TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes...

92
TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG HAK ASASI MANUSIA NOMOR 39 TAHUN 1999 DAN MASLAHAH AL-MURSALAH Skripsi Oleh: Syarah Amalia (14210085) JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKSIYYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018

Transcript of TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes...

Page 1: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG HAK ASASI MANUSIA NOMOR 39 TAHUN 1999

DAN MASLAHAH AL-MURSALAH

Skripsi

Oleh:

Syarah Amalia (14210085)

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2018

Page 2: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

i

TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG HAK ASASI MANUSIA NOMOR 39 TAHUN 1999

DAN MASLAHAH AL-MURSALAH

SKRIPSI

Oleh:

Syarah Amalia

NIM 14210085

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2018

Page 3: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG HAK ASASI MANUSIA NOMOR 39 TAHUN 1999

DAN MASLAHAH AL-MURSALAH

Benar benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain, kecuali yang disebutkan refrensinya secara

benar. Jika dikemudian hari terbukti disusun orang lain, ada penjiplakan,

duplikasi, atau memindah data orang lain, baik secara keseluruhan atau sebagian,

maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Malang 6 Juni 2018

Penulis,

Syarah Amalia

NIM 14210085

Page 4: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan Penguji Skripsi saudara Syarah Amalia, NIM 14210085, mahasiswa

Jurusan Al Ahwal Al Syakhsiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul:

TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG HAK ASASI MANUSIA NOMOR 39 TAHUN 1999

DAN MASLAHAH AL-MURSALAH

Telah dinyatakan lulus dengan nilai A

Dengan penguji:

Susunan Dosen Penguji :

1. Faridatus Suhadak, M.HI ( )

NIP: 197904072009012006 ketua

2. Dr. Hj. Mufidah Ch, M.Ag ( ) NIP. 196009101989032001 Sekretaris

3. Dr. Zaenul Mahmudi, MA ( ) NIP: 197306031999031001 Penguji Utama

Mengetahui:

Dekan,

Dr. Saifullah, S.H, M.Hum NIP:196512052000031001

Page 5: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Syarah Amalia NIM: 14210085

Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam) Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul:

TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG HAK ASASI MANUSIA NOMOR 39 TAHUN

1999 DAN MASLAHAH AL-MURSALAH

Maka pembimbing menyatakan bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat

syarat ilmiah untuk diajukan dan diuji pada Majelis Dewan Penguji

Mengetahui, Malang, 6 Juni 2018

Ketua jurusan Dosen Pembimbing,

Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah

(Hukum Keluarga Islam)

Dr. Sudirman, M.A Dr. Hj. Mufidah Ch, M.Ag

NIP. 197705062003122001 NIP. 196009101989032001

Page 6: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

v

MOTTO

Dari Abdullah bin Mas‟ud r.a, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda

kepada kami: “Hai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah sanggup untuk

kawin, maka hendaklah ia kawin. Maka kawin itu menghalangi pandangan

(kepada yang dilarang oleh agama) dan lebih menjaga kemaluan dan barang siapa

tidak sanggup, maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu

merupakan tameng (perisai) baginya.” Muttafaq ‘Alaih.

Page 7: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah kepada Allah SWT, Dzat yang telah

melimpahkan nikmat dan karunia kepada kita semua, khususnya kepada penulis

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul, “Tes Keperawanan

Bagi Calon Istri Anggota Tni Ditinjau Dari Undang-Undang Hak Asasi Manusia

Nomor 39 Tahun 1999 Dan Maslahah Al-Mursalah.”

Shalawat serta salam tetap tercurah atas junjungan Nabi besar kita

Muhammad SAW, yang selalu kita jadikan tauladan dalam segala aspek

kehidupan kita, juga segenap keluarga, para sahabat serta umat beliau hingga

akhir zaman. Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan mendapatkan

syafaat dari beliau di akhirat kelak.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan progam Sarjana Hukum Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan sebagai wujud serta partisipasi

penulis dalam mengembangkan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh dibangku

kuliah khususnya di Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu perkenankan penulis

berterimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Haris M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Page 8: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

vii

Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Bapak Dr. Saifullah, S.H, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Syariah (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. Sudirman, M.Ag selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Ibu Dr. Hj. Mufidah Ch, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.

5. Segenap Dosen dan Staff Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang.

6. Kedua orang tua penulis, Ayah Drs. Santoso, M.H dan Ibu Muji Rahayu, dan

juga adik-adik penulis, Maslahah Alfainita dan Akbar Brilian Saputra yang

telah memberikan motivasi, kasih sayang, doa, serta segala pengorbanan baik

moril maupun materil dalam mendidik serta mengiringi perjalanan penulis

hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

7. Teman-teman Jurusan Al Ahwal Al Syakhsiyyah 2014 yang bersama-sama

dengan penulis menyelesaikan kewajiban selama masa studi di UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

8. Sahabat-sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon

Radikal Al-Faruq yang selalu mendukung penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

9. Sahabat-sahabat terbaik dan terdekat penulis yang selama ini telah membantu

mengarahkan, mengingatkan dan menemani dalam setiap prosesnya.

10. Spesial kepada seseorang yag selalu mendukung, memotifasi, mengarahkan,

Page 9: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

viii

membantu, dan menemani penulis dalam mengerjakan penulisan skripsi.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Dan akhirnya skripsi ini telah selesai disusun, tetapi masih jauh dari kata

sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan dan perbaikan karya ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya serta bagi pegembangan keilmuan dibidang ilmu hukum

khususnya di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang.

Dengan mengharap ridho dari Allah SWT penulis panjatkan do‟a dan

harapan mudah-mudahan segala amal bakti semua pihak mendapatkan balasan

dan semoga taufiq dan hidayah senantiasa dilimpahkan. Amin.

Malang 6 Juni 2018

Penulis,

Syarah Amalia

NIM 14210085

Page 10: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Umum

Transliterasi adalah pemindah alihan tulisan Arab ke dalam tulisan

Indonesia (Latin), bukan terjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

termasuk dalam kategoriini ialah nama Arab dari bangsa Araba, sedangkan nama

Arab dari bangsa Arab ditulis sebagaimana ejaan bahasa nasionalnya, atau

sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi rujukan. Penulisan judul

buku dalam footnote maupun daftar pustaka, tetap menggunakan ketentuan

transliterasi.

Banyak pilihan dan ketentuan transliterasi yang dapat digunakan dalam

penulisan karya ilmiah, baik yang standar internasional, nasional maupun

ketentuan yang khusus digunakan penerbit tertentu. Transliterasi yang digunakan

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

menggunakan EYD plus, yaitu transliterasi yang didasarkan atas Surat Keputusan

Bersama (SKB) Menteri Agama Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,

22 Januari 1998, No. 159/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana tertera dalam

buku Pedoman Transliterasi bahasa Arab (A Guidge Arabic Transliteration), INIS

Fellow 1992.

B. Konsonan

= tidak dilambangkan = dl

= b = th

= t = dh

= tsa = „ (koma menghadap ke atas)

Page 11: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

x

= j = gh

= h = f

= kh = q

= d = k

= dz = l

= r = m

= z = n

= s = w

= sy = h

= sh = y

Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak

diawal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan,

namun apabila terletak di tengah atau akhir kata, maka dilambangkan dengan

tanda koma di atas (ʼ), berbalik dengan koma („) untuk pengganti lambing "ع" .

C. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penulisan Bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vocal fathah

ditulis dengan “a” , kasrah dengan “I”, dlommah dengan “u”, sedangkan panjang

masing-masing ditulis dengan cara berikut :

Vokal (a) panjang = â misalnya menjadi qâla قال

Vokal (i) panjang = ȋ misalnya قيل menjadi qȋla

Vokal (u) panjang = û misalnya menjadi dûna دون

Khususnya untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan

“i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat

Page 12: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xi

diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wasu dan ya‟ setelah fathah ditulis

dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut :

Diftong (aw) = و misalnya menjadi qawlun قىل

Diftong (ay) = ي misalnya menjadi khayrun خيز

D. Ta’marbûthah )ة(

Ta‟ marbûthah (ة( ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah

kalimat, tetapi ta‟ marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka

ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya الزسلت للمذريست menjadi

al-risala li-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri

dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan

menggunakan “t” yang disambungkan dengan kalimat berikut, misalnya في رحمت

.menjadi fi rahmatillâh اهلل

E. Kata Sandang dan Lafdh al-Jalâlah

Kata sandang berupa “al” )ال( dalam lafadh jalâlah yang berada di

tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan

contoh-contoh berikut :

1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan………………………

2. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan …………..

3. Masyâ’Allah kânâ wa mâlam yasyâ lam yakun

4. Billâh ‘azza wa jalla

Page 13: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xii

F. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku

bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata,

hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh : شيء - syai‟un أمزث - umirtu

الىىن - an-nau‟un حأخذون -ta‟khudzûna

G. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis

terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah

lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang

dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan

juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh : وإن اهلل لهى خيز الزاسقيه - wa innalillâha lahuwa khairar-râziqȋn.

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti

yang berlaku dalam EYD, diantaranya huruf kapital digunakan untuk menuliskan

oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh : رسىلوما محمذ إاّل = wa maâ Muhammadun illâ Rasûl

سإن أول بيج وضع للى = inna Awwala baitin wu dli‟a linnâsi

Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan

arabnya memang lengkap demikian dan jika penulisan itu disatukan dengan kata

Page 14: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xiii

lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak

dipergunakan.

Contoh : وصز مه اهلل و فخح قزيب = nasاrun minallâhi wa fathun qarȋb

lillâhi al-amru jamȋ‟an = هلل االمزجميعا

Begi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu tajwid.

Page 15: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………..……………..ii

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………...iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..…………...iv

HALAMAN MOTTO..............................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLATERASI .......................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

ABSTRAK...........................................................................................................xvii

ABSTRACT ....................................................................................................... xviii

xix .................................................................................................. ملخص البحث

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................5

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................5

D. Batasan Masalah............................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian............................................................................................6

F. Definisi Oprasional...........................................................................................7

G. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 8

H. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 13

I. Sistematika Pembahasan ................................................................................. 19

Page 16: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tes Keperawanan ............................................................................................ 21

B. Hak Asasi Manusia (HAM)

1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) .............................................. 25

2. Dasar Hukum Hak Asasi Manusia ...................................................... 30

3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia ................................................... 31

4. Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM ..................................................... 33

C. Maslahah Al-Mursalah

1. Pengertian Maslahah ........................................................................... 36

2. Alasan Ulama Menjadikan Masalahah Mursalah Sebagai Hujjah ..... 37

3. Alasan Ulama Yang Tidak Berhujjah Dengan Masalahah Mursalah 39

4. Macam-Macam Maslahah Mursalah .................................................. 40

5. Objek Masalahah Mursalah ............................................................... 45

6. Syarat-Syarat Berpegang Pada Maslahah Mursalah .......................... 45

BAB III PEMBAHASAN

A. Tes Keperawanan Calon Istri Anggota TNI.................................................... 47

1. Tes Keperawanan Calon Istri Anggota TNI Menurut Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM ................................................ 50

2. Tes Keperawanan Calon Istri Anggota TNI Sebagai Bentuk

Diskriminasi ........................................................................................ 56

B. Tinjauan Maslahah Mursalah Terhadap Tes Keperawanan Calon Istri

Anggota TNI ................................................................................................... 58

1. Tes Keperawanan Dalam Objek Maslahah Mursalah ........................ 61

Page 17: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xvi

2. Kandungan Maslahah Mursalah dalam Menanggapi Tes

Keperawanan ...................................................................................... 63

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 66

B. Saran .......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xvii

ABSTRAK

Syarah Amalia, 14210085, Tes Keperawanan Bagi Calon Istri Anggota Tni

Ditinjau Dari Undang-Undang Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999

Dan Maslahah Al-Mursalah, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018.

Kata Kunci: Tes Keperawanan, Peraturan Panglima TNI, Maslahah Mursalah

Adanya praktek penerapan Peraturan Panglima TNI Nomor

Perpang/11/VII/2007 tanggal 4 Juli 2007 tentang Tata Cara Pernikahan,

Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit, menimbulkan adanya berbagai macam

ketidakadilan yang dirasakan oleh perempuan. Di dalam peraturan mengenai

pernikahan, terdapat syarat yang wajib dilakukan oleh seorang calon istri anggota

TNI berupa serangkaian tes kesehatan, yang mana di dalam tes kesehatan tersebut

terdapat adanya tes keperawanan. Keberadaan atau praktek tes keperawanan ini

menjadikan suatu permasalahan yang bertentangan dengan Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia berupa adanya pelanggaran

atas Hak Pribadi dan adanya diskriminasi bagi seorang perempuan. Selain dari

sisi Hak Asasi Manusia, jika dilihat dari segi Maslahah al-Mursalah-nya, adanya

praktek tes keperawanan ini termasuk dalam sesuatu permasalahan yang tidak ada

dalil pendukung ataupun dalil yang menolak secara tegas tentang praktek tes

keperawanan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan tes

keperawanan sudah memenuhi hak-hak asasi manusia yang berlaku di Indonesia

serta sudakah sesuai dengan ajaran Islam.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum Yuridis Normatif yang

menggunakan data sekunder/bahan hukum sebagai data utama. Menggunakan

pendekatan hukum yang berupa perundang-undangan (Statute Approach) dan

kepustakaan (Library Reseach). Metode pengumpulan datanya menggunakan

metode dokumentasi yakni, pengumpulan data atau bahan-bahan berupa

dokumen, misalnya, buku-buku, jurnal, artikel, dan media lain-lain yang berkaitan

dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

beserta literatur-literatur yang dapat memperkuat pembahahasan Penelitian yang

dilakukan oleh Peneliti, ataupun data-data yang membahas Maslahah mursalah.

Dari penelitian teori dan data yang dikumpulkan oleh penulis ditemukan

hasil, yaitu: pertama, tes keperawanan ini melanggar Hak Asasi Manusia, terdapat

pada Pasal 1 Ayat 1 yang seharusnya hak asasi manusia itu wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, serta adanya bentuk diskriminasi

yang dilakukan pada perempuan. Kedua, Maslahah Mursalah, jika dilihat dari

sisi syarat dan rukun nikah, maka tes keperawanan termasuk ke dalam Maslahah

al-Mulghah ( ), akan tetapi jika dilihat dari segi perlakuannya, maka

tes keperawanan tersebut keberadaannya tidak didukung oleh syara‟ dan tidak

pula dibatalkan atau ditolak oleh syara‟ melalui dalil yang rinci, maka tes

keperawanan termasuk ke dalam maslahah al-gharibah ( ).

Page 19: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xviii

ABSTRACT

Syarah Amalia,14210085, Virginity Test for Future Wives for TNI Members

Viewed from Human Rights Legislation Number 39 Year 1999 and

Maslahah Al-Mursalah, Faculty of Sharia, Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018.

Key Word: Virginity Test, Regulation of the Commander of TNI, Maslahah

Mursalah

The implementation of the Regulation of the Commander of TNI Number

Perpang/11/VII/2007 July 4, 2007, on the Procedures of Marriage, Divorce, and

Reconciliation for Soldiers causes a number of injustices felt by women. In the

regulation of marriage, there is obligated requirement for someone whose fiancée

is TNI member which is to undertake a set of health test, in which consists of the

virginity test. The existence or implementation of virginity test causes a problem

that is against Legislation Number 39 Year 1999 on Human Rights in terms of

violation of Private Rights and discrimination against women. Besides from

Human Rights‟ side, if this problem is viewed from its Maslahah al-Mursalah, the

existence of virginity test practices is included in a problem that there is no proof

(dalil) that support or firmly oppose the virginity test practices. This research is

aimed to understand whether the implementation of virginity test has fulfilled the

applicable human rights in Indonesia and it is in accordance with Islamic

teachings.

This research is classified as Juridical Normative legal research that uses

secondary data/legal material as the primary data. The approach used in this

research is legal approach in terms of legislation (Statute Approach) and Library

Research. The method of data collection used is documentation, which is

collecting data or material in form of documents, such as books, journals, articles,

and other media related to the Legislation Number 39 Year 1999 on Human

Rights as well as the literature that can strengthen the discussion of this research

done by the researched, or data that discuss about Maslahah mursalah.

From the discussion of theory and data gathered, the researcher draws

some results: First, virginity test violates Human Rights, contained within Article

1 Paragraph 1. Human Rights should be respected, upheld and protected by the

country. In addition, there is a form of discrimination against women in the

virginity test. Second, about Maslahah Mursalah, if it is viewed from requirements and

pillars (rukun) of marriage, virginity test is included into Maslahah al-Mulghah (

). However, if it is seen in terms of practices, the virginity test is not supported with

syara‟ but also it is not voided or rejected by syara‟ through a detailed proof (dalil). Thus,

the virginity test is included into maslahah al-gharibah ( ).

Page 20: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

xix

08002241

930333

0204

Perpang/11/VII/2007

80222

930333

Statute Approach

Library Reseach

0333

000

0

Page 21: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menikah adalah sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW,

karena dengan menikah genaplah sudah setengah dari agama kita. Pernikahan

yaitu suatu ikatan yang kuat (mistaqan ghalidan), serta salah satu unsur untuk taat

perintah Allah dan melaksanakannya adalah bagian dari ibadah. Sebagai mistaqan

ghalidan, pernikahan bertujuan untuk membina hubungan ikatan lahir dan batin

antara suami dan istri dalam kehidupan keluarga yang bahagia sesuai syariat

agama Allah.1

1Djam‟an Nur, “Fiqh Munahakat”, (Semarang: Dina Utama, 1993), 5

Page 22: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

2

Didalam agama Islam, terdapat syarat dan rukun menikah yang sudah

menjadi landasan bagi setiap muslim yang harus dilaksanakan, sedangkan di

Indonesia juga terdapat syarat dan aturan-aturan yang mengatur tentang sahnya

suatu pernikahan. Berhubungan dengan pernikahan, Tentara Nasional Indonesia

memiliki suatu syarat tersendiri bagi para calon istri atau calon suami seorang

militer.

Menjadi istri dari seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)

tentunya menanggung konsekuensi yang tidak mudah. Karena dalam

kehidupannya, TNI mempunyai tatanan atau peraturan khusus yang berlaku

dikalangan TNI itu sendiri, yang biasanya dikenal dengan hukum militer. Tugas

pokok utama seorang militer adalah menjaga keutuhan NKRI, serta melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan

terhadap keutuhan bangsa dan Negara.

Militer memiliki aturan ketat kedinasan, begitu juga dengan ketentuan

tentang pernikahan. Calon istri atau calon suami anggota TNI harus melengkapi

berbagai syarat yang ditetapkan oleh institusi mereka. Mulai dari surat menyurat

tentang perizinan, pernyataan persetujuan dari orang tua, dan lain-lain. Salah satu

contohnya ialah adanya tes kesehatan bagi calon istri, termasuk di dalamnya

adalah tes keperawanan sang calon istri anggota TNI, dan tes sebagaimana

dimaksud hanya dilakukan kepada calon istri saja, tidak kepada calon suami. Hal

ini menimbulkan suatu polemik tersendiri karena hanya dilakukan kepada

perempuan saja, sehingga banyak menimbulkan anggapan bahwa tes keperawanan

Page 23: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

3

adalah sebuah invasi, serangan terhadap kedaulatan tubuh perempuan, ataupun

adanya diskriminasi.

Asumsi-asumsi liar yang beredar dikalangan masyarakat serta para aktifis

perempuan dan penggiat HAM juga sangat menyorot tentang adanya syarat tes

kesehatan tersebut, dalam hal ini tertuju pada tes keperawanan. Karena tes

keperawanan ketika kita melihat dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), hal tersebut

termasuk dalam perlakukan kejam, tak manusiawi, diskriminasi dan menghinakan

perempuan.

Pada era modern ini, perlindungan terhadap suatu golongan sudah sangat

mendapatkan perhatian hingga mencapai semua lini, termasuk juga perlindungan

terhadap golongan kaum perempuan dan hak asasi bagi seluruh manusia. Bangsa

Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban

tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan

Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai

Hak Asasi Manusia (HAM) yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.

Dalam menjaga dan menjunjung harkat martabat sesama manusia,

Indonesia mempunyai undang-undang tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang

mengatur tentang kebebasan seseorang dalam melakukan suatu hal. Hak Asasi

Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia

sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Hak asasi manusia adalah

seperangkat hak yanng melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya, yang wajib

Page 24: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

4

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.2

Hak asasi tidak boleh dijauhkan atau dipisahkan dari eksistensi pribadi

individu atau manusvia tersebut, hak asasi tidak bisa dilepas dengan kekuasaan

atau dengan hal-hal lainnya, bila itu sampai terjadi akan memberikan dampak

kepada manusia yakni manusia akan kehilangan martabat yang sebenarnya

menjadi inti nilai kemanusiaan. Walapun demikian, bukan berarti bahwa

perwujudan hak asasi manusia dapat dilaksanakan secara mutlak, karena dapat

melanggar hak asasi orang lain, memperjuangkan hak sendiri sembari

mengabaikan hak orang lain merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita

wajib menyadari bahwa hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak asasi orang

lain, karena itulah ketaatan terhadap aturan menjadi penting.

Dalam Undang-undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

pengaturan tentang Hak Asasi manusia, ditentukan dengan berpedoman pada

Universal Declaration of Human Right, konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hak Asasi Manusia, antara lain konvensi penghapusan segala bentuk

diskrimanasi terhadap wanita, konvensi hak-hak anak, dan lain-lain.3

Sehubungan dengan itu, adanya tes keperawanan dalam serangkaian tes

kesehatan yang dilakukan ketika akan menikah dengan seorang anggota TNI,

menjadikan hak-hak pribadi kita sebagai perempuan merasa risih dan

memberontak atas ketidakadilan adanya aturan tersebut. Tetapi, kita bahkan tidak

bisa untuk menolak aturan yang sudah menjadi kebiasaan ataupun adat didalam

2UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1

3Prof. H. Rozali Abdullah, S.H dan Syamsir, S.H, “Perkembangan HAM dan Keberadaan

Peradilan HAM di Indonesia”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 28

Page 25: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

5

ruang lingkup aturan TNI. Hal tersebut juga sangat tidak adil bagi kaum

perempuan, karena hanya kaum perempuan atau calon istri saja yang melakukan

tes tersebut.

Selain dilihat dari sisi HAM, kita juga harus mengamati permasalahan

tersebut dari sisi agamanya, yakni hukum Islam, diantaranya ialah maslahah

mursalah. Jika kita melihat dari sisi maslahah mursalahnya, tes keperwanan ini

termasuk didalamnya, yakni suatu permasalahan yang tidak ada hukumnya, yang

mana tidak ada dalil ataupun nash yang mendukung maupun menolak adanya hal

tersebut, yang selanjutnya akan dibahas lebih mendalam dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tes keperawanan bagi calon istri anggota TNI menurut UU no.39

tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia?

2. Bagaimana tes keperawanan bagi calon istri anggota TNI menurut Maslahah

mursalah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memaparkan tentang tes keperawanan bagi calon istri anggota TNI

menurut UU no.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

2. Untuk menganalisis tes keperawanan bagi calon istri anggota TNI menurut

Maslahah mursalah

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasan penelitian mengenai

permasalahan hanya kepada adanya serangkaian tes kesehatan yang berupa tes

fisik dan kesehatan mental, yang kemudian terdapat didalamnya tes keperawanan

Page 26: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

6

sebagai salah satu syarat wajib dan harus dilakukan oleh setiap calon istri anggota

TNI untuk melangsungkan pernikahan dengan anggota TNI, yang mana peraturan

sebagaimana dimaksud ini terdapat dalam Peraturan Panglima TNI Nomor

Perpang/11/VII/2007 tanggal 4 Juli 2007 tentang Tata Cara Pernikahan,

Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit.

E. Manfaat Penelitian

Di samping mempunyai tujuan diatas, dalam penelitian ini juga

mempunyai manfaat. Manfaat yang ada pada penelitian ini ialah :

1. Secara Teoritis

a. Memperkaya pengetahuan mengenai HAM dan maslahah mursalah yang

sedang berkembang pada masa ini, yakni tentang adanya tes keperawanan

yang harus dilakukan oleh calon istri anggota TNI

b. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran ilmiyah, memperkaya konsep dan teori yang menyokong

perkembangan ilmu pengetahuan, terutama mengenai hukum dari adanya

penerapan mengenai tes keperawanan yang dilakukan oleh Tentara Negara

Indonesia sehingga berguna bagi Fakultas Syari‟ah Jurusan Al-Ahwal

Asy-Syakhsiyyah UIN-Malang khususnya yang terkait dengan HAM dan

maslahah mursalah.

2. Secara Praktis

a. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi terkait hukum dari adanya

penerapan tes keperawanan yang berlaku di kalangan Tentara Negara

Indonesia.

Page 27: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

7

b. Bagi akademisi, untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi

akademisi, calon anggota TNI serta calon istri ataupun calon suami TNI

tentang hukum dari praktek tes keperawanan ditinjau dari HAM dan

maslahah mursalah.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran maupun persepsi yang berbeda atas judul

proposal skripsi tersebut, maka ada beberapa istilah yang sekiranya perlu

penegasan lebih lanjut untuk diketahui, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Status keperawanan

Status keperawanan yang dimaksud oleh penulis disini ialah hasil dari adanya

tes keperawanan yang mengarah pada virginitas seorang perempuan.

2. HAM (Hak Asasi Manusia)

HAM merupakan singkatan dari Hak Asasi Manusia yang berarti seperangkat

hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.4

3. Maslahah mursalah

Maslahah mursalah menurut istilah terdiri dari dua kata, yaitu maslahah dan

mursalah. Kata maslahah menurut bahasa berarti manfaat, dan kata mursalah

berarti lepas. Gabungan dari dua kata tersebut yaitu maslahah mursalah yang

menurut istilah yaitu, seperti yang dikemukakan Abdul Wahab Khallaf, berarti

4Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Bab I,

Pasal (1) ayat (1)

Page 28: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

8

sesuatu yang dianggap maslahat namun tidak ada ketegasan hukum untuk

merealisasikannya dan tidak pula ada dalil tertentu baik yang mendukung maupun

menolaknya. Sehingga ia disebut sebagai maslahah mursalah (maslahah yang

lepas dari dalil secara khusus).5

G. Metodologi Penelitian

Metode Penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan

pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari,

mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan.6 Adapun

metode penelitian yang akan dilakukan meliputi: jenis penelitian, pendekatan

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode pengumpulan data, dan

metode analisis data.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah yuridis normatif penelitian

hukum-hukum normatif atau pendekatan hukum, kepustakaan (Library

Reseach). Adapun yang diteliti adalah bahan hukum atau bahan pustaka.

Dalam Penelitian ini penelitian hukum normatif membahas doktrin-doktrin

atau asas-asas dalam ilmu hukum. Selain itu penelitian ini banyak dilakukan

terhadap data yang bersifat skunder yang berada di perpustakaan, dimana data

yang diperoleh berupa teori, konsep, dan ide.7

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan (Statute Approach) yang menelaah semua perundang-

5Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, M.A., Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), 148-149

6Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 1.

7Zainuddin,Ali, Metode Penelitian Hukum cet III, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), 31.

Page 29: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

9

undangan dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum.8 Pendekatan

Perundang-undangan (Statue Approach) menurut penulis di sini yaitu

menelaah syarat tes keperawanan bagi calon istri anggota TNI dalam tinjauan

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Maslahah

mursalah.

3. Bahan Hukum

Penelitian ini merupakan penelitian hukum Yuridis Normatif yang

menggunakan data primer/bahan hukum sebagai data utama,9 adapun bahan

hukum primer, sekunder, dan tersier yakni :

a. Bahan hukum primer

Data primer merupakan data dasar yang diperoleh langsung dari sumber

pertama atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan

dicatat untuk pertama kalinya.10

yang terdiri dari:

1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

(HAM)

2) Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor

Perpang/11/VII/2007 Tentang Tata Cara Pernikahan, Perceraian dan

Rujuk bagi Prajurit TNI.

3) Buku yang membahas tentang Maslahah al-Mursalah seperti kitab

Dhawabitul Maslahah karya Said Ramadhan Al Buthi, kitab Ushul

Fiqh karya Abdul Wahab Khallaf, Ushul tasyri‟ Al-Islami, Karya Ali

8Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

(Malang: UIN Press, 2012), 40. 9Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2005), 30. 10

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT. Prasetia Widya Pratama, 2002), 56.

Page 30: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

10

Hasbullah dan Al-Qawaid al-Fiqhiyyah Kaedah Maslahat karya Abdul

Aziz Azzam.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah sumber data kedua penelitian kualitatif,

bahan tersebut merupakan sumber data tertulis. Bahan hukum sekunder yaitu

data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya

dalam bentuk publikasi atau jurnal.11

Adapun bahan hukum sekunder yang

dapat digunakan adalah informasi yang diperoleh dari buku-buku atau

dokumen tertulis.12

Dalam penelitian ini penulis mendapatkan bahan hukum sekunder berupa

dokumen-dokumen dan literatur (kepustakaan) yang terkait dengan

permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder yang akan digunakan adalah

literatur berupa buku-buku, jurnal, koran, serta literatur yang membahas

tentang adanya tes keperawanan bagi calon istri anggota TNI dan kaitannya

dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan maslahah mursalah.

c. Bahan Hukum Tersier

Selain dari dua data tersebut di atas, peneliti juga membutuhkan data

tersier yang terkait dengan obyek penelitian, seperti kamus Musthalahat

Hukum dalam Ushul Fiqh Karya Muhammad Ibrahim Al-hafnawi, Kamus

Al-ma‟ani, kamus besar bahasa Indonesia, Al-Quran, dan Hadits.

11

Zainuddin dan Muhammad Walid, Pedoman Penulisan Skripsi, (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN

Malang, 2009), 43. 12

Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2015,

29.

Page 31: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

11

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini, menjelaskan urutan kerja, alat dan cara

pengumpulan bahan hukum primer maupun sekunder yang disesuaikan dengan

pendekatan penelitian. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan sebuah

metode, yakni:

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan proses pengumpulan data atau bahan-bahan

berupa dokumen, misalnya, buku-buku, jurnal, artikel, dan media lain-lain yang

berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia beserta literatur-literatur yang dapat memperkuat pembahahasan

Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti, ataupun data-data yang membahas

Maslahah mursalah.

4. Metode Pengolahan Data

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai prosedur pengolahan data dan

analisis sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Pengolahan data dilakukan

melalui beberapa tahap sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Pada tahap ini, data-data yang dikumpulkan diperiksa ulang untuk

menentukan apakah data yang diperoleh sudah sesuai dengan fokus

pembahasan peneliti. Pada tahap ini, data-data yang di kumpulkan dari

literatur-literatur seperti didalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999

Tentang Hak Asasi Manusia, buku yang menjelaskan tentang Maslahah

mursalah, dan literature lainnya seperti Al-Qur‟an, Hadist, ataupun berita-

Page 32: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

12

berita di media sosial yang berkaitan dengan Tes Keperawanan, di seleksi

secara detail apakah sudah fokus dengan pembahasan yang akan dilakukan

oleh peneliti.

b. Klasifikasi Data (Classifying)

Klasifikasi dilakukan untuk memilih data mana yang memiliki relasi

dengan pembahasan penelitian. Pada tahap ini, data yang sudah

terkumpulkan di klasifikasikan atau di kelompokkan sesuai dengan kelas-

kelasnya atau sesuai dengan sub-babnya. Misalnya data yang menjelaskan

tentang Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

dan data-data yang mendukung tentang adanya pernyataan ini, dipisahkan

dengan pembahasan yang membahas tentang Maslahah mursalah. Begitu

pula didalam pembahasan mengenai maslahah mursalah, antara sub-bab

objek maslahah mursalah dengan pembahasan lainnya harus dipisahkan

agar pembaca dapat dengan jelas memahami isi dari apa yag telah ditulis

oleh penulis.

c. Verifikasi Data (Verifying)

Pada tahap ini, data yang diperoleh dari literatur-literatur di verifikasi

atau di teliti kebenarannya, agar tidak terjadi pemalsuan data. Jadi setiap

data yang di peroleh dari Undang-Undang ataupun literatur yang

membahas tentang Masalahah Mursalah terkait adanya Peraturan Panglima

TNI, di teliti kebenarannya dengan mencantumkan sumber data ataupun

sesuatu yang menjadikan data tersebut tidak diragukan. Hal ini dilakukan

untuk menyaring data-data yang terkumpul agar benar-benar valid.

Page 33: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

13

d. Analisis (Analysing)

Pada tahap ini, data-data serta bahan hukum yang sudah diperoleh

oleh penulis di analisis secara keseluruhan dengan sejelas-jelasnya dan

didukung atau diperkuat dengan adanya argument-argumen atau informasi

serta literature lainnya yang berkaitan dengan pembahasan peneliti. Baik

berupa Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

dan Maslahah mursalah yang dijadikan sebagai pisau analisis terhadap

adanya suatu Peraturan Panglima TNI tentang adanya tes keperawanan

bagi calon istri anggota TNI.

e. Kesimpulan (Concluding)

Tahap terakhir ialah tahap kesimpulan, yang mana peneliti akan

menyimpulkan hasil dari analisis adanya Peraturan Panglima TNI tentang

tes keperawanan calon istri anggota TNI yang ditinjau dari segi Hak Asasi

Manusia menggunakan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 dan di

tinjau dari Maslahah mursalah-nya dan menemukan kesimpulan dari data

yang telah diolah.

H. Penelitian Terdahulu

Dalam kajian ilmiah, hal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti

adalah melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu. Ada beberapa

alasan untuk mendukung pernyataan ini, (1) untuk menghindari plagiasi, (2) untuk

membandingkan kekurangan dan kelebihan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian yang sekarang sedang diteliti oleh penulis, (3) untuk menggali

informasi dari penelitian yang diteliti oleh peneliti sebelumnya, (4) untuk

Page 34: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

14

meneruskan penelitian dari peneliti terdahulu yang belum terselesaikan. Berikut

paparan hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan judul

penelitian penulis:

a. Imron Rosadi, Mahasiswa Fakultas Syari‟ah, Program Studi Hukum Keluarga

Islam di Institut Agama Islam Negri Palangkaraya, pada tahun 2017. Skripsi

berujudul “Tes Keperawanan Sebagai Syarat Calon Istri Anggota Tentara

Nasional Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam”.13

Penelitian yang dilakukan oleh Imron Rosadi ini termasuk jenis penelitian

empiris, menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Tujuan dari

penelitian yang dilakukan oleh Imron Rosadi ini tentang latar belakang

dilakukannya tes keperawanan sebagai syarat calon istri anggota TNI untuk

melakukan pernikahan, kemudian peneliti juga membahas mengenai proses

tes keperawanan dan tinjauan hukum Islam tentang permasalahan tes

keperawanan, yang dianalaisis menggunakan maqashid syari’ah dan teori al-

zari’ah.

Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu Imron

Rosadi ialah, (1) adanya tes keperawanan disini bertujuan sebagai bentuk

kepedulian atasan agar anggotanya memiliki istri yang bermoral, (2) untuk

mencegah tindak asusila dikalangan TNI dan istri prajurit harus memiliki

kesehatan yang baik karena bisa saja ditinggal suami dalam melaksanakan

dinas, sehingga tidak mengganggu suami dalam bertugas.

b. M. Soaleh J, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbandingan

13

http://repositori.uin-alauddin.ac.id-Skripsi, ”Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Tes

Keperawanan Menurut HAM dan Hukum Islam (Studi Perbandingan)”

Page 35: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

15

Mazhab dan Hukum, UIN Avlaudin Makassar, 2017. Skripsi berjudul

“Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Tes Keperawanan Menurut HAM

dan Hukum Islam (Studi Perbandingan)”.14

Adapun penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research),

yaitu penelitian yang objek kajiannya berupa buku-buku dan data pustaka

berupa buku-buku sebagai sumber datanya. Penelitian ini dilakukan dengan

cara membacva, menelaah, mengulas dan menganalisi berbagai literature

yang ada. Kemudian pendeketan penelitian ini menggunakan pendekatan

teologi normatif (syar‟i), yaitu mengkaji ketentuan Hukum Islam terhadap

perlindungan hak perempuan yang terkait status virginitas perempuan

terhadap Hak Asasi Manusia.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) Bahwa setiap hak yang ada pada

diri seorang perempuan patut untuk dilindungi, tak terkecuali hak reproduksi

yang merupakan bagian dari hak asasi manusia (2) Negara bahkan dunia

berkewajiban serta bertanggung jawab atas apa yang menjadi hak

fundamental setiap manusia untuk dilindungi, dihormati, dan memajukan hak

asasi manusia, dan (3) Upaya perlindungan HAM bagi korban yang mengarah

kepada segi fisik serta psikologis, memastikan setiap warga tidak mengalami

perlakuan yang merendahkan martabat serta non-diskriminasi merupakan

upaya yang sama dilakukan oleh hukum Islam untuk mempertahankan hak

lahiriah setiap manusia.

14

http://repositori.uin-alauddin.ac.id- thesis, “Perlindingan Hak Perempuan Terhadap Tes

Keperawanan Menurut HAM dan Hukum Islam (Studi Perbandingan).”

Page 36: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

16

Adapun menurut peneliti bahwa hal yang menyangkut tentang hak-hak

perempuan terkhusus pada hak reproduksinya perlu dilindungi dan dihormati

tanpa memandang perbedaan kelompok, ras, suku dan lain-lain. Salah satu

upaya yang dilakukan untuk melanggar hak fundamental perempuan yaitu di

lakukannya tes keperawanan yang menjatuhkan martabat dan harga diri

perempuan.

c. Krismono Irwanto, Endang Wahyati Y, dan Djoko Widyarto.JS, Magister

Hukum Kesehatan, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2016.

Jurnal berjudul “Ketentuan Teknis Tentang Uji Dan Pemeriksaan Kesehatan

Calon Anggota Wanita Angkatan Udara Dan Implikasinya Terhadap

Perlindungan Hak Asasi Manusia”.15

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mencari hubungan sebab

akibat antara ketentuan hukum petunjuk teknik uji dan pemeriksaan kesehatan

calon wanita Angkatan Udara dengan perlindungan hak asasi manusia.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti menggunaan pendekatan

yuridis normatif, data yang digunakan adalah data sekunder atau studi

pustaka.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Krismono Irwanto, Endang

Wahyati Y, dan Djoko Widyarto.JS ini ada 3 point, yakni: (1) bahwa posisi wanita

disini sangat termarjinalkan oleh sistem hukum yang dibuat, tanpa melihat fungsi

dan manfaatnya secara menyeluruh, (2) bahwa ketentuan teknis uji kesehatan

ternyata tidak didasarkan atas dasar perlindungan hak-hak asasi manusia, tapi

15

http://journal.unika.ac.id-Jurnal, “Ketentuan Teknis Tentang Uji dan Pemeriksaan Kesehatan

Calon Anggota Wanita Angkatan Udara dan Implikasinya Terhadap Perlindungan Hak Asasi

Manusia.

Page 37: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

17

lebih kepada konsep kemiliteran yang doktrinal dan didasarkan pada asas ketaatan

mutlak, dan (3) bahwa implikasi dari ketentuan teknis uji kesehatan terhadap

perlindungan hak asasi manusia sangatlah besar, mengingat ketentuan teknis ini

sama sekali tidak memperhatikan hak-hak kesehatan calon anggota dan hal-hal

yang berkaitan dengan hak-hak pribadinya seperti organ reproduksi.

Disini peneliti membuat table perbandingan antara hasi penelitian yang

dilakukan oleh penulis dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu,

sebagai berikut:

Tabel Penelitian Terdahulu

NO IDENTITAS PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Diteliti oleh Imron

Rosadi, Mahasiswa

Fakultas Syari‟ah,

Program Studi Hukum

Keluarga Islam di Institut

Agama Islam Negri

Palangkaraya, pada tahun

2017. Skripsi berujudul

“Tes Keperawanan

Sebagai Syarat Calon Istri

Anggota Tentara Nasional

Indonesia dalam

Perspektif Hukum Islam”.

Sama dalam meniliti

tentang tes

keperawanan dan

ditinjau dari Hukum

Islam

- Peneliti terdahulu

lebih fokus pada

hukum Islam

mengenai

maqashid syariah

dan al-zari‟ah

- Menggunakan

metode

wawancara dan

dokumentasi

- Jenis penelitian

empiris

2 Diteliti oleh M. Soaleh J,

Mahasiswa Fakultas

Syariah dan Hukum,

Jurusan Perbandingan

Mazhab dan Hukum, UIN

Alaudin Makassar, 2017.

Skripsi berjudul

“Perlindungan Hak

Perempuan Terhadap Tes

Keperawanan Menurut

HAM dan Hukum Islam

Sama dalam

meneliti yang

berhubungan dengan

keperawanan dan

ditinjau dari HAM

­ Peneliti terdahulu

meneliti secara

lebih umum dan

luas mengenai

HAM dan juga

mengenai Hukum

Islam.

­ Menggunakan

Pendekatan

teologi normatif

­ Jenis penelitian

library research

Page 38: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

18

(Studi Perbandingan)”

3 Diteliti oleh Krismono

Irwanto, Endang Wahyati

Y, dan Djoko

Widyarto.JS, Magister

Hukum Kesehatan,

Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang,

2016. Jurnal berjudul

“Ketentuan Teknis

Tentang Uji Dan

Pemeriksaan Kesehatan

Calon Anggota Wanita

Angkatan Udara Dan

Implikasinya Terhadap

Perlindungan Hak Asasi

Manusia”.

- Sama dalam

meneliti

mengenai adanya

tes kesehatan

dalam lingkup

TNI

- Dilihat dari sudut

pandang HAM

- Peneliti

terdahulu fokus

meneliti pada

calon anggota

wanita AU

- Penelitian ini

jenis penelitian

empiris

Dari tabel diatas, dapat dipahami bahwasannya antara penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdahulu dan penulis tidak ada kesamaan, ataupun adanya

plagiasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Dapat dilihat

dari peneliti terdahulu pertama yang diteliti oleh Imron Rosadi, disini terdapat

perbedaan yaitu (1) berbeda dalam hal pisau analisis yang digunakan. Peneliti

terdahulu menggunakan maqashid syari‟ah dan al-zari‟ah sebagai pisau analisis

terhadap permasalahan tes keperawanan, sedangkan penulis menggunakan

maslahah mursalah dan juga Undang-undang tentang HAM.

Pada peneliti kedua yang diteliti oleh M. Soaleh J, disini juga terdapat

perbedaan yaitu peneliti terdahulu menggunakan pisau analisis HAM dalam arti

umum, dan Hukum Islam yang tidak spesifik, berbeda dengan penulis yang

Page 39: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

19

menggunakan maslahah mursalah sebagai acuan untuk menganalisis

permasalahan mengenai tes keperawanan ini.

Kemudian pada peneliti ketiga yang diteliti oleh Krismono Irwanto, Endang

Wahyati Y, dan Djoko Widyarto.JS, Magister Hukum Kesehatan, disini terdapat

Islam kesamaan yaitu Sama dalam meneliti mengenai adanya tes kesehatan dalam

lingkup TNI dan sama dari sudut pandang HAM. Perbedaannya ialah peneliti

terdahulu tidak menggunakan hukum sebagai acuan untuk menganalisis

permasalahan tersebut.

I. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini mengemukakan tentang adanya tes

keperawanan bagi calon istri anggota TNI sebagai syarat sebelum melangsungkan

pernikahan yang ditinjau dari pandangan hak asasi manusia dan maslahah

mursalah. Agar penulisan proposal ini nantinya dapat terarah dan memiliki

keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya, maka secara umum susunan

proposal yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Bab Pertama, dalam bab ini peneliti mendeskripsikan secara umum

keseluruhan isi skripsi ini mulai dari pendahuluan hingga penutup yang terdiri

dari beberapa Sub Bab, yaitu Latar Belakang Permasalahan, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penelitian Terdahulu,

dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, dalam Bab ini berisi pemikiran dan konsep-konsep yuridis

sebagai landasan teoritis untuk pengkajian dan analisis masalah dan berisi

perkembangan data atau informasi. Landasan-landasan konsep dan teori-teori

Page 40: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

20

tersebut nantinya dipergunakan untuk menganalisa setiap permasalahan yang

diangkat dalam penelitian tentang tes keperawanan yang ditinjau dari segi HAM

dan maslahah mursalah ini.

Bab Ketiga, pada bab ini peneliti akan membahas secara jelas dan rinci

data-data yang telah diperoleh dari hasil literatur tentang maslahah mursalah dan

HAM ataupun Undang-Undang yang berkaitan dengan judul peneliti, yang

kemudian di edit, diklasifikasi, diverifikasi, dan dianalisis untuk menjawab

rumusan masalah yang telah di tetapkan.

Bab Keempat, bab ini merupakan bab penutup atau bab terakhir dalam

penelitian ini, yang berisi tentang kesimpulan dan saran hasil penelitian ini secara

keseluruhan, sehingga dari kesimpulan dan saran ini dapat memberikan pengertian

secara singkat, padat dan jelas bagi para pembaca. Disamping kesimpulan, dalam

bab ini juga akan memuat saran-saran oleh peneliti kepada pembaca yang

bertujuan sebagai anjuran untuk penelitian berikutnya di masa-masa mendatang.

Page 41: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tes Keperawanan

Keperawanan atau perawan merupakan status seseorang yang telah

melakukan persetubuhan. Beberapa budaya maupun tradisi agama menempatkan

keperawanan sebagai suatu kehormatan, yang umumnya disandang oleh

perempuan yang belum menikah. Konsep keperawanan biasanya melibatkan isu

moral atau religius yang berdampak pada status sosial maupun hubungan antar

pribadi.16

Kata “perawan” awalnya merujuk pada perempuan yang tidak

berpengalaman dalam hubungan seksual, tetapi saat ini tidak hanya sebatas itu

saja.

16

“Perawan”, https://id.wikipedia.org/wiki/perawan, diakses tanggal 9 Januari 2018.

Page 42: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

22

Sehubungan dengan keperawanan, pemberlakukan adanya tes

keperawanan juga sering kali kita temukan, terutama pada lingkup TNI maupun

POLRI. Tes keperawanan di sini adalah salah satu tes kesehatan yang dilakukan

ketika seorang calon istri akan menikah dengan seorang TNI. Jadi, di dalam

serangkaian tes kesehatan, terdapat tes kesehatan yang salah satunya tes

keperawanan ini. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya Peraturan Panglima

TNI Nomor Perpang/11/VII/2007 tentang Tata Cara Pernikahan, Perceraian dan

Rujuk bagi Prajurit, yang mana didalamnya terdapat beberapa persyaratan yaitu:17

1. Surat permohonan izin kawin Batalyon

2. Surat keterangan personalia Batalyon

3. Surat keterangan izin kawin Kompi

4. Surat persetujuan dari bapak/wali calon istri/suami

5. Surat pernyataan belum pernah menikah dari kedua calon suami dan istri

6. Surat keterangan belum menikah (Janda dari Pamong praja setempat)

7. Surat persetujuan/kesanggupan calon suami/istri calon suami

8. Surat pernyataan kesanggupan calon suami/istri (bermaterai)

9. Surat keterangan menetap kedua orang tua/wali calon suami dan istri

10. Surat Keterangan Bersih Diri (SKBD) lingkungan orang tua calon istri/suami

11. Surat pernyataan pendapat pejabat agama TNI AD

12. Surat keterangan dokter militer

17

http://gardanasional.id/post/pengen-nikah-dengan-prajurit-tni-penuhi-dulu-syarat-ini. Diakses

tanggal 23 Maret 2018.

Page 43: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

23

13. Surat Keterangan Bersih Diri/Kelakuan baik dari kepolisian (SCKK), orang

tua calon suami dan istri (orang tua anggota TNI/Polri yang aktif cukup

security clearance dari satuan)

14. Melampirkan N1, N2, dan N4 dari KUA setempat sesuai alamat tempat

tinggal yang bersangkutan

15. Surat keterangan cerai/kematian bagi yang berstatus janda/duda

16. Surat pernyataan kesanggupan merawat anak tiri apabila calon yang

bersangkutan janda/duda memiliki anak

17. Surat keterangan pindah agama bagi calon yang beralih agama

18. Surat pernyataan sanggup menjadi anggota persit

19. Surat pernyataan sanggup berdomisili di asrama

20. Surat pernyataan sanggup memasuki akseptor KB

Sebagai contoh pelaksanaan dari Peraturan Panglima TNI ini, maka

KASAD selaku pemimpin tertinggi TNI AD mengeluarkan Surat Keputusan

Kasad Nomor SKEP/491/XII/2006 Tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk

(NTCR) bagi anggota TNI AD.18

Tes keperawanan di dalam rikkes (pemeriksaan kesehatan) calon istri

prajurit TNI ini, digunakan bukan untuk uji kelayakan seperti tes masuk TNI,

yang apabila hasilnya jelek akan di buang dari daftar nama calon. Tetapi, adanya

fungsi dari tes ini lebih mengarah kepada screening kesehatan secara umum,

termasuk status mentalnya dan kemungkinan penemuan penyakit menular seksual

atau bahkan HIV AIDS. Rikkes dimulai dari tahap wawancara, pemeriksaan fisik,

18

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Buku Petunjuk Tekhnik Tentang Nikah, Talak, Cerai

dan Rujuk bagi Anggota TNI AD, SKEP Kasad No 491/XII/2006, Pasal 7

Page 44: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

24

pengambilan sample darah, urin dan juga tes keperawanan. Tahap awal dokter

akan bertanya apakah sudah pernah berhubungan, kemudian melakukan tes

kehamilan untuk konfirmasi, dan apabila ada kejanggalan akan diperiksa keutuhan

hymennya. Memeriksa hymen atau selaput dara sebagai simbol masih perawan ini

tentu tidak dengan memasukkan sesuatu ke dalam vagina, karena bisa jadi malah

merusak hymennya, akan tetapi dilakukan dari anus dengan teknik tertentu.

Namun juga tak jarang sebagian dokter bisa mengkonfirmasi dari hasil penilaian

lain misalnya gestur tubuh dan mimik wajah.19

Berdasarkan laporan Human Rights Watch (HRW) yang diperoleh penulis

dari salah satu berita online swasta ternama Indonesia, bahwa semua perempuan

yang mendaftar sebagai prajurit TNI dan tunangan para anggota TNI diwajibkan

mengikuti tes keperawanan. "Pelamar atau tunangan yang dinyatakan gagal

memang tak lantas dihukum, namun menurut mereka tes itu menyakitkan,

memalukan, dan meninggalkan trauma," demikian tertulis dalam siaran resmi

HRW yang ditulis harian media online tersebut. 20

Rikkes dimulai dari wawancara, pemeriksaan fisik, pengambilan sample

darah dan urin juga tes keperawanan. Untuk yang terakhir sebenarnya tak perlu

khawatir apabila memang masih perawan alias belum pernah berhubungan,

kecuali calonnya berstatus janda dan kedua belah pihak sudah menerima maka

pemeriksaan ini tentu akan di skip. Dokter akan bertanya apakah sudah pernah

berhubungan, kemudian melakukan tes kehamilan untuk konfirmasi, dan apabila

19

http://ayuseite.wordpress.com/ “tes keperawanan calon persit”. Di akses pada tanggal 25 Juni

2018. 20

https://nasional.tempo.co/read/666260/cerita-miris-prajurit-wanita-tni-saat-tes-

keperawanan/full&Paging=Otomatis. Diakses pada 18 Agustus 2018.

Page 45: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

25

ada kejanggalan akan diperiksa keutuhan hymen-nya. Memeriksa hymen atau

selaput dara sebagai simbol masih perawan ini tentu tidak dengan memasukkan

sesuatu ke dalam vagina karena malah bisa merusaknya, akan tetapi dari anus

dengan teknik tertentu. 21

Dalam berita online yang lain penulis juga mendapatkan data yang

diungkap oleh Human Rights Watch (HRW) setelah mendengarkan pengakuan

dari seorang perempuan dokter yang terlibat dalam tes itu.

Menurut HRW seperti lansir Daily Mail, Kamis (14/5/2015), dokter itu

mengatakan para peserta tes diminta terlentang dan mengangkang seperti posisi

perempuan hendak melahirkan. Lalu, kata dokter itu, dua jari dimasukkan ke

vagina untuk mengetahui apakan selaput dara mereka masih utuh atau tidak. Hal

yang sama dilakukan pada anus.

"Pada 2008, saya melakukan sendiri hal itu. Para perempuan muda itu

sepenuhnya tidak ingin berada dalam posisi seperti itu, yang sangat terbuka," kata

si dokter. "Butuh upaya (keras) untuk membuat mereka mau (menjalani tes

keperawanan itu. Itu bukan cuma penghinaan, tetapi juga penyiksaan. Akhirnya

saya putuskan untuk tidak melakukannya lagi," kata dokter itu lagi.22

B. Hak Asasi Manusia (HAM)

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrati tanpa

pengecualian dan keistimewaan bagi golongan, kelompok maupun tingkat sosial

21

https://ayuseite.wordpress.com/2018/01/23/tes-keperawanan-calon-persit/. Diakses pada 18

Agustus 2018 22

http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/14/heboh-pengakuan-dokter-periksa-keperwawanan-

calon-tni. Diakses pada 18 Agustus 2018.

Page 46: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

26

manusia tertentu. Hak-hak tersebut mencakup antara lain hak atas kehidupan,

keamanan, kebebasan berpendapat dan merdeka dari segala bentuk penindasan

yang wajib di junjung tinggi, tidak saja oleh setiap individu dari suatu negara yang

mengakui keberadaan dan menghargai hak asasi manusia itu sendiri, namun harus

pula dijamin oleh negara tanpa ada pengecualiannya.23

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) secara umum adalah hak-hak dasar

yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak

lahir. sedangkan pengertian HAM menurut perserikatan bangsa-bangsa (PBB)

adalah hak yang melekat dengan kemanusiaan kita sendiri, yang tanpa hak itu kita

mustahil hidup sebagai manusia. Secara umum Hak Asasi Manusia sering sekali

terdengar di telinga kita tentang adanya Pelanggaran-pelanggaran HAM yang

membuat kita prihatin tentang semua yang terjadi, sehingga perlunya kita tahu

lebih jelas tentang hak asasi manusia seperti dibawah ini.24

Dari pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) dapat disimpulkan bahwa

sebagai anugerah dari Tuhan terhadap makhluknya, hak asasi tidak boleh

dijauhkan atau dipisahkan dari eksistensi pribadi individu atau manusia tersebut.

Hak asasi tidak bisa dilepas dengan kekuasaan atau dengan hal-hal lainnya, Bila

itu sampai terjadi akan memberikan dampak kepada manusia yakni manusia akan

kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.

Walapun demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia

dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang lain.

23

Dr. Niken Savitri, SH., MCL, HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), 1 24

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H dan Syamsir, S.H, Perkembangan HAM dan Keberadaan

Peradilan HAM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 17

Page 47: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

27

Memperjuangkan hak sendiri sembari mengabaikan hak orang lain merupakan

tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak asasi kita

selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain, karena itulah ketaan terhadap

aturan menjadi penting.25

Menurut UU No. 39 Tahun 1999, Menurut Undang-Undang Nomor 39

tahun 1999 Pasal 1 ayat 1, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang

melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,

dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.26

Perempuan, sebagai suatu kelompok dalam masyarakat di dalam suatu

negara, merupakan kelompok yang juga wajib mendapatkan jaminan atas hak-hak

yang dimiikinya secara asasi. Deklarasi Unievrsal Hak Asasi Manusia (DUHAM

1948) memang tidak menyatakan secara eksplisit tentang adanya jaminan hak

asasi terhadap kelompok perempuan secara khusus. Namun dalam Pasal 2

DUHAM dimuat bahwa hak dan kebebasan perlu dimiliki oleh setiap orang tanpa

diskriminasi, termasuk tidak melakukan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.

Diskriminasi adalah bagian dari pelanggaran hak asasi manusia.

Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung

ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama,

suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin,

25

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H dan Syamsir, S.H, Perkembangan HAM dan Keberadaan

Peradilan HAM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 17 26

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H dan Syamsir, S.H, Perkembangan HAM dan Keberadaan

Peradilan HAM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 17

Page 48: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

28

bahasa, keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan,

penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang

politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.27

Dengan

demikian, bila dikaitkan dengan kewajiban negara untuk memberikan jaminan

atas warga negaranya, negara juga memiliki tanggung jawab untuk menjamin

perlindungan hak asasi manusia kelompok perempuan sama seperti jaminan

kepada kelompok lainnya dengan tanpa adanya diskriminasi.28

Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia didalam

Pasal 1 ayat 6 UU No. 39 Tahun 1999 ialah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orang termasuk aparat negara baik disegaja maupun tidak disengaja

atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang

yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan

tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yag adil dan benar, berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku.

Di indonesia, untuk menjamin hak asasi dari setiap manusia, maka ada

suatu lembaga yang berfungsi mengawasi pemenuhan hak-hak semua orang.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang disebut sebagai Komnas HAM

berfungsi sebagai lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga

negara lainnya, yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,

pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999

27

UU Nomer 39 Tahun 1999, Bab I Pasal I ayat 3 28

Dr. Niken Savitri, SH., MCL, HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), 2

Page 49: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

29

pasal 75 butir a dan b, menjelaskan bahwa Komnas HAM bertujuan untuk (a)

mengembangkan kondisi yang konduktif bagi pelaksanaan hak asasi manusia

sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Unievrsal Hak Asasi Manusia, dan (b)

meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna

berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhya dan kemampuannya

berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Secara lebih khusus lagi, jaminan atas hak asasi perempuan dapat ditemui

dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengahpusan Diskriminasi

Terhadap Perempuan atau Pengesahan Konvensi Perempuan. Didalam Undang-

Undang No. 7 Tahun 1984 tersebut dinyatakan bahwa negara akan melakukan

upaya semaksimal mungkin untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi

terhadap perempuan, termasuk adanya kekerasan terhadap perempuan, baik yang

meliputi kekerasan di wilayah publik maupun di wilayah domestik.29

Mengapa perempuan harus dinyatakan secara eksplisit dan khusus dijamin

hak asasinya? Perempuan, dalam kajian dan pengaturan beberapa konvensi

internasional dimasukkan kedalam kelompok yang vulnerable, bersama-sama

dengan kelompok anak, kelompok minoritas, dan kelompok pengungsi serta

kelompok yang rentan lainnya. kelompok perempuan dimasukkan kedalam

kelompok yang lemah, tak terlindungi, dan karenanya selalu dalam keadaan yang

penuh resiko, serta sangat rentan terhadap bahaya, yang salah satu diantaranya

adalah adanya kekerasan yang datang dari kelompok lain. Kerentanan ini

29

Dr. Niken Savitri, SH., MCL, HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), 2-3

Page 50: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

30

membuat perempuan sebagai korban kekerasan mengalami fear of crime yang

lebih tinggi daripada laki-laki. Selain itu, derita yanng dialami perempuan baik

pada saat maupun setelah terjadinya kekerasan, pada kenyataannya jauh lebih

traumatis daripada yang dialami laki-laki.

Dalam konteks negara indonesia, pelanggaran hak asasi manusia merupakakn

tindakan pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh indiivdu maupun oleh

institusi negata atau institusi lainnya tergadap hak asasi manusia.

2. Dasar Hukum HAM

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik

Indonesia,yakni:30

a. Undang – Undang Dasar 1945

b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

Ketetapan MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM itu dapat

diwujudkan dalam masa Orde Reformasi, yaitu selama Sidang Istimewa MPR

yang berlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 13 November 1988. Dalam

rapat paripurna ke-4 tanggal 13 November 1988, telah diputuskan lahirnya

Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi Manusia.

c. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Adapun hak-hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199

tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Hak untuk hidup (Pasal 4)

2) Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)

30

Pendidikan kewarganegaraan semster 1 dan 2,

https://aangrapeialmudashir.files.wordpress.com/2009/12/iisi-makalah.pdf, diakses tanggal 09

Januari 2018.

Page 51: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

31

3) Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)

4) Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)

5) Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)

6) Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)

7) Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)

8) Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)

9) Hak wanita (Pasal 45-51)

10) Hak anak (Pasal 52-66)

3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia

Setelah mengetahui dengan berbagai dasar hukum Hak Asasi Manusia, dan

juga tentang penegakan hukum untuk Hak Asasi Manusia yang diterapkan di

Indonesia. Juga Hak Asasi Manusia bisa didapatkan dari berbagai macam untuk

mendapatkan penuh Hak Asasi Manusia. Macam-macam Hak Asasi Manusia

sebagai berikut:31

a. Hak Asasi Pribadi/Personal Rights

Hak asasi yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia sebagai kehidupan

pribadi manusia. Contoh hak-hak asasi pribadi ini sebagai berikut.

1) Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.

2) Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.

3) Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.

4) Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing.

31

Drs. Ahmad Nur Fuad, M.A, Cekli Setya Pratiwi, S.H., LL.M, M. Saiful Aris, S.H, M.H, Hak

Asasi Manusia dalam Perspektif Islam, (Malang: LPSHAM Muhammadiyah Jatim, 2010), 18-21

Page 52: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

32

b. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths

Hak yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia dalam kegiatan

perekonomian. Contoh hak-hak asasi ekonomi ini sebagai berikut.

1) Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

2) Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

3) Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.

4) Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.

5) Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

c. Hak Asasi Politik/Political Rights

Hak yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia pada kegiatan asas politik.

Contoh hak-hak asasi politik ini sebagai berikut:

1) Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.

2) Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

3) Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik

lainnya.

4) Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

d. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Rights

Hak yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia sebagai hak asasi, yaitu

hak yang berlangsungan dengan hak asasi hukum. Contoh hak-hak asasi hukum

sebagai berikut:

1) Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

2) Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

3) Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

Page 53: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

33

e. Hak Asasi Sosial Budaya/Social Culture Rights

Hak yang berhubungan dalam kehidupan Hak Asasi Manusia yang

berlangsung dengan kehidupan masyarakat, yaitu hak asasi sosial budaya yang

contohnya sebagai berikut:

1) Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.

2) Hak mendapatkan pengajaran.

3) Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

f. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights

Hak yang merupakan hubungan dari Hak Asasi Manusia berdasarkan hak

asasi, yaitu hak asasi peradilan yang contohnya sebagai berikut:

1) Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak

asasi peradilan ini sebagai berikut.

2) Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

3) Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan,

dan penyelidikan di muka hukum.

4. Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM yang sering muncul biasanya terjadi dalam 2 bentuk,

yaitu:

a. Diskriminasi, yaitu setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang

langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas

dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status

ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, politik, yang berakibat

pengurangan, penyimpangan, penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau

Page 54: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

34

penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan, baik

individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,

budaya dan aspek kehidupan.

b. Penyiksaan, adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sehingga

menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik jasmani maupun rohani pada

seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau

orang ketiga.

Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:32

a. Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggaran HAM yang berbahaya dan

mengancam nyawa manusia seperti pembunuhan, penganiayaan, perampokan,

perbudakan, penyanderaan, dan sebagainya.

b. Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang tidak mengancam

keselamatan manusia, akan tetapi dapat berbahaya jika tidak segera

ditanggulangi. Misalnya kelalaian dalam pemberian pelayanan kesehatan,

pencemaran lingkungan yang disengaja dan sebagainya.

Pelanggaran HAM berat menurut Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000

tentang pengadilan HAM dapat diklarifikaikan menjadi 2, yaitu:33

a. Kejahatan Genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud

untuk menhancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok,

bangsa, ras, kelompok, etnis, kelompok agama, dengan cara:

1) Membunuh anggota kelompok, pengertian anggota kelompok disini

32

Dr. Bahder Johan Nasution, S.H., S.M., M.Hum, “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia”,

(Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), 267 33

Dr. Bahder Johan Nasution, S.H., S.M., M.Hum, “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia”,

(Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), 268

Page 55: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

35

adalah seorang atau lebih anggota kelompok.

2) Mengakibatkakn penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap

anggota-anggota kelompok

3) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan

kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.

4) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran

didalam kelompok.

5) Memindahkan secara paksa anka-anka dari kelompok tertentu ke

kelompok lain.

b. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan

sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya

bahwa serangan tersebut ditujukan langsung terhadap penduduk sipil,

berupa:34

1) Pembunuhan-perampasan, sebagaimana diatur dalam pasal 340

KUHP

2) Pengusiran, termasuk perbuatan yang menibulkan penderitaan yang

dilakukan dengan sengaja seperti perbuatan menghambat pemasokan

barang makanan dan obat-obatan yag dapat menimbulkan

pemusnahan pada sebagian penduduk

3) Perbudakan yang didalamnya termasuk perdagangan manusia

khususnya perdagangan wanita dan perdagangan anak-anak.

34

Dr. Bahder Johan Nasution, S.H., S.M., M.Hum, “Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia”,

(Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), 268

Page 56: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

36

C. Maslahah Mursalah

1. Pengertian Maslahah

Maslahah mursalah artinya menurut bahasa adalah kebaikan yang

dikirimkan atau kebaikan yang terkandung. Maslahah mursalah yang

dimaksudkan oleh ahli ushul fiqh adalah:35

“bahwa terdapat suatu makna yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal

sedang dalil yang disepakati tentan hal tersebut tidak terdapat.”

Secara etimologi, Maslahah sama dengan manfaat, baik dari segi lafal

maupun makna. Maslahah juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang

mengandung manfaat. Apabila dikatakan bahwa suatu perdagangan itu suatu

kemaslahatan dan menuntut ilmu itu suatu kemaslahatan, maka hal tersebut berarti

bahwa perdagangan dan menuntut ilmu itu penyebab diperolehnya manfaat lahir

dan batin.36

Secara terminologi, terdapat beberapa definisi Maslahah yang dikemukakan

ulama ushul fiqh, tetapi seluruh definisi tersebut mengandung esensi yang sama.

Imam Ghazali mengemukakan bahwa suatu kemaslahatan harus sejalan dengan

tujuan syara‟, sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia, Karena

kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan kepada kehendak syara‟, tetapi

sering didasarkan kepada kehendak hawa nafsu. Misalnya, di zaman jahiliyyah

para wanita tidak mendapatkan bagian harta warisan, yang menurut mereka hal

35

Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., “Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2”, (Jakarta: Kencana, 2010), 160 36

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 114

Page 57: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

37

tersebut mengandung kemaslahatan, sesuai dengan adat istiadat mereka, tetapi

pandangan ini tidak sejalan dengan kehendak syara‟. Karenanya kejadian seperti

ini tidak dinamakan Maslahah. Oleh sebab itu, menurut Imam al-Ghazali, yang

dijadikan patokan dalam menentukan kemaslahatan adalah kehendak dan tujuan

syara‟, bukan kehendak dan tujuan manusia.37

Tujuan syara‟ yang harus dipelihara tersebut, lanjut al-Ghazali ada lima

bentuk, yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Apabila

seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk memelihara kelima

aspek tujuan syara‟ diatas, maka dinamakan Maslahah.38

Disamping ini, upaya

untuk menolak segala bentuk kemudaratan yang berkaitan dengan kelima aspek

tujuan syara‟ tersebut, juga dinamakan maslahah. Dalam kaitannya dengan ini,

Imam al-Syathibi, mengatakan bahwa kemaslahatan tersebut tidak dibedakan

antara kemaslahatan dunia maupun kemaslahatan akhirat, karena kedua

kemaslahatan tersebut apabila bertujuan untuk memelihara kelima tujuan syara‟ di

atas termasuk ke dalam konsep maslahat. Dengan demikian, menurut al-Syathibi,

kemaslahatan dunia yang dicapai seorang hamba Allah harus bertujuan untuk

kemaslahatan di Ahkirat.39

2. Alasan Ulama Yang Menjadikan Maslahah Mursalah Sebagai Hujjah

Jumhur ulama kaum muslimin berpendapat bahwa al-maslahah mursalah al

mursalah adalah hujjah syara‟ yang dipakai landasan penetapan hukum.40

kejadian

yang tidak ada hukumnya dalam nash, ijma‟, qiyas atau istihsan, maka ditetapkan

37

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 114 38

Prof. Dr. Abd Aziz Azzam, AL-Qawaid Al-Fiqhiyyah, (Cairo : Dar-Hadits, 2001), 187 39

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 114 40

Prof. Dr. Ramadhan Al-Buthi, Dhawabit al-Maslahah, (Damaskus, Darul Qalam, 1997) 201

Page 58: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

38

hukum yang dituntut oleh kemaslahatan umum. Dan penetapan hukum

berdasarkan kemaslahatan ini tidak tergantung pada adanya saksi syara‟ dengan

anggapannya.41

Alasan mereka dalam hal ini ada dua, pertama, kemasalahatan umat manusia

itu selalu baru dan tidak ada habisnya. Maka seandainya hukum tidak ditetapkan

sesuai dengan kemaslahatan manusia yang baru, sesuai dengan perkembangan

mereka dan penetapan hukum itu hanya berdasarkan anggapan syar‟i saja, maka

banyak kemaslahatan manusia di berbagai zaman dan tempat menjadi tidak ada.

Jadi pembentukan hukum seperti itu tidak memperhatikan perkembangan dan

kemaslahatan manusia. Hal ini tidak sesuai, karena tujuan penetapan hukum

antara lain menetapkan kemaslahatan umat manusia.42

Kedua, orang yang mau meneliti penetapan hukum yang dilakukan para

sahabat Nabi, tabi‟in dan imam-imam mujtahid akan jelas bahwa banyak sekali

hukum yang mereka tetapkan demi menerapkan kemaslahatan umum, bukan

karena ada saksi dianggap oleh syar;i.

Abu Bakar mengumpulkan berkas-berkas yang tercecer menjadi satu tulisan

Al-Qur‟an dan memerangi orang-orang yang tidak mau embayar zakat. Lalu

mengangkat Umar bin Khattab sebagai gantinya.43

Umar menetapkan jatuhnya

talak tiga dengan sekali ucapan, tidak memberikan sedekah kepada al-Mu’allafati

quluubuhum (orang-orang yang dijinakkan hatinya), menetapkan kewajiban pajak,

menyusun administrasi, membuat penjara dan mengehentikan hukuman terhadap

pencuri dimasa krisis pangan.

41

Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 111 42

Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 112 43

Prof. Dr. Ali Hasbullah, Ushul Tasyri‟ Al-Islamiy, (Beirut, Dar Al-Qalam, 1998) 141

Page 59: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

39

Semua bentuk kemaslahatan yang menjadi tujuan diundangkanyya hukum-

hukum diatas adalah kemaslahatan umum. Mereka menetapkan hukum

berdasarkan hal itu Karena kemaslahatan, karena tidak ada dalil syara‟ yang

menolaknya. Para ulama tidak berhenti menetapkan hukum berdasarkan

kemaslahatan sampai ada saksi syara‟ yang menganggapnya. Oleh karena itu,

Imam al-Qurafi berkata: Para sahabat berbuat banyak hal atas dasar kemaslahatan

umum, bukan karena saksi yang menganggapnya.44

3. Alasan Ulama Yang Tidak Berhujjah Dengan Al-Maslahah Al-Mursalah

Sebagian ulama umat Islam berpendapat bahwa kemaslahatan umum itu tidak

menjadi dasar penetapan hukum, meskipun tidak ada saksi syara yang

menyatakan dianggap atau tidaknya kemaslahatan itu. Mereka menggunakan dua

alasan: pertama, syariat itu sudah mencakup seluruh kemaslahatan manusia, baik

dengan nash-nashnya maupun dengan apa yang di tunjukkan oleh kias. Karena

syari‟ tidak akan membiarkan manusia dalam kesia-siaan dan tidak membiarkan

kemaslahatan yang manapun tanpa memberikan petunjuk pembentukan hukum

untuk kemaslahatan itu. Jika tidak ada kemaslahatan tanpa ada saksi dari syari‟

yang menunjukkan anggapannya, pada hakikatnya adalah bukan kemaslahatan,

melainkan kemaslahatan semu yang tidak boleh dijadiakan dasar penetapan

hukum.45

Kedua, penetapan hukum berdasarkan kemaslahatan umum adalah membuka

kesempatan hawa nafsu manusia, seperti para pemimpin, penguasa, ulama

pemberi fatwa. Sebagian dari mereka kadang-kadang dikalahkan oleh keinginan

44

Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 113 45

Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 115

Page 60: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

40

hawa nafsunya dan keinginan, sehingga mereka mengkhayalkan kerusakan

sebagai kemaslahatan. Sedangkan kemaslahatan adalah suatu hal yag relatif,

tergantung sudut pandang dan lingkungan. Maka penetapan hukum syari‟at karena

kemaslahatan umum berarti membuka pintu kejelekan.46

4. Macam-macam Maslahah

Para ahli ushul fiqh mengemukakan beberapa pembagian maslahah jika

dilihat dari beberapa segi.dilihat dari segi kualitas dan kepentingan kemaslahatan

itu, para ahli ushul fiqh membaginya kepada 3 macam, yaitu:47

a. Maslahah al-Dharuriyyah ( ) yaitu kemaslahatan yang

berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia didunia dan di akhirat.

Kemaslahatan seperti ini ada lima, yaitu (1) memelihara agama, (2)

memelihara jiwa, (3) memelihara akal, (4) memelihara keturunan, dan (5)

memelihara harta. Kelima kemaslahatan ini disebut dengan al-maslahah al-

khamsah.

Memeluk suatu agama merupakan fitrah dan naluri insani yang tidak bisa

diingkari dan sangat dibutuhkan umat manusia. Untuk kebutuhan tersebut, Allah

mensyariatkan agama yang wajib dipelihara setiap orang, baik yang berkaitan

dengan „aqidah, ibadah, maupun muamalah.Hak dihidup juga merupakan hak

paling asasi bagi setiap manusia. Dalam kaitan ini, untuk kemaslahatan,

keselamatan jiwa dan kehidupan manusia Allah mensyari‟atkan berbagai hukum

yang terkait dengan itu, seperti syari‟at qishash, kesempatan mempergunakan

46

Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 115 47

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 115

Page 61: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

41

hasil sumber alam untuk dikonsumsi manusia, hukum perkawinan untuk

melanjutkan generasi manusia, dan berbagai hukum lainnya.

Akal merupakan sasaran yang menentukan bagi seseorang dalam menjalani

hidup dan kehidupannya. Oleh sebab itu, Allah menjadikan pemeliharaan akal itu

sebagai suatu yang pokok. Untuk itu, antara lain Allah melarang meminum

minuman keras, karena minuman keras itu bisa merusak akal dan hidup manusia.

Berketurunan juga merupakan masalah pokok bagi manusia dalam rangka

memelihara kelangsungan manusia di muka bumi ini. Untuk memelihara dan

melanjutkan keturunan tersebut Allah mensyari‟atkan nikah dengan segala hak

dan kewajiban yang diakibatkannya.

b. Maslahah al-Hajiyah ), yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan

dalam menyempurnakan kemaslahatan pokok (mendasar) sebelumnya yang

berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan

mendasar manusia. Misalnya dalam bidang ibadah, diberi keringanan

meringkas (Qashr) shalat dan berbuka puasa bagi orang yang sedang musafir;

dalam bidang muamalah dibolehkan berburu binatang dan memakan makanan

yang baik-baik, diperbolehkan melakukan jual beli pesanan (bay’ al-salam),

kerjasama dalam pertanian (muzara’ah) dan perkebunan (musaqqah).

Semuanya ini disyariatkan Allah untuk mendukung kebutuhan mendasar al-

maslahah al-khamsah.

c. Maslahah al-Tahsiniyyah ( ), yaitu kemaslahatan yang sifatnya

pelengkap berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan

Page 62: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

42

sebelumnya. Misalnya dianjurkan untuk memakan yang bergizi, memakai

pakaian yang bagus-bagus, melakukan ibadah-ibadah sunnah sebagai amalan

tambahan, dan berbagai jenis cara menghilangkan najis dari badan manusia.

Dilihat dari segi kandungan maslahah, para ulama ushul fiqh membaginya

kepada:48

1) Maslahah al-‘Ammah ( ), yaitu kemaslahatan umum yang

menyangkut kepentingan orang banyak. Kemaslahatan umum ini tidak berarti

untuk kepentingan semua orang, tetapi bisa berbentuk kepentinga mayoritas

umat atau kebanyakan umat. Misalnya, para ulama membolehkan membunuh

penyebar bid‟ah yang dapat merusak aqidah umat, karena menyangkut

kepentingan orang banyak.

2) Maslahah al-Khashshah ( ), yaitu kemaslahatan pribadi, dan ini

jarang sekali, seperti kemaslahatan yang berkaitan dengan pemutusan

hubungan perkawinan seseorang yang dinyatakan hilang (maqfud). Pentingnya

pembagian kedua kemaslahatan ini berkaitan dengan prioritas mana yang harus

didahulukan apabila antara kemaslahatan umum bertentangan dengan

kemaslahatan pribadi. Dalam pertentangan kedua kemaslahatan ini, Islam

mendahulukan kemaslahatan umum daripada kemaslahatan pribadi.

Dilihat dari segi berubah atau tidaknya maslahah, menurut Muhammad

Mushthafa al-Syalabi, guru besar ushul fiqh di Universitas al-Azhar Mesir, ada

dua bentuk maslahah al-mursalah, yaitu (1) Maslahah al-Tsabitah dan (2)

48

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, “Ushul Fiqh 1”, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 116

Page 63: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

43

Maslahah al-Mutaghayyirah, yang akan dijelaskan lagi dibawah ini: 49

1) Maslahah al-Tsabitah ( ), yaitu kemaslahatan yang bersifat

tetap, tidak berubah berubah sampai akhir zaman. Misalnya berbagai

kewajiban ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

2) Maslahah al-Mutaghayyirah ( ), yaitu kemaslahatan yang

berubah-ubah sesuai dengan perubahan tempat, waktu dan subyek hukum.

Kemaslahatan seperti ini berkaitan dengan permasalahan mu‟amalah dan

adat kebiasaan, seperti dalam masalah makanan yang berbeda-beda antara

satu daerah dengan daerah lainnya. Perlunya pembagian ini menurut

Mushthafa al-Syalabi, di maksudkan untuk memberikan batasan

kemaslahatan mana yang bisa berubah dan yang tidak.

Dari segi keberadaan maslahah menurut syara‟ terbagi kepada:50

1) Maslahah al-Mu’tabarah ( ), yaitu kemaslahatan yang

didukung oleh syara‟. Maksudnya, ada dalil khusus yang menjadi dasar

bentuk dan jenis kemaslahatan tersebut. Misalnya, hukuman atas orang

yang meminum minuman keras dalam hadist Rasulullah SAW. Dipahami

secara berlainan oleh para ulama fiqh, disebabkan perbedaan alat pemukul

yang dipergunakan Rasulullah SAW ketikan melaksanakan hukuman bagi

orang yang meminum minuman keras. Ada hadist yang menunjukkan

bahwa alat yang digunakan Rasulullah SAW adalah sandal/alas kaki

49

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, “Ushul Fiqh 1”, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 117 50

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, “Ushul Fiqh 1”, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 119

Page 64: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

44

sebanyak 40 kali (H.R. Ahmad ibn Hanbal dan al-Baihaqi) dan adakalanya

dengan pelepah pohon kurma juga sebanyak 40 kali (H.R. al-Bukhari dan

Muslim).

2) Maslahah al-Mulghah ( ), yaitu kemaslahatan yang ditolak

oleh syara‟, karena bertentangan dengan ketentuan syara‟. Misalnya syara‟

menentukan bahwa orang yang melakukan hubungan seksual disiang hari

bulan Ramadhan dikenakan hukuman dengan memerdekakan budak, atau

puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin

(H.R. al-Bukhari dan Muslim)

3) Maslahah al-Mursalah ( ), yaitu kemaslahatan yang

keberadaannya tidak didukung syara‟ dan tidak pula dibatalkan atau

ditolak syara‟ melalui dalil yang rinci. Kemaslahatan dalam bentuk ini

terbagi menjadi 2, yaitu: (1) maslahah al-gharibah ( ), yaitu

kemaslahatan yang asing, atau kemaslahatan yang sama sekali tidak ada

dukungan dari syara‟, baik secara rinci maupun secara umum. (2)

maslahah al-mursalah, yaitu kemaslahatan yang tidak didukung dalil

syara‟ atau nash yang rinci, tetapi didukung oleh sekumpulan makna nash

(ayat atau hadist).

Najm al-Din al-Thufi (ahli ushul fiqh Hanbali), tidak membagi maslahah

tersebut, sebagaimana yang dikemukakan para ahli ushul fiqh diatas. Menurutnya,

maslahah merupakan dalil yang bersifat mandiri dan menempati posisi yang kuat

Page 65: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

45

dalam menerapkan hukum syara‟, baik maslahah itu mendapat dukungan dari

syara‟ maupun tidak.

5. Obyek Maslahah Mursalah

Adapun yang menjadi objek maslahah mursalah adalah setiap peristiwa atau

kejadian yang memang perlu untuk ditetapkan hukumnya dan yang tidak ditemui

ketentuannya dalam nash. Penetapan tersebut dengan mempertimbangkan

kemaslahatan manusia yaitu membawa manfaat dan menghilangkan

kemudharatan bagi manusia itu sendiri.51

Imam al-Qaradi al-Thufiy mneyebutkan bahwa objek maslahah mursalah

adalah sebagai dasar untuk menetapkan hukum dalam bidang muamalah dan

semacamnya, sedangkan untuk bidang ibadah merupakan hak Allah untuk

menetapkannya. Hal itu disebabkan manusia tidak sanggup mengetahui dengan

lengkap hikmah ibadah itu sendiri, karena itu dalam beribadah diharuskan sesuai

dengan ketentuan yang terdapat didalam nash.52

6. Syarat-Syarat Berpegang Pada Maslahah

Untuk menghindari peluang bagi terjadinya pembinaan hukum yang didasarkan

pada keinginan dan hawa nafsu sebagai sikap hati-hati, para ulama yang

berpegang kepada maslahah al-mursalah memberi beberapa syarat, sehingga

maslahat mursalah dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Adapaun syarat-

syaratnya ialah:53

a. Adanya maslahat itu harus jelas, bukan berdasarkan sangkaan (wahm)

51

Dr. H. Nassruddin Yusuf, “Pengantar Ilmu Ushul Fiqh”, (Malang: UM Press, 2012), 80 52

Dr. H. Nassruddin Yusuf, “Pengantar Ilmu Ushul Fiqh”, (Malang: UM Press, 2012), 81 53

Dr. H. Nassruddin Yusuf, “Pengantar Ilmu Ushul Fiqh”, (Malang: UM Press, 2012), 80

Page 66: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

46

b. Maslahat itu bersifat umum, bukan untuk kepentingan pribadi seseorang

saja.

c. Hukum yang ditetapkan berdasarkan maslahat ini tidak bertentangan dengan

hukum atau prinsip yang telah ditetapkan oleh nash atau ijma‟.

Sedangkan Abdul Wahab Khallaf juga menjelaskan beberapa persyaratan

dalam memfungsikan maslahah mursalah, yaitu:54

a. Sesuatu yang dianggap maslahat itu haruslah berupa maslahat hakiki, yaitu

yang benar-benar akan mendatangkan kemanfaatan atau menolak

kemudharatan, bukan berupa dugaan belaka dengan hanya

mempertimbangkan adanya kemanfaatan tanpa melihat kepada akibat

negatif yang ditimbulkannya.

b. Sesuatu yang dianggap maalahat itu hendaklah berupa kepentingan umum,

bukan kepentingan pribadi.

c. Sesuatu yang dianggap maslahat itu tidak bertentangan dengan ketentuan

yang ada ketegasan dalam Al-Qur‟an atau sunnah Rasulullah, atau

bertentangan dengan ijma‟.

54

Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, M.A, “Ushul Fiqh”, (Jakarta: Kencana, 2005 ), 152-153

Page 67: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

47

BAB III

PEMBAHASAN

A. Tes Keperawanan Calon Istri Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki beberapa tugas pokok dan

fungsi (tupoksi), tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara55

.

Peran TNI sendiri adalah sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam

55

http://www.tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html diakses pada 25-04-2018, 11:30

Page 68: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

48

menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik

negara56

. Disamping menjaga keutuhan negara, setiap personil anggota TNI juga

manusia biasa, yang menginginkan banyak hal, dan ingin memiliki beberapa hal.

Seperti keluarga sakinah, mendapatkan keturunan, dan mewujudkan cita-citanya,

serta menjadi kepala rumah tangga yang dapat mengayomi dan menafkahi

keluarga dengan baik.

Demi terwujudunya maksud agar suami istri TNI dapat hidup harmonis,

kita ketahui bersama bahwasannya sebelum melaksanakan pernikahan dengan

anggota TNI, calon istri dari anggota TNI ini harus melakukan dan memenuhi

berbagai macam prosedur dan syarat yang telah ditetapkan dan diwajibkan, karena

adanya peraturan yang mengatur tentang tata cara pernikahan khusus dan hanya

berlaku di dalam lingkup Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tata cara pernikahan

yang di aplikasikan di dalam lingkup TNI ini merujuk pada buku pedoman

tentang Tata Cara Pernikahan, Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit yang diatur

didalam Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang 11/VII/2007. Buku pedoman

yang digunakan sebagai rujukan pelaksanaan tata cara pernikahan ini, mengatur

salah satu ketentuan yang wajib dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan,yaitu

melakukan tes kesehatan. Termasuk di dalam tes kesehatan ini terdapat

serangkaian tes yang dilaksanakan, salah satunya adalah tes keperawanan.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa keperawanan seorang perempuan

merupakan suatu hal yang sangat berharga dan sensitif bagi setiap perempuan.

Ketika seseorang mempertanyakan status keperawanan seorang perempuan, jelas

56

http://www.tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html diakses pada 25-04-2018, 11:30

Page 69: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

49

bahwa perempuan tersebut spontan akan menanggapi dengan sedikit aneh ataupun

malu. Mereka menganggap bahwa ketika ada seorang yang mempertanyakan

status keperawanannya, maka sama halnya orang tersebut merasa bahwa harga

dirinya telah diremehkan atas pertanyaan yang diutarakan kepadanya. Ketika

publik membicarkan tentang wacana tes keperawanan, tidak sedikit pihak yang

pro dan kontra dengan wacana tersebut, faktanya bahwa adanya tes keperawanan

memang benar-benar diterapkan di instansi yang ada, dan masih diterapkan

hingga saat ini didalam lingkup TNI.

Dalam beberapa berita yang dikutip oleh penulis dalam sebuah koran

dikatakan, “untuk mengetahui perawan atau tidak perawan, kata mereka, adalah

cara halus mencegah istri gila seks jika ditinggal suami bertugas," tutur petugas

pemeriksa calon istri anggota TNI.57

Melihat alasan yang digunakan petugas

dalam berita yang penulis kutip, bias ditarik kesimpulan bahwasanya penerapan

tes keperawanan dimaksudkan dan menginginkan istri anggota TNI memiliki

moral yang baik di atas rata-rata istri yang lainnya.

Berbagai prosedur yang digunakan untuk mengetahui keperawanan calon

istri anggota TNI ini menurut penulis juga sebagai salah satu bentuk menghalang-

halangi dan mempersulit anggota TNI untuk melanjutkan keturunan. Karena

ketika calon istri tidak mau untuk melakukan tes keperawanan, komandan

kesatuan calon suami tidak akan menerbitkan surat izin, dan secara otomatis

kantor catatan sipil tidak memberikan izin pernikahan kepada suami karena tidak

57

http://makassar.tribunnews.com/2018/02/08/buka-bukaan-calon-istri-tentara-soal-tes-

keperawanan-yang-wajib-diikuti-hingga-kata-bu-jenderal?page=2, diakses pada tanggal 27 April

2018

Page 70: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

50

memenuhi syarat adanya surat izin pernikahan dari komandan kesatuan bagi

setiap polisi dan tentara.

Bentuk menghalang-halangi dalam hal ini menurut penulis tidak sesuai

dengan UUD 1945 Pasal 28B ayat (1) yang berbunyi ”Setiap orang berhak

membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”58

.

Pasal 28 UUD 1945 merupakan pasal yang membahas atau menekankan tentang

hak-hak manusia secara umum dan hak warga negara secara umum. Di dalam

pasal 28B ayat 1 dijelaskan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah

dimaksud adalah perkawinan sesuai hukum agama dan negara. Bila dalam agama

(Islam), perkawinan yang sah adalah perkawinan yang telah disetujui oleh

mempelai pria dan wanita beserta keluarganya, ada saksi, wali, serta penghulu.

Sedangkan bila ditinjau dari segi hukum negara, perkawinan telah sah jika telah

sesuai dengan aturan agama ditambah telah dicatat di KUA setempat serta hak-

hak seluruh anggota keluarga tersebut terjamin di mata hukum Negara.

1. Tes Keperawanan Calon Istri Anggota TNI Menurut Undang-undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Semua warga negara memiliki sebuah kehormatan dan kebebasan untuk

berpendapat, hak untuk hidup serta hak untuk melanjutkan keturunannya.

Sehubungan dengan adanya Undang-undang Hak Asasi Manusia yang berlaku di

Indonesia, menurut ketentuan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia, hak-hak wanita dan hak-hak anak adalah merupakan hak asasi

58

UUD 1945

Page 71: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

51

manusia.59

Oleh karena itu, hak-hak wanita dan hak-hak anak sebagaimana telah

dikemukakan di atas, perlu diakui dan mendapat perlindungan hukum.

Sebagaimana dimaksud dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Nomor XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia, adalah merupakan tugas

setiap lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintahan untuk

menghormati menegakkan dan menyebar luaskan pemahaman tentang hak asasi

manusia, termasuk hak-hak wanita dan hak-hak anak-anak kepada seluruh warga

masyarakat. Apalagi bila diingat bahwa hak-hak wanita dan hak-hak anak lebih

banyak menyangkut hubungan dalam keluarga dan masyarakat dan merupakan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.60

Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan

bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia.61

Jadi sejatinya setiap manusia mempunyai hak yang

melekat sejak lahir sampai dengan ia meninggal dunia termasuk hak untuk hidup,

serta tidak boleh ada yang mengganggu hak asasi tersebut.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang adanya

hak asasi manusia, seharusnya tes keperawanan ini tidak dijadikan sebagai acuan

TNI untuk mengetahui mental dan moral seorang perempuan tentang nafsunya.

59

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 60

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H dan Syamsir, S.H, Perkembangan HAM dan Keberadaan

Peradilan HAM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 22 61

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H dan Syamsir, S.H, Perkembangan HAM dan Keberadaan

Peradilan HAM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 17

Page 72: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

52

Masyarakat juga harus lebih teliti dan tahu, bahwa dalam menentukan status

perawan atau tidaknya seorang perempuan. Karena selaput dara didalam diri

wanita, bisa saja rusak karena terjadi hal-hal lain selain dari adanya hubungan

intim. Misalnya robek akibat kecelakaan, terjatuh dan lain-lain, dan permasalahan

seperti ini tidak dibenarkan ketika status keperawanan seseorang diketahui oleh

orang lain, karena itu adalah sesuatu yang sangat berharga didalam diri seorang

perempuan.

Di sini terdapat salah satu permasalahan yang terjadi pada hak-hak wanita,

salah satu yang diangkat oleh penulis adalah adanya tes keperawanan yang

dilakukan sebagai syarat calon istri yang akan menikah dengan seorang anggota

TNI. Jika kita lihat, di sini terdapat tindakan pelanggaran hak asasi sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat 6 UU No. 39 Tahun 1999, bahwa setiap

perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disegaja

maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,

menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau

kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan,

atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yag adil dan

benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Dari uraian Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang HAM Nomor 39 Tahun 1999

ini, yang digaris bawahi di sini ialah kata membatasi. Jika dikaitkan dengan

adanya tes keperawanan yang dilakukan berupa pemeriksaan selaput darah

sebelum melaksanakan pernikahan dengan anggota TNI, maka aparat negara telah

membatasi ruang gerak seseorang untuk melaksanakan pernikahan sesuai dengan

Page 73: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

53

aturan dan mengadakan sanksi bagi orang yang tidak melaksanakan aturan

tersebut.

Dalam kacamata HAM yang sama, juga diatur dalam UUD 1945 dalam

pasal 28B ayat 1 tentang hak untuk berketurunan, peraturan instansi yang dirasa

menghalang-halangi seseorang untuk melanjutkan keturunan, karena tentunya

setiap orang berhak untuk mendapatkan dan melanjutkan keturunannya sesuai

dengan UUD 1945 yang berbunyi, Setiap orang berhak membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.62

Karena sejatinya Hak

Asasi Manusia bersifat tidak terbatas (Non Dirogable Rect) dan negara

mempunyai kewajiban untuk memenuhinya (To Fulfill).

Jika dilihat dari adanya praktek tes keperawanan tersebut, hak yang dilanggar

ini ialah hak yang bersifat melanggar hukum (legal of equality rights). Yang mana

hak asasi hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam

hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum sebagai berikut:63

a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

Dari point a, yaitu hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum

dan pemerintahan, terlihat jelas bahwasannya setiap orang, baik laki-laki ataupun

perempuan berhak mendapatkan perlakuan yang sama tanpa adanya pembedaan

satu sama lainnya. Perlindungan terhadap hak seseorang untuk memperoleh

keturunan dan menikah haus tetap dijaga, karena hal tersebut untuk regenerasi dan

62

UUD 1945 Pasal 28B ayat 1 63

http://fikkyariefsetiawan.wordpress.com/macam-macam-hak-asasi-manusia-ham/, diakses pada

tanggal 24 Maret 2018

Page 74: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

54

menghindari kepunahan keturunannya, serta perlindungan terhadap kehormatan

dan martabat seorang perempuan harus tetap dijaga, karena kita semua sama

dihadapan hukum (equality befor the law).

Berdasarkan sifarnya, pelanggaran terbagi menjadi 2 macam, yaitu: (1)

Pelanggaran HAM berat dan (2) pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM

berat, yaitu pelanggaran HAM yang berbahaya dan mengancam nyawa manusia

seperti pembunuhan, penganiayaan, perampokan, perbudakan, penyanderaan, dan

sebagainya. Sedangkan,Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang

tidak mengancam keselamatan manusia, akan tetapi dapat berbahaya jika tidak

segera ditanggulangi. Misalnya kelalaian dalam pemberian pelayanan kesehatan,

pencemaran lingkungan yang disengaja dan sebagainya.

Pelanggaran HAM berat menurut Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000

tentang pengadilan HAM dapat diklarifikaikan menjadi 2, yaitu:

a. Kejahatan Genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud

untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok,

bangsa, ras, kelompok, etnis, kelompok agama, dengan cara:

1) Membunuh anggota kelompok

2) Mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota-

anggota kelompok

c. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan

sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya

bahwa serangan tersebut ditujukan langsung terhadap penduduk sipil, berupa:

1) Pembunuhan-perampasan

Page 75: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

55

2) Pengusiran-perbudakan

Jika dilihat dari uraian di atas, maka adanya praktek tes keperawanan ini

termasuk didalam pelanggaran HAM yang ringan, karena permasalahan ini

termasuk dalam praktek diskriminasi, berupa peyiksaan mental dan fisik akibat

adanya tes keperawanan yang dilakukan, serta terlihat jelas bahwa disini

perempuan dijadikan sebagai objek dari adanya tes tersebut yang bertentangan

dengan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Karena ketika dilakukan tes

keperawanan, mental seorang wanita akan menurun setelah mengetahui bahwa

status keperawananya diketahui oleh orang lain, terlebih lagi ketika hasil dari tes

keperawanan itu tersebar dikalangan luar. Akibat yang timbul dari adanya tes ini

sangat mengganggu mental maupun kehidupan seseorang.

Dengan adanya permasalahan seperti ini, seharusnya Komnas HAM atau

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang mempunyai fungsi sebagai pelaksana

pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia,

lebih memberikan konstribusinya terhadap perlindungan dan hak-hak perempuan,

lebih memantau dan mengawasi apa saja yang seharusnya dilakukan dan di

terapkan kepada seorang perempuan tanpa adanya keberpihakn atau membedakan

antara laki-laki dan perempuan (diskriminasi) ataupun memberikan aturan yang

tegas terhadap permasalahan ini, agar seorang perempuan tidak merasa bahwa

harga diri mereka hanyalah seputar status keperawanan.

Sebagaimana Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 pasal 75 butir a dan b,

yang menjelaskan bahwa Komnas HAM bertujuan untuk (a) mengembangkan

kondisi yang konduktif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan

Page 76: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

56

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan (b) meningkatkan perlindungan

dan penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia

Indonesia seutuhya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang

kehidupan.

2. Tes Keperawanan Calon Istri Anggota TNI Sebagai Bentuk Diskriminasi

Tes keperawanan ini juga termasuk dalam salah satu adanya bentuk

diskriminasi yang dilakukan pada perempuan. Karena dalam permasalahan ini, tes

selaput dara ataupun tes keperawanan hanya dilakukan kepada pihak perempuan

saja, tidak dengan keperjakaan seorang laki-laki, sangat terlihat jelas bahwasannya

terdapat adanya pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan. Menurut

penulis, adanya tes keperawanan yang diwajibkan bagi calon istri anggota TNI ini

adalah bentuk diskriminasi bahkan pelecehan, dan hal tersebut termassuk ke

dalam pelanggaran HAM..

Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang

langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar

agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis

kelamin, bahasa, keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan,

penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang

politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.64

Dengan

demikian, bila dikaitkan dengan kewajiban negara untuk memberikan jaminan

64

Undang-Undang Nomer 39 Tahun 1999, Bab I Pasal I ayat 3

Page 77: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

57

atas warga negaranya, negara juga memiliki tanggung jawab untuk menjamin

perlindungan hak asasi manusia kelompok perempuan sama seperti jaminan

kepada kelompok lainnya dengan tanpa adanya diskriminasi.65

Di Indonesia juga telah diatur Undang-Undang mengenai penghapusan

diskriminasi, yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008

Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Di dalam pasal 1 ayat 1 UU

Nomor 40 Tahun 2008, dinyatakan bahwa: “Diskriminasi ras dan etnis adalah

segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan

berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau

pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial,

dan budaya”.66

Jika dilihat dari isi Pasal 1 Ayat 1, jelas bahwa adanya tes

keperawanan ini termasuk dalam bentuk diskriminasi karena mengakibatkan

pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi

manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan dibidang sosial utamanya,

yakni dengan adanya pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam

pelaksanaan tes keperawanan. Penulis menilai tidak hanya sebatas itu saja tes

keperawanan juga melecehkan perempuan dengan perlakuan tes keperawanan

yang sedemikian rupa adanya, sehingga tidak jarang juga mengakibatkan mnider

dan kecil hati seorang perempuan karena telah diperlakukan sedemikian rupa

dalam tes keperawanan.

65

Dr. Niken Savitri, SH., MCL, HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), 2 66

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 1, Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras

dan Etnis

Page 78: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

58

Pada Pasal 1 Ayat 2 UU Nomor 40 Tahun 2008, dinyatakan bahwa: “Ras

adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik dan garis keturunan.”67

Jadi,

segala sesuatu yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik dan garis keturunan yang

apabila dilanggar, maka hal itu termasuk dalam bentuk diskriminasi berupa ras.

Perbedaan jenis kelamin disini termasuk ke dalam praktek tes keperawanan calon

istri anggota TNI, karena hanya perempuan yang diperlakukan seperti itu, tidak

dengan kaum laki-laki, maka dari itu tidak seharusnya penerapan tes keperawanan

itu dilakukakan oleh salah satu aparatur negara ini. Dan dengan seharusnya

pemerintah melihat dan mengkaji kembali bersama aparatur negara dalam hal ini

Tentara Nasional Indonesia untuk meninjau ulang praktek tersebut, untuk

selanjutnya melakukan revisi terhadap Peraturan Panglima TNI Nomor

Perpang/11/VII/2007 tanggal 4 Juli 2007 tentang Tata Cara Pernikahan,

Perceraian dan Rujuk bagi Prajurit.

B. Tinjauan Masalahah Mursalah Terhadap Tes Keperawanan Calon Istri

Anggota TNI

Maslahah mursalah menurut bahasa adalah kebaikan yang dikirimkan atau

kebaikan yang terkandung. Secara etimologi, maslahah sama dengan manfaat,

baik dari segi lafal maupun makna. Maslahah juga berarti manfaat atau suatu

pekerjaan yang mengandung manfaat. Apabila dikatakan bahwa suatu

perdagangan itu suatu kemaslahatan dan menuntut ilmu itu suatu kemaslahatan,

maka hal tersebut berarti bahwa perdagangan dan menuntut ilmu itu penyebab

67

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 2, Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras

dan Etnis

Page 79: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

59

diperolehnya manfaat lahir dan batin.68

Menurut Imam Ghazali, adapun tujuan syara‟ yang harus dipelihara dalam

rangka adanya maslahah mursalah yaitu, memelihara agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada

intinya memelihara kelima aspek tujuan syara‟ di atas, maka dinakamakan sebagai

maslahah. Disamping itu, upaya untuk menolak segala bentuk kemudharatan yang

berkaitan dengan kelima aspek tujuan syara‟ tersebut, juga dinakaman

maslahah.69

Sesuai dengan uraian pengertian di atas, permasalahan tentang tes

keperawanan calon istri anggota TNI adalah salah satu yang dapat digali kepastian

hukumnya, menurut kaidah fiqih dan cara pengambilan hukum yang sesuai.

Karena tes keperawanan juga bisa digolongkan ke dalam memelihara keturunan

dan jiwa, sesuai dengan pengertian yang telah dikemukakan ole imam Ghazali di

atas.

Sehubungan dengan maslahah mursalah, adanya tes keperawanan yang

dilakukan oleh seorang calon istri anggota TNI sebagai syarat melaksanakan

pernikahan tidak memberikan manfaat bagi calon istri dan suami. Karena kita

ketahui bersama, bahwasannya di dalam Islam menikah bukanlah tentang perawan

atau tidaknya seseorang, tetapi ketika seseorang itu sudah mencukupi syarat-

syarat dan rukun-rukun dalam pernikahan, maka pernikahan itu dikatakan sah.

Jelas dalam hukum Islam yang ada, bahwa perawan atau tidaknya seorang wanita

tidak mempengaruhi syarat dan rukun nikah.

68

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, “Ushul Fiqh I”, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 114 69

DR. H. Nasrun Haroen, M.A, “Ushul Fiqh 1”, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 114

Page 80: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

60

Penulis ingin kembali mempertegas bahwa Maslahah mursalah yang

dimaksudkan oleh ahli ushul fiqh adalah:70

“bahwa terdapat suatu makna yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal

sedang dalil yang disepakati tentang hal tersebut tidak terdapat.”

Karena ketidakcocokan terhadap peraturan TNI tentang tes keperawanan

bagi calon istri anggota TNI dan tidak adanya dalil dalam hal tersebut, maka

penulis mencoba untuk beristinbat, mencoba menggali gejolak permasalahan ini.

Karena yang penulis pahami, tentang syarat sah dan rukunnya nikah itu tidak ada

yang berbunyi tentang seorang itu harus perawan atau perjaka.

Jika melihat syarat dan rukun nikah maka tes keperawanan seharusnya

tidak dilakukan, karena perawan tidaknya seseorang tidak menjadi hambatan bagi

anggota TNI yang beragama Islam untuk melangsungkan pernikahannya. Karena

syarat nikah adalah:71

1. Persaksian;

2. Wanita yang dinikahi bukan mahram;

3. Shighat Akad.

Jikalau melihat dari sisi syarat dan rukun nikah maka tes keperawanan

termasuk ke dalam Maslahah al-Mulghah ( ), yaitu kemaslahatan yang

ditolak oleh syara‟, karena bertentangan dengan ketentuan syara‟. Misalnya syara‟

menentukan bahwa orang yang melakukan hubungan seksual disiang hari bulan

70

Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., “Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2”, (Jakarta: Kencana, 2010), 160 71

Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, “Fiqh

Munakahat Khitbah, nikah, Dan Talak”, (Jakarta: Sinar Garfika Offset, 2011), h. 100-115

Page 81: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

61

Ramadhan dikenakan hukuman dengan memerdekakan budak, atau puasa dua

bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin (H.R. al-Bukhari

dan Muslim).

Akan tetapi hal tersebut juga bisa berubah jika kita melihat tes

keperawanan dalam sudut pandang yang berbeda, dilihat dari segi perlakuannya

maka tes keperaanan tersebut keberadaannya tidak didukung syara‟ dan tidak pula

dibatalkan atau ditolak syara‟ melalui dalil yang rinci, maka tes keperawanan

termasuk ke dalam maslahah al-gharibah ( ), yaitu kemaslahatan

yang asing, atau kemaslahatan yang sama sekali tidak ada dukungan dari syara‟,

baik secara rinci maupun secara umum.

1. Tes Keperawanan dalam Objek Maslahah Mursalah

Tes keperawanan di sini menjadi salah satu objek dari maslahah mursalah.

Adapun ketentuan ataupun syarat sesuatu dapat dijadikan objek maslahah

mursalah ialah setiap peristiwa atau kejadian yang memang perlu untuk ditetapkan

hukumnya dan yang tidak ditemui ketentuannya dalam nash. Penetapan tersebut

dengan mempertimbangkan kemaslahatan manusia yaitu membawa manfaat dan

menghilangkan kemudharatan bagi manusia itu sendiri.

Adapun syarat-syarat sesuatu dapat dikategorikan dalam maslahah

mursalah adalah sebagai berikut:

a. Adanya maslahat itu harus jelas, bukan berdasarkan sangkaan (wahm)

Jika kita melihat praktek tes keperawanan ini, maka tes keperawanan di sini

sudah jelas dan telah dilakukan di lingkup TNI sebagai salah satu syarat

sebelum melangsungkan pernikahan hingga pada akhirnya anggota TNI

Page 82: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

62

mendapatkan izin untuk melangsungkan pernikahan dengan perempuan

tersebut.

b. Maslahat itu bersifat umum, bukan untuk kepentingan pribadi seseorang

saja.

Maslahat harus besifat umum, sudah jelas bahwa tes keperawanan yang

dipraktekkan oleh kalangan TNI ini dampaknya akan bersifat umum.

Karena sasaran dari adanya tes ini ditujukkan kepada calon istri/perempuan

anggota TNI atau prajurit saja,tidak kepada laki-laki atau calon suami.

c. Hukum yang ditetapkan berdasarkan maslahat ini tidak bertentangan

dengan hukum atau prinsip yang telah ditetapkan oleh nash atau ijma‟.

Bahwa hukum yang dihasilkan dari adanya maslahah ini tidak boleh

bertentangan dengan prinsip atau dasar yang ada dalam nash dan ijma‟,

ataupun dalil-dalil shahih yang lainnya.

Jadi, telah jelas bahwasannya adanya tes keperawanan di sini tidak

mempunyai dalil atau nash yang mendukung penuh agar pemeriksaan tersebut

dilakukan, tetapi tidak pula ada dalil ataupun nash yang melarang ataupun

membatalkan dengan jelas adanya praktek pemeriksaan tes keperawanan. Jadi

penetapan hukumnya didasarkan pada pertimbangan kemaslahatan atau manfaat

serta kemudhorotan yang mungkin timbul dari adanya praktek tes keperawanan

yang dilakukan bagi calon istri anggota TNI atau seorang prajurit, dengan

memperhitungkan kadar antara kemaslahatan dan kemudhorotan yang

ditumbulkannya.

Page 83: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

63

2. Kandungan Maslahah Mursalah dalam Menanggapi Tes Keperawanan

Kemudian, jika kita lihat dari segi kandungan maslahah-nya, maka adanya

praktek tes keperawanan di sini termasuk dalam Maslahah al-‘Ammah (

), yaitu kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Kemaslahatan umum ini tidak berarti untuk kepentingan semua orang, tetapi bisa

berbentuk kepentingan mayoritas umat atau kebanyakan umat. jadi tes

keperawanan ini dilakukan oleh instansi TNI untuk menjaga kehormatan dan

martabat serta menjaga kebersihan calon istri anggota TNI dari berbagai macam

penyakit.

Jika dilihat Dari segi keberadaan maslahah-nya, maka kejadian atau

praktek seperti ini termasuk dalam Maslahah al-Mursalah ( ), yaitu

kemaslahatan yang keberadaannya tidak didukung syara‟ dan tidak pula

dibatalkan atau ditolak syara‟ melalui dalil yang rinci. Kemaslahatan dalam

bentuk ini terbagi menjadi 2, yaitu:

a. maslahah al-gharibah ( ), yaitu kemaslahatan yang asing, atau

kemaslahatan yang sama sekali tidak ada dukungan dari syara‟, baik secara rinci

maupun secara umum.

b. maslahah al-mursalah, yaitu kemaslahatan yang tidak didukung dalil syara‟

atau nash yang rinci, tetapi didukung oleh sekumpulan makna nash (ayat atau

hadist).

Page 84: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

64

Praktek tes kesehatan ini menghasilkan beberapa kemaslahatan tetapi juga

terdapat beberapa kemudhorotan, pertama, calon suami dapat mengetahui apakah

calon istrinya bersih dari berbagai macam penyakit. Ini ditujukan agar seorang

TNI yang bekerja ataupun melaksanakan tugasnya diluar kota ataupun pulau, dan

tidak bisa setiap saat mendampingi istri dan anak-anaknya dirumah, sehingga

suami tersebut dapat bekerja dan bertugas dengan tenang. Kedua, dengan adanya

pemeriksaan tes keperawanan ini, dimungkinkan dapat menjadikan acuan suami

agar anak dari calon istrinya lahir dalam keadaan sehat serta menjadi anak yang

bisa meneruskan perjuangan ayahnya sebagai seorang TNI yang cerdas.

Akan tetapi, tes kesehatan menyentuh pada tes keperawanan seorang

perempuan, seolah-olah kebaikan tersebut berubah menjadi sedikit rancu dan

seakan-akan melecehkan kaum perempuan, dikarenakan dalam pemeriksaan tes

keperawanan petugas yang melakukan tes menggunakan jari telunjuk dan jari

tengah yang kemudian dimasukkan ke dalam oragan vital perempuan, hanya

untuk memastikan perawan tidaknya seorang perempuan. Dalam hukum Islam

tidak ada hukum yang mewajibkan seorang laki-laki harus menikah dengan

perempuan yang masih perawan.

Hal tersebut menunnjukkan bahwa, tidak ada kemaslahatan bagi calon istri

anggota TNI dan sang calon suami dalam tes keperawanan, dalam Maslahah

Mursalah dikenal menjadi tiga bagian, yaitu Maslahah al-Dharuriyyah (

), Maslahah al-Hajiyah ), dan Maslahah al-Tahsiniyyah

Page 85: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

65

( ). Dari uraian di atas mengenai maslahah mursalah, Penulis

menilai bahwa adanya tes kesehatan yang dilakukan memang benar adanya

kemaslahatan yang tekandung di dalamnya, tetapi tidak dengan tes

keperawanannya. Karena tes keperawanan tersebut penulis menilai lebih banyak

atau lebih condong kepada pelanggaran terhadap al-maslahah al-khamsah, yakni

Tidak melindungi jiwa seorang perempuan, di sini lebih dimaksudkan kepada

perlindungan terhadap harga diri seorang perempuan.

Page 86: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

66

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas di atas, pada

bagian sebelumnya dalam penelitian ini, maka dapat ditarik dua kesimpulan yang

penting untuk dikemukakan. Yaitu:

1. Dari literasi dan analisa yang dikumpulkan penulis yang didapatkan melalui

buku, peraturan perundang-undangan, Peraturan Panglima TNI, dan berita,

didapatkan hasil, bahwa Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/11/VII/2007

tanggal 4 Juli 2007 tentang Tata Cara Pernikahan, Perceraian dan Rujuk bagi

Prajurit, terdapat adanya tes keperawanan yang menjadi bagian dalam tes

Page 87: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

67

2. kesehatan. Menurut Perspektif Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

Tentang Hak Asasi Manusia, maka adanya tes keperawanan ini melanggar 2

point yang ada didalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi

Manusia. Pertama, tes keperawanan ini melanggar Hak Asasi Manusia,

terdapat pada Pasal 1 Ayat 1 yang seharusnya hak asasi manusia itu wajib

dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, serta

pemerintah, akan tetapi di sini diabaikan dengan adanya praktek tes

keperawanan yang secara tidak langsung membatasi, menghalangi dan

mempersulit seseorang untuk melangsungkan pernikahan. Kedua, adanya

bentuk diskriminasi yang dilakukan pada perempuan. Karena dalam

permasalahan ini, tes selaput dara ataupun tes keperawanan dilakukan hanya

kepada pihak perempuan saja. Telihat jelas bahwasannya terdapat adanya

pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan, padahal jelas

diterangkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang

Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

3. Maslahah mursalah memandang hal tersebut kedalam dua pembagian, Jika

melihat dari sisi syarat dan rukun, nikah maka tes keperawanan termasuk ke

dalam Maslahah al-Mulghah ( ), yaitu kemaslahatan yang ditolak

oleh syara‟, karena bertentangan dengan ketentuan syara‟. Akan tetapi

pandangan tersebut berubah ketika dilihat dari segi perlakuannya, maka tes

keperawanan tersebut keberadaannya tidak didukung syara‟ dan tidak pula

dibatalkan atau ditolak syara‟ melalui dalil yang rinci, maka tes keperawanan

Page 88: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

68

termasuk ke dalam maslahah al-gharibah ( ), yaitu kemaslahatan

yang asing, atau kemaslahatan yang sama sekali tidak ada dukungan dari

syara‟, baik secara rinci maupun secara umum. Sedangkan dalam objek dan

kandungan maslahah, permasalahan ini sudah memenuhi syarat sebagai objek

dan kandungan maslahah yang ditetapkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, bahwa penulis

memiliki beberapa saran dan masukan yang penulis ajukan, yaitu:

1. Pemerintah bersama dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS

HAM), untuk mengkaji kembali terkait Peraturan Panglima TNI Nomor

Perpang/11/VII/2007, dan mempertimbangkan aspek psikis perempuan

sebagai calon istri anggota TNI, jika tetap mewajibkan adanya tes

keperawanan tersebut, karena untuk mengetahui mental dan juga nafsunya

masih bisa digunakan dengan cara tes Psikologi yang lebih manusiawi lagi.

2. Bagi aparatur Negara TNI dalam hal ini untuk memperbaiki atau merubah

peraturan tentang tes keperawanan, karena perlakuan tersebut kurang sesuai

dengan kacamata Islam. Agar dalam memberlakukan anggotanya tidak

mengalami kesulitan atau ketimpangan bagi anggota yang ber-agama Islam

pada khususnya dan seluruh anggota TNI yang akan menikah pada umumnya.

Page 89: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Abdullah, Rozali dan Syamsir. “Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan

HAM di Indonesia”. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum cetakan III. Jakarta: Sinar Grafika,

2001.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh

Munakahat Khitbah, nikah, Dan Talak. Jakarta: Sinar Garfika Offset,

2011.

Djalil, A. Basiq. Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2. Jakarta: Kencana, 2010.

Effendi, Satria. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2005.

Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Malang: UIN Press, 2012.

Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah 2015.

Haroen, Nasrun. Ushul Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Amani, 2003.

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Buku Petunjuk Tekhnik Tentang Nikah,

Talak, Cerai dan Rujuk bagi Anggota TNI AD, SKEP Kasad No

491/XII/2006.

Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: PT. Prasetia Widya Pratama, 2002.

Page 90: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2003.

Nasution, Bahder Johan. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: CV.

Mandar Maju, 2011.

Nur, Djam‟an. “Fiqh Munahakat”. Semarang: Dina Utama, 1993

Nur Fuad, Ahmad, Cekli Setya Pratiwi dan M. Saiful Aris. Hak Asasi Manusia

dalam Perspektif Islam. (Malang: LPSHAM Muhammadiyah Jatim, 2010.

Savitri, Niken. HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP,

Bandung: PT. Refika Aditama, 2008.

Yusuf, Nassruddin. Pengantar Ilmu Ushul Fiqh. Malang: UM Press, 2012.

Zainuddin dan Muhammad Walid. Pedoman Penulisan Skripsi. Malang: Fakultas

Tarbiyah UIN Malang, 2009.

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Kejahatan Genosida dan

Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras

dan Etnis.

WEBSITE

https://aangrapeialmudashir.files.wordpress.com/2009/12/iisi-makalah.pdf.

Pendidikan kewarganegaraan semster 1 dan 2.

https://ayuseite.wordpress.com/2018/01/23/tes-keperawanan-calon-persit/.

Page 91: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia

http://fikkyariefsetiawan.wordpress.com/macam-macam-hak-asasi-manusia-ham/.

http://gardanasional.id/post/pengen-nikah-dengan-prajurit-tni-penuhi-dulu-syarat-

ini.

https://id.wikipedia.org/wiki/perawan.

http://journal.unika.ac.id-Jurnal, “Ketentuan Teknis Tentang Uji dan Pemeriksaan

Kesehatan Calon Anggota Wanita Angkatan Udara dan Implikasinya Terhadap

Perlindungan Hak Asasi Manusia.

http://makassar.tribunnews.com/2018/02/08/buka-bukaan-calon-istri-tentara-soal-

tes-keperawanan-yang-wajib-diikuti-hingga-kata-bu-jenderal?page=2.

https://nasional.tempo.co/read/666260/cerita-miris-prajurit-wanita-tni-saat-tes-

keperawanan/full&Paging=Otomatis.

http://repositori.uin-alauddin.ac.id-Skripsi, ”Perlindungan Hak Perempuan

Terhadap Tes Keperawanan Menurut HAM dan Hukum Islam (Studi

Perbandingan)”.

http://repositori.uin-alauddin.ac.id- thesis, “Perlindingan Hak Perempuan

Terhadap Tes Keperawanan Menurut HAM dan Hukum Islam (Studi

Perbandingan).”

http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/14/heboh-pengakuan-dokter-periksa-

keperwawanan-calon-tni.

http://www.tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html.

Page 92: TES KEPERAWANAN BAGI CALON ISTRI ANGGOTA TNI …etheses.uin-malang.ac.id/12903/1/14210085.pdftes keperawanan bagi calon istri anggota tni ditinjau dari undang-undang hak asasi manusia