta nya dikalikan koef korelasi product moment antara
prestasi belajar matematika (Y) dan variabel konsep diri (X1). Begitu pula
sumbangan mutlak variabel minat belajar (X2) adalah sama dengan koef.
94
Beta nya dikalikan koef korelasi product moment antara prestasi belajar
matematika (Y) dan variabel minat belajar (X2).
Tabel 4.9 Koefisen Penentu Parsial dan Total
Variabel
independen
Kef Determnasi Sumbangan
Mutlak Sumbangan
Efektif X1 0,428 46,53 X2 0,492 53,47
Total 0,920 100,00
Hasil ini disajikan pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa secara
bersama sama variabel konsep diri (X1) dan variabel minat belajar (X2)
secara bersama sama dapa menentukan/ menjelaskan variable dependen
prstasi beajar (Y) sebesar 92 persen. Hal ini terdiri dari sumbangan variabel
konsep diri (X1) sebesar 43,80 peesen dan subangan dari variabel mint belajar
(X2) sebesar 49,2 persen. Tingkat efektifitas nya menunjukkan bahwa
variabel konsep diri (X1) dan variabel minat belajar (X2) tidak terlalu beda
jauh, ialah 46,53 dibandingkan 53,47 persen. Namun demikian variabel minat
belajar (X2) menentukan prestasi belajar matematika (Y), lebih besar
dibandingkan dengan variael konsep diri (X1).
95
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
1. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa
variabel konsep diri dan variabel minat baik secara individu
/parsial maupun secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar matematika.
2. Pengaruh variabel konsep diri lebih signifikan dibanding
pengaruh variabel minat terhadap hasil belajar matematika. Hal
ini dapat dibuktikan dengan nilai to konsep diri lebih besar
dibanding to minat. Atau nilai Sig variavel konsep diri lebih
kecil dari nilai Sig variabel minat.
2. Saran
1. Akademik : diharapkan hasil penelitian ini menambah hasanah
perpustakaan. Dan dapat menjadikan rujukan para peneliti lain.
2. Praktis : Pihak sekolah dapat memperhatikan dan
mempergunakan hasil penelitian ini. Kepada para guru dan
teman sejawat dapat mempergunakan hasil ini sebagai bahan
masukan dalam pembelajaran.
96
DAFTAR PUSTAKA
ALLISON, P. D. Logistic Regression Using the SAS System: Theory and Application. SAS Institute, North Carolina, USA, 2003. 288p.
Cohen. L., Manion. L., and Morrison. K. (2007). Research Methods in Education. New York: Routledge. 2007), p. 542.
Dhrymes, P.J. (1970). Econometrics: Statistical Foundation and Applications. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Goldberger, A.S. (1964). Econometric theory. New York : John Wiley & Sons. Inc.
Intrilegator, M.D. (1980). Econometric Models, Technics, and Application. New Delhi : Prentice-Hall.
Johnston, J. (1972). Econometric Method, 2d ed. New York: McGraw-Hill Book Company.
Maddala, G.S. (1977). Econometrics. New York: McGraw-Hill Book Company.
Malenvaud, E. (1976). Statistical Methods of Econometrics, 2d ed. Amstaredam: North-Holland Publishing Company.
Pindyck, R.S. and Rubinfeld, D.L. (1976) Econometric Models and Econometric Forecasts. New York: MacGraw-Hill Book Company.
97
LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrument Minat Belajar
Instrument Minat Belajar Pilihlah salah satu alternative jawaban yang tersedia dalam kuesioner berikut: Keterangan : SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang JR : Jarang TP : Tidak pernah
No Pernyataan Pilihan
SL SR KD JR TP
1 Lingkungan sekolah sangat mendukung terlaksananya pembelajaran berkualitas
2 Di sekolah, saya memiliki keinginan tinggi untuk belajar matematika
3 Saya selalu belajar kelompok dalam belajar matematika 4 Lingkungan sekolah kurang baik untuk belajar matematika 5 Teman akrab saya, tidak memiliki minat belajar 6 Setiap tugas sekolah saya kerjakan dengan cara mencontek
7 Lingkungan tempat tinggal saya sangat menghargai anak sekolah
8 Orang tua saya selalu mendukung terwujudnya kegiatan belajar yang baik
9 Setiap jam belajar suasana lingkungan saya terjaga dengan baik
10 Lingkungan rumah saya sangat berisik dan sulit untuk tempat belajar matematika
11 Teman sering mengganggu saat belajar matematika 12 Orang tua mendorong saya untuk belajar matemaika 13 Orang tua tidak peduli dengan nilai matematika saya 14 Orang tua mengharapkan saya berprestasi di sekolah 15 Orang tua tidak peduli dengan prestasi yang saya capai 16 Orang tua saya melangkapi setiap kebutuhan sekolah
17 Kondisi ekonomi keluarga membuat orang tua sulit memenuhi kebutuhan sekolah
18 Guru matematika memiliki perhatian terhadap siswa
19 Dalam kegiatan belajar matematika, saya kurang diperhatikan
20 Metode belajar disesuaikan dengan kemampuan siswa 21 Guru mengajar tanpa peduli dengan keinginan siswa 22 Guru matematika membantu siswa yang kesulitan belajar 23 Guru tidak pernah memahami kemampuan siswa
98
No Pernyataan Pilihan
SL SR KD JR TP 24 Sarana belajar di sekolah sangat lengkap 25 Sarana belajar di sekolah tidak mendukung kegiatan belajar
26 Keberadaan perpustakaan sekolah sangat membantu dalam belajar
27 Perpustakaan sekolah tidak memberimanfaat pada siswa
28 Perlengkapan belajar di sekolah minim dan tidak lagi sesuai dengan kebutuhan belajar
29 Perlengkapan belajar di sekolah mendapat perbaikan sesuai kebutuhan
30 Kondisifisik saya sangat siap dalam belajar
31 Sulit bagi sayauntuk belajar karena kesehatan yang tidak baik
32 Saya tidak dapat belajar dengan baik karena kondisi mata yang tidak sehat
33 Kondisi pendengaran saya tidak mendukung untuk belajar 34 Saya cepat lelah saat belajar berlangsung 35 Saya mampu menghabiskan banyak waktu untuk belajar
36 Saya senang belajar karena mampu mendukung pemenuhan kebutuhan jiwa
37 Rasa percaya diri yang rendah membuat saya sulit belajar 38
Saya takut dengan pelajaran matematika
39 Saya senang dengan tantangan dalam belajar matematika 40 Saya lebih suka belajar tanpa tekanan
101
Lampiran 4 Data Variabel Penelitan
No X1 X2 Y 1 98 95 14 2 107 105 18 3 111 110 18 4 115 110 19 5 145 145 28 6 128 120 21 7 129 125 21 8 102 100 16 9 98 95 14 10 120 115 19 11 129 125 21 12 130 130 23 13 135 140 25 14 113 110 18 15 102 105 16 16 130 130 23 17 140 115 25 18 104 105 16 19 102 100 14 20 113 110 18 21 135 135 23 22 70 80 12 23 130 125 21 24 120 115 19 25 120 115 19 26 97 85 12 27 128 120 19 28 150 150 30 29 128 120 19 30 85 90 10
Keteranga X1 Konsep Diri
X2 Minat Belajar
Y Presasi Beljr Matematika
102
Lampiran 5 Hasil SPSS
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .959a .920 .914 1.359
a. Predictors: (Constant), X2, X1
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 573.079 2 286.540 155.080 .000b
Residual 49.888 27 1.848
Total 622.967 29
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -10.690 1.717 -6.225 .000
X1 .116 .042 .454 2.770 .010
X2 .142 .045 .519 3.171 .004
a. Dependent Variable: Y
103
Lampiran 6 Riwayat Hidup
Indah Noor Sektianingsih, lahir di Jakarta pada
tanggal xx bulan xx thx xxxx Lulus SD, smp, sma, dan
lulus S1 di UNY tahyn xxxx. Bekerja sebagai guru NS
di SDN xxxx Menikah dikaruniai 3 anak yang bernama
xxx zzz yyy. Meanjutkan program pascasarjana
MIPA di UNINDRA sejak tahun xxx xx
Notto yang senantasa digunakan adalah hidup ber ilmu dan bermanfaat
bagi kehidupan orang banya
PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah terdapat pengaruh konsep diri danminat belajar secara bersama sama terhadaphasil belajar matematika ?
2. Apakah terdapat pengaruh konsep diriterhadap hasil belajar matematika ?
3. Apakah terdapat pengaruh minat belajarterhadap hasil belajar matematika ?
HIPOTESIS
1. Terdapat pengaruh konsep diri dan minatbelajar secara bersama sama terhadap hasilbelajar matematika .
2. Terdapat pengaruh konsep diri terhadaphasil belajar matematika .
3. Terdapat pengaruh minat belajar terhadaphasil belajar matematika .
HASIL PENELITIAN1. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri
dan minat belajar secara bersama samaterhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapatdibuktikan dengan nilai Fo=455,08 danSig.=0,000 < 0,05
2. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diriterhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapatdibuktikan dengan nilai to=2,770 dan Sig.=0,010 < 0,05
3. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajarterhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapatdibuktikan dengan nilai to=3,171 dan Sig.=0,004 < 0,05
SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan
1. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa variabelkonsep diri dan variabel minat baik secara individu /parsial maupunsecara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasilbelajar matematika.
2. Pengaruh variabel konsep diri lebih signifikan dibanding pengaruhvariabel minat terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapatdibuktikan dengan nilai to konsep diri lebih besar dibanding tominat. Atau nilai Sig variavel konsep diri lebih kecil dari nilai Sigvariabel minat.
2. Saran1. Akademik : diharapkan hasil penelitian ini menambah hasanah
perpustakaan. Dan dapat menjadikan rujukan para peneliti lain.2. Praktis : Pihak sekolah dapat memperhatikan dan mempergunakan
hasil penelitian ini. Kepada para guru dan teman sejawat dapatmempergunakan hasil ini sebagai bahan masukan dalampembelajaran.