Ternaba FK UMI MEDAN(Psikosis Manik Depresif ( Bipolar)

download Ternaba FK UMI MEDAN(Psikosis Manik Depresif ( Bipolar)

of 52

Transcript of Ternaba FK UMI MEDAN(Psikosis Manik Depresif ( Bipolar)

1

UNIVERSITAS METODIST INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN

PSIKOSIS MANIK-DEPRESIF GEJALA, DIAGNOSA, DAN TERAPI AWAL

Disusun Oleh : Nama NIM Pembimbing : : Ternaba Prianta Ginting : 208210050 : dr. Victor M. Togatorop, Sp.KJ

Diajukan Guna melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

MEDAN 2012

2

LEMBARAN PERYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama NIM Jurusan Fakultas Judul

: Ternaba Prianta Ginting : 208210050 : Kedokteran Umum : Kedokteran UMI medan : Psikosis Manik Depresif Gejala, Diagnosa dan Terapi Awal

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya, Apabila ternyata di kemudian hari penulisan karya Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil plagiat atau penciplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkannya sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Fakultas Kedoteran UMI Medan dan peraturan perundang undangan yang ada. Demikianlah, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis,

Ternaba Prianta Ginting

3

HALAMAN PENETAPAN SELESAI BIMBINGAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Psikosis Manik Defresif Gejala, Diagnosa dan Terapi Awal

Oleh : Ternaba Prianta Ginting NPM : 208210050

Telah selesai dan disahkan oleh pembimbing untuk diajukan di depan Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Methodist Indonesia.

Medan, 18 April 2012 Dosen Pembimbing

dr. Victor M. Togatorop, Sp. KJ

Di ketahui dan didaftar Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

dr. Jaminsen Sinaga, Sp. A

4

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KARYA TULIS ILMIAH

Psikosis Manik Depresif Gejala, Diagnosa dan Terapi Awal

Disusun Oleh : Nama : Ternaba Prianta Ginting NPM : 208210050

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Pada hari/tanggal : Dan telah di perbaiki sesuai dengan saran saran yang di berikan

Tim penguji

Penguji

Dosen Pembimbing

dr. Simon Marpaung, M.Kes

dr. Victor M. Togatorop, Sp. KJ

Pimpinan Sidang

dr. Wilson Riau, DTM&H

5

ABSTRAKS

Nama : Ternaba Prianta Ginting NIM : 208210050 Judul : Psikosis Manik Depresif Gejala, Diagnosa dan Terapi awal Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Kata kunci : Psikosis, Manik depresif, Terapi awal

Psikosis : Gangguan mental, yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh, dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan di bagian pasien, terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya. Sebagai pembagiannya yaitu Psikosis manik depresif adalah suatu golongan gangguan afektif mayor, yang dikarakteristikkan dengan gangguan alam perasaan yang parah (elasi atau depresi), yang biasanya mempunyai kecendrungan untuk remisi, dan berulang (recurrence). terapi dengan obat obatan Golongan Tetracycline antidepressan, misalnya : Maproptiline, mainserine dan lain lain.

6

ABSTRACT

Nama : Ternaba Prianta Ginting NIM : 208210050 Judul : Psikosis Manik Depresif Gejala, Diagnosa dan Terapi awal Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Keyword : Psychosis, depressive Manik, initial therapy

Psychosis: a mental disorder, which is on the mark with a thorough damage, the test of reality as it is on the mark with delusions, hallucinations, incoherent speech is clear, or irregular behavior or disruptive, usually without any awareness on the part of patients, to inkomprehensibilitas in his behavior. As a division that is manic-depressive psychosis is a major affective disorder group, which is characterized by feelings of severe natural disturbances (elasi or depression), which usually has a tendency to remission, and recurrent. therapy with the drug - Tetracycline class of antidepressants drugs, for example: Maproptiline, mainserine and other.

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberi berkat, kasih, kekuatan dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Karya Tulis ini berjudul Psikosis Manik Depresif Gejala, Diagnosa dan Terapi awal, penulis banyak menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan tulisan ini akibat terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca untuk menyempurnakan Karya Tulis ini. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan pengalaman serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Pantas Simanjuntak, MM selaku Rektor Universitas Methodist Indonesia. 2. Bapak dr. Wilson Riau, DTM & H selaku Pj. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. 3. Bapak dr. Victor M. Togatorop, Sp.KJ selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan serta memberi keluangan waktu kepada penulis , sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak dr. Jaminsen Sinaga, Sp.A selaku Ketua Program Studi Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Sarjana

8

5. Seluruh staff pengajar, admistrasi dan perpustakaan di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. 6. Teristimewa buat kedua orang Tua saya yaitu B. Ginting, BA dan M. Br Sitepu yang sangat penulis sayangi, yang telah memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang kepada penulis, baik moral, materil selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Begitu juga buat saudara saudara saya Bripka.Hendri Gunawan Ginting, S.Sos berserta keluarga, Theo Riana Ginting, Am.Keb, SST.Keb berserta keluarga, Brigadir.Mahdi Abet Ginting, A.Md dan Tiara Lenni Manita Ginting, Am.Keb beserta keluarga yang memberi dorongan dan masukan kepada penulis. 8. Dan teman - teman stambuk 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia.

Atas segala bantuan dan dorongan yang penulis trima, penulis hanya bisa memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar kiranya kita semuanya diberkati, diberi rezeki dan selalu dilindungiNya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi pembaca, kususnya pada mahasiswa dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, Maret 2012

Ternaba Prianta Ginting

9

DAFTAR ISI

Hal. HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN JUDUL............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN SELESAI BIMBINGAN .............................. iv HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KARYA TULIS ILMIAH............................................................................................................ v ABSTRAKS ..................................................................................................... vi ABSTRACT...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR BAGAN ............................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5 2.1 PSIKOSIS ........................................................................................ 5 2.1.1Defenisi ..................................................................................... 5 2.2 Psikosis Manik Depresif ............................................................... 8

10

2.2.1 Defenisi .................................................................................. 8 2.2.2 Sejarah ................................................................................... 8 2.2.3 Etiologi .................................................................................. 9 2.2.3.1 Aliran Psikomanalitik ................................................ 9 2.2.3.1.1 Agression turned inward model .......................... 9 2.2.3.1.2 Object Loss Model ................................................ 10

2.2.3.1.3 Loss of self esteem model ........................................ 10 2.2.3.1.4 Negative cognitive sel model .................................... 11 2.2.3.2 Aliran Behavioristik ................................................... 11 2.2.3.2.1 Learned helplessness model ....................... 11 2.2.3.2.2 Loss of reinforcement model ........................ 11 2.2.3.3 Aliran sosiologik ....................................................... 11 2.2.3.4 Aliran eksistential ...................................................... 12 2.2.3.5 Aliran Biologik ......................................................... 12 2.2.3.5.1 Biogenic amine model .............................. 12 2.2.3.5.2 Neurophysiological model .......................... 12 2.2.3.6 Faktor Genetik ............................................................ 13 2.2.3.7 Faktor konstitusi fisik ............................................... 13 2.2.3.8. Faktor kepribadian premorbid .................................. 13 2.2.4 Gejala gejala ....................................................................... 13

11

2.2.4.1 Jenis manik .................................................................. 14

2.2.4.2 Episode Manik ........................................................... 15 2.2.4.3 Jenis depresi ................................................................ 16 2.2.4.4 Episode Depresif ........................................................ 17 2.2.4.4.1 Depresi pada Anak dan Remaja. .................. 18 2.2.4.4.2 Depresi pada Orang Lanjut Usia .................. 18 2.2.4.5 Jenis sirkuler ............................................................... 19 2.2.5 Diagnosa .................................................................................. 19 2.2.5.1 Pemeriksaan status Mental .......................................... 20 2.2.5.1.1 Episode Depresif ......................................... 20 2.2.5.1.2 Gangguan persepsi ....................................... 21 2.2.5.1.3 Sensorium dan Kognisi ............................... 21 2.2.5.1.4 Episode Manik ............................................. 22 2.2.6 Diagnosa Banding ................................................................. 23 2.2.6.1 Penyakit Somatik ...................................................... 23 2.2.6.2 Skizofrenia ................................................................ 23 2.2.6.3 Psikosis depresif reaktif ............................................ 24 2.2.6.4 Melancholia involusi ................................................. 24 2.2.7 Pengobatan .............................................................................. 24 2.2.7.1 Hospitalisasi .............................................................. 25

12

2.2.7.2 Terapi dengan obat obatan ...................................... 25 2.2.7.3 ECT ( Electro Convulsive Therapy) .......................... 27 2.2.7.4 Psikoterapi ................................................................. 27 2.2.8 Prognosa ................................................................................ 28 2.2.9 Perjalanan penyakit. ................................................................ 30 BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 31 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 35

4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 35 4.2 Saran .............................................................................................. 36 BAB V PENUTUP................................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... xv

13

DAFTAR BAGAN

Hal. Bagan Pembagian psikosi .................................................................................. 7

14

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pada psikosis manik depresif yang klasik terdapat keadaan manik disusul

dengan depresi, atau sebaliknya. Akan tetapi tidak jarang dilihat hanya satu jenis saja, yaitu manik dan depresi. Kadang kadang hanya timbul satu atau dua kali serangan saja seumur hidup orang itu. Interval antara dua fase tidak tentu lamanya, kadang kadang lama, tetapi kadang kadang tidak ada sama sekali, artinya satu jenis segera disusul oleh jenis yang lain. Segala macam kombinasi mungkin saja ada ( Maramis, 2004 ). Menurut beberapa ahli psikiatri sosial dikatakan bahwa penyakit ini kebanyakan terdapat pada masyarakat yang tergolong inner directed. Misalnya pada zaman Renaissance dan reformasi dahulu. Juga masyarakat begini terdapat pada suku Hutterian di beberapa tempat di Canada. Karena itulah menurut mereka pola masyarakat yang inner directed ini yang menyebabkan seseorang individu menderita penyakit psikosis manik depresif ( Kaplan, 2010 ). Berdasarkan ras atau suku bangsa didapati bahwa orang Yahudi dan Irlandia mempunyai insiden yang lebih tinggi. Sedangkan negara negara Skandinavia dan beberapa negara di Eropa Utara penyakit ini hampir tidak dijumpai. Suatu laporan yang menarik adalah menurut pengamatan seseorang penyelidik bahwa insiden penyakit ini meninggi pada akhir musim semi dan permulaan musim panas ( Kaplan, 2010 ). Psikosis manik depresif merupakan kekalutan mental yang berat yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah ubahnya kegembiraan

15

yang berlebihan (manik) menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya seterusnya berulang pada penderita tersebut ( Kuntjojo, 2008 ). Reaksi manik depresif biasanya timbul pertama kalianya diantara umur 14 40 tahun dan secara ststistik adalah wanita lebih banyak dari pada pria yang terkena psikosis manik depresif, dan sekitar 10 30% dari pada seluruh jumlah penderita gangguan jiwa yang pernah dirawat dalam rumah sakit jiwa ( Kusmanto, 1988 ). Psikosis manik depresif disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan dua gejala utama penyakit ini, yaitu manik dan depresi. Aspek manik terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan ( Kuntjojo, 2008 ). Dalam tahap manik (manik atau manik berarti waham, gila, berang hati, mata gelap), pasien begitu sangat gembira sehingga ia berbicara sangat cepat dalam kata kata yang tak karuan. Kegiatan fisiknya mungkin sama sekali tidak terkendali sehingga ia merusak semua perabot dalam rumah, menyerang orang lain yang ada di sekitarnya atau merusak dirinya sendiri. Pada tahap depresif, ia mungkin tidak responsif, tidak mau menjawab pertanyaan pertanyaan, atau menunggu lama sebelum menjawab. Ia mungkin menangis dalam waktu yang lama atau bahkan mungkin ia ingin mati ( Yustinus semiun, 2010 ). Dulu dianggap siklus siklus manik depresif selalu merupakan ciri khas psikosis manik depresif, meskipun diterima bahwa mungkin sekali rentang waktunya dalam beberapa kejadian sampai berlangsung beberapa tahun antara tahap manik dan tahap depresif. Tetapi, dalam tahun tahun belakangan ini dengan jelas diperhatikan bahwa orang mungkin mengalami satu atau lebih serangan manik, dan satu atau lebih serangan depresi tanpa pernah mengalami perubahan perubahan manik depresif. Dengan kata lain, beberapa orang mengalami hanya serangkaian kegembiraan (serangan serangan manik), orang orang lain mengalami serangkaian depresi, sedangkan orang orang yang lain

16

lagi mengalami siklus manik depresif klasik. Clifford Beers dalam bukunya, A mind that found itself, menggambarkan dengan sangat efektif emosi emosi, proses proses pikiran, dan tingkah lakunya yang umum baik dalam tahap manik maupun dalam tahap depresif ( Yustinus semiun, 2010 ). Dalam usaha mengadakan klasifikasi, Kraeplin (pada tahun 1899) mengelompokkan keadaan gempar dan meledak ledak (excited), gembira, depresif. Gangguan ini tetap merupakan psikosis fungsional utama sesudah skizofrenia. Kraeplin mengetahui sindrom dari psikosis manik depresif ini begitu kompleks, terutama kecendrungan pasien terhadap suasana hati yang berubah ubah karena diamati bahwa pasien sembuh secara spontan dari keadaan meledak ledak dan gempar serta gembira, tetapi kemudian jatuh kembali ke dalam suasana depresif dan melankolik ( Yustinus semiun, 2010 ). Tujuh puluh persen dari semua penderitanya adalah wanita. Psikosis manikdespresif ini merupakan kekalutan mental yang serius berbentuk gangguan emosional yang ekstrim, yaitu terus menerus bergerak antara gembira ria tertawa-tawa (elation) sampai dengan rasa depresif sedih putus asa penderitanya selalu dihinggapi ketegangan ketegangan afektif dan agresi yang terhambat hambat. Impuls impulsnya kuat, tetapi pendek pendek, dan tidak biasa dikontrol atau dikendalikan, misalnya pikiran kacau dan ingatanya jadi semakin mundur. Pasien menjadi sangat egosentris, dan tingkah lakunya jadi kekanak kanakan. Ia merasa selalu gelisah, dan tidak pernah merasa puas. Berdasarkan hal hal yang diuraikan di atas berupa latar belakang dari psikosis manik depresif yang cukup banyak menyebar dari kalangan masyarakat, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam suatu Karya Tulis Ilmiah berjudul : Psikosis Manik Depresif Gejala, Diagnosa Dan Terapi Awal.

17

1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam Karya Tulis Ilmiah ini akan di bahas dan di bicarakan tentang : 1. Apakah definisi psikosis ? 2. Bagaimanakah gejala klinis dari psikosis manik depresif ? 3. Bagaimanakah diagnosa dari psikosis manik depresif ? 4. Bagaimanakah terapi awal dari psikosis manik depresif ?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Agar kita mengetahui lebih jelas tentang psikosis, kususnya psikosis fungsional yaitu manik depresi. 2. Agar kita dapat menjelaskan tentang gejala klinis psikosis manik deprsif. 3. Agar kita dapat menjelaskan cara mendiagnosa psikosis manik depresif. 4. Agar kita dapat menjelaskan menterapi awal psikosis manik depresif.

18

BAB II TINJAUAN PUTAKA

2.1 Psikosis 2.1.1 Definisi W.F. Maramis (2000 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, dan motorik. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila ( Kuntjojo, 2008 ). Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan sebagai berikut. Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychosie), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain ( Kuntjojo, 2008 ). Psikosis : Gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan di bagian pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya, disebut psikotik disorder dalam DSM-IV. Dua istilah ini juga digunakan untuk pengertian yang lebih umum untuk menunjukkan setiap gangguan jiwa, fungsi mentalnya secara sufisien merusak, seperti pada interferensi luas dengan kapasitas pasien mengatasi tuntutan kehidupan biasa ( Dorland ).

19

Psikosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut : suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Penderita tidak dapat dimengerti lagi oleh orang normal, karena itu seorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu gila bila psikosis itu sudah jelas. Penderita sendiri juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa ia sakit ( Maramis, 2004 ). Gejala Psikotiknya termasuk disorganisasi alam pikir, inkoherensi, longgarnya asosiasi, halusinasi, waham, dan prilaku katatonik. Gejala afektif mungkin lebih sering dijumpai daripada gejala skizofrenik yang klasik ( Roberd, 1998 ). Keadaan ini juga dapat digambarkan dengan cara yang lain yaitu sebagai berikut : psikosis ialah suatu gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan sehari hari sangat terganggu. Psikosis ditandai oleh prilaku yang regresif, hidup perasaan yang tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap impuls impuls serta waham dan halusinasi. Istilah psikosis dapat dipakai untuk keadaan seperti yang disebutkan di atas dengan variasi yang luas mengenai berat dan lamanya ( Maramis, 2004 ). Sebagai contoh psikosis akibat obat, Keadaan ini seringkali ditemukan dengan kelas obat obatan resmi dan gelap, terutama perangsang yaitu fensiklidin dan kokain ( Barry, 2002 ). Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik, yaitu : 1. Perasaan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam

20

2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan 3. Regresi ke otisme (autism) manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadap hadapan sosial 4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran 5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi ( Maramis, 2004 ).

Bagan Pembagian psikosis Delerium Dementia Sindroma Amnestik dan halusinosis organik Sindroma waham organik Sindroma afektif organik Sindroma Kepribadian organik Intoksikasi dan Sindroma Putus Zat

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

GANGGUAN PSIKOTIK

GANGGUAN PSIKOTIK FUNGSIONAL

Skizofrenia Manik depresif Gangguan Paranoid Psikosis Non Organik lainnya ( Kuntjojo, 2008 ).

2.2 Psikosis Manik Depresif

21

2.2.1 Definisi Psikosis manik depresif adalah suatu golongan gangguan afektif mayor yang dikarakteristikkan dengan gangguan alam perasaan yang parah (elasi atau depresi) yang biasanya mempunyai kecendrungan untuk remisi dan berulang (recurrence). Pada jenis manik, pasien menunjukkan secara karakteristik suatu elasi, irritabilitas, aktivitas motorik yang meningkat penekanan pada pembicaraan dan flight of ideas, sedangkan pada jenis depresi pasien mengalami suatu alam perasaan yang depresif, anxietas dan kemungkinan terjadinya kemunduran aktivitas fisik yang dapat menjurus pada stupor. Pada jenis sirkuler dari gangguan ini, pasien mengalami sekurang kurangnya suatu dari setiap jenis episode episode tersebut. Penderita psikosis manik depresif tidaklah mengalami suatu keadaan deteriorasi mental yang progresif ( Kaplan, 2010 ).

2.2.2 Sejarah Adanya suatu penyakit dimana didapati keadaan manik dan depresif saling bergantian, sebenarnya dapat dikatakan merupakan penyakit yang cukup tua usianya. Sedangkan menurut Juliffe dikatakan bahwa sejak jaman dahulu kala gangguan ini hanya terdapat dalam bentuk psikosis dimana gambaran utamanya dengan mudah dapat dikenal. Dilain pihak, menurut Koerner dikatakan bahwa pada kultur Jerman pencatatan yang mula mula dari gangguan ini terjadi pada zaman Homeric ( Kaplan, 2010 ). Juga gambaran penyakit ini telah didokumenter dalam tulisan tulisan Hippocrates. Pada waktu itu Hippocrates beranggapan bahwa keadaan manik dan melancholia merupakan kondisi mental yang berlangsung secara kronis, walaupun dia mengakui juga adanya kemungkinan penyembuhan pada beberapa kasus. Hippocrates juga telah membeda bedakan beberapa kasus. Hippocrates juga telah membeda bedakan beberapa jenis melancholia dan afek yang bergelombang. ( Kaplan, 2010 ). 2.2.3 Etiologi

22

Mungkin ada faktor keturunan, karena 30% dari saudara penderita dengan psikosis manik depresif juga menderita penyakit ini, sedangkan pada seluruh masyarakat diperkirakan 5% (di Amerika Serikat tetapi ada yang menduga sampai 15%). Penyakit ini lebih sering dijumpai pada kaum wanita dengan perbandingan 2 : 1. Juga lebih banyak terdapat pada golongan sosio ekonomi yang lebih tinggi. Terdapat lebih banyak di negara negara Eropa daripada di Indonesia, terutama di negara Skandicavia. Di Amerika Serikat sejak permulaan abad ini psikosis manik depresif tercatat berkurang ( Maramis, 2004 ). Sebenarnya belum ada suatu kepastian hingga saat ini tentang etiologi dari psikosis manik depresif. Hanya saja ada beberapa faktor yang diduga

mempunyai pengaruh atau mempunyai hubungan dengan terjadinya penyakit ini. Dalam hal ini dapat kita tinjau beberapa aliran (konsep) yang diajukan tentang terjadinya psikosis manik depresif walaupun masing masing aliran belumlah mempunyai suatu reliabilitas yang meyakinkan ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.1 Aliran Psikoanalitik Dari aliran ini oleh pelopornya masing masing telah pula diajukan konsepsi-konsepsi mereka merupakan ada 4 model, yaitu :

2.2.3.1.1 Agression Turned inward Model Di sini mekanismenya adalah dengan mengkonversikan insting insting agresif kepada afek yang depresif. Model ini dipelopori oleh Abraham Freud, dimana mereka memandang, bahwa terjadinya sendiri insting insting agresif yang tidak diarahkan pada objek yang sesuai. Misalnya pembalikkan (retroleksi) terhadap kebencian dicetuskan oleh pasien sebagai akibat kehilangan sesuatu objek yang dicintai yang bersifat ambivalent ( Kaplan, 2010 ). Menurut Abraham syarat mutlak untuk terjadinya suatu psikosis manik depresif adalah :

23

a). Adanya suatu fiksasi pada fase oral. b). Terjadinya suatu kerusakan (injury) yang berat terhadap narcissisme infantile yang ditimbulkan karena terjadinya kekecewaan dalam memperoleh kasih sayang. c). Terjadinya ini berlangsung sebelum fase Oedipus complex terselesaikan. d). Adanya penggulungan pristiwa pristiwa kekecewaan yang terdahulu (pada masa kehidupan dewasanya) ( Maramis, 2004 ).

2.2.3.1.2 Object Loss Model Di sini mekanismenya adalah dengan adanya pemisahan (separasi) maka hal ini menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap keterikatan dengan objek yang dicintainya ( Maramis, 2004 ).

2.2.3.1.3 Loss Of Self Esteem Model Di sini mekanismenya adalah karena adanya rasa tak berdaya atau terkadang harapan dalam mencapai tujuan tujuan tertentu dari ego ideal. Konsep ini dikenal dengan Bibrings model. Di sini dianggap bahwa keadaan depresi sebagai suatu ego state yaitu suatu afek yang independen terhadap peredaran dorongan agresif. Dengan perkataan lain depresi adalah suatu keadaan dimana terjadi konflik dalam diri ego dan menurut beliau, kehilangan harga diri merupakan faktor yang utama untuk terjadinya depresi ( Kaplan, 2010 ). 2.2.3.1.4 Negative Cognitive Sel Model Di sini mekanismenya adalah karena adanya rasa tak mempunyai harapan lagi. Model ini dipelopori oleh Beck. Menurut beliau adanya corak kognitif yang berubah yang dikarakteristikkan dengan pengharapan pengharapan yang negatif merupakan basis dari depresi. Dalam kaitan ini keputusasaan tersebut

mencerminkan suatu trias cognitif yang kusus yaitu : konsep yang negatif akan dirinya sendiri, interpretasi yang negatif terhadap pengalaman seseorang dan pandangan yang negatif terhadap sesuatu yang akan datang. Karena itulah

24

menurut Beck makin negatif konsep kognitif si penderita maka makin buruk alam perasaan yang dirasakannya dan makin buruk alam perasaan yang dirasakannya makin negatif pula konsep kognitifnya ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.2 Aliran Behavioristik Aliran Behavioristik di sini ada 2 model, yaitu : 2.2.3.2.1 Learned Helplessness Model Di sini mekanismenya adalah karena adanya stimulasi kegagalan yang tidak bisa dikontrol ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.2.2 Loss Of Reinforcement Model Di sini mekanismenya adalah imbalan (reward) terhadap peranan sakit akan mensubtitusi sumber sumber reforcement yang hilang. Di sini pasien memanipulasi lingkungan interpersonal mereka untuk mendapatkan perhatian dan simpati ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.3. Aliran Sosiologik Di sini mekanismenya adalah karena hilangnya status peranan si individu. Model ini lebih dapat diterima pada kelompok lebih tua. Misalnya hilangnya peranan sebagai ibu rumah tangga, hilangnya peranan sebagai peminpin rumah tangga dan lain lain ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.4 Aliran Eksistential Menurut aliran ini psikosis manik depresif tidaklah ditinjau sebagai satu unit, tapi haruslah ditinjau sebagai objek objek yang terpisah pisah yaitu manik dan depresif. Walaupun begitu aliran ini lebih banyak penekanan tinjauan

25

mereka pada keadaan manik yang sedikit berbeda dengan aliran psikoanalitik yang penekananya lebih banyak pada depresi. Aliran eksistensial ini memandang terjadinya penyakit ini karena kehilangan pengertian terhadap eksistensi dirinya sendiri ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.5 Aliran Biologik Aliran Biologik di sini ada 2 model, yaitu : 2.2.3.5.1 Biogenic Amine Model Di sini mekanismenya oleh karena adanya gangguan dalam neuro transmitter. Gambaran Psikosis manik depresif yang dapat menyokong konsep ini antara lain : adanya simtom simtom somatik, ritme simtom yang di urnal dan adanya anggapan bahwa penyakit ini bersifat endogen, serta adanya basis etiologi dari faktor genetik dan yang tak dapat dimungkiri adalah adanya obat obat baik dari golongan anti depresan maupun psikotropik lainnya dalam mengatasi simtom simtom bahkan juga dalam corak profilaksis terhadap psikosis manik depresif ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.5.2 Neurophysiological Model Di sini ada beberapa mekanisme yang dianjurkan yaitu : a. Adanya Penumpukan Natrium intra neuron b. Adanya dominasi cholinergik Adanya kekacauan fungsional yang reversible dari aktivitas di encephalon terhadap fungsi re inforcement ( Kaplan, 2010 ). Disamping model model yang telah diajukan di atas tadi menurut para ahli masih ada lagi faktor faktor yang memenuhi untuk terjadinya psikosis manik depresif yaitu :

26

2.2.3.6 Faktor Genetik Banyaknya penyelidik berpendapat manik depresif ( Kaplan, 2010 ). bahwa psikosis manik depresif

selalu terdapat pada orang tua, anak anak, saudara saudara penderita psikosis

2.2.3.7 Faktor Konstitusi Fisik Menurut Kretschmer (1921), bentuk badan yang dinamakannya piknikus cenderung untuk penderita psikosis manik depresif ( Kaplan, 2010 ).

2.2.3.8 Faktor Kepribadian Premorbid Hampir sebagian besar penulis mengatakan bahwa bentuk kepribadian premorbid yang paling sering dari psikosis manik depresif adalah kepribadian cyclothymic ( Kaplan, 2010 ).

2.2.4 Gejala Gejala Dua pola gejala dasar di dalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada depresi dan manik. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. Pada banyak studi, para peneliti berupaya mencari perbedaan yang dapat diandalkan antara gangguan bipolar I episode depresif dan episode gangguan depresif berat, tetapi perbedaan tersebut sukar ditentukan. Pada suatu situasi klinis, hanya riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan gangguan masa mendatang yang dapat membantu membedakan kedua keadaan tersebut. Sejumlah pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan ciri manik dan depresif, serta beberapa dari mereka tampaknya mengalami episode singkat beberapa menit, sampai beberapa jam episode depresi selama episode manik ( Kaplan, 2010 ). Episode manik yaitu pada kelompok ini terdapat afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik mental, dalam

27

berbagai derajat keparahan. Sedangkan episode depresi ditandai dengan gejala utama yaitu: afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, serta

kekurangannya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas dan gejala-gejala lainnya. Hipomanik yaitu derajat gangguan yang lebih ringan dari manik, afek meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturutturut, pada suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi siklotimia serta tidak ada halusinasi atau waham ( Eddyhutagaol, 2011 ). Dengan jelas dapat dibedakan dua jenis psikosis manik depresif : jenis manik dan depresi:

2.2.4.1 Jenis Manik 1. Gangguan emosi : Penderita merasa senang dan optimistik. Terlalu besar kepercayaannya pada diri sendiri. Setiap usaha atau pekerjaan dianggap enteng. Efori ini tidak sesuai dengan kenyataan. Kadang kadang disertai halusinasi dan waham kebesaran. 2. Aktivitas yang berlebih lebihan : penderita sangat gelisah, tidak dapat duduk diam atau tinggal di tempat tidurnya. Ia mungkin menghambur hamburkan uang, belanja tidak karuan, terus berbicara dan menyanyi nyanyi. Mungkin ia merobek robek pakaiannya dan menghias badannya dengan robekan robekan itu. Sering memakai kata kata yang tidak sopan dan kadang kadang dilakukan pelamaran. Kegelisahan itu sedemikian rupa sehingga ia tidak makan, tidak dapat tidur betul dan tidak merasa lelah timbul bahaya dehidrasi dan kolaps. 3. Gangguan proses berpikir : Dalam keadaan manik arus pikiran menjadi cepat, terdapat pikiran melayang dan asosiasi bunyi. Perhatian sangat terganggu, mudah tertarik pada hal hal yang lain. Halusinasi mungkin timbul, tetapi biasanya jarang lebih sering ilusi. Waham sering berupa waham kebesaran, dan tidak sistematis ( Maramis, 2004 ).

28

2.2.4.2 Episode Manik Terutama ditandai dengan suasana perasaan/mood meningkat, ekspansif dan iritabel. Peningkatan mood biasanya eforik dan seringkali menular sehingga menimbulkan penyangkalan sakit secara kontra tranferensi dari dokter berpengalaman ( Sylvia, 2010 ). Walaupun orang yang tidak terlibat mungkin tidak mengenali sifat mood pasien yang tidak biasa, orang yang mengenal pasien menyadari bahwa hal tersebut tidak normal. Sebaiknya, Mood dapat iritabel, khususnya ketika rencana seseorang yang ambisius dengan terang terangan dirintangi. Pasien sering menunjukkan perubahan mood yang dominan dari euphoria pada awal perjalanan penyakit menjadi iritabilitas dikemudian hari ( Kaplan, 2010 ). Terapi pasien manik di bangsal perawatan dapat dipersulit dengan pengujian mereka terhadap batasan peraturan bangsal, kecendrungan pengalihan tanggung jawab terhadap perbuatan mereka kepada orang lain, eksploitasi terhadap kelemahan orang lain, serta kecendrungan membela bela petugas. Di luar rumah sakit, pasien manik sering meminum alkohol berlebihan, mungkin sebagai upaya mengobati diri sendiri. Sifat disinhibisi pasien dicerminkan melalui penggunaan telepon yang berlebihan, terutama interlokal pada waktu dini hari ( Kaplan, 2010 ). Manik pada remaja sering salah didiagnosis sebagai gangguan kepribadian antisosial atau skizofrenia. Gejala Manik pada remaja dapat mencakup psikosis, penyalahgunaan alkohol atau zat lain, upaya bunuh diri, masalah akademik, pemikiran filosofis, gejala gangguan obesif kompulsif, berbagai keluhan somatik, iritabilitas yang jelas sehingga mengakibatkan perkelahian, dan perilaku antisosial lain. Walaupun banyak gejala ini ditemukan pada remaja normal, gejala yang berat atau terus menerus ada harus membuat klinisi mempertimbangkan gangguan bipolar I sebagai diagnosis banding ( Kaplan, 2010 ).

2.2.4.3 Jenis Depresi

29

1. Gangguan emosi : Tampak selalu lelah dan khawatir. Penderita merasa tidak mampu menyelesaikan atau melakukan sesuatu. Segala masalah ditinjau secara pesimistik. Ia merasa rendah dirinya kadang kadang rasa sedih itu begitu hebat sehingga ia putus asa dan timbul bahaya bunuh diri. Keinginan untuk bunuh diri sering dilakukan dengan sungguh sungguh dan direncanakan betul. Kadang kadang ia membunuh keluarganya lebih dahulu dengan maksud hendak membebaskan mereka dari penderitaan. 2. Penghambatan aktivitas : Hal ini dapat dilihat dari roman muka dengan lipatan nasolabial yang jelas, sudut mulut yang turun dan banyak lipatan di dahi dan sudut mata. Gerakan gerakan berkurang dan menjadi sangat lambat, kadang kadang terjadi stupor. Buat pergaulan penderita tidak mempunyai perhatian. Ia menghindari kawan kawannya. Surat surat sering tidak dijawab, bahkan kadang kadang tidak dibuka sama sekali. Untuk pekerjaan diperlukan waktu yang lebih banyak dan dirasakan berat sekali. Penderita wanita sering tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah tangga pada waktunya. Ia kurang memperhatikan pakaian dan rupanya lagi. 3. Gangguan proses berpikir : Arus pikiran tidak lancar lagi seperti biasa. Kemampuan untuk mengutarakan isi hati menjadi berkurang. Penderita tidak sanggup mengambil keputusan. Di samping gejala gejala di atas penderita dengan depresi itu merasa cemas dan takut, misalnya takut menjadi gila. Waham bila ada biasanya berkisar antara perasaan salah dan rasa rendah diri, umpamanya tidak mencapai sesuatu, katanya oleh karena kelalaiannya, kurang berusaha, dan sebagainya. Nasibnya ini ialah hasil dari hukuman karena dosannya dahulu. Halusinasi jarang timbul, lebih sering ilusi. 4. Keluhan badaniah ialah rasa lelah, perasaan tertekan pada kepala dan dada, kedua tungkai berat sekali, sukar tidur, nafsu makan berkurang, obtipasi. Pada wanita haid terganggu dan pada pria terjadi impotensi ( Maramis, 2004 ).

2.2.4.4 Episode Depresif Mood depresif serta hilangnya minat atau kesenangan adalah kunci gejala depresi. Pasien dapat mengatakan bahwa mereka merasa sedih, tidak ada harapan,

30

bersusah hati, tau tidak berharga. Untuk seseorang pasien, mood yang depresif sering memiliki kualitas yang khas yang membedakannya dengan emosi normal kesedihan atau berkambung. Pasien sering menggambarkan gejala depresi sebagai penderitaan emosi yang sangat mendalam serta kadang kadang mengeluh tidak dapat menangis, gejala yang pulih ketika pasien membaik ( Kaplan, 2010 ). Sekitar duapertiaga pasien depresi berpikir untuk melakukan bunuh diri, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Mereka yang baru baru ini merawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri atau memiliki gagasan bunuh diri memiliki risiko seumur hidup yang lebih besar untuk berhasil melakukan bunuh diri daripada mereka yang belum pernah dirawat di rumah sakit. Beberapa pasien depresi kadang kadang tampak tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluhkan penarikan diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka. Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh berkurangnya energi; mereka merasa sulit menyelesaikan tugas, terganggu di sekolah dan tempat kerja, serta memiliki motivasi yang menurun untuk menangani proyek baru ( Maramis, 2004 ). Sekitar 80 persen mengeluh sulit tidur, terutama terbangun sangat dini hari (yang merupkan insomnia terminal) serta terbangun berulang di malam hari saat terbangun itu pasien merenungkan masalahnya. Banyaknya pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan, tetapi pasien lain mengalami pnurunan nafsu makan dan penurunan berat badan, tetapi pasien lain mengalami peningkatan nafsu makan dan kenaikkan berat badan dan tidur yang lebih lama dari biasanya. Pasien ini digolongkan dalam DSM-IV-TR memiliki ciri atipikal ( Kaplan, 2010 ).

2.2.4.4.1 Depresi Pada Anak Dan Remaja Fobia sekolah dan menempel terus pada orang tua dapat merupakan gejala depresi pada anak. Buruknnya kinerja di sekolah, penyalahgunaan zat, perilaku antisosial, berganti ganti pasangan seksual, bolos sekolah, dan melarikan diri dapat menjadi gejala depresi pada remaja ( Kaplan, 2010 ).

31

2.2.4.4.2 Depresi Pada Orang Lanjut Usia Depresi lebih sering ditemukan pada orang lanjut usia daripada depresi pada populasi umum. Berbagai studi melaporkan angka prevalensi berkisar dari 25% sampai hampir 50% walupun persentase kasus ini yang disebabkan gangguan depresif berat tidak pasti. Sejumlah studi melaporkan data yang menunjukkan bahwa depresi pada orang lanjut usia dapat berkaitan dengan status sosioekonomi yang rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang juga sedang ada, serta isolasi sosial. Studi lain menunjukkan bahwa depresi pada orang lanjut usia kurang terdiagnosis dan tidak diobati, terutama mungkin oleh dokter umum. Tidak dikenalinya depresi pada orang lanjut usia dapat terjadi karena gangguan lebih sering muncul dengan keluhan somatik pada kelompok usia yang lebih tua dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda. Lebih jauh lagi, diskriminasi terhadap usia dapat mempengaruhi dan membuat mereka lebih menerima gejala depresif sebagai hal yang normal pada pasien lanjut usia ( Kaplan, 2010 ).

2.2.4.5 Jenis Sirkuler Pada jenis ini terdapat episoda dan depresi berganti berganti, diselingi oleh suatu interval yang normal. Menurut perjanjian, untuk memenuhi diagnosa jenis ini. Interval itu harus kurang dari 12 bulan. Bila lebih, maka didiagnosa sebagai jenis manik atau jenis depresi sendiri sendiri ( Maramis, 2004 ).

2.2.5 Diagnosa

32

Fase depresi psikosis manik depresif perlu dibedakan dari reaksi depresi. Gangguan emosi pada reaksi depresi biasanya timbul sebab stres karena konflik psikologik, penderita ini dapat dipengaruhi dari luar, misalnya bila penderita bertemu dengan teman temannya maka depresi berkurang. Tidak demikian halnya pada fase depresi psikosis manik depresif, karena perubahan emosi dari dalam (karena itu disebut juga depresi endogenik). Pada umumnya reaksi depresi tidak menunjukkan hambatan pikiran dan aktivitas seperti pada depresi endogenik. Reaksi depresi dapat diobati dengan psikoterapi. Pada depresi endogenik, psikoterapi tidak memberi hasil yang baik. Kepribadian sebelum sakit pada reaksi depresi sering menunjukkan sifat yang belum matang, sedangkan pada psikosis manik depresif dijumpai keperibadian sikloid. Seorang dengan reaksi depresi mengeluh tentang kesukaran waktu baru mulai tidur, pada depresi endogenik penderita tidak dapat tidur nyeyak dan dapat terbangun (terbangun pagi-pagi buta) ( Maramis, 2004 ). Psikosis manik depresif perlu juga dibedakan dari skizofrenia. Pada skizofrenia sering terdapat pikiran yang aneh, yang tidak dapat diikuti. Pada manik langkah pikiran sangat cepat (pikiran melayang) dan ada asosiasi bunyi. Emosi pada skizofrenia menjadi dangkal atau tidak sesuai dengan keadaan (inadequat) dan terdapat disharmoni antara emosi, proses pikiran dan perbuatan. Keperibadian premorbid pada skizofrenia biasa skizoid, pada psikosis manik depresif biasanya sikloid. Sesudah serangan psikosis manik depresif, individu itu kembali menjadi seperti biasa, seperti keadaan sebelum sakit biarpun serangan berulang ulang pada skizofrenia sering terdapat cacat dan kemunduran mental sesudah beberapa kali serangan ( Maramis, 2004 ).

2.2.5.1 Pemeriksaan Status Mental 2.2.5.1.1 Episode Depresif a. Gambaran Umum

33

Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling lazim timbul, walaupun agitasi juga terlihat, terutama pada pasien lanjut usia. Meremasremas tangan terlihat, terutama pada pasien lanjut usia. Meremas remas tangan dan menarik narik rambut merupakan gejala tersering agitasi. Umumnya, pasien depresi, memiliki postur tubuh yang bongkok, tidak ada gerakan sepontan, serta tatapan menghindar dengan memandang ke bawah. Pada pemeriksaan klinis, serta pasien depresi yang menunjukkan gejala nyata retardasi psikomotor dapat serupa dengan pasien skizofrenia katatonik. Fakta ini dimasukkan dalam DSM-IV-TR sebagai gejala yang menyerupai ciri katatonik pada berbagai gangguan mood ( Kaplan, 2010 ). b. Mood dan Perasaan Depresi merupakan kunci gejala, walaupun 50% pasien menyangkal perasaan depresif serta secara umum tidak tampak depresi. Anggota keluarga atau rekan kerja sering membawa atau mengirim pasien ini untuk ditangani karena penarikan diri secara sosial dan aktivitas umum yang berkurang ( Kaplan, 2010 ). c. Pembicaraan Banyak pasien depresi yang mengalami penurunan laju dan volume bicara mereka memberikan jawaban terhadap pernyataan yang hanya membutuhkan satu kata dan tampak terlambat menjawab pertanyaan. Pemeriksa dapat menunggu hingga 2 atau 3 menit sebelum pertanyaannya dijawab ( Kaplan, 2010 ).

2.2.5.1.2 Gangguan Persepsi Pasien dengan waham atau halusinasi dikatakan memiliki episode depresif berat dengan gambaran psikotik. Bahkan bila tidak ditemukan waham atau halusinasi, berharap pasien yang secara umum mengalami depresi tidak bersuara, tidak mandi, membuang kotoran sembarangan. Pasien tersebut lebih baik dijelaskan memiliki ciri katatonik ( Kaplan, 2010 ).

34

Waham dan halusinasi yang sesuai dengan mood depresi dikatakan kongruen mood. Waham yang kongruen mood pada pasien depresi mencakup rasa bersalah, berdosa, tidak berharga, miskin, gagal dikejar, serta mengalami

penyakit somatik terminal. Waham dan halusinasi pada pasien dengan gangguan mood tidak kongruen pada orang depresi meliputi tema kebesaran berupa kekuatan, pengetahuan, dan rasa berharga yang berlebihan. Misalnya, keyakinan bahwa seseorang disiksa karena ia merupakan seseorang Juru selamat. Walaupun relatif jarang, halusinasi dapat terjadi saat episode depresi berat dengan ciri psikotik ( Kaplan, 2010 ). Isi Pikir : Pasien depresi umumnya memiliki pandangan negatif mengenai dunia dan diri mereka. Isi pikir mereka biasanya mencakup pikiran berulang yang tidak bersifat waham mengenai kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri, dan kematian. Sekitar 10 persen pasien depresi memiliki gejala nyata gangguan pikiran, biasanya berupa bloking pikiran dan sangat miskin isi pikir ( Kaplan, 2010 ).

2.2.5.1.3 Sensorium dan Kognisi a. Orientasi Hampir seluruh pasien depresi masih memiliki orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau minat untuk menjawab pertanyaan mengenai hal ini selama wawancara ( Kaplan, 2010 ). b. Memori Sekitar 50 hingga 75 persen pasien depresi memiliki hendaya kognitif, kadang kadang disebut dengan istilah pseudodemensia depresif. Pasien ini sering mengeluh kosentrasi terganggu dan mudah lupa ( Kaplan, 2010 ).

2.2.5.1.4 Episode Manik

35

a. Gambaran Umum Pasien manik tereksitasi, banyak bicara kadang menghibur, dan seringnya hiperaktif. Pada suatu waktu, mereka secara umum psikotik dan tersorganisasi serta membutuhkan pengikatan dan suntikan intramuscular obat sedatif ( Kaplan, 2010 ). b. Mood, Afek, dan Perasaan Pasien manik biasanya euforik, tapi mereka mungkin juga iritabel, khususnya ketika muncul manik. Pasien ini juga memiliki toleransi rendah terhadap frustrasi, yang dapat mengarahkan ke rasa marah dan bermusuhan. Pasien manik dapat labil secara emosi, berganti dari tertawa ke iritabilitas ke depresi dalam hitungan menit dan jam ( Kaplan, 2010 ). c. Pembicaraan Pasien manik tidak dapat disela ketika mereka sedang berbicara, dan mereka sering menjadi atau menganggap pengganggu bagi orang orang di sekeliling mereka. Pembicaraan mereka sering terganggu ketika manik terjadi lebih intens, Pembicaraan menjadi semakin keras, semakin cepat, dan sulit diartikan, kemudian diisi dengan lelucon, sajak, bermain dengan kata kata, serta tidak relevan ketika keadaan manik semakin meningkat. Masih pada tingkat aktivitas yang lebih besar, asosiasi menjadi longgar, kemampuan untuk berkosentrasi memudar, serta flight of ideas, word salad, dan nelogis timbul. Pada cetusan manik akut, pembicaraan dapat benar benar inkoheren dan tidak dapat dibedakan dengan orang dengan skizofrenia ( Kaplan, 2010 ). d. Gangguan Persepsi Waham timbul pada 75% pasien manik. Waham manik yang kongruen mood sering berkenaan dengan kemakmuran, kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan. Waham bizar dan tidak kongruen mood dan halusinasi juga terjadi pada manik ( Kaplan, 2010 ). e. Pikiran

36

Isi pikiran manik mencakup tema kepercayaan diri dan membesarkan diri. Pasien manik sering mudah teralih perhatiannya, dan fungsi kognitif pada keadaan manik ditandai dengan arus gagasan yang tidak tertahan dan dipercepat ( Kaplan, 2010 ).

2.2.6 Diagnosa Banding Ada beberapa penyakit yang dapat mempunyai gambaran klinis yang hapir bersamaan dengan psikosis manik depresif, yaitu :

2.2.6.1 Penyakit Somatik Penyakit penyakit somatik yang sub klinik atau yang manifestasi dapat disertai dengan beberapa sintom depresi yang mana bisa pula mendominir manifestasi proses penyakit primer tadi. Terutama hal ini penyakit penyakit somatik yang berhubungan dengan Psikosis organik. Misalnya afek yang depresif dan apathy atau excitement dan irritabilitas bisa dijumpai pada hipertensi, uremia, beberapa jenis lesi intrakranial, psikomotor epilepsi, toksik delirium, general paresis, intoksikasi obat obatan dan penghentian obat yang tiba tiba ( Kaplan, 2010 ).

2.2.6.2 Skizofrenia Problema yang paling sukar dalam mendiagnosa banding psikosis manik depresif adalah pembatasanya dengan skizofrenia. Pada skizofrenia bisa dimulai dengan suatu gangguan pada afek dan berlanjut pada gambaran gambaran afek yang lebih menonjol, dimana diagnosanya saat itu dapat ditegakkan dengan skizofrenia skizo afektif ( Kaplan, 2010 ). Gangguan Skizoafektif dan gangguan Suasana hati (mood) kalau gambaran gambaran psikotik telah disingkirkan, jika sindrom Manik depresif depresif Mayor pernah ada selama aktif gangguan, lama total semua serangan

37

sindrom suasana hati telah menjadi singkat dibanding dengan lama total fase aktif dan fase sisa gangguan tersebut ( Shawn, 1996 ).

2.2.6.3 Psikosis Depresif Reaktif Penyakit ini didahulukan dengan suatu faktor presipitasi (pencetus). Kemudian keperibadian premorbidnya tidaklah seperti gambaran kepribadian pada psikosis manik depresif ( Kaplan, 2010 ).

2.2.6.4 Melancholia Involusi Penyakit ini serangan pertamanya pada masa involusi. Selain itu pada Melancholia involusi tidak dijumpai adanya episoda episoda dalam perjalanan suatu penyakitnya dan kepribadian premorbid pada Melancholia involusi lebih sering bentuk kepribadian obsessi kompulsi ( Kaplan, 2010 ).

2.2.7 Pengobatan Tujuan Pengobatan : dilakukan pada penderita psikosis manik depresif adalah : 1. Untuk menenangkan simtom simtom akut ( misalnya tingkah laku destruktif) dan untuk menyembuhkan penderitaanya. 2. Mencegah simtom simtom suicide dan homicide. 3. Memperpendek perjalanan penyakit. 4. Mencegah episode episode berikutnya. 5. Untuk membantu pasien bagi suatu pengertian yang lebih baik terhadap kepribadiannya sendiri sehingga dia dapat belajar untuk hidup lebih baik ( Kaplan, 2010 ). Pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita psikosis manik depresif ada 4 cara :

38

2.2.7.1 Hospitalisasi Hospitalisasi dilakukan bila : 1. adanya bahaya suicide (bunuh diri) 2. Bila pasien tidak dapat diawasi secara baik di rumah 3. Bila pasien keadaan manik akut dan depresi akut ( Kaplan, 2010 ).

2.2.7.2 Terapi Dengan Obat Obatan a. Untuk jenis depresi : 1. Golongan MAO-I, misalnya : Iproniazid, phenelzine, Tranylcypromin dan lain lain. Ini terutama untuk pasien pasien usia tua ( Kaplan, 2010 ). MAO Digunakan untuk mengatasi depresi, Tetapi penggunaannya sangat terbatas karena toksik, kadang kadang dapat dicapai efek yang baik, pasien menjadi aktif dan mau bicara lagi. ( Farmakologi, 2007 ). 2. Golongan tricyclic antidepresan, misalnya : imipramine, amitriptyline. Dosisnya bervariasi yaitu sekitar 75 150 mg perhari ( Kaplan, 2010 ). Bila ada tanda tanda perbaikan harus dilanjutkan untuk sedikit dikitnya dalam waktu 6 bulan. Bila dosis maintenance ini dapat dipakai oleh pasien sekurang kurangnya berulangnya penyakit tersebut ( Kaplan, 2010 ). 3. Golongan Tetracyclic antidepresan, misalnya : Maproptiline, mainserine dan lain lain. Keuntungan memakai obat golongan ini adalah karena efek sampingnya agak kurang ( Kaplan, 2010 ). 4. Obat obatan yang lain, misalnya : Neuroleptik, terutama pada jenis agitasi. Pemberian golongan neuroleptik ini dapat secara tunggal atau dapat pula digabung dengan golongan antidepresan atau digabung dengan E.C.T ( Kaplan, 2010 ).

39

5. Tryptophan : Obat ini di samping sebagai antidepresan juga mempunyai efek potensiasi dengan MAO I dan Clomipramine ( Kaplan, 2010 ). b. Untuk jenis Manik : Pada keadaan ini dapat diberikan : 1. Neuroleptik : - fenotiazine. - Haloperidol. Ini terutama untuk manik akut 2. Garam Lithium dengan dosis : - Lithium karbonat 600 mg perhari - Lithium citrat 1200 mg perhari ( Kaplan, 2010 ).

Dapat pula dilakukan beberapa tindakan lain seperti pre frontal leucotomy dan lain lain. 1. Tiap penderita dengan psikosis manik depresif yang agak berat sebaliknya dimasukkan ke rumah sakit, karena bahaya bunuh diri pada depresi dan kemungkinan kehabisan tenaga atau kesukaran keuangan pada manik. 2. Obat obat : Fenotiazin dan derivat derivatnya baik sekali terhadap manik. Dosisnya harus disesuaikan secara progresif. Dapat juga dipakai karbonat lithium. Terhadap depresi dapat diberi antidepresan. Selanjutnya harus diperhatikan agar penderita mendapat cukup makanan dan minuman. Bila perlu diberikan makanan melalui pipa. 3. Terapi elektrokonvulsi : sangat efektif pada depresi endogenik, perlu diberi bila sering timbul pikiran bunuh diri pada pemikiranya. Sesudah 3 4 x pemberiannya elektrokonvulsi penderita sudah keluar dari depresinya, tetapi sebaliknya dilanjutkan 2 3 x lagi. Disamping itu perlu diteruskan dengan obat anti depresi. Terapi elektrokonvulsi dapat juga dilakukan pada penderita dengan terkena manik tersebut dilakukan. Pada pasien dengan manik, pada permulaan dapat diberikan 3 x seminggu selama 2 minggu, bila tampak perbaikkan, maka dikurangi sampai 1 2 x seminggu, dan dilanjutkan sampai sejumlah 12 20 kali. Dengan adanya

40

neroleptika, maka TEK (Terapi Elektrokonvulsi) tidak begitu sering dipakai lagi dan jumlahnya dalam satu seri juga tidak usah begitu banyak seperti dahulu. Sesudah TEK (Terapi Elektrokonvulsi) dihentikan, neroleptika yang diberi sejak permulaan pengobatan, harus diteruskan ( Maramis, 2004 ).

2.2.7.3 ECT ( Electro Convulsive Therapy) Ini terutama untuk jenis depresi yang berat dan depresi dengan kecendrungan gejala suicide. Untuk jenis manik, pemberian ECT. adalah kurang efektif. Pemberian ECT. dalam efektifitasnya adalah sama pada pasien bipolar dan unipolar ( Kaplan, 2010 ).

2.2.7.4 Psikoterapi Menurut Arieti, terapi fisik tidak dapat merubah kepribadian dasar dari pasien sehingga problema yang fundamental tetap tinggal terpecahkan, walaupun beberapa problema tersebut bisa dilupakan atau terintegrasi secara tidak menguntungkan oleh efek ECT Disamping itu walaupun terapi dengan obat obatan membuat pasien tidak sensitif terhadap depresinya atau elasinya, namun kesempatan untuk timbulnya gangguan afektif tersebut untuk waktu selanjutnya kemungkinan tetap ada, begitu terapi dengan obat obatan dihentikan. Karena itu menurut Arieti, pelaksanaan psikoterapi yang berhasil dan adekuat merupakan tipe pengobatan yang paling baik. Walaupun begitu psikoterapi juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu : 1. Pada kasus yang berat dimana pasien dalam keadaan stupor maka sukar untuk mengadakan kontak. 2. Resiko untuk suicide selalu lebih besar. Psikoterapi terutama dilakukan pada :

41

a. Jenis depresi simpleks. b. Hypomanik c. Bila terapi dengan obat obatan tidak berhasil atau dengan E.C.T juga tidak berhasil. d. Bila penyakit sering berulang e. Pada keadaan pasien menolak untuk dilakukan terapi fisik. Tindakan psikoterapi yang dapat dilakukan, misalnya : memberikan perhatian dan rasa aman secara psikologik pada diri pasien kemudian harus dibantu pasien menyelesaikan problem tersebut dengan sendirinya. Kemudian dapat dilakukan occupational therapy terutama pada masa penyembuhan.

Disamping itu sifat dari penyakitnya harus diterangkan pada penderita sendiri dan keluarganya ( Kaplan, 2010 ).

2.2.8 Prognosa Prognosa dari psikosis manik depresif menurut sebagian besar

penyelidik hampir selalu baik tetapi ada kemungkinan berulang yang tidak dapat ditentukan ( Kaplan, 2010 ). Rennie mendapatkan bahwa rata rata serangan manik yang pertama kali akan berakhir dalam 31 bulan, sedangkan depresi yang pertama kali akan berakhir dalam 6 setengah bulan. Sedangkan mendapatkan 6 bulan untuk serangan manik dan 9 bulan serangan depresi. Serangan pertama yang paling singkat adalah sekitar 3 hari dan yang paling lama adalah 3 tahun ( Kaplan, 2010 ). Rennie mengatakan bahwa prognosa lebih buruk ketika serangan ulangan tersebut terjadi sesudah 40 tahun. Penulis lain menyebutkan bahwa makin meningkat usia pasien maka lebih besar kemungkinan untuk menderita serangan depresi dengan corak berupa masa durasi yang lebih lama dan dengan tingkat keparahan yang lebih berat ( Kaplan, 2010 ).

42

Bila serangan pertama jenis manik maka hampir dapat ditentukan bahwa serangan berikutnya akan terjadi lagi. Tapi bila serangan pertama adalah depresi maka bisa didapati atau tidak didapati serangan ulang ( Kaplan, 2010 ). Selain itu bila dijumpai riwayat keluarga dengan penyakit afektif maka kemungkinan penyakit pasien tersebut mengikuti perjalanan penyakit yang sama yaitu bila dahulu adalah serangan depresi maka serangan berikutnya adalah juga depresi ( Kaplan, 2010 ). Selanjutnya faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi prognosa psikosis manik depresif adalah : 1. Kepribadian pre morbid : Bila kepribadian pre morbid menunjukan gambaran yang adekuat sama prognosanya cukup baik. 2. Gejala Klinik : Bila ada sintom hypochondriasis dan depersonalisasi yang berat serta kecendrungan paranoid maka prognosa adalah buruk. 3. Jenis Kelamin : Wanita lebih mempunyai prognosa yang lebih buruk dari pria 4. Usia serangan : Makin dini onset serangan pertama maka makin besar kemungkinan untuk serangan berikutnya. 5. Frekuensi serangan : Makin sering serangan makin buruk prognosanya, terutama perubahan dari manik ke depresi. 6. Jenis serangan : Serangan pertama prognosisnya baik. 7. Faktor konstitusi : kurangnya tanda dan faktor konstitusi, maka prognosanya cukup baik ( Kaplan, 2010 ).

2.2.9 Perjalanan Penyakit Meskipun psikosis manik depresif berjalan secara periodik, 25% dari penderita hanya mendapat satu kali serangan seumur hidup. Serangan ini biasanya berlangsung tidak lama, tetapi gejala gejalanya hebat, pada umumnya berupa depresi dan sering timbul setelah suatu penyakit badaniah atau stres psikologik ( Maramis, 2004 ).

43

Suatu serangan manik biasanya berlangsung kira kira 6 bulan dan serangan depresi kira - kira 9 bulan bila tidak diobati dan penderita tidak meninggal sebelumnya. Pada umumnya bila serangan pertama ialah manik, maka hal ini timbul antara umur 15 25 tahun, bila pertama berupa depresi, maka biasanya antara 25 35 tahun. Mungkin muda orang itu mulai sakit, makin besar kemungkinan untuk mendapatkan serangan lagi ( Maramis, 2004 ). Prognosa juga tergantung pada jenis serangan. Dalam hal ini prognosa berarti kemungkinan timbulnya lagi serangan yang lain. Bila penderita mendapat serangan manik, maka prognosa lebih jelek, mungkin sekali ia akan mendapat serangan lagi. Terdapatnya gejala yang tak khas (atipis) seperti hipokondriasis, depersonalisasi, gejala paranoid, juga menjelekkan prognosa ( Maramis, 2004 ). Keadaan prepsikotik : bila penderita sebelum sakit suka bergaul, menunjukkan perhatian pada orang lain, suka memaafkan kesalahan orang lain, maka prognosanya lebih baik. Adanya gangguan predaran darah otak atau gejala fokal nerologik memberatkan prognosa ( Maramis, 2004 ).

44

BAB III PEMBAHASAN

Manik depresif atau juga disebut gangguan bipolar adalah kondisi yang ditandai dengan perubahan mood, manik pada saat keparahan tertinggi dan depresi pada saat terendah, seringkali dengan periode suasana hati normal di antaranya. Perubahan mood biasanya dalam satu atau dua hari, dan secara terus-menerus selama minimal seminggu. Ketika dalam siklus depresi, penderita dapat memiliki sebagian atau semua gejala depresi. Ketika dalam siklus manik, penderita dapat sangat aktif, lebih banyak bicara, dan memiliki banyak energi. FAKTOR PENYEBAB PSIKOSIS MANIK-DEPRESIF, Psikosis manikdepresif disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan dua gejala utama penyakit ini, yaitu manik dan depresi. Aspek manik terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan. Banyak anak dengan penyakit manik depresif memperlihatkan campuran manik sebuah penyataan kegembiraan, eksitasi, berpikir cepat, sifat lekas marah, dan sombong (dimana anak tersebut merasa dia memiliki talenta besar atau telah membuat sebuah penemuan penting) dan depresi. Manik dan depresi terjadi secara serempak atau dalam perubahan cepat. Selama peristiwa manik, tidur terganggu, anak tersebut bisa menjadi agresif, dan performa sekolah sering menurun. Anak dengan penyakit manik depresif tampak normal antara peristiwa, sebaliknya anak dengan hiperaktif, yang memiliki keadaan tetap pada aktivitas yang meningkat. Anak secara normal mengalami perubahan suasana hati yang cukup sering, berawal dari bahagia dan aktif sampai murung dan menarik diri. Perubahan ini jarang mengindikasi penyakit mental jenis apapun. Penyakit manik depresif (juga disebut gangguan bipolar) adalah jauh lebih berat dibandingkan perubahan

45

suasana hati yang normal dan jarang terjadi pada anak-anak, tetapi lebih sering terjadi dibandingkan apa yang diperkirakan sebelumnya. Lebih sering terjadi, yang bermula pada masa remaja atau awal masa dewasa. PENGOBATAN, Episode manik atau hipomanik pada penyakit manikdepresif dapat diobati dengan cara yang sama pada manik akut. Episode depresi diobati dengan cara yang sama pada depresi. Sebagian besar obat anti-depresi bisa menyebabkan perubahan depresi menjadi hipomanik atau manik dan kadang menyebabkan siklus yang cepat. Karena itu obat-obat tersebut digunakan hanya untuk jangka pendek dan efeknya terhadap suasana hati diawasi secara ketat. Jika terdapat tanda-tanda hipomanik atau manik, maka obat anti-depresi segera dihentikan. Anti-depresi yang cenderung menyebabkan perubahan suasana hati adalah bupropion dan MAOIs (monoamine oxidase inhibitors). Kepada penderita penyakit manik-depresif sebaiknya diberikan obat yang bisa menstabilkan suasana hati, misalnya litium atau anti-kejang (Carbamazepine, asam Valproate, Lamotrigine). Litium tidak memiliki efek terhadap suasana hati yang normal, tetapi mengurangi kecenderungan perubahan suasana hati pada 70% penderita penyakit manik-depresif. Efek samping dari litium adalah tremor, kedutan otot, mual, muntah, diare, kehausan, berkemih berlebihan dan penambahan berat badan. Kadar litium dalam darah yang sangat tinggi bisa menyebabkan sakit kepala, linglung, ngantuk, kejang dan gangguan irama jantung. Efek samping ini lebih sering terjadi pada penderita usia lanjut. Wanita yang merencanakan hamil,

sebaiknya berhenti mengkonsumsi litium, karena bisa menyebabkan kelainan jantung pada janin. Pengobatan lainnya adalah dengan obat anti-kejang karbamazepin dan divalproeks. Karbamazepin bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah dan sel darah putih, sedangkan divalproeks bisa menyebabkan kerusakan hati (terutama pada anak-anak). Kedua obat ini terutama efektif diberikan kepada penderita penyakit manik-depresif tipe campuran atau yang siklusnya berganti dengan cepat, yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya. Dapat

46

diberikan anti psikotik untuk memperkuat efek mood stabilisasi. Anti psikotik yang dipilih yang atipikal seperti Asenapine, Ziprasidone, Quetiapine, Risperidone, Aripiprazole, Olanzapine, fluoxetine Psikoterapi bisa dilakukan secara individu maupun dalam suatu kelompok. Terapi kelompok membantu penderita dan pasangannya atau keluarganya untuk memahami penyakitnya dan mengahadapinya dengan lebih baik. Fototerapi kadang digunakan untuk penyakit yang lebih ringan atau depresi musiman, yaitu depresi musim dingin-musim gugur dan hipomanik

musim semi-musim panas. Penderita ditempatkan di ruang tertutup yang disinari dengan cahaya buatan. Cahaya ini dikendalikan sedemikian rupa sehingga menyerupai musim yang diinginkan; siang yang lebih lama untuk musim panas dan siang yang lebih pendek untuk musim dingin. Jika dosis cahaya terlalu berlebihan, penderita bisa berubah menjadi hipomanik atau bisa terjadi kerusakan mata (jarang). PROGNOSIS, Hampir pada semua kasus, penyakit manik-depresif ini mengalami kekambuhan. Episodenya kadang berubah dari depresi menjadi manik atau sebaliknya, tanpa periode suasana hati yang normal diantaranya 15% penderita, terutama wanita, mengalami 4 episode atau lebih setiap tahunnya. Penderita yang sering mengalami kekambuhan, lebih sulit untuk diobati. PENCEGAHAN, Tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan bipolar. Namun, mendapatkan perawatan di tanda awal gangguan kesehatan mental dapat membantu mencegah gangguan bipolar atau kondisi kesehatan mental lainnya memburuk.

Jika Anda telah didiagnosis dengan gangguan bipolar, beberapa strategi dapat membantu mencegah episode kecil berubah menjadi episode manik atau depresi: 1. Perhatikan tanda-tanda peringatan. Kenali gejala awal dapat mencegah episode semakin buruk. Anda dan pengasuh Anda mungkin telah

47

mengidentifikasi pola episode bipolar Anda dan apa yang memicu mereka. Panggil dokter jika Anda merasa Anda jatuh ke dalam sebuah episode depresi atau manik. Melibatkan anggota keluarga atau teman-teman dalam mengawasi tanda-tanda gejala. 2. Hindari obat-obatan dan alkohol. Meskipun Anda mungkin merasa lebih baik, menggunakan alkohol atau narkoba membuat gejala anda lebih mungkin untuk datang kembali. 3. Minum obat Anda persis seperti yang diarahkan. Obat dapat memiliki efek samping yang tidak diinginkan, dan Anda mungkin merasa tidak bahagia tentang memiliki kondisi kesehatan mental yang memerlukan perawatan seumur hidup. Selama periode ketika Anda merasa lebih baik, Anda mungkin tergoda untuk berhenti pengobatan. Ini dapat memiliki konsekuensi langsung. Anda mungkin menjadi sangat tertekan, merasa ingin bunuh diri, atau menjadi episode hypomanic atau manik. Jika Anda berpikir Anda perlu membuat perubahan, hubungi dokter. 4. Periksa terlebih dahulu sebelum minum obat lain. Konsultasikan dokter yang memeriksa Anda untuk gangguan bipolar sebelum Anda memakai obat yang diresepkan oleh dokter lain. Kadang-kadang obat lain memicu episode gangguan bipolar atau dapat berinteraksi dengan obat-obatan yang sudah Anda minum untuk mengobati gangguan bipolar.

48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan : 4.1.1 Psikosis : Gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan di bagian pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya. 4.1.2 Psikosis manik depresif merupakan kekalutan mental yang berat yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan (manik) menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya seterusnya berulang pada penderita tersebut. 4.1.3 Gejala gejala Klinis adalah : Jenis manik : Gangguan emosi, Aktivitas yang berlebih lebihan, Gangguan proses berpikir, Jenis depresi : Gangguan emosi, Penghambatan aktivitas, Keluhan Gangguan proses berpikir. 4.1.4 Diagnosis adalah pada umumnya reaksi depresi tidak menunjukkan

hambatan pikiran dan aktivitas seperti pada depresi endogenik, Pada manik langkah pikiran sangat cepat (pikiran melayang). 4.1.5 Pengobatan yang baik yaitu Hospitalisasi dengan cara terapi dengan obat obatan Golongan Tetracyclic antidepresan, misalnya : Maproptiline, mainserine dan lain lain. Keuntungan memakai obat golongan ini adalah karena efek sampingnya agak kurang digabung dengan Psikoterapi, pelaksanaan psioterapi yang berhasil dan adekuat merupakan tipe pengobatan yang paling baik jika digabungkan.

49

4.2 Saran 4.2.1 Penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa kedokteran dan para petugas kesehatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Psikosis Manik depresif baik itu gejalanya, cara mendiagnosanya dan pengobatannya

4.2.2 Penulis juga mengharapkan kepada penulis yang lain agar lebih banyak membuat kritik terhadap Karya Tulis Ilmiah ini yang lebih variatif tanpa memandang sebelah mata. Hasil karya Tulis Ilmiah ini juga kiranya dapat menjadi bahan masukan maupun alternatif untuk penulisan berikutnya.

50

BAB V PENUTUP

Demikianlah Karya Tulis Ilmiah ini, dari uraian di atas penulis dapat menyelesaikan pembahasan tentang Psikosis manik depresif gejala klinik, diagnosa dan terapi awal, bertuliskan dari depenisi, sejarah, etiologi, diagnosa, diagnosa banding, terapi hingga prognosa dan dikutip dari buku buku Ilmiah dan dari media informatika yang penulis peroleh. Di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari pendahuluan, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kehilafan baik dalam metode penulisan sampai metode pemecahan masalah, oleh sebab itu penulis menerima masukkan ataupun kritikan dari pihak pembaca demi kesempurnaan Kaya Tulis Ilmiah ini. Semoga apa yang telah diuraikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.

51

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2011. Himpunan Makalah Bimbingan Konseling dan Kesihatan Mental.