Terlalu Banyak Dimensi Terlibat -...

1
ADA banyak perspektif untuk permasalahan ini, tetapi yang saya lihat isu utama adalah isu identitas. Identitas itu sesuatu yang tidak bisa di- paksakan. Sama kasusnya dengan Wales, Skotlandia, dan Inggris. Permasalahan yang timbul sumbernya nilai. Selama ini Inggris ga- gal menjawab kebutuhan identitas di Irlandia. Anglo Treaty, perjanjian itu perjanjian elitis. Pe- mimpin yang elite itu yang memperhitungkan, mereka dapat jatah apa kalau bergabung atau merdeka dari Inggris. Pemimpin yang di utara melihat lebih menguntungkan bergabung dengan Inggris. IRA ingin Irlandia jadi satu negara merdeka Irlandia. Na- mun, Republik Irlandia tidak mau begitu saja menerima. Saya rasa itu menjadi pembicaraan pemerintah Inggris dan Irlan- dia. Ini membuat Irlandia harus berhati-hati menghadapi masalah ini. Irlandia harus mengambil sikap. Saya rasa mung- kin ada dukungan untuk IRA, tapi tidak secara politis. Sementara itu, Sinn Fein lebih menjadi simbol identitas, lebih akomodatif untuk masyarakat. Menurut saya, masalah yang terjadi di sana adalah penataan negara yang tidak sele- sai. Saya tidak yakin masyarakat di Irlandia Utara 100% ingin bergabung atau lepas dari Inggris. Pilihannya ada tiga sebenarnya, menjadi negara sendiri, bergabung dengan Republik Irlandia, atau bergabung dengan Inggris. Saya rasa sampai saat ini bagi Sinn Fein pilihan ber- gabung dengan Inggris adalah yang paling murah. Untuk mengakhiri konflik ini, internasional harus mengakui kedaulatan Inggris. Dunia internasional tidak dapat begitu saja ikut campur. Kasus ini kan sama dengan Papua yang sekarang sedang heboh. Menurut piagam PBB, setiap bangsa punya hak untuk self determination. Namun, setelah klausul itu, ada klausul lain yang menyebutkan PBB juga mengakui kedaulatan negara untuk mengatur dirinya sendiri, termasuk persoalan separatisme. Kapan PBB memandang sebuah masyarakat punya hak self determination dan kapan kedaulatan negara dijunjung? Itu pertanyaan analitis. Analisis saya, masyarakat diberi hak self determination jika negara melakukan human rights abuse besar-besaran terhadap kelompok separatis. Karena itu, pola kelompok separatis itu sama, seperti di Papua. Pertama mereka membuat dunia in- ternasional sadar dengan keberadaan mereka. Lalu mereka mengebom, membuat kerusuhan, supaya negara kemudian melakukan itu tadi, human rights abuse. Tapi untuk Irlandia, Inggris kan cukup cerdas. Inggris tidak merespons pengebom- an kelompok separatis ini.” (*/I-4) A PARAT keamanan Irlandia Utara telah bekerja keras dalam sepekan terakhir. Petugas pe- nanganan bom, misalnya, ha- rus melaksanakan peledakan terkontrol pada sebuah mobil yang ditinggalkan di luar sebuah kantor polisi di New Barnsley, sebelah barat Kota Belfast. Kejadian terse- but juga memaksa sekitar 100 keluarga diungsikan sementara dari rumah mereka. Kemudian pada Rabu (4/8), sebuah bom jebakan ditemukan di bawah kendaraan seorang tentara di Bangor, sebelah timur Belfast. Peledakan terkontrol oleh tim pen- jinak bom juga dilakukan di luar sebuah rumah di wilayah pesisir Chatsworth. Warga Londonderry juga nyaris celaka pada Selasa (3/8) dini hari, ketika sebuah bom mobil meledak di luar sebuah kantor polisi. Sebelumnya, seorang sopir taksi telah dipaksa membawa kendaraannya ke arah kantor polisi itu oleh dua orang, salah satunya bersenjata api, dan memasukkan bahan peledak buatan sendiri seberat 100 kg ke mobil. Tidak ada yang terluka, tapi ledakan itu merusak tembok pagar kantor polisi. Kekerasan tetap terjadi Aparat keamanan menuding kelompok militan republik yang berada di belakang kejadian-kejadian tersebut. Banyak pihak menyesalkan kejadian itu karena sesung- guhnya mayoritas dari Tentara Republik Irlandia (IRA) telah meninggalkan pem- berontakan bersenjata terhadap pemerin- tah Inggris dan memilih jalan politik. Dalam pengeboman di kantor polisi di Londonderry, situs Derry Journal menyebut bahwa kelompok yang bernama Oglaigh na Heireann adalah pelakunya. Kelompok itu telah memperingatkan polisi bahwa bom itu akan meledak dalam 45 menit meski kenyataannya bom kemudian me- ledak lebih cepat. Oglaigh na Heireann berarti ‘pejuang atau sukarelawan Irlandia’. Nama itu per- tama digunakan sukarelawan dalam perang 1913-1918, kemudian dipakai Ten- tara Republik Irlandia (IRA) pada konflik 1919-1922. Saat Republik Irlandia terbentuk pada 1922, nama itu diadopsi sebagai nama pasukan keamanan Irlandia. Selanjutnya, Oglaigh na Heireann dipakai kelompok- kelompok yang merupakan turunan dari IRA atau pemakai nama IRA. Oglaigh na Heireann mulai digunakan sebagai nama kelompok republik pem- bangkang yang berbasis di wilayah Stra- bane dan telah pecah dari Continuity IRA pada 2006. Dalam perkembangan terbaru, nama itu dipakai untuk sebuah faksi dari Real IRA. Kepolisian Irlandia Utara memperingat- kan bahwa tinggal menunggu waktu sebe- lum kegiatan para pembangkang republik berupa serangan bom itu akan menelan korban jiwa. Data pihak berwajib sendiri 28 | SELASA, 10 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus KONFLIK di Ir- landia sulit un- tuk benar-benar tuntas karena ada banyak dimensi di sana. Ada dimensi politik, sosial, dan agama. Di sisi politik, permasalahannya adalah sebagian kelompok Irlandia Utara yang ingin memisah- kan diri dari Inggris. Hal tersebut berpengaruh ke dimensi sosial tempat me- reka memiliki distinguishing identity, sebagai orang Irlan- dia. Selain itu ada dimensi agama, antara kelompok Katolik dari warga asli Irlandia dengan kelompok penerima pengaruh dari Inggris yang menganut Protestan. Variabel yang terlibat terlalu banyak sehingga permasalahan semakin sulit diselesaikan. Meskipun secara ekonomi kondisi mereka memang cukup makmur, ada potensi sensitivitas yang dapat memanas sewaktu-waktu dan menimbulkan ketegangan. Ada dua kelompok besar, yaitu aliran mainstream dan un- mainstream. Pada umumnya, aliran mainstream telah melihat penjelasan dari kedua pemerintah, Inggris dan Irlandia Utara. Itu sudah optimal walaupun tidak maksimal. Namun, selalu ada pihak yang tidak puas. Merekalah aliran unmainstream, yang tergabung dalam Irish Republican Army (IRA). Walau- pun dari sisi jumlah mereka sedikit, mereka radikal dan eks- trem. Suara mayoritas atau mainstream rakyat di Irlandia Utara masih mendukung pemerintahan saat ini. Inggris yang telah ratusan tahun berada di Irlandia tentunya memiliki cara tersendiri dalam menciptakan suara yang pro-Inggris. Soal Sinn Fein, sebenarnya Sinn Fein sendiri sudah tidak menganggap IRA terkait dengan mereka. IRA lebih dianggap sebagai sempalan yang melakukan aksi radikal. Namun, pergerakan IRA sendiri tidak kohesif. Kadang mereka mau berkompromi dengan pemerintah Irlandia Utara. Tapi, kadang mereka melakukan aksi yang sangat ekstrem. Ini juga yang menyulitkan proses perdamaian di sana. Dukungan terhadap Sinn Fein naik turun. Untuk menciptakan perdamaian di Irlandia, Inggris telah mendorong kedua pihak untuk menyelesaikan masalahnya dan agar Irlandia menjalankan otonomi. Namun, kadang Inggris pun ceroboh dalam melakukan hal-hal kecil yang dapat menyulut ketegangan. Misalnya, Inggris membawa pawai Protestan melintasi wilayah yang mayoritas beragama Katolik. Walaupun mereka adalah Katolik moderat, tetap saja itu menimbulkan rasa sakit hati dan akhirnya berujung ben- trokan. PBB tidak bisa masuk terlalu jauh dalam permasalahan Irlandia ini. Sebenarnya LSM-LSM sudah bekerja ekstra untuk mengurangi ketegangan di sana. Namun, tetap saja sulit untuk menghilangkan konflik yang berasal dari masalah identitas semacam itu. Apa yang terjadi ialah fragmentasi dari pemerintahan republik yang oposisi. PBB hanya bisa meminta mereka memilih jalan keluar yang dirasa paling sesuai dengan keinginan rakyat mayoritas.” (*/I-4) Kedaulatan Inggris Harus Diakui Sinn Fein dan Kait dengan IRA Terlalu Banyak Dimensi Terlibat Yulius P Hermawan Pakar Eropa Unika Parahyangan DOK-PRIBADI Hariyadi Wirawan Pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia DOK-PRIBADI Moch Anwar Surahman Kelompok-kelompok pembangkan melakukan serangan dengan tu MASIH ADA BA SINN FEIN disebut-sebut merupakan sayap politik Tentara Republik Irlandia (IRA), organisasi penentang hegemoni Inggris di kawasan Britania Raya. Bah- kan keduanya dianggap sebagai dua sisi mata koin yang sama. Partai yang aslinya didirikan Arthur Griffith pada 1905 ini memiliki ideologi sayap kiri dan mengusung nasionalisme Irlandia. Kini, Sinn Fein merupakan partai politik terbesar kedua di Majelis Irlandia Utara yang memiliki empat kementerian (termasuk deputi menteri pertama). Namun, banyak pejabat senior partai ini disebut-sebut merupakan ang- gota Dewan Tentara IRA. Hubungan Sinn Fein-IRA disebutkan dalam sebuah dokumen kelompok na- sionalis yang terungkap pada 1980-an. “Sinn Fein dan IRA sama-sama memi- liki peranan meskipun di jalan berlainan dalam perang pembebasan Irlandia. Tentara Republik Irlandia menggelar kampanye senjata, sedangkan Sinn Fein menjalankan perang propaganda dan merupakan suara publik dan politik gerakan ini.” Kuatnya hubungan Sinn Fein dan IRA juga tecermin dari sang pemimpin par- tai, Gerry Adams, yang disebut-sebut merupakan mantan komandan senior organisasi yang disebut sebagai organi- sasi teroris. Kisah keterlibatan Adams dalam berbagai aksi kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan IRA di- ungkap dalam buku Voices from the Grave yang disusun peneliti dari Boston Col- lege dan dipublikasikan awal tahun ini. Buku itu merupakan hasil wawancara dengan Brendan Hughes, komandan IRA yang berjuluk The Dark, yang kini telah meninggal. Hughes adalah rekan Adams saat perpecahan sosial di Irlan- dia Utara meletus menjadi perang sipil antara IRA melawan tentara Inggris. Dalam buku itu, Hughes mengecam Adams yang telah menyangkal keterli- batannya dalam IRA. Hughes, yang mengaku sebagai seorang maniak pengebom, penembak, dan perampok bank, membeberkan keterlibatan Adams. “Saya tidak pernah melakukan operasi besar tanpa persetujuannya atau tanpa perintah dari Gerry. Dan kini, ia duduk di kantor nyaman dan menyang- kalnya. Ini bisa dibilang seperti Hitler yang menyangkal pernah terjadi Ho- lokaus”. Adams dituding terkait dengan pen- culikan dan eksekusi Jeanne McConville, seorang informan tentara Inggris pada PARADE IRA: Anggota Irish Republican Army (IRA) melakukan parade di Londonderry, Irlandia Utara, beberapa waktu lalu. AKIBAT BOM: Reruntuhan bangunan berserakan di jalan depan kantor polisi Newtownhamilton akibat ledakan sebuah bom di Irlandia Utara, April lalu. AP/ PETER MORRISON

Transcript of Terlalu Banyak Dimensi Terlibat -...

A D A b a n y a k perspektif untuk permasalahan ini, tetapi yang

saya lihat isu utama adalah isu identitas. Identitas itu sesuatu yang tidak bisa di­paksakan. Sama kasusnya dengan Wales, Skotlandia, dan Inggris. Permasalahan yang timbul sumbernya nilai. Selama ini Inggris ga­gal menjawab kebutuhan identitas di Irlandia.

Anglo Treaty, perjanjian itu perjanjian elitis. Pe­mimpin yang elite itu yang

memperhitungkan, mereka dapat jatah apa kalau bergabung atau merdeka dari Inggris. Pemimpin yang di utara melihat lebih menguntungkan bergabung dengan Inggris.

IRA ingin Irlandia jadi satu negara merdeka Irlandia. Na­mun, Republik Irlandia tidak mau begitu saja menerima. Saya rasa itu menjadi pembicaraan pemerintah Inggris dan Irlan­dia. Ini membuat Irlandia harus berhati­hati menghadapi masalah ini. Irlandia harus mengambil sikap. Saya rasa mung­kin ada dukungan untuk IRA, tapi tidak secara politis.

Sementara itu, Sinn Fein lebih menjadi simbol identitas, lebih akomodatif untuk masyarakat. Menurut saya, masalah yang terjadi di sana adalah penataan negara yang tidak sele­sai. Saya tidak yakin masyarakat di Irlandia Utara 100% ingin bergabung atau lepas dari Inggris.

Pilihannya ada tiga sebenarnya, menjadi negara sendiri, bergabung dengan Republik Irlandia, atau bergabung dengan Inggris. Saya rasa sampai saat ini bagi Sinn Fein pilihan ber­gabung dengan Inggris adalah yang paling murah.

Untuk mengakhiri konflik ini, internasional harus mengakui kedaulatan Inggris. Dunia internasional tidak dapat begitu saja ikut campur. Kasus ini kan sama dengan Papua yang sekarang sedang heboh. Menurut piagam PBB, setiap bangsa punya hak untuk self determination. Namun, setelah klausul itu, ada klausul lain yang menyebutkan PBB juga mengakui kedaulatan negara untuk mengatur dirinya sendiri, termasuk persoalan separatisme.

Kapan PBB memandang sebuah masyarakat punya hak self determination dan kapan kedaulatan negara dijunjung? Itu pertanyaan analitis.

Analisis saya, masyarakat diberi hak self determination jika negara melakukan human rights abuse besar­besaran terhadap kelompok separatis. Karena itu, pola kelompok separatis itu sama, seperti di Papua. Pertama mereka membuat dunia in­ternasional sadar dengan keberadaan mereka. Lalu mereka mengebom, membuat kerusuhan, supaya negara kemudian melakukan itu tadi, human rights abuse. Tapi untuk Irlandia, Inggris kan cukup cerdas. Inggris tidak merespons pengebom­an kelompok separatis ini.” (*/I­4)

APARAT keamanan Irlandia Utara telah bekerja keras dalam sepekan terakhir. Petugas pe­nanganan bom, misalnya, ha­

rus melaksanakan peledakan terkontrol pada sebuah mobil yang ditinggalkan di luar sebuah kantor polisi di New Barnsley, sebelah barat Kota Belfast. Kejadian terse­but juga memaksa sekitar 100 keluarga diungsikan sementara dari rumah mereka.

Kemudian pada Rabu (4/8), sebuah bom jebakan ditemukan di bawah kendaraan seorang tentara di Bangor, sebelah timur Belfast. Peledakan terkontrol oleh tim pen­jinak bom juga dilakukan di luar sebuah rumah di wilayah pesisir Chatsworth.

Warga Londonderry juga nyaris celaka pada Selasa (3/8) dini hari, ketika sebuah bom mobil meledak di luar sebuah kantor polisi. Sebelumnya, seorang sopir taksi

telah dipaksa membawa kendaraannya ke arah kantor polisi itu oleh dua orang, salah satunya bersenjata api, dan memasukkan bahan peledak buatan sendiri seberat 100 kg ke mobil. Tidak ada yang terluka, tapi ledakan itu merusak tembok pagar kantor polisi.

Kekerasan tetap terjadiAparat keamanan menuding kelompok

militan republik yang berada di belakang kejadian­kejadian tersebut. Banyak pihak menyesalkan kejadian itu karena sesung­guhnya mayoritas dari Tentara Republik Irlandia (IRA) telah meninggalkan pem­berontakan bersenjata terhadap pemerin­tah Inggris dan memilih jalan politik.

Dalam pengeboman di kantor polisi di Londonderry, situs Derry Journal menyebut bahwa kelompok yang bernama Oglaigh na Heireann adalah pelakunya. Kelompok itu telah memperingatkan polisi bahwa bom itu akan meledak dalam 45 menit meski kenyataannya bom kemudian me­

ledak lebih cepat.Oglaigh na Heireann berarti ‘pejuang

atau sukarelawan Irlandia’. Nama itu per­tama digunakan sukarelawan dalam perang 1913­1918, kemudian dipakai Ten­tara Republik Irlandia (IRA) pada konflik 1919­1922. Saat Republik Irlandia terbentuk pada 1922, nama itu diadopsi sebagai nama pasukan keamanan Irlandia. Selanjutnya, Oglaigh na Heireann dipakai kelompok­kelompok yang merupakan turunan dari IRA atau pemakai nama IRA.

Oglaigh na Heireann mulai digunakan sebagai nama kelompok republik pem­bangkang yang berbasis di wilayah Stra­bane dan telah pecah dari Continuity IRA pada 2006. Dalam perkembangan terbaru, nama itu dipakai untuk sebuah faksi dari Real IRA.

Kepolisian Irlandia Utara memperingat­kan bahwa tinggal menunggu waktu sebe­lum kegiatan para pembangkang republik berupa serangan bom itu akan menelan korban jiwa. Data pihak berwajib sendiri

menyebutkan bahwa tingkat kekerasan di beberapa bagian Irlandia Utara tetap

tinggi. Tercatat 30 serangan terjadi sepanjang tahun ini. Seorang per­wira senior mengatakan polisi telah

melakukan 147 penangkapan pada 2010, dengan hasil 38 dakwaan, jika dibandingkan dengan 19 dakwaan tahun lalu.

Kelompok terpecahWarga Irlandia Utara sebetulnya ber­

harap kekerasan akan berhenti di wilayah mereka setelah partai­partai politik Irlan­dia Utara mendukung Perjanjian Belfast pada 1998 antara pemerintah Inggris dan pemerintah Irlandia. Melalui perjanjian itu, terbentuklah parlemen Irlandia Utara yang baru dan kekuasaan langsung Ing­gris di Irlandia Utara diserahkan kepada parlemen tersebut. Sebelumnya, konflik 30 tahun antara kelompok paramiliter pendukung dan penentang Inggris di daerah tersebut sudah memakan korban

jiwa sampai 3.600 orang.Pertikaian itu disusul sejumlah perkem­

bangan politik, seperti penyerahan se­penuhnya sistem pengadilan dan kepoli­sian kepada parlemen Irlandia Utara. Be­berapa bagian dari IRA yang berasal dari kubu Katolik seperti Irish National Libera­tion Army maupun pesaingnya dari kubu pendukung Inggris dan Protestan juga te­lah meletakkan senjata.

Namun, ancaman kini datang dari ke­lompok pecahan kedua kubu. Real IRA, Continuity IRA, dan lainnya tetap berniat meng usir kekuasaan Inggris dari Irlandia Utara dan menyatukan wilayah itu dengan Republik Irlandia. Ketenangan mulai bu yar sejak Real IRA menembak mati dua ser­dadu Inggris di luar barak keduanya serta seorang polisi pada Maret 2009.

Penanganan kelompok sempalan itu tidak mudah. Apalagi kelompok itu kemu­dian pecah lagi ke dalam unit yang lebih kecil karena masalah perbedaan pandang­an politik dan sebagainya.

Untuk menangani ancaman tersebut, kepolisian Irlandia Utara (PSNI) terpaksa melakukan tindakan drastis seperti mem­bangun kembali pos­pos pemeriksaan di sejumlah jalan raya. Padahal pemandangan seperti itu sudah lama menghilang.

Yang pasti, seperti terlihat dalam be­berapa upaya pengeboman pekan lalu, kedamai an sejati di Irlandia Utara masih jauh dari kenyataan. Apalagi pemimpin baru Continuity IRA yang memakai nama samaran George

Flannery pada Juni lalu telah berjanji untuk tetap melaksanakan serangan. “Siapa pun yang menjadi kacung Inggris adalah target kami, sama seperti dua serdadu yang mati tahun lalu. Tidak ada jalan lain ke cuali kekuatan militer untuk melawan Inggris selama cengkeramannya masih terasa di Irlandia. Kami tidak mau memilih gencatan senjata,” ungkap tokoh garis keras itu. (War/Berbagai sumber/I­4)

[email protected]

28 | SELASA, 10 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus Internasional

KONFLIK di Ir­landia sulit un­tuk benar­benar tuntas karena

ada banyak dimensi di sana. Ada dimensi politik, sosial, dan agama. Di sisi politik, permasalahannya adalah sebagian kelompok Irlandia Utara yang ingin memisah­kan diri dari Inggris. Hal tersebut berpengaruh ke dimensi sosial tempat me­reka memiliki distinguishing identity, sebagai orang Irlan­dia. Selain itu ada dimensi agama, antara kelompok

Katolik dari warga asli Irlandia dengan kelompok pe nerima pengaruh dari Inggris yang menganut Pro testan. Variabel yang terlibat terlalu banyak sehingga permasalahan semakin sulit diselesaikan. Meskipun secara ekonomi kondisi mereka memang cukup makmur, ada potensi sensitivitas yang dapat memanas sewaktu­waktu dan menimbulkan ketegangan.

Ada dua kelompok besar, yaitu aliran mainstream dan un-mainstream. Pada umumnya, aliran mainstream telah melihat penjelasan dari kedua pemerintah, Inggris dan Irlandia Utara. Itu sudah optimal walaupun tidak maksimal. Namun, selalu ada pihak yang tidak puas. Merekalah aliran unmainstream, yang tergabung dalam Irish Republican Army (IRA). Walau­pun dari sisi jumlah mereka sedikit, mereka radikal dan eks­trem. Suara mayoritas atau mainstream rakyat di Irlandia Utara masih mendukung pemerintahan saat ini. Inggris yang telah ratusan tahun berada di Irlandia tentunya memiliki cara tersendiri dalam menciptakan suara yang pro­Inggris.

Soal Sinn Fein, sebenarnya Sinn Fein sendiri sudah tidak menganggap IRA terkait dengan mereka. IRA lebih dianggap sebagai sempalan yang melakukan aksi radikal. Namun, pergerakan IRA sendiri tidak kohesif. Kadang mereka mau berkompromi dengan pemerintah Irlandia Utara. Tapi, kadang mereka melakukan aksi yang sangat ekstrem. Ini juga yang menyulitkan proses perdamaian di sana. Dukungan terhadap Sinn Fein naik turun.

Untuk menciptakan perdamaian di Irlandia, Inggris telah mendorong kedua pihak untuk menyelesaikan masalahnya dan agar Irlandia menjalankan otonomi. Namun, kadang Inggris pun ceroboh dalam melakukan hal­hal kecil yang dapat menyulut ketegangan. Misalnya, Inggris membawa pawai Protestan melintasi wilayah yang mayoritas beragama Katolik. Walaupun mereka adalah Katolik moderat, tetap saja itu menimbulkan rasa sakit hati dan akhirnya berujung ben­trokan.

PBB tidak bisa masuk terlalu jauh dalam permasalahan Irlandia ini. Sebenarnya LSM­LSM sudah bekerja ekstra untuk mengurangi ketegangan di sana. Namun, tetap saja sulit untuk menghilangkan konflik yang berasal dari masalah identitas semacam itu. Apa yang terjadi ialah fragmentasi dari pemerintahan republik yang oposisi. PBB hanya bisa meminta mereka memilih jalan keluar yang dirasa paling sesuai dengan keinginan rakyat mayoritas.” (*/I­4)

Kedaulatan Inggris Harus Diakui

Sinn Fein dan Kaitannya dengan IRA

Terlalu Banyak Dimensi Terlibat

Yulius P HermawanPakar EropaUnika Parahyangan

DOK-PRIBADI

Hariyadi WirawanPakar Hubungan InternasionalUniversitas Indonesia

DOK-PRIBADI

Moch Anwar Surahman

Kelompok-kelompok pembangkang dari kubu republik tetap melakukan serangan dengan tujuan kemerdekaan.

Masih ada Bara di irlandia

SINN FeIN disebut­sebut merupakan sayap politik Tentara Republik Irlandia (IRA), organisasi penentang hegemoni Inggris di kawasan Britania Raya. Bah­kan keduanya dianggap sebagai dua sisi mata koin yang sama.

Partai yang aslinya didirikan Arthur Griffith pada 1905 ini memiliki ideologi sayap kiri dan mengusung nasionalisme Irlandia. Kini, Sinn Fein merupakan partai politik terbesar kedua di Majelis Irlandia Utara yang memiliki empat kementerian (termasuk deputi menteri pertama). Namun, banyak pejabat senior partai ini disebut­sebut merupakan ang­gota Dewan Tentara IRA.

Hubungan Sinn Fein­IRA disebutkan dalam sebuah dokumen kelompok na­sionalis yang terungkap pada 1980­an. “Sinn Fein dan IRA sama­sama memi­liki peranan meskipun di jalan berlainan dalam perang pembebasan Irlandia. Tentara Republik Irlandia menggelar kampanye senjata, sedangkan Sinn Fein menjalankan perang propaganda dan merupakan suara publik dan politik gerakan ini.”

Kuatnya hubungan Sinn Fein dan IRA juga tecermin dari sang pemimpin par­tai, Gerry Adams, yang disebut­sebut merupakan mantan komandan senior

organisasi yang disebut sebagai organi­sasi teroris. Kisah keterlibatan Adams dalam berbagai aksi kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan IRA di­ungkap dalam buku Voices from the Grave yang disusun peneliti dari Boston Col­lege dan dipublikasikan awal tahun ini.

Buku itu merupakan hasil wawancara dengan Brendan Hughes, komandan IRA yang berjuluk The Dark, yang kini telah meninggal. Hughes adalah rekan Adams saat perpecahan sosial di Irlan­dia Utara meletus menjadi perang sipil antara IRA melawan tentara Inggris. Dalam buku itu, Hughes mengecam Adams yang telah menyangkal keterli­batannya dalam IRA. Hughes, yang mengaku sebagai seorang maniak pengebom, penembak, dan perampok bank, membeberkan keterl ibatan Adams. “Saya tidak pernah melakukan operasi besar tanpa persetujuannya atau tanpa perintah dari Gerry. Dan kini, ia duduk di kantor nyaman dan menyang­kalnya. Ini bisa dibilang seperti Hitler yang menyangkal pernah terjadi Ho­lokaus”.

Adams dituding terkait dengan pen­culikan dan eksekusi Jeanne McConville, seorang informan tentara Inggris pada

1972. Akibat pembunuhan itu, 10 anak janda yang tinggal di Belfast itu harus pindah ke beberapa rumah penam­pungan.

Keterlibatan Adams juga pernah di­sebutkan jurnalis ed Moloney dalam bukunya A Secret History of IRA yang dipublikasikan pada 2002. Buku ini juga bersumber dari wawancara dengan Hughes dan David ervine, pengebom yang kemudian menjadi juru damai.

Hampir semua sejarawan gerakan IRA­Sinn Fein yakin bahwa Adams merupakan komandan senior IRA. Adams sendiri menyangkal tudingan itu bahkan sejak ia mulai mengambil posisi politik di Irlandia Utara pada 1982. Sinn Fein pun ikut menyangkal. Menurut partai itu, komentar­komentar Hughes itu merupakan cerita basi dan omongan ngawur Hughes karena kesehatannya memburuk.

“Tuduhan­tuduhan itu cerita lama. Pemimpin kami, Gerry Adams, tetap menyangkal tudingan itu,” demikian pernyataan yang dikeluarkan Sinn Fein. “Di tahun­tahun terakhirnya, Brendan Hughes sakit keras dan ia terang­terang­an menentang strategi yang dilakukan kubu republik Irlandia.” (Hde/Berbagai sumber/I­1)

PARADE IRA: Anggota Irish Republican Army (IRA) melakukan parade di Londonderry, Irlandia Utara, beberapa waktu lalu.

AKIBAT BOM: Reruntuhan bangunan berserakan di jalan depan kantor polisi Newtownhamilton akibat ledakan sebuah bom di Irlandia Utara, April lalu.

AP/ PETER MORRISON