Terapi Bermain Vista

download Terapi Bermain Vista

of 25

Transcript of Terapi Bermain Vista

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGHospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi tiap orang. Penyakit yang diderita akan menyebabkan perubahan perilaku normal sehingga klien perlu menjalani perawatan (hospitalisasi). Secara umum, hospitalisasi menimbulkan dampak pada lima aspek, yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan ekonomi (Asmadi, 2005). Dengan adanya perubahan-perubahan selama hospitalisasi itu sendiri dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman pada pasien, perasaan kesepian, dan biasanya pada pasien anak-anak akan rewel dan akan menimbukan perasaan traumatis akibat tindakan medis, seperti pemasangan infuse dan injeksi.Bermain merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh anak-anak. Bermain sendiri merupakan kegiatan sebagai sarana latihan dan mengelaborasi keterampilan yang diperlukan saat dewasa nanti. Contoh bahwa bermain berfungsi sebagai sarana melatih keterampilan untuk bertahan hidup dapat kita amati pada anak-anak kucing yang lari mengejar dan menangkap bola sebagai latihan menangkap mangsa. Bayi menggerak-gerakan jari, tangan, kaki, tiada lain sebagai latihan untuk mengkontrol tubuh (Tedjasaputra, 2005).Bermain sendiri juga dapat digunakan oleh orang dewasa untuk membina hubungan dengan anak karena selama bermain suasananya bebas maka anak merasa tidak takut-takut untuk bermain bersama. Selain itu, bermain sendiri dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang disebut terapi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah terberi pada seseorang anak (Tedjasaputra, 2005)Bermain dapat digunakan untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu, melatih konsep-konsep dasar seperti warna, ukuran,bentuk, besaran, arah, keruangan, melatih keterampilan motorik kasar,halus dan sebagainya. Untuk kegiatan seperti ini dalam pelaksanaannya harus menarik dan menyenangkan sehingga anak akan merasa senang dan tidak terpaksa. Sehingga tujuan dari terapi bermain ini dapat tercapai dengan maksimal (Tedjasaputra, 2005).Dengan demikian terapi bermain dapat diterapkan untuk memberikan terapi pada pasien anak-anak sebagai suatu intervensi yang dapat diambil. Dengan terapi bermain berkembangan anak selama di Rumah Sakit tidak akan terhambat dan dengan terapi bermain dapat melatih anak-anak untuk mengembangkan keterampilan motorik halus, motorik kasar, kognitif, kreatiitas, perkembangan social, moral, dan penerimaan diri.

B. TUJUANTujuan Umum:Untuk memeuhi kebutuhan bermain pada anak selama menjalani perawatan di Rumah SakitTujuan Khusus:1. Untuk mengurangi tingkat kecemasan anak selama hospitalisasi2. Untuk melatih berinteraksi dengan sesama pasien dan dengan perawat.3. Dapat mengembangkan sosial , motorik halus, komunikasi, motorik kasar dan kognitif.4. Kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan

C. SASARANSasaran terapi bermain adalah pasien anak-anak yang dirawat di ruang perawatan anak Ruang Anggrek RSUD Salatiga yang termasuk dalam usia pra sekolah, yaitu antara usia 3-6 tahun, sudah menjalani perawatan di Rumah Sakit lebih atau selama 3 hari, keadaan anak tidak diharuskan untuk bed rest total, tidak mengalami demam, tidak kejang, dan bersedia untuk mengikuti terapi bermain.

BAB IIDESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARANAdapun karakteristik sasaran untuk terapi bermain ini adalaha. Anak usia pra sekolah (3-6 tahun)b. Anak tidak dengan penyakit yang berat (tidak mengharuskan bed rest total, tidak kejang, tidak demam)c. Anak kooperatif, bersedia mengikuti terapi bermain

B. ANALISA KASUSAn. F (6 thn) masuk RS dengan keluhan demam, batuk dan pilek. An. F termasuk anak yang aktif, tidak rewel, terbuka (mengungkapkan apa yang dirasakan). An. F biasanya bermain dengan teman-temannya, selama di Rumah Sakit An. F tidak dapat bermain dan hanya ditemani oleh ibunya. An. F sudah 3 hari menjalani perawatan di Rumah Sakit, sehingga An. F mulai jenuh di Rumah Sakit.

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI1. Definisi HospitalisasiHospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, menharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya ke rumah (Supartini, 2004).Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi tiap orang. Penyakit yang diderita akan menyebabkan perubahan perilaku normal sehingga klien perlu menjalani perawatan (hospitalisasi). Secara umum, hospitalisasi menimbulkan dampak pada lima aspek, yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan ekonomi (Asmadi, 2005).Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bag anak, tetapi juga bagi orang tua. Reaksi orang tua terhadap anak di rumah sakit dan yang menyebabkannya dapat diuraikan sebagai berikut :1. Perasaan cemas dan takutOrang tua akan merasa begitu cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi infus dan prosedur invasif lainnya. Sering kali pada saat anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua bahkan menangis karena tidak tega melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau petugas kesehatan harus bijaksana bersikap pada anak dan orangtuanya.2. Perasaan sedihPerasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Bahkan, pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua. Di satu sisi orang tua dituntut untuk berada di samping anaknya dan memberi bimbingan spiritual pada anaknya, dan di sisi lain mereka menghadapi keberdayaannya karena perasaan terpukul dan sedih yang amat sangat. Pada kondisi, orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.3. Perasaan frustasiPada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis (Supartini, 2004).Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri/tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan dimana dimaksudkan semata hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan (Sujono & Sukarmin, 2009).Melalui bermain anak dapat mengekpresikan pikiran, perasaan, fantasi serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai sumber stress. Dengan bermain anak dapat belajar mengungkapkan isi hati melalui kata-kata, anak belajar dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, objek bermain, waktu, ruang dan orang (Sujono & Sukarmin, 2009).2. Fungsi Bermain Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anaka. Perkembangan sensoris-motorikDalam hal ini, permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan pergerakan kasar anak dengan cara memainkan suatu obyek yang sekiranya anak merasa senang. Misalnya orang tua memainkan pensil didepan anak, pada tahap awal anak melirik benda yang ada didepannya, kalau dia tertarik maka dia akan berespon dan berusaha untuk meraih/mengambil pensil dari genggaman orang tuanya(Sujono & Sukarmin, 2009).b. Perkembangan kognitifMembantu anak untuk mengenal benda-benda yang ada disekitarnya. Misalnya, mengenalkan anak dengan warna (merah, biru, hijau,kuning,putih, hitam dan sebagainya), bentuk (bulat, lonjong, gepeng, kubus dan sebagainya). Dengan cara seperti ini orang tua juga secara tidak sadar sudah bisa memacu perkembangan bahasa anak(Sujono & Sukarmin, 2009).c. KreatifitasMengembangkan kreatifitas anak dalam bermain sendiri atau secara bersama. Berikan anak balok yang banyak dan dibiarkan dia menyusun balok-balok itu untuk dibuat bentuk apa saja sesuai dengan keinginan anak, kemudian tanyakan pada anak benda apa yang telah ia buat itu (Sujono & Sukarmin, 2009).d. Perkembangan sosialBelajar berinteraksi dengan orang lain, mempelajari peran dalam kelompok. Kumpulkan anak 3-5 anak yang usianya sebaya, kemudian biarkan anak untuk membentuk kelompok sendiri dan menjalani perannya sendiri-sendiri (Sujono & Sukarmin, 2009).e. Kesadaran diri (self awareness)Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan tingkah laku terhadap orang lain. Jika anak tadi berperan sebagai seorang pemimpin dan dia merasa tidak mampu untuk memimpin, maka dengan senang hati dia akan memberikan peran pemimpin tadi pada teman yang lainnya (Sujono & Sukarmin, 2009).f. Perkembangan moralDapat diperoleh dari orang tua, orang lain yang ada disekitar anak. Untuk itu tugas orang tua untuk mengajari anak agar mempunyai moral yang baik (Sujono & Sukarmin, 2009).g. Komunikasi Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang masih belum dapat menyatakan perasaanya secara verbal. Misalnya: anak menggambar dua anak kecil perempuan (mungkin dia ingin punya adik perempuan), anak melempar sendo/garpu saat makan (mungkin dia tidak suka sama lauk-pauknya) dan sebagainya (Sujono & Sukarmin, 2009).3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak menurut Sujono & Sukarmin, 2009 adalah:a. Tahap perkembangan, setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan dalam permaianan. Anak umur 3 tahun alat permainannya berbeda dengan anak yang umur 5 tahunb. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan ada saat anak sama sekali tidak tertarik pada permainannya.c. Jenis kelamin, pada usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas sendiri, dimana anak wanita bermain sesame wanita dan anak laki-laki bermain sesame laki-laki, alat permainan pun berbeda, misalnya anak laki-laki suka main bola dan perempuan suka main boneka.d. Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layang, paling-paling mereka bermain game karena jarang ada tanah lapang untuk bermain, berbeda dengan didesa yang masih banyak terdapat tanah kosong.e. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap perkembangannya sehingga anak menjadi senang untu menggunakannya.

D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI a. Tumbuh kembang Pra Sekolah Usia 4 tahunMotorik kasar: berjalan berjinjit, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melembarkannya dari atas kepalaMotorik halus: sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertical maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju (Sujono & Sukarmin, 2009). Usia 5 tahunMotorik kasar:berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian.Motorik halus: menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat sepatu.Social emosional:bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi social selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain (Sujono & Sukarmin, 2009).b. Karakteristik permainan 1) Usia Pra SekolahTujuan:a) Menggembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan b) Mengembangkan kemampuan berbahasac) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah dan mengurangid) Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara)e) Membedakan benda dengan perabaanf) Menumbuhkan sportifitasg) Mengembangkan kepercayaan diri h) Mengembangkan kreatifitasi) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari)j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan motorik kasar.k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.l) Memperkenalkan pengertian mengenai terapung dan tenggelam.m) Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong (Sujono & Sukarmin, 2009).Alat permainan yang dianjurkan:a) Berbagai benda disekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dan sebagainya.b) Teman-teman bermain, anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah (Sujono & Sukarmin, 2009).Jenis Permainan Bagi Anak HospitalisasiMenurut Donna L. Wong, 1996 ada beberapa jenis permainan untuk usia pra sekolah yang menjalani hospitalisasi, diantaranya adalah:a) Papan jungkat-jungkitb) Perosotan dengan tinggi sedangc) Ayunan yang dapat diaturd) Sepeda roda tigae) Kereta sorongf) Kereta luncurg) Truk,mobil, kereta, pesawath) Baju-baju mainan untuk berdandani) Peralatan dokter dan perawatj) Puzzle jigsawk) Mainan musik (piano mainan, drum, terompet )l) Permainan gambarm) Mewarnai gambarn) Gunting tumpul, lem, dan kertas tempelo) Papan flannel dan secarik kain berwarna dan berbentuk

BAB IIIMETODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINANMenyatukan potongan-potongan gambar.

B. DESKRIPSI PERMAINANAnak diberikan gambar yang sudah terpotong-potong menjadi beberapa kemudian dan anak diharuskan untuk menyatukan gambar tersebut pada papan bergambar sesuai dengan pola dan pilihan warna yang telah disediakan oleh perawat. Dalam kegiatan ini juga akan melibatkan peran orang tua dalam mendampingi anak dari awal kegiatan sampai kegiatan berakhir.

C. TUJUAN PERMAINAN1. Melatih Motorik Halus HospitalisasiSaat bermain menyatukan gambar, anak harus memilih satu persatu gambar yang tepat sesuai gambar yang ada di kertas. Sebagian anak mungkin agak kesulitan melakukannya karena butuh gerakan-gerakan halus dari jari-jemari untuk menyatukan di bidang gambar. Latihan melalui permainan ini secara langsung menstimulasi kemampuan motorik halusnya. Jari-jemarinya akan siap untuk diajak belajar menulis.Kemampuan motorik halus yang baik sangat penting karena berpengaruh terhadap aktivitas anak sehari-hari. Misalnya, memegang pensil lebih baik, atau memegang benda kecil lainnya dengan baik.2. Meningkatkan Kreativitas Pilihlah permainan menyatukan gambar yang memancing kreativitas. Salah satunya yang menyediakan pilihan, baik warna, bidang tempel, karakter, atau lainnya yang memenuhi selera.3. Melatih KonsentrasiButuh konsentrasi cukup tinggi bagi anak saat memilih dan menyatukan potongan gambar yang akan ditempel. Semakin lama kemampuan konsentrasinya akan semakin terasah. Pada saat berkonsentrasi memilih dan menempel potongan gambar dibutuhkan pula koordinasi pergerakan tangan dan mata. Koordinasi ini sangat baik untuk merangsang pertumbuhan otak.4. Mengenal WarnaPotongan gambar terdiri atas banyak sekali warna seperti merah, hijau, kuning, biru, dan lain sebagainya. Anak dapat belajar mengenal warna agar wawasan dan kosakatanya bertambah.5. Mengenal BentukSelain warna, beragam bentuk terdapat pada gambar dan potongan gambar. Ada segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang, busur, dan gambar-gambar bukan geometris. Pengenalan bentuk geometri dasar yang baik, kelak membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya, dia akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah berbentuk segitiga, dan sebagainya. Pemahaman ini membuat kerja otak lebih aktif sehingga kecerdasan anak tumbuh lebih maksimal.6. Melatih Memecahkan MasalahPotongan-potongan gambar yang harus ditempekkan merupakan sebuah masalah yang harus diselesaikan anak. Tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar sebenarnya sedang dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak untuk keluar dari permasalahan. Ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikannya hingga tuntas.7. Mengasah Kecerdasan SpasialKecerdasan spasial adalah kemampuan seseorang untuk mengenal dan memahami ruang. Kemampuan spasial akan ikut terasah dalam permainan ini. Karena terdapat banyak bentuk potongan gambar yang ukurannya berbeda-beda dan anak harus berusaha menyesuaikan potongan tersebut dengan ruang yang ada di outline gambar. Supaya tepat anak harus benar-benar saat mengukurnya. Lewat hal inilah kecerdasan spasialnya terasah.8. Melatih KetekunanTidak mudah menempelkan potongan gambar dalam waktu cepat. Butuh ketekunan dan kesabaran saat mengerjakannya mengingat setiap bentuk harus diukur dan ditempel satu per satu. Sehingga permainan ini pun dapat melatih ketekunan dan kesabaran anak.9. Meningkatkan Kepercayaan Diri.Bila anak mampu menyelesaikannya, dia akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dalam dirinya tumbuh kepercayaan diri kalau dia mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kepercayaan diri sangat positif untuk menambah daya kreativitas anak karena mereka tidak takut atau malu saat mengerjakan sesuatu.Kepercayaan diri anak biasanya akan tumbuh lebih besar bila dia ternyata berhasil menempelkan potongan gambar lebih cepat. Namun, kepercayaan diri ini sebaiknya dijaga agar tidak berubah menjadi kesombongan.

D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN Dalam permainan ini tidak ada keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh anak, yang diperlukan adalah imajinasi anak dalam mengapresiasikan warna pada benda-benda yang ada pada gambar.

E. JENIS PERMAINANKreatifitas dan kognitif

F. ALAT YANG DIPERLUKAN1. Papan untuk tempat menempelkan gambar2. Potongan gambar

G. WAKTU PELAKSANAANHari/tanggal: Kamis, 16 Mei 2013 Pukul : 15.00 WIB - selesaiTempat: kelas 10-III ruang Anggrek RSUD Salatiga

WaktuKegiatan

15.00-15.30 WIBTahap orientasi :1. Bina hubungan saling percaya dengan klien2. Memberikan salam3. Berjabat tangan klien dan keluarga klien4. Perkenalan diri kepada klien5. Menjelaskan tujuan dari terapi bermain6. Menentukan kontrak waktu dengan klien7. Menanyakan kabar dan perasaan klien8. Menjelaskan alur terapi bermainKlien akan diberikan tempat untuk menempelkan potongan gambar. Perawat memberikan beberapa potongan gambar. Keluarga klien atau klien diberikan kesempatan untuk bertanya selama 15 menit tentang alur terapi bermain sebelum terapi dilakukan. Setelah klien dan keluarga mengerti. Terapi bermain dimulai dan keluarga klien disarankan untuk mendampingi klien dari awal terapi sampai selesai

15.4516.30 WIBTahap kerja :1. Klien diberikan buku atau kertas untuk menempelkan potongan gambar2. Kemudian klien diberi potongan 3. Perawat mulai menginstruksikan jalannya terapi bermain

16.3016.50 WIBTahap Terminasi :1. Menanyakan perasaan klien setelah terapi bermain2. Memberi kesempatan kepada klien dan keluarga klien untuk bertanya 3. Menanyakan pendapat klien tentang terapi bermain

H. SETTING TEMPATCI Perawat Ibu klien

Perawat klien

I. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAIHal-hal yang perlu diwaspadai pada permainan ini adalah:1. Anak terlalu lelah2. Keamanan anak3. Dilakukannya tindakan medis saat anak melakukan terapi bermain4. Kebosanan anak, sehingga anak tidak dapat melaksanakan terapi bermain secara maksimal5. Jumlah pengunjung yang terlalu banyak, sehingga anak tidak dapat konsentrasi dalam melakukan terapi bermain.

J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN1. Kondisi ruangan kondusif, sehingga anak dapat berkonsentrasi pada kegiatan2. Meminimalkan pergerakan anak, seperti kegiatan dilakukan diatas tempat tidur3. Kegiatan dilakukan tidak pada jam istirahat anak, sehingga tidak mengganggu tidur atau istirahat anak4. Alat permainan dalam kondisi baik

K. KRITERIA EVALUASIAdapun kriteria evaluasi diantaranya adalah:1. Anak dapat mengikuti instruksi dengan baik2. Anak aktif selama kegiatan berlangsung3. Anak mengikuti jalannya kegiatan dari awal hingga selesai4. Anak menempelkan potongan gambar pada buku atau kertas yang telah disediakan

BAB IVPELAKSANAAN BERMAIN

Hari/tanggal: Kamis, 16 Mei 2013 Pukul : 15.00 WIB - selesaiTempat: kelas 10-III ruang Anggrek RSUD Salatiga

A. PersiapanPada tahap persiapan ini, perawat menyiapkan ruangan yang akan digunakan sebagai tempat melakukan terapi bermain. Ruangan yang akan digunakan diusahakan kondusif, tidak terlalu banyak pengunjung, tidak terlalu banyak keluarga pasien yang menunggu. Setelah mempersiapkan ruangan mempersiapkan alat yang akan digunakan, seperti mempersiapkan potongan gambar yang akan disatukan, kemudian papan untuk tempat menyatukan. Pastikan alat dalam keadaan yang baik. Setelah mempersiapkan alat dan ruangan. Kemudian mempersiapkan pasien dengan mengecek pasien apakah pasien dalam keadaan umum yang membaik atau tidak, tidak rewel, tidak mengantuk. Apabila pasien bersedia melakukan terapi bermain, terapi bermain siap dilakukan. B. Tahap OrientasiPada tahap orientasi ini, pertama-tama memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga pasien, kemudian menyatakan tujuan dan alur terapi bermain, seperti tujuan dari terapi bermain ini adalah untuk mengurangi tingkat kecemasan dan menghilangkan rasa jenuh pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit, meningkatkan kooperatif anak pada perawat, serta menjelaskan prosedur terapi bermain, yaitu anak akan diberi potongan gambar untuk disatukan dan tempat untuk menyatukan gambarnya.Kemudian anak dipersilahkan untuk menyatukan gambar sesuai dengan tempat yang telah disediakan. Setelah anak bersedia dan paham tentang pelaksanaan terapi bermain, terapi dapat dimulai.C. Tahap KerjaPada tahap kerja ini anak diberi potongan gambar dan tempat untuk menyatukan potongan gambar, setelah itu perawat memberi pengarahan tentang bagian-bagian mana saja yang akan disatukan. Perawat menawarkan bantuan untuk membantu menyatukan gambar, tetapi pada tahap ini pasien menolak untuk dibantu dan memilih menyatukan gambarnya sendiri dengan dibantu orangtuanya. Dalam proses menyatukan gambar, terkadang ditanya tentang warna, benda yang ada pada gambar, dan hitungan. D. Tahap TerminasiSetelah pasien selesai menyatukan gambar dengan tepat tanyakan perasaan pasien. Pasien menyatakan senang dengan menyatukan gambar-gambar yang lucu dan perasaan jenuh selama perawatan di rumah sakit mulai berkurang. Setelah terapi bermain selesai perawat menanyakan pendapat ibu pasien tentang terapi bermain ini. Menurut ibu pasien program terapi ini bagus dilakukan karena dengan terapi bermain dapat memotivasi anak untuk cepat sembuh dan dapat mengurangi kejenuhan selama di rumah sakit.E. EvaluasiSelama proses terapi bermain berlangsung pasien kooperatif, pasien menunjukkan keadaan umum yang membaik, tidak demam, tidak mengantuk, dan antusias dalam menyatukan gambar dengan tepat bahkan pasien sering menanyakan kapan akan memulai permainan. Setelah terapi bermain dilakukan anak menyatukan semua bagian gambar dengan tepat sesuai tempat yang telah d sediakan, pasien menyatukan gambar dengan berbagai kombinasi warna, seperti merah, biru, kuning, dan hijau. Ibu pasien yang dari awal kegiatan sampai akhir mendampingi pasien dalam menyatukan gambar, ibu pasien juga memotivasi pasien untuk pelan-pelan dalam menyatukan gambar agar tepat sesuai dengan tempat yang tersedia. Pasien ketika ditanya tentang warna kesukaan menjawab merah dan pasien kooperatif menjawab pertanyaan perawat.Dalam pelaksanaan terapi bermain ini tidak ada hambatan yang berarti. Terapi bermain ini dilakukan sesuai dengan jadwal perencanaan, sesuai dengan kesepakatan perawat dan keluarga pasien. Selama pelaksanaan terapi bermain anak agak risih karena tangannya diinfus, tetapi tidak menimbulkan masalah. Hambatan yang muncul untuk mendokumentasikan kegiatan sarana kurang karena hanya menggunakan kamera handphone dan gambarnya tidak terlalu bagus karena pencahayaan ruangan yang agak gelap serta terapi bermain dilakukan pada sore hari.

BAB VPENUTUPA. KESIMPULAN

Hospitalisasi dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, seperti privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan ekonomi, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada diri, terutama anak-anak. Hospitalisasi ini terkadang membuat trauma dan kecemasan pada anak-anak, sehingga anak-anak lebih cenderung rewel dan hanya mau dengan orang tuanya. Bermain merupakan salah satu kebutuhan untuk anak-anak untuk perkembangan motorik halus, kasar, kognitif, kreativitas, social, moral, dan kesadaran diri. Pada saat hospitalisasi anak cenderung tidak dapat bermain dan timbul kejenuhan selama perawatan. Oleh karena itu terapi bermain dapat diterapkan pada anak selama perawatan di rumah sakit untuk mengurangi kejenuhan dan untuk memenuhi kebutuhan bermain pasien, sehingga perkembangannya tetap berlanjut. B. SARANBermain merupakan dunia anak-anak, dari bermain anak dapat mendapatkan kepuasan dan dapat belajar. Dengan bermain perkembangan anak juga dapat terasah seperti kreatifitas, gerak motorik kasar, gerak motorik halus, dan sebagainya. Sebagai seorang perawat sebaiknya menerapkan terapi bermain dalam intervensi, sehingga perawat dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya. Anak-anak juga dapat menghilangkan kecemasannya selama tindakan keperawatan dan dapat meningkatkan interaksi antara perawat dan pasien sehingga tingkat kooperatif pasien dapat meningkat melalui terapi bermain.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGCHidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untukKebidanan A. Aziz Alimul Hidayat. Jakarta: Salemba MedikaRiyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha IlmuSupartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGCWong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM BERMAINPADA ANAK USIA TODDLERDI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGADisusun untuk memenuhi Tugas Praktik Keperawatan AnakKoordinator : Meira Erawati, M.Kep, Sp.Mat

Disusun Oleh :VISTA ANASARI22020110120062

PRAKTIK KEPERAWATAN ANAKPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO201324