termoklin
-
Upload
jeane-melyanti -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of termoklin
MAKALAH OSEANOGRAFI
TERMOKLIN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
WIJOYO ANDILOLO
JEANE MELYANTI MATUTU
KRISNANOPIA MINGGU MANAN
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas
jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 oC, setiap satuan
volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada
perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada
perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau
fluktuasi suhu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka
perlu adanya penyebaran suhu.
Suhu air yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya
adalah tidak terjadi perbedaan suhu yang mencolok antara siang dan malam (tidak
lebih dari 5 C) . Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air
minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini
terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian
bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan
penurunan suhu relatif kecil (dari 32 C menjadi 28 C). Lapisan kedua disebut
dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu
sangat tajam (dari 28 C menjadi 21 C ). Lapisan ketiga disebut lapisan
hipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu
sangat kecil relatif konstan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi suhu perairan secara vertikal dapat dibagi beberapa lapisan, salah
satunya adalah lapisan termoklin. Lapisan termoklin dapat didefinisikan sebagai
lapisan dimana gradien suhu turun secara drastis sesuai dengan pertambahan
kedalaman Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin
dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena
kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Lapisan thermocline
(termoklin) adalah lapisan yang membagi 2 massa air di perairan, lapisan ini
merupakan lapisan pembatas antara air yang berada di permukaan dan yang
berada di bawahnya, pada umumnya lapisan ini memiliki flukstuasi suhu yang
sangat tajam dibandingkan dengan lapisan air lainnya. Termoklin adalah lapisan
yang membagi 2 massa air di perairan, lapisan ini merupakan lapisan pembatas
antara air yang berada di permukaan dan yang berada di bawahnya, pada
umumnya lapisan ini memiliki flukstuasi suhu yang sangat tajam dibandingkan
dengan lapisan air lainnya.Termoklin (kadang-kadang metalimnion) adalah
lapisan tipis namun berbeda dalam tubuh besar cairan (misalnya air, seperti laut
atau danau, atau udara, seperti suasana), di mana perubahan suhu lebih cepat
dengan kedalaman daripada yang dilakukannya di lapisan atas atau di bawah.
(Zulmaydin, 2011).
Lapisan termoklin merupakan lapisan pembagi antara dua lapisan yang
memiliki perbedaan karakteristik lingkungan dan organismenya. dilapisan ini
memiliki karakteristik dengan derajat suhu airnya sangat rendah, sedikit oksigen,
dan sangat sedikit mendapatkan cahaya. dan secara umum terdapat sumber
makanan yang di turunkan dari lapisan diatasnya sehinga banyak organisme
“creatures” yang tumbuh dan berkembang dengan subur di sini. beberapa contoh
organisme yang tumbuh dan memanfaatkan lapisan ini diantaranya beberapa hiu
yang memanfaatkan untuk migrasi, ubur-ubur, udang dan cumi-cumi.
Lapisan termoklin berada di kedalaman 200 – 1000 meter dibawah
permukaan laut dan semakin turun, suhu air menjadi turun secara drastis. Diatas
lapisan termoklin terdapat zona epipelagis atau yang biasa disebut zona fotik.
Zona ini memiliki rentang sekitar 0 – 150 meter dari permukaan laut di mana
cahaya masih memungkinkan untuk keberlangsungan proses fotosintesis. Pada
daerah termoklin umumnya menunjukkan daerah berkonsentrasi oksigen yang
paling rendah karena pengaruh: a. Stratifikasi densitas yang jelas menghambat
percampuran vertikal b. Tingginya fluks bahan organik c. Kondisi adveksi
horizontal yang relatif lamban Kondisi-kondisi ini menyebabkan penumpukan
POM (Particulate Organic Matter) tinggi yang juga diikuti oleh konsumsi oksigen
terlarut berlebih di termoklin. Kondisi tak jenuh ini dapat juga terjadi di perairan
lebih dalam (Varian, 2010).
Lapisan termoklin adalah suatu lapisan massa air yang stabil, terbentuk
sebagai akibat adanya stratifikasi suhu secara vertikal di lautan. Akibat pengaruh
daya penetrasi sinar matahari terhadap kedalaman laut maka laut dari permukaan
sampai ke dasar secara umum terbagio menjadi tiga lapisan massa air yaitu
lapisan homogen (lapisan massa air yang memiliki kesamaan suhu dan salinitas
karena proses percampuran massa air akibat gaya angin permukaan, lapisan ini
untuk perairan Indonesia hadir pada kedalaman 1-100 meter).
Lapisan kedua adalah lapisan termoklin, lapisan ini merupakan lapisan
perantara antara lapisan homogen dengan lapisan dalam, lapisan termoklin
memiliki densitas yang tinggi seiring dengan gradien penurunan suhu yang paling
tinggi. Karena stabilnya massa air di atas atau di bawahnya tidak bisa
menembusnya. Kestabilan lapuisan ini juga menyebabkan gelombang suara yang
ditembuskan ke lapisasan ini senantiasa akan dipantulkan ke atas bila mengenai
lapisan termoklin, sehingga area ini sering disebut sebagai shadow zone. Untuk
tujuan pertahanan keamanan, keberadaan lapisan shadow zone ini sangat perlu
dipetakan secara teliti, lapisan ini sering disusupi kapal selam asing (Prasetio,
2011).
Termoklin merupakan sebagai sublapisan dengan karakteristik bentukan
temperature yang menurundalam perairan laut. Termoklin merupakan bentukan
perbedaan perairan kolam, laut dan samuderamusiman (Mosaddad et al., 2009)
melihatkan bahwa karakteristik termoklin pada musim panaswalaupun pada saat
musim dingin, hal ini menunjukan adanya keseragaman suhu pada musim dingin.
Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan termoklin, diantaranya angin,
penguapan dan radiasi matahari. Perpindahan termoklin menggambarkan adanya
turbulensi yang terjadi (Anonim, 2011).
Termoklin juga terdapat di danau yang relatif cetek. Pada iklim yang lebih
dingin, hal ini menyebabkan fenomena yang disebut stratifikasi. Apabila pada
musim panas itu, air yang lebih hangat memiliki kepadatan yang lebih rendah
berada di atas air dingin dan padat yang tenggelam ke bawah. Air yang hangat
dipanaskan oleh matahari, ini adalah sistem yang stabil, dan ada sedikit
percampuran antara air panas dan air dingin.Hal ini menyebabkan pada musim
panas sedikit oksigen dibawah termoklin, karena air ini tidak pernah muncul ke
permukaan. Pada musim dingin, suhu secara bertahap jatuh di permukaan air
sampai mendekati 40C, ini adalah temperatur ketika air lebih berat. Pada suhu ini
air danau mengalami stratifikasi atau pembalikan, dimana termoklin menghilang.
Semua air di danau kemudian bercampur dengan air pada lapisan permukaan.
Bila suhu terus menurun, di tempat dimana hal ini terjadi, permukaan air cukup
dingin untuk membekukan dan meletakan es di permukaan.Hal ini kemudian
membentuk termoklin baru, dimana air terberat (40C) tenggelam ke bawah dan air
yang ringan (dingin) naik ke atas (Setiawan, 2005).
Mitos pertama, termoklin. Perusahaan tambang yang menggunakan
metode pembuangan limbah bawah laut (STD), sering kali menggunakan alasan
tentang adanya lapisan “termoklin” di kedalaman 60-100 meter yang mampu
menahan padatan tailing di dasar laut untuk naik ke permukaan. Simak pengakuan
Direktur PT. Newmont Minahasa Raya (NMR), Richard B. Ness: “Tailing yang
ditempatkan akan mengendap di dasar laut. Air laut yang berada di atas
permukaan ujung pipa penyalur sama sekali tidak akan terganggu dan kondisinya
tetap jernih (Majalah Tambang Edisi Perdana, 2000). Komentar lain, meluncur
dari mulut David Sompie, ahli kelautan yang bekerja di PT. NMR, “Tailing tak
akan mencemari manusia, karena ikan yang hidup di kedalaman 82 meter
umumnya bukan jenis ikan yang dikonsumsi manusia, seperti ikan hiu dan pari.
Ikan-ikan itu akan sulit menembus lapisan termoklin.” (Forum Keadilan no 26
Tahun IV 18 April 1996)
Faktanya, termoklin bukan pelindung. Mitos termoklin dapat mencegah
tailing naik ke permukaan harus dikoreksi. Beberapa fakta menunjukkan tailing
dapat menembus lapisan termoklin, khususnya jika terjadi peristiwa up-welling
dan turbulance. Up-welling adalah fenomena naiknya masa air dari dasar ke
permukaan. Up-welling terjadi di sekitar pantai dan biasanya meliputi daerah yang
luas. Satelit NOAA telah merekam beberapa kali terjadinya up-welling di sekitar
perairan Maluku selama tahun 2000. Penyebaran limbah tailing akibat up-welling
menutupi dan merusak ekosistem terumbu karang dan menimbun kehidupan di
dasar laut. Pemerintah Amerika dan Kanada melarang praktek STD, salah satu
pertimbangannya adalah peristiwa up-welling. Sementara di Indonesia perusahaan
asal Amerika bernama Newmont, membuang limbah tambangnya di perairan yang
memungkinkan sering terjadi up-welling. Kebohongan lain, yang telah terjawab
dengan “terang benderang” adalah soal termoklin yang tak dapat ditembus mahluk
laut. Gurita, cumi-cumi dan binatang sejenis (chepalopoda) tak menganggap
termoklin sebagai halangan untuk naik ke permukaan laut.
Dengan pergerakan vertical dan horisontalnya sampai ke perairan, cumi-
cumi bisa mengarungi jarak lebih panjang dari gurita. Dalam tiga hari, gurita
hanya mampu mengarungi jarak 21 kilometer. Hewan benthic ini merupakan
predator tingkat tinggi yang bisa mengakumulasi bahan beracun melalui mangsa
mereka yang lebih kecil. Seperti crustacea (udang-udang), moluska dan ikan.
Akumulasi logam berat ini memungkinkan mereka bertindak sebagai penyalur
(vector biologis) bagi naiknya bahan cemaran ke permukaan dan daerah pantai.
Mitos kedua, tailing tidak berbahaya dan tidak beracun. Keyakinan ini dipegang
kuat oleh perusahaan pertambangan, terutama dalam kampanye mereka. Masih
ada tambahan lain, bahwa proses detoksifikasi yang dilakukan perusahaan
sebelum membuang tailing akan berhasil menghilangkan logam berat, termasuk
Cyanida, Merkuri dan lainnya. Faktanya, tailing berbahaya dan merusak
lingkungan laut. Boleh dikata, kebenaran versi perusahaan tambang itu adalah
sebentuk penyesatan informasi (misleading information). Dalam kenyataannya,
tailing yang dibuang ke laut sangat berbahaya tidak saja bagi ekosistem laut,
melainkan berangkai pada rantai makanan yang terkait dengan ekosistem laut.
Ekosistem laut sangat peka terhadap introduksi material dari luar ---- apalagi
dalam volume ratusan ribu ton, seperti tailing yang dibuang oleh perusahaan
semacam PT. Newmont Minahasa Raya. Sifat tailing yang mengandung kadar
keasaman tinggi menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut. Belum lagi tailing
dapat menyebar dan menutupi bentang laut karena jumlahnya yang sangat besar.
Tailing juga menimbulkan gangguan serius untuk jaring-jaring makanan yang
stabil dan kompleks, menjadi satu jaring-jaring makanan yang tidak stabil dan
miskin keragamannya. Patut diingat, tailing yang digelontorkan ke dasar laut
mengikutkan logam berat yang masuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3). Proses detoksifikasi tidak 100% terserap oleh penambahan
Natrium Sulfida dan Ferri Sulfat yang sering digunakan dalam proses itu. Artinya,
kadar racun yang tersimpan dalam tailing tidak hilang oleh proses detoksifikasi.
Logam berat yang tidak terserap selama detoksifikasi akan menumpuk di dasar
laut. Suatu saat akan terurai dan larut di kedalaman air laut. (EB)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Pengaruh Suhu Air Pada Mahluk Hidup, http://www.sentra-
edukasi.com/2011/06/pengaruh-suhu-air-pada-mahluk-hidup09.html diakses pada
18 Maret 2013
Prasetio, H., 2011, Lapisan Termoklin Di Perairan, http://hanggarprasetio.
wordpress.com/2011/01/26/lapisan-termoklin-di -perairan/ diakses pada 18 Maret
2013
Setiawan, A., 2005. Densitas Air Laut. http:// oseanografi.blogspot.com /2005/
07/densitas-air-laut.html Diakses tanggal 18 Maret 2013
Varian. 2010. Laut Dalam. http://jpvarian.wordpress.com/2010/01/. Diakses
tanggal 18 Maret 2013
Zulmaydin. 2011. Sifat fisik air laut . http:// zhulmaydin.blogspot.com/2011/01/
sifat-fisik-air-laut.html. Diakses tanggal 18 Maret 2013