tesis BAB I BU HANI

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bermuara pada satu tujuan pendidikan nasional. Sekolah berperan membentuk sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang berkualitas yang mampu mengaktualisasikan diri dengan semua potensi yang ada pada dirinya. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional melalui pendidikan manusia diharapkan menjadi sumber daya yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Guru merupakan garda terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu harus kita sadari bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertanggung jawab untuk membawa para peserta didik pada satu keadaan meningkatkan martabat manusia. Guru sebagai profesi berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional lewat pembelajaran kepada peserta didik. Guru dituntut untuk bertanggung jawab membawa para peserta didik pada satu kedewasaan berfikir, tanpa kecuali apapun mata pelajarannya. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan mendidik siswa, sedangkan siswa merupakan subjek yang menjadi sasaran pendidikan. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib untuk semua jenjang. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, pada hakikatnya memberikan pengajaran dan mengarahkan peserta

description

mangga bilih peryogi

Transcript of tesis BAB I BU HANI

Page 1: tesis BAB I BU HANI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia bermuara pada satu tujuan pendidikan nasional. Sekolah

berperan membentuk sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang berkualitas yang mampu

mengaktualisasikan diri dengan semua potensi yang ada pada dirinya. Sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional melalui pendidikan manusia diharapkan menjadi sumber daya yang

beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Guru merupakan garda terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena

itu harus kita sadari bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertanggung jawab

untuk membawa para peserta didik pada satu keadaan meningkatkan martabat manusia.

Guru sebagai profesi berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional lewat

pembelajaran kepada peserta didik. Guru dituntut untuk bertanggung jawab membawa para

peserta didik pada satu kedewasaan berfikir, tanpa kecuali apapun mata pelajarannya. Guru

adalah subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan mendidik siswa, sedangkan

siswa merupakan subjek yang menjadi sasaran pendidikan.

Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib untuk semua jenjang.

Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, pada hakikatnya memberikan pengajaran dan

mengarahkan peserta didik agar mempunyai keterampilan berbahasa dan berkomunikasi.

Keterampilan berbahasa Indonesia dibagi ke dalam 2 (dua) aspek yakni keterampilan

berbahasa, dan keterampilan bersastra. Dalam implementasinya mencakup 4 (empat) aspek

yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini satu sama lain

saling melengkapi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pencapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar sebagian besar

ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar

mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor manajemen

pembelajaran.

Manajemen pembelajaran yang bagus dan terencana akan menghasilkan mutu

pembelajaran yang baik dan berkualitas, jika ditunjang oleh sarana dan prasarana yang

lengkap, serta sumber belajar yang memadai. Diperkuat dengan model dan metode

Page 2: tesis BAB I BU HANI

pembelajaran yang pas untuk setiap materi ajar. Maka mutu pendidikan yang diharapkan dan

sesuai standar Insya Allah akan terpenuhi.

Manakala mutu pembelajaran yang diharapkan memenuhi standar yang telah

ditetapkan, maka akan membuahkan hasil pembelajaran yang bisa dibanggakan. Selanjutnya

menghasilkan peserta didik yang kompetitif, berdaya saing, dan terampil. Salah satu faktor

penunjang keberhasilan mutu pembelajaran yang lain adalah interaksi yang komunikatif

antara guru dan siswa, serta perencanaan yang matang dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang mendorong siswa

untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran hanya diarahkan kepada

kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan

menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingat untuk

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, pembelajaran kontekstual hanya ucapan

belaka, akan tetapi agak sulit mewujudkannya. Keadaan demikian berlaku untuk semua mata

pelajaran pada setiap tingkatannya.

Guru selama ini dalam pembelajarannya kepada siswa hanya menggunakan metode

yang berpusat pada guru (teacher centre), bukan berpusat pada siswa (student centre). Proses

pembelajaran banyak didominasi oleh guru, siswa umumnya hanya menerima informasi yang

diberikan guru.

Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diinformasikan oleh guru.

Akibatnya proses pembelajaran menjadi membosankan, monoton, tidak mengembangkan

proses berfikir, tidak menarik, dan kurang motivasi. Dampaknya adalah mutu hasil belajar

menjadi rendah dan cenderung kurang memuaskan. Padahal siswa (anak) mempunyai rasa

keingintahuan yang tinggi pada setiap tingkatannya Puskur menyatakan (2008:7) merupakan

keharusan bagi guru di dalam pendekatan pembelajaran memelihara keingintahuan anak,

memotivasinya, dan mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana

terhadap objek dan peristiwa yang dihadapinya.

Perlu kiranya penerapan variasi-variasi, strategi, pendekatan, metode dan model-

model pembelajaran tertentu dikembangkan. Sehingga proses pembelajaran lebih efektif,

menarik dan menantang siswa untuk berfikir kritis, dinamis, dan analitis serta mencari

sendiri. Pada proses ini guru harus lebih profesional dalam strategi, kreatif, menguasai bahan,

dan menyenangkan.

Guru harus dapat memilah, memilih, serta mengembangkan materi atau bahan ajar

untuk membentuk kompetensi siswa sesuai dengan karakteristik individual masing-masing.

Guru harus lebih menyenangkan bukan saja bagi peserta didik tetapi juga bagi dirinya sendiri.

Page 3: tesis BAB I BU HANI

Harus menjadikan proses pembelajaran menjadi makanan pokok sehari-hari, dicintai,

membangkitkan gairah mengajar dengan rasa cinta pada siswa.

Tuntutan untuk terampil menggunakan berbagai metode dan model mengajar yang

sesuai dengan pokok bahasan adalah merupakan keharusan. Metode dan model pembelajaran

merupakan dua komponen dari banyak komponen penting dalam proses pembelajaran.

Sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, dan melatih. Kemudian menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Pada

era globalisasi saat ini guru dituntut untuk dapat meningkatkan martabat serta mampu

melaksanakan sistem pendidikan nasional guna mewujudkan tujuan pendidikan. Guru

sekarang harus menguasai Iptek, berwawasan luas, dan berani bersaing. Bukan lagi guru yang

monoton, konvensional, dengan gaya-gaya lama yang terus dipertahankan, karena ilmu

pengetahuan terus berkembang dan berinovasi.

Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pembelajaran adalah individu yang

memilki keunikan tertentu. Siswa dalam perkembangannya bersifat dinamis, memiliki

potensi, kecakapan, kekuatan, motivasi, minat, kebiasaan serta karakteristik yang berbada-

beda baik secara fisik maupun fsikis. Di antara guru dan siswa harus terjadi interaksi yang

komunikatif, baik di dalam maupun di luar kelas untuk tercapainya tujuan pembelajaran

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, tanpa mengabaikan tahap perkembangan siswa yang

bersifat unik pada setiap jenjangnya.

Guru sebagai profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti menjadi

integral dalam kehidupannya. Mulyasa (2008:12-13) mengatakan profesionalisme guru

merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Tabrani (1990:18) menyatakan bahwa kemampuan profesional guru mencakup antara lain kemampuan untuk: (1) mengerti dalam menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan dapat menerangkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai macam alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lainnya, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar, (8) mampu menumbuhkan kemampuan peserta didik.

Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan penguasaan guru pada bahan

pelajaran dan penguasaan konsep-konsep keilmuannya, serta pengelolaan kelas. Sebagai

manager dan agen guru bertanggung jawab dalam merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses, dan memberikan penilaian dan evaluasi terhadap apa yang diajarkan.

Page 4: tesis BAB I BU HANI

Kegiatan inti di kelas adalah proses belajar dan mengajar, kualitas belajar siswa dan

lulusan sangat ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan belajar dan mengajar, serta

ditentukan oleh fungsi dan peran guru dalam mengelola kelas. Istilah pengelolaan kelas dapat

disinonimkan dengan manajemen kelas. Kegiatan tersebut meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi.

Manajemen kelas perlu dilakukan agar kegiatan belajar mengajar dapat ditata dan

dikelola oleh guru dengan efektif dan efisien. Sebagaimana dikemukakan oleh Weber dalam

Cooper (1995:230) “Classroom management is a complex set of behaviors the techer uses to

establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their

instructional objectives efficiently – that will enable them to learn “ pengelolaan kelas

merupakan seperangkat prilaku yang kompleks dimana guru menggunakan, menata, dan

memelihara kondisi kelas yang akan memandu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara

efisien.

Permasalahan manajemen pembelajaran merupakan masalah yang sulit dipecahkan

seiring dengan kompleksitasnya perubahan lingkungan. Baik dari sisi perencanaan,

pelaksanaan, maupun penilaian dengan berbagai model pembelajaran.

Model-model pembelajaran seperti metode ceramah (preaching method), metode

diskusi (discussion method), metode demontrasi (demontration method), metode eksperimen

(experimental method), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) maupun

yang lainnya belum banyak dipahami oleh guru dalam pelaksanaannya. Guru sering

mendengar metode-metode tersebut akan tetapi dalam pelaksanaannya guru tetap hanya

terpaku pada satu metode konvensional yakni metode ceramah, yang pelaksanaannya terpusat

pada guru secara penuh.

Model pembelajaran Inquiri sebagai salah satu model pembelajaran diharapkan

mampu membuka wawasan guru terhadap permasalahan ini. Model pembelajaran Inquiri

merupakan model pembelajaran perluasan dari discovery yang mengedepankan proses

berfikir secara kritis dan analitis bagi siswa agar mereka dapat mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari satu permasalahan yang ditanyakan atau dimunculkan.

David L. Haury dalam artikelnya Teaching Science Throught Inquiry (1993)

mengatakan Inquiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia menjelaskan

secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu.

Model pembelajaran ini adalah mengajak siswa untuk berfikir kritis dan analitis

dengan suatu masalah. Agar masalah dapat dipecahkan atau dicari jawabannya oleh mereka

sendiri. Bentuk pengajarannya memberi motivasi kepada siswa untuk dapat menyelidiki

Page 5: tesis BAB I BU HANI

masalah dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah. Supaya model

pembelajaran ini menghasilkan suatu mutu yang dapat memuaskan, khususnya dalam proses

dan hasil akhir pembelajaran. Maka perlu dipersiapkan manajemen yang baik dalam

pelaksanaannya.

Manajemen pembelajaran perlu dilakukan Prosesnya yakni perencanaan, pada tahap

ini yang perlu dilakukan guru antara lain adalah: (1) apersepsi dan motivasi, (2) membagi

siswa menjadi beberapa kelompok, (3) siapkan sarana ruang kelas yang kondusif seperti

menyusun tempat duduk yang nyaman, (3) siapkan media pemebelajaran yang diperlukan, (4)

siapkan buku sumber belajar.

Pada tahap pelaksanaan yang perlu dilakukan adalah: (1) guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, (2) guru menjelaskan model pembelajaran yang akan dibahas, (3) guru

membagikan lembar kerja siswa, ke setiap kelompok dengan permasalahan yang berbeda, (5)

guru memberi kesempatan pada siswa untuk meneliti dan menjawab setiap permasalahan

dengan diskusi kelompok, (6) siswa memberikan laporan hasil penemuannya dan

mempresentasikan di depan kelas, (7) siswa yang lain memberikan komentarnya, (8) siswa

menyimpulkan hasil penemuannya masing-masing.

Tahap penilaian antara lain adalah: (1) penilaian dilakukan pada saat akan, sedang

dan setelah selesai pembelajaran, (2) berikan penilaian pada siswa terkait sikap siswa

terhadap materi pembelajaran, terhadap guru, terhadap proses, dan terhadap norma yang

berhubungan dengan materi ajar, (3) penilaian akhir model ini adalah berupa tes tertulis

( ulangan per kd, ulangan harian, ujian semester, ujian sekolah, dan ujian nasional).

Manajemen pembelajaran dengan model Inquiri dapat terlaksana dengan baik jika

guru punya kompetensi dan motivasi yang tinggi dalam pengelolaan kelas. Tetapi sebaliknya

jika guru kurang memahami apa yang harus dilakukan dengan model pembelajaran ini, maka

mutu pembelajaran tidak akan tercapai dan jauh dari yang diharapkan.

Terkait dengan rendahnya mutu pembelajaran, rendahnya mutu hasil belajar di

Indonesia merupakan gambaran dari rendahnya mutu Sistem Pendidikan di Indonesia.

Human Development Index dari UNDP tahun 2005 yang diterbitkan tahun 2007 menjelaskan

bahawa Indonesia menempati urutan ke 107 dari 135 negara yang dijadikan sampel

penelitian dengan tingkat pendidikan terendah. Hal ini sangat mengkhawatirkan semua yang

terlibat dalam ruang lingkup pendidikan.

Mutu pendidikan yang rendah bisa juga diakibatkan oleh buruknya manajemen dalam bidang

pendidikan.

Page 6: tesis BAB I BU HANI

Manajemen dalam bidang pendidikan merupakan sesuatu yang penting saat ini Menurut Suryosubroto (2004:30) bidang garapan manajemen Pendidikan di sekolah meliputi: 1) Manajemen Kurikulum, 2) Manajemen Kesiswaan, 3) Manajemen Personalia, 4) Manajemen Sarana dan prasarana, 5) Manajemen Tatalaksana Sekolah, 6 ) Manajemen Keungan, 7) Pengorganisasian Sekolah, dan 8) Hubungan Sekolah dan Lingkungannya.

Manajemen sekolah yang baik dan terencana dapat menghasilkan sekolah yang

bermutu terutama pada output peserta didiknya, dan salah satunya bermuara pada manajemen

pendidikan dengan guru sebagai ujung tombaknya.

Dalam Undang-undang (UUGD) nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah: pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik di jalur formal SD, SMP dan SMA. Sementara itu peserta didik dalam hal ini

siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pembelajaran tertentu.

Sebagaimana dinyatakan oleh Sukmadinata (2005:52)

Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pembelajaran adalah individu yang memilki dua karakteristik utama, pertama setiap individu memilki keunikan sendiri-sendiri , kedua dia selalu berada dalam proses perkembangan yang dinamis. Bersifat unik tiap individu memilki sejumlah potensi, kecakapan, kekuatan, motivasi, minat, kebiasaan, persepsi, serta karakteristik fisik dan psikis yang berbeda-beda; sedangkan dinamis setiap individu berada dalam proses perkembangan-perkembangan mulai tahap aspek fisik-motorik, intelektual, sosial dan moral.

Ditinjau dari kedua pendapat di atas dapat diinterpretasikan bahwa guru dan siswa

adalah dua orang yang terkait satu sama lain yang tidak bisa dipisahkan, khususnya dalam

proses pembelajaran. Maka antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) harus ada

interaksi yang komunikatif agar materi ajar dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik

(siswa) pada proses pembelajarannya. Guna mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung

dalam lingkungan kelas tanpa mengabaikan tahap perkembangannya dan karakteristik siswa

masing-masing.

Pengembangan kemampuan profesionalisme guru banyak dilakukan. Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2005)

menyebutkan beberapa alternatif program pengembangan profesionalisme guru sebagai

berikut: (1) Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru, (2) Program penyetaraan dan

sertifikasi, (3) program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi.

Page 7: tesis BAB I BU HANI

Pada akhirnya pengembangan kemampuan guru secara profesi diharapkan dapat

meningkatkan mutu belajar siswa, karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu

berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu.

Penguasaan dan keterampilan guru pada bahan pelajaran, penguasaan guru pada

konsep-konsep keilmuan, serta kemampuan guru dalam pengelolaan kelasnya, akan

menjadikan guru lebih profesional. Guru profesional adalah guru yang mempunyai

keterampilan-keterampilan dalam proses mengajarnya.

Menurut Sa,ud (2008:55) keterampilan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar

mengajar antara lain: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan

menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberi penguatan, (5)

keterampilan menggunakan media pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi, (6)

keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, (9) keterampilan

mengajar perorangan.

Terkait dengan keterampilan guru dalam proses pembelajaran di kelas penggunaan

model ajar tertentu untuk menyampaikan materi pelajaran sering kali mengalami kesulitan.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kemampuan guru dalam memberikan materi ajar

memang lemah, serta respon peserta didik kurang. Hal yang kelihatan yang dihadapi dalam

kegiatan belajar mengajar kita selama ini adalah lemahnya proses pembelajaran.

Lemahnya proses pembelajaran bisa disebabkan kurangnya perencanaan yang

maksimal atau matang ketika guru akan menyampaikan materi ke dalam kelas. Ketika proses

pembelajaran tidak sesuai apa yang diharapkan, serta tidak mencapai target biasanya akan

berdampak pada mutu pembelajaran. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, jika guru

memiliki kemampuan manajerial yang bagus dan mumpuni.

Tertarik dengan masalah-masalah yang telah dibahas, maka penulis akan

mengadakan penelitian di dua SMA swasta berbeda di Cicalengka. Penulis akan mencari data

dan informsi di sekolah ini tentang manajemen pembelajaran dengan model Inquiri dan guru

bahasa Indonesia sebagai subjek utama penelitian. Penelitian dituangkan dalam satu judul

Tesis “ MANAJEMEN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN

MUTU PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII (Studi Deskriptif Pada

SMA PGRI dan SMA YADIKA Cicalengka Kabupaten Bandung) ”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Page 8: tesis BAB I BU HANI

Instrumental Input Kurikulum

Sarana dan PrasaranaPembiayaan

Sumber Daya Manusia (SDM)

Model PembelajaranInquiriJigsawPBL

OutputMutu Pembelajaran

Raw InputSiswa

Environment InputKeluargaMasyarakatStakeholder

Instrumental Input Kurikulum

Sarana dan PrasaranaPembiayaan

Sumber Daya Manusia (SDM)

Manajemen Model

PembelajaranInquiri

OutputMutu PembelajaranRaw Input

Siswa

Environment InputKeluargaMasyarakatStakeholder

Mengacu pada pendapat Arikunto (2006:22) “Agar penelitian dapat dilaksanakan

sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus

memulai, kemana harus pergi dan dengan apa”. Maka dalam suatu penelitian, terlebih dahulu

harus dirumuskan masalah yang diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang

cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

1.1 Gambar : Rumusan Masalah

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Page 9: tesis BAB I BU HANI

1.2 Gambar: Pembatasan Masalah

Berdasarkan diagram di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Perencanaan penggunaan model Inquiri dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas XII di SMA PGRI dan SMA Yadika Cicalengka Kabupaten

Bandung.

b. Pelaksanaan penggunaan model Inquiri dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas XII di SMA PGRI dan SMA Yadika Cicalengka Kabupaten

Bandung

c. Penilaian dan evaluasi penggunaan model pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan

mutu pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XII di SMA PGRI dan SMA Yadika

Cicalengka Kabupaten Bandung.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian untuk menambah khasanah dan keilmuan serta

mengetahui penerapan model pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA).

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui perencanaan model Inquiri dalam meningkatkan

mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA

Yadika Cicalengka Kabupaten Bandung

2) Untuk mengetahui pelaksanaan model Inquiri dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA Yadika

Cicalengka Kabupaten Bandung.

3) Untuk mengetahui penilaian model Inquiri dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA Yadika

Cicalengka Kabupaten Bandung.

2. Manfaat Penelitian

Page 10: tesis BAB I BU HANI

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk mengembangkan keilmuan yang berkaitan dengan model

pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas XII Sekolah Menengah Atas ( SMA).

b. Manfaat Praktis

1) Guru

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Bahasa Indonesia di kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA).

2) Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

belajar dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran melalui model

pembelajaran Inquiri pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII

Sekolah Menengah Atas (SMA).

3) Bagi Sekolah/lembaga

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

menerapkan inovasi model pembelajaran guna meningkatkan mutu hasil

belajar.

D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian

1. Asumsi Penelitian

Menurut Endang (2008:7) asumsi dasar atau anggapan dasar (postulat) adalah sebuah

titik tolak pemikiran yang kebenarannya di terima oleh penyelidik (peneliti). Jadi asumsi

penelitian dapat diartikan sebagai anggapan dasar tentang suatu hal yang menjadi pedoman

berfikir peneliti.

Model pembelajaran Inquiri merupakan sebuah model pembelajaran inovatif yang

memiliki ciri utama sebuah proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. David L. Haury dalam

jurnalnya Teaching Science Through Inquiry (1993) dengan mengutif pendapat Alfred Novak

menyatakan ” Inquiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk

menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan

kata lain Inquiri berkaitan dengan aktivitas pemahaman dan pengetahuan untuk memuaskan

rasa keingintahuan”.

Page 11: tesis BAB I BU HANI

Langkah-langkah yang ditempuh dalam manajemen model pembelajaran Inquiri

mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian. Hal ini sejalan dengan

pendapat GR Terry ( dalam Manullang,2013:6) “Management is Planning, Organizing,

Actuating, Controlling permormed to determine and accomplish stated objectives by the use

of human being”.

Langkah-langkah ini diarahkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Yang dimaksud

dengan mutu pembelajaran adalah gambaran mengenai baik buruknya hasil yang tercapai

oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini sependapat dengan

Sutrisno (1989:97) menyatakan mutu pembelajaran merupakan mutu aktivitas pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di kelas dan di tempat lain yang terwujud

dalam hasil belajar nyata yang dicapai peserta didik dalam bentuk nilai.

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang dilakukan dalam perencanaan model pembelajaran Inquiri dalam

meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI

dan SMA YADIKA Cicalengka Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Inquiri dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA YADIKA

Cicalengka Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana penilaian model pembelajaran Inquiri dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII SMA PGRI dan SMA

YADIKA Cicalengka Kabupaten Bandung?

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Menurut

Nasution (2006:63) “Penelitian deskriptif kualitatif disebut kegiatan pengumpulan data untuk

memberikan gambaran atau gagasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-

pertanyaan sehubungan dengan status subjek penelitian pada saat ini”.

Surakhmad (1985:139) menyatakan” Penelitian deskriptif diarahkan untuk memecahkan

masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya terhadap hasil

penelitian”.

Page 12: tesis BAB I BU HANI

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang

memberikan gambaran terhadap subjek penelitian yang terjadi pada saat ini.

2. Data dan Sumber Data

Setiap penelitian akan selalu dihadapkan pada penentuan sumber data atau dengan kata

lain subjek penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dijadikan informasi baru

sebagai hasil dari penelitian. Data kemudian diperifikasi ke dalam dua kelompok data, yakni

data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer atau data utama diperoleh dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah

bidang kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, guru bidang study bahasa Indonesia, dan

siswa. Data primer adalah data berupa kata-kata atau informasi baik sikap atau tindakan yang

diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung maupun tidak langsung. Untuk

mendapatkan data ini perlu sekali kehati-hatian dalam mengumpulkannya. Karena data

primer ini berkenaan dengan optimalisasi peningkatan mutu pada sekolah yang bersangkutan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pelengkap atau data pendukung dari data primer. Data ini

berupa data tertulis yang dibutuhkan dari sekolah yang bersangkutan, internet, koran, majalah

\, catatan, transkip, jurnal, serta data lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Teknik pengumpulan data terdiri dari:

a. Observasi

Menurut Ali (1992:72) observasi merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari

sisi pelaksanaannya observasi ini termasuk ke dalam jenis observasi langsung.

Yana (2008:162) menyatakan Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan

secara langsung terhadap objek yang diteliti seperti mengadakan pengamatan langsung

terhadap proses belajar mengajar di kelas.

b. Wawancara

Wawancara menurut Meleong (2005:135) adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan dilalukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan, dan

yang diwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Page 13: tesis BAB I BU HANI

Pendapat lain (Ali, 1992:64) menyatakan bahwa wawancara adalah teknik

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, jawaban responden

dicatat dan direkam.Wawancara bisa dilakukan secara lengsung maupun tidak langsung .

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedoman wawancara dalam bentuk “Semi

Structured”. Yaitu wawancara dengan cara mula-mula peneliti menanyakan yang sudah

terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam untuk kemudian mengorek keterangan lebih

lanjut terhadap data yang diperlukan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi (Sutrisno,1989:72) yaitu mencari dan mengenal hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkif, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, dan

sebagainya. Teknik dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan antara

lain data tentang profil sekolah, program kerja sekolah, pembagian tugas mengajar,

administrasi persiapan mengajar guru, hasil penilaian pembelajaran, serta data lain yang

mendukung kepada penelitian.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dipakai dalam teknik pengumpulan

data. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yakni pedoman wawancara, pedoman

observasi, serta pedoman studi dokumentasi.

5. Teknik Analisis Data

a) Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.

Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan

pada hal-hal yang penting agar menjadi mudah dalam menganalisisnya.

b) Display Data atau Penyajian Data

Data yang diperoleh disajikan dan diklasifikasikan dalam bentuk tabel, daftar, atau

juga matriks untuk mempermudah analisis peneliti terhadap rumusan masalah penelitian.

c) Penarikan Kesimpulan

Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi

dan display data. Setelah data direduksi, ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel, selanjutnya

dilakukan pembahasan pada hasil penelitian.

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Page 14: tesis BAB I BU HANI

Lokasi penelitian adalah SMA Swasta PGRI Cicalengka yang beralamat di Jalan Stasiun

Cicalengka Kabupaten Bandung, dan SMA Swasta Yadika yang beralamat di Jalan Haji

Darham Cicalengka Kabupaten Bandung. Kedua sekolah yang dimaksud adalah Sekolah

Menengah Atas swasta dengan jumlah siswa cukup banyak, telah terakreditasi dengan

akreditasi A. Waktu penelitian akan dilakukan awal September sampai dengan Oktober 2015.

F. Sistematika Penulisan

Bab1 : Pendahuluan, mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan

pertanyaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori, mengemukakan tentang teori-teori yang mendukung dan

relevan dengan permasalahan penelitian ini.

Bab III : Metode penelitian, mengemukakan metode penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, sumber penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

teknik analisis penelitian, pemeriksaan keabsahan data.

Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, mengemukakan pembahasan hasil-hasil

yang diperoleh dalam penelitian

Bab V : Simpulan, implikasi, dan rekomendasi mengemukakan kesimpulan penelitian

yang telah diperoleh selama penelitian, implikasi terhadap proses dan mutu

pembelajaran, serta sejumlah rekomendasi yang bersifat masukan dan motivasi

bagi lembaga yang bersangkutan.