Teori PLT Alt

22
BAB II DASAR TEORI 2.1 Battery Control Unit (BCU) Alat ini dinamakan Battery Control Unit (BCU) yang berfungsi sebagai proteksi over charge, tapi berfungsi juga sebagai proteksi pengosongan baterai berlebih (over discharge), proteksi beban lebih, hubung singkat, tegangan kejut halilintar, arus balik dari baterai ke sumber (pembangkit), dan proteksi polaritas terbalik baterai dan sumber (pembangkit). Pada gambar diagram blok diatas diperlihatkan bahwa pada rancangan alat Battery Control Unit (BCU) ini menggunakan sebuah sumber yaitu dari sistem Pembangkit Pada gambar diagram blok diatas diperlihatkan bahwa pada rancangan alat Battery Control Unit (BCU) ini menggunakan MODUL PV Gambar 1. diagram blok Solar Home System (SHS) BCU Battery Beban

description

alternatif

Transcript of Teori PLT Alt

BAB IIDASAR TEORI

2.1 Battery Control Unit (BCU)Alat ini dinamakan Battery Control Unit (BCU) yang berfungsi sebagai proteksi over charge, tapi berfungsi juga sebagai proteksi pengosongan baterai berlebih (over discharge), proteksi beban lebih, hubung singkat, tegangan kejut halilintar, arus balik dari baterai ke sumber (pembangkit), dan proteksi polaritas terbalik baterai dan sumber (pembangkit).

BatteryMODUL PV

BCU

Beban

Gambar 1. diagram blok Solar Home System (SHS)

Pada gambar diagram blok diatas diperlihatkan bahwa pada rancangan alat Battery Control Unit (BCU) ini menggunakan sebuah sumber yaitu dari sistem PembangkitPada gambar diagram blok diatas diperlihatkan bahwa pada rancangan alat Battery Control Unit (BCU) ini menggunakan sebuah sumber yaitu dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan menggunakan modul photovoltaic (PV) sebesar 50 Wp. Sehingga pada alat BCU ini dibuat pada kapasitas 100-120 VA.

1. Blok Rangkaian1.1 Unit HVD SwichingHVD merupakan titik tegangan atas baterai maksimum yang pada titik ini aliran arus pengisian dari modul photovoltaic ke baterai terputus. Mengacu pada standard UL, titik HVD untuk baterai jenis asam timbal direkomendasikan pada tegangan 14.214.7 volt, maka ditentukan pada rancangan spesifik untuk titik HVD pada tegangan 14.6 volt. Dan terhubung kembali pada tegangan 13,0 volt.

Bagi BCU tipe shunt (gambar 3.2) keadaan HVD terjadi ketika arus dari modul photovoltaic tidak mengalir ke baterai tapi ke mosfet T1. arus yang mengalir pada kondisi ini merupakan arus hubung singkat modul, sehingga dapat menimbulkan panas yang tinggi akibat rugirugi energi (IR) pada mosfet T1. untuk itu, diperlukan pendingin yang baik agar tidak merusak komponen ini. Terjadinya HVD agar tidak over charge dikendalkan oleh mosfet T1. kerja dari komponen ini dipengaruhi oleh perbedaan tegangan baterai dengan tegangan referensi yang ada.

Gambar 3.1 rangkaian dasar BCU tipe shunt

Gambar 3.2 diagram skematik unit HVD swiching mode on-off

Pada gambar 3.2 terlihat bahwa tegangan baterai V+ dibandingkan dengan tegangan referensi dari dioda zener (DZ) yaitu sebesar 8,2 volt. IC1b merupakan komparator biasa dengan hysteresis dengan membandingkan tegangan yang ada pada kaki masukan inverting dan non inverting. Jika tegangan baterai yang diwakili oleh tegangan pada pin 5 lebih besar dari tegangan referensi yang diwakili tegangan pada pin 6, maka keluaran pada pin 7 terdapat tegangan yang ditandai dengan menyalanya lampu LED hijau. Tegangan pada pin 7 berarti pula terdapat tegangan antara kaki gate dan source, yang mengaktifkan mosfet T2. dan sebaliknya, jika tegangan baterai lebih kecil dari tegangan referensi maka keluaran dari IC1b adalah 0 volt,sehingga lampu LED hijau mati, mosfet tidak bekerja, dan terjadi pengisian baterai oleh modul PV.Potensiometer atau single tune (VR1) digunakan untuk mengatur besarnya tegangan referensi pada kaki masukan inverting, yang berarti pula untuk menseting tegangan HVD pada 14.6 volt. Resistor pariabel lainnya yaitu VR0 digunakan untuk mengatur besarnya histeresis, yang berarti untuk mengeset tegangan reconnect pada 13.0 volt.1.2 Unit LVD SwichingLVD merupakan titik tegangan mati bawah dari baterai. Pada tegangan ini arus yang mengalir dari baterai ke beban harus diputuskan, karena untuk menjaga baterai tetapa aman dari kerusakan. Menurut standard UL dan rekomendasi dari THE WORLD BANK Assosiation, titik LVD untuk baterai jenis asam timbal berkisar 1.81.9 volt per sel baterai, atau 10.8 11.6 volt baterai dan reconnect pada 11.6. pada rancangan spesifikasi alat ditentukan titik LVD di 11,5 volt.Ketika tegangan baterai normal dan diberikan bahan maka keadaan mosfet T1 aktif (short circuit) beban menyala. Tetapi ketika baterai telah mencapai titik tegangan mati bawah (LVD) maka mosfet T1 tidak bekerja, sehingga sirkuit terbuka dan mati. Kerja dari komponen T1 ini dipengaruhi oleh perbedaan tegangan baterai dari tegangan referensi.Pada gambar 3.4 ditunjukan skematik rangkaian untuk unit pembatas pengosongan baterai berlebih (over discharge). Rangkaiannya berbeda dengan rangkaian LVD, meskipun prinsipnya sama yaitu komparator dengan hysteresis. Pada rangkaian tersebut kaki inverting (pin 2) IC1a merupakan tegangan masukan dari baterai, dan tegangan referensi atau set point pada kaki non inverting (pin 3). Control on-off ini bekerja sebagai inverse acting, artinya keluaran dari IC1a berlawanan dengan masukan pada kaki inverting yang mewakili tegangan baterai. Berbeda dengan control pada HVD yang bekerja sebagai direct acting, unit LVD switching berfungsi ditandai dengan menyalanya lampu LED merah dan terputusnya arus beban.

Gambar 3.3 diagram skematik unit LVD swiching mode on-off

1.3 Unit Fuse ElektronikGambar 3.4 menunjukan rangkaian pembatas arus pada sistem negatif switching. Resistor paralel ditambahkan untuk mengukur besarnya arus beban. Tegangan pada resistor tersebut dibandingkan dengan tegangan referensi dari dioda zener (DZ) pada op-amp IC1d .normalnya, keluaran dari pin 14 sama dengan keluaran pin 8 yaitu 0 volt. Kapasitor polar C3 discharge melalui TR1 / R19, karena T1 sedang bekerja. Jika arus beban melebihi batas, keluaran pin 14 menjadi 12 volt, sedangkan pin 8 masih tetap 0 volt dan tegangan pin 10 kirakira menjadi 4 volt.keluaran IC1c dari pin 14 meningkat menjadi 12 volt. sekarang T1 tidak bekerja akibat TR2 on. Tidak ada arus beban yang mengalir di R-shunt, sehingga keluaran dari pin 14 kembali menjadi 0 volt. pin 10 akan memiliki tegangan 0.98 v. keluaran pin 8 perlahan mengisi kapasitor C3, dan memerlukan waktu kirakira 10 detik untuk mendapatkan tegangan 0.98 volt. inilah tiik ketika keluaran dari pin 8 menjadi 0 v kembali. T1 menjadi aktif, C3 mengalami discharge, dan sistem kembali ke keadaan semula. Jika masih terdapat arus pada R-shunt yang melebihi batas (over current), siklus akan berulang kembali.

Gambar 3.4 diagram rangkaian pembatas arus dengan fuse elektronik

Bagaimanapun, interval waktu yang terjadi akan ditentukan oleh waktu pengosongan kapasitor C3, yaitu kirakira 1 detik. Kapasitor C4 dan R16 harus ditambahkan untuk menahan gelombang on-off switching. Sebaliknya pembatas arus akan direspon setiap waktu oleh beban ketika dihidupkan. Ketika controller ini dihubungkan pertama kali, pin 12 merespon masukan lebih lambat dibandingkan pada pin 13 karena adanya C4. untuk itu, pembatas arus dalam keadaan off setelah pemasangan pertama kali. Sistem kembali dalam keadaan seimbang.

1.4 Unit IndikatorIndicator yang digunakan pada rangkaian terdiri dari 3 buah lampu LED dan masingmasing warna memiliki arti yang berbeda, yaitu :1. LED warna hijau, sebagai indikator baterai sudah penuh. Jika lampu ini menyala, maka menunjukan unit HVD switching bekerja. Sehingga tidak ada lagi arus yang mengalir ke baterai.2. LED warna merah, sebagai indikator baterai kosong (pada tegangan rendah). Jika lampu ini menyala, maka menunjukan unit LVD switching berfungsi. Sehingga arus ke beban terputus.3. LED warna kuning, sebagai indikator pembatas arus dan proteksi beban berlebih. Jika lampu ini menyala, unit pembatas arus bekerja. Berfungsinya pembatas arus dengan fuse elektronik, ditandai dengan matinyala pada beban (waktu mati sekitar 10 detik) dan menyebabkan terjadinya proses pengisian pada baterai (charging).

1.5 Unit Proteksi1.5.1 Proteksi Arus BalikPada malam hari, tegangan listrik di modul photovoltaic adalah nol, tapi baterai terisi penuh hasil pengisian pada siang hari. Untuk menghindari terjadinya arus balik dari baterai ke modul photovoltaic akibat beda tegangan, maka dipasang dioda penghambat atau blocking dioda pada BCU. Dioda schottky B1645 (D1) dipasang untuk melakukan fungsi tersebut. Biasanya pada modul photovoltaic yang standard juga sudah terpasang dioda penghambat tersebut.1.5.2 Proteksi Polaritas TerbalikBerdasarkan standard dari UL, sebuah BCU atau BCR harus memiliki proteksi terhadap pemasangan polaritas yang terbalik. Pemasangan polaritas kabel yang terbalik dapat terjadi pada modul, baterai, dan beban. Jika terjadi kesalahan polaritas pada modul, maka akan menimbulkan arus hubung singkat yang melewati mosfet T2. sebab didalam komponen tersebut terdapat juga internal freewalk diode yang bisa mengalirkan arus dari kaki sumber ke cerat. Akibat dari arus hubung singkat ini diperlukan pendingin yang bagus untuk mosfet T2, karena terdapat rugi energi berupa panas yang tinggi akibat drop tegangan dan arus yang besar. Sehingga pendingin yang baik bisa mengatasi masalah ini.Polaritas terbalik dari baterai, juga akan mengakibatkan arus short circuit pada baterai. Arus ini mengalir dari polaritas positif ke terminal negatif baterai melalui 2 dioda yaitu schottky dan dioda internal pada mosfet T2. keadaan ini bisa diatasi dengan adanya fuse.1.5.3 Proteksi Hubung Singkat Dan Beban LebihHubung singkat pada beban dapat menimbulkan arus yang besar. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan rusaknya beban atau sambungan kabel + dan karena terkelupas,dsb. Begitu juga pada saat beban lebih, arus yang disuplai ke beban melewati batas maks dari sesifikasi alat. Untuk mengatasi adanya arus yang besar ini rangkaian dilengkapi fuse elektronik dan fuse biasa (kawat termal).Cara kerja fuse elektronik sudah dijelaskan pada sub bab unit fuse elektronik bab II.fuse kawat dipasang sebagai pendukung (back up) dari fuse elektronik. Ketika fuse elektronik tidak berfungsi masih terdapat fuse kawat untuk melindungi alat. Tujuan dari fuse elektronik adalah untuk menghindari seringnya mengganti fuse kawat setiap kali terjadi arus beban yang melebihi arus maks dan adanya arus hubung singkat.1.5.4 Proteksi Tegangan Kejut dari HalilintarSesuai dengan standard dunia bahwa perlindungan tegangan kejut dari halilintar pada BCU sangat diperlukan, sebab dibeberapa daerah sering terjadi halilintar. Halilintar yang mengenai modul photovoltaic pada sistem PLTS dapat merusak komponen lain yang terhubung dengan modul. Tegangan induksi pada kabel dari modul photovoltaic yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan. Komponen yang dapat meredam tegangan kejut dari halilintar salah satunya adalah metal-oxide varistor (MOV).Sesuai dengan hasil pengujian yang dilakukan AT&T dan IEC, jika digunakan visitor dengan tegangan stand off 30 volt maka maksimum tegangan puncak yang terjadi tidak 30 volt tapi lebih yaitu sekitar 60 volt. ini berarti jika modul photovoltaic terkena halilintar, tegangan keluaran menjadi 60 volt. sehingga tegangan ini juga ditanggung oleh mosfet dan pada dioda schottky terjadi beda tegangan sebesar 48 volt (gambar 3.5). ini merupakan kelemahan dari sistem regulator shunt.

Gambar 3.5 jatuh tegangan akibat tegangan kejut halilintar

2. Rangkaian keseluruhan BCUKomponen utama dari rangkaian terdiri dari IC LM 324, mosfet tipe IRF9540, dan dioda schottky tipe B1645. IC LM 324 merupakan IC dengan 4 buah Op-amp dengan sumber tunggal yaitu +Vcc dan ground. Keempat op-amp digunakan untuk unit sistem yang ada. ICa (kaki 1, 2,dan 3) digunakan untuk unit LVD switching, ICb (kaki 5,6 dan 7) digunakan untuk unit HVD switching, sedang untuk ICc dan ICd digunakan untuk fuse elektronik (current limiter).Mosfet IRF9540 digunakan sebagai switching, saklar pemutus arus dari baterai maupun yang menuju ke baterai. Digunakannya 2 buah IRF9540 yaitu yang satu untuk pemutus hubungan baterai dengan modul photovoltaic (dengan short circuit pada modul yaitu mosfet aktif / on), dan yang lainnya untuk pemutus hubungan baterai dengan beban (mosfet tidak aktif / off).Dioda skottky merupakan piranti unipolar karena elektron bebas pembawa mayoritas pada kedua sisi sambungan. Dioda schottky tidak mempunyai lapisan pengosongan atau penyimpan muatan sehingga ia dapat di switch nyala-mati lebih cepat daripada dioda bipolar. B1645 artinya dioda ini dapat dilewati arus maksimal 16 amp dan tegangan antara anoda dan katoda ketika reverse bias maksimal 45 volt. pada saat pengisian terjadi rugi-rugi daya akibat terjadi jatuh tegangan pada komponen ini. Untuk itu, diperlukan dioda dengan tahanan dalam sangat kecil untuk meminimalisasi energi yang terbuang. Karakteristik ini terdapat pada dioda schottky.Sumber energi untuk rangkaian kontrol BCU diambil dari baterai atau modul photovoltaic. Ketika tidak terjadi pengisian, tidak ada energi yang dihasilkan oleh modul photovoltaic, energi BCU disuplai oleh baterai. Dan ketika terjadi proses pengisian ke baterai, energi BCU diambil dari modul photovoltaic. Energi untuk rangkaian regulator sangat kecil sehingga energi yang diambil jauh lebih kecil dari energi pengisian. Hal ini ditunjukan oleh arus konsumsi rangkaian regulator yang hanya sekitar 1% dari arus rata-rata pengisian. 2.2 Solar Cell Secara sederhana, cara kerja panel surya PV dalam mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik dapat dirangkum ke dalamtiga urutan proses konversi:

1. Ketika foton yang terdapat pada sinar matahari mengenai sel-sel PV pada panel surya, sebagian akan diserap oleh material semikonduktor (silikon). Energi dari foton yang diserap itu dengan demikian juga ditransfer kepada semikonduktor.

2. Elektron-elektron yang terkena tumbukan energi foton akan terlepas dari atom, membuat mereka mengalir secara bebas dan dengan demikian menciptakan arus listrik. Komposisi dan desain khusus pada sel-sel PV mengarahkan elektron-elektron tersebut agar mengalir sesuai jalur yang dikehendaki.

3. Kontak/penghubung logam pada bagian atas dan bawah sel-sel surya menyalurkan keluar listrik arus searah (direct current, DC) yang dihasilkan untuk digunakan sesuai kepentingan.

Secara detil, proses yang terjadi sesungguhnya jauh lebih rumit. Namun ketiga urutan langkah di atas menggambarkan secara sederhana apa yang terjadi di dalam sebuah panel surya ketika mereka bekerja keras mengubah sinar matahari menjadi listrik yang bermanfaat buat kepentingan manusia.

Proses konversiProses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atasduajenis semikonduktor; yakni jenisndan jenisp.Semikonduktor jenisnmerupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n= negatif). Sedangkan semikonduktor jenispmemiliki kelebihan hole, sehingga disebut denganp(p= positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor.Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenisp, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al),gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenisndibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengandopingyang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping.Dua jenis semikonduktorndanpini jika disatukan akan membentuk sambunganp-natau diodap-n(istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi /metallurgical junction)yang dapat digambarkan sebagai berikut.1. Semikonduktor jenispdannsebelum disambung.

2. Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari semikonduktornmenuju semikonduktorp, dan perpindahan hole dari semikonduktorpmenuju semikonduktorn. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal.

3. Elektron dari semikonduktornbersatu dengan hole pada semikonduktorpyang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktorpakan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan positif..Pada saat yang sama. hole dari semikonduktorpbersatu dengan elektron yang ada pada semikonduktornyang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif.

4. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf W.5. Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda.6. Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan sendirinya medan listrik internalEdari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktorpdan elektron ke semikonduktorn. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas).

7. Adanya medan listrik mengakibatkan sambunganpnberada padatitik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktorpkendikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktorpakibat medan listrikE. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktornkep, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktornakibat tarikan medan listrikE. Dengan kata lain, medan listrikEmencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain.Pada sambunganp-ninilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi.Untuk keperluan sel surya, semikonduktornberada pada lapisan atas sambunganpyang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktorp, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktorp.

Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktorn, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.

Cahaya matahari dengan panjang gelombang (dilambangkan dengan simbol lambda sbgn di gambar atas ) yang berbeda, membuat fotogenerasi pada sambunganpnberada pada bagian sambunganpnyang berbeda pula.Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktorpyang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi di sana. Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktorn.Selanjutnya, dikarenakan pada sambunganpnterdapat medan listrikE, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktorn, begitu pula dengan hole yang tertarik kearah semikonduktorp.Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat pergerakan elektron.

Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik.

2.3 Perhitungan Solar Sell

DIKETAHUIRload= 30 wattPpanel= 50 wattV= 12 voltV= 12 voltI= 2,5 ampereI= 4,16 amperet= 10,3 hours(6.30 p.m. 4.50 a.m.)

P(watt)50Radiasi sinar matahari yang diterima

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 JamSOALa. Tentukan berapa banyak jumlah panel yang dibutuhkanb. Tentukan besar Ah batere yang diperlukanJAWAB Arus yang dapat disuplai panel ke batere 12 volt dalam satu hariIpanel= = 6,24 Ah + 20,83 Ah + 4,16Ah= 31,23 Ah

Besar beban maksimal untuk satu panelIload= (90% x Ipanel)/t= (90% x 31,23Ah)/10,3h= 2,72 A

a. Jumlah panel yang dibutuhkann= Iloadmax/Iload= 2,72A / 2,5A 1 buah

b. Besar Ah batere yang dibutuhkanIbatere= 110% x Ipanel= 110% x 31,23 Ah= 34,35Ah 35Ah

V+

T2

R71K

R6100K

DZ8,2V

R8100K

R41M

R31M

R510

R11K

R21K

LEDHijauHVD

VR120K

VR01M

C2100uF 50V

C110uF 50V

D1

5

+

6

-

7

LM324

V+

R71K

R6100K

DZ8,2V

R8100K

9

10

8

+

-

LM324

R9320K

R1215K

VR210K

C310uF50V

T1

R13100K

V+

R71K

DZ8,2V

D1

F1

BAT

IRF

PV

V+

V1

0V

T2

T1

baterai

fuse

PV

load

Rshunt

Dioda schottky

+

+