Terjadinya pernikahan dini tidak terlepas dari tradisi dan pandangan.docx

4
Terjadinya pernikahan dini tidak terlepas dari tradisi dan pandangan masyarakat terhadap pernikahan dan keluarga. Tradisi pernikahan termasuk juga usia yang diharapkan untuk menikah dan bagaimana pemilihan istri tergantung pada pandangan masyarakat terhadap sebuah keluarga yaitu mengenai peran,struktur, pola hidup dan tanggung jawab individu terhdap keluarganya. Alasan penyebab terjadinya pernikahan dini juga tergantung pda kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. Terdapat dua alasan utama terjadinya pernikahan dini, pertama, pernikahan dini sebagai strategi untuk bertahan secara ekonomi. Kemiskinan adalah salah satu factor utama yang menjadi tiang pondasi munculnya pernikahan dini. Pernikahan dini meningkat ketika tingkat kemiskinan juga meningkat. Penyebab kedua adalah untuk melindungi anak gadisnya. Pernikahan adalah salah satu cara untuk memastikan anak perempuan mereka terlindungi sebagai sitri, melahirkan anak yang sah dimata hokum dan akan lebih aman jika memiliki suami yang dapat menjaga mereka secara teratur (UNICEF, 2005). Perempuan muda dianggap sebagai beban ekonomi keluarga, oleh karena itu

Transcript of Terjadinya pernikahan dini tidak terlepas dari tradisi dan pandangan.docx

Terjadinya pernikahan dini tidak terlepas dari tradisi dan pandanganmasyarakat terhadap pernikahan dan keluarga. Tradisi pernikahan termasuk juga usia yang diharapkan untuk menikah dan bagaimana pemilihan istri tergantung pada pandangan masyarakat terhadap sebuah keluarga yaitu mengenai peran,struktur, pola hidup dan tanggung jawab individu terhdap keluarganya. Alasan penyebab terjadinya pernikahan dini juga tergantung pda kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. Terdapat dua alasan utama terjadinya pernikahan dini, pertama, pernikahan dini sebagai strategi untuk bertahan secara ekonomi. Kemiskinan adalah salah satu factor utama yang menjadi tiang pondasi munculnya pernikahan dini. Pernikahan dini meningkat ketika tingkat kemiskinan juga meningkat. Penyebab kedua adalah untuk melindungi anak gadisnya. Pernikahan adalah salah satu cara untuk memastikan anak perempuan mereka terlindungi sebagai sitri, melahirkan anak yang sah dimata hokum dan akan lebih aman jika memiliki suami yang dapat menjaga mereka secara teratur (UNICEF, 2005).

Perempuan muda dianggap sebagai beban ekonomi keluarga, oleh karena itu pernikahan dini dianggap suatu solusi untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Pernikahan dini bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarganya dengan mendapatkan mas kawin dari pihak laki-laki (Subiantoro, 2002). Pola perkawinan masyarakat Indonesia sangat beragam, sesuai dengan budaya dan norma yang berlaku di masyarakat. Faktor budaya erat kaitannya dengan kebiasaan setempat. Di Indonesia, masing-masing daerah memiliki adat kebiasaan, antara lain: pada masyarakat Jawa, mereka lekas-lekas menikahkan anak gadisnya dengan alasan malu kalau anaknya dianggap perawan tua (Budioro, 1978).

Kondisi ekonomi yang buruk kadang-kadang menjadi pembenaran mengapa orang tua yang hanya sebagian dari gelar pendidikan yang lebih rendah (misalnya sekolahdasar) dengan menikahi putri mereka untuk membantu penghasilan keluargakeuangan. Ini 'praktek pernikahan dini' secara teratur pergi di daerah pedesaan yangorang tergantung terutama pada sumber daya pertanian. Mereka sangat membutuhkananggota keluarga yang dapat mendukung pekerjaan mereka di lapangan, dan satupilihan yang mereka dapat memperoleh adalah untuk menikah anak perempuan mereka tanpa memperhitungkan usia.

Pada saat yang sama, di beberapa wilayah Indonesia, sesuai dari pernikahan dini biasa bergaul dengan budaya tradisional yang praktek ini bertujuan untuk menjaga keturunan keluarga. Para orang tua di daerah ini percaya bahwa jika anakanak lebih lama untuk menikah maka garis keturunan nenek moyang akan mati pergikarena keturunan menikah dengan orang lain.Pendidikan mempengaruhi kesuburan melalui penundaan usia kawin, meningkatkan pengetahuan dan akses ke metode keluarga berencana yang efektif dan kemampuan pengambilan keputusan pada jumlah anak yang diperlukan. Perempuan yang berpendidikan kurang mungkin untuk menyusui daripada perempuanberpendidikan tinggi yang mempengaruhi kesuburan dalam arah sebaliknya. Variabel lain yang telah menunjukkan efek campuran pada kesuburan adalah akses ke media, status ekonomi, status kerja, agama, dan etnis (Alemayehu, et.al, 2010).

Pendidikan mempengaruhi kesuburan melalui penundaan usia kawin, meningkatkan pengetahuan dan akses ke metode keluarga berencana yang efektif dan kemampuan pengambilan keputusan pada jumlah anak yang diperlukan. Perempuan yang berpendidikan kurang mungkin untuk menyusui daripada perempuanberpendidikan tinggi yang mempengaruhi kesuburan dalam arah sebaliknya. Variabel lain yang telah menunjukkan efek campuran pada kesuburan adalah akses ke media, status ekonomi, status kerja, agama, dan etnis (Alemayehu, et.al, 2010).