Teori-teori Perubahan Sosial

35
Teori-teori Perubahan Sosial

description

adsa

Transcript of Teori-teori Perubahan Sosial

  • Teori-teori Perubahan Sosial

  • Apa itu Teori Perubahan Sosial?Teori tentang bagaimana masyarakat berubah serta dinamika dan proses sekitar perubahan itu.

  • Kenapa teori Perubahan Sosial penting dipelajari?Teori Perubahan Sosial bukan hanya penting sebagai alat baca realitas sosial, melainkan juga telah menjadi landasan teoritik untuk melakukan perubahan sosial.

  • Sejak tahun 60an sampai 80an teori Perubahan Sosial mengalami perkembangan yang luar biasa. Berbagai teori tentang perubahan sosial bermunculan dengan berbagai variasinya. Untuk mengetahui macam-macam teori tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut:

  • Bagaimana memilih teori-teori sosial yang banyak macamnya tersebut?Kita tidak dapat memastikan teori mana yang paling benar. Penilaian benar atau salah akan tergantung dari mana kita menilainya. Misalnya, teori Rostow yang menjadi landasan teoritik dalam pembangunan Orde Baru dianggap salah bagi rakyat kebanyakan yang dalam proses pembangunan tersebut justru terjerumus dalam lubang kemiskinan yang makin dalam, namun sebaliknya bisa juga benar dari sudut pandang elite yang diuntungkan dalam proses tersebut.Jadi, ketika suatu pemerintah menggunakan teori perubahan sosial tertentu sebagai landasan kebijakan-kebijakannya tidak bisa dilihat sebagai suatu pilihan yang tanpa kepentingan. Untuk mengetahui apa kepentingan tersebut kita harus mengetahui paradigma apa yang menjadi pijakan teori tersebut.

  • Apa itu paradigma?Dapat diartikan sebagai kerangka rujukan atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan dalam teori. Paradigma membentuk apa yang mau kita lihat/teliti, bagaimana kita cara kita melihat sesuatu, apa yang kita anggap masalah dan perlu dipecahkan, serta metode apa yang digunakan untuk meneliti dan berbuat. Akibatnya, paradigma juga mempengaruhi apa yang tidak kita pilih, kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Perbedaan paradigma menyebabkan analisa yang berbeda dalam membaca gejala sosial yang sama. Misalnya, kemiskinan. Satu paradigma melihat kemiskinan sebagai akibat kemalasan. Sedang paradigma lain melihatnya sebagai akibat sistem yang timpang.

  • Jurgen Habermas

  • Jurgen Habermas membagi ilmu sosial dalam 3 paradigma:Instrumental KnowledgeParadigma InterpretifParadigma Kritik

  • Instrumental Knowledge

    Ilmu sosial dimaksudkan untuk menguasai dan mendominasi obyeknya. Paradigma ini disebut juga positivisme. Positivisme pada dasarnya adalah ilmu sosial yang menggunakan pandangan, metode, dan teknik ilmu alam. Positivisme berambisi untuk menemukan hukum universal, atau berlaku di mana saja dan kapan saja. Karenanya, riset sosial harus didekati dengan metode ilmiah, yakni obyektif, netral, dan bebas nilai atau tidak berpihak.

  • Paradigma Interpretif

    Perkembangan paradigma ini dapat ditelusuri sebelum tahun 70an, sebagai reaksi atas ilmu sosial positivisme. Paradigma ini menentang ilmu sosial positivis yang mempelajari realitas sosial sebagai upaya untuk merekayasanya. Aliran dalam paradigma ini, misalnya hermeneutic knowledge lebih menekankan minat yang besar untuk memahami. Semboyannya yang terkenal adalah biarkan fakta berbicara atas namanya sendiri.

  • Paradigma Kritik

    Ilmu sosial dalam paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan. Berbeda dengan positivisme, paradigma ini menyakini bahwa sikap netral tidak mungkin dilakukan. Pilihannya bukanlah mau netral atau tidak, melainkan di posisi mana harus mengambil sikap. Paradigma kritis juga memperjuangkan pendekatan yang bersifat holistik, serta menghindari cara berpikir deterministik dan reduksionistik. Karenanya, mereka selalu melihat realitas sosial dalam perspektif kesejarahan.

  • Positivisme vs KritisIlmu sosial positivisme melihat realitas sosial sama halnya seperti ilmu alam melihat benda-benda semata obyek, yang musti dipahami agar bisa dimanipulasi untuk kepentingan tertentu. Itulah kenapa dalam paradigma ini rakyat dilihat sebagai obyek pasif yang menjadi obyek penelitian dan obyek rekayasa. Dalam pandangan tersirat asumsi bahwa rakyat itu bodoh sehingga tak mampu memecahkan persoalan sendiri, bahkan mereka merupakan bagian dari masalah itu. Adalah tugas para ahli, peneliti, pengambil kebijakan untuk merancang dan menyusun berbagai rencana. Lalu para teknisilah yang turun menjalan rencana-rencana itu untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi rakyat yang menjadi obyek tersebut. Rakyat dianggap tidak tahu apa-apa yang terbaik bagi hidup mereka sendiri.Sebaliknya, paradigma kritis justru menempatkan rakyat sebagai subyek utama perubahan sosial. Rakyat harus diletakan sebagai pusat proses perubahan dan penciptaan maupun dalam mengontrol pengetahuan mereka. Bagi paradigma ini, cita-cita akan keadilan sosial mustahil dapat dicapai tanpa melibatkan kesadaran mereka yang tertindas. Karenanya, ilmu sosial kritis tidak hanya menjelaskan realitas sosial melainkan juga membawa praktik pembebasan. Dengan demikian ada dua tugas ilmu sosial: harus mampu menjelaskan bagaimana sistem sosial yang ada telah menciptakan suatu bentuk pemahaman atau kesadaran palsu tentang realitas sosial. Akibatnya, masyarakat dikondisikan untuk menerima suatu keadaan yang tidak adil dan bahkan turut melanggengkannya. Dengan kata lain, ilmu sosial harus mampu membangkitkan kesadaran kritis masyarakat. ilmu sosial harus memfasilitasi timbulnya visi alternatif tentang relasi sosial yang bebas dari segala bentuk penindasan, eksploitasi, dan ketidakadilan.

  • Paulo Freire

  • Freire membagi ideologi ilmu sosial berdasar pandangannya pada tingkat kesadaran masyarakat.Kesadaran MagisSuatu teori perubahan sosial yang tidak mampu melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor lain. Misalnya, teori-teori semacam ini menjelaskan kemiskinan suatu masyarakat pada penyebab-penyebab yang sifatnya di luar faktor manusia, baik alam maupun supra alam. Teori semacam itu oleh Freire disebut juga ilmu sosial fatalistik, karena implikasinya manusia tak berdaya apa-apa untuk merubah kemalangan itu. Atau menunggu munculnya Satrio Piningit.

  • 2. Kesadaran Naif

    Teori ini melihat manusia sebagai faktor penyebab masalah sosial. Misalnya, kemiskinan disebabkan oleh kemalasan dan kebodohan. Solusi yang ditawarkan teori semacam ini dengan sendirinya berkaitan dengan peningkatan kapasitas personal. Misalnya, meningkatkan jiwa kewirauswastaan atau peningkatan motivasi.

  • 3. Kesadaran Kritis

    Teori ini melihat aspek struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktural menghindari blaming the victims. Pendekatan ini menunjukkan dan memberi ruang masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidakadilan dalam sistem yang ada, mampu menganalisa cara kerja sistem tersebut, untuk kemudian memahami bagaimana mentransformasinya.

  • Teori Pembangunanisme dan Paska-PembangunanismeUntuk memahami bagaimana teori perubahan sosial dijadikan sebagai paradigma dan landasan suatu kebijakan sebaiknya kita telaah pembangunan nasional sejak jaman Orba sampai sekarang.

  • Teori pembangunan Orde Baru atau Pembangunanisme

  • PembangunanismeSelain untuk membendung komunisme dan anti kapitalisme, teori ini sebenarnya dikembangkan untuk mengganti formasi sosial kolonialisme yg baru runtuh.Diskursus pembangunanisme muncul pertamakali pada tahun 1949, yakni saat presiden AS Harry Truman mengumumkan kebijakan pemerintahnya. Selanjutnya, pada masa itu para ahli ilmu sosial amat aktif dan produktif dalam melahirkan teori-teori modernisasi atau pembangunan, di antaranya Rostow dan McClelland. Meski demikian, teori-teori tersebut umumnya melihat faktor manusia menjadi penyebab utama keterbelakangan negara-negara dunia ketiga.

  • Pembangunanisme Pembangunanisme diterapkan di Indonesia seiring dengan terbentuknya rezim Orde Baru, setelah penghancuran gerakan komunis. Kedua hal tersebut bukanlah peristiwa yang tidak terkait. Indonesia pada masa itu di ambang ancaman revolusi anti kapitalisme. Nasib sistem kapitalisme di Indonesia yang dibangun sejak kolonialisme di ujung tanduk.

  • Penghancuran PKI menjadi syarat utama untuk menyelamatkan kapitalisme di Indonesia.

  • PembangunanismeTidak heran, keberhasilan rezim Soeharto menumpas PKI dan orang-orang yang dianggap simpatisanya mendapat sambutan yang hangat di media-media dan pemerintahan Barat. Modal baik dari hutang maupun investasi dan tenaga-tenaga ahli pun segera berdatangan untuk mendorong apa yang disebut sebagai pembangunan nasional

  • Pembangunanisme didasarkan teori WW. Rostow dan David McClelland.Teori Rostow menjelaskan bahwa modernisasi adalah proses bertahap dimana berkembang dari masyarakat tradisional meningkat ke tahap tertinggi, yakni masyarakat konsumsi tinggi. Adapun tahapan teori Rostow : Masyarakat tradisionalMasyarakat pra kondisi tinggal landasMasyarakat tinggal landasMasyarakat kematangan pertumbuhanMasyarakat dengan konsumsi tinggi Teori ini menjelaskan bahwa untuk melalui tahap-tahap tersebut diperlukan motor untuk menggerakan proses tersebut, yakni elite wiraswasta.

  • Teori David McClelland Jika Rostow berangkat dari teori ekonomi, David McClelland melihat kemajuan suatu negara diasalkan pada aspek psikologi sosial. Menurutnya, suatu negara yang pertumbuhan ekonominya mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh tingginya Nach (the need for achievment). Nach adalah suatu nilai-nilai dan motivasi untuk bekerja lebih keras, pintar mencari peluang, dan berusaha mencapai prestasi.

  • RepelitaBerdasarkan kedua teori tersebutlah, Orde Baru perencanaan pembangunan nasional. Dari Rostow, pemerintah membuat program lima tahunan atau lebih dikenal Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Dari Rostow dan McClelland, pemerintah giat menggalakan jiwa kewiraswastaan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar serta mengarahkan pendidikan yang para lulusannya menjadi siap pakai. Kita masih ingat konsep Link and Match yang dulu kerap digembargemborkan.

  • LSM-LSMTeori Rostow dan McClelland ini ternyata juga sangat kuat pengaruhnya di kalangan LSM pada tahun 80an. Teori-teori tersebut bahkan dengan sangat tekun dilaksanakan oleh LSM-LSM di bawah judul program pembangunan masyarakat, usaha bersama, pengembangan industri kecil dan pengingkatan kewiraswastaan dan usaha kecil. Dalam pelatihan-pelatihan community development yang dibuat LSM, pelatuhan Achievement Motivation Training yang dikembangkan oleh McClelland menjadi mata pelatihan wajib.

  • Mengapa teori pembangunanisme diterima dan diadopsi meski sebenarnya tak lebih dari bungkus baru dari kolonialisme yang lebih halus?politik bantuan/hutang. Hutang menjadi alat yang efektif untuk menekan negara penghutang mematuhi syarat-syarat yang ditetapkan. Dikursus pembangunanisme dapat ditanamkan secara efektif melalui penggelontoran hutang. mendidik para pemimpin dunia ketiga, baik dalam bentuk pelatihan maupun perjalanan observasi ke AS. Mencontoh Indonesia pada 66.melalui sarana agama. Banyak studi agama diarahkan pada peran agama dalam pembangunan, sehingga perlunya sekularisasi menjadi bahasa resmi para pemimpin agama dunia ketiga. menggunakan fungsi pelatihan dan riset dari tenaga universitas AS.

  • Pasca-PembangunanismeKrisis ekonomi pada tahun 97an mengahiri rejim Orde Baru sekaligus diskursus pembangunanisme yang dianutnya. Namun, krisis tersebut tidak dianggap sebagai kegagalan pembangunanisme oleh para pendukungnya. Rejim yang koruplah menjadi biang keladinya. Negara terlalu turut campur dalam urusan ekonomi menciptakan peluang munculnya kronisme pemburu rente, yang mendistorsi efesiensi pengunaan alokasi sumberdaya dan menghasilkan rezim yang diberi utang dan investasi yang berlebihan.

  • Lantas bagaimana solusinya?Jawaban itu sebenarnya sudah disiapkan jauh-jauh hari, bahkan sejak krisis kapitalisme pada tahun 30an. Jawabannya adalah globalisasi kapitalisme.

  • Mengapa demikian? ini sebenarnya hanyalah bagian dari sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas manusia yang diperkirakan sudah berlangsung sejak 500 tahun yang lalu.

  • Proses sejarah dominasi dan eksploitasi tersebut dapat dibagi menjadi 3 periode:Fase pertama: kolonialismePada masa ini kapitalisme mengalami perkembangan awal. Kolonialisme dibutuhkan untuk menyediakan bahan mentah dan membuka pasar baru sehingga menghindarkan krisis overakumulasi.

  • Fase kedua: pembangunanismeDitandai dengan kemerdekaan negara-negara dunia ketiga secara fisik, namun dominasi dari negara-negara penjajah masih tetap berlangsung melalui kontrol terhadap teori dan perubahan sosial mereka. Teori pembangunanisme berperan untuk melegetimasi proses ini.

  • Fase ketiga: neoliberalismeDitandai dengan upaya untuk mendorong negara-negara dunia ketiga dalam ekonomi global. Teori neoliberal atau pasar bebas menyakini bahwa kemakmuran akan dapat dicapai apabila perekonomian semakin terintegrasi dalam sistem ekonomi dunia.

  • PenutupPada masa kolonialisme, ilmu sosial mengembangkan teori evolusi atau darwinisme untuk melegitimasi kolonialisasi tersebut. Selanjutnya, pada masa pembangunan ilmu sosial mengembangkan teori pembangunanisme. Sedangkan, pasca-pembangunanisme teori neoliberal atau pasar bebas menjadi alat legetimasinya. Meski demikian, secara teoritik sebenarnya tidak ada perubahan ideologi dari ketiga teori tersebut. Semuanya kalau kita perhatikan teori-teori perubahan sosial di atas dapat dikategorikan dalam paradigma Instrumental Knowledge dalam pembagian Habermas dan paradigma kesadaran naif dalam pembagian Freire. Dengan kata lain, teori-teori tersebut lebih menekankan pada manusia sebagai sumber masalah dan persoalan-persoalan yang bersifat teknis, sedangkan struktur yang timpang dan relasi kuasa yang muncul dari situasi itu diabaikan. Sekali lagi, kenapa paradigma-paradigma semacam itu dipilih bukanlah karena pilihan itulah yang terbaik melainkan lebih karena sejauh mana paradigma-paradigma itu mampu melanggengkan sistem yang menguntungkan elite-elite penguasa.