Teori Sultan
Transcript of Teori Sultan
Perancangan Perkerasan Lanjut
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang berkembang. Salah satu
faktor penunjang pembangunan adalah sarana perhubungan baik darat
maupun laut. Pembangunan prasarana perhubungan utamanya yang
menyangkut jalan raya diarahkan untuk lebih memperlancar arus
barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas manusia keseluruh
wilayah tanah air. Terutama daerah pedesaan, daerah perbatasan,
daerah terpencil serta pembangunan dalam kota.
Kelancaran arus perhubungan darat akan memperlancar
tercapainya pembangunan segala bidang, oleh karena itu
pembangunan dan peningkatan mutu jaringan jalan raya terus
ditingkatkan. Pembangunan dan peningkatan jaringan jalan selain
ditinjau dari segi teknis konstruksi, kenyamanan, maka perlu juga
ditinjau dari segi ekonomis. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut,
dalam hal ini tergantung dari beberapa faktor. Salah satu faktor adalah
perencanaan tebal perkerasan jalan.
Perencanaan tebal perkerasan jalan merupakan faktor yang
penting bagi kekuatan jalan. Oleh karena itu penulis diamanahkan oleh
dosen untuk mengerjakan tugas perkerasan ini dalam rangka untuk
mendalami dan mempelajari perencanaan tebal perkerasan jalan raya.
Dalam hal ini ada beberapa metode yang lazim dipakai. Namun dalam
hal ini penulis hanya diamanahkan untuk mengerjakan dan membahas
tiga metode, yakni :
Metode ASPHALT INSTITUTE (Perkerasan Lentur Jalan
Raya)
Metode AASHTO’93 (Perkerasan Lentur Jalan Raya)
Metode NAASRA (Perkerasan Kaku Jalan Raya)
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan mata kuliah Perencanaan Perkerasan Jalan
Lanjutan. Selain itu untuk mengetahui lebih luas lagi tentang masalah
perkerasan jalan.
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Adapun Tujuannya, ada 2 bagian, yaitu Tujuan umum dan Tujuan
Khusus.
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perencanaan tebal perkerasan
jalan dengan dua metode yakni metode ASPHALT INSTITUTE ,metode
AASHTO’93 dan metode NAASRA sebagai persiapan dalam
perencanaan di lapangan.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui cara/penerapan metode ASPHALT
INSTITUTE dalam perencanaan tebal perkerasan jalan lentur.
Untuk mengetahui cara/penerapan metode AASHTO’93 dalam
perencanaan tebal perkerasan jalan lentur.
Untuk mengetahui cara/penerapan metode NAASRA dalam
perencanaan tebal perkerasan jalan kaku.
Untuk mendapatkan hasil perencanaan dari metode-metode
perencanaan yang digunakan.
1.3. Batasan
Adapun ruang lingkup bahasan meliputi tinjauan umum
perkerasan. Data-data yang diperlukan dan perhitungan tebal
perkerasan jalan dengan menggunakan metode ASPHALT INSTITUTE ,
metode AASHTO’93 dan metode NAASRA
Perencanaan perkerasan dengan menggunakan metode apapun
juga mempunyai permasalahan yang sangat luas. Pada penulisan ini
penulis hanya mengemukakan permasalahan-permasalahan dengan
batasan sebagai berikut :
Perencanaan tebal perkerasan jalan lentur dengan
menggunakan metode ASPHALT INSTITUTE
Perencanaan tebal perkerasan jalan lentur dengan
menggunakan metode AASHTO’93
Perencanaan tebal perkerasan jalan kaku dengan
menggunakan metode NAASRA
Data-data pendukung merupakan data otentik yang
diberikan dalam tugas ini.
Hasil perencanaan merupakan hasil perhitungan yang
akan menentukan tebal perkerasan jalan.
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
BAB IITEORI RINGKAS
2.1. UmumPerkerasan Jalan adalah Lapisan-lapisan bahan yang dipasang
diatas tanah dasar untuk menerima beban lalu lintas, sehingga beban
tersebut ditambah berat sendiri perkerasan tersebut dapat dipikul oleh
tanah dasar.
Konstruksi Perkerasan terdiri dari :
a. Lapisan permukaan (Surface
Course) ; lapisan yang terletak paling atas.
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
b.Lapisan Pondasi Atas (Base Course) ; lapisan yang terletak diantara
lapisan pondasi bawah dan lapisan permukaan.
c.Lapisan Pondasi Bawah (SubBase Course) ; lapisan yang terletak
diantara lapis pondasi bawah dan tanah dasar.
d.Lapisan Tanah Dasar (Sub Grade) ; lapisan yang terletak paling bawah
dari suatu konstruksi jalan raya.
Kekuatan dan Keawetan Konstruksi Perkerasan Jalan sangat
tergantung dari sifat-sifat tanah dan Daya Dukung Tanah Dasar.
Jenis-jenis Konstruksi Perkerasan :
a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan
perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas
ke tanah dasar.
b. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu Perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan
atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian dipikul oleh pelat
beton.
2.2. Metode ASPHALT INSTITUTE
2.2.1 Dasar Perencanaan
Dalam prosedur perencanaan Asphalt Institude ini jalan
dikenal sebagai system multi lapisan. Material elastis pada setiap
lapisan ditandai oleh modulus elastisitas dan Possion’s Ratio. Lalu
lintas dinyatakan dalam kaitannya dengan pengulangan dari
suatu beban 80 kN ( 18000 lb) tekanan roda tunggal berlaku
untuk trotoar pada dua satuan ban rangkap. Karena tujuan
analisa, ban yang rangkap didekati oleh dua plat lingkar dengan
radius = 115 mm ( 4,52 inci) spasi 345 mm ( 13,57 inci) terpusat
pada tengah,berdasarkan pada suatu beban 80 kN ( 18000 lb)
tekanan roda dan suatu 483 kPa ( 70 psi) tekanan.
Prosedur dapat digunakan untuk mendisain jalan aspal
terdiri atas berbagai kombinasi aspal yaitu:
1. Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis pondasi
atas (Emulsified Asphalt Base) tanpa menggunakan lapis
pondasi bawah.Kombinasi ini terbagi lagi atas :
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
1) Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis
pondasi atas berupa Emulsified Asphalt Mix Type I.
2) Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis
pondasi atas berupa Emulsified Asphalt Mix Type II.
3) Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis
pondasi atas berupa Emulsified Asphalt Mix Type III.
2. Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis pondasi
atas (Emulsified Asphalt Base) serta menggunakan lapis
pondasi bawah (Untreated Aggregate Base) .Kombinasi ini
terbagi lagi atas :
1) Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis
pondasi atas (Emulsified Asphalt Base) serta menggunakan
lapis pondasi bawah (Untreated Aggregate Base) dengan
ketebalan 150 mm.
2) Kombinasi Lapis Permukaan (AC Surface) dengan lapis
pondasi atas (Emulsified Asphalt Base) serta menggunakan
lapis pondasi bawah (Untreated Aggregate Base) dengan
ketebalan 300 mm.
2.2.2 Kriteria Desain
Perkerasan lentur yang didesain merupakan full design pavement
yang terdiri dari aggregate sub base, aggregate base, ATB dan HRS
untuk lapis permukaannya.
Kriteria Desain adalah mengacu pada dua kondisi tegangan dan
regangan yaitu, kondisi dimana beban roda (W) yang disalurkan melalui
lapisan permukaan jalan oleh roda kendaraan secara vertikal. Beban ini
disalurkan hingga ke lapisan tanah dasar, dimana beban yang diterima
dari lapisan yang paling atas ke bawah semakin berkurang. Pada kondisi
ini, tegangan-tegangan kritis yang diperhitungkan adalah tegangan
vertikal yang terjadi di atas lapisan tanah dasar. Berikutnya adalah
kondisi dimana beban roda menyebabkan terjadinya lendutan terhadap
lapis perkerasan. Pada kondisi ini, tegangan regangan kritis yang
diperhitungkan adalah regangan horizontal yang terjadi di bawah lapisan
permukaan.
Parameter desain yang penting dalam perencanaan lapis perkerasan
dengan metode AI adalah sbb :
Analisa Lalu lintas pada metode in digunakan suatu beban tunggal
seberat 80 KN sebagai beban standar, dimana jumlah setiap beban
kendaraan pada permukaan perkerasan diharapkan selama jangka
waktu tertentu dapat diekivalenkan dengan beban as tunggal
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
sebesar 80 KN (disebut equivalent axle load = EAL). dalam analisa
lalu lintas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai
perkiraan volume lalu lintas, perkiraan beban as ekivalen
1. Perkiraan Volume lalu lintas
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sbb :
- Masa analisa, digunakan untuk membuat perbandingan
ekonomis antara alternatif-alternatif perencanaan termasuk
untuk konstruksi awal dan overlay yang akan datang.
- Klasifikasi dan jumlah truk, jika data mengenai perhitungan
dan klasifikasi lalu lintas tidak tersedia, maka perkiraan dapat
diperoleh dari tabel distribusi truk pada kelas jalan yang
berbeda.
Jalur rencana, jika data mengenai perhitungan dan
klasifikasi lalu lintas tidak tersedia, maka perkiraan dapat
diperoleh dari tabel prosentase lalu lintas total pada jalur
rencana
- Masa perencanaan, adalah jumlah tahun dari awal penggunaan
lalu lintas pada suatu jalan sampai dengan perbaikan pertama
yang diharapkan.
- Pertumbuhan lalu lintas, adalah prosentase pertumbuhan
jumlah kendaraan pertahun. faktor pertumbuhan ditentukan
dengan menggunakan tabel faktor pertumbuhan.
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
2. Perkiraan Beban As Equivalent
Pada perkiraan ini hal-hal yang perlu diperhatikan sbb :
- Faktor truck yaitu jumlah jumlah dari aplikasi beban dari
sumbu tunggal (80 KN) yang diakibatkan sekali lintasann pada
satu kendaraan.
- Faktor equivalen beban , yaitu jumlah dari aplikasi beban as
tunggal 80 KN yang diakibatkan satu lintasan dari satu sumbu.
- Jumlah kendaraan, yaitu suatu jumlah ttotal kendaraan yang
terlibat.
Faktor truck ditentukan dari data distribusi berat sumbu dengan
menggunakan faktor ekivalen beban berdasarkan tabel load
equivalen factor.
Beban sumbu tunggal ekivalen 80 KN (EAL) dihitung dengan
rumus :
EAL = Σ (jumlah kendaraan dalam setiap kelasberat x faktor
truk)
Faktor truk dihitung dengan mengalikan jumlah dari as
dalam setiap kelas berat dengan faktor
ekivalen beban yang tepat, dan membagi hasilnya dengan
jumlah keseluruhan kendaraan yang terlibat.
Jenis bahan /materiil yang digunakan
Persyaratan kekuatan tanah dasar untuk perencanaan dengan
metode asphalt institute dinyatakan dalam nilai modulus relisisent
(Mr) yang ditentukan berdasarkan hasil uji laboratorium. nilai Mr
dapat ditentukan berdasarkan hasil test CBR atau hasil nilai
resistance value dengan pendekatan sbb :
Mr = 10,3 x CBR (Mpa)
Mr = 1500 x CBR (Psi)
Mr = 8 + {3,8 x (R value)} (Mpa)
Mr = 1155 + {555 x (R value)} (Psi)
Material perkerasan dapt digunakan aspal beton, aspal emulsi
dengan agregat yang tidak diperkuat.
Faktor lingkungan
meliputi hujan, temperature dan keadaan setempat lainnya.
Besaran, faktor, tebal, nomogram/grafik pendukung
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
- IDT = initial daily traffic (jumlah kendaraan perhari rata-rata 2 jurusan
pada tahun awal)
- EAL awal = perkiraan ekivelen beban as tunggal 80 KN pada tahun
pertama
- EAL design = perkiraan ekivelen beban as tunggal 80 KN pada akhir
umur rencana
- TA = tebal perkerasan yang dibutuhkan diatas subgrade, berupa aspal
beton (mm atau cm)
- TE = tebal efektif perkerasan lamayang yang dikonversikan ke aspal
beton (mm atau cm)
- r = Angka pertumbuhan lalu lintas pertahun
- n = umur rencana (tahun)
- tabel distribusi truck pada klas jalan yang berbeda
- tabel prosentase lalu lintas total pada jalu rencana
- tabel faktor pertumbuhan lalu lintas
- tabel faktor ekivelen beban
- tabel faktor konversi
2.3. Metode AASHTO ‘93
Metode AASHTO’93 merupakan perluasan dari metode AASHTO’72
dengan tambahan beberapa parameter baru. Modifikasi-modifikasi
parameter tersebut adalah sebagai berikut :
Parameter Daya Dukung Tanah diganti dengan Modulus Residen
(Mr).
Parameter Koefisien Relatif Lapisan untuk berbagai macam
material dibedakan atas Modulus resilennya dan nilai CBR-nya.
Parameter Faktor Lingkungan seperti kelembaban dan suhu
ditambahkan untuk mempertimbangkan pengaruh lingkungan terhadap
perencanaan. Parameter ini menggantikan parameter faktor regional
pada metode sebelumnya.
Parameter Reliabilitas atau tingkat keandalan (R) diperkenalkan
pada metode ini agar perencana dapat menganalisa tingkat resiko
yang dihasilkan dari berbagai macam kelas jalan.
Parameter baru lainnya yaitu seperti simpangan baku
keseluruhan (So) dan koefisien drainase (mi).
Sehingga didapatkan rumus metode AASHTO’93 untuk menghitung
Indeks Tebal Perkerasan sebagai fungsi dari faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah :
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Dimana :
W18 = lintas ekivalen selama umur rencana.
Zr = simpangan baku
So = gabungan simpangan baku
SN = indeks tebal perkerasan
ΔPSI = selisih indeks permukaan awal dan akhir
Mr = modulus resilen tanah dasar (psi)
Dan untuk menentukan tebal masing-masing lapisan mempergunakan
rumus sebagai berikut :
Dimana :
ai = koefisien relatif lapis ke i
Di = tebal lapis ke i
mi = koefisien drainase lapis ke i
SN = indeks tebal perkerasan
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Menurut AASHTO’93 parameter-parameter desainnya adalah
sebagai berikut :
Batasan Waktu
Batasan waktu ini meliputi penentuan umur kinerja jalan
(Performance periode) dan umur rencana (analisis periode)
Tabel dibawah ini menyajikan hubungan antara Umur Rencana
dengan kondisi jalan raya pada umumnya.
Kondisi Jalan Raya Umur Rencana (Th)Kota dengan LL tinggi 30 – 50Desa dengan LL tinggi 20 – 50Jalan dengan LL rendah 15 – 25Agregat permukaan dengan LL rendah
10 – 20
Lalu Lintas
Volume lalu lintas harus didistribusikan pada suatu arah suatu jalur
untuk tujuan perencanaan. Distribusi arah (DD) biasanya ditentukan
pada masing-masing arah sebesar 0.5 (50%), tetapi bisa juga berkisar
0,3 – 0,7. untuk distribusi jalur (DL), harga-harga yang berbeda
diberikan tergantung pada total jalur yang ada pada suatu arah.
Sehingga menurut AASHTO’93, volume lalu lintas pada tahun
pertama adalah :
Dimana :
DD = faktor distribusi arah
DL = faktor distribusi jalur
W18 = total dua arah 18 kip ESAL selama umur rencana.
Jumlah jalur pada masing-
masing arah
Persen 18 kip ESAL pada
jalur rencana (DL)
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 – 75
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
18 kip ESAL adalah jumlah lintas ekivalen yang akan melintasi jalan
tersebut selama masa pelayanan, dari saat dibuka sampai akhir umur
rencana.
Reliabilitas dan Gabungan Kesalahan Baku
Reliabilitas mempunyai pengertian yang berkaitan dengan tingkat
kepastian pada proses perencanaan untuk menjamin bahwa variasi
alternatif perencanaan akan mencapai akhir periode analisa, dengan
rumus sebagai berikut :
Dimana :
FR = faktor keandalan
n = jumlah tahap perencanaan termasuk perkerasan aslinya
AASHTO merekomendasikan nilai Reliabilitas (R) menurut klasifikasi
fungsional jalan yang direncanakan sesuai tabel dibawah ini :
Tabel 1.3. Perkiraan Tingkat Keandalan (R) untuk berbagai klasifikasi
Jalan Menurut Fungsinya.
Klasifikasi Fungsional
Reliabilitas yang
direkomendasikan
Dalam Kota Luar Kota
Jalan antar kota dan bebas
hambatan
Jalan arteri
Jalan kolektor
Jalan lokal
85-99.9
80-99
80-95
50-80
80-99.9
75-95
75-95
50-80
Untuk suatu tingkat keandalan yang diberikan (R), faktor keandalan
merupakan fungsi dari gabungan kesalahan baku (So) yang bernilai
antara 0.4-0.5 menurut AASHTO’93. Sedangkan nilai Simpangan Baku
Normal (ZR) ditentukan berdasarkan Tingkat Keandalan (R) yang
dipilih, seperti yang tersaji pada tabel II.4 dibawah.
Tabel 4 Harga Simpangan Baku Normal (ZR) berkaitan dengan
tingkat Keandalan yang dipilih.
Tingkat
Keandalan (R)
Simpangan Baku
Normal (ZR)
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
50
60
70
75
80
85
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
99.9
99.99
-0.00
-0.253
-0.524
-0.674
-0.841
-1.037
-1.282
-1.340
-1.405
-1.476
-1.555
-1.645
-1.751
-1.881
-2.054
-2.327
-3.090
-3.750
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi masa pelayanan jalan
dengan beberapa cara. Perubahan suhu dan kelembaban dapat
berpengaruh pada kekuatan, ketahanan dan kapasitas beban yang
dapat dipikul oleh perkerasan dan material tanah dasarnya.
Dampak lainnya adalah akibat langsung dari pengembangan
tanah dasar, naiknya perkerasan, daya angkat karena pembekuan
yang akan menyebabkan kehilangan kualitas dan tingkat
pelayanan jalan.
Tujuan dari analisa lingkungan ini adalah untuk menghasilkan
grafik kehilangan tingkat pelayanan yang timbul karena dampak
lingkungan seperti pengembangan tanah dan daya angkat karena
pembekuan sejalan dengan waktu, seperti pada contoh gambar 1 :
Gambar 1 Grafik hubungan antara IP swell dan jumlah tahun dari
jalan tersebut dibuka
Besarnya penurunan indeks permukaan akibat pengembangan
(swell) merupakan fungsi dari tingkat pengembangan (swel rate
constant), kemungkinan pengembangan (swell probability), dan
besarnya potensi merembes keatas (potential vertical rise).
IP swel =
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Dimana :
IP swel = Perubahan indeks permukaan akibat pengembangan
tanah dasar.
Vr = Besarnya potensi merembes keatas (inchi)
Ps = Probabilitas pengembangan (%)
θ = Tingkat pengembangan tetap
t = Jumlah tahun yang ditinjau
Servisibilitas
Servisibilitas atau tingkat pelayanan suatu jalan ditandai oleh
kemampuannya untuk melayani berbagai macam tipe lalu lintas
yang melaluinya. Total kehilangan tingkat pelayanan dirumuskan
sebagai berikut :
Dimana :
Po = tingkat pelayanan awal
Pt = indeks permukaan pada akhir umur rencana.
Modulus Resilient Efektif Tanah Dasar (Mr)
Modulus resilient tanah dasar diperkenalkan untuk mengganti
daya dukung tanah. Hubungan antara modulus resilient tanah
dasar dan CBR lapangan menurut Heukelom dan Klomp adalah :
Mr = 1500 x CBR (psi)
Modulus resilient efektif yang dipergunakan dalam perencanaan
tebal perkerasan adalah harga korelasi yang diperoleh dari
kerusakan relatif rata-rata dalam setahun. Besarnya kerusakan
relatif dari setiap kondisi tanah dasar dapat dihitung dengan
rumus :
Dimana :
u = kerusakan relatif
Mr = modulus resilient
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Karakteristik Material Lapisan Perkerasan
Tiga tipe material perkerasan akan menyusun masing-masing
lapisan dari suatu struktur perkerasan. Dimana setiap mudulus
lapisan ditentukan melalui tes laboratorium dengan metode yang
berbeda-beda. Notasi berbeda diberikan untuk menggambarkan
modulus elastis yaitu untuk subbase (ESB), base (EBS), aspal
concrete (EAC), dan portland cement concrete (EC).
Koefisien Kekuatan Relatif Lapisan (a)
Koefisien relatif lapisan ini menggambarkan hubungan empiris
antara indeks tebal perkerasan (SN) dan ketebalan perkerasan,
dan merupakan suatu ukuran kemampuanrelatif material untuk
dapat berfungsi sebagai komponen struktur perkerasan. Koefisien
relatif lapisan ini dibedakan atas lima kategori tergantung dari
fungsi dan tipe dari jenis material lapisannya, yaitu : Aspal
Concrete (aspal beton), Granular Base, Granular Subbase, Cement
Treated Base, dan Bituminous Base.
a. Lapis Permukaan Aspal Concrete (a1)
Pada gambar 2 adalah grafik hubungan struktural Layer
Coefficient a1, for Asphalt Concrete Structure Course dan
Modulus Elastic EAC (psi) of Asphalt Concrete (68oF) yang
digunakan untuk untuk mengestimasi nilai koefisien relatif
lapisan untuk lapis permukaan aspal concrete berdasarkan nilai
Modulus elasticnya (EAC) pada suhu 68o F. Dimana keadaan ini
direkomendasikan untuk nilai modulus dibawah 450.000 psi.
b. Lapis Pondasi Atas Granular (a2)
Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai
koefisien relatif lapisan untuk Granular Base berdasarkan
modulus elasticnya (EBS) :
a2 =
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
c. Lapis Pondasi Bawah Granular (a3)
Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai
koefisien relatif lapisan untuk Granular Sub Base berdasarkan
modulus elasticnya (ESB) :
a3 =
Gambar 2 Grafik hubungan Koefisien Struktural. Lapisan a1 untuk
Asphalt Concrete Structure Course dan Modulus Elastic
(psi) of Asphalt Concrete (68oF)
Faktor Drainase
Sebagai perencana harus bisa mengidentifikasi pada tingkat apa
drainase dapat dicapai dibawah kondisi drainase tertentu. Berikut
ini adalah definisi umum yang koresponding dengan tingkat
drainase yang berbeda dari struktur perkerasan.
Tabel 5 Tingkat kualitas drainase
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Kualitas drainase Waktu yang dibutuhkan untuk
mengeringkan air
Baik sekali 2 jam
Baik 1 hari
Cukup 1 minggu
Buruk 1 bulan
Buruk sekali Air tak mungkin dikeringkan
Perancangan Perkerasan Lanjut
AASHTO ’93 memberikan harga koefisien drainase (m i) yang
direkomendasikan sebagai fungsi dari kualitas drainase dan
presentase waktu selama setahun ketika struktur perkerasan
secara normal kelembabannya mendekati jenuh.
Tabel 6 Rekomendasi harga mi untuk Modifikasi Koefisien
Relatif Lapisan dari Untreated Base dan Subbase pada
Perkerasan Lentur.
Kualitas
drainase
Persen waktu perkerasan dalam keadaan lembab-
jenuh
< 1 % 1 – 5 % 5 – 25 % > 25 %
Baik
sekali1,40 – 1,35 1,35 – 1,30 1,30 – 1,20 1,20
Baik 1,35 – 1,25 1,25 – 1,15 1,15 – 1,00 1,00
Cukup 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05 1,00 – 0,80 0,80
Buruk 1,15 – 1,05 1,05 – 0,80 0,80 – 0,60 0,60
Buruk
sekali1,05 – 0,95 0,95 – 0,75 0,75 – 0,40 0,40
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
2.4. METODE NAASRA
Metode NAASRA (National Association of Australian State Road
Authorities) berasal dari negara Australia, (1979). Yang disesuaikan
dengan kondisi Indonesia oleh Bina Marga dalam SKBI :2.3.28.1988 dan “
Pavement Design “ ( A Guide to the Structural Design of Road
Pavements), NAASRA, 1987.
Metode perencanaan yang diambil untuk menentukan tebal
lapisan perkerasan didasarkan pada perkiraan sebagai berikut :
Kekuatan lapisan tanah dasar yang dinamakan nilai CBR atau
Modulus Reaksi Tanah Dasar (k).
Kekuatan Beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan.
Prediksi volume dan komposisi lalu lintas selama Usia
Rencana.
Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah (Sub Base) yang
diperlukan untuk menopang konstruksi, lalu lintas, penurunan akibat
air dan perubahan volume lapisan tanah dasar serta sarana
perlengkapan daya dukung permukaan yang seragam dibawah dasar
beton.
- Jenis-jenis perkerasan kaku :
1.Perkerasan beton semen
Perkerasan beton semen didefinisikan sebagai perkerasan yang
mempunyai lapisan dasar beton dari Portland Cement (PC). Menurut
NAASRA ada 5 jenis perkerasan kaku, yaitu :
Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber)
Perkerasan beton semen pratekan.
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
2.Perkerasan kaku dengan Permukaan Aspal
Ketebalan rencana permukaan aspal pada perkerasan kaku dihitung
dengan :
Menentukan ketebalan dari jenis perkerasan beton semen
yang tidak lazim.
Mengurangi ketebalan perkerasan beton semen setebal 10
mm untuk setiap 25 mm permukaan aspal yang digunakan.
- Faktor untuk menentukan ketebalan
1. Kekuatan Lapisan tanah dasar
Untuk perencanaan tebal perkerasan kaku, daya dukung tanah
dasar diperoleh dengan nilai CBR, seperti halnya pada perencanaan
perkerasan lentur, meskipun pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan nilai (k) yaitu modulus reaksi tanah dasar.
Jika nilai k pada perencanaan belum dapat diukur, maka dapat
digunakan nilai k hasil korelasi.
2. Kekuatan Beton
Beton semen adalah aggregat yang dicampur dengan semen PC
secara basah. Lapisan Beton semen dapat digunakan sebagai
lapisan pondasi bawah pada perkerasan lentur dan kaku, dan
sebagai lapisan pondasi atas pada perekerasan kaku.
Beton semen ada 2, yaitu :
a. Beton Pondasi Bawah
Beton yang digunakan untuk keperluan pondasi bawah
mempunyai kuat tekan 28 hari minimum 5 Mpa jika
menggunakan campuran abu batu (flyash) dan 7 Mpa jika tanpa
abu batu.
b. Beton Pondasi Atas
Prinsip parameter perencanaan untuk perencanaan beton
didasarkan pada kuat lentur 90 hari. Kuat lentur rencana beton
90 hari dianggap estimasi paling baik digunakan untuk
menentukan tebal perkerasan.
Tipikal hubungan untuk mengubah kuat tekan beton 28 hari ke
kuat lentur 90 hari untuk beton yang menggunakan aggregate
pecah, menurut NAASRA adalah :
F28 = 0.75 √C28
F90 = 1.1 F28 = 0.83 √C28
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Dimana : F90 = Kuat lentur Beton 90 hari (Mpa)
F28 = Kuat lentur Beton 28 hari (Mpa)
C28 = Kuat tekan rencana Beton 28 hari (Mpa)
Kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari untuk
perkerasan jalan dengan beton bertulang harus tidak kurang dari
30 Mpa.
Untuk keperluan praktis dalam perencanaan, harga-harga
dibawah ini dapat digunakan :
Untuk beton normal :
Fc t= 0,556 √F’c (Mpa)
Fr = 0,62 √F’c (Mpa)
Fct= 1,115 √Fct (Mpa)
3. Lalu lintas rencana
Metode penentuan beban lalu lintas rencana untuk perencanaan
tebal perkerasan kaku dilakukan dengan cara mengakumulasikan
jumlah beban sumbu (dalam rencana lajur selama usia rencana)
untuk masing-masing jenis kelompok sumbu, termasuk distribusi
beban ini.
Tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Karakteristik kendaraan :
Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga
dengan berat total minimum 5 Ton.
Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada 3 macam yaitu :
Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)
Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)
Sumbu Ganda Roda Ganda (SGRG)
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
b. Tatacara perhitungan Lalu Lintas Rencana :
Hitung Volume Lalu lintas Harian rata-rata (LHR) yang
diperkirakan pada akhir usia rencana, sesuai dengan
kapasitas jalan.
Untuk masing-masing jenis kelompok sumbu kendaraan
niaga, diestimasi angka LHR awal dari kelompok sumbu
dengan beban masing-masing kelipatan 0.5 Ton (5 – 5,5), (5,5
– 6), (6 – 6,5) dsb.
Mengubah beban trisumbu ke beban sumbu ganda
didasarkan bahwa trisumbu setara dengan dua sumbu ganda.
Menghitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama
usia rencana.
JSKN = 365 x JSKNH x R
Dimana :
JSKN = Jumlah Sumbu Kendaraan Maksimum
JSKNH = Jumlah Sumbu Kendaraan Maksimum Harian, pada
saat tahun ke 0.
R = Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas yang besarnya
berdasarkan faktor pertumbuhan Lalu Lintas Tahunan (i)
dan usia Rencana (n)
Rumus:
(1 + i)n – 1 R =
Menghitung persentase masing-masing kombinasi konfigurasi
beban sumbu terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga
harian.
Menghitung jumlah repetisi kumulatif tiap kombinasi
konfigurasi/beban sumbu pada lajur rencana :
JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd
Dimana : Cd = Koefisien Distribusi
4. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)
Keuntungan digunakannya lapisan pondasi bawah (SubBase)
dibawah perkerasan Kaku, adalah sebagai berikut :
Menambah daya dukung lapisan tanah dasar
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
e log (1 + i)
Perancangan Perkerasan Lanjut
Menyediakan lantai kerja yang stabil untuk peralatan konstruksi
Untuk mendapatkan permukaan daya dukung yang seragam
Untuk mengurangi lendutan pada sambungan-sambungan
sehingga menjamin penyaluran beban melalui sambungan muai
dalam jangka waktu lama.
Untuk membantu menjaga perubahan volume lapisan tanah
dasar yang besar akibat pemuaian atau penyusutan.
Untuk mencegah keluarnya air pada sambungan atau tepi-tepi
pelat (pumping).
- Tata cara perencanaan ketebalan
Dalam hal ini digunakan tata cara dimana kebutuhan tebal perkerasan
ditentukan dari jumlah kendaraan niaga selama usia rencana.
Perencanaan tebal pelat didasarkan pada total fatigue mendekati atau
sama dengan 100%.
Tahapan perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Tebal pelat.
Prosedur perencanaan :
a. Pilih suatu tebal pelat tertentu
b. Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta
harga k tertentu maka :
Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dari
grafik.
Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan
lentur yang terjadi pada plat dengan modulus keruntuhan lentur
beton (fr).
Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan
berdasarkan harga perbandingan tegangan pada tabel 7.16
c. Persentase fatigue untuk tiap kombinasi ditentukan dengan
membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan jumlah
pengulangan beban ijin.
d. Mencari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue
dari seluruh kombinasi konfigurasi / beban sumbu.
e. Langkah-langkah diatas ( a → d) diulangi hingga didapatkan
tebal plat terkecil dengan total fatigue lebih kecil atau sama
dengan 100 %.
2. Dasar penentuan ketebalan
a. Perkerasan bersambung
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Perencanaan ketebalan pada perkerasan bersambung
merupakan dasar dari penentuan ketebalan.
Dalam merencanakan ketebalan harus diperhatikan
pengurangan dengan adanya tulangan pada sambungan
perkerasan bersambung. Maksud dari pemasangan tulangan
pada perkerasan bersambung adalah untuk memperbolehkan
penggunaan pelat yang panjang untuk menghemat biaya.
Fungsi utama penulangan adalah menyambung permukaan pelat
pada phase terjadi peretakan, dengan adanya tulangan yang
dapat mendukung beban perkerasan maka akan mengurangi
pemeliharaan yang mungkin diperlukan jika timbul retak yang
tidak terawasi.
b. Perkerasan Bertulang Menerus
Data-data berdasarkan penelitian dan teoritis serta hasil
beberapa pengujian pembebanan, seiring dengan pengalaman
dalam pelayanan perkerasan, menurut NAASRA menunjukkan
bahwa dengan kapasitas struktur yang sama, ketebalan
perkerasan beton bertulang menerus hanya membutuhkan 85%
dari ketebalan perkerasan beton bertulang bersambung. Akan
tetapi informasi terakhir menyarankan agar angka pengurangan
tersebut diabaikan.
c. Perkerasan Kaku dengan permukaan Aspal
Ketebalan rencana permukaan aspal pada perkerasan kaku
dihitung dengan :
Menentukan ketebalan dari jenis perkerasan beton semen
yang tidak lazim.
Mengurangi ketebalan perkerasan beton semen setebal 10
mm untuk setiap 25 mm permukaan aspal yang digunakan.
3. Tebal Perkerasan minimum
Ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan dilalui
kendaraan niaga, tidak boleh kurang dari 150 mm, kecuali
perkerasan bersambung tanpa tulangan tanpa ruji (dowel), tebal
minimum harus 200 mm.
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
BAB IIIBAGAN ALIR
3.1. Metode Asphalt Institute
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Menentukan lalu lintas awal, laju pertumbuhan,
mengkonversi EAL untuk Periode Design
Memilih material
Menentukan desain kombinasi ketebalan
Desain Akhir
Ukuran atau Estimasi Subgrade Resilient
Modulus ( Mr )
Konstruksi bertahap
Konstruksi tidak bertahap
Analisa Ekonomi
Start
Finish
KonstruksiBertahap
Perancangan Perkerasan Lanjut
3.2. Metode AASHTO’93
3.3. Metode NAASRA
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Start
Kekuatan Lapisan Tanah Dasar
Kekuatan Beton
Prediksi volume & komposisi LL selama UR
Ketebalan & Kondisi LPB (Sub Base)
Input Parameter Perencanaan
Tentukan Mutu Betonf’c > 30 Mpa fr > 3,5 Mpa
Tentukan Beban LL rencana
Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga- JSKN- JSKNH- R
Tentukan Beban LL rencana
Jumlah repetisi Beban- JSKN- JSKNH- Cd
Tentukan CBRUbah tebal plat
rencana Tentukan LPBFinish
Start
Input parameterperencanaan
Tentukan ITPSelama UR
Tentukan ITP1
Tahap I
Tentukan ITP1+2Untuk tahap 1 & 2
Tentukan tebalLapis
perkerasan
KoefisienKekuatan relatif, tebal,koefisien drainase dan indeks tebal perkerasan
Jenis lapisanperkerasan
Batasan waktu dan lalu lintas
Koefisien relatif lapisan :- modulus resilien efektif
tanah dasar [Mr]- Nilai CBRnya
Faktor Lingkungan- Kelembaban dan suhu
Realibilitas,servibilitas dan Tingkat keandalan [R]
Baku keseluruhan [So] dan koefisien drainase [mi]
Karakteristik material lapisan perkerasan dan koefisien kekuatan relatif lapisan
Start
Finish
Perancangan Perkerasan Lanjut
TentukanKekuatan Plat Beton
- Tebal Rencana > 150 mm- Jmlh % fatigue < 100 %
Tidak
Ya
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
BAB V
KESIMPULAN
Dari penulisan tugas ini, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan
yaitu :
Perkerasan jalan adalah konstruksi yg dibangun diatas
lapisan tanah dasar (subgrade) yg berfungsi untuk menopang beban
lalu lintas.
Dalam penulisan ini kami hanya membahas perencanaan
konstruksi jalan atau tebal lapisan perkerasan jalan dengan
menggunakan metode ASPHALT INSTITUTE ,metode AASHTO’93 untuk
perkerasan lentur dan metode NAASRA untuk perkerasan kaku.
Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan
beban lalu lintas ke tanah dasar.
Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu
Perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Pelat
beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian
dipikul oleh pelat beton.
Hal-hal yg perlu dipertimbangkan Dalam perencanaan tebal
perkerasan konstruksi jalan raya antara lain :
Pertimbangan konstruksi dan pemeliharaan
Pertimbangan lingkungan
Evaluasi lapisan tanah dasar
Material perkerasan
Susunan lapisan pada perkerasan lentur
(ASPHALT INSTITUTE dan AASHTO’93) umumnya seperti gambar di
bawah ini:
Keterangan :
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
a. Lapisan permukaan (Surface Course)
b. Lapisan Pondasi atas (Base Course)
c. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)
d. Lapisan Tanah Dasar (Sub Grade)
Jenis LapisanMetode
ASPHALT INSTITUTE AASTHO ‘93
- Lapisan
permukaan (Surface
Course)
- Lapisan Pondasi
atas (Base Course)
- Lapisan Pondasi
Bawah (Sub Base
Course)
- Lapisan Tanah
Dasar (Sub Grade)
100 mm
120 mm
150 mm
4,29 %
75 mm
150 mm
210 mm
3,35 %
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
Susunan lapisan pada perkerasan kaku
(NAASRA) umumnya seperti gambar di bawah ini:
keterangan :
a. Plat beton (Concrete Slab)
b. Lapisan Pondasi bawah (Sub Base Course)
c. Lapisan Tanah Dasar (SubGrade)
Jenis LapisanMetode
NAASRA
- Plat beton
(Concrete Slab)
- Lapisan Pondasi
Bawah (Sub Base
Course)
- Lapisan Tanah
Dasar (Sub Grade)
170 mm
125 mm terikat
3,35 %
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2
Perancangan Perkerasan Lanjut
SULTAN HAMKA / D 1 1 1 0 2 0 7 2