Terapi Bermain

20
PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA TODDLER DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARIADI SEMARANG Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Anak Pembimbing klinik : Ns. Putri, S.Kep. Pembimbing Profesi : Ns. Zubaidah, M.Kep.,Sp.Kep.An. Oleh : Gigih Sanjaya Putra 22020114210033 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXIV

description

keperawatan

Transcript of Terapi Bermain

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA TODDLERDI RUANG ANAK LANTAI DASARRSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Anak

Pembimbing klinik : Ns. Putri, S.Kep.Pembimbing Profesi : Ns. Zubaidah, M.Kep.,Sp.Kep.An.

Oleh :Gigih Sanjaya Putra22020114210033

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXIVPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO2014BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangAnak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi kebutuhan dasarnya dan belajar mandiri (Supartini, 2004:5). Anak adalah individu yang unik dan bukan miniatur orang dewasa. Orang tua bertanggung jawab untuk menjaga dan mengupayakan anak dalam kondisi sehat yang optimal karena masa depan bangsa bergantung pada anak.Supartini mengemukakan bahwa sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. (Supartini, 2004:5). Sehat adalah keadaan kesejahteraan yang optimal antara fisik, mental, dan sosial yang harus dicapai pada tingkat kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Dengan demikian, apabila anak sakit akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual. Apalagi jika anak sampai mengalami hospitalisasi.Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alas an berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit selama beberapa waktu untuk menjalani terapi dan pengobatan sampai pemulangan kembali ke rumahnya. Selama ini, anak dan orang tua akan mengalami berbagai kejadian yang menurut penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress. (Suoartini, 2004:188).Ketakutan tentang bagian tubuh yang disakiti dan nyeri terjadi pada seluruh anak-anak, termasuk bayi. Usia prasekolah protes dengan keras dan menjadi agresif baik secara fisik maupun verbal. (Wong, 1995, dalam Potter dan Perry, 2005 : 666-667). Perawat anak mempunyai peran penting dalam menurunkan kecemasan anak yang mnegalami hospitalisasi, sehingga anak dapat berperilaku lebih kooperatif dalam melakukan terapi atau tindakan medis. Media yang paling efektif dilakukan perawat adalah dengan terapi bermain.Melalui bermain, anak dapat mengekspresikan perasaan, fantasi, emosi dan daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreativitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai sumber stress. (Riyadi dan Sukarmin, 2009 : 21).Berbagai jenis permainan yang tepat diberikan pada anak usia todler adalah skill play yaitu ketrampilan yang diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil dan permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khusunya motorik halus dan kasar. Contoh permainan tersebut antara lain : bermain puzzle, memindahkan benda satu ke tempat yang lain, bermain sepeda, bermain bongkar pasang. Pada kesempatan ini, anak memilih untuk bermain puzzle atau menyusun potongan gambar.

B. Tujuan1. Tujuan umumSetelah dilakukan terapi bermain diharapkan dapat merangsang perkembangan sensorik, kreativitas, intelektual dan sosial pada anak serta pertumbuhan tetap optimal.2. Tujuan khususa. Menyalurkan energi anak ke arah positifb. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas anakc. Meningkatan ketrampilan anak dalam bermaind. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap sumber stress karena penyakit e. Dapat berinteraksi dengan tenaga medis f. Memudahkan melakukan terapi medisg. Mengurangi kecemasan dan kejenuhan anak dalam proses hospitalisasi

C. SasaranAnak usia toddler ( 1 sampai 3 tahun) di Ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan kriteria sebagai berikut :1. Kesadaran penuh (compos mentis)2. Tanda-tanda vital stabil3. KooperatifBAB IIDESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik SasaranAnak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas dan mampu mengembangkan imajinasinya, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri, serta mengembangkan kepercayaan diri.

B. Analisa KasusAnak yang dirawat di rumah sakit yang menjalani proses perawatan mempunyai berbagai hal dalam dirinya yang timbul sebagai stressor penyebab stress. Setiap kejadian yang dialaminya merupakan hal yang menakutkan dan menjemukan bagi anak-anak sehingga mereka mengekspresikannya dengan berbagai macam perasaan baik fisik maupun verbal, misalnya takut, cemas dengan tindakan medis, takut dengan petugas medis, trauma melihat orang yang berpakaian putih-putih, menjadi pemalu, menangis bahkan menjadi lebih agresif. Peran orang tua dan perawat sangatlah penting apabila anak mulai menunjukkan perasaan tidak nyaman terhadap sesuatu yang diterimanya, misalnya dengan memberikan suatu kenyaman kepada anak saat menjalani proses perawatan, salah satunya dengan terapi bermain yang cerdas dan menghibur.Sebelum hospitalisasi, An. N usia 2.5 tahun merupakan anak yang sering bermain dengan anak seusianya, saat dirawat di rumah sakit, An. N menjadi jarang bertemu dengan teman-temannya, sehingga ia jarang bermain dengan teman-temannya. An. N tampak bosan dan jenuh, sehingga diam saja saat berada di rumah sakit.

C. Prinsip Bermain Menurut Teori1. Energi yang dikeluarkan anak tidak banyak2. Waktu yang cukup3. Alat permainan4. Ruang bermain5. Pengetahuan cara bermain6. Teman bermain7. Tidak bertentangan dengan pengobatan yang dijalani8. Menjaga keamanan

D. Karakteristik Permainan Menurut TeoriKarakteristik permainan pada anak usia toddler adalah skill play yaitu ketrampilan yang diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering anak melakukan permainan, maka anak akan menjadi semakin terampil dan permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus serta kerjasama anak dalam bermain.

BAB IIIMETODOLOGI BERMAIN

A. Judul PermainanKegiatan bermain yang akan dilaksanakan adalah menyusun puzzle atau potongan gambar.

B. Deskripsi PermainanPada saat anak bermain puzzle atau menyusun potongan gambar, anak akan menggunakan imajinasinya untuk menyelesaikan potongan-potongan gambar menjadi satu gambar yang utuh.

C. Tujuan Permainan1. Meningkatkan imajinasi2. Mengembangkan kepercayaan diri3. Mengontrol emosi, sosialisasi4. Mengembangkan koordinasi motorik5. Membantu anak untuk bekerja sama

D. Ketrampilan Yang DiperlukanKetrampilan yang diperlukan dalam melakukan permainan ini adalah anak mampu membedakan potongan-potongan gambar yang sudah diacak dan menyusunya menjadi satu gambar utuh.

E. Jenis PermainanJenis permainan yang dipilih adalah permainan menyusun potongan-potongan gambar atau puzzle.

F. Alat yang DiperlukanAlat permainan yang digunakan adalah seperangkat potongan-potongan gambar.

G. Waktu PelaksanaanPermainan akan dilaksanakan pada :Hari/Tanggal : Sabtu, 22 November 2014Waktu : 10.00 - 10.20 WIBTempat : Ruang Bermain Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang

H. Proses BermainNo.WaktuTahapPerawatPasien

1. 2 menit Pembukaan Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan terapi bermainMendengarkan, memperhatikan, dan menjawab

2. 15 menit Kegiatan bermain Membagikan alat permainan Menjelaskan cara bermain Memulai permainan Memotivasi peran aktif Memberi pujian kepada pasien Menjawab pertanyaan pasienMemainkan alat permainan dan bertanya apabila ada yang kurang jelas tentang cara bermain

3. 3 menit Penutup Menanyakan perasaan pasien terhadap permainan yang telah dilakukan Memvalidasi respon orang tuaBertanya, menjawab dan memperhatikan

I. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai1. Anak kesal dan jengkel karena gagal dalam menyusun potongan-potongan gambar menjadi gambar yang utuh.2. Potongan gambar ada yang hilang sehingga permainan tidak bisa dilanjutkan3. Anak terlalu lelah

J. Antisipasi Meminimalkan Hambatan1. Menjelaskan kepada anak bahwa ini hanyalah permainan sehingga tidak mempersalahkan apabila anak tidak dapat menyelesaikan permainan tersebut. Karena permainan ini adalah jenis skill play sehingga anak harus melakukan berulang-ulang agar dapat menyelesaikannya.2. Pelaksanaan tidak terlalu lama3. Mengawasi anak saat memainkan puzzle sehingga potongan gambar dapat terlacak

K. Pengorganisasian

A

CB

Keterangan :A. PasienB. Orang tuaC. Perawat

L. Kriteria Evaluasi1. Evaluasi Struktura. Tempat dan alat telah siap sebelum acara dimulaib. Proposal sudah jadi dan disetujui pembimbingc. Sudah melakukan kontrak waktu dengan klien d. Perawat siap memfasilitasi kegiatan bermain2. Evaluasi Prosesa. Pelaksanaan berperan sesuai dengan perannya masing-masingb. Waktu dan tempat sesuai dengan pre planningc. Melakukan kontrak waktu ulang dengan kliend. Alat dapat digunakan dengan baik dan efektife. Anak antusias mengikuti terapi bermain ini hingga selesai dengan didampingi orang tuaf. Orang tua dapat membantu mengawasi dalam pelaksanaan kegiatan inig. Pelaksanaan kegiatan bermain ini dapat berjalan dengan lancar3. Evaluasi Hasila. Anak dapat mampu bermain dengan alat yang diberikanb. Anak merasa senang selama bermain

BAB IVPELAKSANAAN BERMAIN

A. Tahap PersiapanBerdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 November 2014 terhadap An. N di ruang perawatan anak C1 Lantai dasar RS Dr. Kariadi Semarang, ditemukan masalah kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan pola sosial yang biasa terhadapa hospitalisasi. Hal ini didukung dengan data menurut kedua orang tua klien bahwa klien di rumah biasa bermain dengan teman-temannya baik di luar maupun di rumah klien, namun saat perawat atau dokter datang, klien terlihat takut dan tidak kooperatif saat berinteraksi bahkan menangis. Masalah perubahan pola sosial akibat hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak adanya rasa takut, cemas khawatir pada diri anak. Sehingga, perawat harus memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Sebagai intervensi yang tepat adalah dengan terapi bermain karena dengan bermain anak akan merasa senang dan bebas, sehingga ia tidak merasa sendiri dan cemas serta takut kepada siapapun karena pertumbuhan dan perkembangannya tidak dibatasi, sehingga anak tetap berkembang meskipun dalam masa perawatan. Maka, pre planning kegiatan ini disusun sekaligus menentukan jenis permainan yang akan dilakukan sesuai dengan usia anak yaitu usia toddler. Jenis permainan yang dipilih adalah menyusun potongan-potongan gambar menjadi gambar yang utuh kembali atau menyusun puzzle. B. Pelaksanaan Kegiatan1. Tujuan umumMenstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler dalam masa hospitalisasi2. Tujuan khususa. Menyalurkan energi anak ke arah positifb. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas anakc. Meningkatan ketrampilan anak dalam bermaind. Meningkatkan kerjasamae. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap sumber stress karena penyakit f. Dapat berinteraksi dengan tenaga medis g. Memudahkan melakukan terapi medish. Mengurangi kecemasan dan kejenuhan anak dalam proses hospitalisasi

3. Pelaksanaan Terapi bermain ini dilaksanakan pada tanggal 22 November 2014 pukul 10.00 WIB bertempat di halaman C1 Lantai Dasar ruang perawatan anak RS Dr. Kariadi Semarang dengan rangkaian acara sebagai berikut :a. Pembukaan dengan salam, mengingatkan kontrak waktu dan menjelaskan tujuanb. Menjelaskan cara bermainc. Memulai permainan dengan mengacak-acak gambard. Memberikan reinforcement positif kepada kliene. Mendampingi dan mengarahkan klien selama bermainf. Memberikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyusun potongan gambar menjadi gambar yang utuh kembali

C. Evaluasi1. Evaluasi StrukturalSebelum pelaksanaan kegiatan, pre planning telah disiapkan sehari sebelumnya2. Evaluasi Prosesa. Rencana kegiatan sesuai yaitu 30 menitb. Klien yang diberikan terapi bermain adalah An. N dengan keadaan umum baik, tanda-tanda vital baik, posisi bermain duduk di kursic. Klien antusias mengikuti terapi bermain inid. Pelaksanaan kegiatan berjalan lancar3. Evaluasi HasilKlien dapat menyelesaikan susunan potangan gambar menjadi satu gambar utuh kembali.

D. Faktor Pendukunga. Adanya motivasi yang tinggi dari klien untuk mengikuti terapi bermainb. Tersedianya media yang cukup memadai

E. Hambatan Kegiatan dilakukan diluar ruang perawatan yaitu di halaman atau taman, sehingga situasi yang ramai membuat suasana tidak begitu kondusif yang mengakibatkan anak menjadi tidak fokus. Namun, hambatan ini dapat diatasi dengan melibatkan kedua orang tua anak untuk ikut serta dalam pengawasan dan permainan, sehingga anak bisa kembali fokus ke dalam permainan.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanPermainan yang telah dilaksanakan sangatlah sesuai dengan jenis permainan yang dibutuhkan klien (usia toddler, 3 tahun), yaitu skill play dimana permainan ini merupakan ketrampilan yang diperoleh dengan melakukan permainan dengan berulang-ulang sehingga klien menjadi semakin terampil dan meningkatkan ketrampilan anak, khusunya motorik kasar dan halus. Selain itu juga, klien dapat meningkatkan interaksi terhadap orang lain dan mengajarkan bekerja sama dengan orang lain dalam melakukan permainan menyusun potongan gambar atau puzzle. Ketika anak dirawat di rumah sakit dapat mengakibatkan perkembangan pertumbuhan normal menjadi terhambat bahkan berhenti dan akan banyak menimbulkan masalah-masalah baru yang berhubungan dengan ketakutan, kecemasan, dan rasa tidak nyaman. Sehingga perlu dikembangkan adanya terapi bermain selama anak dirawat di rumah sakit. Terapi bermain ini membawa manfaat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan anak yang mengalami hospitalisasi. Dan ini terbukti dapat menimbulkan kedekatan antara perawat dengan anak sehingga mengurangi kecemasan dan ketakutan anak serta memudahkan untuk melakukan tindakan medis terhadap anak tersebut dalam proses perawatan di rumah sakit.

B. SaranTerapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya setiap rumah sakit menyediakan terapi bermain bagi anak di poli maupun bangsal anak yang di rawat di rumah sakit. Mensosialisasikan terapi bermain kepada orang tua, sehingga orang tua dapat menerapkan terapi bermain di rumah maupun di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggani, Sudono. 2004. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grafindo2. Kartinawati, Sri Haryani, Syamsul Arif. 2006. Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/download/92/119 diakses tanggal 20 November 2014, pukul 22.00 wib3. Narendra, Sularso, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto4. Pusdiknakes. 2006. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Depkes RI5. Soetjiningsih. 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC6. Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC7. Wong, Diana L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta : EGC