termo
-
Upload
kurnia-anindya -
Category
Documents
-
view
14 -
download
3
description
Transcript of termo
TUGAS TERMODINAMIKA 1
EOS
(EQUATION OF STATE)
Disusun Oleh :
Nama : Kurnia Anindya
NIM : 21030113060048
Angkatan/ Kelas : 2013 A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
2014
EOS
EQUATION OF STATE (Persamaan Keadaan)
1. Definisi Equation Of state (Persamaan Keadaan)
Persamaan keadaan (Equation of State) adalah Persamaan Termodinamika yang
menggambarkan tentang keadaan materi dibawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan
banyak berhubungkan dengan tekanan, suhu dan volum jenis (spesific volume) dari suatu zat.
Apabila volume ( V ) , suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilaitekanan
(p) tidak bisa sebarang. Ada pun hubungan antara besaran-besaran ini adalah:
f ( p , V ,T , m ) ¿ 0
Hubungan ini disebut persamaan keadaan.
Biasanya persamaan keadaan dituliskan berdasarkan sifat-sifat alam bukan berapa banyak
material berada, sehingga besaran ekstensif diganti dengan nilai spesifiknya.Seperti
V menjadi v ¿ Vm
sehingga persamaan keadaan menjadi:
f ( p , V ,T ) ¿ 0
Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan antar satu samalain biasanya
tidak sederhana, namun yang paling sederhana diantaranya adalah persamaan gas ideal.
2. Persamaan Gas ideal
Hukum Boyle
Robert Boyle, melakukan serangkaian percobaan menggunakan tabung gelas bentuk-J yang
ujung bagian pendeknya tertutup. Air raksa ditambahkan ke dalam tabung, memerangkap
sejumlah tetap gas di ujung tabung yang pendek dan tertutup. Kemudian perubahan volume gas
diukur dengan teliti seiring ditambahkannya air raksa sedikit demi sedikit ke dalam tabung.
Tekanan gas kemudian dapat ditentukan dengan menghitung perbedaan ketinggian air raksa di
bagian pendek tabung yang tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka. Melalui percobaan
ini, Boyle mencatat bahwa perubahan volume gas berbanding terbalik dengan tekanan. Bentuk
matematikanya dapat dituliskan sebagai berikut:
Hukum Charles
Jacques Charles menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil
percobaannya,Charles menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka
ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak
gas berkurang, volume gas juga berkurang. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
V/T = Konstan
Hukum Gay-Lussac
Joseph Gay-Lussac melakukan percobaan dengan menjaga volume gas agar selalu konstan, maka
ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika
tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun berkurang.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :
p/T = Konstan
Menurut tiga hukum ini, hubungan antara temperatur (T), tekanan (p) dan volume (V) sejumlah n
mol gas dengan terlihat.
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle V = a/p (pada T, n tetap)
Hukum Charles V = b.T (pada p, n tetap)
Hukum Gay-Lussac V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada p. Hubungan ini dapat
digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/p
atau
pV = nRT
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan gas ideal.
Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta
fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem
metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3 atm mol-1 K-1.
Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan.
3. Permukaan p-V-T Dari Gas Ideal
Apabila peubah p, V, T digambarkan pada tiga buah sumbu yang saling tegak lurus, akan
menggambarkan suatu permukaan yang di sebut permukaan gas ideal. Seperti gambar di bawah
ini :
p111
p2
V111
V21
p
p211
p111
V
VV1 V2
Pada proses isotermal:
Pada proses isovolume:
Pada proses isobaris:
p
2
p
1
V=( nRP )T=konstan xT
Sering disebut sebagai “Hukum Charles”.
p=( nRV )T=konstan xT
Sering disebut sebagai “Hukum Gay-Lussac”.
pv = RT = konstan.
Sering disebut sebagai “Hukum Boyle”.
ISOTERMIS, ISOVOLUMIS, DAN ISOBARIS
Perubahan keadaan dalam suatu sistem dapat terjadi dalam berbagai proses yaitu isotermis,
isovolumis dan isobaris.
Proses isotermis adalah proses suatu sistem gas dimana temperatur (T) tersebut konstan. Pada
proses isotermis berlaku hukum Boyle yang dapat dituliskan:
pV = konstan
Atau
p1V 1= p2 V 2 = konstan
Proses isobaris adalah proses suatu sistem gas dimana tekanan (p) tersebut konstan. Pada proses
ini berlaku hukum Charles yang dituliskan:
V/T = konstan
Atau
V 1
T 1
= V 2
T 2
= konstan
Proses isovolumis adalah proses suatu sistem gas dimana volume (V) tersebut konstan. Pada
proses ini berlaku hukum Gay-Lussac yang dituliskan:
p/T = konstan
Atau
p1
T1
= p2
T2
= konstan
Persamaan keadaan gas ideal sangat sederhana, namun range penerapannya terbatas, sehingga
diperlukan suatu persamaan keadaan yang akurat pada range yang lebar. Persamaan keadaan lain
yang dikenal antara lain adalah:
Persamaan Van der Waals (salah satu persamaan keadaan yang terdahulu)
Persamaan Beattie-Bridgeman (terkenal dan cukup akurat)
Persamaan Benedict-Webb-Rubin (terbaru dan sangat akurat)
Persamaan keadaan Redlich-Kwong
4. Persamaan Keadaan Van der Waals
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, disebut gas ideal. Namun,
didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum
gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari
perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak
intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal
ini. Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil
sehingga bisa diabaikan. Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat
kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul
akan muncul.
Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan
persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau
persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut:
dengan menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul;
mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah disebutkan diatas
dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku secara umum. Pertama, van der
Waals menambahkan koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi
antara molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi)
sebesar nilai P’.
P=Pi−P' ↔ P=Pi+P '
Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis jenis gas
(a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume gas tersebut, yaitu:
P'=n2 aV 2
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul gas
tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah mol gas
dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam persamaan
tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut
sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:
( P+P ' ) (V−nb )=nRT
Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:
(P+ n2 aV 2 ) (V−nb )=nRT
Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan van der Waals. Semakin
kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin mendekati kondisi gas ideal.
Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan kemampuan gas tersebut untuk dicairkan.
Berikut adalah contoh nilai a dan b pada beberapa gas.
a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)H2 0.244 2.661O2 1.36 3.183NH3 4.17 3.707C6H6 18.24 11.54
Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku Fundamentals
of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-2 halaman 20. Pada
persamaan van der Waals, nilai Z (faktor kompresibilitas):
P= nRT(V−nb )
−n2 aV 2
Z= PVnRT
↔PVnRT
= nRT . V(V−nb )nRT
− n2 a .VV 2nRT
Z= V(V −nb )
− anVRT
Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan van der Waals
terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga (persamaan kubik) dengan
menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan dengan V2 (V - nb), kemudian kedua ruas
dibagi dengan P, maka diperoleh:V 3−(nb+ nRTP )V 2+( n2 a
P )V−( n3 abP )=0
5. Persamaan Beattie-Bridgeman
Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
V (L/mol)
f(V
)
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman ini terdiri atas dua
persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan kedua
untuk mencari nilai volume molar (Vm).
P= RTV m
+ β
V m2+ γ
V m3+ δ
V m4
V m=RTP
+ βRT
+ γ
( RT )2+ δ
(RT )3
Dimana:
β=RT βO−A0−Rc
T 2
γ=−RT Bo b+ A0u−RcBO
T 2
δ=R Bobc
T 2
Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada setiap gas.
Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry
oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan
hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang
didapat melalui eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu
dan tekanan yang luas.
6. Persamaan keadaan Redlich-Kwong
Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals
Persamaan keadaan Redlich-Kwong:
Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan Van der Waals
menjadi:
Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksprimen dan dari segi teori. Hukum-hukum berikut
diperoleh dari hasil-hasil eksperimen, yaitu:
Hukum Boyle
Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperature,tetap berbanding terbalik dengan
tekanannya.Secara sistematis dapat ditunjukan :
V = K1/ P
V =Volume gas.
P =Tekanan gas.
K1 =Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas, jens gas dan satuan P dan V
Hukum Charles
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan
tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu
berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:
dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.
Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802, namun
dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar tahun 1787
yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum
Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum
gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Charles
Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan naiknya suhu. Hubungan
volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis dapat ditulis:
V = b.T
V = suhu dalam Kelvin
b = tetapan
V = volume gas
Avogadro
Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama. Karena jumlah
partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka hukum Avogadro sering
dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama (konstan),gas-gas dengan volume yang
sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
V = a.n
V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu
A = tetapan
n = jumlah mol