TERAPI KOGNITIF

40
TERAPI KOGNITIF : Aaron Beck Disusun Oleh: Awalia Maharani (1206211423) Diah Ayu Asmarani (1206211442) Novia Dwi Prabandari (1206211341) PROGRAM STUDI GIZI DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

description

materi konseling

Transcript of TERAPI KOGNITIF

TERAPI KOGNITIF : Aaron Beck

Disusun Oleh:Awalia Maharani (1206211423)Diah Ayu Asmarani (1206211442)Novia Dwi Prabandari (1206211341)

PROGRAM STUDI GIZIDEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIADEPOK, 2015

TERAPI KOGNITIF

Terapi kognitif adalah terapi yang menggunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangka waktu singkat untuk menghadapi berbagai gangguan, terutama untuk gangguan depresif (Gunarsa, 2007). Cara seseorang berpikir dapat menentukan perasaan dan tindakan mereka. Pikiran-pikiran yang ada dalam diri seseorang biasanya muncul tanpa disadari (otomatis). Pikiran buruk atau negatif yang terus menerus muncul dalam diri seseorang akan menimbulkan depresi berat. Oleh karena itu terapi kognitif dilakukan untuk memperbaiki kebiasaan berpikir seseorang yang keliru dengan mempelajari cara-cara yang lebih realistis untuk memproses informasi.

A. Teori Asumsi1. SkemaSkema didefinisikan sebagai sebuah struktur kognitif yang dapat mengendalikan perilaku dan pemrosesan informasi (Beck, 1995). Skema berisi keyakinan dan aturan diri sendiri yang dapat menentukan isi pemikiran dan mempengaruhi perilaku atau pola pikir yang menentukan bagaimana pengalaman akan dianggap atau diinterpretasikan. Skema bisa adaptif (positif) atau maladaptif (negatif). Skema dapat diaktifkan melalui suatu stimuli khusus. Jika telah diaktifkan, skema siap untuk menggabungkan berbagai informasi dan menolak informasi yang kontradiktif. Sebagai contoh, jika seorang individu memandang dirinya depresi, maka ia akan menerima sema informasi negatif tentang dirinya dan mengabaikan informasi positif.Ada 5 kategori skema: Kognitif: menafsirkan, mengingat dan mengevaluasi diri dan orang lain. Afektif: bertanggung jawab untuk menghasilkan perasaan Motivasi: berkaitan dengan keinginan dan hasrat Instrumental: mempersiapkan seseorang untuk melakukan tindakan Kontrol: kategori ini melibatkan pemantauan diri dan penghambat, memodifikasi dan mengarahkan tindakan Kelima kategori skema ini saling bertanggung jawab dalam proses menerima stimulus hingga menanggapinya. Misalnya stimulus bahaya memicu skema bahaya dan menghasilkan informasi. Skema kognitif akan menginterpretasikan informasi ini dan memutuskan apakah bahaya tersebut nyata. Kemudian skema afektif diaktifkan dengan perasaan cemas. Selanjutnya mengaktifkan skema motivasi yang mendorong individu untuk melarikan diri. Selanjutnya skema instrumental mempersiapkan tindakan. Namun skema kontrol berperan mengarahkan atau menghambat aksi melarikan diri tersebut.

2. Pikiran-pikiran otomatis Pikiran otomatis merupakan bagian dari skema berupa monolog individu dari stimulus gambar, kata, atau keduanya. Pikiran otomatis ini berlangsung cepat dan mencapai tepi kesadaran. Pikiran otomatis terjadi mendahului emosi, perasaan dan hambatan, serta upaya untuk menghindarinya. Pikiran obsesif (mengganggu) mendasari terjadinya pikiran otomatis.Pikiran otomatis menjembatani situasi dan emosi. Artinya, dari situasi tertentu dapat muncul pikiran otomatis tertentu dan membangkitkan emosi tertentu. Emosi tidak disebabkan oleh situasi tetapi oleh pikiran otomatis atau pemaknaan situasi.

3. Primal and higher cognitive processingManusia memiliki proses kognitif primal yang menjadi perantara antara reaksi normal dan patologis. Pemikiran dengan pengolahan primer primitif melihat situasi dengan cara global dan kasar. Distorsi kognitif meliputi: Kesimpulan sewenang-wenang: membuat kesimpulan tertentu tanpa bukti yang jelas. Misalnya seseorang berpikir bahwa teman-temannya tidak menyukainya karena cara mereka berdahak. Abstraksi Selektif: berfokus pada hal diluar konteks detil dengan mengorbankan informasi yang lebih relevan Personalisasi: berkaitan dengan peristiwa eksternal untuk diri sendiri tanpa bukti yang cukup. Pembesaran dan minimalisasi: mengevaluasi peristiwa lebih banyak atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, menghasilkan distorsi yang serius dari fakta-fakta yang ada. Generalisasi yang berlebihan: menggunakan sebuah insiden untuk membentuk aturan umum terlalu luas dan dalam situasi yang tidak terkait. Dikotomi, pemikiran absolut: terpolarisasi, berpikir hitam-putih yang menempatkan semua pengalaman pada salah satu dari dua kategori yang berlawanan Penjelasan bias: pasangan yang membuat penilaian negatif tentang satu sama lain ketika hubungan mereka melalui masa buruk. Mereka menganggap ada menjadi motif jahat dibalik apa yang dilakukan pasangannya. Visi Tunnel: percaya apa pun yang cocok dengan pikiran kita ketika pada kenyataannya itu hanya bagian dari situasi yang lebih luas. Membaca pikiran: dibagi menjadi dua kesalahan: "Aku tahu apa yang dia pikirkan 'dan' dia harus tahu apa yang saya pikir ' Label negatif: penjelasan bias, di mana seseorang memberi label terhadapsuatu tindakan dengan cara yang kritis. Hal ini menyebabkan reaksi terhadap label diberikan. Penalaran Subyektif: jika emosi dirasakan cukup kuat untuk dipertanggungjawabkan.

Kognisi dikaitkan dengan emosi dalam beberapa cara. Tema kognitif dasar yang mengandung empat emosi dasar diantaranya: Kesedihan yang dirasakan ketika individu gagal mencapai tujuan yang positif, pengalaman hilangnya status atau seseorang yang dekat, atau gagal mencapai harapan. Hal ini umum bagi orang-orang dalam situasi tersebut untuk menarik energi dan komitmen mereka dari penyebab kekecewaan mereka. Kebahagiaan dirasakan ketika kita mengalami keuntungan, seperti mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini juga dapat dihasilkan dari ekspresi kasih sayang. Kecemasan dapat disebabkan oleh ancaman. Hal ini dapat menyebabkan penarikan diri karena memfokuskan perhatian pada bahaya fisik dan kerentanan emosional. Kemarahan dapat disebabkan oleh kualitas ancaman yang menyerang dan dapat menyebabkan serangan balik dan/atau pembelaan diri secaraagresif.

4. Evolusi StrategiMenurut Beck, strategi yang menyertai gangguan kepribadian diwariskan dari nenek moyang kita. Suatu keadaan dapat mempengaruhi strategi menjadi adaptif (positif) atau maladaptif). Jika strategi yang yang muncul adalah maladaptif, maka inilah yang menyebabkan gangguan kepribadian yang berlebihan. Misalnya, gangguan kepribadian penghindaran yang mencerminkan rasa takut dan gangguan kepribadian ketergantungan yang mencerminkan perasaan ketidakmampuan diri.Tempramen dan perbedaan perilaku yang relatif stabil mungkin muncul saat lahir. Pengalaman hidup dapat memperkuat atau melemahkan kecenderungan bawaan tersebut. Misalnya anak yang pemalu dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri karena kualitas interaksinya dengan orang lain. Ada juga mungkin saling menguatkan, misalnya seorang individu dengan kebutuhan bawaan untuk perawatan mungkin mendapatkan respon dari orang lain dengan kebutuhan bawaan untuk memberikan perawatan.

B. Kerentanan Terapis kognitif melihat banyak faktor ketika mencari penyebab disfungsi psikologis. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan dalam empat, yaitu evolusi/genetik, biologi, lingkungan dan pembangunan yang meliputi: Masalah fisik seperti hipertiroidisme Trauma perkembangan yang menyebabkan kerentanan tertentu, misalnya kehilangan orang tua di masa kecil dapat menyebabkan depresi dalam kehidupan dewasa. Pengalaman pribadi yang tidak memadai yang menyebabkan kurangnya mekanisme coping, misalnya orang tua mungkin gagal untuk mengajar anak-anak mereka bagaimana mengatasi penolakan. Pola kognitif yang tidak memadai dengan nilai-nilai dan tujuan yang tidak sesuai serta mempelajari asumsi dari orang lain. Stres eksternal, misalnya kehilangan pasangan atau bahaya fisik. Stres eksternal yang tersembunyi

1. Trauma masa kecil Insiden masa kecil dapat mempengaruhi disfungsi keyakinan, misalnya: Seorang anak kecil yang hewan peliharaannya meninggal ketika dia pergi sekarang percaya bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada orang-orang yang berarti jika ia jauh dari mereka Seorang pria ketakutan ketika Natal karena ketika ia masih muda ayahnya mengalami serangan jantung selama liburan Natal Seorang gadis kecil yang ayahnya meninggalkan rumah selama-lamanya setelah bertengkar dengan ibunya percaya bahwa jika ia membuat orang lain marah mereka akan meninggalkannya.

2. Pembelajaran sosial Salah satu alasan dalam pengembangan gangguan kepribadian adalah penguatan strategi oleh orangtua dan tokoh-tokoh lainnya. Misalnya aturan tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan dalam pernikahan mungkin didasarkan pada apa yang orang tua lakukan.Pengalaman hidup negatif juga dapat membuat kecenderungan gangguan kepribadian, misalnya pengalaman negatif dapat menyebabkan seorang anak malu ketika dewasa.

3. Treatment negatif di masa kecil Treatment negatif pada anak-anak memiliki efek buruk pada harga diri mereka dan membuat mereka rentan terhadap tekanan psikologis pada tahun kemudian. Bahaya lain adalah anak-anak meniru dan melakukannya pada orang lain di kemudian hari.

4. Coping yang tidak memadai, menyatakan diri, dan kemampuan komunikasi Salah satu faktor penting dalam penilaian kecemasan seseorang dalam sebuah situasi yang mengancam adalah kemampuan mereka untuk mengatasinya (coping). Sebuah contoh yang baik adalah dalam situasi bullying: seseorang yang memiliki kemampuan coping untuk menangani pengganggu merasa kurang cemas. Sedangkan orang-orang tidak tegas cenderung lebih rentan terhadap depresi karena dua alasan: tindakan orang lain merusak harga diri mereka, dan mereka meremehkan dirinya sendiri, merasa tidak mampu untuk menonjolkan diri.

C. Depresi dan Kecemasan Ketika pergeseran kognitif terjadi, energi dialihkan dari normal ke tingkat yang lebih tinggi melalui skema primal patologis. Energi digunakan untuk mengaktifkan dan menghambat pola sadar. Hal ini terjadi ketika kondisi panik menyerang, depresi dan gangguan kecemasan umum, kondisi depresif dan kondisi bahaya yang akan memberikan perintah pada energi tersebut. Kondisi mencerminkan cara di mana skema dinyatakan. Misalnya ketika kondisi depresi terjadi, putus asa dan menyalahkan diri sendiri mendominasi kognisi. Biasanya ada keseimbangan antar kondisi, jadi ketika suatu kondisi aktif untuk waktu yang lama, kondisi kebalikan bisa terjadi sewaktu-waktu. Misalnya kondisi kecemasan dapat diaktifkan untuk mengimbangi permusuhan. Pada gangguan psikopatologis kondisi dominan dicegah agar hilang.Secara sistematis hal ini menyebabkan kecenderungan interpretasi kondisi bahaya pada gangguan kecemasan dan kejadian buruk pada depresi. Menurut hipotesis kontinuitas, gangguan depresi, kecemasan dan kepribadian adalah mekanisme berlebihan terhadap fungsi normalnya. Orang dapat mengembangkan disfungsi skema, pikiran-pikiran otomatis, aturan dan perilaku tanpa perlu segera, tetapi jika kepentingan vital mereka terancam akan memicu pergeseran kognitif. Kesalahan kognitif dari disfungsi skema termasuk dibesar-besarkannya peluang terjadinya ancaman, dibesar-besarkan besarnya ancaman tersebut, catastrophising (pembesar) konsekuensi negatif, meremehkan kapasitas seseorang dalam menghadapi ancaman.Psycopathology awalnya disebabkan oleh krisis besar dalam hidup, tetapi seiring berjalannya waktu, juga dapat dipicu oleh stres yang lebih kecil. Misalnya mendengar perceraian saudara perempuan yang nantinya menyebabkan arti berlebihan terhadap pengalaman tersebut.Terdapat dua tipe orang yang rentan terhadap depresi. Pertama, sociotropuc (ketergantungan sosial) orang yang mengandalkan kedekatan dan berbagi. Kerentanan kognitif mereka disebabkan oleh penolakan, hubungan terganggu dan perampasan sosial. Kedua, orang-orang otonom yang tidak tergantung penerimaan, kesendirian dan mobilitas. Kerentanan dapat terjadi karena kegagalan, kekalahan, dan tidak adanya mobilisasi. Ada 3 penyebab utama gangguan kecemasan: peningkatan tuntutan, misalnya hasil promosi (kenaikan pangkat), kelahiran anak dan sebagainya bertambahnya ancaman dalam satu atau lebih bidang kehidupan, misalnya permusuhan besardi tempat kerja peristiwa stres dan tidak sesuai harapan, seperti gagal ujian atau kegagalan pernikahan dapat menyebabkan kecemasan tentang prospek karir atau kehilangan status sebagai pria berkeluarga. Beberapa individu memiliki kesiapan dalam menerima disfungsi keyakinanketika kondisi depresi dan kecemasan karena informasi mereka berjalan berdasarkan disfungsi keyakinan saat skema berlangsung. Itupun diresapi oleh pikiran otomatis yang dipenuhi oleh kesalahan kognitif.Kesalahan kognitif dapat menghambat kemampuan orang untuk menguji realitas proses berpikir mereka, dan sebagai akibatnya mereka berpikir kaku, istilahnya adalah stereotip. Tidak dapat mendeteksi perbedaan antara fakta dan kesimpulan dan juga tidak melihat isi pikiran mereka sebagai rangkaian hipotesis yang perlu diuji. Sebaliknya, justru langsung membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang tidak memadai dan menganggap kesimpulan ini sebagai fakta. Mereka tidak memasukkan feedback yang dapat memperjelas persepsi dan pikiran mereka, jadi bukan sistem pengolahan informasi yang terbuka untuk penilaian data baru.Faktor-faktor lain yang relevan adalah orang lain yang memberikan pengalaman negatif, model berfikir dan perilaku tidak efisien, gagal memberikan mereka kesempatan yang cukup untuk belajar keterampilan coping, stres eksternal seperti tetangga antisosial atau bermusuhan dengan superior di tempat kerja, dan interaksi timbal balik dimana oran-orang yang mengalami depresi dan cemas memicu perilaku negatif orang lain karena mereka menghindari kumpulan masyarakat yang memberikan kritik dan penolakan. D. Model Kognitif Depresi1. Triad Kognitif Depresi adalah keadaan kognitif seperti suasana hati (mood). Terdapat tiga pola kognitif utama yang disebut triad kognitif:1. Pandangan negatif individu yang berasal dari diri mereka sendiri, misalnya mereka menganggap bahwa mereka tidak berdaya, tidak dicintai, tidak berharga, dan tidak mampu mencapai kebahagiaan2. Pandangan negatif individu dari pengalaman merekasekarang dan masa lalu3. Pandangan negatif individu tentang masa depan mereka yang tidak memberikan prospek perbaikan dan tidak adanya harapan, sehingga timbul dorongan untuk melakukan bunuh diri. Keputusasaan tersebut menyebabkan gejala depresi, termasuk gejala seperti kelumpuhan keinginan, gejala perilaku seperti inersia, dan gejala fisik seperti kelelahan

2. Presdisposing schemasPredisposisi skema terbentuk pada awal kehidupan. Depresi dapat dipicu oleh kejadian masa lalu yang merugikanyang sudah tertanam dalam skema. Serangkaian episode traumatik juga dapat menyebabkan depresi, dan depresi yang memperburuk skema dapat menyebabkan individu tidak dapat menganggap pikiran negatif mereka secara objektif dan menjadi benar-benar sibuk dengan diri mereka sendiri. Skemadepresi individu yang berkeyakinan seperti saya tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar, saya tidak berguna dan sebagainya.3. Defisit dan Distorsi KognitifSkema dan keyakinan depresi menghambat proses kognitif yang normal dan merusak beberapa hal sebagai berikut: memori jangka panjang, persepsi, mengingat, menyimpulkan, menginterprestasiperistiwa, dan pemecahan masalah. Terjadi kesalahan kognitif sistematis seperti abstraksi selektif dankesimpulan yang sewenang-wenang. Hal ini berasal dari skema dan keyakinan yang mendasari berkembangnya disfungsi pikiran otomatis.Karakteristik berpikir depresi adalah: Devaluasi diri untuk menjatuhkan standar pribadi Penekanan pada aspek-aspek negatif dari peristiwa hidup Generalisasi kekurangan tertentu Penilaian diri padarasa tanggung jawab untuk masalah-masalah dalam segala situasi Keyakinan bahwa masalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi

E. Model Kognitif Gangguan KecemasanOrang dengan gangguan kecemasan akan memaksimalkan kemungkinan bahaya dan meminimalkan kemampuan mereka untuk menghadapinya. Kecemasan merupakan respon terhadap ancaman. Mekanisme bertahan hidup secara normal pada kecemasan menjadi gangguan ketika gagal dan menjadi berlebihan.Beck membuat perbedaan antara penilaian primer dan sekunder. Penilaian primer terjadi ketika situasi yang berpotensi berbahaya muncul dan melibatkan penilaian dari ancaman fisik atau psikologis. Sedangkan penilaian sekunder melibatkan penilaian sifat ancaman. Disfungsi skemadan keyakinan, seperti depresi, dapat mempengaruhi individu untuk merasa cemas. Disfungsi keyakinan dapat disebabkan oleh ancaman, tekanan, dan tuntutan baru yang berhubungan dengan masalah sebelumnya.F. Hubungan yang TertekanSesuatu yang menarik pasangan satu sama lainuntuk pertama kalinya, tidakcukup untuk menjaga hubungan yang sedang berjalan menjadi tetap baik-baik saja. Hubungan dapat dirusak oleh komunikasi yang buruk atau harapan hubungan yang tidak terpenuhi. Banyak perilaku didalam pernikahanyang memiliki keistimewaan, seperti makna simbolis yang sudah melekat, yang berkaitan dengan simbol cinta atau penolakan, keamanan atau ketidakamanan.Hal ini kemudian dapat membantu melepaskan emosi mereka. Reaksi para pasangansering tidak didasarkan pada apa yang sebenarnya terjadi, tetapi pada harapan atau ekspetasi, ketakutan mengenai keadaan internal, dan kemudian memicu disfungsiskema sehingga dapat menyebabkan satu set kognitif negatif tentang pasangan nya. Hasil pemikiran otomatis mengarahpada kesalahan kognitif dan terjadi perubahan penekanan yang lebih menekankan pada apa yang salah dalam hubungan daripada pada hal baik yang sedang terjadi. Pikiran mereka tentang satu sama lain cenderung dalam label negatif, seperti egois, ugal-ugalan dan sebagainya, dan kemudian mereka bereaksi terhadap label ini. Hal ini dapat menyebabkan kecenderungan untuk percaya bahwa label tersebut adalah ciri-ciri yang tidak dapat diubah. Mereka juga mungkin salah menafsirkan dan salah paham terhadap kata-kata dan tindakan satu sama lain. Mereka menolak untuk memeriksa ketepatan kesimpulan yang logis dan penjelasan negatif. Selanjutnya pasangan saling memberikan komentar tajam lain yang dibuat untuk menyakiti pasangannya dan dipenuhi dengan kemarahan. Hal ini menyebabkan mereka merasa marah dan ingin melawan. Keinginan untuk melawan dapat menghancurkan hubungan karena meningkatkan ancaman, yang pada gilirannya menyebabkan pasangan menjadi kaku dan tidak berpikir secara akurat. Hal ini dapat mencegah upaya perbaikan pada hubungan.Gangguan psikopatologis dapat mempengaruhi hubungan dengan cara berikut: Pasanganmengabaikan sifat mementingkan kepentingan orang laindan mendukung perilaku dan sikap egois Salah satu atau keduanya mengembangkan satu set kognitif negatif tentang orang lain Melibatkan bias harapan, observasi, dan kesimpulan Semua pikiran,perasaan, dan tindakandiinterpretasikan negatif Jika satu atau keduanya memiliki harga diri yang rendah mereka dapat menjadi bias terhadap diri mereka sendiri, yang akan mendorong untuk mengambil kesimpulan negatif yang dianggap benar mengenai bagaimana pasangan mereka dari sudut pandangmereka sendiri.Ada banyak keyakinan, sering dinyatakan dalam bentuk pikiran-pikiran otomatis, yang melemahkan keinginan untuk mengatasi hubungan yang tertekan. Ada empat kelompok utama keyakinan: Keyakinan tentang tidak akan ada perubahan: 'tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan'; 'pasangan saya tidak memiliki kemauan untuk mengubah keadaan'; 'Keadaan hanya akan semakin memburuk'. Keyakinan membenarkan diri sendiri: 'perilaku saya normal'; 'pikiran saya benar'; 'pasangan saya telah menyakiti saya'. Argumen timbal-balik, 'saya menolak untuk melakukan upaya kecuali pasangan saya juga melakukannya'; 'ini tidak adil karena saya telah melakukan semua pekerjaan'; 'pasangan saya telah menyakiti saya, jadi saya harus membuat dia tersakiti Pasangan terlalu menyalahkan; "saya tidak punya masalah sampai saya menikah dengan pasangan saya '; 'pasangan saya tidak memiliki ketertarikan dalam meningkatkan hubungan kami.

G. GangguanKepribadianGangguan kepribadian mencerminkan evolusi strategi yang tidak cocok untuk masyarakat modern. Setiap gangguan ditentukan oleh predisposisi genetik dan latar belakang pembelajaran dan ditandai oleh keyakinan dasar dan strategi yang jelas untuk menangani hal tersebut: Gangguan obsesif-kompulsif. Keyakinan dasar: kesalahan merupakan sesuatu yang buruk. Saya harus tidak membuat kesalahan. Strategi: perfeksionisme Schizoid disorder. Keyakinan: saya memerlukan banyak ruang. Strategi: isolasi Gangguan kepribadian dependen. Keyakinan: saya tak berdaya. Strategi: pendekatan Gangguan paranoid. Keyakinan: orang adalah lawan yang potensial. Strategi: kewaspadaan Avoidant disorder. Keyakinan: saya mungkin akan terluka. Strategi: penghindaran Gangguan narsisistik. Keyakinan: saya brilian. Strategi: membesarkan diri Passive aggressive disorder. Keyakinan: saya bisa berada di atas. Strategi: resistensi Histrionic disorder. Keyakinan: saya harus mengesankan. Strategi: dramatis Gangguan antisosial. Keyakinan: orang lain ada untuk dikalahkan. Strategi: seranganSetiap gangguan melibatkan overdeveloped dan underdeveloped strategi, misalnya dalam gangguan kepribadian dependen pendekan adalah overdeveloped dan kemandirian adalah underdeveloped. Ada juga pergeseran kognitif dalam yang dialihkan dari proses kognitif normal menjadi berbagai skema yang terhambat.H. Terapi KognitifTerapi kognitif berbeda dengan bentuk-bentuk psikoterapi, terapi kognitifberorientasi pada masalah. Tujuan utamanya adalah membantu klien untuk memecahkan masalah yang diinginakan klien untuk berubah. Klien diajarkan untuk memperbaiki proses kognitif yang salah dan untuk memperkuat asumsi yang memungkinkan mereka untuk mengatasinya. Proses singkatnya adalah pertama mlakukan latihan pembelajaranpada proses meredakan gejala dan pada proses penghapusan bias sistematis dalam pola pikir klien. Keterampilan perilaku juga penting. Contoh umum meliputi keterampilan berbicara bagi orang-orang pemalu dan keterampilan komunikasi pada hubungan yang tertekan.Terdapat 5 proses belajar: Pemantauan pikiran otomatis yang negatif Mengakui hubungan antara kognisi, pengaruh, dan perilaku Menguji dan pembuktian uji realistasserta melawan pikiran-pikiran otomatis yang terdistorsi Mengganti interpretasi yang lebih realistis untuk bias kognisi Mengidentifikasi dan mengubah keyakinan yang menyebabkan klien mengubah pengalaman merekaTerapi kognitif berfokus pada menghilangkan gejala gangguan dengan cara konseling atau bersama dengan obat-obatan, dan mengurangi kemungkinan kambuh ketika pengobatan telah berakhir. Fokus lainnya adalah kesulitan psikososial, seperti rendah diri dan kesulitan menikah, dan skema yang menyebabkan perilaku disfungsional dan psikopatologi.Terapi kognitif bekerja dengan baikpada orang-orang yang mampu fokus pada pikiran-pikiran otomatis dan mampu menolong diri sendiri. Hal ini tidak dianjurkan untuk orang-orang dengan kemampuan uji realitas yang berkurang, seperti mereka yang menderita delusi atau halusinasi, atau orang-orang dengan gangguan kemampuan penalaran.Pengobatan yang sangat terstruktur dan jangka pendek: untuk gangguan kecemasan ada 5-20 sesi selama 45 menit, dan untuk depresi ada 15-20 sesi selama 12 minggu. Konseling berkurang secara bertahap dan klien memiliki sesi tambahan satu bulan atau dua bulan setelah mengakhiri kontrak. Gangguan kepribadian memakan waktu lebih lama untuk diobati dan dapat memakan waktu satu tahun atau lebih.1. Mendefinisikan MasalahKlien menjalani proses induksi yang meliputi wawancara klinis dan tes psikologi. Wawancara ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor di balik masalah klien, gejala yang menonjol pada mereka, dan harapan yang mereka harapkan dari konseling. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk membangun hubungan antara klien dan konselor. Tes psikologi meliputi Beck depression inventory, anxiety checklist dan skala sikap disfungsional.Selama analisis fungsional diajukan pertanyaan mengenai komponen dari masalah, bagaimana masalah diwujudkan, situasi yang membuat masalah tersebut terjadi, seberapa sering masalah terjadi, seberapa intens, berapa lama masalah tersebut berlangsung dan sifat konsekuensinya.Analisis kognitif mengidentifikasi gambaran dan pikiran pengalaman yang dialami oleh klien ketika emosi mereka terangsang, sejauh mana mereka berada dalam kendali dari gambaran dan pikiran mereka, dan ketakutan akan kemungkinan masalah itu terjadi.2. Working in the SessionsKlien diajarkan untuk memantau perasaan, pikiran, dan perilaku mereka, serta untuk mengidentifikasi bagaimana hal tersebut saling berhubungan. Mereka juga diminta untuk mencatat pikiran-pikiran otomatis mereka pada saat kesusahan.Dalam rangka membangun prioritas pengobatan, dianjurkan menuliskan daftar yang disusun dari perilaku, masalah yang membekas dan gejala spesifik. Prioritas diberikan tergantung pada beratnya gejala, tingkat keparahan klien dan seberapa mengakar masalah tersebut. Konselor mengambil setiap masalah pada gilirannya dan memilih terapi kognitif dan perilaku yang sesuai. Mereka menjelaskan kepada klien alasan mereka untuk memilih metode tertentu, dan memperhatikan respon klien pada metode tersebut.Ketika menyusun rencana perawatan pribadi selama tahap konseptualisasi kasus, sangat penting untuk memahami profil kognitif gangguan klien dan keyakinan mereka yang unik. Hipotesis yang dimodifikasi sebagai informasi yang baru muncul, kemudian masalah ini dibahas dengan klien. Konselor dapat menggunakan flip chart atau papan tulis untuk menunjukkan kepada klien bahwa keyakinan mereka telah menyebabkan salah tafsir.Berkenaan dengan keyakinan, Beck memberi contoh seorang pria dengan gangguan kepribadian narsistik yang mengarahkan kekerasan pada rekannya yang terus mengomel kepadanya karena tidak melakukan pekerjaan rumah. Keyakinannya terdiri dari seharusnya - dia harus menunjukkan rsa lebih menghormati kepadanya - dan harus - ia harus mengendalikan perilaku orang lain. Dia memiliki keyakinan kondisional bahwa orang akan mengambil keuntungan dari dia jika ia memberi mereka kesempatan, dan ketakutan bahwa ia akan membebani, yang disebabkan oleh inti skema saya pengecut. I. Peran Konselor1. Hubungan Konselor-ClientHubungan konselor-client adalah sarana yang penting untuk perbaikan. Tujuan konselor adalah untuk memberikan pemahaman kepada client secara individual, dan untuk menciptakan suasana yang emosional dengan pendekatan non-judgemental dan keramahan yang sungguh-sungguh. Konselor menggunakan bahasa yang mudah dipahami client sehingga proses konseling bisa berjalan lancar (will not be a mystery to them). Respect sangat penting, sehingga konselor dapat menjelaskan pemikiran rasionalnya dari segi pendekatan keseluruhan dan penggunaan teknik. Pertanggungjawaban untuk treatment diberitahukan dengan mendiskusikan kasus konseptualisasi dan bersama-sama menetapkan tujuan dan agenda/jadwal sesi. Client dianjurkan untuk memberikan tanggapan terhadap saran dari konselor dan kebiasaan mereka. Konselor memonitor proses pemindahan (transference) dan mendorong klient untuk mengungkapkan reaksinya. Pemindahan berfungsi untuk menyoroti pemikiran otomatis dan distorsi interpersonal sehingga dapat berpengaruh. Hubungan yang lebih hangat dan dekat biasanya dapat berpengaruh dengan klient yang mengalami gangguan kepribadian dari pada klient dengan gangguan akut seperti anxiety (kegelisahan) dan depresi. Namun masih kemungkin untuk terjadi masalah kerja sama (non-collaboration) dengan semua klient.

2. Empirisme Kolaborativ : Coinvestigasi dengan ClientKlient adalah partner yang aktif dalam proses konseling. Hipotesis pada kesadaran klient dikembangkan oleh konselor dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesalahan kognitif dan keyakinan dasar klient. Klient kemudian diminta untuk mendiskusikan apakah hipoteesis ini sesuai fakta atau tidak. Tujuannya disini adalah untuk melihat pemikiran klient sebagai personal konstruktor (personal construcs) yang realistis, dan untuk mengajari mereka bagaimana mengevaluasi validitas.

3. Dialog Socrates : Konselor sebagai PenanyaPertanyaan berisi proporsi terbesar dari komunikasi verbal oleh konselor. Mereka merefleksikan orientasi empiris dari pendekatan kognitif dan lebih menyukai untuk melakukan perdebatan dan indoktrinasi. Tujuan langsung mereka adalah untuk mengubah kepercayaan klient dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka. Konselor biasanya menanyakan pertanyaan yang meningkatkan kesadaran seperti Apa yang terjadi pada pikiran Anda saat ini?. Pertanyaan Socrates membantu klient untuk mengevaluasi dan memperluas cara pemikiran mereka, dan hal ini dibantu dengan pengkondisian atmosfer yang hangat dan mudah diterima.Pada bagian yang lebih spesifik, pertanyaan bertujuan untuk membantu klient dalam menyadari apa yang mereka pikirkan, melatih pemikiran mereka pada distorsi kognitif, menggantikan pemikiran yang lebih seimbang dan mengembangkan pola pikir baru. Tipikal pertanyaannya adalah Apakah logikanya?, Apa yang bisa Anda raih?, Apa yang harus Anda hilangkan/lepaskan?, Apa yang Anda pelajari dari pengalaman ini?, dan Apa hal terburuk yang dapat terjadi?. Tipikal pertanyaan diberikan pada klient untuk menanyakan validitas pemikiran mereka, antara lain yaitu Apakah ada bukti untuk mendukung penafsiran saya?, Apakah ada bukti untuk melawan penafsiran saya?, Apakah logis untuk mengikuti tindakan seseorang dengan motivasi bahwa Saya memiliki hubungan dengan mereka?, Apakah penjelasan alternatif dari kebiasaan ini?

4. Penemuan yang Terpandu : Konselor sebagai PemanduKlient meningkatkan skillnya dengan menggunakan dan menilai informasi dan peluang untuk mencapai perspektif yang lebih realistis. Konselor tidak terlibat dalam proses indoktrinasi, perdebatan, atau pembujukan. Proses penemuan yang terpadu terdiri atas membantu klient dalam menemukan tema yang mencakup pikiran otomatis dan keyakinan mereka, serta menghubungkan keyakinan pada pengalaman yang sebanding di masa lalu untuk mencocokkan sejarah dengan kepercayaan. Penemuan yang terpadu juga digunakan ketika konselor berperan sebagai pemandu untuk membantu klient pada tes realitas untuk menemukan kesalahan logis dengan mencoba pada kebiasaan yang berbeda.

J. Teknik Kognitif1. Mengeluarkan dan Mengidentifikasi Pemikiran OtomatisTerdapat 6 metode untuk mendapatkannya,a. Memberikan pemikiran rasionalKonselor memberikan pemikiran rasional untuk meneliti hubungan antara bagaimana klient merasakan, berpikir, dan bertindak. Mereka akan membawa konsep pada pemikiran otomatis dan memberikan contoh tentang bagaimana perasaan terpengaruh oleh persepsi dasar. Sebagai contoh, reaksi seseorang pada keributan malam hari mungkin tergantung pada apakah itu disebabkan oleh suara derit pintu atau suara penyusup yang masuk rumah. Konselor dapat menginformasikan pada klient bahwa prinsip utama dari terapi kognitif adalah mereka memiliki kesulitan tes realitas terhadap validitas dari penafsiran/ interpretasi mereka.

b. Mengajukan pertanyaanKonselor menanyakan kepada klient tentang pemikiran otomatis yang dihasilkan ketika mengalami insiden yang merepotkan. Jika klient mengalami kesulitan dalam mengingat pemikiran ini, maka roleplay dan perumpamaan (imagery) akan dipergunakan. Klient diobservasi secara hati-hati selama proses pengajuan pertanyaan tentang tanda-tanda pengaruh yang akan mengungkap ke pertanyaan lebih lanjut.

c. Menggunakan Blackboard atau FlipchartMelihat pemikiran awal mereka secara tertulis dapat membantu klien untuk mengungkapkan pikiran yang kurang jelas dan cukup mengganggu.

d. Pekerjaan Rumah: untuk Pemikiran Self Monitoring Klient diminta untuk melengkapi log pemikiran otomatis harian, yang akan merekam situasi dan membimbing mereka pada emosi negatif, emosi tersebut dirasakan dan dinilai pada skala 0-100, kemudian berbagai pemikiran otomatis dan kepercayaan pada pemikiran ini akan diskala dari 0-100. Alat bantu hitung pada pergelangan tangan dipakai oleh seorang klient untuk merekam pemikiran otomatis segera setelah terjadi.

e. Mendorong Klient Terlibat dalam Kegiatan yang DitakutiSelama sesi konseling, klient didorong untuk terikat pada aktivitas yang menimbulkan kecemasan. Contohnya seperti menulis surat atau menelpon seseorang yang mereka hindari, kemudian konselor menanyakan pada mereka apakah yang terjadi pada pikiran mereka. Teknik yang sama digunakan pada situasi kehidupan yang sebenarnya, seperti pergi ke tempat dengan situasi yang padat kemudian membicarakan mengenai apa yang mereka pikirkan, seperti apa perasaan mereka saat disana.

f. Fokus pada Perumpamaan (Imagery)Cara tepat untuk mengetahui tentang pemikiran otomatis adalah dengan mengumpulkan informasi dari perumpamaan. Observasi klinis telah menunjukkan bahwa walaupun perbedaan individual itu ada, banyak orang yang memvisualisasikan respon mereka menganggap seolah-olah itu nyata.

2. Pengujian Realitas dan Koreksi terhadap Pemikiran OtomatisBerikut ini terdapat 9 upaya untuk melakukannya, antara lain:

a. Pertanyaan SocraticDengan cara memberikan pertanyaan, klient diarahkan untuk menghadapi tantangan tentang validitas dari pemikiran mereka dan untuk mengungkapkan bahwa terdapat tingkatan dari alternatif terbaik yang dapat dipilih untuk diinterpretasikan sesuai dengan kenyataan/ fakta.

b. Mengidentifikasi Kesalahan KognitifKlient mempelajari tentang magnitude (perbesaran), kesimpulan sembarang, dan kesalahan pemikiran kognitif lainnya. Mereka ditantang untuk mengenali kesalahan pada pemikiran mereka selama sesi konseling dan pada saat menjadi pekerjaan rumah. Pada tabel tiga kolom, klient mendeskripsikan 1) Skenario yang menimbulkan emosi negative2) Pemikiran otomatis mereka3) Tipe kesalahan pada pemikiran mereka

c. Pencitraan (Reattribution)Pemikiran otomatis dan kepercayaan dasar diuji dengan mempertimbangkan upaya alternative dalam menetapkan tanggungjawab. Tingkatan rasa responsibilatas pada klient untuk kejadian negative dan ketakutan diukur dengan skala 0-100. Konselor menuntun klient agar santai dengan menawarkan dan mengoreksi penjelasan alternative.

d. Decatastrophising Pertanyaan dasarnya adalah sebagai berikut Bagaimana jika hal itu terjadi ?. Areal tertutup meliputi peluang terhadap kemungkinan suatu kejadian dan keparahannya, kapasitas klient untuk meniru dan faktor pendukung, dan kemampuan klient untuk menerima dan sepakat dengan kemungkinan yang terburuk.

e. DecentringKlient dibantu untuk menantang kepercayaannya yang setiap orang fokuskan daripada untuk mengevaluasi apa yang orang lain benar-benar lakukan. Mereka juga didukung untuk mengobservasi tentang seberapa sering mereka menurut orang lain. Hal ini menyatakan batasan dari observasi mereka dan menuntun mereka untuk melihat bahwa observasi yang dilakukan oleh orang lain menghasilkan hal yang sama.

f. RedefiningBagian ini melibatkan penjelasan pada bagian apa yang dapat klient lakukan tentang mereka. Contohnya orang yang merasa terabaikan dan kesepian dapat mendefinisikan kembali masalah ini dengan menentukan bahwa diri mereka harus menjadi lebih peduli untuk menjangkau orang lain.

g. Respon RasionalKlient diajarkan untuk merumuskan respon rasional pada pemikiran otomatis mereka. Selama proses pengajuan pertanyaan, klient diajarkan untuk lebih menggunakan monolog pada diri mereka secara postif dari pada melawannya. Contohnya seorang wanita mungkin akan marah karena suaminya memilih pergi keluar untuk menjual asuransinya pada malam hari dari pada tinggal di rumah. Respon rasionalnya akan berupa : kebetulan hal tersebut adalah bagian dari pekerjaan karena banyak klient yang berada di kantor sepanjang hari, dan oleh karena itu waktu yang hanya bisa digunakan oleh mereka untuk bertemu adalah setelah mereka sampai di rumah pada malam hari.

h. Teknik PerumpamaanBagian ini termasuk dalam membantu klient untuk menerima lebih banyak perspektif melalui visualisasi fantasi yang berulang-ulang, membesar-besarkan gambaran mereka, contohnya yaitu saat merugikan orang lain, dan membayangkan mereka di masa depan kemudian melihat kembali pada saat masa mereka saat ini.

i. Perekaman Harian untuk Respon RasionalPada log pemikiran otomatis mereka, client menilai ulang kepercayaan mereka pada pemikiran otomatis mereka dalam skala 0-100, dan mengklasifikasi emosi-emosi mereka berikutnya dan menilainya dengan skala 0-100.

3. Idetifikasi Keyakinan MendasarKeyakinan mendasar lebih sulit dicapai dari pada pemikiran otomatis namun lebih diungkapkan melalui tema pada pemikiran otomatis klient, pengkopian strategi, kebiasaan dan sejarah personal. Klient secara normal menemukan kesulitan untuk meletakkan kepercayaannya pada rangkaian kata-kata, sehingga konselor memberikan mereka hipotesis-hipotesis untuk melakukan penerimaan atau penolakan. Jika hipotesis ditolak, konselor dan klient bekerja sama untuk meningkatkan lebih banyak akurasi dalam mendeskripsikan kepercayaan.

4. Modifikasi Keyakinan MendasarBagian ini terdiri dari 5 proses, antara lain:

a. Pertanyaan SocraticContoh pertanyaannya adalah Apakah kepercayaan menunjukkan rasionalitas?, Apakah Anda bisa memeriksa bukti untuk kasus ini?, Apakah keuntungan dan kerugian dalam memegang kepercayaan ini?

b. Percobaan KognitifBagian ini diperlukan untuk mengetes validitas pada kepercayaan klient. Sebagai contoh, seorang perempuan merasa takut untuk membuat komitmen jiwa dengan partnernya disebabkan karena ketakuannya bahwa mungkin partnernya tidak bisa dipercaya. Keyakinan mendasar perempuan tersebut adalah bahwa dia tidak boleh menempatkan dirinya pada posisi yang salah. Pemikiran terdistorsi ini menimbulkan jarak dalam suatu hubungan. Percobaan yang sesuai akan digunakan untuk menguji hipotesis, jika dia meberikan total komitmen pada hubungan dan lebih memilih hal positif dibandingkan hal negative yang dia rasa lebih aman. c. PerumpamaanPenggunaan perumpamaan akan membantu klient untuk mengingat kembali kejadian traumatic dan untuk menyusun ulang pengalaman dan kepercayan yang telah dihasilkan dari mereka.

d. Menghidupkan kembali Ingatan Masa KecilBagian ini penting ketika berhadapan dengan kelainan kepribadian kronik, seperti untuk membantu klient untuk mereview dan mengungkapkan keyakinan dasar mereka. Situasi pengembangan patogenik dibuat ulang selama role play dan perubahan peran (role reversal), yang memungkinkan klient untuk memodifikasi atau bahkan merancang ulang bentuk kepercayaan sebagai hasil dari situasi ini.

e. Membentuk Ulang KeyakinanKlient dengan firasat yang kuat terhadap kekurangan dan penolakan menjadikan dia sebagai yang terbaik dalam segala sesuatu yang dia lakukan. Hal ini dapat dimodifikasi untuk mengetahui bahwa hal ini akan menjadi sangat sukses, tapi kesuksesa yang lebih kecil ini juga bermanfaat dan tidak ada hubungannya dengan kecukupan atau ketidakcukupan.K. Teknik KebiasaanTeknik keyakinan membentuk dasar dari kinerja kognitif lanjut, walaupun dalam konseling yang berpasangan tekanan awalnya ada pada perubahan keyakinan karena hal ini lebih mudah dari pada mengubah pola pikir. Selain itu, partner mendapat penghargaan satu sama lain untuk perubahan keyakinan yang positif.Beberapa teknik digunakan pada tahapan awal untuk memberikan gejala dan meningkatkan motivasi. Sebagai contoh, klient yang depresi akan terbujuk untuk melaksanakan tugas yang kecil dibandingkan dengan mengatasi tuntukan mereka, melibatkan mereka pada kepuasan dari aktivitas mereka sebelumnya. Namun perlu diingat bahwa klient yang mengalami depresi, tidak seperti orang normal, mungkin tidak dapat mengubah pemikiran negatifnya walaupun mereka telah mengubah kebiasaannya.Teknik lain didesign untuk membantu klient dalam tes realitas terhadap pemikiran otomatis dan keyakinan mereka, untuk membantu mereka menghdapi aktivitas yang ditakuti, dan untuk melatih mereka pada kemampuan kebiasaan khusus,

1. Penjadwalan aktivitasKecenderungan depresi mengurangi tingkat aktivitas dan menghabiskan waktu yang cukup untuk merenungkan pikiran negative. Kegiatan yang terjadawal adalah timetable per jam yang menjelaskan apa yang harus klient lakukan. Hal ini dijelaskan secara detail dan dengan pemberian pemikiran rasional yang jelas. Jadwal memungkinkan klient untuk menyadari bahwa mereka bisa mengontrol waktunya. Hal ini juga sebagai eksperimen apakah aktivitas tertentu akan meningkatkan mood klient. Penekanan terdapat pada aktivitas dimana klient bersedia untuk terlibat daripada pada seberapa banyak yang dapat mereka capai, sehingga klien dapat menghabiskan satu jam untuk berkebun setiap hari daripada mencoba untuk mengerjakan seluruh taman dalam satu kali kerja.Waktu diatur setiap malam untuk menggambarkan rencana pada hari berikutnya. Aspek penting pada pekerjaan ini adalah untuk memonitor pemikiran dan perasaann yang menyertainya.

2. Menilai penguasaan dan kesenanganKlient menilai setiap kenangan pada skala 0-1- sesuai dengan tingkatan derajad penguasaan dan tingkat kesenangan yang berasal dari itu. Hal tersebut memberikan wawasan kepada klient yang ingin mengurai disporia pada diri mereka. (disporia adalah tingkat pemikiran yang ditandai dengan kegelisahan (anxiety), depresi, dan keresahan (restlessness).

3. Melatih kebiasaan dan roleplayHal ini ditujukan untuk emningkatkan skill yang sesuai dengan kondisi social khusus. Demonstrasi dan tanggapan terhadap video sangat disarankan, dan klient dilatih dengan beberapa respon.

4. Perilaku Meneliti (behavioural experiments)Bagian ini didesign untuk memperoleh informasi yang berkontradiksi dengan pemikiran otomatis klien, kepercayaan dasar, dan kesalahan prediksi, khususnya pada konseling tahapan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang pemuda yang ingin menunda kencan karena dia takut karena dia takut tidak tahu apa yang dia katakana terdorong untuk memeperlakukan ini sebagai sebuah hipotesis eksperimental ketika kencan. Pada kasus ini hipotesis tidak diterima, namun jika klient tidak berhasil maka eksperimen masih berharga karena akan menyediakan informasi tentang apa yang menghambat aktivitas mereka.

5. Tugas yang Dinilai (graded tasks)Hal ini berguna untuk menantang semua atau tidak sama sekali. Sebagai contoh klient berpikir bahwa mereka telah sukses pada semua hal yang telah mereka lakukan, atau gagal total. Konselor pertama-tama membuat pekerjaan rumah yang mudah , dilanjutkan dengan meningkatkan kesulitan. Klient sering gagal karena mereka mencoba dengan terburu-buru, sehingga hirarki dari rasa takut dan situasi yang sulit disusun untuk menagani secara progresif dan pada saat tersebut klient dapat melangkah.

6. Teknik pengalihan (diversion techniques)Bagian ini dimaksudkan untuk mengalihkan klient dari pemikiran negative dan emosi, serta termasuk sosialisasi dan kegiatan fisik.

7. Pekerjaan Rumah (homework)Tujuan dari pekerjaan rumah adalah untuk mengurangi penggunaan waktu saat konseling dan untuk mempromosikan pengembangan kognitif dan dan skill kebiasaan yang akan dibutuhkan ketika konseling berakhir. Pekerjaan rumah terdir atas self-monitoring, keterlibatan dalam kegiatan yang memungkinkan untuk tes realitas pada keyakinan dasar dan pemikiran otomatis, mempraktikan prosedur untuk menghadapi situasi khusus, dan terikat dengan aktivitas yang bertujuan untuk mengembangkan skill kognitif, termasuk menyorot kesalahan kognitif, membuat respon rasional dan membentuk ulang keyakinan.

8. RelaksasiHal ini membantu klient dengan masalah terkait kegelisahan. Hal ini diberitahukan selama sesi dan atau rekaman instruksi dibawa ke rumah. Tekniknya termasuk pengontrolan napas, menilai relaksasi otot, mediasi dan visualisasi suasana yang menyenangkan. Tujuan dari relaksasi adalah untuk memberikan teknik coping agar mengurangi kegelisahan, mempromosikan kewaspadaan diri, dan monitoring status jasmani, untuk memberikan perasaan menguasai terhadap symptom dan untuk memberikan mekanisme coping yang dibantu oleh eksekusi pada eksperimen kebiasaan.Teknik lain adalah role play sebagai teknik perubahan kognitif, serta kognitif dan membiasakan latihan untuk pekerjaan rumah yang sulit. Teknik kebiasaan berdasar pada metode latihan skill yang digunakan ketika klient memiliki masalah pada praktik, sebagai contoh latihan ketegasan atau latihan kemampuan social bisa disajikan untuk klient dengan kemampuan interpersonal yang kurang. L. Penilaian KemajuanKemajuan ditunjukkan dengan pembebasan dari symptom, sebuah perubahan pola pikir dari dalam dan di luar konseling, perubahan yang dilaporkan dan perilaku yang diamati, kinerja pekerjaan rumah, kemampuan untuk melakukan uji realitas dan kemampuan untuk memodifikasi dan atau meninggalkan interpretasidistorsi.

M. Mengakhiri KonselingBagian ini ditetapkan pada awal konseling karena pendekatan kognitif merupakan jangka pendek dan terstruktur. Penghentian dilakukan secara bertahap dari sesi mingguan kemudian direduksi menjadi dua minggu sekali sebelum pemberhentian terakhir. Sesi penyokong (booster) diadakan satu dan dua bulan setelah pemberhentian.

N. Pencegahan Kambuh (relaps)Klien diajarkan kemampuan untuk menolong diri pada tes realitas yang menguji interpretasi mereka, dan tugas pekerjaan rumah yang telah ditetapkan selama konseling dijadikan sebagai tambahan yang ditujukan untuk mempersiapkan mereka untuk mengelolanya tanpa konselor mereka setelah kontrak konseling berakhir. Di samping itu, klient terbantu dalam mengantisipasi dan mengembangkan strategi untuk menangani masalah yang mungkin terjadi di masa depan, dan sesi penyokong (booster session) yang dilakukan akan mendorong penggunaan dan pemeliharaan peningkatan kemampuan mereka .

O. Kesimpulan Kekurangan pada pendekatan ini adalah sama seperti bentuk psikoterapi lain. Sebagai contoh, membicarakan terapi tidak bisa diterapkan pada orang dengan kelainan mental, khususnya mereka yang terserang delusi dan halusinasi. Hal penting yang diperlukan untuk membangun adalah motivasi untuk berubah, namun hal ini mungkin tidak dapat dilakukan sehingga dinilai tidak mengalami kemajuan. Klient lain akan menemukan tekanan pada pekerjaan rumah dan pembatasan bantuan pada diri. Pada saat mengatasi depresi, klient yang mampu mendukung ide mengenai control diri akan mendapat manfaat pada pendekatan ini, sebaliknya pengobatan akan lebih cocok. Pendekatan ini juga lebih mudah dilakukan bila kesulitan bisa diartikan sebagai masalah. Manfaat besar dari terapi kognitif adalah bahwa hal itu tertanam dalam cara ilmiah, jadi sekarang digunakan untuk menghilangkan pertumbuhan berbagai jenis kelainan.

DAFTAR PUSTAKA

Colledge, Ray. 2002. Mastering Counseling Theory. New York: Palgrave MacmillanGunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung MuliaBeck, A. T. 1995. Cognitive Therapy: Basic and Beyond. New York: Guilford