Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

download Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

of 13

Transcript of Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    1/13

    1

    K U L I A H

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAKHari Kushartono

    Divisi Pediatri Gawat Darurat Bagian Ilmu Kesehatan AnakFK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    2/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    2

    Abstrak

    Penderita anak sering mengalami gangguan homeostasis, termasuk homeostasis

    air dan elektrolit. Perbaikan maupun perburukan keadaan klinis berjalan paralel dengan

    perubahan-perubahan pada variabel fisiologis.Total cairan tubuh dapat diperkirakan dari berat badan. Kebutuhan rumatan air

    dan elektrolit tergantung pada banyaknya air yang keluar melalui urin, feses dan

    insensible losses. Jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil daripengaturan keseimbangan antara intake dan output.

    Penatalaksanaan cairan dan elektrolit pada penderita anak didasarkan pada

    prinsip-prinsip fisiologi. Meskipun demikian ini tidaklah sama halnya dengan membuat

    normal semua variabel fisiologis, tetapi harus mempertimbangkan dasar penyebabgangguannya. Kegagalan dalam melakukan ini dapat mengakibatkan harm kepada

    penderita.

    Abstract

    Pediatric patients are often experience of homeostasis disturbance, such as

    homeostasis of water and electrolyte. The development and severity of illness, as well as

    recovery, is paralleled by changes in the physiological variables.

    Total body water can be estimated from body weight. Maintenance water andelectrolyte requirements are determined by water lost from urine, feces and insensible

    losses. The total amounts of water and electrolyte in the body as a whole result from

    carefully regulated balances of intake and output.Fluid and electrolyte management of pediatric patients are based on physiological

    principles. Nonetheless, these are not the same as normalizing all physiological variables,

    but must consider the underlying cause of the derangement. Failure to do so can result insignificant harm to the patient.

    Pendahuluan

    Secara umum terapi cairan dan elektrolit bisa secara enteralmaupun parenteral.Dalam konteks perawatan anak sakit maka pembahasan terutama pada terapi secara

    parenteral, karena biasanya intake peroral sangat tidak memadai dan hal ini hampir rutin

    dikerjakan dalam sehari hari di ruang perawatan anak.Dalam keadaan sakit sering didapatkan gangguan metabolisme termasuk

    metabolisme air dan elektrolit. Dikatakan bahwa perburukan maupun perbaikan keadaan

    klinis penderita berjalan paralel dengan perubahan-perubahan pada variabel fisiologis.1

    Sebagaimana kita ketahui bahwa anak bukanlah miniatur dewasa, sehingga terapi cairan

    dan elektrolit pada anak haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip fisiologi sesuai tahapan

    tumbuh kembangnya dan patofisiologi terjadinya gangguan metabolisme air danelektrolit.

    Prinsip-prinsip fisiologi cairan dan elektrolitTotal cairan tubuh, elektrolit, dan distribusinya

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    3/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    3

    Air merupakan komponen terbesar dan pelarut terpenting dari tubuh kita, biasanya

    dinyatakan dalam persen berat badan dan besarnya berubah menurut umur. Pada masa

    prenatal menurun bersama masa gestasi, lebih kurang 78% berat badan pada saatmenjelang dan segera setelah lahir. Setelah itu menurun bertahap seperti pada gambar 1.

    Pada pubertas anak perempuan mempunyai jumlah cairan tubuh lebih rendah dari anak

    laki-laki karena kandungan lemaknya lebih tinggi.

    2,3

    Cairan tubuh terbagi dalam dua kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler.

    Ekstraseluler terbagi dalam ruang interstisial dan intravaskuler. Pada fetus, ekstraselulerlebih banyak dari intraseluler, dan ekstraseluler menurun seiring pertambahan usia.

    2,3

    Cairan ekstraseluler menurun tajam setelah lahir sebagian besar karenapostnatal diuresis,

    disamping karena peningkatan pertumbuhan sel dan penurunan relatif rata-ratapertumbuhan kolagen terhadap otot selama awal kehidupan.

    2

    Untuk memudahkan kita dalam penatalaksanaan cairan dan elektrolit pada anak, makadari gambar 1 di atas bisa diambil titik-titik penting seperti pada tabel 1 di bawah ini.

    UmurKompartemen

    cairan tubuh

    Lahir Bulan Tahun

    Gambar 1: Grafik hubungan antara umur dengan total cairan tubuh, cairan intraselu-

    ler dan cairan ekstraseluler sebagai persen dari berat badan.2

    Tabel 1: Persentasi total cairan tubuh, cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler ber-

    dasarkan umur.

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    4/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    4

    0 3 6 6 16

    Total Cairan Tubuh 78% 75% 70% 65% 60%

    Cairan Intraseluler 33% 37,5% 40% 42,5% 40%

    Cairan Ekstraseluler 45% 37,5% 30% 22,5% 20%

    Dua ruang lain adalah ruang transcellulardan ruangslowly exchangeable. Sebe-

    narnya ini juga merupakan cairan ekstraseluler tetapi mempunyai karakteristik tersendiri

    dan dalam keadaan normal tidak begitu penting. Cairan slowly exchangeable berjumlah

    8-10% berat badan, mengisi tulang-tulang rawan dan jaringan ikat yang keras. Pertukarantidak mudah terjadi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan cairan, tetapi dapat me-

    nerima cairan infus dan meneruskan ke plasma pada resusitasi intraosseous. Cairan trans-

    cellular atau rongga ke tiga (extracorporeal) berasal dari pengangkutan aktif cairan

    ekstrasel melalui epitel dan dianggap sebagai reservoir cairan ekstraseluler, seperti: cairanserebro spinalis, cairan lumen usus, cairan bola mata, cairan getah bening, cairan

    intrapleura, cairan peritoneal, cairan sinovial dsb. Jumlahnya hanya 1-3% berat badan.2,3

    Komposisi elektrolit dalam berbagai kompartemen tidak sama (gambar 2).

    Natrium merupakan kation utama ekstraseluler dan aktif secara osmotik menjaga volume

    intravaskuler dan interstisial. Kalium merupakan kation utama intraseluler, sehingga ber-

    peranan menjaga osmolalitas intrasel dan memelihara volume sel. Kalium penting untukmembangkitkan sel-sel saraf dan otot, bertanggung jawab terhadap kontraktilitas otot

    (bercorak maupun polos) terutama otot jantung.2

    Regulasi input dan output cairan tubuhIntake dirangsang oleh rasa haus sebagai respon kurang air (hipertonik) melalui

    osmoreceptordi midhipotalamus, pankreas dan vena porta hepatika. Hipovolemi dan hi-

    Gambar 2. Distribusi elektrolit dalam masing-masing kompartemen

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    5/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    5

    potensi juga dapat merangsang haus melalui baroreceptordi atrium dan pembuluh darah

    besar, atau melalui peningkatan angiotensin II. Gangguan rasa haus bisa terjadi pada

    gangguan psikologik, penyakit SSP, hipo-K+, malnutrisi, gangguan renin angiotensin.

    2

    Excretion atau pengeluaran air dapat berupa kehilangan cairan insensible (+30%),

    air kemih melalui ginjal (+60%) dan sedikit cairan tinja (+10%). Ini menggambarkan

    jumlah yang harus diminum perhari untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

    2,4

    Kehilangan insensible bisa melalui kulit (2/3) dan paru (1/3), tergantung faktor-faktor

    yang mempengaruhi energy expenditure (tidak tergantung keadaan cairan tubuh) seperti:

    luas permukaan tubuh, suhu tubuh dan lingkungan, laju respirasi, kelembaban ling-kungan, dsb. Ini berbeda dengan kehilangan cairan melalui keringat (sensible water andelectrolyte losses) yang biasanya terjadi bila suhu tubuh dan / lingkungan meningkat,

    diatur oleh sistem syaraf otonom.2,5,6

    Pengeluaran air kemih penting untuk mengatur osmolalitas dan komposisi cairanekstraseluler. Jumlah dan kadar urine dikendalikan oleh axis neurohypophyseal-renal,

    yaitu Antidiuretic Hormone (ADH). Ikut berpengaruh pula adalah GFR, keadaan epitel

    tubulus ginjal, fungsi tiroid dan kadar adrenal steroid dalam plasma.2

    Pengeluaran ADH terjadi karena exocytosis sebagai reaksi rangsangan hypothalamus.Sekresi ADH diatur oleh tekanan osmotik cairan ekstraseluler, dipantau oleh vesikel

    dalam nukleus supraoptikus sebagai osmoreceptor. Vesikel membengkak bila osmolalitascairan ekstraselulerlebih rendah dariintraseluler, mengerut apabila sebaliknya. Pengaruh

    utama ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus colligentus terhadap air. Air

    berdifusi keluar tubulus atas pengaruh ADH, dan difusi tidak terjadi bila tidak ada ADH.2

    Regulasi distribusi cairan dan elektrolit di dalam tubuhCairan tubuh terdiri dari air, elektrolit dan non elektrolit. Air sebagai pelarut,

    elektrolit dan non elektrolit sebagai terlarut.7

    Distribusi antar kompartemen ditentukanoleh permeabilitas membran dan osmolal gradient. Walaupun demikian keseimbangan-

    nya menganut hukum iso-osmolaritas, neutralitas elektron dan keseimbangan asam basa.8

    Osmolalitas antar kompartemen dipertahankan seimbang meskipun kadar zat ter-larutnya berubah-ubah.

    8Jumlah cairan intraseluler dipengaruhi oleh kadar larutan

    ekstraseluler. Cairan intraseluler dipertahankan konstan oleh tekanan osmotik di luar sel

    yang dibatasi membran yang permeabel terhadap air. Peningkatan osmolalitas cairan

    ekstraseluler menyebabkan pengurangan air intrasel, atau sebaliknya.2

    Phosphatanorganik dan protein (90% anion intraseluler) tidak bebas melewati membran sel,

    sehingga berperan mempertahankan osmolalitas intraseluler. Kalium dan magnesium

    merupakan kation utama intraseluler dapat dengan bebas keluar masuk sel, tetapi karenaanion intraseluler relatif konstan dan harus menganut hukum netralitas elektron maka

    kehilangan kation intrasel akan diganti dengan kation ekstrasel. Untuk menghindari

    edema intraseluler maka tranport aktif melalui aktifitas Na+-K

    +-ATPase akan memompa

    natrium keluar sel melawan chemical gradientdan electrical gradient.8 Dikatakan juga

    bahwa perubahan nilai strong ion difference (selisih konsentrasi kation kuat dan anion

    kuat) akan menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa, begitu juga sebaliknya.7

    Osmolalitas cairan ekstrasel dapat bervariasi dengan mempengaruhi konsentrasi

    solut atau kandungan air melalui regulasi ginjal.8

    Pemeliharaan cairan ekstraseluler terja-

    di karena keseimbangan pemasukan cairan, regulasi ginjal dan tekanan onkotik (colloid

    osmotic) kapiler. Tekanan onkotik merupakan sebagian kecil dari tekanan osmotik, dipe-

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    6/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    6

    ngaruhi molekul-molekul besar seperti albumin yang tak mudah melintasi pori kapiler.

    Selain permeabilitas kapiler dan colloid osmotic pressure, jumlah cairan interstitial

    dipengaruhi tekanan hidrostatik kapiler (hukum Starling). Air dari ruang interstitial diba-wa oleh saluran lymphe melalui duktus thorasikus ke vena cava.

    2Tidak ada hubungan an-

    tara osmolalitas dengan volume cairan ekstraseluler. Hipo atau hiperosmolar dapat berhu-

    bungan dengan volume yang kurang, normal, atau berlebih.

    8

    Air merupakan zat yang paling mudah berdifusi. Elektrolit dapat melintasi membran

    kapiler dan membran sel dengan difusi maupun transport aktif Na+-K

    +-ATPase mengikuti

    netralitas elektron masing-masing kompartemen.8,9

    Permeabilitas membran terhadapbahan terlarut non elektrolit bervariasi tergantung besar molekul dan jenis selnya.

    Glukosa tidak mudah masuk ke dalam sel otot, tetapi harus dibantu insulin untuk selan-

    jutnya segera dimetabolisme. Untuk sel-sel darah merah, hati, ginjal, dan beberapa sel

    otak termasuk mungkin osmoreceptor glukosa dapat berdifusi dengan bebas. Karenasebagian besar tubuh kita adalah sel otot, maka glukosa dapat mempengaruhi osmolalitas

    efektif (effective osmols). Hiperglikemia menyebabkan pergeseran air intrasel ke ekstrasel

    sehingga bisa menyebabkan kesalahan interpretasi kadar elektrolit, demikian pula dengan

    manitol.

    8

    BUN mudah melewati membran kapiler maupun membran sel, sehingga tidakberkontribusi terhadap osmotic gradient (ineffective osmols). Tetapi BUN mempunyai

    kontribusi terhadap osmolalitas secara keseluruhan.10

    Natrium merupakan kationterbanyak dalam plasma dan interstitial, dan bersama anionnya (Cl

    -dan bikarbonat)

    berperan lebih dari 90% terhadap osmolalitas ekstrasel.2

    Sehingga osmolalitas plasma

    dapat dihitung dengan rumus:10

    Osmolalitas plasma = 2 x [Na+] + +

    Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menilai osmolalitas plasma berkaitaninterpretasi kadar natrium adalah bila terdapat hiperproteinemia dan hiperlipidemia. Hasil

    laboratorium biasanya dalam meq/liter atau mmol/literplasma volume, yang sebenarnya

    adalah kadar dalamplasma water. Karena kelebihan protein dan lipid akan menggantikansebagian tempat dari air, kandungan air dalam plasma akan berkurang sehingga

    interpretasinya cenderung hiponatremi (pseudohyponatremia).8,9

    Cairan transeluler tidak ikut dalam keseimbangan, akan tetapi jumlahnya sangat

    meningkat pada keadaan diare atau ileus dengan multiple air fluid level.2

    Prinsip-prinsip terapi cairan dan elektrolitAnak-anak memerlukan cairan dan elektrolit lebih banyak dari pada dewasa,

    karena itu mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini karena:

    - Metabolic rate yang tinggi.- Insensible loss yang tinggi (minute ventilation tinggi, rasiosurface area : volume

    tinggi, epidermis immature pada bayi preterm).

    - Kemampuan konsentrasi urin rendah.Tetapi kemampuan bayi-bayi mengekskresi air juga rendah karena immaturitasginjal (usia < 1 tahun) dan mempunyai kecenderungan ADHnya tinggi. Kesalahan

    tersering adalah terjadinya water overload yang mengakibatkan hiponatremi

    simtomatik.11

    2,8 (mg/dl)

    Glukosa

    18 (mg/dl)

    BUN

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    7/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    7

    Kebutuhan cairan perhariKebutuhan rumatan = IWL + urin + cairan tinja.

    2

    Kebutuhan cairan perhari bisa diperkirakan berdasarkan energy expenditure:12

    1 kcal = 1 ml H2O.

    Berdasarkan perhitungan energy expenditure rata-rata pada pasien yang dirawat di rumah

    sakit didapatkan kebutuhan cairan perhari sebagai berikut:

    11

    Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari.

    Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari.

    Bayi > 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari.

    Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari.

    Berat badan 10 kg kedua = 1000 ml + 50 ml H2O/kgBB/hari.

    Berat badan > 20 kg = 1500 ml + 20 ml H2O/kgBB/hari.Pada pasien dengan kesulitan kompensasi terhadap kelebihan atau kekurangan cairan danelektrolit (kelainan jantung, ginjal) harus dilakukan perhitungan secara ketat/titrasi.

    12

    Faktor-faktor yang bisa mengurangi kebutuhan cairan:11

    Humidifikasi x 0,75 Dilumpuhkan x 0,7

    ADH tinggi (mis: IPPV, koma) x 0,7

    Hipotermi - 12% peroC suhu rektal < 37

    Kelembaban lingkungan tinggi x 0,7

    Gagal ginjal x 0,3 (+ produksi urin)

    Faktor-faktor yang bisa meningkatkan kebutuhan cairan:11

    Aktifitas penuh dan diet oral x 1,5 / minum bebas

    Demam + 12% peroC suhu rektal > 37

    Suhu ruangan > 31oC + 30% peroC

    Hiperventilasi x 1,2

    Neonatus preterm (< 1,5 kg) x 1,2

    Radiant heater x 1,5

    Phototherapy x 1,5

    Luka bakar hari 1 + 4% per 1% luas luka bakar

    Luka bakar hari > 2 + 2% per 1% luas luka bakar

    Kebutuhan elektrolit perhari

    Perkiraan kebutuhan elektrolit perhari didasarkan pada kebutuhan metabolisme, ataudengan kebutuhan cairan perhari:

    Natrium : 2 4 mEq/100mlH2O/hari.

    Kalium : 1 2 mEq/100mlH2O/hari.Klorida : 2 4 mEq/100mlH2O/hari.

    Walaupun dalam beberapa kondisi bisa terjadi kehilangan banyak elektrolit melalui kulit

    atau gastrointestinal, tetapi sebagian besar kehilangan elektrolit perhari adalah melalui

    urin. Karena itu pada penderita oliguri memerlukan elektrolit lebih sedikit untuk

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    8/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    8

    penggantiannya, sebaliknya pada penderita poliuri. Pada penderita dengan unusual losses

    memerlukan monitoring dan penyesuaian kebutuhan penggantian elektrolitnya.12

    Persamaan-persamaan untuk menentukan kebutuhan rumatan cairan dan elektrolit di

    atas didasarkan pada beberapa ASUMSI, yaitu :

    Rata-rata kehilangan cairan insensible. Rata-rata energy expenditure dan metabolisme.

    Rata-rata kehilangan cairan melalui produksi urin.

    Dianggap tidak ada sumber kehilangan cairan dan elektrolit dari tempat lain.

    Fungsi ginjal dianggap normal.Pada penderita-penderita yang dirawat seringkali terdapat abnormalitas dari asumsi-

    asumsi di atas, karena itu penatalaksanaan cairan dan elektrolit harus disesuaikanberdasar pada keadaan klinis penderita.

    12

    Penatalaksanaan penggantian cairan dan elektrolit.

    Tujuan utama adalah mengembalikan volume sirkulasi efektif yang adekuat. Volume

    yang diperlukan bervariasi tergantung keadaan klinis dan perlu re-evaluasi.11,12

    A. Perkiraan kehilangan cairan.11,12

    1. Berat badan :Perubahan yang cepat dari berat badan menggambarkan perubahan TBW.

    Berat badan diperlukan untuk menentukan banyaknya cairan pengganti yangdibutuhkan.

    2. Anamnesis :o Kehilangan cairan : muntah, diare, perdarahan, luka bakar, drainase bedah

    (seberapa banyak dan / seberapa sering).

    o Masukan cairan : jenis cairan, berapa banyak, bagaimana keberhasilannya.

    o Produksi urin.3. Pemeriksaan fisik : mental status, nadi, heart rate, tekanan darah, membran

    mukosa, turgor kulit, warna kulit, perabaan perifer, capillary refill.

    4. Laboratorium : kimia serum, hematokrit, urin lengkap.

    B. Pemberian cairan intravena.1. Cairan apa yang digunakan ?

    Cairan awal yang seharusnya diberikan adalah cairan isotonis untuk memperbaikivolume sirkulasi efektif. Dalam hal ini yang biasa digunakan adalah Ringers

    Lactat, Ringers Asering, dan NaCl 0,9%.12

    Nilai Strong Ion Difference (SID) dari NaCl 0,9% adalah 0 (nol), sehingga pasca

    resusitasi bisa terjadi asidosis metabolik hiperkloremik.7

    Bila karena perdarahan,volume expander yang terbaik adalah darah.

    12Pada beberapa keadaan khusus

    perlu dipertimbangkan penggunaan koloid.13

    2. Berapa banyak ?Untuk memperbaiki volume sirkulasi efektif diberikan 10-20 ml/kg dalam 10-30

    menit. Evaluasi perbaikan klinis meliputi mental status, tanda vital, dan produksi

    urin. Bila masih diperlukan bisa diulang. Bila belum membaik setelah diberikan

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    9/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    9

    60 ml/kgBB, pertimbangkan pemasangan Central Venous Pressure (CVP) untuk

    menentukan volume intravaskuler yang lebih tepat.12,13

    3. Bagaimana selanjutnya setelah volume sirkulasi efektif tercapai ?Bila belum memungkinkan peroral, total kebutuhan diberikan intravena dengan

    mempertimbangkan:

    o

    Sisa defisit (air maupun elektrolitnya): Volume : bandingkan berat badannya dengan berat badan sebelum sakit.

    Perhitungkan jumlah cairan selama resusitasi.

    Natrium : Bila hiponatremi, perhitungkan defisit natriumnya. Air : Bila hipernatremi, perhitungkan defisit airnya.

    o Ongoing losses : volume dan komposisi elektrolitnya.o Kebutuhan rumatan : air dan elektrolit (pertimbangkan kondisi yang me-

    ningkatkan/mengurangi kebutuhannya).Jumlahkan semua kebutuhan air dan elektrolit dari sisa defisit, ongoing losses,

    dan kebutuhan rumatan. Kemudian tentukan jenis cairannya berdasarkan jumlah

    total air dan elektrolit yang diperlukan dan juga kalori untuk diberikan dalam 24

    jam. Pertimbangkan juga kondisi klinis penderita seperti adanya kelainan jantungdan kelainan ginjal.12

    C. Masalah osmolalitas.Osmolalitas diatur oleh :

    ADH melalui mekanisme pengenceran dan pemekatan urin.

    Mekanisme rasa haus.Perubahan osmolalitas serum yang terjadi secara akut akan menyebabkan perubahanvolume sel secara cepat termasuk sel otak, sehingga bisa menimbulkan abnormalitas

    neurologi. Dalam hal ini memerlukan koreksi cepat.

    Tubuh mampu melakukan kompensasi terhadap perubahan osmolalitas serum yang

    terjadi secara lambat melalui pengaturan osmolalitas intrasel. Koreksi terhadapabnormalitas osmolalitas serum yang sudah berlangsung lama harus dilakukan lebih

    lambat untuk memberikan kesempatan terhadap mekanisme adaptasi tubuh.11,12

    Sebagaimana diketahui bahwa natrium mempunyai peranan penting terhadap

    osmolalitas ekstrasel,2

    karena itu pembahasan osmolalitas akan kami tekankan pada

    masalah gangguan keseimbangan natrium.

    1. Hiponatremi.11,12,14

    Natrium serum < 130 mEq/L

    Biasanya disebabkan karena jumlah air yang berlebih, dari pada karena jumlahnatriumnya yang rendah.

    Perlu menentukan status cairan penderita untuk membantu klarifikasi penyebabhiponatremi:

    Assessment of volume status

    Hypovolemia Euvolemia (no edema) Hypervolemia

    Total body water Total body water Total body water

    Total body sodium Total body sodium Total body sodium

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    10/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    10

    UNa > 20 UNa < 20 UNa > 20 UNa > 20 UNa < 20

    Extrarenal losses Glucocorticoid deficiency, Acute or chronic

    Vomiting, Diarrhea, Hypothyroidism, Stress, renal failure (Tx: D)

    Third spacing of fluids, Drugs, SIADH (Tx: C)Burns, Pancreatitis, Nephrotic Syndrome,

    Trauma (Tx: B) Chirrosis, Cardiac

    Failure (Tx: E)

    Renal lossesDiuretic excess, Mineralocorticoid deficiency,

    Salt-losing deficiency, Bicarbonaturia with

    renal tubular acidosis and metabolic alkalosis,Ketonuria, Osmotic diuresis (Tx: A)

    Terapi :

    A = Penggantian air dan natrium yang adekuat, terapi hormonal bila ada indikasi.B = Penambahan volume dan penggantian defisit natrium.

    C & D = Restriksi air.

    E = Membuat keseimbangan volume sirkulasi efektif dengan restriksi Na dan air.

    Hiponatremi simtomatik:

    Penurunan kadar natrium (biasanya < 120 mEq/L) disertai dengan kejang danperubahan mental status.

    Salin hipertonis (NaCl 3%) hanya diindikasikan untuk kasus ini. Dinaikkanbertahap dengan kenaikkan cepat cukup 5-10 mEq/L (cukup hanya sampai

    kadar natrium 125 mEq/L) atau gejala klinis hilang, dengan batas kecepatan

    tidak lebih dari 3 mEq/L/jam atau 6 ml/kg/jam (yang terbaik 1 mEq/L/jamatau 2 ml/kg/jam). Selanjutnya diberikan lebih lambat dengan cairan lain yang

    lebih hipotonis dari NaCl 3% (D50,45NaCl, D50,225NaCl, dsb) denganmemperhitungkan kebutuhan natrium rumatan dan sisa defisit natriumnya,

    total kenaikan perhari tidak lebih dari 10-15 mEq/L. Salin hipertonis (NaCl

    3%) tidak ada tempat untuk hiponatremi asimtomatik.

    Penghitungan defisit natrium:

    TBW (L) x Natrium yang diharapkan (mEq/L).Gunakan 135 mEq/L sebagai harga normal natrium.

    Bila jumlah airnya yang berlebih, maka perhitungan banyaknya air yang perludikeluarkan untuk meningkatkan natrium serum seperti contoh di bawah ini:

    Anak 6 th, 25 kg, Na serum 110 mEq/L, dinaikkan menjadi 120 mEq/L.- (Na terukur x TBW1) (Na diharapkan x TBW baru).

    - TBW (6 yrs) = 65% x BB 25 x 0.65 = 16.25 L.110 mEq/L x 16.25 L

    - TBW2 = = 14.9 L 15 L.120 mEq/L

    - Air bebas elektrolit yang perlu dikeluarkan untuk meningkatkan Na serummenjadi 120 mEq/L = TBW New TBW = 1.25 L.

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    11/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    11

    - Dengan kecepatan koreksi 1 mEq/jam, maka untuk mencapai koreksi yangdiharapkan diperlukan pengeluaran air sebanyak 125 ml/jam.

    - Berikan furosemide, monitor produksi urin, dan ganti kehilangan natrium,kalium serta kelebihan kehilangan air.

    - Batasi intake air sebanyak IWL (jangan ganti volume urin yang keluar, atau

    buat balance negatif) dengan tetap memperhatikan kebutuhan rumatanelektrolit dan hemodinamik.

    - Obat-obatan antidiuretic hormone action seperti lithium carbonate dandemeclocycline telah digunakan pada dewasa, tetapi mempunyaiketerbatasan karena efek neurotoksik, nephrotoksik dan fotosensitifnya.

    Obat lain yang mulai digunakan adalah V2-receptor antagonist(Antagonizes

    vasopressin action).

    2.

    Hipernatremi.

    11,12,14

    Natrium serum > 150 mEq/L.

    Biasanya disebabkan karena relatif defisiensi air (sebenarnya kadar natriumnyanormal). Bisa terjadi karena kehilangan banyak air, atau kehilangan air dan

    natrium yang lebih encer (lebih hipotonis) dari pada serum.

    Hipernatremia sebenarnya hampir tidak pernah terjadi pada pasien dengan sistem

    pengaturan osmolalitas serumnya normal.

    Evaluasi status cairan pada hipernatremi:

    Assessment of volume status

    Hypovolemia Euvolemia (no edema) Hypervolemia

    Total body water Total body water Total body water

    Total body sodium Total body sodium Total body sodium

    UNa > 20 UNa < 20 UNa variable UNa > 20

    Extrarenal losses Renal losses Extrarenal losses Sodium gains

    Excessive sweating, Diabetes Insipidus Insensible losses Primary, Hyperaldo -Burns, Diarrhea, Hypodipsia (Tx: C) Respiratory steronism, CushingsFistulas (Tx: B) Dermal (Tx: D) syndrome, Hypertonic

    dialysis, Hypertonic

    Renal losses sodium bicarbonate,Diuretic excess, Mineralocorticoid deficiency, Sodium chloride

    Salt-losing deficiency, Bicarbonaturia with tablets (Tx: E)

    renal tubular acidosis and metabolic alkalosis,

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    12/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    12

    Ketonuria, Osmotic diuresis (Tx: A)

    Terapi :A,B,C,D = Memperbaiki volume sirkulasi efektif, dilanjutkan penyesuaian osmolalitas

    dengan hati-hati. Bila memungkinkan, biarkan mekanisme dalam tubuh

    penderita itu sendiri yang melakukan fungsi mekanisme regulasiosmolalitasnya.

    Hipernatremi berat atau kronis memerlukan koreksi perlahan untuk

    mencegah masuknya kembali air ke dalam sel dengan cepat, jangan lebihdari 10-15 mEq/L/hari dan monitor laboratorium ketat.

    E = Keluarkan natrium dengan diuretik dan diganti air.

    Pertimbangkan dialisis untuk kasus dengan hipernatremi dan kelebihan

    cairan berat.

    Hipernatremi simtomatik:

    Gejala neurologi biasanya mulai tampak pada kadar natrium > 160 mEq/L.

    Shok jarang dijumpai pada dehidrasi hipernatremi, yang sering adalah gejalaneurologi.

    Bila dehidrasi berat, maka untuk memperbaiki volume sirkulasi efektif tetapdigunakan cairan isotonis (Ringers Lactat, Ringers Asering, dsb).

    Selanjutnya bila perfusi dan produksi urin membaik, maka cairan digantidengan cairan hipotonis (D50,45NaCl, D50,225NaCl, dsb) dengan

    memperhitungkan kecepatan penurunan kadar natriumnya (pada prinsipnya

    sama dengan kecepatan peningkatan kadar natrium pada penanganan

    hiponatremi).

    Untuk kasus dengan defisit air, maka penghitungan deficit airnya sbb:

    Natrium yang diukur (mEq/L)X TBW (L) - TBW (L)

    Natrium yang diharapkan (mEq/L)

    Gunakan 145 mEq/L untuk natrium yang diharapkan.

    Ganti setengah dari defisit air dari hasil penghitungan dalam 12-24 jam,setengahnya diberikan dalam 24-36 jam berikutnya.

    Untuk kasus dengan kelebihan total natrium tubuh, maka diberikan diuretikuntuk mengeluarkan natrium dan dilakukan penggantian air elektrolit lain

    yang ikut hilang. Pertimbangkan perlunya dialisis.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kavanagh BP, Meyer LJ. Normalizing physiological variables in acute illness:five reasons for caution. Intensive Care Med. 2005, 31:1161-1167.

    2. Adelman RD, Solhaug MJ. Pathophysiology of body fluids and fluid therapy. In:Berhman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics, 16

    thed.

    Philadelphia : WB Saunders, 2000: 189-227.

    3. Paschall JA, Melvin T. Fluid and electrolyte therapy. Dalam: Holbrook PR.Textbook of pediatric critical care. Philadelphia: WB Saunders, 1993: 653-702.

  • 7/28/2019 Terapi Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

    13/13

    Continuing Education XXXVI

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

    Hari Kushartono

    13

    4. Barkin RM, Rosen P. Emergency pediatrics: A guide to ambulatory care, 4 th ed.St Louis: Mosby, 1994: 69-73.

    5. Souid AK, Schneiderman H. Principles of pediatric fluid therapy. Diakses darihttp://www.ec.hscsyr.edu/peds/fluid_manual, tanggal 27 Nopember 2000.

    6. Ambalavanan N. Fluid, electrolyte, and nutrition management of the newborn.

    Diakses dari wysiwyg://213/http://www.emedicine.com/ped/topic2554, tanggal 23Mei 2002.

    7. Stewart PA. How to understand acid-base. Diakses dari http://www.qldanaesthesia.com, 20 Mei 2003

    8. Oh MS, Carroll HJ. Regulation of Intracellular and Extracellular Volume. Dalam:Arieff AI, DeFronzo RA. Fluid, electrolyte, and acid-base disorders, 2

    nded. New

    York: Churchill Livingstone, 1995: 1-28.

    9. Laiken N, Fanestil DD. Body fluids and renal function. Dalam: West JB. Best andtaylors. Physiological basis of medical practice, 12

    thed. Baltimore: Williams &

    Wilkins, 1990: 406-418.

    10.Badr K, Ichikawa L. Physical and biological properties of body fluid and

    electrolytes. Dalam: Ichikawa L. Pediatric textbook of fluids and electrolytes.Baltimore: Williams & Wilkins, 1990: 3-12.

    11.Pearson GA. Handbook of Paediatric Intensive Care. London: WB Saunders,2002: 83-97.

    12.Symons. Clinical fluid and electrolyte management. Diakses dari www.seattle-childrens.org/health_care_professionals/pdf/clinical_fluid.pdf, 20 Maret 2006.

    13.Carcillo JA, Fields AI. Clinical practice parameters for hemodynamic support ofpediatric and neonatal patiens in septic shock. Crit Care Med 2002; 30:1365-1378.

    14.Wood EG, Lynch RE. Electrolyte management in pediatric critical illness. Dalam:Fuhrman BP, Zimmerman JJ. Pediatric critical care, 3

    thed. Elsevier: Mosby,

    2006: 939-957.

    http://www.ec.hscsyr.edu/peds/fluid_manualhttp://www.emedicine.com/ped/topic2554http://www/http://www.seattle-/http://www.seattle-/http://www/http://www.emedicine.com/ped/topic2554http://www.ec.hscsyr.edu/peds/fluid_manual