Terapi Komplementer

29
Keterlibatan Perawat Dalam Pemberian Terapi Komplementer Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Professional di Semester III Disusun oleh : Kelompok 7 Diana Nurfahmi Rahma J Fiera Riandini Habibah Apriliani Nisvia Wardani Siti Maria Ulfah Tingkat 2B POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

description

terpai komplementer

Transcript of Terapi Komplementer

Page 1: Terapi Komplementer

Keterlibatan Perawat Dalam Pemberian Terapi Komplementer

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Professional di Semester III

Disusun oleh : Kelompok 7

Diana Nurfahmi Rahma J

Fiera Riandini

Habibah Apriliani

Nisvia Wardani

Siti Maria Ulfah

Tingkat 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

Jalan Dr. Otten No 32

Page 2: Terapi Komplementer

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya maka

penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Keterlibatan Perawat

Dalam Pemberian Terapi Komplementer” sebagai salah satu tugas dan persyaratan untuk

Mata Kuliah Keperawatan Profesional di Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun merasakan masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan

yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penyusun

menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing Hj. Sri Kusmiati, Dra, SKp, Mkes.

Akhir kata, penyusun berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang

setimpal pada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini

sebagai ibadah, Amin.

Bandung, November 2014

Penyusun

Page 3: Terapi Komplementer

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................3

2.1 Fungsi Perawat..................................................................................3

2.2 Terapi Komplementer........................................................................5

2.2.1 Pengertian Terapi Komplementer.............................................5

2.2.2 Tujuan Terapi Komplementer...................................................5

2.2.3 Jenis-Jenis Terapi Komplementer.............................................6

2.2.4 Obat-Obat Terapi Komplementer.............................................6

2.2.5 Aspek Legal Terapi Komplementer..........................................6

2.2.6 Kendala Terapi Komplementer.................................................7

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................8

3.1 Keterlibatan Perawat dalam Pelaksanaan Terapi Komplementer......8

BAB IV PENUTUP...............................................................................13

4.1 Kesimpulan......................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................14

Page 4: Terapi Komplementer

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat

menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan

tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi

memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya

terapi komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger,

Leininger, dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level

pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.

Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam

pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,

2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif

dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data

lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di

Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998

dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah

satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya

harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan

lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan

dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien

melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima

menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan

masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya

tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter

ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi

alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan

pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan

Page 5: Terapi Komplementer

berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk

berperan memberikan terapi komplementer.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk memahami bagaimana keterlibatan perawat dalam pemberian terapi

komplementer.

1.3 Manfaat Penulisan

Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber literature pembelajaran bagi

pembaca.

Page 6: Terapi Komplementer

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Perawat

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan

perannya, fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Ruang

lingkup dan fungsi keperawatan semakin berkembang dengan fokus manusia

tetap sebagai senral pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan yang menyeluruh

dan utuh, dilandasi tentang keyakinan tentang manusia sebagai makhluk bio-

psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh.

Ilmu keperawatan memfokuskan pada fenomena khusus dengan

menggunakan cara khusus dalam memberi landasan teoretik dan fenomena

keperawatan yang teridentifikasi. Dengan denikian, perawat bertanggung jawab

dan bertanggung gugat terhadap hal-hal yang dilakukan dalam praktik

keperawatan. Dalam hal ini praktik keperawatan harus berlandaskan prinsip

ilmiah dan kemanusiaan serta berilmu pengetahuan dan terampil melaksanakan

pelayanan keperawatan dan bersedia dievaluasi. Inilah ciri-ciri yang

menunjukkan profesionalisme perawat yang sangat vital bagi pelaksanaan

fungsi keperawatan mandiri, ketergantungan, dan kolaboratif (Kozier, 1991

dalam Kusnanto, 2004)

Pengertian fungsi keperawatan mandiri, ketergantungan, dan kolaboratif

kerap dipergunakan untuk menggambarka, suatu tindakan keperawatan atau

strategi keperawatan yang diperankan oleh perawat.

a. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Mandiri

Tindakan keperawatan mandiri (independen) adalah aktivitas keperawatan

yang dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri dengan dasar pengetahuan

dan keterampilannya, Mundinger (1985) menyebutnya sebagai “autonomous

nursing practice to independent nursing”. Ia menuliskan bahwa mengenai

mengapa, kapan dan bagaimana posisi seta kondisi klien, dan melakukan suatu

tindakan dengan keterampilan penuh adalah fungsi terapi “autonomous”.

Page 7: Terapi Komplementer

Dalam hal ini perawat menentukan bahwa klien membutuhkan intervensi

keperawatan yang pasti, salah satunya adalah membantu memecahkan masalah

yang dihadapi atau mendelegasikan anggota keperawatan yang lain dan

bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya (akuntabilitas). Contoh dari

tindakan keperawatan madiri adalah seorang perawat merencanakan dan

mempersiapkan perawatan khusus pada mulut klien setelah mengkaji keadaan

mulutnya. (Kusnanto, 2004)

b. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Ketergantungan

Tindakan keperawatan ketergantungan (dependen) adalah aktivitas

keperawatan yang dilaksanakan atas instruksi dokter atau di bawah pengawasan

dokter dalam melaksanakan tindakan rutin yang spesifik. Contoh dari tindakan

fungsi ketergantungan adalah dalam memberikan injeksi antibiotic. Aktivitas

ketergantungan dalam praktik keperawatan dilaksanakan sehubungan dengan

penyakit klien dan hal ini sangat penting untuk mengurangi keluhan yang

diderita klien. (Kusnanto, 2004)

c. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaboratif (interdependen) adalah aktivitas yang

dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim kesehatan lain.

Tindakan kolaboratif terkadang menimbulkan adanya tumpang tindih

pertanggungjawaban di antara personal kesehatan dan hubungan langsung

kolega antar-profesi kesehatan. Sebagai contoh, perawat dan ahli terapi

pernapasan bersama-sama membuat jadwal latihan bernapas pada seorang klien.

Seorang ahli terapi pada awalnya mengajrkan latihan pada klien, dan perawat

menguatkan pemahaman dan membantu klien pada saat diterapi tidak ada.

American Nurses Association (Kozier, 1991) menggambarkan bahwa

kolaboratif merupakan “kerja sama sejati”, di dalamnya terdapat kesamaan

kekuatan dan nilai-nilai dari kedua belah pihak, dengan pengakuan dan

penerimaan terpisah serta kombinasi dari lingkup aktivitas dan

pertanggungjawaban bersama-sama, saling melindungi kepentingan setiap

bagian dan bersama-sama mencapai tujuan yang telah disepakati oleh setiap

bagian.

Page 8: Terapi Komplementer

Untuk melaksanakan praktik keperawatan kolaboratif secara efektif,

perawat harus mempunyai kemampuan klinis, mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang memadai dan rasa pertanggungjawaban yang tinggi dalam

setiap tindakan. (Kusnanto, 2004)

2.2 Terapi Komplementer

2.2.1 Pengertian Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan usaha

untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,

perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat

menyempurnakan.

Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan

komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari

negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang merupakan produk Indonesia 

dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di negara Singapura. Di

Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari

zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu

negara.

Terapi Komplementer  adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis

konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis

yang konvensional. (Andriana, dana; 2013)

2.2.2 Tujuan Terapi Komplementer

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –

sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat

menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya

mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita

mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang

baik lengkap serta perawatan yang tepat. (Exka Saputra, 2013)

Page 9: Terapi Komplementer

2.2.3 Jenis – Jenis Terapi Komplementer

Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan

Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,

meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga

2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati,

homeopati, aromaterapi, ayurveda

3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu

osteopati, pijat urut

4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah

5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient,

mikro nutrient

6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EECP

2.2.4 Obat – Obat Terapi Komplementer

1. Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti jamu – jamuan,

rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya);

2. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu

mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang

diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan. (Exka Saputra,

2013)

2.2.5 Aspek Legal Terapi Komplementer

1. Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

a. Pasal 1 butir 16, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan

atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman

dan keterampilan turun – temurun secara empiris yang dapat

dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku di masyarakat;

b. Pasal 48 tentang pelayanan kesehatan tradisional;

Page 10: Terapi Komplementer

c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang pelayanan kesehatan tradisonal.

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang

pengobatan tradisional;

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang

standar pelayanan hiperbarik;

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang

penyelenggaraan pengobatan komplementer – alternatif di fasilitas

pelayanan kesehatan;

5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.

HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode

pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas

pelayanan kesehatan.

2.2.6 Kendala Terapi Komplementer

1. Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan;

2. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan bimbingan;

3. Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk pelayanan kesehatan

komplementer;

4. Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan

komplementer;

5. Terapi komplementer belum menjadi program prioritas dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan. (Anira dalam wordpress.com)

Page 11: Terapi Komplementer

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keterlibatan Perawat dalam Pelaksanaan Terapi Komplementer

Terapi komplementer dapat di aplikasikan oleh perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan bagi klien, keluarga dan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia yang mengacu pada hirarki Maslow.

1. Tingkatan Hirarki Maslow yang paling mendasar adalah pemenuhan kebutuhan

fisiologis diantaranya :

a Nutrisi : dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien, perawat dapat

mengaplikasikan terapi komplementer jenis diet mikro nutrient dan makro

nutrient. Tujuannya yaitu untuk memenuhi nutrisi yang baik dan tepat sesuai

dengan indikasi klien dan juga untuk memepercepat proses penyembuhan bagi

klien. Perawat dalam memberikan terapi diet ini dilaksanakan dengan fungsi

keperawatan kolaboratif yaitu dengan berkolaborasi dengan ahli gizi.

b Oksigen : dalam memenuhi kebutuhan oksigen bagi klien, terapi komplementer

yang dapat perawat terapkan adalah jenis terapi ozon, terapi ozon ini sangat

jarang digunakan di Rumah sakit namun biasanya dilakukan di klinik tertentu

Page 12: Terapi Komplementer

yang menyediakan alat tersebut . Selain terapi ozon, adapun terapi lain yang

berguna dalam memenuhi kebutuhan oksigen yaitu terapi hiperbarik. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008, pelayanan

hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang dilaksanakan

disarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan Ruang Udara Bertekanan

Tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (Oksigen 100%)

pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu. Terapi ini

dapat digunakan untuk klien yang mengalami penyakit dekompresi, emboli

udara, luka bakar, crush injury, keracunan gas karbon monoksida.

Dalam melaksanakan fungsinya, perawat dapat melakukan pemberian terapi

ozon dan hiperbarik dengan berkolaborasi dengan dokter dan teknisi RUBT,

namun dengan syarat perawat sebelumnya harus mengikuti pelatihan atau

pendidikan formal hiperbarik agar memiliki kewenangan untuk melakukan

terapi tersebut.

2. Tingkatan hirarki Maslow selanjutnya adalah pemenuhan kebutuhan rasa aman

dan nyaman.

a. Jamu dan obat herbal

Dalam pemenuhan rasa aman dan nyaman, jenis terapi komplementer

yang digunakan dan dilakukan oleh perawat adalah terapi pemberian jamu dan

obat herbal terhadap klien. Tujuan dari diberikannya jamu tersebut sebagai

khasiat kesehatan dan kehangatan tubuh. Dan fungsi dari obat herbal sebagai

pemberi aroma, perasa, atau untuk pengobatan.

Tindakan pemberian jamu dan herbal dapat di lakukan oleh perawat

secara mandiri, instruksi ataupun berkolaborasi dengan tenaga kesehantan lain

farmasi, ataupun dokter. Perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan

kepada klien mengenai obat-obat herbal yang dapat digunakan atau dibuat

sendiri di rumah. Misalnya saja penggunaan daun sirih, jeruk nipis dan kecap

sebagai obat batuk alami.

Page 13: Terapi Komplementer

b. Hipnoterapi, meditasi, yoga, spiritual dan doa

Hipnoterapi, meditasi, yoga, spiritual dan doa dapat diterapkan dalam

asuhan keperawatan untuk klien dalam kondisi nyeri, cemas, dan stress.

Hipnoterapi adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk

melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka

secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar,

sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti

penyembuhan yang diberikan mengunakan relaksasi nafas dalam dan distraksi.

Penyembuhan spiritual (doa) adalah berbagai teknik yang digunakan

dalam budaya menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta, atau empati

dengan target doa. Penyembuhan spiritual dan doa dapat dilakukan oleh

seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien. Dalam

hal ini perawat bisa memanggil tokoh agama ataupun bisa melakukannya

sendiri. Misalnya berdoa bersama-sama dengan klien, membacakan doa

kesembuhan, ataupun memfasilitasi dalam pelaksanaan beribadah klien.

Pemberian tindakan hipnoterapi, meditasi, yoga, spiritual dan doa dapat

digunakan oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien

secara mandiri.

c. Aromaterapi

Aromaterapi dapat perawat gunakan untuk mengatasi klien dengan

gangguan kecemasan atau stress. Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah

satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang

mudah menguap, Tujuannya untuk memengaruhi suasana hati atau kesehatan

seseorang dengan cara menyediakan macam-macam aromaterapi seperti

minyak essensial aroma terapi, lilin aroma terapi , minyak pijat aroma terapi,

sabun aroma terapi. Perawat dapat melaksanakan terapi aromaterapi ini secara

mandiri, yang menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien.

d. Akupuntur

Terapi komplementer dalam bentuk terapi akupuntur dapat

diimplementasikan dalam asuhan keperawatan. Perawat dapat melaksanakan

terapi akupuntur yaitu menusukan jarum-jarum halus di tempat-tempat tertentu

Page 14: Terapi Komplementer

badan. Pelaksana dari akupuntur ini adalah praktisi yang terlatih sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1277/Menkes/Sk/Viii/2003 Tentang Tenaga Akupunktur. Akupuntur terdapat

di klinik yang menyediakan pelayanan akupunktur. Jadi dalam hal ini perawat

bisa berperan dalam terapi akupuntur jika mendapat pelatihan mengenai terapi

tersebut. Terapi akupuntur dapat memenuhi rasa nyaman klien dengan

memulihkan kebugaran dan mengobati rasa sakit klien, serta rasa aman karena

dilakukan oleh praktisi terlatih. Fungsi pelaksana perawat disini berkolaborasi

dengan dokter dan tenaga akupuntur terapis.

e. Akupresur, shiatsu osteopati, dan pijat urut

Untuk memenuhi rasa nyaman klien dalam mengurangi nyeri,

ketegangan, kelelahan, perawat dapat melaksanakan terapi akupresur, shiatsu

osteopati dan pijat urut. Akupresur, shiatsu dan pijat urut tradisional adalah

salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada

titik-titik tertentu pada tubuh. Pelaksana dari terapi akupresur bisa siapa saja,

termasuk perawat.

Shiatsu digunakan untuk mengatasi kecemasan, sakit kepala dan

insomnia. (Akhmad, 2012)

Pijat Urut juga upaya untuk memulihkan kebugaran tubuh, dikarenakan

kecapekan, stress maupun mempercepat kesembuhan setelah opname di rumah

sakit.

Dalam hal ini perawat berperan sebagai care giver untuk memenuhi rasa

aman dan nyaman klien secara madiri.

3. Tingkatan Hirarki Maslow kebutuhan cinta dan kasih sayang

Terapi komplementer jenis healing touch dapat dilakukan pada klien yang

mengalami cemas dan stress. Dalam memberikan terapi healing touch, perawat

dapat melakukannya dengan cara memberi sentuhan lembut kepada klien, ini

diyakini memiliki kemampuan menenangkan, meredakan emosi, dan juga dapat

memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang klien, karena klien merasa ada

yang memperhatikan, dan empati terhadapnya, sehingga proses penyembuhannya

dapat lebih cepat.

Page 15: Terapi Komplementer

Pelaksanaa fungsi keperawatan dalam terapi healing touch dapat

dilakukan secara mandiri dengan menerapkan komunikasi terapeutik.

Page 16: Terapi Komplementer

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terapi Komplementer  adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau

sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Peran

perawat dalam pelayanan kesehatan diantaranya dalam terapi komplementer

sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembela untuk melindungi klien, pemberi

bimbingan / konseling klien, pendidik klien, anggota tim kesehatan yang dituntut

untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, coordinator agar dapat

memanfaatkan sumber-sumber dan potensi klien, pembaru yang selalu dituntut

untuk mengadakan perubahan-perubahan, dan sumber informasi yang dapat

membantu memecahkan masalah klien. Fungsi perawat yang dijalankan

dipelayanan kesehatan adalah bertindak secara independen, dependen, dan

interdependen.

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk

didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya

profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi

komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan

melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar

menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta

berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan

peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan

mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena

pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari

alternatif atau tradisional terapi.

Page 17: Terapi Komplementer

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 2012. Healing Touch. [Online] Tersedia di:

www.quranic-healing.com/2012/07/terapi-sentuhan-yang-

menyembuhkan_7089.html di akses pada tanggal 15 November 2014.

Andriana, dana. 2013. Terapi Komplementer dalam Keperawatan Komunitas. [Online]

Tersedia di: http://materi-keperawatankomunitas.blogspot.com/2013/05/terapi-

komplementer-dalam-keperawatan.html di akses pada tanggal 10 November 2014.

Anira. Materi Terapi Komplementer. [Online] Tersedia di: file:///H:/♥%20Anira

%20Forever%20♥%20%20Materi%20Terapi%20Komplemeneter.wordpress.html

diakses pada tanggal 10 November 2014.

Antari, dewi. 2011. Trend terapi ozon dan Sensor Jantung. [Online] tersedia di:

http://antaridewi.blogspot.com/terapi-ozon-dan-sensor-jantung.html diakses pada

tanggal 15 November 2014.

Budiman, Gregory. [Online] Tersedia di: http://www.slideshare.net/drgreg1974/aspek-

medis-pijat-urut-refleksi-akupresur Lecturer at FKUI di akses pada tanggal 15

November 2014.

Hyperbaric Medicine Consultant. 2014. [Online] tersedia di: file:///H:/terapi

%20ozon/HYPERBARIC%20MEDICINE%20CONSULTANT%20%20Manfaat

%20Terapi%20Hiperbarik%20Oksigen%20Percepat%20Penyembuhan

%20Luka.htm di akses pada tanggal 15 November 2014.

http://intisari-online.com/read/chiropractic-metode-pengobatan-tangan

http://www.scribd.com/doc/76628021/Terapi-Komplementer-FOKUS-GROUP

http://buk.depkes.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=66:pengobatan-komplementer-tradisional-

alternatif&Itemid=140

Page 18: Terapi Komplementer

http://1001-diet.blogspot.com/2013/02/gizi-makro.html

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. EGC:

Jakarta.

Saputra, Ekxa. 2013. Terapi Komplementer. [Online] Tersedia di:

http://exkasaputra.blogspot.com/2012/03/terapi-komplementer.html di akses

tanggal 10 November 2014.

Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in

nursing. 4th ed. New York: Springer.

Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to

advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Widowati, Henti. 2012. Manfaat terapi ozon. [Online] Tersedia di:

http://hentiwidowatibiomed.wordpress.com diakses pada tanggal 15 November

2014.