Terpentin

9
Terpentin Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Terpentin (Bahasa Inggris: turpentine) adalah bahan cair berwarna kuning muda hingga coklat yang diperoleh dari olahan getah berbagai pohon pinus (P. halepensis, maritima, cembra, palustris, dll). [1] [2] Di Indonesia, getah tersebut diperoleh dari pohon tusam (Pinaceae merkusii). [1] Ia berbentuk massa lekat (cairan lengket) berwarna kekuningan dengan bau balsam. [2] Getah tersebut bila disuling akan menghasilkan minyat atsiri (yaitu dicampur dengan air dalam proses suling) dan residu lain, misalnya rosin. [2] Cara umum di Indonesia untuk memisahkan minyat terpentin dan gondorukem ialah dengan cara distilasi uap (disuling), yaitu dengan cara mengeluarkan minyak terpentin bersama uap air, sisanya itulah yang disebut gondorukem. [1] Minyak terpentin dalam perdagangan cat sering disebut terpentin, mengandung sejumlah terpena (berupa pelarut baik untuk resin dan karet [1] ) misalnya pinena, silvestrena, dan dipentena. [2] Terpentin Cina diperoleh dari Pistacia terebinthus. [2] Di Indonesia, pohon pinus sebagai produsen getah terpentin dibudidayakan oleh pemerintah, bidang kehutanan. [1] Pohon pinus tersebut banyak dijumpai di daerah Aceh , Toba , dan Jawa Tengah . [1] Penyadapan pohon pinus juga dilakukan di bawah pengawasan pemerintah. [1] Manfaat terpentin banyak dipakai sebagai bahan pembuat cat minyak, mutu paling murni dipakai untuk kepentingan farmasi, dan sisanya dipakai untuk rosin atau gondorukem. [1] - http://id.wikipedia.org/wiki/Terpentin#cite_ref-kan_1-1 - https://books.google.co.id/books? id=NVztrpi9W9gC&pg=PA456&lpg=PA456&dq=waste+from+turpentine+ industry&source=bl&ots=3d54g4d0JB&sig=8W5Wm7pE3xS0oIe2iYjhFV l3evM&hl=en&sa=X&ei=b8MYVbTGLcOwuQT5yIFI&ved=0CEEQ6AEwBjgK#v =onepage&q=waste%20from%20turpentine%20industry&f=false Strategies of Industrial and Hazardous Waste Management

description

Terpentin

Transcript of Terpentin

TerpentinDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terpentin (Bahasa Inggris: turpentine) adalah bahan cair berwarna kuning muda hingga coklat yang diperoleh dari olahan getah berbagai pohon pinus (P. halepensis, maritima, cembra, palustris, dll).[1][2] Di Indonesia, getah tersebut diperoleh dari pohon tusam (Pinaceae merkusii).[1] Ia berbentuk massa lekat (cairan lengket) berwarna kekuningan dengan bau balsam.[2] Getah tersebut bila disuling akan menghasilkan minyat atsiri (yaitu dicampur dengan air dalam proses suling) dan residu lain, misalnya rosin.[2] Cara umum di Indonesia untuk memisahkan minyat terpentin dan gondorukem ialah dengan cara distilasi uap (disuling), yaitu dengan cara mengeluarkan minyak terpentin bersama uap air, sisanya itulah yang disebut gondorukem.[1]Minyak terpentin dalam perdagangan cat sering disebut terpentin, mengandung sejumlah terpena (berupa pelarut baik untuk resin dan karet[1]) misalnya pinena, silvestrena, dan dipentena.[2] Terpentin Cina diperoleh dari Pistacia terebinthus.[2]Di Indonesia, pohon pinus sebagai produsen getah terpentin dibudidayakan oleh pemerintah, bidang kehutanan.[1] Pohon pinus tersebut banyak dijumpai di daerah Aceh, Toba, dan Jawa Tengah.[1] Penyadapan pohon pinus juga dilakukan di bawah pengawasan pemerintah.[1] Manfaat terpentin banyak dipakai sebagai bahan pembuat cat minyak, mutu paling murni dipakai untuk kepentingan farmasi, dan sisanya dipakai untuk rosin atau gondorukem.[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Terpentin#cite_ref-kan_1-1 https://books.google.co.id/books?id=NVztrpi9W9gC&pg=PA456&lpg=PA456&dq=waste+from+turpentine+industry&source=bl&ots=3d54g4d0JB&sig=8W5Wm7pE3xS0oIe2iYjhFVl3evM&hl=en&sa=X&ei=b8MYVbTGLcOwuQT5yIFI&ved=0CEEQ6AEwBjgK#v=onepage&q=waste%20from%20turpentine%20industry&f=falseStrategies of Industrial and Hazardous Waste Management

Penanganan Limbah Gondorukem dan Terpentin Diagram alir instalasi limbah

Keterangan Gambar : 1. Bak Pengencer 2. Bak Penapis Getah 3. Bak Penampung Getah 4. Bak Air 5. Bak Penampung Air Limbah 6. Bak Penetralan 7. Tangki Kapur 8. Tangki PAC 9. Bak Pengedap Kapur 10. Kolam Aerasi 11. Bak Pengendap 1 12. Sand Filter 13. Bak Pengendap 2 14. Drying Bed 15. Bak Kontrol

a. Fungsi Dari Keseluruhan Penampung LimbahBak limbah berfungsi untuk menampung semua limbah cair dari pabrik, untuk memisahkan air dari getah yang terikut. Larutan getah yang tertangkap akan dikembalikan ke Melter, sedang air yang sudah bebas dari larutan getah karena sifatnya yang asam pH 1-3 akan dinetralkan dalam tangki netralisasi.Bak limbah terdiri dari dua buah bak persegi panjang dengan dasar lengkung dan dilengkapi sekat-sekat dibagian atasnya untuk menahan lapisan getah. Kedua bak itu dipasang seri. Kapasitas tampung, dan tertahan oleh sekat-sekat.Air limbah masuk ujung yang satu, dan setelah getahnya terpisah, airnya akan ditampung bagian penampung di bagian ujung bak kedua. Apabila operasi berjalan dengan baik, maka lapisan getah akan tertampung pada 2-3 sekat pertama, sedang air yang bebas getah tertampung pada bagian penampung.Limbah dinetralisasi pada tangki netralisasi yang berfungsi menetralkan air yang bersifat asam dengan larutan kapur dan bahan netralisasi lainnya seperti: urea, PAC (Poly Aluminium Chlorida), sebelum dibuang ke kali.Dengan sebuah pompa, tangki netralisasi diisi dengan air yang sudah bebas getah sampai penuh. Kemudian dengan pompa yang sama arah aliran dirubah, yaitu menghisap dari tangki netralisasi dan dibuang kembali ke tangki yang sama dengan arah tangensiaL, sehingga terjadi efek pengadukan. Bersamaan dengan tanda bahwa larutan sudah netral. Bila penambahan air kapur berlebih warna larutan menjadi kuning kecoklatan. Setelah air tersebut netral, bisa langsung dibuang.

Bak penapis getah Untuk memisahkan air dari getah yang terikut. Bak penampung getah Tempat getah yang masih dapat digunakan dan dikembalikan ke Melter. Bak air Tempat untuk menampung air yang digunakan untuk memisahkan getah. Bak penampung air limbah Untuk menampung air yang sudah bebas dari larutan getah , air bersifat asam pH 1-3. Bak penetralan Berfungsi menetralkan air yang bersifat asam dengan larutan kapur dan bahan netralisasi (PAC). Tangki kapur Tempat menampung air kapur untuk bahan netralisasi air limbah. Tangki PAC Tempat untuk menampung air PAC untuk bahan netralisasi. Bak pengendap kapur Untuk mengedapkan kapur setelah proses netralisasi. Kolam aerasi Untuk mengurangi kandungan BOD dan COD dengan penambahan urea dan NPK Bak pengendap Untuk mengendapkan kapur yang masih tersisa Sand filter Untuk menyaring / menampung pasir dan lumpur yang terikut dalam limbah Drying bed Berfungsi untuk menampung lumpur pengolahan baik dari proses kimia (daf) maupun proses biologi dan memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan cara proses penguapan menggunakan energi penyinaran matahari. Bak control Tempat menampung air limbah yang siap dibuang ke sungai.

Air limbah yang netral jika telah memenuhi syarat baku mutu air limbah sesuai KEP-51/Men LH/10/1995 antara lain:NoParameterSatuanBaku Mutu

Gol IGol II

1.pH6-96-9

2.Zat padat terlarutMg/l20004000

3.Zat padat tersuspensiMg/l200400

4.B.O.DMg/l50150

5.C.O.DMg/l100300

b. Cara Kerja IPAL Bahan:1. Kapur2. PAC (poly aluminium chloride)3. Air limbah Alat : 1. Tangki mixer kapur2. Tangki mixer PAC3. Tangki netralisasi dan mixer pengaduknya4. pH meter5. Bak pengendap 16. Bak pengendap 27. Bak aerasi8. Bak sand filter9. Bak kontrol Persiapan1. Larutkan 3kg kapur dengan 20 liter air dalam tangki mixer kapur2. Larutkan 1 kg PAC dengan 3 liter air dalam tangki mixer PAC Prosedure1. Isi tangki netralisasi dengan 1000 liter air limbah & campurkan larutan kapur 20 liter. & larutan PAC 4 liter sambil diaduk mixer selama 15 menit sampai air berwarna abu-abu atau pH 6-8.2. Alirkan air yang berada di tangki netralisasi sedikit demi sedikit ke bak pengendap 1 secara gravitasi, dan secara over flow air yang ada di bak pengendap 1 akan mengalir ke bak aerasi untuk diproses secara biologi untuk mengurangi kandungan BOD & COD.3. Dari bak aerasi air dialirkan ke bak pengendap 2 dan sand filter untuk dilakukan penyaringan sehingga air yang dibuang melalui bak kontrol sudah jernih dan netral.4. Sebelum air dialirkan ke sungai, lakukan pengukuran pH per hari (pH 6-8)5. Taburkan urea dan NPK setiap hari Tujuan1. Kapur dan PAC yang sudah larut mempercepat proses netralisasi air limbah2. Proses netralisasi air limbah yang sesuai prosedur dan selalu terkontrol tidak akan menimbulkan pencemaran lingkungan

Pentahapan proses produksi gondorukem dan terpentin secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :1. Proses PengenceranPengenceran larutan getah dilakukan dengan cara menambahkan 1.000 liter dalam tangki melter, kemudian dipanaskan pada suhu 68-80 C (derajad Celcius) selama 10-15 menit. 2. Proses PencucianPencucian larutan getah pada tangki settler dilakukan denga cara mencampurkan Asam Oksalat 3-5 kg/batch untuk mengendapkan ion besi yang berasal dari kotoran getah. 3. Proses PenyaringanLarutan getah disaring secara bertahap pada aliran sebagai berikut : Aliran dari tangki melter - settler dengan filter RGT4 aliran dari tangki settler tangki penampung dengan filter Gaf Stainer Aliran dari tangki penampung Ketel pemasak dengan filter GafStaner.4. Proses PemasakanGetah bersih dari tangki penampung dipompakan ke ketel pemasak melalui filter Gaf PO.1 mikron dan dipanaskan pada suhu 160-165 C dan vacuum menunjukkan 40-60 cmHg selama 3 jam, sehingga larutan tersebut matang menjadi gondorukem dan dialirkan pada instalasi pengemasan (canning). 5. Proses Pengemasan (canning)Proses canning merupakan proses akhir dari pemasakan getah pinus yang mana gondorukem tersebut dicurahkan ke dalam wadah drum kerucut. Pada saat pengisian gondorukem tersebut (canning) dilakukan penimbangan dengan berat netto 240 kg/drum. Selanjutnya produk gondorukem dan terpentin sebelum dipasarkan telah melalui pengujian yang mengacu pada standar mutu (SNI).