Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

25
Konstruksi Perempuan Anti Pragmatis Editorial teratai teratai Buletin Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi Perempuan; Dikotomi Produsen dan Konsumen dalam Bingkai Keilmuan Topik Perempuan dengan Pilihannya Wawancara dengan Ibu Lauti Nia Astri Sutedja, Plt. Atdik Kairo Ngopi Perempuan: Produsen atau Konsumen? Edisi I, Maret 2016

description

TERATAI, buletin PCI Fatayat NU Mesir hadir mewarnai dinamika jurnalistik di tengah-tengah Masisir (Masyarakat Indonesia di Mesir). Edisi perdana dengan tema "Perempuan; Produsen atau Konsumen?" membahas tentang kontribusi perempuan dalam bidang keilmuan.

Transcript of Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Page 1: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Konstruksi Perempuan Anti PragmatisEditorial

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Perempuan; Dikotomi Produsen dan Konsumen dalam Bingkai Keilmuan

Topik

Perempuan dengan PilihannyaWawancara dengan Ibu Lauti Nia Astri Sutedja,

Plt. Atdik Kairo

Ngopi

Perempuan:Produsen atau Konsumen?

Edis

i I, M

aret

2016

Page 2: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

02 Edisi I, Maret 2016

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terucap syukur “Alhamdulillah” yang tiada terkira, akhirnya buletin reguler Teratai edisi perdana telah terbit. Melalui proses panjang penggodokan struktural kru, fokus buletin, rubrikasi, karakter dan hal-hal permanen lainnya, akhirnya buletin perdana inilah buah hasil kami. Buletin ini kami namakan “Teratai”, nama yang sudah kami bentuk sejak akhir periode kepengurusan Fatayat sebelumnya pe r iode 2014 -2015 dan t e l ah mewak i l i penerbitannya pada edisi konfercab. Teratai, buletin Fatayat Mesir hadir di tengah-tengah Masisir, ikut mewarnai dinamika jurnalistik di Masisir. Buletin ini, akan menyajikan informasi seputar feminisme dan isu-isu sosial lainnya. Jadi tidak hanya melulu pembahasan feminisme murni, melainkan isu sosial yang sedang berkembang pun akan menjadi perhatian kami. Sebagai buletin perempuan, Teratai ingin mewujudkan wadah kepenulisan bagi perempuan Fatayat dan membuktikan kontribusinya secara nyata melalui tulisan-tulisan yang dihadirkan.Perempuan; Produsen atau Konsumen? Tema b e s a r y a n g k a m i a n g k a t i n i m e n c o b a mengetengahkan pembahasan tentang kontribusi-kontribusi perempuan dalam bidang keilmuan; pemikiran, pergerakan, dan karya-karya yang masih banyak termarjinalkan. Dengan terbitnya buletin ini, diharapkan mampu mendongkrak eksistensi perempuan dan menambah wawasan kita tentang sisi intelektual dari dunia perempuan tanpa keluar dari kefeminimannya. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!

Sapa Redaksi

Susunan Redaksi Buletin Teratai Dewan Pelindung : Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir | Dewan Penasehat : Ketua PCI Fatayat NU Mesir | Pimpinan Umum : Faiqoh Himmah | Pimpinan Redaksi : Choiriya Safina | Pimpinan Usaha : Wardatul

Humairo’ | Sekretaris Redaksi : Laiyana Izzatin Naza | Redaktur Pelaksana : Ana Akhsanul Auwaliyah, Siti

Qomariyah, Anis Safrida, Shafa El Mona, Halimatus Sa'diyah| Distributor : Hamidatul Hasanah, Fathna Zakiyyatul

Adzkiya | Layouter : Najati Hasbi| Editor : Siti Shofiyah, Ahmad Muhakam Zain, Nashifuddin Luthfi

Sapa Redaksi

Editorial

Analisa

Opini

Topik

Resensi

Apa Kabar Fatayat

Sastra

Profil

Continued

Ensiklopedis

Ngopi (Ngobrol Inspiratif)

2

3

5

7

9

12

13

15

17

19

22

23

Sapa Redaksi

Daftar Isi

Page 3: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

الد نيا متاع و خير متاعها المرأة الصالحة

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan

adalah wanita shalihah”

Apakah dunia membutuhkan uluran tangan

perempuan? Ya, dunia membutuhkannya.

Karena ia bagaikan perhiasan yang kilaunya

tidak diragukan. Menyoal sebesar apa sinar yang

dipersembahkan, di sana terdapat beragam

opini. Tergantung bagaimana seorang pelakon

hidup menentukan pilihan yang kemudian

memunculkan berbagai isu yang kompleks.

Tidak dapat dipungkiri, berbagai pergerakan

perempuan yang muncul banyak menimbulkan

isu-isu sosial seperti feminisme dan persamaan

gender. Masing-masing berusaha menunjukkan

eksistensinya dalam segala aspek, mulai dari

ranah keluarga hingga relasinya dengan

masyarakat internasional. Bagaimana tidak?

Perempuan sangat berjasa dalam tataran rumah

tangganya hingga agama dan bangsanya. Peran

mereka bukan lagi sekedar memasak makanan

lezat, melainkan menyuguhkan ide-ide

mutakhir sebagai solusi untuk berbagai macam

problematika kompleks yang dialami dunia saat

ini. Mereka tidak lagi apatis terhadap pergolakan

sistem kehidupan yang semakin berkembang

pesat. Arus IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi) yang semakin menjadi-jadi

m e n u n t u t m e r e k a u n t u k b e r j a l a n

berdampingan dengan segala kemajuan yang

tercipta.

Dari kesadaran para perempuan akan

kebutuhan gerak mereka, kontribusi dalam

segala aspek mulai meroket. Seperti dalam

bidang ilmu pengetahuan, matematika dan

teknologi yang selama ini telah dianggap

sebagai forte dari laki-laki. Kontribusi

perempuan dalam bidang ini tidak dapat

d i a b a i k a n . K a r e n a m e m a n g s e c a r a

epistemologis pendidikan merupakan suatu

usaha yang dilakukan individu-individu, baik

l a k i - l a k i m a u p u n p e r e m p u a n u n t u k

mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan-

kebiasaan, dan bentuk-bentuk ideal kehidupan

dalam meneruskan aktifitas kehidupan secara

efektif dan berhasil. Ada beberapa ilmuwan

yang membuat berbagai penemuan penting

yang telah diakui dunia. Contohnya: Madame

Curie (Marie Curie), salah satu ilmuwan wanita

paling terkenal di era modern, Marie Curie

bekerja di Polandia dan Perancis. Ia adalah

instrumental dalam membentuk sifat sinar beta

dan radioaktivitas. Dan Trotule Salerno, dia

adalah ilmuwan Italia, dikenal melalui karyanya

dalam ginekologi dan obstetri. Trotule menulis

beberapa buku teks tentang kesehatan

perempuan yang digunakan selama ratusan

tahun oleh dokter dunia. Pemikirannya sering

dianggap radikal, termasuk saran tentang

orang-orang yang menderita masalah fertilitas

t e rkemuka untuk memi l ik i anak dan

penggunaan opiat untuk nyeri persalinan.

Kemajuan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Pendidikan y a n g b a i k a k a n m e n j a d i a w a l b a g i pengembangan ilmu pengetahuan. Kontribusi

03terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Konstruksi Perempuan Anti Pragmatisoleh: Faiqoh Himmah

Editorial

Page 4: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

perempuan berawal dari pendidikan di rumah sebagai seorang ibu. Tidak sedikit ilmuwan yang lahir karena didikan sejak dini di rumah sendiri. Peran RA. Kar t in i da lam memajukan pendidikan untuk perempuan di Indonesia merupakan wujud kontribusi seorang hawa yang tercatat dalam sejarah. Pemikiran-pemikiran Kartini dalam memajukan dunia pendidikan telah terdokumentasikan dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Apa yang diperjuangkan Kartini pada masa itu dapat dirasakan dalam perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini.

Dalam bidang sastra, muncul beberapa nama

seperti: Jackie Collins, Stefanie Roberts, J. K.

Rowling dan Dewi Lestari. Perempuan juga

patut dihargai lebih dari sekedar pelengkap

dalam kehidupan. Ia memiliki fungsi ekstern

berupa memiliki hak terhadap perannya sebagai

warga negara dan fungsi intern berupa perannya

sebagai ibu rumah tangga. Karena itu, meskipun

banyak hambatan yang dihadapi dari sisi sosial,

budaya, dan ekonomi, kontribusinya dalam

dunia politik tidak kalah diperhitungkan dan

kepercayaan meningkat dengan prestasi yang

banyak diraihnya. Semua ini adalah bukti nyata

bahwa kontribusi perempuan untuk dunia tidak

dapat dipandang rendah. Ia mampu menjadi

pembanding atas berbagai kontribusi yang

dimotori oleh kalangan atas sehing ga

mempunyai daya saing yang kuat terhadap

kompleksitas segala lini kehidupan.

Bukan hanya ilmuwan-ilmuwan perempuan

kontemporer yang mewarnai progresifitas

dunia keilmuan, melainkan beberapa ilmuwan

Islam terdahulu juga telah mencatat sejarah yang

luar biasa. Aisyah Ra. adalah salah satu tokoh

yang mungkin layak disebutkan pertama kali.

Istri Nabi Muhammad saw. yang tak lain adalah

putri kesayangan Abu Bakar Al-Siddiq Ra. ini

banyak memberikan masukan dan ide-ide

cemerlang untuk kemajuan Islam pada masanya.

Selain itu, ia berperan besar dalam menjaga

kemurnian Sunnah-sunnah Nabi Saw. sehingga

menjadikannya sebagai salah seorang sumber

rujukan pada masa itu, yaitu pada tahun-tahun

pertama Islam. Ia juga dikenal sebagai ahli fikih

yang nyaris tak tertandingi kehebatannya dalam

sejarah keilmuan Islam.

Pada tahun 1962 M. terbitlah sebuah kitab tafsir

yang berjudul al-Tafsir al-Bayani li al-Quran al-

Karim karangan seorang ulama yang dikenal

dengan nama Bintu Syati'. Pengajar yang juga

istri seorang ahli tafsir, Amin al-Khulli ini adalah

perempuan kelahiran Dumyat dengan riwayat

pendidikan luar biasa. Metodologi penafsiran

yang ditawarkan sangat menarik, yaitu sebuah

metode untuk memahami al-Quran secara

objektif. Kitab ini telah mampu mendongkrak

eksistensi perempuan dalam catatan sejarah

keilmuan dunia Islam.

Dari beberapa uraian tersebut, terbukti bahwa

kontribusi perempuan di dunia ini bukan hanya

sebatas pendidik dini sebagai seorang ibu,

melainkan mampu turut berpartisipasi dalam

mempersembahkan ide-ide yang menjadi solusi

dari turbulensi yang dihadapi manusia secara

luas melalui berbagai karya dan pergerakannya.

Eksistensinya telah banyak mendorong

inklusifitas aksinya dari berbagai aspek.

Kemajuan teknolog i yang pesa t jug a

mempengaruhi daya serap semua orang

terhadap informasi-informasi penting sebagai

penyokong keterbukaan arus pemikiran. Bukan

berarti perempuan dengan segala keterbatasan

tidak berhak mempunyai karya dan diakui oleh

seluruh dunia. Sudah seharusnya dunia

menghargai hasil kontribusinya yang banyak

dibutuhkan dalam segala ranah keilmuan, sosial,

ekonomi, dan lain-lain.

04 terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Editorial

Page 5: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

05

“Phenomologie de la Perception” adalah sebuah istilah untuk seseorang yang melihat sesuatu berdasarkan persepsi dan makna pada umumnya, serta mengabaikan makna dari sisi lain. Apakah kita bisa memberi ketetapan terhadap sebuah apel yang berwarna hijau itu rasanya masam? Sama halnya dengan pernyataan berikut “Melati putih adalah simbol kesetiaan”. Pada umumnya setiap orang akan membenarkan pernyataan di atas. Padahal kita bisa memberi makna lain terhadap melati putih.Pernyataan di atas sama dengan analogi bahwa seorang wanita selalu diidentifikasikan dengan sifat kelemahan, wanita tidak memiliki eksistensi dalam berbagai obyek kehidupan, ia hanya hidup di bawah ketiak seorang laki-laki. Pernyataan ini lahir dengan melihat persepsi orang pada umumnya. Meneropong lebih dekat, keeksistensian seorang wanita tidaklah sesuai dengan pernyataan di atas. Di berbagai Negara, ditemukan berbagai karya besar yang dihasilkan oleh perempuan, mereka juga banyak memberikan asumsi dan peran besar terhadap pemikiran sosial sekitarnya.Hal ini dibuktikan dengan adanya gerakan feminisme yang disuarakan oleh Qasim Amin ─seorang tokoh feminis muslim Mesir─ yang memunculkan gagasan tentang emansipasi wanita muslim melalui karya-karyanya. Meskipun gagasannya ini banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ulama Mesir, namun ide-idenya terbilang masuk akal. Baginya, perempuan tidak hanya bergerak sebatas ruang pingitan saja. Ia juga mengungkapkan

bahwasannya populasi terbesar di setiap bangsa adalah wanita. Maka sangatlah tidak mungkin membiarkan setengah penduduk bangsa ini berada dalam kebodohan. Oleh karena itu, dengan membiarkan seorang wanita berkiprah melalui pemikiran dan karyanya, sama halnya dengan memberikan kesempatan pada wanita un tuk be rkon t r ibus i be s a r t e rhadap perkembangan dunia ─secara sosialitas maupun psikologi.Menelisik lebih dalam terhadap kehidupan perempuan Mesir, terdapat banyak ilmuwan dan doktor pada masa peradaban Mesir. Hanya saja mereka tidak selalu tersorot oleh media sebagaimana ilmuwan laki-laki, mereka memiliki biografi dan prestasi yang sangat mengesankan. Hanya karena seorang wanita disudutkan, tidak pantas berada dalam jajaran dunia keilmuan, sehingga mereka tidak terlihat. Salah satu ilmuwan wanita yang masih abadi nama dan karyanya adalah Hypatia (370-415), dia adalah seorang ilmuwan wanita yang lahir dari Alexandria, Mesir. Banyak catatan-catatan tentangnya yang hilang, namun sebagian berhasil diabadikan. Hypatia sangat brilian dalam bidang matematika dan filsafat, ia juga senang mempelajari geometri dan aljabar. Selain dalam dunia statistika, Hypatia juga pandai dalam dunia teknologi dan mekanika. Kontribusinya dalam keahliannya tidak banyak dicatat sejarah, namun sangat menyumbangkan cabang-cabang keilmuwan.Pada peradaban Mesir modern, dunia mengenalkan kita kepada seorang wanita yang

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Analisa

Meneropong Keeksistensian Wanita Mesiroleh: Siti Qomariyah

Page 6: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

06

mengukuhkan dirinya dalam studi metodologi sastra dan tafsir al-Qur'an, yaitu Aisyah Abdurrahman atau yang biasa disebut dengan Bintu Syathi' ─wanita Arab modern yang memiliki kemampuan artikulatif. Ketajaman berpikirnya membuat ia masuk dalam daftar ilmuwan wanita yang berhasil memberikan kontribusi terhadap dunia keilmuan. Beliau adalah salah satu guru besar sastra dan bahasa Arab di Universitas Ain Syams, Mesir. Kepiawaiannya dalam metodologi tafsir al-Qur'an telah membawanya berbicara di hadapan sarjana di Roma, Aljazair, New Delhi, Baghdad, Kuwait, Yerussalem, Rabat, Fez, dan Khartoum. Kajian studinya telah banyak dipublikasikan. Selain tentang penafsiran Al-Qur'an, beliau juga banyak menelurkan karya-karya kesejarahan mengenai biografi ibunda Nabi Muhammad Saw. serta cerita-cerita pembebasan perempuan dalam pemahaman Islam, beliau juga menulis tentang isu-isu mutakhir di dunia Arab. Keproduktifan beliau dalam dunia tafsir menghasilkan beberapa karya di antaranya: Al-Tafsir al Bayani li al-Qur'an al-Karim sebagai tulisan pertamanya pada tahun 1962.Orbit-orbit perkembangan wanita Mesir dalam pemikirannya tak hanya lahir sebagai bentuk keterpaksaan mereka dalam berfikir dan meng asums ikan peran mereka untuk masyarakat sosial di lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga sebagai wacana bahwa wanita tak hanya berperan sebagai “back stage” yang bertindak di bawah pemerintahan seorang laki-laki. Selain itu terdapat asumsi yang mengatakan bahwa wani ta hanya mampu menjadi “penumpang” saja. asumsi ini sangatlah tidak pas disematkan kepada seorang wanita. Lebih dari itu, seorang wanita adalah yang mewarisi dan bukanlah yang diwarisi. Jika terdapat seorang anak yang pandai, maka tanyakanlah padanya latar belakang ibunya.Nawal El Sadawi adalah salah satu aktivis perempuan yang lahir dan besar di Mesir, ia juga seorang dokter dan penulis. Melalui karyanya ia mengungkapkan tentang kondisi realitas sosial perempuan di Mesir, kritikannya yang pedas itu

mengarah agar seorang perempuan yang memiliki cita-cita dan obsesi harus diberikan peluang tanpa adanya ketidakadilan dan penindasan. Berbagai macam pemberontakan mewarnai isi novel-novelnya, hingga membawa Nawal dijebloskan ke dalam penjara pada masa pemerintahan Anwar Sadat. Namun disela-sela waktunya dalam penjara, ia terus berkarya dan menyempatkan diri untuk menulis di atas kertas toilet dengan menggunakan pensil alis. Hingga setelah ia keluar dari penjara tulisannya ia jadikan novel.Nawal telah berhasil membuat pemerintahan Mesir mengakui keeksistensian seorang wanita. Di balik cadar dan hijabnya, seorang perempuan sebenarnya menyimpan kebrilianan yang harus diakui. Pemerintah Mesir kuno yang masih kaku terhadap perempuan serta menganggapnya sebelah mata, kini dengan adanya pergerakan yang tak henti menyuarakan emansipasi, kembali melahirkan generasi-generasi yang terus menambah daftar pakar keilmuwan perempuan. Bukankah cukup bagi kita untuk meng a t akan bahwa Hypa t i a , A i s y ah Abdurrahman dan Nawal El Sadawi adalah potret perempuan yang memberikan kontribusi dan sumbangan besar terhadap masyarakat Mesir dan dunia tentunya.

Tentunya selain perempuan-perempuan Mesir,

di luar sana, di seluruh penjuru bangsa, tak

mengingkari bahwa banyak perempuan yang

telah berhasil mengepakkan sayapnya sebagai

peneduh untuk kehidupan sekitarnya.

Meskipun pemikiran-pemikiran, peran dan

karya-karyanya yang luar biasa terkadang luput

dari sejarah.

Analisa

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 7: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

07

Perempuan masa kini, di belahan dunia manapun, mereka sudah terlepas dan terbebas dari berbagai bentuk ketidak-adilan dan diskriminasi gender. Maksud dari ketidak-adilan dan diskriminasi gender perempuan di sini adalah merujuk pada kondisi perempuan di jaman jahiliah. Pada waktu itu, kaum perempuan mendapatkan sikap dan perlakuan yang sangat tidak adil, mereka tidak dihargai dalam semua segi kehidupan mereka. Misalnya, wanita dijadikan hamba seks, pelayan abdi yang bisa diperintahkan apa saja atau yang biasa kita kenal dengan istilah perbudakan, dan bahkan dalam pembagian warisan kaum perempuan tidak mendapatkan porsi yang sama dengan lelaki. Lebih buruk dari itu, perlakuan yang paling kejam, bengis, dan hina adalah penguburan pada bayi-bayi perempuan yang tidak berdosa secara hidup-hidup. Diriwayatkan, bahwasanya sahabat Umar bin Khattab sebelum masuk Islam, ia pernah mengubur anak perempuannya h idup-hidup. Mereka Bangsa Jahi l iah menganggap anak perempuan hanyalah sebuah pertanda keburukan dan aib. Alangkah begisnya Bangsa Jahiliah Arab mendiskriminasi kaum perempuan sedimikian itu. Kemudian Is lam datang untuk mengangkat dan memuliakan martabat kaum perempuan. Tidak ada lagi diskriminasi gender terhadap kaum pe r empuan , s e l a i n i t u , me reka j ug a mendapatkan hak-hak yang semestinya di d a l a m k e h i d u p a n . B e g i t u l a h I s l a m membebaskan kaum perempuan dar i diskriminasi gender dan belenggu Bangsa Jahiliah dan juga yang telah membawa keadilan

bagi seluruh kaum perempuan di muka bumi ini. Jauh dari kondisi yang telah dijelaskan panjang lebar di atas, perjalanan sejarah dan kehidupan manusia, setiap masanya selalu mengalami perubahan-perubahan dan melakukan inovasi untuk terus menjadi manusia maju, menuju yang terbaik dan berlomba-lomba menjadi yang paling baik, begitupun keadaan sosial dan lapisan masyarakatnya. Kaum perempuan juga tak mau kalah untuk melakukan inovasi terhadap dirinya. Buktinya, mereka melakukan gerakan menuntut kesetaraan gender yang dilakukan oleh perempuan-perempuan aktivis sosial, mereka menuntut hak yang sama antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Karena seringkali perempuan dianggap lemah dan hanyalah sebagai pelengkap, serta pola pikir yang telah mendarah daging dalam masyarakat bahwa perempuan hanya mampu berkutat dalam urusan rumah-tangga, dapur, anak dan tidak bisa berkontribusi baik dalam bidang ilmu, pemikiran, politik atau berperan penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kalau saja kita mau kembali sejenak dan menelisik sejarah ke beberapa kurun waktu yang lalu, maka kita akan mendapatkan bahwa s e s u n g g u n y a k a u m p e r e m p u a n j u g a mempunyai sumbang s ih dan mampu berkontribusi dalam berbagai bidang. Dalam bidang politik misalnya Shajar al-Dur, pernah menjadi sultan yang memimpin dinasti Abbasiyah pada tahun 1250 M. Dan untuk konteks saat ini, sosok perempuan yang berkiprah di bidang politik dan pernah menjadi

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Perempuan Bisa!oleh: Anis Safrida

Opini

Page 8: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

08

orang nomor satu dalam sebuah negara, semisal Megawati Sokarno Putri, ia pernah menjadi orang nomor satu di negara Indonesia periode 2001-2004. Dan masih banyak lagi tokoh perempuan yang berkontribusi melalui dunianya masing-masing baik itu dalam lingkup besar maupun dalam lingkup terkecil mereka.Perempuan masa kini, di era modern, jumlah perempuan yang mengenyam dunia pendidikan tidak terhitung banyaknya. Pendidikan bukanlah lagi masalah klasik bagi kaum perempuan. Kalau dulu saat zaman penjajahan d i I n d o n e s i a , R a d e n A j e n g K a r t i n i memperjuangkan bagaimana caranya kaum perempuan agar bisa memperoleh pendidikan yang selayaknya. Nah! Jaman sekarang ini kita tinggal menikmati hasilnya. Kalau bukan berkat jasa ibu Kartini dan perempuan-perempuan lain yang juga memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan, mungkin tidak akan pernah ada kita di negeri ini (Mesir) dalam rangka menuntut ilmu.Da l am perkumpu lan a t au o rg an i s a s i kemasyarakatan, telah disediakan ruang gerak khusus bagi kaum perempuan. Misalnya saja, di O R M A S N U a d a F a t a y a t a t a u d i Muhammadiyah ada Aisyiyah. Ruang gerak tersebut sebagai wahana dan sarana bagi kaum perempuan untuk mengasah kecerdasan, memaksimalkan potensi diri dalam segi apapun, m e l a t i h k e p e m i m p i n a n , m e n g a s a h kemampuan diri baik dalam berorganisasi, bermasyarakat, atau segi keilmuan yang lainnya. Semua itu diluar cakupan bidang akademis atau dunia pendidikan formal. Dalam berorganisasi baik itu laki-laki atau perempuan sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu melatih kesiapan diri dan mental untuk berkiprah dan berkontrubusi di masyarakat nanti.Meskipun pada hakikatnya fitrah perempuan adalah untuk menjadi istri yang salehah bagi suaminya, membangun keluarga idaman, mendidik anak-anaknya. Namun alangkah baiknya jika seorang perempuan dibekali dengan pendidikan yang cukup untuk membina dan mendidik anak-anaknya, karena perempuan ibarat sekolah pertama bagi putra putrinya,

perempuan sebagai produsen generasi penerus diharapkan mampu mencetak generasi yang bermutu tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan kontribusinya. Yaitu ia bisa berkontribusi dalam lingkup yang kecil yaitu keluarga, tidak untuk lingkup yang besar, semisal organisasi, komunitas, masyarakat atau negara.

Kesimpulan dari penulis tentang nasib

perempuan pada jaman jahiliyah Arab sampai

y a n g k e k i n i a n , p a d a i n t i n y a i n g i n

menyampaikan bahwa kaum perempuan

pernah dalam situasi yang sangat-sangat buruk.

Layaknya perempuan hanya untuk ditindas dan

lain sebagainya. Dan seiring perkembangan

jaman, lambat laun hingga saat ini, perempuan

mempunyai kedudukan yang setara dengan

kaum laki-laki dalam masyarakat. Kini kaum

perempuan sudah memiliki speaker sendiri dan

bebas untuk menyalurkan aspirasinya, bersuara

tanpa ada kekangan dari pihak manapun.

Sepatutnya kita sebagai perwakilan dari kaum

perempuan yang terdidik, berterimakasih

karena telah diberi kesempatan untuk

mengenyam bangku pendidikan dan berusaha

sebaik mungkin meningkatkan kualitas diri

supaya bisa memberikan sumbangsih dalam

kehidupan bermasyarakat sesuai dengan

bidangnya geluti masing-masing. Membuktikan

dan menunjukkan pada dunia bahwasanya

kaum perempuan tidak hanya bisa bermain

deng an p i s au dapur , un tuk men j ad i

pemimpinpun juga bisa. Maka alangkah

baiknya, jika seorang perempuan mampu

menjalani fitrahnya sebagaimana mestinya dan

juga berkontribusi di dalam kehidupan

bermasyarakat.

Opini

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 9: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

09

“Pendidikan perempuan harus ditekankan pada kemandirian, agar mereka paham dan menjadi dirinya sendiri, bukan hanya menjadi pelayan

bagi kaum laki-laki saja.” (Qasim Amin)

PrologManusia adalah makhluk hidup yang dikaruniai akal oleh Tuhan (al-insân hayawân al-nâthiq). Maka akal tak lain adalah pembeda antara manusia dengan binatang. Binatang merupakan bagian dari hewan namun ia tidak berakal sebagaimana manusia. Dengan karunia akal, manusia dapat m a n j a l a n i k e h i d u p a n , b e r i n t e r a k s i , berkomunikasi, bertahan hidup dan tentunya berpikir. Proses olah pikir ini bisa berupa laku/tindakan yang secara langsung dapat diaplikasikan. Bisa juga berupa ide yang kemudian dituangkan dalam sebuah karya tulis agar bisa dikonsumsi oleh khalayak umum.Ibnu Rusyd mengibaratkan pemikiran seperti makanan. Makanan adalah vitamin dan sumber energi positif untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun bagi sebagian makhluk, ia dapat menjadi racun penghancur bagi keh idupan . S ingkatnya , manus ia yang memaksakan berpikir sama halnya dengan memaksa makanan menjadi vitamin. Sebaliknya, manusia yang membatasi olah pikir sama halnya dengan menjadikan makanan itu sebagai racun. Maka antara manusia dengan pemikiran adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan.Dalam perkembangannya, tepatnya pada abad

119-20, pemikiran atau pengetahuan bagi p e r e m p u a n m e n g a l a m i ke s e n j a n g a n .

Kesenjangan hadir dari konstruk sosial yang erat akan stereotip perempuan. Padahal perempuan juga manusia yang tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan. Pengetahuan atau hasil olah pikir perempuan berada pada ruang subordinasi yang tidak menguntungkan. Beberapa hal yang berhubungan dengan perempuan selalu dinomor duakan. Perempuan hampir tidak penah berada pada baris setara dengan laki-laki, kala itu. Dari beberapa persoalan ini, wacana gender mulai disuarakan. Gerakan emansipasi atau lebih dikenal dengan feminisme mulai digaungkan di beberapa negara.Dari persoalan ini, muncul anggapan bahwa perempuan bukan makhluk produktif yang mampu memproduksi kar ya atau i lmu pengetahuan. Sebaliknya, mereka hanyalah konsumen dari produksi kaum Adam. Dari ulasan sederhana ini, penulis akan mencoba membincang dua kedudukan yang berbeda, perempuan sebagai konsumen atau produsen dalam bingkai keilmuan. Sejarah Feminisme sebagai Pijakan Awal DiskursusFeminisme adalah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa latin femina atau perempuan. Tokoh feminisme disebut feminis. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak

2perempuan. Dalam sejarahnya, ada t iga gelombang pergerakan feminisme. Gelombang pertama, awal

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Perempuan;

oleh: Choiriya Safina

Topik

Dikotomi Produsen dan Konsumen dalam Bingkai Keilmuan

Page 10: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

10

Topikkemunculan feminisme sekitar akhir abad 18 sampai awal abad 20 M. di Amerika. Gerakan ini difokuskan pada suatu isu, yakni untuk mendapatkan hak pilih (the right to vote). Setelah hak untuk memilih diberikan pada tahun 1920, gerakan feminisme pun tenggelam. Kedudukan perempuan hingga tahun 1950 tidak pernah

3digugat. Gelombang kedua, gerakan feminisme pada tahun 1960-1980. Untuk memperluasnya, mereka menyertakan isu-isu seksualitas, rumah tangga, tempat kerja, hak-hak reproduksi dan ketidaksamaan legal lainnya. Pada masa ini, di Amerika, isu feminisme bergaung cukup keras setelah terbitnya buku The Feminime Mystique oleh Betty Friedan pada tahun 1963. Buku ini membawa pengaruh besar dan cukup signifikan bagi perubahan kehidupan, khususnya bagi perempuan di Amerika. Bagaimana tidak, dari tulisan Betty ini, mendorong dikeluarkannya equel pay right tahun 1963 dan equel right act 1964. Maka perempuan Amerika kala itu, dapat menerima gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, sekaligus mendapatkan hak pilih secara penuh dalam segala bidang. Kemudian gelombang ketiga, feminis-feminis mengembangkan debat isu sebelumnya untuk fokus pada tataran ide-ide seperti teori homoseksualitas, penghapusan ekspektasi peran dan stereotip gender. Gerakan feminisme kemudian menyebar dan gaungnya terdengar di beberapa negara Eropa, Afrika dan Asia. Gerakan ini terus berkembang hingga sekarang dan masih dengan agenda yang sama. Gerakan ini tidak akan berhenti selama diskriminasi terhadap perempuan masih dirasakan. Feminisme merupakan gerakan dan kesadaran yang mengadvokasi orang-orang untuk member ikan r uang bag i mereka yang termarjinalkan secara sosial, ekonomi dan politik. Perempuan dalam Ruang SubordinasiKehidupan sosial kemasyarakatan sudah selayaknya menjadi ruang yang tidak membatasi manusia di dalamnya. Gender laki-laki dan perempuan saling berpadu berinteraksi satu sama lain mewujudkan suatu konstruk sosial madani. Namun, perihal ini masih menjadi

angan-angan bagi sebagian negara. Karena kenyataannya, maskulinitas menjadi hal yang paling mendominasi. Berbeda dengan negara-negara maju yang sudah mengedepankan kesetaraan gender seperti beberapa negara di Amerika dan Eropa. Perempuan mampu bersaing dalam ruang publik tidak lagi dianggap tabu.Dalam wacana ilmu sosial, sejarah ilmu pengetahuan adalah ajang pergulatan wacana, me r eka d i kumpu lkan , d i ana l i s i s d an disimpulkan berdasarkan kacamata rezim

4ilmuwan yang androsentris ― berpusat pada l a k i - l a k i . P r o d u k p e n g e t a h u a n y a n g dihasilkannya pun menjadi sangat maskulin, karena memang berangkat dari pemikiran, gagasan dan pengalaman hidup laki-laki. Seperti kata Protagoras (485-410 SM.), “Man is the measure of all things” yang berarti “Semuanya tergantung laki-laki”. Akibatnya banyak sekali konsep-konsep kemanusiaan dan pengetahuan yang penelitiannya bergantung pada sampel homogen yang berisi laki-laki saja. Pemikiran, persektif, dan pengalaman hidup perempuan

5relatif absen.Ilmu pengetahuan seolah-olah dikembangkan oleh laki-laki. Sebab di beberapa aspek kehidupan seper ti : wacana sosial yang dikembangkan, konsep politik yang dijalankan, wacana kemanusiaan yang berkembang dan konsep pengetahuan yang ditanamkan, semuanya dihasilkan berdasarkan olah pikir kaum Adam. Maka semua yang kita rasakan, jalani serta posisi dalam sosial adalah bias androsentris. Akibatnya konstruk sosial yang terbentuk memposisikan perempuan pada ruang subordinasi yang tidak menguntungkan. Dan dari posisi ini, diskriminasi terhadap perempuan kerap kali terjadi. Perempuan dalam Ruang KeilmuanDunia butuh pengetahuan dan pengetahuan butuh perempuan. Begitulah antara dunia, pengetahuan dan perempuan. Mereka saling membutuhkan apalagi untuk era sekarang di mana keberhasilan wacana feminisme mulai tampak dirasakan di beberapa negara berkembang. Dan kesadaran untuk keluar dari

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 11: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

kungkungan tradisi yang tidak memihak pun mulai dilakukan oleh beberapa perempuan. Jika dalam tradisi perempuan berada pada posisi 3M,

6macak, masak, manak dan mengasuh anak, maka sebenarnya perempuan dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup dan manejemen kerja yang ba ik . Bag a imana mungk in dapat menjalankan tugas yang tidak sedikit itu tanpa balutan ilmu pengetahuan? Kehebatan perempuan seakan tenggelam ditelan bumi, gaungnya hampir tidak terdengar publik. Wacana keilmuan perempuan pun hanya terdengar dalam ruang eksklusif pengikutnya saja, maksudnya bagi mereka yang mempunyai keterkaitan khusus seperti pelajar. Singkatnya, kontribusi perempuan dalam keilmuan tidak begitu diketahui. Sehingga, mereka lebih sering dianggap sebagai konsumen daripada produsen. Padahal jika kita tilik lebih jauh dalam sejarah Islam, Sayyidah Aisyah Ra. istri Rasulallah Saw. tercatat berprofesi sebagai guru bagi para sahabat. Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw., para sahabat kerap bertanya tentang Hadis kepada beliau, pun beliau juga mengajarkan Hadis yang belum mereka dengar dari Nabi. Kemudian, ada Hypatia (w. Maret 415), cendekiawan Yunani dari Iskandariyah, Mesir, perempuan terkemuka pertama di bidang matematika. Ia juga mengajar filsafat dan astronomi di Mesir pada zaman kekaisaran Romawi. Selain itu ada fisikawan Cina, Chien-Shiung Wu (1912-1997) yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang fisika nuklir. Di Indonesia ada Pratiwi Pujilestari Sudarmono lahir di Bandung, 31 Juli 1952, ilmuwan Indonesia yang saat ini menjabat sebagai profesor mikrobiologi di Universitas Indonesia, Jakar ta. Mereka ini hanyalah segel intir perempuan-perempuan hebat. Masih banyak lagi perempuan hebat lainnya yang berkontribusi dan melakukan perubahan secara nyata.Faktor ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, agaknya perlu dikesampingkan. Dogma tradisi yang terlalu membelenggu ruang gerak kreativitas dan inovasi perempuan pun perlu dihempaskan. Islam sendiri tidak pernah membatasi ruang gerak kreativitas perempuan.

Kesetaraan dalam Islam secara jelas tercantum dalam surat al-Hujarat ayat 14 yang berbunyi:

“Hai manusia, sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha

7mengetahui lagi Maha Teliti.”

Bahwa Allah Swt. menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan) di bumi ini berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan berbeda warna kulit . Kesemuanya berasal dari Adam dan Hawa. Perbedaan itu agar mereka saling mengenal, bukan saling mencemooh, merendahkan atau memperlihatkan kesombongan satu sama lain. Yang membedakan manusia satu sama lain di

8mata Sang Pencipta hanyalah ketakwaannya. Maka dapat disimpulkan, bahwa diskriminasi ras dan gender tidak dibenarkan.Epilog Tidak sepantasnya kita, perempuan mempunyai rasa inferioritas yang berlebihan hanya karena sebuah tradisi dan konstruk sosial yang mengi tar i . Kesadaran akan kebutuhan pengetahuan lah yang perlu kita tanamkan. Karena pengetahuan lah kita dianggap ada dan berarti. Tidak sebatas mencari manfaat, tapi sekaligus menjadi bermanfaat, itu jauh lebih baik bukan? [_enbe]

Catatan :1 Dalam tulisan ini, penulis akan mengelaborasikan dengan kata 'pendidikan' yang dimaksudkan mewakili kata pemikiran.2 https://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme3 Nur Syam, Agama Pelacur; Dramaturgi Transedental, LKIS, Yogyakarta, cet. I, 2011, hlm. 354 Berpusat pada laki-laki. Kata ini diperkenalkan oleh Lester F. Ward dalam bukunya Pure Sosiology, terbit tahun 1903. Menurut Lester, “Teori androsentris melihat jenis kelamin laki-laki sebagai yang terpenting dan perempuan nomor dua”.5 Elli Nur Hayati, Ilmu Pengetahuan + Perempuan=..., Jurnal Perempuan no. 48, Jakarta, cet. I, 2006, hlm. 96 Berias diri, memasak, melahirkan anak.

يا أيـها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنـثى وجعلناكم شعوبا وقـبائل لتـعارفوا إن أكرمكم عند الله أتـقاكم إن الله عليم خبري

8 Abu al-Khoir Abdullah al-Syairazi al Baidlawi, Tafsir Baidlawi,

11terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Topik

7

Page 12: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

12

“Tak kenal maka tak sayang” begitulah kata

pepatah. Maka pada edisi perdana buletin

Teratai ini, rubrik apa kabar Fatayat akan

mengajak para pembaca untuk mengenal

Fatayat periode 2015-2016 lebih dekat.

Mengenal formasi stuktur kepengurusannya,

program-program baru, program yang telah

sukses dilaksanakan, hingga program-program

unggulan.

“Menjadi matahari, bersinar dan bermanfaat

untuk sekitar tanpa melupakan hak pribadi.”

Itulah pidato pertama ketua Fatayat, Sai'datul

Arnia, ketika resmi dilantik menjadi ketua

Fatayat periode 2015-2016, pada 13 November

2015 lalu. Dengan bekal visi dan misi tersebut

Fatayat pada periode tahun ini mencoba

memadukan kebutuhan Fatayat sebagai badan

otonom organisasi masyarakat terbesar di

Indonesia dan sebagai jam'iyyah sekaligus

jama'ah yang mampu mewujudkan suatu

tatanan masyarakat yang berpendidikan,

berpengetahuan dan bermoral ala Ahlu as-

Sunnah wa al-Jama'ah.

Pada periode kepengurusan Fatayat 2015-2016

yang berjargon “Fatayat Hebat” ini mencoba

memaksimalkan program-program yang sudah

ada dan memodifikasi serta menambahkan

program-program baru yang lebih segar.

Secara manajemen, Fatayat memiliki tiga devisi

yang mendukung: pertama devisi pendidikan,

kedua, devisi seni, sosial dan budaya, ketiga

devisi informasi, komunikasi dan kaderisasi.

Dengan tiga devisi ini, Fatayat berupaya untuk

memberdayakan warganya sesuai minat dan

bakat . Semisa l keg ia tan r ut inan yang

diselenggarakan devisi pendidikan yaitu kajian

kitab Al-Asybah wa An-Nadlair, diampu oleh

ustadz Nora Burhanuddin Lc. Dipl.. Kajian ini

mendapat sambutan yang sangat hangat dari

para anggota Fatayat terlebih bagi para anggota

yang mengambil jurusan syari'ah islamiyyah

d a n i n g i n m e n d a l a m i i l m u f i k i h .

Begitu pula dengan devisi-devisi lainnya,

mereka berlomba-lomba menyuguhkan

program terbaik demi mewadahi minat dan

bakat warganya. Terbukti dengan suksesnya

seminar ekonomi yang terlaksana pada 29

Februari 2016 kemarin. Seminar ini mendapat

antusias luar biasa dari para peserta, sesi tanya

jawab berlangsung sangat menarik, bahkan

melalui seminar ini akan dibentuk kajian intensif

dan masif yang rencananya akan bekerjasama

dengan salah satu lembaga kajian ekonomi

PCINU Mesir. Ibu Rahayu Winarti, S.Sos.,

M.Si., nara sumber seminar ekonomi saat itu,

tampak sangat bersemangat dan bergairah

dalam menyambut minat bakat teman-teman

Fatayat dalam kajian ilmu ekonomi ini.

Selanjutnya beberapa program unggulan yang

akan mendapat porsi perhatian lebih oleh para

pengurus pada periode ini yaitu seminar Insya'

Lughoh al-'Arabiyyah, Daurah Tahfidz li al-

Athfal, kelas intensif gitar dan shalawat.

Diharapkan dengan adanya program-program

unggulan ini, Fatayat mampu memberi manfaat

secara komprehensif dan mewarnai kancah

kegiatan masisir secara umum dan warga Fatayat

khususnya.

Walaupun memiliki otoritas penuh, Fatayat

bukanlah apa-apa tanpa bantuan dan dukungan

dari semua pihak terkhusus anggota Fatayat itu

sendiri. Karena sebuah...Selengkapnya hal. 22

Apa Kabar Fatayat

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Selangkah Lebih DekatBersama “Fatayat Hebat”

Page 13: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Kru Teratai (KT) : Selama ini pengarang buku-buku didominasi oleh laki-laki. Menurut ibu faktor apa yang menjadikan l a k i - l a k i d o m i n a n d i b a n d i n g k a n perempuan dalam hal ini ?Bu Nia (BN) : Mungkin laki-laki yang lebih banyak mengekspresikan diri melalui tulisan. Namun, saat ini di Indonesia telah lahir banyak penulis perempuan dimulai dari genre yang mudah dicerna (easy to catch) hingga genre yang memiliki pokok pembahasan berat seperti karya-karya Dewi Lestari dan Mira Widjaja yang mulai eksis di era 80-an yang sebenarnya ia adalah seorang dokter. Lambat laun, kontribusi perempuan dalam dunia kepenulisan semakin berkembang karena seseorang sudah lebih bebas berekspresi dan bebas menulis apa yang diinginkan. Seperti misalnya dulu ketika saya kuliah jurusan Hubungan Internasional di University of Melbourne, Australia, terdapat salah satu buku pegangan wajib karya seorang profesor politik perempuan yaitu Prof. Meriam Budiardjo. KT : Pengalaman Ibu ketika di Australia, apakah perempuan banyak berkontribusi dalam bidang keilmuan?BN : Karena disana saya menjalani study, saya melihat dunia keilmuannya sendiri di kampus, banyak profesor perempuan. Ada beberapa yang masih saya ingat, salah satunya adalah Prof. Robin. Beliau mengajar di kelas pascasarjana dan mengampu mata kuliah filsafat politik.

Tradisi kei lmuan di Barat sudah lama berkembang, meskipun Australia adalah negara baru karena tahun 1901 baru ada konfederasi Australia, namun tradisi keilmuan yang dibawa dari Inggris sudah berkembang disana. Jadi, banyak sekali akademisi atau profesor perempuan yang memiliki karir cemerlang. Jika nanti teman-teman baca sejarah tentang Australia, ada perdebatan antara kaum Aborigin, kaum yang lama terpinggirkan dengan kaum kulit putih pendatang dari Inggris dan Eropa. Terdapat salah satu profesor perempuan dari kaum Aborigin dan itu m e nu n j u k k a n b a h wa m e r e k a ( k a u m perempuan) maju. Sementara kaum Aborigin laki-laki, belum terlihat ada yang menjadi profesor. Kemudian ada para pendatang yang berasal dari negara-negara Asia memiliki karir yang cemerlang misalnya untuk dunia akademis. Mungkin hal itu sama juga dengan di Indonesia. Kita bisa melihat sendiri banyak perempuan berkarir di bidang akademis yang juga memiliki reputasi tinggi di berbagai bidang, dari ilmu agama sampai astronomi, filsafat dan apapun namanya itu ada di Indonesia. KT : Kita semua tahu bahwa perempuan ketika di sekolah selalu mendapat peringkat lebih unggul daripada laki-laki. Tetapi pada akhirnya yang melanjutkan di berbagai bidang keilmuan sampai pada taraf ahli dan menekuni bidangnya itu laki-laki. Kira-kira faktor apa yang menyebabkan hal itu

Perempuan dengan Pilihannya

Wawancara dengan Ibu Lauti Nia Astri Sutedja,

Ngopi

Plt. Atdik Kairo

13terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

(Ngobrol Inspiratif)

Page 14: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

14

Ngopi

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

terjadi?BN : Hemat saya, semua adalah pilihan masing-masing individu. Ada seorang perempuan telah mencapai suatu titik dimana ia merasa sudah cukup dalam bidang akademis dan memilih bergerak di bidang yang lain semisal mendidik anaknya ketika dia sudah menikah. Namun, ada juga perempuan yang telah menikah dan tetap melanjutkan karirnya bahkan menduduki posisi penting dan memiliki kedudukan yang tinggi dalam bidangnya. Namun, dewasa ini di Indonesia banyak perempuan berkeluarga dan memiliki karir yang cemerlang. Derasnya informasi yang begitu mudah diakses dan mudah mengakses saat ini, merupakan salah satu hal yang memengaruhi pilihan individu, apakah dia akan tetap berkarir atau tidak ketika telah berkeluarga.KT : Berbicara mengenai keilmuan mahasiswi Indonesia di Mesir, sejauh ini bagaimana menurut ibu mengenai lulusannya dan bagaimana kelanjutannya ketika mereka telah kembali ke tanah air? BN : Suatu ketika saya menghadiri sebuah acara yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi, di dalam acara tersebut terdapat sesi tanya jawab. Disana tampak bahwasanya pertanyaan dari mahasiswi lebih berbobot. Dan menurut informasi yang saya terima, predikat mumtaz banyak diraih oleh perempuan. Dari sini sudah jelas bahwa potensi keilmuan perempuan tidak dapat diremehkan. Mengenai kelanjutannya di tanah air kembali kepada pilihan masing-masing individu, misalnya: ingin berkarir, ingin menjadi tenaga pendidik, mendirikan sebuah pesantren, atau ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan bahkan bisa jadi madrasah terbaik bagi buah hatinya. Semua jalan terbuka.KT : Motivasi apa yang membuat ibu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi sejauh ini dan bahkan saat ini bekerja di kedutaan?BN : Berbicara mengenai cita-cita, sejak SMA

saya bercita-cita menjadi seorang diplomat. Ketika di SMA juga saya mengambil jurusan sosial, kemudian ketika kuliah saya mengambil fisipol, hubungan internasional yang merupakan cabang dari ilmu politik. Yang melandasi saya karena kesempatan untuk berkarir sebagai diplomat terbuka di Indonesia. Dahulu mungkin terbatas, namun saat ini banyak sekali perempuan yang memilih berkarier di bidang diplomat. Dunia diplomat tidak seglamor yang digambarkan di televisi, karena semakin bertambahnya waktu tuntutannya semakin besar. Bicara dari sisi sumber daya manusia, 30 tahun lalu sedikit sekali perempuan menjadi seorang diplomat. Namun saat ini sudah banyak perempuan berkecimpung di dunia diplomat tetapi dengan tantangan yang semakin kompleks. Karena adanya keterbukaan informasi, sudah mulai ada transparansi, dan permasalahan di tingkat global semakin banyak, dari masalah yang hanya didominasi oleh permasalahan politik, keamanan, gencatan senjata, dan lain sebagainya yang lebih banyak melibatkan laki-laki di dalamnya menjadi semakin luas, seperti isu feminisme, persoalan gender, tantangan lingkungan hidup, dan lain lain.KT : Menurut ibu, perempuan itu produsen atau konsumen?BN : Menurut saya keduanya. Bisa menjadi produsen dan juga bisa menjadi konsumen. Perempuan bisa menjadi produsen semisal Marie Curie, seorang fisikawan perempuan kelahiran Polandia penemu radioaktif. Perempuan juga bisa menjadi konsumen seperti ketika mereka menggunakan media sosial facebook yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg. BN : Closing statement

Terbukanya arus informasi pada masa sekarang

membuat seorang perempuan tidak terbatasi oleh

satu atau dua pilihan, karena perempuan sekarang

memil iki kebebasan yang t idak dimil iki

perempuan-perempuan sebelumnya. Tinggal

bagaimana ia mengolah pilihan dan melakukan

pemilihan untuk memilih jalan hidupnya. Maka

selamat memilih. (Shafa, Laiyana, Fathna)

(Ngobrol Inspiratif)

Page 15: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Ser ingnya k i ta berang gapan, bahwa lingkungan adalah pengaruh besar bagi masa depan seseorang. Lahir di tengah-tengah keluarga nonmuslim dan menjadi anak seorang pendeta, bukan suatu yang mustahil bagi seorang perempuan untuk kemudian menjadi cendekiawan muslimah. Seperti salah satu tokoh feminis Islam, dengan fokus pemikirannya yang progresif dalam ilmu tafsir al-Quran, yaitu Aminah Wadud Muhsin. Ia seorang mualaf yang dulunya mempunyai nama Maria teasley. Terlahir di kota Bethesda Maryland Amerika Serikat, pada tanggal 25 september 1952. Aminah berasal dari warga Amerika keturunan Afrika-Amerika (kulit h i t am) . Da l am s a l ah s a tu l i t e r a tu r menyebutkan, bahwa ayahnya seorang pendeta dan ibunya keturunan Arab, Berber d a n A f r i k a . I a m u l a i m e m b a n g u n keyakinannya pada agama Islam sejak tahun 1972, sebelum mengetahui asal-usul keturunan keluarganya. Hal ini dimulai dari ketertarikannya pada konsep keadilan dalam agama Islam, sehingga mengantarkannya pada hari dimana ia mengucapkan dua kalimat syahadat yang ia sebut dengan Thanksgiving Day.Walaupun Aminah baru masuk Islam di kisaran usia mendekati seperempat abad, namun berkat semangat dan ketekunannya dalam studi Islam, ia bisa menjadi seorang pemikir yang bisa diandalkan dedikasi keilmuannya terhadap Islam dan mampu menyalurkan ilmunya di beberapa Universitas belahan dunia. Di antaranya pernah menjadi

dosen Islamologi di Universitas Internasional, Malasyia. Saat ini, ia pun menjadi guru besar di Departemen Filsafat dan Studi Agama di Commonwealth University, Virginia Amerika. Selain Bahasa inggris, Aminah juga menguasai berbagai Bahasa. Di antaranya adalah Bahasa Arab, Turki, Spanyol dan Jerman. Ia juga sering mendapat penghormatan menjadi dosen tamu di universitas berbagai negara. Di antaranya, Divinity School, Harvard University pada tahun 1997-1998, International University Malasyia pada tahun 1990-199, American University di Kairo pada tahun 1981-1982.Sebelum berhasil menjadi pemikir dunia, Aminah mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di Malasyia. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan strata satu pada tahun 1986-1989 dan program masternya di University of Michigan, Amerika, pada tahun 1991-1993. Sementara program doktoralnya ia tempuh di Harvard University. Aminah Wadud merupakan salah satu tokoh feminis yang sangat produktif. Sejak muda, Aminah Wadud dikenal aktif di Lembaga Swadaya masyarakat yang peduli terhadap advokasi bagi pembelaan hak-hak perempuan dalam pendidikan dan berbagai masalah lainnya yang terkait dengan perempuan. Selain itu, ia juga salah satu aktivis yang memperjuangkan keadilan gender. Dari pergumulannya, ia memandang adanya sistem relasi laki-laki dan perempuan di masyarakat seringkali mencerminkan adanya bias-bias patriarki, dan sebagai implikasinya seringkali para perempuan kurang mendapatkan keadilan yang proposional.

Profil

15terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Cendekiawan Muslimah dari Negeri Barat

oleh: Ana Akhsanul Auwaliyah

Page 16: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

16

Profil

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Berangkat dari kegelisahan intelektual yang dialaminya, ia berhasil melahirkan beberapa karya yang menjadi bukti akan keistimewaan intelektualnya dalam memandang fenomena ketidakadilan di masyarakat sampai saat ini. Maka, ia mencoba merekonstruksi metodologi tentang bagaimana menafsirkan al-Quran agar menghasilkan penafsiran yang sensitif gender dan berkeadilan. Formulasi itu ia tuangkan dalam salah satu karyanya yang menjadi best seller di Amerika yang ia akui sebagai “Jihad Gender” seorang muslimah, yaitu buku Qur'an and Woman: Rereading The Sacred Text From a Woman's Perspective (Perempuan dalam al-Quran).Dalam buku itu Aminah menentukan kriteria yang pasti untuk mengevaluasi sejauh mana posisi perempuan dalam kultur muslim telah betul-betul menggambarkan maksud Islam mengenai perempuan dalam masyarakat. M e n u r u t A m i n a h , h a s i l k a j i a n n y a menunjukkan banyak sekali ayat al-Quran yang mempertegas kesamaan derajat perempuan dan laki-laki. Jika al-Quran sendiri memang secara tegas menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki tidak sederajat, maka harus dipatuhi sebagai dasar keimanan. Selain itu, tujuan riset dari buku teresebut adalah beliau berusaha untuk menghasilkan penafsiran al-Quran menjadi bermakna bagi kehidupan perempuan di era modern, serta menunjukkan kemampuan penyesuaian pandangan al-Quran terhadap persoalan dan dunia perempuan sesuai konteks modern. Dalam bukunya, Aminah mengungkapkan bahwa ia menerima al-Quran seutuhnya dan menganggap bahwa tafsirnya hanya sebagai upaya manusia untuk menjelaskan makna kandungannya sesuai dengan pengalamannya. Menurut Aminah Wadud, selama ini tidak ada suatu metode penafsiran yang benar-benar objektif, karena setiap pemahaman atau penafsiran terhadap suatu teks, sangat dipengaruhi oleh prespektif seorang penafsir yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, ia menuturkan bahwa bagi seorang penafsir, harus kembali pada prinsip-prinsip dasar dalam

al-Quran sebagai kerangka paradigmanya. Dalam pemikiran feminisnya, Aminah berpendapat bahwa tidak ada perbedaan nilai esensial yang disandang oleh pria dan perempuan, meskipun terdapat perbedaan perlakuan di antara keduanya ketika al-Quran menuturkan akan penciptaan manusia. oleh sebab itu, tidak ada indikasi bahwa perempuan memiliki lebih sedikit atau lebih banyak keterbatasan dibanding pria. Aminah dalam pernyataannya menyanggah bahwa posisi pemimpin tidak layak untuk perempuan. dengan dalil kisah ratu Bilqis, bahwa dalam al-Quran memuji perilaku politik dan agamanya. Di luar identifikasinya sebagai seorang perempuan, tidak pernah disebutkan perbedaan, pelarangan atau pengkhususan terhadapnya sebagai perempuan yang memimpin.Seorang perempuan yang independen dan mempunyai wawasan yang lebih luas, mungkin akan lebih baik dalam memimpin suatu negara, begitu juga seorang suami mungkin saja lebih sabar terhadap anak-anaknya. Pemikiran-pemikiran Aminah Wadud menuai banyak pro atau kontra dari beberapa golongan dan banyak pula tudingan simpang siur yang menghampirinya. Lebih hebohnya, ketika ia menjadi imam shalat Jumat yang makmumnya terdiri dari kalangan laki-laki dan perempuan, di Gereja Katedral, Amerika pada tahun 2005. Peristiwa tersebut, mengundang beberapa komentar ulama-ulama besar. Salah satunya dari ulama yang kini berseberangan pemikirannya dengan al-Azhar, yakni Syekh Yusuf al-Qaradhawi yang mengecam keras atas shalat Jumat versi Aminah itu, dan menyebutnya sebagai bidah munkar, karena bertentangan dengan mazhab empat.

Terlepas dari semua yang telah dituturkan di

atas, semoga secuil dari riwayat Aminah Wadud

ini, bisa semakin membangunkan semangat

keilmuan sahabat- sahabati fatayat. Mari

mengambil sisi positif dari spirit keilmuan sosok

Aminah Wadud, dan mengabaikan sisi

negatifnya!

Page 17: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Judul Film � : Agora Sutradara � : Alejandro AmenabarPemain �� : Rachel Weisz, Max Minghella, Oscar Isaac,Ashraf Barhom, Michael Lonsdale, Rupert Evans, Homayoun ErshadiTahun rilis : 2009Durasi � � : 127 Menit

Sebuah cerita tentang Hypatia, anak perempuan Theon Alexandr icus, seorang kepa la perpustakaan. Ia adalah seorang ilmuwan, ahli astronomi dan matematika, sekaligus dikenal sebagai profesor filsafat di Alexandria. Ia sangat terobsesi pada ilmu pengetahuan. Ia ingin meneruskan penelitian yang telah dilakukan Claudius Ptolemaeus, seorang ahli astronomi dan geografi yang mengajukan teori geosentris; dimana bumi adalah pusat tata surya sehingga seluruh planet, matahari dan tata surya mengelilingi bumi. Hypatia mempunyai murid bernama Orestes, yang di kemudian hari menjadi gubernur Alexandria dan Synesius, yang kemudian menjadi uskup Ptolemais/Cyrene. Dalam film ini diceritakan tokoh lainnya bernama Davus. Peran Davus lebih sebagai sebagai sosok yang menggambarkan kehidupan umat Kristen pada m a s a n y a . S a j i a n g a m b a r v i s u a l i s a s i perpustakaan dan diskusi ilmiah tentang filsafat, astronomi dan matematika dikemas sedemikian bagus. Pada abad (di setting film) ini, hidup 3 golongan ag ama : Kr i s t en , Yahud i Dan Pag an . Kekristenan pada masa ini menunjukkan arogansinya, merendahkan ajaran lain, dan menganggap ajarannya paling benar. Di sini,

kita menyaksikan beberapa ajaran Kristen dibelokkan oleh umatnya sendiri dengan mereduksi ayat-ayat al-Kitab untuk ambisi pribadi. Digambarkan umat Kristen sangat kejam terhadap penganut agama lainnya. Kaum Pagan yang diketuai Olympus tidak terima dengan penghinaan orang Kristen, mereka melakukan perlawanan atas restu Theon (Ayah Hypatia). Namun, mereka kalah dan akhirnya bertahan di perpustakaan. Kejadian ini membuat gubernur Alexandria membacakan keputusan terkait Pagan vs Kristen, yaitu mengampuni kalangan Pagan yang terlibat, akan tetapi mereka harus meninggalkan perpustakaan. Selanjutnya, perpustakaan diserahkan kepada kaum Kristen.H y p a t i a d a n mu r i d - mu r i d n y a s i b u k menyelamatkan literatur-literatur berharga dari perpustakaan, sementara Davus dihadapkan pada pilihan bergabung dengan kelompok Kristen atau melayani majikannya. Kaum Kristen yang menguasai perpustakaan membakar semua buku yang tersisa. Selanjutnya Hypatia membebaskan Davus dari statusnya sebagai budak dan Davus kemudian bergabung dalam kelompok Parabolani (kelompok Kristen yang melayani orang-orang miskin dan berani mati untuk kristus) yang dipimpin Ammonius.

Filosofi Hypatiaoleh: Halimatus Sa’diyah

Resensi

17terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 18: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Tokoh lainnya lagi bernama Cyril, yang menyatakan dirinya sebagai uskup. Di bawah kepemimpinanya, kelompok Kristen mampu mempengaruhi kalangan pemerintahan. Kemudian berlaku sebuah keputusan di Alexandria, bahwa segala bentuk paganisme dilarang, hanya ada dua agama yang berlaku: Kristen dan Yahudi. Di kemudian hari, kedua kelompok in i bersa ing menonjolkan keunggulan masing-masing dan menimbulkan kerusuhan di kota. Selama Orestes menjabat sebagai gubernur Alexandria, Hypatia menjadi satu-satunya perempuan yang bicara di hadapan parlemen. Keterlibatannya dalam pemerintahan lebih didasarkan atas rasa kemanusiaan, tanpa memedulikan keyakinan manapun. Menyikapi kerusuhan yang terjadi antara Yahudi dan Kristen, Hypatia mengutuk tindakan Cyril yang memerintahkan kaum Kristen untuk membunuh kaum Yahudi dan meminta Orestes untuk menangkapnya. Orestes menetapkan keputusan untuk mengeluarkan orang-orang Yahudi dari Alexandria. Kritikan yang dilakukan Hypatia kepada sang uskup Cyril di ruang senat telah membahayakan keselamatannya. Sementara itu, Hypatia terus mengajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan, terlebih tentang pusat tata surya. Di sinilah Hypatia dilanda kebimbangan, apakah bumi itu bulat? Jika bulat, bagaimana mereka yang tinggal di bagian bawah? Hypatia belum menemukan teori untuk menjawabnya. Dan benarkah bumi adalah pusat tata surya? Untuk yang ini, Hypatia meragukannya. Dia terus melakukan pengembangan dan penelitian, hingga sebelum penjatuhan hukuman gereja atas dirinya, dia merumuskan bahwa bumi berbentuk elips.Yang menarik adalah, dalam penelitianya, Hypatia sering mengajak budaknya, Aspasius untuk bertukar pikiran.Dalam suatu pertemuan saat kebaktian minggu, Cyril menjabarkan ayat-ayat al-Kitab untuk melawan Hypatia. Cyril menuduh Hypatia adalah pengajar sesat dan seorang munafik. Diambil dari 1 Timotius 2; 8-15,

terutama ayat 12: “Aku tidak mengizinkan pe r empuan meng a j a r d an j ug a t i d ak mengijinkanya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.” Cyril menafsirkan ayat-ayat al-Kitab untuk ambisi pribadi. Orestes merasa khotbah Cyril juga ditujukan untuknya, sebab dialah yang menempatkan Hypatia dalam pemerintahannya. Orestes dan Synesius berusaha menyelamatkan Hypatia dengan membujuknya untuk berganti iman. Hypatia tetap teguh pada pendiriannya. Dia seorang yang hanya percaya pada filosofi yang artinya, dia tidak memilih Kristen atau Yahudi sebagai agamanya. Orestes tidak mampu berbuat di luar urusan kenegaraan. Situasi ini membawa Hypatia pada hukuman yang dijatuhkan gereja atas dirinya. Parabolani segera menyiapkan eksekusi untuk Hypatia. Davus yang masih mencintai sang majikan putrinya berusaha mencari Hypatia untuk memperingatkannya. Namun terlambat, karena Parabolani lebih dahulu menangkap dan membawa Hypatia ke tempat eksekusi. Davus segera bergabung dengan Parabolani yang mempersiapkan hukuman rajam bagi wanita yang mereka anggap kafir. Davus terpaksa membunuh Hypatia sebelum Parabolani merajamnya. Ia tak ingin Hypatia merasakan pedihnya kematian karena penyiksaan rajam. Setelah Hypatia meninggal terkulai lemas Davus mengatakan pada Parabolani bahwa ia hanya pingsan. Kemudian mereka melaksanakan hukuman rajam pada tubuh Hypatia.

Kekurangan film ini, mungkin pada penokohan

Cyril yang sangat kejam dalam memerintah,

hingga terkesan hiperbolis dan tergesa-gesa,

demi mempercepat penyelesaian akhir konflik

dari kisah ini. Tapi bagaimanapun, film yang

mencakup sejarah, romansa, filsafat, keyakinan

dan kecintaan seorang perempuan akan ilmu

pengetahuan ini telah dikemas sedemikian bagus

dan sayang untuk dilewatkan.

Resensi

18 terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 19: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Kesibukan pagi itu mewarnai seluruh sudut mata memandang. Matahari menunjukkan ketangguhannya dengan panas yang menyeng a t , padaha l wak tu mas ih menunjukkan pukul 07. 00 CLT. Ya, Bandara Internasional Kairo, tempat ia berdiri sekarang. Bersama teman-temannya, ia mendorong trolly bersisi ransel, koper, juga tas-tas kecil. Berjalan menuju pintu keluar sambil meregangkan otot, pegal berada di atas awan selama 12 jam. Dengan heran serta kepanasan, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari orang yang hendak menjemputnya. Sambil terus berjalan di antara ratusan orang yang berjalan dengan cepat, ia bergumam, “Hmm, seperti di luar negeri beneran,” batinnya. Toleh kanan dan k ir i r upanya tak membuahkan hasil, hingga ketika ia tiba di pintu keluar yang bener-bener pintu keluar (karena banyak pintu), ia melihat sosok itu. Sontak ketika melihat sekelompok teman, ia melambaikan tangannya, mengisyaratkan ke b e r a d a a n n y a . D e n g a n c e p a t i a mendorong trolly-nya karena penuh dengan para penjemput pula. Deg, ada sesuatu yang berdebar dalam hatinya. Seutas senyum salah seorang di an ta ra mereka menyambutnya . I a melihatnya hingga tak sadar trolly itu telah berpindah ke tangannya, mendorong, menggantikannya. “Ayo ayo, masuk. Ini

mobilnya. Ayo masuk,” ucap seorang senior kepada mereka. Berhubung macet dan panas, tak betah berlama-lama di bawah sengatan mentari.Ah, bahagianya kumelihatmu, pikirnya. Namun ternyata, inilah mimpi indahnya di malam terakhir ia berkirim pesan dengan Habib, kekasihnya. Setahun yang lalu, di kesunyian malam sebuah desa pinggiran..“..terus bagaimana kisahmu dulu kok bisa sampai di pondok?” tanya Habib, teman seangkatan Mayza sewaktu di Pondok Pesantren al-Miftah, Sidosari. Malam itu ialah malam bulan Ramadhan, semua santri pulang karena libur telah tiba. Ia berdiri berbalas pesan di halaman rumahnya, setelah shalat Tarawih. Alunan merdu murattal al-Quran menyapu langit malam, ditemani suara jangkrik, berselimut bintang yang bertaburan, membuat kesunyian indah dalam hati Mayza. Seulas senyum terlihat menghiasi wajahnya, ada rasa yang tak biasa rupanya. Malam semakin larut, ia akhiri cerita dengan teman lelakinya, Habib. Dengan senyum puas ia memeluk handphone itu, ia mendekap ke dadanya dan beralih masuk ke r umahnya . T idu r. Da l am s enyum terindahnya, ia pun terlelap. Habib ialah seorang santri di Pondok Pesantren al-Miftah Sidosari. Ia terkenal cerdas, santun, banyak yang segan kepadanya, bahkan

Sastra

19terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Ketulusan Tak akan Merayu

oleh: Hamidatul Hasanah

Takdir Yang Maha Kuasa

Page 20: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

hingga guru sekalipun. Ia anak yang berkecukupan, orang tuanya sangat religius dan taat beragama. Lingkungan pesantren sejak kecil mengantarkannya menjadi pribadi salih, paham tata krama, dan mengerti agama lebih dalam dari teman sebayanya. Ia tampan, lisannya sangat fasih dan selalu menundukkan pandangan terhadap lawan jenisnya. Tak akan ada asap jika tak ada api. Allah membentangkan jalan yang sedemikian hingga keduanya bertemu, Habib dan Mayza. Keduanya bertemu dalam bingkai ilmu, tapi entah apa yang ada di depan sana, mereka berdua tak tahu. Mayza, sosok yang pintar, ia mampu membaca sifat seseorang dengan hanya melihat fisik, santun dan kelembutan tuturnya membuat banyak orang kagum padanya. Lingkungan masa kecilnya tak jauh berbeda dengan Habib. Berbagai kesamaan antara mereka berdua ternyata menumbuhkan suatu prasangka. Dengan prasangka inilah mereka semangat melanjutkan perjalanan hidupnya. Waktu ber ja lan , h ing ga t iba lah d i penghujung masa abu-abu mereka. Kemarin ialah haflah perpisahan bagi kelas XII madrasah Aliyah di pesantren itu. Dan selama tiga tahun itu cukup bagi Habib untuk tau mengenai Mayza; prestasi, karir pesantrennya, bahkan sekilas tentang keluarganya. Inilah yang menarik hati Habib hingga ia jatuh dalam lembah cinta, semakin menguatkan prasangka yang sejak dulu hadir dari kisah keduanya. “Kamu mau lanjut kemana?” tanya Habib pada Mayza. Malam hari setelah mengaji merupakan waktu mereka berdua bertukar cerita. Sesekali aja sih, hanya entah mengapa itu waktu yang mereka tunggu, Mayza khususnya. Akhir tahun mereka di madrasah Aliyah membuat mereka dekat, keduanya kenal baik satu sama lain. Dalam

satu kalimat, bagaimana mungkin Habib mau berkirim pesan dengan santriwati (sementara dirinya salih) jika tak ada apa-apa? Meski secara apapun, hal ini tidak dibenarkan menurut kita, kalangan santri .

“Aku pengen ke UGM, Bib. Doakan, ya!” Balas Mayza dengan senyum yang terus hadir setiap kali mereka berkirim pesan. Mereka satu madrasah tetapi beda jurusan. Mayza di program Ilmu Alam, sedangkan Habib di program keagamaan. “Insya Allah, semoga tercapai cita-citamu, Za.” Habib berharap dalam hatinya. Dengan berat, ada r e s a h d a l a m d a d a n y a . I a i n g i n mengungkapkan isi hatinya, namun lidahnya kelu. Takut. Banyak hal yang ia khawatirkan; entah ditolak, juga belum saatnya bagi mereka berdua untuk membahas hal 'itu'.Malam-malam di pesantren mereka lalui seperti itu. Tanpa sepengetahuan lisan mereka, hati telah bertepuk kedua tangan, mengiyakan apa yang tak sempat dikatakan oleh lisan. Merasakan tanpa ada kata pengantar. Memahami tanpa kalimat, namun diam-diam menyimpan cinta yang kuat. Hati telah sepakat, padahal lisan belum sempat mengucap. Tibalah di suatu malam yang menjadi momen terindah bagi mereka. Meski mereka santri, iya paham, mereka s a n t r i . N a mu n , s i a p a y a n g k u a s a mengingkari isi hati? Bahkan santri teladan seperti mereka pun tertunduk lemah tak kuasa ketika cinta menyapa. Esok lusa Habib akan bertolak ke Kairo, menimba ilmu di sana. Dari ratusan santri, hanya Habib seorang yang berangkat ke Mesir. “Bib, kok aku nggak dikasih souvenir kayak mereka?” tanya Mayza sambil tertawa, iseng. Tak mungkin Habib memberikan souvenir, karena itu khusus untuk kelas keagamaan, sedangkan Mayza kelas Ilmu Alam. Akan ada yang curiga jika Habib

Sastra

20 terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 21: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Sastramemberikan souvenir itu. Namun, tak disangka Habib mau memberi salah satu souvenir itu kepadanya. “Gimana kalau tak kasihin sekarang?” tanya Habib lewat Whatsapp. Sepuluh menit kemudian..“Eh iya maaf, aku baru selesai ngaji, di mana?Satu menit kemudian..“Iya, tak apa. di samping ndalem gimana? Kalau iya, aku tak turun sekarang.”“Okeee. Yaaa, tak turun.” Ada rasa bahagia campur malu dalam benak Mayza. Ia akan menemui santri putra, bagaimana jika yang lain tahu? Tapi, niatnya hanya menerima souvenir dari Habib, kemudian langsung ke kamar membulatkan tekad untuk turun menemui Habib di samping ndalem. Mayza membuka pintu sedikit, hanya muat untuk satu badan. Habib terlihat menuju ke arahnya lantas memberikan bingkisan itu. “O iyya, ini, aku ju jugg juga ada sesuatu, semoga manfaat. ” Mayza terbata, grogi mengucapkannya. Sambil menerima bingkisan itu, Habib berkata, “o ho, iya, makasih. Maaf, cuma bisa kasih yang ini.” Senyum kikuk Habib mengisyaratkan semuanya.Keduanya bertolak. Mayza sungguh bahagia malam itu. Ia mendapatkan sesuatu dari pujaan hatinya selama ini. Dan entah apa yang dirasakan Habib, namun Mayza yakin ada sesuatu pula dalam hati Habib terhadap dirinya. Sebulan sudah Habib berada di Kairo. Setelah mengumpulkan semua keberanian yang ada dan perkiraan resikonya, akhirnya i a mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada Mayza. Whatsapp pun menjadi saksi perasaan dua insan itu, beda benua namun dalam naungan langit yang sama. “Sebenernya udah lama, Za, tapi aku takut. Waktu itu nggak mungkin aku bilang

ke kamu. Maaf, baru kali ini, tapi yakinlah ini sudah aku pikirkan dengan matang. Aku siap dengan semua resikonya.” Pesan terbaca, namun belum ada balasan dari Mayza. “Bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Apakah selama ini juga sama denganku?”Pesan terkirim. Mayza masih tak habis pikir Habib akan melakukan hal seperti ini. Ia sempat berpikir Habib tidak dalam keadaan sadar, ia hanya sedang dikuasai rasa cinta hingga membuatnya lupa siapa dirinya. Namun, kesungguhan nada pesan Habib pun membuatnya terlena akan akibat yag ditimbulkan dari satu kata itu, cinta. “Sama, Bib,” hanya itu yang ia sampaikan. Tak ada satu kata pun yang dapat mewakili perasaannya. Mayza juga mencintai Habib. Sangat mencintainya. Sejak awal mula kelas X, Mayza menyimpan rasa itu hanya pada Habib. Dan tibalah saatnya bagi mereka untuk mengetahui satu sama lain. Habib sangat bahagia mendengar jawaban Mayza. Sejak saat itu, mereka selalu berkirim pesan walau saat Habib sedang ujian. “Salaam, Za?” tanya Habib.“Salaam. Iyaa, Bib. Ada apa? Kok belum tidur?” selisih waktu lima jam antara keduanya. Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB di Indonesia, yang berarti pukul 01.00 CLT di Kairo, Mesir. “Besok imtihan, Za. Ini lagi ngeringkes, ” jawab Habib terkekeh. “Kurang semangat jhe,” tambahnya.“Oo, gitu. Lhaa, kok bisa. Semangat tho, Biib. Ayo ayo, semangat, biar mumtaz!“Aku temenin dari sini wes, semangat ya! “ tambahnya menggunakan emotikon kedip mata.“Yups! Sekarang sudah semangat ini. Lagi apa kamu, Za?” “Lagi sama kamu, Bib.” Sambil tersenyum ia mengirimkan...Selengkapnya hal. 22

21terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 22: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Continued(Sambungan halaman 12, Selangkah Lebih Dekat Bersama “Fatayat Hebat”)bangunan tidak akan berdiri kokoh jika pilar-pilarnya tidak saling menopang dan menguatkan

bukan? Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan badan ini ialah sering mengadakan kegiatan

yang berbentuk kerjasama, baik dengan keputrian nusantara, maupun afiliatif lain sehingga ikatan

dan jalinan silaturrahmi antar keputrian dan afiliatif semakin harmonis.

Sama halnya dengan silaturahmi yang telah dirajut dengan keputrian yang ada di masisir, pun

Fatayat yang merupakan bagian dari Fatayat Pusat yang dipimpin oleh ibu Anggia Ermarini,

M.KM. (Master Kesehatan Masyarakat) telah meminta surat keputusan pelantikan PCI Fatayat

Masir masa bakti 2015-2016 M. Sehingga, kedepannya koordinasi antara pusat dengan cabang

yang berada di Mesir ini (PCI Fatayat Nu Mesir) lebih erat dan mesra. (BPH Fatayat)

(Sambungan halaman 19, )Ketulusan Tak akan Merayu Takdir Yang Maha Kuasapesan itu. Senyumnya bernada tulus, seolah sudah pasti mereka akan terus seperti itu sampai ke jenjang pernikahan. Mayza merasa sangat beruntung bisa mendapatkan kasih sayang Habib. Keduanya sudah saling serius. Banyak rencana yang sudah diagendakan; seperti fokus untuk studi masing-masing dulu; Mayza di Jogja sedang Habib di Kairo, kemudian pulang dengan doktoralnya, ia akan hidup bersama Mayza. Membangun rumah bersama, membina anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang, dan lain sebagainya. Malam-malam mereka berakhir dengan ucapan selamat malam dan selamat tidur masing-masing. “Za, kamu sehat kan? Bulan depan aku munaqosyah, Za, setelah itu aku pulang dan kita akan menikah. Teruslah sehat, Za. Tunggu aku pulang!” Pesan itu terkirim. Namun sayang, hingga Habib pulang ke tanah air, pesan itu tak kunjung terbalas, terakhir dilihat pada sebulan yang lalu, 09 Desember 2014. Ternyata Mayza kecelakaan saat pulang dari kampus menuju pesantren. Pembuluh darah di kepalanya pecah dan juga mengalami pendarahan hebat. Sebuah truk kontainer melaju kencang saat berbelok di pertigaan dekat dengan pesantren. Tanpa menyalakan lampu sein, sopir truk melaju kecang dan menabrak Mayza dari arah yang berlawanan. Mayza dalam posisi tak siap, meski ia pelan, terpental jauh membentur tembok jalan dan jatuh di trotoar, remuklah sudah sepeda motornya. Sama remuknya dengan hati Habib saat mendengar kabar tersebut dari sahabatnya. Mayza menghembuskan napas terakhirnya saat dibawa menuju rumah sakit terdekat.

22 terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 23: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Ensiklopedis

Kemerduan suaranya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Arab. Bahkan, hingga di negara-negara non Arab yang mayoritas penduduknya muslim, seperti Indonesia. Suara emas yang ia miliki, mampu memproduksi getaran suara sekitar 14.000 getaran per detik dengan pita suaranya. Kekuatan vokal disertai dengan keunikan, serta kelembutan dan juga keindahan yang sangat memukau, membuat ia tidak tertandingi sepanjang masa. Kekuatan vokalnya mencapai 8 oktaf ke bawah dan 8 oktaf ke nada tinggi, kadang bisa lebih. Bahkan, kekuatan mikrofon yang digunakan sering kali tidak mampu menahan getaran suaranya, sehingga ia harus berdiri dengan jarak 1-3 meter. Dialah Sang Bintang Timur, Ummi Kultsum. Lagu-lagunya dengan durasi berjam-jam mampu membuat pendengarnya tak beranjak dari duduknya, terbius.Karir Sang Diva tidak dicapai dengan mudah. Ia bukanlah penyanyi yang mendadak tenar atau tiba-tiba menjadi besar. Ia lahir di antara tanggal 31 Desember 1898-31 Desember 1904 (belum diketahui dengan pasti) di Tamay el-Zahayra, Provinsi Dakhalia, Mesir. Berawal dari menyanyi di pesta-pesta desa, lantas banyak orang menyukainya. Hingga ia akhirnya hijrah ke Kairo, awal tahun 1920 untuk memulai karirnya. Pada waktu itu, Mesir terkenal sebagai salah satu pusat peradaban Arab di Lembah Nil yang beribu kota Kairo. Banyak orang dari negeri-negeri muslim atau yang penduduknya mayoritas Islam datang ke Kairo untuk belajar di Universitas al-Azhar atau Universitas Kairo. Di Kairo, banyak ahli agama, filsafat, politik, dan pejuang arab. Ummi Kultsum datang ke Kairo untuk meniti karir yang mana pada saat itu tidak sedikit penyanyi mesir terkenal. Maka, Ummi Kultsum muda itu harus bersaing dengan bintang-bintang yang sudah lama bersinar terang.Dalam membawakan lagunya, Ummi Kultsum m e m p u n y a i c i r i k h a s t e r s e n d i r i . I a

membawakan lagu-lagu klasik Arab dengan mengenakan gaun panjang menyentuh lantai, dengan warna mencolok dan sapu tangan sutra di tangannya. Kadang, sapu tangannya itu digerak-gerakkan mengikuti alunan lagunya yang mampu membius penonton. Lagu-lagunya bercitarasa seni tinggi dan liriknya mengandung nilai sastrawi. Dari 280 lagunya, sebagian besar bertemakan cinta, religi, dan nasionalisme. Saking mempesonanya Ummi Kultsum, beberapa presiden negara tetangga datang dengan menggunakan pesawat pribadi hanya untuk menonton live show Ummi Kultsum.Ada sebuah penyataan klasik, “Orang Arab akan berbeda pendapat dalam segala hal, tapi tidak dalam satu hal, Ummi Kultsum” telah menjadi aksioma dalam Tanah Arab. Lihat saja sejarah, betapa orang-orang Arab beserta para pemimpinnya berbeda pendapat dalam menghadapi Israel dan AS. Mereka tidak satu suara dalam soal Palestina. Belum lagi perang dingin antara Sunni-Syi'ah yang masih nampak hingga saat ini. Tetapi, dalam soal Ummi Kultsum mereka satu suara, belum ada yang bisa menandingi Sang Bintang Timur ini.Ummi Kultsum dengan lagu-lagunya mampu mempersatukan Arab. Bayangkan saja, peperangan antara Israel dan Palestina yang kita tidak tahu kapan akan berakhir bisa tunduk dan merasakan ketentraman di dalam hati, hanya karena sebuah lagu perdamaian yang diciptakan oleh salah satu seniman Israel dan satu lagi dari Palestina. Para raja Mesir yang sedang dilanda konflik besar terhipnotis duduk manis berdampingan seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Dialah Sang Bintang Timur, penyayi Islam legendaris, Ummi Kultsum yang wafat pada tanggal 3 Februari 1975. Hingga saat ini, makamnya yang berada di area pemakaman al-Khalifa atau dikenal dengan City of The Dead tak pernah sepi pengunjung. Karya-karyanya diabadikan dalam museum Ummi Kultsum, satu area dengan Nilometer di Jalan al-Malik al-Saleh, Manial, Kairo.

Sang Bintang Timuroleh: Wardatul Humairo’

23terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan SilaturrahmiEdisi I, Maret 2016

Page 24: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?

Addres: 72/02 Swessry B Tenth District Nasr City Cairo Egypt 11528Phone: +202-24705851|E-Mail: [email protected]

Facebook: Pci Fatayat NU Mesir

terataiterataiB u l e t i n

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Page 25: Teratai Edisi I_Perempuan; Produsen atau Konsumen?